Trikonomika
Volume 7, No.2, Desember 2008, Hal. 133-140 ISSN 1411-514X
Persepsi Peran Account Representative pada Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Amilin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 E-mail:
[email protected] Nina Anisah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412
ABSTRACT At the past, organization structure of Directorate General of Taxation based on tax type. The implementation of that organization caused inefficiency and unoptimalized services. In four last years Directorate General of Taxation have reformed and modernized administration which emphasized on role of Account Representative as liaison officer who gives service, consults and control to taxpayer. The objective of this research is to analyze perception of the role of Account Representative that influences the tax payer compliance. The role of Account Representative is: (1) servicing, (2) consulting, and (3) monitoring. The data is compiled through distributing the questionnaire to 40 Account Representative as respondents. This questionnaire used to value the perception of the role of Account Representative at KPP Pratama Jakarta Gambir Dua. The multiple linear regression analysis, validity test, reliability test, F-test, t-test, also classical assumptions of regression are used to analyze data. The result of this research show that: (1) servicing significant influence with tax payer compliance, (2) consulting no significant influence with tax payer compliance, (3) monitoring no significant influence with tax payer compliance, (4) there are no significant influence between servicing, consulting, and monitoring with taxpayer compliance. Keywords: account representative, perception, tax payer compliance
PENDAHULUAN
S
esuai dengan perkembangan kondisi lingkungan dan dunia usaha yang selalu berubah, Direktorat Jenderal Pajak perlu menyesuaikan dan menyempurnakan struktur organisasinya. Selama ini struktur organisasi Direktorat Jenderal Pajak didasarkan pada jenis pajak. Dengan struktur organisasi, pelaksanaan tugas di lapangan seringkali menimbulkan ketidakefisienan yang mengakibatkan pelayanan dan pengawasan tidak optimal. Selama empat tahun terakhir, Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan beberapa reformasi perpajakan dan modernisasi administrasi perpajakan.
Perkembangan administrasi perpajakan dunia yang saat ini lebih berfokus pada customer needs yang dalam hal ini adalah wajib pajak. Wajib pajak merasa sebagai pihak diatas yang dibutuhkan aparat pajak, maka sudah sewajarnya menuntut pelayanan yang terbaik. Menurut Karim (2006), tujuan yang hendak dicapai dalam modernisasi perpajakan ialah memberikan pelayanan prima kepada wajib pajak dan sekaligus menjalankan fungsi pengawasan yang efektif. Pimpinan Direktorat Jenderal Pajak sudah seharusnya mengarahkan aparat pajak agar memberikan pelayanan yang maksimal pada wajib pajak. Pelayanan yang baik akan berpengaruh pada peningkatan kepatuhan wajib pajak, apalagi jika aparat bisa memberikan
133
motivasi terhadap wajib pajak, sehingga tumbuh kebanggaan pada mereka telah membayar pajak untuk keperluan membangun negeri ini. Dalam Kantor Pelayanan Pajak modern, tidak ada lagi pembagian seksi berdasarkan jenis pajak, melainkan berdasarkan fungsi. Setiap wajib pajak ditangani oleh petugas pajak yang disebut Account Representative. Dalam rangka memberikan kemudahan bagi para pembayar pajak untuk melaksanakan ketentuan Pemerintah di bidang perpajakan, Direktorat Jenderal Pajak menjalankan sejumlah kebijakan strategis di dalam pemungutan pajak. Salah satu kebijakan strategis Direktorat Jenderal Pajak adalah yang tertuang dalam cetak biru (Blue Print) Kebijakan Direktorat Jenderal Pajak tahun 2001 sampai dengan tahun 2010 yang diundangkan dengan Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor KEP-178/PJ/2004 tanggal 22 Desember 2004, dimana disebutkan bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan pengawasan, fokus kegiatan dan langkah/implementasi pada tahun 2002 adalah dengan mewujudkan konsep kenalilah wajib pajakmu (Knowing Your Taxpayers). Konsep tersebut telah menjadi acuan penunjukkan Account Representative, yaitu aparat pajak yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan pelayanan dan pengawasan secara langsung untuk sejumlah wajib pajak tertentu yang telah ditugaskan kepadanya. Kepatuhan dan kesadaran mayarakat terhadap pajak tidak saja tergantung dari penyuluhanpenyuluhan dan pelayanan pajak yang optimal, namun tergantung dari sistem data yang akurat. Agar aparat pajak menyadari perannya sebagai petugas pajak yang harus memberikan pelayanan sebaik mungkin yaitu sebagai Account Representative dengan memberikan kemudahan dan mendorong wajib pajak agar lebih baik lagi dalam memenuhi kewajibannya sebagai warga negara yang baik. Account Representative berperan penting dalam menjabarkan dan menjelaskan suatu regulasi pajak kepada wajib pajak agar tidak terjadi misinformation atau miscommunication. Para Account Representative diharapkan mempunyai satu kesamaan dan persepsi dalam memberikan penjelasan, sehingga tidak terjadi beda penafsiran di mata wajib pajak (Suzandri, 2006). Fungsi pelayanan, konsultasi dan pengawasan terhadap wajib pajak lebih efektif karena dilakukan Account Representative sebagai mediator khusus, sehingga proses pelaksanaan pekerjaan pelayanan, konsultasi, dan pengawasan menjadi lebih efisien. Dengan adanya Account Representative maka
134
Trikonomika
Vol. 7, No.2, Desember 2008
penanganan atas berbagai aspek perpajakan akan menjadi lebih cepat dan dapat dimonitor. Diharapkan juga jumlah wajib pajak yang tidak patuh akan semakin berkurang dan akan melakukan kewajiban perpajakannya sesuai dengan undang-undang, atau dengan kata lain, dengan adanya Account Representative diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Menurut Fitrinawati dan Almaidah (2006) pengertian Account Representative dalam kamus Inggris yaitu: “account” dapat didefinisikan sebagai “to give satisfactory reasons or an explaination, to make satisfactory amends”. Sementara kata “representative” dapat didefinisikan sebagai “representing or serving represent, composed of persons duty authorized as by election, to act and speak for others”. Dari definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa Account Representative adalah seseorang yang dipilih atau ditugaskan mewakili orang (lembaga) untuk menyuarakan suatu, untuk memberikan pelayanan tertentu. Pengertian Account Representative menurut Direktorat Jenderal Pajak adalah pegawai Direktorat Jenderal Pajak yang diberi kepercayaan, wewenang, dan tanggung jawab untuk memberikan pelayanan, konsultasi, dan pengawasan secara langsung kepada wajib pajak tertentu. Pelayanan kepada wajib pajak meliputi pemberian himbauan mengenai kewajiban pelaporan SPT (Surat Pemberitahuan) Masa dan Tahunan serta mengenai pelunasan tunggakan pajak, selain juga memberikan pelayanan dalam membuat uraian penelitian pembebasan/ pengurangan pembayaran angsuran PPh Ps. 25. Konsultasi yang diberikan kepada wajib pajak menyangkut ketentuan perpajakan dan pemenuhan hak dan kewajiban perpajakan lainnya yang dapat dilakukan melalui tatap muka atau telepon. Peran Account Representative lainnya adalah melakukan pengawasan dalam pembuatan nota perhitungan penerbitan surat tagihan pajak, surat pemberitahuan perubahan besarnya angsuran PPh pasal 25, penyetoran pajak dan pelaporan SPT masa dan Tahunan, serta pemeriksaan dan atau penyidikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Burton (2005) menjelaskan bahwa ada tiga kriteria wajib pajak patuh berdasarkan peraturan perpajakan, yaitu (1) tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak dalam dua tahun terakhir, (2) Ttidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin untuk mengawasi atau menunda pembayaran pajak, dan
Amilin dan Nina Anisah
(3) tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindakan pidana dalam bidang perpajakan dalam jangka waktu sepuluh tahun. Oleh karena penelitian ini menguji perihal persepsi, maka perlu didefinisikan makna tentang persepsi dari beberapa literatur berikut ini. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2002:863), persepsi diartikan sebagai: (1) tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau (2) proses seseorang dalam mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya; mempersepsikan berarti membuat persepsi tertentu. Kata persepsi berasal dari “perception” yang artinya penglihatan, tanggapan, daya memahami, atau menanggapi sesuatu (Echols et al, 2003:424). Sedangkan menurut Mangunsuwito (2001:713) dalam Kamus Lengkap Inggris – Indonesia, “perception” berarti daya tangkap, daya penglihatan atau pengertian, kesadaran (Wulandari, 2007). Penelitian mengenai pelayanan yang dilakukan oleh Account Representative terhadap wajib pajak telah dilakukan sebelumnya oleh Wellyando (2006), dengan tujuan penelitian untuk mengetahui sampai sejauh mana kesesuaian antara tingkat kinerja pelayanan yang diberikan oleh Account Representative dengan harapan wajib pajak atas pelayanan yang diinginkannya dengan variabel yang digunakan adalah kepuasan wajib pajak. Tingkat kesesuaian antara kinerja pelayanan Account Representative dengan harapan atas pelayanan yang diinginkannya berdasarkan lima kriteria penentu kualitas pelayanan, yaitu: berwujud, keandalan, ketanggapan, keterjaminan, dan empati. Kinerja pelayanan Account Representative sebesar 83,48% dari harapan wajib pajak. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan rata-rata kinerja pelayanan Account Representative lebih kecil dari ratarata harapan wajib pajak, sehingga kinerja Account Representative belum memuaskan wajib pajak. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan adanya peran Account Representative dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Penelitian ini juga dilakukan untuk menganalisis apakah pelayanan, konsultasi dan pengawasan yang diberikan oleh Account Representative secara terpisah (parsial) berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak, dengan hipotesis yang akan diuji adalah (a) pelayanan yang diberikan oleh Account Representative berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak, (b) konsultasi yang diberikan oleh Account Representative berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak, dan (c) pengawasan yang diberikan oleh Account Representative berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak.
Penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis apakah pelayanan, konsultasi dan pengawasan yang diberikan oleh Account Representative secara bersama-sama berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak. Dengan hipotesis yang akan diuji adalah pelayanan, konsultasi, pengawasan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak.
METODE Populasi penelitian adalah para Account Representative di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gambir Dua. Sampel yang dipilih berdasarkan purposive sampling method, yaitu pengambilan datadata tertentu yang dianggap sesuai dan terkait dengan penelitian yang dilakukan. Jumlah sampel yang diambil sama dengan jumlah populasi. Alat yang digunakan untuk mengukur variabel pelayanan, konsultasi, dan pengawasan adalah dengan menyebarkan kuesioner seperti yang digunakan oleh Wellyando (2006). Untuk mengukur persepsi peran Account Representative dalam kuesioner pertanyaan disusun dengan menggunakan skala lima tingkat (likert), yang terdiri dari sangat setuju, setuju, raguragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Jumlah kuisioner yang dibagikan berjumlah 40 kuesioner berdasarkan jumlah Account Representative yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Gambir Dua, sedangkan jumlah kuesioner yang kembali adalah 30 buah, sisanya sebanyak 10 buah merupakan kuesioner yang salah atau tidak kembali. Gunadi (2005:4) mendefinisikan kepatuhan wajib pajak adalah jika wajib pajak mempunyai kesediaan untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai dengan aturan yang berlaku tanpa perlu diadakan pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan, ataupun ancaman dan penerapan sanksi baik hukum maupun administrasi. Pengukuran tingkat kepatuhan wajib pajak yaitu dengan menggunakan skala rasio, dengan rumus sebagai berikut: Jumlah SPT yang Dilaporkan Tingkat Kepatuhan = Jumlah wajib pajak wajib pajak Analisis regresi linier berganda digunakan untuk pengujian hipotesis dan mengetahui hubungan antara variabel terikat yaitu tingkat kepatuhan wajib pajak (Y) dengan variabel bebasnya, yaitu
Persepsi Peran Account Representative pada Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak
135
pelayanan Account Representative (X1), konsultasi Account Representative (X2), pengawasan Account Representative (X3), yang persamaan regresinya dapat dituliskan sebagai berikut:
Tabel 3. Uji Validitas Intrumen Pengawasan
Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + e Data yang diperlukan untuk mengukur persepsi peran Account Representative terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak diperoleh dengan menyebarkan kuisioner kepada petugas Account Representative di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Gambir Dua yang menjadi objek penelitian. Jumlah kuisioner yang dibagikan berjumlah 40 kuesioner berdasarkan jumlah Account Representative yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Gambir Dua. Sedangkan jumlah kuesioner yang kembali adalah 30 buah, sisanya sebanyak 10 buah merupakan kuesioner yang salah atau tidak kembali.
HASIL
Tabel 1. Uji Validitas Intrumen Pelayanan Pernyataan
Nilai r Hitung
Status
1.
0.870
Valid
2.
0.881
Valid
3.
0.837
Valid
4.
0.678
Valid
Tabel 2. Uji Validitas Intrumen konsultasi Pernyataan
Nilai r Hitung
Status
1.
0.932
Valid
2.
0.983
Valid
3.
0.957
Valid
4.
0.909
Valid
Trikonomika
Vol. 7, No.2, Desember 2008
Nilai r Hitung
Status
1.
0.605
Valid
2.
0.662
Valid
3.
0.611
Valid
4.
0.729
Valid
Dari Tabel 1. 2. dan 3. menunjukkan hasil yang signifikan, artinya semua pertanyaan instrumen pelayanan, konsultasi dan pengawasan yang diajukan kepada responden dinyatakan valid. Tabel 4. Uji Reliabilitas Instrumen Pelayanan, Konsultasi dan Pengawasan Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen
Cronbach’s Alpha
Cronbach’s Alpha on Standardized Items
N of Items
.916
.964
3
Pelayanan
Pengujian validitas dilakukan terlebih dahulu dengan mengetahui total skor untuk tiap-tiap responden, selanjutnya dihitung tingkat validitasnya dengan menggunakan korelasi Product Moment dari Pearson, sedangkan uji reliabilitas dilakukan setelah suatu instrumen telah dipastikan validitasnya. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini untuk menunjukkan tingkat reliabilitas konsistensi internal. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengukur koefisien Cronbach’s Alpha. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach’s Alpha > 0,6 .
136
Pernyataan
Konsultasi
.930
.988
3
Pengawasan
.833
.835
3
Tabel 4. menunjukkan hasil pengujian uji reliabilitas yang menunjukkan bahwa variabel pelayanan, konsultasi dan pengawasan memberikan nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,6 atau dikatakan reliable menurut kriteria Nunnaly dalam Ghozali (2005). Tabel 5. Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N
Pelayanan
Konsultasi
Pengawasan
(X1)
(X2)
(X3)
3
30
30
Mean
17.9000
17.7333
16.8333
Std. Deviation
3.35641
2.94704
2.18274
Most Extreme
Absolute
.266
.245
.185
Differences
Positive
.266
.221
.170
Negative
-.228
-.245
-.185
1.456
1.341
1.011
.029
.055
.258
Normal Parameters
ab
Kolmogorov z Asymp. Sig. (2-tailed)
Tabel 5. memperlihatkan hasil pengujian normalitas dengan menggunakan One Sample KolmogoroveSmirnov. Tabel tersebut menunjukkan bahwa hanya variabel konsultasi dan pengawasan yang berdistribusi normal dengan nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05, sedangkan variabel pelayanan tidak terdistribusi secara normal. Hal ini dapat dilihat dari signifikansi yang lebih kecil dari 0,05.
Amilin dan Nina Anisah
Tabel 6. Uji Multikolinearitas Collinearity Statistics
Model 1
Tolerance
VIF
Pelayanan (X1)
.406
2.462
Konsultasi (X2)
.258
3.877
Pengawasan (X3)
.491
2.037
(Constant)
Dari Tabel 6. dapat dilihat bahwa semua variabel independen mempunyai nilai VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1. Hal ini dapat disimpulkan tidak terdapatnya korelasi antara variabel bebas tersebut, dengan demikian, maka tidak terdapat multikolinearitas Gambar 1 memperlihatkan bahwa titik-titik tidak membentuk pola-pola tertentu dan menyebarkan di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan bahwa dalam model penelitian ini tidak memiliki heteroskedastisitas, berarti tidak ada kesamaan varians antar variabel penelitian. Pada Tabel 7. nilai dari Durbin-Watson (DW) adalah 1,482 atau berada diantara -2 dan 2, yang membuktikan bahwa tidak ada masalah autokorelasi dalam model regresi linear penelitian ini. Tabel 7. Uji Autokorelasi Model Summary Model
R
1
.440a
Adjusted R Square R Square .193
Std. Error of the Estimate
Durbin-
.20887
1.482
.100
Watson
a. Predictors: (Constant), pengawasan, pelayanan, konsultasi b. Dependent Variable: kepatuhan WP
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dengan tingkat signifikansi α = 0,05, yang terdiri dari pengujian korelasi atau koefisien determinasi, uji F, dan uji t. Hasil pengujiannya dapat dilihat pada Tabel 8. berikut ini. Tabel 8. Korelasi dan Koefisien Determinasi Model Summaryb Model 1
R .440a
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
.193
.100
.20887
a. Predictors: (Constant), pengawasan, pelayanan, konsultasi b. Dependent Variable: kepatuhan WP
Pada Tabel 9. menunjukkan adanya searah antara variabel bebas dengan variabel terikatnya, sehingga apabila terjadi kenaikan pada pelayanan, konsultasi
dan pengawasan maka akan meningkatkan tingkat kepatuhan wajib pajak. Dari nilai korelasi 0,440 menunjukkan bahwa variabel bebas berkorelasi lemah dengan variabel terikatnya. Nilai adjusted R2 menunjukkan 19,3% variabel tingkat kepatuhan wajib pajak dijelaskan oleh variabel pelayanan, konsultasi, dan pengawasan, sisanya 80,7% dijelaskan oleh faktor lainnya. Tabel 9. Uji-t untuk Kepatuhan wajib pajak Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig
1.194
.243
.674
2.439
.022
-.573
-1.652
.111
.040
.968
B
Std. Error
.376
.314
Pelayanan
.044
.018
Konsultasi
-.043
0.26
Pengawasan
.001
.025
.010
1 (Constant)
Beta
a. Dependent Variable: Kepatuhan WP
Berdasarkan kepada nilai koefisien regresi yang diperoleh maka dapat dituliskan kembali persamaan regresi antara variabel tingkat kepatuhan wajib pajak sebagai varibel terikat dengan variabel pelayanan, konsultasi dan pengawasan sebagai variabel bebas sebagai berikut: Y = 0,376 + 0,044 X1– 0,043 X2 + 0,001 X3 +e Dari hasil regresi tersebut menunjukkan bahwa variabel pelayanan (X1) dan pengawasan (X3) mempunyai tanda positif artinya kedua variabel tersebut mempunyai hubungan searah dengan tingkat kepatuhan wajib pajak. Artinya jika pelayanan dan pengawasan meningkat maka tingkat kepatuhan wajib pajak juga akan meningkat dan sebaliknya. Variabel konsultasi (X2) mempunyai nilai koefisien dengan tanda negatif, artinya terdapat hubungan tidak searah antara variabel konsultasi dengan tingkat kepatuhan wajib pajak, atau dengan kata lain jika konsultasi meningkat maka tingkat kepatuhan wajib pajak akan menurun. Uji-t dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara individual mempengaruhi variabel tak bebasnya. Dari hasil uji-t tersebut menunjukkan bahwa hanya variabel pelayanan yang berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan kedua variabel bebas lainnya yaitu konsultasi dan pengawasan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.
Persepsi Peran Account Representative pada Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak
137
Regression Studentized Residual
2
1
0
–1
–4
–3
–2
–1
0
1
2
Scatterplot Dependent Variable : Kepatuhan WP Regression Standardized Predicated Value
Gambar 1. Uji Heteroskedastisitas Tabel 10. Uji F atau ANOVA Kepatuhan wajib pajak ANOVA
PEMBAHASAN
b
Model
Sum Of Squares
df
1 Regression
.272
3
Residual
1.134
26
Total
1.406
29
Mean Square
F
.091 2.076
Sig. .128a
.044
a. Predictors: (Constant), pengawasan, pelayanan, konsultasi b. Dependent Variable: kepatuhan WP
Uji-F digunakan untuk menguji secara statistik bahwa variabel bebas secara bersama-sama, atau keseluruhan memberikan pengaruh yang bermakna terhadap variabel tak bebasnya. Dengan demikian, maka dapat diartikan bahwa pelayanan, konsultasi, dan pengawasan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak.
138
Trikonomika
Vol. 7, No.2, Desember 2008
Pada hasil pengujian membuktikan bahwa kegiatan pelayanan yang diberikan oleh Account Representative berpengaruh pada tingkat kepatuhan wajib pajak. Hal ini berarti bahwa semua tugas dan kegiatan yang dilakukan oleh Account Representative yang meliputi himbauan mengenai kewajiban pe-laporan SPT Masa dan SPT Tahunan dan himbauan mengenai pelunsan tunggakan pajak, uraian penelitian pembebasan atau pengurangan pembayaran angsuran PPh Ps. 25, serta bagaimana cara penyelenggaraan pembukuan, telah disampaikan secara efektif oleh para Account Representative sehingga bisa diterima dengan baik oleh para wajib pajak. Kegiatan ini perlu ditingkatkan lagi dengan cara upaya peningkatan kualitas human resources atau SDM para Account Representative. Upaya yang ditempuh misalnya melalui pelatihan, penempatan pegawai sesuai dengan
Amilin dan Nina Anisah
kapasitas dan kapabilitas, perbaikan sistem mutasi dan promosi. Selain itu diperlukan penguasaan teknologi informasi untuk menunjang pelayanan kepada wajib pajak sesuai dengan tugas dan tanggung jawab Account Representative. Pengujian lainnya membuktikan bahwa kegiatan konsultasi yang diberikan oleh Account Representative kepada para wajib pajak tidak berpengaruh pada tingkat kepatuhan wajib pajak. Hal ini kemungkinan disebabkan karena belum efektifnya penyelenggaraan kegiatan konsultasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan strategi baru dalam menyelenggarakan kegiatan konsultasi yang tidak hanya memberikan himbauan mengenai ketentuan perpajakan dan memberikan sosialisasi mengenai pemenuhan hak dan kewajiban perpajakan lainnya melalui tatap muka atau telepon. Mungkin diperlukan media tambahan lain misalnya melalui media internet, kegiatan seminar, kegiatan workshop, atau kunjungan ke wajib pajak. Hasil penelitian juga membuktikan bahwa kegiatan pengawasan y ang dilakukan oleh Account Representative kepada para wajib pajak tidak berpengaruh pada tingkat kepatuhan wajib pajak. Hal ini kemungkinan disebabkan karena belum efektifnya penyelenggaraan kegiatan pengawasan. Oleh karena itu, kegiatan pengawasan yang telah dilakukan oleh Account Representative harus lebih optimal. Kegiatan ini meliputi (a) membuat nota perhitungan penerbitan surat tagihan pajak, (b) membuat surat pemberitahuan perubahan besarnya angsuran PPh pasal 25, (c) himbauan mengenai penyetoran pajak dan pelaporan SPT masa dan Tahunan, dan; (d) mengusulkan pemeriksaan dan atau penyidikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Apabila peran Account Representative ini telah berjalan dengan baik, efektif dan efisien seperti yang diuraikan oleh Fitrinawati dan Almaidah (2006), diharapkan dapat meningkatkan pendapatan negara melalui sektor pajak. Oleh karena itu, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak perlu memperhatikan dan menangani dengan serius peran Account Representative ini di masa kini dan masa mendatang.
KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran Account Representative yang ada pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gambir Dua Jakarta belum cukup efektif dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Hal ini terbukti dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa hanya variabel pelayanan yang
memberikan pengaruh secara signifikan pada tingkat kepatuhan wajib pajak, sedangkan variabel konsultasi dan pengawasan tidak berpengaruh secara signifikan pada tingkat kepatuhan wajib pajak. Dari hasil tersebut setidaknya ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu pertama, untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak diperlukan peningkatan kualitas human resources atau SDM para Account Representative. Upaya yang ditempuh misalnya melalui pelatihan, penempatan pegawai sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas, perbaikan sistem mutasi dan promosi. Selain itu diperlukan penguasaan teknologi informasi untuk menunjang pelayanan kepada wajib pajak sesuai dengan tugas dan tanggung jawab Account Representative. Kedua, peran Account Representative dalam konsultasi dan pengawasan perlu ditunjang dengan teknik dan media komunikasi yang baik, sehingga wajib pajak dapat memperoleh informasi mengenai peraturan perpajakan dengan mudah, tepat dan akurat, selain itu program sosialisasi mengenai penyetoran pajak dan pelaporan SPT Masa dan Tahunan harus terus ditingkatkan, sehingga wajib pajak dengan sendirinya melaporkan kewajiban perpajakannya tanpa perlu paksaan. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik mengenai peran Account Representative dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak, diperlukan penelitian yang lebih menyeluruh yang dapat menjangkau lebih banyak jumlah Account Representative dan tidak hanya pada satu kantor Pelayanan Pajak saja. Variabel-variabel lainnya yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak seperti pemeriksaan pajak dan penyuluhan kepada wajib pajak perlu ditambahkan.
DAFTAR PUSTAKA Burton, R. 2005. Menuju Wajib Pajak Patuh. Jurnal Perpajakan Indonesia, 5. Gunadi. 2005. Fungsi Pemeriksaan Terhadap Peningkatan Kepatuhan Pajak. Jurnal Perpajakan Indonesia, 5. Ismawan, I. 2001. Memahami Reformasi Perpajakan. Jakarta: Elekmedia Komputindo. Karim, R.N. 2006. Empat Perubahan Dalam Modernisasi Perpajakan. Media Keuangan, September. L.J.,Angela, et al. 2001. Practical Issue in Implementing FASB 133. Journal of Accountancy, 191. Laury, S. & Wallace, S. 2005. Confidentiality and Taxpayer Compliance. National Tax Journal, September: 427-438.
Persepsi Peran Account Representative pada Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak
139
Lynch, Michael. 1999. Taxpayer Penalties. Journal of Acountancy, 187. Manullang, J. 2006. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Mencapai 99%. Media Keuangan, September. Murtadho, F. 2005. Pengaruh Sosialisasi Perpajakan Terhadap Tingkat Kesadaran dan Kepatuhan Wajib Pajak: Studi kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Cilandak. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. Prabowo, Harry. 2004. Reformasi Demi Kebaikan Wajib Pajak. Majalah Berita Pajak, Maret.
140
Trikonomika
Vol. 7, No.2, Desember 2008
Rahmawati, I. 2006. Analisis Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Pelaporan SPT Masa PPN Dikaitkan Dengan Rencana Penerimaan PPN. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. Suzandry, D. 2006. Kami Sangat Terbantu Dengan Adanya Account Receivable. Media Keuangan, September. Wellyando, R. 2006. Evaluasi Atas Kinerja Pelayanan Account Representative Terhadap Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Modern. Tangerang: Sekolah Tinggi Administrasi Negara.
Amilin dan Nina Anisah