perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN SUTHOMADANSIH DI KABUPATEN KARANGANYAR
Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Jurusan/Program Studi Penyuluhan Dan Komunikasi Pertanian
Disusun Oleh : Sofa Nur Azizah H0407071
JURUSAN PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commiti to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN SUTHOMADANSIH DI KABUPATEN KARANGANYAR
SKRIPSI
Disusun Oleh : Sofa Nur Azizah H0407071
Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Suwarto, M.Si Dr. Ir. Kusnandar, M.Si
JURUSAN PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commitii to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sikap Masyarakat Sekitar Candi Sukuh Terhadap Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar
yang dipersiapkan dan disusun oleh Sofa Nur Azizah H 0407071
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : Juli 2011 dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Tim Penguji Ketua
Anggota I
Anggota II
Dr. Ir. Suwarto, M.Si NIP. 19561119 198303 1002
Dr. Ir. Kusnandar, M.Si NIP. 19670703 199203 1 004
Widiyanto, SP, M.Si NIP. 19810221 200501 1 003
Surakarta,
Juli 2011
Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S NIP. 19560225 198601 1 001
commitiii to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan hidayah serta berbagai kemudahan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul “Sikap Masyarakat Sekitar Candi Sukuh Terhadap Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Suthomadansih Di Kabupaten Karanganyar” dengan lancar. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Kedua orangtua penulis, Ayah Basid dan Mama Niach yang senantiasa memberikan doa, motivasi serta kasih sayangnya, 2. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS, selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, 3. Dwiningtyas Padmaningrum, SP., Msi, selaku ketua Jurusan Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian yang telah memberikan bimbingan dan motivasi, 4. Dr. Ir. Suwarto, MSi, selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan arahan dan bimbingan serta pengetahuan, 5. Dr. Ir. Kusnandar, Msi, selaku Pembimbing Skripsi yang telah memberikan masukan, bimbingan serta pengetahuan, 6. Agung Wibowo, SP, M.Si, selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan masukan, evaluasi, saran serta selalu mendukung penulis dalam menunjang kegiatan akademik maupun non akademik penulis, 7. Bapak Ibu dosen Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian yang telah memberikan Ilmu-ilmu khususnya dalam bidang pertanian, sebagai tempat diskusi masalah akademik, tempat mencari ide untuk menulis PKM, mengikuti PMW serta tempat evaluasi selama penulis menjadi Co Ass dan menempuh akademik, 8. Bapak Ketut dan seluruh karyawan Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta atas kemudahan dalam menyelesaikan administrasi penulisan skripsi, 9. Kepala Bappeda dan Kesbanglinmas Kabupaten Karanganyar yang telah mempermudah perizinan pengumpulan data, 10. Bapak Kastono, selaku Ketua Kelompok Tani Sekar Arum yang telah membantu penelitian penulis, 11. Keluarga Besar tercinta (Eyang, Tante Maning, Tante Nana, Om No, Om Taufik, dan Pakdhe Sikin) yang telah memberikan do’a serta dukungan kepada penulis, 12. Saudara tersayang (Tuntun, Wildan, Dhilla, Hannand, Juki) dan pasukanpasukan kecil penulis(Moelly dan Farras), 13. Sahabat-sahabat tercinta (Pasol, Ayuk, Vera, Titin, Arum, Tika, Elysa, Dicky, Budy, Sixtus, Irsa, Eza, Sochibun, dan Bondan) atas jalinan persaudaraan dan persahabatan yang menjadi dukungan bagi penulis,
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14. Kakak tingkat tersayang (Mas Aris, Mas Koi, Mas Lilik, Mas Hisbullah, Mas Farid, Mas Pipit, Mas Rama, Mbak Aisyah dan Mbak Santi) atas bimbingan serta segala bantuan kepada penulis, 15. Adik tingkat tercinta (Lita, Merlyna, Frendita, Riana, Anin dan Habib) yang telah memberi semangat dan curahan perhatian kepada penulis, 16. Rekan-rekan di Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Angkatan 2007 yang selalu mendukung dan bekerja sama untuk kesuksesan dan memajukan pertanian Indonesia, 17. Team 9F (Mas Didin, Ayak, MuFi, Heru, Mbak Ipung, Mbak Erna, Ansyor dan Tri) atas segala motivasi, dukungan, bantuan serta doa untuk penulis, 18. Rekan-rekan di IAAS Indonesia maupun IAAS LC-UNS yang telah memberikan motivasi untuk berjuang dan berprestasi lebih, 19. Kakak tingkat dan adik tingkat yang telah memberi semangat dalam setiap langkah penulis, 20. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan secara keseluruhan, yang telah membantu berjalannya penelitian ini. Penulis selalu berusaha membuat karya ini dengan baik, saran dan masukan selalu dharapan untuk kesempurnaan karya ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan wawasan untuk memajukan dunia pertanian.
Surakarta,
Juli 2011
Penulis
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .....................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii KATA PENGANTAR ................................................................................... iv DAFTAR ISI ................................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x RINGKASAN ................................................................................................ xi SUMMARY ................................................................................................... xii I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ....................................................................... .............. 1 B. Perumusan Masalah ............................................................................. 4 C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7 D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7 II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 8 1. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan ........................................... 8 2. Konsep dan Strategi Pengembangan Agropolitan............................ 9 3. Pengembangan Agropolitan di Karanganyar .................................. 11 4. Pariwisata dan Pengembangan Agropolitan .................................... 15 5. Budaya dan Pengembangan Agropolitan ........................................ 16 6. Sikap dan Perilaku Masyarakat ....................................................... 17 B. Kerangka Pemikiran............................................................................. 27 C. Hipotesis ............................................................................................. 29 D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel .................................. 29 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian ...................................................................... 34 B. Pemilihan Lokasi Penelitian ................................................................ 34
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Populasi dan Sampel ............................................................................ 35 D. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 36 E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 37 F. Teknik Analisis Data........................................................................... 38 IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Alam .................................................................................... 40 B. Keadaan Penduduk ............................................................................. 42 C. Keadaan Pertanian .............................................................................. 47 D. Keadaan Sarana Perekonomian .......................................................... 49 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kegiatan Pengembangan Kawasan Agropolitan ......................................................................................... 51 B. Identitas Responden ............................................................................ 52 C. Faktor yang Berhubungan dengan Sikap ............................................. 54 D. Sikap Petani Terhadap Program Pengembangan Kawasan Agropolitan ......................................................................................... 61 E. Hubungan Antara Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Sikap Dengan Sikap Petani Terhadap Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar ........................................................................................ 64 VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ......................................................................................... 70 B. Saran .................................................................................................... 71 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 72 LAMPIRAN .................................................................................................... 76
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 Kerangka Berfikir Mengenai Faktor Pembentuk Sikap Masyarakat Sekitar Candi Sukuh Terhadap Pengembangan Kawasan Agropolitan Suthomadansih Di Kabupaten Karanganyar ................................................................................. 29
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 Nama Desa di Kecamatan Ngargoyoso ............................................ 35 Tabel 2 Nama Dusun di Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso ....................... 36 Tabel 3 Jenis dan Sumber Data yang Digunakan dalam Penelitian ............... 36 Tabel 4 Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rumah Tangga di Kecamatan Ngargoyoso Tahun 2009 ............................... 43 Tabel 5 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Ngargoyoso tahun 2009 ............................. 45 Tabel 6 Jumlah Penduduk 10 tahun ke atas Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Ngargoyoso tahun 2009 ........................ 46 Tabel 7 Luas Panen dan Produksi Padi dan Palawija di Kecamatan Ngargoyoso tahun 2009 .................................................................... 47 Tabel 8 Luas Panen dan Produksi Sayur-sayuran di Kecamatan Ngargoyoso tahun 2009 .................................................................... 48 Tabel 9 Luas Panen dan Produksi Tanaman Buah-buahan di Kecamatan Ngargoyoso tahun 2009 ................................................. 48 Tabel 10 Sarana Perekonomian di Kecamatan Ngargoyoso ........................... 49 Tabel 11 Distribusi Responden Berdasarkan Umur dan Jenis Pendidikan ........................................................................................ 53 Tabel 12 Distribusi Pengalaman Pribadi Petani dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan ............................................ 55 Tabel 13 Distribusi Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan .................................. 56 Tabel 14 Distribusi Pendidikan Non Formal dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan ....................................................................... 57 Tabel 15 Distribusi Media Massa dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan ..................................................................................... 59 Tabel 16 Distribusi Kebudayaan dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan ...................................................................................... 60 Tabel 17 Distribusi Sikap Petani Terhadap Tujuan Program .......................... 61 Tabel 18 Distribusi Sikap Petani Terhadap Pelaksanaan Program ................. 62 Tabel 19 Distribusi Sikap Petani Terhadap Hasil Program ............................ 63 Tabel 20 Uji Hipotesis Hubungan Antara Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap dengan Sikap Masyarakat Sekitar Candi Sukuh Terhadap Program Pengembangan Agropolitan ..................................................................................... 64
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1
Kuisioner Penelitian .................................................................... 76
Lampiran 2
Identitas Responden..................................................................... 85
Lampiran 3
Tabulasi Faktor yang Mempengaruhi Sikap dengan Sikap Masyarakat terhadap Program Pengembangan Agropolitan ...... 87
Lampiran 4
Tabel Frekuensi ........................................................................... 89
Lampiran 5
Output Perhitungan Korelasi Rank Spearman (rs) ...................... 92
Lampiran 6
Peta Kabupaten Karanganyar ...................................................... 93
Lampiran 7
Peta Kecamatan Ngargoyoso ...................................................... 94
Lampiran 8
Dokumentasi ............................................................................... 95
Lampiran 9
Surat Ijin Penelitian .................................................................... 96
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
RINGKASAN
SOFA NUR AZIZAH, H0407071. “SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN SUTHOMADANSIH DI KABUPATEN KARANGANYAR”. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Suwarto, M.Si selaku Pembimbing Utama dan Dr. Ir. Kusnandar, M.Si selaku Pembimbing Pendamping. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Program pengembangan kawasan agropolitan merupakan pembangunan ekonomi berbasis pertanian di Kawasan agribisnis yang dirancang dan dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada. Kawasan agropolitan terdiri dari sentra produksi pertanian yang ada di sekitarnya yang mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian diwilayah sekitarnya dan memberikan kontribusi yang besar terhadap mata pencaharian dan kesejahteraan masyarakatnya. Melalui pengembangan agropolitan, diharapkan terjadi interaksi yang kuat antara pusat kawasan agropolitan dengan wilayah produksi pertanian dalam sistem kawasan agropolitan. Penelitian ini bertujuan mengkaji sikap masyarakat terhadap program pengembangan kawasan Agropolitan Suthomandansih, mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi sikap masyarakat terhadap program pengembangan kawasan Agropolitan Suthomandansih, dan mengkaji hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi sikap masyarakat dengan sikap masyarakat terhadap program pengembangan kawasan Agropolitan Suthomandansih di Kabupaten Karanganyar. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan format deskriptif dan teknik survei. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive yaitu di Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar. Sampel ditentukan dengan teknik proporsional sampling, sebanyak 40 responden dari 3 Dusun di Desa Berjo, antara lain: Dusun Tagung, Dusun Gemah, dan Dusun Pabongan .Jenis dan sumber data meliputi data primer dan data sekunder. Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi sikap dan sikap masyarakat terhadap program pengembangan kawasan agropolitan adalah rumus lebar kelas. Sedangkan untuk menguji hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi sikap masyarakat dengan sikapnya terhadap program pengembangan kawasan Agropolitan menggunakan analisis korelasi Rank Spearman (rs). Hasil penelitian pada tingkat kepercayaan 95 % menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, dan pendidikan non formal terhadap pengembangan kawasan Agropolitan Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar. Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara media massa dan pengaruh kebudayaan terhadap pengembangan kawasan Agropolitan Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar.
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SUMMARY
SOFA NUR AZIZAH, H0407071. “SOCIETY ATTITUDES AROUND SUKUH TEMPLE TOWARD THE DEVELOPMENT PROGRAM OF AGROPOLITAN SUTHOMADANSIH AREA IN THE KARANGANYAR DISTRICT”. Under guidance of Dr. Ir. Suwarto, M.Si as the Main Consultant and Dr. Ir. Kusnandar, M.Si as the Assistant Consultant, Agricultural Faculty of Sebelas Maret University. The development programs of agropolitan area is agriculture-based economic development in the area of agribusiness which are designed and implemented by a variety of potential synergies that exist. Agropolitan area consists of agricultural production centers that is able to serve, push, pull, make some development activities in the surrounding area and give contribute greatly to the livelihoods and welfare. Through the development of agropolitan, expected strong interaction between the central agropolitan area with agricultural production region in the system of agropolitan area. This research aims to assess public attitudes towards the development program of Agropolitan Suthomandansih area, assess the factors that influence society's attitudes towards the development program of Agropolitan Suthomandansih area, and to assess the relationship between the factors that influence society's attitudes in society's attitudes towards the development programs of Agropolitan Suthomandansih area in Karanganyar District. The basic method that used in this study is quantitative with descriptive format and survey techniques. Research sites determined by purposively that is Berjo Village Ngargoyoso Sub-district Karanganyar District. The sample was determined by proportional sampling technique, as many as 40 respondents from the three Hamlet in the Village Berjo, among others: Hamlet Tagung, Gemah Hamlet, and Pabongan Hamlet. The type and source of data includes primary data and secondary data. Methods of analysis that used to determine the factors that affect attitudes and attitudes toward the development program of agropolitan area is the formula class width. Meanwhile, to know the relationship between the factors that influence society's attitudes to the attitude towards the development programs of Agropolitan area using correlation analysis Rank Spearman (rs). The results at 95% level shows that there is a very significant relationship between personal experience, the influence of others that are considered important, and non-formal education to the development of Agropolitan Suthomadansih area in Karanganyar District. There is no significant relationship between mass media and cultural influences on the development of Agropolitan Suthomadansih area in Karanganyar District.
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kondisi sosial ekonomi masyarakat di pedesaan pada umumnya masih tertinggal jauh dibandingkan mereka yang tinggal di daerah perkotaan. Hal ini merupakan konsekuensi dari perubahan ekonomi dan proses indutrialisasi, investasi ekonomi oleh swasta maupun pemerintah cenderung terkonsentrasi di daerah perkotaan. Selain itu kegiatan ekonomi yang dikembangkan di daerah perkotaan masih banyak yang tidak sinergis dengan yang dikembangkan di daerah perdesaan. Akibatnya, peran kota yang diharapkan dapat mendorong perkembangan perdesaan, justru memberikan dampak yang merugikan pertumbuhan perdesaan. Oleh karena itu, dalam konstelasi kota-desa dewasa ini, semestinya kawasan perdesaan semakin diperhitungkan keberadaannya. Akan lebih sesuai untuk menjelaskan desa-kota sebagai sebuah fenomena yang bertautan daripada menganggap desa dan kota sebagai suatu dikotomi, selain itu masyarakat di dalamnya secara bersama memecahkan masalah kemiskinan, perkembangan ekonomi, dan lingkungan yang berkelanjutan. Kesenjangan antara kawasan perkotaan dan pedesaan serta kemiskinan di perdesaan telah mendorong upaya-upaya pembangunan di kawasan perdesaan.
Meskipun
demikian,
pendekatan
pengembangan
kawasan
perdesaan seringkali dipisahkan dari kawasan perkotaan. Hal ini telah mengakibatkan terjadinya proses urban bias yaitu pengembangan kawasan perdesaan yang pada awalnya ditujukan untuk meningkatkan kawasan kesejahteraan masyarakat perdesaan malah berakibat sebaliknya yaitu tersedotnya potensi perdesaan ke perkotaan baik dari sisi sumber daya manusia, alam, bahkan modal (Douglas, 1986). Dampak dari urbanisasi diperlukan perubahan paradigma dalam pendekatan pembangunan perdesaan yang mengkaitkan kawasan perkotaan dengan kawasan perdesaan. Pengembangan kawasan agropolitan dapat
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
dijadikan alternatif solusi dalam pengembangan kawasan perdesaan tanpa melupakan
kawasan
perkotaan.
Melalui
pengembangan
agropolitan
diharapkan terjadi interaksi yang kuat antara pusat kawasan agropolitan dengan wilayah produksi pertanian dalam sistem kawasan agropolitan. Agropolitan merupakan kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena adanya usaha agribisnis yang dapat melayani kegiatan pembangunan pertanian. Sebagian besar pendapatan masyarakat didominasi oleh kegiatan sektor pertanian atau agribisnis. Selain itu kawasan agropolitan juga memiliki komoditas unggulan dan terdapat hubungan antara kota dengan desa yang bersifat interdependensi harmonis (Bappeda Karanganyar, 2005). Penentuan kawasan agropolitan berorientasi pada wilayah berskala ekonomi sehingga dapat dimungkinkan terjadi lalu lintas desa atau lintas kecamatan bahkan lintas kabupaten. Kawasan agropolitan Kabupaten Karanganyar meliputi 5 (lima) Kecamatan yaitu Kecamatan Ngargoyoso (Sukuh), Jenawi (Cetho), Tawangmangu, Karangpandan dan Matesih atau dapat juga disebut kawasan Suthomadansih (Sukuh, Cetho, Tawangmangu, Karangpandan, Matesih). Kawasan ini terdapat banyak sentra-sentra produksi (KSP) yang akan membentuk kota tani/desa inti dan dari masing-masing kota akan bermuara pada kota tani utama. Berdasarkan kondisi tersebut, tidak berarti pembangunan perdesaan menjadi tidak penting, akan tetapi harus dicari solusi untuk mengurangi urban bias. Pengembangan kawasan agropolitan dapat dijadikan alternatif solusi dalam pengembangan kawasan perdesaan tanpa melupakan kawasan perkotaan. Melalui pengembangan agropolitan, diharapkan terjadi interaksi yang kuat antara pusat kawasan agropolitan dengan wilayah produksi pertanian dalam sistem kawasan agropolitan. Melalui pendekatan ini, produk pertanian dari kawasan produksi akan diolah terlebih dahulu di pusat kawasan agropolitan sebelum di jual (ekspor) ke pasar yang lebih luas sehingga nilai tambah tetap berada di kawasan agropolitan. Konsep agropolitan pada dasarnya adalah gerakan untuk kembali membangun desa. Desa yang baik idealnya harus bisa menjadi suatu tempat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
yang nyaman, aman dan dapat mensejahterakan masyarakatnya. Konsep agropolitan basisnya pada membangun fungsi kota pertanian dalam artian luas. Pertanian itu tidak dilihat dari sisi bercocok tanam dan mencangkul saja (Rustiadi, 2006). Tujuan pengembangan kawasan agropolitan adalah untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui percepatan pengembangan wilayah dan peningkatan keterkaitan desa dan kota dengan mendorong berkembangnya system dan usaha agribisnis yang berdaya saing berbasis
kerakyatan,
berkelanjutan
(tidak
merusak
lingkungan)
dan
terdesentralisasi (wewenang berada di Pemerintah Daerah dan Masyarakat) di kawasan agropolitan. Program pengembangan Kawasan agropolitan adalah pembangunan ekonomi berbasis pertanian di Kawasan agribisnis yang dirancang dan dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada untuk mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah (Bappeda Karanganyar, 2005). Keterkaitan fisik harus disertai dengan pengembangan keterkaitan sinergis yang lebih luas, yakni dengan disertai kebijakan-kebijakan yang menciptakan struktur insentif yang mendorong keterkaitan yang sinergis antar kawasan. Pengembangan keterkaitan yang salah (tidak tepat sasaran) dapat mendorong aliran backwash yang lebih masif yang pada akhirnya justru memperarah kesenjangan dan ketidakseimbangan pembangunan interregional. Oleh karenanya keterkaitan inter-regional yang sinergis atau saling meperkuat, bukan saling memperlemah. Kabupaten Karanganyar yang mempunyai slogan “intanpari” yang berarti industri, pertanian, dan pariwisata merupakan sektor penunjang kegiatan agropolitan. Salah satu sektor pariwisata di kawasan agropolitan yang sangat menarik dan digemari pengunjung yaitu Candi Sukuh, yang berada di Kecamatan Ngargoyoso. Candi Sukuh merupakah salah satu wahana wisata yang kental akan budaya, tempat ini sangat menunjang pengembangan kawasan agropolitan. Karena daerah Ngargoyoso merupakan salah satu aspek
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
budaya peninggalan sejarah yang cukup terkenal di Kabupaten Karanganyar. Berdasarkan uraian tersebut berarti sektor pariwisata yang dilakukan oleh masyarakat
di sekitar Candi Sukuh, Kabupaten Karanganyar merupakan
bagian dari pengembangan kawasan agropolitan. Dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat kawasan agropolitan, maka program agropolitan sangatlah sesuai dengan kondisi tersebut. Melalui program pengembangan kawasan agropolitan, diharapkan dapat meningkatkan produksi pertanian di Kawasan Agropolitan. Lima tahun terakhir ini, program agropolitan telah diterapkan di Kabupaten Karanganyar. Walaupun demikian, program tidak serta merta diterapkan oleh masyarakat sekitar kawasan. Meskipun masyarakat hidup di kawasan agropolitan, namun tidak semua ikut andil dalam program agropolitan. Adanya inovasi di berbagai bidang akan mempengaruhi kecenderungan atau sikap masyarakat, baik itu untuk menerima inovasi ataupun menolak inovasi yang ada. Kecenderungan masyarakat, baik itu menerima maupun menolak program agropolitan tersebut tidak terlepas dari beberapa faktor yang berhubungan dengan sikap masyarakat terhadap program agropolitan tersebut. Sikap masyarakat inilah yang akan menjadi acuan berhasil atau tidaknya program tersebut. Ditandai dengan keberhasilan program secara berkelanjutan. Oleh karena itu, bagaimanakah sikap masyarakat terhadap program pengembangan agropolitan Suthomadansih perlu diteliti lebih lanjut. B. Rumusan Masalah Program agropolitan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di kawasan, mendorong berkembangnya system usaha agribisnis, meningkatkan keterkaitan desa dan kota, mempercepat pertumbuhan kegiatan ekonomi pedesaan, mengurangi arus migrasi dari desa ke kota, menciptakan lapangan pekerjaan, dan meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Inti dari program agropolitan merupakan gerakan dan partisipasi aktif masyarakat (petani, pengusaha, dan masyarakat umum) yang difasilitasi oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarga dan masyarakatnya. Konsep mengenai agropolitan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
dalam pengembangan sarana dan prasarana lebih diarahkan kepada bagaimana mempertahankan program tersebut sesuai dengan kemampuan dan potensi masyarakat serta memperhatikan kelestarian lingkungan. Tingginya potensi di kawasan pedesaan yang sangat potensial dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk mendorong keberhasilan pembangunan. Dalam pengembangan sektor pariwisata harus mempertimbangkan kondisi sumber daya alam dan sumber daya manusia dan aspek kelembagaan. Pengembangan sektor pariwisata yang kental akan budaya mempunyai keunggulan komperatif dan kompetitif serta dapat menjadi perangsang untuk meningkatkan
pendapatan
masyarakat.
Namun
kenyataannya
dalam
mengembangkan kawasan agropolitan tidak selalu berjalan dengan lancar. Terdapat berbagai permasalahan yang dihadapai seperti sarana dan prasarana, serta kurangnya partisipasi masyarakat dalam mendukung pengembangan agropolitan. Konsep agropolitan sendiri sangat berhubungan dengan umum maupun sosial, karena dalam pengembangan kawasan agropolitan didalamya ada kegiatan pariwisata. Salah satu sektor pariwisata yang dikembangkan adalah Candi Sukuh. Permasalahan yang dihadapi yaitu kawasan agropolitan yang seharusnya menjadi pusat pembangunan pertanian, yang memiliki potensi dalam pengembangan sistem dan usaha agribisnis, melibatkan berbagai stakeholder dalam action plan (rencana tindak) seperti adanya pemberdayaan masyarakat
pelaku
agribisnis
agar
mampu
meningkatkan
produksi,
produktivitas komoditi pertanian serta produk-produk olahan pertanian, lalu pemasaran produk pertanian kurang berfungsi secara benar. Terbukti dengan adanya kawasan wisata yang merupakan salah satu sarana dalam program agropolitan secara fisik belum memenuhi syarat untuk dijadikan tempat pariwisata. Hal ini dikarenakan oleh sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh yang tidak menyadari bahwa pendapatan mereka selama ini sebenarnya didominasi oleh kegiatan sektor pertanian atau agribisnis. Namun, tempat pariwisata yang sangat menunjang program agropolitan tersebut telah beralih fungsi sebagai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
tempat penjualan barang-barang non pertanian. Dari hal tersebut maka kegiatan pariwisata yang didalamnya terdapat berbagai kegiatan agribisnis, merupakan bagian dari pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten Karanganyar. Masyarakat di sekitar Candi Sukuh dilibatkan dalam hal pengembangan kawasan agropolitan tersebut. Mengacu pada keuntungan yang dapat diperoleh dari program agropolitan tersebut, seharusnya selama lima terakhir ini banyak masyarakat yang berpartisipasi aktif dalam program agropolitan. Dalam hal ini tentunya terdapat faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap. Menurut Azwar (1998) terdapat faktor-faktor pembentuk sikap yang meliputi : pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa (informasi), pendidikan formal, pendidikan non formal, serta pengaruh faktor emosional. Oleh karena itu, perlu dikaji lebih mendalam tentang hubungan faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap dengan sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program pengembangan kawasan Agropolitan Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar. Sehingga, dari uraian diatas maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program pengembangan kawasan agropolitan Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar ? 2. Bagaimana sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program pengembangan kawasan agropolitan Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar? 3. Bagaimana hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dengan sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program pengembangan kawasan agropolitan Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini, antara lain: 1. Mengkaji faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh dalam mengembangkan kawasan agropolitan Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar. 2. Mengkaji sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap pengembangan kawasan agropolitan Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar. 3. Mengkaji hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dengan sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh dalam program pengembangan kawasan agropolitan Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1.
Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman tentang sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap pengembangan kawasan agropolitan. Selain itu penelitian ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2.
Bagi pemerintah atau instansi, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan khususnya dalam kegiatan mengenai model kawasan Agropolitan dalam meningkatan
taraf
hidup
masyarakat
setempat
sebagai
upaya
mendukung terciptanya stabilitas ekonomi dalam pembangunan berkelanjutan. 3.
Bagi pihak lain yang memerlukan hasil penelitian ini, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pembanding pada permasalahan yang sama.
4.
Bagi
masyarakat
meningkatkan
sekitar
Candi
pengetahuan
Sukuh,
dalam
sarana
mengembangkan
Agropolitan melalui pemasaran hasil pertanian.
commit to user
sebagai
untuk
kawasan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Awalnya, tahun 1980, istilah “sustainable agriculture”
atau
diterjemahkan menjadi “pertanian berkelanjutan” digunakan untuk menggambarkan suatu sistem pertanian alternatif berdasarkan pada konservasi sumberdaya dan kualitas kehidupan di pedesaan (Abadi, 2007). Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) merupakan sistem pertanian yang berwawasan lingkungan (co-agriculture) yang sering juga dikenal sebagai pertanian organis. Prinsip dasarnya adalah pertanian dilihat sebagai pengelolaan agro dan ekosistem. Prinsip dasar pertanian berkelanjutan adalah pengelolaan agro dan ekosistem dengan prinsip : pertanian dilakukan dengan mengambil metafora yang benar dengan tidak mendominasi alam dan penetuan yang benar bagi alat, teknik, teknologi dan praktek pertanian (Lubis, 2000). Kata ‘berkelanjutan’ (sustainable), sebagaimana dalam kamus, mengacu pada makna “mengusahakan suatu upaya dapat berlangsung terus-menerus, kemampuan menyelesaikan upaya dan menjaga upaya itu jangan sampai gagal”. Dalam dunia pertanian, ‘berkelanjutan’ secara mendasar berarti upaya memantapkan pertanian tetap menghasilkan (produktif) sembari tetap memelihara sumber daya dasarnya. Sistem pertanian
berkelanjutan
ditujukan
untuk
mengurangi
kerusakan
lingkungan, mempertahankan produktivitas pertanian, meningkatkan pendapatan petani dan meningkatkan stabilitas dan kualitas kehidupan masyarakat di pedesaan (Abadi, 2007). Dewangga (1995) berpendapat bahwa pembangunan pertanian bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat tani yang merupakan sebagian besar penduduk Indonesia dan tinggal di pedesaan. Meningkatkan taraf hidup petani dan masyarakat petani dan
commit to user 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
masyarakat pedesaan dapat dicapai dengan meningkatkan produktivitas usahatani. Untuk dapat mengelola usahataninya secara efisien diperlukan adanya perubahan perilaku petani untuk mampu bertani dengan baik dan berusahatani lebih menguntungkan. Dalam proses pembangunan pertanian yang berhasil itu peranan penyuluhan pertanian sangat besar, sehingga tidak salah kiranya bila penyuluhan pertanian disebut sebagai ujung tombak pembangunan pertanian, setidak-tidaknya bila dilihat dalam jajaran aparat pemerintah yang menangani pembangunan pertanian. Oleh karena itu segala usaha yang ditujukan untuk mengembangkan penyuluhan pertanian sampai bentuknya yang sekarang perlu mendapatkan penghargaan yang setimpal (Slamet, 2003). Pembangunan akan memberikan harapan dengan hasil yang optimal, jika penyuluhan pertanian dilakukan secara baik. Karena penyuluhan pertanian merupakan ujung tombak pembangunan pertanian. Pelaksanaan penyuluhan yang baik dengan disertai dengan sistem pelayanan yang teratur akan menjadi jaminan yang efektif untuk tercapainya tujuan pembangunan itu sendiri. Inti kegiatan penyuluhan pertanian adalah komunikasi gagasan yang inovatif maupun produk teknologi yang inovatif yang dapat memberikan nilai ekonomis yang lebih baik kapada petani dan keluarganya ( Levis, 1996). 2. Konsep dan Statregi Pengembangan Agropolitan Secara harafiah, “Agropolitan” berasal dari dua kata yaitu (Agro berarti pertanian), dan (Politan/Polis berarti kota), sehingga secara umum Program Agropolitan mengandung pengertian pengembangan suatu kawasan tertentu yang berbasis pada pertanian, yang dapat dilihat dari berbagai pengertian sebagai berikut (Direktorat Jenderal Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan, 2005) : a. Agropolitan (Agro = pertanian; Politan = kota) adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang yang mampu memacu berkembangnya sistem dan usaha agribisnis sehingga dapat melayani, mendorong,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya, b. Kawasan Agropolitan, terdiri dari Kota Pertanian dan Desa-Desa sentra produksi pertanian yang ada di sekitarnya, dengan batasan yang tidak ditentukan oleh batasan administrasi Pemerintahan, tetapi lebih ditentukan dengan memperhatikan skala ekonomi yang ada. Dengan kata lain Kawasan Agropolitan adalah Kawasan Agribisnis yang memiliki fasilitas perkotaan, c. Pengembangan Kawasan Agropolitan, adalah pembangunan ekonomi berbasis pertanian dikawasan agribisnis, yang dirancang dan dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada untuk mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi, yang digerakan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh Pemerintah. Konsep pengembangan agropolitan pertama kali diperkenalkan Mc.Douglass dan Friedmann dalam Syahrani (2001) sebagai siasat untuk pengembangan perdesaan. Meskipun termaksud banyak hal dalam pengembangan agropolitan, seperti redistribusi tanah, namun konsep ini pada dasarnya memberikan pelayanan perkotaan di kawasan pedesaan atau dengan istilah lain yang digunakan oleh Friedmann adalah “kota di ladang”. Dengan demikian petani atau masyarakat desa tidak perlu harus pergi ke kota untuk mendapatkan pelayanan, baik dalam pelayanan yang berhubungan dengan masalah produksi dan pemasaran maupun masalah yang berhubungan dengan kebutuhan sosial budaya dan kehidupan setiap hari. Pusat pelayanan diberikan pada setingkat desa, sehingga sangat dekat dengan pemukiman petani, baik pelayanan mengenai teknik berbudidaya pertanian maupun kredit modal kerja dan informasi pasar. Soleh (1998), besarnya biaya produksi dan biaya pemasaran dapat diperkecil dengan meningkatkan faktor-faktor kemudahan pada kegiatan produksi dan pemasaran. Faktor-faktor tersebut menjadi optimal dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
adanya kegiatan pusat agropolitan. Jadi peran agropolitan adalah untuk melayani kawasan produksi pertanian di sekitarnya dimana berlangsung kegiatan agribisnis oleh para petani setempat. Fasilitas pelayanan yang diperlukan untuk memberikan kemudahan produksi dan pemasaran antara lain berupa input sarana produksi (pupuk, bibit, obat-obatan, peralatan, dan lain-lain), sarana penunjang produksi (lembaga perbankan, koperasi, listrik, dan lain-lain), serta sarana pemasaran (pasar, terminal angkutan, sarana transportasi, dan lain-lain). Dalam konsep agropolitan juga diperkenalkan adanya agropolitan district, suatu daerah perdesaan dengan radius pelayanan 5 – 10 km dan dengan jumlah penduduk 50 –150 ribu jiwa serta kepadatan minimal 200 jiwa/km2. Jasa-jasa dan pelayanan yang disediakan disesuaikan dengan tingkat perkembangan ekonomi dan sosial budaya setempat. Agropolitan district perlu mempunyai otonomi lokal yang memberi tatanan terbentuknya pusat-pusat pelayanan di kawasan perdesaan telah dikenal sejak lama. Pusat-pusat pelayanan tersebut dicirikan dengan adanya pasarpasar untuk pelayanan masyarakat perdesaan. Mengingat volume permintaan dan penawaran yang masih terbatas dan jenisnya berbeda, maka telah tumbuh pasar mingguan untuk jenis komoditi yang berbeda (Anwar, 1999). 3. Pengembangan Agropolitan di Karanganyar Agropolitan adalah
kota
berkembang karena berjalannya
pertanian sistem dan
yang
tumbuh
dan
usaha agribisnis
serta
mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian diwilayah sekitarnya. Kota pertanian berada dalam kawasan pemasok hasil pertanian (sentra produksi pertanian). Kawasan tersebut memberikan
kontribusi yang besar
kesejahteraan termasuk
terhadap mata
pencaharian dan
masyarakatnya. Selanjutnya kawasan pertanian tersebut,
kotanya disebut
dengan kawasan agropolitan (Bappeda
Karanganyar, 2005).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
Pelaksanaan program agropolitan di Kabupaten Karanganyar diawali dari tahun 2006 sampai pada tahun kelima ini pemerintah Kabupaten Karanganyar telah melakukan pembangunan sarana dan prasarana pendukung seperti terbangunnya konstruksi jalan dan jaringan irigasi. Ketersediaan sarana dan prasarana terbesut berguna sebagai fasilitas sosial ekonomi yang dapat diakses oleh petani dan masyarakat di pedesaan. Fasilitas tersebut bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan dalam pengembangan usaha pertanian, meningkatkan kelancaran pengangkutan sarana produksi ke lahan petani, mempermudah proses pemasaran produk/komoditas pertanian, dan meningkatkan intensitas ketersediaan air dalam rangka mendukung produksi pertanian (Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Karanganyar, 2009). Pengembangan meningkatkan
kawasan
pendapatan
dan
agropolitan kesejahteraan
adalah masyarakat
bertujuan melalui
percepatan pembangunan wilayah dan peningkatan keterkaitan desa dan kota dengan mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing. Sasaran pengembangan kawasan agropolitan adalah untuk mengembangkan kawasan pertanian yang berpotensi menjadi kawasan
agropolitan. Melalui pemberdayaan
masyarakat pelaku
agribisnis agar mampu meningkatkan produksi, produktivitas komoditi pertanian serta produk-produk olahan pertanian. Pemberdayaan yang dilakukan dengan cara pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang efisien, penguatan kelembagaan petani, serta pengembangan kelembagaan sistem agribisnis (penyedia agroinput, pengelolaan hasil, pemasaran dan penyedia jasa); pengembangan kelembagaan penyuluhan pembangunan terpadu; pengembangan iklim yang kondusif bagi usaha dan investasi (Bappeda Karanganyar, 2005). Program agropolitan di Kabupaten Karanganyar merupakan program dari pemerintah yang ditujukan untuk daerah-daerah yang memiliki potensi atau keunggulan di bidang pertanian. Penetapan kawasan ini didasarkan pada potensi Kabupaten Karanganyar terutama di bidang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
tanaman hortikultura. Strategi yang diterapkan di Kabupaten Karanganyar diawali dengan mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung seperti memperbaiki jalan usahatani, dan saluran irigasi. Kemudian setelah dua program tersebut berjalan lancar, Kabupaten Karanganyar membuka penyediaan
Sub
Terminal
Agribisnis
(STA)
di
Watusambang
Tawangmangu. Sub Terminal Agribisnis (STA) ini dapat mendukung berjalannya program agropolitan. Keberadaan STA diharapkan dapat memperbaiki teknik pemasaran bagi hasil produksi pertanian, tidak hanya untuk komoditas yang diunggulkan seperti wortel tetapi untuk komoditas yang lainnya. Pengembangan sarana dan prasarana di kawasan agropolitan juga didukung dengan pengembangan sumberdaya manusia yaitu dengan mengembangkan kelompok tani (Bappeda Karanganyar, 2005). Beberapa Kecamatan di Kabupaten Karanganyar antara lain Ngargoyoso (Sukuh), Jenawi (Cetho), Tawangmangu, Karangpandan dan Matesih memiliki produk unggulan sendiri untuk dijadikan pelopor tumbuh kembangnya agropolitan. Kecamatan Ngargoyoso berpacu pada peningkatan penerapan teknologi pertanian / perkebunan. Kegiatan yang dilakukan antara lain
pembuatan
pestisida organik, pengadaan Alat
Pengolah Pupuk organik (APPO), pengadaan biogas, pengadaan hand sprayer, alat pengayak kompos, dan berbagai macam alat pendukung usahatani lainnya. Kecamatan Jenawi berpusat pada peningkatan mutu intensifikasi gandum. Kegiatan ini dilakukan supaya terpeliharanya tanaman tumpang sari gandum. Kecamatan Tawangmangu terdapat program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan. Sosialisasi ini dilakukan supaya masyarakat senantiasa merubah perilakunya tentang pelestarian Sumber Daya alam. Kecamatan Karangpandan merupakan kota tani utama dan kecamatan lain yang termasuk dalam Kawasan Agropolitan akan bermuara ke Kecamatan Karangpandan. Hal ini dikarenakan tidak hanya dari bidang pertanian yang dikembangkan tetapi juga bidang pariwisata. mengacu
Kemudian kepada
yang terakhir di Kecamatan Matesih lebih
peningkatan
ketahanan
commit to user
pangan
pertanian
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
perkebunan. Pengadaan alat ice cream maker dan pengadaan freezer diharapkan dapat meningkatkan pengolahan hasil pertanian. Selain itu dikembangkan juga alat mesin pertanian dan alat pengolahan pasca panen hasil pertanian, seperti tersedianya hand tractor, vacuum frying, slicer, power threser, alat pencuci wortel dan pompa air. Semua alat tersebut digunakan untuk peningkatan penggunaan teknologi tepat guna oleh petani (Bappeda Karanganyar, 2009). Strategi
pengembangan
kawasan
sentra
produksi
pangan
berorientasi pada kekuatan pasar atau (market driven), atau melalui pengembangan masyarakat yang tidak saja diarahkan pada upaya pengembangan
usaha
budidaya
(on-farm)
tetapi
juga
meliputi
pengembangan agribisnis hulu (penyediaan sarana pertanian) dan agribisnis hilir (proses dan pemasaran) dan jasa-jasa pendukungnya. Memberi kemudahan melalui penyediaan sarana dan prasarana yang dapat mendukung pengembangan agribisnis dalam suatu kesisteman yang utuh dan menyeluruh, mulai dari subsistem budidaya, subsistem agribisnis hulu, hilir, dan jasa pendukung. Pengembangan suatu kawasan sentra produksi pangan nasional dan daerah (agropolitan) harus mengikuti pengelolaan kawasan tersebut. Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran tata ruang kawasan sentra produksi pangan (agropolitan), arahan pengembangannya sebagai berikut: a. Pemberdayaan masyarakat pelaku agribisnis setempat b. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan agribisnis dan industri pertanian secara lokalita. c. Pembangunan prasarana dan infrastruktur fisik yang menunjang kegiatan di kawasan sentra produksi pangan (agropolitan). d.
Adanya keterpaduan rencana tata ruang kawasan sentra produksi pangan (agropolitan) dengan rencana tata ruang wilayah, khususnya aspek kawasan permukiman dan industri (Dirjen Ruang, 2006). Pengembangan kawasan agropolitan dilakukan dengan pendekatan
Action plan (rencana tindak) yang melibatkan berbagai stakeholder terkait.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
Dengan pelibatan ini stakeholder secara intensif diharapkan dapat dihasilkan kesepakatan program pembangunan prasarana dan sarana kawasan agropolitan yang memberikan nilai lebih pada aspek dukungan masyarakat dan dengan kesadaran sense belonging (rasa memiliki) yang cukup tinggi. Tahapan action plan yang dilakukan dalam rangka pengembangan fasilitas prasarana dan sarana yang diharapkan sebagai stimulan pengembangan kawasan agropolitan, meliputi sosialisasi program (temu muka), pembentukan stakeholder agribisnis, survai dan analisa, inventarisasi permasalahan prasarana dan sarana, usulan dan perumusan program serta penyepakatan pentahapan program. Semua tahapan tersebut dilakukan
dalam
forum
sosialisasi
dan
penyepakatan
kegiatan
(Bappeda Karanganyar, 2005). 4. Pariwisata dan Pengembangan Agropolitan Pengembangan agrowisata merupakan upaya terhadap pemanfaatan atraksi wisata pertanian. Agrowisata sebagai bagian dari objek wisata dengan tujuan untuk memanfaatkan usaha agro sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi dan hubungan usaha dibidang pertanian (Tirtawinata, 1999). Berkembangnya masyarakat,
pada
dunia umumnya
pertanian
mendapat
tanggapan
tanggapan
masyarakat
dari
terhadap
berkembangnya dunia pariwisata berkaitan dengan harapan-harapan yang mengacu kepada kebutuhan ekonomis misalnya adanya kesempatan kerja, majunya usaha mereka dan sebagainya. Hal ini dapat terlihat terutama pada masyarakat yang tinggal disekitar daerah yang terkena proyek pengembangan wisata (Tashadi, 1994). Potensi objek wisata dapat dibedakan menjadi objek wisata alami dan buatan manusia. Objek wisata alami dapat berupa kondisi iklim (udara bersih dan sejuk, suhu dan sinar matahari yang nyaman, kesunyian), pemandangan alam (panorama pegunungan yang indah, air terjun, danau dan sungai yang khas), dan sumber air kesehatan (air mineral, air panas).
Objek wisata buatan manusia dapat berupa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
fasilitas atau prasarana,
peninggalan
sejarah
dan
budaya,
pola
hidup masyarakat dan taman-taman untuk rekreasi atau olahraga. Objek
agrowisata pada umumnya masih berupa hamparan suatu
areal usaha pertanian dari perusahaan-perusahaan besar yang dikelola secara modern/ala barat dengan orientasi objek keindahan alam dan belum menonjolkan atraksi keunikan/spesifikasi
dari
aktivitas
lokal
masyarakat (Bappeda Karanganyar, 2005). Tashadi (1994) mengemukakan bahwa timbulnya dampak sosial budaya sebagai konsekuensi dari pembangunan pariwisata itu dapat dilihat sebagai dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif merupakan keuntungan berkembangnya pariwisata yang antara lain mendatangkan pendapatan devisa negara dan terciptanya kesempatan kerja yang berarti mengurangi jumlah pengangguran serta adanya kemungkinan bagi masyarakat di daerah wisata untuk meningkatkan pendapatan dan standart hidup mereka. Sedangkan dampak negatif yang merupakan kerugian tampak menonjol dalam bidang sosial. 5. Budaya dan Pengembangan Agropolitan Budaya atau kebudayaan yaitu system pengetahuan yang meliputi sistem ide/gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak (Soeranto, 2003). Sedangkan menurut Soekanto (1983), budaya diartikan dalam bentuk perilaku kehidupan keseharian. Kebudayaan merupakan sistem pola perencanaan kehidupan yang eksplisit maupun implisit yang terbentuk secara historis, dan yang dianut oleh semua/anggota-anggota tertentu dari suatu kelompok. Tradisi merupakan kebudayaan yang telah menjadi suatu kebiasaan dalam masyarakat (Hardiman, 2003). Tradisi bukanlah sesuatu yang dapat diubah, tradisi justru dipadukan dengan aneka ragam perbuatan manusia dan diangkat dalam keseluruhannya. Manusialah yang membuat sesuatu dengan tradisi itu: ia menerima, menolaknya, atau merubahnya. Itulah sebabnya mengapa kebudayaan merupakan cerita tentang perubahan-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
perubahan: riwayat manusia yang selalu member wujud baru kepada polapola kebudayaan yang sudah ada (Peursen, 1983). Dalam hakekat hidup ada kecendrungan yang kuat sangat untuk menekankan pada nilai keakhlakan atau spiritualisme semata-mata (Soekanto, 1983). Orang Jawa itu tidak dapat melepaskan diri dari lilitan tradisinya, masyarakat Jawa menempatkan individu yang sekunder saja, sedangkan masyarakat itu sendiri berperan primer, sedemikian rupa sehingga aksi-aksi yang dipandang akan mengganggu keselarasan umum tak seharusnya dilakukan (Sutrisno, 1985). 6. Sikap dan Perilaku Masyarakat a. Pengertian Sikap dan Perilaku Attitude dapat kita terjemahkan dengan sikap terhadap obyek tertentu, yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan. Tetapi sikap tersebut disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikapnya terhadap obyek tadi itu. Jadi sikap itu tepat diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan bereaksi terhadap suatu hal. Sikap senantiasa terarahkan terhadap suatu hal, suatu obyek. Tidak ada sikap tanpa ada obyeknya (Gerungan, 1999). Sears et all (1997) mendefinisikan bahwa sikap merupakan suatu mental dan neural status dari kesiapsiagaan, yang diorganisir melalui pengalaman, menggunakan suatu arahan atau pengaruh dinamis atas setiap tanggapan kepada semua obyek dan situasi yang terkait. Hal serupa juga diungkapkan G. W. Allport (1935) dalam Taylor (1997), yang juga mendefinisikan bahwa sikap adalah suatu mental dan status kesiapsiagaan, yang diorganisir melalui pengalaman, menggunakan suatu pengaruh yang dinamik ketika individu menjawab semua obyek dan situasi yang terkait. Mar’at (1984) menyatakan sikap merupakan produk dari proses sosialisasi di mana seseorang bereaksi sesuai dengan rangsang yang diterimanya. Jika sikap mengarah pada obyek tertentu, berarti bahwa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
penyesuaian diri terhadap obyek tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan kesediaan untuk berekasi dari orang tersebut terhadap obyek. Seperti halnya dengan Myers (1992) yang menyebutkan bahwa sikap sebagai bentuk evaluasi yakni sikap merupakan pengorganisasian terakhir secara relatif dari kepercayaan dimana terdapat kecenderungan untuk merespons benda-benda dalam keadaan yang nyata. Sikap tidak pernah
dilihat
secara
langsung.
Seseorang
harus
mengambil
kesimpulan keberadaan sikap dari apa yang dilakukan orang lain. Sedangkan Van Den Ban dan Hawkins (1999) mendefinisikan sikap sebagai perasaan, pikiran dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersikap permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya. Lebih mudahnya, sikap adalah kecondongan evaluatif terhadap suatu obyek atau subyek yang memiliki konsekuensi yakni bagaimana seseorang berhadap-hadapan dengan obyek sikap. Soedjito dalam Mardikanto (1993) mengatakan bahwa sikap sebenarnya merupakan fungsi dari kepentingan, artinya sikap seseorang sangat ditentukan oleh kepentingan-kepentingan yang dirasakan. Semakin ia memiliki kepentingan, atau semakin banyak kepentingan yang dirasakan, maka sikapnya semakin baik dan sebaliknya
semakin
merasa
tak
memiliki
kepentingan
atau
kepentingannya tidak dipenuhi maka sikapnya semakin buruk. Manifestasi sikap tidak bisa langsung dilihat akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang masih tertutup. Secara operasional pengertian sikap menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap kategori stimulus tertentu dan penggunaan praktis, sikap sering kali dihadapkan dengan rangsangan sosial dan reaksi yang bersifat emosional (Mar’at, 1984). Perilaku (behavior) dalam Psikologi dipandang sebagai reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. Pada manusia khususnya dan pada semua makhluk umumnya, memang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif yang disadari oleh kodrat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
mempertahankan kehidupan. Sikap selalu dikaitkan dengan perilaku yang berada dalam kenormalan dan merupakan respon atau reaksi terhadap rangsangan lingkungan sosial. Salah satu karakteristik perilaku manusia adalah sifat diferensialnya. Artinya, suatu stimulus yang sama belum tentu akan menimbulkan bentuk reaksi yang sama dari individu. Sebaliknya, suatu reaksi yang sama juga belum tentu timbul akibat adanya stimulus yang serupa (Azwar, 1991). Skinner dalam Walgito (2003) membedakan perilaku menjadi perilaku yang alami (innate behavior) dan perilaku operan (operant behavior). Perilaku alami yaitu perilaku yang dibawa sejak organisme dilahirkan, yakni yang berupa refleks-refleks dan insting-insting, sedangkan perilaku operan yaitu perilaku yang dibentuk melalui proses belajar. Perilaku yang reflektif merupakan perilaku yang terjadi sebagai reaksi secara spontan terhadap stimulus yang mengenai organisme yang bersangkutan. Pada manusia perilaku psikologis atau operan inilah yang dominan, sebagian besar perilaku manusia merupakan perilaku yang dibentuk, diperoleh, dipelajari melalui peroses belajar. b. Pembentuk Sikap dan Perilaku Komponen sikap ada tiga yaitu, komponen kognisi yang hubungannya dengan belief, ide dan konsep. Komponen afektif yang menyangkut kehidupan emosional seseorang. Komponen konasi yang merupakan kecenderungan bertingkah laku (Mar’at, 1984). Begitu juga dengan Ahmadi (1999) yang menyatakan bahwa sikap mempunyai tiga aspek. Antara lain aspek kognitif dimana aspek tersebut berhubungan dengan gejala mengenal fikiran, aspek afektif yang berwujud proses yang menyangkut perasaan-perasaan tertentu, dan aspek konatif yang berwujud proses tendensi atau kecenderungan untuk berbuat sesuatu objek. Tiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga komponen sikap yang melekat pada diri seseorang. Antara lain komponen kognitif, komponen afektif dan komponen konatif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
Demikian halnya Wortman (2004) yang mengemukakan bahwa sikap mempunyai tiga komponen, antara lain komponen kognisi yaitu apa yang kita percaya atau kita pikirkan, komponen emosional tentang bagaimana kita merasakan, dan komponen tingkah laku tentang bagaimana kita bertindak. Sikap merupakan suatu kemampuan internal yang berperanan sekali dalam mengambil tindakan (action), belajar sikap berarti memperoleh kecenderungan untuk menerima atau menolak suatu obyek, berdasarkan penilaian terhadap obyek itu sebagai hal yang berguna/berharga (sikap positif) atau tidak berharga/berguna (sikap negatif). Sikap merupakan sesuatu yang bersifat agak kompleks, yang mengandung komponen-komponen atau aspek-aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspekkonatif (Winkel, 1991). Sikap merupakan faktor yang menentukan perilaku, karena sikap itu berhubungan dengan persepsi, kepribadian, belajar, dan motivasi. Sikap (attitude) adalah kesiap-siagaan mental, yang diorganisasi melalui pengalaman, yang mempunyai pengaruh tertentu kepada tanggapan seseorang terhadap orang, obyek, dan situasi yang berhubungan dengannya (Gibson et all, 1994). Menurut Azwar (1991), sikap sosial tertentu dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Dalam interkasi sosial, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai obyek psikologis
yang
dihadapinya.
Diantara
berbagai
faktor
yang
mempengaruhi pembentukan sikap adalalah pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan atau lembaga agama. Walgito (2003) memaparkan bahwa sikap tidak dibawa sejak dilahirkan, tetapi dibentuk sepanjang perkembangan individu yang bersangkutan. Sikap yang ada dalam diri seseorang akan dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu faktor fisiologis dan psikologis, serta faktor eksternal. Faktor eksternal dapat berujud situasi yang dihadapi oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
individu (pengalaman), norma-norma yang ada dalam masyarakat, hambatan-hambatan dan pendorong-pendorong yang ada dalam masyarakat. Semua ini akan berpengaruh pada sikap yang ada dalam diri seseorang. Sikap dipandang sebagai seperangkat reaksi-reaksi afektif terhadap obyek tersebut berdasarkan hasil penalaran, pemahaman, dan penghayatan
individu.
Sikap
dipengaruhi
oleh
faktor-faktor
pengalaman, proses belajar, cakrawala dan pengetahuannya. Manusia mengamati suatu obyek psikologik dari kacamatanya sendiri yang diwarnai oleh nilai dari kepribadiannya. Sedangkan obyek psikologik ini dapat berupa kejadian, ide atau situasi tertentu. Faktor pengalaman, proses belajar dan sosialisasi memberikan bentuk dan struktur terhadapapa yang dilihat. Sedangkan pengetahuan dan cakrawala memberikan arti terhadap objek psikologi tersebut. Berdasarkan nilai dan norma yang dimiliki pribadi seseorang akan terjadi keyakinan (belief) terhadap obyek tersebut (Mar’at, 1984). Ahmadi (1999) mengemukakan bahwa sikap timbul karena adanya stimulus. Terbentuknya suatu sikap itu banyak dipengaruhi perangsang oleh lingkungan sosial dan kebudayaan. Misalnya keluarga, norma, golongan agama, dan adat istiadat. Kemudian terdapat tiga hal penting dalam pembentukan sikap dalam masa adolesen. Antara lain media massa, kelompok sebaya, dan kelompok yang meliputi lembaga sekolah, lembaga keagaaman, organisasi kerja, dan sebagainya. Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sikap terbentuk karena adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap terdiri dari: 1) Pengalaman pribadi Pengalaman kita sendiri menunjukkan bahwa mereka yang merasa bisa memahami orang lain dengan baik itu sebenarnya tidak mengerti apa-apa, baik orang lain maupun dirinya sendiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
Seringkali ada hubungan ironis antara pendapat dan tabiatnya sendiri. Seringkali terjadi bahwa apa yang diyakininya benar tentang diri orang lain biasanya juga benar tentang dirinya sendiri. Cara kita mempersepsi situasi sekarang tidak bisa terlepas dari adanya pengalaman sensoris terdahulu. Kalau pengalaman terdahulu itu sering muncul, maka reaksi kita lalu menjadi salah satu kebiasaan. Karena kebanyakan aktivitas kita sehari-hari bergantung pada pengalaman yang terdahulu, kita mereaksi kepada isyarat dan lambang daripada kepada keseluruhan stimulus aslinya. Jadi dalam kebanyakan situasi, persepsi itu pada umumnya merupakan proses informasi yang didasarkan atas pengalamanpengalaman masa lampau (Mahmud, 1990). Apa yang kita alami akan membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap pengalaman pribadi harus melalui kesan yang kuat (Azwar, 1991). Pengalaman menunjukkan bahwa interaksi yang terjadi cenderung mengakibatkan dan menghasilkan adanya penyesuaian diri yang timbal balik serta penyesuaian kecakapan (skill) dengan situasi yang baru (Susanto, 1974). Selain itu pengalaman juga dapat membentuk sikap sebagai proses semakin meningkatnya pengetahuan yang dimiliki petani. 2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang dapat mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting bagi kita, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tindak dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi kita, akan banyak mempenagruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Diantara orang yang biasa dianggap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
penting bagi kita adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman dekat, guru, istri atau suami. Pada umumnya individu bersikap kompromis atau searah dengan seseorang yang dianggap penting (Azwar, 1991). Sebagaimana kita ketahui bahwa lingkungan masyarakat yang tradisional masih tertanam
penghormatan yang besar
terhadap pemimpin masyarakat. Sesungguhnya demi untuk suksesnya pembangunan dan tercapainya kemakmuran dalam masyarakat
sendiri,
maka sikap
hidup
tradisional itu perlu
diubah dan disesuaikan dengan cara yang tepat. Disinilah pentingnya peranan daripada faktor kepemimpinan perluasan
komunikasi
massa,
penyuluhan,
dan
sebagai pendidikan
masyarakat (Kamaluddin, 1998). Kebanyakan keputusan tentang pertanian masih dibuat petani secara perorangan. Akan tetapi, ia membuat keputusankeputusan tersebut dalam rangka memenuhi hasrat untuk memberikan sesuatu yang lebih baik bagi keluarganya. Oleh karena itu, mereka tergantung kepada hasil yang didapat dari usahatani. Anggota-anggota keluarganya mungkin memberikan tekanan kepada petani dalam mengambil keputusan. Di pihak lain hasrat petani untuk memberikan kehidupan yang lebih baik bagi keluarganya meruapkan dorongan yang efektif dalam banyak hal untuk meningkatkan produktivitas usahatani. Keputusan-keputusan yang diambil oleh petani juga dapat dipengaruhi oleh sikap dan perilaku serta hubungan-hubungan dalam masyarakat setempat di mana mereka hidup. Bagi petani, masyarakat di sekitarnya mempunyai arti yang penting (Soetriono et all, 2006). 3) Pengaruh kebudayaan Kebudayaan
dewasa
ini
dipengaruhi
oleh
suatu
perkembangan yang pesat, dan manusia modern sadar akan hal ini. Lebih dari dulu manusia dewasa ini sadar akan kebudayaannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
Kesadaran ini merupakan suatu kepekaan yang mendorong manusia agar dia secara kritis menilai kebudayaan yang sedang berlangsung. Menurut Peursen (1988) terdapat tiga tahap dalam kebudayaan kita. Antara lain tahap mitis dimana sikap manusia yang merasakan dirinya terkepung oleh kekuatan-kekuatan gaib sekitarnya, tahap ontologis dimana sikap manusia yang tidak hidup lagi dalam kepungan kekuasaan mitis, melainkan secara bebas ingin meneliti segala hal ikhwal, kemudian tahap fungsionil yaitu sikap dan alam pikiran yang makin nampak dalam manusia modern. Kebudayaan adalah cara berfikir, cara merasa, cara meyakini dan menganggap. Kebudayaan adalah pengetahuan yang dimiliki warga kelompok yang diakumulasi (dalam memory manusia, dalam buku dan obyek-obyek) untuk digunakan di masa depan. Suatu kebudayaan diperoleh melalui proses belajar oleh individu-individu
sebagai
hasil
interaksi
anggota-anggota
kelompok satu sama lain, sehingga kebudayaan juga bersifat dimiliki bersama (Suparlan, 1984). Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap. Tanpa disadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya karena kebudayaan pulalah yang yang memberikan corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya (Azwar, 1991). Kebudayaan (culture) berarti keseluruhan dari hasil manusia hidup bermasyarakat berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat kebiasaan, dan lain-lain kepandaian (Shadily,1999).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
Dalam Mardikanto (1996) kebudayaan, diartikan sebagai pola perilaku yang dipelajari oleh setiap warga masyarakat (baik oleh setiap individu maupun oleh kelompok-kelompok sosial yang ada) dan diteruskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Kebudayaan tidak hanya mencakup kepercayaan, kebiasaan dan moral, tetapi juga sikap, perbuatan, pikiran-pikiran yang dimiliki masyarakat yang bersangkutan. Sebagai pola perilaku sudah sewajarnya jika kebudayaan akan merupakan suatu kekuatan yang mempengaruhi efektifitas inovasi yang direncanakan untuk mengubah perilaku petani. 4) Media massa Shannon dalam Saleh (2004) menyatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang membuat pengetahuan kita berubah, yang secara logis mensahkan perubahan, memperkuat atau menemukan hubungan yang ada pada pengetahuan yang kita miliki. Seperti Yusup (1995) yang mengungkapkan bahwa fungsi informasi bisa berkembang sesuai dengan bidang garapan yang disentuhnya. Namun, setidaknya yang utama adalah sebagai data dan fakta yang dapat membuktikan adanya suatu kebenaran, sebagai penjelas halhal yang sebelumnya masih meragukan, sebagai prediksi untuk peristiwa-peristiwa yang mungkin akan terjadi pada masa yang akan datang. Nyatanya, informasi itu banyak fungsinya. Tidak terbatas pada salah satu bidang atau aspek saja, melainkan menyeluruh, hanya bobot dan manfaatnya yang berbeda karena disesuaikan dengan kondisi yang membutuhkannya. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabat, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang (Azwar, 1991). Media massa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
merupakan salah satu faktor yang terdapat diluar pribadi manusia. Faktor ini berupa interaksi sosial diluar kelompok. Misalnya interaksi antara manusia dengan hasil kebudayaan manusia yang sampai padanya melalui alat-alat komunikasi seperti surat kabar, radio, televisi, majalah dan lain sebagainya (Ahmadi, 1999). Media massa mempunyai pengaruh dalam membentuk suatu wacana publik. Walaupun pengaruh media massa tidaklah sebesar pengaruh interaksi individual secara langsung, namun dalam proses pembentukan dan perubahan sikap, peranan media massa tidak kecil artinya. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Hal ini seringkali berpengaruh terhadap sikap pembaca atau pendengarnya, sehingga dengan hanya menerima berita-berita yang sudah dimasuki unsur-unsur subyektif itu, terbentuklah sikap (Sastraatmadja, 1993). 5) Lembaga Pendidikan Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduannya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu (Azwar, 1991). Tujuan pendidikan adalah untuk menawarkan pengalaman yang akan mengubah sesorang ke arah yang lebih baik. Hal tersebut dicontohkan dengan adanya kesopanan siswa, atau mungkin digambarkan sebagai bentuk kesuksesan seseorang dalam masyarakat tertentu (Krasner dan Ullman, 1973). Seperti diketahui, lembaga pendidikan sifatnya bermacammacam diantaranya bersifat formal, informal dan non formal. Pendidikan formal, dapat dilihat dari pendidikan yang pernah dialami (dalam hal ini petani) melalui sekolah-sekolah, dari jenjang tertinggi dari suatu tingkatan pendidikan formal yang tersedia (Mardikanto, 1993).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
Pendidikan non formal diartikan sebagai penyelenggaraan pendidikan yang terorganisir yang berada diluar system pendidikan sekolah, isi pendidikan terprogram, proses pendidikan yang berlangsung berada dalam situasi interaksi belajar mengajar yang terkontrol (Mardikanto dan Sutarni, 1982). Begitu juga Azwar (1995) yang
mengemukakan bahwa pendidikan non formal
merupakan pendidikan yang didapat diluar bangku sekolah. Penyuluh pertanian dan pelatihan merupakan pendidikan non formal. Menurut Suhardiyono (1992), pendidikan non formal adalah pengajaran sistematis yang diorganisir dari luar sistem pendidikan formal bagi sekelompok orang yang memenuhi keperluan khusus. Salah satu contohnya adalah penyuluhan pertanian.
Demikian
halnya
dengan
Azwar
(1995)
yang
menyatakan bahwa penyuluhan pertanian merupakan sistem pendidikan non formal yang tidak sekedar memberikan penerangan atau menjelaskan tetapi berupaya untuk mengubah perilaku sasarannya agar memiliki pengetahuan pertanian dan berusahatani yang luas, memiliki sikap progresif untuk melakukan perubahan dan inovatif terhadap inovasi sesuatu (informasi) baru, serta terampil melaksanakan kegiatan. B. Kerangka Pemikiran Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Interaksi sosial mengandung arti lebih daripada sekedar adanya kontak sosial. Dalam interaksinya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap obyek psikologis yang dihadapi. Sebagai salah satu obyek dari Program pengembangan kawasan agropolitan ini, masyarakat akan memberikan respon evaluatif artinya memberikan akan memberikan reaksi sebagai sikap yang timbul karena proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan sebagai potensi reaksi sikap terhadap obyek sikap. Sikap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
merupakan keyakinan individu yang menentukan perbuatan nyata dan perbuatan-perbuatan yang mungkin terjadi. Pembangunan kawasan pedesaan tidak bisa dipungkiri merupakan hal yang mutlak dibutuhkan. Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kabupaten Karanganyar diprioritaskan membangun kekuatan wilayah pedesaan yang memiliki potensi pertanian, tetapi belum termanfaatkan secara optimal. Bentuk dari kegiatan ini adalah pembangunan fisik untuk kelancaran kegiatan produksi dan transportasi hasil pertanian berupa pembangunan saluran air dan jalan usahatani. Dalam rangka pengembangan kawasan agropolitan, sikap masyarakat didefinisikan sebagai kecenderungan untuk memberikan respon terhadap pengembangan
kawasan
agropolitan.
Sikap
masyarakat
terhadap
pengembangan kawasan agropolitan diukur dengan tiga paramater yaitu tujuan, pelaksanaan, hasil. Pengetahuan masyarakat terhadap pengembangan kawasan agropolitan meliputi tujuan, pelaksanaan dan hasil. Sikap masyarakat tersebut merupakan ungkapan dari masing-masing responden mengenai kepuasan pada program pengembangan kawasan agropolitan. Hasil akhir dari pemikiran responden dalam merespon pengembangan kawasan agropolitan adalah petani akan bersikap sangat baik, baik, cukup, buruk, dan sangat buruk. Sedangkan untuk variabel yang berhubungan dengan
sikap
masyarakat terhadap program pengembangan kawasan agropolitan meliputi pengalaman pribadi, orang lain yang dianggap penting, media massa dan pendidikan non formal, media massa, dan pengaruh kebudayaan, secara sistematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
AGROPOLITAN Sangat Baik Faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap: 1. Pengruh pengalaman C.pribadi 2. pengaruh orang D.lain yang dianggap penting 3. E.pengaruh pendidikan non formal 4. pengaruh media massa 5. pengaruh kebudayaan
Baik Sikap masyarakat terhadap program pengembangan agropolitan : 1. Tujuan Program 2. Pelaksanaan Program 3. Hasil Program
Cukup
Buruk
Sangat Buruk
Gambar 1. Kerangka berfikir mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap masyarakat terhadap program pengembangan kawasan Agropolitan Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar. C. Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas maka hipotesis sebagai berikut: Di duga ada hubungan yang signifikan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap (pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pendidikan non formal, media massa, pengaruh kebudayaan) dengan sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program pengembangan
kawasan
Agropolitan
Suthomadansih
di
Kabupaten
Karanganyar. D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variable 1. Definisi Operasional Faktor yang berhubungan dengan sikap yaitu faktor personal yang ada dalam diri individu yang turut mempengaruhi pola perilaku petani sehingga dapat membentuk sikap terhadap pengembangan kawasan agropolitan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
a. Pengaruh pengalaman pribadi adalah pengalaman responden yang berkaitan dengan kegiatan pengembangan kawasan agropolitan. b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting merupakan saran, ajakan, bujukan atau bahkan perintah dari orang-orang yang dianggap penting (keluarga, kerabat, kelompok profesi, aparat desa dan tokoh informal lainnya) yang berkaitan dengan kegiatan pengembangan kawasan agropolitan. c. Pengaruh kebudayaan merupakan adat istiadat atau kebiasaan yang sering dilakukan masyarakat setempat yang berkaitan dengan kegiatan pengembangan kawasan agropolitan. d. Pegaruh media massa merupakan media yang dipergunakan untuk memberikan informasi terkait dengan pengembangan kawasan agropolitan baik yang berupa media cetak maupun elektronik. e. Pengaruh lembaga pendidikan merupakan lembaga pendidikan baik secara formal maupun non formal yang pernah di peroleh responden. Pendidikan non formal berada diluar pendidikan formal (kursus, pelatihan maupun penyuluhan) di bidang pertanian, kewirausahaan dan pariwisata. Sikap adalah kecenderungan petani untuk memberikan respon atau evaluasi yang meliputi perasaan, pikiran dan kecenderungan untuk bertindak dengan adanya pengembangan kawasan agropolitan khususnya untuk masyarakat sekitar Candi Sukuh yang dilihat komponen kognitif, afektif dan konasi. Sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh selanjutnya diukur dengan memberikan rangsangan beberapa pertanyaan positif dan negatif yang disusun dan dikembangakan dari 4 indikator yaitu tujuan program, pelaksanaan program dan hasil program. a. Sikap terhadap tujuan program, merupakan sikap masyarakat responden
terhadap
tujuan
program
pengembangan
kawasan
agropolitan yang meliputi peningkatan pengetahuan dan peningkatan keterampilan masyarakat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
b. Sikap terhadap pelaksanaan program, merupakan sikap masyarakat terhadap pelaksanaan baik yang menyangkut keikutsertaan petugas maupun
masyarakat
dalam
kegiatan
pengembangan
kawasan
agropolitan di sekitar Candi Sukuh. c. Sikap terhadap hasil program, merupakan sikap masyarakat terhadap hasil dari kegiatan atau program pengembangan kawasan agropolitan terutama di kawasan pariwisata. 2. Pengukuran Variabel Berdasarkan definisi operasional, Pengukuran variabel dapat dilihat sebagai berikut: a. Variabel Faktor yang berhubungan dengan sikap Variabel
Indikator
Kriteria
1) Pengaruh pengalaman pribadi
Lama responden menjadi bagian dari pengembangan kawasan agropolitan
-
> 4 th 3 - 4 th < 1 - 2 th
3 2 1
Bentuk kunjungan ke daerah pengembangan agropolitan yang lain berupa a. fieldtrip c. magang b. diskusi, d. Kerjasama Frekuensi mengunjungi daerah pengembangan agropolitan lain Tokoh panutan yang memberikan masukan atau pengaruh terkait dengan pengembangan kawasan agropolitan, berkompeten dalam bidang a. pertanian c. perdagangan b. sosial budaya d. Agama
-
> 3 macam 1 - 2 macam Tidak pernah
3 2 1
-
3 2 1 3
-
> 3 kali 1 - 2 kali Tidak pernah > 3 tokoh panutan 1 - 2 tokoh panutan Tidak ada
Frekuensi tokoh panutan memberikan masukan mengenai pengembangan agropolitan Nilai-nilai adat yang masih diyakini oleh masyarakat
-
> 3x sebulan 1 - 2x sebulan Tidak pernah
3 2 1
-
> 3 nilai adat yang dipatuhi 1 - 2 nilai adat yang dipatuhi Tidak ada yang dipatuhi Patuh Kadang-kadang Tidak patuh
3
2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
3) Pengaruh Kebudayaan
-
Kepatuhan terhadap nilai-nilai adat yang diyakini
commit to user
-
Skor
2 1
2 1 3 2 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
4) Pegaruh Media massa
5) Pendidikan non formal
-
Media yang dipergunakan untuk menerima informasi mengenai agropolitan a. koran b. majalah c. TV d. radio Frekuensi mengakses informasi dari media massa Pernah mengikuti pelatihan atau kursus a. seminar b. demonstrasi c. loka karya d. karyawisata Frekuensi mengikuti pelatihan
3 2
-
> 3 media massa 1 - 2 dari media massa Tidak ada
-
> 4 kali/MT 1 - 3 kali/MT Tidak pernah Pernah Kadang-kadang Tidak pernah
3 2 1 3 2 1
-
> 3 kali/tahun 1 - 2 kali/tahun Tidak pernah
3 2 1
1
b. Sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program pengembangan kawasan agropolitan Pengukuran
variabel
sikap
masyarakat
terhadap
pengembangan kawasan agropolitan, diukur dengan menggunakan pernyataan-pernyataan positif dan negatif. Responden kemudian diminta untuk memberikan respon berupa sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, sangat tidak setuju terhadap pertanyaan yang diajukan kepada mereka. Alternatif jawaban berskala likert. Untuk itu dibedakan menjadi dua macam pernyataan, yaitu pernyataan positif yang berupa pernyataan yang setuju dan mendukung terhadap adanya program pengembangan kawasan Agropolitan
dan pernyataan
negatif yang berupa pernyataan yang tidak setuju dengan adanya program
pengembangan
kawasan
Agropolitan.
Selanjutnya
responden diminta memberikan jawaban atau respon terhadap pernyataan-pernyataan yang diajukan kepada mereka. a) Pernyataan positif 1) Sangat Setuju (SS)
: skor 5
2) Setuju (S)
: skor 4
3) Tidak tahu/Ragu-ragu (TT)
commit to user
: skor 3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
4) Tidak Setuju (TS)
: skor 2
5) Sangat Tidak Setuju
: skor 1
b) Pernyataan negatif 1) Sangat Setuju (SS)
: skor 1
2) Setuju (S)
: skor 2
3) Tidak tahu/Ragu-ragu (TT)
: skor 3
4) Tidak Setuju (TS)
: skor 4
5) Sangat Tidak Setuju
: skor 5
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan format deskriptif bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi obyek penelitian berdasarkan apa yang terjadi. Kemudian mengangkat ke permukaan karakter atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun variabel tersebut (Bungin, 2006). Menurut Nawawi dan Mimi Martini (1996), metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Metode deskriptif memusatkan perhatiannya pada penemuan fakta-fakta sebagaimana keadaan sebenarnya. Teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik survei. Teknik survei adalah penelitian yang dilaksanakan dengan mengambil sampel dari satu populasi dengan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul
data
dan
menjelaskan
hubungan
kausal
antar
variabel
(Singarimbun dan Effendi, 2006). Sedangkan menurut Fathoni (2006), survei untuk mengadakan pemeriksaan dan melakukan pengukuran-pengukuran terhadap gejala empirik yang diperiksa. B. Pemilihan Lokasi Penelitian Lokasi yang dipilih adalah Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar. Pemilihan kecamatan ini dengan dasar pertimbangan bahwa Kecamatan
Ngargoyoso
merupakan
salah
satu
kawasan
agropolitan
Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar. Terdapat beberapa desa di Kecamatan Ngargoyoso telah menjadi bagian dari program agropolitan. Diantara beberapa desa tersebut terdapat satu desa yang memiliki potensi unggul dalam program agropolitan yaitu Desa Berjo.
commit to user 34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
Tabel 1 Nama Desa di Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar No
Desa
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jumlah Dusun
Puntukerjo Berjo Girimulyo Segoro gunung Kemuning Nglegok Dukuh Jatirejo Ngargoyoso Jumlah
7 6 7 4 5 7 4 4 6 50
Banyak Penduduk 3950 5808 4008 1789 6608 4311 2498 2125 4496 8860
Sumber : Data Primer Lokasi penelitian dipilih di kawasan agropolitan Suthomadansih (Sukuh, Cetho, Tawangmangu, Karangpandan, Matesih) di Kabupaten Karanganyar tepatnya di Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso (seperti yang tertera pada Tabel 1) dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan daerah sekitar Candi Sukuh yang merupakan kawasan pengembangan agropolitan. Selain itu Desa Berjo juga merupakan satu-satunya Desa yang telah berperan aktif dalam program pengembangan kawasan agropolitan. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di Desa Berjo yang berpartisipasi maupun yang tidak berperan langsung dalam program pengembangan kawasan Agropolitan Suthomadansih. Alasan pemilihan desa tersebut dikarenakan di Desa Berjo memiliki potensi paling unggul dalam pengembangan program agropolitan, baik dalam produksi tanaman sayuran dan hortikultura, maupun pengadaan alat pertanian dibandingkan desa – desa yang lain. 2. Sampel Metode penarikan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Proportional sampling yaitu pengambilan sampel yang ditetapkan secara sengaja oleh peneliti (Faisal, 2003). Selain itu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
dengam menetapkan jumlah tergantung besar kecilnya sub populasi atau kelompok yang akan diwakilinya (Mardikanto, 2006). Sampel dalam peneltian ini meliputi tiga dusun yang berada di sekitar Candi Sukuh, antara lain Dusun Tagung, Dusun Pabongan, dan Dusun Gemah. Penentuan jumlah sampel responden untuk masing-masing kecamatan ditentukan dengan rumus : nk n N
ni =
ni : Jumlah sampel dari masing-masing dusun nk : Jumlah masyarakat dari masing-masing dusun sebagai responden N
: Jumlah populasi atau jumlah masyarakat seluruh kecamatan
n : Jumlah responden yang diambil sebanyak 40 masyarakat Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini sesuai dengan rumus diatas adalah : Tabel 2 Nama Dusun di Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso No 1 2 3
Dusun
Jumlah Sampel 13 15 12 40
Tagung Gemah Pabongan Jumlah
Sebagaimana tersaji pada Tabel 2 jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 40 petani dari 3 Dusun yang termasuk dalam Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso. D. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pokok dan data pendukung. Data pokok atau data primer bersumber dari subyek, informan dan arsip atau dokumen. Data pendukung atau data sekunder diperoleh dari monografi Kawasan Suthomadansih yaitu mengenai keadaan alam, keadaan penduduk dan keadaan pertanian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
Tabel 3 Jenis dan Sumber Data yang Digunakan dalam Penelitian Data Yang Diperlukan Sifat Data Sumber Data Pr Sk Kn Kl Data Pokok A. Identitas Responden Petani/responden √ √ 1. Umur Responden Petani/responden √ √ 2. Pendidikan Formal Responden B. Faktor yang mempengaruhi Sikap : 1. Pengalaman pribadi 2. Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting 3. Pendidikan Non formal 4. Media Massa 5. Pengaruh Kebudayaan C. Program Pengembangan kawasan Agropolitan : 1. Tujuan Program 2. Pelaksanaan Program 3. Hasil Program Data Pendukung 1. Keadaan alam 2. Keadaan penduduk 4. Keadaan Pertanian Keterangan : Pr Kn
√ √
-
√ √
√
Petani/responden Petani/responden
√ √ √
-
-
√ √ √
Petani/responden Petani/responden Petani/responden
√ √ √
-
-
-
√ √ √
√ √ √
: Pimer : Kuantitatif
Sk Kl
√ √ √
Petani/responden Petani/responden Petani/responden
Kantor Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar : Sekunder : Kualitatif √ √ √
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, content analysis (mencatat dokumen dan arsip) dan observasi. a. Observasi Teknik observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap obyek yang akan diteliti sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai obyek yang akan diteliti. Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, dan benda.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
b. Wawancara Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi. Dalam proses ini, hasil wawancara dilakukan oleh beberapa faktor yang berinteraksi dan mempengaruhi arus informasi (Singarimbun, 2006). wawancara
dilakukan
dengan
pihak-pihak
yang
terlibat
dalam
pengembangan kawasan Agropolitan di Kabupaten Karanganyar. c. Content Analysis atau Mencatat Data Teknik yang dilakukan untuk memperoleh data baik dari responden maupun dari instansi yang terkait dengan penelitian maupun dokumendokumen. Teknik pencatatan ini digunakan untuk mengumpulkan data sekunder yang diperlukan dalam penelitian. F. Teknik Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdapat beberapa langkah. Untuk menentukan tingkat faktor yang berhubungan dengan sikap masyarakat yang meliputi pengalaman pribadi, orang lain yang dianggap penting, pendidikan non formal, pengaruh media massa serta pengaruh kebudayaan dan program pengembangan kawasan agropolitan dilakukan dengan menjumlahkan skor-skor antar sub variabel. Kemudian hasil dari penjumlahan antar sub tersebut diketahui dengan menggunakan skala Likert. Menurut Mueller (1986), Mengukur sikap seseorang adalah mencoba untuk menempatkan posisinya pada suatu kontinum afektif berkisar dari sangat positif hingga sangat negatif terhadap suatu obyek sikap. Dalam penskalaan Likert kuantifikasi dilakukan dengan mencatat penguatan respon dan untuk pernyataan kepercayaan positif dan negatif tentang obyek sikap. Dalam analisis faktor yang berhubungan dengan sikap, dikategorikan dalam tiga kelompok atau tingkatan yaitu: tinggi, sedang, dan rendah. Sedangkan untuk menganalisis sikap masyarakat terhadap program pengembangan agropolitan dikategorikan dalam lima kelompok atau tingkatan yaitu: sangat baik, baik, cukup, buruk, dan sangat buruk. Untuk mengukur kategori tersebut digunakan rumus interval sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
Lebar Interval =
∑ Skor Tertinggi − ∑ Skor Terendah ∑ Kelas
Untuk mengetahui tingkat signifikansi hubungan antara faktor yang mempengaruhi sikap masyarakat yang meliputi pengalaman pribadi, orang lain yang dianggap penting, pendidikan non formal, pengaruh media massa serta pengaruh kebudayaan dengan program pengembangan kawasan agropolitan digunakan uji korelasi jenjang spearman (rank spearman) dengan menggunakan rumus sebagai berikut: N
rs = 1 −
6∑ di 2 i =1
N3 − N
dimana: rs = koefisien korelasi rank spearman di = beda rangking N = jumlah sampel Sedangkan untuk menguji tingkat signifikansi rs digunakan uji t karena sample yang diambil lebih dari 10 (N>10) dengan taraf signifikansi 95% dengan rumus :
t = rs
N −2 1 − rs 2
(Siegel, 1994) Kriteria pengambilan keputusan: 1. jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak berarti terdapat hubungan yang signifikan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap dengan sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program pengembangan kawasan agropolitan. 2. jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap dengan sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program pengembangan kawasan agropolitan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Alam 1. Lokasi Daerah Penelitian Secara administratif, Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu dari 35 kabupaten/kotamadya di Propinsi Jawa Tengah. Sedangkan secara geografis, Kabupaten Karanganyar terletak diantara 70 28’ sampai dengan 70 46’ Lintang selatan, dan 1100 40’ sampai 1100 70’ Bujur Timur dengan ketinggihan berkisar antara 80-2.000 meter di atas permukaan air laut serta beriklim tropis dengan temperatur 220-310C. Wilayah Kabupaten Karanganyar dibatasi oleh : Sebelah Utara
: Kabupaten Sragen
Sebelah Selatan
: Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Wonogiri
Sebelah Barat
: Kabupaten Boyolali dan Kota Surakarta
Sebelah Timur
: Propinsi Jawa Timur
Wilayah Kabupaten Karanganyar membentang dari barat ke timur. Secara administratif luas wilayah Kabupaten Karanganyar adalah 77.378,6374 Ha, terdiri dari 17 Kecamatan dengan 162 Desa dan 15 Kelurahan. Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Karanganyar adalah Ngargoyoso, Karanganyar, Tasikmadu, Jaten, Colomadu, Gondangrejo, Kebakkramat, Jatipuro, Jatiyoso, Jumapolo, Jumantono, Mojogedang, Matesih, Tawangmangu, Karangpandan, Kerjo dan Jenawi. Kecamatan Paling
luas
adalah
Tawangmangu,
kecamatan
terluas
setelah
Tawangmangu adalah Kecamatan Jatiyoso kemudian disusul kecamatan Ngargoyoso. Sedangkan kecamatan yang wilayahnya paling kecil adalah Kecamatan Colomadu (Monografi Kabupaten Karanganyar). Kabupaten Karanganyar merupakan wilayah timur dari Propinsi Jawa Tengah, tidak memiliki area pantai. Menarik untuk dikemukakan bahwa hampir tiap Kecamatan di Kabupaten Karanganyar memiliki berbagai objek lokasi tujuan wisata dan agrowisata. Seperti pada Kecamatan Ngargoyoso terdapat wisata budaya Candi Sukuh, wisata alam
commit to user 40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
berupa Air Terjun Parang Ijo, Air Terjun Jumog, Wisata Kebun Teh. Kecamatan Jenawi memiliki Candi Cetho. Kecamatan Tawangmangu memiliki air terjun Grojogan Sewu. Kecamatan Tasikmadu memiliki Pabrik Gula yang juga dijadikan tempat wisata yaitu agrowisata Sondokoro. Begitu juga di Kecamatan Colomadu yang juga memiliki Pabrik Gula. Kecamatan Matesih memiliki wisata ziarah astana Giri Bangun dan mata air Sapta Tirta. Segala bentuk wisata tersebut menjadi penunjang kegiatan ekonomi masyarakat Kabupaten Karanganyar. 2. Kondisi Kawasan Agropolitan Kawasan Agropolitan Suthomadansih telah disosialisasikan dan disepakati dengan nama Suthomadansih. Nama tersebut merupakan akronim dari nama obyek wisata dan Kecamatan di bagian timur Kabupaten Karanganyar dan merupakan Kawasan yang berada di lereng sebelah barat Gunung Lawu. Adapun akronim tersebut terdiri dari Su berasal dari suku kata Sukuh (Obyek wisata budaya berupa candi hindu yang berada di wilayah Kecamatan Ngargoyoso); Tho (Obyek wisata budaya berupa candi hindu yang berada di wilayah Kecamatan Jenawi); Ma (Kecamatan Tawangmangu dengan potensi produksi pertanian dan obyek wisata alam); Dan (Kecamatan karangpandan yang terletak pada simpul akses); Sih ( Kecamatan Matesih dengan potensi produksi pertanian
holtikultura
buah-buahan).
Dengan
demikian
Kawasan
Agropolitan Kabupaten Karanganyar meliputi 5 Kecamatan yakni kecamatan Ngargoyoso, Jenawi, Tawangmangu, Karangpandan dan Matesih. Batas administratif wilayah Kawasan Suthomadansih sebagai berikut : Sebelah Utara
: Kabupaten Sragen
Sebelah Selatan
: Kecamatan Karanganyar
Sebelah Barat
: Kecamatan Jumantono dan Jatiyoso
Sebelah Timur
: Propinsi Jawa Timur
Luas wilayah Kawasan agropolitan adalah 25.1840,941 Ha terdiri dari 5 Kecamatan dengan 48 Desa/Kelurahan. Kecamatan Paling luas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
adalah Tawangmangu, kecamatan terluas setelah Tawangmangu adalah Kecamatan Ngargoyoso. Sedangkan kecamatan yang wilayahnya paling kecil adalah Kecamatan Matesih (Monografi Kabupaten Karanganyar). Kecamatan Ngargoyoso merupakan salah satu kecamatan dari 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Karanganyar. Jarak dari ibukota kabupaten 20,5 km arah Timur Laut. Luas wilayah Kecamatan Ngargoyoso adalah 65,34 km2 dengan ketinggihan rata-rata 880 m diatas permukaan laut. Batas wilayah Kecamatan Ngargoyoso : Sebelah Utara
: Kecamatan Jenawi
Sebelah Selatan
: Kecamatan Karangpandan
Sebelah Barat
: Kecamatan Mojogedang
Sebelah Timur
: Kecamatan Tawangmangu
Luas wilayah Kecamatan Ngargoyoso adalah 6.553,942 Ha, yang terdiri dari luas tanah sawah 689,952 Ha dan luas tanah kering 5.843,990 Ha. Tanah sawah terdiri dari irigasi teknis 17,740 Ha, 1/2 teknis 199,951 Ha, sederhana 473,261 Ha dan tadah hujan 0,00 Ha. Sementara itu luas tanah untuk pekarangan/bangunan 836,037 Ha, luas untuk tegalan/kebun 1.272,248 Ha. Di Kecamatan Ngargoyoso terdapat hutan negara seluas 2.775,980 Ha dan
perkebunan seluas 784,680 Ha
(Monografi Kecamatan Ngargoyoso). B. Keadaan Penduduk 1. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rumah Tangga Jumlah Penduduk di Kecamatan Ngargoyoso berdasarkan registrasi tahun 2009 sebanyak 35.593 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 17.643 jiwa dan perempuan 17.950 jiwa. Dibandingkan tahun 2008, maka terdapat pertambahan penduduk sebanyak 242 jiwa atau mengalami pertumbuhan sebesar 0,68%. Desa dengan penduduk terbanyak adalah Desa Kemuning yaitu 6.608 jiwa (18,57%), kemudian Desa Berjo yaitu 5.808 jiwa (16,32%). Sedangkan Desa dengan jumlah penduduk paling sedikit adalah Desa Segorogunung, yaitu 1.789 jiwa (5,03%), kemudian Desa Jatirejo,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
yaitu 2.125 jiwa (5,97%) dan Desa Dukuh, yaitu 2.489 jiwa (7,02%). Jika dilihat dari banyaknya penduduk berdasar jenis kelamin dan rumah tangga di Kecamatan Ngargoyoso dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4 Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rumah Tangga di Kecamatan Ngargoyoso Tahun 2009 No
Desa
Penduduk
Rumah
Sex Ratio
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Tangga
1.
Puntukerjo
1.979
1.971
3.950
998
100,41
2.
Berjo
2.906
2.902
5.808
1.255
100,14
3.
Girimulyo
1.998
2.010
4.008
1.130
99,40
4.
Segoro gunung
900
889
1.789
507
101,24
5.
Kemuning
3.149
3.459
6.608
1.682
91,04
6.
Nglegok
2.132
2.179
4.311
1.232
97,84
7.
Dukuh
1.246
1.252
2.498
552
99,52
8.
Jatirejo
1.038
1.087
2.125
478
95,49
9.
Ngargoyoso
2.295
2.201
4.496
1.026
104,27
17.643
17.950
35.593
8.860
98,29
Jumlah
Sumber : Data Kecamatan Ngargoyoso Dalam Angka 2010 Dari tabel diatas menunjukkan bahwa di Desa Berjo memiliki jumlah penduduk laki-laki dan jumlah penduduk perempuan yang relatif sama. Untuk menghitung seks rasio dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Sex Ratio :
Jumlah PendudukLaki − laki X 100 Jumlah Penduduk Perempuan
Angka seks rasio untuk Desa Berjo sebesar 100,04 hal ini menunjukkan bahwa dalam 100 penduduk perempuan terdapat 100 penduduk laki-laki. Jadi tidak terdapat perbandingan yang mencolok antara penduduk perempuan dan laki-laki. Pertumbuhan penduduk Kecamatan Ngargoyoso pada tahun 2009 sebesar 0,68 %, dan naik sedikit bila dibandingkan dengan tahun 2008 yaitu 0,48%. Rumah tangga juga bertambah, pada tahun 2009 tercatat sebanyak 8.860 rumah tangga atau bertambah sebanyak 78 rumah tangga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
dari tahun 2008. Rata-rata banyaknya anggota rumah tangga pada tahun 2009 sebesar 4,02 jiwa/rumah tangga. Seiring dengan kenaikan penduduk, maka kepadatan penduduk juga mengalami kenaikan. Pada tahun 2009 kepadatan penduduk Kecamatan Ngargoyoso mencapai 545 jiwa/Km2. Disisi lain persebaran penduduk masih belum merata. Kecamatan Ngargoyoso yang merupakan daerah pegunungan mempunyai kepadatan penduduk yang relative masih rendah. Desa dengan kepadatan penduduk paling tinggi adalah Desa Puntukrejo, yaitu 1.468 jiwa/Km2, sedangkan yang paling rendah adalah Desa Segorogunung, yaitu 103 jiwa/ Km2 . 2. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Dalam suatu masyarakat jumlah penduduk menurut umur diperlukan untuk mengetahui jumlah penduduk yang sudah masuk dalam usia kerja atau dengan kata lain untuk mengetahui jumlah penduduk produktif dan jumlah penduduk non produktif. Keadaan penduduk berdasarkan produktivitasnya dapat dilihat dari umur atau usia yang dimiliki seseorang pada saat itu. Penduduk diklasifikasikan dalam usia produktif (umur 15-64 tahun) dan non produktif (umur 0-14 tahun dan > 65 tahun) perbandingannya adalah untuk penduduk usia non produktif sebanyak 12.179 jiwa sedangkan untuk penduduk usia produktif sebanyak 23.414 jiwa. Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di Kecamatan Ngargoyoso tahun 2009. Adapun datanya adalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
Tabel 5 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Ngargoyoso tahun 2009 Kelompok Umur 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75+ Jumlah
Laki-laki 1.441 1.524 1.611 1.685 1.581 1.477 1.360 1.247 1.119 981 836 720 630 547 460 424 17.643
Perempuan 1.413 1.504 1.599 1.682 1.583 1.484 1.370 1.258 1.131 994 856 750 670 601 533 522 17.950
Jumlah 2.854 3.028 3.210 3.367 3.164 2.961 2.730 2.505 2.250 1.975 1.692 1.470 1.300 1.148 993 946 35.593
Sumber : Kecamatan Ngargoyoso Dalam Angka 2010 Sebagaimana tertera pada Tabel 5 dapat digunakan untuk menghitung Angka Beban Tanggungan (ABT) di Kecamatan Ngargoyoso. Jika dilihat Angka Beban Tanggungannya dengan menggunakan Rumus sebagai berikut : ABT:
Penduduk Non Pr oduktif x100 Penduduk Pr oduktif
Dari hasil tersebut jika dilihat ABT (Angka Beban Tanggungan) sebesar 52 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa dalam 100 penduduk produktif terdapat 52 penduduk non produktif sehingga perbandingannya tidak terlampau tajam. 3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian Mata pencaharian penduduk menunjukkan struktur perekonomian yang ada pada wilayah tersebut, hal ini akan menentukan arah kebijakan pembangunan di daerah setempat. Selain itu perkembangan suatu daerah bisa juga dilihat dari jenis pekerjaan yang dimiliki penduduknya, oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
karena itu diperlukan pengetahuan tentang jumlah penduduk berdasarkan mata pencahariannya Jumlah penduduk menurut mata pencahariannya maka dapat di lihat pada tabel dibawah ini : Tabel 6 Jumlah Penduduk 10 tahun ke Atas Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Ngargoyoso tahun 2009
Uraian Petani Sendiri Buruh Tani Nelayan Pengusaha Buruh Industri Buruh Bangunan Pedagang Pengangkutan PNS/TNI/Polri Pensiunan Lain-lain Jumlah
Jumlah 9.824 6.641 172 1.932 1.712 2.877 478 415 197 5.463 29.711
Presentase (%) 33,06 22,35 00,00 0,58 6,50 5,76 9,68 1,63 1,39 0,66 18,39 100,00
Sumber : Kecamatan Ngargoyoso Dalam Angka 2010 Data diatas menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk yang berada di Kecamatan Ngargoyoso mempunyai mata pencaharian di sektor pertanian (petani sendiri atau buruh tani), yaitu 16.465 orang (55,42%). Kemudian sebagai buruh industri sebanyak 1.932 orang (6,50%), buruh bangunan 1.712 orang (5,76%) dan pedagang sebanyak 2.877 orang (9,68%). Selebihnya adalah sebagai pengusaha, di sektor pengangkutan, PNS/TNI/Polri, pensiunan, jasa-jasa dan lain-lain. Mata pencaharian lain yang diperoleh oleh sebagian penduduk karena adanya kesempatan yang mendukung mereka untuk memperoleh mata pancaharian tersebut. Kebijakan pembangunan khususnya di kawasan Agropolitan sebagai pusat pembangunan pertanian, perlu dilakukan dengan menitikberatkan sektor pertanian yang didukung oleh sektor-sektor lainnya guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah setempat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
C. Keadaan Pertanian Pertanian merupakan salah satu sektor utama dalam pembangunan pusat pertanian di pedesaan karena pertanian merupakan satu-satunya bidang untuk menghasilkan produk untuk mencukupi kebutuhan pokok hidup rakyat. Tidak terbatas pada pemenuhan pangan penduduk setempat tetapi juga bagi penduduk wilayah lainnya. Kecamatan Ngargoyoso sebagian besar tanahnya merupakan tanah pertanian yang memiliki potensi cukup baik bagi pengembangan tanaman agro industri. Tabel 7 Luas Panen dan Produksi Padi dan Palawija di Kecamatan Ngargoyoso tahun 2009
Uraian Padi Sawah Jagung Ubi Kayu Ubi Jalar Kedelai Kacang Tanah
Luas Panen (Ha) 944 138 116 105 -
Produksi (Kwt) 5.560 1.089 2.898 1.993 -
Sumber : Kecamatan Ngargoyoso Dalam Angka 2010 Data diatas menunjukkan bahwa selama tahun 2009 diperoleh produksi padi dan palawija dengan rincian padi sawah sebanyak 5.560 kw dari luas panen 944 Ha, dan jagung sebanyak 1.089 kw dari luas panen 138 Ha, sedangkan ubi kayu sebanyak 2.898 kw dari luas panen 116 Ha, dan ubi jalar sebanyak 1.993 kw dari luas lahan 105 Ha. Ketersediaan lahan pertanian yang cukup, sangat mendukung kondisi pertanian yang ada. Kecamatan Ngargoyoso memiliki kondisi alam sangat mendukung sektor pertanian. Seperti
tanah pegunungan/perbukitan yang
sangat potensial untuk tanaman sayur-sayuran seperti bawang merah, bawang putih, kobis, sawi, wortel, cabe, dan lainnya. Produksi sayur-sayuran sangat berlimpah. Luas lahan dan produksi sayur-sayuran di Kecamatan Ngargoyoso dapat dilihat pada Tabel 8 berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
Tabel 8 Luas Panen dan Produksi Sayur-sayuran di Kecamatan Ngargoyoso tahun 2009
Uraian Bawang Merah Bawang Putih Kentang Kobis Sawi Cabe Tomat Terong Buncis Wortel Petai (pohon) Mlinjo (pohon) Kacang Panjang
Luas Panen (Ha)
Produksi (Kwt)
39 11 65 21 24 28 18 18 67 1.904 800 -
2.336 488 9.655 2.651 3.855 1.780 475 822 2.776 254 80 -
Sumber : Kecamatan Ngargoyoso Dalam Angka 2010 Selain padi-padian, palawija, dan sayuran, Kecamatan Ngargoyoso juga menghasilkan komoditas tanaman buah-buahan seperti alpokat, durian, rambutan, pisang, dan lainnya. Tabel 9 Luas Panen dan Produksi Tanaman Buah-buahan di Kecamatan Ngargoyoso tahun 2009
Uraian Jeruk Keprok Pepaya Durian Pisang Rambutan Mangga Alpokat Duku/langsat Sawo Nangka Salak
Luas Panen (Pohon) 307 1.566 12.930 22.314 853 329 2.100 -
Produksi (Kwt) 31 690 1.550 2.950 26 141 900 -
Sumber : Kecamatan Ngargoyoso Dalam Angka 2010 Dari data diatas menunjukkan bahwa Kecamatan Ngargoyoso memang unggul dalam komoditas pertanian. Baik padi-padian dan palawija, sayursayuran, maupun buah-buahan. Aspek pertanian merupakan tonggakdari segala pemenuhan kebutuhan masyarakat di Kecamatan Ngargoyoso.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
D. Keadaan Sarana Perekonomian Keberadaan sarana perkonomian di suatu wilayah merupakan salah satu hal yang dibutuhkan untuk mendukung laju kegiatan perekonomian penduduk. Kegiatan perekonomian dapat berjalan lancar bila didukung adanya sarana dan prasarana yang memadai antara lain sarana perdagangan. Keadaan perekonomian dikatakan maju apabila terjadi perkembangan perekonomian yang dapat dilihat dari ketersediaan sarana perekonomian yang memadai di wilayah tersebut. Tabel 10 Sarana Perekonomian di Kecamatan Ngargoyoso tahun 2009
Uraian Pasar Tradisional Supermarket Restoran/Rumah Makan Warung/Kedai Makan Toko/Warung kelontong Hotel/Losmen Bank Umum BPR KUD Koperasi Simpan Pinjam Pasar Tradisional Jumlah
Jumlah 4 5 77 235 11 2 1 1 14 4 354
Presentase (%) 1,14 0,00 1,41 21,75 66,38 3,11 0,56 0,28 0,28 3,95 1,14 100,00
Sumber : Kecamatan Ngargoyoso Dalam Angka 2010 Di Kecamatan Ngargoyoso pada tahun 2009 terdapat 1 unit industri besar dan 135 unit industri kecil. Guna menunjang lajuperekonomian di Kecamatan Ngargoyoso pada tahun 2009, terdapat 4 buah pasar dengan jumlah toko / warung kelontong sebanyak 235 unit, warung / kedai makan sebanyak 77 buah, hotel / losmen berjumlah 11 unit. Sarana perkonomian tersebut merupakan tempat dimana terjadi kegiatan jual beli atau pemindahan barang dan jasa dari produsen ke konsumen, yang merupakan kegiatan saling menguntungkan diantara kedua belah pihak. Sehingga dapat menunjang masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari Adanya sarana perekonomian seperti 1 unit KUD dapat membantu masyarakat di Kecamatan Ngargoyoso dalam memenuhi kebutuhan sarana produksi dan pemasaran hasil produksi. Sedangkan untuk membantu masalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
permodalan petani dapat mengajukan kredit ke lembaga keuangan yang tersedia seperti bank umum, BPR maupun koperasi simpan pinjam. Dimana di Kecamatan Ngargoyoso terdapat 1 unit BPR dan 14 unit koperasi simpan pinjam. Selain itu juga terdapat 2 unit bank umum. Tersedianya bank dapat mempermudah masyarakat memperoleh berbagai layanan perbankan. Salah satunya adalah layanan simpan pinjam. Masyarakat dapat menyimpan sebagian kelebihan pendapatannya dengan menabung di bank, serta memperoleh kredit untuk menunjang kegiatan usahanya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kegiatan Pengembangan Kawasan Agropolitan Agropolitan merupakan pusat pembangunan pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis. Kawasan agropolitan terdiri dari sentra produksi pertanian yang ada di sekitarnya. Kawasan agropolitan mampu
melayani, mendorong, menarik, menghela
kegiatan pembangunan pertanian diwilayah sekitarnya dan memberikan kontribusi yang besar
terhadap mata
pencaharian dan kesejahteraan
masyarakatnya. Pelaksanaan program agropolitan di Kabupaten Karanganyar berawal pada tahun 2006 yang merupakan program dari pemerintah. Program ini ditujukan untuk daerah-daerah yang memiliki potensi atau keunggulan khususnya di bidang pertanian. Penetapan kawasan ini didasarkan pada potensi Kabupaten Karanganyar terutama di bidang hortikultura. Strategi yang diterapkan di Kabupaten Karanganyar diawali dengan mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung seperti memperbaiki jalan usahatani, dan saluran irigasi. Pengembangan sarana dan prasarana di kawasan agropolitan juga didukung dengan pengembangan sumberdaya manusia yaitu dengan mengembangkan
kelompok
tani.
Sasaran
pengembangan
kawasan
agropolitan adalah untuk mengembangkan kawasan pertanian yang berpotensi menjadi kawasan agropolitan. Pengembangan
kawasan
agropolitan
bertujuan
meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui percepatan pembangunan wilayah dengan mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing. Pemberdayaan masyarakat pelaku agribisnis dilakukan agar mampu meningkatkan produksi, produktivitas komoditi pertanian serta produk-produk olahan pertanian. Pemberdayaan yang dilakukan dengan cara pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang efisiensi, penguatan kelembagaan petani, serta pengembangan kelembagaan sistem agribisnis (penyedia agroinput, pengelolaan hasil, pemasaran dan penyedia jasa);
commit to user 51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52 pengembangan
kelembagaan
penyuluhan
pembangunan
terpadu;
pengembangan iklim yang kondusif bagi usaha dan investasi. Pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten Karanganyar diprioritaskan untuk meningkatkan sarana dan prasarana pertanian untuk meningkatkan produksi dan kelancaran usahatani. Pembangunan infrastruktur yang memadai penting untuk meningkatkan kelancaran akses kegiatan budidaya dan transportasi hasil pertanian dari lahan ke pasar-pasar mutlak perlu dilakukan. Secara khusus kegiatan pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten Karanganyar bertujuan guna meningkatkan pembangunan yang sinergis antara perdesaan dan perkotaan, serta meningkatkan kesejahteraan petani melalui pengembangan wilayah pedesaan. Kegiatan ini dilakukan karena pada kondisi awal, belum adanya program yang sinergis untuk memberdayakan semua bidang pertanian dengan terarah dan memanfaatkan komoditas unggulan daerah. Kegiatan Karanganyar
Pengembangan Tahun
membaiknya
kondisi
2010
Kawasan dititikberatkan
Agropolitan pada
di
Kabupaten
terbangunnya
dan
sarana dan prasarana transportasi dan irigasi
khususnya jalan untuk menciptakan akses sosial dan ekonomi, serta penyediaan fasilitas sosial ekonomi yang dapat diakses oleh petani dan masyarakat
di
perdesaan
untuk
memenuhi
kebutuhannya
dalam
pengembangan usaha pertanian (Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Karanganyar, 2009). B. Identitas Responden Identitas responden merupakan bagian penting dalam penelitian. Identitas responden digunakan untuk mengetahui sebagian dari latar belakang kehidupan responden dan dijadikan sebagai gambaran umum responden. Identitas responden meliputi umur, pendidikan formal terakhir, serta jumlah anggota keluarga yang dimiliki responden, dapat dilihat pada tabel 11.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53
Tabel 11. Distribusi responden berdasarkan umur dan jenis pendidikan No Identitas Responden 1
Kategori
Umur
< 14 15 - < 65 > 65 Jumlah 2 Jenis pendidikan Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat S1 Jumlah Sumber : Analisis data primer 2011
Jumlah (jiwa) 0 34 6 40 6 13 10 11 40
Presentase (%) 0,00 85,00 15,00 100,00 15,00 32,50 25,00 27,50 100,00
1. Umur Umur responden dalam penelitian ini digolongkan menjadi 2 yaitu, kelompok umur produktif (15 – < 65 tahun) dan non-produktif (<14 tahun dan > 65 tahun). Responden dari umur produktif biasanya masih aktif dalam melakukan kegiatan usahatani dibandingkan responden yang umurnya sudah tidak produktif lagi. Berdasarkan Tabel 11 didapati bahwa 85 % responden berada pada umur produktif yaitu berada pada umur antara 15 – 64 tahun. Sedangkan 15 % responden berada pasa umur non produktif, yaitu berada pada umur > 65 tahun. Responden berusia produktif tersebar merata di ketiga dusun. Kondisi ini mendukung peran responden dalam pengembangan usahatani. Salah
satunya
dengan
adanya
program
pengembangan
kawasan
agropolitan. Dengan keadaan responden yang tergolong dalam umur produktif diharapakan dalam pengembangan kawasan agropolitan tersebut akan lebih mudah diterapkan Selain itu, umur akan mempengaruhi kondisi seorang responden dalam melakukan aktivitas, terlebih lagi kegiatan pertanian membutuhkan tenaga yang cukup besar. Kondisi umur seperti tabel diatas memiliki kecenderungan bahwa keadaan umur responden tergolong dalam usia
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54 produktif, sehingga kondisi tersebut akan membantu dalam pengenalan dan penerimaan hal-hal baru. 2. Pendidikan Pendidikan formal responden merupakan jenjang sekolah yang diperoleh dari bangku sekolah dengan kurikulum yang sudah terorganisir. Tingkat pendidikan ini secara umum menjadikan seseorang lebih berkualitas. Responden (32,5%) hanya menamatkan pendidikannya sampai tingkat SMP. Hal tersebut dikarenakan keadaan ekonomi, keterbatasan sarana pendidikan, jarak antara fasilitas pendidikan dengan pemukiman yang relatif jauh.
Selain itu, kurangnya kesadaran
masyarakat akan manfaat dan pentingnya pendidikan. Adanya budaya untuk melibatkan anggota keluarga dalam kegiatan berusahatani daripada memberikan kesempatan untuk mengenyam pendidikan.
Budaya ini
harus ditinggalkan agar setiap anggota keluarga berhak memperoleh pendidikan yang setinggi-tingginya. Upaya ini bertujuan dalam peningkatan sumber daya manusia. C. Faktor yang Berhubungan dengan Sikap Individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai obyek psikologis yang dihadapinya. Hal ini sering ditunjukkan dalam interaksi sosial. Faktor yang berhubungan dengan sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap pengembangan kawasan
agropolitan
diduga
dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pendidikan non formal, media massa, dan pengaruh kebudayaan. 1. Pengaruh pengalaman Pribadi Pengalaman pribadi merupakan lamanya responden menjadi bagian dari pengembangan kawasan agropolitan. Bisa dilihat dari keikutsertaan petani dalam kegiatan agropolitan, dan lamanya responden memenuhi kebutuhan hidup melalui kegiatan agropolitan. Pengalaman pribadi responden di Desa Berjo dapat dilihat pada Tabel 12 berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55
Tabel 12. Distribusi pengaruh pengalaman pribadi dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan No 1 2 3
Kategori
Skor
Tinggi Sedang Rendah Jumlah
3 2 1
Jumlah (orang) 36 4 40
Persentase (%) 90,00 10,00 00,00 100,00
Sumber : Analisis data primer 2011 Berdasarkan Tabel 12, pengalaman masyarakat mayoritas sebanyak 36 orang (90%) dalam mengembangankan kawasan agropolitan tergolong kategori tinggi, petani ikut serta dalam mengembangkan kawasan agropolitan lebih dari 5 tahun. Tingginya pengalaman responden ini dikarenakan mayoritas petani mengetahui tentang program pengembangan kawasan agropolitan. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden telah mengetahui program agropolitan. Semakin tinggi pengalaman responden maka akan semakin tinggi pula sikapnya dalam menerima suatu inovasi dan adopsi. Selain itu, gencarnya sosialisasi dari Pemerintah Daerah tentang program pengembangan kawasan agropolitan mengakibatkan peran aktif petani dalam kegiatan tersebut. Apa yang kita alami akan membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap pengalaman pribadi harus melalui kesan yang kuat (Azwar, 1991). Demikian halnya dengan Susanto (1974) yang menyatakan bahwa pengalaman menunjukkan bahwa interaksi yang terjadi cenderung mengakibatkan dan menghasilkan adanya penyesuaian diri yang timbal balik serta penyesuaian kecakapan (skill) dengan situasi yang baru. Berdasarkan teori tersebut, maka pengalaman juga dapat membentuk sikap sebagai proses semakin meningkatnya pengetahuan yang dimiliki petani. Semakin tinggi pengalaman petani maka akan semakin tinggi sikapnya dalam penerimaan suatu inovasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56 2. Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting Pengaruh orang lain yang dianggap penting merupakan saran atau masukan atau informasi yang berikan oleh pihak-pihak tertentu yang mengetahui tentang pengembangan kawasan agropolitan. Orang lain yang dianggap penting dalam penelitian ini adalah orang-orang yang oleh petani dianggap penting sebagai panutan ataupun yang berperanan dalam menunjang usahatani seperti Penyuluh Pertanian Lapang (PPL), ketua Kelompok tani, dan Aparat Desa. Tabel 13. Distribusi Pengaruh orang lain yang dianggap penting dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan No 1 2 3
Kategori Tinggi Sedang Rendah Jumlah
Skor 3 2 1
Jumlah (orang) 34 6 40
Persentase (%) 85,00 15,00 00,00 100,00
Sumber : Analisis data primer 2011 Sebagaimana data yang tersaji pada Tabel 13, menunjukkan bahwa mayoritas petani sebanyak 34 responden (85%) menyatakan pengaruh orang lain yang dianggap penting tergolong kategori tinggi. Hal ini dikarenakan informasi yang diperoleh tidak hanya di dapat dari ketua kelompok yang diikutsertakan dalam kegiatan sosialisasi pengembangan kawasan agropolitan, namun juga dari berbagai pihak seperti PPL dan Aparat Des dan Pemerintah, pihak swawta, serta teman-teman petani lain. Menurut Azwar (1991) orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang dapat mempengaruhi sikap kita. Diantara orang yang biasa dianggap penting bagi kita adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman dekat, guru, istri atau suami. Berdasarkan teori tersebut, maka semakin baik pengaruh orang lain yang di anggap penting maka mereka semakin dapat menentukan arah pembentukan sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program pengembangan kawasan agropolitan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57 Selain itu informasi yang diterima oleh responden cukup jelas sehingga mempengaruhi sikap petani terhadap pengembangan kawasan agropolitan tersebut. Memang untuk mendapatkan hasil program yang optimal
hendaknya
ada
kerja
sama
dari
semua
pihak
dalam
mengembangkan kawasan agropolitan tersebut. 3. Pengaruh Pendidikan Non Formal Pendidikan non formal merupakan jenjang pendidikan yang pernah ditempuh responden diluar pendidikan formal. Pendidikan non formal yang dimaksudkan adalah pendidikan yang sasaran utamanya adalah orang dewasa yang memiliki program yang terencana. Selain itu kegiatan dapat dilakukan dimana saja, dimana tidak terikat waktu serta disesuaikan dengan kebutuhan sasaran peserta didik. Sehubungan dengan hal ini, maka pendidikan non formal diasumsikan sebagai penyuluhan, pelatihan dan kursus-kursus yang pernah diikuti oleh responden. Dalam penelitian ini, pendidikan non formal merupakan pendidikan yang diperoleh responden selama kegiatan pelatihan atau penyuluhan di bidang pertanian khususnya dalam pengembangan kawasan agropolitan. Tabel
14.
No 1 2 3
Distribusi Pengaruh Pendidikan Pengembangan Kawasan Agropolitan Kategori
Skor
Tinggi Sedang Rendah Jumlah
Non
formal
Jumlah (orang)
3 2 1
35 5 40
dalam
Persentase (%) 87,50 12,50 00,00 100,00
Sumber : Analisis data primer 2011 Tabel 14 menunjukkan mayoritas responden sebanyak 35 reponden (87,5%) menyatakan pernah mengikuti pendidikan non formal seperti pelatihan-pelatihan maupun kegiatan penyuluhan. Respon responden terhadap kegiatan penyuluhan dan pelatihan baik. Melalui kegiatankegiatan
penyuluhan
dan
pelatihan
yang
diadakan
oleh
pihak
penyelenggara baik pemerintah maupun swasta mengenai kegiatan pengembangan agropolitan berdampak positif bagi responden, karena
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58 wawasan terhadap hal-hal baru akan semakin terbuka. Di lokasi penelitian, kegiatan penyuluhan dilakukan bersama dengan arisan dan kumpul anggota tani. Pertemuan dilakukan tiap satu bulan sekali pada tanggal 20 untuk kelompok tani sayuran dan hortikultura, dan tiap tanggal 12 untuk kelompok tani padi-padian dan palawija. Menurut Suhardiyono (1992), pendidikan non formal adalah pengajaran sistematis yang diorganisir dari luar sistem pendidikan formal bagi sekelompok orang yang memenuhi keperluan khusus. Salah satu contohnya adalah penyuluhan pertanian. Seperti halnya Margono Slamet (2003) yang mengemukakan bahwa dalam proses pembangunan pertanian yang berhasil itu peranan penyuluhan pertanian sangat besar, sehingga tidak salah kiranya bila penyuluhan pertanian disebut sebagai ujung tombak pembangunan pertanian, setidak-tidaknya bila dilihat dalam jajaran aparat pemerintah yang menangani pembangunan pertanian. Berdasakan teori tersebut, dengan mengikuti kegiatan penyuluhan, petani juga mendapatkan ilmu, pengetahuan dan pengalaman dalam mengembangkan kawasan agropolitan. Responden berharap dengan berbagai keuntungan yang diperoleh senantiasa akan meningkatkan kesejahteraan petani tersebut. 4. Pengaruh Media Massa Media massa merupakan sumber informasi yang dipergunakan untuk memberikan informasi terkait dengan pengembangan kawasan agropolitan baik yang berupa media cetak maupun elektronik. Sebagai sarana komunikasi, media massa mempunyai pengaruh dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Pentingnya informasi sangat melekat pada diri seseorang, khususnya seseorang yang memiliki semangat kuat dan maju untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59 Tabel 15. Distribusi Pengaruh Media Massa dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan No 1 2 3
Kategori
Skor
Tinggi Sedang Rendah Jumlah
3 2 1
Jumlah (orang) 20 19 1 40
Persentase (%) 50,00 47,50 2,50 100,00
Sumber : Analisis data primer 2011 Sebagaimana data yang tersaji pada Tabel 15, mayoritas responden sebesar 20 petani (50%) dan 19 petani (47,5%) memanfaatkan lebih dari tiga media massa yang ada. Antara lain televisi, majalah bulanan, leaflet maupun buletin. Petani aktif membaca buletin Intanpari sebagai sumber informasi yang dirasa dapat memberikan informasi terkait dengan pengembangan kawasan agropolitan yang merupakan rekomendasi dari PPL yang ada di wilayah tersebut. Menurut Sastraatmadja (1993), walaupun pengaruh media massa tidaklah sebesar pengaruh interaksi individual secara langsung, namun dalam proses pembentukan dan perubahan sikap, peranan media massa tidak kecil artinya. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Berdasarkan teori tersebut, maka petani yang aktif mencari informasi tentang agropolitan akan semakin berkembang pula wawasan ilmu dan pengetahuannya tentang agropolitan. 5. Pengaruh Kebudayaan Pengaruh kebudayaan merupakan nilai-nilai yang masih melekat pada responden yang berhubungan dengan pengembangan kawasan agropolitan. Kebudayaan tidak hanya mencakup kepercayaan, kebiasaan dan moral, tetapi juga sikap, perbuatan, pikiran-pikiran yang dimiliki masyarakat yang bersangkutan. Kebudayaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah adat istiadat, tradisi leluhur ataupun kepercayaan yang masih dianut oleh petani sekitar yang berpengaruh terhadap pola pikir dan usahataninya. Untuk mengetahui pengaruh kebudayaan terhadap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60 sikap petani dalam pemgembangan kawasan agropolitan dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 16. Distribusi pengaruh Kawasan Agropolitan No 1 2 3
Kategori
kebudayaan
Skor
Tinggi Sedang Rendah Jumlah
dalam
Jumlah (orang)
3 2 1
12 28 40
Pengembangan Persentase (%) 30,00 70,00 00,00 100,00
Sumber : Analisis data primer 2011 Berdasarkan Tabel 16 diketahui bahwa lebih dari 50% sebanyak 28 responden termasuk dalam kategori sedang dalam tingkat pengaruh kebudayaan.
Dalam
penelitian
ini,
budaya
gotong
royong
dan
kebersamaan sangatlah kental. Sehingga nilai kebudayaan masih berpengaruh terhadap kehidupan petani terutama dalam kegiatan usahatani. Namun ada juga yang tidak percaya dengan nilai-nilai adat karena dengan adanya budaya islam yang masuk ke petani memberikan dampak dalam melakukan kegiatanya berusahatani dari petani itu sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa kebudayaan, baik itu yang bersifat tradisi turun-temurun dan kepercayaan kurang berpengaruh terhadap pola pikir dan pola usahatani. Shadily (1999) menyatakan bahwa kebudayaan (culture) berarti keseluruhan dari hasil manusia hidup bermasyarakat berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat kebiasaan, dan lain-lain kepandaian. Berdasarkan teori tersebut, faktor kebudayaan terutama yang berhubungan dengan tradisi leluhur dirasakan petani sudah mulai pudar. Artinya keberadaan pola kepercayaan terhadap hal-hal yang dianggap memiliki nilai magis sudah tidak cocok diterapkan dalam kondisi sekarang ini, mengingat kemajuan jaman dan teknologi menjadikan pengetahuan petani semakin bertambah maju.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61
D. Sikap
Masyarakat
Terhadap
Program
Pengembangan
Kawasan
Agropolitan Sikap responden terhadap program pengembangan agropolitan dalam penelitian ini diartikan sebagai tanggapan atau respon evaluatif petani terhadap segala bentuk kegiatan dalam program pengembangan agropolitan berupa sikap positif atau negatif yang dilihat dari tiga komponen program yaitu tujuan program, pelaksanaan program dan hasil dari program pengembangangan kawasan agropolitan. 1. Sikap Masyarakat Terhadap Tujuan Program Sikap masyarakat terhadap tujuan program merupakan tanggapan responden terhadap program pengembangan kawasan agropolitan. Dengan adanya program pengembangan kawasan agropolitan memberikan peningkatan
terhadap
produktivitas
usahatani,
pendapatan
petani,
perbaikan pemasaran hasil, peningkatan pengetahuan dan peningkatan keterampilan petani. Tabel 17 Distribusi Sikap Masyarakat Terhadap Tujuan Program No 1 2 3 4 5
Kategori Sangat Baik Baik Cukup Buruk Sangat Buruk Jumlah
Interval >189 153-189 117-152 81-116 45-80
Jumlah (orang) 13 19 8 40
Persentase (%) 32,50 47,50 20,00 0,00 0,00 100,00
Sumber : Analisis data primer 2011 Sebagaimana data yang tersaji pada Tabel 17, sikap masyarakat terhadap tujuan program pengembangan kawasan agropolitan mayoritas 47,5% tergolong kategori baik. Hal ini disebabkan dengan adanya program pengembangan kawasan agropolitan telah memberikan pengaruh yang besar kepada petani. Karena program pengembangan kawasan memang pada mulanya mulanya bertujuan untuk peningkatan produktivitas, perbaikan pemasaran, peningkatan pendapatan, peningkatan pengetahuan serta peningkatan ketrampilan berhasil dicapai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62 Walaupun pada kenyataannya, responden dapat dikatakan tidak begitu tahu secara keseluruhan tentang tujuan program pengembangan agropolitan, tetapi responden setuju dengan diadakannya program tersebut karena memberikan motivasi besar bagi petani dan anggota kelompok lain untuk meningkatkan kemampuan mengembangkan usahataninya. Selain itu dengan adanya program agropolitan tersebut, responden memiliki harapan akan peningkatan pendapatan dan keuntungan dari hasil kegiatan akan dapat terwujud. Sebagian besar petani setuju dengan tujuan yang dibuat karena petani merasa terlibat dalam tahap perencanaan dilihat dari keikutsertaan dalam berbagai kegiatan pengembangan agropolitan. 2. Sikap Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program Pelaksanaan kegiatan merupakan suatu tindak lanjut yang nyata dari suatu gagasan atau perencanaan yang dirumuskan dalam tujuan yang telah dibuat sebelumnya. Sikap masyarakat terhadap pelaksanaan program merupakan tanggapan petani akan keikutsertaan dari berbagai pihak baik pemerintah daerah dan masyarakat itu sendiri dalam mengembangkan kawasan agropolitan yang ada di Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar. Tabel 18 Distribusi Sikap Petani terhadap Pelaksanaan Program No. 1 2 3 4 5
Kategori
Interval
Sangat Baik Baik Cukup Buruk Sangat Buruk Jumlah
>189 153-189 117-152 81-116 45-80
Jumlah (orang) 25 9 6 40
Persentase (%) 62,50 22,50 25,00 0,00 0,00 100,00
Sumber : Analisis data primer 2011 Berdasarkan Tabel 18, sikap masyarakat terhadap pelaksanaan program pengembangan kawasan agropolitan termasuk dalam kategori sangat baik, dengan jumlah responden 25 responden (62,5%). Ini menunjukkan pengembangan
bahwa
kegiatan
agropolitan
dapat
yang
dilakukan
terlaksana
commit to user
dalam
dengan
program
baik.
Sikap
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63 mendukung yang diperlihatkan responden terhadap kegiatan proyek dikarenakan responden memiliki tanggapan yang menyetujui pelaksanaan. Hal ini disebabkan petani dilibatkan secara penuh mulai dari perencanaan sampai akhir kegiatan pengembangan kawasan agropolitan. 3. Sikap Masyarakat Terhadap Hasil Program Hasil program merupakan keadaan akhir dari program yang telah dicapai yang dapat dirasakan atau dinikmati serta bermanfaat bagi petani. Untuk
mengetahui
sikap
masyarakat
terhadap
hasil
program
pengembangan kawasan agropolitan, dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 19 Distribusi Sikap Masyarakat terhadap Hasil Program No 1 2 3 4 5
Kategori Sangat Baik Baik Cukup Buruk Sangat Buruk Jumlah
Interval >189 153-189 117-152 81-116 45-80
Jumlah (orang) 25 10 5 40
Persentase (%) 62,50 25,00 12,50 0,00 0,00 100,00
Sumber : Analisis data primer 2011 Hasil dalam penelitian ini diukur dari keterlibatan responden dalam penyebarluasan pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan program pengembangan kawasan agropolitan, penilaian responden terhadap hasil yang diperoleh dan peranan petani dalam memanfaatkan sarana dan teknologi baru yang dihasilkan dari kegiatan program pengembangan kawasan agropolitan. Berdasarkan Tabel 19 diketahui bahwa sikap masyarakat terhadap hasil dari program pengembangan kawasan agropolitan tergolong sangat baik dengan jumlah 25 responden (62,5%). Hasil dari kegiatan program pengembangan kawasan agropolitan dirasakan responden, khususnya petani dapat menunjang peningkatan usahataninya walaupun belum maksimal. Dengan inisiatif sendiri petani selalu berusaha memanfaatkan hasil dari setiap kegiatan diantaranya pemakaian alat-alat pertanian seperti hand spayer ataupun pinjaman kas kelompok untuk tambahan modal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64 Meskipun sarana produksi yang diberikan oleh pemerintah kuantitasnya terbatas sehingga dalam pemanfaatannya harus bergantian, tidak menjadikan minat petani untuk terus memanfaatkan hasil yang diperoleh dari kegiatan tersebut berkurang. Disamping itu, petani juga aktif menyebarluaskan pengetahuan yang didapatnya dari kegiatan program pengembangan kawasan agropolitan kepada petani lain dan masyarakat sekitar sebagai bentuk kepedulian petani terhadap kegiatan program pengembangan kawasan agropolitan. E. Hubungan Antara Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Sikap Dengan Sikap Masyarakat Terhadap Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar Penelitian
ini
mengkaji
hubungan
antara
faktor-faktor
yang
berhubungan dengan sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh dengan sikap terhadap program pengembangan kawasan agropolitan di Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar. Hasil analisis hubungan antara faktorfaktor yang mempengaruhi sikap masyarakat dengan sikap masyarakat terhadap program pengembangan kawasan agropolitan tersaji dalam tabel 20. Untuk mengetahui hubungan antara faktor yang berhubungan dengan sikap dengan sikap masyarakat terhadap program pengembangan kawasan agropolitan digunakan uji korelasi Rank Spearman (rs) dengan program SPSS 17,0 for windows. Dan untuk mengetahui tingkat signifikansi menggunakan uji t dengan tingkat kepercayaan 95 % ( α = 0,05 ). Tabel 20. Uji Hipotesis Hubungan Antara Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Sikap Dengan Sikap Masyarakat Sekitar Candi Sukuh Terhadap Program Pengembangan Agropolitan Faktor yang Berhubungan dengan Sikap (X) a. Pengalaman Pribadi b. Pengaruh Orang Lain c. Pendidikan Non Formal d. Media Massa e. Kebudayaan
Rs 0,849** 0,396* 0,706** -0,173 -0,228
Sikap Petani (Y) t t α hitung tabel 9,908 2,021 0,05 2,658 2,021 0,05 6,035 2,021 0,05 -1,082 2,021 0,05 -1,443 2,021 0,05
Sumber : Analisis Data Primer 2011
commit to user
Keterangan SS S SS NS NS
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65 Keterangan : SS
: Sangat Signifikan
NS
: Non Signifikan
1. Hubungan Pengaruh Pengalaman Pribadi dengan Sikap Masyarakat Terhadap Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Berdasarkan Tabel 20 diketahui bahwa nilai rs adalah 0,849 dengan t hitung > t tabel (9,908>2,021). Nilai ini menunjukkan bahwa hubungan antara pengalaman pribadi dengan sikap terhadap program memiliki korelasi positif yang signifikan. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi pengalaman responden, maka akan
semakin
positif
sikapnya
terhadap
program
pembangunan
agropolitan. Selain itu, karena program pengembangan kawasan agropolitan sudah banyak diketahui oleh masyarakat sekitar, khususnya petani. Sampai saat ini program pengembangan kawasan agropolitan lebih difokuskan
pada
pemberdayaan
masyarakat
untuk
meningkatkan
pendapatan. Pada kenyataannya lamanya responden sebagai petani dalam program pengembangan kawasan agropolitan tergolong sangat baik, tetapi apabila responden jarang aktif dan kurang aktif dalam mengikuti program pengembangan kawasan agropolitan maka responden kurang mendapatkan informasi, petunjuk, serta nasehat tentang program pengembangan kawasan agropolitan. Pengalaman responden menunjukkan bahwa interaksi yang terjadi dalam kehidupan sosial cenderung mengakibatkan dan menghasilkan adanya penyesuaian diri yang timbal balik serta penyesuaian kecakapan. Menurut Mahmud (1990), mengemukakan bahwa kebanyakan aktivitas kita sehari-hari bergantung pada pengalaman yang terdahulu, kita mereaksi kepada isyarat dan lambang daripada kepada keseluruhan stimulus aslinya. Jadi dalam kebanyakan situasi, persepsi itu pada umumnya merupakan proses informasi yang didasarkan atas pengalamanpengalaman masa lampau. Berdasarkan teori tersebut, dapat disimpulkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66 bahwa apa yang responden alami telah membentuk dan mempengaruhi penghayatan responden terhadap stimulus sosial. Hal demikian akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap maka pengalaman pribadi yang dimiliki responden harus melalui kesan yang kuat. Meskipun
demikian, responden yang
tergolong jarang dan kurang aktif mengikuti program pengembangan kawasan agropolitan mereka tetap berpikir positif terhadap program pengembangan kawasan agropolitan. 2. Hubungan Pengaruh Orang Lain Yang Dianggap Penting dengan Sikap Masyarakat Terhadap Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh tokoh panutan dengan sikap masyarakat sekitar
Candi
Sukuh
terhadap
program
pengembangan
kawasan
agropolitan. Hal ini dilihat dari nilai t hitung > t tabel (2,658>2,021) pada taraf signifikansi 95%, α=0,05 dengan nilai rs sebesar 0,396 serta arah hubungan yang positif. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi pengaruh tokoh panutan maka mereka semakin dapat menentukan arah pembentukan sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program pengembangan kawasan agropolitan. Dengan adanya informasi dan pengaruh dari tokoh panutan, maka masyarakat sekitar Candi Sukuh dapat mengetahui program pengembangan kawasan agropolitan tersebut. Sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang baru bagi masyarakat di kawasan. Menurut Soetriono et all, (2006) keputusan-keputusan yang diambil oleh petani juga dapat dipengaruhi oleh sikap dan perilaku serta hubunganhubungan dalam masyarakat setempat di mana mereka hidup. Bagi petani, masyarakat di sekitarnya mempunyai arti yang penting. Berdasarkan teori tersebut dan sesuai dengan kondisi di lapang, orang-orang yang di anggap penting meliputi: PPL, aparat desa, pihak pemerintah maupun swasta, petani lain, suami/isteri, dan tetangga. Semakin sering orang-orang yang di anggap penting memberikan informasi tentang program pengembangan kawasan agropolitan kepada responden maka responden akan lebih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67 bersikap positif terhadap program pengembangan kawasan agropolitan tersebut. 3. Hubungan Pengaruh Pendidikan Non Formal Dengan Sikap Masyarakat Terhadap Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara pendidikan non formal dengan sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program pengembangan kawasan Agropolitan. Hal ini dilihat dari nilai t hitung > t tabel (6,035>2,021) pada taraf signifikansi 95%, α=0,05 dengan nilai rs sebesar 0,706 serta arah hubungan yang positif. Hal ini berarti bahwa semakin sering responden menghadiri penyuluhan atau pelatihan maka semakin positif pula sikap responden terhadap program pengembangan kawasan agropolitan. Menurut Azwar (1995) pendidikan non formal merupakan pendidikan yang didapat diluar bangku sekolah. Penyuluh pertanian dan pelatihan merupakan pendidikan non formal. Berdasarkan teori tersebut dan sesuai kondisi di lapang, mayoritas responden mengaku bahwa pendidikan non formal responden termasuk kategori baik. Hal ini disebabkan karena responden sangat aktif bahkan selalu hadir dalam mengikuti kegiatan penyuluhan/pelatihan yang diadakan baik oleh kelompok tani, PPL maupun aparat desa. Selain itu setiap responden sering bertemu, bertanya dan mencari informasi dari petani lain, PPL, dan aparat pemerintah. Waktu di rumah pun responden juga bertanya dan mencari
informasi
dari
tetangganya
yang
mengikuti
kegiatan
penyuluhan/pelatihan. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan non formal tergolong baik dikarenakan responden selalu berusaha bersikap positif terhadap program pengembangan kawasan agropolitan tersebut. Penyuluhan pertanian tidak sekedar memberikan penerangan atau menjelaskan tetapi juga mengubah perilaku responden agar memiliki pengetahuan pertanian dan berusahatani
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68 yang luas, memiliki sikap progresif untuk melakukan perubahan dan inovatif terhadap inovasi baru dan terampil mnerapkan kegiatannya. 4. Hubungan Pengaruh Media Massa dengan Sikap Masyarakat Terhadap Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara media massa dengan sikap masyarakat sekitar
Candi
Sukuh
terhadap
program
pengembangan
kawasan
agropolitan. Hal ini dilihat dari nilai t hitung < t tabel (-1,082<2,021) pada taraf signifikansi 95%, α=0,05 dengan nilai rs sebesar -0,173 serta arah hubungan yang negatif. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan yang nyata antara banyaknya responden mengakses media massa dengan informasi, petunjuk, serta nasehat tentang program pengembangan kawasan agropolitan yang didapatkan oleh responden. Ketidaksignifikanan dikarenakan media massa yang ada belum bisa memberikan informasi yang rinci tentang adanya program pengembangan kawasan agropolitan. Hanya media massa dalam bentuk buletin seperti Intanpari yang selama ini yang dijadikan sumber informasi terutama bagi PPL terkait dengan pengembangan kawasan agropolitan. Sehingga informasi tersebut belum bisa menjangkau keseluruh petani. Pengetahuan tentang adanya program pengembangan kawasan agropolitan hanya sebatas pengertian dari PPL saja belum ada tidak lanjut ke arah tujuan yang sebenarnya. Selain itu, walaupun terdapat buletin bulanan maupun leaflet yang diakses oleh responden, namun hal ini tidak mempengaruhi sikap responden. Hal ini dikarenakan media massa yang diakses tidak mempeberikan pengetahuan yang bagus dan secara komplit tentang pengembangan maupun kegiatan yang berhubungan dengan agropolitan. Menurut Sastraatmadja (1993), memang pengaruh media massa tidaklah sebesar pengaruh interaksi individual secara langsung, namun dalam proses pembentukan dan perubahan sikap, peranan media massa tidak kecil artinya. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69 memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya. Hal ini seringkali berpengaruh terhadap sikap pembaca atau pendengarnya. Teori tersebut sesuai dengan kondisi dilapang. informasi tentang program pengembangan kawasan agropolitan yang didapatkan dari media massa selayaknya dapat menambah pengetahuan. Sehingga informasi yang didapat oleh responden dapat diterapkan di lapang/di hutan, misalnya : pelatihan pembibitan tanaman, sistem tanam, dan sistem tumpang sari. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun jumlah media massa dan frekuensi menyimak informasi tentang program pengembangan kawasan agropolitan yang diakses rendah tetapi responden bersikap positif terhadap program pengembangan kawasan agropolitan tersebut. 5. Hubungan Pengaruh Kebudayaan Dengan Sikap Petani Terhadap Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kebudayaan dengan sikap masyarakat sekitar
Candi
Sukuh
terhadap
program
pengembangan
kawasan
agropolitan. Sebagaimana tersaji pada Tabel 20 bahwa nilai t hitung < t tabel (-1,443<2,021) pada taraf signifikansi 95%, α=0,05 dengan nilai rs sebesar -0,228 serta arah hubungan yang negatif. Hal ini menunjukkan bahwa kebudayaan tidak berhubungan dengan sikap petani terhadap pembangunan agropolitan. Kondisi ini sesuai dengan teori Peursen (1988) yang mengemukakan bahwa suatu tradisi bukanlah sesuatu yang dapat diubah, tradisi justru dipadukan dengan aneka ragam perbuatan manusia dan diangkat dalam keseluruhannya. Manusialah yang membuat sesuatu dengan tradisi itu: ia menerima, menolaknya, atau merubahnya. Itulah sebabnya mengapa kebudayaan merupakan cerita tentang perubahan-perubahan: riwayat manusia yang selalu memberi wujud baru kepada pola-pola kebudayaan yang sudah ada.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Faktor- faktor yang berhubungan dengan sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap pengembangan kawasan agropolitan meliputi : a. Pengaruh pengalaman pribadi menurut masyarakat tergolong tinggi. b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting menurut masyarakat tergolong tinggi. c. Pengaruh pendidikan non formal menurut masyarakat tergolong tinggi. d. Pengaruh media massa menurut masyarakattergolong tinggi. e. Pengaruh kebudayaan menurut masyarakat tergolong sedang. 2. Sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap pengembangan kawasan agropolitan meliputi : a. Sikap masyarakatterhadap tujuan dari program pengembangan kawasan agropolitan tergolong baik. b. Sikap masyarakat terhadap pelaksanaan dari program pengembangan kawasan agropolitan tergolong sangat baik. c. Sikap masyarakat terhadap hasil dari program pengembangan kawasan agropolitan tergolong sangat baik. 3. Hubungan
antara
faktor-faktor
yang
berhubungan
dengan
sikap
masyarakat sekitar Candi Sukuh dengan sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh
terhadap
pengembangan
kawasan
agropolitan,
pada
taraf
kepercayaan 95% sebagai berikut : a. Terdapat
hubungan
yang
sangat
signifikan
antara
pengaruh
pengalaman pribadi masyarakat sekitar Candi Sukuh dengan sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program pengembangan kawasan agropolitan dengan arah hubungan yang positif. b. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh orang lain yang dianggap penting oleh masyarakat sekitar Candi Sukuh dengan sikap
commit to user 70
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71
masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program pengembangan kawasan agropolitan dengan arah hubungan yang positif. c. Terdapat hubungan yang sangat signifikan antara pengaruh pendidikan non formal masyarakat sekitar Candi Sukuh dengan sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program pengembangan kawasan agropolitan dengan arah hubungan yang positif . d. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh media massa yang diterima masyarakat sekitar Candi Sukuh dengan sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program pengembangan kawasan agropolitan, dengan arah hubungan yang negatif. e. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh kebudayaan yang dimiliki masyarakat sekitar Candi Sukuh dengan sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program pengambangan kawasan agropolitan dengan arah hubungan yang negatif. B. Saran Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian sikap masyarakat terhadap program pengembangan kawasan Agropolitan, dapat diajukan saran sebagai berikut : 1. Bagi
pemerintah,
hendaknya
memberikan
penambahan
program
pendidikan non formal kepada masyarakat kawasan Agropolitan. Pendidikan non formal dapat berupa latihan-latihan yang dapat mengasah kemampuan dan menambah wawasan petani sekitar. Sehingga program pengembangan agropolitan yang dilaksanakan sesuai dengan harapan dan kebutuhan petani. 2. Bagi masyarakat kawasan agropolitan, perlu penyegaran dalam pencarian informasi dan pembinaan yang kontinyu dari tokoh panutan baik PPL, aparat pemerintah maupun swasta untuk lebih mengaktifkan anggota dalam mengikuti rapat rutin serta melaksanakan kegiatan program guna menumbuhkan rasa budaya gotong-royong.
commit to user