Psikodimensia Vol. 14 No.1, Januari - Juli 2015, 24 - 36
PERSEPSI PEREMPUAN JAWA TERHADAP PEREMPUAN BERTATO Asha Dini Kaffah dan Y. Sudiantara Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
ABSTRAKS Penelitian ini bertujuan untuk menggali pemahaman mendasar mengenai persepsi perempuan Jawa terhadap perempuan bertato. Menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data berupa observasi dan wawancara, serta survey sebagai data pelengkap. Subjeksebanyak empat orang perempuan Jawa, berusia 30-60 tahun, dan bertempat tinggal di Semarang. Analisis data dimulai dengan mengolah data yang diperoleh, menyusun dinamika psikologis, mengaitkan dengan teori, dan menganalisis, serta menarik kesimpulan. Kesimpulannya adalah persepsi perempuan Jawa terhadap perempuan bertato dipengaruhi oleh faktor diri subjek seperti sifat khas orang Jawa, kedekatan emosional dengan perempuan bertato, dan faktor lingkungan masyarakat Jawa. Sebagian besar perempuan Jawa menganggap perempuan tidak pantas untuk menato tubuh karena ingin diperhatikan meskipun tato sebagai bentuk seni. Kata kunci : tato,perempuan Jawa, persepsi
Pengguna tato di Indonesia
kecantikan, yaitu sebagai medium
tidak hanya didominasi kaum laki-
daya tarik lawan. Pada masyarakat
laki tetapi juga perempuan. Tato
Sumba,
memiliki
pergelangan kaki mereka dengan
Indonesia.
sejarah
tersendiri
Pada
di
masyarakat
warna
perempuan
hitam
pekat
merajah
untuk
tradisional misalnya, tato pada kaum
menandakan bahwa mereka telah
perempuan suku Belu di pulau
mempunyai pasangan tetap (Dewi,
Timor
2013, hal. 7). Pada suku Mentawai
merupakan
simbol
Persepsi Perempuan Jawa Terhadap Perempuan Bertato
yang
mereka. Hal ini senada dengan
usianya memasuki remaja biasanya
pernyataan Kassandra (dalam Dewi,
menjalani upacara inisiasi (peralihan
2013, hal. 3) bahwa perempuan
masa
remaja)
bertato
cenderung
(Dewi, 2013, hal. 2). Perempuan
tipikal
perempuan
pada suku Dayak Kayan
Kebanggaan
laki-laki
dan
perempuan
kanak-kanak
bertato
lebih
derajatnya
ke
yang
diperhitungkan
dibanding
perempuan
mengarah
eksibisionis.
dan
menampilkan
ke
keinginan
tato
pada
bagian
tertentu di tubuhnya, masuk dalam
yang tidak bertato. Tato bagi kaum
kategori
perempuan
bertato seolah ingin memperlihatkan
bahwa
Dayak
mereka
menandakan
adalah
anggota
sisi
eksibisionis.
Perempuan
kelembutannya
dengan
keluarga bangsawan (Maunati, 2004,
mewujudkan sebuah tato yang indah.
hal. 154).
Penelitian Sanders (dalam Dewi,
Tato
tidak lagi difungsikan
2013,
hal.
sekedar sebagai penanda pencapaian
tentang
fase-fase
terpenting
Responden
kehidupan
perempuan-perempuan
dalam
3)
mengungkapkan
lokasi
tato
pria
pertama.
paling
banyak
menerima tato pertama mereka di
suku saat mereka mencapai pubertas,
lengan
menikah dan memutuskan memiliki
sedangkan responden wanita paling
anak, namun telah pula menjadi
banyak
bagian fashion dan trend gaya hidup.
mereka di dada (35%).
Perempuan
bertato
menggunakan cenderung
pakaian
memperlihatkan
kerap
atau
tangan
menerima
Orang
Jawa
tato
(71%),
pertama
cenderung
yang
menganggap tato adalah hal yang
tato
tidak pantas, apalagi bila pengguna
Asha Dini Kaffah dan Y. Sudiantara
tato adalah perempuan. Persepsi
dalam budaya Jawa (dalam Budiati,
seperti
karena
2010, hal. 1) bahwa perempuan
memiliki
terbatas pada macak (berhias diri),
ini
tercipta
masyarakat
Jawa
kesadaran
tentang
upaya
masak
(di
dapur),
dan
manak
mencapai
(melahirkan). Hal ini telah membuat
identitas sosial yang positif. Hal ini
perempuan terhimpit pada posisi
senada dengan wawancara penulis
yang
dengan seorang perempuan Jawa
Perempuan dalam masyarakat Jawa
yaitu ibu Btari, yang selalu sengit
telah
ketika melihat perempuan bertato.
ikhlas, rila, pasrah, hormat, dan
Menurut ibu Btari subyek yang
rukun, yang merupakan ciri khas
diwawancarai pada 22 November
yang ideal mengenai perempuan
2013 pukul 17.00, yang masih
Jawa. Perempuan Jawa kemudian
keturunan keraton Solo ini, “hidup
menjadi
tidak usah neko neko dan budaya
mengekspresikan dirinya, misalnya
Jawa adalah budaya yang halus
dengan bertato karena telah terikat
sehingga tidak pantas untuk menato
dalam
tubuh”.
perempuan
Jawa
perempuan
Jawa
mempertahankan
dan
Masyarakat Jawa merupakan
terbatas
dan
ditanamkan
terkekang.
sikap
tidak
pandangan
nrima,
dapat
ciri
khas
ideal.
Anak
yang
tumbuh
masyarakat dengan adat dan budaya
dewasa selalu ditanamkan dengan
yang sangat patriarkis. Perempuan
berbagai nilai dan norma kesopanan
Jawa terikat oleh nilai-nilai budaya
karena bagi masyarakat Jawa, anak
yang melekat dalam masyarakat
perempuan harus memahami arti
yang tradisional.
kesopanan.
Ada anggapan
Persepsi Perempuan Jawa Terhadap Perempuan Bertato
Handoko
munculnya
(2010, hal. 109) menyatakan bahwa
mendalami
dinamika
persepsi
sampai pada masa jaman kolonial
perempuan
Jawa
terhadap
tato tidak begitu populer di pulau
perempuan bertato.
Hasil
penelitian
keingintahuan
untuk
Jawa. Eksistentsi tato diduga tidak
METODE PENELITIAN
terlihat karena hanya dimiliki oleh
Berdasarkan masalah dalam
segelintir orang saja dan kuatnya
penelitian
pengaruh penyebaran agama islam di
menekankan pada masalah persepsi,
pulau
maka jenis penelitiannya adalah
Jawa.
Sebagian
besar
ini
yang
lebih
masyarakat Jawa yang menganut
penelitian
kualitatif
agama
Islam
deskriptif.Penelitian
kualitatif
sebagai
cara
menganggap
tato
berhias diri
yang
dilakukan
karena
peneliti
ingin
berlebih-lebihan dan menzalimi diri
mengeksplor fenomena yang tidak
sendiri karena terdapat unsur unsur
dapat diakuntifikasikan yang bersifat
yang menyiksa dan menyakitkan,
deskriptif seperti langkah kerja,
serta mengubah ciptaan Tuhan.
formula
Terdapat beragam anggapan
suatu
suatu
resep,
pengertian
konsep
yang
beragam,
perempuan Jawa dalam menanggapi
karakteristik suaru barang dan jasa,
perempuan yang bertato. Ada yang
gambar
mengatakan bahwa tato tidak sesuai
model fisik suatu artefak, dan lain
budaya
sebagainya (Ghony dan Almanshur,
Jawa,
nyleneh, merusak
gambar,
badannya sendiri, dan sebagainya.
2012,
Beragam anggapan perempuan Jawa
menggunakan
inilah
yang
menyebabkan
hal.
budaya,
25-26). metode
gaya,
Peneliti penelitian
Asha Dini Kaffah dan Y. Sudiantara
kuantitatif sebagai metode tambahan
digunakan
adalah
yaitu metode angket survey.
terstruktur.
model
tidak
Menurut Moleong (2007, hal.
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini memiliki karakteristik
190)
sebagai berikut:
digunakan
1.
Wanita suku Jawa berusia 30-
adalah menelaah seluruh data yang
60 tahun
tersedia
Pernah melihat perempuan
menyusun latar belakang, menyusun
bertato
interpretasi
2.
3.
Lahir
dan
menetap
di
langkah untuk
dari
menganalisa,
Teknik pengambilan subjek
kesimpulan
menggunakan
sampel
aksidental.
aksidental
adalah
diambil
dari
kebetulan
ada
teknik Sampel
berbagai
data
sumber,
wawancara,
Teknik
dan
uji
menarik
keabsahan
data
(Moleong, 2007, hal. 326- 331) yang digunakan
saja
yang
keikutsertaan,
(Nasution,
2001,
pemeriksaan
siapa
analisis
hasil
yang
sampel
yang
membuat dinamika psikologis dan
Semarang dan sekitarnya.
penelitian
langkah
adalah
perpanjangan
triangulasi, sejawat
dan melalui
diskusi.
h.98). Metode
pengumpulan
data
Peneliti
mengadakan
yang digunakan dalam penelitian ini
wawancara awal dengan tiga subjek
adalah
yangmemenuhi kriteria penelitian.
survey
Survey wawancara.
dan
wawancara.
dilakukan
sebelum
Wawancara
yang
Wawancara
awal
ini
digunakan
peneliti untuk mengetahui hal-hal yang perlu diungkap, dan hasilnya
Persepsi Perempuan Jawa Terhadap Perempuan Bertato
digunakan untuk membuat item
karena ingin diperhatikan sebesar
pertanyaan dalam angket survey.
54,6%, dan seni 28,8%. Hal ini
Peneliti kemudian membuat item-
sesuai dengan pendapat Sanders
item
menyebarkan
(dalam Dewi, 2013, hal. 16) bahwa
angket survey di Semarang. Setelah
salah satu alasan perempuan menato
hasil
tubuhnya adalah simbol identitas
survey
survey
selanjutnya
dan
terkumpul,
adalah
proses
wawancara
dan
keindahan
separuh
subjek. Jumlah
subjek
dalam
“biasa
estetis.
responden saja”
Hampir
menyatakan
ketika
berhadapan
penelitian ini seratus orang untuk
dengan perempuan bertato yaitu
survey dan empat orang untuk
sebesar
wawancara. Survey dimulai pada
merasa malu jika yang perempuan
tanggal 11 Juli – 15 Agustus 2014
bertato
dengan menyebar 100 buah angket.
keluarganya
Ditemukan 3 subjek gugur karena
koresponden akan menasihati bila
tidak memenuhi kriteria penelitian.
ada perempuan dalam keluarganya
Wawancara dilakukan pada bulan
yang bertato.
Agustus- September 2014.
49,5%,
tersebut
Keempat
namun
adalah 53,6%.
subjek
mereka
anggota 89,7%
memiliki
HASIL PENELITIAN DAN
lingkungan dimana ada orang yang
PEMBAHASAN
bertato. Subjek 1 dan 4 mempunyai
Dari hasil survey sebagian
adik laki-laki yang bertato. Subjek 3
besar orang menyatakan perempuan
mempunyai sahabat perempuan yang
tidak pantas bertato sebesar 82,4%.
bertato.
Penyebab perempuan bertato adalah
tetangga laki- laki yang bertato,
Subjek 1, 2 mempunyai
Asha Dini Kaffah dan Y. Sudiantara
sedangkan subjek 4 mempunyai
diakuinya sebagai “tameng” dan ia
tetangga perempuan yang bertato.
tidak pernah berperilaku aneh-aneh. Keseluruhan subjek memiliki
Ketiga subjek, kecuali subjek
pengalaman
yang
tidak
budaya Jawa yang kental oleh orang
menyenangkan
dengan
orang
tuanya. Subjek 1 saat kecil diasuh
bertato. Keluarga subjek 1 dan 4
oleh pembantu dan tidak mendapat
sempat mengalami keributan besar
ajaran budaya Jawa dan cenderung
ketika
dibebaskan
diketahui bertato. Subjek 1 juga
1,
pada
saat
kecil ditanamkan
oleh
orangtuanya.
adik
laki-laki
mereka
masa
pernah melihat tetangganya yang
kecilnya dengan didikan “dipingit”
bertato mati karena overdosis obat-
oleh bapaknya, sehingga subjek 2
obatan terlarang. Subjek 2 memiliki
kerap
pengalaman
Subjek
2
kabur
menghabiskan
dari
rumah
dan
traumatis
berkaitan
berperilaku nakal di sekolah sebagai
dengan orang yang bertato, yaitu
pelampiasan rasa kesal pada didikan
pernah menemukan mayat korban
bapaknya. Di luar itu semua subjek 2
penembakan misterius. Subjek 3
tetap tampil sebagai anak penurut di
sempat tidak mau berkomunikasi
hadapan
lagi dengan sahabat perempuannya
orangtuanya.
Subjek
3
menghabiskan masa kecilnya dengan menempuh pendidikan di sebuah
yang bertato. Keempat
subjek langsung
pernah
pesantren, sehingga memiliki bekal
berhadapan
dengan
agama dan didikan sebagai orang
perempuan bertato. Subjek 1, 2 tidak
Jawa yang kental. Hal inilah yang
pernah menegur secara langsung perempuan yang bertato. Kedua
Persepsi Perempuan Jawa Terhadap Perempuan Bertato
subjek
hanya
Persepsi terjadi dalam diri
mengungkapkan
kekesalannya terhadap perempuan
seseorang
bertato
terdekatnya.
pengalaman, proses belajar, dan
Subjek 4 kerap memuji tato pada
pengetahuannya. Dari satu objek
perempuan. Subjek 3 selalu menegur
yang
sahabat perempuannya yang bertato
persepsi yang berbeda- beda dalam
tersebut setiap bertemu, tetapi tidak
individu, termasuk subjek dalam
menegur
penelitian ini. Dari hasil penelitian
pada
orang
bila
perempuan
yang
bertato tersebut bukan temannya. Tiga
orang
subjek
yaitu
dipengaruhi
sama
dapat
oleh
memunculkan
yang dilakukan diketahui bahwa ada faktor internal dan eksternal yang
subjek 1, 2, 3 tidak menyukai
mempengaruhi
perempuan bertato, seorang subjek
berpersepsi. Seperti yang dikatakan
yang senang melihat perempuan
oleh Robbins (2008, hal. 175)
bertato (subjek 4). Keempat subjek
faktor-faktor
memiliki persamaan tidak menyukai
persepsi adalah
perempuan
dalam
keluarganya
subjek
yang
dalam
memengaruhi
a. Pertama,
Faktor
yang
bertato. Hal ini sesuai dengan hasil
terletak
survey
pembentuk persepsi.
yang
menyatakan
dalam
diri
koresponden sebanyak 53,6% malu
Keempat subjek adalah perempuan
bila perempuan dalam keluarganya
Jawa. Dari observasi dan wawancara
bertato. Subjek 1, 2, 3 risih terhadap
terlihat
tato atau coretan di badan. Subjek 4
memiliki perilaku khas Jawa, yaitu
sempat berkeinginan untuk menato
mengungkapkan
tubuhnya.
hati- hati, cenderung memilah- milah
bahwa
semua
sesuatu
subjek
dengan
Asha Dini Kaffah dan Y. Sudiantara
perkataan. Keempat subjek memiliki
subjek 1 dan 2 yaitu tidak menyukai
pengalaman
perempuan bertato. Justru subjek 4
dengan
perempuan
bertato. Subjek 1 memilki anak kost
yang
yang bertato, subjek 2 memiliki bos
dengan perempuan bertato malah
yang anak perempuannya bertato,
menganggap perempuan bertato itu
subjek
menarik.
3
memiliki
sahabat
tidak
memiliki
kedekatan
perempuan yang bertato, dan subjek
c. Ketiga,
Faktor
dalam
4 memiliki tetangga perempuan yang
konteks
situasi
dimana
bertato.
persepsi tersebut dibuat.
b. Kedua,Faktor dari dalam
Meskipun
tidak
semua
diri objek atau target yang
diajarkan
diartikan.
orangtuanya, namun semuanya lahir
nilai-nilai
Jawa
subjek oleh
dengan
dan besar di lingkungan masyarakat
perempuan bertato. Meski awalnya
Jawa. Dari keseluruhan subjek hanya
marah, lama kelamaan kedekatan
subjek 4 yang memliki lingkungan
yang sudah terjalin sejak lama
kerja yang memungkinkan untuk
mencairkan rasa marah subjek 3
melihat orang- orang bertato setiap
pada sahabatnya. Subjek 3 tetap
hari. Subjek 4 bahkan sempat ingin
tidak pernah berhenti menasehati
menato
sahabanya. Dari sini dapat dilihat
membatalkan niatnya karena takut
bahwa kedekatan hubungan secara
akan jarum.
Subjek
emosional
3
bersahabat
dengan
perempuan
Individu
tubuhnya
dalam
namun
memersepsi
bertato tidak mengubah persepsi
sesuatu menggunakan tiga aspek
subjek 3 terhadap tato, sama dengan
yakni kognitif, konasi, dan afeksi,
Persepsi Perempuan Jawa Terhadap Perempuan Bertato
sesuai dengan yang diungkapkan
bahkan lebih baik dan sopan
Walgito (dalam Sugiharto, 2012 hal.
daripada yang tidak bertato.
13). Hal ini pun berlaku pada
b. Aspek konasi berhubungan
perempuan Jawa dalam penelitian
dengan kemauan, yaitu subjek
ini, seperti dijabarkan berikut ini:
bersikap
a. Aspek kognisi adalah aspek yang
berhubungan
dalam
dan
berperilaku
berdasarkan stimulus yang ditafsirkannya.
Seluruh
pengenalan objek berdasarkan
subjek dalam penelitian ini
stimulus yang diterima oleh
akan
pemersepsi.
memberikan nasehat apabila
mengetahui
Subjek tentang
tato
ada
memarahi
anggota
dan
perempuan
karena pernah melihat orang
dalam
bertato.
bertato. Subjek 1, 2, dan 3
Dalam
pandangan
keluarganya
yang
subjek 1, 2, dan 3, tato
hanya
bercitra negatif karena pernah
kekesalan dan ketidaksukaan
melihat orang bertato yang
mereka terhadap perempuan
berkelakuan tidak baik dan
bertato
tidak diperlakukan
dengan
terdekatnya bila mereka tidak
baik oleh orang lain. Menurut
kenal atau tidak dekat dengan
subjek 4, perempuan bertato
perempuan
itu menarik karena menurut
sedangkan
pengalamannya
melontarkan pujian terhadap
tetangga
perempuannya yang bertato selalu
berkelakuan
baik,
mengungkapkan
pada
orang
tersebut, subjek
perempuan yang bertato.
4
Asha Dini Kaffah dan Y. Sudiantara
c. Aspek afeksi yaitu individu memersepsi bertato
Sebesar 82, 47% berpendapat
perempuan
perempuan tidak pantas bertato, 54,
berdasarkan
64% berpendapat perempuan bertato
pendidikan
moral
yang
karena ingin diperhatikan, 49,98%
didapatnya
sejak
kecil.
berpendapat bahwa mereka merasa
Subjek 2 dan 3 menganggap
biasa saja saat berhadapan dengan
perempuan
tidak
perempuan bertato, 53, 61%
sopan
masyarakat merasa malu bila
pantas,
bertato
tidak
tahu
santun karena sejak kecil
anggota keluarganya bertato, dan 89,
subjek 2 dan 3 mendapatkan
7% masyarakat akan memberikan
didikan Jawa yang kental dan
nasehat apabila ada anggota
ajaran
keluarganya yang bertato.
agama
Subjek
yang
3
kuat. bahkan
menghabiskan
masa
Dari hasil penelitian didapatkan 3 dari
4
subjek
menganggap
remajanya di sebuah pondok
perempuan bertato merupakan hal
pesantren. Hal ini diakui oleh
yang tidak pantas. 1 dari 4 subjek
subjek
untuk
berpendapat perempuan bertato itu
dari
mencari perhatian, sedang 3 lainnya
2
dan
membentengi
3
mereka
berperilaku aneh- aneh. KESIMPULAN Secara masyarakat bertato ialah:
berpendapat tubuhnya
perempuan karena
menato kebutuhan
umum
persepsi
identitas, broken home, dan haknya
terhadap
perempuan
sebagai pemilik tubuh. Ketiga subjek merasa biasa saja saat berhadapan langsung dengan perempuan bertato,
Persepsi Perempuan Jawa Terhadap Perempuan Bertato
meskipun seorang subjek merasa
2. Perempuan bertato agar tetap
risih saat melihat perempuan bertato.
menjaga perilaku yang baik
Keempat subjek akan menyuruh
dan tidak melakukan hal- hal
anggota
yang tidak dapat diterima
keluarganya
menyembunyikan
tato
saat
berhadapan
orang
luar,
merasa
dengan malu
perempuan ketahuan menasehati
bila
dalam bertato anggota
anggota
3. Peneliti lebih
Selanjutnya
penelitian
dan
hanya
akan
keluarganya
agar
memperluas
keluarganya
karena
kancah peneliti
menggunakan
satu
tempat sebagai tempat untuk melakukan penelitian.
yang bertato. Adapun sarannya adalah: 1. Orang yang memiliki salah seorang
oleh masyarakat.
anggota
keluarga
4. Masyarakat menilai
agar
perempuan
tidak hanya
dari tatonya saja, karena tato
perempuan bertato agar tidak
tidak
melakukan kekerasan hanya
menentukan
karena mendapati perempuan
tersebut baik atau buruk.
dalam keluarganya
cukup
untuk perempuan
bertato
dan berkomunikasi dengan
DAFTAR PUSTAKA
anak dan memberikan contoh yang baik sehingga anak tidak melakukan hal- hal yang tidak diinginkan oleh orangtua atau keluarga.
Budiati, A.C. 2010. Aktualisasi Diri Perempuan Dalam Sistem Budaya Jawa (Persepsi Perempuan terhadap Nilainilai Budaya Jawa dalam Mengaktualisasikan Diri).
Asha Dini Kaffah dan Y. Sudiantara
Pamator. Volume 3 Nomor 1. Surakarta: Universitas Negeri Solo.
Nasution, S. 2001. Metode Research. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Dewi, S. 2013. Wanita Bertato: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dan Motivasinya. Empathy Jurnal Fakultas Psikologi. Vol 2 No 1. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan.
Robbins P. 2008. Perilaku Organisasi Jilid 1 Ed 12. Jakarta: Salemba Humanika
Ghony D.M dan Almanshur, F. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jogjakarta : Ar Ruz Media. Handoko, T. 2010. Perkembangan Motif, Makna, Dan Fungsi Tato Di Kalangan Narapidana Dan Tahanan Di Yogyakarta. Makara Sosial Humaniora. VOL. 14, NO. 2.Surabaya: Universitas Kristen Petra Maunati, Y. 2004. Identitas Dayak Komodifikasi dan Politik Kebudayaan. Yogyakarta: LkiS Moleong, L.J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Sugiharto, E. 2012. Persepsi masyarakat terhadap penderita skizofernia. Skripsi. Semarang: Universitas Katolik Soegijapranata (tidak diterb