PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PERKAWINAN USIA MUDA DI KELURAHAN KOTO PANJANG IKUA KOTO KECAMATAN KOTO TANGAH KOTA PADANG JURNAL Untuk Memenuhi sebagian Pesyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (S1)
YULASMIATI NIM. 10030026
Pembimbing I
Pembimbing II
Slamet Rianto, M.Pd
Yeni Erita, M.Pd
PROGRAN STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENNDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATRA BARAT PADANG 2014
0
Public Perceptions About Marriage Young At Koto Panjang Village Ikua Koto Koto Tangah District of Padang, by: Yulasmiati 1 Slamet Rianto, M.Pd 2 Yeni Erita, M.Pd 3 1 2,3
Mahasiswa Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat Staf pengajar Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT
Based on data from the Religious Affairs Office (KUA) in the village of Koto Koto Panjang subdistrict Ikua Tangah Koto Padang, from 2011 through 2013 that nearly 50% Ikua Koto Koto Panjang Society, three years later, many carry out marriage a young age. Early marriage occurs between the ages of 17-19 years. Based on the existing reality in the Village District of Koto Koto Koto Panjang Ikua Tangah Padang, worth exploring further. The purpose of this research was to determine the perception (sight) of young people about the marriage. This study used qualitative methods. The informants are ninik mamak, community, parents whose children married young and young married people, using purposive method. Data was collected by means of direct observation and interviews. The researcher also did a study of the documents supporting data seta evidence used by the author to support the data collection. From the results of research conducted in the village of Koto Koto Panjang Ikua concluded the causes of early marriage are caused by self-will, dropouts, and promiscuity. The impact of child marriage is for the husband and wife often quarrel, threatened to fail and have an impact on divorce. When it comes to young children aged couples are less skilled, and still expect help from parents. In the economic problems young married couple who still expect help parents, so parents feel burdened. keywords: Public Perception About Marrage Young termasuk keluarga besar yaitu kelompok kerabat, poligami, extended family, dan kelompok kerabat yang terdiri atas garis keturunan yang unirateral. Kemudian dari beberapa keluarga terbentuklah suatu kelompok kecil maupun besar yang hidup secara bersama berdasarkan norma-norma dan aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat. Dalam UU perkawinan No. 1 tahun 1974 pasal 1 dinyatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam undang-undang pekawinan tersebut disebutkan ikatan lahir batin, karena perkawinan tidak cukup hanya dengan ikatan lahir saja ataupun batin saja. Akan tetapi hal tersebut harus ada acara bersamasama sebagai pondasi yang kuat dalam membentuk dan membina keluarga yang bahagia dan kekal.
PENDAHULUAN Perkawinan pada umumnya dilakukan oleh orang dewasa dengan tidak memandang pada profesi, agama, suku bangsa, miskin atau kaya, tinggal di desa atau di kota. Namun tidak sedikit manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik fisik maupun mental akan mencari pasangannya sesuai dengan apa yang diinginkannya. Dalam kehidupan manusia perkawinan bukanlah bersifat sementara tetapi untuk seumur hidup. Sayangnya tidak semua orang tidak bisa memahami hakekat dan tujuan dari perkawinan yang seutuhnya yaitu mendapatkan kebahagiaan yang sejati dalam berumah tangga. Perkawinan bagi manusia merupakan hal yang penting, karena dengan sebuah perkawinan terbentuklah suatu masyarakat yang saling berintegrasi. Masyarakat sendiri terdiri dari beberapa keluarga inti dan besar. Keluarga inti (keluaga kecil) terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Sedangkan yang
1
Perkawinan merupakan jalan untuk menyalurkan naluri manusia dalam memenuhi tuntutan biologisnya dengan tepat dan terpelihara keselamatan agamanya. Bila seorang belum mampu untuk kawin hendaklah dia menahan diri dengan cara untuk berpuasa. Tujuannya untuk mendekatkan diri pada Allah agar dia mempunyai daya tahan mental dalam menghadapi godaan setan yaitu perbuatan zina. (Depag RI. 2004 : 5). Usia perkawinan yang terlalu muda dapat mengakibatkan meningkatnya kasus perceraian karena kurangnya kesadaran untuk bertanggung jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri. Pernikahan yang sukses sering ditandai dengan kesiapan memikul tanggung jawab. Begitu memutuskan untuk menikah, mereka siap menanggung segala beban yang timbul akibat adanya pernikahan, baik yang menyangkut pemberian nafkah, pendidikan anak, maupun yang terkait dengan perlindungan, pendidikan, serta pergaulan yang baik. Meskipun batas umur perkawinan telah ditetapakan dalam pasal 7 ayat (1) undangundang No.1 tahun 1974, yaitu perkawinan hanya diijinkann jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun. Namun dalam prakteknya masih banyak di jumpai perkawinan pada usia muda atau di bawah umur. Padahal perkawinan yang sukses pasti membutuhkan kedewasaan tanggung jawab secara fisik maupun mental, untuk bisa mewujudkan harapan yang ideal dalam kehidupan berumah tangga (undang-undang pokok perkawinan. 2007 : 4). Dari sudut pandang kedokteran, pekawinan muda mempunyai dampak negatif baik bagi ibu maupun anak yang dilahirkan. Menurut para sosiolog, ditinjau dari sisi sosial, perkawinan muda dapat mengurangi harmonisasi keluarga. Hal ini disebapkan oleh emosi yang masih labil, gejolak darah muda dan cara perpikir yang belum matang. Melihat perkawinan muda dalam perbagai aspeknya mempunyai banyak dampak negatif. Oleh karenanya pemerintah hanya mentoleril perkawinan diatas 19 tahun. Perkawinan yang ideal untuk perempuan adalah 21-25 tahun sementara laki-laki 2528 tahun. Karena diusia itu organ reproduksi perempuan secara psikologis sudah
berkembang dengan baik dan kuat serta siap untuk melahirkan keturunan secara fisik pun mulai matang. Sementara laki-laki pada usia itu kondisi psikis dan fisiknya sangat kuat, sehingga mampu menopang kehidupan keluarga untuk melinbungi baik secara emosional, ekonomi dan sosial. Sementara itu kenyataan yang ditemui dalam masyarakat masih banyak terjadi perkawinan pada usia yang relatif muda dan bahkan masih di batas usia minimum. Hal ini banyak di jumpai pada daerah pingir kota, khususnya di Kelurahan Koto Panjang Ikua Koto Kecamatan Koto Tangah Padang. Dimana perkawinan usia muda yang terjadi dikelurahan ikua koto mempunyai banyak negatifnya, diantaranta disebabkan oleh konfik antara suami dan istri karena kebutuhan hidup tidak terpenuhi, hal ini dipicu oleh keegoisan sehingga timbul perceraian dalam keluarga. Namun ada juga dengan faktor ekonomi yang tidak terpenuhi untuk kebutuhan sehari-hari. Dampak-dampak yang disebabkan perkawinan usia muda yang terjadi, dampak tersebut antara lain adalah suami istri, anak-anak serta keluarga. Yang mana seorang suami belum mengetahui berapa besar tanggung jawabnya terhadap keluarga, masih malas-malas menafkahi istrinya. Wanita yang melangsungkan perkawinan mempunyai gangguan terhadap kehamilan, dan dalam perkawinan muda ini orang tua merasa terbebani karena persiapan yang kawin muda ini belum sepenuhnya siap, sehinga masih membutuhkan arahan dan bimbingan orang tua. Berdasarkan data sementara yang penulis dapat dari KUA koto tangah mengenai jumlah perkawinan, pada keseluruhan tahun 2011 sampai 2013 terdapat 397 masyarakat Koto Panjang Ikua Koto yang melaksanakan perkawinan. Masyarakat yang melakukan usia perkawinan muda yang terjadi di Kelurahan Koto Panjang Ikua Koto Kecamatan Koto Tangah, yang yaitu pada tahun 2011 berjumlah 39 perkawinan, tahun 2012 berjumlah 56 perkawinan, dan pada tahun 2013 berjumlah 44 perkawinan. Dari hasil data diatas, bahwa hampir 50% masyarakat koto panjang ikua koto, 3 tahun belakangan ini banyah melaksanakan perkawinan usia muda. Perkawinan usia muda ini terjadi antara umur 17-19 tahun.
2
Berdasarkan realita yang ada Kelurahan Koto Panjang Ikua Koto Kecamatan Koto Tangah Padang, perlu di telusuri lebih lanjut melalui penelitian tentang “Persepsi Masyarakat Tentang Perkawinan Usia Muda Di Kelurahan Koto Panjang Ikua Koto Kecamatan Koto Tangah Padang”.
pada pasangan perkawinan usia muda dikarenakan jalan fiker, prilaku, sifat, dan emosi masih anak-anak, dimana masih labillabilnya. Perceraian adalah putusnya hubungan perkawinan suami, istri dengan mengucapkan cerai kepada istrinya, dengan kata yang jelas atau dengan kata sindiran. Hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan informan, ada beberapa persepsi (pandangan) informan tentang dampak yang disebabkan oleh perkawinan usia muda antara lain : 1) Dampak terhadap suami istri membangun rumah diperlukan pondasi yang kokoh, mana perperan sangat penting sebagai penompang beban yang berat. Begitu juga dengan membanggun keluarga, juga diperlukan seseorang yang mampan dan siap dalam menjalani hidup berumah tangga dengan berbagai tantangan dan juga resiko yang dihadapi. Sedangkan kenyatan yang peneliti lihat dilapangan menunjukan pasangan yang menikah pada usia muda belum sepenuhnya bisa menjalani peranya sebagai suami istri, karena masih memerlukan bimbimgan dari orang tua. Dilihat banyak pasangan yang menikah muda belum mempunyai perkerjaan dan penghasilan yang belum tetap, sehingga menafkahi keluarga masih mengharapkan bantuan dari orang tua. Seorang calon suami istri haruslah orang yang cukup dewasa, matang, mampan dan mandiri bagi pasangan dalam suatu keluarga perlu memahami dan membekali akan pengetahuan hihup berumah tangga, agar kelengkapan potensi yang diperlukan dapat terpenuhi. Oleh sebab itu, untuk melangkah kejenjang pernikahan seorang harus benar-benar siap memasuki dan mengaruhi bahtera kehihupan berumah tangga . 2) Dampak terhadap Anak-anaknya Perempuan yang hamil dibawah 20 tahun, banyak mengalami gangguan dalam kehamilanya, perempuan yang hamil dibawah 20 tahu susah melahirkan, banyak melahirkan lewat jalan operasi, terkadang anak yang dilahirkan permatur. Ada juga keguguran dikarenakan kurang bisa menjaga kandunganya. Itu juga yang dialami perempuan yang menikah di muda kurang telaten untuk mengasuh anaknya, sehinga hak asuh anak diserahkan pada orang tua.
METODE PENELITIA Berdasarkan latar belakang dan kajian teori maka jenis penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Moleong (2010:6) merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang di alami oleh subjek penelitian. Data kualitatif adalah data-data deskriptif melalui pengamatan dan wawasan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pertama : Di Kelurahan Koto Panjang Ikua Koto salah satu penyebab terjadinya perkawinan usia muda adalah perempuan yang putus sekolah. Banyak dari perempuan ini sudah menemukan jodohnya dalam umur yang masih begitu muda, orang tua mengangap kalau sudah ada jodoh untuk apa lagi ditunda-tunda untuk menikah, lebih baik dilaksanakan secepatnya. Kalau ditunda-tunda nanti terjadi hal-hal yang tidak di inginkan. Selain itu ada juga yang mengatakan, perkawinan usia muda berkaitan dengan pandangan masyarakat adalah, perkawinan yang terjadi oleh keinginan diri sendiri dimana sianak tidak mau lagi sekolah, pandangan lainya adalah karena pergaulan bebas. Dimana saat sekarang ini, pergaulan dalam hal perpacaran. Dalam perpacaran banyak remaja tidak lagi menghiraukan dampak buruk dalam salah bertindak. Akidatnya kebebasan itu sering dijumpai tindakantindakan asusila dan pandangan buruk lagi ditimbulkan dalam lingkungan masyarakat, sehinga orang tua segera menikahnya. Jadi dampak pasitif dalam pernikahan usia muda ini adalah dengan menikahi anaknya maka dan orang tua terhindar dari cemoh masyarakat dan sianak terhindar dari perbuatan zina. Kedua : Selain itu masyarakat yang berada di Kelurahan Koto Panjangg Ikua Koto mengatakan perkawiman dibawah umur dilihat dari segi negatifnya banyak perdampak keperceraian. Perceraian terjadi
3
Seharusnya seorang perempuan yang telah menikah dan mempunyai anak harus bisa menghurus anaknya, tanpa ada rasa takut, kebanyakan diantara perempuan yang menikah muda masih mengantungkan perkerjaanya seperti mengasuh anaknya kepada arang tuanya. Lebih baik seorang yang akan menjadi seorang istri harus mempunyai persiapan mental dan fisik untuk memikul beban berat menjadi istri dan juga seorang ibu dilingkungan keluarganya. 3) Dampak masing-masing keluarga Apa bila perkawinan biantara anak-anak mereka lancar, sudah tentu akan menguntungkan orang tuanya masingmasing. Namun apa bila sebaliknya keadan rumah tangga mereka tidak bahagia yan hakirnya terjadi perceraian. Perceraian adalah melepaskan ikatan perkawinan suami istri dengan mengucapkan secara suka rela ucapan kata cerai, kepada isrtinya. Pasangan yang menikah pada pernikahan usia muda sering terjadi, karena baik segi pisiologis maupun sosial ekonomi belum matang. Di Kelurahan Koto Panjang Ikua Koto perceraian sering terjadi di sebabkan oleh konflik antara suami istri, karena kebutuhan hidup tidak terpenuhi. Hal ini juga dipicu oleh keegoisan sehingga timbul perceraian dalam keluarga.
terampil, dan masih mengharapkan bantuan dari orang tua. Dalam masalah ekonomi pasangan yang kawin usia muda masih mengharapkan bantuan orang tuanya.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis di Kelurahan Koto Panjang Ikua Koto Kecamatan Koto Tangah Kota Padang, maka dapat disimpulkan : 1. Persepsi masyarakat tentang penyebab terjadinya perkawinan usia muda di Kalurahan Koto Panjang Ikua Koto, tersebut adalah(a) keinginan diri sendiri, (b) karena alasan tidak mau lagi sekolah, (c) pergaulan bebas. Jika pernikahan usia musa dilaksanakan dengan alasan tertentu, maka tujuan perikahan untuk membina rumah tangga bahagia dan kekal sulit tercapai. Karena pada dasarnya tujuan pernikahan itu adalah untuk membina rumah tangga yang bahagia dan kekal agar kedua pasangan dapat saling melengkapi satu sama lainnya. 2. Persepsi masyarakat tentang dampak perkawinan usia muda di kelurahan koto panjang ikua koto, bagi suami istri sering terjadi pertengkaran, terancam gagal dan berdampak pada perceraian. Dalam urusan anak pasangan usia muda kurang
Badan
Berdasarkan kesimpulan, peneliti menyaranka kepada : 1. Kepada pemerintah di Kelurahan Koto Panjang Ikua Koto untuk mensolisasikan, kepada masyarakat agar lebih memperhatikan usia dalam melangsungkan perkawinan. 2. Seluruh masyarakat yang akan melangsungkan pernikahan untuk lebih mempersiapkan diri baik usia, perkerjaan maupun pendidikan. Karena banyak hal yang akan dihadapi dalam membina bahtera rumah tangga. 3. Bagi pasangan yang menikah diusia muda lebih memperhatikan dan mempelajari makna penting dalam hubungan keluarga. Melaksanakan peranan masing-masing dengan sempurna tampa tergantung pada orang lain, dan bisa menciptakan kehidupan yang harmonis, serta menjaga kehormatan rumah tangga agar tujuan keluarga dapat tercapai DAFTAR PUSTAKA Koorninat Keluarga Berencana Nasional. 2000. Keluarga Berencana Dan Kesehatan Repoduksi. Jakarta :BKKBN DEPAG RI
Badan Pusat Statistik Indonesia. 2000. Demographic and Health Survey. Jakarta :BPS DEPAG RI . Dalisman. 2011. Pernikahan Usia Muda Didaerah Tranmigrasi Kecamatan Talamau Kabupaten Pasaman Barat. Padang. Skripsi. STKIP PGRI Sumatera Barat. Departemen Agama RI. Ditjen Bimas Islam Dan Penyelenggaraan Haji Proyek PeningkatanKehidupan Keluarga Sakinah. 2004. Tuntutan keluarga sakinah bagi remaja usia Nikah. Jakarta. DEPAG RI.
4
Dektorat Pembinaan Pendidikan Agama Islam. 2006. Hukum Perkawinan Islam. Jogyakarta. UI Pres
Najmi. 2012. Kawin Usia Muda (Studi Kasus Dijorong Lubuk Gadang Kenegarian Parit Kecamatan Koto Balingka Kabupaten Pasaman Barat. Padang. Skripsi. STKIP PGRI Sumatera Barat.
Efinda Dona. 2013. Factor Pendorong Pernikahan Usia Remaja Di Desa Perhentian Sungkai Kecamatan Pucuk Pantau Kabupaten Kuantan Singing, Riau. Skripsi. STKIP PGRI Sumatera Barat.
Mudja
Mudja Sp. 2012. Persepsi Masyarakat Tentang Perkawinan Muda Lubuk Minturun Koto Padang. Skripsi. STKIP PGRI Sumatera Barat
Sugyono.
2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. PT Alfere Bandung.
Halisma. 2006. Perkawinan Usia Muda. Padang. Skripsi. FIS UNP Iskandar.
2009. Metode Penelitian Pendidikan Dan Sosial (kuantitatif-kualitatif). Jakarta. Gaung Persada Press (GP Press)
Al-Quran dan Terjemahan. 2000. Jakarta. CV. Nala Dana.
Moleong, Lexi J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: RemajaRosda Karya.
Titin Sumarnis. 2002. Perkawinan Dibawah Umur. Skripsi. FIS UNP.
Marisa. 2006. Perkawinan Usia Muda Di Nagari Simpang Sugiran Kecamatan Gubuk Kabupaten 50 Koto. Padang. STKIP PGR Sumatera Barat.
Wardatur Rahmi. 2013. Persepsi Tentang Metantau Di Kenagarian Suliki Aie Kecamatan X Koto Diatas Kabupaten Solok. Skripsi. STKIP PGRI Sumatera Barat.
Ridoan Mhd. 2012. Persepsi Masyarakat Tentang Perubahan Kebudayaan Dikampung Bangun Raya Jorong Sentosa Negari Padang GelugungKecamatan Padang Gelugung Kabupaten Pasaman. Padang. Skripsi. STKIP PGRI Sumatera Barat.
Melianti Yusman. 2009. Pernikahan Dini Dalam Persepektif Agama Dan Negara. UNB
Pabunda
Undang-Undang Perkawinan.2007. Jakarta. Sinar Grafika. http://digilib.umm.ac.id/files/disk1/55/jiptu mmpp-gdl-s1-2005-dahliaayuk-2705Pendahul-n.pdf. diakses 3 Agustus 2013 /2013/03/-wan-dampak-negatif-perkawinandini547881.html diakses 3 Agustus 2013
Moh Tika . 2005. Metode Penelitian Geografi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
5