PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PENDIDIKAN GRATIS BAGI SISWA SLTA NEGERI KOTA SOLOK Oleh. Dr. H. Darul Ilmi, S.Ag, M.Pd Abstrak Penelitian ini berjudul: Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Gratis bagi Siswa SLTA Negeri Kota Solok yang melatarbelakanginya adalah bahwa Pendidikan nasional menjamin pemerataan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan baik bagi ekonomi menengah maupun bagi yang memiliki ekonomi lemah, untuk pemerataan dan kesempatan pendidikan diperlukan pendidikan gratis terutama di Kota Solok. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan kemungkinan adanya pendidikan gratis bagi siswa tingkat SLTA yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif terhadap orang tua siswa yang akan melanjutkan pendidikan anaknya pada tingkat SLTA termasuk guru dan kepala sekolah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orang tua siswa, guru dan kepala sekolah memberikan penilaian yang positif terhadap diberlakukannya pendidikan gratis di SLTA Kota Solok, hal ini karena mereka terbantu terutama dalam bidang ekonomi untuk pembiayaan pendidikan anaknya, dengan adanya pendidikan gratis di SLTA ternyata membuat siswa memiliki kesadaran yang baik untuk belajar, menyelesaikan tugas tepat waktu dan mematuhi peraturan sekolah. Berdasarkan temuan di atas kiranya orang tua siswa tetap memperlihatkan kepeduliannya terhadap pendidikan anaknya dan pemerintah Kota Solok kiranya membuat kebijakan untuk pendidikan gratis pada tingkat SLTA Key Word: Persepsi, Pendidikan Gratis A. Pendahuluan Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 berfungsi mengembangkan potensi manusia dan mengembangkan peradaban suatu bangsa yang bermartabat, tujuan utamanya adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negera demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan nasional menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi pengelolaan pendidikan. Pemerataan kesempatan pendidikan diwujudkan dalam dalam program wajib belajar 9 tahun, peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkat kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olah hati, fikir olah rasa dan olah raga agar memiliki daya saing dalam menghadapi global. Peningkatan relevansi pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan berbasis potensi sumber daya alam Indonesia. Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan dilakukan melalui penerapan manajemen berbasis sekolah dan pembaharuan pengelolaan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan.
Dalam kaitan dengan pemerataan pendidikan dan terciptakan pendidikan yang berkesinambungan, disadari bahwa pemerataan kesempatan pendidikan tersebut dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas yang menjadi faktor penentu kekuatan suatu bangsa. Menyadari hal itu pemerintah telah menetapkan peningktan kualitas SDM sebagai sasaran prioritas dalam pembangunan nasonal yang realisasinya didasarkan kepada kebijakan-kebijakan yang diambil yaitu kebijakan pendidikan gratis bagi pendidikan 9 tahun terutama di Kota Solok. Data yang diperoleh dari dinas pendidikan Kota Solok mengambarkan bahwa masih terdapat permasalahan belum meratanya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dasar ke jenjang pendidikan menengah. Hal ini dapat dilihat dari 1283 siswa yang lulus SLTP Negeri di Kota Solok tahun 2010/2011 yang mereka mendapatkan pendidikan gratis hanya 1099 siswa yang diterima dan melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan SLTA, ini berarti masih ada lebih kurang 14.34 % lulusan SLTP tahun 2010/2011 tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan SLTA, hal ini dapat diasumsikan oleh berbagai faktor antara lain faktor ketidak mampuan orang tua siswa dalam pembiayaan pendidikan, kurangnya motivasi siswa untuk melanjutkan pendidikan atau keterbatasnya daya tampung sekolah. Kondisi yang ada dilapangan ditemukan bahwa masih banyak siswa yang berada pada usia pendidikan menengah yang berasal dari keluarga miskin, sehingga kecebdrungan masyarakat untuk tidak melanjutkan pendidikan anak-anak mereka ke jenjang pendidikan menengah, kalaupu dapat melanjutkan mereka mengalami kesulitan untuk melengkapi kebutuhan operasional sekolah sehingga muncul kekhawatiran terhadap ketidak mampuan mereka menyelesaikan pendidikan pada tingkat menengah. Untuk mengatasi hal tersebut muncul suatu pemikiran untuk melanjutkan pelaksanaan pendidikan gratis untuk tingkat sekolah menengah. Agar kebijakan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik dan efektif maka perlu suatu kajian untuk mendapatkan data informasi mengenai pendapat dan persepsi dari pelaku penyelenggara pendidikan terhadap pelaksana pendidikan gratis bagi siswa SLTA Kota Solok, hal ini dilakukan agar dapat diketahui bagaimana pendapat orang tua, dan guru terhadap pendidikan gratis pada jenjang pendidikan SLTA termasuk dampaknya terhadap mutu pendidikan yang akan diperoleh. B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Masih banyaknya siswa usia pendidikan menengah yang berasal dari keluarga miskin yang tidak melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang pendidikan menengah
2. Terdapat siswa yang sudah berada pada jenjang pendidikan menengah yang berasal dari keluarga miskin khawatir tidak dapat menyelesaikan pendidikan mereka 3. Perlu dilakukan kajian persepsi terhadap pendidikan gratis yang telah dilaksanakan pemerintah Kota Solok khususnya pendidikan pada tingkat SLTP C. Batasan Masalah Dari identifikasi di atas penelitian ini difokuskan pada permasalahan perlunya kajian persepsi dari pelaku penyelenggara pendidikan terhadap pendidikan gratis. Persepsi ini dilihat dari berbagai komponen masyarakat antara lain (1) siswa lulusan SLTP, (2) Orang tua, (3) guru dan kepala sekolah D. Rumusan Masalah Dari batasan masalah di atas dapat dirumuskan masalah penelian yaitu: Bagaimana persepsi masyarakat terhadap pendidikan gratis pada jenjang pendidikan SLTA di Kota Solok E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap pendidikan gratis pada jenjang pendidikan SLTA di Kota Solok, sehingga menjadi acuan untuk melaksanakan kebijakan pendidikan gratis pada tngkat SLTA di Kota Solok F. Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat untuk khazanah keilmuan baik bagi penulis maupun bagi pembaca, sekaligus bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan sekaligus sebagai acuan untuk kebijakan pendidikan gratis pada jenjang pendidikan SLTA. G. Kajian Pustaka 1. Konsep Pendidikan Gratis Sejak tahun 2009 pemerintah memutuskan untuk memenuhi ketentuan UUD 1945 pasal 31 tentang alokasi APBN untuk pendidikan sebesar 20 %, dengan alokasi anggaran itu akan terlaksana pendidikan tanpa memungut biaya dari orang tua siswa melalui penyediaan dana Bantuan Operasional( BOS), disamping itu tersedia anggaran menaikan pendapatn, kesejahteraan guru. Dana BOS yang diterima sekolah wajib digunakan untuk pembiayaan seluruh kegiatan dalam rangka penerimaan siswa baru, sumbangan pembiayaan endidikan (SPP), pembelian buku teks pelajaran, biaya ulangan harian dan ujian serta biaya perawatan operasional sekolah. Dengan adanya dana BOS ini beban orang tua dalam bentuk iyuran sekolah sudah dapat dikurangi, walaupun tidak menutup emungkinan
masih terdapat biaya-biasa lain yang harus ditanggung orang tua siswa untuk kelancaran kegiatan pembelajaran. Realita ini banyak terjadi di daerah-daerah dimana sebagian sudah melaksanakan kegiatan program pendidikan gratis yang sebenarnya sepenuhnya gratis. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam melaksanakan pendidikan gratis antara lain: a. Penyadaran publik b. Peningkatan persentase alokasi dana pendidikan c. Penyaringan investor asing d. Program pengabdian masyarakat e. Subsidi silang masyarakat kelas atas f. Pembekalan pemuda untuk menjadi guru sosial
2. Konsep Persepsi Persepsi pada hakikatnya adalah penilaian seseorang terhadap objek tertentu. Menurut Young ( 1956) persepsi merupakan ativitas mengindra, mengintegrasikan dan memberikan penilaian pada objek-objek fisik maupun objek sosial, dan penginderaan tersebut tergantung pada stimulus fisik dan stimulus sosial yang ada dilingkungannya. Sensasi-sensasi dari lingkungan akan diolah bersama-sama dengan hal-hal yang telah dipelajari berupa harapan-harapan, nilai-nilai, sikap-sikap, ingatan dan lainnya. Menurut Walgito (1981) persepsi merupakan proses psikologis dan hasil dari penginderaan serta proses terakhir dari kesadaran, sehingga membentuk proses berfikir. Dengan arti kata persepsi adalah proses aktivitas seseorang dalam memberikan kesan, penilaian, pendapat merasakan dan menginterpretasikan sesuatu berdasarkan informasi yang diterima. Kotler (2000) menjelaskan bahwa persepsi adalah proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasi masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti. Mangkunegara (Dalam Ariandita: 2003) berpendapat bahwa persepsi adalah suatu proses pemberian arti atau makna terhadap lingkungan
Robbins (2003) mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya dengan lingkungan yaitu sebagai proses dimanaondividu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan, Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa persepsi adalah pandangan seseorang terhadap sesuatu yang akan membuat respon bagaimana dan dengan apa seseorang akan bertindak. Leavitt dalam Rosyadi (2001) membedakan persepsi menjadi dua pandangan yaitu pandangan secara sempit dan luas. Pandangan secara secara sempit mengartikan persepsi sebagai penglihatan, bagaimana seseorang melihat sesuatu, sedangkan secara luas mengartikan persepsi bagaimana seseorang memandang dan melihat atau mengartikan sesuatu. Dari berbagai pendapat di atas dapat dipahami bahwa persepsi adalah suatu proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi dan pengalaman-pengalaman yang ada kemudian menafsirkannya untuk menciptakan keseluruhan gambaran yang berarti. 3. Proses Persepsi Alport (dalam Mar’at : 1991) mengatakan proses persepsi merupakan suatu proses kognitif yang dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala dan pengetahuan individu. Pengalaman dan proses belajar akan memberikan bentuk dan struktur bagi objek yang ditangkap panca indera, sedangkan pengetahuan dan cakrawala akan memberikan arti terhadap objek yang ditangkap individu dan akhirnya komponen individu akan berperan dalam menentukan tersedianya jawaban berupa sikap, tingkah laku individu terhadap objek yang ada. Berdasarkan pendapat di atas bahwa proses persepsi dilakukan melalui tiga tahap yaitu: a. Tahap penerimaan stimulus, baik stimulus fisik maupun stimulus sosial melalui alat indera manusia dalam proses ini mencakup pengenalan dan pengumpulan informasi tentang stimulus yang ada b. Tahap pengolahan stimulus sosial melalui proses seleksi serta pengorganisasi informasi c. Tahap perubahan stimulus yang diterima individu dalam menanggapi lingkungan melalui proses kognisi yang dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala serta pengetahuan individu. H. Kerangka Pemikiran Penelitian
Kerangka berfikir penulisan ini diawali dari masih banyaknya anak usia pendidikan menengah yang belum mampu melanjutkan pendidikan, kalaupun sudah berada pada posisi sedang melanjutkan pendidikan dikhawatirkan mereka masih terancam tidak mampu menyelesaikan pendidikan menengah dengan hasil yang baik. Melalui penelitian ini dapat terkumpul data dan informasi untuk menjawab pertanyaan : “Bagaimana persepsi masyarakat dan komponen penyelenggaraan pendidikan tentang pendidikan gratis pada tingkat menengah” Data dan informasi akan diperoleh melalui penggunaan berbagai instrumen dainataranya angket, wawancara dan focus group discussion, semua instrumen tersebut akan digunakan untuk mendapatkan data tentang persepsi masyarakat dan berbagai komponen penyelenggara pendidikan kemungkinan dilaksanakan pendidikan gratis bagi siswa pada tingkat menengah. Diharapkan temuan ini dapat merumuskan rekomendasi yang dapat diusulkan pada pemerintah Kota Solok dalam penentuan kebijakan dalam rangka memajukan pendidikan terutama di Kota Solok.
G. Metode Penelitian 1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kota Solok dengan objek siswa tamatan SLTP dan orang tua siswa yang akan melanjutkan pendidikan anaknya pada tingkat SLTA yang ada di Kota Solok. Penelitian ini dilaksanakan buloan Oktober sampai Nopember 2011 2. Disain Penelitian Penelitian ini menggunakan disain penelitian deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Menurut Gay (1987:19) penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data bertujuan untuk menguji hipotesis atau untuk menjawab pertanyaan yang terkait dengan kondisi yang sebenarnya tentang suatu objek penelitian, penelitian deskriptif melaporkan hasilnya sebagaimana adanya.. Disain deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data tentang bagaimana penilaian masyarakat tentang pendidikan gratis pada tingkat SLTA Negeri Kota Solok 3.Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi
a. Orang tua siswa lulusan SLTP tahun pelajaran 2011/2012 berjumlah 1099 orang b. Seluruh guru SLTA di Kota Solok berjumlah 680 c. Kepala Sekolah SLTA berjumlah 7 orang 2. Sampel Sampel penelitian diambil secara random sampling untuk populasi orang tua siswa dan guru dengan mengacu kepada pendapat Sudjana (1989:96) apabila populasi sekitar 100 orang maka menarik sampel 10 – 20 % sudah cukup memadai, maka dalam penelitian ini akan diambil 10 % dari masing-masing komponen dan diambil secara acak kecuali untuk populasi kepala sekolah, populasi diambil secara keseluruhan. Dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini untuk orang tua siswa lulusan SLTP tahun ajaran 2011/2012 yang melanjutkan pendidikan pada tingkat SLTA berjumlah 110 orang, untuk guru berjumlah 68 orang dan 7 orang kepala sekolah. 4. Instrumen Penelitian Penelitian ini menggunakan instrumen dalam bentuk angket yang disebarkan kepada seluruh responden dan angket tertutup dengan indikator-indikator yang terkait persepsi masyarakat. Bentuk data dalam penelitian ini adalah skor rata-rata dari angket tertutup berupa ungkapan tentang persepsi terhadap pelaksanaan pendidikan gratis pada tingkat SLTA Negeri di Kota Solok. 5. Analisa data Data yang telah terkumpul secara kuantitatif dari angket yang telah disebarkan terhadap responden diolah dengan menggunakan skala likert untuk melihat berapa tingkat rata-rata dan pesentase persepsi dari responden. 6. Temuan dan Pembahasan a. Temuan dan deskripsi data Dari 110 orang responden ang berasal dari orang tua siswa yang akan melanjutkan pendidikan pada tingkat SLTA dan 63 orang guru dapat dilihat pada tabel dibawah ini: 1). Persepsi orang tua siswa terhadap pendidikan gratis pada tingkat SLTA Tabel 1 : Rata-rata skor persepsi 110 orang tua terhadap pendidikan gratis pada tingkat SLTA Negeri No
Nomor Item
Jumlah Skor
Rata-Rata Skor
1. 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Total
391 357 332 357 349 365 317 368 374 364 323 376 329 344 329 396 389 347 347 6754
3,55 3,25 3.02 3,25 3,17 3,32 2,88 3,35 3,40 3,31 2,94 3,42 2,99 3,13 2,99 3,60 3,54 3,15 3,15 3,23
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk setiap item persepsi orang tua terhadap pendidikan gratis pada tingkat SLTA berasal dari pengalamannya yang anaknya mendapatkan pendidikan gratis pada tingkat SLTP, orang tua siswa setuju bahwa pendidikan gratis telah membuatnya terbantu dalam pembiayaan sekolah anak-anaknya, sehingga mereka mengalihkan penggunaan dana yang seharusnya untuk iyuran bulanan dan membeli buku pegangan anak kepada pemenuhan keperluan lainnya bahkan mereka dapat menabung untuk keperluan kuliah anaknya. Orang tua siswa juga setuju bahwa pendidikan gratis telah dapat menciptakan hubungan yang harmonis antara orang tua/masyarakat dengan pihak sekolah karena tidak ada lagi pembcaraan menyangkut uang sekolah, mereka juga setuju bahwa dengan adanya pndidikan gratis anak-anak mereka selalu mengerjakan yang didiberikan sekolah kepadanya tepat waktu, anak-anak mereka mentaati peraturan sekolah dan selalu mempersiapkan diri belajar di rumah, semakin bertambahnya kesadaran anak belajar dirumah. Berdasarkan temuan di atas dapat dipahami bahwa diperhatikan anak dalam pendidikannya oleh orang tua dan pemerintah akan semakin meningkat kesadaran pada diri siswa tersebut untuk lebih baik. 2). Persepsi Guru terhadap pendidikan Gratis pada tingkat SLTA
Tabel 2 : Rata-rata skor persepsi 63 orang guru terhadap pendidikan gratis pada tingkat SLTA Negeri No 1. 2
3 4 5 6
Indikator
Nomor item
Jumlah Skor
Pelaksanaan PBM Ketersediaan sumber belajar, sarana prasarana Motivasi Belajar Siswa Hasil Belajar Faktor ekonomi Kepuasan emosional
I (1-7) II (1-4)
1343 723
Rata-Rata Skor setiap Indikator 2,91 2,74
III ( 1-5) IV ( 1-6) V ( 1-7) VI (1-3) Total
893 963 1218 603 5743
2,71 2,43 2,64 3,00 2,72
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk setiap indikator persepsi guru SLTA terhadap pendidikan gratis di SLTA diperoleh dengan skor yang bervariasi, dari rata-rata skor yang diperoleh terlihat bahwa dalam indikator proses belajar mengajar guru dengan rata-rata 2,91 setuju dan berharap dengan adanya pendidikan gratis di SLTA siswa akan mempersiapkan diri dengan sepenuh hati dan mengerjakan tugas tepat waktu. Pada indikator ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran guru dengan rata-rata skor 2,74 juga setuju bahwa dengan adanya pendidikan gratis di SLTA kelengkapan sarana dan prasarana belajar akan dapat dilengkapi oleh sekolah dan pemerintah. Pada indikator hasil belajar siswa, guru dengan rata-rata skor 2,43 setuju dan berharap bahwa dengan adanya pendidikan gratis hasil belajar siswa akan meningkat. Indikator ekonomi, guru dengan rata-rata 2,64 setuju dan berharap bahwa dengan adanya pendidikan gratis pada tingkat SLTA tidak perlu lagi adanya rapat dengan orang tua sehubungan dengan masalah keuangan sehingga hubungan guru dan orang tua akan semakin harmonis. Guru juga setuju bahwa dengan adanya pendidikan gratis pada tingkat SLTA siswa yang berasal dari ekonomi lemah akan mendapat kesempatan dan perlakuan yang sama dengan siswa yang berasal dari ekonomi mampu. Pada indikator kepuasan emosional guru dengan rata-rata skor 3,00 setuju dan berharap bahwa dengan adanya pendidikan gratis guru merasa senang karena merasa bahwa keluarga kurang mampu dapat terbantu.
Secara kesluruhan dengan rata-rata skor seluruh indikator angket persepsi yang didistribusikan kepada guru SLTA yaitu 2,72 dapat disimpulkan bahwa guru setuju dengan adanya pendidikn gratis pada tingkat SLTA berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan pada pemberian pendidikan gratis pada siswa SLTP. 3). Persepsi Kepala Sekolah terhadap pendidikan gratis pada tingkat SLTA Dari 32 item angket yang tersebar dalam 6 indikator persepsi yang telah didistribusi kepada 7 orang kepala sekolah SLTA tentang pendidikan gratis di SLTA, skor dan rata-rata skor item tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 3: Rata-rata Skor persepsi kepala sekolah tentang pendidikan gratis pada tingkat SLTA di Kota Solok No 1. 2
3 4 5 6
Indikator
Nomor item
Jumlah Skor
Pelaksanaan PBM Ketersediaan sumber belajar, sarana prasarana Motivasi Belajar Siswa Hasil Belajar Faktor ekonomi Kepuasan emosional
1-7 1-4
124 78
Rata-Rata Skor setiap Indikator 2,53 2,79
1-5 1-6 1-7 1-3 Total
89 92 131 53 567
2,54 2,19 2,67 2,52 2,53
Berdasarkan tabel di atas bahwa untuk setiap indikator persepsi kepala sekolah SLTA terhadap pendidikan gratis di SLTA diperoleh dengan skor bervariasi. Dari rata-rata skor yang diperoleh terlihat bahwa dalam indikator proses pembelajaran rata-rata skor 2,53 setuju dan berharap dengan adanya pendidikan gratis di SLTA siswa akan mempersiapkan diri untuk belajar dengan sepenuh hati dan mengerjakan tugas tepat waktu. Pada indikator ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran dengan ratarata 2,79 kepala sekolah juga setuju bahwa dengan adanya pendidikan gratis pada tingkat SLTA kelengkapan dan sarana prasarana belajar dapat dilengkapi oleh sekolah dan pemerintah, sehingga orang tua siswa tidak ikut memikirkannya. Pada indikator motivasi belajar siswa dengan rata-rata skor 2,54 kepala sekolah juga setuju dan berharap bahwa dengan adnya pendidikan gratis di SLTA motivasi belajar siswa tidak menurun, siswa dapat mengerjakan dan mengumpulkan ntugas tepat waktu, siswa mempunyai motivasi yang baik untuk
mengikuti peraturan sekolah dan memanfaatkan perpustakaan sekolah dan mengikuti berbagai lomba yang ada. Pada indikator hasil belajar dengan rata-rata 2,19 kepala sekolah setuju dengan pendidikan gratis dan berharap bahwa dengan pendidikan gratis hasil belajar siswa akan meningkat demikian juga prestasi siswa dalam bidang ekstrakurikuler. Indikator ekonomi dengan rata-rata skor 2,67 kepala sekolah setuju dan berharap bahwa dengan adanya pendidikan gratis di SLTA tidak perlu ada rapat dengan orang tua siswa sehubungan dengan masalah keuangan, musyawarah dilakukan dengan orang tua siswa bisa membicarakan masalah lain yang tidak berkaitan dengan keuangan dan siswa yang memiliki ekonomi lemah mendapat perlakuan yang sama dengan siswa yang berkemampuan. Selanjutnya pada indikator kepuasan emosional dengan rata-rata skor 2,52 kepala sekolah juga setuju dan berharap bahwa dengan adanya pendidikan gratis keluarga kurang mampu dapat terbantu dan adanya pemerataan untuk mendapatkan pendidikan. Secara keseluruhan dengan rata-rata skor angket persepsi yang didistribusikan kepada kepala sekolah SLTA yaitu 2,53 dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah setuju dengan adanya pendidikan gratis bagi siswa SLTA 4). Persepsi orang tua siswa, guru dan kepala sekolah terhadap pendidikan gratis di SLTA Secara keseluruhan persepsi orang tua siswa, guru dan kepala sekolah tentang pendidikan gratsi di SLTA dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4: Rata-rata skor angket persepsi orang tua siswa, guru dan kepala sekolah terhadap pendidikan gratis di SLTA No 1. 2 3
Responden Orang tua Siswa Guru SLTA Kepala Sekolah Jumlah
Jumlah Angket 110 63 7 180
Rata-rata Skor 3,09 2,72 2,53 2,94
Dari tabel di atas dapat dilihat secara terpisah persepsi orang tua terhadap pendidikan gratis di SLTA yaitu 3,09, guru sebesar 2,72 dan kepala sekolah sebesar 2,53 dan secara bersama-sama sebesar 2,94 b. Pembahasan
Berdasarkan skor rata-rata persepsi orang tua siswa terhadap pendidikan gratis di SLTA dari setiap angket yang didistribusikan ditemukan bahwa tingkat kesetujuan orang tua siswa terhadap pelaksanaan pendidikan gratis di SLTA dapat dilihat dari persentase jumlah orang tua siswa sebagai berikut: 1). Jumlah orang tua siswa yang sangat setuju (SS): 60,90 % yang mengatakan setuju 24,54 %, tidak setuju 14,545% 2) Jumlah guru SLTA yang menyatakan sangat setuju 46,03 %, menyatakan setuju 46,03 % dan menyatakan tidak setuju 7,93% 3). Jumlah persentase kepala sekolah yang menyatakan sangat setuju 14,29 %, menyatakan setuju 71,43 % dan menyatakan tidak setuju 14,29% 8. Kesimpulan Berdasarkan temuan di atas dapat disimpulkan bahwa orang tua siswa, guru dan kepala sekolah memberikan penilaian yang positif terhadap diberlakukannya pendidikan gratis di SLTA Kota Solok, hal ini karena mereka terbantu terutama dalam bidang ekonomi untuk pembiayaan pendidikan anaknya, dengan adanya pendidikan gratis di SLTA ternyata membuat siswa memiliki kesadaran yang baik untuk belajar, menyelesaikan tugas tepat waktu dan mematuhi peraturan sekolah. 9. Saran Kepada orang tua siswa meskipun pendidikan gratis namun tetap meningkatkan kepeduliannya terhadap pelaksanaan pendidikan anak-anaknya, kepada guru tetap meningkatkan kinerjanya, yang paling penting kepada pemerintah Kota Solok kiranya membuat kebijakan pendidikan gratis pada tingkat SLTA di Kota Solok, karena sangat membantu orang tua siswa yang memiliki ekonomi lemah sehingga akan terjadi pemerataan dalam bidang pendidikan. 10. Referensi Ananda Rizki Yulia.2007.Pencerdasan Anak Bangsa Melalui Pendidikan Gratis. Bangkabelitung: Program Studi Agroteknologi Pertanian. Fakultas pertanian, Perikanan dan Biologi. Universitas Bangka Belitung. Arindita,S. 2003. Hubungan antara Persepsi Kualitas pelayanan dan citra Bank dengan Loyalitas Nasabah. Skripsi. Surakarta: Fakultas Psikologi UMS Fatah, Nanang.1998. Studi tentang pembiayaan Sekolah Dasar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Hamka Muhammad.2002. Hubungan antara persepsi terhadap Pengawasan Kerja dengan Motivasi berprestasi. Skripsi. Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Ma,rat.1991. Sikap Manusia: Perubahan serta pengukurannya. Jakarta: Ghalia Indonesia Sudjana. Nana 2010. Penelitian dan Penilian Pendidikan.