PERSEPSI DAN UPAYA GURU PAI DALAM IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI 52 JAKARTA UTARA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Maghfirah Ngabalin NIM 109011000077
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M
ABSTRAK Persepsi dan Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Implementasi Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara. Dalam penelitian ini, penulis memilih judul “Persepsi dan Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Implementasi Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara” dikarenakan kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan, mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, agar kurikulum dapat berjalan efektif tentunya harus ditopang oleh kesiapan sumber daya terutama sumber daya manusia yang tersedia di sekolah. Implementasi kurikulum seharusnya dapat mewujudkan visi, misi dan tujuan pendidikan nasional secara bertahap, namun dalam kenyataannya seringkali menghadapi berbagai masalah dan tantangan sehingga yang terjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan, bahkan mengalami kegagalan. Pada kurikulum 2013 ini muncul berbagai pendapat atau tanggapan terjadi pro dan kontra dari berbagai pihak. Guru merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya, bahkan sangat menentukan berhasil tidaknya peserta didik dalam belajar. Salah satu kunci sukses yang menentukan keberhasilan implementasi kurikulum 2013 adalah upaya seorang guru atau kreativitas guru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Persepsi dan Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Implementasi Pendekatan Saintifik di SMA Negeri 52 Jakarta Utara. Subjek penelitiannya adalah Guru Pendidikan Agama Islam yang telah mengikuti pelatihan kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif melalui penelitian kepustakaan, digunakan untuk mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan judul dalam rangka menyusun landasan teori dan penelitian lapangan, dilakukan dengan terjun langsung pada objek penelitian untuk memperoleh data-data dan fakta. Dalam pengumpulan data digunakan teknik observasi, wawancara, dan angket. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi dan upaya-upaya yang dilakukan Guru PAI dalam implementasi pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 yaitu dengan mensosialisasikan tentang kurikulum 2013 dan menggunakan berbagai media serta mengoptimalkan penggunaaan sarana dan prasarana sekolah dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti terhadap peserta didik. Maghfirah Ngabalin (PAI)
i
ABSTRACT Perception and Effort Teacher Islamic Education Scientific Approach to the Implementation of the Curriculum 2013 in SMAN 52 of North Jakarta. In this study, the authors chose the title "Teacher Perception and Effort Islamic Education Scientific Approach to the Implementation of the Curriculum 2013 in SMAN 52 of North Jakarta" because the curriculum is at the core of the field of education and have an influence on the entire educational activity, given the importance of the educational curriculum and human life, in order to run an effective curriculum must be supported by the readiness of resources, especially human resources available in the school. Curriculum implementation should be able to realize the vision, mission and goals of national education in stages, but in reality often face many problems and challenges that are happening are not as expected, and even failure. In this 2013 curriculum appears the opinions or responses occur pros and cons of the various parties. The teacher is an important factor that a great influence, even determine the success or failure of students in learning. One key to success is determining the successful implementation of the curriculum in 2013 was the effort of a teacher or teacher's creativity. This study aims to determine teacher perceptions and efforts in the implementation of Islamic Education Scientific Approach in SMAN 52 of North Jakarta. Subject of research is Islamic Education Teachers who have attended the training curriculum in 2013 in SMAN 52 of North Jakarta. This research is a field study with a descriptive method of analysis with a qualitative approach through the research literature, is used to examine the books relating to the title in order to construct the basic theory and field research, conducted by the research work directly on the object to obtain data and facts . In the data collection techniques used observation, interviews, and questionnaires. The results of this study showed that the perception and the efforts made in the implementation of the Master PAI scientific approach to the curriculum in 2013 is to socialize the curriculum in 2013 and uses a variety of media as well as optimizing the use of school facilities and infrastructure in the process of learning Islamic education and manners towards learners . Maghfirah Ngabalin (PAI)
ii
KATA PENGANTAR
الرحيم ّ الرمحن ّ بسم اهلل Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw, yang telah membawa umat ke jalan yang benar untuk mencapai keselamatan dunia dan akhirat. Dalam proses pembuatan skripsi ini tidak sedikit kesulitan atau hambatan yang dialami penulis, namun berkat bantuan, motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak, maka segala kesulitan dan hambatan itu dapat diatasi dengan baik sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Nurlena Rifa’i, MA. Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Dr. H. Abd. Madjid Khon, M.A. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam 3. Ibu Marhamah Saleh, Lc, M.A. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam 4. Penasihat Akademik Ibu Sofiah, M.Ag. 5. Siti Khadijah, MA, Dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini. 6. Seluruh Ibu dan Bapak dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan membimbing selama perkuliahan berlangsung. Semoga ilmu yang diberikan bermanfaat bagi penulis. 7. Seluruh staf Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pelayanan dan fasilitas serta buku-buku yang penulis perlukan.
iii
8. Mochamad Arif Nooryanto, S.Pd, Wakil Kepala Sekolah Bagian Kurikulum SMA Negeri 52 Jakarta Utara yang telah memberikan kesempatan penulis untuk melakukan penelitian. 9. Seluruh staf Tata Usaha SMA Negeri 52 Jakarta Utara yang telah memberikan pelayanan dan fasilitas serta dokumen-dokumen sekolah yang terkait dengan penelitian. 10. Para Siswa kelas X jurusan IPS SMA Negeri 52 Jakarta Utara yang telah bersedia menjadi responden khususnya dan seluruh warga sekolah pada umumnya yang telah membantu penulis demi terselesaikannya penelitian ini. 11. Ayahanda Bapak H. Abdu Razak Ngabalin, S.Pd dan Ibunda Robiah tercinta yang telah bersusah payah mengasuh dan mendidik penulis hingga dapat terus berkuliah. 12. Kakak dan Adik tersayang, Taufiqurrahman Ng, S.Pi, Muttaqien Ng, S.Sos, Fachrudin Ng, Umar Fauzan Ng, S.Pd, Rahmi Hamidah, S.Pd, dan Hasim Difinubun, yang selalu setia memberikan dukungan kepada penulis secara moril dan materil, serta kasih sayang yang besar sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini dengan baik dan lancar. 13. Kawan-kawan seperjuangan di Fakultas dan Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2009 khususnya PAI kelas B selalu memberi dukungan kepada penulis untuk tetap semangat. 14. Sahabat yang selalu berbagi Nur Purwodiningsih, Am.Keb. , Eka Ayu Wandini, Lia Nurul F, Pipit, Dini Agustin, S,Pd.I, Nur Faizah, S.Pd.I, Nurdianah, S.Pd,I, Khairatul Maghfirah, S.Pd.I, Nisrina Nur Amelia, S.Pd.I, dan Siska Mumsika Turahmah, S.Pd.I. Penulis berharap semoga amal baik semua pihak serta jasa-jasanya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT dan hanya kepada-Nya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan para pembaca umumnya. Jakarta, 16 April 2014 Maghfirah Ngabalin
iv
DAFTAR ISI ABSTRAK ..............................................................................................................i KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii DAFTAR ISI .........................................................................................................iv DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... x BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1 B. Identifikasi Masalah .................................................................. 4 C. Pembatasan Masalah .................................................................. 4 D. Perumusan Masalah ................................................................... 4 E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................... 5
BAB II
KAJIAN TEORI A. Persepsi ..................................................................................... 6 1. Pengertian Persepsi ............................................................... 6 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ........................ 7 B. Upaya Guru PAI dalam Implementasi Pendekatan Saintifik .................................................................................................... 9 1. Pengertian upaya Guru PAI ................................................. 9 2. Peran Guru Pendidikan Agama Islam ................................ 12 3. Kepribadian Guru PAI ....................................................... 14 4. Syarat Menjadi Guru PAI .................................................. 15 5. Tugas dan Tanggung Jawab Guru PAI .............................. 16 C. Pendekatan Saintifik .............................................................. 17 1. Pengertian Pendekatan Saintifik ........................................ 17 2. Tujuan Pembelajaran dalam Pendekatan Saintifik ............. 19 3. Kriteria Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik .......... 20
v
4. Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik ............................................................................................ 21 D. Kurikulum 2013 ..................................................................... 26 1. Pengertian Kurikulum ........................................................ 27 2. Karakteristik Kurikulum 2013 ........................................... 28 3. Tujuan Kurikulum 2013 .................................................... 29 4. Landasan Kurikulum 2013 ................................................. 29 E. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................... 30 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 31 B. Metode Penelitian .................................................................... 31 C. Populasi dan Sampel ................................................................ 32 D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 32 E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ..................................... 34 F. Instrumen Penelitian ................................................................ 36
BAB IV
HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................... 39 B. Deskriptif Data ......................................................................... 44 C. Data Persepsi dan Upaya Guru PAI dalam Implementasi Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara ............................................................................ 44 D. Pembahasan .............................................................................. 47
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................. 84 B. Saran......................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL Tabel 2.1
Perubahan pola pikir pada Kurikulum 2013
Tabel 3.1
Kisi-kisi angket tentang upaya guru PAI dalam implementasi pendekatan saintifik pada kurikulum 2013
Tabel 4.1
Data Guru PNS di SMA Negeri 52 Jakarta
Tabel 4.2
Data Guru Honor di SMA Negeri 52 Jakarta
Tabel 4.3
Data Tata Usaha PNS di SMA Negeri 52 Jakarta
Tabel 4.4
Data Tata Usaha Honor di SMA Negeri 52 Jakarta
Tabel 4.5
Data Siswa di SMA Negeri 52 Jakarta
Tabel 4.6
Guru Memfasilitasi Peserta Didik Untuk Melakukan Pengamatan atau Observasi
Tabel 4.7
Guru membimbing peserta didik dalam observasi melalui kegiatan melihat, mendengar dan membaca (gambar/tayangan video)
Tabel 4.8
Guru melatih peserta didik untuk memperhatikan hal yang penting dari suatu objek atau materi
Tabel 4.9
Guru menyajikan media obyek secara nyata dalam pembelajaran yang terkait dengan praktek
Tabel 4.10
Guru memberikan umpan balik kepada peserta didik atas hasil observasi.
Tabel 4.11
Dalam pembelajaran metode observasi melatih peserta didik dalam kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi
Tabel 4.12
Guru membimbing peserta didik dalam mengajukan pertanyaan
Tabel 4.13
Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya tentang pembelajaran baik yang belum dipahami maupun yang sudah dipahami oleh peserta didik
Tabel 4.14
Guru dan peserta didik mendiskusikan masalah-masalah yang telah dipertanyakan
Tabel 4.15
Pada kurikulum 2013 ini peserta didik terlatih dalam mengajukan pertanyaan
vii
Tabel 4.16
Guru melatih peserta didik untuk mandiri dalam mengolah suatu informasi atau materi pembelajaran
Tabel 4.17
Guru melatih peserta didik secara individual maupun berkelompok dalam memecahkan suatu masalah atau menjawab pertanyaan sendiri yang sukar bagi dirinya
Tabel 4.18
Guru membimbing peserta didik dalam memahami materi pembelajaran sehingga peserta didik dapat menarik kesimpulan terhadap materi pembelajaran tersebut
Tabel 4.19
Guru tidak banyak menggunakan metode ceramah
Tabel 4.20
Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan tuntutan kurikulum
Tabel 4.21
Guru memberi kegiatan peserta didik untuk menuliskan atau menceritakan apa yang telah di pelajari
Tabel 4.22
Guru memberi kegiatan peserta didik untuk menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya
Tabel 4.23
Guru memberi instruksi singkat tapi jelas disertai dengan contohcontoh baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi
Tabel 4.24
Guru memberi nilai presentasi peserta didik di depan kelas
Tabel 4.25
Guru merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan peserta didik
Tabel 4.26
Guru
bersama
murid
mempersiapkan
perlengkapan
yang
dipergunakan dan memperhitungkan tempat dan waktu Tabel 4.27
Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan eksperimen kepada peserta didik
Tabel 4.28
Guru membicarakan masalah yang akan dijadikan eksperimen
Tabel 4.29
Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru
Tabel 4.30
Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal
Tabel 4.31
Guru
dan
peserta
didik
pembelajaran
viii
saling
berbagi
informasi
dalam
Tabel 4.32
Guru berbagi tugas dan kewenangan dengan peserta didik
Tabel 4.33
Guru sebagai mediator
Tabel 4.34
Peserta didik dapat menunjukkan kemampuan dan keterampilan, berbagi informasi, serta mendengar atau membahas sumbangan informasi dari peserta didik lainnya
Tabel 4.35
Peserta didik menggunakan internet dalam mencari informasi mengenai pembelajaran
Tabel 4.36
Proses pembelajaran berpusat kepada siswa
Tabel 4.37
Dalam proses pembelajaran melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip
Tabel 4.38
Dalam proses belajar mengajar banyak melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa
Tabel 4.39
Pembelajaran terhindar dari verbalisme
Tabel 4.40
Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa
Tabel 4.41
Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru.
Tabel 4.42
Buku pegangan siswa yang mengacu pada Kurikulum 2013 kurang mengarahkan siswa untuk memahami kompetensi yang harus dikuasai
Tabel 4.43
Dalam pelaksanaan pendekatan saintifik Kurikulum 2013 bahan belajar yang utama bagi guru beragam seperti buku, brosur, majalah, peta, bahkan lingkungan sekitar yang dipilih sesuai dengan kompetensi yang hendak dicapai
Tabel 4.44
Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 media yang bervariasi (seperti komputer, laboratorium, OHP dan lain-lain) kurang berpengaruh dalam menunjang pencapaian kompetensi yang diharapkan
Tabel 4.45
Guru menginstruksikan siswa untuk membaca sumber lain selain buku teks
ix
Tabel 4.46
Guru memberikan aktivitas kepada siswa untuk melakukan wawancara nara sumber
Tabel 4.47
Saat observasi guru menilai proses dan keterampilan siswa bekerja kelompok maupun individu
Tabel 4.48
Guru menilai siswa saat diskusi
Tabel 4.49
Guru menilai siswa saat presentasi dengan menggunakan lembar observasi kinerja
Tabel 4.50
Guru menilai pemahaman, konsep dan prinsip dilakukan dengan tes tertulis
Tabel 4.51
Saat observasi guru menilai sikap siswa bekerja kelompok maupun individu
Tabel 4.52
Guru menilai sikap siswa saat diskusi
Tabel 4.53
Guru menilai sikap siswa saat presentasi dengan menggunakan lembar observasi sikap.
x
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 2
Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 3
Surat Penelitian SMA Negeri 52 Jakarta Utara
Lampiran 4
Uji Refrensi
Lampiran 5
Angket
Lampiran 6
Uji Validitas
Lampiran 7
Berita Wawancara
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Menurut Wina Sanjaya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat membawa dampak terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk terjadinya pergeseran fungsi sekolah sebagai suatu intitusi pendidikan. Seiring dengan tumbuhnya berbagai macam kebutuhan dan tuntutan kehidupan, beban sekolah semakin berat dan kompleks. Sekolah tidak hanya dituntut untuk dapat mengembangkan minat dan bakat, membentuk moral dan kepribadian, bahkan dituntut agar anak didik dapat menguasai berbagai macam keterampilan yang dibutuhkan untuk memenuhi dunia pekerjaan.1 Dapat diambil kesimpulan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berperan sangat pesat memberi dampak terhadap sekolah. Sebuah lembaga pendidikan ini memiliki tanggung jawab dan peran yang penting dalam mencipta peserta didik untuk dapat mengembangkan potensi, minat, bakat serta keterampilan peserta didik. Seperti
yang
diketahui,
kurikulum
merupakan
salah
satu
komponenpendidikan yang memiliki peran penting, kurikulum dapat dijadikan sebagai acuan atau pedoman kegiatan belajar mengajar. Perubahan yang dilakukan pemerintah dalam pengembangan kurikulum bertujuan untuk perbaikan sistem pendidikan. Menurut Oemar Hamalik,“pengembangan kurikulum merupakan proses dinamik sehingga dapat merespon terhadap tuntutan perubahan struktual pemerintah perkembangan ilmu dan tekonologi maupun globalisasi.”2 Jadi, dalam menentukan sistem yang baru diharapkan para pembuat kebijakan tidak hanya membuat keputusan satu pihak saja, tetapi harus melihat berbagai tuntutan perubahan struktual pemerintah perkembangan ilmu dan tekonologi maupun globalisasi. Terkait dengan pengembangan 1
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktek Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), ( Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 5. 2 Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung : Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia dengan PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 3.
1
2
kurikulum 2013 sebaiknya proses pengembangan kurikulum 2013 tidak hanya menuntut keterampilan teknik dari pihak pengembang terhadap pengembangan berbagai komponen kurikulum, tetapi harus pula dipahami berbagai
komponen
yang
mempengaruhinya,
karena
pengembangan
kurikulum merupakan suatu proses yang kompleks, dan melibatkan berbagai komponen yang saling terkait. Menurut Imas Kurniah dan Berlin Sani, “kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu”.3 Dalam
buku
E.
Mulyasa
yang
berjudul
Pengembangan
dan
Implementasi Kurikulum 2013, menjelaskan tentang perlunya perubahan kurikulum juga karena adanya beberapa kelemahan yang ditemukan dalam KTSP 2006 sebagai berikut: 1. Isi dan pesan-pesan kurikulum masih terlalu padat yang ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan tingkat kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak. 2. Kurikulum belum mengembangkan kompetensi secara utuh sesuai dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional. 3. Kompetensi yang dikembangkan lebih didominasi oleh aspek pengetahuan belum sepenuhnya menggambarkan pribadi peserta didik (pengetahuan, keterampilan, dan sikap). 4. Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan masyarakat (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam kurikulum. 5. Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global. 6. Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru.
3
Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013: Konsep dan Penerapan, (Surabaya: Kata Pena, 2014), h. 32
3
7. Penilaian belum menggunakan standar penilaian berbasis kompetensi (proses dan hasil) serta belum secara tegas memberikan layanan remediasi secara berkala.4 Jadi, perubahan dan pengembangan kurikulum diperlukan karena adanya kelemahan yang ditemukan dalam KTSP 2006, seperti isi, kompetensi standar proses pembelajaran, penilaian dianggap belum terakomodasi di dalam kurikulum dan belum peka terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global. Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah telah mengisyaratkan tentang perlunya proses pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan saintifik atau ilmiah. Upaya penerapan Pendekatan saintifik atau ilmiah dalam proses pembelajaran ini sering disebut-sebut sebagai ciri khas dan menjadi kekuatan tersendiri dari keberadaan kurikulum 2013, yang tentunya menarik untuk dipelajari dan dielaborasi lebih lanjut.5 Beberapa langkah yang perlu dipahami oleh Guru Pendidikan Agama Islam (Guru PAI) dalam membelajarkan peserta didik, yaitu: (1) Siswa harus dihadapkan pada fenomena konkret baik fenomena alam, sosial, maupun budaya dengan harapan mereka benar-benar dihadapkan pada kondisi nyata dan otentik. (2) dari fenomena tersebut akan tumbuh inkuiri siswa dengan melakukan pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana hal itu bisa terjadi. (3) untuk memperoleh jawab pertanyaan tersebut peserta didik difasilitasi untuk menggali, mengkaji, memahami permasalahan melalui serangkaian kegiatan seperti mengeksplor perpustakaan (study library), mencari nara sumber langsung (study lapangan) ataupun melakukan percobaan (study experiment) yang pada intinya mereka memperoleh jawab dari pertanyaan mereka. (4) yang merupakan langkah terakhir - setelah mendapatkan data yang valid dari berbagai sumber, maka peserta didik harus mampu mengkomunikasikan hasil mereka dalam forum diskusi kelas untuk mendapatkan penguatan baik dari peserta didik lain maupun Guru PAI.6 Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis tertarik untuk mengetahui persepsi dan upaya guru PAI dalam Implementasi pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 dan ingin meneliti lebih lanjut untuk dijadikan 4
E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2013), h. 60 5 Imas Kurniasih dan Berlin Sani, op.cit.,h. 141 6 Trianto,Mempersiapkan “Guru PAI dalam Mengimplementasikan Kurikulum 2013”, MPA 320, Jawa Timur, Mei 2013, h. 37.
4
karya ilmiah berupa skripsi yang berjudul
“PERSEPSI DAN UPAYA
GURU PAI DALAM IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI 52 JAKARTA UTARA”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan judul penelitian “Persepsi dan Upaya Guru PAI dalam Implementasi Pendekatan Saintifik di SMA Negeri 52 Jakarta Utara, maka penulis mengidentifikasi masalahyaitu: 1. Persepsi guru PAI tentang pemahaman pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 masih kurang. 2. Persepsi sebagian masyarakat termasuk guru PAI mengenai kurikulum 2013 masih kontroversi. 3. Ketidaksiapan guru PAI dalam menerima perkembangan kurikulum 2013. 4. Persepsi guru PAI tentang pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara. 5. Upaya guru PAI dalam implementasi pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara. C. Pembatasan Masalah Memperhatikan beberapa masalah yang teridentifikasi maka penulis membatasi masalah agar pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah dan operasional. Pembatasan masalah tersebut sebagai berikut: 1. Persepsi guru PAI tentang pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara. 2. Upaya guru PAI dalam implementasi pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana persepsi dan upaya guru PAI dalam implementasi pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara?”
5
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: a) Untuk mengetahui persepsi guru PAI tentang pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara. b) Untuk mengetahui upaya guru PAI dalam implementasi pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara. 2. Kegunaan Penelitian Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan hasil yang bermanfaat dengan kegunaan sebagai berikut: a. SecaraTeoritis. 1) Sebagai tambahan pengetahuan dan memperkaya khazanah kelimuan
tentang
persepsi
dan
upaya
guru
PAI
dalam
implementasi pendekatan Saintifik pada kurikulum 2013. 2) Sebagai rujukan bagi peneliti lain dan masyarakat luas dalam mengembangkan kajian sejenis. b. Secara Praktis 1) Peneliti memperoleh pengalaman mengenai persepsi dan upaya guru PAI dalam implementasi pendekatan saintifik pada kurikulum 2013. 2) Sebagai masukan bagi kepala sekolah dan para guru PAI terkait persepsi dan upaya guru PAI dalam implementasi pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara. 3) Memberikan wawasan atau informasi kepada para pembaca tentang persepsi dan upaya guru PAI dalam implementasi pendekatan saintifik pada kurikulum 2013.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Persepsi 1. Pengertian Persepsi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “persepsi memiliki arti tanggapan langsung dari sesuatu proses seseorang mengetahui beberapa melalui panca inderanya”.1 Dengan demikian menurut Alisuf Sabri, “persepsi adalah proses dimana individu dapat mengenali objek, dan fakta-fakta objektif dengan menggunakan alat indera”.2 Dalam Kamus Inggris-Indonesia, “kata persepsi berasal dari kata
“perception” yang berarti penglihatan, tanggapan, daya memahami, atau menanggapi sesuatu yang diawali dengan penginderaan kemudian ditransfer ke otak”.3 Pengertian persepsi menurut para ahli adalah sebagai berikut: Menurut Alex Sobur, “persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan,
bagaimana cara seseorang melihat sesuatu sedangkan dalam arti luas adalah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu”.4 Menurut Jalaludin Rahmat, “persepsi adalah pengalaman tentang objek,
peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan”.5 Sedangkan menurut Abdul Rachman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab,
persepsi adalah proses yang menggabungkan dan mengorganisasikan data-data indera seseorang (penginderaan) untuk dikembangkan 1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Cet. 2, h. 863 2 Alisuf Sabri, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1999), h. 46. 3 John M Echals dan Hasan Sadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1995), h. 105. 4 Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), h. 445. 5 Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Rosdakarya, 1998), h. 51.
6
7
sedemikian rupa sehingga dapat menyadari di sekelilingnya termasuk sadar akan dirinya sendiri. Definisi lain menyebutkan bahwa persepsi adalah kemampuan membedakan, mengelompokkan, memfokuskan perhatian terhadap satu objek rangsang, dalam proses pengelompokkan dan membedakan ini persepsi melibatkan interpretasi berdasarkan pengalaman terhadap satu peristiwa atau objek.6 Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah tanggapan seseorang mengenai suatu kejadian atau pengalaman yang dialaminya dan juga dilihatnya.Berkenaan dengan persepsi guru PAI mengenai pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 maka yang dimaksud dengan hal tersebut adalah tanggapan guru PAI mengenai pendekatan saintifik pada kurikulum 2013. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Menurut Jalaludin Rahmat, persepsi yang dilakukan masing-masing individu tentunya berbeda-beda, hal itu di pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: a. Kebutuhan Merupakan salah satu dorongan kejiwaan yang mendorong manusia untuk melakukan suatu tindakan, misalnya rangsangan, keinginan, tuntutan dan cita-cita. b. Kesiapan mental Kesanggupan penyesuaian atau penyesuaian sosial atau keduanya sekaligus untuk menciptakan hubungan-hubungan sosial yang berhasil. c. Suasana emosional Kondisi perasaan yang berkesinambungan, dicirikan dengan selalu timbulnya perasaan-perasaan yang senang atau tidak senang latar belakang atau tata nilai yang dianut oleh seseorang. d. Latar belakang budaya Merupakan disiplin tersendiri dalam psikologi antar budaya.7 Demikian
dapat
disimpulkan
bahwa
faktor-faktor
yang
mempengaruhi persepsi adalah kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosional dan latar belakang budaya, merupakan pendorong kejiwaan, 6
Abdul Rachman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), cet. Ke 1, Ed, Ke-1, h. 88-89. 7 Jalaludin Rahmat, Op. Cit., h. 55-56.
8
penyesuaian sosial, dan latar belakang atau tata nilai yang dianut oleh seseorang sehingga menciptakan hubungan sosial. Sedangkan menurut Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, karena persepsi lebih bersifat psikologis daripada merupakan proses penginderaan saja maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah: a. Perhatian yang selektif Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali rangsangan dari lingkungannya. Meskipun demikian ia tidak harus menanggapi semua rangsangan yang diterimanya untuk itu individunya memusatkan perhatiannya pada rangsangan-rangsangan tertentu. b. Ciri-ciri rangsangan Rangsangan yang bergerak diantara rangsangan yang diam akan lebih menarik perhatian. Demikian juga rangsangan yang paling besar diantara yang paling kecil, yang kontras dengan latar belakangnya dan intensitas rangsangannya yang paling kuat. c. Nilai dan kebutuhan individu Seseorang seniman pasti punya pola dan cita rasa yang berbeda dalam pengamatannya dibanding seorang yang bukan seniman. d. Pengalaman dahulu Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang menggambarkan dunianya.8 Dapat disimpulkan bahwa satu objek yang sama dapat di persepsikan oleh dua orang atau lebih. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diatas. Persepsi merupakan proses untuk membedakan rangsangan yang masuk dan kemudian diberikan maknanya dengan bantuan beberapa faktor seperti, perhatian yang selektif, ciri-ciri rangsangan, nilai dan kebutuhan individu, serta pengalaman dahulu.
8
Abdul Rahman Shaleh, Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 118-119.
9
B. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Implementasi Pendekatan Saintifik 1.
Pengertian Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “upaya adalah usaha, akal, ikhtiar, (untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar, dsb), atau syarat untuk menyampaikan suatu maksud atau upaya juga diartikan sebagai usaha untuk melakukan suatu hal atau kegiatan yang bertujuan”.9 Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan bahwa “guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.10 Menurut Syaiful Bahri Djamarah,“dalam setiap melakukan pekerjaan yang tentunya dengan kesadaran bahwa yang dilakukan atau yang dikerjakan
merupakan
profesi
bagi
setiap
individu
yang akan
menghasilkan sesuatu dari pekerjaannya. Guru dalam arti yang sederhana adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik”.11 Zakiah Daradjat dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam menguraikan, “bahwa seorang guru adalah pendidik Profesional, karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan”.12 Menurut Zuhairini dkk, “guru agama adalah orang yang mempunyai tanggung jawab terhadap pembentukan pribadi anak yang sesuai dengan ajaran Islam, ia juga bertanggung jawab kepada Allah SWT”.13 Menurut Muhaimin dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar menguraikan, bahwa guru adalah orang yang berwenang dan 9
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), cet. 1, h. 995. Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005), (Jakarta: Redaksi Sinar Grafika, 2006), cet. 1, h. 2 11 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 31. 12 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Bumi Angkasa, 1984), h. 39. 13 Zuhairini dkk, Metode Khusus Guru Agama, (Jakarta: Usaha Nasional, 2004), h. 54 10
10
bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual ataupun klasikal.Baik disekolah maupun diluar sekolah.Dalam pandangan Islam secara umum guru adalah mengupayakan perkembangan seluruh potensi/aspek anak didik, baik aspek kognitif, efektif dan psikomotorik.14 Guru Pendidikan Agama Islam tersebut berbeda dengan guru-guru bidang studi lainnya, guru pendidikan agama Islam di samping melaksanakan tugas dan pembinaan bagi peserta didik ia juga membantu dalam pembentukan akhlak dan mental anak didik tersebut sehingga anak didik tersebut dapat meningkatkan dan mengembangkan potensi keimanan dan ketaqwaannya kepada Sang Pencipta, karena itu guru pendidikan agama masuk ke dalam kelas dengan apa yang ada padanya sangat menunjang keberhasilan dalam melaksanakan tugas pendidikan agama bagi peserta didik, misalnya caranya berpakaian, berbicara, bergaul, makan, minum, serta diamnyapun sangat mempunyai arti yang sangat penting karena paling tidak segala perilaku aktifitasnya disoroti oleh lingkungan terutama tauladan bagi peserta didik.15 Agama Islam mengajarkan bahwa setiap umat Islam wajib mendakwahkan menyampaikan dan memberikan pendidikan agama Islam kepada yang lain sebagaimana dipahami dari firman Allah dalam surat AnNahl ayat 125 :
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.16 Berdasarkan ayat tersebut dapat dipahami bahwa siapapun dapat menjadi pendidik agama Islam atau disebut guru agama asalkan dia memiliki kemampuan, pengetahuan serta mampu mengimplikasikan nilai 14
Muhaimin dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: Citra Media, 1996), h. 70. Zakiyah Darajat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga, (Jakarta: Ruhama, 1995), h. 99. 16 Depag, Al-Qur’an dan Terjemah ( Jakarta: CV. Pustaka Al-Kautsar, 2009), h. 281 15
11
yang relevan dalam pengetahuan itu yakni sebagai penganut agama yang patut dicontoh dalam agama yang diajarkan dan bersedia berbagi pengetahuan agama serta nilainya kepada orang lain. Dalam kegiatan pembelajaran pendidikan agama akan dihadapkan dengan permasalahan yang kompleks misalnya masalah peserta didik dengan berbagai macam latar belakangnya, sarana apa saja yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan pendidikan agama, cara atau pendekatan apa yang digunakan dalam pembelajaran, mengorganisasikan dan mengelola isi pembelajaran agama tersebut dan seberapa jauh tingkat efektifitas dalam kegiatan tersebut serta usaha apa yang dilakukan untuk menimbulkan daya tarik siswa demikian seterusnya.17 Dari rumusan pengertian guru diatas dapat disimpulkan bahwa guru adalah orang yang memberikan pendidikan atau ilmu pengetahuan kepada peserta didik dengan tujuan agar peserta didik mampu memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pengertian guru pendidikan agama Islam, adalah seorang pendidik yang mengajarkan ajaran Islam dan membimbing anak didik ke arah pencapaian kedewasaan serta membentuk kepribadian muslim yang berakhlak, sehingga terjadi keseimbangan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Berdasarkan keterangan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa upaya guru adalah suatu aktivitas guru yang dilakukan dalam rangka membimbing, mendidik, mengajar dan melakukan transfer knowledge kepada anak didik sesuai dengan kemampuan dan keprofesionalan yang dimiliki sehingga mencapai sesuatu yang diinginkan atau hendak dicapai.Dalam hal ini tentunya terkait usaha atau cara yang dilakukan dalam implementasi pendekatan saintifik/ilmiah dalam proses kegiatan belajar mengajar pada kurikulum 2013.
17
Zakiyah Darajat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga, (Jakarta: Ruhama, 1995), h. 99.
12
2. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Pada dasarnya peran guru pendidikan agama Islam dan guru umum itu sama, yaitu sama-sama berusaha untuk menyampaikan ilmu pengetahuan yang ia miliki kepada anak didiknya, akan tetapi peranan guru agama Islam selain berusaha menyampaikan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge), ia juga harus menanamkan nilai-nilai agama Islam kepada anak didiknya agar mereka bisa menyelaraskan antara ajaran agama dan ilmu pengetahuan. Dalam peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) pasal 28, dikemukakan bahwa: “pendidik harus memiliki kualifikasi dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”.18 Selanjutnya dalam penjelasannya dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan “pendidik sebagai agen pembelajaran (learning agent) adalah peran pendidikan antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik”.19 Menurut Syaiful Bahri Djamarah mengatakan,“bahwa sehubungan dengan peranan guru sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing, juga masih ada berbagai peranan guru agama Islam lainnya, yaitu peranan guru sebagai korektor, inspirator, informator, organisator, motivator, inisiator, fasilitator, pembimbing, pengelola kelas, evaluator”.20 Penjelasan mengenai peran guru sebagai korektor, inspirator, informator, dan organisator menurut Syaiful Djamarah dapat disimpulkan bahwa Korektor, sebagai korektor guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk. Kedua nilai yang berbeda itu harus betul-betul dipahami dalam kehidupan di masyarakat. Kedua nilai ini
18
UU RI No. 14 th. 2005 tetang Guru dan Dosen Serta UU RI No. 20 Th. 2003 tentang SISDIKNAS (Bandung Citra Umbara,, 2006), h. 185 19 UU RI No. 14 th. 2005 tetang Guru dan Dosen Serta UU RI No. 20 Th. 2003 tentang SISDIKNAS (Bandung Citra Umbara, 2006), h. 251 20 Syaiful Bahri Djamarah, op.cit. h. 37.
13
mungkin
telah
anak
didik
miliki
dan
mungkin
pula
telah
mempengaruhinya sebelum anak didik masuk sekolah. Latar belakang kehidupan anak didik yang berbeda-beda sesuai dengan sosio-kultural masyarakat dimana anak didik akan mewarnai kehidupannya. Inspirator, sebagai inspirator guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah masalah utama anak didik. Guru harus dapat memberikan petunjuk bagaimana cara belajar yang baik. Informator, sebagai informator guru harus bisa memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum. Informasi yang baik dan efektif diperlukan dari guru. Kesalahan informasi adalah racun bagi anak didik. Organisator, sebagai organisator adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan dari guru. Dalam bidang ini guru memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan akademik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender akademik, dan sebagainya. Semua diorganisasikan sehingga dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada diri anak didik. Sedangkan penjelasan mengenai guru sebagai motivator, inisiator, pengelola kelas, dan evaluator adalah sebagai berikut: Motivator, guru sebagai motivator hendaknya dapat mendorong agar siswa mau melakukan kegiatan belajar, guru harus menciptakan kondisi kelas yang merangsang siswa melakukan kegiatan belajar, baik kegiatan individual maupun kelompok. Stimulasi atau rangsangan belajar para siswa bisa ditumbuhkan dari dalam diri siswa dan bisa ditumbuhkan dari luar diri siswa. Inisiator, dalam peranannya sebagai inisiator guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran. Proses interaksi
edukatif
yang
ada
sekarang
harus
diperbaiki
sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pendidikan. Kompetensi guru harus diperbaiki, keterampilan penggunaan media
14
pendidikan dan pengajaran harus diperbaharui sesuai kemajuan media komunikasi dan informasi abad ini. Guru harus menjadikan dunia pendidikan, khususnya interaksi edukatif agar lebih baik dari dulu. Bukan mengikuti terus tanpa mencetuskan ide-ide inovasi bagi kemajuan pendidikan dan pengajaran. Fasilitator, sebagai fasilitator guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik. Pengelola Kelas, sebagai pengelola kelas guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua anak didik dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru. Evaluator, sebagai evaluator guru tidak hanya menilai produk (hasil pengajaran), tetapi juga menilai proses (jalannya pengajaran). Dari kedua kegiatan ini akan mendapatkan umpan balik (feedback) tentang pelaksanaan interaksi edukatif yang telah dilakukan.21 3. Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Islam guru merupakan orang yang menjadi panutan dan tauladan bagi anak didiknya.Oleh karena itu guru agama Islam hendaknya mempunyai kepribadian yang baik dan juga mempunyai kemampuan yang baik pula. Dalam hal ini ada beberapa kemampuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru agama Islam yaitu: a. Penguasaan materi Islam yang komprohensif serta wawasan dan bahan pengayaan, terutama dalam bidang-bidang yang menjadi tugasnya. b. Penguasaan
strategi
(mencakup
pendekatan
metode,
pendidikan Islam, termasuk kemampuan evaluasinya. c. Penguasaan ilmu dan wawasan pendidikan.
21
Ibid, h. 37.
teknik)
15
d. Memahami
prinsip-prinsip
dan
menafsirkan
hasil
penelitian
pendidikan pada umumnya guna keperluan pengembangan pendidikan Islam. e. Memiliki kepekaan terhadap informasi secara langsung atau tidak langsung yang mendukung kepentingan tugasnya.22 Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya. Ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak didik yang masih kecil (Tingkat Sekolah Dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (Tingkat menengah)”.23 Jadi, kepribadian guru agama Islam adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik.Dalam makna demikian, seluruh penghayatan nilai-nilai kehidupan, motivasi kerja, sifat dan sikap serta perbuatan seseorang merupakan suatu gambaran dari kepribadian orang itu, asal dilakukan secara sadar. Kepribadian guru akan tercermin dalam sikap dan perbuatan dalam membina akhlakul karimah dan membimbing anak didik. 4. Persyaratan Menjadi Guru Pendidikan Agama Islam Menjadi guru tidak sembarangan tetapi harus memenuhi beberapa persyaratan.Persyaratan tersebut diantaranya adalah Takwa kepada Allah SWT, berilmu, sehat jasmani, dan berkelakuan baik. Penjelasan mengenai takwa kepada Allah SWT dan berilmu sebagai persyaratan menjadi guru pendidikan agama Islam adalah sebagai berikut: a. Takwa kepada Allah SWT, guru sesuai tujuan ilmu pendidikan Islam, tidak mungkin mendidik anak didik agar bertakwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak bertakwa kepada-Nya. Sejauh mana seorang guru mampu memberi teladan yang baik kepada semua anak didiknya, sejauh itu pulalah ia diperkirakan akan berhasil mendidik mereka agar menjadi generasi penerus bangsa yang baik dan mulia. 22
Muhaimin, op.cit, h. 172 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995), h. 226 23
16
b. Berilmu, seorang guru harus memiliki pengetahuan yang luas dimana pengetahuan itu nantinya dapat diajarkan kepada muridnya. Makin tinggi pendidikan atau ilmu yang guru punya, maka makin baik dan tinggi pula tingkat keberhasilan dalam memberikan pelajaran. c. Sehat Jasmani, kesehatan jasmani sering kali dijadikan salah satu syarat bagi mereka yang melamar untuk menjadi guru. Guru yang mengidap penyakit menular, umpamanya, sangat membahayakan kesehatan anak didiknya. d. Berkelakuan Baik, diantara tujuan pendidikan yaitu membentuk akhlak yang mulia pada diri pribadi anak didik dan ini hanya mungkin bisa dilakukan jika pribadi guru berakhlak mulia pula. Guru yang tidak berakhlak mulia tidak mungkin dipercaya untuk mendidik.24 Dapat diketahui berdasarkan uraian diatas bahwa persyaratan menjadi guru pendidikan agama Islam adalah takwa kepada Allah SWT sebagai guru hendaknya memberi keteladanan terlebih dahulu dengan taat kepada Allah dan menjauhi segala larangan-Nya, berilmu seorang guru hendaknya memiliki pengetahuan yang luas, sehat jasmani, dan berkelakuan baik. 5. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam a. Tugas Guru Pendidikan Agama Islam Menurut Zuhairini, secara umum tugas guru pendidikan agama Islam ialah mendidik, yaitu mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi psikomotorik, kognitif maupun potensi afektif. Potensi ini harus dikembangkan secara seimbang sampai ketingkat tinggi.Tugas guru pendidikan agama Islam sebagai pendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilainilai hidup kepada anak didik.Tugas sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada anak didik. Oleh karena itu jika dilihat lebih rinci lagi maka tugas guru pendidikan agama Islam adalah: 1) Mengajarkan ilmu pengetahuan Islam, 2) Menanamkan keimanan dalam jiwa anak, 3) Mendidik anak agar taat menjalankan agama, 4) Mendidik anak agar berbudi pekerti yang mulia. 25
24 25
Syaiful Bahri Djamarah, op.cit h. 32-34. Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), h. 35
17
b. Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam Menurut Nana Sudjana, tanggung jawab guru pendidikan agama Islam adalah untuk membentuk anak didik agar menjadi orang yang bersusila yang cakap, berguna bagi agama, nusa dan bangsa dimasa yang akan datang. Dengan begitu guru pendidikan agama Islam harus bertanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku, dan perbuatannya dalam rangka membina jiwa dan watak anak didik.26 Dengan demikian tugas guru pendidikan agama Islam ialah menjadi pendidik yang diserahi tugas untuk mendidik baik dari segi jasmani maupun rohani (akal dan akhlak) anak didik. Tugas guru bukan hanya menyampaikan ilmu pengetahuan dan mengisi penuh pikiran mereka dengan ilmu pengetahuan itu, akan tetapi bertugas membina murid menjadi orang dewasa, maka dia bertanggung jawab untuk menguatkan jasmani murid, menumbuhkan pengertian mereka terhadap apa
yang diajarkan kepadanya
dari berbagai
ilmu
pengetahuan, dalam usaha membentuk akalnya, membina akhlaknya, dengan
mengambil
tindakan
dengan
tangannya
(bila
perlu),
menolongnya dalam mencari ilmu pengetahuan, membangkitkan kecintaan untuk mencari pengetahuan kecintaannya menjalankan tugas itu, memberikan makanan rohani bagi murid dan menanamkan dalam jiwanya akhlak yang mulia dan menjadikannya orang yang baik adat istiadatnya. \
C. Pendekatan Saintifik 1. Pengertian Pendekatan Saintifik Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “pendekatan adalah : 1) Proses perbuatan, cara mendekati, 2) usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti. Dalam bahasa Inggris, pendekatan diistilahkan dengan “approach” dalam bahasa Arab disebut dengan makhdal”.27
26
Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 1989), h. 16. 27 Armai Arief, Ilmu dan Metodologi Pendidikan, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 99
18
Roy Killen sebagaimana dikutip oleh Wina Sanjaya, mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat kepada guru dan pendekatan yang berpusat pada siswa. Pendekatan merupakan orientasi atau cara memandang terhadap sesuatu. Pendekatan yang berbeda tentu melahirkan cara, langkah, dan teknik operasional yang berbeda pula untuk mewujudkan tujuan yang ingin dicapai.28 Menurut Rahmat, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendekatan adalah usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian, acangan. Sedangkan penelitian ilmiah adalah penggunaan teori suatu bidang ilmu untuk mendekati suatu masalah. Jadi dapat diartikan bahwa pendekatan ilmiah merupakan cara yang digunakan dalam mendalami suatu masalah dengan bidang keilmuan tertentu atau teori tertentu karena banyak pandangan yang menyatakan bahwa pendekatan sama artinya dengan metode.29 Pendekatan ilmiah atau saintific approach dalam Kurikulum 2013 pada hakikatnya merupakan titian emas perkembangan dan pengembangan sikap (ranah afektif), keterampilan (ranah psikomotorik), dan pengetahuan (ranah kognitif) siswa. Hal tersebut memperlihatkan bahwa pendekatan ilmiah merupakan ciri khas dari Kurikulum 2013 dan menjadi kekuatan tersendiri bagi eksistensiKurikulum 2013 terbukti dari Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah telah mengisyaratkan tentang perlunya proses pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan saintifik/ilmiah.30 Jadi, pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu.Oleh karena itu banyak pandangan yang menyatakan bahwa pendekatan sama artinya dengan metode. Pendekatan ilmiah berarti konsep dasar yang menginspirasi atau melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan 28
Penyusun, Metodologi Pembelajaran untuk Peserta Diklat Profesi Guru, (Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah), h. 9 29 Rahmat, Mendalami Penerapan Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran. [online] tersedia: http://gurupembaharu.com/home/mendalami-penerapan-pendekatan-ilmiah-dalam-pembelajaran/ diakses pada tanggal 22 Oktober 2013. 30 Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran pada Kurikulum 2013, Bahan Ajar PLPG Program Sertifikasi Guru Rayon 201 LPTK UIN Jakarta 2013, (Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah), h. 1.
19
karakteristik yang ilmiah. Pendekatan pembelajaran ilmiah (scientific teaching) merupakan bagian dari pendekatan pedagogis pada pelaksanaan pembelajaran dalam kelas yang melandasi penerapan metode ilmiah. Pengertian penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran tidak hanya fokus pada bagaimana mengembangkan kompetensi siswa dalam melakukan observasi atau eksperimen, namun bagaimana mengembangkan pengetahuan dan keterampilan berpikir sehingga dapat mendukung aktivitas kreatif dalam berinovasi atau berkarya. 2. Tujuan Pembelajaran dalam Pendekatan Saintifik Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang disampaikan pada pelatihan guru dalam rangka implementasi kurikulum 2013 adalah sebagai berikut: a. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuanberpikir tingkat tinggi siswa. b. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik. c. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan. d. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi. e. Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah. f. Untuk mengembangkan karakter siswa.31 Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 adalah untuk meningkatkan
kemampuan
berpikir
peserta
didik,
melatih
dan
mengembangkan bakat, potensi serta keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik, menjadikan kondisi pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik, serta untuk mengembangkan karakter peserta didik (baik sikap spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan).
31
Santi “Rasional Kurikulum 2013”, Pelatihan Guru disampaikan dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013 SMA Nurul Falah Jakarta, Puri Avia-Cisarua, 12 Oktober 2013.
20
3. Kriteria Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah atau Saintifik Proses pembelajaran harus dipandu dengan kaida-kaidah pendekatan ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini: a. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kirakira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. b. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. c. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran. d. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran. e. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran. f. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. g. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.32 Dengan demikian kriteria pembelajaran dengan pendekatan saintifik atau ilmiah adalah proses pembelajaran harus berbasis pada fakta atau fenomena, berpikir secara kritis, berbasis konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan bukan dari sifat-sifat atau nilai-nilai nonilmiah (semata-mata berdasarkan intuisi, akal sehat,prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis).Pembelajaran dengan pendekatan saintifik harus terhindar dari nilai-nilai nonilmiah.
32
Diklat Guru dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013, Analisis Materi Ajar Jenjang SD, SMP, SMA, Konsep Pendekatan Scientific, (Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013), h. 4.
21
4. Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah: Diklat guru disampaikan dalam rangka implementasi kurikulum 2013, “proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk jenjang SMP dan SMA atau yang sederajat dilaksanakan menggunakan pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan”.33 Diagram 2.1
Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Muhaimin memaparkan bahwa, dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.” Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.” Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik(soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran.34
33
Ibid, h. 5. Muhaimin, “Kebijakan Pengembangan Kurikulum 2013,” Makalah disampaikan pada Workshop Pengembangan Kurikulum 2013 Bagi Kepala dan Waka Mts Se Kkm MtsN 1 Bojonegoro Lkp2-I Landungsari, Malang, 6-8 September 2013. 34
22
Diagram 2.2
a. Mengamati Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya.Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a, hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.35 Dapat diketahui dalam proses pembelajaran dengan metode observasi atau mengamati guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan dengan atau tanpa alat, kegiatan pembelajarannya yaitu membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat)hal yang penting dari suatu benda atau objek.Kompetensi yang dikembangkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.
35
Pelatihan Pendampingan Kurikulum 2013, Pendekatan Saintifik, Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013, h. 9
23
b. Menanya Menurut Teguh Suyitno, metode menanya kegiatan belajarnya adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat..Pada kegiatan pembelajaran ini siswa melakukan pembelajaran bertanya. Siswa yang pandai dan cerdas akan bertanya atau menjawab pertanyaan baik dari guru maupun dari teman.36 Dalam bahan ajar PLPG program sertifikasi guru Rayon 201 LPTK UIN Jakarta 2013, menjelaskan tentang “fungsi bertanya diantaranya adalah”: 1) Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran. 2) Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri. 3) Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya. 4) Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan. 5) Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar. 6) Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan. 7) Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok. 8) Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul. 9) Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.37 Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa guru yang efektif mampu 36
menginspirasi
peserta
didik
untuk
meningkatkan
dan
Teguh Suyitno, Pendekatan Pembelajaran Pada Kurikulum 2013, http://bdksemarang.kemenag.go.id/?p=page&id=271#sthash.n4zCrvEv.dpbs, diakses pada tanggal 7 November 2013. 37 Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran pada Kurikulum 2013, op.cit, h. 5
24
mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya.Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik.Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat. c. Menalar Kegiatan “mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan.Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut.Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.38 Diketahui bahwa dalamproses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah pada Kurikulum 2013 salah satu metodenya yaitu adalah menalar. Penalaran dalam proses pembelajaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya.Pada kegiatan ini siswa akan menalar yaitu menghubungkan apa yang sedang dipelajari dengan apa yang ada dalam kehidupan sehari-hari. pada kegiatan ini siswa berlatih menerapkan apa yang dipelajari sesuai dengan kehidupan sehari-hari.
38
Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran, Makalah disampaikan pada Pelatihan Guru dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013, SMAN 75 Jakarta, 23 November 2013.
25
d. Mencoba Kegiatan eksperimen bermanfaat untuk meningkatkan keingintahuan siswa dalam memperkuat pemahaman fakta, konsep, prinsip, ataupunprosedur dengan cara mengumpulkan data, mengembangkan kreativitas, dan keterampilan kerja ilmiah. Kegiatan ini mencakup merencanakan, merancang, dan melaksanakan eksperimen, menyajikan data, mengolah data, dan menyusun kesimpulan. Pemanfaatan sumber belajar termasuk pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi sangat disarankan. Tindak lanjut kegiatan bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Agar terkumpul sejumlah informasi, peserta didik dapat lebih banyak membaca buku, memperhatikan fenomena, atau objek dengan lebih teliti, bahkan melakukan eksperimen.39 Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai.Pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti, misalnya, peserta didik harus memahami makna Asmaul Husna (al-Kariim, al-Mu’min, al-Wakiil, dan al-Adl) dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari. e. Membentuk Jejaring Membentuk Jejaring, dalam hal ini siswa dituntut untuk partisipatif dan guru bertindak sebagai mediator, dalam membentuk jejaring dianjurkan kepada guru untuk membentuk kelompok yang heterogen. Pemanfaatan internet merupakan salah satu jejaring pembelajaran dengan akses dan ketersediaan informasi yang luas dan mudah.Saat ini internet telah menyediakan diri sebagai referensi yang murah dan mudah bagi peserta didik.40
39
Bahan Desiminasi Kurikulum 2013, Konsep Pendekatan Scientific, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, SMA Negeri 13 Jakarta, 23 Juli 2013. 40 Bahan Ajar PLPG Program Sertifikasi Guru Rayon 201 LPTK UIN Jakarta 2013, Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran pada Kurikulum 2013, h. 16
26
Demikian dapat diketahui bahwa membentuk jejaring adalah kegiatan siswa untuk membentuk jejaring pada kelas.Kegiatan belajarnya adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.Guru berfungsi sebagai fasilitator tentang kegiatan ini. Dalam kegiatan ini pemanfaatan internet merupakan salah satu jejaring pembelajaran dengan akses dan ketersediaan informasi yang luas dan mudah.
D. Kurikulum 2013 1. Pengertian Kurikulum Kurikulum berasal dari kata curir yang artinya pelari dan curere artinya tempat berpacu atau tempat lomba. Di Indonesia istilah “kurikulum” boleh dikatakan menjadi popular sejak tahun lima puluhan yang di populerkan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di Amerika Serikat. Kini istilah itu sudah dikenal orang diluar pendidikan.Sebelumnya yang lazim digunakan ialah “rencana pelajaran”.Pada hakikatnya kurikulum sama artinya dengan rencana pelajaran. Menurut Nasution sebagaimana yang dikutip dari buku Hilda Taba mengartikan kurikulum sebagai “a plan for learning” yakni sesuatu yang direncanakan untuk pelajaran anak.41 Para ahli memiliki pendapat yang berbeda-beda menurut Syafrudin Nurdin yang dikutip dari Edward A. Kurg (1960) menyebutkan, “ a curriculum consist of the mean used to achieve or carry our given purpose of scholling, pengertian ini menunjukkan pada usaha-usaha yang mengarah pada tujuan pendidikan atau sekolah”.42 Berbeda dengan J.G Tallor dan Willian Alexander yang masih dikutip oleh Syafrudin mereka masih mendefinisikan “The curriculum is the sum total of school’s effort to playground or out of school, yakni segala usaha
41
Nasution, Asas-asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), cet. ke 4, h. 2. Syafrudin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Press, 2003), h. 33-34. 42
27
yang dilakukan oleh sekolah untuk mempengaruhi belajar anak, baik di dalam maupun luar kelas”.43 Dari pendapat kedua tokoh diatas penulis dapat menyimpulkan pengertian kurikulum yaitu segala usaha yang dilakukan oleh pihak sekolah untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran meliputi perencanaan pembelajaran dan fungsi pembelajaran. 2. Pengertian Kurikulum 2013 Kurikulum menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (19) adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.44 Menurut E. Mulyasa, kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi lahir sebagai jawaban terhadap berbagai kritikan terhadap kurikulum 2006, serta sesuai dengan perkembangan kebutuhan dan dunia kerja. Kurikulum 2013 merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi seperti yang digariskan dalam haluan negara.45 Dalam pedoman pelatihan implementasi kurikulum 2013 menjelaskan bahwa, “kurikulum 2006 atau yang dikenal dengan KTSP dikembangkan menjadi Kurikulum 2013 didasari pemikiran tentang tantangan masa depan, persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogi, kompetensi masa depan, serta fenomena negatif yang mengemuka”.46 Dengan demikian berdasarkan uraian diatas dapat diketahui perbedaan paradigma atau pola pikir dalam penyusunan Kurikulum 2004
43
Ibid, h. 33-34. Das Sarilawati, Rasional Kurikulum 2013, Materi Kurikulum 2013 disampaikan pada Pelatihan Guru dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013, SMAN 75 Jakarta, 24 November 2013. 45 E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), h. 163. 46 Pedoman Pelatihan Implementasi kurikulum 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2013, h. 4. 44
28
dan KTSP 2006 dengan Kurikulum 2013 sebagaimana dicantumkan dalam tabel dibawah ini.47 Tabel 2.1 Perubahan pola pikir pada Kurikulum 2013 No
KBK 2004
1
Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari Standar Isi Standar Isi dirumuskan berdasarkan Tujuan Mata Pelajaran (Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran) yang dirinci menjadi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Pemisahan antara mata pelajaran pembentuk sikap, pembentuk keterampilan, dan pembentuk pengetahuan Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran Mata pelajaran lepas satu dengan yang lain, seperti sekumpulan mata pelajaran terpisah
2
3
4 5
KTSP 2006
Kurikulum 2013 Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari kebutuhan Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan melalui Kompetensi Inti yang bebas mata pelajaran
Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan, Mata pelajaran diturunkan darikompetensi yang ingin dicapai Semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti (tiap kelas)
3. Karakteristik Kurikulum 2013 Berdasarkan salinan lampiran Permendikbud No. 69 th 2013 tentang Kurikulum SMA-MA dirancang dengan karakteristik sebagai berikut: a. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik. b. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar. c. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat. d. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan. e. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar matapelajaran.
47
Ibid, h. 4
29
f. Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti. g. Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmatapelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).48 4. Tujuan Kurikulum 2013 Menurut E. Mulyasa,kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Dalam hal ini, pengembangan kurikulum difokuskan pada pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik, berupa paduan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat di demonstrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap konsep yang dipelajarinya secara konseptual.49 5. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013 Menurut E. Mulyasa,pengembangan Kurikulum 2013 dilandasi secara filosofis, yuridis, dan konseptual sebagai berikut: a. Landasan Filosofis 1) Filosofi pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai luhur, nilai akademik, kebutuhan peserta didik dan masyarakat. 2) Kurikulum berorientasi pada pengembangan kompetensi. b. Landasan Yuridis 1) RPJMN 2010-2014
SEKTOR PENDIDIKANtentang Perubahan
metodologi pembelajaran dan Penataan kurikulum. 2) PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. 3) INPRES
NOMOR
1
TAHUN
2010,
tentang
Percepatan
Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional: Penyempurnaan kurikulum dan metode pembelajaran aktif berdasarkan nilai-nilai Budaya bangsa untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa.
48 49
Salinan Lampiran Permendikbud No. 69 th 2013 tentang Kurikulum SMA-MA E. Mulyasa, op.cit, h. 65.
30
c. Landasan Konseptual 1) Relevansi pendidikan (link and match) 2) Kurikulum berbasis kompetensi dan karakter 3) Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) 4) Pembelajaran aktif (student active learning) 5) Penilaian yang valid, utuh dan menyeluruh50
E. Hasil Penelitian yang Relevan 1. Persepsi Guru Tentang Peranan Kurikulum Berbasis Kompetensi Hubungannya dengan kinerja guru (Madarasah Aliyah Negeri Cipondoh Tangerang), oleh Nurlailah Hafazah, 2006. 2. Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran pada Kurikulum 2013, Bahan Ajar PLPG Program Sertifikasi guru rayon 201 LPTK UIN Jakarta 2013. 3. Jurnal Analisis Komponen-Komponen Pengembangan Kurikulum 2013 pada Bahan Uji Publik Kurikulum 2013, oleh Deden Cahaya Kusuma, 2013.
50
Ibid, h. 64.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian Sebagaimana prosedur yang ada bahwa untuk mendapatkan data dalam penelitian ini penulis mengambil objek penelitian di SMA Negeri 52 Jakarta Utara. Suatu lembaga sekolah yang sudah membantu pemerintah dalam bidang pemerataan kesempatan pendidikan sejak tahun pelajaran 1979/1980, sekolah tersebut berlokasi di Jalan Raya Tugu Semper No. 16, Cilincing Jakarta Utara Kode Pos 14130. Telp (021) 4405378. Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 19 Februari s/d 4 Maret 2014.
B. Jenis dan Metode Penelitian Menurut Sugiyono, “metode penelitian adalah cara berfikir dan berbuat yang dipersiapkan dengan baik-baik untuk mengadakan penelitian dan mencapai tujuan penelitian. Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.1 Dilihat dari tujuan penelitian, fokus penelitian ini adalah mendapatkan informasi berdasarkan persepsi guru PAI tentang pendekatan saintifik, serta mengamati, dan melihat upaya guru PAI dalam implementasi pendekatan Saintifik pada kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara. Dengan demikian penelitian ini dapat ditakategorikan sebagai penelitian kualitatif. Dengan pendekatan tersebut daiharapkan dapat diperoleh pemahaman dan penafsiran yang mendalam mengenai makna, kenyataan, dan fakta yang relevan. Dalam penelitian ini, sasaran yang hendak dicapai adalah untuk mendeskripsikan, memahami dan memaknai persepsi dan upaya guru PAI dalam implementasi pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara. Maka jenis penelitian yang dianggap tepat adalah penelitian kualitatif deskriptif analisis. 1
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 3.
31
32
C. Populasi dan Sampel Penelitian Menurut Sugiyono, “dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spredey dinamakan “sosial situation” atau situasi sosial yang terdiri dari tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktifitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis”.2 Situasi sosial tersebut, dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang ingin dipahami secara lebih mendalam “apa yang terjadi” di dalamnya. Dalam penelitian ini, penulis mengamati situasi sosial atau objek penelitian tentang guru PAI dan siswa dalam melakukan proses pembelajaran atau pelaksanaan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan pendekatan saintifik di SMA Negeri 52 Jakarta Utara. Dalam buku Pedoman Penulisan Skripsi, menjelaskan”populasi adalah himpunan semua individu yang dapat memberikan data dan informasi untuk suatu penelitian. Sedangkan sampel adalah sebagian dari unit-unit dalam populasi yang ciri-ciri atau karakteristiknya benar-benar diselidiki”.3 Populasi samplingnya adalah seluruh siswa di SMA Negeri 52 Jakarta Utara sedangkan seluruh siswa kelas X jurusan IPS adalah populasi sasaran. Sampel dalam penelitian ini penulis gunakan sebagai sumber data yang dianggap mengetahui tentang populasi/situasi sosial atau objek penelitian, dan untuk menentukan sampel tersebut penulis menggunakan teknik cluster sampling (area sampling). Yaitu peserta didik kelas X IPS 2, X IPS 4, dan X IPS 5 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara. D. Teknik Pengumpulan Data Untuk memudahkan data, fakta dan informasi yang mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian kepustakaan (Library Reseach) dan penelitian lapangan (Field Risearch).
2
Sugiono, op.cit, h. 297-298 Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Pedoman Penulisan Skripsi, (Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2013), h. 64. 3
33
1.
Penelitian kepustakaan yaitu (Library research), yaitu pengumpulan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam material yang terdapat di ruangan perpustakaan, misalnya berupa buku-buku, majalah, naskah, catatan kisah sejarah, internet dan sumber lain yang relevan dengan penelitian ini. Bertujuan untuk menganalisa suatu pengertian yang bersifat teoritis dan untuk penulis gunakan litelatur yang mendukung pelaksanaan peneitian.
2.
Penelitian lapangan (Field research), yaitu penulis menghimpun informasi, data dan fakta dari objek yang diteliti untuk menemukan secara khusus dari realita yang tengah terjadi di lapangan agar lebih obyektif dan akurat, tentang persepsi dan upaya guru PAI dalam Implementasi Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara. Dalam penelitian lapangan ini penulis berusaha menganalisa data yang ada di lapangan sehingga antara pengertian dan teori yang ada dapat dibuktikan relesansinya. Untuk memperoleh data dari lapangan penulis menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut: 1.
Observasi Partisipatif adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis tentang kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan. Dalam observasi ini, peneliti mengamati kegiatan sehari-hari di sekolah orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. seperti proses KBM dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan menggunakan pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Metode ini digunakan agar peneliti dapat melihat, dan mendengar pengalaman yang dialami obyek yang diteliti, sehingga dapat mempelajari pola dan perilaku obyek yang diteliti. Metode ini digunakan untuk medapatkan data yang berkaitan dengan gambaran umum SMA Negeri 52 Jakarta Utara, sarana/fasilitas yang tersedia, lingkungan yang berhubungan dengan pembelajaran, serta perilaku-perilaku obyek yang akan diteliti.
34
2.
Wawancara Mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai.4 Wawancara mendalam ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu penyamaran dan terbuka. Cara yang penulis ambil adalah secara terbuka, dimana wawancara dilakukan secara terbuka, informan mengetahui kehadiran pewawancara sebagai peneliti yang bertugas melakukan wawancara
di
lokasi
penelitian.
Metode
ini
digunakan
untuk
mendapatkan data tentang gambaran umum SMA Negeri 52 Jakarta Utara, kurikulum SMA Negeri 52, persepsi dan upaya guru PAI dalam implementasi kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara. 3.
Kuesioner (Angket) merupakan “teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan dan pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”.5 Dalam penelitian ini pembagian angket ditujukan kepada siswa kelas XI IPS 2, IPS 4, IPS 5.
4.
Dokumentasi dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dokumen-dokumen yang dapat dikumpulkan melalui metode ini adalah tentang gambaran umum sejarah berdiri SMA Negeri 52 Jakarta Utara, struktur organisasi dan lain sebagainya.6
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Setelah data yang diperlukan terkumpul langkah selanjutnya adalah menganalisa data. Menganalisa data merupakan suatu cara yang digunakan untuk menguraikan data yang diperoleh agar dapat dipahami. Dengan
4
Husaini Usman dan Purnomo Setiady, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 52 5 Sugiyono, op.cit, h. 329 6 Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif,(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008), h. 169
35
demikian, untuk menganalisa data tersebut penulis langkah-langkah sebagai berikut: 1.
Editing sebagai kelengkapan dan kebenaran pengisian angket penulis mengecek data yang terkumpul untuk dianalisa kembali agar terhindar dari kekeliruan serta kesalahan.
2.
Penskoran untuk menentukan skor dalam hasil penelitian yang terdapat dalam angket.
3.
Tabulating yaitu mentabulasi data jawaban yang diberikan ke dalam bentuk tabel, untuk kemudian diketahui hasil perhitungannya. Rumus yang digunakan untuk mendeskripsikan hasil penelitian dengan rumus angka persentase. Adapun data yang diperoleh melalui angket, penulis akan menganalisa dan mengolah data statistik frekuensi, yaitu memeriksa jawaban-jawaban dari peserta didik, lalu dijumlahkan, diklasifikasikan dan ditabulasikan, data yang didapat dari sebuah item pertanyaan akan dibuat satu tabel yang di dalamnya langsung dibuat frekuensi dengan menggunakan rumus7:
Keterangan : P
= Prosentase
F
= Frekuensi
N
= Jumlah Responden
100% = Bilangan tetap Adapun ketentuan skala prosentasi adalah sebagai berikut:
7
100%
: seluruhnya
90-99%
: hampir seluruhnya
60-89%
: sebagian besar
51-59%
: lebih dari setengah
50%
: setengahnya
40-49%
: hampir setengahnya
Anas Sujiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h. 43.
36
10-39%
: sebagian kecil
1-9%
: sedikit sekali
0%
: tidak sama sekali
F. Instrument Penelitian Penggunaan instrument penelitian bergantung pada jenis metode yang digunakan karena dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode angket dan observasi, maka instrumennya yaitu: Tabel 3.1 Kisi-kisi angket tentang upaya guru PAI dalam implementasi pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 No.
Aspek
Indikator
Butir soal
Jumlah soal
1.
Langkah Pendekatan
Mengamati
6
7,8,9,10,11
5
12,13,14,15,16
9
(Observing)
Saintifik dalam Menanya Pembelajaran
1,2,3,4,5,6
(Questioning) Menalar (Associating) Mencoba
,17,18,19,20
21,22,23,24,25
6
(Experimenting)
,26
Membentuk Jejaring
27,28,29,30,31
5
32,33,34,35,36
7
(Networking) 2.
Kebijakan
Karakteristik
Pendekatan
pendekatan saintifik
Saintifik pada
pada pembelajaran
Kurikulum
,37,38
37
2013 3.
Sumber dan sarana
Penunjang pendekatan
39,40,41,42,43
5
44,45,46
3
47
1
48,49,50
3
pendidikan
saintifik dalam pembelajaran 4.
Teknik Penilaian Proses
penilaian dalam pembelajaran
Penilaian Produk
dengan pendekatan saintifik kurikulum 2013
pada
Penilaian Sikap
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri 52 Jakarta Utara Pada tahun 1979 SMA Negeri 52 Jakarta merupakan kelas jauh (KJ) dari SMA Negeri 15 Jakarta, atas prakarsa dan kerja keras Bapak Rafli Rusli sebagai kepala sekolah saat itu beserta timnya maka pada bulan Maret 1981 kelas jauh ( KJ ) tersebut diresmikan menjadi SMA Negeri 52 Jakarta yang berlokasi di Jalan Raya Tugu Semper Cilincing Jakarta Utara. Berkat kerja keras semua komponen / warga sekolah, meskipun dengan sarana dan prasarana yang kurang memadai SMA Negeri 52 lambat laun menggeliat prestasinya sehingga menempatkan diri menjadi salah satu sekolah favorit di Jakarta Utara. Hal ini ditandai dengan meningkatnya pendaftar setiap tahun penerimaan siswa baru. Pada tahun 1995 SMAN 52 ditetapkannya sekolah menjadi Pendamping SMA Unggulan tingkat Jakarta Utara. Terhitung mulai Januari 2004 sekolah menempati gedung baru yang megah dan representif, sehingga KBM berjalan baik, sesuai dengan yang kita harapkan bersama. Pada tahun itu pula sekolah kembali ditetapkan sebagai Sekolah Unggulan tingkat kotaJakarta Utara. Selanjutnya pada tahun 2005 dan 2010 dilakukan akreditasi sekolah dan memperoleh nilai A.Sampai dengan tahun 2014 telah mengalami pergantian kepala sekolah sebanyak 8 kali yaitu sebagai berikut : a. Rafli Rusli
( 1981-1989 )
b. Suparmin B.A
( 1989-1992 )
c. Chardian Anwar
( 1992-1996 )
d. Dra. Hj. Mutinah
( 1996-1998 )
e. Dra. Endang Prasetyowati
( 1998-2001 )
38
39
f. Drs. H. M Idris Muhalih
( 2001-2004 )
g. Drs. H.M.A Suyono M.Pd
( 2004-2007 )
h. Drs. Syafruddin Yusuf
( 2007-2011 )
i. Dra. Een Heraena, MM
( 2011-2012 )
j. Drs. H. Syai'un Amin, MM
(2012 - ........ )
2. Visi dan Misi SMA Negeri 52 Jakarta Utara a. Visi: Unggul dalam Prestasi, Luhur Budi Pekerti dan Sukses pada Era Globalisasi. b. Misi: Misi SMA Negeri 52 Jakarta Utara adalah sebagai berikut: 1) Membina siswa agar senantiasa mengamalkan ajaran agamanya. 2) Senantiasa menumbuh-kembangkan semangat keunggulan dan semangat kompetisi diantara siswa, guru dan karyawan. 3) Melaksanakan proses pembelajaran dalam suasana kekeluargaan yang kondusif. 4) Melaksanakan
proses
pembelajaran
yang
kreatif
dan
inovatif dengan menggunakan media konvesional maupun media modern. 5) Menjaga kualitas ketertiban dan kedisiplinan untuk mencapai prestasi yang unggul. 6) Menjadikan sekolah sebagai gerbang sukses menuju Perguruan Tinggi. 7) Membina dan melatih siswa agar berprestasi dalam bidang olahraga dan seni. 8) Senantiasa berperan serta dalam berbagai kegiatan yang dapat mendukung pengembangan prestasi siswa. 9) Mewujudkan dan menjaga lingkungan yang bersih, sehat, asri, indah, dan nyaman.
40
10) Menyiapkan siswa agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan kehidupan sosial budaya masyarakatnya, mampu berkomunikasi dan sukses pada era globalisasi. 3. Perangkat SMA Negeri 52 Jakarta Utara Berikut ini dipaparkan perangkat yang ada di SMA Negeri 52 Jakarta Utara dimulai dari guru, tata usaha, siswa, dan sarana prasarana. TABEL 4.1 DATA GURU PNS SMA NEGERI 52 JAKARTA NO.
NAMA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Drs .H. Syaiun Amin, MM Dra. Dina Todingan Dra. Rita Zubir Drs. Maman Syaefullah Dra. Titik Untari Dra. Nina Rahayu Kusdiana, MM Esti Setiati, S.Pd Fajar Hirbariadi, S.Pd Dra. Agatha Astaningsih Ermiyetti, S.Pd Dra. Herin Yuliani Drs. Susanto Dra. Posma Derita Mochamad Arif Nooryanto, S.Pd Edi Sarwono, S.Pd Akhmad Budiyanto, S.Pd Kustiyono Puji Widodo, S.Pdi. Sri Hartati, S.Pd Yurmawati, S.Pd Endah Ruhidaningsih, S.Pd. Iwan Gunawan, S.Pdi. Ermi Analysa, S.Pd Kisron, S.Pd Desrinawati, S.Pd Drs. Wisnu Sasongko Triliana, S.Pd
L/P GOL L P P L P P P L P P P L P L L L L P P P L P L P L P
IV/b IV/a IV/a IV/a IV/a IV/a IV/a IV/a IV/a IV/a IV/a IV/a IV/a IV/a IV/a IV/a IV/a IV/a IV/a IV/a IV/a III/d III/b III/a III/a III/a
JABATAN Ka. Sekolah Guru Guru Guru Guru Wakasek Guru Wakasek Guru Guru Guru Guru Guru Guru Wakasek Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru
MENGAJAR MATA PELAJARAN Fisika Fisika Geografi BP/BK BP/BK Ekonomi Sejarah Penjas Kimia Biologi PKn BP/BK B.Indonesia Matematika B.Inggris Matematika Matematika Matematika S.Rupa B.Inggris S.Musik PKn Ekonomi Biologi Fisika B.Indonesia
41
27 28
Sri Indartie, S.Pd Dra. Elpina
P P
III/a III/a
Guru Guru
Ekonomi BP/BK
29
Widayati, S.Pd
P
III/a
Guru
B.Indonesia
30 31
Bimo Rahardjo, S.Pd Yethie Bessie, S.Th
L P
III/a III/a
Guru Guru
Sosiologi Ag. Kristen
TABEL 4.2 DATA GURU HONOR SMA NEGERI 52 JAKARTA
NO.
NAMA
L/P
JABATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Domnikus D. Muda, S.Pd. Drs Heru Fadillah Nur Akmal, S.Ag Yoni Mashani R, M.Si Santi Herliana, S.Pi Nurdiansyah, M.Si Drs. Naqo'I Abduh, M.Ag Dra. Eliya M.Pd Siti Marhumah, SS Nefrida Wati, S.Pd Bestari Sri Murni, M.BA Tatang Surya Atmaja, S.Pd Dahri, S.Pd. MM Sri Rejeki, S.Si Iskandar Zulkarnaen, SS Heny Octaviani, S.Kom Eksi Ediati, S.Pd. Wahyudi Prasetianto, S.Pd Sapta Hidayatullah, S.Pd.
L L P L P P L P P P P L L P L P P L L
Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru
MENGAJAR MATA PELAJARAN Ag. Katolik Sosiologi Ag. Islam Ekonomi Mulok Fisika Ag. Islam B.Indonesia B.Jepang Sejarah B.Jepang TIK Sejarah Matematika B.Jepang TIK B. Inggris Kimia Geografi
20
Drs. Yoyo Sunaryo
L
Guru
Penjas
21 22
Agung Maulana, S.Pd. Putri Dwijayanti
L P
Guru Guru
23
Moh. Dirsan, S.Ag.
L
Guru
Penjas Bahasa Inggris Pend.Agama Islam
24
Indrianto, S.Pd.
L
Guru
Penjas
KET.
PNS di SMAN 114
PNS di SMAN 115
42
TABEL 4.3 DATA TATA USAHA PNS SMA NEGERI 52 JAKARTA NO. 1 2 3 4 5
NAMA Dadang Supandi IBM. Suartama HJ.Sumariyaningsih Saadah Yuski Mulyadi
L/P
GOL
JABATAN
L L P P L
III/b III/b III/b III/b III/a
Kepala Pelaksana TU Pelaksana TU Pelaksana TU Pelaksana TU Pelaksana TU
TABEL 4.4 DATA TATA USAHA HONOR SMA NEGERI 52 NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
NO 1 2
3
NAMA Endang Supriyati Amin Kusumawati Nurdin Kusuma Hanafi Rahman Jejen Jaenudin Saepudin Sapradi Nur Suherman HM Adnan Usman Warnaya Andikin Edoy Samara T.Baslianto Ahmad Suharto Harijono
L/P
JABATAN
P L P L L L L L L L L L L L L L
Pelaksana TU Pelaksana TU Pelaksana TU Pelaksana TU Pemb. Pelaksana TU Pemb.Pelaksana TU Pemb. Pelaksana TU Pemb.Pelaksana TU Laboran Pemb. Pelaksana TU Pemb. Pelaksana TU Pemb.Pelaksana TU SATPAM SATPAM SATPAM SATPAM
TABEL 4.5 DATA JUMLAH SISWA SMA NEGERI 52 JAKARTA Jumlah Siswa Banyaknya KELAS JUMLAH Kelas L P X MIPA 1 3 42 66 108 X IPS 1 5 72 101 173 XI IPA 1 3 56 64 120
43
4
5 6
XI IPS 1 XII IPA 1 XII IPS 1 JUMLAH
5 3 5
71 43 71
111 77 124
182 120 195
355
543
898
4. Sarana dan Prasarana SMA Negeri 52 Jakarta Utara Sarana dan Prasarana di SMA Negeri 52 Jakarta Utara adalah sebagai berikut: a. Ruang kelas dilengkapi AC dan LCD b. Laboratorium Bahasa, Komputer, Kimia, Fisika, Biologi dengan peralatan berbasis IT (layar sentuh) c. Sarana Ibadah d. Perpustakaan berbasis E library e. Taman relaksasi f. Sarana dan prasaran olahraga (lapangan voli, basket, bulu tangkis, futsal, lompat jauh, atletik) g. Mobil sekolah h. Aula dilengkapi AC dan LCD layar sentuh i. Kantin dan koperasi j. Tempat parkir k. Lobby 5. Struktur Organisasi SMA Negeri 52 Jakarta Utara Kemajuan
dan
perkembangan
sebuah
instansi/
lembaga/
organisasi terletak pada kinerja struktur organisasi dan semua sistem yang ada di dalamnya. SMA Negeri 52 Jakarta Utara sebagai suatu lembaga Pendidikan dibawah naungan. Instansi Pemerintah atau Depdiknas didalamnya terdapat sistem yang menjalankannya yang disebut struktur organisasi sekolah. Struktur yang ada di SMA Negeri 52 Jakarta Utara terdiri dari dari struktur sekolah dan struktur organisasi Komite sekolah atau Dewan Sekolah. (terlampir)1 1
Data Dokumentasi SMA Negeri 52 Jakarta Utara
44
B. Deskripsi Data Data yang dihimpun berdasarkan penyebaran angket dikelompokkan kedalam data upaya guru PAI dalam implementasi pendekatan saintifik pada kurikulum 2013. Dari beberapa indikator tersebut diuraikan menjadi beberapa pertanyaan, yang kemudian angket disebar kepada 82 peserta didik (responden atau sampel). Selain memberikan angket penulis juga melakukan wawancara dengan guru PAI yang telah mengikuti pelatihan mengenai kurikulum 2013. Kemudian peneliti juga melakukan observasi untuk mengetahui persepsi dan upaya guru PAI dalam mengimplementasi pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013. Persepsi dan upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam implementasi pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara. Data-data penelitian tentang persepsi dan upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam implementasi pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara peneliti memperoleh data melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan angket. Dalam mengelola data, penulis akan menjabarkan tabel dengan menggunakan rumus persentase. Data yang diperoleh kemudian dianalisa dengan menggunakan distribusi frekuensi dan menghitung prosentase sebagai alternatif jawaban dari instrumen yang telah dijawab oleh responden.
C. Data Persepsi dan Upaya Guru PAI dalam Implementasi Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara 1. Persepsi Guru PAI dalam mengimplementasi pendekatan saintifik pada kurikulum 2013. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Susanto guru di SMA Negeri 52 Jakarta Utara, kurikulum 2013 ini belum semua sekolah Negeri di Jakarta Utara sudah melaksanakannya sebagian sekolah hanya sebagai sekolah partisipan, hal ini dikarenakan sosialisasi mengenai kurikulum 2013 ini baru dilaksanakan, tidak semua sekolah memiliki sarana yang memadai, belum terbiasa dengan sistem baru. Dan ada beberapa kebijakan
45
yang belum dipahami secara menyeluruh. Sekolah negeri di Jakarta Utara yang sudah melaksanakan kurikulum 2013 (SMAN 13, SMAN 75, SMAN 72, SMAN 92, dan SMAN 52). Kemudian berkaitan dengan penelitian Anda disini, tentang mata pelajaran Pendidikan Agama Islam saat ini berubah menjadi pendidikan agama Islam dan Budi Pekerti, ada penambahan jam pelajaran, buku pedoman guru, serta buku pembelajaran dibuat oleh pemerintah. Untuk informasi terkait judul penelitian anda, lebih lanjutnya dengan guru PAI di SMAN 52 Jakarta Utara.2 Pendapat yang dikemukakan oleh Moh. Dirsan guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 52 Jakarta Utara, kurikulum 2013 telah memuat beberapa perubahan, khususnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan pembelajarannya, adanya pertambahan jam pelajaran bagi Pendidikan Agama Islam (PAI). Jika pada Kurikulum 2006, PAI hanya 2 jam per minggu – pada Kurikulum 2013 mengalami pertambahan 3 jam per minggu. Meskipun pertambahan itu juga sebagai akibat adanya transformasi dari istilah mata pelajaran yang semula hanya Pendidikan Agama Islam, sekarang menjadi Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.3 Persepsi menurut Moh. Dirsan tentang pendekatan saintifik, pembelajaran dengan berbasis pada pendekatan ilmiah atau pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 ini sangat baik terutama untuk siswa karena memotivasi pembelajaran yang bermuara pada keaktifan siswa tersebut. Selain itu, pendekatan saintifik ini pun sesuai dengan perkembangan zaman di maksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi dengan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru.4
2
Susanto, Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam, di Ruang Guru SMAN 52 Jakarta Utara, 19 Februari, pukul 10.00 WIB. 3 Moh. Dirsan, Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam, di Ruang Guru SMAN 52 Jakarta Utara, 4 Maret 2014, pukul 09.20 WIB. 4 Ibid, 4 Maret 2014, pukul 09.20 WIB.
46
Tanggapan Moh. Dirsan, mengenai Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMA Negeri 52 Jakarta Utara pembelajaran dengan pendekatan saintifik ini menurutnya ada faktor pendukung dan penghambatnya. Faktor pendukungnya adalah sarana dan prasarana sekolah yang sangat memadai. Bukan menjadi faktor penghambat namun salah satu kesulitan yang dihadapi adalah saat menyajikan materi yang kaitannya dengan keyakinan. Dalam menyampaikan pembelajaran pada proses KBM ini lebih kepada keyakinan bukan logika, sehingga harus memilih sarana dan prasana yang tepat, media dan bahan ajar pendukung lainnya harus memilih dengan tepat. Karena pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bukan hanya menyampaikan pengetahuan tetapi menyampaikan nilai-nilai, serta keyakinan untuk dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari.5
2. Upaya Guru PAI dalam Implementasi Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara Selanjutnya, Moh. Dirsan menjelaskan, “seperti yang diketahui dalam pelatihan pada kurikulum 2013. Untuk mengimplementasikan pendekatan saintifik di SMA Negeri 52 Jakarta Utara, kegiatan atau langkah-langkah pendekatan saintifik yang kita ketahui (kegiatan mengamati, menanya, menalar,mencoba, membentuk jejaring)”. Langkah pertama atau bentuk usaha pertama yang saya lakukan adalah mensosialisasikan tentang kurikulum 2013, memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring, pemanfaatan internet dan bukan hanya diberi tahu. Langkah selanjutnya adalahmemfasilitasi pembelajaran dengan sarana dan prasarana yang ada di sekolah ini, seperti dalam materi 5
Ibid, 4 Maret 2014, pukul 09.20 WIB.
47
pembelajaran sebelumnya, tentang materi zina untuk menjelaskan kepada peserta didik menggunakan media laptop berupa powerpoint, presentasi, berdiskusi, dan membagi peserta didik berkelompok untuk memahami manfaat dan hikmah larangan pergaulan bebas dan perbuatan zina. Hal ini menunjukkan pembelajaran telah menggunakan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013, dimana dalam presentasi siswa mengamati bacaan yang tertera di slide, mendengar presentasi yang disampaikan, kemudian adanya siswa yang bertanya tentang, “pacaran itu dapat dikatakan zina, jika kita pacaran dan tidak melakukan hal-hal yang dapat melanggar agama hanya untuk memotivasi dan bukan hal yang negatif, bagaimana Islam memandang hal tersebut dan bolehkah?, kemudian saya memberi kesempatan peserta didik untuk menjawab pertanyaan, tsb. Pada pembelajaran tersebut dapat kita ketahui, bahwa adanya kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba, serta membentuk jejaring (membentuk kelompok, saling berdiskusi).6 D. Pembahasan 1. Hasil Pengamatan Pelaksanaan Guru PAI dalam Implementasi Pendekatan Saintifik a. Kegiatan Pendahuluan (Awal) Kegiatan pembelajaran meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan bertujuan untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Berdasarkan pengamatan terhadap guru PAI pada tanggal 19 Februari 2014 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara dalam melaksanakan kegiatan
pendahuluan
pembelajaran
pembelajaran
berlangsung,ketika
yaitu
memulai
sebelum
kegiatan
pembelajaran,
guru
menyapa anak dengan nada bersemangat dan gembira (mengucapkan salam),
mengecek
kehadiran
para
siswa
dan
menanyakan
ketidakhadiran siswa apabila ada yang tidak hadir, kemudian guru mengingatkan kembali tentang konsep-konsep yang telah dipelajari oleh siswa yang berhubungan dengan materi baru yang akan
6
Ibid, 4 Maret 2014, pukul 09.20 WIB.
48
dibelajarkan. Guru menanyakan konsep memahami makna beriman kepada malaikat-malaikat Allah SWT, kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran. Dalam metode saintifik tujuan utama kegiatan pendahuluan adalah memantapkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang telah dikuasai yang berkaitan dengan materi pelajaran baru yang akan dipelajari oleh siswa. Dalam kegiatan ini guru harus mengupayakan agar siswa yang belum paham suatu konsep dapat memahami konsep tersebut, sedangkan siswa yang mengalami kesalahan konsep, kesalahan tersebut dapat dihilangkan. Pada kegiatan pendahuluan, disarankan guru menunjukkan fenomena atau kejadian “aneh” atau “ganjil” yang dapat menggugah timbulnya pertanyaan pada diri siswa.
b. Kegiatan Inti Kegiatan pembelajaran
inti atau
merupakan dalam
kegiatan proses
utama
penguasaan
dalam
proses
pengalaman
belajarsiswa. Kegiatan inti dalam pembelajaran adalah suatu proses pembentukan pengalaman dan kemampuan siswa secara terprogram yang dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu. Kegiatan inti dalam metode saintifik ditujukan untuk terkonstruksinya konsep, hukum atau prinsip oleh siswa dengan bantuan dari guru melalaui langkahlangkah kegiatan yang diberikan di muka. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, dapat dijelaskan kegiatan inti pembelajaran dalam implementasi pendekatan saintifik di SMA Negeri 52 Jakarta Utara adalah sebagai berikut: 1)
Mengamati (Observing) Pengamatan pertama pada hari selasa, penulis melakukan penelitian dengan mengamati, proses pembelajaran. Guru meminta siswa untuk mengkaji buku atau mencari informasi
49
terkait makna beriman kepada malaikat-malaikat Allah SWT di perpustakaan sekolah. Dalam pengamatan kedua, pada materi QS. At-Taubah: 122 dan hadits terkait tentang semangat menuntut
ilmu,
menerapkan dan menyampaikannya kepada sesama. Dalam pelaksanaan pembelajaran terlihat guru menggunakan media audio yaitu tape recorder. Pengamatan ketiga guru menggunakan media laptop, berupa presentasi
power point,
slide
dalam menjelaskan materi
kedudukan Al-Qur’an, Hadits dan Ijtihad sumber hukum Islam. Berdasarkan kegiatan pembelajaran yang telah diamati, guru PAIdalam proses kegiatan belajar mengajar guru membuka kesempatan bagi peserta didik untuk secara luas dan bervariasi melakukan pengamatan melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Selanjutnya guru membuka kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dan dibaca.
2) Menanya (Questioning) Upaya guru PAI di SMA Negeri 52 Jakarta Utara dalam implementasi pendekatan saintifik salah satunya dengan memberi kegiatan kepada peserta didik untuk melakukan kegiatan diskusi dan kelompok kerja, praktik diskusi kelompok memberi ruang pada peserta didik untuk mengemukakan ide/gagasan dengan bahasa sendiri.Kegiatan belajarnya adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa
50
yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.. Pada kegiatan pembelajaran ini siswa melakukan pembelajaran bertanya. Salah satu peserta didik bertanya, “bagaimana menerapakan makna Surah At-Taubah ayat 122,
dalam
kehidupan
sehari-hari?,
Mengenai
tentang
menyampaikan ilmu dengan sesama, kadangkala ada rasa tidak ingin memberi tahu kepada teman tentang ilmu yang kita pahami, bagaimana tentang hal tersebut dan apa yang dilakukan agar sesuai dengan Surah At-Taubah:122). Apa makna beriman kepada malaikat-malaikat Allah? Penjelasan mengenai Al-Qur’an, hadits, dan ijtihad, adakah persamaan dan perbedaan, Jelaskan? Bagaimana kedudukan Al-Qur’an, Hadits dan Ijtihad sumber hukum Islam serta bagaimana mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari? Kompetensi Dasar 3.6 Memahami makna beriman kepada malaikat-malaikat Allah. KD. 3.7Memahami QS. At-Taubah: 122 dan hadits terkait tentang semangat menuntut ilmu, menerapkan dan menyampaikannya kepada sesama. KD. 3.8 Memahami kedudukan Al-Qur’an, Hadits dan Ijtihad sumber hukum Islam.Pada langkah ini suasana pembelajaran yang berhasil adalah terjadinya komunikasi aktif diskusi materi pelajaran. Siswa akan saling
bertanya
dan
saling
menjawab
mengenai
materi
pembelajaran terkait.
3) Mencoba (Experimenting) Kegiatan
yang
informasi/eksperimen.
dilakukan Kegiatan
adalah
belajarnya
mengumpulkan adalah
melakukan
51
eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian/
aktivitas,
wawancara
dengan
nara
sumber.
Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan,
menghargai
pendapat
orang
lain,
kemampuan
berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat. Pada langkah pembelajaran ini, setiap siswa dituntut untuk mencoba mempraktekkan apa yang dipelajari.Pada KD 4.1.2 dan KD 4.22 yaitu mendemonstrasikan hafalan Qs. Al-Anfal: 72 dan Qs. AlIsra: 32. Kegiatan ini bisa dilakukan secara kelompok, secara berpasangan
dan
secara
individu.
Siswa
akan
mencoba
mempraktikkan apa yang dipelajari baik pada keterampilan reseptif (membaca dan mendengarkan, maupun pada`keterampilan produktif (berbicara
dan
menulis).
Mereka
juga
dituntut
untuk
mengembangkan kemampuan penguasan kosakata berkaitan dengan KD yang dipelajarai. Keaktifan siswa dalam mengembangkan kemampuan dan keterampilan bahasa pada contoh ini, sangat diperlukan dan sangat dipentingkan. Guru
membimbing
seluruh
siswa
dalam
mencoba
mempraktikkan dan mengembangkan kemampuan penguasaan pengetahuan dan penguasaan keterampilan pada bidang ini. Hal yang sangat penting adalah bahwa seluruh siswa harus bisa mengikuti pembelajaran dengan riang dan gembira. 4) Menalar (Associating) Kegiatan belajarnya adalah pertama, mengolah informasi yang sudah
dikumpulkan
baik
terbatas
dari
hasil
kegiatan
mengumpulkan/eksperimen mau pun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi, kedua, pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan
52
kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan,
kerja
keras,
kemampuan
menerapkan
prosedur
dan
kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan. Pada kegiatan ini siswa akan menalar yaitu menghubungkan apa yang sedang dipelajari dengan apa yang ada dalam kehidupan sehari-hari. pada kegiatan ini siswa berlatih menerapkan apa yang dipelajari sesuai dengan kehidupan sehari-hari. 5) Mengomunikasikan (Communicating) Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan mengomunikasikan adalah sarana untuk menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambar/sketsa, diagram, atau grafik. Kegiatan ini dilakukan agar siswa mampu mengomunikasikan pengetahuan, keterampilan, dan penerapannya, serta kreasi siswa melalui presentasi,
membuat
laporan, dan/atau unjuk karya. 6)
Membentuk Jejaring (Networking): Networking adalah kegiatan siswa untuk membentuk jejaring pada kelas. Kegiatan belajarnya adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. Pada tahapan ini siswa mempresentasikan kemampuan mereka mengenai
53
apa yang telah dipelajari sementara siswa lain menanggapi. Tanggapan siswa lain bisa berupa pertanyaan, sanggahan atau dukungan tentang materi presentasi. Guru berfungsi sebagai fasilitator tentang kegiatan ini. Dalam kegiatan ini semua siswa secara proporsional akan mendapatkan kewajiban dan hak yang sama. Siswa akan terlatih untuk menjadi narasumber, menjadi orang yang akan mempertahankan gagasannya secara ilmiah dan orang yang bisa mandiri serta menjadi orang yang bisa dipercaya. Para siswa melakukan kegiatan networking ini harus dengan perasaan riang dan gembira tanpa ada rasa takut dan tekanan dari siapapun. Guru akan melakukan penilaian otentik dalam proses pembelajaran ini dan penilaian hasil Pembelajaran. Siswa yang aktif dan berani mengemukakan gagasan/pendapatnya secara ilmiah tentu akan mendapatkan nilai yang lebih baik. Siswa yang masih mempunyai rasa takut dan kurang percaya diri akan terlatih sehingga menjadi pribadi yang mandiri., dan pribadi yang bisa dipercaya. Semua kegiatan pembelajan akan kembali kepada pencapaian ranah pembelajaran yaitu ranah sikap, ranah kognitif dan ranah ketrampilan. Pemanfaatan
internet
merupakan
salah
satu
jejaring
pembelajaran dengan akses dan ketersediaan informasi yang luas dan mudah. Saat ini internet telah menyediakan diri sebagai referensi yang murah dan mudah bagi peserta didik. Guru memfasilitasi peserta didik dalam penggunaan internet dalam proses belajar. Selain, itu sarana dan prasana SMA Negeri 52 yang lengkap memudahkan peserta didik untuk mengakses internet di sekolah.7 Penulis mengamati proses pembelajaran selama tiga minggu (4X pertemuan) dan mengadakan wawancara bebas terpimpin kepada beberapa siswa.Dari hasil pengamatan dan wawancara penulis 7
Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam, Moh. Dirsan, (Ruang Guru SMAN 52 Jakarta Utara, 4 Maret 2014), pukul 09.20 WIB
54
mengetahui upaya-upaya guru PAI dalam implementasi pendekatan saintifik di SMA Negeri 52 Jakarta Utara. Sedangkan pembahasan mengenai hasil angket penulis membuat tabulasi yang merupakan proses mengubah data dari instrument pengumpulan data (angket) menjadi tabel-tabel angka (persentase) dapat dilihat dari tabel-tabel berikut ini: Langkah Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Pendidikan Agama (Islam) dan Budi Pekerti Mengamati (Observing) Tabel 4.4 Guru Memfasilitasi Peserta Didik untuk Melakukan Observasi No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase Selalu (SL) 19 23,2% 1. Sering (SR) 41 50% Kadang-kadang (KK) 22 26,8% Tidak Pernah (TP) 0 0 Jumlah 82 100% Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 23,2% peserta didik yang menjawab guru selalu memfasilitasi peserta didik untuk melakukan observasi, (50%) peserta didik yang menjawab sering, peserta didik (responden) 26,8% yang menyatakan guru kadang-kadang memfasilitasi peserta didik dalam melakukan observasi dan tidak ada peserta didik yang menjawab guru tidak pernah memfasilitasi peserta didik dalam observasi. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa upaya guru PAI dalam mengimplementasikan salah satu langkah pendekatan saintifik sangat baik hal ini terlihat dari sebagian besar peserta didik yang menjawab sering.
55
Tabel 4.5 Guru Membimbing Peserta Didik dalam Observasi Melalui Kegiatan Melihat, Mendengar dan Membaca (gambar/penayangan video) No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase 2.
Selalu (SL) Sering (SR) Kadang-kadang (KK) Tidak Pernah (TP) Jumlah
21 43 18 0
25.6% 52,4% 22% 0
82
100%
Prosentase yang didapat dari dari hasil angket yang berisi guru membimbing peserta didik dalam observasi melalui kegiatan melihat, mendengar, dan membaca (gambar/penayangan video). 25,6% peserta didik yang menjawab selalu, 52,4% yang menjawab sering, 22% yang menjawab kadang-kadang. Hal ini memperlihatkan bahwa guru PAI telah berupaya dengan baik dalam mengimplementasikan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 karena terbukti dengan tidak ada peserta didik yang menjawab tidak pernah. Tabel 4.6 Guru Melatih Peserta Didik untuk Memperhatikan Hal yang Penting dari Suatu Objek Atau Materi No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase Selalu (SL) 53 64,7% Sering (SR) 24 29,2% 3. Kadang-kadang (KK) 5 6,1% Tidak Pernah (TP) 0 0 Jumlah Berdasarkan
tabel
82 diatas
guru
melatih
peserta
100% didik
untuk
memperhatikan hal yang penting dari suatu objek atau materi, 64,7% peserta didik (responden) yang menjawab selalu, 29,2% responden yang menjawab sering, 6,1% peserta didik yang menjawan kadang-kadang, tidak ada peserta didik yang menjawab tidak pernah. Dari data ini diketahui bahwa sebagian
56
besar peserta didik menjawab guru memiliki upaya yang cukup besar dalam mengimplementasikan pendekatan saintifik. Tabel 4.7 Guru Menyajikan Media Obyek Secara Nyata dalam Pembelajaran Yang Terkait Dengan Praktek No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase Selalu (SL) 20 24,4% 4. Sering (SR) 24 29,3% Kadang-kadang (KK) 38 46,3% Tidak Pernah (TP) 0 0 Jumlah
82
100%
Dari tabel tentang guru menyajikan media objek secara nyata dalam pembelajaran yang terkait dengan praktik menunjukkan bahwa 24,4% responden yang menyatakan guru selalu menyajikan media obyek secara nyata dalam pembelajaran yang terkait dengan praktek, 29,3% responden yang menyatakan sering, 46,3% responden yang menyatakan kadang-kadang dan tidak ada responden yang menjawab tidak pernah. Dari data ini diketahui bahwa guru memiliki upaya yang baik dalam menyajikan media objek secara nyata terlihat dari sebagian besar responden yang menjawab kadang-kadang. “Salah satu kesulitan dalam mengimplementasikan pendekatan saintifik dalam pembelajaran pada kurikulum 2013 ini adalah materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Contohnya: materi yang terkait dengan Iman kepada yang Ghaib, malaikat, hari akhir dsbnya.”8 Tabel 4.8 Guru Memberikan Umpan Balik kepada Peserta Didik Atas Hasil Observasi Prosentase No. Kategori jawaban Frekuensi 36,6% Selalu (SL) 30 44% 5. Sering (SR) 36 17% Kadang-kadang (KK) 14 2,4% Tidak Pernah (TP) 2 Jumlah
82
100%
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa 36,6% responden yang menyatakan guru selalu memberikan umpan balik kepada peserta didik atas hasil observasi, 44% responden yang menyatakan sering, 17% responden 8
Wawancara Guru Pendidikan Agama Islam, Moh. Dirsan, 4 Maret 2014, pukul 09.21 WIB.
57
yang menyatakan kadang-kadang dan 2,4% responden yang menjawab tidak pernah. Guru PAI memiliki upaya yang baik dalam mengevaluasi peserta didik. Tabel 4.9 Metode Observasi Melatih Peserta Didik dalam Kesungguhan, Ketelitian, dan Mencari Informasi No.
Kategori jawaban Selalu (SL) Sering (SR) Kadang-kadang (KK) Tidak Pernah (TP)
6.
Jumlah
Frekuensi 44 30 8 0
Prosentase 53,7% 36,6% 9,7% 0
82
100%
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa 53,7% responden yang menyatakan metode
observasi
selalu melatih peserta didik dalam
kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi, 36,6% responden yang menyatakan sering, 9.7% responden yang menyatakan kadang-kadang dan tidak ada responden yang menjawab tidak pernah. Hal ini membuktikan bahwa salah satu langkah pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 ini memiliki dampak yang baik terhadap peserta didik, terlihat dari sebagian responden yang menjawab metode observasi selalu melatih peserta didik dalam kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.
Menanya (Questioning) : Tabel 4.10 Guru Membimbing Peserta Didik dalam Mengajukan Pertanyaan
No. 1.
Kategori jawaban Selalu (SL) Sering (SR) Kadang-kadang (KK) Tidak Pernah (TP) Jumlah
Frekuensi 48 24 10 0
Prosentase 58,5% 29,3% 12,2% 0
82
100%
58
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 58,5% peserta didik yang menjawab guru selalumembimbing peserta didik dalam mengajukan pertanyaan, 29,3% peserta didik yang menjawab sering, peserta didik (responden) 12,2% yang menyatakan guru kadang-kadang membimbing peserta didik dalam mengajukan pertanyaan. Tidak ada responden yang menyatakan guru PAI tidak pernah membimbing peserta didik dalam mengajukan pertanyaan. Guru PAI telah berupaya dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, terbukti dengan jumlah responden yang menjawab guru PAI selalu membimbing peserta didik dalam mengajukan pertanyaan. Tabel 4.11 Guru memberi kesempatan peserta didik untuk bertanya tentang pembelajaran baik yang belum dipahami maupun yang sudah dipahami oleh peserta didik. No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase Selalu (SL) 66 80,5% Sering (SR) 14 17,1% 2. Kadang-kadang (KK) 2 2,4% Tidak Pernah (TP) 0 0 Jumlah
82
100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 80,5% peserta didik yang menjawab guru selalumemberi kesempatan peserta didik untuk bertanya tentang pembelajaran baik yang belum dipahami maupun yang sudah dipahami oleh peserta didik, 17,1% peserta didik yang menjawab sering, peserta didik (responden) 2,4% yang menyatakan guru kadang-kadang membimbing peserta didik dalam mengajukan pertanyaan. Tidak ada responden yang menyatakan guru PAI tidak pernah memberi kesempatan peserta didik untuk bertanya tentang pembelajaran baik yang belum dipahami maupun yang sudah dipahami oleh peserta didik. Hal ini membuktikan bahwa guru PAI memberi kesempatan peserta didik untuk aktif dalam mengolah suatu informasi yang didapat dengan baik.
59
Tabel 4.12 Guru dan peserta didik mendiskusikan masalah-masalah yang telah dipertanyakan No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase Selalu (SL) 46 56,1% Sering (SR) 33 40,2% 3. Kadang-kadang (KK) 3 3,7% Tidak Pernah (TP) 0 0 Jumlah 82 100% Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 56,1% peserta didik yang menjawab guru dan peserta didik mendiskusikan masalah-masalah yang telah dipertanyakan, 40,2% peserta didik yang menjawab sering, peserta didik (responden) 3,7% yang menyatakan guru kadang-kadang guru dan peserta didik mendiskusikan masalah-masalah yang telah dipertanyakan. Tidak ada responden yang menyatakan guru PAI tidak pernah guru dan peserta didik mendiskusikan masalah-masalah
yang telah
dipertanyakan. Hal
ini
membuktikan bahwa guru PAI memberi kesempatan peserta didik bersamasama untuk aktif dalam memecahkan suatu masalah atau informasi yang dianggap sukar. Tabel 4.13 Pada kurikulum 2013 ini peserta didik terlatih dalam mengajukan pertanyaan No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase Selalu (SL) 56 68,3% Sering (SR) 22 26,8% 4. Kadang-kadang (KK) 4 4,9% Tidak Pernah (TP) 0 0 Jumlah
82
100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 68,3% pada kurikulum 2013 ini peserta didik terlatih dalam mengajukan pertanyaan, 26,8% peserta didik yang menjawab sering, peserta didik (responden) 4,9% yang menyatakan kadang-kadang pada kurikulum 2013 ini peserta didik terlatih dalam mengajukan pertanyaan, tidak ada responden yang menyatakan pada
60
kurikulum 2013 ini peserta didik terlatih dalam mengajukan pertanyaan. Hal ini membuktikan bahwa upaya guru PAI dalam mengimplementasikan pendekatan saintifik dapat dikatakan berhasil karena terlihat bahwa sebagian besar responden yang merasa terlatih dalam mengajukan pertanyaan.
Menalar (Associating) :
Tabel 4.14 Guru melatih peserta didik untuk mandiri dalam mengolah suatu informasi atau materi pembelajaran No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase Selalu (SL) 41 50% Sering (SR) 39 47,6% 1. Kadang-kadang (KK) 2 2,4% Tidak Pernah (TP) 0 0 Jumlah
82
100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 50% guru selalu melatih peserta didik untuk mandiri dalam mengolah suatu informasi atau materi pembelajaran, 47,6% peserta didik yang menjawab sering, peserta didik (responden) 2,4% yang menyatakan guru kadang-kadang selalu melatih peserta didik untuk mandiri dalam mengolah suatu informasi atau materi pembelajaran. Tidak ada responden yang menyatakan guru PAI tidak pernah selalu melatih peserta didik untuk mandiri dalam mengolah suatu informasi atau materi pembelajaran Hal ini membuktikan bahwa guru PAI memberi kesempatan peserta didik untuk aktif dalam mengolah suatu informasi yang didapat dengan baik. Tabel 4.14 Guru melatih peserta didik secara individual maupun berkelompok dalam memecahkan suatu masalah atau menjawab pertanyaan sendiri yang sukar bagi dirinya No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase Selalu (SL) 45 54,9% Sering (SR) 31 37,8% 2. Kadang-kadang (KK) 6 7,3% Tidak Pernah (TP) 0 0 Jumlah 82 100%
61
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 54,9 Guru melatih peserta didik secara individual maupun berkelompok dalam memecahkan suatu masalah atau menjawab pertanyaan sendiri yang sukar bagi dirinya, 37,8% peserta didik yang menjawab sering, peserta didik (responden) 7,3% yang menyatakan guru kadang-kadang melatih peserta didik secara individual maupun berkelompok dalam memecahkan suatu masalah atau menjawab pertanyaan sendiri yang sukar bagi dirinya, tidak ada responden yang menyatakan guru PAI tidak pernah guru dan peserta didik mendiskusikan masalah-masalah yang telah dipertanyakan. Hal ini membuktikan bahwa guru PAI memberi kesempatan peserta didik bersama-sama untuk aktif dalam memecahkan suatu masalah atau informasi yang dianggap sukar. Tabel 4.15 Guru membimbing peserta didik dalam memahami materi pembelajaran sehingga peserta didik dapat menarik kesimpulan terhadap materi pembelajaran tersebut No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase Selalu (SL) 36 43,9% Sering (SR) 37 45,1% 3. Kadang-kadang (KK) 9 11% Tidak Pernah (TP) 0 0 Jumlah 82 100% Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 43,9% guru selalu membimbing peserta didik dalam memahami materi pembelajaran sehingga peserta didik dapat menarik kesimpulan terhadap materi pembelajaran tersebut, 45,1% peserta didik yang menjawab sering, peserta didik (responden) 11% yang menyatakan guru kadang-kadang membimbing peserta didik dalam memahami materi pembelajaran sehingga peserta didik dapat menarik kesimpulan terhadap materi pembelajaran tersebut. Tidak ada responden yang menyatakan guru PAI tidak pernah guru membimbing peserta didik dalam memahami materi pembelajaran sehingga peserta didik dapat menarik kesimpulan terhadap materi pembelajaran tersebut. Pada kurikulum 2013 guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mampu
62
mengolah informasi dan menarik kesimpulan dari suatu informasi yang ia dapat. Tabel 4.16 Guru tidak banyak menggunakan metode ceramah No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase Selalu (SL) 14 17,1% Sering (SR) 26 31,7% 4. Kadang-kadang (KK) 42 51,2% Tidak Pernah (TP) 0 0 Jumlah
82
100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 17,1% guru PAI selalu tidak banyak menggunakan metode ceramah, 31,7% peserta didik yang menjawab sering, peserta didik (responden) 51,2% yang menyatakan kadangkadang guru PAI selalu tidak banyak menggunakan metode ceramah. Tidak ada responden yang menyatakan guru PAI tidak pernah guru membimbing peserta didik dalam memahami materi pembelajaran sehingga peserta didik dapat menarik kesimpulan terhadap materi pembelajaran tersebut. Pada kurikulum 2013 guru kurang memberi kesempatan peserta didik untuk aktif seoptimal mungkin, hal ini terlihat dari jumlah responden yang menyatakan guru masih menggunakan metode ceramah. Tabel 4.17 Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan tuntutan kurikulum No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase
5.
Selalu (SL)
5
6,1%
Sering (SR)
35
42,7%
Kadang-kadang (KK)
41
50
Tidak Pernah (TP)
1
1,2%
Jumlah
82
100%
63
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 6,1% guru PAI selalu menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan tuntutan kurikulum, 42,7% peserta didik yang menjawab sering, peserta didik (responden) 50% yang menyatakan kadang-kadang guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan tuntutan kurikulum, 1,2% responden yang menyatakan guru PAI tidak pernah guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan tuntutan kurikulum .Pada kurikulum 2013 guru PAI terlihat kurang siap dalam mengimplementasi pendekatan saintifik pada kurikulum 2013, hal ini terlihat dari sebagian besar jumlah responden yang menyatakan guru hanya kadang-kadang guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan tuntutan kurikulum. Tabel 4.18 Guru memberi kegiatan peserta didik untuk menuliskan atau menceritakan apa yang telah di pelajari No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase Selalu (SL) 21 25.6% Sering (SR) 18 22% 6. Kadang-kadang (KK) 40 48.8% Tidak Pernah (TP) 3 3.6% Jumlah
82
100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 25,6% guru PAI selalu memberi kegiatan peserta didik untuk menuliskan atau menceritakan apa yang telah di pelajari, 22% peserta didik yang menjawab sering, peserta didik (responden) 48,8% yang menyatakan guru kadang-kadang memberi kegiatan peserta didik untuk menuliskan atau menceritakan apa yang telah di pelajari, 3,6% responden yang menyatakan guru PAI tidak pernah guru memberi kegiatan peserta didik untuk menuliskan atau menceritakan apa yang telah di pelajari. Pada kurikulum 2013 guru PAI terlihat kurang siap dalam mengimplementasi pendekatan saintifik pada kurikulum 2013, hal ini terlihat dari banyaknya jumlah responden yang menyatakan guru kadang-
64
kadang memberi kegiatan peserta didik untuk menuliskan atau menceritakan apa yang telah di pelajari dan masih ada responden yang menyatakan tidak pernahnya guru PAI memberi kegiatan peserta didik untuk menuliskan atau menceritakan apa yang telah di pelajari. Tabel 4.19 Guru memberi kegiatan peserta didik untuk menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase Selalu (SL) 7 8.5% Sering (SR) 38 46.4% 7. Kadang-kadang (KK) 37 45.1% Tidak Pernah (TP) 0 0 Jumlah 82 100% Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 8,5% guru PAI selalu memberi kegiatan peserta didik untuk menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya, 46,4% peserta didik yang menjawab sering, peserta didik (responden) 45,1% yang menyatakan guru kadang-kadang memberi kegiatan peserta didik untuk menyampaikan hasil
pengamatan, kesimpulan
berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya , tidak ada responden yang menyatakan guru PAI tidak pernah guru memberi kegiatan peserta didik untuk menyampaikan hasil
pengamatan, kesimpulan
berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Pada kurikulum 2013 guru PAI terlihat kurang siap dalam mengimplementasi pendekatan saintifik pada kurikulum 2013, hal ini terlihat dari banyaknya jumlah responden yang menyatakan guru kadang-kadang memberi kegiatan peserta didik untuk menyampaikan hasil
pengamatan, kesimpulan
berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.
65
Tabel 4.20 Guru memberi instruksi singkat tapi jelas disertai dengan contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase Selalu (SL) 16 19,5% Sering (SR) 30 3,6% 8. Kadang-kadang (KK) 36 43,9% Tidak Pernah (TP) 0 0 Jumlah
82
100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 19,5% guru PAI selalu memberi instruksi singkat tapi jelas disertai dengan contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi, 36,6% peserta didik yang menjawab sering, peserta didik (responden) 43,9% yang menyatakan guru kadang-kadang guru memberi instruksi singkat tapi jelas disertai dengan contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi, tidak ada responden yang menyatakan guru PAI tidak pernah guru memberi instruksi singkat tapi jelas disertai dengan contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi. Hal ini membuktikan bahwa guru PAI memiliki upaya yang baik dalam memberi instruksi singkat tapi jelas disertai dengan contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi walaupun sebagian besar responden menyatakan kadang-kadang, tetapi tidak ada responden yang menyatakan guru PAI tidak pernah guru memberi instruksi singkat tapi jelas disertai dengan contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi. Tabel 4.21 Guru memberi nilai presentasi peserta didik di depan kelas No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase Selalu (SL) 18 22% Sering (SR) 33 40,2% 9. Kadang-kadang (KK) 26 31,7% Tidak Pernah (TP) 5 6,1% Jumlah
82
100%
66
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 22% guru PAI selalu memberi nilai presentasi peserta didik di depan kelas, 40,2% peserta didik yang menjawab sering, peserta didik (responden) 31,7% yang menyatakan guru kadang-kadang memberi nilai presentasi peserta didik di depan kelas, 6,1% responden yang menyatakan guru PAI tidak pernah guru memberi nilai presentasi peserta didik di depan kelas. Guru PAI memiliki upaya yang baik dalam pembelajaran hal ini terlihat dari tabel yang menunjukkan bahwa jumlah responden yang menjawab sering guru memberi nilai presentasi peserta didik di depan kelas lebih besar dibanding yang lain.
Mencoba (Experimenting):
Tabel 4.22 Guru merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan peserta didik No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase Selalu (SL) 24 29,3% Sering (SR) 16 19,5% 1. Kadang-kadang (KK) 40 48,8% Tidak Pernah (TP) 2 2,4% Jumlah
82
100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 29,3% guru PAI selalu merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan peserta didik, 19,5% peserta didik yang menjawab sering, peserta didik (responden) 48,8% yang menyatakan guru kadang-kadang merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan peserta didik, 2,4% responden yang menyatakan guru PAI tidak pernah merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan peserta didik. Upaya guru PAI dalam merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan peserta didik cukup berperan hal ini terlihat dari banyaknya jumlah responden yang menyatakan kadang-kadang.
67
Tabel 4.23 Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan dan memperhitungkan tempat dan waktu No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase Selalu (SL) 25 30,5% Sering (SR) 17 20,7% 2. Kadang-kadang (KK) 33 40,3% Tidak Pernah (TP) 7 8,5% Jumlah
82
100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 30,5% guru PAI selalu bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan dan memperhitungkan tempat dan waktu , 20,7% peserta didik yang menjawab sering, peserta didik (responden) 40,3% yang menyatakan guru kadangkadang bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan dan memperhitungkan tempat dan waktu, 8,5% responden yang menyatakan guru PAI tidak pernah bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan dan memperhitungkan tempat dan waktu. Hal ini menunjukkan bahwa guru PAI bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan dan memperhitungkan tempat dan waktu. Tabel 4.24 Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan eksperimen kepada peserta didik No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase Selalu (SL) 41 50% Sering (SR) 9 11% 3. Kadang-kadang (KK) 20 24,4% Tidak Pernah (TP) 12 14,6% Jumlah
82
100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 50% guru PAI selalu menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan eksperimen kepada peserta didik, 11% peserta didik yang menjawab sering, peserta didik (responden) 24,4% yang menyatakan guru kadang-kadang menyediakan
68
kertas kerja untuk pengarahan kegiatan eksperimen kepada peserta didik, 14,6% responden yang menyatakan guru PAI tidak pernah menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan eksperimen kepada peserta didik . Hal ini menunjukkan bahwa guru PAI memiliki peran besar dalam menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan eksperimen kepada peserta didik. Tabel 4.25 Guru membicarakan masalah yang akan dijadikan eksperimen No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase Selalu (SL) 13 15,9% Sering (SR) 28 34,1% 4. Kadang-kadang (KK) 39 47,6% Tidak Pernah (TP) 2 2,4% Jumlah
82
100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 15,9% guru PAI selalu membicarakan masalah yang akan dijadikan eksperimen, 34,1% peserta didik yang menjawab sering, peserta didik (responden) 47,6% yang menyatakan guru
kadang-kadang
membicarakan
masalah
yang
akan
dijadikan
eksperimen,, 2,4% responden yang menyatakan guru PAI tidak pernah membicarakan
masalah
yang
akan
dijadikan
eksperimen.
menunjukkan bahwa guru PAI cukup berperan dalam
Hal
ini
membicarakan
masalah yang akan dijadikan eksperimen. Tabel 4.26 Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase Selalu (SL) 29 35,4% Sering (SR) 34 41,5% 5. Kadang-kadang (KK) 17 20,7% Tidak Pernah (TP) 2 2,4% Jumlah
82
100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 35,4% murid selalu melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, 41,5% peserta didik yang
69
menjawab sering, peserta didik (responden) 20,7% yang menyatakan guru kadang-kadang murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, 2,4% responden yang menyatakan
tidak pernah murid melaksanakan
eksperimen dengan bimbingan guru . Hal ini menunjukkan bahwa murid telah melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru. Tabel 4.27 Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase Selalu (SL) 40 48,8% Sering (SR) 22 26,8% 6. Kadang-kadang (KK) 16 19,5% Tidak Pernah (TP) 4 4,9% Jumlah
82
100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 48,8% guru PAI selalu mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal, 26,8% peserta didik yang menjawab sering, peserta didik (responden) 19,5% yang menyatakan guru kadang-kadang mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal, 4,9% responden yang menyatakan tidak pernah guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal. Hal ini menunjukkan bahwa guru dan peserta didik secara bersama-sama mengumpulkan hasil kerja dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal. Membentuk Jejaring (Networking): Tabel 4.28 Guru dan peserta didik saling berbagi informasi dalam pembelajaran No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase Selalu (SL) 47 57,3% Sering (SR) 23 28,1% 1. Kadang-kadang (KK) 11 13,4% Tidak Pernah (TP) 1 1,2% Jumlah
82
100%
70
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 57,3% guru PAI dan peserta didik selalu saling berbagi informasi dalam pembelajaran, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal, 28,1% peserta didik yang menjawab sering, peserta didik (responden) 13,4% yang menyatakan guru kadang-kadangsaling berbagi informasi dalam
pembelajaran, 1,2%
responden yang menyatakan tidak pernahsaling berbagi informasi dalam pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa guru dan peserta didik saling berbagi informasi dalam pembelajaran terlihat dari lebih besarnya jumlah responden yang menjawab selalu dibanding yang lain. Tabel 4.29 Guru berbagi tugas dan kewenangan dengan peserta didik No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase Selalu (SL) 28 34,1% Sering (SR) 33 40,3% 2. Kadang-kadang (KK) 16 19,5% Tidak Pernah (TP) 5 6,1% Jumlah 82 100% Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 34,1% guru PAI dan peserta didik selalu berbagi tugas dan kewenangan dengan peserta didik, 40,3% peserta didik yang menjawab sering, peserta didik (responden) 19,5% yang menyatakan guru kadang-kadangberbagi tugas dan kewenangan dengan peserta didik , 6,1% responden yang menyatakan tidak pernahberbagi tugas dan kewenangan dengan peserta didik. Hal ini menunjukkan guru dan murid memiliki interaksi yang baik dalam pembelajaran terlihat seringnya guru berbagi tugas dan kewenangan dengan peserta didik. Tabel 4.30 Guru sebagai mediator No. Kategori jawaban Frekuensi Selalu (SL) 33 Sering (SR) 35 3. Kadang-kadang (KK) 13 Tidak Pernah (TP) 1 Jumlah
82
Prosentase 40,2% 42,7% 15,9% 1,2% 100%
71
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 40,2% guru PAI selalu sebagai mediator , 42,7% peserta didik yang menjawab sering, peserta didik (responden) 15,9% yang menyatakan guru kadang-kadang sebagai responden, 1,2% responden yang menyatakan tidak pernah guru sebagai mediator. Hal ini menunjukkan bahwa guru PAI telah menjalankan fungsi salah satu guru yaitu sebagai mediator. Tabel 4.31 Peserta didik dapat menunjukkan kemampuan dan keterampilan, berbagi informasi, serta mendengar atau membahas sumbangan informasi dari peserta didik lainnya No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase Selalu (SL) 43 52,4% Sering (SR) 26 31,7% 4. Kadang-kadang (KK) 13 15,9% Tidak Pernah (TP) 0 0 Jumlah
82
100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 52,4% selalu peserta didik dapat menunjukkan kemampuan dan keterampilan, berbagi informasi, serta mendengar atau membahas sumbangan informasi dari peserta didik lainnya, 31,7% peserta didik yang menjawab sering, peserta didik (responden) 15,9% yang menyatakan kadang-kadang peserta didik dapat menunjukkan kemampuan dan keterampilan, berbagi informasi, serta mendengar atau membahas sumbangan informasi dari peserta didik lainnya. Jumlah responden yang menyatakan selalu lebih besar dibanding dengan yang lain, hal ini menunjukkan peserta didik aktif dalam pembelajaran. Tabel 4.32 Peserta didik menggunakan internet dalam mencari informasi mengenai pembelajaran No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase Selalu (SL) 42 51,2% Sering (SR) 23 28,1% 5. Kadang-kadang (KK) 17 20,7% Tidak Pernah (TP) 0 0
72
Jumlah
82
100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 51,2% selalu peserta didik
menggunakan
internet
dalam
mencari
informasi
mengenai
pembelajaran, 28,1% peserta didik yang menjawab sering, peserta didik (responden)
20,7%
yang
menyatakan
kadang-kadang peserta
didik
menggunakan internet dalam mencari informasi mengenai pembelajaran, tidak ada responden yang menjawab tidak pernah peserta didik menggunakan internet dalam
mencari informasi mengenai pembelajaran. Hal ini
menunjukkan bahwa sumber belajar bukan hanya dari buku saja dan dalam menggali suatu informasi bukan hanya guru semata sebagai informan ada media yang lain seperti media elektronik berupa internet. Kebijakan Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013 Karakteristik pendekatan saintifik dalam pembelajaran Tabel 4.33 Proses pembelajaran berpusat kepada siswa No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase Selalu (SL) 45 54,8% Sering (SR) 29 35,4% 1. Kadang-kadang (KK) 8 9,8% Tidak Pernah (TP) 0 0 Jumlah
82
100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 54,8% selalu proses pembelajaran berpusat kepada siswa, 35,4% peserta didik yang menjawab sering, peserta didik (responden) 9,8% yang menyatakan kadang-kadang proses pembelajaran berpusat kepada siswa, tidak ada responden yang menjawab tidak pernah proses pembelajaran berpusat kepada siswa. Pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan prinsip pendekatan saintifik pada kurikulum 2013, proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.
73
Tabel 4.34 Dalam proses pembelajaran melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase Selalu (SL) 19 23,2% Sering (SR) 35 42,7% 2. Kadang-kadang (KK) 25 30,5% Tidak Pernah (TP) 3 3,6% Jumlah
82
100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 23,2% selalu dalam proses
pembelajaran
melibatkan
keterampilan
proses
sains
dalam
mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip, 42,7% peserta didik yang menjawab sering, peserta didik (responden) 30,5% yang menyatakan kadangkadang dalam proses pembelajaran melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip, 3,6% responden yang menjawab tidak pernah dalam proses pembelajaran melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip. Tabel 4.35 Proses belajar mengajar banyak melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase Selalu (SL) 28 34,2% Sering (SR) 37 45,1% 3. Kadang-kadang (KK) 17 20,7% Tidak Pernah (TP) 0 0 Jumlah
82
100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 34,2% selalu proses belajar mengajar banyak melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa, 45,1% peserta didik yang menjawab sering, peserta didik (responden) 20,7% yang menyatakan kadang-kadang proses belajar mengajar banyak melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang
74
perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa, tidak ada responden yang menjawab tidak pernah proses belajar mengajar banyak melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. Tabel 4.36 Pembelajaran terhindar dari verbalisme No. Kategori jawaban Frekuensi Selalu (SL) 18 Sering (SR) 32 4. Kadang-kadang (KK) 27 Tidak Pernah (TP) 5 Jumlah
82
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa
Prosentase 22% 39% 33% 6% 100% 22%
selalu
pembelajaran terhindar dari verbalisme, 39% peserta didik yang menjawab sering, peserta didik (responden) 33% yang menyatakan kadang-kadang pembelajaran terhindar dari verbalisme, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa, 6% responden yang menjawab tidak pernah pembelajaran terhindar dari verbalisme. Pembelajaran masih menggunakan verbalisme. Tabel 4.37 Guru menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif. Sebagai contoh ketika memulai pembelajaran, guru menyapa anak dengan nada bersemangat dan gembira (mengucapkan salam), mengecek kehadiran para siswa dan menanyakan ketidakhadiran siswa apabila ada yang tidak hadir No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase Selalu (SL) 53 64,6% Sering (SR) 25 30,5% 5. Kadang-kadang (KK) 4 4,9% Tidak Pernah (TP) 0 0 Jumlah
82
100%
75
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 64,6% selalu guru menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif, sebagai contoh ketika memulai pembelajaran, guru menyapa anak dengan nada bersemangat dan gembira (mengucapkan salam), mengecek kehadiran para siswa dan menanyakan ketidakhadiran siswa apabila ada yang tidak hadir, 30,5% peserta didik yang menjawab sering, peserta didik (responden) 4,9% yang menyatakan kadang-kadang, tidak ada responden yang menjawab tidak pernah guru menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif, sebagai contoh ketika memulai pembelajaran, guru menyapa anak dengan nada bersemangat dan gembira (mengucapkan salam), mengecek kehadiran para siswa dan menanyakan ketidakhadiran siswa apabila ada yang tidak hadir. Hal ini menunjukkan guru memiliki interaksi yang baik dan mampu menciptakan suasana pembelajaran menyenangkan. Tabel 4.38 Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase Selalu (SL) 45 54,9% Sering (SR) 30 36,6% 6. Kadang-kadang (KK) 7 8,5% Tidak Pernah (TP) 0 0 Jumlah
82
100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 54,9% selalu pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir, 36,6% peserta didik yang menjawab sering, peserta didik (responden) 8,5% yang menyatakan kadang-kadang pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir, tidak ada responden yang menjawab tidak pernah pembelajaran mendorong terjadinya motivasi. Dari tabel tersebut diketahui bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dapat mendorong peningkatan kemampuan berpikir siswa.
76
Tabel 4.39 Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru berpikir siswa No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase Selalu (SL) 45 54,9% Sering (SR) 28 34,1% 7. Kadang-kadang (KK) 9 11% Tidak Pernah (TP) 0 0 Jumlah 82 100% Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 54,9% selalu pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru berpikirsiswa, 34,1% peserta didik yang menjawab sering, peserta didik (responden) 11% yang menyatakan kadang-kadang pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru berpikir siswa, tidak ada responden yang menjawab tidak pernah pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru berpikirsiswa
Dari
tabel
tersebut
diketahui
bahwa
pembelajaran
menggunakan pendekatan saintifik pada pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru berpikir siswa. Penunjang pendekatan saintifik dalam pembelajaran Sumber dan sarana pendidikan Tabel 4.40 Buku pegangan siswa yang mengacu pada Kurikulum 2013 kurang mengarahkan siswa untuk memahami kompetensi yang harus dikuasai No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase Selalu (SL) 26 31.7% Sering (SR) 28 34.1% 1. Kadang-kadang (KK) 27 33% Tidak Pernah (TP) 1 1.2% Jumlah 82 100% Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 31,7% selalu buku pegangan siswa yang mengacu pada kurikulum 2013 kurang mengarahkan siswa untuk memahami kompetensi yang harus dikuasai, 34,1% peserta
77
didik yang menjawab sering, peserta didik (responden) 33% yang menyatakan kadang-kadang buku pegangan siswa yang mengacu pada kurikulum 2013 kurang mengarahkan siswa untuk memahami kompetensi yang harus dikuasai, 1,2% responden yang menjawab tidak pernah buku pegangan siswa yang mengacu pada kurikulum 2013 kurang mengarahkan siswa untuk memahami kompetensi yang harus dikuasai. Tabel 4.41 Pendekatan saintifik Kurikulum 2013 bahan belajar yang utama bagi guru beragam seperti buku, brosur, majalah, peta, bahkan lingkungan sekitar yang dipilih sesuai dengan kompetensi yang hendak dicapai No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase Selalu (SL) 23 28% Sering (SR) 41 50% 2. Kadang-kadang (KK) 18 22% Tidak Pernah (TP) 0 0 Jumlah
82
100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 28% selalu pendekatan saintifik kurikulum 2013 bahan belajar yang utama bagi guru beragam seperti buku, brosur, majalah, peta, bahkan lingkungan sekitar yang dipilih sesuai dengan kompetensi yang hendak dicapai, 50% peserta didik yang menjawab sering, peserta didik (responden) 22% yang menyatakan kadang-kadang pendekatan saintifik kurikulum 2013 bahan belajar yang utama bagi guru beragam seperti buku, brosur, majalah, peta, bahkan lingkungan sekitar yang dipilih sesuai dengan kompetensi yang hendak dicapai, tidak ada responden yang menjawab tidak pernah pendekatan saintifik kurikulum 2013 bahan belajar yang utama bagi guru beragam seperti buku, brosur, majalah, peta, bahkan lingkungan sekitar yang dipilih sesuai dengan kompetensi yang hendak dicapai.
78
Tabel 4.42 Media yang bervariasi (seperti komputer, laboratorium, OHP dan lainlain) kurang berpengaruh dalam menunjang pencapaian kompetensi yang diharapkan No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase Selalu (SL) 19 23,1% Sering (SR) 27 33% 3. Kadang-kadang (KK) 25 30,5% Tidak Pernah (TP) 11 13,4% Jumlah
82
100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 23,1% selalu media yang bervariasi (seperti komputer, laboratorium, ohp dan lain-lain) kurang berpengaruh dalam menunjang pencapaian kompetensi yang diharapkan, 33% peserta didik yang menjawab sering, peserta didik (responden) 30,5% yang menyatakan kadang-kadang media yang bervariasi (seperti komputer, laboratorium, ohp dan lain-lain) kurang berpengaruh dalam menunjang pencapaian kompetensi yang diharapkan, 13,4% responden yang menjawab tidak pernah media yang bervariasi (seperti komputer, laboratorium, ohp dan lain-lain) kurang berpengaruh dalam menunjang pencapaian kompetensi yang diharapkan. Tabel 4.43 Guru menginstruksikan siswa untuk membaca sumber lain selain buku teks No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase Selalu (SL) 54 65,9% Sering (SR) 24 29,3% 4. Kadang-kadang (KK) 4 4,8% Tidak Pernah (TP) 0 0 Jumlah
82
100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 65,9% selalu guru menginstruksikan siswa untuk membaca sumber lain selain buku teks, 29,3% responden yang menjawab sering, yang menyatakan kadang-kadang guru menginstruksikan siswa untuk membaca sumber lain selain buku teks , 4,8%
79
responden yang menjawab tidak pernah guru menginstruksikan siswa untuk membaca sumber lain selain buku teks. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menggali berbagai informasi tidak terbatas pada buku saja. Tabel 4.44 Guru memberikan aktivitas kepada siswa untuk melakukan wawancara nara sumber No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase Selalu (SL) 12 14.6% Sering (SR) 28 34.1% 5. Kadang-kadang (KK) 36 44% Tidak Pernah (TP) 6 7,3% Jumlah
82
100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 14,6% selalu memberikan aktivitas kepada siswa untuk melakukan
wawancara nara
sumber, 34,1% responden yang menjawab sering, 44%, yang menyatakan kadang-kadang guru memberikan aktivitas kepada siswa untuk melakukan wawancara nara sumber, 7,3% responden yang menjawab tidak pernah guru memberikan aktivitas kepada siswa untuk melakukan
wawancara nara
sumber. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa guru melatih peserta didik untuk menggali informasi dari berbagai sumber. Teknik penilaian dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 Penilaian Proses : Tabel 4.45 Saat observasi guru menilai proses dan keterampilan siswa bekerja kelompok maupun individu No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase Selalu (SL) 57 69.5% Sering (SR) 24 29.3% 1. Kadang-kadang (KK) 1 1.2% Tidak Pernah (TP) 0 0 Jumlah
82
100%
80
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 69,5% selalu saat observasi guru menilai proses dan keterampilan siswa bekerja kelompok maupun individu, 29,3%
responden yang menjawab sering, yang
menyatakan kadang-kadang guru menginstruksikan siswa untuk membaca sumber lain selain buku teks , 1,2% responden yang menjawab7,3% tidak pernah guru menginstruksikan siswa untuk membaca sumber lain selain buku teks. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menggali berbagai informasi tidak terbatas pada buku saja.
Tabel 4.46 Guru menilai siswa saat diskusi No. Kategori jawaban Frekuensi Selalu (SL) 54 2. Sering (SR) 24 Kadang-kadang (KK) 4 Tidak Pernah (TP) 0 Jumlah
82
Prosentase 65,8% 29,3% 4,9% 0 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 65,8% selalu guru menilai siswa saat diskusi, 29,3% responden yang menjawab sering, 44%, yang menyatakan kadang-kadang guru menilai siswa saat diskusi 4,9%, tidak ada responden yang menjawab tidak pernah guru menilai siswa saat diskusi. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa guru
memiliki peran dalam
evaluasi pembelajaran. Tabel 4.47 Guru menilai siswa saat presentasi dengan menggunakan lembar observasi kinerja No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase Selalu (SL) 48 58,5% Sering (SR) 28 34,2% 3. Kadang-kadang (KK) 5 6,1% Tidak Pernah (TP) 1 1,2% Jumlah
82
100%
81
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 58,5% selalu guru menilai siswa saat presentasi dengan menggunakan lembar observasi kinerja, 34,2% responden yang menjawab sering, 6,1%, yang menyatakan kadangkadang guru menilai siswa saat presentasi dengan menggunakan lembar observasi kinerja 1,2%, responden yang menjawab tidak pernah guru menilai siswa saat presentasi dengan menggunakan lembar observasi kinerja. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa guru memiliki peran dalam evaluasi pembelajaran. Penilaian Produk
Tabel 4.48 Guru menilai pemahaman, konsep dan prinsip dilakukan dengan tes tertulis No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase Selalu (SL) 29 35.3% 1. Sering (SR) 39 47.6% . Kadang-kadang (KK) 14 17.1% Tidak Pernah (TP) 0 0 Jumlah 82 100% Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 35,3% selalu guru menilai siswa saat presentasi dengan menggunakan lembar observasi kinerja, 47,6% responden yang menjawab sering, 17,1%, yang menyatakan kadang-kadang guru menilai siswa saat presentasi dengan menggunakan lembar observasi kinerja tidak ada responden yang menjawab tidak pernah guru menilai siswa saat presentasi dengan menggunakan lembar observasi kinerja. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa guru memiliki peran dalam evaluasi pembelajaran.
82
Penilaian Sikap Tabel 4.49 Saat observasi guru menilai proses dan keterampilan siswa bekerja kelompok maupun individu No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase Selalu (SL) 56 68,3% Sering (SR) 22 26,8% 1. Kadang-kadang (KK) 3 3,7% Tidak Pernah (TP) 1 1,2% Jumlah 82 100% Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 68,3% selalu guru saat observasi guru menilai proses dan keterampilan siswa bekerja kelompok maupun individu, 26,8% responden yang menjawab sering, 3,7%, yang menyatakan kadang-kadang
saat observasi guru menilai proses dan
keterampilan siswa bekerja kelompok maupun individu,1,2% responden yang menjawab tidak pernah gurusaat observasi guru menilai proses dan keterampilan siswa bekerja kelompok maupun individu,. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa guru memiliki peran dalam evaluasi pembelajaran. Tabel 4.50 Guru menilai sikap siswa saat diskusi No. Kategori jawaban Frekuensi Selalu (SL) 58 Sering (SR) 19 2. Kadang-kadang (KK) 4 Tidak Pernah (TP) 1
Prosentase 70,7% 23,2% 4,9% 1,2%
Jumlah 82 100% Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 70,7% guru selalu menilai sikap siswa saat diskusi23,2% responden yang menjawab sering, 4,9%, yang menyatakan kadang-kadang guru menilai sikap siswa saat diskusi,1,2% responden yang menjawab tidak pernah guru saat observasi guru menilai sikap siswa saat diskusi. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa guru memiliki peran dalam evaluasi pembelajaran.
83
Tabel 4.51 Guru menilai sikap siswa saat presentasi dengan menggunakan lembar observasi sikap No. Kategori jawaban Frekuensi Prosentase Selalu (SL) 50 61% Sering (SR) 26 31,7% 3. Kadang-kadang (KK) 4 4,9% Tidak Pernah (TP) 2 2,4% Jumlah 82 100% Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 61% guru selalu guru menilai sikap siswa saat presentasi dengan menggunakan lembar observasi sikap, 31,7% responden yang menjawab sering, 4,9%, yang menyatakan kadang-kadang
guru
menilai
sikap
siswa
saat
presentasi
dengan
menggunakan lembar observasi sikap, 2,4 % responden yang menjawab tidak pernah guru selalu guru menilai sikap siswa saat presentasi dengan menggunakan lembar observasi sikap. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa guru memiliki peran dalam evaluasi pembelajaran.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari hasil pembahasan skripsi ini, maka diperoleh hasil penelitian sebagai berikut: 1. Persepsi Guru PAI tentang Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara: a. Pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah atau pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 ini sangat baik. b. Menjadikan peserta didik aktif. c. Sumber belajar atau informasi pembelajaran bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. d. Sarana dan prasarana sekolah yang sangat memadai menjadi salah satu faktor pendukung. e. Kesulitan yang dihadapi adalah dalam menyampaikan materi pembelajaran yang kaitannya dengan keyakinan, (beriman kepada yang Ghaib, Allah, Malaikat, dsbnya.) f. Harus memilih sarana dan prasana yang tepat, media dan bahan ajar pendukung lainnya harus memilih dengan tepat. Karena pembelajaran Pendidikan
Agama
Islam
dan
Budi
Pekerti
bukan
hanya
menyampaikan pengetahuan tetapi menyampaikan nilai-nilai, serta keyakinan untuk dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari. 2. Upaya Guru PAI dalam implementasi pendekatan saintifik di SMA Negeri 52 Jakarta Utara, diantaranya adalah: a. Mensosialisakan tentang pendekatan saintifik pada kurikulum 2013, kepada peserta didik. b. Guru PAI memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih
mereka
untuk
memperhatikan
(melihat,
membaca,
mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek (presentasi
84
85
powerpoint. kajian di perpustakaan, menyajikan media berupa video, gambar, dsbnya) c. Guru membuka kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dan dibaca. d. Guru melatih peserta didik untuk mengolah informasi dengan pengolahan informasi yang mencari solusi dari berbagai sumber. e. Guru membimbing peserta didik mencoba mempraktikkan apa yang dipelajari
baik
pada
keterampilan
reseptif
(membaca
dan
mendengarkan), maupun pada`keterampilan produktif (berbicara dan menulis). f. Guru membimbing siiswa untuk membentuk jejaring, diskusi, kelompok kerja dsbnya, untuk menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.
B. Saran Guru PAI sebagai ujung tombak penerapan kurikulum, diharapkan bisa menyiapkan dan membuka diri terhadap beberapa kemungkinan terjadinya perubahan. Kesiapan Guru PAI ini jauh lebih penting dari pada pengembangan kurikulum 2013. Karena dalam kurikulum 2013, bertujuan mendorong peserta didik, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Guru PAI perlu memperkuat kemampuannya dalam memfasilitasi siswa agar terlatih berpikir logis, sistematis, dan ilmiah. Tantangan ini memerlukan peningkatan
keterampilan
guru
melaksanakan
pembelajaran
dengan
menggunakan pendekatan ilmiah. Kompetensi guru yang memadai juga menjadi penting dalam belajar mengajar. Kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba dan membentuk jejaring tidak akan bermakna jika guru tetap bertahan pada gaya lama dalam mengajar.Guru PAI tidak sekedar mencerdaskan peserta didik dalam makna
86
intelektual (IQ), tetapi juga mencerdaskan dalam makna emosi (EQ) dan spiritualnya (SQ). Kondisi demikian cukuplah dipahami karena, pada diri gurulah sesungguhnya terdapat teladan (utswah hasanah), yang diharapkan dapat dicontoh oleh peserta didiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Armai, Ilmu dan Metodologi Pendidikan, Jakarta: Ciputat Pers, 2002. Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, Materi Kurikulum disampaikan pada Pelatihan Guru dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013, SMAN 75 Jakarta, 23 November 2013. Bahan Ajar PLPG Program Sertifikasi Guru Rayon 201 LPTK UIN Jakarta 2013, Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran pada Kurikulum 2013. ________, Desiminasi Kurikulum 2013, Konsep Pendekatan Scientific, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, SMA Negeri 13 Jakarta, 23 Juli 2013. Daradjat, Zakiah Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Angkasa, 1984. ________, Zakiyah, Pendidikan Islam Dalam Keluarga, Jakarta: Ruhama, 1995. Departemen Agama Islam, Al-Qur’an dan Terjemah, Jakarta: CV. Pustaka AlKautsar, 2009. ________Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007. Diklat Guru dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013, Analisis Materi Ajar Jenjang SD, SMP, SMA, Konsep Pendekatan Scientific, Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013. Djamarah, Syaiful Bahri Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2000. Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008. Hamalik, Oemar, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung : Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia dengan PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 3. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1998. Kurniasih, Imas dan Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013: Konsep dan Penerapan, Surabaya: Kata Pena, 2014. Kusuma, Deden Cahaya, Jurnal Analisis Komponen-komponen Pengembangan Kurikulum 2013 pada Bahan Uji Publik Kurikulum 2013, 201.
(http://berita.upi.edu/files/2013/04/Jurnal-Analisis-KomponenPengembangan-Kurikulum-2013.pdf). M Echals, John dan Hasan Sadily, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1995. Muhaimin dkk, Strategi Belajar Mengajar, Surabaya: Citra Media, 1996. ________, “Kebijakan Pengembangan Kurikulum 2013,” Makalah disampaikan pada Workshop Pengembangan Kurikulum 2013 Bagi Kepala dan Waka Mts Se Kkm MtsN 1 Bojonegoro Lkp2-I Landungsari, Malang, 6-8 September 2013. Mulyasa, E, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013. Nasution, Asas-asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara, 2001. Nurdin, Syafrudin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Jakarta: Ciputat Press, 2003. Pedoman Pelatihan Implementasi kurikulum 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2013. Pelatihan Pendampingan Kurikulum 2013, Pendekatan Saintifik, Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013, h. 9 Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran pada Kurikulum 2013, Bahan Ajar PLPG Program Sertifikasi Guru Rayon 201 LPTK UIN Jakarta 2013, Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah. Penyusun, Metodologi Pembelajaran untuk Peserta Diklat Profesi Guru, Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah. Rahmat, Mendalami Penerapan Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran. [online] tersedia:http://gurupembaharu.com/home/mendalami-penerapanpendekatan-ilmiah-dalam-pembelajaran/ diakses pada tanggal 22 Oktober 2013. , Jalaludin Psikologi Komunikasi, Bandung: PT. Rosdakarya, 1998. Sabri, Alisuf, Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1999. Sanjaya, Wina Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktek Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2008.
Santi “Rasional Kurikulum 2013,” Pelatihan Guru disampaikan dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013 SMA Nurul Falah Jakarta, Puri AviaCisarua, 12 Oktober 2013. Sarilawati, Das Rasional Kurikulum 2013, Materi Kurikulum 2013 disampaikan pada Pelatihan Guru dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013, SMAN 75 Jakarta, 24 November 2013. Shaleh, Abdul Rachman Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, Jakarta: Kencana, 2004. Sobur, Alex, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2003. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2008. Sujiono, Anas Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006. Suyitno, Teguh, Pendekatan Pembelajaran Pada Kurikulum 2013, http://bdksemarang.kemenag.go.id/?p=page&id=271#sthash.n4zCrvEv.dp bs, diakses pada tanggal 7 November 2013. Trianto, Mempersiapkan “Guru PAI dalam Mengimplementasikan Kurikulum 2013”, MPA 320, Jawa Timur, Mei 2013.. Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005), Jakarta: Redaksi Sinar Grafika, 2006. Usman, Husaini dan Purnomo Setiady, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara, 2009. UU RI No. 14 th. 2005 tetang Guru dan Dosen Serta UU RI No. 20 Th. 2003 tentang SISDIKNAS, Bandung Citra Umbara,, 2006. UU RI No. 14 th. 2005 tetang Guru dan Dosen Serta UU RI No. 20 Th. 2003 tentang SISDIKNAS , Bandung Citra Umbara, 2006. Widyastono, Herry, Pengembangan Kurikulum 2013, Pusat Kurikulum dan Perbukuan Zuhairini dkk, Metode Khusus Guru Agama, Jakarta: Usaha Nasional, 2004.
ANGKET UPAYA GURU PAI DALAM IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA KURIKULUM 2013 Kepada Yth. Bapak/Ibu Guru Pendidikan Agama Islam Dengan hormat. Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir studi saya di perguruan tinggi, maka saya bermaksud mengadakan penelitian tentang Persepsi dan Upaya Guru PAI dalam Implementasi Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013 mata pelajaran PAI di sekolah Bapak/Ibu. Oleh karena itu, saya memohon keikhlasan Bapak/Ibu Guru meluangkan waktunya untuk memberi kesempatan siswa dalam mengisi angket ini sesuai dengan pengalaman di lapangan. Angket ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan penilaian tugas dan profesi Bapak/Ibu Guru. Atas kesediaan Bapak/Ibu Guru saya ucapkan terima kasih.
A. Informasi Umum Nama : …………………………. Kelas : …………………………. No. Induk/Absen : …………………………. Hari/Tanggal : …………………………. *) Coret yang tidak perlu B. Petunjuk Pengisian Bacalah baik-baik setiap butir yang disediakan dan jawablah setiap pertanyaan dengan memberikan tanda cek ( ) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia untuk setiap pernyataan di bawah ini dengan keterangan sebagai berikut: SL : Untuk jawaban Selalu SR : Untuk jawaban Sering KK : Untuk jawaban Kadang-Kadang TP : Untuk jawaban Tidak Pernah Alternatif Jawaban No.
Pernyataan SL
SR
KK
TP
A. Langkah Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Pendidikan Agama (Islam) dan Budi Pekerti Mengamati (Observing) : 1.
2.
3. 4. 5. 6. 7.
8. 9.
Dalam proses belajar mengajar guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan atau observasi. Guru membimbing peserta didik dalam observasi melalui kegiatan melihat, mendengar dan membaca (tanpa atau dengan alat). Guru melatih peserta didik untuk memperhatikan hal yang penting dari suatu objek atau materi. Guru menyajikan media obyek secara nyata dalam pembelajaran yang terkait dengan praktek. Guru memberikan umpan balik kepada peserta didik atas hasil observasi. Dalam pembelajaran metode observasi melatih peserta didik dalam kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi Menanya (Questioning) : Dalam kegiatan observasi guru memberi kesempatan peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, dibaca, atau disimak. Guru membimbing peserta didik dalam mengajukan pertanyaan. Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya tentang pembelajaran baik yang belum dipahami
maupun yang sudah dipahami oleh peserta didik. 10.
Guru dan peserta didik mendiskusikan masalah-masalah yang telah dipertanyakan. 11. Pada kurikulum 2013 ini peserta didik terlatih dalam mengajukan pertanyaan. Menalar (Associating) : 12. 13.
14.
15. 16. 17. 18.
19.
20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
Guru melatih peserta didik untuk mandiri dalam mengolah suatu informasi atau materi pembelajaran. Guru melatih peserta didik secara individual maupun berkelompok dalam memecahkan suatu masalah atau menjawab pertanyaan sendiri yang sukar bagi dirinya. Guru membimbing peserta didik dalam memahami materi pembelajaran sehingga peserta didik dapat menarik kesimpulan terhadap materi pembelajaran tersebut. Guru tidak banyak menggunakan metode ceramah. Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan tuntutan kurikulum. Guru memberi kegiatan peserta didik untuk menuliskan atau menceritakan apa yang telah di pelajari. Guru memberi kegiatan peserta didik untuk menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Guru memberi instruksi singkat tapi jelas disertai dengan contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi. Guru memberi nilai presentasi peserta didik di depan kelas. Mencoba (Experimenting): Guru merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan peserta didik. Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan dan memperhitungkan tempat dan waktu. Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan eksperimen kepada peserta didik. Guru membicarakan masalah yang akan dijadikan eksperimen. Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru. Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan
secara klasikal. 27. 28. 29.
Membentuk Jejaring (Networking): Guru dan peserta didik saling berbagi informasi dalam pembelajaran. Guru berbagi tugas dan kewenangan dengan peserta didik. Guru sebagai mediator.
30.
Peserta didik dapat menunjukkan kemampuan dan keterampilan, berbagi informasi, serta mendengar atau membahas sumbangan informasi dari peserta didik lainnya. 31. Peserta didik menggunakan internet dalam mencari informasi mengenai pembelajaran. B. Kebijakan Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013:
dalam
33.
Dalam proses pembelajaran melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip.
34.
Dalam proses belajar mengajar banyak melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
35.
Pembelajaran terhindar dari verbalisme.
Karakteristik pendekatan saintifik pembelajaran 32. Proses pembelajaran berpusat kepada siswa.
36.
Guru menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif. Sebagai contoh ketika memulai pembelajaran, guru menyapa anak dengan nada bersemangat dan gembira (mengucapkan salam), mengecek kehadiran para siswa dan menanyakan ketidakhadiran siswa apabila ada yang tidak hadir. 37. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa 38. Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru. C. Penunjang pendekatan saintifik dalam pembelajaran
Sumber dan sarana pendidikan
39.
40.
41.
42. 43. D. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50.
Buku pegangan siswa yang mengacu pada Kurikulum 2013 kurang mengarahkan siswa untuk memahami kompetensi yang harus dikuasai. Dalam pelaksanaan pendekatan saintifik Kurikulum 2013 bahan belajar yang utama bagi guru beragam seperti buku, brosur, majalah, peta, bahkan lingkungan sekitar yang dipilih sesuai dengan kompetensi yang hendak dicapai. Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 media yang bervariasi (seperti komputer, laboratorium, OHP dan lain-lain) kurang berpengaruh dalam menunjang pencapaian kompetensi yang diharapkan. Guru menginstruksikan siswa untuk membaca sumber lain selain buku teks. Guru memberikan aktivitas kepada siswa untuk melakukan wawancara nara sumber. Teknik penilaian dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 Penilaian Proses Saat observasi guru menilai proses dan keterampilan siswa bekerja kelompok maupun individu. Guru menilai siswa saat diskusi. Guru menilai siswa saat presentasi dengan menggunakan lembar observasi kinerja. Penilaian Produk Guru menilai pemahaman, konsep dan prinsip dilakukan dengan tes tertulis. Penilaian Sikap Saat observasi guru menilai sikap siswa bekerja kelompok maupun individu. Guru menilai sikap siswa saat diskusi. Guru menilai sikap siswa saat presentasi dengan menggunakan lembar observasi sikap.
UJI VALIDITAS PERSEPSI DAN UPAYA GURU PAI DALAM IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI 52 JAKARTA UTARA
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82
No Responden
X IPS 2
X IPS4
XI IPS 5
JUMLAH R- HITUNG R- TABEL VALIDITAS
No Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 3 3 4 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 2 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 2 3 3 3 4 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 4 2 3 4 2 3 3 3 3 3 3 4 4 3 2 3 3 4 4 3 4 3 3 4 3 3 2 3 2 2 3 2 2 3 1 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2 4 4 3 2 3 2 3 1 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 2 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 2 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 2 1 1 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 2 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 2 3 2 2 4 3 3 4 3 2 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 2 3 2 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 2 3 2 3 3 4 3 4 3 3 4 2 3 2 3 2 3 2 3 3 4 3 3 4 3 4 4 2 3 3 2 1 4 3 4 2 4 3 3 2 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 2 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 2 3 1 4 3 1 3 3 3 4 4 1 4 3 4 4 2 3 3 2 3 4 3 4 2 2 3 3 2 4 4 3 3 4 4 4 3 2 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 2 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 3 4 2 3 4 4 4 4 2 4 3 3 3 4 2 3 3 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 2 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 2 3 3 4 2 4 4 4 3 4 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 4 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 2 3 3 3 2 4 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 1 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 4 3 2 3 4 4 3 2 4 3 4 2 4 4 4 2 4 4 3 3 4 4 3 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 2 3 3 4 3 2 4 3 3 3 2 2 4 4 2 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 2 2 2 3 2 4 3 3 3 2 3 3 2 3 4 3 2 4 3 4 3 2 3 4 4 2 3 4 4 2 3 3 2 2 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 2 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 2 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 2 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 1 2 3 4 4 1 1 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 3 1 4 1 4 4 4 4 4 4 4 2 2 3 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 2 3 3 3 2 3 4 3 2 3 3 4 3 3 2 3 4 4 2 3 2 4 2 2 4 3 3 3 3 3 4 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 3 4 3 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 2 4 4 2 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 2 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 2 4 3 1 4 2 2 3 4 2 3 3 2 4 4 4 2 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 2 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 2 4 2 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 1 3 4 2 3 2 2 4 4 3 4 4 3 4 4 2 4 4 4 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 2 4 4 4 4 4 2 3 4 4 2 4 4 4 3 4 2 3 2 4 4 4 4 2 3 4 4 2 2 3 4 4 4 4 4 4 1 4 2 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 2 3 2 3 2 3 3 2 2 3 4 4 4 2 2 3 3 2 2 3 2 4 2 4 2 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 4 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 4 4 3 3 3 4 4 2 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 2 3 3 4 3 2 3 4 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 2 3 2 4 3 4 3 4 3 4 2 3 4 2 4 4 3 3 4 3 3 3 2 2 2 4 3 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 4 4 2 4 4 2 3 2 4 4 4 3 3 2 3 2 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 1 4 4 3 4 1 1 1 2 2 3 2 2 3 4 3 3 4 3 2 4 3 2 4 1 3 3 2 3 2 1 3 4 4 4 3 4 2 2 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 1 4 4 4 2 4 4 3 2 2 3 2 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 2 4 3 2 2 3 4 2 2 3 4 4 3 2 4 3 3 3 3 2 3 4 4 4 3 2 2 3 2 3 4 4 3 3 3 4 2 4 3 2 2 4 4 2 4 4 4 3 4 3 3 4 2 4 3 2 2 1 1 1 1 1 2 1 4 2 2 4 1 2 3 4 3 4 2 3 2 4 2 3 3 3 3 4 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 4 3 4 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 2 3 4 2 4 4 4 2 4 2 4 4 3 4 2 3 2 3 2 2 3 4 2 4 4 3 3 1 3 3 2 3 2 2 2 4 4 3 2 2 2 4 2 4 4 4 4 3 3 3 2 4 4 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 3 2 2 4 4 2 4 4 2 4 4 4 2 4 4 1 4 2 4 4 4 2 4 1 4 1 4 2 1 4 4 4 1 2 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 2 1 2 3 2 4 4 2 3 3 3 4 4 4 3 4 2 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 1 4 2 3 4 4 3 4 2 4 4 4 2 4 4 4 3 4 2 4 1 4 4 4 3 4 4 4 2 3 4 2 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 2 3 3 4 4 3 2 3 2 3 3 2 4 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3 4 2 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 2 3 4 3 3 2 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 2 2 3 3 4 4 3 3 3 2 4 2 3 3 3 4 4 3 3 3 4 2 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 2 3 4 4 3 3 4 2 3 4 4 3 3 2 4 4 4 3 2 1 3 2 3 3 2 3 4 4 3 3 3 2 3 4 4 2 3 2 4 2 4 4 3 3 4 4 4 2 2 4 2 4 2 4 2 4 4 4 4 3 3 3 4 2 4 4 4 4 4 2 4 4 2 4 4 2 2 3 4 4 4 2 2 3 2 3 4 1 4 2 4 3 4 3 4 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 2 2 4 3 3 3 4 2 2 3 2 2 4 2 2 4 4 2 2 4 2 2 4 2 2 4 3 2 4 2 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 2 4 4 2 4 2 2 2 4 3 3 3 4 3 2 2 3 2 4 2 2 4 4 2 2 4 2 2 4 2 2 4 3 2 4 2 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 2 3 3 3 4 3 2 2 3 3 4 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 4 3 4 4 3 3 4 3 2 3 4 3 4 4 3 2 1 3 3 4 4 4 3 3 4 4 2 2 3 4 3 3 2 3 1 4 2 3 3 4 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 4 3 4 4 3 3 4 3 2 3 4 3 4 4 3 2 1 3 3 4 3 4 3 3 4 4 2 3 3 4 3 3 2 3 1 4 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 2 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 1 4 4 4 3 3 2 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 1 4 4 4 4 3 3 3 4 4 2 3 2 3 2 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 4 4 4 2 4 2 3 3 3 2 2 3 3 3 4 4 4 2 4 4 4 2 3 2 2 3 3 4 2 3 4 4 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 4 2 3 3 3 3 4 3 4 4 3 2 2 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 2 2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 1 3 3 4 4 3 4 1 4 4 4 2 3 1 4 2 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 2 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 2 4 2 2 2 3 2 4 3 3 4 4 4 1 2 4 4 2 2 3 1 4 4 3 4 2 1 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 2 4 4 2 4 2 4 2 2 4 4 2 4 4 4 2 4 4 2 4 2 4 4 2 2 2 4 4 4 4 2 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 2 4 4 4 3 4 4 4 3 4 2 3 4 3 4 3 2 4 2 2 4 3 4 3 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 2 1 4 2 4 4 4 2 4 4 4 2 2 4 2 4 4 4 3 4 4 4 3 4 2 3 4 3 4 3 2 4 2 2 4 3 4 3 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 2 1 4 2 4 4 4 2 4 4 4 3 2 3 3 2 3 3 3 4 3 4 2 3 3 4 3 3 3 2 4 3 3 2 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 1 3 2 3 2 3 4 3 2 3 3 3 4 3 3 2 4 4 4 2 4 3 4 4 3 4 2 4 3 3 4 2 3 2 2 3 3 3 4 4 3 4 3 3 2 3 2 2 4 4 2 2 1 4 2 4 4 4 3 4 4 4 2 3 3 2 2 3 4 2 2 4 4 3 4 3 4 3 2 4 2 3 3 2 4 3 3 2 4 3 2 4 4 3 1 2 3 3 3 3 2 3 4 3 2 4 3 2 3 4 4 4 2 4 4 2 3 3 4 4 4 3 4 3 4 2 2 2 3 4 4 2 2 3 2 4 4 3 4 3 2 4 4 4 2 3 3 3 3 4 2 2 2 4 2 4 4 2 3 4 4 4 3 3 3 2 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 2 4 3 4 3 3 4 2 3 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 2 4 4 2 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 2 2 3 4 4 3 2 4 2 4 4 3 4 3 4 4 2 4 2 2 3 4 4 4 2 2 4 4 4 3 3 4 2 3 3 4 3 3 4 2 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 2 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 4 4 2 3 3 3 4 3 3 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 2 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 2 1 3 4 4 4 3 4 4 3 4 2 3 3 4 4 4 3 4 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 2 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 2 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4 4 2 4 3 3 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 2 4 2 2 4 4 4 2 4 2 4 2 2 2 2 2 4 2 4 3 2 4 2 3 2 2 3 2 4 3 3 3 4 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4 1 3 2 4 3 2 3 3 2 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 3 4 4 4 3 4 3 3 4 2 3 4 2 3 2 2 2 1 2 3 2 4 4 3 4 2 3 2 2 2 4 3 2 3 4 2 3 2 4 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 2 3 3 3 2 2 1 2 2 4 4 1 2 2 4 3 3 3 2 4 4 4 3 2 2 3 3 4 3 4 2 4 3 4 2 4 3 4 4 4 2 4 3 3 4 3 4 4 2 3 2 4 3 2 3 3 2 3 2 3 4 4 4 4 4 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 4 4 4 3 4 3 2 2 4 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 4 2 4 4 4 4 4 2 1 1 2 2 4 4 4 1 2 2 4 3 3 3 2 4 4 3 2 2 3 3 4 3 4 2 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 2 4 3 3 3 3 2 2 3 4 3 4 3 3 3 3 2 2 3 4 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 243 249 294 228 258 282 312 284 310 289 297 285 285 273 218 274 237 277 260 251 236 230 190 257 254 262 280 248 264 276 271 283 233 257 227 295 284 282 243 251 218 296 210 302 296 287 261 297 298 288 0.373752 0.325194 0.420444 0.294793 0.519943 0.355063 0.242237 0.556826 0.357032 0.371278 0.272103 0.50558 0.312814 0.284887 0.273103 0.24137 0.278053 0.409642 0.418725 0.284445 0.380689 0.421467 0.30339 0.479442 0.287394 0.41364 0.329329 0.445818 0.340386 0.50071 0.389625 0.262031 0.47944 0.489465 0.414027 0.308368 0.470926 0.48916 0.237349 0.268971 0.285486 0.35144 0.253681 0.502429 0.477058 0.307607 0.502419 0.263173 0.357592 0.353166 0.504818 0.369166 0.369166 0.667269 0.620295 0.446853 0.18368 0.498645 0.222824 0.326558 0.336796 0.301867 0.400632 0.445799 0.573321 0.425173 0.617435 0.41087 0.538392 0.872779 0.602228 0.677507 0.73773 0.586721 0.657031 0.850346 0.591388 0.789521 0.568503 0.555857 0.634297 0.448208 0.67826 0.537338 0.748118 0.342216 0.424571 0.471545 0.702349 0.502409 0.968383 0.339657 0.693767 0.243902 0.339657 0.450617 0.496989 0.386179 0.407709 0.499849 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 0.217 VALID VALID VALID VALID VALID VALID DROP VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID
161 154 144 174 169 185 155 159 196 154 157 179 176 174 141 160 135 174 161 157 175 168 172 152 183 183 163 176 174 171 156 150 162 152 183 177 176 153 154 136 142 149 158 167 179 163 161 156 158 158 152 152 154 150 152 175 144 153 173 156 167 165 165 152 158 149 157 165 163 157 162 184 174 188 182 156 176 145 143 155 144 142 13282
Pedoman Wawancara
Pelaksanaan
: Selasa, 4 Maret 2014
Waktu
: Pukul 09.21
Nama
: Moh. Dirsan, S.Ag
Tempat
: Ruang guru SMA Negeri 52 Jakarta Utara
1. Apakah Bapak sudah mengikuti pelatihan atau seminar mengenai kurikulum 2013? 2. Bagaimana persepsi Bapak terhadap pendekatan saintifik pada kurikulum 2013? 3. Upaya apa saja yang Bapak lakukan dalam mengimplementasi pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 ini? 4. Adakah
faktor
pendukung
dalam
mengimplementasikan
pendekatan saintifik dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti ? 5. Adakah
faktor
penghambat
pendekatan
saintifik
terhadap
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti pada kurikulum 2013 ? 6. Adakah kesulitan dalam menerapkan pendekatan saintifik dalam pembelajaran? 7. Solusi apa yang Bapak berikan dalam menghadapi kesulitan tersebut?
Hasil Wawancara
1. Ya, saya pernah mengikuti pelatihan tentang kurikulum 2013. 2. Menurut saya, pendekatan ilmiah pada kurikulum 2013 ini sangat baik terutama untuk siswa karena memotivasi pembelajaran yang bermuara pada keaktifan siswa tersebut. 3. Mensosialisasikan tentang pendekatan saintifik. Seperti menyiapkan media yang
mendukung
pendekatan
saintifik,
mewujudnyatakan
atau
mempraktekkannya. Contohnya: salah satu materi yang telah diajarkan menghindari
pergaulan
zina
dalam
kegiatan
belajar
mengajar
menggunakan media (berupa internet, presentasi dan sebagainya). 4. Ya, salah satu faktor pendukung yaitu sarana dan prasarana yang lengkap. 5. Faktor penghambatnya yaitu, saat menyajikan materi yang kaitannya dengan keyakinan seperti materi pembelajaran Iman Kepada yang Ghaib, Malaikat, dan Hari Akhir, siksa kubur dan ada beberapa materi Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Dalam menyampaikan pembelajaran pada proses KBM ini lebih kepada keyakinan bukan logika, sehingga harus memilih media, atau sarana dan prasana yang tepat. 6. Ya, tentunya ada kesulitan. Dalam pendekatan saintifik ini, seperti yang kita ketahui langkah-langkah pendekatan saintifik (mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan dan menyimpulkan) ini secara penilaian bisa menilai secara langsung dan tidak langsung. Contohnya: ketika menyajikan materi dengan gambar/video, presentasi, dsbnya. Namun, kembali lagi kepada materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti khususnya, karena pembelajaran ini bersifat kepada keyakinan bukan logika. 7. Solusi yang dapat saya berikan adalah dengan memberi keyakinan kepada siswa terhadap materi pembelajaran. Materi pembelajaran tidak bicara logika tetapi keyakinan.