PERSEPSI DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PENGEMBANGAN BAMBU DI KABUPATEN PEKALONGAN MENURUT PERSPEKTIF GENDER
SUKMANDARI HERSANDINI
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Persepsi dan Sikap Masyarakat terhadap Pengembangan Bambu di Kabupaten Pekalongan Menurut Perspektif Gender adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2014
Sukmandari Hersandini NIM E14100036
ABSTRAK SUKMANDARI HERSANDINI. Persepsi dan Sikap Masyarakat terhadap Pengembangan Bambu di Kabupaten Pekalongan Menurut Perspektif Gender. Dibimbing oleh LETI SUNDAWATI. Pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan merupakan salah satu upaya pengelolaan hutan rakyat yang ditempuh pemerintah daerah untuk membantu meningkatkan pendapatan masyarakat dan melestarikan salah satu jenis Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) unggulan di kabupaten tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi dan sikap masyarakat terhadap pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan. Penelitian dilakukan di Desa Kutorejo Kecamatan Kajen terhadap 73 rumah tangga petani peserta program pengembangan bambu dengan komposisi responden 12 orang laki-laki dan 61 orang perempuan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui tingkat persepsi laki-laki baik dan perempuan sangat baik. Karakteristik responden yang berkorelasi dengan persepsi laki-laki secara signifikan adalah jumlah anggota keluarga, dan persepsi perempuan berkorelasi dengan pekerjaan, pendapatan, dan kontribusi bambu bagi pendapatan. Tingkat sikap masyarakat laki-laki termasuk kategori baik dan perempuan termasuk kategori sangat baik. Karakteristik luas lahan yang dimiliki mempengaruhi pembentukan sikap laki-laki secara signifikan, sedangkan untuk perempuan tidak ada karakteristik responden yang mempengaruhi sikap secara signifikan. Kata kunci: bambu, gender, persepsi, sikap
ABSTRACT SUKMANDARI HERSANDINI. People’s Perception and Attitude about Bamboo’s Development in The Regency of Pekalongan with Gender Perspective. Supervised by LETI SUNDAWATI. The Government of Pekalongan Regency is developing bamboo as one of primary Non Timber Forest Product (NTFP), to improve community welfare and conserve natural resources. The purpose of study is to analys perception and attitude of people about bamboo’s development in Pekalongan Regency. Survey has been conducted to 73 family who joint bamboo’s development programme with respondent composition of 12 male and 61 female at Kutorejo Village, Kajen District. The result of study shows that male respondent good and has while female respondent very good perception. The characteristic of number of family member significantly affect the male respondent perception and profesion, income, and bamboo’s contribution for income of female respondent perception. Beside that male respondent good and woman respondent very good attitude. The characteristic of land area owned significantly affect the male respondent attitude, while there is no factor affecting significantly in female respondent attitude. Keywords: attitude, bamboo, gender, perception
PERSEPSI DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PENGEMBANGAN BAMBU DI KABUPATEN PEKALONGAN MENURUT PERSPEKTIF GENDER
SUKMANDARI HERSANDINI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Persepsi dan Sikap Masyarakat terhadap Pengembangan Bambu di Kabupaten Pekalongan Menurut Perspektif Gender Nama : Sukmandari Hersandini NIM : E14100036
Disetujui oleh
Dr Ir Leti Sundawati, MScFTrop Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Ahmad Budiaman, MScFTrop Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2014 ini ialah perspektif gender dalam pengelolaan hutan, dengan judul Persepsi dan Sikap Masyarakat terhadap Pengembangan Bambu di Kabupaten Pekalongan Menurut Perspektif Gender. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Leti Sundawati, MScFTrop selaku pembimbing, serta pihak lain yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak, ibu, seluruh keluarga, serta teman-teman atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2014 Sukmandari Hersandini
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Kerangka Pikir
2
Tujuan Penelitian
3
Manfaat Penelitian
3
METODE
3
Alat dan Bahan Penelitian
3
Pemilihan Daerah Contoh dan Jumlah Responden
3
Jenis Data yang Dikumpulkan
4
Uji Validitas dan Reliabilitas
4
Pengolahan dan Analisis Data
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
8
Pengelolaan Hutan Rakyat di Kabupaten Pekalongan
8
Pengembangan Bambu di Kabupaten Pekalongan
9
Karakteristik Responden
12
Persepsi dan Sikap Masyarakat terhadap Pengembangan Bambu
15
Hubungan antara Persepsi dan Sikap Masyarakat terhadap Pengembangan Bambu
18
Karakteristik Responden yang Mempengaruhi Persepsi dan Sikap Masyarakat terhadap Pengembangan Bambu 18 SIMPULAN DAN SARAN
20
Simpulan
20
Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
21
LAMPIRAN
23
RIWAYAT HIDUP
28
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Tingkat Reliabilitas Metode Alpha Cronbach Skor pertanyaan pada persepsi Kategori tingkat persepsi
4 5 5
Skor pertanyaan pada sikap Kategori tingkat sikap
6 6
Data dan pengolahan karakteristik responden Luasan hutan rakyat tahun 2009−2013 di Kabupaten Pekalongan Luasan lahan kritis tahun 2009 dan 2013 di Kabupaten Pekalongan Sebaran potensi bambu di Kabupaten Pekalongan Distribusi responden berdasarkan umur Distribusi responden berdasarkan pendidikan Distribusi responden berdasarkan jumlah anggota keluarga Distribusi responden berdasarkan pekerjaan utama Distribusi responden berdasarkan luas lahan yang dimiliki Distribusi responden berdasarkan pendapatan per tahun Distribusi responden berdasarkan kontribusi bambu bagi pendapatan Tingkat persepsi masyarakat terhadap pengembangan bambu menurut jenis kelamin Rata-rata tingkat persepsi masyarakat terhadap pengembangan bambu Tingkat sikap masyarakat terhadap pengembangan bambu menurut jenis kelamin Rata-rata tingkat sikap masyarakat terhadap pengembangan bambu Korelasi persepsi dan sikap masyarakat terhadap pengembangan bambu Karakteristik responden yang mempengaruhi persepsi Karakteristik responden yang mempengaruhi sikap
7 8 9 10 12 13 13 14 14 15 15 16 16 17 17 18 19 20
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4
Kerangka pikir penelitian Bambu di pekarangan rumah Bambu di pinggiran sungai Kegiatan pelatihan usaha ekonomi produktif/kreatif berbasis kehutanan bagi masyarakat di sekitar hutan 5 Kegiatan keterampilan para ibu dalam memanfaatkan bambu
2 9 9 11 12
DAFTAR LAMPIRAN 1 Sebaran luasan hutan rakyat beserta jenis tanamannya di Kabupaten Pekalongan tahun 2013 2 Lahan kritis Kabupaten Pekalongan tahun 2013 3 Peta Desa Kutorejo Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan tahun 2013 4 Jenis bambu di Indonesia beserta kegunaannya 5 Uji validitas dan reliabilitas kuisioner
23 24 25 26 27
PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan merupakan sumberdaya alam berupa hamparan lahan dengan didominasi pohon yang saling berinteraksi satu sama lain. Semakin pesatnya laju pertumbuhan penduduk membuat laju kerusakan hutan semakin meningkat, untuk itu dibutuhkan sebuah pengelolaan hutan yang lebih baik dan lestari agar fungsi hutan tetap terjaga. Pemerintah daerah Kabupaten Pekalongan dalam hal ini melalui Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan (DPPK) khususnya sub bidang kehutanan terus melakukan upaya rehabilitasi hutan dan lahan. Adapun salah satu cara yang dilakukan dengan pengembangan hutan rakyat di 19 kecamatan yang ada. Upaya pengembangan hutan rakyat ini sejalan dengan pendapat Suharjito (2000) bahwa beberapa faktor yang mendorong budidaya hutan rakyat di Jawa adalah faktor ekologis, ekonomi, dan budaya. Hutan rakyat di Kabupaten Pekalongan mampu mengurangi laju kerusakan hutan dan lahan di Kabupaten Pekalongan terlihat dari kenaikan luasan hutan rakyat sebesar 2% pada lima tahun terakhir, tahun 2009 luasnya sebesar 17 993.45 ha menjadi 18 360.31 ha pada tahun 2013. Megalina (2009) berpendapat bahwa hutan rakyat sebagai alternatif untuk mengatasi masalah lahan kritis dan meningkatkan pendapatan masyarakat, dalam pengelolaannya masih dilakukan secara sederhana dan belum memperhatikan prinsip ekonomi sehingga manfaat yang diperoleh belum optimal, karena lebih mengandalkan faktor alam dengan teknik budidaya yang minim serta kurang memperhatikan kelestarian hasil. Pengelolaan hutan rakyat hingga kini terus dibenahi, dikembangkan dan ditingkatkan oleh Pemerintah daerah Kabupaten Pekalongan. Berbagai program terkait pengembangan hasil hutan juga terus dijalankan, seperti yang sedang berjalan sekarang yaitu pengembangan bambu. Pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan merupakan langkah strategis yang diambil karena potensi bambu yang masih baik dan bambu mempunyai berbagai manfaat. Bambu selain dikenal sebagai tanaman pencegah erosi juga dapat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat dengan menjadikannya sebagai bahan baku berbagai jenis kerajinan, dan apabila dikembangkan lebih jauh tanaman bambu dapat dijadikan sebagai komoditas substitusi kayu, rotan, dan plastik. Program ini didorong juga dengan adanya rencana pembentukan sentra Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) 2013 wilayah kerja BPDAS Pemali Jratun yang menjadikan Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Demak sebagai sentra HHBK bambu di Jawa Tengah. Menganalisis kebutuhan kebijakan program pengembangan bambu yang tepat sasaran diperlukan studi terkait kondisi masyarakat serta karakteristik yang akan membentuk persepsi dan sikapnya. Sehingga tingkat persepsi dan sikap masyarakat terhadap pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan menurut perspektif gender ini perlu dikaji, sebagai salah satu bahan acuan dalam mewujudkan kelancaran dan keberhasilan program pengembangan bambu dan pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten Pekalongan yang semakin baik kedepannya serta terwujudnya keadilan gender dalam pengelolaan hutan di Kabupaten Pekalongan.
2 Kerangka Pikir Semakin pesatnya kenaikan laju kerusakan hutan di Kabupaten Pekalongan mendorong Pemerintah daerah melakukan upaya rehabilitasi hutan dan lahan. Dalam hal ini banyak dibangun dan dikembangkan hutan rakyat di Kabupaten Pekalongan dengan sistem pengelolaan hutan yang lestari. Berbagai program pengembangan hasil hutan juga terus dilaksanakan yang salah satunya adalah pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan. Demi keberlangsungan program ini diperlukan peran serta masyarakat yang dilihat menurut perspektif gender, demi terwujudnya pengelolaan hutan rakyat dan pembangunan kehutanan yang berkeadilan gender. Analisis persepsi dan sikap laki-laki dan perempuan dilihat berdasarkan karakteristik responden berupa umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, pekerjaan, luas lahan yang dimiliki, pendapatan keluarga, dan kontribusi bambu bagi pendapatan keluarga. Berdasarkan pemikiran ini dapat dibentuk kerangka pemikiran secara sederhana yang ditunjukkan pada Gambar 1. Peningkatan Laju Kerusakan Hutan Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Hutan Rakyat Pengelolaan Hutan Rakyat Pemanfaatan Hasil Hutan Program Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu (Bambu) Pemerintah
Masyarakat
Laki-laki
Perempuan
Karakteristik responden
Karakteristik responden
Persepsi
Persepsi
Sikap
Sikap
Gambar 1 Kerangka pikir penelitian
3 Tujuan Penelitian Menganalisis persepsi dan sikap masyarakat terhadap pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan menurut perspektif gender, dan menganalisis hubungan karakteristik responden dengan persepsi dan sikap masyarakat terhadap pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan.
Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan, pertimbangan, dan memberikan gambaran tindakan bagi para pengambil keputusan dalam program pengembangan bambu yang berwawasan gender. 2. Menyediakan data terpilah jenis kelamin sebagai acuan untuk menyusun program-program selanjutnya dalam pengelolaan hutan rakyat yang responsif gender. 3. Sebagai bahan informasi bagi penelitian selanjutnya.
METODE Alat dan Bahan Penelitian Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner sebagai interview guide disertai alat tulis dan alat rekam untuk wawancara di lapangan, kamera untuk keperluan dokumentasi, kalkulator, laptop, Microsoft Excel, IBM SPSS (Statistical Program for Social Science) Statistics 22 dan Microsoft Word untuk pengolahan data.
Pemilihan Lokasi dan Jumlah Responden Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2014 sampai bulan Juni 2014 di Desa Kutorejo Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan salah satu desa sasaran program pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan dengan potensi bambu yang masih cukup baik. Sasaran penelitian ini yaitu rumah tangga petani peserta program pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan, yang terdiri dari petani dan pengrajin bambu. Sampel yang diteliti terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan jumlah yang dihitung berdasarkan metode Slovin (Rahayu 2005), yaitu dengan rumus: N n= 1+Ne²
Keterangan: n = jumlah sampel N = jumlah populasi e = batas toleransi kesalahan (10%)
4 Jumlah populasi petani dan pengrajin bambu laki-laki dan perempuan keseluruhan (N) sebanyak 267 jiwa, maka diperoleh nilai n sebesar 72.75 atau 73 orang untuk keseluruhan responden laki-laki dan perempuan. Jumlah responden laki-laki (n1) dan responden perempuan (n2) ditentukan secara random berdasarkan perbandingan komposisi laki-laki 45 orang dan perempuan 222 orang (17 : 83) di daerah tersebut, sehingga didapatkan nilai n1 sebanyak 12 orang dan n2 sebanyak 61 orang.
Jenis Data yang Dikumpulkan Ada dua jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian, yaitu: jenis data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari responden melalui wawancara, yang terdiri dari: Identitas responden (nama, jenis kelamin, umur, agama, pendidikan, pekerjaan dan jumlah anggota keluarga, pendapatan, kontribusi bambu terhadap pendapatan) Persepsi masyarakat terhadap pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan (Pengenalan dan pengetahuan bambu, manfaat bambu bagi kehidupan masyarakat, pengembangan bambu) Sikap masyarakat terhadap pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan (ketertarikan, kesetujuan, dukungan, dan kesediaan untuk dilibatkan dalam program pengembangan bambu) Saran terhadap pengembangan bambu dan pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten Pekalongan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen, arsip, laporan dari instansi dan pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini. Data yang diambil berupa kondisi umum lokasi penelitian, data potensi bambu, sebaran hutan rakyat di Kabupaten Pekalongan dan data-data lainnya.
Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas dan reliabilitas dilakukan sebelum kuisioner digunakan di lapangan untuk menentukan keabsahan dan konsistensi alat ukur/kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini, sehingga dapat digunakan berulang-ulang kepada kelompok yang sama dan hasil data yang sama. Uji reliabilitas menggunakan metode koefisien alpha cronbach pada software SPSS 17.0 (Sarwono 2006). Jika ri positif dan nilainya mendekati 1 (mempunyai alpha cronbach lebih dari 0.6) maka pengukuran yang digunakan reliabel (Tabel 1). Tabel 1 Tingkat reliabilitas metode alpha cronbach Alpha Tingkat reliabilitas 0.00 − 0.20 Kurang reliabel > 0.20 − 0.40 Agak reliabel > 0.40 − 0.60 Cukup reliabel > 0.60 − 0.80 Reliabel > 0.80 − 1.00 Sangat reliabel
5 Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas menggunakan program IBM SPSS (Statistical Program for Social Science) Statistic 22, diketahui dari 10 pertanyaan penduga persepsi jumlah pertanyaan yang valid sebanyak 7 pertanyaan dengan nilai reliabilitas (Cronbach’s Alpha) sebesar 0.591 sehingga dapat disimpulkan pertanyaan tersebut valid dan cukup reliabel. Adapun untuk pertanyaan penduga sikap dari 6 pertanyaan jumlah pertanyaan yang valid adalah 4 pertanyaan dengan nilai reliabilitas sebesar 0.747 sehingga pertanyaan penduga sikap tersebut dapat disimpulkan valid dan reliabel.
Pengolahan dan Analisis Data Dalam penelitian ini dilakukan beberapa tahapan pengolahan dan analisis data: 1. Sistem pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten Pekalongan Data yang didapatkan diolah dan dianalisis secara deskriptif disajikan dalam bentuk tabulasi untuk mendapatkan gambaran sistem pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten Pekalongan. 2. Pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan Data yang didapatkan diolah dan dianalisis secara deskriptif disajikan dalam bentuk tabulasi dan gambar untuk mendapatkan gambaran program pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan. 3. Persepsi masyarakat menurut perspektif gender Persepsi masyarakat laki-laki dan perempuan terhadap pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan diukur berdasarkan jumlah skor dari 7 pertanyaan persepsi dalam kuisioner dengan menggunakan skala Likert. Skor dari masing-masing pertanyaan tertera pada Tabel 2 dan untuk mengkategorikan tingkat persepsinya bisa dilihat pada Tabel 3.
Kategori Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju
Kategori Sangat baik Baik Cukup Tidak baik Sangat tidak baik
Tabel 2 Skor pertanyaan pada persepsi Skor 3 2 1 Tabel 3 Kategori tingkat persepsi Skor 18.2 ≤ X < 21.0 15.4 ≤ X < 18.2 12.6 ≤ X < 15.4 9.8 ≤ X < 12.6 7 ≤ X < 9.8
4. Sikap masyarakat menurut perspektif gender Sikap masyarakat laki-laki dan perempuan terhadap pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan diukur berdasarkan jumlah skor dari 4 pertanyaan sikap dalam kuisioner dengan menggunakan skala Likert. Skor dari masing-
6 masing pertanyaan tertera pada Tabel 4 dan untuk mengkategorikan tingkat persepsinya bisa dilihat pada Tabel 5.
Kategori Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju
Kategori Sangat baik Baik Cukup Tidak baik Sangat tidak baik
Tabel 4 Skor pertanyaan pada sikap Skor 3 2 1 Tabel 5 Kategori tingkat sikap Skor 10.4 ≤ X < 12.0 8.8 ≤ X < 10.4 7.2 ≤ X < 8.8 5.6 ≤ X < 7.2 4 ≤ X < 5.6
5. Karakteristik responden Karakteristik responden yang dapat mempengaruhi masyarakat baik lakilaki maupun perempuan dalam membentuk persepsi dan sikap terhadap pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan diukur dengan menggunakan skala Likert seperti tercantum dalam Tabel 6.
7 Tabel 6 Data dan pengolahan karakteristik responden Variabel
Umur (tahun)
Tingkat pendidikan
Jumlah anggota keluarga (orang)
Pekerjaan
Luas lahan yang dimiliki (ha)
Pendapatan keluarga (Rp/tahun)
Kontribusi bambu bagi pendapatan keluarga (%)
Kategori 15 – 25 26 – 36 37 – 47 48 – 58 > 59 Tidak tamat SD SD SMP SMA Diploma 2–4 5–7 8 – 10 > 10 Ibu/Bapak rumah tangga Buruh/Karyawan swasta PNS Wirausaha Petani 0 − 0.25 0.26 − 0.50 0.51 − 0.75 0.76 – 1 >1 < 500 000 500 000 − < 1 000 000 1 000 000 − < 5 000 000 5 000 000 − 10 000 000 > 10 000 000 0 – 20 21 – 40 41 – 60 61 – 80 81 – 100
Skor 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Dasar pengukuran
Sebaran contoh
Sebaran contoh
Sebaran contoh
Sebaran contoh
Sebaran contoh
Sebaran contoh
Sebaran contoh
6. Uji korelasi dan hubungan antar peubah Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan integratif, yaitu gabungan antara metode kuantitatif deskriptif dan metode
8 kualitatif. Pada analisis kuantitatif digunakan uji korelasi peringkat Spearman untuk melihat besarnya hubungan antar peubah yang digunakan dalam menduga karateristik responden yang mempengaruhi tingkat persepsi dan sikap masyarakat terhadap pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan. Digunakan program Microsoft Excel dan IBM SPSS Statistics 22.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengelolaan Hutan Rakyat di Kabupaten Pekalongan Hutan rakyat di Kabupaten Pekalongan kondisinya 5 tahun terakhir ini mengalami peningkatan yang cukup baik seperti yang tertera pada Tabel 7. Hutan rakyat tersebut tersebar di 19 kecamatan, yaitu: Bojong, Buaran, Doro, Kajen, Kandangserang, Karanganyar, Karangdadap, Kedungwuni, Kesesi, Lebakbarang, Paninggaran, Petungkriyono, Siwalan, Sragi, Talun, Tirto, Wiradesa, Wonokerto, dan Wonopringgo. Tabel 7 memperlihatkan bahwa dari tahun 2009 luas hutan rakyat 17 933.45 ha dan menjadi 18 360.31 ha pada tahun 2013. Tabel 7 Luasan hutan rakyat tahun 2009−2013 di Kabupaten Pekalongan Tahun Luas hutan rakyat (ha) Persentase kenaikan (%) 2009 17 993.45 2010 19 096.24 5.77 2011 18 089.77 -5.56 2012 18 167.31 0.43 2013 18 360.31 1.05 Sumber: DPPK Kabupaten Pekalongan 2013
Peningkatan luasan hutan rakyat di Kabupaten Pekalongan terjadi setelah terlaksananya berbagai program terkait pengembangan dan pengkayaan hutan rakyat yang terus dibuat dan dilaksanakan oleh Pemerintah daerah dalam hal ini melalui Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan (DPPK) Kabupaten Pekalongan. Program tersebut diantarnya adalah kegiatan pemberian bantuan bibit kepada masyarakat dan penyuluhan akan pentingnya serta manfaat pembangunan hutan rakyat. Upaya ini terus dilakukan agar bisa mengurangi lahan kritis dan bisa membantu meningkatkan perekonomian masyarakat di Kabupaten Pekalongan. Tabel 8 memperlihatkan perbandingan dan perubahan luasan setiap kondisi lahan kritis di Kabupaten Pekalongan tahun 2009 dengan tahun 2013.
9 Tabel 8 Luasan lahan kritis tahun 2009 dan 2013 di Kabupaten Pekalongan Tahun
Kondisi Sangat kritis (ha) Kritis (ha) Agak kritis (ha) Potensial kritis (ha)
2009 733.02 2316.67 4184.89 8329.19
2013 0 607.430 9105.267 9452.023
Perubahan -733.02 -1709.24 4920.40 1122.80
Sumber: DPPK Kabupaten Pekalongan 2013
Hutan rakyat di Kabupaten Pekalongan pada umumnya memiliki pola tanam sistem agroforestri, di mana tidak hanya ditanami dengan jenis kayu-kayuan saja namun di bawahnya juga ditanami dengan jenis tanaman seperti ketela pohon, jagung, lengkuas, dan nilam. Jenis pohon yang ditanam kebanyakan merupakan jenis yang cepat tumbuh seperti sengon, ada pula jenis yang menghasilkan buah dan HHBK lain seperti durian, petai, rambutan, jengkol, bakau, pinus, dan damar, serta beberapa juga ada yang menanam jenis mahoni, suren, dan jati. Manfaat dari hutan rakyat di Kabupaten Pekalongan ini bisa langsung dirasakan oleh masyarakat, selain hasilnya dijual untuk menambah pendapatan juga bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
Pengembangan Bambu di Kabupaten Pekalongan Bambu merupakan tanaman masyarakat Indonesia yang sudah dikenal secara luas dan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Bambu juga memiliki sifat-sifat yang baik untuk dimanfaatkan, antara lain batangnya kuat, ulet, lurus, rata, keras, mudah dibelah, mudah dibentuk dan mudah dikerjakan serta ringan sehingga mudah diangkut. Selain itu, bambu juga relatif murah dibandingkan dengan bahan bangunan lain karena banyak ditemukan di sekitar pemukiman pedesaan (Rahmawati 2009). Gambar 2 dan 3 memperlihatkan lokasi tanaman bambu di Kabupaten Pekalongan yang berada di pekarangan rumah dan di pinggiran sungai.
Gambar 2 Bambu di pekarangan rumah
Gambar 3 Bambu di pinggiran sungai
Melimpahnya sumberdaya alam yang dimiliki oleh Kabupaten Pekalongan terutama di sektor kehutanan, memicu pemerintah daerah dengan melalui DPPK mengembangkan beberapa program yang salah satunya adalah pengembangan bambu. Program ini mengacu pada Surat Keputusan Bupati No. 522/412/Tahun
10 2012 tanggal 28 Desember 2012 tentang Penetapan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Unggulan di Kabupaten Pekalongan, yaitu: durian, getah pinus, jamur tiram, dan bambu. Adanya program ini selain bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dari hasil budidaya bambu baik berupa penjualan langsung maupun hasil olahan kerajinan bambu, juga demi menyukseskan rencana pembentukan sentra bambu di Kabupaten Pekalongan. Berikut data sebaran potensi bambu di Kabupaten Pekalongan tertera pada Tabel 9. Tabel 9 Sebaran potensi bambu di Kabupaten Pekalongan Kecamatan Kesesi Kajen Talun Karanganyar Kandangserang Paninggaran Doro Lebak Barang Petung Kriyono Jumlah
Luas (ha) 45.0 45.0 40.0 683.6 30.0 45.0 40.0 40.0 25.0 993.6
Potensi Jenis tanaman Lokal Lokal Lokal Lokal Lokal Lokal Lokal Lokal Lokal
Perkiraan produksi (batang/ha/tahun) 500 500 500 4150 500 500 500 500 500 8150
Sumber: DPPK Kabupaten Pekalongan 2013
Perkiraan potensi bambu yang cukup baik untuk meningkatkan perekonomian masyarakat baik dalam produksi maupun memasarkan bambu dan produk olahan bambu lainnya di Kabupaten Pekalongan, jika dilihat dari perkiraan produksi 8150 batang/ha/tahunnya dan luas lahan bambu 993.6 ha dengan harga jual bambu Rp 7000 per batangnya, maka setiap tahun dapat diperkirakan menghasilkan pendapatan Rp 56 684 880 000. Masyarakat perlu dibekali dengan penyuluhan dan berbagai pelatihan terkait budidaya dan pembuatan olahan kerajinan bambu agar nantinya bambu bisa terus dilestarikan serta berdampak positif bagi kehidupan masyarakat. Menurut Nadeak (2009) bambu juga merupakan bahan baku yang cukup tersedia dan murah untuk membuat alat-alat dan perabotan rumah tangga, bahan bangunan, pipa untuk distribusi air, instrumen musik, dan keperluan keagamaan. Selain itu, beberapa jenis bambu merupakan tanaman hias maupun pengolah penyaring limbah dan pencegah erosi. Bambu tergolong ke dalam hasil hutan non kayu yang dapat digunakan sebagai alternatif pengganti kayu. Program pengembangan bambu sudah dimulai sejak Oktober 2013, namun kegiatan yang sudah terlaksana baru seputar pendataan potensi, seminar, diskusi, dan pelatihan kerajinan bambu bagi masyarakat yang diikuti oleh 30 orang perwakilan petani bambu dari masing-masing kecamatan di Kabupaten Pekalongan.
11
(a) (b) Gambar 4 Kegiatan pelatihan usaha ekonomi produktif/kreatif berbasis kehutanan bagi masyarakat di sekitar hutan (a) pemaparan materi dan (b) para peserta pelatihan Gambar 4 memperlihatkan kegiatan pelatihan usaha ekonomi produktif/kreatif berbasis kehutanan bagi masyarakat di sekitar hutan yang telah dilaksanakan pada tanggal 20 hingga 21 Mei 2014 di Hotel Indonesia Pekalongan. Materi pelatihan disampaikan oleh 3 pihak pada Gambar (a) yaitu dari DPPK Kabupaten Pekalongan, Balai pengendali pemanfaatan hasil hutan wilayah III, dan Pusat penelitian dan pengembangan keteknikan kehutanan dan pengolahan hasil hutan Bogor. Pada Gambar (b) para peserta pelatihan dibekali wawasan seputar bambu dan pelatihan usaha bambu baik kerajinan, pengawetan, hingga produkproduk kreatif bambu lain hasil penelitian badan penelitian dan pengembangan (LITBANG) seperti pembuatan bambu lamina. Pada bulan Oktober 2014 kegiatannya akan berlanjut dengan penerapan di lapangan, pemerintah akan memberikan bantuan bibit bambu kultur jaringan sebanyak 7400 bibit dan pisau pembelah bambu sebanyak 120 buah kepada beberapa desa pada kecamatan yang sebelumnya telah didata potensinya, yaitu Desa Batursari, Sengare, dan Karangasem (Kecamatan Talun), Desa Tambakroto, Kutorejo, dan Linggoasri (Kecamatan Kajen), Desa Tenogo dan Lambanggelun (Kecamatan Paninggaran), Desa Wangkelang (Kecamatan Kandangserang), Desa Gutomo dan Pedawang (Kecamatan Kesesi). Desa Kutorejo berada di Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan, dengan mata pencaharian utama sebagian besar penduduknya sebagai petani. Komoditas utama dari desa ini berdasarkan buku profil desa tahun 2013 adalah padi dengan luasan sawah padi hingga bulan November 2013 tercatat 72 ha, selain itu ada komoditas lain berupa tebu dan bambu. Bambu di Desa Kutorejo umumnya merupakan warisan atau peninggalan dari orang tua yang di tanam di pekarangan rumah warga dan banyak juga yang tumbuh secara alami di pinggiran sungai. Jenis bambu yang ditanam diantaranya bambu tali, wulung, dan kasap, namun sebagian besar yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat adalah jenis bambu tali. Jenis bambu tali inilah yang hampir setiap hari dimanfaatkan oleh sebagian besar masyarakat untuk membuat kerajinan berupa anyaman kotak/tempat nasi atau yang lebih sering disebut masyarakat dengan istilah “besek”. Masyarakat Desa Kutorejo sudah mengenal kerajinan ini sejak tahun 1972 yang dipelopori oleh seorang warga pendatang asal Desa Kalibeluk Kecamatan Warungasem, Kabupaten Batang. Adanya keterampilan ini bagi sebagian besar masyarakat
12 terutama para perempuan merasa terbantu, selain bisa menambah penghasilan juga pengalaman dan keterampilan ilmu baru seperti terlihat pada Gambar 5.
(a) (b) Gambar 5 Kegiatan keterampilan para ibu dalam memanfaatkan bambu (a) keterampilan menyayat bambu secara manual dan (b) keterampilan menganyam bambu Masyarakat Desa Kutorejo telah dikenal oleh masyarakat dari berbagai kecamatan terutama di Kabupaten Pekalongan sebagai pengahasil kerajinan besek yang bagus. Keluhan masyarakat akhir-akhir ini adalah semakin sulitnya mencari bahan baku dan mahalnya harga bambu tali di Desa Kutorejo sehingga menurunkan produksi besek, karena dinilai tidak sebanding dengan harga jualnya. Kondisi demikian yang menjadikan masyarakat mempunyai berbagai persepsi dan sikap akan hal ini.
Karakteristik Responden Umur Responden laki-laki dan perempuan di Desa Kutorejo Kecamatan Kajen terdiri dari berbagai tingkatan umur. Responden laki-laki didominasi oleh kelompok umur 48 hingga 58 tahun yaitu sebesar 58.33%, sedangkan responden perempuan didominasi oleh kelompok umur 37 hingga 47 tahun sebesar 50.82%. Distribusi responden berdasarkan umur tertera pada Tabel 10. Tabel 10 Distribusi responden berdasarkan umur Responden Kelompok umur (tahun) 15 – 25 26 – 36 37 – 47 48 – 58 > 59 Jumlah
Laki-laki Jumlah Persentase (orang) (%) 0 0.00 0 0.00 3 25.00 7 58.33 2 16.67 12 100.00
Perempuan Jumlah Persentase (orang) (%) 1 1.64 11 18.03 31 50.82 16 26.23 2 3.28 61 100.00
13 Pendidikan Pendidikan responden di Desa Kutorejo Kecamatan Kajen baik laki-laki maupun perempuan didominasi oleh kelompok dengan tingkat pendidikan terakhir SD yaitu sebesar 58.33% dan 49.18%. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir tertera pada Tabel 11. Tabel 11 Distribusi responden berdasarkan pendidikan Responden Kelompok pendidikan Tidak tamat SD SD SMP SMA Diploma Jumlah
Laki-laki Jumlah Persentase (orang) (%) 1 8.33 7 58.33 3 25.00 1 8.33 0 0.00 12 100.00
Perempuan Jumlah Persentase (orang) (%) 11 18.03 30 49.18 14 22.95 5 8.20 1 1.64 61 100.00
Jumlah Anggota Keluarga Dalam karakteristik jumlah anggota keluarga responden laki-laki didominasi dengan 5 hingga 7 orang sebanyak 58.33%, sedangkan responden perempuan didominnasi dengan 2 hingga 4 orang sebanyak 50.82%. Distribusi responden menurut jumlah anggota keluarga tertera pada Tabel 12. Tabel 12 Distribusi responden berdasarkan jumlah anggota keluarga Responden Jumlah anggota keluarga (orang) 2–4 5–7 8 – 10 > 10 Jumlah
Laki-laki Jumlah Persentase (orang) (%) 3 25.00 7 58.33 2 16.67 0 0.00 12 100.00
Perempuan Jumlah Persentase (orang) (%) 31 50.82 28 45.90 1 1.64 1 1.64 61 100.00
Pekerjaan Pekerjaan responden laki-laki lebih didominasi sebagai petani sebesar 58.33%, sedangkan responden perempuan lebih didominasi sebagai ibu rumah tangga yaitu sebesar 36.92%. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan tertera pada Tabel 13.
14 Tabel 13 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan utama Responden Kelompok pekerjaan Ibu/Bapak rumah tangga Petani Wirausaha Buruh/Karyawan swasta PNS Jumlah
Laki-laki Jumlah Persentase (orang) (%) 0 0.00 7 58.33 2 16.67 2 16.67 1 8.33 12 100.00
Perempuan Jumlah Persentase (orang) (%) 24 39.34 11 18.03 11 18.03 14 22.95 1 1.64 61 100.00
Luas Lahan Luas lahan yang dimiliki oleh responden laki-laki dan perempuan didominasi dengan 0 hingga 0.25 ha sebesar 41.67% dan 85.25%. Distribusi berdasarkan luas lahan yang dimiliki responden tertera pada Tabel 14. Tabel 14 Distribusi responden berdasarkan luas lahan yang dimiliki Responden Luas lahan (ha) 0 – 0.25 0.26 – 0.50 0.51 – 0.75 0.76 – 1 >1 Jumlah
Laki-laki Jumlah Persentase (orang) (%) 5 41.67 0 0.00 2 16.67 1 8.33 4 33.33 12 100.00
Perempuan Jumlah Persentase (orang) (%) 52 85.25 5 8.20 4 6.56 0 0.00 0 0.00 61 100.00
Pendapatan Responden laki-laki didominasi oleh pendapatan sebesar lebih dari Rp 10 000 000 per tahun, sedangkan responden perempuan didominasi oleh pendapatan sebesar Rp 1 000 000 hingga kurang dari Rp 5 000 000 per tahunnya. Distribusi pendapatan per tahun responden tertera pada Tabel 15.
15 Tabel 15 Distribusi responden berdasarkan pendapatan per tahun Responden Pendapatan keluarga (Rp/tahun) < 500 000 500 000 – < 1 000 000 1 000 000 – < 5 000 000 5 000 000 – 10 000 000 > 10 000 000 Jumlah
Laki-laki Jumlah Persentase (orang) (%) 0 0.00 0 0.00 2 16.67 1 8.33 9 75.00 12 100.00
Perempuan Jumlah Persentase (orang) (%) 1 1.64 3 4.92 24 39.34 13 21.31 20 32.79 61 100.00
Kontribusi Bambu bagi Pendapatan Responden laki-laki maupun perempuan didominasi oleh karakteristik kontribusi bambu bagi pendapatan sebesar 0 hingga 20% yaitu sebesar 91.67% dan 55.74%. Distribusi kontribusi bambu bagi pendapatan tertera pada Tabel 16. Tabel 16 Distribusi responden berdasarkan kontribusi bambu bagi pendapatan Responden Kontribusi bambu bagi pendapatan (%) 0 – 20 21 – 40 41 – 60 61 – 80 81 – 100 Jumlah
Laki-laki Jumlah Persentase (orang) (%) 11 91.67 0 0.00 0 0.00 1 8.33 0 0.00 12 100.00
Perempuan Jumlah Persentase (orang) (%) 34 55.74 2 3.28 0 0.00 0 0.00 25 40.98 61 100.00
Persepsi dan Sikap Masyarakat terhadap Pengembangan Bambu Persepsi Wade dan Tavris (2007) mendefinisikan persepsi sebagai sekumpulan tindakan mental yang mengatur impuls-impuls sensorik menjadi satu pola bermakna. Persepsi terbagi kedalam persepsi obyek dan persepsi sosial, persepsi obyek diartikan sebagai kesan yang diberikan pada suatu obyek atau benda yang melibatkan proses diantaranya pemberian nama, penggambaran dan pemberian makna pada dunia di sekeliling kita. Pengukuran tingkat persepsi masyarakat terhadap pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan dilihat dari skor total 7 pertanyaan valid penduga persepsi
16 yang diukur dengan skala Likert seperti yang tercantum dalam Tabel 17 dan ratarata tingkat persepsinya tertera pada Tabel 18 dibawah ini. Tabel 17 Tingkat persepsi masyarakat terhadap pengembangan bambu menurut jenis kelamin Kategori
Skor
Sangat baik 18.2 ≤ X < 21.0 Baik 15.4 ≤ X < 18.2 Cukup 12.6 ≤ X < 15.4 Tidak baik 9.8 ≤ X < 12.6 Sangat tidak baik 7 ≤ X < 9.8
Laki-laki n1 % 6 50.00 4 33.33 2 16.67 0 0.00 0 0.00
Perempuan n2 % 40 65.57 15 24.59 4 6.56 2 3.28 0 0.00
Total N 46 19 6 2 0
% 63.01 26.03 8.22 2.74 0.00
Tabel 18 Rata-rata tingkat persepsi masyarakat terhadap pengembangan bambu Responden Laki-laki Perempuan Total
Skor rata-rata 17.8 18.7 18.3
Tingkat persepsi Baik Sangat baik Sangat baik
Persepsi masyarakat laki-laki dan perempuan Desa Kutorejo Kecamatan Kajen terhadap pengembangan bambu di Kabupaten pekalongan dapat disimpulkan termasuk dalam kategori sangat baik dengan skor rata-rata 18.3. Namun jika dilihat menurut jenis kelamin memiliki perbedaan skor rata-rata, nilai persepsi perempuan lebih tinggi dengan skor rata-rata 18.7 termasuk dalam kategori sangat baik, dibandingkan laki-laki yang nilai skor rata-ratanya 17.8 termasuk dalam kategori baik. Simpulan ini sejalan dengan hasil penelitian Baskoro (2010) mengenai persepsi masyarakat terhadap fungsi hutan sebagai pengendali banjir, yang menyatakan bahwa faktor karakteristik responden yang mempengaruhi terhadap persepsi adalah jenis kelamin. Umumnya masyarakat Desa Kutorejo Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan menganggap bambu penting dan mempunyai dampak positif bagi kehidupannya, karena dapat menambah penghasilan dan memberikan lapangan pekerjaan bagi ibu-ibu. Adanya pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan dinilai dapat meningkatkan penghasilan tambahan, menambah wawasan dan pengetahuan baru terkait tanaman bambu dan berbagai kerajinannya, serta mampu memberikan lapangan pekerjaan tambahan/sambilan.
Sikap Menurut Baron dan Byrne (2004) sikap merupakan evaluasi terhadap berbagai aspek dalam dunia sosial. Para psikolog sosial memandang sikap sebagai sesuatu yang penting, karena sikap sangat mempengaruhi pemikiran sosial dan sering mempengaruhi tingkah laku manusia. Sikap ini terbentuk dari 3 komponen yaitu pertama beliefs atau keyakinan dan pengetahuan terkait obyek sikap, kedua
17 affective perasaan senang atau tidak senang, dan ketiga konatif atau psikomotorik yaitu kesiapan untuk merespon. Pengukuran tingkat sikap masyarakat terhadap pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan dilihat dari skor total 4 pertanyaan valid penduga sikap yang diukur dengan skala Likert seperti yang tercantum dalam Tabel 19 dan ratarata tingkat sikapnya tertera pada Tabel 20 dibawah ini. Tabel 19 Tingkat sikap masyarakat terhadap pengembangan bambu menurut jenis kelamin Kategori
Skor
Sangat baik 10.4 ≤ X < 12.0 Baik 8.8 ≤ X < 10.4 Cukup 7.2 ≤ X < 8.8 Tidak baik 5.6 ≤ X < 7.2 Sangat tidak baik 4 ≤ X < 5.6
Laki-laki n1 % 9 75.00 1 8.33 0 0.00 0 0.00 2 16.67
Perempuan n2 % 52 85.25 8 13.11 0 0.00 1 1.64 0 0.00
Total N % 61 83.56 9 12.33 0 0.00 1 1.37 2 2.74
Tabel 20 Rata-rata tingkat sikap masyarakat terhadap pengembangan bambu Responden Laki-laki Perempuan Total
Skor rata-rata 10.3 11.4 11.2
Tingkat sikap Baik Sangat baik Sangat baik
Sikap masyarakat keseluruhan baik laki-laki maupun perempuan terhadap pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan berada pada tingkat sangat baik dengan skor rata-rata 11.2. Namun jika diliat berdasarkan jenis kelamin tingkat sikapnya berbeda antara laki-laki dan perempuan, nilai sikap perempuan lebih tinggi dengan skor rata-rata 11.4 yang termasuk dalam kategori sangat baik, dibandingkan dengan laki-laki dengan skor rata-rata 10.3 yang termasuk dalam kategori baik. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Rahayu (2010) tentang persepsi, sikap dan perilaku masyarakat terhadap kelestarian hutan di Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor, yang menyimpulkan bahwa jenis kelamin berpengaruh negatif terhadap sikap. Hal ini bisa terjadi karena perbedaan dalam obyek yang diteliti dan karakteristik responden laki-laki dan perempuannya. Masyarakat Desa Kutorejo Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan umumnya memiliki sikap setuju, bersedia mendukung dan dilibatkan dengan pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan, karena bagi masyarakat program ini dinilai positif dapat memajukan desa secara khusus dan Kabupaten Pekalongan secara umumnya.
18 Hubungan antara Persepsi dan Sikap Masyarakat terhadap Pengembangan Bambu Persepsi dan sikap masyarakat terhadap pengembangan bambu hubungannya dilihat dengan menggunakan uji korelasi Spearman dengan taraf kepercayaan 99%, 95% dan 90%. Tabel 21 menyajikan hasil uji antara persepsi dan sikap laki-laki dan perempuan terhadap pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan. Tabel 21 Korelasi persepsi dan sikap masyarakat terhadap pengembangan bambu Responden Koefisien Korelasi sig. (2-tailed) Laki-laki 0.824*** 0.001 Perempuan 0.286** 0.026 Total 0.390*** 0.001 * Korelasi signifikan pada taraf nyata 0.1 (2-tailed); ** Korelasi signifikan pada taraf nyata 0.05 (2-tailed); *** Korelasi signifikan pada taraf nyata 0.01 (2-tailed)
Persepsi masyarakat terhadap pengembangan bambu berpengaruh nyata terhadap sikapnya dengan tingkat keeratan hubungan sebesar 0.824 pada laki-laki dengan taraf kepercayaan 99%, sebesar 0.286 pada perempuan dengan taraf kepercayaan 95%, dan sebesar 0.390 untuk hubungan total persepsi dan sikap responden baik laki-laki maupun perempuan dengan taraf kepercayaan 99%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin baik persepsi masyarakat terhadap pengembangan bambu, maka sikap masyarakat tersebut akan semakin baik pula terhadap pengembangan bambu.
Karakteristik Responden yang Mempengaruhi Persepsi dan Sikap Masyarakat terhadap Pengembangan Bambu Tabel 22 dan 23 menyajikan hasil uji antara karakteristik responden yang mempengaruhi persepsi dan sikap laki-laki dan perempuan terhadap pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan menggunakan uji korelasi Spearman dengan taraf kepercayaan 99%, 95% dan 90%.
19 Tabel 22 Karakteristik responden yang mempengaruhi persepsi Persepsi Karakteristik Responden Umur Tingkat pendidikan Jumlah anggota keluarga Pekerjaan Luas lahan Pendapatan Kontribusi bambu bagi pendapatan
Laki-laki Koefisien sig. (2Korelasi tailed) -0.288 0.364 0.044 0.892
Perempuan Koefisien sig. (2Korelasi tailed) -0.187 0.148 0.179 0.168
0.594** 0.160 0.379 0.121
0.042 0.620 0.224 0.708
-0.073 -0.351*** 0.075 -0.387***
0.578 0.006 0.564 0.002
0.266
0.404
0.284**
0.026
* Korelasi signifikan pada taraf nyata 0.1 (2-tailed); ** Korelasi signifikan pada taraf nyata 0.05 (2-tailed); *** Korelasi signifikan pada taraf nyata 0.01 (2-tailed)
Terlihat untuk laki-laki karakteristik jumlah anggota keluarga berpengaruh nyata dengan tingkat keeratan hubungan sebesar 0.594 berpengaruh terhadap pembentukan persepsi. Laki-laki dengan jumlah anggota keluarga 2 hingga 4 orang, 5 hingga 7 orang, dan 8 hingga 10 orang memiliki perbedaan dalam membentuk persepsinya terhadap pengembangan bambu. Hal ini disebabkan oleh semakin banyak jumlah anggota keluarga semakin banyak pula pengeluaran yang dikeluarkan untuk kebutuhan sehari-hari, sehingga membuat laki-laki yang berperan sebagai pencari nafkah dalam keluarga mempunyai persepsi yang lebih tinggi terhadap pengembangan bambu karena dinilai bisa menghasilkan tambahan pendapatan. Sedangkan untuk perempuan karakteristik pekerjaan, pendapatan, dan kontribusi bambu bagi pendapatan yang berpengaruh nyata dengan tingkat keeratan hubungan sebesar 0.351 dengan arah hubungan negatif, 0.387 dengan arah hubungan negatif dan 0.284 berpengaruh terhadap pembentukan persepsi. Perempuan sebagai ibu rumah tangga, petani, wirausaha, buruh/karyawan swasta, dan PNS mempunyai perbedaan dalam membentuk persepsi terhadap pengembangan bambu. Perempuan sebagai ibu rumah tangga memiliki waktu luang yang lebih banyak dibandingkan dengan perempuan yang bekerja. Ibu rumah tangga lebih cenderung mencari kesibukan untuk mengisi waktu luangnya berkumpul dengan para tetangga dengan membuat kerajinan dari bambu, selain hasil pendapatannya bisa untuk membantu tambahan pendapatan suami sebagai uang jajan anak juga untuk ikut arisan. Sehingga kontribusi bambu bagi pendapatan dari ibu rumah tangga yang menekuni keterampilan bambu juga mencapai 100% dan hal inilah yang membuat persepsi perempuan sebagai ibu rumah tangga lebih tinggi.
20 Tabel 23 Karakteristik responden yang mempengaruhi sikap Sikap Karakteristik Responden Umur Tingkat pendidikan Jumlah anggota keluarga Pekerjaan Luas lahan Pendapatan Kontribusi bambu bagi pendapatan
Laki-laki Koefisien sig. (2Korelasi tailed) -0.019 0.953 -0.119 0.713 0.470 0.123 0.043 0.893 0.527* 0.078 0.247 0.438 0.283
0.374
Perempuan Koefisien sig. (2Korelasi tailed) 0,024 0.853 -0,075 0.566 0,032 0.809 -0,075 0.566 0,090 0.491 -0,205 0.113 0,139
0.284
* Korelasi signifikan pada taraf nyata 0.1 (2-tailed)
Pada Tabel 23 terlihat untuk laki-laki karakteristik luas lahan yang dimiliki berpengaruh nyata dengan tingkat keeratan hubungan sebesar 0.527 berpengaruh terhadap pembentukan sikap. Laki-laki dengan kepemilikan lahan 0 hingga 0.25 ha, 0.51 hingga 0.75 ha, 0.76 hingga 1 ha dan lebih dari 1 ha memiliki perbedaan dalam membentuk sikapnya terhadap pengembangan bambu. Semakin luas lahan yang dimiliki membuat laki-laki mempunyai sikap lebih peduli dan mendukung adanya pengembangan bambu, karena dengan luasan lahan yang dimiliki dinilai akan membawa dampak dan hasil yang baik jika pengembangan bambu dilaksanakan. Sedangkan untuk perempuan tidak ada karakteristik responden yang berpengaruh nyata terhadap sikap secara signifikan, karena tidak adanya keragaman tingkat sikap terhadap karakteristik responden perempuan yang diuji dalam penelitian ini. Karakteristik responden yang mempengaruhi pembentukan sikap perempuan mungkin dipengaruhi oleh karakteristik lain diluar karakteristik yang diteliti.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Persepsi masyarakat terhadap pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan berbeda antara laki-laki dan perempuan, tingkat persepsi laki-laki termasuk kategori baik dan perempuan termasuk kategori sangat baik. Karakteristik responden yang mempengaruhi persepsi secara signifikan adalah jumlah anggota keluarga pada laki-laki, serta pekerjaan, pendapatan dan kontribusi bambu bagi pendapatan pada perempuan. Tingkat sikap masyarakat laki-laki termasuk kategori baik dan perempuan termasuk kategori sangat baik. Karakteristik responden yang mempengaruhi sikap secara signifikan adalah luas lahan yang dimiliki pada laki-laki dan untuk perempuan tidak ada karakteristik responden yang mempengaruhi sikap secara signifikan. Masyarakat bersedia
21 mendukung dan dilibatkan dengan program pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan, karena bagi masyarakat program ini dinilai positif dan banyak manfaat yang bisa dirasakan. Selain dapat menambah penghasilan, menambah ilmu dan wawasan baru, menambah lapangan pekerjaan, serta dapat memajukan Desa Kutorejo, Kecamatan Kajen dan Kabupaten Pekalongan. Saran 1. Pemerintah Kabupaten Pekalongan perlu melakukan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat peserta program pengembangan bambu untuk memberikan wawasan, motivasi dan ajakan melestarikan bambu sebagai salah satu HHBK unggulan. 2. Dalam melaksanakan program pengembangan bambu kedepannya perlu mempertimbangkan kebutuhan dari masyarakat (laki-laki dengan jumlah anggota keluarga yang lebih banyak perlu mendapatkan tambahan penghasilan dan perempuan sebagai ibu rumah tangga perlu ditingkatkan keterampilannya) agar bisa berjalan lancar dan tepat sasaran. 3. Segera menindaklanjuti rencana pembuatan sentra bambu di Kabupaten Pekalongan agar masyarakat termotivasi menghasilkan kerajinan bambu yang lebih kreatif sehingga lebih bernilai jual, dan mempermudah pemasaran produknya. 4. Diperlukan penelitian lanjutan terkait partisipasi masyarakat terhadap pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan menurut perspektif gender.
DAFTAR PUSTAKA Baron RA, Byrne D. 2004. Psikologi Sosial Jilid 1. Jakarta (ID): Erlangga. Baskoro T. 2010. Persepsi dan sikap masyarakat Kota Jakarta terhadap fungsi hutan di daerah hulu dalam pengendalian banjir [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Megalina PI. 2009. Peran hutan rakyat dalam pereknomian masyarakat desa (studi kasus di Desa Wangunjaya Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Nadeak NM. 2009. Deskripsi budidaya dan pemanfaatan bambu di Kelurahan Balumbang Jaya (Kecamatan Bogor Barat) dan Desa Rumpin (Kecamatan Rumpin), Kabupaten Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Nuriyatin N. 2000. Studi analisa sifat-sifat dasar bambu pada beberapa tujuan penggunaan [tesis]. Bogor (ID): Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Rahayu S. 2005. Aplikasi SPSS Versi 12.00 dalam Riset Pemasaran. Bandung (ID): CV. Alvabeta Rahayu WM. 2010. Persepsi, sikap, dan perilaku masyarakat terhadap kelestarian hutan (studi kasus di Desa Cinagara dan Desa Pasir Buncir Kecamatan
22 Caringin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rahmawati R. 2009. Peningkatan nilai estetika anyaman bambu melalui finishing teknik batik [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sarwono J. 2006. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS 13. Bandung (ID): Andi Media. Suharjito D. 2000. Hutan Rakyat di Jawa. Bogor (ID): CV. Dewi Sri Jaya. Wade C, Tavris C. 2007. Psikologi. Jakarta (ID): Erlangga
Lampiran 1 Sebaran luasan hutan rakyat beserta jenis tanamannya di Kabupaten Pekalongan tahun 2013 Kecamatan Luas (Ha) Jumlah tanaman/Ha Jenis tanaman atas Jenis tanaman bawah Bojong 613.080 350 Jati, mahoni, sengon Ketela pohon, jagung, lengkuas Buaran 19.821 250 Jati, sengon Ketela pohon Doro 2 657.446 400 Sengon, mahoni, durian, pete Ketela pohon, jagung Kajen 2 158.666 375 Jati, mahoni, sengon Ketela pohon, jagung Kandangserang 1 846.008 400 Sengon, suren, mahoni, pete, pinus Ketela pohon, nilam, jagung Karanganyar 2 032.232 280 Sengon, pete, durian, rambutan Ketela pohon, jagung Karangdadap 637.657 250 Sengon, mahoni Ketela pohon Kedungwuni 254.877 250 Sengon, mahoni Ketela pohon Kesesi 824.603 300 Jati, mahoni, sengon Ketela pohon, jagung, lengkuas Lebakbarang 434.732 400 Sengon, pinus, durian, suren Ketela pohon, jagung Paninggaran 3.551.844 385 Sengon, pinus, damar, suren Ketela pohon, jagung, lengkuas Petungkriyono 505.864 400 Sengon, pete, jengkol, pinus Ketela pohon, jagung, lengkuas Siwalan 48.075 275 Sengon, bakau Ketela pohon Sragi 190.415 280 Sengon, jati, mahoni Ketela pohon Talun 2 196.427 400 Senngon, rambutan, durian, pete, jengkol Ketela pohon, jagung Tirto 156.665 250 Sengon Katela pohon Wiradesa 57.122 250 Sengon, mahoni, jati Ketela pohon Wonokerto 39.564 280 Sengon, bakau Ketela pohon Wonopringgo 135.215 250 Sengon, jati, mahoni Ketela pohon, jagung JUMLAH 18 360.313 Sumber: DPPK Kabupaten Pekalongan 2013
23
24 24
Lampiran 2 Lahan kritis Kabupaten Pekalongan tahun 2013 Kecamatan Bojong Buaran Doro Kajen Kandangserang Karanganyar Karangdadap Kedungwuni Kesesi Lebakbarang Paninggaran Petungkriyono Siwalan Sragi Talun Tirto Wiradesa Wonokerto Wonopringgo JUMLAH
Sangat kritis(Ha)
-
Sumber: DPPK Kabupaten Pekalongan 2013
Kritis (Ha)
Agak kritis (Ha)
Potensial kritis (Ha) 99.343
28.937 7.573 241.006 10.440
365.955 504.824 3 028.824 188.865
944.176 894.465 1 278.014 1 150.660 66.907
235.440 52.806
88.618 981.283 2 699.114 665.944
502.014 309.563 1 087.260 1 478.107 56.828
11.667
612.981
1 177.151 78.941
587.869
9 136.408
679.329 198.406 10 001.164
Tidak kritis(Ha) 4 160.961 838.135 3 489.301 4 182.658 211.372 3 466.485 1 903.535 2 469.764 5 112.840 199.511 76.877 137.912 2 709.430 3 429.246 2 526.961 2 019.079 1 321.155 1 449.569 1 746.941 41 451.732
25
Lampiran 3 Peta Desa Kutorejo Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan tahun 2013
Sumber: Buku Potensi Desa Kutorejo Kecamatan Kajen Tahun 2013
25
26 26
Lampiran 4 Jenis bambu di Indonesia beserta kegunaannya Jenis bambu Betung
Nama botanis Dendrocalamus asper
1, 2, 5, 8
Andong
Gigantochloa verticillata/Gigantochloa pseudo Arundinacea
1, 5, 12
Kuning Tutul Hitam Cendani Tamiang Batu Ater Cangkoreh Bali Gendang Pagar Loleba Jepang Bambu Talang Bambu Perling Bambu Sian Bambu apus
Bambusa vulgaris Bambusa vulgaris Gigantochloa atroviolacea Bambusa multiplex Schizostachyum blumei Dendrocalamus strictus Gigantochloa atter Dinochloa scandens Schizostachyum brachycladum Bambusa ventricosa Bambusa glaucescens Bambusa atra Arandinari japonica Schizostachyum brachycladum Schizostachyum zollingeri Thyrsostachys siamensisi Gigantochloa apus
5, 7, 10, 16, 17 2, 3, 5, 7 5, 7, 11 5, 21, 22, 24 5, 11, 13, 18 6, 17 2, 4, 5, 11, 14 6, 16 10 10 1, 5, 7, 10, 12 2, 6, 10, 15 14 2, 5, 19, 20, 23 2, 15, 18 10,21 5, 6,11
Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan Bogor 2014
Kegunaan
27 Keterangan kunci : 1 = bahan bangunan/konstruksi, 2 = dinding rumah, 3 = lantai rumah, 4 = alat rumah tangga, 5 = barang kerajinan, 6 = anyaman, 7 = mebel/furnitur, 8 = saluran air, 9 = penampung air, 10 = tanaman hias, 11 = alat musik, 12 = chopstick, 13 = sumpit, 14 = pagar, 15 = tali/tongkat, 16 = obat, 17 = pulp/kertas, 18 = alat pancing, 19 = rakit, 20 = ukiran, 21 = tangkai payung, 22 = pipa rokok, 23 = bahan atap, 24 = kap lampu. Lampiran 5 Uji Validitas dan reliabilitas kuisioner Poin pertanyaan Persepsi Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5 Pertanyaan 6 Pertanyaan 7 Sikap Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4
Sig-2 Tailed
Cronbach's Alpha 0.591
0.005 0.014 0.000 0.000 0.000 0.001 0.000 0.747 0.000 0.000 0.000 0.000
28
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pekalongan pada tanggal 10 November 1992 dari ayah Subandi Abdul Rozaq dan ibu Heru Syafariyah. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Tahun 2004 penulis mengikuti pendidikan menengah pertama di SMP Muhammadiyah Wonopringgo Kabupaten Pekalongan, kemudian pada tahun 2007 penulis melanjutkan sekolah di SMA Muhammadiyah 1 Pekajangan di Pekalongan dan lulus di tahun 2010. Pada tahun yang sama 2010 penulis lulus seleksi Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima pada Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah menjadi Bendahara IMAPEKA IPB pada tahun 2011-2012, Bendahara II PC Sylva Indonesia IPB pada tahun 2012-2013, pengurus FMSC IPB bidang Keprofesian selama dua periode pada tahun 2011-2013. Selain itu penulis juga pernah melakukan kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Gunung Papandayan-Sancang Timur, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, dan Praktek Kerja Lapang (PKL) di IUPHHK-HA PT Ratah Timber Kalimantan Timur.