|197 Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Sekolah Bagi Kaum Perempuan di Dusun Dasan Bongkot, Desa Kalijaga, Kecamatan Aikmel, Lombok Timur Oleh: Basariah, Hamidsyukrie ZM, Dahlan Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) mengetahui persepsi masyarakat terhadap pendidikan sekolah bagi kaum perempuan, 2) mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya pendidikan sekolah bagi kaum perempuan, dan 3) mengetahui alasan-alasan masyarakat menomorduakan pendidikan bagi kaum perempuan di Dusun Dasan Bongkot, Desa Kalijaga, Kecamatan Aikmel, Lombok Timur. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Penentuan informan menggunakan purposive sampling, sedangkan informan ditentukan dengan menggunakan snowball sampling. Data diperoleh melalui dokumentasi, wawancara, dan observasi. Untuk analisis data, digunakan analisis data kualitatif dengan tahap-tahap: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, membuat kesimpulan sementara, dan membuat kesimpulan akhir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi masyarakat terhadap pendidikan sekolah bagi perempuan sangatlah penting. Tetapi banyak perempuan memiliki pendidikan sekolah yang rendah disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal berupa tidak adanya kemauan dari diri perempuan memperjuangkan haknya untuk memiliki pendidikan yang layak dan eksternal berupa adanya anggapan miring masyarakat terhadap perempuan yang berusia SMA tetapi belum menikah sebagai perawan tua. Selain itu, ada dua alasan penomorduaan pendidikan sekolah bagi perempuan, yaitu alasan ekonomi, bahwa masyarakat tidak memiliki biaya untuk melanjutkan sekolah anaknya, dan sosial budaya, nilai-nilai patriarki yang dianut oleh masyarakat bahwa meskipun perempuan memiliki pendidikan sekolah yang tinggi, pada akhirnya akan di dapur dan akan mengurus rumah tangganya. Kata kunci: Persepsi, pendidikan, perempuan, gender.
The Percep on Of Society Towards Educa on For Women In Dasan Bongkot, Kalijaga Village, Aikmel Subdistrict, East Lombok Regency Abstract: The purpose of this research is to (1) know the perception of society towards education especially for woman; (2) find any factors decreasing the quality of education in school for woman; (3) discover any reasons of why society in Dasan Bongkot, Kalijaga Village, Aikmel subdistrict, East Lombok commonly ignore the importance of education for woman. This research uses qualitative approach with descriptive method. Informants in this research are taken through purposive sampling, and they are taken through snowball sampling. The techniques used to collect data are documentation, interview, and observation. The data is analized through the following ways: data collection, data reduction, data preparation, organizing both tentative and final conclusion. The result of this research shows that society’s points of view of education for woman are really important. However, woman whose low education mostly caused by two factors, they are internal and external factor. Internal factor can be identified from the non existence of willingness from women themselves to keep their right to own reasonable education, and the external one is the misassumption of society that woman who has not gotten married yet while reaching teenage is a spinster. In addition, there are two more reasons for this case; first is economical reason that parents have no adequate money to pay for their daughter fee of school. The second one is about social culture that people generally believe in patriarchal values, it is although a woman is involved in higher education; inevitably she should execute her destiny as a woman that is being a good housewife who works at home.
Keywords: perception, education, women, gender.
198 | Jurnal Ilmu Pendidikan Volume 21 No. 2. Juni 2014
PENDAHULUAN Setiap orang memiliki hak untuk menikmati pendidikan, terlepas dari mana ia berasal dan jenis kelaminnya. Laki-laki ataupun perempuan sama-sama memiliki hak dalam pendidikan, terutama pendidikan sekolah. Tetapi, dalam kehidupan masyarakat masih banyak terdapat diskriminasi dalam pendidikan terhadap perempuan, seperti di Dusun Dasan Bongkot. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh penenliti, rata-rata perempuan di dusun tersebut memiliki pendidikan yang rendah. Selain itu, anak perempuan yang seusia anak sekolah menengah atas, tetapi belum menikah dianggap sebagai perawan tua. Padahal dalam Pembukaan UUD RI 1945, dicantumkan tujuan negara, yaitu untuk mencerdaskan bangsa. Selain itu, dalam ajaran agama khusunya Agama Islam juga manusia diperintahkan untuk menuntut ilmu walau ke negeri Cina. Ketimpangan ini menimbulkan keinginan peneliti untuk melakukan penelitian di Dusun Dasan Bongkot, Desa Kalijaga, Kecamatan Aikmel, Lombok Timur. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki seseorang agar mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam pendidikan diberikan tempat terjadinya proses pemberian pengalaman atau pengembangan pengalaman yang dimiliki oleh individu dengan tujuan untuk memanusiakan manusia (Wahyudin, 2007: 2.16). Pendidikan terbagi menjadi tiga (3) macam (Soewondo, 1984: 289), yaitu: Pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal. Pendidikan sekolah termasuk pendidikan formal. Pendidikan sekolah juga memasukkan keterampilan-keterampilan yang diajarkan kepada murid-murid sebagai persiapan mereka kembali dalam lingkungan masyarakatnya. Pendidikan sekolah memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap pencapaian murid setelah keluar dari sekolah (Ollenburger, 198
2002: 142, Wahyudin, 2007: 3.15). Boserup berpendapat bahwa pendidikan mampu menjembatani permasalahan yang dihadapi perempuan dalam pembangunan. Perempuan merupakan salah satu sumber produksi, sudah seharusnya perempuan ditingkatkan pendidikannya agar pembangunan menjadi lebih efektif dan berkembang. Perempuan diikutsertakan dalam proses pembangunan, tetapi pada kenyataannya otonomi terhadap diri mereka sendiri diabaikan (Azkiyah, 2002: 7, Murniati, 2004: 103). Diskriminasi terhadap wanita dalam pendidikan terjadi dengan berbagai alasan. Dalam ilmu pengetahuan, wanita juga sering mengalami diskriminasi. Kaum wanita dianggap tidak rasional dan akan menimbulkan kesulitan. Dalam pekerjaan, wanita sering mengalami diskriminasi, seperti wanita sulit untuk naik pangkat dikarenakan pendidikan mereka yang tergolong rendah dibandingkan lakilaki (Gornick, 1988: 73). Diskriminasi tersebut juga disebabkan oleh adanya konsep gender yang disalahartikan oleh masyarakat. Kesalahan dalam memaknai konsep gender menimbulkan ketidakadilan terhadap perempuan dalam berbagai bentuk, yaitu: 1) marginalisasi terhadap perempuan berarti menempatkan atau menggeser perempuan ke pinggiran yang mengakibatkan kemiskinan (Murniati, 2004: XX). b) Stereotip masyarakat terhadap perempuan pelabelan atau penandaan terhadap suatu kelompok, stereotip ini menimbulkan ketidakadilan, misalnya masyarakat memiliki anggapan bahwa tugas utama kaum perempuan adalah melayani suami (Murniati, 2004: XXI, Fakih, 2012: 17). c) Subordinasi terhadap perempuan merupakan sikap atau tindakan masyarakat yang menempatkan perempuan pada posisi yang lebih rendah dibanding laki-laki, seperti perempuan dikalahkan dari laki-laki dalam pendidikan oleh keluarganya, perempuan dianggap tidak cocok untuk berbagai pekerjaan, mengurus rumah tangga dianggap sebagai kodrat perempuan, beban ganda
Basariah, Hamidsyukrie ZM, Dahlan Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Sekolah Bagi Kaum Perempuan Di Dusun Dasan Bongkot, Desa Kalijaga, Kecamatan Aikmel, Lombok Timur | 199
terhadap perempuan (Umar, 1999: 7; Suyatno, 2012). d) Beban ganda terhadap perempuan, karena dianggap sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas tugas-tugas domestik, jadi apabila perempuan bekerja di luar rumah maka, ia harus tetap mengurus rumah tangganya, misalnya mengurus anak, membersihkan rumah, memasak, dan melayani suami. Tugas perempuan menjadi bertumpuk dan sangat banyak (Umar, 1999: 87, Satya, 2013). e) Kekerasan terhadap perempuan merupakan segala bentuk kekerasan yang akibatnya berupa kerusakan atau penderitaan fisik, seksual, dan psikologis pada perempuan termasuk ancamanancaman dari perbuatan semacam itu, seperti paksaan atau perampasan yang semena-mena atas kemerdekaan, baik yang terjadi di tempat umum atau di dalam kehidupan pribadi seseorang (Suyatno, 2012). Menurut Ihromi (1986: 209), pendidikan untuk kaum pria mempunyai kegunaan yang langsung terlihat dan bersifat ekonomis. Pendidikan kaum wanita lebih penting artinya untuk pendidikan bangsa dan dengan demikian secara tidak langsung mendorong dengan kuat perkembangan sosial dan ekonomi bangsa. Sejalan dengan itu, sebagian masyarakat menganggap bahwa anak laki-laki harus memiliki pendidikan yang tinggi daripada anak perempuan, karena anak laki-laki nantinya harus bertanggung jawab untuk menghidupi keluarganya (Wiludjeng, 2005: 25). Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimanakah persepsi masyarakat Dusun Dasan Bongkot terhadap pendidikan sekolah bagi kaum perempuan? 2) Faktor-faktor apakah yang menyebabkan rendahnya pendidikan sekolah kaum perempuan di Dusun Dasan Bongkot, Desa Kalijaga Kecamatan Aikmel, Lombok Timur? 3) Apa alasan masyarakat Dusun Dasan Bongkot menomorduakan pendidikan bagi kaum perempuan? Sementara itu,
tujuan penelitian ini adalah untu: 1) mengetahui tentang persepsi masyarakat dusun Dasan Bongkot terhadap pendidikan sekolah bagi kaum perempuan; 2) mengetahui tentang faktorfaktor yang menyebabkan rendahnya pendidikan sekolah kaum perempuan di dusun Dasan Bongkot, Desa Kalijaga Kecamatan Aikmel, Lombok Timur; 3) mengetahui tentang alasan-alasan masyarakat Dusun Dasan Bongkot menomorduakan pendidikan bagi kaum perempuan. METODE Untuk menemukan jawaban dari permasalahan tersebut, dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Menurut Moleong, pendekatan kualitatif adalah memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, dan tindakan secara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Deskriptif adalah suatu kumpulan kalimat yang mengungkapkan masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar mengungkapkan fakta (Moleong, 2000: 4). Jadi, peneliti mengungkapkan hasil penelitian sesuai dengan pernyataan Moleong. Penelitian ini dilakukan di Dusun Dasan Bongkot, Desa Kalijaga, Kecamatan Aikmel, Lombok Timur. Penentuan informan menggunakan purposive sampling dengan criteria yang telah ditentukan peneliti, yaitu mengetahui secara pasti situasi kehidupan masyarakat, terutama perempuan di tempat tersebut. Informan ini seperti Kepala Dusun, tokoh masyarakat, masyarakat dusun, dan perempuan yang tidak bersekolah. Cara menemukan informan menggunakan snowball sampling, yaitu menemukan data yang diinginkan dengan menentukan informan berdasarkan informan pertama, kemudian menentukan informan ketiga
200 | Jurnal Ilmu Pendidikan Volume 21 No. 2. Juni 2014
berdasarkan petunjuk dari informan kedua, begitu seterusnya sampai memperoleh banyak informan, sehingga data yang diperoleh lebih jelas dan valid (Subagyo, 2003). Penemuan informannya dilakukan dari rumah ke rumah. Data diperoleh melalui dokumentasi, wawancara, dan observasi. Pada saat wawancara, terkadang informan tidak mengerti pertanyaan yang diajukan peneliti, sehingga membutuhkan penjelasan yang lebih dalam dan rinci. Untuk analisis data, digunakan analisis data No 1
Informan penelitian IP 01
2
IP 02
3
IP 03
4
IP 04
5
IP 05
6
IP 06
7
IP 07
8
IP 08
Persepsi Pendidikan sekolah penting untuk perempuan Perempuan harus memiliki pendidikan yang tinggi Pendidikan sekolah untuk perempuan itu penting Perempuan juga harus bersekolah yang tinggi
Perempuan dan lakilaki harus memiliki pendidikan yang tinggi Perempuan perlu sekolah yang tinggi Sekolah penting bagi perempuan
kualitatif dengan taha-tahap: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, membuat kesimpulan sementara, dan membuat kesimpulan akhir. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi masyarakat terhadap pendidikan sekolah bagi perempuan sangatlah penting, seperti yang digambarkan pada table berikut: Faktor penomorduaan perempuan Anggapan masyarakat
Alasan penomorduaan
kemauan orang tua menyekolahkan anaknya anggapan masyarakat, laki-laki jadi kepala keluarga Kurangnya usaha dan Tidak ada dorongan orang tua
-Tidak ada biaya
-Tidak ada kemauan diri -tidak ada dukungan orang tua Usaha dan kemauan diri yang lemah -Anggapan masyarakat -Tidak ada dukungan orang tua Anggapan masyarakat
Perempuan juga memiliki hak untuk sekolah
Pembahasan a. Persepsi masyarakat terhadap pendidikan bagi kaum perempuan di Dusun Dasan Bongkot, Desa Kalijaga, Kecamatan Aikmel, Lombok Timur Masyarakat Dusun Dasan Bongkot mengungkapkan pentingnya pendidikan sekolah bagi perempuan melalui berbagai persepsi yang diungkapkan informan kepada peneliti dalam wawancaranya. Pendidikan sekolah bagi
-Tidak ada biaya
-Tidak ada biaya -Perempuan ujungujungnya di dapur -Perempuan sebagai ibu rumah tangga sedangkan laki-laki sebagai kepala keluarga -Laki-laki bisa jaga diri -Tidak ada biaya -Perempuan tidak bisa jaga diri -Perempuan akan bekerja di dapur -Tidak ada biaya -perempuan lebih cepat menikah -Laki-laki akan menjadi kepala keluarga
perempuan itu sangat penting sama halnya dengan laki-laki. Jadi, tidak hanya laki-laki yang harus memiliki pendidikan yang tinggi, tetapi perempuan juga harus memiliki pendidikan tinggi. Gambar 01: Kegiatan sehari-hari perempuan yang tidak bersekolah menyelesaikan pekerjaan rumah
200
Dengan mengikuti jenjang pendidikan
Basariah, Hamidsyukrie ZM, Dahlan Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Sekolah Bagi Kaum Perempuan Di Dusun Dasan Bongkot, Desa Kalijaga, Kecamatan Aikmel, Lombok Timur | 201
yang lebih tinggi, maka mereka akan memiliki pengetahuan dan wawasan yang tinggi pula. Perempuan yang memiliki pengetahuan yang tinggi atau luas, tentunya juga akan memberikan pengaruh yang baik terhadap keluarganya kelak. Ia akan dapat mendidik anak-anaknya dengan baik, merawat rumah tangganya dengan baik pula (Azkiyah, 2002: 7). b. Faktor-faktor penyebab rendahnya pendidikan sekolah kaum perempuan di Dusun Dasan Bongkot, Desa Kalijaga, Kecamatan Aikmel, Lombok Timur Perempuan memiliki pendidikan sekolah yang rendah disebabkan oleh dua faktor, yaitu: 1) faktor internal berupa tidak adanya kemauan dari diri perempuan memperjuangkan haknya untuk memiliki pendidikan yang layak, dan 2) faktor eksternal berupa adanya anggapan miring masyarakat terhadap perempuan yang berusia SMA tetapi belum menikah sebagai perawan tua. Adanya anggapan masyarakat yang menyatakan bahwa usia perempuan SMA yang belum menikah dianggap perawan tua menyebabkan mereka putus sekolah. Selain itu, masyarakat melihat anak perempuan itu cenderung cepat menikah dan putus sekolah. Ada juga yang tidak mengijinkan anaknya untuk melanjutkan sekolahnya, karena lokasi sekolah yang cukup jauh dari
rumah. Alasan masyarakat Dusun Dasan Bongkot menomorduakan pendidikan sekolah bagi perempuan c. Alasan penomorduaan pendidikan sekolah bagi perempuan adalah: 1) Alasan ekonomi, bahwa masyarakat tidak memiliki biaya untuk melanjutkan sekolah anaknya, Kehidupan ekonomi masyarakat yang sebagian besar sebagai petani menyebabkan rendahnya pendidikan sekolah di Dusun Gambar 02: Sebagian besar masyarakat bekerja sebagai petani dan buruh tani
Dasan Bongkot, terutama bagi perempuan. Kelemahan ekonomi menjadi faktor penting yang dapat menghambat berbagai macam kegiatan, terutama pendidikan. Menurut informan dalam penelitian ini, jika masyarakat memiliki ekonomi lemah, maka mereka akan lebih mendahulukan pendidikan sekolah untuk anak laki-lakinya daripada yang perempuan, dan 2) sosial
202 | Jurnal Ilmu Pendidikan Volume 21 No. 2. Juni 2014
budaya, nilai-nilai patriarki yang dianut oleh masyarakat bahwa meskipun perempuan memiliki pendidikan sekolah yang tinggi, pada akhirnya akan di dapur dan akan mengurus rumah tangganya. Laki-laki diutamakan untuk sekola, karena laki-laki nantinya akan menjadi kepala keluarga dan menanggung hidup keluarganya, sementara perempuan hanya akan di rumah dan mengurus rumah tangganya. Hasil penelitian yang dilakukan sejalan dengan teori nurture, yaitu perbedaan perlakuan antara laki-laki dan perempuan yang terjadi dalam masyarakat dan ketidakadilan yang dialami perempuan disebabkan oleh budaya yang ada dalam masyarakat, yaitu budaya patriarki yang lebih mengutamakan laki-laki dalam berbagai hal. Peran gender yang dihasilkan oleh konstruksi budaya yang ada dalam masyarakat melekat erat di berbagai kehidupannya, sehingga perempuan merasa bahwa apa yang dialaminya saat ini memang sudah menjadi ketentuan yang harus diterima dengan baik. Perempuan sendiri tidak merasa tertindas dengan adanya diskriminasi yang dialaminya. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh feminisme liberalis yang menyatakan, bahwa ketertindasan perempuan itu disebabkan oleh dirinya sendiri. Perempuan itu tidak pernah merasa diperlakukan tidak adil, sehingga mereka tidak harus melakukan perlawanan atau usaha apapun (Ollenburger, 2002: 21). Perempuan Dusun Dasan Bongkot merasa tidak mengalami penindasan dan mereka tidak memiliki usaha untuk terlepas dari keadaan yang sangat merugikan mereka tersebut. Hal ini disebabkan oleh budaya masyarakat yang selalu mengutamakan laki-laki dalam banyak hal dibandingkan perempuan. Bahkan sejak zaman dahulu kala, laki-laki memang sudah lebih utama (Syafruddin, 2006: 12), apalagi dalam penafsiran agama, laki-laki dianggap lebih utama daripada perempuan, karena 202
laki-laki menjadi pemimpin bagi kaum perempuan. Perempuan pun menyambut baik hal tersebut, sehingga apapun yang diputuskan oleh laki-laki menjadi mutlak. Kenyataan tersebut tentunya menjadikan perempuan terus bergantung pada lakilaki, sehingga perempuan menjadi terpinggirkan. Kenyataan yang lebih mengutamakan laki -laki daripada perempuan di Dusun Dasan Bongkot dalam pendidikan sekolah menyebabkan perempuan memiliki pendidikan yang rendah. Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Fakih (2012: 16) bahwa di daerah Jawa, masyarakat yang memiliki ekonomi yang lemah akan lebih memilih untuk menyekolahkan anak laki-lakinya daripada yang perempuan, sehingga perempuan di daerah tersebut memiliki pendidikan yang rendah. Rendahnya pendidikan sekolah perempuan akan berdampak buruk pada kehidupannya sendiri. Dengan pendidikan yang rendah, perempuan hanya akan mampu mengerjakan hal-hal yang minim, seperti pekerjaan rumah yang sudah dianggap menjadi pekerjaan wajibnya. Pekerjaan rumah tidak dapat menghasilkan uang untuk melanjutkan hidupnya, sehingga dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas, mereka akan menjadi miskin. Pemiskinan (marjinalisasi) perempuan ini terjadi karena rendahnya pendidikan sekolah yang dimiliki perempuan (Fakih, 2012: 83). Oleh karena itu, perempuan sendiri harus memiliki keinginan yang kuat untuk memperoleh dan memperjuangkan haknya untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. Apabila perempuan memiliki pendidikan sekolah yang cukup tinggi, ia akan mampu memperoleh pekerjaan yang baik dan dapat meningkatkan taraf hidupnya, bahkan keluarganya. Perempuan akan lebih mandiri dan tidak bergantung pada laki-laki, sehingga berbagai tindak kekerasan dapat diatasi dengan baik. Rendahnya pendidikan sekolah perempuan akan berdampak buruk pada kehidupannya sendiri. Dengan pendidikan
Basariah, Hamidsyukrie ZM, Dahlan Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Sekolah Bagi Kaum Perempuan Di Dusun Dasan Bongkot, Desa Kalijaga, Kecamatan Aikmel, Lombok Timur | 203
yang rendah, perempuan hanya akan mampu mengerjakan hal-hal yang minim, seperti pekerjaan rumah yang sudah dianggap menjadi pekerjaan wajibnya. Pekerjaan rumah tidak dapat menghasilkan uang untuk melanjutkan hidupnya, sehingga dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas, mereka akan menjadi miskin. Pemiskinan (Marjinalisasi) perempuan ini terjadi karena rendahnya pendidikan sekolah yang dimiliki perempuan (Fakih, 2012: 83). Oleh karena itu, perempuan sendiri harus memiliki keinginan yang kuat untuk memperoleh dan memperjuangkan haknya untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kesimpulan penelitian ini adalah masyarakat memiliki persepsi bahwa pendidikan sekolah bagi perempuan sangatlah penting, karena perempuan juga memiliki hak untuk memiliki pendidikan sekolah yang layak. Persepsi masyarakat tersebut dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, kehidupan sosial atau nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, dan mata pencaharian masyarakat itu sendiri. Tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam pendidikan. Tetapi pada kenyataannya, perempuan memiliki pendidikan yang rendah. Rendahnya pendidikan perempuan tersebut disebabkan oleh dua faktor, yaitu: 1) faktor internal: berasal dari dalam diri perempuan yang merupakan ketidakadaan keinginan perempuan untuk memperjuangkan haknya dan kepasrahannya kepada keadaan yang mereka alami dan 2) faktor eksternal: berasal dari luar diri perempuan berupa anggapan masyarakat yang menyatakan bahwa walaupun pendidikan sekolah perempuan tinggi, pada akhirnya akan bekerja di dapur juga dan kurangnya dorongan dari orang tua dengan alasan biayanya yang terbatas. Sementara itu, ada dua alasan pendidikan bagi laki-laki lebih diutamakan dari perempuan, antara lain:
1) alasan ekonomi, yaitu tidak ada biaya untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi. Dalam keluarga yang memiliki ekonomi terbatas, mereka akan lebih memilih menyekolahkan anak lakilakinya. Karena perempuan akan ikut dengan suaminya, sementara laki-laki akan tetap berada dalam keluarganya dan 2) alasan sosial budaya, yaitu nilai-nilai dan adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat Dusun Dasan Bongkot lebih mengutamakan laki-laki dari pada perempuan. Penomorduaan pendidikan sekolah bagi perempuan mengakibatkan perempuan memiliki pendidikan sekolah yang rendah, sehingga perempuan mengalami keterpurukan dalam kemiskinan. Oleh karena itu, perempuan harus memiliki pendidikan sekolah yang tinggi agar dapat meningkatkan taraf hidupnya. Saran Beberapa saran dapat diajukan oleh peneliti berdasarkan pembahasan dan kesimpulan penelitian ini, antara lain: 1) Bagi masyarakat, memberikan kesempatan pada perempuan untuk menikmati pendidikan yang layak sesuai keinginannya agar mereka dapat mandiri. 2) Bagi perempuan, untuk memperoleh pendidikan yang tinggi dapat dilakukan dengan mengikuti program beasiswa untuk melanjutkan sekolah jika tidak memiliki biaya, menjelaskan kepada orang tua sendiri bahwa perempuan juga memiliki hak untuk bersekolah sampai jenjang yang tinggi, dan 3) bagi peneliti selanjutnya perlu malakukan penelitian lanjutan yang lebih mendalam mengenai alasan perempuan lebih memilih menikah muda daripada melanjutkan sekolahnya, sehingga hasilnya dapat memberikan masukan yang lebih besar kepada masyarakat mengenai pendidikan sekolah bagi perempuan.
DAFTAR PUSTAKA UUD Republik Indonesia 1945.
204 | Jurnal Ilmu Pendidikan Volume 21 No. 2. Juni 2014
Anwar. 2007. Manajemen Pemberdayaan Perempuan. Bandung: Alfabeta. Azkiyah, Nurul. 2002. Perspektif Gender dalam Pendidikan dalam Jurnal Perempuan. Jakarta: YJP (Yayasan Jurnal Perempuan). Fakih, Mansour. 2012. Analisis Gender & Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Gornick, Vivian. 1988. Wanita Dalam Sains. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Hartono, Budi dan Dadang Juliantoro. 1997. Derita Paksa Perempuan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Ihromi, Maria Ulfah Subadio, T. O.. 1986. Peranan Dan Kedudukan Wanita Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Moleong, Lexy. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Murniati, A. Nunuk P.. 2004. Getar Gender. Magelang: Indonesiatera. Ollenburger C., Jane dan Helen A. Moore. 2002. Sosiologi Wanita. Jakarta: PT Rineka Citra. Soewondo, Nani. 1984. Kedudukan Wanita Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia. Subagyo, dkk. 2003. Teknik Sampling. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan r & d . Bandung : Alfabeta. Suyatno. 2012. Bentuk-Bentuk Ketid-
akadilan Gender. Diakses pada 14 Februari 2013 jam 11.05 Wita. http:// Suyatno.blog.undip.ac.id Syafruddin. 2006. Perlawanan perempuan sasak. Mataram: Mataram University Press. Umar, Nasaruddin. 1999. Argumen 204