PERSEPSI ORANG TUA TENTANG PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PENGARUHNYA TERHADAP MOTIVASI MENGULIAHKAN ANAKNYA KE PTAIN SALATIGA DI KELURAHAN TINGKIR LOR KECAMATAN TINGKIR SALATIGA TAHUN 2012/2013 SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.1.)
Disusun oleh: Nur Arofah 11109096
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( PAI ) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN ) SALATIGA 2013
DEKLARASI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Nur Arofah
NIM
: 11109096
Jurusan
: Tarbiyah
Progam Studi : Pendidikan Agama Islam Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 12 Januari 2014 Yang menyatakan,
Nur Arofah
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Nur Arofah
NIM
: 11109096
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain. Pendapat atau temuan orang orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 12 Januari 2014 Yang Menyatakan,
Nur Arofah
DEPARTEMEN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323 706, 323 433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : Hal
: Pengajuan Skripsi Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga di Salatiga Assalamu’alaikum. Wr. Wb. Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara : Nama
: Nur Arofah
NIM
: 11109096
Jurusan/ Progdi
: Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam
Judul
:PERSEPSI ORANG TUA TENTANG PERURUAN TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (PTAIN) DAN PENGARUHNNYA MENGULIAHKAN SALATIGA
TERHADAP ANAKNYA
MOTIVASI KE
PTAIN
DI KELURAHAN TINGKIR LOR
KECAMATAN TINGKIR SALATIGA 2012/2013 Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian. Wassalamu’alaikum. Wr. Wb. Salatiga, 12 Januari 2014 Pembimbing,
Drs. Abdul Syukur, M.Si NIP.19670307 199403 1 002
SKRIPSI PERSEPSI ORANG TUA TENTANG PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PENGARUHNYA TERHADAP MOTIVASI MENGULIAHKAN ANAKNYA KE PTAIN SALATIGA DI KELURAHAN TINGKIR LOR KECAMATAN TINGKIR SALATIGA TAHUN 2012/2013
DISUSUN OLEH: NAMA : NUR AROFAH NIM : 11109096 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 6 Maret 2014 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidika Islam Susunan Panitia Penguji: Ketua Penguji
: Drs. Mubasirun, M. Ag.
Sekretaris Penguji
: Benny Ridwan, M. Hum.
Penguji I
: Dr. H. M. Zulfa, M. Ag.
Penguji II
: Dra. Ulfah Susilawati, M.SI.
Penguji III
: Drs. Abdul Syukur, M.Si.
Salatiga, Kamis 6 Maret 2014
Ketua STAIN Salatiga
MOTTO
Jadilah orang yang bersemangat dan pemberani dalam mengejar cita-cita, karena hal itu merupakan salah satu kunci menuju keberhasilan. Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada dirinya sendiri‖. (Q.S Ar-Ra’du: 11)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1.
Bapakku (Minhadi) & Ibuku tercinta (Qomariah) Jazakumullah bi akhsanil jaza’ atas semua yang telah diberikan selama ini, juga untuk setiap do’a yang dengan tulus diberikan, semoga Allah meridhai.
2.
Bapak mertuaku (Soeparmin Alm) & Ibu mertuaku yang senantiasa menyayangiku seperti anak kandung sendiri & memberiku semangat untuk terus semangat belajar serta mendorongku untuk meneruskan kuliah.
3.
Suamiku tercinta (Jumani Nurroso) yang senantiasa sabar membimbingku & memberi motivasi untuk terus semangat mengejar cita-cita
4.
Bidadari kecilku (Milati Ashfa Nuriya) yang senantiasa aku sayang dan cintai
5.
Kakak iparku (Mas eko, Gunadi Cahyono, maryoko, Agus Rumanto, safrudin), dan adik kandung maupun iparku (M. Wisanto, Nur Kasih, Atik Guntarti, Siti Asroah, miftahun niam, Yusril Ihya Mahendra) yang selalu memberi motivasi dan inspirasi.
6.
Keluargaku
semua
yang
telah
memberi
semangat
sehingga
menyelesaikan skripsi ini. 7.
Bapak Ibu Dosen serta karyawan STAIN Salatiga
8.
Seluruh Mahasiswa STAIN Salatiga terutama PAI kelas D tahun 2009
9.
Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini
dapat
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad saw beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya, serta umatnya yang dengan taat mengikuti sunah dan tuntunannya. Di samping itu, penulis pengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag Ketua STAIN Salatiga 2. Dra. Siti Asdiqoh, M.Si ketua progam studi Pendidikan Agama Islam 3. Achmad Maimun, M.Ag pembimbing akademik yang telah membantu kelancaran proses belajar penulis selama di STAIN Salatiga 4. Drs. Abdul Syukur, M.Si pembimbing yang telah rela meluangkan waktunya untuk membimbingdan mengarahkan penulisan skripsi ini 5. Bapak dan Ibu dosen yang telah banyak memberikan jasanya untuk mendidik penulis selama menuntut ilmu di STAIN Salatiga 6. Orang tuaku (bapak Minhadi dan Ibu Komariyah) dan mertuaku (bapak Suparmin Alm dan Ibu Runiyati) yang telah mendoakan penulis dalam kelancaran penyusunan skripsi ini. 7. Suami tercinta Jumani Nurroso, yang senantiasa sabar membimbing dan mangarahkan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
8.
Anakku tersayang Milati Ashfa Nuriya, yang selalu dapat memotivasi dan selalu membuatku tersenyum.
9.
Kakak-Kakakku dan Adik-Adikku yang telah mendoakan penulis dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.
10. Bapak kepala desa Kelurahan Tingkir Lor serta seperangkatnya yang telah mengijikan penulis melakukan penelitian disana. 11. masyarakat di Kelurahan Tingkir Lor yang telah ikhlas menjadi responden dan memberikan jawaban dari angket yang penulis ajukan. 12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu -persatu yang telah memberikan bantuan dan dorongan hingga selesainya penyusunan skripsi ini Semoga jasa dan bantuan yang telah diberikan menjadi amal saleh dan mendapat balasan dari Allah SWT. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikannya, tetapi penulis menyadari masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan. Oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca penulis harapkan demi perbaikan pada penulisan selanjutnya. Semoga Allah SWT senantiasa memberkati skripsi ini dan akan menambah sedikit pengetahuan bagi para pembaca. Amin.
Salatiga, 12 Januari 2014 Penulis,
Nur Arofah ABSTRAK Arofah, Nur. 2013. 11109096. Persepsi Orang Tua Tentang Perguruan tinggi Agama Islam Negeri Pengaruhnya Terhadap Motivasi Menguliahkan Anaknya ke PTAIN Salatiga Di Kelurahan Tingkir Lor Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun 2012/2013. Skripsi, Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Abdul Syukur, M.Si. Kata Kunci: Persepsi Orang Tua dan Motivasi Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui persepsi orang tua tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri pengaruhnya terhadap motivasi menguliahkan anaknya ke PTAIN Salatiga di Kelurahan Tingkir Lor Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun 2012/2013. Pertanyaan utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana persepsi orang tua tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN)? (2) Bagaimana motivasi orang tua menguliahkan anaknya ke PTAIN Salatiga Tahun 2012/2013? (3) Adakah pengaruh antara persepsi orang tua tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN)terhadap motivasi menguliahkan anak ke PTAIN Salatiga Tahun 2012/2013? Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pengumpulan data yang berbentuk interview (wawancara) sebagai metode pendukung, dan metode angket sebagai metode pokok, serta metode dokumentasi sebagai metode pendukung. Subjek penelitian sebanyak 36 responden yang diambil dengan menggunakan teknik incidental sampling. Metode ini merupakan cara untuk mendapatkan data responden yang dapat dijumpai dan diselidiki. Setelah dilakukan penelitian secara sistematik di lokasi penelitian dapat diketahui bahwa Persepsi Orang Tua Tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri dengan kategori tinggi ada 18 orang atau 50% , kategori sedang ada 12 orang atau 33,33% dan kategori rendah ada 6 orang atau 16,67% dan motivasi mengkuliahkan anak dalam kategori tinggi ada 13 orang atau 36,11%, kategori sedang ada 18 orang atau 50% dan kategori rendah ada 5 orang atau 13,89%. Maka dari itu ada pengaruh yang signifikan antara Persepsi Orang Tua Tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri dengan Motivasi Mengkuliahkan Anaknya Ke STAIN Salatiga. Terlihat dari hasil analisis statistik bahwa rxy hitung (0,454) > rxy tabel (0,329) pada taraf signifikansi 5% dengan N= 36.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i HALAMAN BERLOGO.......................................................................................ii HALAMAN DEKLARASI...................................................................................iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...........................................................iv PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................................................v PENGESAHAN KELULUSAN..........................................................................vi MOTTO................................................................................................................vii PERSEMBAHAN...............................................................................................viii KATA PENGANTAR..........................................................................................ix ABSTRAK.............................................................................................................xi DAFTAR ISI.........................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah..........................................................................1 B. Rumusan Masalah....................................................................................5 C. Tujuan Penelitian.....................................................................................5 D. Manfaat Penelitian...................................................................................6 E. Definisi Operasional................................................................................7 F. Hipotesis................................................................................................11 F. Metodologi Penelitian............................................................................11 G. Sistematika Penulisan............................................................................15
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Persepsi Orang Tua tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) 1.
Pengertian orang tua.......................................................................17
2.
Peranan keluarga (orang tua) terhadap pendidikan anak................22
3.
Tanggung jawab keluarga (orang tua) dalam mendidik anak.......28
4.
Kewajiban orang tua terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak.................................................................................................36
B. Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) 1.
Sejarah singkat munculnya Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) di Indonesia mulai dari Sekolah Tinggi Islam (STI) hingga Universitas Islam Negeri (UIN)..........................................38
2. C.
3.
Manajemen Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN)..64
Motivasi orang tua menguliahkan anak ke perguruan tinggi 1.
Hubungan Antara Persepsi dan Motivasi....................................58
2.
Alasan Memilih Perguruan Tinggi.................................................62
Kaitan antara Persepsi Orang Tua tentang Perguruan tinggi Agama islam Negeri (PTAIN) dengan Motivasi Menguliahkan Anak ke PTAIN...................................................................................................64
BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian 1.
Letak Geografis..............................................................................66
2.
Komposisi penduduk......................................................................67
3.
Keadaan Pendidikan Dan lembaga Pendidikan..............................68
4.
Mata Pencaharian...........................................................................70
5.
Struktur Organisasi Kelurahan Tingkir Lor...................................73
6.
Kondisi Sosial Budaya Masyarakat...............................................74
7.
Kondisi Keagamaan.......................................................................74
B. Penyajian Data 1.
Daftar Responden...........................................................................77
2.
Hasil Angket Persepsi Orang Tua Tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN).......................................................79
3.
Hasil Angket tentang Motivasi menguliahkan Anak PTAIN.........81
BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Pertama....................................................................................85 B. Analisis Kedua......................................................................................90 C. Analisis Ketiga......................................................................................94 D. Interpretasi Data...................................................................................98
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan..........................................................................................100 B. Saran....................................................................................................101 C. Penutup................................................................................................103
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Orang tua merupakan suri tauladan yang utamabagi anak-anaknya, oleh karena itu segala sesuatu yang berkenaan dengan sikap, perilaku, etika, serta moral orang tua sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter anaknya. Semua perilaku orang tua yang dilihat dan didengar oleh anak merupakan pengalaman atau pendidikan bagi anak tersebut. Selain itu orang tua juga mempunyai kewajiban untuk memberikan arahan yang baik bagi anak-anaknya, agar mereka menjadi orang yang berkualitas dengan ciri-ciri iman dan takwa, berbudi luhur, serta berakhlakul karimah sehingga dapat mencapai kebahagian versi dunia dan akhirat. Keluarga merupakan suatu bentuk masyarakat kecil yang mendasar dalam pendidkan anak. Dari dalam keluarga tersebut anak memperoleh pendidikan, bahkan perilaku orang tua ketika anak masih di dalam kandungan juga akan membawa pengaruh terhadap kepribadian anak. Anak di sini sebagai amanah Allah yang dititipkan kepada orang tua. Sebagai amanah, kehadiran anak ditengah keluarga harus disyukuri. Salah satu mensyukuri anak adalah orang tua mau mendidiknya dengan baik agar menjadi generasi yang berkualitas dan didasari dengan ketakwaan serta keimanan yang kuat. Maka sebagai orang tua harus dapat memberikan arahan yang baik dalam kemajuan anaknya serta menjadi contoh yang baik sehingga anak merasa disayangi, diperhatikan, dihargai, dan merasa aman. Oleh karena itu, pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan nilai yang akan menjadi penolong dan penuntun dalam menjalani kehidupan, sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradapan umat manusia (Isna, 2001:1). Oleh sebab itu, maju mundur atau baik buruknya peradapan suatu masyarakat, suatu bangsa akan ditentukan oleh bagaimana pendidikan yang dijalani atau yang ditempuh oleh mereka. Maka pendidikan yang bermutu merupakan wahana untuk membangun sumber daya manusia (SDM)yang berwawasan iptek dan imtak, yaitu SDM yang mampu menerapkan, mengembangkan dan menguasai iptek dengan tetap dilandasi nilai-nilai agama, moral dan budaya luhur bangsa. Adapun untuk mencapai kebahagiaan dunia tentunya anak oleh orang tua harus di bekali pendidikan, keterampilan (skill) yang harus anak dapatkan di sekolah atau pendidikan formal lainnya yang ada di Indonesia. Kemudian dalam menentukan arah pendidikan anaknya, peran orang tua sangat penting terkait dengan memasukkan anaknya ke sekolah umum hingga Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri. Kemudian terkait dengan kemajuan zaman orang tua harus bertindak bijak pula dalam memasukkan anaknya ke pendidikan formal, hal ini terkait dengan
pembentukan kepribadian anak kelak. Selain itu ada sisi lain yang juga perlu di perhatikan yakni terkait dengan masa depan anaknya. Hal ini juga tidak boleh diabaikan, karena sekolah yang anak tempati sebagian besar menjanjikan akan prospek masa depan yakni untuk menggapai cita-citanya. Sudiono dalam bukunya yang berjudul Manajemen Pendidikan Tinggi mengatakan bahwa: pendidikan sejak awalnya memang hanya untuk pencerahan, bukan untuk mencapai pekerjaan. Pendidikan hanya diorientasikan pada pengembangan akal budi manusia, namun demikian dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk di dalamnya terjadi revolusi industri yang telah menghasilkan atau melahirkan spesialisasi, maka dunia pendidikan bergeser dari orientasi akal budi kearah profesionalisme (Sudiono, 2004:3). Di dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 1961, mengamanatkan bahwa suatu Perguruan Tinggi mempunyai keharusan untuk melaksanakan tiga kegiatan (Tridarma Perguruan Tinggi) sekaligus, yakni pendidikan, penelitian, dan pengapdian kepada masyarakat (Idi dan Suharto, 2006:189). Pelaksanaan Tridarma Perguruan Tinggi hendaknya dilakukan dalam aras orientasi yang sama. Pemikiran, konsep, temuan-temuan penelitian di dalam Perguruan Tinggi hendaknya mempunyai daya prediksi dan implikasi ke masa depan. Orientasi semacam ini akan semakin memperkuat peranan Perguruan Tinggi sebagai agen perubahan. Penjelasan semacam itu dapat memberikan wacana dan pandangan bagi orang tua dalam mengarahkan anak mereka untuk masuk ke suatu Perguruan Tinggi. Pada sisi lain, terdapat semangat dari orang tua untuk mengkuliahkan anaknya ke sekolah yang berada di bawah naungan Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN). Terkait hal ini, para orang tua dan siswa perlu memperhatikan serta mempertimbangkan hal-hal penting sebelum masuk ke Perguran Tinggi (PT) tentu agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan serta penyesalan dikemudian hari. Hal-hal tersebut adalah bakat studi, motivasi, Perguruan Tinggi (PT) yang hendak dimasuki, biaya dan kemampuan mencukupi segala kebutuhan yang diperlukan, serta dukungan (Hardjana, 1994:20). Dalam penjelasan diatas penulis melakukan dan mengambil penelitian di Kelurahan Tingkir Lor. Kelurahan Tingkir lor merupakan desa kecil dan asri yang terletak di perbatasan Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang.Sekilas memang tidak ada yang istimewa dari desa ini.Desa ini mendapat gelar‖Desa Wisata‖ karena mayoritas penduduknya memiliki UMKM dalam bidang konveksi. Yang menjadi pertanyaan oleh penulis disini adalah banyak Perguruan Tinggi di Salatiga, ―mengapa mereka cenderung lebih menyukai menguliahkan anak mereka ke PTAIN Salatiga? Hal ini cukup menggelitik pikiran penulis, sehingga memunculkan semacam dugaan apakah keputusan mereka untuk mengkuliahkan anak mereka ke Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) terkait erat dengan persepsi mereka tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) itu sendiri, ataukah ada sebab-sebab lain?. Berdasarkan latar belakang itulah penulis ingin meneliti ―Persepsi Orang Tua Tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) Pengaruhnya Terhadap Motivasi Menguliahkan Anak ke
B.
Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) Salatiga di Kelurahan Tingkir Lor Kecamatan Tingkir Salatiga Tahun 2012/2013‖. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas penyusun mencoba memberikan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana persepsi orang tua tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN)? 2.
Bagaimana motivasi orang tua menguliahkan anaknya ke PTAIN Salatiga Tahun 2012/2013?
3.
Adakah pengaruh persepsi orang tua tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN)terhadap motivasi menguliahkan anak ke PTAIN Salatiga Tahun 2012/2013?
C.
Tujuan Penelitian 1.
Untuk mengetahui persepsi orang tua tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN).
2.
Untuk mengetahui motivasi orang tua menguliahkan anaknya ke PTAIN Salatiga Tahun 2012/2013.
3.
Untuk mengetahui pengaruh persepsi orang tua tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) terhadap motivasi menguliahkan anak ke PTAIN Salatiga Tahun 2012/2013.
D.
Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat praktis a. Bagi orang tua Dengan dilaksanakan penelitian ini, diharapkan orang tua lebih teliti dalam mencarikan dan memasukkan anak ke sekolah mulai sekolah
dasar sampai ke Perguruan Tinggi, karena peran mereka sangat berpengaruh untuk masa depan anaknya. Hal ini dapat dirasakan, bahwa pendidikan itu harus diperoleh dan dimiliki anak serta dapat dijadikan orang tua sebagai sarana untuk membekali pengetahuan dan pembinaan anak. b. Bagi anak Hasil penelitian ini bermanfaat dan sebagai masukan bagi para anakanak setelah selesai dari SMA/SMK/MA atau yang lain agar lebih jeli dan teliti dalam memilih dan melanjut ke perguruan tinggi. c. Bagi Masyarakat Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan bagi masyarakat bahwa pendidikan tidak hanya sampai di SMA/SMK/MA, akan tetapi dapat melanjutkan ke Perguruan Tinggi.
2.
Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat menjadikan masukan orang tua untuk mengarahkan anak dalam
pendidikan terutama dalam
mengkuliahkan anak ke Perguruan Tinggi.
E.
Definisi Operasional Definisi operasional adalah merupakan bentuk rumusan-rumusan yang dapat diobservasikan dan diukur, didasarkan pada suatu teori, yang secara umum diakui kevaliditasannya, digunakan untuk mendefinisikan suatu variabel (Singarimbun dan Effendi, 1983:23). Adapun definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengaruh
2.
Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda, dan sebagainya) yang ikut membentuk kepercayaan, watak atau perbuatan seseorang (poerwadarminto, 2007:849). Persepsi orang tua a.
Pengertian Persepsi 1)
Tanggapan (penerimaan) langsung dari suatu serapan.
2)
Proses seseoarang mengetahui beberapa hal melalui panca indera (Dedikbud, KBBI, T.th:759).
b.
Pengertian Orang Tua adalah ibu bapak kandung kita yaitu orang tua yang tinggal bersama anak dan tidak hanya ayah dan ibu melainkan juga orang tua yang bertanggung jawab terhadap pendidikan, pengajaran, dan perkembangan perilaku serta akhlak anak(Fajri dan Senja, T.th:602).
3.
Perguruan Tinggi Perguruan Tinggi adalah: satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi (Hardjana, 1994:9). Kemudian menurut Edward Shils yang diterjemahkan oleh Parsudi Suparlan, Perguruan Tinggi adalah pranata yang muncul dan berkembang dalam kehidupan masyarakat karena kehadirannya dirasakan penting oleh mereka, dalam upaya memenuhi kebutuhan pendidikan tinggi bagi warganya. Kemudian pengertian dari Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri adalah: Satuan pendidikan yang menyelenggarkan pendidikan tinggi yang lebih khusus dalam penyelenggaraan pendidikannya, yakni yang dicanangkan adalah disiplin ilmu keagamaan (Suparlan, 1993). Selanjutnya yang menjadi pengertian dari variabel persepsi orang tua tentang Perguruan Tinggi di atas adalah bagaimana para orang tua menilai Pergruan Tinggi Agama Islam Negeri terkait dengan kualitas dari out put dan jaminan kerja yang dihasilkan di Perguruan Tinggi tersebut setelah masa studi anaknya selesai. Berkenaan dengan hal ini ada dua sisi keberhasilan yang harus diperhatikan orang tua yakni: pertama berhasil hidup di masyarakat sosial dengan rukun, damai serta peduli terhadap lingkungan dan menjadi suritauladan yang baik bagi lingkungan sekitar. Kemudian sisi yang kedua yaitu berhasil dalam memenuhi kebutuhan hidup yang berkenaan dengan materi, yakni dapat bekerja sesuai dengan profesi yang ditempuh ketika studi. Adapun indikator dari variabel Persepsi Orang Tua tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri adalah sebagai berikut: a. Di Perguruan Tinggi Agama islam Negeri disiplin ilmu yang dicanangkannya lebih pada ilmu agama islam dan ilmu sosial. b.
Biaya pendidikan di Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri relatif lebih murah.
c.
Mencetak sarjana yang kompeten dalam bidang ilmu keislaman.
d.
Suasana lingkungan di Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri lebih agamis, diwajibkan berjilbab bagi mahasiswa putri.
4.
Motivasi menguliahkan anak a.
Motivasi berarti kecenderungan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang dikehendaki (Fajri dan Senja, t.th:576). Dalam hal studi di Perguruan Tinggi (PT), motivasi mendorong orang untuk menempuh studi di Perguruan Tinggi (PT) karena yakin akan kebaikan, kepentingan, dan manfaatnya (Hardjana, 1994:21). Karena ada motivasi, orang sanggup menghadapi segala tuntutan dan kesulitan serta menanggung segala konsekuensi karna studi itu. Dengan motivasi juga, orang memiliki ketangguhan diri dan tekat.
b.
Kuliah adalah proses belajar-mengajar yang dapat meliputi komunikasi langsung atau tidak langsung, praktikum, penyelenggaraan percobaan (eksperimen), dan pemberian tugas akademik lain (Penjelasan atas PP 30 Tahun 1990, Pasal 10 ayat 1) (hardjana, 1994:31). Mengkuliahkan adalah memasukkan sekolah di Perguruan Tinggi untuk belajar lebih lanjut (Fajri dan Senja, T.th:496).
c.
Anak adalah keturunan kedua yang dilahirkan dari orang tua (ibu) (Fajri dan Senja, T.th:54).
Dari uraian di atas yang dimaksud motivasi mengkuliahkan anak adalah: orang tua mendorong anak agar mereka dapat belajar di pendidikan formal pada jenjang Perguruan Tinggi sehingga dihari yang akan datang anak menjadi orang sukses dalam menggapai cita-cita, serta menjadi orang yang berkepribadian yang baik. Adapun indikator mengenai motivasi orang tua menguliahkan anak ke PTAIN Salatiga adalah sebagai berikut:
a.
Mendorong anak agar melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN/IAIN)setelah lulus SMA/SMK/MA.
b.
Menganjurkan keluarga dekat, teman agar menguliahkan anak mereka ke PTAIN (STAIN/IAIN)
c.
Memberikan semangat pada anak agar cita-citanya dapat tercapai sesuai dengan keinginan anak dan keluarga.
d.
Memberikan biaya dan memfasilitasi pendidikan anaknya.
F.
Hipotesis
G.
Hipotesis adalah jawabaan yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 1998:71). Hipotesis juga dapat diartikan sebagai dugaan yang mungkin benar dan mungkin salah. Dia akan ditolak jika salah dan akan diterima jika fakta-fakta membenarkan (Hadi, 1984:63). Dengan meninjau kedua pendapat di atas, penyusun dapat menyimpulkan bahwa hipotesis adalah dugaan atau kesimpulan yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian yang mungkin bisa benar dan mungkin salah. Oleh karena sifatnya yang masih sementara, maka suatu hipotesis dapat diulang atau diganti dengan hipotesis lain bila mana dalam penelitian selanjutnya dijumpai hipotesis yang kurang tepat. Dalam proposal ini, hipotesis yang penyusun ajukan adalah: ―Ada pengaruh yang signifikan antara persepsi orang tua tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) terhadap minat menguliahkan anak ke PTAIN Salatiga Tahun 2012/2013‖. Metodologi Penelitian Metodologi merupakan salah satu syarat yang harus diterapkan dalam penelitian ilmiah, oleh karena itu disini penulis menggunakan
beberapa metode guna mendukung jalannya proses penelitian, diantaranya yaitu: 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 1998:115). Dan menurut Winarno Surakhmad mungkin terbatas dan mungkin tidak terbatas tergantung pada perumusan penyelidikan, sering terjadi bahwa populasi itu sesungguhnya terbatas tetapi karena ukurannya sangat besar didalam realitas sehingga dianggap sebagai populasi tidak
2.
terbatas (Surakhmad, T.th: 63). Yang dimaksud populasi dalam penelitian ini adalah para orang tua di kelurahan Tingkir Lor dan yang dijadikan sampel sebanyak 36. Sampel
3.
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti atau sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek dengan menggunakan teknik tertentu dianggapmewakili populasi (Arikunto, 1998:104).Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakterteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiono, 2010: 80). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah incidental sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi yang dapat dijumpai saja yang diselidiki (Hadi, 2002: 80). Karena peneliti hanya bisa mengambil 36 orang tua yang dapat di temui dan dimintai keterangan tentang motivasi menguliahkan anak ke PTAIN Salatiga. Metode Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data ada beberapa cara sebagai berikut: a. Interview (Wawancara) Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan dataapabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil (Sugiono, 2010:137). b. Kuesioner (Angket) Kuesionar adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner juga merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila responden cukup besar dan tersebar diwilayah yang luas (Sugiono, 2010:142). c. Dokumentasi
4.
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang merupakan catatancatatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiono, 2010: 240) Dokumen yang digunakan dalam mengumpulkan data disini adalah dokumen yang berupa tulisan dan gambar. Analisis Data a. Analisis Data Pendahuluan
Analisis ini untuk menghitung skor masing-masing variabel secara terpisah sehingga diketahui ciri masing-masing variabel penelitian. Analisis ini menggunakan rumus prosentase:
P = Prosentase perolehan F = frekuensi mentah N = Jumlah total responden (arikunto, 1998:115). b. Analisis lanjutan Analisis ini digunakan untuk mengetahuiurua Persepsi Orang Tua tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri dengan menggunakan rumus korelasi product moment yaitu sebagai berikut:
Keterangan: = koefisien korelasi antara
dan
= variabel I (persepsi orang tua tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri) = variabel II terpengaruh (motivasi mengkuliahkan anak) N= jumlah responden = nilai hasil variabel (persepsi orang tua tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri) = nilai hasilvariabel (motivasi mengkuliahkan anak) (Ariskunto, 1998: 254). H.
Sistematika Penulisan BAB I:
Pendahuluan 1. Latar belakang 2.
Rumusan Masalah
3.
Tujuan Penelitian
4.
Manfaat penelitian
5.
Definisi opersional
6.
hipotesis
7.
Metode penelitian
8.
Sistematika penulisan skripsi
BAB II: Kajian Pustaka
1.
Persepsi orang tua tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN).
2.
Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN)
3.
Motivasi orang tua menguliahkan anak ke Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri.
BAB III: Hasil Penelitian Pada bab ini penulis akan menyajikan mengenai gambaran umum tentang Kelurahan Tingkir Lor Kecamatan Salatiga. BAB IV: Analisis data Pada bab ini berisi tentang analisis data yang sudah terkumpul untuk menguji hipotesis yang diajukan dengan statistik melalui tahapan analisis pendahuluan, analisis hipotesis, dan analisis lanjutan. BAB V: Penutup 1. Kesimpulan 2. Saran-saran 3. Penutup
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.
Persepsi Orang Tua Tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) persepsi adalah proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indra (Dedikbud, KBBI, t.th:759). Dari pengertian persepsi di atas dapat di jelaskan bahwa persepsi orang tua tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri adalah bagaimana orang tua mempersiapkan atau menilai PTAIN tersebutyang mengakibatkan suatu tindakan sehingga memunculkan bermacam-macam interpretasi salah satunya yaitu: motivasi. Dalam hal ini, motivasi orang tua mengkuliahkan anak ke Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri di pengaruhi oleh persepsi mereka sendiri dalam menilai berbagai Perguruan Tinggi. 1. Pengertian Orang Tua Orang Tua adalah sebuah komponen kecil yang terdiri dari suami istri atau bapak ibuyang tinggal bersama anak, yang mana fungsinya tidak hanya sebagai ayah dan ibu saja melainkan juga sebagai orang tua yang bertanggung jawab terhadap pendidikan, pengajaran, dan perkembangan perilaku serta akhlak anak(Fajri dan Senja, T.th:602). Sebagai orang tua atau pendidik harus sadar bahwa lingkungan yang paling bertanggung jawab terhadap pendidikan anak adalah keluarga, disamping lingkungan sekolah dan masyarakat. Berhasil tidaknya proses pendidikan sangat bergantung pada lingkungan yang menumbuhkembangkan anak-anak. Oleh karena itu, orang tua perlu memberikan keteladanan yang baik kepada anak-anak mereka. Sebab, keteladanan lebih efektif dibanding nasihat berupa ucapan atau indoktrinasi. Keluarga disini sangat berpengaruh dalam perkembangan anak terutama dalam pendidikan. Karena tanggung jawab orang tua dalam pendidikan adalah sebagai pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Bagi anak, orang tua adalah model yang harus ditiru dan diteladani. Sebagai model, orang tua seharusnya memberikan contoh yang terbaik bagi anak dalam keluarga. Sikap dan perilaku orang tua harus mencerminkan akhlak yang mulia. Pembentukan budi pekerti yang baik adalah tujuan utama dalam pendidikan Islam. Karena dengan budi pekerti itulah tercermin pribadi yang mulia. Sebagai mana contoh keteladanan Nabi Ibrahim a.s. terhadap anaknya yaitu Nabi Ismail a.s. yang berupa sikap lembut, kasih sayang, dan sikap demokratis beliau dalammendidik anak (Mustaqim, 2005:23-24). Hal ini tersurat dalam kisah yang menuturkan bahwa Nabi Ibrahim a.s. diperintah Allah s.w.t. untuk menyembelih putranya Nabi Ismail a.s.yaitu dalam surat Ash Shaaffaat, 37: 102-107;
ْ س ْعيَقَاىَيَابَُْيَّا ِ ِّّيأ َ َسى ِف ُ َّاٍأ َ ِّّيأ َ ْربَ ُح َنفَا ست َِجذُِّي ِ ََْ ياى َّ فَيَ ََّابَيَغَ ََ َع ُهاى َ ظ ْش ٍَارَات ََشىقَاىَيَاأَبَتِا ْف َع ْي ََاتُإْ ٍَ ُش - ٌُ َوَّادَ ْيَْا ُهأ َ ّْيَائِب َْشاهِي-ٖٔٓ- ِي َّ ئِّشَاءاىيَّ ُه ََِْاى ِ ِ فَيَ ََّاأ َ ْسيَ ََ َاوت َيَّ ُه ِي ْي َجب-ٕٔٓ- َِصابِ ِشي ْ ِئَّّ َهزَاىَ ُه َى ْاى َب ََل-ٔٓ٘- َِياى َُحْ ِسِْي ْ َاىشؤْ َيا ِئَّّا َمزَ ِى َنَْجْ ِض ُ ءاى َُ ِب -ٔٓٙ- ِي ُّ صذَّ ْقت َ قَ ْذ-ٔٓٗ ٔٓ٧- ٌ َوفَذَ ْيَْا ُهبِ ِزبْحٍ عَ ِظ ٍي-
Artinya: “Maka, tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim a.s., Ibrahim a.s. berkata, “Wahai Putraku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka, pikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab, “Wahai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” Tatkala keduanya (Ibrahim a.s. dan Ismail a.s.) telah berserah diri, dan Ibrahim a.s. membaringkan anaknya (Ismail a.s.) atas pelipisnya, nyatalah kesabaran keduanya. Dan, kami panggilah dia, “ Pendidikan anak (tarbiyah al-aulad) merupakan tanggung jawab dan perhatian semua pihak, terutama orang tua dan para pendidik. Allah s.w.t. mengingatkan dalam firman-Nya;
ً سذِيذا َ ْضعَافاًخَافُىا ِ ًَو ْىيَ ْخشَاىَّزِيَْيَ ْىت ََش ُمىاْ ٍِ ْْخ َْي ِف ِه َْزُ ِ ّسيَّت َ ًعيَ ْي ِه َْفَ ْييَتَّقُىااىيّ َه َى ْىيَقُىىُىاْقَ ْىال ٩Artinya: ―Dan hendaklah mereka takut kepada Allah s.w.t. jika meninggalkan generasi yang lemah di belakang mereka, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraannya. Oleh karena itu, hendaklah mereka bertakawa kepada Allah s.w.t. dan mengucapkan perkataan yang benar (QS Al Nisa’ [4]: 9). Sebagai sebuah proses, pendidikan akan mencapai hasil yang baik apabila dilakukan secara periodik dan berkesinambungan. Pendidikan sesungguhnya tidak mengenal batas usia. Hal ini sejalan dengan prinsip Islam bahwa menuntut ilmu itu dimulai sejak lahir (mahd) sampai liang lahat (lahd). Semua itu akan berjalan dengan lancar dan sesuai tujuan jika itu disertai niat yang tulus dan dorongan serta semangat dari keluarga terutama dari orang tua. Maka dalam hal ini, antara keluarga dan pendidikan adalah dua istilah yang tidak bisa dipisahkan. Sebab, di mana ada keluarga di situ ada pendidikan. Di mana ada orang tua di situ ada anak yang merupakan suatu kemestian dalam keluarga. Ketika ada orang tua yang ingin mendidik anaknya. Memberikan contoh perilaku yang baik, keteladanan, dan pendidikan yang dapat menumbuh kembangkan kemampuan intelektual serta keterampilan anak yang disertai dengan keimanan dan ketakwaan. Hal itu dapat dibuktikan dengan sikap lembut, penuh kasih sayang, dan demokratis orang tua terhadap anak dalam pendidikan. Jika hal tersebut dapat terlaksana, maka anak merasa diperhatikan dan diberi ruang kebebasan dalam mengaktualisasikan kemampuan mereka merasa aman tanpa kehilangan perhatian dari orang tua mereka. Sesuai dengan perkembangan atau pertumbuhan maka seorang anak menjadi dewasa dengan mengalami azas-azas perkembangan sebagai berikut: a. Azas biologis
Supaya perkembangan berlangsung dengan normal, maka makhluk hidup itu harus dalam keadaan normal. Tidak atau kurang normalnya keadaan biologis anak akan menyebabkan perkembangan anak juga tidak atau kurang normal, karena justru pada segi biologis inilah terletak bekal-bekal perkembangan yang diwarisi dari nenek moyang jika salah satu organ kurang normal keadaannya, misalnya kaki tidak lengkap, pendengaran tidak tajam dan sebagainya. b. Azas ketidakberdayaan Pada waktu dilahirkan anak manusia jauh tidak berdaya dari pada anak hewan, bukanlah merupakan kekurangan (inferiority) manusia terhadap hewan, akan tetapi justru sebaliknya, hal tersebut merupakan kelebihan (superiority). Justru karena anak manusia itu waktu dilahirkan sangat tidak berdaya, maka dengan hal tersebut dia dapat berkembang menjadi sangat berdaya. c. Azas perlindunngan atau keamanan Dengan keadaan yang tidak berdaya sebagaimana telah dikemukakan di atas, maka hal tersebut merupakan keharusan hakiki bahwa anak manusia membutuhkan perlindungan atau pertolongan untuk mendapatkan rasa aman. Kebutuhan tersebut didapat anak manusia dari orang-orang dewasa, dan dalam hal ini yang paling utama adalah orang tuanya. d. Azas penjelajah atau eksplorasi
2.
Pada waktu anak manusia dilahirkan dia menemukan dunia dengan lingkungannya yang baru dan dengan segala seluk-beluknya. Dia harus mengenalnya, mempelajarinya, sedikit demi sedikit. Peristiwa ini dapat digambaran sebagai penjelajah atau eksplorasi. Anak mendapat dunia yang sama meski asing baginya, belum dikenalnya, dan dia harus menjelajahinya untuk mengenalnya. Maka dalam penjelajahan inilah anak mengalami perkembangan (Suryobroto, 1984:95-99). Peranan Keluarga (Orang Tua) Terhadap Pendidikan Anak Pada dasarnya peranan orang tua adalah sebagai pengasuh, pembimbing, pendidik, pengawas, pengontrol,yang utama dan pertama bagi tumbuh kembangnya anak serta harus diperhatikan oleh orang tua dalam menyiapkan anak-anak atau generasi muda agar sanggup terjun ketika menghadapi hidup dimasyarakat. Adapun peranan tersebut antara lain, yaitu: a. Peranan keluarga atau orang tua dalam pendidikan jasmani dan kesehatan bagi anak-anak. Keluarga memiliki peranan penting untuk menolong pertumbuhan anakanak dari segi jasmani, baik aspek perkembangan, atau pun aspek
perfungsian. Begitu juga untuk menciptakan kesehatan jasmani yang baik dan kewajaran yang sesuai. Peranan ini dapat dimulai ketika anak sebelum lahir. Yaitu melalui pemeliharaan terhadap kesehatan ibu dan memberinya makanan yang baik dan sehat selama mengandung, sebab itu berpengaruh pada anak dalam kandungan. Sehingga apabila anak telah lahir maka tanggung jawab keluarga terhadap kesehatan anak dan menjadi berlipat ganda. Dia dapat memperoleh banyak cara dan jalan perlindungan (protection), pengobatan, dan pengembangan untuk menunaikan tanggung jawab ini (Langulung, 2004:304). b. Peranan keluarga atau orang tua dalam pendidikan akal. Keluarga dalam hal ini memegang peranan penting dan tidak dapat dibebaskan dari tanggung jawab ini. Bahkan ia memegang tanggung jawab yang sangat besar sebelum anak- anaknya memasuki dunia sekolah. Diantara tugas-tugas keluarga atau orang tua adalah untuk menolong anak-anaknya menemukan, membuka dan menumbuhkan kesediaan-kesediaan,bakat-bakat, minat dan kemampuan-kemampuan akalnya dan memperoleh kebiasaan-kebiasaan dan sikap intelektual yang sehat serta melatih indra kemampuan akal tersebut. Sesudah anak-anak masuk sekolah tanggung jawab keluarga atau orang tua dalam pendidika akal bertambah luas. Kewajiban keluarga atau orang tua dalam hal ini adalah menyiapkan suasana yang sesuai dan menggalakkan untuk belajar, mengulangi pelajaran, mengerjakan tugas, mengikuti kemajuan sekolah. Bekerjasama dengan sekolah untuk menyelesaikan masalah pelajaran yang dihadapinya, menggalakkan mereka untuk mengulangpelajaran dan membimbing mereka cara yang paling sesuai untuk belajar jika mereka faham akan hal itu. Begitu dengan memberi peluang untuk memilih jurusan pada pelajaran yang disukainya, menghormati ilmu pengetahuan dan orang-orang berilmu, dan lain sebagainya (Langgulung, 2004:306-307). c. Peranan keluarga atau orang tua dalam pendidikan psikologikal dan emosi. Keluarga dalam hal ini dapat memainkan peran penting mereka untuk pendidikan psikologikal dan emosional. Melalui pendidikan itu keluarga dapat menolong anak-anaknya dan anggota-anggotanya secara umum untuk menciptakan pertumbuhan emosi yang sehat, kematangan emosi yang sesuai, menciptakan penyesuaian psikologikal yang sehat dengan dirinya sendiri. Begitu juga dengan menumbuhkan emosi manusia yang mulia, seperti cinta kepada orang lain, mengasihi orang yang lemah dan teraniaya, dan menghadapi masalah-masalah psikologikal secara positif dan dinamis.
Di antara cara-cara yang dapat digunakan oleh keluarga untuk mendidik anak-anaknya dari segi psikologi adalah memberi mereka segala peluang untuk menyatakan diri, keinginan, fikiran dan pendapat mereka dengan sopan dan hormat, disamping menolong mereka berhasil dalam pelajaran dan menunaikan tugas yang dipikulkan kepadanya (Langgulung, 2004:308-309). d. Peranan keluarga atau orang tua dalam pendidikan agama bagi anakanak. Pendidikan agama dan spiritual termasuk bidang-bidang pendidikan yang harus mendapatkan perhatian penuh oleh keluarga terhadap anakanak. Pendidikan ini berarti membangkitkan kekuatan dan kesediaan spiritual yang bersifat naluri yang ada pada anak-anak melalui bimbingan agama yang sehat dan mengamalkan ajaran-ajaran agama dan upacara-upacaranya. Begitu juga membekalkan anak-anak dengan pengetahuan-pengetahuan agama dan kebudayaan Islam yang sesuai dengan umurnya dalam bidang-bidang akidah, ibadat, muamalat, dan sejarah. Terdapat beberapa cara-cara yang patut digunakan oleh keluarga atau orang tua untuk menanamkan semangat keagamaan pada diri anak-anak diantaranya yaitu: 1) Memberi tauladan yang baik kepada mereka tentang kekuatan iman kepada Allah dan berpegang dengan ajaran-ajaran agama dalam bentuk yang sempurna serta waktu tertentu. 2)
Membiasakan mereka menunaikan syiar-syiar agama semenjak kecil.
3)
Menyiapkan suasana agama dan spiritual yang sesuai di rumah di mana mereka berada.
4)
Menggalakkan mereka turut serta dalam aktivitas-aktivitas agama (Langulung, 2004:309-400).
e. Peranan keluarga atau orang tua dalam pendidikan akhlak bagi anakanak. Keluarga memegang peranan penting sekali dalam pendidikan akhlak untuk anak-anak sebagai institusi yang mula-mula berinteraksi dengannya oleh sebab mereka mendapat pengaruh daripadanya atas
segala tingkah lakunya. Oleh sebab itu haruslah keluarga mengambil tugas berat tentang pendidikan ini, mengajar mereka tentang akhlak yang mulia yang diajarkan Islam seperti kebenaran, kejujuran, keikhlasan, kesabaran, kasih-sayang, cinta kebaikan, pemurah, berani dan lain sebagainya. Di antara kewajiban keluarga dalam hal ini adalah: 1) Memberi contah yang baik bagi anak-anaknya dalam berpegang teguh kepada akhlak mulia. 2)
Menyediakan bagi anak-anaknya peluang-peluang dan suasana di mana mereka dapat mempraktekkan akhlak yang diterima dari orang tuanya.
3)
Memberi tanggung jawab yang sesuai kepada anak-anaknya supaya mereka merasa bebas memilih dalam tindak tanduknya.
4)
Menunjukkan bahwa keluarga selalu mengawasi mereka dengan sadar dan bijaksana.
5)
Menjaga mereka dari teman-teman yang menyeleweng dan tempattempat kerusakan(Langulung, 2004:400).
f. Peranan keluarga atau orang tua dalam pendidikan sosial anak-anak. Pertumbuhan sosial ini melibatkan pendidikan sosial, ekonomi dan politik yang mengatakan bahwa kesedian-kesedian dan bakat-bakat asasi anak-anak dibuka dan dikeluargakan kedalam kenyataan berupa hubungan-hubungan sosial dengan orang disekelilingnya. Pendidikan ini juga melibatkan bimbingan terhadap tingkah laku sosial, ekonomi, dan politik dalam rangka akidah Islam yang betul dan ajaran-ajaran dan hukum-hukum agama yang berusaha meningkatkan iman, takwa, takut kepada Allah serta mengerjakan ajaran-ajaran agamanya yang mendorong kepada produksi, menghargai waktu, jujur, ikhlas dalam berbuat, adil, kasih sayang, tolong menolong, menjaga kemaslahatan umum, cinta tanah air dan lain sebagainya. Cara-cara yang patut yang patut digunakan oleh keluarga dalam mendidik anak-anaknya dari segi sosial, ekonomi, dan politik adalah: 1) Memberi contoh yang baik kepada anak-anaknya dalam tingkah laku sosial yang sehat berdasar pada prinsip-prinsip dan nilai-nilai.
2)
Menjadikan rumah itu sebagai tempat dimana tercipta hubunganhubungan sosial yang berhasil.
3)
Membiasakan mereka hidup sederhana supaya lebih bersedia menghadapi kesulitan hidup sebelum terjadi.
4)
Bersifat adil diantara mereka.
5)
Membiasakan mereka cara-cara Islam dalam makan, minum, duduk, tidur, memberi salam, berziarah, dan lain sebagainya (Langgulung, 2004:401).
3.
Tanggung jawab Keluarga (Orang Tua) dalam mendidik anak Berdasarkan asas cinta yang asasi ini lahir anak sebagai generasi penerus. Keluarga dengan cinta kasih dan pengapdian yang luhur membina kehidupan sang anak. Oleh Ki Hajar Dewantara dikatakan supaya orang tua (sebagai pendidik) mengapdi kepada anak (Tim Dosen IKIP Malang, 1981:13). Dr. Mansur, M.A. dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, menjelaskan bahwa keluarga adalah suatu ikatan laki-laki dan perempuan berdasarkan hukum dan undang-
undang perkawinan yang sah. Dalam keluarga inilah akan terjadi interaksi pendidikan pertama dan utama bagi yang akan menjadi pondasi dalam pendidikan selanjutnya. Dengan demikian, masalah tersebut keluarganyalah terutama orang tuanyalah yang memegang peranan utama dan memegang tanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya (Mansur, 2005:318). Pendidikan dalam keluarga oleh orang tua adalah merupakan dasar atau pondasi dari pendidikan anak selanjutnya. ― Di dalam keluargalah tempat meletakkan dasar-dasar kepribadian anak yang masih usia muda, karena pada usia ini sangat peka terhadap pengaruh lingkungan keluarga dan masyarakat (Djumronsjah, 2007: 84)‖. Secara sadar orang tua mengemban kewajiban untuk memelihara dan membina anaknya sampai ia mampu berdiri sendiri (dewasa) baik secara fisik, sosial ekonomi maupun moral. Setidaknya orang tua meletakkan dasardasar agar bisa menjadikan anak mandiri. Adapun dasar-dasar tanggung jawab keluarga (orang tua) terhadap pendidikan anaknya meliputi:
a. Dorongan atau motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dengan anak. Hal ini mendorong sikap dan tindakan rela menerima tanggung jawab, mengabdikan hidupnya untuk sang anak. b. Dorongan atau motivasi kewajiban moral, sebagai konsekuensi kedudukan orang tua terhadap keturunannya. Tanggung jawab ini meliputi nilai-nilai religius spiritual yang dijiwai Ketuhanan Yang Maha Esa dan didorong oleh kesadaran memelihara martabat dan kehormatan keluarga. c. Tanggung jawab sosial sebagai bagian dari keluarga, yang pada gilirannya juga menjadi bagian dari masyarakat, bangsa dan negara, bahkan
kemanusiaan.
Tanggung
jawab
sosial
ini
merupakan
perwujudan kesadaran tanggung jawab kekeluargaan yang diikuti oleh darah keturunan dan kesatuan keyakinan (Tim Dosen IKIP Malang, 1981:17-18). Tanggung jawab orang tua terhadap anaknya tampil dalam bentuk yang bermacam-macam. Secara garis besar, bila dibutiri, maka tanggung jawab orang tua terhadap anaknya adalah bergembira menyambut kelahiran anak, memberi nama yang baik, memperlakukan dengan lembut dan kasih sayang, menanamkan rasa cinta sesama anak, memberikan pendidikan akhlak, menanamkan akidah tauhid, melatih anak mengerjakan shalat, berlaku adil, memperhatikan teman anak, menghormati anak, memberi hiburan, mencegah perbuatan bebas, menjauhkan anak dari hal-hal porno (baik pornoaksi maupunpornografi), menempatkan dalam lingkungan yang baik, memperkenalkan kerabat kepada anak, mendidik anak bertetangga dan bermasyarakat (Djamarah, 2004:28-29). Sementara itu, Abdullah Nashih Ulwah dalam bukunya yang berjudul ―Mengembangkan Kepribadian Anak‖ juga menjelaskan beberapa tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak diantaranya yaitu: 1) Tanggung jawab pendidikan fisik Tanggung jawab pendidikan fisik ini tumbuh seiring dengan baiknya pertumbuhan fisik, sehat badan, bergairah, dan bersemangat. Adapun metode praktis yang dirumuskan Islam dalam mendidik fisik anak-anak
agar para pendidik mengetahui besarnya amanat yang dibebankan di pundaknya, diantaranya yaitu: a) Kewajiban menafkahi keluarga dan anak Berdasarkan firman Allah:
ٕٖٖ- وف ِ َوعيَى ْاى ََ ْىىُى ِد ىَهُ ِس ْصقُ ُه َِّ َو ِمس َْىت ُ ُه َِّ بِ ْاى ََ ْع ُش Artinya : “Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf.‖ (Q.S Al-Baqarah:233). Termasuk menafkahi keluarga ialah seorang ayah hendaknya menyediakan bagi keluarganya makanan yang baik tempat tinggal yang baik, dan pakain yang baik. Sehingga fisik mereka tidak mudah terserang penyakit dan kebal terhadapnya. b) Mengikuti aturan yang sehat ketika makan, minum dan tidur, agar semua itu menjadi kebiasaan bagi akhlak anak-anak. c)
Menghindari penyakit menular.
d)
Kewajiban mengobati penyakit.
e)
Menerapkan prinsip ―Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh membahayakan orang lain.
f)
Membiasakan anak berolah raga.
g)
Membiasakan anak hidup sederhana, tidak mewah dan tenggelam dalam kenikmatan.
h)
Membiasakan anak hidup bersungguh-sungguh, jantan dan menghindari pengangguran dan penyimpangan (Ulwan, 1996:112).
2) Tanggung jawab pendidikan intelektual Tanggung jawab pendidikan intelektual ialah membentuk pemikiran anak dengan sesuatu yang bermanfaat seperti ilmu-ilmu syariat, kebudayaan ilmiah dan modern, kesadaraan intelektual dan peradaban sehingga anak matang dalam pemikiran dan ilmiahnya. Adapun tahapan-tahapan yang harus ditempuh para pendidik dalam setiap tanggung jawab mereka terhadap pendidikan intelektual itu berkisar pada persoalan-persoalan berikut: a) Tanggung jawab kewajiban mengajar
Islam membebani orang tua dan pendidik dengan tanggung jawab yang besar dalam mengajar anak-anak, menumbuhkan sikap terlibat dalam mengembangkan kebudayaan dan ilmu serta memusatkan otak mereka untuk memahami konsep secara maksimal, pengetahuan secara kritis, kebijakan yang berimbang, dan persepsi yang matang lagi sehat. b) Tanggung jawab kesadaraan berfikir Tanggung jawab berfikir ialah mengikat erat anak dengan Islam sebagai agama dan negara, Al-quran sebagai pedoman dan aturan hukum, dengan sejarah yang jaya dan mulia, kebudayaan islam secara spiritual dan intelektual dan keterkaitan terhadap dakwah Islam. Dalam hal ini untuk mencapai kesadaran berfikir diantaranya, yaitu: pengajaran yang sadar, teladan pilihan, bacaan yang selektif, pergaulan yang sadar. c) Kesehatan akal Tanggung jawab lain yang dibebankan kepada orang tua dan para pendidik ialah tanggung jawab memperhatikan kesehatan akal anak-anak dan murid mereka. Mereka harus betul-betul menentukan dan memelihara tanggung jawab ini sehingga pemikiran anak-anak dan murid tetap sehat, daya ingat mereka tetap kuat, otak mereka tetap bersih, dan pemikiran mereka tetap matang (Ulwan, 1996:54). 3) Tanggung jawab pendidikan psikis Tanggung jawab ini ialah sejak mulai bisa berfikir, seorang anak harus dididik untuk berani mengatakan yang hak, lugas, kesatria, merasa mampu, mencintai orang lain, dapat mengendalikan amarah, dan berhias diri dengan semua keutamaan jiwa dan moral. Tujuan pendidikan ini tiada lain untuk membentuk pribadi anak dan menyempurnakannya sehingga ia, bila sudah mencapai usia taklif, dapat mengemban segala kewajiban yang diamanatkan kepadanya dengan cara yang baik dan sempurna. Diantara sejumlah faktor terpenting bagi para orang tua dan para pendidik ialah membebaskan anak-anak dan murid-murid mereka dari gejala-gejala berikut ini: gejala malu, gejala takut, gejala rendah diri, gejala hasud, dan gejala marah (Ulwan, 1996:109). Dengan pendidikan semacam itu, maka para pendidik atau orang tua telah menanamkan kepada jiwa anak-anak dan para murid pokok-pokok kejiwaan dan mental suci yang akan mewujudkan percaya diri dan berani karena benar, sifat dan mental berani tampil, tegar, sifat sabar, serta tidak mudah marah. Bahkan mereka dengan perhiasan mental dan moral mulia ini akan menjadi pemuda hari esok dan pemimpin masa datang. Mereka akan menyongsong kehidupan dengan senyuman gembira, penuh semangat dan tekat serta dengan berakhlak mulia. Luqman Al-Hakim adalah sesosok pendidik atau orang tua yang patut kita contoh keteladanannya dan bertanggung jawab dalam memberikan
pendidikan kepada anaknya. Sebagaimana diabadikan dalam Al-Quran yang layak direnungkan.
ُ َش ِْشكَ ى ُ اُ ِال ْبِْ ِه َو ُه َى يَ ِع ّ اَّللِ ئِ َُّ اى ُ ََ َوئِ ْر قَا َه ىُ ْق َّ ِي َال ت ُ ْش ِش ْك ب ٌٌ ع ِظي َ ٌٌ ظ ْي َّ َُْظهُ يَا ب ص ْخ َشةٍ أ َ ْو فِي َ ي ئَِّّ َها ئُِ ت َلُ ٍِثْقَا َه َحبَّ ٍت ِ ٍّ ِْ خ َْشدَ ٍه فَت َ ُنِ فِي َّ َُْ يَا ب-َّٖٔ َُّ ِاَّللُ ئ َّ ث بِ َها ٌِ ِي أَق ِ ْ ض يَأ ِ س ََ َاوا َّ اى ٌ ِيف َخب ٌ اَّللَ ىَ ِط ِ ث أ َ ْو فِي ْاْل َ ْس َّ َُْ يَا ب-ٔٙ - يش َصابَلَ ِئ َُّ رَىِل ِ ص ََلة َ َوأْ ٍُ ْش ِب ْاى ََ ْع ُش ْ ع ِِ ْاى َُْ َن ِش َوا َّ اى َ ص ِب ْش َ َوف َوا ّْه َ َ عيَى ٍَا أ ً ض ٍَ َشحا ِ اط َو َال ت ََْ ِش فِي ْاْل َ ْس ِ َّْص ِعّ ْش َخذَّكَ ِىي َ ِْ ٍِ َ ُ َو َال ت-ٔ٧ - ىس ِ ٍُ ُ ع ْض ًِ ْاْل َّ َُّ ِئٔ٨- ىس ٍ اَّللَ َال ي ُِحبُّ ُم َّو ٍُ ْخت َا ٍه فَ ُخ Artinya: Dan ingatlah ketika luqman berkata pada anaknya, ketika ia memberi pelajaran kepadany, “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah), sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS Luqman :13) (Luqman berkata), “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu, di langit, atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (QS Luqman :16) Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS Luqman :17) Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membagakan diri. (QS Luqman :18). Daribeberapa ungkapan hikmah luqman tersebut, ada beberapa aspek pendidikan yang harus ditanamkan kepada anak, yaitu: a) Penanaman akidah atau tauhid. Akidah atau tauhid dapat diibaratkan sebagai fondasi. Oleh karena itu, akidah dan tuhid harus kukuh dan kuat.
b)
Penanaman kesadaran bertindak (berakhlak), yaitu kesadaran yang didasarkan pada keyakinan bahwa setiap gerak dan langkah manusia selalu dalam pengawasan Allah.
c)
Perintah untuk mengerjakan shalat dan amar ma’ruf nahi mungkar yang ditanamkan sejak kecil.
d)
Pelatihan kesabaran. Kesabaran harus ditanamkan sejak dini. Tanpa kesabaran seseorang akan mudah putus asa dan patah semangat dalam meraih cita-citanya.
e)
Larangan bersikap sombong dan angkuh. Kesombongan perlu dihindari
karena
akan
mengantarkan
pada
kehinaan
dan
kerendahan martabat, baik di mata Allah maupun di mata manusia. Dalam hal ini sikap tawadhu’ dan rendah hati harus kita tanamkan pada pribadi diri sendiri dan diri anak-anak (Mustaqim, 2005:3334). 4.
kewajiban-kewajiban orang tua terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak-anaknya
orang tua dalam masalah pendidikan anak-anaknya tidak hanya dengan cara mensekolahkan atau mengkuliahkan. Akan tetapi hal itu harus diatur atau direncanakan sejak dini. Karena selain menjadi tanggung jawab tetapi juga menjadi kewajiban yang mana orang tua harus dapat memberikan keadilan dan ketauladanan bagi anak-anak mereka. Adapun kewajiban-kewajiban orang tua terhadap anak-anaknya sebagai berikut: a. Seorang anak laki-laki memilih istri yang bakal menjadi ibu bagi anakanaknya ketika hendak menikah. Sebab itu memiliki pengaruh besar
bagi pada pendidikan anak-anak dan pada tingkah laku mereka, terutama pada awal masa kanak-kanak, dimana ia tidak mengenal siapasiapa kecuali ibunya yang menyediakan makanan, kasih sayang dan kecintaan. b. memilih nama yang baik bagi anaknya, sebab nama yang baik itu mempunyai pengaruh positif atas kepribadian manusia, begitu juga atas tingkahlaku, cita-cita, dan angan-angan. c. Memperbaiki adab dan pengajaran anak-anaknya da menolong mereka membina aqidah yang betul dan agama yang kukuh. d. Bersifat adil terhadap anak-anaknya. e. Orang tua bekerjasama dengan lembaga-lembaga lain dalam masyarakat yang berusaha menyadarkan dan memelihara anak-anak dan remaja dari segi kesehatan, akhlak, sosial, melindungi mereka dari segala yang membahayakan
badan
dan
akalnya,
mengembangkan
kesediaan-kesediaan,
serta
membuka
bakat-bakat,
dan
kesanggupan-
kesanggupan dan minatnya. f. Orang tua memberikan contoh yang dan menjadi tauladan yang baik terhadap akhlak dan perangai yang diajarkan kepada anak-anaknya dalam rumah tangga yang penuh dengan syiar dan kebiasaan Islam (Mustaqim, 2005: 50).
B.
Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) 1.
Sejarah singkat munculnya PTAIN di Indonesia mulai dari Sekolah Tinggi Islam (STI) hingga Universitas Islam Negeri (UIN). Selama setengah abad itu, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah melewati beberapa periode sejarah sehingga sekarang ini telah menjadi salah
satu universitas Islam terkemuka di Indonesia. Secara singkat sejarah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat dibagi ke dalam beberapa periode, yaitu periode perintisan, periode fakultas IAIN al-Jami’ah, periode IAIN Syarif Hidayatullah, dan periode UIN Syarif Hidayatullah. a. Periode perintisan Pada zaman penjajahan belanda mereka sudah banyak mendirikan perguruan tinggi-perguruan tinggi yang bercorak umum. Perguruan tinggi tersebut didirikan untuk memenuhi kebutuhan kepentingan pemerintah belanda dan didirikan dalam rangka politik etis. Mahasiswa yang mengikuti perkuliahan di perguruan tinggi tersebut berasal dari anak-anak pribumi. Akan tetapi berdirinya perguruan tinggi tersebut itu terbatas untuk kalangan anak-anak elit priyayi bukan dibuka untuk kalangan umum terutama untuk anak-anak kalangan bawah. Sehingga anak-anak kalangan bawah hanya bisa memendam hasrat untuk mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. umat Islam berhasrat untuk mendirikan Perguruan Tinggi Islam (PTI), sebuah pendidikan yang akan menampung dan menjadi ajak mobilitas anak-anak kaum muslimin dari sekolah rendah. Tujuannya bukan saja ingin menampung calon-calon mahasiswa dari kalangn pribumi, melainkan juga menegaskan corak keislaman yang membedakannya dengan corak pendidikan kolonial belanda yang netra terhadap pendidikan agama (Wahid, 2003:6-7). Oleh sebab itu,Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI Nomor 031 tahun 2002. Sejarah pendirian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan mata rantai sejarah perkembangan perguruan tinggi Islam Indonesia dalam menjawab kebutuhan pendidikan tinggi Islam modern yang dimulai jauh sebelum Indonesia merdeka Pada 8 Juli 1945, bertepatan dengan 27 Rajab 1364, yayasan tersebut mendirikan Sekolah Tinggi Islam (STI). STI berkedudukan di Jakarta dan dipimpin oleh Abdul Kahar Mudzakkir. Beberapa tokoh Muslim lain ikut berjasa dalam proses pendirian dan pengembangan STI. Mereka antara lain Drs. Muhammad Hatta, KH. Kahar Mudzakkir, KH. Wahid Hasyim, KH. Mas Mansur, KH. Fathurrahman Kafrawi, dan Farid Ma’ruf. Pada1946, STI dipindahkan ke Yogyakarta mengikuti kepindahan Ibukota Negara dari Jakarta ke Yogyakarta. Sejalan dengan perkembangan STI yang semakin besar, pada 22 Maret 1948 nama STI diubah menjadi Universitas Islam Indonesia (UII) dengan penambahan fakultas-fakulta baru. Sampai dengan 1948, UII memiliki empat fakultas, yaitu (1) Fakultas Agama, (2) Fakultas Hukum, (3) Fakultas Ekonomi, dan (4) Fakultas Pendidikan. Kebutuhan akan tenaga fungsional di Departemen Agama menjadi latar belakang penting berdirinya perguruan tinggi agama Islam. Untuk
b.
memenuhi kebutuhan tersebut, Fakultas Agama UII dipisahkan dan ditransformasikan menjadi Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) dan—sesuai dengan namanya—bersastus negeri. Perubahan ini didasarkan kepada Peraturan Pemerintah (PP) No. 34 tahun 1950. Dalam hal ini disebutkan bahwa PTAIN bertujuan memberikan pengajaran studi Islam tingkat tinggi dan menjadi pusat pengembangan serta pendalaman ilmu pengetahuan agama Islam. Berdasarkan PP tersebut, hari jadi PTAIN ditetapkan pada 26 September 1950. PTAIN dipimpin KH. Muhammad Adnan dengan data jumlah mahasiswa per 1951 sebanyak 67 orang. Pada periode tersebut PTAIN memiliki tiga jurusan, yaitu Jurusan Tarbiyah, Jurusan Qadla (Syari’ah) dan Jurusan Dakwah. Kemudian mahasiswa yang lulus bakaloreat dan doktoral masing-masing mendapatkan gelar Bachelor of Art (BA) dan Doctorandus (Drs). Komposisi mata kuliah PTAIN tersebut merupakan kajian utama perguruan tinggi Islam yang terus berlanjut sampai masa-masa yang lebih belakangan. Gelar akademik yang ditawarkan juga terus bertahan sampai tahun 1980-an.(http://www.uinjkt.ac.id/index.php/tentang-uin, diakses tanggal 11juli 2013, jam 11:30 WIB). Periode ADIA (1957-1960) Kebutuhan tenaga fungsional bidang guru agama Islam yang sesuai dengan tuntutan modernitas pada dekade 1950-an mendorong Departemen Agama mendirikan Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) di Jakarta. ADIA didirikan pada 1 Juni 1957 dengan tujuan mendidik dan mempersiapkan pegawai negeri guna mendapatkan ijazah pendidikan akademi dan semi akademi sehingga menjadi guru agama, baik untuk sekolah umum, sekolah kejuruan, maupun sekolah agama. Sama seperti perguruan tinggi pada umumnya, masa studi di ADIA adalah 5 tahun yang terdiri dari tingkat semi akademi 3 tahun dan tingkat akademi 2 tahun. ADIA memiliki tiga jurusan, yaitu Jurusan Pendidikan Agama, Jurusan Bahasa Arab, dan Jurusan Da’wah wal Irsyad yang juga dikenal dengan Jurusan Khusus Imam Tentara. Komposisi kurikulum ADIA tidak jauh berbeda dengan kurikulum PTAIN dengan beberapa tambahan mata kuliah untuk kepentingan tenaga fungsional. Pada waktu kepemimpinan ADIA dipercayakan kepada Prof. Dr. H. Mahmud Yunus sebagai dekan dan Prof. H. Bustami A. Gani sebagai Wakil Dekan. Terdapat dua ciri utama ADIA. Pertama, sesuai dengan mandatnya sebagai akademi dinas, mahasiswa yang mengikuti kuliah di ADIA terbatas pada mahasiswa tugas belajar. Mereka diseleksi dari pegawai atau guru agama di lingkungan Departemen Agama yang berasal dari wakil-wakil daerah di seluruh Indonesia. Kedua, sesuai dengan mandatnya untuk mempersiapkan guru agama modern, tanggung jawab pengelolaan dan penyediaan anggaran ADIA berasal dari Jawatan
c.
Pendidikan Agama (Japenda) Departemen Agama yang pada waktu itu memiliki tugas mengelola madrasah dan mempersiapkan guru agama Islam modern di sekolah umum.(http://www.uinjkt.ac.id/index.php/tentang-uin. diakses tanggal 11juli 2013, jam 11.30 WIB). Periode Fakultas IAIN al-Jami’ah Yogyakarta (1960-1963).
d.
Dalam satu dekade, PTAIN memperlihatkan perkembangan menggembirakan. Jumlah mahasiswa PTAIN semakin banyak dengan area of studies yang semakin luas. Mahasiswa PTAIN tidak hanya datang dari berbagai wilayah Indonesia, tetapi juga datang dari negara tetangga seperti Malaysia. Meningkatnya jumlah mahasiswa dan meluasnya area of studies menuntut perluasan dan penambahan, baik dari segi kapasitas kelembagaan, fakultas dan jurusan maupun komposisi mata kuliah. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, ADIA di Jakarta dan PTAIN di Yogyakarta diintegrasikan menjadi satu lembaga pendidikan tinggi agama Islam negeri. Integrasi terlaksana dengan keluarnya Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 11 Tahun 1960 tertanggal 24 Agustus 1960 bertepatan dengan 2 Rabi’ul Awal 1380 Hijriyah. Peraturan Presiden RI tersebut sekaligus mengubah dan menetapkan perubahan nama dari PTAIN menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) alJami’ah al-Islamiyah al-Hukumiyah. IAIN diresmikan Menteri Agama di Gedung Kepatihan Yogyakarta. IAIN With Wider Mandate IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu IAIN tertua di Indonesia yang bertempat di Ibukota Jakarta, menempati posisi yang unik dan strategis. Ia tidak hanya menjadi "Jendela Islam di Indonesia", tetapi juga sebaga simbol bagi kemajuan pembangunan nasional, khususnya di bidang pembangunan sosial-keagamaan. Sebagai upaya untuk mengintegrasikan ilmu umum dan ilmu agama, lembaga ini mulai mengembangkan diri dengan konsep IAIN dengan mandat yang lebih luas (IAIN with Wider Mandate) menuju terbentuknya Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Langkah konversi ini mulai diintensifkan pada masa kepemimpinan Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA dengan dibukanya jurusan Psikologi dan Pendidikan Matematika pada Fakultas Tarbiyah, serta Jurusan Ekonomi dan Perbankan Islam pada Fakultas Syari’ah pada tahun akademik 1998/1999. Untuk lebih memantapkan langkah konversi ini, pada 2000 dibuka Program Studi Agribisnis dan Teknik Informatika bekerjasama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) serta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Program Studi Manajemen dan Akuntansi. Pada 2001 diresmikan Fakultas Psikologi dan Dirasat Islamiyah bekerjasama dengan Al-Azhar, Mesir. Selain itu dilakukan pula upaya kerjasama dengan Islamic
e.
Development Bank (IDB) sebagai penyandang dana pembangunan kampus yang modern; McGill University melalui Canadian Internasional Development Agencis (CIDA); Leiden University (INIS); Universitas AlAzhar (Kairo); King Saud University (Riyadh); Universitas Indonesia; Institut Pertanian Bogor (IPB); Ohio University; Lembaga Indonesia Amerika (LIA); Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Bank BNI; Bank Mu’amalat Indonesia (BMI); dan universitas-universitas serta lembaga-lembaga lainnya. Langkah perubahan bentuk IAIN menjadi UIN mendapat rekomendasi pemerintah dengan ditandatanganinya Surat Keputusan Bersama (SKB) antara Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 4/U/KB/2001 dan Menteri Agama RI Nomor 500/2001 tanggal 21 Nopember 2001. Selanjutnya melalui suratnya Nomor 088796/MPN/2001 tanggal 22 Nopember 2001, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional memberikan rekomendasi dibukanya 12 program studi yang meliputi program studi ilmu sosial dan eksakta, yaitu Teknik Informatika, Sistem Informasi, Akutansi, Manajemen, Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis, Psikologi, Bahasa dan Sastra Inggris, Ilmu Perpustakaan, Matematika, Kimia, Fisika dan Biologi. Seiring dengan itu, rancangan Keputusan Presiden tentang Perubahan Bentuk IAIN menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga telah mendapat rekomendasi dan pertimbangan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara RI dan Dirjen Anggaran Departemen Keuangan RI Nomor 02/M-PAN/1/2002 tanggal 9 Januari 2002 dan Nomor S-490/MK-2/2002 tanggal 14 Februari 2002. Rekomendasi ini merupakan dasar bagi keluarnya Keputusan Presiden Nomor 031 tanggal 20 Mei Tahun 2002 tentang Perubahan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Periode UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Mulai 20 Mei 2002). Dengan keluarnya Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 031 tanggal 20 Mei 2002 IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta resmi berubah menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peresmiannya dilakukan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, Hamzah Haz, pada 8 Juni 2002 bersamaan dengan upacara Dies Natalis ke-45 dan Lustrum ke-9 serta pemancangan tiang pertama pembangunan Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melalui dana Islamic Development Bank (IDB). Satu langkah lagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menambah fakultas yaitu Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (Program Studi Kesehatan Masyarakat) sesuai surat keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 1338/D/T/2004 tanggal 12 April 2004 tentang ijin Penyelenggaraan Program Studi Kesehatan Masyarakat (S1) pada Universitas Islam Negeri dan Keputusan Direktur Jenderal Kelembagaan Agama Islam tentang izin penyelenggaraan Program Studi Kesehatan Masyarakat Program Sarjana (S1) pada Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
2.
Nomor Dj.II/37/2004tanggal19 Mei 2004. (http://www.uinjkt.ac.id/index.php/tentang-uin.diakses tanggal 11 juli 2013, jam 11.30 WIB). Manajemen Perguruan Tinggi agama Islam Negeri (PTAIN) Mengenai manajemen PTAIN itu harus jelas dan direncanakan secara matang. Karena hal tersebut akan berpengaruh dalam perkembangan dan kemajuan bagi PTAIN itu sendiri di masa sekarang atau masa mendatang. Dalam hal ini, PTAIN harus memiliki visi dan misi yang jelas dan terarah. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai visi dan misi PTAIN yaitu sebagai berikut: a. Pengertian PTAIN Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri adalah: Satuan pendidikan yang menyelenggarkan pendidikan tinggi yang lebih khusus dalam penyelenggaraan pendidikannya, yakni yang dicanangkan adalah disiplin ilmu keagamaan (Suparlan, 1993). Dengan adanya PTAIN ini, diharapkan anak-anak generasi penerus bangsa dapat memiliki pengetahuan yang luas baik di bidang pengetahuan umum maupun di bidang pengetahuan agama yang berguna dan bermanfaat di masyarakat serta untuk kemajuan bangasa dan negara. Pada tataran ilmu, Perguruan Tinggi ini dibebani tugas untuk tunduk pada aturan akademik dan sekaligus mengabdi pada objek kajian yang dipandang sakral, yakni agama. Padahal secara ilmiah kajian agama mensyaratkan seseorang untuk bersikap ilmiah: mengambil jarak terhadp objek, bersikap imbang, kritis dan terbuka terhadab segala kemungkinan penilaian. sebab dengan ini seseorang dapat melihat objek kajian secara terbuka dimana temuan-temuan diteliti secara luas dan rasional dari sisi penalaran atau terbuka pembuktiaannya dari sisi empirik. b. Visa dan Misi PTAIN Pada tanggal 26 september 1951, K.H. A. Wahid Hssyim yang pada waktu itu memangku jabatan sebagai Menteri agama, meresmikan berdirinya Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) di Yogyakarta. PTAIN adalah cikal-bakal institut Agama Islam Negeri (IAIN). Beliau dalam pidato pembukaan tersebut, membahas mengenai visi dan misi PTAIN ke dalam empat rumusan. Rumusan pertama dan kedua dapat dikategorikan sebagai dua misi pokok PTAIN dan rumusan ketiga dan keempat dikategorikan sebagai dua visi utama PTAIN. Adapun visi dan misi tersebut adalah sebagai berikut: 1) PTAIN diharapkan dapat berfungsi atau merupakan bagian dari langkah para akademisi dalam bidang ilmu keislaman untuk
menambah tenaga kehidupan umat Islam yang masih lemah dan dengan hal tersebut umat Islam Indonesia akan mampu bekerja dengan cepat dan tepat membangun kelompoknya menjadi umat yang maju dan kuat. 2)
PTAIN diharapkan dapat berkembang sebagai lembaga tinggi yang mampu mencegah umat Islam Indonesia, yang jumlahnya begitu besar, agar tidak terpecah belah dalam dua golongan ―mutihan‖ dan golongan ―ngabangan‖ seperti pada masa penjajahan belanda.
3)
PTAIN diharapkan dapat mengembangkan ilmu keislaman yang dapat melepaskan ilmu pengetahuan dari kungkungan perasaan keagamaan
yang
sempit
dan
bebas
dari
pertimbangan-
pertimbangan politik. 4)
PTAIN diharapkan mampu mengembangka ilmu keislaman yang dapat memperkuatkedudukan ilmu pengetahuan dalam dimensi taqwa; dengan kata lain ilmu keislaman dapat berperan secara maksimal
dalam
upaya
menyeimbangkan
kemajuan
ilmu
pengetahuan dengan kemajuan kehidupan isi (rohani) kemanusiaan (Prasetio, 2000:87). c. Tujuan Pendidikan PTAIN Tujuan pendidikan PTAIN ini dengan melihat tujuan awal pendiriannya yang merupakan kelanjutan dari pendidikan tradisional dan untuk mempersiapkan ketenagakerjaan yang dibutuhkan untuk mengisi tugastugas di bidang keagamaan Serta dapat mengembangkan ilmu agama yang kajiannya sejajar dan bahkan terintegrasi dengan ilmu umum dapat pula menghasilkan alumni yang tidak hanya bisa memasuki pekerjaan yang berkaitan dengan tugas di bidang keagamaan, tetapi juga bidangbidang non-keagamaan. Dengan adanya hal tersebut, maka masing-masing IAIN dan STAIN diberikan kebebasan untuk merumuskan tujuannya. IAIN Syarif Hidayatullah misalnya, merumuskan tujuannya;
1)
Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan, dan menciptakan ilmu pengetahuan agama Islam.
2)
Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan agama Islam serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.
Sedangkan STAIN Pekalongan murumuskan tujuannya untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan, dan menciptakan ilmu pengetahuan teknologi dan atau kesenian yang bernafaskan Islam. Akan tetapi tujuan ini kurang tepat karena IAIN atau STAIN, yang hanya memiliki spesialisasi dalam bidang ilmu agama Islam, tidak memungkinkan menghasikan alumnialumni yang dapat mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi (Prasetio, 2000:74). Dengan kemajuan ilmu pengetahuan umum dan teknologi yang semakin cepat sehingga mengakibatkan kesenjangan antara ilmu pengetahuan agama yang bersifat normatif dan berdimensi ubudiyah dengan limu pengetahuan umum dan teknologi yang bersifat rasional, dinamis dan berdimensi ekonomis. Semuanya ini menuntut adanya mengintegrasikan ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum bahkan menuntut adanya keterkaitan antara materi pendidikan dengan ketenagkerjaan yang merupakan salah satu kebutuhan dasar setiap orang. Dengan penjelasan tujuan-tujuan di atas, maka tujuan pendidikan yang ada di PTAIN harus jelas, lugas, tepat sasaran sehingga dapat menjadikan suatu perguruan tinggi semakin maju dan berkualitas yang menghasilkan mahasiswa-mahasiswa atau alumni-alumni yang handal dan berprestasi. Adapun tujuan pendidikan atau pengajara PTAIN (IAIN atau STAIN)sendiri adalah: 1) Sebagai sarana melakukan transfer nilai-nilai Islam dan nilainilai luhur bangsa Indinesia (transfer of values). 2)
Transfer pengetahuan (transfer of knowledge).
3)
Transfer kerampilan (transfer of skill) (Prasetio, 2000:74).
d. Kurikulum PTAIN
Kurikulum adalah seperangat materi pendidikan dan pengajaran yang diberikan kepada peserta didik. Definisi lain menjelaskan bahwa kurikulum adalah suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar-mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya (Muhaimin, 2007: 4). Dalam konteks foktor filosofis IAIN atau STAIN (PTAIN) yang memiliki spesialisasi dalam studi Islam, itu dengan melihat tujuan diberikannya kurikulum atau rencana pembuatan kurikulum dan melihat tujuan pendidikan dan pengajaran yang ada di IAIN atau STAIN (PTAIN) itu sendiri. Faktor sosiologis di sini merupakan dinamika masyarakat, terutama keinginan dan kecenderungan mereka untuk semakin maju, meskipun dalam beberapa hal juga disertai dengan sejumlah akses yang tidak diharapkan, baik di bidang ekonomi maupun sosial budaya. Di antara kecenderungan yang paling menonjol adalah tuntutan ekonomi yang semakin besar sejalan dengan proses modernisasi dan industrialisasi yang semakin pesat sehingga pendidikan sering diidentikkan dengan SDM yang siap terjun dalam bidang ekonomi (Prasetio, 2000:75). Sedangkan faktor psikologis adalah peserta didik yang menjadi obyek dalam proses belajar mengajar. Dalam konteks IAIN atau STAIN peserta didik adalah mahasiswa yang nata bene sudah memasuki usia dewasa, yang berarti sudah mengalami kematangan emosional dan intelektual, sehingga mereka tidak hanya diisi materi pelajaran saja, tetapi juga diberi kesempatan untuk dapat mengembangkan diri. Adapun faktor epistimologi berkaitan dengan hakekat ilmu yang diajarkan yang dalam hal ini adalah bidang studi ilmu agama (Prasetio, 2000:74). Dalam kurikulum IAIN 1995 belum sepenuhnya merespon perkembangan ilmu pengetahuan dan perkembangan masyarakat yang semakin moderen. Hal itu disebabkan karena kurikulum 1995 menunjukkan kakunya kompartementalisasi (pengkotaan) sejak semester-semester awal serta terlalu banyaknya pencabangan ilmu sehingga beban yang dipikul peserta didik terlalu berat. Disamping itu juga belum adanya keterpaduan antara program S1, S2, dan S3, sehingga muncul ketidakserasian antera program-program tersebut. Seperti terkesan, program S1 mengarah kepada spesialisasi, sementara S2 dan S3 mengarah kepada kajian yang lebih bersifat general. Menyadari perlunya revisi kurikulum secara periodik, maka pada tanggal 30 Juni 1997, menteri Agama, H. Tarmizi Taher, meresmikan kurikulum nasional baru IAIN atau STAIN. Peresmian tersebut dimaksudkan untuk menyempurnakan kurikulum 1995 yang dinilai kurang relevan dengan perkembangan dan pembangunan nasional yangcukup dinamis. Ada beberapa hal yang terdapat dalam kurukulum 1997, terutama yang terpenting adalah dekompartementalisasi,
penekanan pada penguasaan metodologi kajian Islam, bahasa inggris, serta penekanan kurikulum lokal yang berkaitan dengan dunia ketenagakerjaan. Pengembangan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas keberadaan dan peran IAIN atau STAIN agar menjadi lembaga pendidikan tinggi negeri yang bergengsi secara akademik dan setara dengan lembaga pendidikan tinggi negeri lain, dengan tanpa meninggalkan kekhasan bidang kajiannya dan sekaligus dapat berpengruh pada keberadaan dalam masyarakat (Prasetio, 2000:77). Namun kurikulum 1997 tidak akan terlaksana secara efektif jika tidak dibarengi dengan ketersediaan silabus yang komprehensif, yang berfungsi memberikan arahan tentang pelaksanaan kurikulum tersebut. Penyususnan silabus, dengan demikian merupakan hal yang urgen yang harus dimatangkan. Di samping itu, kurikulum ini memberikan ruang kepada pengelola maupun pengajarnya untuk melakukan improvisasi terutma dalam hal pengembangan kurikulum lokal yang memerlukan acuan umum dalam pengembangannya. e. Kompetensi Lulusan PTAIN Pada dasarnya para lulusan PTAIN itu dicetak untuk menjadi calon pengkaji Islam, pengembang dakwah Islam sesuai dengan keahlian/program studi yang ditekuni, dan kader ulama. Maka seharusnya lulusan PTAIN harus memiliki kompetensi lulusan yang baik dan terarah. Muhaimin dalam bukunya yang berjudul Pengembangan Kurikulim Pendidikan Agama Islam(2007: 246) menjelaskan tentang kompetensi lulusan yang dikelompokkan ke dalam beberapa rumpun, yaitu sebagai berikut: 1) Pengembangan kepribadian dan sikap, baik sebagai warga negara Indonesia dan warga global, maupun orang islam atau mahasiswa Muslim. 2)
Penguasaan keterampilan berbahasa; baik keterampilan berbahasa Indonesia yang benar dan baik, keterampilan berbahasa arab, maupun keterampilan berbahasa Inggris.
3)
Penguasaan pokok-pokok Ilmu Pengetahuan Sosial, Ekonomi, Politik, IPA, dan Budaya.
4)
Penguasaan dasar-dasar ilmu keislaman, baik yang normatif maupun
empiris, sebagai landasan dan pendasaran, serta
pendekatan
dalam
mempelajari
bidang-bidang
studi
yang
dikembangkan di PTAI, serta pemahaman dan penyesuaian subtansi keahlian yang bersangkutan dengan perspektif ajaran dan nilai-nilai Islam. 5)
Penguasaan keterampilan memanfaatkan alat teknologi, terutama kemampuan dalam memilih, mengoprasikan dan memelihara perangkat teknologi.
6)
Kemampuan memanfaatkan pengalaman hidup di ma’had dalam rangka pengembangan dirinya sebagai calon pengkaji Islam, pengembang dakwah Islam sesuai dengan keahliannya, dan kader ulama intelek profesional.
Semua kompetensi lulusan PTAI harus dimiliki dan diketahui oleh para mahasiswa sebagai acuan agar lebih giat dalam belajar dan menjadi lulisan PTAI yang baik dan berguna baik bagi dirinya sendiri, lembaga, maupun masyarakat. Dengan penjelasan tentang kompetensi lulusan di atas, maka setiap lulusan Fakultas/ Jurusan dan Program Studi yang dikembangkan di PTAI memiliki fungsi sebagai berikut: 1) Calon pengkaji Islam, yakni bertugas menggali ajaran dan nilainilai Islam untuk dijadikan landasan dan pendasaran dan ancangan dalam
pengembangan
keahlian
atau
program
studi
yang
ditekuninya. 2)
Calon pengembang dakwah Islam, yakni bertugas melaksanakan pengembangan dan peningkatan dakwah Islam, baik melalui lisan dan tulisan, maupun dakwah bi al-hal, sesuai dengan keahlian atau program studi yang ditekuni.
3)
Kader ulama intelek-profesional, yakni bertugas mengintegrasikan kepribadian
ulama
dengan
intelektual-akademis
atau
profesionalitasnya atau juga sebaliknya sesuai dengan bidang keahlian atau program studi yang ditekuni, yang diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Muhaimin, 2007: 244-245). f. Tujuan Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) Pendirian PTAIN ini diatur dengan Peraturan Pemerintah No. 34/1950 pada tanggal 14 Agustus 1950. Adapun tujuan utamanya ádalah untuk menyelenggarakan pendidikan tinggiIslam yang menjadi pusat pengembangan dan pendalaman pengetahuan agama Islam. Dengan kata lain, bahwa pendirian PTAIN dimaksudkan untuk menghasilkan ahli-ahli agama Islam untuk mengisi kebutuhan masyarakat dan negara. Hal ini berdasarkan fatwa bahwa Islam ádalah yang diakui sebagai kelompok masyarakatterbesar, dan karenanya masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat religius. Agama Islam masyarakat Indonesia secara mendalam masuk ke dalam semua aspek kehidupan. PTAIN dalam sudut pandang ini, diharapkan menjadi pusat untuk mengembangkan dan memperdalam ilmu tersebut. Selain itu, pendidikan taraf universitas agama dan ilmu pengetahuan Islam ádalah penting sekali karena sebagian besar bangsa Indonesia memeluk agama Islam. Mempertinggi taraf pendidikan dalam bidang agama dan ilmu pengetahuan berarti mempertiggi taraf kehidupan bangsa Indonesia dalam lapangan kerohanian (spiritualitas) maupun intelectualitas. Dari tujuan PTAIN yang telah disebutkan diatas, yaitu memberi pengajaran tinggi dan menjadi pusat memperkembangkan dan memperdalam ilmu pengetahuan tentang agama Islam diletakkan azas untuk membentuk manusia susila dan cakap serta mempunyai keinsyafan bertanggungjawab tentang kesejahteraaan masyarakat Indonesia dan dunia umumnya atas dasar pancasila, kebudayaan, kebangsaan Indonesia dan kenyataan. C.
Motivasi Orang Tua Menguliahkan Anak ke PTAIN 1.
Hubungan Antara Persepsi dan Motivasi Sebelum mengetahui hubungan persepsi dengan motivasi alangkah lebih baiknya mengetahui apa persepsi itu sendiri. Yang dimaksudkan persepsi di
sini adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia melalui penginderaan yang mempergunakan apa yang ada dalam diri individu baik itu berupa fikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman individu yang ikut aktif berpengaruh dalam proses persepsi itu sendiri. Akan tetapi, setiap persepsi orang itu berbeda-beda cara memberikan tanggapan karena apa yang dilihatnya belum tentu sama dengan fakta yang sebenarnya. Dalam hal ini terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya diantaranya yaitu: a. Faktor internal yaitu yang terdapat dalam diri individu yang mencakup beberpa hal yaitu: 1)
Fisiologis. Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya.
2)
Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu obyek.
3)
Minat. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi.
4)
Kebutuhan yang searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.
5)
Pengalaman dan ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.
6)
Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima,
bereaksi dan mengingat (http://www.duniapsikologi.com, diakses pada tanggal 15 juli 2013 jam 13:29). b.
Faktor Eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari linkungan dan obyek-obyek yang terlibat didalamnya.Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah : 1)
Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini menyatakan bahwa semakin besrnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami.
2)
Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.
3)
Keunikan
dan
kekontrasan
stimulus.Stimulus
luar
yang
penampilannya dengan latarbelakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian. 4)
Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat.
5)
Motion atau gerakan. Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang memberikan gerakan dalam jangkaauan pandangan
dibandingkan
obyek
yang
diam
(http://www.duniapsikologi.com, diakses pada tanggal 15 juli 2013 jam 13:29). Sedangkan motivasi berarti kecenderungan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang dikehendaki (Fajri dan Senja, t.th:576). Dalam hal ini motivasi merupakan salah satu syarat yang harus dimiliki oleh setiap orang dalam belajar karena
2.
hasil belajar akan lebih optimal jika dalam diri orang terdapat motivasi dan dorongan dari yang lain. Basyiruddin Usman dalam bukunya ―Metodologi Pembelajaran Agama Islam‖ juga menjelaskan bahwa dorongan yang timbul dalam diri seseoang disebut motivasi, di mana seseorang memperoleh daya jiwa yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu yang timbul dalam dirinya sendiri dinamakan motivasi intrinksik. Sedangkan dorongan yang timbul yang disebabkan oleh adanya pengaruh luar disebut motivasi ekstrinsik (Usman, 2002:10). Seorang anak yang biasanya didorong oleh motivasi intrinksik dia ingin mencapai tujuan yang terkandung dalam perbuatan belajar. Sebaliknya bila seseorang belajar untuk mencari penghargaan berupa angka, hadiah, diploma, dan sebagainya berarti didorong oleh motivasi ekstrinsik, oleh karena itu tujuan yang ingin dicapainya tersebut terletak di luar perbuatan. Jika penjelasan tentang persepsi diatas dikaitkan dengan motivasi, tentunya mereka akan memberikan persepsi yang berbeda-beda tentang apa yang dialaminya. Karena setiap orang itu memiliki cara pandang sendiri-sendiri dalam sesuatu hal yang dialami. Sehingga motivasi masing-masing orang itu dipengaruhi oleh persepsi mereka sendiri-sendiri. Kemudian persepsi orang tua tentang PTAIN itu juga berbeda-beda. Maka secara tidak langsung motivasi mereka untuk menguliahkan anak ke PTAIN juga berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sedangkan Sondang P Siagian (2004:100) dalam bukunya Teori Motivasi dan Aplikasi menjelaskan bahwa persepsi dapat dipahami dengan melihatnya sebagai suatu proses melalui mana seseorang mengorganisasi dan menginterprestasikan kesan-kesan sensorinya dalam usahanya memberikan suatu makna tertentu kepada lingkungannya. Interprestasi seseorang tentang kesan sensorinya mengenai lingkungannya akan sangat berpengaruh pada perilakunya yang pada gilirannya menentukan faktor-faktorapa yang dipandangnya sebagai motivasional yang kuat. Dari penjelasan di atas jika dihubungkan antara persepsi orang tua dan motivasi menguliahkan anak ke PTAIN, akan tampak jelas bahwa motivasi orang tua untuk menguliahkan anak ke PTAIN dipengaruhi oleh persepsi mereka mengenai PTAIN itu sendiri, sehingga pada akhirnya muncul berbagai alasan dari mereka dalam memilih Perguruan Tinggi untuk anaknya. Alasan Memilih Perguruan Tinggi Di negara Indonesia ini sudah banyak berdiri perguruan tinggi-perguruan tinggi baik itu yang berstatus swasta maupun negeri, baik yang berlabel Sekolah Tinggi, Institut sampai dengan Universitas, dan baik itu yang berbasis Umum, Teknologi, Kesehatan, maupun yang Agama. Keseluruhan Perguruan Tinggi tersebut menjanjikan akan prospek masa depan yang lebih baik bagi para alumni sesuai dengan studi yang diambilnya maupun yang tidak sesuai dengan studinya selagi itu mempunyai kemampuan di bidang tersebut. Akan
3.
tetapi tidak semua Perguruan Tinggi membekali para alumninya ilmu agam lebih mendalam yang kelak berguna sebagai pondasi moral dan etika saat berkarir atau bekerja maupun ketika terjun di masyarakat. Oleh karena itu PTAIN (IAIN/STAIN) bermisi dan bertujuan demikian dan hendaknya menjadi prioritas utama bagi para orang tua dalam memilih Perguruan Tinggi bagi para anaknya untuk belajar. Dengan alasan para mahasiswa dapat belajar ilmu sosial, ilmu umum, yang di pondasi dengan ilmu agam yang kelak berguna bagi pribadi mahasiswa maupun ketika hidup di masyarakat. PTAIN (IAIN/STAIN) adalah Perguruan Tinggi Islam, yang disiplin ilmunnya itu dicanangkan keilmuan yang bernuansa Islam. PTAIN juga mencetak para sarjana yang ahli dalam ilmu keislaman sehingga lulusannya dapat bermanfaat dan berguna di lingkungan masyarakatnya, seperti menjadi ulama, kyai, ustad, Imam Shalat maupun Tahlil, dan lain sebagainyasesuai dengan kondisi masyarakat di lingkungannya. Selain itu para lulusannya lebih bermoral dan beretika dalam bekerja maupun dalam bergaul dengan masyarakat. Hal ini karena didukung oleh ilmu yang dipelajari di waktu kuliah yang diaplikasikan dalam amal perbuatan. Kaitan antara persepsi orang tua tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) dengan Motivasi Menguliahkan Anak ke PTAIN PTAIN (IAIN/STAIN) merupakan Perguruan Tinggi yang bernaung di Departemen Agama RI. Pada mulanya Perguruan tinggi Islam ini hanya terdiri beberapa fakultas agama saja, seperti Tarbiyah, Syari’ah, Dakwah, Usuludin, dan Adab. Seiring dengan perkembangan zaman, PTAIN mencanangkan fakultas umum, seperti: Sain, Teknik, dan lain sebagainya sesuai dengan perkembangan PTAIN terkait. Dengan perubahan nama IAIN menjadi UIN, tentunya manajemen di PTAIN lebih kearah yang lebih baik. Di sisi lain kehadiran fakultas umum di PTAIN dapat menarik minat calon mahasiswa untuk mengenyam pendidikan di sana, karena mereka dapat belajar ilmu umum maupun agama. Hal ini dapat menjadikan out put mahasiswa yang lebih baik karena mereka mendapat ilmu umumdan ilmu agama yang insya Allah bermanfaat untuk kehidupan kelaknya. Kemudian orang tua merupakan pendidik sekaligus guru pertama bagi anaknya yang memberikan pendidikan akhlak, keterampilan, dan lainnya sebelum atau sesudah mereka merasakan pendidikan di sekolah maupun di tempat lain. Selain itu orang tua juga sebagai pembimbing, pengawas, dan pengontrol anaknya setiap dalam bertindak. Dalam hal ini orang tua sebagai model utama yang ditiru anaknya, maka alangkah baiknya orang tua itu memberikan contoh atau tauladan yang baik bagi mereka. Ketika orang tua meberikan contoh yang baik maka anak akan melakukan suatu hal itu dengan baik, sebaliknya ketika orang tua memberikan contoh yang tidak baik maka anak juga akan melakukan hal yang tidak baik pula. Semuanya itu dipengarhi oleh keadaan lingkungan keluarga, ketika keluarga
itu dalam keadaan bahagia dan harmonis, maka orang tua sebagai pendidik akan melakukan pekerjaannya dengan baik dan tenang sehingga anak akan mendapatkan pendidikan dan pengarahan yang baik pula. Hubungan orang tua dengan suasana mereka sangat mempengaruhi pertumbuhan jiwa anaknya. Hubungan yang serasi, penuh kasih sayang akan membawa pada pribadi yang tenang, terbuka dan mudah mendidik, karena ia mendapat kesempatan yang baik untuk tumbuh kembang. Akan tetapi hubungan orang tua yang tidak sesuai penuh dengan perselisihan akan membawa pada pertumbuhan pribadi yang sukar dibentuk, karena ia tidak mendapat suasana yang baik untuk tumbuh dan berkembang.
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kelurahan Tingkir Lor 1. Letak Geografis Kelurahan Tingkir Lor merupakan daerah yang berada di provinsi Jawa Tengah letaknya di kota Salatiga kecamatan Tingkir. Nama Tingkir itu berasal dari kata ―nanting pikir‖ yangkemudian di singkat menjadi Tingkir. Nama tersebut berasal dari karebet sewaktu mengabdi ke Demak oleh Nyai Ageng Kebo Kanigoro, kemudian di pendekkan menjadi Tingkir yang kemudian dibagi dalam wilayah administratif menjadi Tingkir Lor dan Tingkir Tengah. Kelurahan Tingkir Lor, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga. Desa Tingkir Lor merupakan desa yang sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai penjahit konveksi. Dari letak geografisnya, desa Tingkir
Lor berada di hampir perbatasan dengan daerah kabupaten Semarang dan kabupaten Tengaran. Sebelah timur berbatasan dengan : desa Nyamat kec. Tengaran, sebelah selatan berbatasan dengan : desa Bener, Payaman dan Tingkir Tengah, sebelah barat berbatasan dengan: kel. Cebongan, sebelah utara berbatasan dengan : kelurahan Kalibening. Kelurahan Tingkir lor juga merupakan desa kecil dan asri, Sekilas memang tidak ada yang istimewa dari desa ini. Desa ini mendapat gelar ‖Desa Wisata‖ karena mayoritas penduduknya memiliki UMKM dalam bidang konveksi. Kemudian kelurahan Tingkir Lor terdiri dari delapan RW dan dua puluh empat RT dengan luas wilayahnya adalah 177.300 Ha. Letak koordinat daerah Tingkir Lor adalah 07º 21’ 34,4‖ LS dan 110º 31’ 38.6‖ BT. Adapun Peraturan pembentukan wilayah yaitu Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 dan Peraturan Daerah No. 12 Tahun 2008. Sedangkan potensi wilayah yang ada diantaranya yaitu: Pertanian, peternakan, perindustrian, dan perumahan. 2. Komposisi Penduduk Menurut data statistik yang di peroleh dari kantor kepala desa kelurahan Tingkir Lor jumlah penduduk seluruhnya adalah 4.791 jiwa, yang terdiri dari: a. Jumlah penduduk laki-laki
: 2.372 jiwa
b. Jumlah penduduk perempuan
: 2.419 jiwa
Tabel I Klasifikasi Penduduk Menurut Golongan Usia
No.
Umur
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1.
0-4 Tahun
142
145
287
2.
5-9 Tahun
186
179
365
3.
10-14 Tahun
186
179
365
4.
15-19 Tahun
179
222
401
5.
20-24 Tahun
175
191
366
6.
25-29 Tahun
209
193
402
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
No.
Umur
7.
30-34 Tahun
227
227
454
8.
35-39 Tahun
192
182
374
9.
40-44 Tahun
203
187
390
10.
45-49 Tahun
170
202
372
11.
50-54 Tahun
162
160
322
12.
55-59 Tahun
118
103
221
13.
60-64 Tahun
83
85
168
14.
65-69 Tahun
46
50
96
15.
70-74 Tahun
35
43
78
16.
> 74 Tahun
58
72
130
Total Jumlah
4.791
Sumber Data Kependudukan Kelurahan Tingkir Lor: Dokumen Arsip
3. Keadaan Pendidikan dan Lembaga Pendidikan suatu pendidikan akan lebih maju dan berkembang apabila didukung salah satunya dengan menyediakan lembaga-lembaga yang
memberikan kesempatan kepada para anak untuk mengeksplorasikan pengetahuan yang dimiliki dan untuk menambah wawasan pengetahuan. Hal itu yang terjadi di Kelurahan Tingkir lor, pendidikan disana sangat diperhatikan dengan cara mendirikan lembaga-lembaga pendidikan. Daftar data lembaga pendidikan yang ada di Kelurahan Tingkir Lor, baik lembaga pendidikan umum maupun keagamaan diantaranya yaitu: Tabel II Lembaga Pendidikan No.
Sarana Pendidikan
Jumlah
1.
Play Group/Paud
2
2.
TK
2
3.
SD
2
4.
MI
1
5.
SMP
1
6.
PONPES
4
7.
TPA/TPQ
2
8.
Madrasah Mambaul Ulum
1
9.
Yayasan atau yang lainnya
1
Penduduk di kelurahan Tingkir Lor sebagian besar sudah mengenyam atau melaksanakan pendidikan formal baik di tingkat Sekolah Dasar, SMP/MTs, SMA/MA/SMK, bahkan sampai pendidikan
di Perguruan Tinggi. Untuk data yang lebih terperinci dilihat tabel berikut ini: Tabel III Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan No.
Pendidikan
Jumlah
1.
Tidak/belum sekolah
612 orang
2.
Belum tamat SD/sederajat
639 orang
3.
Tamat SD
No.
1.058 orang Pendidikan
Jumlah
4.
Tamat SLTP
738 orang
5.
tamat SLTA
1.236 orang
6.
Diploma I/II
49 orang
7.
Diploma III
124 orang
8.
Strata I/Diploma IV
311 orang
9.
Strata II
20 orang
10.
Strata III
4 orang
Total Jumlah
4.791 orang
Sumber Data Kependudukan Berdasarkan Tingkat Pendidian: Dokumen Arsip.
Berdasarkan tabel di atas, masyarakat di kelurahan Tingkir Lor memiliki kesadaran yang tinggi akan pentingnya pendidikan bagi anak dan untuk menyekolahkan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini tampak dengan semakin berkurang anak yang usia sekolah tidak merasakan atau tidak mengenyam sekolah dan berkurangnya jumlah lulusan Sekolah Dasar serta semakin banyaknya anak yang melanjutkan sekolah keluar
daerah atau kota untuk belajar di tingkat SMP/MTs/ sederajat atau SMA/MA/SMK/ sederajat bahkan ke Perguruan Tinggi. 4. Mata Pencaharian Mata pencaharian penduduk kelurahan Tingkir Lor di hasilkan dari berbagai jenis pekerjaan mulai dari PNS, Dosen, Guru, Buruh Tani, pedagang dan sebagainya. Untuk lebih jelas dapat di lihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel IV Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan No.
Pekerjaan
Jumlah
1.
Belum/tidak bekerja
688 orang
2.
Mengurus rumang tangga
595 orang
3.
Pelajar_mahasiswa
4.
Pegawai_Negeri_Sipil
141 orang
5.
Pensiunan
59 orang
6.
TNI
9 orang
7.
Kepolisian RI
11 orang
8.
Perdagangan
19 orang
9.
Petani Perkebunan
82 orang
10.
Peternakan
1 orang
11.
Konstruksi
4 orang
12.
Transportasi
11 orang
1.074 orang
13.
Karyawan Swasta
558 orang
14.
Karyawan BUMN
8 orang
15.
Karyawan BUMD
8 orang
16.
Karyawan honorer
9 orang
17.
Buruh harian lepas
312 orang
18.
Buruh tani perkebunan
80 orang
19.
Buruh peternakan
4 orang
20.
Pembantu rumah tangga
6 orang
No.
Pekerjaan
Jumlah
21.
Tukang cukur
4 orang
22.
Tukang listrik
1 orang
23.
Tukang batu
30 orang
24.
Tukang kayu
15 orang
25.
Tukang sol sepatu
3 orang
26.
Pandai besi
3 orang
27.
Tukang jahid
93 orang
28.
Penata rias
1 orang
29.
Mekanik
10 orang
30.
Juru masak
1 orang
31.
Guru
79 orang
32.
Dosen
5 orang
33.
Notaris
2 orang
34.
Arsitek
2 orang
35.
Konsultan
4 orang
36.
Bidan
3 orang
37.
Perawat
4 orang
38.
Pelaut
1 orang
39.
Seniman
2 orang
40.
Paraji
1 orang
41.
Imam masjid
1 orang
42.
Pendeta
3 orang
No.
Pekerjaan
Jumlah
43.
Ustadz/Mubaligh
4 orang
44.
Sopir
33 orang
45.
Pedagang
181 orang
46.
Perangkat desa
47.
Wiraswasta
48.
Perancang busana
1 orang
49.
Lain-lain
3 orang
Total Jumlah
1 orang 621 orang
4.791 Jiwa
Sumber Data Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan: Dokumen Arsip
Namun, kebanyakan dari masyarakat di Tingkir Lor bekerja sebagai Pedagang, Wiraswasta, Pegawai dan tidak sedikit pula mereka adalah Petani dan Buruh. 5. Struktur Organisasi Kelurahan Tingkir Lor
Suatu kepemerintahan dapat berjalan dengan baik jika ada pengaturan dalam kinerjanya. Kelengkapan hal tersebut adalah adanya organisasi-organisasi yang akan membuat, mengatur, dan melaksanakan tugas kerja. Oleh sebab itu. struktur organisasi sangat penting adanya apalagi dalam program kepemerintahan. Adapun struktur organisasi Kelurahan Tingkir Lor adalah sebagai berikut:
TABEL V STRUKTUR ORGANISASI KELURAHAN TINGKIR LOR KECAMATAN TINGKIR KOTA SALATIGA LURAH SUMADI, SS. NIP. 19711104 199703 1 003
SEKRETARIS HERI SUSANTO NIP. 19620419 198304 1 006
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
SEKSI PEMERINTAH
SEKSI TRAMTIB
SEKSI PEMBANGUNAN
SEKSI KESRA
FADJAR INDRA KOESOEMA
MUJIYONO, SH
KRISTIANA, SE
NURAINI, SE
NIP. 19820829 200312 1 002
NIP. 19670622 199203 1 005
NIP. 19660612 199002 2 002
NIP. 19810821 200501 2 009
6. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat
Keadaan sosial budaya di Masyarakat Kelurahan Tingkir Lor sangat agamis dan masih natural akan kehidupan seperti lingkungan desa pada umumnya. Mereka masih mengutamakan persaudaraan dan gotong royong dalam bermasyarakat. Hidup di Masyarakat itu tidak bisa berdiri sendiri akan tetapi butuh bantuan orang lain karena manusia merupakan makhluk sosial. Oleh sebab itu, kebanyakan dari mereka adalah petani, pegawai, buruh pabrik, dan industri rumahan yang mana semuanya itu membutuhkan
kerjasama
serta
setiap
kali
ada
acara
mereka
mengadakannya atau pada hari-hari libur lainnya. 7. Kondisi Keagamaan Kelurahan Tingkir Lor merupakan kelurahan yang warganya mayoritas beragama Islam walaupun sebagian beragama non Islam. Sehingga banyak acara keagamaan seperti tahlilan, pengajian, yasinan, berjanjen dan kegiatan lainnya. Antusias warga untuk mengikuti kegiatan tersebut sangat besar. Sehingga dilihat dari segi agama mereka sangat kuat
didukung
dengan
adanya
pondok-pondok
pesantren
yang
menekankan bidang ilmu agama Islam. Adapun kegiatan- kegiatan yang ada di daerah Tingkir Lor diantaranya yaitu: a.
Harian: 1) Jama’ah Shalat yang dilaksanakan 5 kali dalam sehari di MasjidMasjid atau Mushola-Mushala yang tidak sedikit antusias dari warga mengikuti jama’ah shalat lima waktu.
2) Pengajian ihya ulumudin untuk semua masyarakat Tingkir Lor diadakan di masjid Al-Fudlola yang dilakukan setiap hari setelah jamaah shalat Maghrib. Kegiatn ini terbuka untuk semua warga baik itu anak-anak, para pemuda, ibu-ibu maupun bapakbapak. b.
Mingguan: 1) Kegiatan Yasinan: Kegiatan ini dilakukan setiap seminggu sekali. Tempat yang digunakan adalah rumah warga dengan sistem acak dan diikuti hampir seluruh masyarakat tingkir lor. 2) Pengajian umum: Pengajian ini dilakukan setiap seminggu sekali. Pengajian untuk ibu-ibu dilakukan pada hari Jumat mulai jam 2 – 4 sore, sedangkan untuk bapak-bapak dilaksanakan pada malam minggu mulai jam 7 – 9 malam. 3) Pengajian IPNU dan IPPNU: Pengajian ini dilakukan setiap seminggu sekali pada hari minggu kedua dan minggu keempat. Mayoritas anggota dari pengajian ini adalah anak-anak muda dan di isi dengan musyawarah, pengajian dan kegiatan lain. 4) Bersih desa: Kegiatan ini dilakukan guna menggerakan rasa kerja sama dan gotong royong dalam mebersihkan desa yang dilaksanakan pada hari minggu.
c.
Bulanan: Salah satu kegiatan yang dilakukan sebulan sekali adalah Tahlil Masal yang bertempat di Masjid Al-Fudlola. Kegiatan ini
diikuti hampir semua warga Tingkir Lor baik itu anak-anak, para pemuda, ibu-ibu maupun bapak-bapak. Berdasarkan hasil penelitian di Kelurahan Tingkir Lor terdapat beberapa agama dan aliran kepercayaan diantaranya yaitu: Islam, Kristen Protestan, Katholik, Kepercayaan. Tabel VI Agama Penduduk No.
Agama
Jumlah Orang
1.
Islam
4.575 Orang
2.
Kristen Protestan
149 Orang
3.
Katholik
65 Orang
4.
Kepercayaan Lain
2 Orang
Jumlah
4.791 Orang Sumber Data Penduduk Bedasarkan Agama: Dokumen Arsip
Adapun sarana peribadahan yang ada di Kelurahan Tingkir Lor a.
Masjid
:±4
b.
Mushola
: ± 10
Di sana juga terdapat beberapa pondok diantaranya: a.
Al Masyithoh merupakan pondok khusus putri yang di asuh oleh: Bapak K. H. Nashir
b.
Asta’in merupakan pondok khusus putra yang juga di asuh oleh: Bapak K. H. Nashir
c.
Darul Muhajirin merupakan pondok putra-putri yang di asuh oleh:
d.
Al Ishlah merupakan pondok dan sekaligus Ma’had putra STAIN yang di asuh oleh; Farid Abdullah, S. Pd.i, M. Ag.
B. Penyajian Data 1. Daftar Responden Tabel VII Daftar Responden No.
Nama
1.
Anita M
2.
As’idah
3.
Abdullah Al Bazi, S. Ag.
4.
Ahmad Shodiq
5.
Agus Supriyanto
6.
Dwi Sumarsih
7.
Halisiati
No.
Nama
8.
Imrori
9.
Ja’farin
10.
Junaidi
11.
Ma’ani
12.
Marlina
13.
Mahsun Arifias
14.
Muh Isa
15.
muhtashor
16.
Munir
17.
Munayyiroh
18.
Muslim
19.
Nafisah
20.
Nukman
21.
Nurruden
22.
Nuryanto
23.
Nur Anifah
24.
Nur Hasanah
25.
Prihatiningsih
26.
Rohmad
27.
Rukayah
28.
Salim Munawar
No.
Nama
29.
Siti Aminah
30.
Siti Munawaroh
31.
Siti Ngatmi
32.
Suparman
33.
Sururun
34.
Syafi’i
35.
Thowiroh
36.
widiyastuti
2. Hasil angket Persepsi Orang Tua tentang PTAIN Tabel VIII Hasil Angket Persepsi Orang Tua Tentang PTAIN
No.
No Item
No. Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11 12 13 14 15
1.
001
C
B
A
A
B
A
A A
A
C
A
A
C
A
A
2.
002
A
A
A
B
A
A
A A
B
C
A
A
C
A
A
3.
003
A
A
C
A A
A
A A
C
C
A
A
A
A
A
4.
004
C
B
B
B
B
A
B
B
B
C
C
B
B
B
B
5.
005
C
B
A
A
B
B
A A
A
C
A
A
C
A
A
6.
006
C
B
A
A A
A
A A
B
C
A
A
A
A
A
7.
007
A
A
C
B
A
A
A A
A
C
A
A
C
A
A
8.
008
A
B
A
A A
A
A A
A
C
A
A
C
A
A
9.
009
C
B
B
B
A
B
B
C
A
A
B
A
B
No.
B
B
No Item
No. Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11 12 13 14 15
10.
010
A
A
B
A A
A
A A
A
C
A
A
C
C
A
11.
011
C
A
C
B
B
A
A A
B
C
A
A
C
A
A
12.
012
A
B
A
A A
B
C
A
B
C
C
A
A
A
A
13.
013
A
B
C
A A
A
A A
B
C
A
A
A
A
A
14.
014
A
B
A
A A
A
A A
A
A
A
A
C
C
A
15.
015
A
B
A
A A
B
A A
A
C
A
A
C
C
B
16.
016
A
B
C
A A
A
A A
B
A
A
A
C
B
A
17.
017
A
A
C
A A
A
A A
A
C
C
A
A
A
A
18.
018
C
B
C
A
C
A
A A
B
C
A
A
A
A
A
19.
019
C
B
C
A A
A
A
B
C
C
A
C
A
A
B
20.
020
A
B
C
C
A
B
C
A
B
C
C
A
A
A
A
21.
021
C
B
C
B
A
A
C
B
B
C
A
A
C
A
A
22.
022
B
A
C
A A
A
A A
A
B
A
A
C
A
A
23.
023
C
B
A
A A
A
A A
B
C
A
A
A
A
A
24.
024
A
B
A
A A
A
A A
A
C
A
A
B
A
A
25.
025
C
B
C
A A
B
C
A
B
C
A
A
A
A
B
26.
026
C
B
B
A A
A
C
A
A
C
C
A
C
A
A
27.
027
C
B
A
B
B
C
B
A
A
C
A
A
C
A
A
28.
028
C
B
C
A A
A
A A
A
C
A
A
C
C
A
29.
029
C
B
A
A
B
C
B
A
A
C
A
A
C
A
A
30.
030
A
B
C
B
B
B
B
A
B
B
C
A
B
A
B
No.
No Item
No. Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11 12 13 14 15
31.
031
C
A
A
A A
A
A A
A
B
A
A
A
A
A
32.
032
A
A
A
B
C
B
B
A
A
C
A
A
A
A
A
33.
033
A
A
C
A A
A
A A
A
A
C
A
A
A
A
34.
034
A
A
C
B
A
A A
A
C
A
A
C
A
A
35.
035
C
B
C
A A A
A A
A
A
A
A
A
A
A
36.
036
C
B
A
A
B
A
C
A
A
C
A
A
A
B A
A
3. Hasil angket tentang Mativasi Mengkuliahkan Anaknya ke STAIN Tabel IX Hasil Angket Tentang Motivasi Mengkuliahkan Anak
No.
No Item
No. Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15
1.
001
C
A
B
A
C
C
C
B
A
A
C
A
A
A
A
2.
002
B
A
B
A
C
C
C
B
A
A
C
A
C
A
A
3.
003
B
A
B
A A
A
C
B
A
A
C
A
C
A
A
4.
004
B
A
B
A A
C
C
B
A
A
C
A
A
A
A
5.
005
B
A
B
A
C
C
C
B
A
A
C
C
C
A
A
6.
006
B
A
B
A A
C
C
A
A
A
C
A
A
A
A
7.
007
B
A
B
A A
A
C
A
A
A
C
A
A
A
A
8.
008
A A
A
A A
C
A
B
A
B
C
A
A
A
A
9.
009
B
B
A
C
C
B
A
A
C
A
A
A
A
No.
A
C
No Item
No. Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15
10.
010
B
A
B
A
B
B
C
B
A
A
C
A
A
A
A
11.
011
B
B
B
A
C
A
C
B
A
A
C
A
C
A
A
12.
012
B
A
B
A
B
A
C
B
A
B
B
C
A
A
A
13.
013
B
A
B
A
B
A
C
B
A
A
B
A
A
A
A
14.
014
B
A
B
A A
B
C
B
A
A
C
C
A
A
A
15.
015
B
A
B
A A
C
C
B
A
B
C
C
C
A
A
16.
016
B
A
B
A A
C
C
A
A
A
B
A
A
A
A
17.
017
B
A
B
A A
C
C
A
A
A
C
A
A
A
A
18.
018
B
A
C
A A
C
C
A
A
A
A
A
C
A
A
19.
019
B
A
B
A A
A
C
B
A
A
C
A
A
A
A
20.
020
B
A
B
A
C
C
C
B
A
A
C
C
A
A
A
21.
021
B
A
B
A
C
C
C
B
A
A
C
A
B
A
A
22.
022
B
A
B
A A
A
C
B
A
A
C
A
C
A
A
23.
023
B
A
B
A A
A
C
A
A
A
B
A
A
A
A
24.
024
B
A
B
A A
C
C
A
A
A
C
C
A
A
A
25.
025
B
A
B
C
C
C
C
B
A
A
C
A
A
C
A
26.
026
B
B
B
C
A
C
C
B
A
A
C
C
B
A
A
27.
027
B
A
B
A
C
C
C
B
A
A
C
A
A
C
A
28.
028
B
B
B
A
C
A
C
B
A
A
C
A
C
A
A
29.
029
C
B
C
C
C
C
C
B
A
A
C
A
A
C
A
30.
030
B
A
B
A A
A
C
B
A
A
C
A
A
A
A
No.
No Item
No. Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15
31.
031
B
A
B
A A
A
C
A
A
A
A
A
A
A
A
32.
032
B
A
B
A A
C
C
B
A
A
C
C
A
A
A
33.
033
B
A
B
A A
A
C
A
A
A
C
C
A
A
A
34.
034
B
A
C
A A
C
C
A
A
B
C
A
A
A
A
35.
035
B
A
B
A A
C
A A
A
A
A
A
A
A
A
36.
036
B
A
B
A A
A
A
A
A
C
A
A
A
A
B
BAB IV ANALISIS DATA
Seluruh data dari hasil penelitian dan penyebaran angket dapat terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan data tersebut sesuai dengan proposinya masing-masing yang mengacu pada tujuan penelitian, yaitu sebagaimana tercatat di bawah ini: 1.
Bagaimana persepsi orang tua tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN/IAIN) di Kelurhan Tingkir Lor Kec. Tingkir Salatiga Tahun 2013?
2.
Bagaimana Motivasi orang tua dalam mengkuliahkan anaknya ke STAIN Salatiga di Kelurahan Tingkir Lor Kec. Tingkir Salatiga Tahun 2013?
3.
Adakah pengaruh persepsi orang tua tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri terhadap mengkuliahkan anak? Berdasarkan dari ketiga tujuan penelitian di atas maka penulis
menganalisis dari tujuan pertama dan kedua menggunakan rumus prosentase sebagai berikut:
Keterangan: P = Prosentase F = frekuensi N = Jumlah total responden Sedangkan untuk mengetahui dari tujuan yang ketiga, penulis menggunakan rumus product moment, yaitu:
Keterangan: = koefisien korelasi antara
dan
= variabel I pengaruh (persepsi orang tua tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri) = variabel II terpengaruh (motivasi mengkuliahkan anak) N
= jumlah responden = nilai hasil variabel (persepsi orang tua tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri)
= nilai hasilvariabel (motivasi mengkuliahkan anak) Analisis Pertama Adapun langkah-langkah yang diambil adalah sebagai berikut: 1. Membuat tabel daftar nilai dan nominasi hasil observasi dalam daftar rating scale pada variabel korelasi antara persepsi orang tua tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri dengan motivasi mengkuliahkan anak. 2. Membuat tabel distribusi frekuensi jawaban dari angket 3. Memprosentasikan jawaban 4. Menginterpretasikan hasil prosentase jawaban responden
Tabel X Daftar Distribusi Frekuensi Persepsi Orang Tua Tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri No.
Jawaban
No
Nilai
Total
Nominasi
3
37
B
4
2
39
A
36
0
3
39
A
3
3
22
3
28
C
3
3
27
6
3
36
B
11
2
2
33
4
2
39
A
007
11
1
3
33
2
3
38
A
008
12
1
2
36
2
2
40
A
Responden
A
B
C
3
2
1
1.
001
10
2
3
30
4
2.
002
11
2
2
33
3.
003
12
0
3
4.
004
1
11
5.
005
9
6.
006
7. 8.
9.
009
4
9
2
12
18
2
32
C
10.
010
11
1
3
33
2
3
38
A
11.
011
8
3
4
24
6
4
34
B
12.
012
9
3
3
27
6
3
36
B
13.
013
11
2
2
33
4
2
39
A
14.
014
12
1
2
36
2
2
40
A
15.
015
9
3
3
27
6
3
36
B
16.
016
10
3
2
30
6
2
38
A
17.
017
12
0
3
36
0
3
39
A
18.
018
9
2
4
27
4
4
35
B
19.
019
7
3
5
21
6
5
32
C
20.
020
7
3
5
21
6
5
32
C
21.
021
6
4
5
18
8
5
31
C
22.
022
11
2
2
33
4
2
39
A
23.
023
11
2
2
33
4
2
39
A
24.
024
12
2
1
36
4
1
41
A
25.
025
7
4
4
21
8
4
33
B
Total
Nominasi
No.
Jawaban
No
Nilai
Responden
A
B
C
3
2
1
26.
026
8
2
5
24
4
5
33
B
27.
027
7
4
4
21
8
4
33
B
28.
028
9
1
5
27
2
5
34
B
29.
029
8
3
4
24
6
4
34
B
30.
030
4
9
2
12
18
2
32
C
31.
031
13
1
1
39
2
1
42
A
32.
032
10
3
2
30
6
2
38
A
33.
033
13
0
2
39
0
2
41
A
34.
034
11
1
3
33
2
3
38
A
35.
035
12
1
2
36
2
2
40
A
36.
036
9
3
3
27
6
3
36
B
Dari data di atas dapat di cari skor tertinggi dan terendah kemudian di cari intervalnya dengan menggunakan rumus:
Keterangan: i
: Interval
Xt
: Nilai tertinggi
Xr
: Nilai terendah
Ki
: kelas Interval (tinggi, sedang, rendah)
Dari data hasil angket persepsi orang tua tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri, diperoleh nilai tertinggi adalah 42, dan nilai terendah adalah 28. Dengan menggolongkan data terseabut ke dalam 3 kelas, maka dapat diketahui interval kelasnya, yaitu:
i= i= Jadi jelas bahwa variabel ini dapat di kategorikan variasi tinggi, sedang, rendah, sebagai berikut: 1. Untuk kategori tinggi dengan jawaban A mendapat nilai 38-42 2. Untuk kategori sedang dengan jawaban B mendapat nilai 33-37 3. Untuk kategori rendah dengan jawaban C mendapat nilai 28-32
Kemudian dicari prosentasi persepsi orang tua tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri. Hal ini menggunakan rumus prosentase sebagai berikut:
1. Untuk kategori tinggi tentang persepsi orang tua tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri ada 18 responden: P= = 50% 2. Untuk kategori sedang tentang persepsi orang tua tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri ada 12 responde: P= = 33,33% 3. Untuk kategori rendah tentang persepsi orang tua tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri 6 responden: P= =16,67% Untuk lebih jelas penulis sampaikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi tingkat persepsi orang tua tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri. Tabel XI Distribusi Frekuensi Jawaban Tingkat Persepsi Orang Tua Tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri
No.
Persepsi Orang Tua tentang
Interval
Frekuensi
Prosentase
Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri 1.
Tinggi
38-42
18
50%
2.
Sedang
33-37
12
33,33%
3.
Rendah
28-32
6
16,67%
36
100%
Jumlah
Dari perhitungan prosentse tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat persepsi orang tua tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri dengan kategori tinggi adalah 50%, dengan jumlah 18responden, tingkat persepsi orang tua tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri dengan kategori sedang sebanyak 12 responden dengan prosentase 33,33%, tingkat persepsi orang tua tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri dengan kategori rendah 16,67%, dengan jumlah 6 responden. Dengan demikian tingkat persepsi orang tua tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri adalah tinggi. B.
Analisis Kedua langkah-langkah yang diambil adalah sebagai berikut: 1.
Membuat tabel daftar nilai dan nominasi hasil observasi dalam daftar rating scale tentang motivasi mengkuliahkan anak.
2.
Membuat frekuensi tentang motivasi mengkuliahkan anak.
tabel
distribusi
3.
Memprosentasikan jawaban.
4.
Menginterprestasikan
hasil
prosentase jawaban responden. TabelXII Daftar Distribusi Frekuensi Tentang Motivasi Mengkuliahkan Anak No.
Jawaban
No
Nilai
Total
Nominasi
5
33
B
6
5
32
B
27
6
3
36
B
3
27
6
3
36
B
3
6
18
6
6
30
C
10
2
3
30
4
3
37
A
007
11
2
2
33
4
2
39
A
8.
008
11
2
2
33
4
2
39
A
9.
009
8
3
4
24
6
4
34
B
10.
010
8
5
2
24
10
2
36
B
11.
011
7
4
4
21
8
4
33
B
12.
012
7
6
2
21
12
2
35
B
13.
013
9
5
1
27
10
1
38
A
14.
014
8
4
3
24
8
3
35
B
Total
Nominasi
Responden
A
B
C
3
2
1
1.
001
8
2
5
24
4
2
002
7
3
5
21
3.
003
9
3
3
4.
004
9
3
5.
005
6
6.
006
7.
No.
Jawaban
No
Nilai
Responden
A
B
C
3
2
1
15.
015
6
4
5
18
8
5
31
C
16.
016
10
3
2
30
6
2
38
A
17.
017
10
2
3
30
4
3
37
A
18.
018
10
1
4
30
2
4
36
B
19.
019
10
3
2
30
6
2
38
A
20.
020
7
3
5
21
6
5
32
B
21.
021
7
4
4
21
8
4
33
B
22.
022
9
3
3
27
6
3
36
B
23.
023
11
3
1
33
6
1
40
A
24.
024
9
2
4
27
4
4
35
B
25.
025
6
3
6
18
6
6
30
C
26.
026
5
5
5
15
10
5
30
C
27.
027
7
3
5
21
6
5
32
B
28.
028
7
4
4
21
8
4
33
B
29.
029
5
2
8
15
4
8
27
C
30.
030
10
3
2
30
6
2
38
A
31.
031
12
2
1
36
4
1
41
A
32.
032
8
3
4
24
6
4
34
B
33.
033
10
2
3
30
4
3
37
A
34.
034
9
2
4
27
4
4
35
B
35.
035
12
2
1
36
4
1
41
A
36.
036
11
3
1
33
6
1
40
A
Dari data di atas dapat di cari skor tertinggi dan terendah kemudian dicari intrvalnya dengan menggunakan rumus:
Keterangan: i
: Interval
Xt
: Nilai tertinggi
Xr
: Nilai terendah
Ki
: kelas Interval (tinggi, sedang, rendah).
Dari data hasil angket motivasi mengkuliahkan anak, diperoleh nilai tertinggi adalah 41, dan nilai terendah adalah 27. Dengan menggolongkan data tersebut ke dalam 3 kelas maka dapat diketahui interval kelasnya, yaitu:
i= = Jadi jelas bahwa variabel ini dapat dikategorikan variasi tinggi, sedang, rendah sebagai berikut: 1. Untuk kategori tinggi dengan jawaban A mendapat nilai 37 - 41 2. Untuk kategori sedang dengan jawaban B mendapat nilai 32 - 36 3. Untuk kategori rendah dengan jawaban C mendapat nilai 27 - 31 Kemudian dicari prosentasi frekuensi motivasi mengkuliahkan anak. Hal ini menggunakan rumus prosentase sebagai berikut: P= 1. Untuk kategori tinggi tentang motivasi mengkuliahkan anak ada 13responden. P= = 36,11% 2. Untuk kategori sedang tentang motivasi mengkuliahkan anak ada 18responden. P=
×100%
=50%
3. Untuk kategori rendah tentang motivasi mengkuliah anak ada 5 responden. P=
×100%
=13,89% Untuk lebih jelas penulis sampaikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi tentang motivasi menguliahkan anak. Tabel XIII Distribusi Frekuensi Jawaban Tingkat Motivasi Mengkuliahkan Anak No.
Motivasi Mengkuliahkan Anak
Interval
Frekuensi
Prosentase
1.
Tinggi
37 - 41
13
36,11%
2.
Sedang
32 -36
18
50%
3.
Rendah
27 - 31
5
13,89%
36
100%
Jumlah
Dari perhitungan prosentase tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat motivasi mengkuliahkan anak dengan kategori tinggi adalah 36,11% dengan jumlah 13responden, tingkat motivasi mengkuliahkan anak dengan kategori sedang adalah 50% dengan jumlah 18responden, sedangkan tingkat motivasi mengkuliahkan anak dengan kategori rendah adalah 13,89% dengan jumlah 5responden. Dengan demikian tingkat motivasi mengkuliahkan anak adalah tinggi. C. Analisis Ketiga
Analisis ketiga untuk menjawab pertanyaan atau untuk mengetahui tujuan yang ketiga adakah pengaruh persepsi orang tua tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri terhadap motivasi mengkuliahkan anak di Kelurahan Tingkir Lor Kec. Tingkir Salatiga Tahun 2012/2013. Maka untuk mengetahui tujuan tersebut penulis menggunakan rumus statistik korelasi product momentangka kasar dengan langkah sebagai berikut: 1. Membuat tabel persiapan untuk mencari pengaruh persepsi orang tua tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri Terhadap mengkuliahkan anak di Kelurahan Tingkir Lor Kec. Tingkir Salatiga Tahun 2012/2013. 2. Mencari x, y, x², y² dan xy dengan cara mengalihkannya. 3. Memasukkan nilai x dan y yang sudah ada kedalam rumus korelasi product moment.
Tabel XIV Persiapan Untuk Mencari Korelasi Pengaruh Persepsi Orang Tua Tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri Terhadap Motivasi Mengkuliahkan Anak di Kelurahan Tingkir Lor Kec. Tingkir Salatiga Tahun 2012/2013 No.
X
Y
X²
Y²
XY
Responden 1.
37
33
1369
1089
1221
2.
39
32
1521
1024
1248
3.
39
36
1521
1296
1404
4.
28
36
784
1296
1008
5.
36
30
1156
900
1080
6.
39
37
1521
1369
1443
7.
38
39
1444
1521
1482
8.
40
39
1600
1521
1560
9.
32
34
1024
1156
1088
10.
38
36
1444
1296
1368
11.
34
33
1156
1089
1122
12.
36
35
1296
1225
1260
13.
39
38
1521
1444
1482
14.
40
35
1600
1225
1400
15.
36
31
1296
961
1116
16.
38
38
1444
1444
1444
17.
39
37
1521
1369
1443
18.
35
36
1225
1296
1260
X
Y
X²
Y²
XY
19.
32
38
1024
1444
1216
20.
32
32
1024
1024
1024
No. Responden
21.
31
33
961
1089
1023
22.
39
36
1521
1296
1404
23.
39
40
1521
1600
1560
24.
41
35
1681
1225
1435
25.
33
30
1089
900
990
26.
33
30
1089
900
990
27.
33
32
1089
1024
1056
28.
34
33
1156
1089
1122
29.
34
27
1156
729
918
30.
32
38
1024
1444
1216
31.
42
41
1764
1681
1722
32.
38
34
1444
1156
1292
33.
41
37
1681
1369
1517
34.
38
35
1444
1225
1330
35.
40
41
1600
1681
1640
36.
36
40
1296
1600
144
Ʃ
1311
1267
48147
44997
46324
Diketahui: N
: 36
Ʃx
:1311
Ʃy
:1267
Ʃx²
:48147
Ʃy²
:44997
xy
:46324
selanjutnya dimasukkan dalam rumus product moment sebagai berikut:
= 0,454 D. Interpretasi Data Dengan diperolehnya nilai product moment
di atas, maka
untuk menentukan taraf signifikansi disajikan nilai-nilai product moment dalam tabel taraf signifikan 5% dan 1% sebagai berikut: Tabel XV Nilai Product Moment N
Taraf Signifikansi 5%
1%
35
0,334
0,430
36
0,329
0,424
37
0,325
0,418
Dari tabel di atas dapat dilihatnilai yang diambil adalah N=36, yaitu pada taraf signifikansi 5% diperoleh tabel 0,329 dan signifikansi 1% diperoleh tabel 0,424. Kemudian langkah selanjutnya adalah menghubungkan r hasil penelitian dengan r pada tabel, pada taraf signifikani 5% dan 1%. Apabila r hasil koefisien diperoleh lebih besar dari nilai r tabel, maka hasil yang diperoleh adalah signifikan. Artinya hipotesis yang penulis ajukan diterima. sehingga dapat di bandingkan berdasarkan tabel tersebut dengan r hitung atau nilai yang diperoleh dalam perhitungan:
0,454 > 0,329 pada taraf signifikansi 5% 0,454 > 0,424 pada taraf signifikansi 1% berdasarkan analisis di atas, nilai r hitung lebih besar dari r tabel maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara persepsi orang tua tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri terhadap motivasi mengkuliahkan anak ke STAIN Salatiga di Kelurhan Tinggi Lor Kec. Tingkir Salatiga Tahun 2012/2013.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari hasil pembahasan dan analisis data yang terkumpul tentang ada pengaruh yang signifikan antara persepsi orang tua terhadap motivasi mengkuiahkan anak di Kelurhan Tingkir Lor Kec. Tingkir Salatiga Tahun 2012/2013, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Persepsi orang tua a.
Persepsi orang tua dengan kategori tinggi, dinyatakan oleh 18 responden atau 50% dari 36responden.
b.
Persepsi orang tua dengan kategori sedang, dinyatakan oleh 12 responden atau % dari 36 responden.
c.
Persepsi orang tua dengan kategori rendah, dinyatakan oleh 6 responden atau 16,67% dari 36 responden.
2. Motivasi mengkuliahkan anak a.
Motivasi mengkuliahkan anak dengan kategori tinggi, dinyatakan oleh 13 responden atau 36,11% dari 36 responden.
b.
Motivasi mengkuliahkan anak dengan kategori sedang, dinyatakan oleh 18 responden atau 50% dari 36 responden.
c.
Motivasi mengkuliahkan anak dengan kategori rendah, dinyatakan oleh 5 responden atau 13,89% dari 36 responden.
3. berdasarkan analisis data dengan rumus product moment, hasil penelitian 0,454. Dengan mengkonsultasikan dengan nilai tabel (rt) taraf signifikansi 5% = 0,329, maka diperoleh data bahwa Ha lebih besar dari (taraf signifikansi 5%). Berdasarkan hasil studi empirik tersebut, maka hipotesis menyatakan ―ada pengaruh yang signifikan antara persepsi orang tua tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri terhadap motivasi mengkuliahkan anak ke STAIN Salatiga di Kelurahan Tingkir Lor Kec. Tingkir Salatiga Tahun 2012/2013 diterima”.
B. Saran 1. Kepada orang tua a.
Hendaknya orang tua memperhatikan perkembangan pendidikan anak-anaknya, diawali dari anak masih di dalam kandungan lalu masuk sekolah dasar, SMP/MTs, SMA/MA/SMK sampai dengan anak masuk ke perguruan tinggi. Hal itu agar anak dapat termotivasi dan sungguh-sungguh dalam belajar sehingga dapat meraih cita-cita yang diinginkan serta dapat berperan dengan baik ketika hidup di tengah-tengah masyarakat sosial nanti.
b.
Sebagai orang tua yang memiliki keinginan mengkuliahkan anak ke PTAIN harus dipertahankan, ditingkatkan mengingat saat ini sedikit minat orang untuk kuliah di PTAIN sehingga berpengaruh pada sedikitnya para cendekiawan muslim yang memiliki intelektual tinggi dalam bidang agama.
c.
Selain itu di PTAIN lebih banyak diberikan ilmu agama sebagai bekal hidup anak kelak saat mereka bekerja dan dapat dijadikan pondasi moral setelah anak hidup dalam lingkungan sosial nanti.
2. Kepada para mahasiswa PTAIN a.
Mahasiswa harus rajin belajar dan bersungguh-sungguh selama studi di PTAIN agar tercapai cita-cita yang dinginkan dan bermanfaat ketika terjun ke masyarakat luas.
b.
Hendaknya mahasiswa mentaati peraturan-peraturan yang ada di kampus agar tercapai suasana belajar yang kondusif dan dapat belajar dengan lancar tanpa ada suatu kendala yang menghambat proses studinya.
3. Kepada PTAIN a.
PTAIN harus lebih dapat meningkatkan dan mengembangkan manajemen pembelajaran yang ada di PTAIN, khususnya pada pemenuhan fasilitas belajar mahasiswa. Sehingga hasil belajar dapat optimal sesuai tujuan dari pembelajaran dan mungkin akan lebih baik lagi jika pembelajaran yang berteknologi lebih ditingkatkan dan dikembangkan pula.
b.
Kurikulum PTAIN hendaknya diperbaiki lagi terutama pada mata kuliah umum karena sesungguhnya out put mahasiswa dari PTAIN lebih banyak berkiprah di masyarakat. Sehingga ilmu umum tambahan tersebut dapat di jadikan bekal untuk berkiprah dalam kehidupan di masyarakat nanti.
4. Kepada STAIN a.
Kurikulum STAIN hendaknya lebih diperbaiki dan ditekankan lagi terutama pada mata kuliah agama, karena tidak semua mahasiswa yang kuliah di STAIN memiliki kemampuan di bidang agama. Sehingga ilmu agama yang di dapat akan menjadi bekal untuk berkiprah dalam kehidupan di masyarakat nanti.
b.
Fasilitas belajar mengajar harus lebih ditingkatkan dan dikembangkan lagi terutama dalam bidang teknologi. Karena dengan semua itu proses belajar mengajar akan dapat berjalan dengan lancar dan optimal sesuai tujuan dan pembelajaran yang di inginkan.
C. Penutup Dengan rasa syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah memberikan nikmat sehat sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan yang masih banyak kesalahan dan kekurangan, hal ini disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Penulis mengharap kritik dan saran dari para pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga (Sebuah Perspektif Pendidikan Islam). Jakarta: PT Rineka Cipta. Djumransjah dan Abdul Malik Karim Amrullah. 2007. Pendidikan Islam (Menggali “Tradisi”, Meneguhkan Eksistensi). Malang: UIN-Malang Press. Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Fajri, Em Zul dan Ratu Aprilia Senja. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Difa Publisher. Hadi, sutrisno. 1984. Metodologi Research I. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi, UGM. ___________. 2002. Metodologi Research I. Yogyakarta: ANDI http://www.uinjkt.ac.id/index.php/tentang-uin. diakses tanggal 11juli 2013, jam 11.30 WIB Http://www.duniapsikologi.com, diakses pada tanggal 15 juli 2013 jam 13:29. Idi, Abdullah dan Toto suharto. 2006. Revitalisasi Pendidikan Islam. Yogyakarta:Tiara Wacana. Isna, Mansur. 2001. Diskursus Pendidikan Islam. Yogyakarta: Global Pustaka Utama. Mansur. 2005. Pendidikan Anak Usia dini dalam Islam. Jakarta: Pustaka Pelajar. Langgulung, Hasan. 2004. Manusia dan Pendidikan (Suatu Analisis Psikologis, Filsafat dan Pendidikan). Jakarta: PT Pustaka Al Husna Baru. M. Harjana, Agus. 1990. Kiat Sukses Studi di Perguruaan Tinggi. Yogyakarta: Kanisius. Muhaimin, 2007. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Mustaqim, Abdul. 2005. Menjadi Orang Tua Bijak (Solusi Kreatif Menangani Pelbagai Masalah pada Anak). Bandung: PT Mizan Pustaka. Poerwadarminto, W.J.S. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Prasetio, Komaruddin Hidayat Hendro. 2000. Problem dan Prospek IAIN (Antologi Pendidikan Tinggi Islam). Jakarta: DEPAG RI. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1983. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES. Sudiono. 2004. Manajemen Perguruaan Tinggi. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sugiono. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfa Beta. Suparlan, Parsudi terj. Edward Shils. 1993. Etika Akademis. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Surakhmad, Winarno. T.th. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito. Suryobroto, Sumadi. 1984. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Rake Sarasin. Tim Dosen FIP. 1981. Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Ulwan, Abdullah Nashih. 1996. Mengembangkan Kepribadian Anak. Bandung: Remaja Rosda Karya Usman, Basyiruddin. 2002. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat pers. Wahid, Marzuki dan Mastudi. 2003. Perguruan Tinggi Islam di Indonesia (Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan). Jakarta: DEPAG RI. Walgito, Bimo. 1984. Lokakarya Pengembangan Kurikulum IAIN di Jakarta. Jakarta: DEPAG RI.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Bahwa yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Nur Arofah
Umur
: 27 Tahun
Tanggal Lahir
: 27 Oktober 1986
Bangsa
: Indonesia
Agama
: Islam
Tempat Tinggal Sekarang
: Dsn. Guyangan RT. 03 RW. 03 Ds.Ngombak Kec. Kedungjati Kab. Grobogan.
Menerangkan dengan sesungguhnya: PENDIDIKAN 1.
Tamatan MI Kijingan Klitikan Kedungjati Tahun 1998 berijasah
2.
Tamatan MTs Tajul Ulum Brabu Tanggung Harjo Tahun 2000 berijasah
3.
Tamatan MA Tajul Ulum Brabu Tanggung Harjo Tahun 2003 berijasah
ANGKET PENELITIAN
Angket merupakan salah satu alat yang digunakan oleh seorang peneliti kuantitatif dalam memeperoleh data. Data-data tersebut akan menjadi hasil dari penelitian yang kemudian dihitung dengan rumus tertentu. Kemudian setiap jawaban-jawaban akan dijaga kerahasiaannya demi menjaga prafesi setiap responden. Nama : Usia
:
Alamat : Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda silang (x) pada huruf a, b, dan c yang paling benar! Persepsi Orang Tua tentang PTAIN 1.
Apa yang bapak atau ibu ketahui tentang PTAIN (IAIN/STAIN)? a. Perguruan Tinggi Agama Islam yang menjadi tempat kuliah orang Islam b. Perguruan Tinggi Agama Islam yang menjadi tempat menampung orang Islam c. Perguruan Tinggi Agama Islam yang menjadi Tempat belajar teori agama Islam
2.
Sebagai orang tua bagaimana pandangan bapak atau ibu tentang mengkuliahkan anak ke PTAIN (IAIN/STAIN)? a. Tanggung jawab orang tua b. Orang tua mengarahkan anak menentukan pilihan c. Anak bisa sekolah di mana saja
3.
Sebagai orang tua apakah bapak atu ibu berkewajiban menjaga citra akademis PTAIN agar tetap eksis dan berkembang?
a. Ya, karena akan menjadi tempat kuliah calon mahasiswa b. Ya, karena saya alumni dari PTAIN c. Tidak, karena itu merupakan tanggung jawab Departemen Agama dan elemen internal PTAIN 4.
Setujukah bapak atau ibu bahwa peluang kerja dari out put (alumni) PTAIN lebih sempit a. Sangat tidak setuju, karena keberhasilan itu tergantung potensi akademik anak b. Tidak setuju, karena nasiblah yang menentukan c. Setuju, karena alumni PTAIN hanya dapat bekerja pada instansi Departemen Agama
5.
Menurut bapak atu ibu apakah di PTAIN kurang diberikan mata kuliah umum, guna perkembangan kedepan anak a. Tidak, karena sebagian mahasiswa sudah dapat berperan di masyarakat ketika kuliah b. Mungkin saja, karena kurikulum PTAIN lebih ditekankan ilmu agama saja c. Ya, karena di PTAIN orientasinya hanya pada satu disiplin ilmu, yaitu ilmu agama saja
6.
Setau bapak atau ibu apakah di PTAIN masih minim media pembelajaran yang berteknologi? a. Tidak, karena PTAIN merupakan lembaga pendidikan pemerintah di bawah naungan DEPAG RI sehingga fasilitas di cukupi pemerintah b. Tidak, karena setau saya semua Perguruan Tinggi media pembelajarannya lebih lengkap c. Ya, minimnya anggaran yang ada di PTAIN
7.
Di era moderen sekarang ini, Negara mengalami krisis moral dan sedikit minat para siswa untuk melanjutkan kuliah ke PTAIN, sebagai orang tua bagaimana sikap bapak atau ibu? a. Akan mengarahkan anak saya untuk masuk ke PTAIN agar menjadi penerus pendidikan Islam b. Menyuruh anak untuk masuk kuliah di PTAIN jika anak saya mau
c. Memberi kebebasan pada anak,di mana anak mau kuliah 8.
Pendidikan di PTAIN terbilang relatif murah di bandingkan dengan PTUN yang lain, menurut bapak atau ibu murahnya biaya pendidikan di PTAIN itu apakah berpengaruh pada kualitas yang rendah out put dari PTAIN? a. Tidak, karena kualitas itu terletak pada motivasi anak dalam belajar b. Tidak, murahnya biaya justru membangkitkan semangat anak dalam belajar c. Ya, murahnya biaya itu akan berdampak rendahnya kualitas out put dari PTAIN
9.
Menurur bapak atau ibu dengan memasukkan anak ke PTAIN (IAIN/STAIN), apakah anak akan lebih berguna bagi masyarakat a. Ya, karena pendidikan di PTAIN lebih ditekankan pada ilmu agama b. Ya, karena di sana anak belajar bersosialisasi bersama teman-temannya c. Tidak, tidak semua anak bisa berguna dan bersosialisasi di masyarakat
10. Apakah setiap lulusan PTAIN dapat menjadi penerus pendidikan agama Islam , seperti: Dosen, Guru PAI, Ustad
TPA, Kyai, Khotib dan lain
sebagainya a. Ya, karena setiap hari mahasiswa selalu belajar ilmu agama b. Ya, karena setiap anak selalu bergaul dengan sesama teman kuliah c. Tidak, itu tergantung pribadi anak baik itu berupa kemampuan, keterampilan yang dimiliki, dan peluang yang ada 11. Apakah bapak atau ibu setuju jika anak kuliah di PTAIN lebih terkontrol pergaulannya? a. Sangat setuju, karena agama yang didapat selama belajar di sana akan lebih dapat mengontrol pergaulannya b. Setuju, karena anak tinggal di asrama lingkup PTAIN c. Tidak setuju, karena anak bisa saja melanggar syari’at Islam 12. Menurut bapak atau ibu, harapan apa yang diinginkan bagi orang tua yang mengkuliahkan anak ke PTAIN (IAIN/STAIN) a. Agar anak mendapat bekal agama dan bermanfaat dimasyarakat setelah lulus
b. Agar anak tidak terjun di lembah kejahatan c. Yang penting anak kuliah tidak menjadi pengangguran 13. Menuru bapak atau ibu, apakah setiap alumni dari PTAIN dapat menjadi tokoh di masyarakat? a. Ya, karena itu merupakan salah satu tujuan PTAIN b. Ya, karena para alumni PTAIN memiliki bekal agama setelah selesai studinya c. Tidak, tergantung potensi yang dimiliki anak 14. Apakah setiap anak yang kuliah di PTAIN anak akan terlihat menonjol di bidang agama dalam kehidupan sehari-harinya? a. Ya, karena kurikulum di PTAIN menekankan bidang agama b. Ya, karena anak selalu belajar agama di sana c. Tidak, karena terbiasa dengan kemauannya sendiri 15. Kehadiran
Fakultas
Umum
di
PTAIN
akan
membawa
perubahan
IAIN/STAIN menjadi UIN sehingga menejemen pembelajarannya lebih maju dan out put yang dihasilkan akan semakin maju dan lebih baik, apakah bapak atau ibu setuju? a. Sangat setuju, karena mahasiswa muslim dapat belajar ilmu agama dan umum di sana serta PTAIN dan out put yang dihasilkan akan lebih baik dan maju b. Setuju, karena PTAIN jangan sampai ketinggalan dengan PTUN c. Sama saja, walau demikian PTAIN masih sangat jauh ketertinggalannya dengan PTUN
Motivasi Mengkuliahkan Anak ke PTAIN (IAIN/STAIN)
1.
Apakah sebagi orang tua bapak atau ibu akan menyuruh anak anda kuliah di PTAIN setelah lulus dari SLTA a. Ya, karena ketimbang menganggur setelah lulus lebih baik baik kuliah b. Ya, agar anak dapat belajar ilmu agama secara mendalam c. Tidak, karena belum tentu mau masuk ke PTAIN
2.
Seandainya anak bapak atau ibu tidak mau melanjutkan studinya ke PTAIN, apa yang harus anda lakukan? a. Saya akan meberikan arahan dan pengertian pentingnya kuliah di PTAIN (IAIN/STAIN) b. Terserah anak mau kuliah di mana karena anak sudah dewasa bisa menetukan pilihan sendiri c. Tetap memaksa anak agar mau melanjutkan studinya ke PTAIN (IAIN/STAIN)
3.
Di PTAIN (IAIN/STAIN) ada studi intensif Bahasa Arab dan Bahasa Inggris, bagaimana tanggapan bapak atau ibu? a. Biasa-biasa saja b. Ya, sangat setuju karena anak mendapatkan kemampuan bahasa asing yang lebih sebagai pendukung kuliah dan kemajuan kedepannya c. Ya, setuju karena itu merupakan pengantar untuk kuliah ke luar negeri
4.
Apakah orang tua akan memenuhi kebutuhan sehari-hari anak saat anak belajar di PTAIN (IAIN/STAIN)? a. Ya, itu sudah menjadi tanggung jawab orang tua dan itu sebagai motivator agar anak semangat belajar b. Tidak, karena anak dapat memenuhi kebutuhan sendiri dengan bekerja c. Ya, semampunya orang tua membantu biaya untuk kebutuhan sehari-hari
5.
Apakah sebagai orang tua bapak atau ibu harus memberikan uang SPP/semester pada anak anda yang sedang kuliah? a. Ya, agar anak selalu rajin belajar ketika kuliah b. Tidak, karena itu sudah menjadi tanggung jawab anak yang sudah kuliah c. Ya, karena itu tanggung jawab orang tua dan sudah menjadi peraturan yang harus di taati
6.
Apa tindakan bapak atau ibu jika anak memerlukan biaya tambahan praktek untuk pendidikannya? a. Segera memberikan uang b. Tidak saya beri, biar anak dapat mencarinya sendiri c. Mengecek terlebih dahulu baru kemudian memberiakan uangnya
7.
Apa yang bapak atau ibu lakukan ketika anak jarang masuk kuliah tanpa alasan yang tidak jelas? a. Memarahinya karena kuliah itu mengeluarkan biaya yang tidak sedikit b. Membiarkan saja ketika anak tidak masuk kuliah c. Menasehatinya agar mereka mematuhi peraturan yang ada dan tidak mengulangnya kembali
8.
Apakah bapak atau ibu menanyakan mengenai perkuliahan anak ketika anak pulang ke rumah? a. Ya, bila hal itu memungkinnya b. Ya, agar lebih termotivasi dan rajin belajar c. Tidak pernah, karena anak sudah dewasa dan berfikir sendiri
9.
Apa yang bapak atau ibu lakukan ketika anak mulai malas belajar ketika kuliah? a. Menasehati dan memotivasi agaranak rajin belajar b. Membiarkan saja karena anak sudah bisa berfikir sendiri c. Memarahi karena itu hanya bisa membuang waktu dan biaya
10. Apakah sebagai orang tua harus mencukupi fasilitas tambahan untuk belajar, seperti: komputer, kendaraan dll? a. Ya, agar lebih semangat dalam kuliah b. Ya, jika ada uang dan pinjaman c. Tidak, karena anak dibiasakan hidup seadanya 11. Bagaimana pendapat bapaku atau ibu tentang pentingnya pengawasan bagi anak yang belajar di kampus? a. Kurang penting karena anak sudah bisa menjaga dirinya sendiri b. Penting atau tidak itu tergantung kondisi anak c. Sangat penting, agar anak dapat terkontrol belajarnya atau pergaulannya
12. Mengapa orang tua perlu mengawasi studi anaknya? a. Karena pengawasan sudah menjadi tanggung jawab b. Karen agar terlihat penuh perhatian c. Karena untuk memperhatikan, mengontrol, juga memberikan motivasi agar anak rajin belajar 13. Ketika bapak atau ibu memiliki saudara, apakah bapak atau ibu akan mengarahkan saudara anda untuk mengkuliahkan anak saudara anda ke PTAIN (IAIN/STAIN) a. Ya, jika anak saudara anda mau melanjutkan studi ke Pergurua Tinggi b. Tidak, karena kita tidak memiliki urusan dengan mereka c. Ya, sebagai saudara kita harus mengarahkan agar tidak salah pilih dalam memasuki Perg uruan Tinggi 14. Bagaimana tanggapan bapak atau ibu jika mengetahui saudara anda akan mengkuliahkan anaknya ke PTAIN (IAIN/STAIN) a. Saya akan memberikan dukungan dan motivasi pada saudara saya b. Saya biarkan saja karena mereka sudah bisa berfikir sendiri c. Saya akan mendukungnya jika saudara saya mau 15. Seandainya ada orang yang menanyakan kepada bapak atau ibu tentang PTAIN (IAIN/STAIN) ketika mau mengkuliahkan anaknya, apa yang bapak atau ibu lakukan? a. Saya akan memberikan wawasan pada temen saya tentang PTAIN agar mereka tertarik untuk mengkuliahkan ke PTAIN b. Tidak akan saya jawab, mereka bisa mencari informasi sendiri c. Akan saya jawab mutu di PTAIN sangat rendah
DATA INTERVIEW (WAWANCARA)
A.
Nama Usia
: Nur Yanto : 51 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat
: Kriyan Rt. 03/Rw. 03 Tingkir Lor Salatiga
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan alasannya yang tepat: 1.
Apa yang bapak atau ibu ketahui tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN)? Jawaban: ―Sebuah perguruan tinggi yang lebih menekankan tentang pengetahuan agama yang disertai dengan suasana yang agamis, seperti bagi mahasiswi diwajibkan untuk berjilbab‖.
2.
Apa
Motivasi
bapak
atau
ibu
mengkuliahkan
anak
ke
PTAIN
(STAIN/IAIN)? Jawaban: ―Alasannya karena saya alumni dari STAIN (PTAIN) itu sendiri, di sana juga lebih menekankan pengetahuan agama sehingga dengan hal itu anak lebih bisa mendalami tentang agama dan tahu tata cara bergaul dengan baik serta mengetahui batasbatasan dalam bergaul, serta dalam masalah biaya; di PTAIN (STAIN/IAIN) biayanya lebih bisa terjangkau‖. 3.
Apakah anak bapak atau ibu kuliah di STAIN/IAIN (PTAIN) atas kemauan sendiri atau pilihan bapak atau ibu? Jawaban: ―Anak saya kuliah di STAIN itu karena pilihan saya; alasannya satu sisi saya alumni dari sana dan agar dapat mempelajari agama Islam lebih dalam‖.
B.
Nama
: As’idah
Usia
: 49 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Alamat
: Ngentak Rt. 01/Rw. 03 Tingkir Lor Salatiga
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan alasannya yang tepat: 1.
Apa yang bapak atau ibu ketahui tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN)? Jawaban: ―Perguruan Tinggi yang lebih menekankan pengetahuan Agama Islam yang lebih dalam dan menghasilkan para alumni yang memiliki kompetensi sesuai bidang yang ditekuni dengan dibekali ilmu Agama Islam yang kuat‖.
2.
Apa
Motivasi
bapak
atau
ibu
mengkuliahkan
anak
ke
PTAIN
(STAIN/IAIN)? Jawaban: ―Karena saya alumni dari STAIN sehingga tahu pengajaran tentang Agama seperti apa? Oleh karena itu saya arahkan anak untuk kuliah di STAIN/IAIN (PTAIN). Dalam segi biaya disana relatif murah. 3.
Apakah anak bapak atau ibu kuliah di STAIN/IAIN (PTAIN) atas kemauan sendiri atau pilihan bapak atau ibu? Jawaban: ―anak saya kuliah di STAIN/IAIN (PTAIN) atas pilihan sendiri, akan tetapi sebagai orang tua tidak lepas untuk selalu memberi dukungan kepada mereka‖.
UNDANG-UNDANG NO.12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN: Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PENDIDIKAN TINGGI. 1.
BAB I Pasal 1 ayat 1 yang berbunyi: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
2.
BAB I Pasal 1 ayat 2 yang berbunyi: Pendidikan tinggi adalah: jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program sarjana, magister, doktor, dan program profesi, serta program spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia.
3.
BAB I Pasal 1 ayat 6 yang berbunyi: Perguruan Tinggi adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi.
4.
BAB I Pasal 1 ayat 7 yang berbunyi: Perguruan Tinggi Negeri (PTN) adalah perguruan tinggi yang didirikan dan/atau diselenggarakan oleh Pemerintah.
5.
BAB I Pasal 1 ayat 8 yang berbunyi: Perguruan Tinggi Swasta (PTS) aadalah Perguruan Tinggi yang didirikan dan/atau diselenggarakan oleh masyarakat.
6.
BAB I Pasal 1 ayat 9 yang berbunyi: Tridarma Perguruan Tinggi adalah kewajiban
Perguruan Tinggi untuk menyelenggarakan pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. 7.
BAB I Pasal 4 tentang fungsi Pendidikan Tinggi yaitu: a. Mengembangkan kemampuan dan bentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. b. Mengembangkan Sivitas Akademik yang inovatif, responsif, kreatif, terampil, berdaya asing, dan kooperatif melalui pelaksanaan Tridarma. c. Mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Tekologi dengan memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora.
8.
BAB I Pasal 5 tentang tujuan Pendidikan Tinggi: a. Berkembangnya potensi mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan bangsa. b. Dihasilkannya lulusan yang menguasai cabang Ilmu Pengetahuan dan/atau Teknologi untuk memenuhi kepentingan nasional dan peningkatan daya saing bangsa. c. Dihasilkannya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi melalui Penelitian yang memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora agar bermanfaat bagi kemajuan bangsa, serta kemajuan peradaban dan kesejahteraan umat manusia.
d. Terwujudnya Pengabdian kepada Masyarakat berbasis penalaran dan karya Penelitian yang bermanfaat dalam memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
DOKUMENTASI FOTO PARA WALI MAHASISWA STAIN SALATIGA DI KELURAHAN TINGKIR LOR