PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG URGENSI PERLINDUNGAN UMAT BERAGAMA (Studi Kasus Masyarakat Balikpapan). --------------------------------------------------------------------------------------------------PERCEPTION ABOUT URGENTION OF RELIGION COMMUNITY PROTECTION (Case Study of Balikpapan) Oleh: Husnan Nurjuman Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, HP : 085218269667, email :
[email protected]
Akmal Salim Rais Peneliti Puslitbang Kehidupan Keberagamaan Kementerian Agama RI, HP: 081514137711, email:
[email protected]
Farhan Muntafa Peneliti Puslitbang Kehidupan Keberagamaan Kementerian Agama RI, HP : 085721497576, email :
[email protected]
ABSTRAK Tulisan ini menggambarkan sua tupenelitian yang bertujuan untuk mengetahui Persepsi masyarakat tentang 1) kebebasan berkeyakinan tentang agama. 2) kebebasan menjalankan ajaran agama. 3) kebebasan menyebarkan ajaran agama. 4) kebasan untuk mendapatkan pendidikan agama. 5) kebebasan beridentitas agama. 6) Persepsi masyarakat tentang kebebasan dari gangguan dan penistaan dalam beragama. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan yang memadukan kuantitatif dan kualitatif,melauii survey yang mendaptkan pendalaman dengan wawancara keada tokohtokoh agama tentang problematka kehidupan beragama di Balikpapan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa masyarakat Balikpapan memandang perlu regulasi pemerintah tentang perlindungan umat beragama yang dapat diidentifikasi dengan beberapa komponen. 1) Kebebasan dalam meyakini agama, terdiri atas Meyakini kitab suci, dan Meyakini rasul/pembawa ajaran. 2) Kebebasan beribadah berupa kebebasan Pendirian rumah ibadah. 3) Kebebasan penyebaran agama dalam bentuk kebebasan cara dan isi materi penyebaran agama.4) Kebebasan dalam mendapatkan pendidikan agama berupa regulasi tentang Peserta dan konten materi pendidikan agama. 5) Kebebasan beridentitas agama melalui penggunaan simbol agama. 6) Kebebasan dari gangguan dan pensitaan agama berupa Penistaan ajaran agama, Penistaan simbol agama dan Penistaan kitab suci agama.
JURNAL RISET KOMUNIKASI
51
Persepsi Masyarakat Tentang Perlindungan Umat Beragama (Studi Kasus Masyarakat Balikpapan)
Kata Kunci : Persepsi, Regulasi, Kebebasan Beragama
ABSTRACT This paper describes the research which aims to determine the public perception about 1) the freedom of faith. 2) freedom to practice religious teachings. 3) the freedom to spread religious teachings. 4 ) freedoom to get religious education. 5) freedom of religious identity. 6) free from interference and defamation of religion. This research was conducted with an approach that combines quantitative and qualitative with survey to respondent from Balikpapan citizen and interviews to religious figures about reality of religious life in Balikpapan. These results indicate that the Balikpapan community sees the need of government regulation on the protection of religious communities can be identified with some c omponents. 1) The freedom of faith, consisting of Believing the scripture, and Believing apostle / carrier teachings. 2) Freedom of worship such as the freedom of establishment of houses of worship. 3) Freedom of religion spread in the form of freedom and the way the material content deployment agama.4) Freedom in getting religious education in the form of regulation of the participants and the content of religious education materials. 5) Freedom of religious identity through the use of religious symbols. 6) Freedom from interference and confiscation of religious form of Defamation of religion, religious symbols and Sacrilege Sacrilege religious scriptures.
Keywords: Perceptions, Regulations, Faith Freedom
JURNAL RISET KOMUNIKASI
52
Persepsi Masyarakat Tentang Perlindungan Umat Beragama (Studi Kasus Masyarakat Balikpapan)
kebijakan
PENDAHULUAN Fungsi
sebuah
negara
adalah
di
bidang
agama
oleh
Pemerintah, sebagai operator negara. Sejarah
melaksanakan tujuan negara yang termuat
bangsa
Indonesia,
dalam konstitusi dan ketetapan-ketetapan
menunjukan kesenjangan antara amanat
negara.
oleh
konstitusi dalam bidang agama dengan
dengan
realitas struktur administrasi negara dan
kehendak-
perangkat peraturan perundangan yang
Konstitusi
masyarakat
disusun
suatu
negara
mengejawantahkan
arah,
dinilai belum memadai. Hal itu setidaknya
tujuan, lingkup, hingga aturan-aturan yang
terlihat dalam dua hal. Pertama, Adanya
disepakati sebagai acuan bersama dalam
ketidakterpenuhan
bernegara.
terkait pengakuan dan pelayanan agama-
kehendaknya,
baik
menyangkut
Khusus menyangkut agama dan kehidupan
beragama,
konstitusi
menegaskan posisinya di Pasal 29, sebagai berikut:
(1)
Ketuhanan
Negara Yang
berdasar
Maha
Esa,
atas dan
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiaptiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing
dan
untuk
beribadat
menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Butir-butir konstitusi ini menunjukkan makna kehadiran dan fungsi negara bagi masyarakat Indonesia yang agamis dan terdiri dari penduduk yang menganut beragam agama. Dengan Pasal 29 Ayat (1), negara menegaskan bahwa masyarakat yang ada di negara ini harus berKetuhananYang
Maha
Esa,
atau
beragama. Adapun di Ayat (2), negara menegaskan
jaminan
kebebasan
pemelukan agama dan pelaksanaan ibadat menurut
keyakinan
anggota
masyarakat.
masing-masing Secara
tugas
pemerintah
agama. Hal itu ditandaidengan beberapa kelompok agama yang merasa tidak diakui sebagai
agama,
pelayanan hingga
belum
keagamaan ketiadaan
mendapatkan yang
optimal,
jaminan
dalam
pemelukan agama dan pelaksanaan ibadat. Adanya penilaian bahwa agama-agama di luar yang enam (Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu) dan penganut kepercayaan
tidak menerima
pengakuan, perlakuan, dan pelayanan yang memadai.
Pemerintah
sendiri
belum
memiliki
perangkat
hukum
dalam
pengakuan
(recognition)
kepercayaan
itu.
agama-
Kedua,
ekspresi
kebebasan suatu individu atau kelompok dalam memeluk agama dan ibadat agama masih
belum
terjamin.
Kondisi
itu
potensial menimbulkan ketidakrukunan, gesekan, atau
bahkan konflik antar-
pemeluk agama.
faktual,
Pemerintah berupaya memperbaiki
makna kehadiran dan fungsi negara itu
keadaan tersebut. Menteri Agama Lukman
diimplementasikan
Hakim
dalam
kebijakan-
Saifuddin
bahkan
JURNAL RISET KOMUNIKASI
53
sudah
Persepsi Masyarakat Tentang Perlindungan Umat Beragama (Studi Kasus Masyarakat Balikpapan)
menegaskan upaya melindungi segenap
persepsi masyarakat tentang ap isu-isu di
umat
seputar
beragama
dengan
menyatakan
perlindungan
terhadap
umat
urgensi regulasi yang lebih memadai dan
beragama di Indonesia khususnya di
berkekuatan
Balikpapan, antara lain : 1) Persepsi
sudah
hukum.
menyatakan
Menteri dan
Agama
mengenalkan
masyarakat
tentang
kebebasan
istilah “Perlindungan Umat Beragama”,
berkeyakinan tentang agama. 2) Persepsi
dengan
masyarakat
akan
Undang-Undang
disusunnya
Rancangan
Perlindungan
Umat
tentang
kebebasan
menjalankan ajaran agama. 3) Persepsi
Beragama (RUU PUB), untuk menjawab
masyarakat
problem-problem di atas. RUU PUB dan
menyebarkan ajaran agama. 4) Persepsi
Naskah
masyarakat
Akademisnya
telah
mulai
tentang tentang
kebebasan kebasan
diujipublikkan pada April 2015, untuk
mendapatkan
menerima berbagai masukan dari berbagai
Persepsi masyarakat tentang kebebasan
pihak.
beridentitas agama. 6) Persepsi masyarakat Balikpapan adalah salah satu kota di
provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. Kota ini memiliki luas wilayah 503,3 km² (⅔
luas
Jakarta)
dan
amat majemuk. Memiliki penduduk yang beragam dalam hal etnis, bahasa, budaya dan agama. Berdasarkan pengamaan awal terhadap
kehidupan
masyarakat
kota
tersebut, dapat diketahui bahwa tidak ada suku atau etnis yang mendominasi dalam kehidupan sosial kota tersebut, baik suku melayu, jawa, cina keturunan, bugis, mapun suku aseli dayak. Begitupun dalam kehidupan beragama, masyarakat kota Balikpapan
memeluk
agama
Islam,
Kristen, Katholik, Hindu, Budha dan
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, maka secara umum tulisan ini bertujuan untukmenggambarkan
5)
penistaan dalam beragama METODE Tulisan ini menggambarkan sebuah proses penelitian yang dilakukan melalui pendekatan
mixmethode.Pendekatan
kuantitatif yang kemudian ditindaklanjuti dengan
pendekatan
kualitatif.
Pengembangan operasional konsep dan angket dilakukan melaui sebuah kajian pustaka yang mendalam tentang konsep kebebaan
beragama,
kewajiban
pemerintah dan hak – hak warganegara yang
kemudian
diikuti
dengan
pengumpulan data melauai penyearan angket kepada 100 responden. Penelitian
Konghuchu.
agama.
tentang kebebasan dari gangguan dan
berpenIB).
Balikpapan adalah kota yang secara sosial
pendidikan
untuk
ini
dilakukan
Kota
Balikpapan, kecamatan Balikpapan Utara yang melalui sistem random sampling diplih dua kelurahan yang melingkupi delapan Rukun Tetangga sebagai berikut
JURNAL RISET KOMUNIKASI
54
Persepsi Masyarakat Tentang Perlindungan Umat Beragama (Studi Kasus Masyarakat Balikpapan)
Kewenangan
Tabel 1
Pemerintah
untuk
menentukan menyetujui kelompok agama,
Pembagian Sample Responden Penelitian lokasi
Kelurahan/
RT 5
2) Pengembangan Agama yang dilayani
sebaran angket
desa I (Margasari)
RT 7
oleh pemerintah. 3) Pembatasan pelayanan
RT 11
hanya kepada agama yang teregistrasi oleh
RT 21
pemerintah, 4) Kewenangan pemerintah
Kelurahan/
RT 6
untuk menyatakan suatu kelompok agama
desa II (Margomulyo)
RT 25
dipandang sesat.5) Perlunya satu wadah
RT 31
/majelis agama yang diakui untuk tiap
RT 32
agama. 6) Regulasi pendirian rumah
@1213 angket
ibadah.
Kota Balikpapan
Kecamatan Balikpapan Utara 100 angket
Jumlah angket
@50 angket
Setelah data yang bersifat kuantitatif diolah dan tersajikan,kemudian dilakukan
Tahap pengolahan data dimulai dari
pengumpulan data dengan pendekatan
editing, tabulasi, kompilasi, dan data entry
kualitatif berupa wawancara mendalam
yang memanfaatkan software Exel 2003
kepada beberapa tokoh agama di kota
dan selanjutnya dianalisis dengan bantuan
Balikpapan.
software SPSS (Statistical Package for
mengeksplorasi berbagai persoalan yang
Social Sciences).
terjadi sebagai latar yang menjelaskan
Komponen sebagai
yang
operasional
dikembangkan konsep
dalam
penelitian ini adalah persepsi masyarakat Balikpapan intervensi
tentang pemerintah
perlu dalam
tidaknya bentuk
regulasi tentang kebebasan 1)berkeyakinan tentang agama,
2)menjalankan ajaran
agama, 3)menyebarkan ajaran agama, 4)mendapatkan
pendidikan
Wawancara
tersebut
persepsi masyarakat tersebut. Tokoh = tokoh yang diwawancari mewakili Majelis Ulama
Indonesia
(MUI),
Forum
Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Muhammadiyah, Hidayatullah,
Badan
Kerjasama Gereja Balikpapan (BKGSB), dan tokoh organisasi keagamaan Katholik di Balikpapan.
agama,
5)beridentitas agama serta 6)kebasan dari
DESKRIPSI HASIL PENELITIAN
gangguan dan penistaan dalam beragama.
Perlindungan terhadap Kebebasan
Lebih jauh, penelitian ini juga
Meyakini Agama. Gambaran
menggambarkan tentang sikap masyarakat balikpapan terhadap berbagai isu regulasi
(perlu
yang terkait dengan sumber – sumber
pemerintah
konflik
keagamaan.
Antara
lain
atau
tentang tidaknya)
dalam
urgensi regulasi
perlindungan
1) JURNAL RISET KOMUNIKASI
55
Persepsi Masyarakat Tentang Perlindungan Umat Beragama (Studi Kasus Masyarakat Balikpapan)
terhadap kebebasan meyakini dapat
muncul kelompok syi’ah yang dinilai
digambarkan dalam table berikut :
oleh sebagian tokoh tersebut telah merendahkan
Tabel 2 : Kebebasan Meyakni Agama Memerlukan Regulasi
Dimensi
Rasulullah
Tidak Memerlukan Regulasi
yang
tersebut
menujukan
masyarakat
Balikpapan
mengenai urgensi regulasi tentang meyakini agama. Dalam hal meyakini Tuhan, mereka berpandangan bahwa masalah meyakini tuhan baik tentang keberadaan-Nya, sifat – sifat-Nya, berikut
merupakan
ke-Esaan-Nya
urusan
tidakmemerlukan
yang
campur
tangan
pemerintah dalam bentuk regulasi. Lain halnya ketika masalah keyakinan terkait
dengan
masalah
keyakinan terhadapkitab suci. Hal
tersebut
dilatari
oleh
berbagai konflik penyimpangan ajaran agama yang terkait dengan masalah kitab suci dan rasul /pembawa ajaran. Berdasarkan wawancara dengan tokoh tokoh
agama
mereka. riskan
memandang
masyarakat
memiliki pandangan yang berbeda
–
dipandang
tersebut
nama-Nya
dari
terhadap
pemalsuan sehingga para tokoh agama
√
bahwa
bagian
Begitupun dengan masalah kitab suci
√
Tabel
agama
sebagai
menghina
bentukpenympangan
√
Meyakini Tuhan Meyakini Kitab Suci Meyakini Rasul / Pembawa Ajaran
bahkan
di
Balikpapan,
diketahui bahwa di Balikpapan telah
wajar
berpendapat
jika bahwa
keyakinan terhadap kitab suci dan rasul/pembawa ajaran harus diatur oleh pemerintah. Perlindungan terhadap Kebebasan Menjalankan Ajaran Agama. Dalam
hal
kebebasan
menjalankan ajaran agama, masyarakat Balikpapan masalah
masih
dalam
menemukan
pendirian
rumah
ibadah. Di satu sisi, Rumah ibadah merupakan
kebutuhan
bagi
setiap
pemeluk agama, namun di sisi yang lain pendirian rumah ibadah juga merupakan sosialologis
masalah di
yang
tengah
bersifat
kehidupan
pluralitas masayarakat yang berporos pada aspek mayoritas dan mayoritas. Sebagai
contoh,
adanya
pendirian
masjid di tengah pemukiman warga yang
beragam
agamanya,memunculkan
keluhan
tentang suara yang dikeluarkan dengan keras dari pengeras suara masjid selain
JURNAL RISET KOMUNIKASI
56
Persepsi Masyarakat Tentang Perlindungan Umat Beragama (Studi Kasus Masyarakat Balikpapan)
adzan,
seperti
pemutaran
kaset
pembacaan qur’an beberapa waktu
Masalah
regulasi
tentang
sebelum adzan subuh, atau pengajian.
pendirian rumah ibadah, tidak terbatas
Selain itu, masalah jarak antar rumah
pada kriteria dan tata cara. Namun juga
ibadah baik yang seagamamaupun
tentang peran pemerintan memediasi
beda
sorotan
dan mengantisipasi dampak – dampak
masalah pelaksanaan ajaran agama.
sosiologis dari proses pendirian rumah
Misalnya
agam
jugamenjadi adanya
berdekatan
gereja
yang
ibadah. Pemrrintah harus melindungi
pura,
emat
kebebasan umat beragama untuk dapat
dengan
memunculkan keruweatan pengaturan
beribadah
parker serta keluhan gangguan tentang
sekaligus melindungi umat beragama
suara – suara nyanyian ibadah di gereja
dari damakpertentangan antar umat
yang
beragama yang terjadi dalam proses
dianggap
mengganggu
kehdmatansembahyang di pura. para
ibadahnya
agama atau berpindah agama dan
Balikpapan, hal – hal itulah yang
tentang tata cara ritual peribadatan,
mlelatari pemerintah
agama
Sedangkan masalah memilih
di
Balikpapan
tokoh
tempat
pendirian rumah ibadah tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara dengan
di
pandangan
masyakat
masyarakat Balikpapan memandang
tentang
perlunya
pemerintah
mengatur
secara
baik
tidak
perlu
membuat
regulasikhusus tentang hal tersebut.
regulasi pendirian rumah ibadah, dan
Minimnya
memandang
tentang urgensi aturan tentang kedua
tenanting
tidak cara
perlu
regulasi
masayarakat
dan
hal itu dikarenakan tidak ada latar
agama,
konflik yang signifikan tentang isu
sebagaimana yang tergambar dalam
tersebut, disampinng kesadaran bahwa
table berikut :
hal tersebut merupakan pilihan pribadi
kebebasan
beribadah
pandangan
memilih
Tabel 3 : Kebebasan Menjalankan Ajaran Agama
Dimensi Berpindah agama Beribadah Ritual Mendirikan Rumah ibadah
Memerlukan Regulasi
Tidak Memerlukan Regulasi
√ √ √
sebagai hak beragama. Perlindungan terhadap Kebebasan Menyebarkan Ajaran Agama. Pandangan Balikpapan terhadap
mengenai kebebasan
masyarakat perlindungan menyebarkan
ajaran agama, lebih mendorong agar JURNAL RISET KOMUNIKASI
57
Persepsi Masyarakat Tentang Perlindungan Umat Beragama (Studi Kasus Masyarakat Balikpapan)
pemerintah mengatur tentang cara
Perlindungan terhadap Kebebasan
penyebaran
Mendapatkan Pendidikan Agama.
agama
dan
isi
dari
penyebaran agama. Hal itu tergambar dalam table berikut :
Dimensi
Memerlukan Regulasi
Cara /Metode penyebaran Sasaran penyebaran Isi penyebaran Media penyebaran
√
mengatur materipendidikan agama dan
Tidak Memerlukan Regulasi
muslim di Balikpapan sempat resah dengan adanya isu penyebaran agama oleh satu kelompok agama kepada pemeluk agama lain melalui acara – acara kegiatan sosial yang dinilai beragama missal
(healing). Masalah materi pengajian disebarkanmelauai
corong
pengeras suara keluar masjid juga menjadi
hal
yang
dikeluhkanoleh
sebagian umat beragama.
Kedua
kasus itu menjadi problematika yang melatiri pandangan bahwa metode dan isi penyebaran ajaran agama dianggap sebagai isu yang rentan menyebakan konflik antar pemeluk agama sehinga dipandang
perlu
adanya
tentang kedua hal itu.
perlu
adanya
Kendati
demikian,
dalam
para tokoh organisasi keagamaan di
Tokoh – tokoh masyarakat
yang
memandang
wawancara yang dilakukan dengan
√
penyembuahn
tidak agama.
√
umat
peserta pendidikan agama, namun pengaturan tentang guru pendidikan
√
berbentuk
Balikpapan,
memandang bahwa pemerintah perlu
Tabel 4 : Kebebasan Menyebarkan Ajaran Agama
memanipulasi
Masyarakat
regulasi
Kota
Balikpapan,
tidak
ditemukanadanya keluhan atau sorotan yang spesifik mengenai perlindungan umat beragama dalamkebebasan untuk mendapatkan pendidikan. Hal yang mengaitkanlatar beragama
sosial
masyarakat
kehidupan Balikpapan
terhadap kebebasanpendidikan agama adalah
kehawatiran
tentang
berkembangnya berbagai pahamagama yang berbeda dengan paham yang diyakini kelompok mainstream. Hal tersebut terjadi baik dilingkunagn umat Islam, maupun umat Kristen. Dengan latar itu,menjadi beralasan jika konten materi pendidikan agamamenajdi hal yang dianggap memerlukan regulasi dari pemerintah. Tabel 5 : Kebebasan Mendapatkan Pendidikan Agama
Dimensi Materi pendidikan
Memerlukan Regulasi
Tidak Memerlukan Regulasi
√
JURNAL RISET KOMUNIKASI
58
Persepsi Masyarakat Tentang Perlindungan Umat Beragama (Studi Kasus Masyarakat Balikpapan)
agama Guru pendidikan agama Peserta pendidikan agama
termasuk pencantuman agama Islam
√
dalam KTP hanya boleh dilakukan oleh pemeluk agama Islam. Mereka
√
berpandangan bahwa orang – orang yang
beraliran
berhak
menyimpang
tidak
mencantumkan
kata
Perlindungan terhadap Kebebasan
Islamdalamkolom agama KTP mereka,
Beridentitas Agama.
hal itu dipandang sebagai gangguan
Masyarakat Kota Balikpapan memandang
tidak
ada
persoalan
pada
penggunaan
simbol
sebagai identitas.
agama
Smbol agama
dengan kebebasan merayakan hari
dipandang sebagai suatu hal yang tidak
besar keagamaan dan kebebasan untuk
boleh
berorganisasi
sehingga
penganutnya atau untuk kegiatan yang
masyarakat tidak memandang perlu
tidak terkait dengan kegiatan agama
adanya regulasi tentang kedua hal itu.
pemilik simbol tersebut.
Tapi
Perlindungan terhadap Kebebasan
keagamaan,
Masyarakat
menganggap
Balikpapan
pemerintah
perlu
membuat aturan tentang penggunaan simbol
agama
perlindungan
sebagai terhadap
upaya kebebasan
beridentitas agama.
Dari
digunakan
bukan
Gangguan
dan
oleh
Penistaan
Dalam Agama. Pandangan
masyarakat
Balikpapan tentang kebebasan dari gangguan
dan
pensitaan
agama
tergambar dalam table berikut : Tabel 6 : Kebebasan Beridentitas Agama
Dimensi Penggunaan simbol agama Merayakan hari besar agama Mendirikan organisasi agama
Memerlukan Regulasi
Tidak Memerlukan Regulasi
√ √ √
Para tokoh agama Islam di Balikpapan penggunaan
beranggapan simbol
agama
bahwa Islam
Tabel 7 : Kebebasan Dari Gangguan danPenistaan Dalam Beragama
Dimensi
Memerlukan Regulasi
Penyimpangan dan penistaan ajaran agama Penyimpangan dan penistaan ritual agama Penyimpangan dan penistaan simbol agama Penyimpangan dan penistaan teks kitab suci Penyimpangan dan pensitaan
√
Tidak Memerlukan Regulasi
√ √ √
JURNAL RISET KOMUNIKASI
√
59
Persepsi Masyarakat Tentang Perlindungan Umat Beragama (Studi Kasus Masyarakat Balikpapan)
bahasa agama
PEMBAHASAN
Tabel
tersebut
menujukan,
bahwa masyarakat ota Balikpapan sangat
terganggu
pensitaan
yang
dengan
maslah
terkait
dengan
Persepsi
Masyarakat
Perlindungan sebagai
tentang
Umat
Produk
Beragama
Sosialisasi
dan
Interkasi Kotler
penistaan ajaran agama, penistaan
(2000)
menjelaskan
simbol agama, dan penistaan terhadap
persepsi sebagai proses cara seseorang
teks
menyeleksi,
kitab
suci.
Berdasarkan
mengatur
dan
wawancara dengan tokoh – tokoh
menginterpretasikan
agama di Balikpapan,setidaknya ada
masukan informasi untuk menciptakan
dua kasus yang meresahkan mereka
gambaran keseluruhan yang berarti.
dalam halpensitaan agama. Munculnya
Mangkunegara (dalam Arindita, 2002)
kelompok syi’ahdi tengah – tengah
berpendapat bahwa persepsi adalah
umat
sekte
suatu proses pemberian arti atau makna
yehova di tengah – tengah komunitas
terhadap lingkungan. Dalam hal ini
Kristen. Bagi para tokoh Islam di
persepsi mecakup penafsiran obyek,
Balikpapan,
penerimaan
Islam
danmunculnya
Kelompok
Syi’ah
masukan-
stimulus
(Input),
dipandang telah melakukan pensitaan
pengorganisasian
terhadap ajaran, simbol ajaran dan
penafsiran terhadap stimulus yang
tekskitab
telah
suci
agamaIslam,karena
menyebarluaskan
ajaran
yang
stimulus,
diorganisasikan
mempengaruhi
dan
dengan
perilaku
cara dan
menyimpang dari ajaran Islam dan teks
pembentukan sikap. Adapun Robbins
qur’an bahkan dianggap cenderung
(2003)
menghina Rasulullah SAW dan para
dalam kaitannya dengan lingkungan,
sahabat
yaitu sebagai proses di mana individu-
yang
dipandang
sebagai
mendeskripsikan
persepsi
simbol agama Islam. Demikian juga
individu
dengan Sekte Yehova, Sekte Kristen
menafsirkan kesan indera mereka agar
yang
memberi makna kepada lingkungan
menyebarkan
ajaran
bahwa
mengorganisasikan
Yesus Kristus bukan Tuhan dianggap
mereka.
telah
mengemukakan
agama.
melakukan
penistaan
ajaran
Walgito
dan
(1993)
bahwa
persepsi
seseorang merupakan proses aktif yang memegang
peranan,
bukan
JURNAL RISET KOMUNIKASI
60
hanya
Persepsi Masyarakat Tentang Perlindungan Umat Beragama (Studi Kasus Masyarakat Balikpapan)
stimulus yang mengenainya tetapi juga
tanggapan yang muncul dari proses
individu sebagai satu kesatuan dengan
sosialisasi dan interaksi dengan realitas
pengalaman-pengalamannya, motivasi
kehidupandanpengetahuan.
serta sikapnya yang relevan dalam
Masyarakat Balikpapan menyeleksi,
menanggapi stimulus. Alport (dalam
mengatur
Mar’at,
masukan – masukan informasi dan
1991)
proses
persepsi
dan
merupakan suatu proses kognitif yang
pengalaman
dipengaruhi
realitas
oleh
pengalaman,
menginterprtasikan
–pengalaman
kehidupan
tentang
beragama
cakrawala, dan pengetahuan individu.
bermasyarakat
Pengalaman dan proses belajar akan
tentang
memberikan bentuk dan struktur bagi
kewajiban warga negara, wawasan
objek yang ditangkap panca indera,
kebangsaan, tatanan sosial dan budaya
sedangkan pengetahuan dan cakrawala
yang ada di Balikpapan. Pengalaman
akan memberikan arti terhadap objek
dan
yang ditangkap individu, dan akhirnya
ditafsirkan
komponen individu akan berperan
keseluruhan gambaran berupa presepsi
dalam
tentang urgensi perlindungan umat
menentukan
tersedianya
ajaran
beragama
laku individu terhadap objek yang ada.
pemerintah.
dapat
ditarik
persepsi
kesimpulan
merupakan
bagaimana mengatur
suatu
seseorang dan
dalam
hak
itu
sehingga
Persepsi
pengetahuan
agama,
pengethauan
jawaban yang berupa sikap dan tingkah
Dari definisi persepsi di atas
serta
dan dan
kemudian menciptakan
bentuk
individu
regulasi
dipengaruhi
bahwa
oleh faktor fungsional dan struktural.
proses
Faktor fungsional ialah faktor-faktor
menyeleksi,
menginterpretasikan
yang
bersifat
personal.
Misalnya
kebutuhan individu, usia, pengalaman
dan
masa lalu, kepribadian, jenis kelamin,
pengalaman-pengalaman yang ada dan
dan hal-hal lain yang bersifat subjektif.
kemudian
Faktor struktural adalah faktor di luar
masukan-masukan
informasi
menafsirkannya
untuk
menciptakan keseluruhan gambaran
individu,
yang berarti.
budaya, dan norma sosial sangat
Peresepsi
masyarakatkota
Balikpapan
tentang
perlindungan
umat
urgensi merupakan
misalnya
lingkungan,
berpengaruh terhadap seseorang dalam mempresepsikan sesuatu. Dengan kata lain,
persepsi
dipengaruhi
oleh
beberapa faktor internal dan eksternal,
JURNAL RISET KOMUNIKASI
61
Persepsi Masyarakat Tentang Perlindungan Umat Beragama (Studi Kasus Masyarakat Balikpapan)
yaitu faktor pemersepsi (perceiver),
konflik yang terjadi pada internal
obyek yang dipersepsi dan konteks
kelompok agama.
situasi persepsi dilakukan.
Perlindungan
Persepsi masyarakat Balikpapan Beragama
berbagai
dipengaruhi
faktor.
oleh
Pertama,
kemajemukan suku, adat, bahasa dan agama yang berimbang, Tidakada suku dan kelompok agama yang dominan sebagai mayoritas. Kelompok besar yang ada di Balikpapan adalah suku Melayu, Jawa, Cina keturunan, Bugis, mapun suku asli Dayak. Begitupun dalam
kehidupan
beragama,
masyarakat kota Balikpapan memeluk agama Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha
dan
Konghuchu.Kedua,masyarakat Balikpapan adalah masyarakat urban yang memiliki oentasi ekonomi yang kuat
dan
ekonomi
berada yang
dalam
cukup.
konsisi Hal
itu
memposisikan mereka tidak terlalu rentang dengan konflik berisu agama
Beragama
sebagai Kewajiban Negara
tentang urgensi regulasi perlindungan Umat
Umat
Dalam kajian HAM, kebebasan beragama dibedakan pada dua wilayah, yakni forum Internum dan forum eksternum.
Kebebasan
di
internum
merupakan
kebebasan
forum
internal yang berisi kebebasan hati nurani untuk meyakini, menganut dan berpindah agama dan keyakinan serta hak untuk tidak dipaksa menganut atau tidak menganut suatu agama atau keyakinan. Kebebasan forum internum ini
bersifat
absolut,
tidak
bisa
dikurangi atau dibatasi dalam keadaan apapun (non-derogable rights), bahkan dalam keadaan perang dan darurat umum sekalipun. Dalam kaitan ini, negara wajib untuk tidak mengintervensi kebebasan di
forum internum
ini. Adapun
forum
eksternum
selama tidak menggangu kehidupan
merupakan kebebasan eksternal untuk
ekonomi.
memanifestasikan
Ketiga,
Peran
Forum
agama
dan
Kerukunan Umat Beragama terlihat
keyakinan dalam bentuk beribadat baik
dapat
menjembatani
secara pribadi maupun bersama-sama
ataumediasikomunikasiantar pemeluk
baik secara tertutup maupun terbuka,
agama yang berbeda di Balikpapan,
kebebasan untuk mendirikan tempat
walau
ibadat,
belum
bisa
menyelesaikan
hak
kebebasan
untuk
menggunakan simbol-simbol agama, JURNAL RISET KOMUNIKASI
62
Persepsi Masyarakat Tentang Perlindungan Umat Beragama (Studi Kasus Masyarakat Balikpapan)
hak kebebasan untuk merayakan hari
agama dan 5)Kebebasan
besar agama, hak kebebasan untuk
organisasi keagamaan. Sedangkan Isu
menetapkan pemimpin agama, hak
–isu yang dianggap sebagai forum
untuk mengajarkan dan menyebarkan
eksternum antara lain : 1)Meyakini
ajaran agama, hak orang tua untuk
kitab suci, 2)Meyakini rasul/pembawa
mendidik agama kepada anaknya, hak
ajaran, 3) Pendirian rumah ibadah, 4)
untuk
Cara
mendirikan
dan
mengelola
penyebaran
memilih
agama,
5)
Isi
organisasi keagamaan. Terhadap forum
penyebaran
agama,
6)
Metode
eksternum,
adanya
penyebaran
agama,
7)
Peserta
dengan
pendidikanagama,
diperbolehkan
pembatasan-pembatasan
8)Konten
materi
yang
pendidikan agama, 9) Penggunaan
sejalan dengan prinsip HAM. Negara
simbol agama,10) Penistaan ajaran
dapat “mengintervensi” wilayah ini
agama,11) Penistaan simbol agama,
dengan regulasi/kebijakan tertentu.
12) Penistaan kitab suci agama. Forum
pertimbangan-pertimbangan
Pada kasus persepsi masyarakat kota
Balikpapan
tentang
urgensi
regulasi tentang perlindungan umat beragama, masyarakat
dapat
manaurusan
memerlukan
campur
tangan
pemerintah dalam bentuk regulasi.
bahwa
Secara yuridis-normatif, jaminan
memdahkan
kebebasan beragama di Indonesia telah
terlihat
mencoba
eskternum tersebut menjadiisu yang
urusan
kebebasan
cukup
memadai
tersedia
dalam
beragama yang terkait forum internum
berbagai instrumen hukum nasional
yang tidak memerlukan intervensi
maupun
regulasi pemerintah.dan mana urusan
diratifikasi. Hal-hal itu adalah UUD
kebebasan beragama yang merupakan
1945 Pasal 29, 28E, 28I, UU No. 39
forum
harus
tahun 1999 tentang HAM. Terdapat
dipayungi dengan regulasi pemerintah.
pula “pembatasan” atas hak kebebasan
Isu yang dpat diidentifikasi sebagai
beragama
forum
sebagaimana termaktub dalam Pasal 28
eksternum
internum
kebeasan Kebebasan
beragama
yang
pada
masalah
adalah
meyakini
1) tuhan,
2)Kebebasan memilih atau berpindah agama, 3)Kebebasan beribadah ritual, 4) Kebebasan merayakan hari besar
J
internasional
UUD
itu.
yang
Hal
1945
telah
tersebut
serta
UU
No.1/PNPS/1965. Dalam
perspektif
instrumen
HAM, negara memiliki kewajiban atau
JURNAL RISET KOMUNIKASI
63
Persepsi Masyarakat Tentang Perlindungan Umat Beragama (Studi Kasus Masyarakat Balikpapan)
tugas
untuk
“menghormati”
(to
respect) , “melindungi” (to protect),
paling konkret bisa dinikmati oleh seluruh warganya (KontraS, 2012)
dan “memenuhinya” (to fulfill) hakhak setiap individu di wilayahnya. Kewajiban
menghormati
HAM
(obligation to respect) mengacu pada tugas negara untuk mendisiplinkan seluruh
aparaturnya
melakukan
untuk
pelanggaran
tidak
terhadap
pelaksanaan hak-hak asasi manusia (aspek vertikal) dari semua individu yang
berada
kuasanya.
di
bawah
Kewajiban
juridiksi
melindungi
HAM (obligation to protect) setiap individu di bawah juridiksi kuasanya menyangkut dua hal: upaya negara mencegah terjadinya suatu pelanggaran HAM yang dilakukan pihak manapun; dan bila terjadi suatu pelanggaran HAM,
negara
harus
melakukan
Terma Beragama” generik
“Perlindungan belum
yang
menjadi
telah
Penelitian
Umat istilah
terdefinisikan.
ini
mencoba
mendefinisikannya berdasarkan konsep RUU PUB yang sedang didiskusikan. Perlindungan
Umat
Beragama
didefinisikan sebagai penyelenggaraan kewajiban negara, terutama tanggung jawab pemerintah untuk mengatur, membina, dan mengawasi pelaksanaan kehidupan beragama dalam rangka menjamin
kemerdekaan
tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut
agamanya
dan
kepercayaannya itu.
mekanisme koreksi, seperti penuntutan dan penghukuman bagi pelaku dan pemulihan
hak-hak
si
SIMPULAN
korban.
Simpulan
yang
dapat
Kewajiban untuk melindungi ini juga
dirumuskan dari gambaran pada tulisan
memiliki
ini
aspek
horisontal
karena
adalah
bahwa
masyarakat
negara juga wajib mengatur tata relasi
Balikpapan memandang perlu regulasi
antar aktor-aktor non-negara. Adapun
pemerintah tentang perlindungan umat
kewajiban negara untuk
beragama yang dapat diidentifikasi
memenuhi
(obligation to fulfill) menekankan pada
dengan beberapa
upaya-upaya positif negara melalui
Kebebasan dalam meyakini agama,
mekanisme legislatif, yudikatif, atau
terdiri atas Meyakini kitab suci, dan
administratif
Meyakini rasul/pembawa ajaran. 2)
untuk
menjamin
implementasi HAM di tingkat yang
Kebebasan
komponen.
beribadah
JURNAL RISET KOMUNIKASI
1)
berupa 64
Persepsi Masyarakat Tentang Perlindungan Umat Beragama (Studi Kasus Masyarakat Balikpapan)
kebebasAn 3)
Pendirian rumah ibadah.
Kebebasan
penyebaran
agama
dalam bentuk kebebasan cara dan isi materi Kebebasan
penyebaran dalam
agama.4) mendapatkan
pendidikan agama berupa regulasi tentang Peserta dan konten materi pendidikan beridentitas penggunaan Kebebasan
agama.
5)
Kebebasan
agama
melalui
simbol dari
agama.
gangguan
pensitaan agama berupa
6) dan
Penistaan
ajaran agama, Penistaan simbol agama dan Penistaan kitab suci agama.
JURNAL RISET KOMUNIKASI
65
Persepsi Masyarakat Tentang Perlindungan Umat Beragama (Studi Kasus Masyarakat Balikpapan)
DAFTAR PUSTAKA Biggar, Nigel, and Linda Hogan: Religious Voices in Public (Oxford, Oxford Places University Press, 2009) Capps,Walter H., Religious Studies the Making of Discipline (Minneapolis, Fortress Press, 1995) Comb, New. 1998. Psikologi Sosial. Jakarta. Percetakan Diponegoro. Cribb, Robert. (2000). Historical Hawaii: Atlas of Indonesia. University Of Hawaii Press.
Stigler, George J., Citizen and the State, Essays on Regulation (Chicago, University of Chicago Press, 1975) Sullivan, Winnifred Fallers, The Impossibility of Religious Freedom (Princeton, Princeton University Press, 2005) Toha,
Mifta. 1990. Perilaku Organisasi. Jakarta. Rajawali.
Walgito, Bimo. 2003. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.
Davis, Derek, and Barry Hankins, New Religious Movements and Religious Liberty in America (Waco, Texas, Baylor University Press, 2003) Gray,
John, Liberalism, Second Edition (Minneapolis, University of Minnesota Press, 1995)
Gulalp, Haldun, Citizenship and Ethnic Conflict, Challenging the Nation State, (London, Routledge, 2006) Kotler, Philip. 2000. Marketing Manajemen: Analysis, Planning, implementation, and Control 9th Edition, Prentice Hall International, Int, New Yersey. Kymlicka,Will, Multicultural Cirtizenship, A Liberal Theory of Minority Right, (Oxford, Clarendon Press, 1995) Robbins, S.P. 2003. Perilaku Organisasi. Jilid I. Jakarta: PT INDEKS Kelompok Garmedia. Sharma, Arvind, Problematizzing Religious Freedom (London, Springer, 2010)
JURNAL RISET KOMUNIKASI
66