PERSEPSI KHALAYAK TERHADAP PEMBERITAAN PERKEMBANGAN KOTA SOLO DI SURAT KABAR LOKAL (Persepsi Pelaku Industri Pariwisata Tentang Citra Kota Solo Atas Pemberitaan Di Harian Umum Solopos Periode 15 November 2013-15 Januari 2014)
Ari Purwadi Kandyawan
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract The perception of audience toward news report about developments of Solo City in local newspaper (The Perception of the Actors of Tourism Industry about the Image of Solo City from the News on Harian Umum Solopos the Period of 15th November 2013 - 15th January 2014). Thesis, Department of Communication Studies, Faculty of Social and Political Sciences, Sebelas Maret University, Surakarta, Indonesia, 2015. The purpose of this study was to determine how perceptions of the actors of tourism industry about the image of Solo City from the news on Harian Umum Solopos the period of 15th November 2013 - 15th January 2014. This research was classified to the qualitative descriptive study with the subjects of research are actors of Solo City tourism industry by using of interview as a data collection techniques, with the interviews sampling techniques is purposive sampling techniques, which is based on the reason or particular considerations (purposeful selection) appropriate with the research purposes. The discussion in this study will be constrained by eight roles of mass media that was described by Denis McQuail that aims to make this research has a focused discussion with the clear and systematic directions. The techniques of data analysis by using interactive analysis techniques, which is consists of three components, such as data reduction, data presentation, and conclusion. To ensure the validity of the data, the researcher using triangulation techniques.
1
Keyword: Audience Perseptions, Local Newspapers, City Image, Indonesian.
Pendahuluan Dewasa ini, berbagai negara di dunia berlomba-lomba mengembangkan industri pariwisata di negara mereka sebagai salah satu cara untuk meningkatkan pendapatan negara, termasuk negara-negara di kawasan ASEAN. Sepanjang periode 2005 hingga 2012, industri pariwisata di kawasan ini mampu tumbuh ratarata 8,3% per tahun, di atas pertumbuhan industri pariwisata global yang rata-rata 3,6% per tahun.1 Pertumbuhan industri pariwisata di kawasan ASEAN merupakan peluang besar bagi Indonesia untuk mendapatkan kunjungan wisatawan sebanyak mungkin. Di Indonesia, industri pariwisata merupakan salah satu industri besar yang memberikan kontribusi positif bagi perekonomian nasional. Dampak positif industri pariwisata terhadap perkonomian nasional dapat dilihat dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Nasional yang mencapai 3,8% dan jika memperhitungkan efek penggandanya, kontribusi pariwisata pada PDB mencapai sekitar 9%.2 Indonesia memiliki beragam destinasi pariwisata yang potensial untuk menggenjot angka kunjungan wisatawan mancanegara, antara lain melalui destinasi wisata budaya yang tersebar di berbagai daerah. Salah satunya adalah Kota Surakarta. Surakarta atau Solo merupakan sebuah kota di Jawa Tengah yang kental dengan kebudayaan Jawa serta memiliki berbagai destinasi pariwisata berbasis kebudayaan Jawa. Industri pariwisata di kota ini menempati urutan pertama pada Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) atas harga berlaku menurut lapangan usaha, Kota Surakarta tahun 2013, dilihat dari pendapatan Perdagangan, Hotel dan Restoran.3 Bisa dikatakan, industri pariwisata di Kota Solo memiliki potensi besar menambah kontribusi, serta memengaruhi perekonomian kota. 1
http://www.parekraf.go.id/asp/detil.asp?id=2555. Diakses Selasa, 10 Februari 2015, Pukul 21.49 WIB. 2 Ibid. 3 http://surakartakota.bps.go.id/index.php?hal=tabel&id=13. Diakses Kamis, 11 Februari 2015 Pukul 05.43 WIB.
2
Perkembangan sektor pariwisata akan memengaruhi perkembangan sektor lainnya sehingga diharapkan dapat memengaruhi perkembangan kota secara menyeluruh. Perkembangan Kota Solo pada sektor pariwisata pada khususnya dan sektor jasa pada umumnya sangat dipengaruhi oleh aktivitas masyarakat yang ada di dalamnya. Karenanya, keberadaan surat kabar lokal menjadi penting untuk mengenalkan seluruh potensi kota kepada publik baik publik internal maupun eksternal kawasan. Sayangnya, keberadaan surat kabar lokal di kota ini umumnya tidak bertahan lama yang disebabkan oleh berbagai hal. Di antara sedikitnya surat kabar lokal yang mampu bertahan mengikuti perkembangan Kota Solo adalah Harian Umum Solopos. Beragam informasi terkait Kota Solo yang termuat dalam pemberitaan di Harian Umum Solopos memudahkan publik mengetahui kondisi Kota Solo secara utuh dan berkelanjutan. Dari pemberitaan tersebut, beragam potensi serta dinamika Kota Solo dapat dengan mudah diketahui publik sehingga dapat dikatakan pemberitaan tersebut merupakan gambaran utuh Kota Solo yang diharapkan memiliki dampak positif terhadap perkembangan Kota Solo dan masyarakat yang ada di dalamnya. Lantas seperti apa persepsi pelaku industri pariwisata tentang citra Kota Solo atas pemberitaan di Harian Umum Solopos? Penelitian ini mencoba untuk mengungkapkan bagaimana persepsi pelaku industri pariwisata tentang citra Kota Solo atas pemberitaan di Harian Umum Solopos periode 15 November 2013-15 Januari 2014.
Rumusan Masalah Bagaimana persepsi pelaku industri pariwisata tentang citra Kota Solo atas pemberitaan di Harian Umum Solopos periode 15 November 2013-15 Januari 2014?
3
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui persepsi pelaku industri pariwisata tentang citra Kota Solo atas pemberitaan di Harian Umum Solopos periode 15 November 2013-15 Januari 2014.
Tinjauan Pustaka 1.
Persepsi Jalaludin Rakhmat mengartikan persepsi sebagai pengalaman tentang objek,
peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi adalah memberi makna pada stimuli inderawi. 4 Sementara itu, Linda. L. Davidof menyatakan persepsi sebagai proses yang mengorganisir dan manggabungkan data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita termasuk sadar akan diri kita sendiri. 5 Persepsi merupakan keadaan yang saling terkait dari individu maka apa yang ada di dalam diri individu, pengalaman-pengalaman individu, akan ikut aktif dalam persepsi individu. 2.
Industri Pariwisata Undang-undang No.
10 Tahun 2009
Republik Indonesia Tentang
Kepariwisataan menyebut pariwisata merupakan berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. 6 Sedangkan, industri pariwisata sendiri diartikan sebagai kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.7
4
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 50. Linda L. Davidof, Psikologi Suatu Pengantar (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1998), hlm. 232. 6 Undang-undang No 10 Tahun 2009 Republik Indonesia, Bab 1, Pasal 1, No. 3. 7 Ibid. Bab 1, Pasal 1, No. 9. 5
4
3.
Berita AS Haris Sumadiria8 mendefinisikan berita sebagai laporan tercepat
mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau media on line internet. Definisi tersebut melengkapi definisi yang selama ini diungkapkan para pakar, yang lebih banyak bertitik tolak dari dunia surat kabar. Definisi tersebut mengetengahkan berita dalam konteks terkini yang tidak hanya menggunakan media cetak tetapi juga menggunakan media elektronik dan media baru mengikuti perkembangan zaman. 4.
Surat Kabar Surat kabar seperti diketahui merupakan bagian dari media cetak sebagai
salah satu media dalam komunikasi massa. Surat kabar biasanya berisi informasi dari berbagai bidang yang bersifat umum dan biasanya terbit harian. Surat kabar memiliki karakteristik yakni publisitas (penyebaran pada publik atau khalayak), periodesitas (keteraturan terbitnya), universalitas, aktualitas, objektivitas dan terdokumentasikan. Surat kabar dikelompokkan dalam berbagai kategori. Dilihat dari ruang lingkupnya, maka kategorisasinya adalah surat kabar nasional, surat kabar regional dan surat kabar lokal. Dilihat dari bentuknya, kategorisasinya adalah surat kabar biasa dan majalah. Dilihat dari bahasanya maka dapat dikelompokkan menjadi surat kabar berbahasa Indonesia, Inggris dan bahasa daerah. 9 5.
Surat Kabar Lokal AS Haris Sumadiria10 menjelaskan pers lokal hanya beredar di sebuah kota
dan sekitarnya. Salah satu ciri pers lokal ialah 80 persen isinya didominasi oleh berita, laporan, tulisan, dan sajian gambar bernuansa lokal. Motivasi dan ambisi 8
AS Haris Sumadiria. Jurnalistik Indonesia, Penulisan Berita dan Feature, Panduan Praktis Jurnalis Profesional. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 65. 9 Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komaja Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu Pengantar (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2004), hlm. 104-107. 10 AS Haris Sumadiria, Op.Cit, hlm. 42.
5
pers lokal adalah menjadi “raja” di kotanya sendiri. Pers lokal bisa disebut sebagai kamus dan cermin berjalan sebuah kota karena peristiwa dan fenomena apapun tentang kota tersebut bisa dijumpai di dalamnya. 6.
Citra Citra adalah kesan, perasaan, gambaran diri publik terhadap perusahaan,
kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu obyek, orang atau organisasi. 11 Katz mendefinisikan citra sebagai bagaimana pihak lain memandang perusahaan, seseorang, suatu komite, atau suatu aktivitas. Sementara itu, Frank Jefkins menyimpulkan bahwa secara umum citra diartikan sebagai kesan seseorang atau individu tentang sesuatu yang muncul sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalamannya. Definisi lain dari Jalaluddin Rakhmat menyebutkan citra adalah penggambaran tentang realitas dan tidak harus sesuai realitas, citra adalah dunia menurut persepsi.12 7.
Citra Kota Citra sebuah kota berkaitan erat dengan aset yang dimiliki kawasan tersebut
dalam segala aspek yang akan memberikan kontribusi bagi pembentukan identitas pada kawasan tersebut. Proses pembentukan identitas ini berlangsung lama bahkan bisa dikatakan sama lamanya dengan usia kawasan tersebut. Pada akhirnya,
setiap
kawasan
memiliki ciri khas
maupun keunikan yang
membedakannya dengan kawasan lain. Kota sebagai suatu lingkungan fisik pasti memiliki berbagai aspek yang dapat diangkat, dikembangkan dan akhirnya menjadi identitas kota itu sendiri, seperti nilai historis dan aspek-aspek yang bersifat faktual lainnya. Identitas kota sebaiknya merupakan sesuatu yang spesifik.
11
Bill Canton dalam Arko. K Sukatendel, Public Relations Perusahaan, dikutip oleh Soleh Sumirat dan Elvinaro Ardianto, Dasar-Dasar Public Relations (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 112. 12 Ibid, hlm. 113-114.
6
Metodologi Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif hanyalah memaparkan situasi dan peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, menguji hipotesa atau membuat prediksi. 13 Sedangkan penelitian kualitatif didefinisikan Hadari Nawawi dan Mimi Martini14 sebagai suatu konsep keseluruhan
untuk
mengungkapkan
rahasia
sesuatu,
dilakukan
dengan
menghimpun data dalam keadaan sewajarnya, mempergunakan cara bekerja yang sistematik, terarah, dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain, penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang memaparkan situasi dan hasilnya tidak didapatkan dari suatu perhitungan, melainkan dengan menghimpun data dalam keadaan yang sewajarnya. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah pelaku industri pariwisata di Kota Solo yang merupakan informan terpilih yang diambil dengan menggunakan metode purposive sampling. Sebelumnya, peneliti melakukan observasi pemberitaan selama periode 15 November 2013-15 Januari 2014 untuk menentukan informan. Adapun informan dalam penelitian ini adalah informan yang menjadi narasumber dalam pemberitaan, informan yang ditunjuk narasumber dalam pemberitaan untuk mewakilinya, maupun informan yang mewakili institusi yang terdapat dalam pemberitaan. Metode penelitian yang digunakan adalah reception analysis atau analisis penerimaan yang merupakan salah satu standar untuk mengukur khalayak media dimana analisis ini mencoba memberikan makna atas pemahaman teks media (cetak, elektronik, internet) dengan memahami bagaimana karakter teks media dibaca oleh khalayak. 15 Hal ini terfokus pada pengalaman dan pemirsaan (ketersentuhan media) khalayak (pembaca atau penonton), serta bagaimana makna diciptakan melalui pengalaman tersebut. Selanjutnya, pembahasan penelitian
13
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1991), hlm.21. 14 Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1994), hlm. 175. 15 Ido Prijana Hadi, Penelitian Khalayak Dalam Perspektif Reception Analysis, Jurnal Ilmiah Scriptura, Januari 2008, Vol.2 No.1, hlm 2.
7
dibatasi delapan peranan media massa seperti diungkapkan Denis McQuail16 yang dilakukan agar penelitian ini memiliki fokus pembahasan dengan arahan yang jelas dan sistematis. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara (interview) yang merupakan percakapan antara peneliti (seseorang yang berharap mendapat informasi) dan informan (seseorang yang diasumsikan mempunyai informasi penting tentang suatu objek). 17 Teknik pengambilan sampel wawancara dalam penelitian ini adalah purposive sampling yang lebih mendasarkan diri pada alasan atau pertimbanganpertimbangan tertentu (purposeful selection) sesuai dengan tujuan penelitian.18 Selanjutnya, penelitian ini menggunakan teknik analisis data model analisis interaktif yang terdiri dari reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Reduksi data merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi data (kasar) yang ada dalam catatan harian. Penyajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan peneliti dapat dilakukan. Kesimpulan diambil dengan membandingkan penyajian data dengan rumusan dan latar belakang masalah sehingga menjadi sebuah kesimpulan yang merupakan bagian kesatuan dalam penelitian ini. Untuk menjamin validitas data atau keabsahan data, peneliti menggunakan teknik triangulasi data atau triangulasi sumber. Cara ini mengarahkan peneliti agar di dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Jadi, data yang sama akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda.
16
Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa , Suatu Pengantar (Edisi Kedua; Jakarta: Penerbit Erlangga, 1996), hlm. 53. 17 Burhan Bungin, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran (Jakarta: Prenada Media Group, 2006), hlm 96. 18 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2009), hlm. 85.
8
Sajian dan Analisis Data 1.
Pemberitaan di Harian Umum Solopos sebagai window on event and experience Persepsi para informan terhadap peranan pemberitaan di Harian Umum
Solopos sebagai window on event and experience atau jendela peristiwa dan pengalaman yang meluaskan pandangan masyarakat dan memungkinkan masyarakat mampu memahami apa yang terjadi di sekitar mereka, tanpa campur tangan pihak lain atau sikap memihak yakni para informan memandang pemberitaan di Harian Umum Solopos mampu membuka wawasan masyarakat tentang Kota Solo dengan menyajikan beragam informasi terkait perkembangan Kota Solo secara utuh dan berkelanjutan. Hal ini karena, berbagai informasi terkait program pembangunan kota yang dicanangkan para stakeholder kota, beragam predikat Kota Solo baik yang sudah tercapai maupun yang baru disusun, perkembangan di bidang pariwisata di Kota Solo mulai dari destinasi hingga jadwal dan penyelenggaraan agenda budaya atau even lainnya, prestasi yang diraih Kota Solo ataupun para stakeholder yang ada didalamnya, dapat dengan mudah dijumpai melalui pemberitaan di Harian Umum Solopos. Hal tersebut terdapat dalam pernyataan Gembong Hadi Wibowo yang menyatakan pemberitaan terkait berbagai predikat Solo sebagai Kota Vokasi, Kota Mice, Kota Hijau, Kota Layak Anak di Harian Umum Solopos dapat menambah wawasan masyarakat terkait prestasi Kota Solo, dan bahkan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat untuk mewujudkannya. Daryono juga mengungkapkan pemberitaan di Harian Umum Solopos mampu membuka wawasan publik terkait berbagai aktivitas yang bisa dilakukan di Kota Solo dengan menyajikan informasi destinasi pariwisata maupun informasi berbagai jadwal kegiatan yang digelar di Kota Solo. Senada, Endang Sri Muniarti dan Sulatri juga menyampaikan pemberitaan di Harian Umum Solopos mampu membuka wawasan masyarakat terkait berbagai predikat yang melekat di Kota Solo serta informasi destinasi pariwisata di Kota Solo.
9
2.
Pemberitaan di Harian Umum Solopos sebagai Juru bahasa Persepsi para informan terhadap peranan pemberitaan di Harian Umum
Solopos sebagai juru bahasa dan pemberi makna terhadap peristiwa atau hal yang terpisah dan kurang jelas ini berkaitan dengan sebuah isu tertentu yang memerlukan penjelasan secara mendetail, terutama isu-isu baru yang ditujukan untuk kepentingan publik tetapi belum banyak diketahui khalayak seperti pernyataan informan terkait konsep pengembangan ekonomi kreatif, isu kesetaraan penyandang disabilitas di Kota Solo dan berbagai program SKPD lainnya, isu-isu tersebut merupakan isu yang cenderung masih baru dan masih belum diketahui khalayak. Karenanya, pemberitaan di Harian Umum Solopos terkait berbagai isu tersebut berperan menjadi juru bahasa yang menerjemahkan apa yang menjadi maksud para informan ke publik, termasuk memberikan penjelasan (makna) terhadap hal-hal yang belum dimengerti publik dengan bahasa yang mudah dipahami publik.
3.
Pemberitaan di Harian Umum Solopos sebagai pembawa atau pengantar informasi dan pendapat Persepsi para informan terhadap peranan pemberitaan di Harian Umum
Solopos sebagai pengantar atau pembawa informasi dan pendapat yakni para informan
memandang
pemberitaan di Harian
Umum
Solopos
mampu
menginformasikan kepada publik terkait penyelenggaraan berbagai even, destinasi pariwisata, maupun pencanangan berbagai predikat kota sehingga pemberitaan tersebut dipandang mampu memberi kontribusi positif terhadap kesuksesan penyelenggaraan berbagai even, perkembangan destinasi pariwisata, serta terwujudnya berbagai predikat kota atas program yang dicanangkan karena pemberitaan tersebut mengundang partisipasi aktif masyarakat. Lebih dari itu, para informan juga memandang pemberitaan di Harian Umum Solopos sebagai pengantar informasi serta pendapat ini sekaligus memungkinkan para informan dan masyarakat untuk mengawasi jalannya fungsi pemerintahan, di antaranya dengan memfasilitasi mereka untuk bersuara, yang dilakukan Harian Umum Solopos dengan menjadikan mereka sebagai narasumber pemberitaan terkait isu
10
tertentu, sehingga pemikiran mereka akan tersampaikan ke publik. Lebih dari itu, pemikiran para informan dan masyarakat tersebut bahkan bisa menjadi masukan dan pertimbangan bagi stakeholder kota lainnya dalam proses penyusunan dan pengambilan keputusan terkait berbagai kebijakan publik.
4.
Pemberitaan di Harian Umum Solopos sebagai jaringan interaktif Persepsi para informan terhadap peranan pemberitaan di Harian Umum
Solopos sebagai jaringan interaktif yang menghubungkan pengirim dan penerima dengan berbagai macam umpan balik yang tidak hanya sekadar tempat berlalu lalangnya informasi, tetapi juga partner komunikasi yang memungkinkan terjadinya komunikasi interaktif ini antara lain para informan memandang bahwa pemberitaan di Harian Umum Solopos kerap menyampaikan pemikiran masyarakat terkait sebuah isu tertentu, yang sekaligus masyarakat dapat dengan mudah memantau timbal baliknya. Selanjutnya, pemberitaan di Harian Umum Solopos juga dipandang para informan lebih efektif untuk menghubungkan narasumber dengan publik, meskipun para informan juga melakukan usaha mandiri untuk berinteraksi dengan publik. Pemberitaan di Harian Umum Solopos yang menjadi perantara bagi para informan dan masyarakat ini, membantu para informan dalam proses penyebaran informasi ke publik sehingga mereka melakukan berbagai upaya untuk mengusahakan adanya publishitas dari media massa, di antaranya dengan mengeluarkan berbagai bentuk produk kehumasan.
5.
Pemberitaan di Harian Umum Solopos sebagai Guide, penunjuk jalan atau interpreter Persepsi para informan terhadap peranan pemberitaan di Harian Umum
Solopos sebagai guide, penunjuk jalan atau interpreter yang mengarahkan masyarakat memahami suatu persoalan dengan menjelaskannya dalam bentuk tulisan berita antara lain terungkap dari pernyataan para informan yang menyatakan pemberitaan di Harian Umum Solopos mampu mengarahkan masyarakat memahami berbagai persoalan yang dialami Kota Solo. Pemberitaan
11
di Harian Umum Solopos mampu mengedukasi masyarakat dengan berbagai informasi yang belum dan penting untuk diketahui khalayak, seperti informasi terkait program kerja dan kinerja pemerintah kota, konsep pengembangan ekonomi kreatif, kesetaraan penyandang disabilitas, pengembangan pasar tradisional serta informasi lain terkait berbagai isu yang tengah berkembang di Kota Solo. Para informan menilai pemahaman dari publik akan mendorong partisipasi aktif mereka dalam mewujudkan berbagai program yang telah dicanangkan. Para informan juga memandang pemberitaan di Harian Umum Solopos mampu mengarahkan para stakeholder kota memahami apa yang menjadi pemikiran masyarakat yang dapat dijadikan masukan dalam penyusunan maupun pengambilan keputusan terkait berbagai kebijakan publik, dan juga mengarahkan para stakeholder kota untuk memahami berbagai persoalan di masyarakat yang belum terjangkau dari pengawasan mereka yang memerlukan penanganan atau tindakan lebih lanjut.
6.
Pemberitaan di Harian Umum Solopos sebagai filter atau penyaring Persepsi para informan terhadap peranan pemberitaan di Harian Umum
Solopos sebagai filter atau menyaring bagian mana yang perlu diberi perhatian khusus dan menyisihkan bagian lainnya, baik secara sadar dan sistematis ataupun tidak ini antara lain para informan memandang pemberitaan di Harian Umum Solopos kerap dan berusaha menonjolkan sisi yang berbeda dibandingkan pemberitaan di surat kabar lain, dan cenderung mengulas sisi negatif dari sebuah peristiwa, yang dianggap para informan sesuai dengan ketertarikan publik. Hal ini, ada kalanya berbenturan dengan kepentingan atau harapan para stakeholder. Para stakeholder menyadari pemberitaan yang mengulas sisi negatif dari sebuah peristiwa ini di luar kontrol mereka, sehingga mereka memandang hal ini sebagai bahan evaluasi dan berusaha mengelola benturan kepentingan ini dengan bijak. Akan tetapi, tak jarang pemberitaan yang mengulas sisi negatif dari sebuah peristiwa tersebut dinilai memberatkan stakeholder yang kemudian melayangkan keberatan kepada redaksi. Selain itu, para informan juga memandang pemberitaan
12
yang mengulas sisi negatif suatu peristiwa ini tidak selalu berdampak negatif pula. Sehingga menurut para informan, Harian Umum Solopos tidak harus menghindari pemuatan berita seperti ini. Hanya saja, para informan berharap pemberitaan seperti ini perlu disaring kembali agar pemberitaan yang dimuat bukan merupakan pemberitaan yang berdampak kurang menguntungkan bagi Kota Solo pada umumnya dan masyarakat yang ada di dalamnya pada khususnya.
7.
Pemberitaan di Harian Umum Solopos sebagai cerminan masyarakat yang ada di dalamnya Persepsi para informan terhadap peranan pemberitaan di Harian Umum
Solopos sebagai cermin berbagai peristiwa yang ada di masyarakat dan dunia yang merefleksikan apa adanya apa yang terjadi di masyarakat ini antara lain memandang pemberitaan di Harian Umum Solopos yang menginformasikan segala hal terkait kota Solo secara utuh dan berkelanjutan, dipandang dapat menjadi referensi utama bagi masyarakat baik yang berasal dari dalam maupun luar Kota Solo untuk mengetahui kondisi Kota Solo. Pemberitaan terkait Kota Solo di Harian Umum Solopos juga dipandang merupakan cermin berbagai peristiwa yang ada di Kota Solo, yang dapat merefleksikan kondisi Kota Solo apa adanya. Selain itu, adanya rubrik khusus berbahasa Jawa di Harian Umum Solopos dipandang para informan dapat mencerminkan kondisi masyarakat Solo yang masih menggunakan Bahasa Jawa dalam kesehariannya hingga kini.
8.
Pemberitaan di Harian Umum Solopos sebagai tirai atau penutup Para informan memandang peranan pemberitaan di Harian Umum Solopos
sebagai tirai atau penutup ini belum sesuai dengan harapan mereka terutama dalam memberitakan peristiwa yang menyangkut gangguan kondusifitas kota. Pemberitaan yang menyangkut gangguan kondusifitas kota ini antara lain pemberitaan terkait aksi terorisme, peristiwa huru-hara maupun peristiwaperistiwa yang berpotensi memicu terjadinya konflik di tengah masyarakat yang
13
terjadi di wilayah Soloraya. Pemberitaan tersebut menurut para informan berpotensi merusak citra positif Kota Solo sebagai kota yang aman. Oleh karena itu, menurut para informan peranan pemberitaan sebagai tirai atau penutup terhadap pemberitaan yang berpotensi merusak citra positif Kota Solo, terutama sebagai kota yang aman ini perlu ditingkatkan kembali, karena Harian Umum Solopos juga merupakan penggambaran utuh sebuah kota.
Kesimpulan Berdasarkan penelitian dengan menggunakan metode reception analysis mengenai persepsi pelaku industri pariwisata tentang citra Kota Solo atas pemberitaan Di Harian Umum Solopos periode 15 November 2013-15 Januari 2014, dengan melakukan pembatasan pembahasan menggunakan delapan peranan media massa yang dikemukakan Denis McQuail, peneliti dapat menyimpulkan pemberitaan tersebut dipandang para informan turut berperan dalam membangun citra positif Kota Solo. Hal ini karena, melalui pemberitaan tersebut masyarakat dapat mengetahui berbagai informasi terkait perkembangan kota secara utuh dan berkelanjutan, mulai dari informasi terkait bidang pariwisata, informasi terkait prestasi yang diraih Kota Solo, hingga informasi terkait berbagai predikat maupun berbagai program baru yang dicanangkan para stakeholder kota. Para informan memandang berbagai informasi tersebut penting untuk diketahui publik karena akan mendorong ketertarikan publik untuk beraktivitas di Kota Solo. Peranan pemberitaan di Harian Umum Solopos sebagai sebagai guide, penunjuk jalan atau interpreter berkaitan dengan citra positif Kota Solo ke publik lebih banyak diungkapkan para informan dibandingkan peranan lainnya. Melalui peranan ini pula, fungsi media massa sebagai sarana edukasi dan kontrol sosial terkait perkembangan Kota Solo akan tersampaikan ke publik. Selanjutnya, para informan menaruh perhatian besar terhadap fungsi edukasi dan fungsi pengawasan melalui pemberitaan di Harian Umum Solopos. Kemudian, persepsi para informan terkait fungsi pengawasan melalui pemberitaan tersebut pun beragam. Sebagian memandang fungsi pengawasan dari pemberitaan tersebut adalah baik adanya, karena memudahkan para informan
14
untuk mengawasi atau memantau perkembangan Kota Solo terkait beragam informasi yang tidak atau belum terjangkau oleh mereka. Akan tetapi, sebagian lainnya memandang fungsi pengawasan tersebut terkesan memojokkan mereka karena cenderung mengulas sisi negatif suatu peristiwa, penyelenggaraan sebuah even ataupun kinerja institusi yang bertentangan dengan kepentingan mereka. Meskipun begitu, para informan memandang fungsi pengawasan melalui pemberitaan ini merupakan masukan bagi mereka untuk terus membenahi kinerja mereka. Dari hasil penelitian ini, persepsi pelaku industri pariwisata tentang citra Kota Solo atas pemberitaan Di Harian Umum Solopos periode 15 November 2013-15 Januari
2014
hampir
sama,
meskipun
dalam
beberapa
hal,
mereka
mengungkapkan pernyataan yang beragam. Artinya informan aktif dalam membangun dan menginterpretasikan makna atas apa yang mereka baca sesuai dengan pengalaman dan latar belakang sosial masing-masing, dan jawaban yang diberikan informan berkaitan dengan pemberitaan perkembangan Kota Solo cukup masuk akal berdasarkan latar belakang informan yang membaca berita di Harian Umum Solopos. Citra Kota Solo atas pemberitaan perkembangan Kota Solo Di Harian Umum Solopos periode 15 November 2013-15 Januari 2014 mendapat persepsi positif dari para informan, dalam arti pemberitaan tersebut dipandang turut berperan dalam membangun citra positif Kota Solo di mata publik. Karenanya, peneliti dapat menggambarkan keberadaan surat kabar lokal di suatu kawasan dipandang memiliki peran penting dalam membangun citra positif kawasan kepada publik yang akan memengaruhi perkembangan positif kawasan dan masyarakat yang ada di dalamnya. Pentingnya keberadaan surat kabar lokal di suatu kawasan ini seyogyanya bisa dipahami serta menjadi masukan bagi para stakeholder maupun masyarakat di kawasan lainnya dalam usaha mereka untuk mengembangkan wilayahnya.
15
Saran Saran kepada Harian Umum Solopos adalah lebih meningkatkan kembali pemberitaan yang berisi pengawasan terhadap perkembangan Kota Solo, terutama terhadap usaha para stakeholder kota untuk mewujudkan berbagai program baru yang telah dicanangkan karena pemberitaan yang berisi pengawasan ini dapat mengawasi terwujudnya berbagai program baru yang dicanangkan sehingga akan terwujud sesuai harapan. Saran kepada kalangan pelaku industri di Kota Solo terutama para stakeholder yang berasal dari instansi pemerintahan, bahwa keberadaan Harian Umum Solopos sebagai surat kabar lokal di Kota Solo dalam mengawal perkembangan Kota Solo adalah baik adanya. Tulisan pemberitaan yang berisi kritikan yang ditujukan kepada para stakeholder kota adalah semata-mata pelaksanaan fungsi media massa sebagai kontrol sosial. Oleh karenanya, para stakeholder kota baiknya tidak terlalu sensitif terhadap pemberitaan bermuatan kritikan yang ditujukan kepada mereka, dan menjadikan hal tersebut sebagai bahan evaluasi untuk memperbaiki kinerja mereka. Selain itu, mengingat para stakeholder kota juga melakukan berbagai usaha untuk mewujudkan citra positif Kota Solo, para stakeholder kota baiknya mengkaji kembali berbagai program yang mereka canangkan dengan mengedepankan aspek inovasi dan kreativitas, serta meminimalisir pemakaian anggaran sehingga tidak akan mengesankan boros anggaran di mata publik. Saran kepada para akademisi, mengingat kajian mengenai keberadaan surat kabar lokal di suatu kawasan merupakan salah satu wacana untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, maka diharapkan nantinya akan ada penelitian lanjutan yang lebih mendalam mengenai perspesi khalayak terhadap pemberitaan di surat kabar lokal kaitannya dalam kontribusinya terhadap citra positif kawasan karena fenomena ini merupakan sesuatu yang unik dan menarik. Terlebih, masih banyaknya kawasan lain di Indonesia yang belum memiliki surat kabar lokal utuk mengawasi pembangunan di kawasan tersebut.
16
Daftar Pustaka Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala Erdinaya. (2004). Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset. Bungin, Burhan. (2006). Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Prenada Media Group. Davidof, Linda L. (1998). Psikologi Suatu Pengantar. Jakarta: Penerbit Erlangga. Koentjaraningrat. (1994). Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. McQuail, Dennis. (1996). Teori Komunikasi Massa, Suatu Pengantar, Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Erlangga. Rakhmat, Jalaluddin. (2001). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. ______ . (2011). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Penerbit Alfabeta. Sumadiria, AS Haris. (2006). Jurnalistik Indonesia, Penulisan Berita dan Feature, Panduan Praktis Jurnalis Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sumirat, Soleh dan Elvinaro Ardianto. (2010). Dasar-Dasar Public Relations. Bandung: Remaja Rosdakarya. http://www.parekraf.go.id/asp/detil.asp?id=2555. Diakses Selasa, 10 Februari 2015 Pukul 21.49 WIB. http://surakartakota.bps.go.id/index.php?hal=tabel&id=13 Februari 2015 Pukul 05.43 WIB.
diakses
Kamis,
11
Hadi, Ido Prijana. Penelitian Khalayak Dalam Perspektif Reception Analysis, Jurnal Ilmiah Scriptura, Januari 2008, Vol.2 No.1. Undang-undang No 10 Tahun 2009 Republik Indonesia Tentang Kepariwisataan.
17