PERSEPSI WISATAWAN DALAM PEMANFAATAN BADAN JALAN SEBAGAI LAHAN PARKIR BAGI PENGUNJUNG DI OBJEK WISATA KOTA BUKITTINGGI 1
Pertiwi Savenny1,Helfia Ideal2, Farida2 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI SUMBAR 2 Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI SUMBAR
[email protected] ABSTRACT
This research is aimed to describe about perception of tourists in utilizing the street edge as a parking area in tourism object of Bukittinggi. This is a qualitative research, the data sources are taken from utterances and actions of the people who know about the research problems. The subjects of this research were taken with purposive sampling technique.The data collection techniques were observation, interview, and documentation. The data analysis techniques were data reduction, data presenting, and drawing a conclusion. The data validity was obtained by using extension of participant, observational power, triangulation, and peer investigation.The results of the research found that: 1) tourists perception about parking facility is still insufficient, so it caused the parking area in tourism object of Bukittinggi are not capable to park their vehicle. Parking on the street edge becomes the tourists choice to park the vehicle. The impact of the constraint parking area is a traffic jam around the tourism object of Bukittinggi. 2) tourists perception about parking on the street edge for the visitors of tourism object of Bukittinggi is lack of parking area in tourism object of Bukittinggi so that many visitors choose to park their vehicle on the street edge. In addition, the visitors also feel relatively close to the street as a connector between one place to another place, one interest to another interest. As the result, the traffic jam around the tourism object of Bukittinggi is occurred. 3) tourists perseption about the government policy regarding the prohibition to park on the street edge already exist. the effort which is undertaken that there is sanction for the violator such as the car tire is deflated; the motorcycle is taken to Satpol PP office with paying a penalty as much as 250,000.00 and also a traffic ticket. Key word: Parking facility, parking on the street, policy regarding Nirwanda,
PENDAHULUAN Indonesia
merupakan
negara
mendefinisikan
kepulauan yang kaya akan objek wisata
keseluruhan
yang
hubungan-hubungan
tersebar
dari
Sabang
sampai
sapta
(2014)
pariwisata
adalah
gejala
(fenomena) yang
dan
ditimbulkan
Merauke. Dalam pengembangan ekonomi,
oleh perjalanan dan persinggahan manusia
sosial
daerah
luar tempat tinggalnya dengan maksud
pengembangan sektor pariwisata memiliki
bukan untuk tinggal menetap di tempat
pengaruh
yang
dan
budaya
positif
bagi
di
pertumbuhan
ekonomi daerah.
dengan
disinggahi
dan
tidak
berkaitan
pekerjaan-pekerjaan
menghasilkan upah (Yusendra, 2015).
1
yang
Goeldner
&
Ritchie
(2012)
Pergerakan lalu lintas yang padat
pariwisata merupakan kegiatan dari orang-
tersebut
dapat
orang yang mengunjungi tempat tertentu
macam
permasalahan
untuk jalan-jalan, mengunjungi teman dan
parking, tundaan, hambatan samping dan
kerabat,
sebagainya. Parkir di tepi jalan merupakan
mengambil
liburan,
dan
bersenang-senang (Yusendra, 2015). Pertumbuhan
on
the
street
fenomena yang menarik untuk dipelajari
perkembangan
karena disatu sisi merupakan pilihan yang
kota yang sangat pesat tanpa diikuti oleh
paling umum dilakukan oleh pengemudi
ketersediaan pembiayaan pembangunan
dan di pihak lain merupakan hambatan
yang
samping yang dapat mempengaruhi kinerja
memadai
dan
menyebabkan berbagai
dapat
menimbulkan
berbagai permasalahan diantaranya adalah menurunnya
kualitas
jalan.
lingkungan
Permasalahan
perkotaan, timbulnya pemukiman kumuh,
kualitas
kehidupan
ruang parkir yang disediakan tidak dapat
dan
memenuhi
produktifitas kota. Peningkatan aktivitas dipusat
kota
juga
akan
menyebabkan
kebutuhan
sarana
objek wisata kota Bukittinggi merupakan sebagai tempat wisata dan rekreasi yang
prasarana
dapat menarik masyarakat untuk datang.
transportasi (Saputri, 2015).
Masyarakat tersebut akan datang dengan
Peningkatan kebutuhan ini sering
menggunakan kendaraan, mereka akan
tidak diimbangi dengan penyediaan sarana dan prasarana yang
membutuhkan
memadai. Dengan
ada pada kawasan
pergerakan lalu lintas, akibatnya timbul
memenuhi
berbagai macam masalah transportasi,
untuk
tersebut tidak dapat
kebutuhan
parkir
bagi
pengunjung yang berdatangan dari luar
salah satunya adalah masalah perpakiran.
Kota Bukittinggi.
Masalah ini akan menyebabkan kemacetan
Parkir merupakan keadaan dimana
yang terlihat di beberapa ruas jalan dan kota
parkir
kenyataannya kapasitas ruang parkir yang
tidak langsung akan menimbulkan adanya
di
areal
memarkirkan kendaraannya. Namun pada
banyaknya pembangunan yang secara
persimpangan
parkir sehingga
Hal seperti ini terlihat di kawasan sektor
meningkatnya dan
kebutuhan
dapat menimbulkan kemacetan lalu lintas.
berpengaruh
terhadap tarikan arus lalu lintas yang besar dan
meliputi
ruang parkir yang tidak tertib dan jumlah
berkembangnya kegiatan informal serta penurunan
tersebut
tidak bergeraknya suatu kendaraan yang
Bukittinggi
bersifat sementara karena ditinggalkan
(Saputri,2015).
oleh 2
pengemudi
atau
pemiliknya.
Bertambahnya
jumlah
dan
memarkirkan kendaraan mereka dengan
meningkatnya pemilikan atas kendaraan
rapi dan teratur tanpa mengganggu arus
tersebut,
kendaraan
akan
penduduk
menambah
permintaan
lain
serta
menghindari
terhadap ruang jalan untuk kegiatan lalu
timbulnya kemacetan. Area objek wisata
lintas. Fasilitas parkir untuk umum juga
yang ada di Bukittinggi rata-rata memiliki
dapat berfungsi sebagai salah satu alat
area parkir yang sempit dan kurang
untuk pengendali lalu lintas. Fasilitas
representatif. Keterbatasan areal parkir ini
tempat parkir memegang peranan penting
seringkali
bagi kelancaran kegiatan dipusat kota,
dijadikan tempat parkir saat liburan.
tetapi penyediaannya sering tidak memadai
Kondisi tersebut mengakibatkan parkir
sesuai kebutuhan. Tempat yang paling
tidak tertata baik karena menggunakan
cocok bagi pengemudi untuk memarkirkan
badan jalan disekitar jalan raya menuju
kendaraannya adalah di badan jalan,
objek wisata, untuk kendaraan roda empat
sedangkan parkir diluar jalan masih sangat
yang menyebabkan kurang nyamannya
terbatas, oleh karenanya parkir pada badan
pengguna jalan.
jalan tidak dapat dihindari. Hal ini tentunya pergerakan
akan
mempengaruhi
serta
sering
badan
jalan
Dari hasil observasi yang saya
sistem
lakukan pada bulan Maret 2017 lalu.
menimbulkan
Bahwa seringnya terjadi kemacetan pada
kemacetan. Besarnya kebutuhan untuk
hari
fasilitas parkir tersebut serta keterbatasan
libur
(weekend)
disekitar
kota
Bukittinggi khususnya disekitar objek
lahan di kawasan sektor pariwisata kota
wisata
Bukittinggi. Parkir sangat dibutuhkan dan
kota
Bukittinggi.
Penyebab
terjadinya kemacetan ini disebabkan oleh
merupakan bagian dari fasilitas publik
sempitnya lahan parkir di sekitar objek
yang harus disediakan oleh pemerintah
wisata
kota.
tersebut,
sehingga
banyaknya
pengunjung yang datang memarkirkan Kota Bukittinggi merupakan salah
satu
menyebabkan
tempat
yang
menjadi
kendaraannya di badan jalan karena tidak
tujuan
adanya
tempat
untuk
masyarakat untuk berwisata dan menjadi
kendaraan
tujuan untuk liburan. Kawasan wisata dan
menyebabkan sempitnya jalan, sehingga
pasar yang menjadi tujuan masyarakat
timbulnya kemacetan di
harus
wisata tersebut.
difasilitasi
dengan
tersedianya
tempat dan fasilitas parkir yang memadai.
mereka
memarkirkan
lagi.
Hal
ini
sekitar objek
Dari uraian permasalahan diatas
Agar mereka yang berkunjung dapat
maka peneliti tertarik untuk melakukan 3
penelitian
dengan
judul
“Persepsi
adalah tempat lewat baik berupa jalan
Wisatawan Dalam Pemanfaatan Badan
raya, jalan protokol, jalan antar kota
Jalan Sebagai Lahan Parkir Di Objek
ataupun jalan setapak.
Wisata Kota Bukittinggi”.
c. Digunakan untuk kendaraan bermotor d. Digunakan oleh masyarakat umum
Persepsi dapat diartikan sebagai sudut
pandang
atau
cara
e. Dibiayai oleh perusahaan negara
pandang
f. Penggunaannya diatur oleh undang-
seseorang terhadap suatu objek. Apabila persepsi
seseorang
baik
atau
undang pengangkutan
positif
terhadap suatu hal, maka pengambilan
Menurut PP NO.3 tahun 1993 parkir
keputusanpun akan selaras dengan persepsi
didefinisikan
tersebut
Persepsi
berhenti pada tempat-tempat tertentu baik
mendapatkan
yang dinyatakan dengan rambu atau tidak.
pengetahuan khusus tentang objek atau
Serta tidak semata-mata untuk kepentingan
kejadian pada saat tertentu, oleh karena itu
menaikkan atau menurunkan orang atau
maka persepsi akan terjadi kapan saja
barang. Sedangkan definisi lain tentang
ketika
parkir adalah keadaan dimana suatu
ataupun
berkaitan
sebaliknya.
dengan
cara
stimulus
menggerakan
indera
(Yuselvia, 2014). Wisatawan
sebagai
kendaraan
yang
kendaraan berhenti untuk sementara atau yaitu
perjalanan
berhenti cukup lama. Sehingga tempat
ke
parkir ini harus ada pada saat akhir atau
tempat lain yang sifatnya sementara dan
tujuan perjalanan sudah dicapai.
tidak untuk mencari nafkah dengan tujuan, pesiar, kesehatan, belajar, olah raga,
Menurut Yoeti (1996:60) obyek
kekeluargaan dan pertemuan ilmiah dan
wisata adalah sesuatu yang dapat dilihat
lainnya (Bakaruddin, 2008:13)
tanpa harus dipersiapkan terlebih dahulu
Menurut
Abbas
(2006:6)
seperti pantai, danau, monumen, gunung
dalam
pemandangan
Zikra (2014) jalan raya adalah jalan utama yang
menghubungkan
satu
Sementara
kawasan
mengartikan
dengan kawasan lain. Menueut Kamus
untuk
lalu
lintas
orang
disimpulkan
menurut
Fandeli
(1995)
objek
wisata
adalah
atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung.
b. Tempat lewat yang berhubungan dua dapat
lain-lain.
hidup, seni budaya serta sejarah bangsa
ataupun kendaraaan
tempat,
dan
perwujudan dari pada ciptaan manusia, tata
besar Bahasa Indonesia jalan adalah: a. Tempat
laut,
Menurut Spillane (2002) ada lima unsur
jalan
dalam suatu objek wisata yaitu: fasilitas4
fasiltas yang diperlukan, infrastruktur dari
paling banyak Rp.250.000,00 (Wikipedia,
objek
2017).
wisata,
pangangkutan,
transportasi keramah
dan
jasa
tamahan
dan
Selanjutnya
kesediaan untuk menerima tamu. Parkir
merupakan
kerangka prasarana
peneliti
pemikiran
yang
menyusun berkenaan
dengan masalah penelitian ini, dengan
transportasi yang diperuntukan sebagai
masalah
tempat pemberhentian kendaraan dalam
Bukittinggi terhadap pemanfaatan badan
jangka waktu atau lama, sesuai dengan
jalan sebagai lahan parkir pengunjung
kebutuhan pengendara (Noperiyadi, 2015).
pariwisata di kota Bukittinggi”
Menurut Tjiptono (2006) dengan
“persepsi
masyarakat
kota
METODE PENELITIAN
fasilitas yang baik maka dapat membentuk
Berdasarkan judul penelitian dan
persepsi di mata pelanggan. Di sejumlah
masalah
tipe jasa, persepsi yang terbentuk dari
penelitian sifat masalah yang di teliti maka
interaksi antara pelanggan dengan fasilitas
penelitian ini termasuk jenis penelitian
berpengaruh terhadap kualitas jasa d mata
kualitatif.
pelanggan (Suchaina, 2014).
penelitian ini bermaksud untuk mencari
Untuk
menertibkan
informasi
parkir
keadaan
yang
Jenis
mematuhi ketentuan. Dan pasal 287 ayat setiap
kendaraan
orang
yang
bermotor
mungkin
(2006),
melalui
sebagaimana
adanya,
dan
penelitian
ini
tertuju
kepada
pengungkapan masalah yang terjadi pada
memarkirkan dijalan
Arikunto
mengungkapkan fakta-fakta yang ada.
mengemudikan kendaraan bermotor wajib
(3)
sebanyak
tujuan
pada pengungkapan suatu masalah atau
2009 dalam Pasal 106 ayat (4) yang orang
Menurut
dengan
lapangan. Penelitian ini lebih mengarah
yang telah diubah dengan UU No 22Tahun
setiap
sesuai
informan dan pengamatan langsung di
didasarkan pasal 61 UU no 14 tahun 1992
berbunyi:
serta
masa sekarang dan sebagaimana adanya
yang
penelitian
melanggar gerakan aturan lalu lintas
ini
akan
mendeskripsikan
Persepsi Wisatawan Dalam Pemanfaatan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 106
Badan Jalan Sebagai Lahan Parkir di
ayat (4) atau tata cara berhenti dan parkir
Objek Wisata Kota Bukittinggi.
sebagaimana dimaksud dalam pasal 106
Menurut Moleong (2010) metode
ayat (4) dipidana dengan pidana kurungan
penelitian kualitatif adalah penelitian yang
paling lama 1 (satu) bulan atau denda
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang harus di alami oleh 5
subjek penelitian. Pada suatu konteks
Informan
dalam
penelitian
ini
khususnya yang alamiah dan dengan
dianggap mempunyai sangkut paut dengan
memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
karakteristik tertentu. Informan pendukung
Penelitian
ini
dilaksanakan
di
dalam penelitian ini yaitu wisatawan yang
kawasan objek wisata kota Bukittinggi.
berkunjung
Lokasi
Bukittinggi.
ini
di
pilih
sebagai
tempat
penelitian yang akan dilakukan secara
Observasi
secara bergulir.
informan
Maleong
adalah
yang
haruslah
sesuai
penelitian
dengan
karateristik
kualitatif.
Dalam
teknik
yaitu Kalau
wawancara
dan
wawancara
dan
orang, maka observasi tidak terbatas pada
dianggap banyak mengetahui informasi penentuan
sebagai
kuesioner selalu berkomunikasi dengan
penelitian dalam hal ini adalah orang yang
penelitian,
lain,
kuesioner.
dan kondisi latar penelitian. Informan
tema
kota
spesifik bila dibandingkan dengan teknik
yang
dimanfaatkan untuk memberikan informasi
seputar
wisata
pengumpulan data mempunyai ciri yang
(2010:132),
orang-orang
objek
1. Observasi
langsung dan menanyakan kepada subjek
Menurut
di
orang tetapi juga obyek-obyek alam yang lain (Sugiyono, 2013). Sutrisno
rangka
Hadi
(1986)
bahwa,
observasi
memperoleh data dan informasi yang
mengemukakan
relevan dengan permasalahan penelitian,
merupakan proses yang kompleks, suatu
maka pengumpulan data dilakukan dengan
proses yang tersusun dari berbagai proses
menentukan
penelitian.
biologis dan psikhologis. Dua diantara
Penelitian ini di ambil dengan teknik
yang terpenting adalah prosese-proses
purposive sampling. Menurut Sugiyono,
pengamatan dan ingatan.
informasi
(2009) purposive sampling adalah teknik
Dari
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan
tertentu.
Pertimbangan
dalam hal ini yakni orang-orang yang
topik
penelitian
proses
pengumpulan
data,
dibedakan
menjadi
pelaksanaan
observasi
dapat
participant
observation (observasi berperan serta)
memiliki kriteria dan dianggap paling tahu tentang
segi
dan
(Sugiyono,
non
participant
observation,
selanjutnya dari segi instrumentasi yang
2009:218). Informan kunci adalah Kepala
digunakan,
Dinas Pariwisata dan Informan pendukung
maka
observasi
dapat
dibedakan menjadi terstruktur dan tidak
adalah pengunjung objek wisata kota
terstruktur (Sugiyono, 2014).
Bukittinggi. 6
2. Wawancara
1. Reduksi Data
Wawancara
adalah
percakapan
Merupakan proses memilah dan
dengan maksud tertentu. Percakapan itu
memilih data yang didapatkan di lapangan.
dilakukan
yaitu
Data berbentuk catatan-catatan lapangan
mengajukan
yang harus ditafsir atau diseleksi, memilih
oleh
dua
pewawancara pertanyaan
pihak,
yang dan
terwawancara
yang
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada
memberikan jawaban atas pertanyaan itu
hal-hal penting dan membuang yang tidak
(Moleong, 2008). Maksud mengadakan
perlu. Data yang diperoleh melalui studi
wawancara,
dokumentasi, wawancara serta angket
seperti
ditegaskan
oleh
Lincoln dan Guba (1985:266), antara lain:
kemudian
mengkonstruksi mengenai orang, kejadian,
direduksi.
organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan,
kesimpulannya dapat diverifikasi untuk
dan kepedulian. Dalam penelitian kualitatif
dijadikan
sebaiknya digunakan wawancara terbuka
masalah yang diteliti.
yang para subjeknya tahu bahwa mereka
dipelajari,
ditelaah,
Dengan
temuan
dan
demikian
penelitian
terhadap
2. Penyajian Data
sedang diwawancarai dan mengetahui pula Dalam
apa maksud dan tujuan wawancara itu.
penyajian
data
peneliti
menyusun secara sistematis sehingga data
3. Dokumentasi
yang diperoleh dapat menjelaskan atau
Dokumentasi sangat dibutuhkan untuk
menjawab masalah penelitian. Selain itu
memperkuat data dan hasil penelitian yang
penyajian data dilakukan dengan hati-hati
didapat dari lapangan. Dokumentasi dapat
agar data yang teruji tidak menimbulkan
berupa catatan, foto, buku, dan lainnya
masalah
yang
mengurangi
didapat
sebelum
dan
sesudah
melakukan penelitian.
sehingga
akhirnya
kesalahan
data
dapat yang
terkumpul.
Analisa yang dilakukan adalah dengan
3.
Pengambilan
kesimpulan
pengolahan data yang mengacu pada
(Vertifikasi)
seluruh kegiatan mengenai objek wisata
Pengambilan kesimpulan merupakan
kota Bukittinggi. Dalam penelitian ini
analisis lanjutan dari reduksi data dan
menggunakan teknik analisa data yang
display data sehingga dapat disimpulkan
dilakukan menurut model Miles dan
tentang kebenaran mengenai Objek Wisata
Huberman (dalam iskandar, 2009:223)
di Kota Bukittinggi. Penarikan kesimpulan
melalui langkah-langkah sebagai berikut:
dilakukan dengan cermat, dan bertahap 7
dari
kesimpulan
sementara
sampai
sedang dicari dan kemudian memuat dari
kesimpulan terakhir. Penarikan kesimpulan
pada masalah penelitian.
dapat berupa dari pemikiran yang timbul
3.
dalam pemikiran peneliti ketika menulis
Triangulasi adalah untuk memeriksa keabsahan
dengan melihat kembali catatan lapangan sehinggan kesimpulan yang dibuat sesuai
data
dengan tujuan penelitian. Selain itu dalam
keabsahan
penarikan kesimpulan peneliti juga tidak
pengecekan atau sebagai perbandingan
terlepas dari saran dari pihak lain guna
terhadap data yang diperoleh.
tercapainya kebenaran ilmiah. Setelah
yang
memanfaatkan
data
itu
untuk
sesuatu keperluan
a. Triangulasi Sumber
hasil penelitian telah teruji kebenarannya Dilakukan
maka peneliti menarik kesimpulan tentang mengenai
Objek
Bukittinggi.
Wisata
Dalam
di
bentuk
pengecekan
dan
berdasarkan sumber-sumber tertentu.
Kota
deskriptif
b. Triangulasi Teknik
sebagai laporan penelitian. (2010:326)
Mengecek data pada sumber data
keabsahan data atau kepercayaan terhadap
yang sama dengan teknik yang berbeda,
data hasil penelitian kualitatif antara lain
misalnya dengan wawancara kemudian
dilakukan
dicetak
Menurut
Maleong
dengan
teknik
menguji
observasi
dan
dokumentasi.
keabsahan data yang diperoleh dilakukan dengan beberapa cara antara lain: 1.
dengan
4.
Pemeriksaan sejawat dengan diskusi
Perpanjangan keikutsertaan Teknik ini dilakukan dengan cara Dalam
penelitian
ini,
penelitian
mengekspor hasil sementara atau hasil
berfungsi sebagai instrument artinya kaitan serta
penelitian
pada
objek
akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi
yang
rekan-rekan sejawat.
ditelitinya. Hal ini dimaksudnya supaya HASIL DAN PEMBAHASAN
data di peroleh betul-betul dapat di percaya karena sudah berulang kali diamati.
Berdasarkan 2.
Ketekunan pengamatan Ketekunan
pengamatan
hasil
temuan
dilapangan dan sesuai tujuan penelitian, maka didapatkan hasil wawancara dengan
bertujuan
beberapa
menemukan ciri-ciri dalam situasi yang
informasi
dapat
di
ambil
kesimpulan mengenai Persepsi Wisatawan 8
Dalam Pemanfaatan Badan Jalan Sebagai
Fasilitas parkir di objek wisata Great
Lahan Parkir Di Objek Wisata Kota
Wall Koto Gadang kurang memadai dan
Bukittinggi.
masih
Pertama,
Persepsi
kurang
baik
itu
saran
dan
prasarananya juga belum ada di objek
wisatawan
wisata ini. Lahan parkir disini juga tidak
mengenai Fasilitas parkir di objek wisata
mencukupi bagi pengunjung yang ingin
Jam Gadang ini masih kurang memadai,
berkunjung ke Great Wall Koto Gadang ini
dikarenakan lahan pakir yang sempit
untuk memakirkan kendaraannya.
sehingga tidak mampu menampung parkir kendaraan bagi pengunjung yang ingin
Fasilitas parkir di Lobang Jepang ini
berkunjung ke objek wisata Jam Gadang
masih kurang. Karena lahan parkir di
ini. Lahan parkir yang tidak memadai
objek wisata ini masih di tepi jalan dan
mengakibatkan dampak disekitar objek
memakai badan jalan. Lahan ini juga tidak
wisata ini sering terjadinya kemacetan,
mampu
apalagi pas hari libur akan membuat
pengunjung yang parkir di objek wisata
kemacetan yang panjang sekali. objek
ini. Akibat dari lahan parkir memakai
wisata ini memiliki fasilitas parkir yang
badan
kurang, dengan lahan yang sempit yang
kemacetan, apalagi pada saat hari libur.
tidak mampu memenuhi parkir kendaraan pengunjung
yang
ingin
menampung
jalan
ini
kendaraan
sering
terjadinya
Fasilitas parkir di objek wisata
memakirkan
Kebun Binatang dan Benteng For De Kock
kendaraannya di objek wisata Jam Gadang
ini berdasarkan hasil wawancara yang
ini. Akibatnya di sekitar objek wisata ini
telah dilakukan bahwa fasilitas parkir
sering terjadinya kemacetan.
disini masih kurang bagi pengunjung yang
Fasilitas parkir di objek wisata
memakirkan
kendaraannya.
Di
objek
Taman Ngarai Maaram kurang memadai
wisata ini masih banyak yang memakirkan
khusunya mobil, karena lahan parkir yang
kendaraannya di badan jalan karena lahan
sempit sehingga tidak mampu menampung
parkir yang kecil dan sempit sehingga
parkir pengunjung yang ingin pergi ke
tidak
sana. Kalau hari-hari biasa lahan parkir
kendaraan bagi pengunjung. Dampaknya
disini
dari lahan parkir yang sedikit akses jalan
mampu
menampung
parkir
kendaraan pengunjung, sementara kalau
mampu
menampung
parkir
menuju objek wisata ini menjadi macet.
hari libur lahan parkir di objek wisata ini
Menurut Tjiptono (2006) dengan
masih kurang.
fasilitas yang baik maka dapat membentuk 9
persepsi di mata pelanggan. Di sejumlah
Kedua,
Persepsi
wisatawan
tipe jasa, persepsi yang terbentuk dari
mengenai parkir di badan jalan di objek
interaksi antara pelanggan dengan fasilitas
wisata Jam Gadang pengunjung yang
berpengaruh terhadap kualitas jasa d mata
banyak memilih parkir kendaraan di badan
pelanggan.
jalan karena tidak memadainya lahan parkir di objek wisata ini, akibatnya
Parkir adalah keadaan tidak bergerak
terganggunya akses jalan ke objek wisata
suatu kendaraan yang bersifat sementara
ini kalau sosusinya kembalikan lagi ke
karena ditinggalkan oleh pengemudinya.
pemerintah agar memprihatikan mengenai
Setiap pengendara kendaraan bermotor
lahan parkir di objek wisata ini agar
memiliki kecendrungan untuk mencari
mencukupi sehingga tidak adanya lagi
tempat untuk memarkir kendaraannya
parkir di badan jalan.
sedekat mungkin dengan tempat kegiatan atau aktifitasnya. Sehingga tempat-tempat
Sedangkan di objek wisata Taman
terjadinya suatu kegiatan misalnya seperti
Ngarai Maaram parkir di badan jalan itu
tempat kawasan pariwisata diperlukan
tidak aman karena dapat mengganggu
areal
kenyamanan
parkir.
Pembangunan
sejumlah
lalu
lintas
yang
gedung atau tempat-tempat kegiatan umum
mengakibatkan
seringkali tidak menyediakan areal parkir
pengunjung memilih parkir di badan jalan
yang
karena lahan parkir yang tidak mencukupi
cukup
sehingga
berakibat
penggunaan sebagian lebar badan jalan
kemacetan.
dapat
Kendala
dan sempit.
untuk parkir kendaraan (Warpani, 1990).
Objek wisata Great Wall Koto
Berdasarkan pembahasan di atas
Gadang parkir di badan jalan tidak aman.
maka hasil wawancara mengenai fasilitas
Pengunjung banyak memilih parkir di
parkir di objek wisata kota bukittinggi
badan jalan karena lahan parkir tidak
masih
mencukupi untuk pengunjung memakirkan
kurang
menyebabkan
memadai,
tidak
sehingga
mampunya
lahan
kendaraannya. Dengan dampak terjadinya
parkir di objek wisata kota Bukittinggi
kemacetan di sekitar lokasi objek wisata
memakirkan
ini.
kendaraannya.
Akibatnya
parkir di badan jalan menjadi pilihan
Objek wisata Lobang Jepang ini
pengunjung untuk memakirkan kendaraan. Dampak
dari
sempit
lahan
bahwa parkir di badan jalan tidak aman.
parkir
Pengunjung banyak memilih parkir di
terjadinya kemacetan di sekitar objek
badan jalan karena lahan parkir tidak
wisata kota Bukittinggi. 10
mencukupi untuk pengunjung memakirkan
lain, Selain itu parkir badan jalan dianggap
kendaraannya. Dengan dampak terjadinya
lebih aman dibandingkan dengan parkir di
kemacetan di sekitar lokasi objek wisata
daerah yang jauh dari pengawasan pemilik
ini, sehingga sebaiknya di buat parkir
kendaraan. Namun mengingat keterbatasan
khusus untuk menampung pengunjung
ruang parkir yang ada di badan jalan yang
yang ingin datang kesini.
kadang tidak seimbang dengan permintaan parkir kendaraan, akibat dari suatu bentuk
Objek wisata Kebun Bintang dan
aktivitas perekonomian ataupun kegiatan
Benteng For de Kock bahwa parkir di
lain
badan jalan sangat menggangu. Luas lahan
pengunjung
untuk menampung kebutuhan parkir yang ada (Abu Bakar 1996).
kemacetan pun tidak bisa di hindari. merupakan
Berdasarkan hasil wawancara yang
prasarana
telah dilakukan bahwa dapat di simpulkan
transportasi yang diperuntukan sebagai
mengenai parkir di badan jalan di kota
tempat pemberhentian kendaraan dalam
Bukittinggi
jangka waktu atau lama, sesuai dengan
kota
Parkir di badan jalan merupakan pelanggaran
penyebabnya
yaitu
Bukittinggi
pengunjung
sehingga
yang
banyak
memilih
untuk
dapat
memakirkan kendaraannya di badan jalan.
menyebabkan dampak yang besar untuk
Selain itu juga pengunjung merasa lebih
lalu lintas. Pada dasarnya setiap orang
dekat relatif dekat dengan jalan sebagai
dilarang memanfaatkan ruang manfaat
media penghubung antara satu tempat
jalan
dengan tempat lain, suatu kepentingan
yang
yang
sudah
kurangnya lahan parkir di objek wisata
kebutuhan pengendara (Noperiyadi, 2015).
suatu
bangkitan
tertentu yang diperuntukkan secara khusus
memakirkan
kendaraannya badan jalan. Penyebabnya
Parkir
menimbulkan
perjalanan maka dibutuhkan suatu lahan
parkir juga tidak memadai penyebab kendala
yang
mengakibatkan
terganggu
fungsi jalan. Terganggunya fungsi jalan ini
dengan kepentingan lain.
misalnya parkir kendaraan untuk keperluan
Ketiga,
lain selain dalam keadaan darurat.
Persepsi
wisatawan
mengenai kebijakan pemerintah tentang
Kegiatan parkir tepi jalan pada
larangan parkir di objek wisata Jam
umumnya karena selain relatif dekat
Gadang bahwa kebijakan pemerintah ada,
dengan jalan sebagai media penghubung
upaya
antara satu tempat dengan tempat lain,
mendirikan gedung parkir walaupun jauh
suatu kepentingan dengan kepentingan
dari 11
pemerintah
objek
wisata
pun
ini.
ada
Sanksi
dengan
yang
diberikan bagi yang melanggar yaitu ban
Pelanggaran
parkir
adalah
mobilnya di kempesin, motornya di angkat
pelanggaran terhadap aturan lalu lintas
ke kantor Satpol PP.
yang di tandai dengan rambu larangan parkir dan rambu larangan stop. Larangan
Objek wisata Taman Ngarai Maaram
di tetapkan karena alasan kapasitas jalan
kebijakan pemerintah sudah ada dan sudah
lebih diutamakan daripada memberikan
bagus. Upaya pemerintah juga sudah ada,
akses, ataupun karena alasan keselamatan
sanksi yang diberikan pun yaitu kalau roda
(Wikipedia, 2017).
2 di angkat kekantor Satpol PP, sedangkan yang roda 4 di kempeskan bannya.
Untuk
yang telah diubah dengan UU No 22Tahun
Gadang mengenai kebijakan pemerintah
2009 dalam Pasal 106 ayat (4) yang
tentang larangan parkir di badan jalan disimpulkan
pemerintah
disini
bahwa belum
berbunyi:
kebijakan ada,
Lobang
orang
yang
mematuhi ketentuan. Dan pasal 287 ayat (3)
ini sedangkan soal sanksi disini belum ada. wisata
setiap
mengemudikan kendaraan bermotor wajib
upaya
pemerintah juga belum ada di objek wisata
Objek
parkir
didasarkan pasal 61 UU no 14 tahun 1992
Objek wisata Great Wall Koto
dapat
menertibkan
setiap
kendaraan
orang
yang
bermotor
memarkirkan dijalan
yang
Jepang
melanggar gerakan aturan lalu lintas
mengenai kebijakan pemerintah tentang
sebagaimana dimaksud dalam pasal 106
larangan parkir di objek wisata Lobang
ayat (4) atau tata cara berhenti dan parkir
jepang bahwa kalau kebijakan pemerintah
sebagaimana dimaksud dalam pasal 106
sudah ada, tapi upaya pemerintah belum
ayat (4) dipidana dengan pidana kurungan
ada untuk memikirkan lahan parkir di
paling lama 1 (satu) bulan atau denda
objek wisata ini. Kalau sanksi ada seperti
paling banyak Rp.250.000,00 (Wikipedia,
peringatan bagi yang melanggarnya.
2017).
Objek wisata kebun binatang dan
Berdasarkan hasil wawancara yang
benteng for de kock bahwa kebijakan dan
dilakukan mengenai kebijakan pemerintah
upaya pemerintah sudah ada, seperti diberi
di
sanksi bagi
yang parkir tidak pada
disimpulkan bahwa kebijakan pemerintah
tempatnya yaitu mengangkat kendaraan ke
dan upaya pemerintah mengenai larangan
kantor Satpol PP, mengempeskan ban
parkir sudah ada. Upaya yang dilakukan
mobil yang parkir sembarangan tempat.
yaitu sudah adanya sanksi bagi yang
objek
melanggar 12
wisata
yaitu
kota
berupa
Bukittinggi
ban
mobil
dikempeskan, motor di bawa ke kantor
penghubung
Satpol
dengan
PP
dengan
membayar
denda
sebesar 250.000,00 dan juga penilangan.
observasi
3. Persepsi kebijakan
uraikan pada bab sebelumnya tentang
Kota
Bukittinggi
dapat
Persepsi
kepentingan
wisatawan
penilangan.
Bukittinggi
pengunjung
menjadi
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur
pilihan
untuk
memakirkan
kendaraan. Dampak
dari sempit
Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta: Rineka Cipta Bakaruddin. 2008. Perkembangan dan
lahan parkir terjadinya kemacetan di objek
wisata
Permasalahan
kota
Hadijah, ida. Srihayani Leni. 2016.
2. Persepsi wisatawan mengenai parkir
“Pengaruh parkir badan jalan
di badan jalan bagi pengunjung
terhadap kinerja ruas jalan”.
objek wisata kota Bukittinggi yaitu
Tapak Vol. 5 No. 2 Mei 2016 t
kurangnya lahan parkir di objek
Mela
wisata kota Bukittinggi sehingga
sebagai
“Persepsi
tentang
pelebaran
di Kelurahan Olo Kecamatan
juga
Padang Barat Kota Padang”.
pengunjung merasa relatif dekat jalan
2015.
jalan samudera sepanjang pantai
untuk memakirkan kendaraannya di itu
Agustia. masyarakat
banyak pengunjung yang memilih
Selain
Kepariwisataan.
Padang: UNP PRESS
Bukittinggi.
jalan.
tentang
denda sebesar 250.000,00 dan juga
memakirkan kendaraannya. Parkir di jalan
pemerintah
kantor Satpol PP dengan membayar
tidak mampunyai lahan parkir di kota
terhadap
dikempeskan, motor di bawa ke
mengenai
memadai, sehingga menyebabkan
wisata
wisatawan
melanggar yaitu berupa ban mobil
fasilitas parkir yaitu masih kurang
dengan
dengan
sudah adanya sanksi bagi yang
di
simpulkan sebagai berikut:
badan
suatu
ada. Upaya yang dilakukan yaitu
Badan Jalan sebagai Lahan Parkir di Objek
sekitar
lain,
larangan parkir di badan jalan sudah
Persepsi Wisatawan Dalam Pemanfaatan
badan
tempat
disekitar objek wisata tersebut.
dan
wawancara serta pembahasan yang telah di
objek
satu
lain. Dan akibatnya terjadinya macet
Berdasarkan
1.
tempat
kepentingan
KESIMPULAN
Wisata
antara
Skripsi
media 13
Pendidikan
Geografi.
STKIP PGRI Sumatera Barat:
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian
Padang.
Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.
Moleong, J. Lexi. (2008). Metodelogi
Wikepedia Ensiklopedia Bebas. 2017.
Penelitian Kualitatif. Bandung.
Pelanggaran Parkir.
Remaja Rosdakarya Offset
https://id.wikipedia .org/wiki/
Moleong, J. Lexi. (2010). Metodologi
Pelanggaranparkir.com. Di akses
Penelitian Kualitatif. Bandung.
pada 6 Maret 2017. 16:35:10
Remaja Risda Karya
WIB. Yuselvia, Vivi Citra. 2014. “Persepsi
Mulyadi A.J. 2012. Kepariwisataan dan Perjalanan.
Jakarta:
Rajawali
Masyarakat Dalam Memelihara
Press
Hutan Lindung di Kenagarian
Noperiyadi. 2015.”Tata Ulang Lahan
Paru
Kecamatan
Parkir pada Jalan Kalimantan
Kabupaten
Kota Lubuk Linggau”. Jurnal
STKIP PGRI.
3, No 1. Maret 2015. 2014.
Sijunjung”.
Skripsi
Zikra, Albi. 2014. “Analisis Tingkat
Teknik Sipil dan Lingkungan Vol.
Suchaina,
Sijunjung
Kekotaan di Sepanjang Jalan
“Pengaruh
Kualitas
Nasional
Kabupaten
Fasilitas Sarana Dan Prasarana
Dharmasraya”.
Skripsi
terhadap
Pendidikan
STKIP
Peningkatan
Jumlah
Pengunjung Wisata Danau Ranu
PGRI Sumatera Barat: Padang.
Grati”. Jurna Psikologi Vol. II,
Yoeti, Oka A. 1996. Pengantar ilmu
No. 2, hal 89-109. Sugiono,
2013.
Metode
Geografi.
pariwisata. Bandung: Angkasa.t Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Rajawali Pers.
14