PERSEPSI SISWA TERHADAP GURU PEMBIMBING DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP NEGERI 4 MUARO JAMBI Zulkarnain
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari tahu gambaran bagaimana persepsi siswa terhadap guru pembimbing dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di SMP Negeri 4 Muaro Jambi.Jenis penelitian ini adalah penelitian deskripif analisis, yaitu penelitian yang berusaha menggambarkan keadaan subjek pada saat itu atau menggambarkan lapangan sebagaimana adanya dengan menganalisis data di lapangan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini akan dianalisis jenis datanya. Penelitian akan menggunakan analisis kualitatif berdasarkan pemikiran rasional.Hasil penelitian sebagian siswa atau 57,6 % (sedang) siswa mempunyai persepsi positif terhadap guru pembimbing dalam meningkatkan motivasi belajar.Dengan demikian disimpulkan bahwa sebagain siswa memiliki persepsi yang baik terhadap guru pembimbing dalam meningkatkan motivasi belajar, sedangkan 42,4% siswa memiliki persepsi yang rendah terhadap guru pembimbing dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di SMP Negeri 4 Muaro Jambi.
Latar Belakang Masalah Dalam proses pembelajaran di sekolah terdapat dua profesi guru yaitu guru mata pelajaran dan guru pembimbing (guru bimbingan dan konseling). Peran guru pembimbing sangat penting sekali, karena disamping memberikan petunjuk dan arahan terhadap siswa, yang lebih penting lagi adalah bagaimana perannya dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, karena tanpa diberikan motivasi yang terus-menerus perkembangan anak untuk belajar selalu terhambat. Terwujudnya motivasi belajar yang tinggi, perlu adanya dukungan dari pihak sekolah dalam hal ini terutama dari guru pembimbing. Sebagai pemberi pelayanan bantuan bagi siswa, keberadaan guru pembimbing dalam hal ini menjadi tugas esensial bagi kelancaran proses belajar mengajar di sekolah. Pemberian bantuan dalam bentuk bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh guru pembimbing khususnya di sekolah, diharapkan akan memberikan dampak yang positif terhadap optimalisasi potensi siswa. Hal ini sejalan dengan tujuan bimbingan dan konseling, yaitu menumbuhkan, mengembangkan, dan membantu individu yang membutuhkannya terutama terkait proses belajar siswa.
1
2
Pola umum bimbingan dan konseling meliputi keseluruhan bidang bimbingan, jenis-jenis layanan dan kegiatan pendukung. Pola tersebut adalah pola 17 plus. Yang terdiri dari 6 bidang bimbingan, 9 jenis layanan dan 6 kegiatan pendukung.Prayitno (1989) menjelaskan bahwa motivasi belajar tidak hanya sebagai energi yang mengarahkan anak untuk belajar, tapi juga suatu energi yang mengarahkan aktivitas siswa kepada tujuan belajar yang diharapkan. Menurut Iskandar (2009:181) “motivasi belajar adalah daya penggerak dari dalam diri individu untuk melakukan kegiatan belajar menambah pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman”. Lebih lanjut Djamarah (2002:115) mengemukakan motivasi terdiri dari 2 macam yaitu 1).Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah dorongan untuk melakukan sesuatu. 2). Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya rangsangan dari luar. Termasuk dalam motivasi instrinsik adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut terlihat dari minat, perhatian, ketekunan dan konsentrasinya dalam belajar, sedangkan yang termasuk dalam motivasi ekstrinsik adalah ingin mendapatkan pujian, hadiah, menghindari hukuman dan untuk memenuhi kewajiban. Peserta didik yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar akan mengalami kegagalan dapat dinyatakan peserta didik tinggal kelas. Untuk itu guru pembimbing berkewajiban membantu peserta didik yang mengalami masalah terkait kurangnya motivasi peserta didik dalam belajar. Menurut Prayitno dan Erman Amti (1999:286) langkah-langkah yang dapat dilakukan guru pembimbing dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik adalah 1).Pemberian informasi belajar. 2). Menyesuaikan pengajaran dengan bakat, kemampuan minat siswa. 3). Menciptakan suasana pembelajaran yang menentang, merangsang dan menyenangkan. 4). Memberi hadiah atau (penguatan) dan hukuman bilamana perlu. 5). Menciptakan suasana hubungan yang hangat dan dinamis antara guru dan murid serta antara murid dan murid. 6). Menghindari tekanan-tekanan dan suasana yang tidak menentu, seperti suasana yang menakutkan, mengecewakan, membingungkan dan menjengkelkan. 7. Melengkapi sumber dan peralatan belajar.
3
Berdasarkan dari fenomena diatas, pelayanan yang diberikan oleh guru pembimbing meskipun belum dilakukan seoptimal mungkin, maka dapat terjadi pandangan, tanggapan dan reaksi yang berbeda-beda dari siswa tentang pelayanan yang telah diberikan oleh guru pembimbing dalam meningkatkan motivasi belajar.Maka dari itu penulis sangat tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang fenomena tersebut.
Tinjauan Teoritis Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya dan diteruskan ke pusat susunan syaraf yaitu otak, sehingga individu dapat mempersepsi apa yang ia lihat, ia dengar, dan sebagainya (Walgito, 1997). Persepsi juga bisa dimaknai sebagai pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat, 2001). Davidoff (1998) mengatakan bahwa dengan persepsi individu dapat menyadari, mengerti tentang keadaan lingkungan di sekitarnya dan juga tentang keadaan diri individu yang bersangkutan.Persepsi merupakan pandangan, pengamatan, atau tanggapan seseorang terhadap benda, kejadian, tingkah laku manusia atau hal-hal yang diterimanya sehari-hari. Guru pembimbing merupakan guru yang membantu siswa yang mengalami kesulitan dan perkembangan diri siswa dan membantu serta mendampingi siswa untuk mencapai perkembangan diri yang optimal. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang standar Kualiatas Akademik dan kompetentensi guru pembimbing No 27 Tahun 2008 bahwa, konteks tugas guru pembimbing berada dalam kawasan pelayanan yang bertujuan mengembangkan potensi dan memandirikan konseli dalam mengambil keputusan dan pilihan untuk mewujudkan kehidupan yang produktif, sejahtera, dan peduli keselamatan umum. Pelayanan dimaksud adalah pelayanan bimbingan dan konseling. Guru pembimbing adalah pengampu pelayanan atau ahli bimbingan dan konseling, terutama dalam jalur pendidikan formal dan non formal.
4
Agar pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling disekolah berjalan secara optimal dan dapat dirasakan oleh siswa maka sebagai guru pembimbing harus dapat memfungsikan seoptimal mungkin personil dan peran dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Tujuan layanan bimbingan dan konseling di sekolah yaitu agar tercapainya perkembangan secara optimal dalam diri siswa.Perkembangan yang optimal pada siswa diindentifikasikan dengan perolehan hasil belajar yang optimal, dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi serta menunjukan interaksi sosial yang positif. Menurut Prayitno dan Erman Amti (1999:286) langkah-langkah yang dapat dilakukan guru pembimbing dalam meningkatkan motivasi belajar siswa adalah: 1. Menjelaskan tujuan belajar. 2. Menyesuaikan pengajaran dengan bakat, kemampuan minat siswa. 3. Menciptakan suasana pembelajaran yang menentang, merangsang dan menyenangkan. 4. Memberi hadiah atau (penguatan) dan hukuman bilamana perlu. 5. Menciptakan suasana hubungan yang hangat dan dinamis antara guru dan murid serta antara murid dan murid. 6. Menghindari tekanan-tekanan dan suasana yang tidak menentu, seperti suasana yang menakutkan, mengecewakan, membingungkan dan menjengkelkan. 7. Melengkapi sumber dan peralatan belajar Istilah motivasi berasal dari kata motif dalam bahasa inggrisnya motive, berasal dari kata motion yang dapat diartikan gerakan atau sesuatu yang bergerak (Fauzi, 1998; 59). Jadi istilah motif erat kaitannya dengan gerak, yaitu gerakan yang dilakukan oleh manusia atau disebut juga perbuatan atau tingkah laku. Motif dalam psikologi berarti rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga terjadinya suatu tingkah laku. Perilaku manusia ditimbulkan atau dimulai dengan adanya motivasi. Penilaian tentang motivasi banyak dilakukan atau digunakan dalam berbagai bidang pendidikan. Berdasarkan motivasi seseorang dapat melakukan sesuatu yang diinginkan. Purwanto (2000; 71) mengartikan motivasi sebagai suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan, dan menjaga tingkah laku seorang anak agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai
5
hasil atau tujuan pendidikan sesuai yang diharapkan dan ditetapkan dalam kurikulum sekolah. Hamalik (1992; 73) menyatakan bahwa motivasi ditandai oleh harapan untuk sukses dalam memecahkan masalah, tinjauan masa depan yang optimis dan prestasi akademis, dorongan sosial, dorongan aktivitas dorongan untuk merasa aman, dorongan untuk dihargai, dan dorongan untuk dimiliki. Dimyati (1999) menyatakan belajar adalah suatu proses yang melibatkan manusia secara orang per orang sebagai satu kesatuan organisme sehingga terjadi perubahan pada pengetahuan, ketrampilan, dan sikap. Belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri individu yang sedang belajar baik potensial maupun eksternal. Setelah melakukan belajar diharapkan seseorang
atau
siswa
dapat
bertambah
pengetahuannya,
berkembang
kemampuannya menyelesaikan masalah, siap melakukan suatu perbuatan yang lebih baik sesuai kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (1991) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagaimana hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sardiman (2001) mengemukakan bahwa motivasi memiliki peran sebagai pendorong usaha dalam mencapai prestasi.Seseorang melakukan usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menentukan hasil yang baik pula, dengan kata lain adanya usaha yang didasari motivasi akan melahirkan prestasi yang baik.
Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif analitis. Penelitian deskriptif
analitis
tersebut
merupakan
jenis
penelitian
yang
berusaha
menggambarkan keadaan subyek pada saat itu atau menggambarkan lapangan sebagaimana adanya dengan menganalisis data di lapangan (Sutja, dkk, 2004;45). Penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan lapangan atau masalah yang akan dibahas melalui pengambilan data relevan. Dalam penelitian deskriptif hanya akan digambarkan keadaan masalah yang sebenarnya
6
berdasarkan
data
yang
diperoleh.
Sedangkan
Ruseffendi
(1984:
30)
menyampaikan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggunakan angket, observasi atau wawancara mengenai keadaan sekarang sesuai tentang objek yang akan diteliti. Menurut Sutja dkk, (2012:80) menyatakan bahwa populasi adalah aspek atau karekteristik tertentu dari subjek penelitian.Untuk itu yang menjadikan populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa SMP Negeri 4 Muaro Jambi yang berjumlah 155 siswa.menurut Arikunto (2006:126) mengenai tehnik pengambilan sampel yaitu” Apabila subjek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, selanjutnya apabila subjeknya lebih besar dari 100 diambil antara 10%-15% atau 20%-25%. Sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Berhubung jumlah populasi lebih dari 100 orang maka jenis sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan merujuk pada pendapat Sutja dkk, (2000; 84) yaitu dengan menggunakan ”Simple Random Sampling” yaitu tiap kelas diambil sebanyak 25% dari jumlah anak setiap kelas secara acak jadi setiap siswa berpeluangan yang sama untuk menjadi sampel penelitian. Kriteria pengambilan sampel seperti ini cocok bilaman populasi homogen, tidak ada klasifikasi atau tingkatan, dan penelitian tidak mempersoalkan kategori atau klasifikasi tertentu pula dari sampel penelitian. Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data tentang aspek yang menyangkut dengan upaya guru pembimbing dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di SMP Negeri 4 Muaro Jambi yang diperoleh dari penyebaran angket secara langsung kepada sampel penelitian.Sumber data diperoleh melalui siswa yang berada di sekolah tempat berlangsungnya penelitian dan mereka juga merupakan sampel dari penelitian ini. Alat pengumpul data penelitian menggunakan ini menggunakan angket tentang persepsi siswa terhadap guru pembimbing dalam meningkatkan motivasi belajar siswa SMP Negeri 4 Muaro Jambi yang terdiri dari 40 item pertanyaan yang dibagi menjadi 6 (enam) indikator penilaian yang terdiri dari: (1)Pemberian informasi tujuan belajar,(2) Penyesuaian pengajaran dengan bakat dan minat siswa,(3)Penciptaan suasana pembelajaran yang menentang, merangsang dan menyenangkan,(4)Pemberian
hadiah
atau
(penguatan)
dan
hukuman,(5)
7
Penciptaan suasana hubungan yang hangat dan dinamis antara guru dengan murid serta antara murid dengan murid, (6) Menghindari tekanan-tekanan dan suasana yang tidak menentu, seperti suasana yang menakutkan, mengecewakan, membingungkan dan menjengkelkan.
Hasil Penelitian dan Pembahasan Persepsi siswa terhadap guru pembimbing dalam meningkatkan motivasi belajar siswa secara menyeluruh terlihat sebagian besar siswa mempunyai persepsi yang positif terhadap guru pembimbing dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di SMP Negeri 4 Muaro Jambi. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata persentase sebesar 57,6% siswa memilih jawaban YA. Sebanyak 19 item angket (47,5%) memiliki skor tinggi, 17 item angket (42,5%) memiliki skor sedang dan 4 item angket (10%) memiliki skor rendah. Dengan demikian guru pembimbing memiliki peran dan kontribusi dalam meningkatkan motivasi belajar siswa sesuai dengan persepsi siswa yang positif. Persentase 67% (tinggi) menunjukan sebagian besar siswa mempunyai persepsi baik terhadap guru pembimbing dalam pemberian informasi tujuan belajar.Persentase 55% (sedang) menunjukan sebagian siswa mempunyai persepsi baik terhadap guru pembimbing dalam penyesuaian pengajaran dengan baka dan minat.Persentase 59% (sedang) menunjukan sebagian siswa mempunyai persepsi baik terhadap guru pembimbing dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, merangsang dan menyenangkan.Persentase 54% (sedang) menunjukan sebagain siswa mempunyai persepsi baik terhadap guru pembimbing dalam pemberian hadiah/penguatan dan hukuman.Persentase 56% (sedang) menunjukan sebagian siswa memiliki persepsi baik terhadap guru pembimbing dalam menciptakan suasana hubungan yang hangat dan dinamis antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa.Dan persentase 55% (sedang) menunjukan sebagian siswa memiliki persepsi baik terhadap guru pembimbing dalam pengurangan tekanan-tekanan dan suasana tidak menentu dalam belajar.
8
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan secara umum adalah sebagian (57,6%) siswa mempunyai persepsi yang baik terhadap guru pembimbing dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di SMP Negeri 4 Muaro Jambi. Secara Khusus sebagian besar (67%) siswa mempunyai persepsi yang baik terhadap guru pembimbing dalam meningkatkan motivasi belajar melalui pemberian informasi tujuan belajar di SMP Negeri 4 Muaro Jambi.Sebagian (55%) siswa mempunyai persepsi yang baik terhadap guru pembimbing dalam meningkatkan motivasi belajar melalui penyesuaian pengajaran dengan bakat dan minat siswa di SMP Negeri 4 Muaro Jambi.Sebagian (59%) siswa mempunyai persepsi yang baik terhadap guru pembimbing dalam meningkatkan motivasi belajar melalui penciptaan suasana pembelajaran yang menentang, merangsang dan menyenangkan siswadi SMP Negeri 4 Muaro Jambi.Sebagian (54%)siswa mempunyai persepsi yang baik terhadap guru pembimbing dalam meningkatkan motivasi belajar melalui pemberian hadiah/penguatan dan hukuman di SMP Negeri 4 Muaro Jambi.Sebagian (56%)siswa mempunyai persepsi yang baik terhadap guru pembimbing dalam meningkatkan motivasi belajar melalui penciptaan suasana hubungan yang hangat dan dinamis antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswadi SMP Negeri 4 Muaro Jambi.Sebagian (55%)siswa mempunyai persepsi yang baik terhadap guru pembimbing dalam meningkatkan motivasi belajar melalui pengurangan tekanan-tekanan dan suasana yang tidak menentu dalam belajardi SMP Negeri 4 Muaro Jambi. Dengan demikian disimpulkan bahwa sebagain siswa memiliki persepsi yang baik terhadap guru pembimbing dalam meningkatkan motivasi belajar, sedangkan 42,4% siswa memiliki persepsi yang rendah terhadap guru pembimbing dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di SMP Negeri 4 Muaro Jambi. Adapun yang menjadi saran dalam penelitian ini yaitu: (1). Bagi Kepala Sekolah, untuk selalu memperhatikan peningkatan kompetensi guru pembimbing dalam rangka memberikan layanan pembelajaran yang baik bagi siswa serta menjaga motivasi belajar siswa yang tinggi. (2). Bagi guru pembimbing, untuk selalu meningkatkan layanan informasi tujuan belajar pada khususnya dan
9
layanan bimbingan konseling lainnya
guna
membantu
siswa dalam
meningkatkan motivasi belajarnya. Selain itu guru pembimbing perlu memberikan penjelasan mengenai setiap tahap kegiatan belajar megajar sehingga siswa mempunyai persepsi yang positif.
Kepustakaan Amti, Erman & Prayitno. 1999. Dasar dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Asmaneli, Kasih. F, & Zaini, A. 2013.Upaya Guru Pembimbing dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Tinggal Kelas Di SMP Negeri Kecamatan Ranah Pesisir.Jurnal. Padang: Program Studi Bimbingan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat. Davidoff. 1998. Psikologi Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga. Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: C.V. Rajawali. Djamarah, S.B. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: P.T. Rineka Cipta. Fauzi, Ahmad. 1999. Psikologi Umum: Untuk IAIN, STAIN, PTAIS Fakultas Tarbiyah Komponen MKDK.Bandung; Pustaka Setia. Hamalik,
O.
2000.Psikologi
Belajar dan
Mengajar.
Bandung: Sinar
BaruAgresindo. Hudgins, B. 1983.Educational Psychology. New York: Prentice Hall, Inc. Idrus,
M.
2001.
Pandangan
dan
Kepedulian
Perempuan
terhadap
Anak.Jurnal.PHRONESIS, Vol. 3. No. 5. Iskandar. 2009. Pendidikan (Sebuah Orientasi Baru). Jakarta: Gaung Persada ( GP) Press. Mahmud. 1997. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia.Jakarta: Mutiara. Nasution. 1986. Pendidikan. Bandung: Jemmars. Prayitno. 1989. Metode Belajar. Jakarta: Depdikbud. Purwanto, M.P., N.M., Drs. 1995. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. RemajaRosdakarya.
10
Rakhmat, J. 2001. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Bandung: PT. RemajaRosdakarya. Ruseffendi, 1994.Statistika Dasar Untuk Penelitian. Dirjen Dikti Depdikbud. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan, Pendidikan Tinggi: Jakarta Sardiman, A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: RinekaCipta. Soemanto, W. 1984.Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara. Sudjana, N. 1998.Metode Belajar Mengajar. Jakarta: Erlangga. Sukardi, D.K. 1983. Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah.Surabaya: Usaha Nasional. Sukmadinata, N. S. 2003, Landasan Psikologi Proses Pendidikan.Bandung: Remaja Rosdakarya. Suryabrata, S. 2004. Psikologi Pendidikan.Yogyakarta. Andi Offset. Sutja, dkk, 2004.Pedoman Penulisan Skeipsi. PE_BK UNJA: Jambi Sutja, dkk, 2012.Panduan Penulisan Skripsi. Jambi: Program Studi Bimbingan Konseling FKIP Universitas Jambi. Walgito, 1997.Psikologi Sosial.Yogyakarta: Yasbit Fakultas Psikologi UGM. Winkel,WS. 1987. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Gramedia.