PERSEPSI ORANG TUA MURID TENTANG PENDIDIKAN DAN DUKUNGAN MENYEKOLAHKAN ANAK (Studi Kasus SMP Negeri 1 Jambu, Kab. Semarang) SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
IRWINA SAFITRI NIM 11111052
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2015
PERSEPSI ORANG TUA MURID TENTANG PENDIDIKAN DAN DUKUNGAN MENYEKOLAHKAN ANAK (Studi Kasus SMP Negeri 1 Jambu, Kab. Semarang) SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
IRWINA SAFITRI NIM 11111052
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2015
i
ii
iii
iv
v
MOTTO Pendidikan merupakan salah satu kewajiban yang tidak boleh kita tinggalkan, karena pendidikan membantu kita membuka wawasan yang lebih luas.
PERSEMBAHAN Skripsi ini ku persembahkan kepada kedua orang tua ku ( Bapak Edi Prayitno dan Ibu Marziyati) yang selalu memberikan motivasi, Do’a dan dorongan serta Adik Tercinta Zian Affandi Althamis dan Muhammad Zidan Khibrizi yang selalu Memberi ku semangat dan kakak ku Erika Ratnasari, kepada sahabat Terbaik ku, terimakasih karena dorongan kalian maka aku dapat Menyelsaikan skripsi ini, tak lupa kepada Teman-teman Yang ikut andil dalam kesuksesan skripsi ini.
vi
KATA PENGANTAR
Asslamu’alaikum Wr. Wb Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, yang telah mencurahkan Rahmat, Taufiq, Hidayah, memberikan kekuatan serta kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah diutus oleh Allah SWT untuk membawarisalah dan membebaskan umat Islam dari belenggu kebodohan. Dengan selesainya skripsi ini, penulis menyadari banyak pihak yang telah berjasa dan senantiasa memberikan dukungan, bimbingan, arahan, motivasi, serta do’a sehingga skripsi ini dapat selesai. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga. 3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga. 4. Bapak M. Gufron, M.Ag. selaku Dosen pembimbing Akademik. 5. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku pembimbing, yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya, dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaannya dalam memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
vii
viii
ABSTRAK
Safitri, Irwina. 2015. Persepsi Orang Tua Murid Tentang Pendidikan dan Dukungan Menyekolahkan Anak (Studi Kasus SMP Negeri 1 Jambu, Kab. Semarang). Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK). Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dosen Pembimbing: Dr. Imam Sutomo, M.Ag. Kata kunci: persepsi tentang pendidikan dan dukungan menyekolahkan Latar belakang penelitian ini adalah mengacu pada realita yang ada yaitu, pada dasarnya pendidikan sangat penting bagi kehidupan karena manusia tanpa pegangan ilmu maka akan susah dan sulit berkebiasaan-kebiasaan yang baik. Keluarga sebagai pendidikan pertama, anak akan mendapatkan didikan dan bimbingan utama dari keluarga. Orang tua sangat berpengaruh terhadap pendidikan anak dan masa depan yang lebih baik. Sehingga orang tua harus memberikan dorongan dan membangkitkan motivasi anak untuk melanjutkan sekolah kejenjang selanjutnya, terutama untuk memilihkan sekolah dengan penuh pertimbangan dan hati-hati, supaya anak mendapatkan pendidikan yang bermutu dan berkualitas agar orang tua tidak menyesal dikemudian hari. Fokus penelitian ini adalah: (1) Bagaimana persepsi orang tua murid tentang pendidikan? (2) Bagaimana dukungan orang tua menyekolahkan anak? Kemudian metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kalimat tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku ini dapat diamati dari fakta-fakta yang ada saat ini. Hasil penelitian yang dapat diperoleh adalah: 1) Signifikansi pendidikan, pendidikan tinggi sebagai jembatan untuk mewujudkan masa depan yang sukses dan harapan terhadap pendidikan agama Islam, 2) Komitmen, keteladanan, penyediaan fasilitas dan pembiayaan. Berdasarkan penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa cara pandang orang tua tentang pendidikan, meliputi makna pentingnya pendidikan, fungsi pendidikan, tujuan pendidikan dan harapan-harapan orang tua terhadap pendidikan, serta dukungan orang tua menyekolahkan anak, merupakan bantuan yang diberikan orang tua sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan pendidikan anaknya, meliputi komitmen, keteladanan orang tua, penyediaan fasilitas dan pembiayaan.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..........................................................................
I
LEMBAR BERLOGO .......................................................................
Ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ................................................
Iii
PENGESAHAN KELULUSAN ........................................................
Iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..........................................
V
MOTTO DAN PERSEMBAHAN......................................................
Vi
KATA PENGANTAR .......................................................................
Vii
ABSTRAK .........................................................................................
Ix
DAFTAR ISI ......................................................................................
X
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................
Xiv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................
1
A. Latar Belakang Penelitian ....................................................
1
B. Fokus Penelitian ...................................................................
3
C. Tujuan Penelitian .................................................................
3
D. Kegunaan Penelitian ............................................................
3
1. Kegunaan Teoritik ...........................................................
3
2. Kegunaan Praktik ............................................................
3
E. Penegasan Istilah ..................................................................
4
1. Persepsi ............................................................................
4
x
2. Orang Tua .......................................................................
4
3. Pendidikan ......................................................................
5
4. Dukungan Menyekolahkan Anak ...................................
5
F. Metode Penelitian.................................................................
5
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ......................................
5
2. Kehadiran Peneliti ...........................................................
6
3. Lokasi Penelitian .............................................................
6
4. Sumber Data ....................................................................
7
5. Prosedur Pengumpulan Data ...........................................
7
6. Analisis Data ...................................................................
9
7. Pengecekan Keabsahan Data ...........................................
9
8. Tahap-tahap Penelitian ....................................................
11
G. Sistematika Penulisan Skripsi ..............................................
12
BAB II KAJIAN PUSTAKA
13
A. Persepsi Orang Tua Murid Tentang Pendidikan ...................
13
1. Makna persepsi ...............................................................
13
2. Pengerian Orang Tua........................................................
17
3. Pengertian Pendidikan .....................................................
31
B. Dukungan Menyekolahkan Anak........................................
34
xi
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN.......................................................................
38
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................
38
1. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 1 Jambu .......................
38
2. Implementasi di SMP Negeri 1 Jambu ...........................
39
3. Struktur Organisasi .........................................................
41
B. Gambaran Informan .............................................................
42
C. Temuan Penelitian ............................................................... 1. Persepsi Orang Tua Murid Tentang Pendidikan ............ 2. Dukungan Menyekolahkan anak ....................................
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................
46 46 50
54
A. Persepsi Orang Tua Tentang Pendidikan ............................
54
B. Dukungan Menyekolahkan Anak........................................
57
BAB V PENUTUP ............................................................................
61
A. Kesimpulan ..........................................................................
61
B. Saran ....................................................................................
63
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR LAMIRAN-LAMIRAN LAMPIRAN 1
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN 2
LEMBAR KONSULTASI
LAMPIRAN 3
SURAT IZIN PENELITIAN
LAMPIRAN 4
SURAT BALASAN
LAMPIRAN 5
PEDOMAN WAWANCARA
LAMPIRAN 6
TRANSKRIP WAWANCARA
LAMPIRAN 7
ARSIP FOTO PENELITIAN
LAMPIRAN 8
SKK
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diartikan sebagai proses timbal-balik dari tiap pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya dengan alam, teman, dan dengan alam semesta. Pendidikan merupakan pola perkembangan yang terorganisasi dan kelengkapan dari semua potensi manusia, moral, intelektual, jasmani (panca indera), dan untuk kepribadian individunya serta kegunaan masyarakatnya, yang diarahkan demi menghimpun semua aktivitas tersebut bagi tujuan hidupnya (tujuan akhir). Pendidikan adalah proses di mana potensi-potensi ini (kemampuan, kapasitas) manusia yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan supaya disempurnakan oleh kebiasaan-kebiasaan yang baik, oleh alat yang disusun sedemikian rupa dan dikelola oleh manunsi untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan (Tim Dosen IKIP Malang, 1980: 7). Pada dasarnya pendidikan sangat penting bagi kehidupan karena manusia tanpa pegangan ilmu maka akan susah dan sulit berkebiasaankebiasaan yang baik. Keluarga sebagai pendidikan pertama, karena dalam keluarga anak pertama-tama mendapatkan didikan dan bimbingan. Maka orang tua sangat berpengaruh terhadap pendidikan anak dan masa depan yang lebih baik, sehingga anak bisa sukses untuk meraih cita-citanya di kemudian hari.
1
Di mana orang tua wajib bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan yang benar kepada anaknya di dalam rumah, di keluarga, lingkungan, maupun di sekolah, dengan demikian perilaku sosial anak dan pergaulannya terhadap orang lain akan lembut (Mustaqim, 2005: 22). Sehingga orang tua harus memberikan dorongan dan membangkitkan motivasi anak untuk melanjutkan sekolah kejenjang selanjutnya, terutama untuk memilihkan sekolah dengan penuh pertimbangan dan hati-hati, supaya anak mendapatkan pendidikan yang bermutu dan berkualitas agar orang tua tidak menyesal dikemudian hari. SMP Negeri 1 Jambu merupakan salah satu sekolah negeri yang terbaik di Jambu, dan sudah banyak meluluskan bibit-bibit yang sukses. Adapun di SMP Negeri 1 Jambu mempunyai tujuan menciptakan atau menyiapkan pesrta didik agar mempunyai kemampuan dalam pendidikan umum dan pendidikan agama. Di SMP Negeri 1 Jambu dalam pendidikannya menerapkan kedisplinan dan tata tertib yang baik sehingga para siswa sangat nyaman dan tenang saat para tenaga pendidikan mengajar sehingga anak didik dapat mencerna pembelajaran yang diberikan dan diharapkan mempunyai prestasi akademik yang optimal. Dengan harapan lulusan yang dihasilkan di SMP Negeri 1 Jambu memiliki siswa yang tangguh berilmu dan berbudi pekerti yang lembut serta menumbuhkan kesadaran untuk selalu cinta tanah air.
2
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis ingin meneliti “PERSEPSI ORANG TUA MURID TENTANG PENDIDIKAN DAN DUKUNGAN MENYEKOLAHKAN ANAK ( Studi Kasus SMP Negeri 1 Jambu)” B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, penulis menyusun Fokus masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana persepsi orang tua tentang pendidikan? 2. Bagaimana dukungan orang tua menyekolahkan anak? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui persepsi orang tua tentang pendidikan. 2. Untuk mengetahui dukungan orang tua menyekolahkan anak. D. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini dapat dirumuskan menjadi dua, pertama manfaat teoritik dan kedua manfaat praktik. 1. Manfaat Teoretik Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoretik dapat dijadikan dukungan orang tua untuk mengarahkan anaknya melanjutkan sekolah, serta menambah pengetahuan tentang pendidikan dan wawasan bagi peneliti, orang tua khususnya, dan masyarakat. 2. Manfaat Praktik Secara
praktik
penelitian
ini
diharapkan
dapat
membantu
menemukan gambaran dan Informasi sekolah yang berkualitas bagi anak.
3
E. Penegasan Istilah Adapun penulis memberikan batasan dan penegasan judul secara singkat dengan rincian sebagai berikut: 1. Persepsi Persepsi adalah 1. Proses mengetahui atau mengenali objek atau kejadian objektif dengan bantuan indera. 2. Kesadaran dari proses-proses organis. 3. (Titchener) satu kelompok penginderaan dengan penambahan arti-arti yang berasal pengalaman dimasa lalu. 4. Variabel yang menghalangi atau ikut campur tangan, berasal dari kemampuan organisme untuk melakukan pembedaan di antara perangsang-perangsang. 5. Kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan serta merta mengenai sesuatu (Chaplin, 1989: 358). Sedangkan persepsi menurut Desiderato (1976) adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat, 1994: 51). 2. Orang Tua Pengertian Orang Tua adalah ibu bapak kandung kita yaitu orang tua yang tinggal bersama anak dan tidak hanya ayah dan ibu melainkan juga orang tua yang bertanggung jawab terhadap pendidikan, pengajaran, dan perkembangan perilaku serta akhlak anak (Arofah, 2013: 19).
4
3. Pendidikan Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang atau usaha mendewasakan manusia melalaui usaha pengajaran dan penelitian (Islamuddin, 2012: 3). Sedangkan menurut Langgung (2004: 28) pendidikan adalah suatu proses yang mempunyai tujuan yang biasanya diusahakan untuk menciptakan pola-pola tingkah laku tertentu pada kanak-kanak atau orang-orang yang sedang dididik. 4. Dukungana Menyekolahkan Anak Dukungan merupakan dorongan atau motivasi dari seseorang, dengan demikian motivasi adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan (Djaali, 2012: 101). Dari uraian di atas adalah dorongan atau dukungan orang tua agar putra-putri mereka dapat belajar dipendidikan formal pada jenjang pendidikan sekolah menengah pertama sehingga masa depan anak menjadi sukses dan menjadi pribadi yang baik. F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Fokus penelitian ini adalah persepsi orang tua tentang pendidikan dan dukungan menyekolahkan putra-putrinya ke SMP Negeri I Jambu. Oleh karena itu, pendekatan yang dianggap cocok untuk digunakan dalam mengkaji permasalahan penelitian adalah pendekatan kualitatif. Penelitian
5
kualitatif adalah penelitian yang mengunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Sedangkan penelitian kualitatif dari sisi definisi lainnya
dikemukakan
bahwa
hal
itu
merupakan
penelitian
yang
memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau sekelompok orang (Moleong, 2009: 5). 2. Kehadiran Peneliti Peneliti terjun langsung ke lapangan untuk memproses penelitian dan pengumpulan data, adapun karakteristik dalam penelitian ini peneliti menggunakan sistem wawancara tidak berstruktur. Peneliti mengadakan komunikasi dengan objek, menggunakan bahasa pertemanan agar lebih akrab dan mudah dipahami, sehingga terjalin suasana yang baik antara peneliti dan responden. Peneliti mengumpulkan dan mencatat data secara terperinci berkaitan dengan permasalahan dan halhal yang sedang diteliti. 3. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di rumah orang tua siswa dan di SMP Negeri 1 Jambu, Kab. Semarang. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember Tahun 2015.
6
4. Sumber Data Data dalam penelitian ini sumber data yang diperoleh, diantaranya melalui: a. Sumber Data Primer Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2006: 253). Sumber data primer dapat diperoleh langsung dari lapangan yang dapat memberikan gambaran keadaan, mengidentifikasi permasalahan, dan menjawab semua pertanyaan dalam penelitian. b. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau melalui dokumentasi (Sugiyono, 2006: 253). Sumber data sekunder dapat diperoleh dari buku, jurnal, internet, artikel, majalah atau koran, serta hasil penelitian lainnya. Sumber data sekunder dalam penelitian ini yaitu berupa foto, catatan, dan arsip. 5. Prosedur Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer dapat diperoleh melalui: a. Wawancara Wawancara adalah percakapan langsung dan tatap muka (face to face) dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang
7
diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Suprayoga, 2001:172). Pengumpulan data dengan cara mewawancarai informan yang diteliti. Metode wawancara digunakan untuk mengungkap secara mendalam mengenai sikap, tingkah laku, dan interaksi sosial atas dasar pandangan dan pengalaman. Wawancara peneliti lakukan kepada orang tua siswa SMP Negeri 1 Jambu. b. Observasi Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan jalan pengamatan dan pencatatan (Kartono, 1990: 157). Teknik observasi yang penulis gunakan di dalam metode obsevasi langsung, artinya terjun langsung dengan mengadakan pengamatan dan pencataan di SMP Negeri 1 Jambu untuk memperoleh data. Data yang dikumpulkan dalam metode ini adalah letak dan keadaan geografis, saran dan prasarana serta persepsi orang tua tentang pendidikan dan dukungan orang tua menyekolahkan anak. c. Dokumentasi Merupakan teknik mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan pribadi, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010: 274). Dalam pelaksanaan ini peneliti melihat arsip-arsip dan catatan yang diperoleh, diantaranya tentang SMP Negeri 1 Jambu dan data informan.
8
6. Analisis Data Analisis data kualitatif (Bogdan dan Biklen, 1982) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2009: 248). Setelah terkumpul maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data untuk mendapatkan kesimpulan tersebut dilakukan secara deskriptif. Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif (Moleong, 2009: 11). 7. Pengecekan Keabsahan Data Keabsahan data dalam penelitian ini terdapat beberapa kriteria yang nantinya akan dirumuskan secara tepat, teknik pemeriksaannya yaitu adanya kredibilitas yang dibuktikan dengan perpanjang pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan dimintakan kesepakatan (memberchec) (Sugiyono, 2006: 302). Untuk mengetahui apakah data yang telah dikumpulkan dalam penelitian memiliki tingkat kebenaran atau tidak, maka dilakukan pengecekkan data yang disebut validitas data. Dalam penelitian ini, untuk menguji keabsahan data dilakukan dalam beberapa bentuk meliputi:
9
a. Triangulasi Sumber Menurut Patton (1987) “triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda” (Moleong, 2009: 330). Dalam penelitian ini yang peneliti lakukan, diantaranya: 1) Membandingkan
data
hasil
wawancara
dengan
data
hasil
pengamatan, 2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan yang dikatakan secara pribadi, 3) Membandingkan data hasil wawancara dengan isi suatu dokumentasi, 4) Data yang diperoleh dilakukan pada data yang dikategorisasikan mana pandangan yang sama, mana yang berbeda, dan mana yang spesifik dari sumber-sumber tersebut sehingga dapat dianalisis oleh peneliti yang kemudian menghasilkan suatu kesimpulan. b. Triangulasi Teknik Triangulasi teknik merupakan pengecekkan data kepada sumber yang sama namun dengan teknik yang berbeda (Sugiyono, 2006: 307). Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengecekkan terhadap data yang telah diperoleh melalui wawancara lalu dicek melalui observasi ataupun dokumentasi.
10
8. Tahap-tahap Penelitian a. Kegiatan administratif, yang meliputi pengajuan izin operasional untuk penelitian, kemudian menyusun pertanyaan untuk wawancara. b. Kegiatan lapangan yang meliputi: 1) Survei awal untuk mengetahui gambaran lokasi penelitian, yaitu di SMP Negeri 1 Jambu dan rumah orang tua murid SMP Negeri 1 Jambu. 2) Menemui para orang tua murid SMP Negeri 1 Jambu yang akan dijadikan objek penelitian. 3) Melakukan wawancara kepada para informan sebagai langkah untuk pengumpulan data, kemudian observasi langsung ke lapangan secara mendalam berkaitan dengan yang diteliti. 4) Menyajikan data dengan susunan dan urutan yang memungkinkan untuk memudahkan dalam melakukan pemaknaan. 5) Mereduksi data dengan cara membuang data-data yang lemah atau menyimpang. 6) Melakukan Analisis data untuk membuat kesimpulan-kesimpulan sebagai deskriptif temuan penelitian. 7) Menyusun laporan akhir untuk dijilid dan dilaporkan.
11
G. Sistematika Penulisan Skripsi ini akan disusun dalam lima bab yang secara sistematis dapat dijabarkan sebagai berikut: Bab I Memuat tentang pembahasan yang terdiri dari latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, dan dasar-dasar penelitian. Bab II Memuat tentang teori dan konsep (yang mendukung penelitian) yaitu terbagi menjadi dua sub pokok bahasan. Yang pertama persepsi orang tua murid tentang pendidikan dan yang kedua dukungan orang tua menyekolahkan anak. Bab III Laporan hasil penelitian terdiri dari, profil sekolah dan latar belakang orang tua serta deskripsi hasil temuan. Bab IV Analisis data yang terdiri, analisis data tentang persepsi orang tua murid tentang pendidikan, analisis data tentang dukungan menyekolahkan anaknya. Bab V Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
12
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Persepsi Orang Tua Tentang Pendidikan Menurut Rakhmat (1994:51) persepsi adalah pengamatan tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi
dan
menafsirkan
pesan.
Persepsi
ialah
memberikan makna stimuli inderawi (sensory stimuli). Pengertian persepsi dalam Kamus Lengkap Psikologi mengatakan persepsi (perception) merupakan: 1. Proses mengetahui atau mengenali objek atau kejadian objektif dengan bantuan indera. 2. Kesadaran dari proses-proses organis. 3. (Titchener) satu kelompok penginderaan dengan penambahan arti-arti yang berasal pengalaman dimasa lalu. 4. Variabel yang menghalangi atau ikut campur tangan, berasal dari kemampuan organisme untuk melakukan pembedaan di antara perangsang-perangsang. 5. Kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan serta merta mengenai sesuatu (Chaplin, 1989:358). Persepsi
merupakan
suatu
proses
yang
didahului
oleh
penginderaan, yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu memulai alat indera. Namun proses itu tidak
13
berhenti sampai di situ saja, melainkan stimulus itu diteruskan ke pusat susunan saraf yaitu otak, dan terjadilah proses psikologis, sehingga individu menyadari apa yang di lihat, apa yang di dengar dan sebagainya, individu mengalami persepsi. Karena itu proses penginderaan tidak dapat lepas dari proses persepsi, dan proses penginderaan merupakan proses pendahulu dari persepsi. Proses penginderaan akan selalu terjadi setiap saat, pada waktu individu menerima stimulus melalui alat inderanya, melalui responnya (Walgito, 1997:53). Sedangkan menurut Sarwono (1976:39) persepsi adalah kemampuan seseorang untuk mengorganisir suatu pengamatan, kemampuan tersebut antara lain: kemampuan untuk membedakan, kemampuan untuk mengelompokan, dan kemampuan untuk memfokuskan. Oleh karena itu seseorang bisa saja memiliki persepsi yang berbeda. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan suatu kesamaan pendapat bahwa persepsi merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan sehingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu hingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya. Adapun syarat terjadinya persepsi sebagai berikut: 1. Adanya objek yang dipersepsi. 2. Alat indera atau reseptor, yaitu yang merupakan alat untuk menerima stimulus.
14
3. Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi sesuatu diperlukan pula adanya perhatian, yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi. Tanpa perhatian tidak akan terjadi persepsi. Maka dapat disimpulkan bahwa untuk mengadakan persepsi ada syarat-syarat yang bersifat: a. Fisik atau kealaman b. Fisiologis c. Psikologis Menurut Rakhmat (1994:52), faktor-faktor yang memengaruhi persepsi adalah sebagai berikut: 1. Perhatian (Attention) Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lain melemah. Sedangkan Walgito (1997:56) menyatakan perhatian merupakan syarat psikologis dalam individu mengadakan persepsi, yang merupakan langkah persiapan, yaitu adanya kesediaan individu untuk mengadakan persepsi. 2. Faktor-faktor fungsional yang menentukan persepsi Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang disebut sebagai faktor-faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respons pada stimuli itu. 3. Faktor-faktor struktural yang menentukan persepsi
15
Faktor-faktor struktural berasal semata-mata dari sifat-sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu. Faktor-faktor tersebut menjadikan persepsi individu berbeda-beda satu sama lain dan akan berpengaruh pada individu dalam mempersepsi suatu stimulus atau objek, meskipun objek tersebut benar-benar sama. Persepsi diantara bermacam-macam orang maka akan menyebabkan satu objek yang sama dipersepsikan berbeda oleh dua (atau lebih) orang yang berbeda. Perbedaan persepsi dapat disebabkan oleh perbedaan perhatian, perbedaan set (harapan seseorang akan rangsang yang akan timbul), berbedaan kebutuhan, sistem nilai, ciri perbedaan dan perbedaan gangguan jiwa (Sarwono, 1976: 43). Pada dasarnya proses terjadinya persepsi ini terjadi pada diri seseorang, tetapi persepsi juga dipengaruhi oleh proses belajar, pengetahuan dan pengalamannya. Sedangkan Walgito (1997:76) menyatakan proses persepsi berlangsung sebagai berikut: 1) Stimulus mengenai alat indera, ini merupakan proses yang bersifat kealaman (fisik). 2) Stimulus kemudian dilangsungkan ke otak oleh syaraf sensoris, proses ini merupakan proses fisiologi. 3) Di otak sebagai pusat susunan urat saraf terjadilah proses yang akhirnya individu dapat menyadari atau mempersepsi tentang apa yang diterima
16
melalui alat indera. Porses yang terjadi di dalam otak ini merupakan proses psikologi. 1. Pengertian Orang tua Ahmad (1995:7-8) menyatakan bahwa orang tua adalah orang yang menjadi panutan anaknya. Setiap anak mula-mula mengagumi kedua orang tuanya. Semua tingkah laku orang tuanya ditiru oleh anak itu. Orang tua adalah pendidik utama dan pertama dalam hal penanaman keimanan bagi anaknya. Disebut pendidik utama karena besar sekali pengaruhnya. Disebut pendidik pertama, karena merekalah yang pertama mendidik anaknya. Orang Tua adalah ibu bapak kandung kita yaitu orang tua yang tinggal bersama anak dan tidak hanya ayah dan ibu melainkan juga orang tua yang bertanggung jawab terhadap pendidikan, pengajaran, dan perkembangan perilaku serta akhlak anak (Arofah, 2013:19). Keluarga adalah suatu ikatan laki-laki dan perempuan berdasarkan hukum dan undang-undang perkawinan yang sah. Dalam keluarga inilah akan terjadi interaksi pendidikan pertama dan utama bagi yang akan menjadi pondasi dalam pendidikan selanjutnya. Dengan demikian, masalah tersebut keluarga terutama orang tuanya yang memegang peranan utama dan memegang tanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya (Mansur, 2005: 318). Sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga.
17
Begitu pentingnya pengaruh pendidikan anak dalam keluarga, sehingga orang tua harus menyadari tanggung jawab terhadap anaknya. Tanggung jawab yang harus dilakukan orang tua antara lain: a. Memelihara dan membesarkannya Tanggung jawab ini merupakan dorongan alami yang yang harus dilaksanakan, karena anak memerlukan makan, minum, dan perawatan agar ia dapat hidup secara berkelanjutan. b. Melindungi dan menjamin kesehatannya Orang tua bertanggung jawab terhadap perlindungan anak, termasuk menjamin kesehatan anak, baik secara jasmani maupun rohani dari berbagai penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat membahayakan dirinya. c. Mendidik dengan berbagai ilmu Orang
tua
memiliki
tanggung
jawab
besar
terhadap
pendidikan anak. Orang tua perlu membekali anaknya dengan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang berguna bagi kehidupan anaknya kelak, sehingga pada dewasanya mampu mandiri dan bermanfaat bagi kehidupan sosial, bangsa dan agama. Luqman Al-Hakim adalah sesosok pendidik atau orang tua yang patut menjadi contoh teladan dan bertanggung jawab dalam memberikan pendidikan kepada anaknya. Sebagaimana diabadikan dalam Al-Quran Al-Luqman ayat 13, 16-18.
18
13. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". 16. (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha mengetahui. 17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). 18. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dari beberapa ungkapan hikmah luqman tersebut, ada beberapa aspek pendidikan yang harus ditanamkan kepada anak, yaitu: a) Penanaman akidah atau tauhid. Akidah atau tauhid dapat diibaratkan sebagai fondasi. Oleh karena itu, akidah dan tauhid harus kukuh dan kuat.
19
b) Penanaman kesadaran bertindak (berakhlak), yaitu kesadaran yang didasarkan pada keyakinan bahwa setiap gerak dan langkah manusia selalu dalam pengawasan Allah. c) Perintah untuk mengerjakan shalat dan amar ma’ruf nahi mungkar yang ditanamkan sejak kecil. d) Pelatihan kesabaran. Kesabaran harus ditanamkan sejak dini. Sebab, hidup ini penuh dengan tantangan, hambatan, dan rintangan. Tanpa kesabaran seseorang akan mudah putus asa dan patah semangat dalam meraih cita-citanya. e) Larangan bersikap sombong dan angkuh. Kesombongan perlu dihindari
karena
akan
mengantarkan
pada
kehinaan
dan
kerendahan martabat, baik di mata Allah maupun di mata manusia. Dalam hal ini sikap tawadhu’ dan rendah hati harus kita tanamkan pada pribadi diri sendiri dan diri anak-anak (Mustaqim, 2005: 3234). d. Membahagiakan kehidupan anak Kebahagian anak menjadi bagian dari kebahagian orang tua. Oleh sebab itu, orang tua harus senantiasa mengupayakan kebahagian anak
dalam
kapasitas
pemenuhan
kebutuhan
sesuai
dengan
memberikan pendidikan agama dan akhlak (Suwarno, 2006: 40-41).
20
Adapun dasar-dasar tanggung jawab keluarga terhadap pendidikan anaknya meliputi: a. Dorongan/ motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dengan anak. Cinta kasih ini mendorong sikap dan tindakan rela menerima tanggung jawab, dan mengabdikan hidupnya untuk sang anak. b. Dorongan/ motivasi kewajiban moral, sebagai konsekuensi kedudukan orang tua terhadap keturunannya. Tanggung jawab moral ini meliputi nilai-nilai religius spritual yang dijiwai Ketuhanan Yang Maha Esa dan agama masing-masing di samping didorong oleh kesadaran memelihara martabat dan kehormatan keluarga. c. Tanggung jawab sosial sebagai bagian dari keluarga, yang pada gilirannya juga menjadi bagian dari masyarakat, bangsa dan negaranya, bahkan kemanusiaan. Tanggung jawab sosial ini merupakan perwujudan kesadaran tanggung jawab kekeluargaan yang diikuti oleh darah keturunan dan kesatuaan keyakinan (Tim Dosen IKIP Malang, 1980:17-18). Untuk melaksanakan berbagai tanggung jawab di atas, orang tua harus mampu menciptakan suasana dialogis dengan anak, sehingga dapat menumbuhkan hubungan keluarga yang harmonis, saling menghormati, disiplin, dan mengerti tanggung jawab masingmasing. Dengan suasana demikian akan sangat mendukung kepribadian anak, sehingga anak akan terbiasa dengan sikap yang
21
baik di lingkungannya, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun di masyarakat. Dari tanggung jawab orang tua di atas maka dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab orang tua terhadap anaknya adalah bergembira menyambut kelahiran anak, memberi nama yang baik, memperlakukan dengan lembut dan kasih sayang, menanamkan rasa cinta sesama anak, memberikan pendidikan akhlak, menanamkan akidah tauhid, melatih anak mengerjakan shalat, berlaku adil, memperhatikan teman anak, menghormati anak, memberi hiburan, memperhatikan pergaulan anak,
menempatkan dalam lingkungan
yang baik, memperkenalkan dan bersilaturahmi kepada kerabat, mendidik anak untuk peduli kepada sesama, mendidik agar perduli terhadap lingkungan (Muchtar, 2008: 88). 2. Kewajiban orang tua terhadap anak-anaknya Orang tua dalam masalah pendidikan anak-anaknya tidak hanya dengan cara menyekolahkan anak. Akan tetapi hal itu harus diatur atau direncanakan sejak dini. Karena selain menjadi tanggung jawab tetapi juga menjadi kewajiban orang tua dalam berbagai bidang pendidikan dalam syariah dan pendidikan islam harus dapat memberikan keadilan dan ketauladanan bagi anak-anak mereka. Adapun kewajiban-kewajiban orang tua terhadap anak-anaknya sebagai berikut: a. bahwa seorang laki-laki memilih istri yang baik, sebab seorang istri mempunyai pengaruh besar pada pendidikan anak dan tingkah laku
22
mereka, terutama pada awal masa kanak-kanak, di mana anak tidak kenal siapa-siapa kecuali ibunya yang menyediakan makanan, kasih sayang dan kecintaan. b. Memilih nama yang baik untuk anak.. c. Memperbaiki adab dan pengajaran anak-anaknya dan menolong mereka membina aqidah yang betul dan agama yang kokoh. d. Orang tua harus bersifat adil kepada anak. e. Memberikan contoh yang baik dan tauladan yang saleh terhadap anak f. Orang tua berkerja sama dengan lembaga-lembaga lain dalam masyarakat yang berusaha menyadarkan dan memelihara kanak-kanak dan remaja untuk memelihara anak-anaknya dari segi kesehatan, akhlak dan sosial (Langgulung, 1986: 380-384). g. Menafkahi dan memenuhi kebutuhan anak-anaknya, baik kebutuhan jasmani maupun rohani, baik itu kebutuhan primer atau dasar (seperti sandang, pangan, dan perumahan) maupun kebutuhan tambahan anak. h. Mendidiknya dengan baik dan benar Orang tua wajib mendidik anaknya dengan pendidikan yang baik agar anaknya nanti mendapatkan keuntungan dikehidupan masa depan (Mansur, 2005: 271). i. Menikahkan anak ketika sudah cukup umur, ada jodohnya serta sudah siap lahir dan batin dan sanggup untuk berkeluarga, maka orang tua dianjurkan untuk segera menikahkan anaknya (Muchtar, 2008: 82-83). j. Memberikan tanggung jawab sesuai dengan perkembangan anak.
23
Pada awalnya orang tua harus memberikan pengertian dulu, setelah itu baru diberikan suatu kepercayaan pada diri anak itu sendiri (Mansur, 2005: 273). 3. Peranan Keluarga Terhadap Pendidikan Anak Orang tua memegang peranan yang paling penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya (Daradjat, 2011: 35). Pada dasarnya peranan orang tua adalah sebagai pengasuh, pembimbing, pendidik, pengawas, pengontrol, yang utama dan pertama bagi tumbuh kembangnya anak serta harus diperhatikan oleh orang tua dalam menyiapkan generasi muda agar sanggup terjun ketika menghadapi hidup dimasyarakat serta pergaulan yang baik dengan manusia dan cinta tanah air dan bangsa. Adapun peranan tersebut antara lain, yaitu: a. Peranan keluarga dalam pendidikan jasmani dan kesehatan bagi anakanaknya. Keluarga mempunyai peranan penting untuk menolong pertumbuhan
anak-anaknya
dari
segi
jasmani,
baik
aspek
perkembangan atau pun aspek perfungsian. Peranan keluarga dalam menjaga kesehatan anak-anaknya dapat dilaksanakan sebelum bayi lahir. Yaitu melalui pemeliharaan terhadap kesehatan ibu dan memberinya makanan yang baik dan sehat selama mengandung, sebab itu berpengaruh terhadap anak dalam kandungan.
24
Sehingga apabila anak telah lahir maka tanggung jawab keluarga terhadap kesehatan anak dan ibunya menjadi berlipat ganda. Dia dapat memperoleh cara-cara dan jalan-jalan perlindungan, pengobatan, dan pengembangan untuk menunaikan kewajiban ini. b. Peranan keluarga dalam pendidikan akal (intelektual) kanak-kanak Keluarga dalam peranan ini masih tetap memegang peranan penting dan tidak dapat dibebaskan dari tanggung jawab ini. Bahkan keluarga memegang tanggung jawab besar sebelum anak-anak memasuki sekolah. Diantara tugas-tugas keluarga adalah untuk menolong anak-anaknya menemukan, membuka dan menumbuhkan kesediaan-kesediaan, bakat-bakat, minat dan kemampuan-kemampuan akalnya dan memperoleh kebiasaan-kebiasaan dan sikap intelektual yang sehat dan melatih indera kemampuan-kemampuan akal tersebut. Sesudah anak masuk sekolah tanggung jawab keluarga dalm pendidikan akal bertambah luas. Sekarang menjadi kewajiban keluarga dalam bidang ini adalah menyiapkan suasana yang sesuai dan mengalakkan untuk belajar, mengulangi pelajaran, mengerjakan tugas, mengikuti kemajuan sekolah, bekerjasama dengan sekolah untuk menyelsaikan masalah pelajaran yang dihadapiny, menggalakkan mereka untuk mengulangi pelajaran dan membimbing mereka cara yang paling sesuai untuk belajar jika mereka faham akan hal tersebut. Begitu juga dengan memberi peluang untuk memilih jurusan pada
25
pelajaran yang disukainya, menghormati ilmu pengetahuan dan orangorang berilmu, dan lain-lain sebagainya. c. Peranan keluarga dalam pendidikan psikologikal dan emosi Peranan keluarga dapat memainkan peranan penting di dalam pendidikan psikologikal dan emosi. Melalui pendidikan itu keluarga dapat menolong anak-anaknya dan anggota-anggotanya secara umum untuk menciptakan pertumbuhan emosi yang sehat, menciptakan kematangan emosi yang sesuai dengan umumnya, menciptakan penyesuaian psikologikal yang sehat dengan dirinya sendiri dan dengan orang-orang lain disekelilingnya. Begitu juga dengan menumbuhkan emosi kemanusiaan yang mulia, seperti cinta kepada orang lain, mengasihani orang lemah dan teraniaya, menyayangi dan mengasihani orang fakir miskin, kehidupan emosi yang rukun dengan orang lain dan menghadapi masalah-masalah psikologikal secara positif dan dinamis. Pentingnya peranan keluarga dalam pendidikan ini adalah sabab keluarga melibatkan kanak-kanak dalam tahap awal hidupnya, di mana hubungan-hubungan dan pengalaman-pengalaman sosialnya belum cukup luas. Oleh karena sejauh mana yang dapat dicapai oleh kanak-kanak dalam penyesuaian psikologi dan kematangan emosi pada awal tingkat hidupnya, maka masa depan psikologinya sebanyak itulah pada kehidupannya dikemudian hari. Peranan keluarga pada
26
pendidikan psikologi tidak terbatas pada tingkat kanak-kanak saja, tetapi meliputi seluruh hidupnya. Di antara cara-cara yang dapat digunakan oleh keluarga untuk mendidik anak-anaknya dari segi psikologi adalah memberi mereka segala peluang untuk menyatakan diri, keinginan, fikiran dan pendapat mereka dengan sopan dan hormat, di samping menolong mereka berhasil dalam pelajaran dan menunaikan tugas yang dipikulkan kepadanya (Langgulung, 1986: 304-309). d. Peranan keluarga dalam pendidikan agama bagi anak-anak Pendidikan agama dan spritual termasuk bidang-bidang pendidikan yang harus mendapat perhatian penuh oleh keluarga terhadap anak-anaknya. Pendidikan agama dan spritual ini berarti membangkitkan kekuatan dan kesediaan spritual yang bersifat naluri yang ada pada kanak-kanak melalui bimbingan agama yang sehat dan mengamalkan ajaran-ajaran agama dan upacara-upacaranya. Begitu juga membekalkan kanak-kanak dengan pengetahuan-pengetahuan agama dan kebudayaan islam sesuai dengan umurnya dalam bidangbidang akidah, ibadat, muamalat dan sejarah. Adapun cara-cara praktis yang patut digunakan oleh keluarga untuk menanamkan semangat keagamaan pada diri anak-anak adalah cara-cara sebagai berikut:
27
a) Memberi tauladan yang baik kepada mereka tentang kekuatan iman kepada Allah dan berpengang dengan ajaran-ajaran agama dalam bentuknya yang sempurna dalam waktu tertentu. b) Membiasakan mereka menunaikan syair-syair agama semenjak kecil sehingga penunaian itu menjadi kebiasaan yang mendarah mendaging, mereka melakukannya dengan kemauan sendiri dan merasa tentram sebab mereka melakukannya. c) Menyiapkan suasana agama dan spritual yang sesuai di rumah di mana mereka berada. d) Membimbing mereka membaca bacaan-bacaan agama yang berguna dan memikirkan ciptaan-ciptan Allah dan makhlukmakhluk untuk menjadi bukti kehalusan sistem ciptaan itu dan atas wujud dan keagungannya. e) Mengalakkan mereka turut serta dalam aktivitas-aktivitas agama, dan lain-lain. e. Peranan keluarga dalam pendidikan akhlak bagi anak-anak Pendidikan agama berkaitan dengan pendidikan akhlak. Keluarga memegang peranan penting sekali dalam pendidikan akhlak untuk anak-anak sebagai institusi yang mula-mula berinteraksi dengannya oleh sebab mereka mendapat pengaruh dari padanya atas segala tingkah lakunya. Oleh sebab itu haruslah keluarga mengambil tugas berat tentang pendidikan ini, mengajar mereka tentang akhlak yang mulia yang diajarkan Islam seperti kebenaran, kejujuran,
28
keikhlasan, kesabaran, kasih-sayang, cinta kebaikan, pemurah, berani dan lain sebagainya. Di antara kewajiban keluarga dalam hal ini adalah: a) Memberi contah yang baik bagi anak-anaknya dalam berpegang teguh kepada akhlak mulia. b) Menyediakan bagi anak-anaknya peluang-peluang dan suasana di mana mereka dapat mempraktekkan akhlak yang diterima dari orang tuanya. c) Memberi tanggung jawab yang sesuai kepada anak-anaknya supaya mereka merasa bebas memilih dalam tindak tanduknya. d) Menunjukkan bahwa keluarga selalu mengawasi mereka dengan sadar dan bijaksana. e) Menjaga mereka dari teman-teman yang menyeleweng dan tempat-tempat kerusakan dan lain-lain lagi cara di mana keluarga dapat mendidik akhlak anak-anaknya (Langgulung, 1986: 310113). f. Peranan keluarga dalam pendidikan sosial kanak-kanak Keluarga belum lengkap tugasnya dengan sempurna dalam pendidikan anak-anaknya sehingga ia menolong anak-anak bertumbuh dari segi sosial. Pertumbuhan sosial ini melibatkan pendidikan sosial ekonomi dan politik yang mengatakan bahwa kesediaan-kesediaan dan bakat-bakat asasi anak-anak dibuka dan di keluarkan ke dalam kenyataan berupa hubungan-hubungan sosial dengan orang-orang
29
sekelilingnya. Pendidikan sosial ini melibatkan bimbingan terhadap tingkah laku sosial, ekonomi dan politik dalam rangka akidah Islam yang betul dan ajaran-ajaran dan hukum-hukum agama yang berusaha meningkatkan iman, takwa, takut kepada Allah serta mengerjakan ajaran-ajaran
agamanya
yang
mendorong
kepada
produksi,
menghargai waktu, jujur, ikhlas dalam berbuat, adil, kasih sayang, tolong menolong, menjaga kemaslahatan umum, cinta tanah air dan lain sebagainya. Adapun cara-cara yang patut digunakan dalam mendidik anakanaknya dari segi sosial, politik dan ekonomi adalah: a) Memberi contoh yang baik kepada anak-anaknya dalam tingkah laku sosial yang sehat berdasar pada prinsip-prinsip dan nilainilai. b) Menjadikan rumah itu sebagai tempat dimana tercipta hubunganhubungan sosial yang berhasil. c) Membiasakan anak-anaknya memikul tanggung jawab dan membimbingnya jika mereka bersalah dengan lemah lembut. d) Menjauhkan mereka dari sifat manja dan berfoya-foya. e) Memperlakukan
mereka
dengan
lemah
lembut
dengan
menghormatinya di depan kawan-kawannya. f) Menolong anak-anak menjali persahabatan yang mulia dan berhasil.
30
g) Menggalakkan mereka mendapatkan kerja yang dapat menolong mereka. h) Membiasakan mereka hidup sederhana supaya lebih bersedia menghadapi kesulitan hidup sebelum terjadi. i) Bersifat adil diantara mereka. j) Membiasakan mereka cara-cara Islam dalam makan, minum, duduk, tidur, memberi salam, berziarah, dan lain sebagainya (Langgulung, 1986: 313-314). 4. Pendidikan Pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan untuk mendidik manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang serta memiliki potensi atau kemampuan sebagai mana mestinya (Muchtar, 2008: 14). Pendidikan
diartikan
sebagai
usaha
manusia
untuk
membina
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. “Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara” (Hasbullah, 2009: 1-4). Pendidikan adalah suatu proses yang mempunyai tujuan yang biasanya diusahakan untuk menciptakan pola tingkah laku tertentu pada
31
kanak-kanak atau orang yang sedang di didik (Langgulung, 2004: 28). Adapun pengertian pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan merupakan tuntutan bagi pertumbuhan anak-anak. Artinya pendidikan menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada diri anak-anak, agar mereka sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya (Suwarno, 2006: 21) Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat dirumuskan bahwa pendidikan biasa diartikan sebagai berikut: 1. Pendidikan mengandung pembinaan kepribadian, pengembangan kemampuan, atau potensi yang perlu dikembangkan, peningkatan pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu, serta tujuan ke arah mana peserta didik dapat mengaktualisasikan dirinya seoptimal mungkin. 2. Dalam pendidikan, terdapat hubungan antara pendidik dan peserta didik. Di dalam hubungan itu, mereka memiliki kedudukan dan peranan yang berbeda. 3. Pendidikaan adalah proses sepanjang hayat sebagai perwujudan pembentukan diri secara utuh. Maksudnya, pengembangan segenap potensi dalam rangka penentuan semua komitmen manusia sebagai individu, sekaligus sebaga makhluk sosial dan makhluk Tuhan. 4. Aktivitas pendidikan berlangsung di dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat.
32
5. Pendidikan merupakan suatu proses pengalaman yang sedang dialami yang memberikan pengertian, pandangan, dan penyesuaian bagi seseorang yang menyebabkannya berkembang (Suwarno, 2006:22-23) Dari penjelasan-penjelasan di atas maka bisa disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu usaha untuk mewujudkan suasana belajar mengajar agar peserta didik mampu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya dan memiliki kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan. Untuk mencapai kesuksesan dalam pendidikan diperlukannya tujuantujuan dalam pendidikan, diantaranya: a) Mengembangkan peserta didik sebagai pemikir b) Mengembangkan peserta didik sebagai warga negara c) Menumbuhkan/ menanamkan kecerdasan emosi dan spiritual yang mewarnai aktivitas hidupnya, d) Menumbuhkan kemampuan berpikir kritis e) Menumbuhkan kebiasaan untuk memanfaatkan dan mengisi waktu luang. f) Menumbuhkan pola hidup sehat (Ghony, 1981:11-12). Adapun pendidikan juga berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pengertian dan tujuan dari pendidikan di atas, menunjukkan bahwa pendidikan sangat penting sebagaimana dijelaskan dalam QS. al-Alaq:1-5 yang berbunyi:
33
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Dari ayat ini jelas, bahwa agama Islam telah mendorong umatnya senantiasa belajar dan menjadi umat yang pandai, dimulai dengan belajar baca tulis dan diteruskan dengan belajar berbagai macam ilmu pengetahuan lainnya. Islam juga mengajarkan bahwa mencari ilmu berlaku prinsip tak mengenal batas, dimensi, ruang dan waktu (Muchtar, 2008: 13). B. Dukungan Orang Tua Menyekolahkan Anak Dukungan merupakan dorongan atau motivasi dari seseorang, dengan demikian motivasi adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan. Adapun Greenberg menyebutkan bahwa motivasi adalah proses membangkitkan, mengarahkan, dan memantapkan perilaku arah suatu tujuan (Djaali, 2012: 101). Dukungan orang tua adalah bantuan yang diberikan orang tua sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan pendidikan anaknya. Sebagai orang tua harus dapat membantu dan mendukung terhadap segala usaha yang dilakukan oleh anaknya serta dapat memberikan pendidikan informal guna membantu pertumbuhan dan perkembangan 34
anak tersebut serta untuk mengikuti/ melanjutkan pendidikan pada formal di sekolah. Bentuk-bentuk dukungan orang tua, mengingat tanggung jawab pendidikan ditanggung oleh keluarga dalam pendidikan informalnya dan ditanggung oleh sekolah dalam pendidikan formal, maka orang tua harus berperan dalam menanamkan sikap dan nilai hidup, perkembangan bakat dan minat serta pembinaan bakat dan kepribadian (Hasbullah, 2009: 88). Selain itu orang tua juga harus memperhatikan sekolah anaknya yaitu dengan memperhatikan pengalaman-pengalamannya dan menghargai segala usahanya serta harus dapat menunjukkan kerja samanya dalam mengarahkan cara anak belajar di rumah. Orang tua juga harus berusaha memotivasi dan membimbing anak dalam belajar. Adapun dukungan orang tua terhadap anaknya ada dua hal pokok yaitu: 1. Dukungan mental/ Agama Dukungan mental yang tidak kalah penting dari orang tua kepada anaknya (Hasbullah, 2009: 43). Dukungan mental ini memberikan pegangan kepada anaknya untuk mencapai tujuan perjalanan hidupnya kelak. Seorang anak yang saleh di rumah, akan mempengaruhi sikap kesiswaanya di sekolah. Anak yang saleh tidak dilahirkan tapi dibentuk dan dibina lewat pendidikannya. Rasulallah SAW mengajarkan bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah ibu, bapaknya yang
35
berperan merobah fitrah itu menjadi (dalam bahasa rasul) yahudi, nasrani/ majusi. Jadi dukungan orang tua memasukkan anaknya ke lembaga pendidikan berfungsi memelihara keluarganya terutama anaknya semoga terhindar dari segala macam ancaman baik dunia maupun di akherat kelak. Dari kesimpulan di atas bahwa orang tua diperintahkan oleh Allah dan rosulnya untuk memelihara keluarganya (termasuk anak) dari siksaan api neraka dengan membina mental/ agama secara baik. Adapun dukungan mental orang tua seperti: mendo’akan anak-anaknya. 2. Dukungan moral Dukungan moral dari orang tua terhadap pendidikan anaknya dapat berupa perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan psikis meliputi: 1. Kasih sayang 2. Keteladanan (Hasbullah, 2009: 42) 3. Bimbingan dan pengawasan 4. Pengarahan 5. Dorongan menanamkan rasa percaya diri Selain dukungan psikis orang tua juga harus memberikan kebutuhan sekolah untuk anaknya, meliputi: 1. Membelikan buku-buku yang diperlukan 2. Membelikan LKS 3. Memberikan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan.
36
4. Dukungan melanjutkan sekolah yang lebih tinggi. Dengan dukungan tersebut maka tugas orang tua yang harus diemban selanjutnya adalah mendorong aktivitas belajar anaknya di sekolah dalam rangka untuk mencapai suatu prestasi. Adapun faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga adalah faktor kelas sosial ekonomi orang tua. Kelas sosial ekonomi meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan. Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan yang lebih demokratis dan adil mungkin ada, sementra dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoritas. Selain itu orang tua dengan kelas sosial menengah mempunyai tingkat dukungan dan keterlibatan yang lebih tinggi dari pada orang tua dengan kelas sosial bawah.
37
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 1 Jambu SMP Negeri 1 Jambu, berdiri pada tanggal 7 juni 1982, berdasarkan Surat Instruksi Kakanwil Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah No. 98/103/T.82 Tanggal 1 Juni 1982. PMB pertama terdaftar 309 orang, diterima 120 orang dibagi 3 kelas @ 40 orang. Yang dikepalai oleh Bapak R. PIUS S. DIRDJOWINOTO. Pada tanggal 23 November 1982 SMP Negeri 1 Jambu diresmikan oleh Prof. Dardji Darmodihardjo, S. H. Dirjend Dikdasmen Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Di bawah kepemimpinan Bapak Drs. H. M. SONHADI, M.Pd, pada tanggal 21 Juni 2009, SMP Negeri 1 Jambu ini sudah ada 16 kelas dibagi menjadi: Kelas VII = 206 siswa, kelas VIII = 207 siswa, kelas IX = 197 siswa, dan jumlah = 610 siswa dan pada tanggal 23 Desember 2013, SMP Negeri 1 Jambu ini sudah ada 18 kelas dibagi menjadi: Kelas VII – 207 siswa, kelas VIII = 203 siswa, kelas IX = 194 siswa, dan jumlah = 610 siswa. Dibawah kepemimpinan Bapak ROKHIM, S.Pd., M.Pd.
38
2. Implementasi di SMP Negeri 1 Jambu 1) Integrasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam kegiatan pengembangan di SMP Negeri 1 Jambu, terdapat dalam silabus dan RPP 2) Pengembangan Diri a. Kegiatan rutin. Kegiatan rutin sebagai penunjang pendidikan nasionalisme dan karakter bangsa adalah sebagai berikut; a) Budaya senyum, salam, sapa b) Apel pagi gur, karyawan bersama siswa yang mendapat tugas (terjadwal perkelas). Kegiatan ini adalah mendisiplinkan guru, karyawan, dan siswa SMP Negeri 1 Jambu sebagai wujud rasa cinta tanah air dan bangsa. c) Membiasakan diri berbasis sebelum masuk kelas d) Sebelum proses pembelajaran dimulai, dibiasakan dibuka dengan dosa dan pemberian salam. e) Proses pembelajaran dengan kerja kelompok. f) Pemutaran lagu-lagu nasional dan lagu-lagu daerah diperdengarkan sebelum proses belajar dan saat istirahat g) Proses pembelajaran diakhiri dengan doa penutup h) Kebersihan kelas dilakukan setelah proses pembelajaran berakhir.
39
i) Siswa-siswi pulang dengan bersalam-salaman dengan guru pengajar jam terakhir di kelas. 3) Kegiatan Ektrakulikuler Ekstrakurikuler merupakan kegiatan di luar jam belajar yang bertujuan untuk menggali potensi peserta didik. Berikut ini adalah beberapa kegiatan Ektrakurikuler yang ada di SMP N 1 Jambu. Olahraga dan seni yang merupakan kegiatan pilihan dari kelas VII dan VIII, serta pramuka yang merupakan kegiatan wajib untuk kelas VII, Ibadah yang merupakan VIII dan pilihan untuk kelas VIII. a) Olahraga. b) Seni. c) Pramuka. d) Ibadah.
40
3. Struktur Organisasi Sekolah Struktur Organisasi SMP N 1 Jambu Tahun Pelajaran 2015/2016
Kepala Sekolah ROKHIM, S.Pd., M.Pd.
Komite Sekolah
Wakasek
KTU
SUSATYA
WISMARINI TD., S.Pd.
SUGINO
Staf Tata Usaha
Pelayanan
RINA ARTI
TRI RTINTO
NINGSIH
PRAYITNO
ASTI YULIA
MUSLIMIN
NTI
BEJO S. YULI S.
Urusan Kurikulum
Urusan Kesiswaan DWI H.
BAMBANG EP., S.Pd.
SUJARWAI, S.Pd.
MULYANTI, ll S.Pd.
RAHMAWATI, S.P.d
Humas
Urusan Sarpras
Drs. SUDARNO
St. EKO BUDI P, S.P.d
41
B. Gambaran Informan 1. SY, berusia 57, bertempat tinggal di Krajan RT/RW 01/01, Bedono, Jambu, Kab. Semarang, SY merupakan lulusan SI yang sekarang menjadi PNS/ Guru disalah satu sekolah, namun SY akan berhenti mengajar satu tahun lagi, maka selain mengajar di sekolah negeri, SY juga mengajar di SD swasta Gemawang, untuk menunjang ekonomi keluarga, karena beliau mempunyai tanggung jawab terhadap pendidikan anaknya, yang sekarang masih kuliah di Yogyakartadan di SMP Negeri 1 Jambu. 2. HS, bertempat tinggal di Wawar lor RT/RW 07/04 Bedono, Jambu, Kab. Semarang, HS merupakan lulusan STM/ S4 yang bertugas sebagai TNI angkatan darat di Banyubiru. Dengan tugas tersebut, tetapi HS selalu menyempatkan untuk mengawasi anak-anaknya, karena SY mempunyai 2 anak, yang petama masih duduk di SLTP, sedangkan yang kedua sekarang duduk di kelas VIII di SMP Negeri 1 Jambu. 3. MB, berusia 51, bertempat tinggal di Wawar kidul RT/RW 03/03, Bedono, Jambu, Kab. Semarang, MB merupakan lulusan S1 yang sekarang menjadi PNS/Guru dan mengajar sekolah dasar negeri di Berongkol. Perjuangan MB untuk menjadi PNS sangat penuh perjuangan, dulu MB mengabdi 20 tahun dulu disalah satu sekolah swasta dengan gaji yang belum cukup buat kebutuhan sehari-hari. Kemudian dengan kerja keras, kesabaran, tekat dan ketekunan MB, maka akhirnya beliau mendapatkan sertifikasi menjadi guru negeri.
42
4. YM, berusia 60, beliau merupakan pedagang kecil, dengan jual beli kambing YM sukses menjadi kepala rumah tangga yang baik untuk anakanaknya, walaupun YM mempunyai anak 10, namun YM sangat mendukung pendidikan anakny samapi SLTA. Beliau sangat percaya bahwa mempunyai anak banyak maka rizkinya juga banyak. Dengan kepercayaan tersebut YM mempunyai 4 rumah yang di tempati oleh anaknya, beliau hanya menempati 1 rumahnya saja, YM beralamat di Wonokasihan RT/RW 06/08 dan pendidikan terakhirnya SD. 5. RY, berusia 35, RY merupakan pedagang kecil, beliau mendirikan warung yang berada disebelah ruang tamu, RY berdagang kebutuhan bahan makanan pokok, snack dan kebutuhan lain-lain, selain berdagang juga menjadi guru agama/ ustad di TPA Jurang, beliau sangat tanggung jawab, lemah lembut, dan menghormati orang lain, RY bertempat tinggal di Jurang RT/RW 1/7 Bedono, Jambu, Kab. Semarang. 6. MK, berusia 45, kehidupan sehari-hari MK merupakan seorang petani, yang setiap harinya pergi ke kebun. Beliau mempunyai 2 anak, anak pertamanya sekarang kuliah di IAIN Salatiga, terkadang setelah pulang dari kebun, beliau selalu menjemput anak pertamanya pulang kuliah, dengan mengendarai sepeda motor tua. MK bertempat tinggal di Jurang RT/RW 1/7 Bedono, Jambu, Kab. Semarang, MK merupakan lulusan STM. 7. DT, merupkan petani yang sukses, dengan ketekunannya merawat kebun, DT mendapatkan hasil pertanian yang berkualitas sehingga hasil tersebut
43
dapat dijual dengan harga yang tinggi. Walaupun DT seorang petani tetapi beliau adalah seorang ayah yang selalu mengutamakan pendidikan agama untuk anak sebagai bekal kehidupan yang akan datang, DT bertempat tinggal di Jurang RT/RW 3/7 Bedono, Jambu, Kab. Semarang, beliau berusia 35, pendidikan terakhirnya adalah SD. 8. SR, rumahnya sangat sederhana dan kecil, ruang tamu, ruang makan dan TV menjadi satu ruangan, pagar-pagarnya pun sudah termakan usia sehingga banyak lubang-lubang kecil di pagar tersebut, SR bertempat tinggal di Wonokasihan RT/RW 5/8 Bedono, Jambu, Kab. Semarang, SR merupakan Buruh yang sekarang berusia 65. SR dulunya pernah sekolah di MI namun karena orang tua tidak mendukung sehingga SR tidak dapat meneruskan sekolahnya, meskipun dulunya tidak bersekolah, namun SR berharap bahwa kehidupan anaknya kelak lebih baik dari pada SR. 9. DR, berusia 54 yang bertempat tinggal di Jurang RT/RW 2/7 Bedono, Jambu, Kab. Semarang, walaupun tinggal di belakang lapangan voli dengan rumah yang masih sederhan, tetapi beliau bahagia dengan keluarga kecilnya karena DR mempunyai suami yang setia, karena dulu mereka mesti sudah menikah beberapa tahun, tetapi mereka belum juga diamanahi anak, namun setelah menunggu lama, berusaha dan berdoa, DR dianugerahi anak laki-laki yang diberi anak laki-laki. DR merupakan karyawan swasta, dulu pernah menempuh pendidikan terkhirnya di SD. 10. AN, merupakan wiraswasta yang bertempat tinggal di Jurang RT/RW 4/8, Bedono, Jambu, Kab. Semarang, AN masih tinggal satu rumah dengan
44
orang tuanya, karena rumah orang tuanya besar, di samping bekerja di kerajinan tangan, beliau juga membuka warung di depan rumah, dengan menyedikan
bahan
pokok
dan
lain-lainnya.
Namun
AN
selalu
memperhatikan pendidikan agama anaknya, karena latar belakang keluarga AN sangat kental dengan agamanya,
pendidikan terakhirnya
adalah SMP. 11. MY, merupakan lulusan SMP, latar belakang keluarganya sangat mengutamakan pendidikan. MY yang sekarang menjadi karyawan swasta disalah satu perusahan ternama, beliau hanya bisa menjaga dan mengawasi anaknya dari sore sampai malam saja, Karena orang tua sibuk dengan pekerjaannya. MY bertempat tinggal di Jurang RT/ RW 1/07 Bedono, Jambu, Kab. Semarang, kondisi ekonomi MY sudah bisa dikatakan orang yang berada. 12. SB, tinggal di rumah yang besar dan cukup modern, dengan ekonomi yang sudah bisa dikatakan menengah ke atas, SB bertempat tinggal di Jurang RT/RW 4/7 Bedono, Jambu, Kab. Semarang, SB merupakan karyawan swasta, tetapi SB tidak lupa akan tanggung jawabnya sebagai ibu rumah tangga, SB selalu memberikan hal-hal yang terbaik untuknya, karena menurutnya anak adalah amanah yang titipan Allah, maka harus dijaga sebaik-baiknya.
45
C. Temuan Penelitian 1. Persepsi Orang Tua Tentang Pendidikan Hakikatnya pendidikan adalah suatu usaha untuk mewujudkan suasana belajar mengajar agar peserta didik mampu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya dan memiliki kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan. Terutama di era sekarang ini pendidikan sangat diperlukan oleh anak. Untuk itu peserta didik sangat memerlukan pendidikan agar mampu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya dan untuk mencapai masa depan yang sukses. Oleh karena itu pandangan orang tua murid tentang pendidikan seperti yang diungkapkan oleh DT. “Pendidikan itu sangat penting, karena pendidikan itu dapat menumbuhkan kepribadiian yang baik” (Wawancara 06 Desember 2015, pukul 15.36 WIB). Dilanjutkan oleh MB yang menyatakan. “Pendidikan itu sangat penting karena merupakan tahap awal/ dasar untuk mencapai cita-cita masa depan” (Wawancara 08 Desember 2015, pukul 18.04 WIB). Ditegaskan lagi oleh HS. “Pendidikan itu sangat penting untuk mencari pekerjaan masa depan dengan mudah” (Wawancara 08 Desember 2015, pukul 18.56 WIB). Ditegaskan lagi oleh SY. “Pendidikan itu penting karena untuk bekal masa depan anak” (Wawancara 08 Desember 2015, pukul 19.56 WIB). Dari beberapa pernyataan informan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan suatu proses tahapan awal untuk mencapai cita-cita, dan bekal masa depan. Dari pengertian tersebut jelas bahwa
46
pendidikan sangat dibutuhkan untuk anak dalam mengembangkan kemampuan anak serta sebagai bekal untuk mencapai cita-cita, sebagaimana fungsi dan tujuan dari pendidikan itu sendiri, yaitu untuk mengembangkan peserta didik sebagai pemikir, mencerdasakan kehidupan berbangsa. Harapan orang tua merupakan keinginan orang tua terhadap anaknya dalam pendidikan di sekolah, karena sekolah merupakan tempat anak belajar (Daradjat, 2011: 72). Adapun pandangan orang tua tentang sekolah bagi anak yang diungkapkan oleh SB. “Sekolah itu tempat mencari ilmu dan menambah pengalaman untuk anak didik”(Wawancara 06 Desember 2015, pukul 15.55 WIB). Ditambahkan lagi oleh RY “Sekolah bagi anak itu sangat penting” (Wawancara 07 Desember 2015, pukul 15.30 WIB. Ditegaskan lagi oleh YM. “Bahwa dengan sekolah, anak dapat akan mendapatkan peluang pekerjaan”(Wawancara 06 Desember 2015, pukul 20.45 WIB). Adapun dari hasil wawancara dengan Orang tua siswa bahwa mereka menganggap mata pelajaran yang penting yang harus dimiliki anak, untuk masa depan atau untuk menghadapi kehidupan nantinya. Dari wawancara tersebut banyaknya orang tua menganggap bahwa mata pelajaran yang harus dimiliki anak adalah pendidikan agama, karena dengan pendidikan agama anak akan berbakti kepada orang tua,
47
kepribadian akhlak anak baik, mempunyai budi perkerti dan pendidikan agama dapat memberikan bekal yang kuat untuk masa depan anak. Seperti yang dikemukakan oleh DR. “Mata pelajaran yang paling penting agama, karena saya menyekolahkan anak saya ke SMP Negeri selain pendidikan formalnya yang baik juga yang paling utama pendidikan agama” (Wawancara 06 Desember 2015, pukul 14.41 WIB).
Ditegaskan oleh SY. “Mata pelajaran pertama pendidikan agama karena pendidikan agama menjadi bekal untuk masa depan anak” (Wawancara 08 Desember 2015, pukul 19.56 WIB). Dari wawancara di atas orang tua memilih mata pelajaran yang paling penting adalah pendidikan agama, karena mereka memandang bahwa dengan pendidikan agama, maka kepribadian anak menjadi baik dan berbudi pekerti, serta dapat memberikan bekal masa depan anak. Orang tua juga mempunyai harapan bahwa anak tidak hanya selsai sekolah menengah pertama, namun dalam mencari pendidikan itu tidak mengenal waktu dan usia, seperti yang diungkapkan oleh DR. “kalau saya mempunyai keinginan anak harus sekolah sampai setinggi tingginya, semoga diridhoi Allah, tapi kalau tidak mampu menyekolahkan anak setingi-tinginya, paling tidak anak wajib belajar 12 tahun”(Wawancara 06 Desember 2015, pukul 14.41 WIB). Kemudian ditambahkan lagi oleh MB. “Sampai anak merasa mampu dan puas dengan pendidikannya” (Wawancara 08 Desember 2015, pukul 18.04 WIB).
48
Ditegaskan oleh SY. “Selama anak masih ingin belajar maka saya akan usahakan”(Wawancara 08 Desember 2015, pukul 19.56). Pendidikan itu sangat penting bagi anak usia dini, orang dewasa, sampai lanjut usia, karena dalam pendidikan terdapat berberapa hal-hal yang mengajarkan dari yang tidak bisa menjadi bisa, dan pendidikan itu tidak mengenal waktu dan usia dikemukakan oleh SY. Adapun ungkapan dari orang tua siswa yang berpendapat bahwa anak itu wajib masuk ke perguruan tinggi. Seperti yang dikemukakan oleh HS. “Wajib karena ilmu itu dari pendidikan dasar sampai ke perguruan tinggi” (Wawancara 08 Desember 2015, pukul 18.56 WIB). Dilanjutkan oleh SY. “Wajib, sesuai kemampuan dari keluarga” (Wawancar 08 Desember 2015, pukul 19.56 WIB).
Diperjelas lagi oleh DT “Sebenarnya wajib tetapi tergantung keadaan nantinya” (Wawancara 07 Desember 2015, pukul 14.49 WIB).
Banyak pandangan-pandangan Positif yang dilontarkan orang tua bahwa anak itu harus masuk ke perguruan tinggi, karena perguruan tinggi merupakan jalan untuk mewujudkan masa depan yang sukses. Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi orang tua tentang pendidikan merupakan cara pandang orang tua tentang
49
pendidikan, meliputi makna penting pendidikan, tujuan pendidikan, fungsi pendidikan dan harapan-harapan orang tua terhadap pendidikan. 2. Dukungan Orang Tua Menyekolahkan anak Dukungan orang tua menyekolahkan anak merupakan bantuan yang diberikan orang tua sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan pendidikan anaknya. Adapun dukungan orang tua untuk menyekolahkan anaknya, ini hasil wawancara bahwa orang tua mempunyai keinginan anak itu harus melanjutkan sekolah menegah pertama, sampai ke perguruan tinggi. Dengan pendidikan orang tua berharap agar anak dapat mencapai cita-cita di masa depan. Maka orang tua menginginkan anaknya setelah selsai di SMP, anak harus masuk ke sekolah SMK/ SMA. Seperti yang diungkapkan oleh MY. “Dilanjutkan menurut hasil nilai dari SMP dan keinginan anak mau sekolah kemana” (Wawancara 07 Desember 2015, pukul 21.09 WIB). Ditambahkan lagi oleh SY “Punya harapan bahwa anak harus melanjutkan lagi kejenjang pendidikan SMK/SMA”(Wawancara,08 Desember 2015, pukul 19.56 WIB). Ditegaskan lagi oleh AN “Punya keinginan, namun menunggu adanya data” (Wawancara,07 Desember 2015, pukul 21.27 WIB). Jelas bahwa harapan orang tua di atas menunjukan bahwa orang tua mempunyai kekhawatiran terhadap biaya sekolah, karena biaya merupakan dukungan nomor satu untuk anak melanjutkan sekolah.
50
Orang tua juga menginginkan anaknya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Namun orang tua juga memandang bahwa masuk ke perguruan tinggi bagi anak itu tidak wajib, namun orang tua mempunyai keinginan. Seperti yang dikemukakan oleh SR. “Mempunyai cita-cita bahwa anak itu harus melanjutkan ke perguruan tinggi, namun tidak tau apakah bisa membiayainya atau tidak” (Wawancara 06 Desember 2015, pukul 19.51 WIB). Ditambahkan lagi oleh MK. “Ya mempunyai keinginan, namun tidak wajib tetapi tergantung kemampuan anak” (Wawancara 07 Desember 2015, pukul 14.49 WIB). Ditegaskan oleh AN. “Saya mempunyai keinginan anak masuk keperguruan tinggi, namun masuk ke perguruan tinggi itu tidak wajib” (Wawancara 07 Desember 2015, pukul 21.27 WIB). Diperjelas lagi oleh MB “Ya harapan itu ada, namun saya akan meninjau kemampuan anak”(Wawancara 08 Desember 2015, pukul 18.04 WIB) Jelas bahwa orang tua mendukung anak untuk melanjutkan sekolah setelah selsai SMP, maupun setelah selsai SMK dan kejenjang yang lebih tinggi. Adapun dukungan orang tua dalam menyekolahkan anaknya, dari segi materil dan moral, seperti yang diungkapkan oleh MB, AN. Dengan demikian orang tua berharap setelah menyediakan fasilitas untuk anaknya, maka anak dapat merasa nyama ketika belajar dan merasa diperhatikan, serta orang tua harus memberikan contoh yang baik karena
51
orang tua merupakan teladan untuk anak. Seperti yang diungkapkan oleh MY. “Ya saya menyediakan ruang khusus belajar anak, dan mengawasi belajar anak ketika saya sedang di rumah, saya tidak pernah menghukum anak tapi cuman menegur saja” (Wawancara 07 Desember 2015, pukul 21.09 WIB). Ditegaskan lagi oleh HS. “Ketika membayar LKS lancar, Tentu saya menyediakan ruang khusus belajar anak agar fokus belajar, dan supaya anak nyama di dalam belajar, tak lupa menanyakan hasil belajar anak. Saya juga membelikan buku-buku yang dibutuhkan anak” (Wawancara 08 Desember 2015, pukul 18.56 WIB). Bahwa dukungan orang tua sangat diperlukan agar anak bisa fokus dalam belajar, Seperti yang diungkapakan oleh HS, dengan tujuan orang tua agar anak mendapatkan nilai-nilai terbaik di sekolah sesuai kemampuan anak itu sendiri. Adapun wawancara dengan orang tua tentang dukungan menyekolahkan anak yaitu seperti yang diungkapkan oleh SY “Karena saya mendengarkan prestasi-prestasi yang diraih” (Wawancara,08 Desember 2015, pukul 19.56 WIB). Ditegaskan lagi oleh MB “Karena dekat dari rumah dan transportasinya sangat mudah” (Wawancara 08 Desember 2015, pukul 18.04 WIB)
Dan inilah alasan orang tua menyekolahkan anaknya ke SMP Negeri 1 Jambu, meliputi: 1) Berkualitas 2) Pendidikan Agama Islamnya 3) Sudah terakredikasi A
52
4) Keinginan anak 5) SMP Negeri yang baik di Jambu 6) Dilihat dari nilai anak 7) Pendidikannya bagus 8) Perhatian terhadap siswa sudah dikatakan memenuhi syarat 9) Perkembangan siswa di SMP Negeri 1 jambu sudah ada jalurnya 10) Dekat dengan rumah 11) Strategis. 12) Transportasinya sangat mudah 13) Percaya dengan SMP Negeri 1 Jambu 14) Pernah mendengarkan prestasi-prestasi yang diraih dari SMP Negeri 1 Jambu. 15) Dapat mengawasi anak.
53
BAB IV PEMBAHASAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di SMP Negeri 1 Jambu dan kepada orang tua siswa SMP Negeri 1 Jambu melalui metode observasi, wawancara, dan dokumentasi dimana telah terkumpul data dari pihak orang tua siswa dan dari pihak sekolah, maka penulis akan menganalisis data untuk menjawab rumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut: A. Persepsi Orang Tua Tentang Pendidikan Persepsi merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan sehingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu hingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya. Faktor persepsi individu berbeda-beda satu sama lain dan akan berpengaruh pada individu dalam mempersepsi suatu objek, meskipun objek tersebut benar-benar sama. Persepsi diantara bermacam-macam orang maka akan menyebabkan satu objek yang sama dipersepsikan berbeda oleh dua (atau lebih) orang yang berbeda. Berdasarkan hasil yang diperoleh peneliti mengenai persepsi orang tua murid tentang pendidikan peneliti dapat menegetahui bahwa pendidikan itu sangat penting bagi anak, dengan pendidikan maka anak akan mencapai masa depan yang baik.
54
Berikut hasil yang diperoleh dari persepsi orang tua murid tentang pendidikan sebagai berikut: 1. Signifikansi pendidikan Berdasarkan hasil yang diperoleh peneliti bahwa pendidikan itu sangat dibutuhkan untuk anak dalam mengembangkan kemampuan anak serta sebagai bekal untuk mencapai cita-cita, sebagaimana fungsi dan tujuan dari pendidikan itu sendiri, yaitu untuk mengembangkan peserta didik sebagai pemikir, mencerdasakan kehidupan berbangsa. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mewujudkan suasana belajar mengajar agar peserta didik mampu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya dan memiliki kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan. Pendidikan juga berarti usaha atau proses belajar untuk mengembangkan potensi yang kita miliki ke arah yang lebih baik tentunya. Melalui pendidikan seseorang akan mendapatkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Pendidikan sangat penting bagi kehidupan, karena jika kita tidak mengetahui dan mendapatkan ilmu kita akan mudah di tipu dan di permainkan oleh orang. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam pendidikan. Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Sehingga menjadi seorang yang terdidik itu sangat penting. Dengan
55
pendidikan banyak ilmu yang dapat kita pelajari seperti: pendidikan agama, matematika, bahasa indonesia, biologi, bahasa inggris, kimia, fisika dan masih banyak lagi ilmu pendidikan yang harus kita pelajari. Banyak generasi kini yang tidak paham mengenai pendidikan yang benar. Mereka semua tidak peduli tentang bahayanya jika tidak mengerti arti pendidikan. Pendidikan itu sangat penting untuk kita kedepan, karena untuk menuju dunia akhirat. Menuntut ilmu juga termasuk salah satu ibadah. Mendapat ilmu itu menyenangkan. Untuk itu jadilah manusia yang berguna untuk nusa dan bangsa dan berguna untuk diri sendiri dan orang lain. 2. Pendidikan tinggi sebagai jembatan untuk mewujudkan masa depan yang sukses. Pendidikan
tinggi
merupakan
suatu
pendidikan
yang
menyelenggarakan pendidikan lebih khusus dalam peyelenggaraan pendidikannya. Dengan berpendidikan tinggi maka seseorang akan lebih mudah untuk mewujudkan cita-citanya. Karena pendidikan tinggi itu sebagai jembatan seseorang untuk mewujudkan segala sesuatu yang diinginkan. 3. Harapan terhadap pendidikan agama islam Bahwa menurut peneliti orang tua mengharapkan anak-anaknya memiliki pendidikan agama sebagai pendidikan utama dalam bekal kehidupan masa depan. Adapun harapan orang tua terhadap pendidikan agama islam sebagai berikut:
56
a) Anak mempunyai budi pekerti yang baik b) Agar keperibadian anak sesuai dengan sya’riat islam. c) Semakin kuat keimanannya. d) Supaya anak dapat menghargai orang tua. e) Supaya anak menjadi soleh atau solehah.
B. Dukungan Orang Tua Menyekolahkan Putra-putri Ke SMP Negeri 1 Jambu Dukungan orang tua merupakan sikap, tindakan, motivasi dan penerimaan anggota keluarganya. Orang tua yang bersifat mendukung maka harus siap memberikan bantuan dan pertolongan jika dibutuhkan. Berdasarkan wawancara dengan orang tua siswa SMP Negeri 1 Jambu maka dukungan orang tua menyekolahkan anaknya sebagai berikut: 1. Komitmen Komitmen merupakan pengakuan seutuhnya, sebagai sikap yang sebenarnya yang berasal dari watak yang keluar dari dalam diri seseorang. Dengan komitmen akan mendorong rasa percaya diri, dan semangat kerja, menjalankan tugas menuju perubahan ke arah yang lebih baik. Dengan demikian dukungan orang tua menyekolahkan anak karena komitmen orang tua itu sendiri, dengan komitmen tersebut maka orang tua akan mempunyai keteguhan jiwa, stabilitas sosial tinggi, mampu bertahan pada masa sulit.
57
2. Keteladanan Berdasarkan hasil yang diperoleh peneliti bahwa keteladanan orang tua adalah bagaimana cara orang tua memberikan contoh yang benar kepada anggota keluarganya mengenai cara berbicara, bersikap, berfikir dan berupaya yang baik dan benar dalam keluarga dan kebiasaan seharihari. Orang tua merupakan sekolah utama bagi putra-putrinya. Orang tua adalah poros penting dalam proses pembentukan kepribadian seseorang anak, kebiasaan yang disaksikan, dialami oleh seorang anak dari orang tuanya maka secara langsung atau tidak langsung akan terekam dalam fikiran, bahkan sangat mungkin akan diikuti/ ditiru oleh anak-anak mereka. 3. Penyediaan fasilitas Berdasarkan hasil yang diperoleh peneliti bahwa penyediaan fasilitas untuk anak itu sangat diperlukan untuk mendukung belajar anak, dengan disediakannya fasilitas belajar maka anak akan lebih fokus dan tenang dalam berfikir. Penyediaan fasilitas untuk anak dalam mendukung proses pendidikan yaitu: a. Menyediakan orang khusus belajar b. Membelikan buku-buku yang diperlukan c. Memasukan anak ke tempat bimbingan belajar. d. Memberikan fasilitas alat-alat sekolah.
58
e. Menyediakan kendaraan atau memberikan uang saku untuk trasportasi anak. 4. Pembiayaan Berdasarkan kesimpulan yang didapat dari hasil wawancara maka peneliti menyimpulkan bahwa mendukung anak sekolah tidak hanya dengan memberikan fasilitas-fasilitas yang diperlukan. Namun biaya untuk mendukung anak itu juga harus ada. Karena tanpa biaya anak tidak dapat melanjutkan sekolah. Bahwa pembiayaan untuk mendukung anak itu sangat diperlukan. karena jika anak itu melanjutkan sekolah maka dibutuhkannya biaya untuk menunjang proses belajar mengajar. Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan itu sangat dibutuhkan, dengan biaya maka seseorang dapat mempergunakannya untuk tujuan tertentu, dalam batas waktu tertentu. Jelas bahwa pembiayaan adalah pendukung nomor satu
dalam
menyekolahkan anak. Adapun alasan orang tua menyekolahkan anaknya ke SMP Negeri 1 Jambu, karena mereka memandang bahwa SMP Negeri 1 Jambu lah yang dapat mengembangkan kemampuan anak, serta menumbuhkan kecerdasan emosi dan spritual yang mewarnai aktivitas hidupnya, dan menumbuhkan kebiasaan anak untuk mengisi waktu luang.
59
Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa para orang tua dari siswa-siswi SMP Negeri 1 Jambu dalam mendukung anaknya masuk ke SMP Negeri 1 Jambu adalah benar-benar murni dari dorongan dirinya sendiri untuk mendidik anak-anaknya karena sudah menjadi kewajiban orang tua terhadap anak-anaknya.
60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang terkumpul tentang persepsi orang tua murid tentang pendidikan dan dukungan menyekolahkan anak, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Persepsi Orang Tua tentang pendidikan Persepsi merupakan cara pandang seseorang yang dimulai dari penglihatan sehingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu hingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mewujudkan suasana belajar mengajar agar peserta didik mampu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya dan memiliki kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan. Pendidikan juga berarti usaha atau proses belajar untuk mengembangkan potensi yang kita miliki ke arah yang lebih baik tentunya. Melalui pendidikan seseorang akan mendapatkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat.
61
Persepsi orang tua murid tentang pendidikan adalah cara pandang orang tua tentang pendidikan, yang meliputi: a. Signifikansi pendidikan b. Pendidikan tinggi sebagai jembatan untuk mewujudkan masa depan yang sukses. c. Harapan terhadap pendidikan agama Islam. 2. Dukungan Orang Tua Menyekolahkan Putra-putrinya Ke SMP Negeri 1 Jambu. Dukungan orang tua merupakan sikap, tindakan, motivasi dan penerimaan anggota keluarganya. Adapun dukungan orang tua terhadap anak-anaknya meliputi: a. Komitmen b. Penyediaan fasilitas c. Keteladanan d. Pembiayaan. Bahwa dukungan orang tua dari siswa-siswi SMP Negeri 1 Jambu dalam menyekolahkan anaknya ke SMP Negeri 1 Jambu adalah benarbenar murni dari dorongan dirinya sendiri untuk mendidik anak-anaknya karena sudah menjadi kewajiban orang tua terhadap anak-anaknya. B. Saran Berdasarkan hasil yang telah diperoleh selama melakukan penelitian, sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini, maka penulis kemudian memberikan saran kepada orang tua siswa SMP Negeri 1 Jambu, serta orang-
62
orang tua di luar lingkungan sekolah SMP Negeri 1 Jambu dan kalangan masyarakat, sebagai berikut: 1. Diharapkan orang tua untuk memperhatikan pendidikan anak-anaknya, diawali dari anak masih di dalam kandungan lalu masuk sekolah dasar, SMP, sampai anak masuk ke perguruan tinggi, sehingga anak dapat termotivasi dan bersungguh-sungguh dalam belajar, baik ketika hidup di tengah-tengah masyarakat sosial nanti. 2. Sebagai orang tua yang memiliki keinginan meyekolahkan anak ke SMP harus dipertahankan, ditingkatkan mengingat saat ini sedikit minat orang untuk menyekolahkan anaknya ke SMP, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasaan anak-anak.
63
DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Tafsir. 2002. Pendidikan Agama dalam Keluarga. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.Rineka Cipta. Arofah, Nur. 2013. Persepsi Orang Tua Tentang Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri Pengaruhnya Terhadap Motivasi Menguliahkan Anaknya Ke PTAIN Salatiga. Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga: Tarbiyah STAIN Salatiga. Chaplin, JP. 1989. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali. Daradjat, Zakiah. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Djaali. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Ghony, M Djunaidi. 1981. Arah Sasaran Tujuan Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Hasbullah. 2009. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press. Islamuddi, Haryu. 2012. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
64
Kartono, Kartini. 1990. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: Mandar Maju. Langgulung, Hasan. 1986. Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisis Psikologi, Filsafat, Pendidikan. Jakarta: PT. Pustakan Al-Husna. 2004. Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisis Psikologi, Filsafat Dan Pendidikan. Jakarta: PT. Pustaka Al-Husna Baru. Mansur. 2005. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Muchtar, Jauhari Heri. 2008. Fikih Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mustaqim, Abdul. 2005. Menjadi Orang Tua Bijak: Solusi Kreatif Menangani Pelbagai Masalah Pada Anak. Bandung: PT Mizan Pustaka. Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset. Rakhmat, Jalaluddin. 1994. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sarwono, Sarlito Wirawan. 1976. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: PT. Bulan Bintang. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suwarno, Wiji. 2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz.
65
Tim Dosen IKIP Malang. 1980. Pengantar Dasar-dasar Kependidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Tim Penyusun. 2008. Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir. Salatiga: Stain Salatiga Walgito, Bimo. 1997. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.
66
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Irwina Safitri
TTL
: Kab. Semarang, 07 Februari 1993
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Wonokasihan Rt. 06 Rw. 08 Bedono, Jambu, Kab.
Semarang Riwayat Pendidikan : 1. RA Sudirman Lulus Tahun 1999 2. MI Al- Ma’arif Wonokasihan Lulus Tahun 2005 3. MTs Sudirman Bedono Lulus Tahun 2008 4. SMK Pancasila Salatiga Lulus Tahun 2011 5. S1 FTIK IAIN Salatiga Lulus Tahun 2016
PEDOMAN WAWANCARA PERSEPSI ORANG TUA MURID TENTANG PENDIDIKAN DAN DUKUNGAN MENYEKOLAHKAN ANAK (Studi Kasus SMP Negeri 1 Jambu, Kab. Semarang) A. Identitas informan Kode Informan
:
Usia
:
Pendidikan Terakhir : Hari/Tanggal
:
Waktu
:
B. Sasaran Wawancara 1. Makna pentingnya pendidikan 2. Tujuan pendidikan 3. Fungsi pendidikan 4. Harapan-harapan orang tua terhadap pendidikan di sekolah 5. Alasan menyekolahkan putra-putri ke SMP N 1 Jambu, Kab. Semarang C. Butir-butir Pertanyaan 1. Bagaimana pandangan bapak/ ibu tentang sekolah bagi anak-anak? 2. Seberapa penting pendidikan bagi bapak/ ibu tentang pendidikan bagi anak? 3. Sampai usia berapa anak-anak akan di sekolahkan? 4. Apa yang diharapkan bapak/ ibu dari menyekolahkan anak? 5. Apa yang diharapkan bapak/ ibu dari sekolah?
6. Mata pelajaran apa yang paling penting, yang harus dimiliki anak? 7. Apa yang dilakukan bapak/ ibu dalam menyekolahkan anak, ketika membeli LKS, lancar atau tidak? Dan ketika tidak lancar alasannya kenapa? 8. Apakah bapak/ ibu menyediakan ruang belajar khusus untuk anak? 9. Apakah bapak/ ibu mengawasi belajar anak? 10. Apakah bapak/ ibu selalu menanyakan hasil belajar anaknya? 11. Apakah bapak/ ibu membelikan buku-buku yang diperlukan anak? 12. Hadiah apa yang bapak/ ibu berikan ketika anak berhasil di sekolah? 13. Apakah bapak/ ibu memberikan hukuman ketika anak tidak berhasil? 14. Ketika anak sudah selsai SMP mau dilanjutkan sekolah lagi/ tidak? 15. Apakah bapak/ ibu mempunyai keinginan bahwa anak itu harus ke perguruan tinggi? 16. apakah anak wajib masuk ke perguruan tinggi? 17. Siapa nama anak bapak/ ibu? Kenapa diberi nama itu? 18. Kenapa bapak/ ibu menyekolahkan anaknya ke SMP Negeri 1 Jambu?
Transkrip Wawancara Tentang Persepsi Orang Tua Murid Tentang Pendidikan Dan Dukungan Menyekolahkan Anak (Studi Kasus SMP Negeri 1 Jambu, Kab. Semarang)
NO. NAMA 1. SB
2.
3.
HS
DR
PERTANYAAN Bagaimana pandangan bapak/ ibu tentang sekolah bagi anak-anak?
JAWABAN “diam lama....,, maksut nya,, masalah pendidikan? Maksutnya pan- dangan sekolah jambu? Apa sekolahan? oh pandangan sekolah, kalau menurut saya sekolah itu mencari ilmu, hem dan apa ya.. mencari pengalaman untuk anak didik” Seberapa penting “Sangat penting, pendidikan bagi penting sekali itu, bapak/ ibu tentang untuk mencari pendidikan bagi pekerjaan anak? kedepannya biar mudah begitu mb” Sampai usia berapa “Cep, Insyaallah anak-anak akan di kalau saya, kalau sekolahkan? saya,, huft,, mempunyai keinginan setinggitingginya, semoga diijabah sama Allah, kalaupun saya,,
KODE Persepsi orang tua tentang pandangan sekolah bagi anak
Persepsi orang tua tentang pentingnya pendidikan bagi anak
Persepsi orang tua tentang pendidikan anak di sekolahkan sampai usia berapa
4.
MY
NO. NAMA 5. SY
6.
DT
7.
HS
8.
MY
Apa yang diharapkan bapak/ ibu dari menyekolahkan anak?
huft tidak mampu setingginya, ya paling tidak wajib belajar 12 tahun” “Harapan kami, agar anak-anak bisa men-jadi, ee,,, bisa berguna bagi agama, keluarga, sekolah dan masyarakat..”
PERTANYAAN Apa yang diharapkan bapak/ ibu dari sekolah?
JAWABAN “ diam lama,,, ee.. pendidikan kedsiplinan dan pembentukan karakter, emm serta nilai-nilai yang luhur” Mata pelajaran apa “Agama, oh pendidikan yang paling Agama..” hehe penting, yang harus dimiliki anak? Apa yang dilakukan bapak/ ibu dalam menyekolahkan anak, ketika membeli LKS, lancar atau tidak? Dan ketika tidak lancar alasannya kenapa? Apakah bapak/ ibu menyediakan ruang belajar
Persepsi orang tua tentang harapan menyekolahkan anak
KODE Persepsi orang tua tentang pendidikan yang diharapakan dari sekolah Persepsi orang tua tentang mata pelajaran apa yang paling penting, yang harus dimiliki anak
“Gimana?... apa alasannya,, lancar-lancar”
Dukungan menyekolahkan anak tentang penyediaan fasilitas
“Ya tentu, tentu menyediakan ruang khusus,
Dukungan menyekolahkan anak
khusus untuk anak?
eyy.. ey,, untuk ketenangan, fikiran, fokus belajar, biar pelajaran itu bias dipelajari dan dimengerti mb..?” Apakah bapak/ ibu “Ya,, tidak mengawasi belajar selalu,, tapi pengawasan harus anak? ada”
penyediaan fasilitas ruang belajar khusus untuk anak
9.
MB
Dukungan menyekolahkan anak tentang pengawasan belajar
NO. 10.
NAMA RY
PERTANYAAN Apakah bapak/ ibu selalu menanyakan hasil belajar anaknya?
JAWABAN “Hemm iya.”
KODE Dukungan menyekolahkan anak tentang menanyakan hasil belajar anak
11.
HS
Apakah bapak/ ibu membelikan bukubuku yang diperlukan anak?
“Ya, betul sekali itu, sangat dibutuhkan”
Dukungan menyekolahkan anak tentang penyediaan fasilitas
12.
SR
Hadiah apa yang bapak/ ibu berikan ketika anak berhasil di sekolah?
“Hadiahnya, hanya kasih sayang, atau eemmm....apa? ya, ya yang diperlukan, semampunya saya tho..?”
13.
DT
Apakah bapak/ ibu memberikan hukuman ketika anak tidak berhasil?
“Tidak, diam lama,,, memberikan teguran iya, kalau saya kecewa, bapaknya kecewa, pasti saya tegur”
Dukungan menyekolahkan anak tentang hadiah yang diberikan ketika anak berhasil di sekolah Dukungan menyekolahkan anak tentang memberikan hukuman ketika anak tidak berhasil
“Punya, harapan untuk dilanjutkan”
14.
SY
NO. 15.
NAMA MB
PERTANYAAN Apakah bapak/ ibu mempunyai keinginan bahwa anak itu harus ke perguruan tinggi
JAWABAN “Harapan ada, namun, namun meninjau kemampuan anak”
16.
AN
Apakah anak wajib masuk ke perguruan tinggi?
“Tidak wajib, menurut kemampuan dan dana hehehe,,,”
17.
YM
Siapa nama anak bapak/ ibu? Kenapa diberi nama itu?
18.
SY
Kenapa bapak/ ibu menyekolahkan anaknya ke SMP Negeri 1 Jambu?
“Apa, apa, hehe,, haha, karena itu banyaknya anak, jadi disyukuri saja, maka saya beri nama syukuriah” “Pertama percaya dengan SMP Negeri 1 Jambu, pernah mendengarkan prestasipres tasi yang pernah diraih, terus yang kedua dekat dan eem,,,,,,bisa mengawasi anak”
Ketika anak sudah selsai SMP mau dilanjutkan sekolah lagi/ tidak?
Dukungan menyekolahkan anak tentang melanjutkan sekolah setelah selsai SMP
KODE Dukungan menyekolahkan anak tentang keinginan ke perguruan tinggi Persepsi orang tua tentang pendidikan anak wajib masuk ke perguruan tinggi Persepsi orang tua tentang alasan memberikan nama anaknya
Dukungan menyekolahkan anak ke SMP Negeri 1 Jambu
FOTO WAWANCARA BERSAMA ORANG TUA SISWA SMP NEGERI 1 JAMBU, KAB. SEMARANG TAHUN 2015
Foto bersama Bapak DT
Foto bersama Bapak SR
Foto bersama Bapak SY
Foto bersama Ibu SB
Foto bersama bapak HS
Foto bersama bapak RY
Foto bersama Ibu DR
Foto bersama bapak MB
Foto bersama Ibu MY
Foto bersama Ibu AN
Foto bersama bapak YM
Foto bersama bapak MK