PERSEPSI DAN EXPEKTASI MASYARAKAT TERHADAP PENGEMBANGAN MAHASISWA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB UNTUK MENGHADAPI MASYARAKAT KOMPETISI DI ERA GLOBAL ASMAWATI DAN ISMAIL FAHRI Dosen Fakultas ADAB dan Humaniora IAIN STST Jambi Abstract: The aims of this research were to find out 1) the view of the public against the Department of Arabic Language and Literature (BSA), 2) the skills that needed to be given to students of BSA, 3) the expectations of stakeholders towards the development of a student majoring in Arabic Language and Literature. This design of this studied using qualitative approach by using describe phenomenon. The respondents of this study were the parents of students, teachers, the general public, and students themselves. Technique of collectin data through a questionnaire in the form of a quiz that open and closed. The data were analyzed by qualitative through analysis techniques suggested Miles and Huberman. The result of this research showed that the perception of parents and society toward the role of the Department of Arabic Language and Literature has been good. The expectations of society towards the development of skills of BSA students. The expectations of society towards the development of BSA department which maked BSA department become the center one. Key words: perception, expectation, global
A. PENDAHULUAN Kita sekarang sedang berada dalam suatu dunia terbuka, dunia yang menyatu. Terjadi perubahan yang dahsyat dalam seluruh arena kehidupan manusia. Kerjasama ekonomi internasional dan regional menggantikan blok-blok politik. Proses demokratisasi sedang melanda dunia. Sejalan dengan itu, manusia semakin sadar terhadap hak dan kewajiban. Demikian pula dalam kehidupan kebudayaan terjadi perubahan citra dengan adanya kebudayaan global yang mendesak dan menggoyang sendi-sendi budaya global. Inilah ciriciri kehidupan global dalam era globalisasi dewasa ini1. Ditopang oleh kemajuan teknologi, khususnya teknologi komunikasi, umat manusia benar-benar telah menjadi satu. Tidak ada lagi sudut-sudut di bumi ini yang terisolasi berkat teknologi komunikasi sehingga manusia hidup dalam dunia tanpa sekat. Nocholas Negroponte yang dikutip oleh H.R.Tilaar, menyatakan bahwa kehidupan manusia di bumi akan semakin mengerut sehingga kita tidak berbicara lagi dengan atom-atom tetapi dengan “bit’. Hal ini semakin memperkecil wilayah keberadaan manusia.
1
H.A.R.Tilaar. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam Prespektif Abad 21 ( Magelang : Tera Indonesia, 1998), hlm 60
1
Kini umat manusia bukan hanya berbicara tentang cyberspace tetapi juga mengenai cybercity, cybernation, bahkan sampai ke cybertoys dengan adanya tamagotchi yang kini bukan saja melanda anak-anak bahkan orang dewasa di Asia. Perkembangan ilmu pengetahuan secara eksponensial akan mengubah dengan sangat cepat cara dan gaya hidup manusia, bukan tidak mungkin menuntut loncatan-loncatan dalam pola dan gaya kehidupan dari masyarakat preshistoris kepada suatu masyarakat postindustry.2 Dengan adanya dunia tanpa batas, perdagangan bebas dan dunia yang terbuka, maka umat manusia lebih saling mengenal satu dengan yang lain. Ditambah lagi, manusia lebih saling mengenal kemampuan suatu bangsa, saling mengetahui kekayaan dan kebudayaan bangsa lain yang dengan sendirinya manusia semakin memperoleh pengetahuan yng lebih banyak dan horison yang lebih luas. Seorang manusia yang telah berkembang akan meningkatkan pandangannya menjadi lebih luas sehingga ia dapat membuat pilihan-pilihan bahkan dapat menyodorkan berbagai pilihan untuk sesamanya. Manusia yang dapat memilih adalah manusia yang berfikir sehingga ia juga mengenal hak dan kewajibannya. Manusia yang bodoh,berpenyakitan, dan miskin adalah manusia yang terbatas akan pilihan-pilihannya. Maka mereka akan melarat dan tergilas. Kehidupan di abad 21 menuntut manusia menjadi unggul dan menghasilkan karya yang unggul pula. Hal ini disebabkan karena masyarakat abad 21 adalah masyarakat terbuka yang memberikan berbagai jenis kemungkinan pilihan. Dengan sendirinya hanya manusia yang unggul3 yang dapat bertahan hidup dalam kehidupan yang penuh persaingan dan menuntut kualitas kehidupan, baik dalam produk maupun dalam layanan di dalam kehidupan bersama. Masyarakat abad 21 dalam pandangan H.A.R Tilaar adalah masyarakat terbuka, artinya komunikasi antara manusia di dalam berbagai aspek kehidupan akan bebas dari hambatan-hambatan. Salah satu ciri dari masyarakat abad 21 ialah lahirnya suatu masyarakat mega-kompetisi. Gelombang globalisasi yang melahirkan dunia yang terbuka telah mengubah semua aspek kehidupan manusia baik di dalam kehidupan politik, perdagangan, sosial budaya, serta hak dan kewajiban manusia. Seluruh kekuatan ini akan melahirkan apa yang 2
H.A.R. Tilaar. Beberapa Agenda. hlm 61 H.A.R. Tilaar membedakan dua jenis keunggulan yaitu 1) keunggulan individualistik, ialah manusia yang unggul tapi keunggulan tersebut hanya untuk kepentingan dirinya sendiri. Keunggulan yang diperolehnya diabdikan untuk mengumpulkan harta benda,untuk kepuasan ssendiri (hedonjsme) atau memupuk kekuasaan. Manusia yang unggul secara individualistik adalah manusia rakus yang saling mematikan satu dengan lainnya, inilah tipe manusia yang disebut homo homimi lupus, 2) keunggulan partisipatoris, yaitu manusia yang mempunyai sifat dan kemampuan untuk mengembangkan jaringan kerjasama dalam networking dan teamworking. Lihat H.A.R.Tilaar. Beberapa Agenda.. hlm 12 3
2
disebut kesadaran global. Kesadaran global bukan berarti melumatkan manusia menjadi partikel tidak berarti, tetapi justru menuntut sumbangan dari setiap individu dalam membina suatu masyarakat baru yang lebih baik. Maksudnya adalah hasil dari prestasi dan kreativitas manusia yang muncul karena kompetisi.4 Menurut H.R.Tilaar, akhir-akhir ini banyak dipermasalahkan mengenai peranan mahasiswa dalam memacu pembangunan nasional. Ada yang beranggapan bahwa mahasiswa dewasa ini semakin mandul dalam memecahkan masalah-masalah masyarakat. Masalah ini ternyata mempunyai banyak aspek yang seluruhnya bukan disebabkan oleh mahasiswa itu sendiri,
tetapi
mungkin
disebabkan
oleh
berbagai
faktor,
baik
faktor
lembaga
universitas/institut/kampus maupun faktor luar yang telah mempengaruhi kehidupan mahasiswa itu sendiri. Selain itu timbul pertanyaan, apakah memang benar mahasiswa memang sudah harus memecahkan masalah dalam masyarakat? Ada yang beranggapan justru sebaliknya, mahasiswa dewasa ini justru merupakan bagian dari masalah masyarakat itu sendiri. Barangkali telah terjadi pergeseran nilai yang telah menyebabkan perubahan peranan mahasiswa dalam kedudukannya yang khusus sebagai calon pemimpin masa depan. Masalah ini relevan di abad 21 yang merupakan abad ilmu dan teknologi akan mempersiapkan mahasiswanya untuk memegang peranan yang maha penting itu 5. Kini pertanyaan apakah lembaga perguruan tinggi kita mampu melaksanakan tugas berat ini sebagai lembaga yang mampu melahirkan generasi yang terampil menyelesaikan masalah masyarakat. Kalau kita setuju dengan gambaran tantangan globalisasi terhadap tata kehidupan seperti disyaratkan di atas, maka tidak ada jalan lain bagi kita kecuali harus mendefinisikan kembali orientasi dunia pendidikan. Mastuhu memberikan tiga rekomendasi perbaikan6 : pertama, perlu disadari bahwa pengaruh globalisasi berdampak saling ketergantungan antara berbagai pihak yang terkait. Oleh karena itu setiap pihak harus berdiri kokoh dengan identitasnya sendiri, bersikap maupun berprilaku terbuka serta lentur dan bijaksana dalam bekerjasama dengan berbagai pihak7. Kedua, seiring dengan itu, perlu juga disadari bahwa 4
H.A.R. Tilaar. Beberapa Agenda.. hlm 205 Ibid 373 6 Mastuhu.Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam (Jakarta : PT Logos, 1999) hlm 46-48 7 Berkaitan dengan abad ilmu dan teknologi-abad modern, ada sepuluh ciri modern antara lain, 1) terbuka dan bersedia menerima hal-hal baru dan inovasi dan perubahan, 2) berorientasi demokrasi dan mampu memiliki pendapat yang tidak selalu sama dan lingkungan sendiri, 3) berpijak pada kenyataan, menghargai waktu, konsisten dan sistimatik dalam setiap urusan, 4) selalu terlibat dalam perencanaan, 5) mampu belajar lebih lanjut untuk menguasai lingkungan, 6) memiliki keyakinan bahwa segalanya harus diperhitungkan, 7) menyadari dan menghargai harkat dan pendapat orang lain, 8) rasional dan percaya kepada kemampuan IPTEK, 9) menjunjung tinggi keadilan berdasarkan prestasi, kontribusi dan kebutuhan, 10) berorientasi kepada produktiftas, efektifitas dan efisiensi. 5
3
setiap negara hanya memiliki satu sistem pendidikan nasional Tidak ada sistem pendidikan umum yang berlaku bagi semua bangsa di dunia ini. Meskipun demikian, hal ini tidak berarti hanya ada satu badan yang menjadi pengelola tunggal pendidikan nasional. Ketiga, mengingat tantangan-tantangan tersebut, maka fungsi suatu lembaga pendidikan adalah menumbuh-kembangkan kemampuan belajar sendiri bagi anak didiknya dalam rangka menemukan jati diri dan menyongsong masa depan. Begitupula dengan Jurusan Bahasa dan Sastra Arab yang merupakan lembaga terkecil dalam Fakultas Adab dan Humaniora IAIN Sulthan Thaha Saifudin Jambi diharapkan mampu melahirkan generasi yang mampu membangun masyarakat dan mampu bersaing di era global dalam masyarakat kompetitif. Kemampuan bersaing yang diemban oleh Jurusan Bahasa dan Sastra Arab lebih pada pengembangan bahasa asing khususnya Bahasa Arab. Jurusan Bahasa dan Sastra Arab mengemban amanah yang berat untuk membangun mahasiswa yang berkualitas kompetitif dalam menghadapi era global, maka Jurusan Bahasa dan Sastra Arab perlu membenahi kurikulum dan pola pengajaran yang mampu melahirkan generasi yang unggul. Dari hasil pengamatan mahasiswa BSA yang sangat berharap Jurusan BSA menciptakan kegiatan yang merangsang peningkatan akademis mahasiswa dan dosen. Kerinduan itu karena Jurusan Bahasa dan Sastra Arab sangat jarang bahkan tidak pernah mengadakan kegiatan yang meningkatkan ketrampilan dan akademis mahasiswa. Dari hasil dialog dengan masyarakat juga mengharapkan Jurusan BSA lebih aktif dan giat meningkatkan keterampilan mahasiswa. Karena begitu besar harapan dan amanah masyarakat terhadap Jurusan BSA untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dan dosen, maka Jurusan Bahasa dan Sastra Arab ingin mengadakan penelitian survei kepada masyarakat, dengan tujuan untuk mencari format tersebut perlu masukan pandangan dari stakeholder agar Jurusan Bahasa dan Sastra Arab ke depan lebih maju dan lebih dikenal oleh masyarakat.
B. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif untuk mengkaji lebih dalam. Penelitian ini menggunakan pendekatan survei, karena data yang dikumpulkan dari responden yang banyak jumlahnya dengan menggunakan kuesioner. Hal itu dilakukan untuk membuat generalisasi untuk populasi yang besar. Pendekatan survei ini tidak terlalu berbeda dengan penelitian ilmiah lainnya dan merupakan usaha sistimatis untuk mengungkapkan suatu fenomena sosial yang menarik
4
perhatian. Maka fenomena dalam penelitian ini adalah situasi penerimaan mahasiswa yang mengalami fluktuasi. Data penelitian ini diambil dari stakeholder yang terdiri atas orang tua mahasiswa aktif dan alumni, serta masyarakat yang peduli kepada Jurusan Bahasa dan Sastra Arab. Pembentukan sasaran penelitian ini dilakukan dengan cara pengambilan sampel acak (random sampling) di setiap lulusan/alumni maupun setiap jenjang mahasiswa aktif. Tiap unit penelitian atau satuan elemen populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih8. Tapi untuk mahasiswa aktif secara keseluruhan akan dijadikan populasi data. Jumlah responden yang digunakan 100 responden yang terdiri dari mahasiswa aktif ditambah alumni mahasiswa perangkatan serta masyarakat yang peduli Jurusan BSA. Setelah angket disebar sebanyak 100 angket, hanya 69 angket yang kembali ke peneliti. Jadi, jumlah data yang diolah hanya 69 responden. Kuesioner dibuat dengan menggunakan model pertanyaan kombinasi terbuka dan tertutup, dimana jawaban kuesioner sudah ditentukan yang disusul dengan pertanyaan terbuka agar responden lebih bebas memberikan jawaban9. Kuesioner dibagi dalam tiga kategori pertanyaan, yaitu, 1) pertanyaan tentang eksistensi Jurusan Bahasa dan Sastra Arab, 2) harapan masyarakat terhadap keterampilan apa saja yang dibutuhkan mahasiswa, 3) harapan masyarakat terhadap pengembangan lembaga Jurusan Bahasa dan Sastra Arab. Variabel yang digunakan sebagai acuan dalam pembuatan pertanyaan kuesioner adalah :
Persepsi/ pandangan orang tua mahasiswa, mahasiswa, dan masyarakat umumnya terhadap eksistensi Jurusan Bahasa dan Sastra Arab dulu dan akan datang.
Keterampilan apa saja yang cocok bagi masyarakat yang harus diberikan kepada mahasiswa.
Harapan orang tua mahasiswa dan masyarakat ke masa akan datang bagi Jurusan Bahasa dan Sastra Arab.
Wawancara adalah salah satu bagian terpenting dari sebuah penelitian. Model wawancara yang dipergunakan adalah wawancara yang terstruktur terhadap narasumber, sehingga mampu mendapatkan informasi yang seluas-luasnya yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Hal yang diwawancarakan berkisar harapan ke depan bagi Jurusan BSA dan masukan bagi pengembangan kurikulum.
8
Masri Singarimbun dan Sofian Efendi. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: Pustaka LP3ES, hlm.178 Ibid.
9
5
Peneliti menggunakan wawancara terbuka yang bersifat mendalam (covert and over interview) Hal itu berdasarkan pendapat Moleong bahwa dalam penelitian kualitatif sebaiknya menggunakan wawancara terbuka, dimana para subjek mengetahui bahwa mereka sedang diwawancarai10.
Adapun hal-hal yang akan diwawancarai berkisar mengenai
program-program, pengembangan sumber daya dosen mahasiswa dilakukan oleh Jurusan BSA. Narasumber yang diwawancara diantaranya dosen dan mahasiswa. Wawancara kepada dosen adalah untuk mengetahui bagaimana harapan dalam pengembangan keilmuan mereka, sedangkan wawancara kepada mahasiswa untuk mengetahui kegiatan apa saja yang diharapkan mahasiswa di masa depan. Analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasi11. Proses analisa data dalam penelitian ini selain dengan perhitungan statistik yang menggunakan tiga proses analisa data yang saling berhubungan yaitu: reduksi data, displai data dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Reduksi data melalui penyeleksian dan pendataan data, lalu dikode dan dikelompokkan. Displai data dengan cara menampilkan data-data kualitatif dan statistik dalam bentuk gabungan informasi dan ringkasan terstruktur sehingga memungkinkan untuk dilakukannya penarikan kesimpulan. Proses selanjutnya yaitu penarikan kesimpulan dan melakukan verifikasi data yang mencakup proses penafsiran, pemaknaan data dan pengujian data. Hal ini perlu dilakukan apabila ditemukan data baru akan terus dilakukan revisi data sehingga data selalui valid dan kesimpulan bisa tepat pada tujuan.
C. PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP JURUSAN BSA Jurusan bahasa dan sastra arab yang disingkat menjadi BSA adalah jurusan yang berdiri sejak tahun 2000, sampai sekarang jurusan ini tetap berdiri dan menerima mahasiswa setiap tahun tidak kurang satu kelas dengan jumlah mahasiswa perkelas kurang 20 mahasiswa. Pada tahun 2012 jurusan BSA telah terakreditasi B dengan nilai 325. Dalam pandangan masyarakat, sekitar 99 % menyatakan bahwa peran jurusan bahasa dan sastra arab fakultas Adab IAIN Sulthan Taha saifudin Jambi masih sangat dibutuhkan, hal itu disebabkan karena jurusan BSA bertanggun jawab untuk memberikan ketrampilan kepada mahasiswa dalam bahasa arab dan kritik terhadap pengembangan bahasa dan sastra arab di Jambi. Ahli-ahli bahasa arab sangat dibutuhakan di daerah jambi, karena masyarakat Jambi masih sangat religious, dan ketrampilan berbahasa arab adalah ketrampilan yang 10
Lexy J.Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta : Rosdakarya, 2010) hlm 189 Masri Singarimbun dan Sofian Efendi. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: Pustaka LP3ES, hlm.178
11
6
sangat langka, karena tidak semua orang mampu menguasai bahasa secara aktif lisan dan tulisan, penguasaan bahasa arab biasanya hanya pada taraf penguasaan membaca dan menerjemahkan. Jurusan bahasa dan sastra arab (BSA), sangat dikenal dimasyarakat, dan sangat seujut terhadap keberadaan jurusan BSA, hal itu terbukti dalam sebaran angket, 90 % masyarakat menyatakan mengetahui dan mengenal keberadaan jurusan BSA Fak Adab IAIN STS Jambi, dan hanya 10 % yang tidak mengenal. Pengetahuan dan pengenalan masyarakat terhadap jurusan BSA 25 % dikenal melalui dosen IAIN, 35 % menyatakan mengenal jurusan BSA melalui mahasiswa IAIN STS Jambi, dan hanya 10 % masyarakat mengenal jurusan BSA melalui media cetak dan elektronik. Pengenalan masyarakat terhadap jurusan BSA melalui media elektronik dan cetak sangat sedikit, hal itu disebabkan kurang baiknya hubungan lembaga ini dengan media, sehingga setiap kegiatan jurusan BSA jarang diliput oleh media. Tapi dalam setahun terakhir ini hampir seluruh kegiatan jurusan sudah diliput dan dapat disaksikan liputan acaranya dimedia elektronik dan cetak. Minimnya informasi , jurusan BSA secara detil seperti telah terakreditasinya jurusan BSA dengan prediket B hanya 29 % yang mengeahui, dan 40 % belum mengetahui, hal itu juga disebabkan tidak adanya wadah informasi jurusan BSA, kurangnya komunikasi jurusan dengan masyarakat. Jurusan Bahasa dan Sastra Arab memliki visi dan misi untuk sebagai arah pengembangan dimasa depan. Adapun visi jurusan bahasa dan sastra arab adalah “menjadi jurusan yang unggul dalam bahasa dan sastra arab di era global” ketika visi jurusan ini dipertanyakan dan dimintakan komentar masyarakat apakah visi jurusan ini sudah pas dan sesuai dengan masa depan, 100 % mereka menyatakan sangat setuju dengan visi tersebut karena memang jurusan BSA bertugas menyiapkan generasi akan dating dengan ketrampilan berbahasa arab secara aktif untuk menghadapi persaingan global dimasa depan mereka. Adapun miisi jurusan BSA adalah bertanggung jawab menyelenggarakan kajian dan penelitian pengembangan di bidang bahasa dan sastra arab dan melahirkan lulusan yang menguasai bidang bahasa dan sastra arab serta memapu berbahasa arab secara baik dan benar, misi ini ketika ditanyakan komentar masyarakat, mereka 100 % menyatakan sangat setuju karena jurusan BSA memang harus menyelenggarakan pendidikan bahasa arab, dan harus melahirkan lulusan yang berkualitas dan mampuni dalam bidang bahasa arab baik dari segi penggunaan bahasa arab itu sendiri atau dari segi pengembangan bahasa arab melalui penelitian. D. HARAPAN MASYARAKAT TERHADAP KETRAMPILAN MAHASISWA JURUSAN BSA 7
Mahasiswa dalam ilmu sosial disebut agen perubahan, tentu dipundak mahasiswa harapan perubahan masyarakat menuju kemajuan. Oleh karena itu mahasiswa harus diberikan ketrampilan yang menunjang kehidupan mereka dimasa datang dan diberi ketrampilan yang membuat mereka hidup lebih baik lagi. Mereka pada akhirnya mampu melakukan perubahan dalam masyarakat. Mahasiswa BSA ini selama kuliah kebanyakan menjadi pengurus atau takmir masjid, dan mereka diberikan ketrampilan berbahasa dan menguasai ilmu bahasa arab. Oleh karena hal tersebut, jurusan BSA akan memberikan ketrampilan berupa ilmu da’wah yang merupkan ilmu tambahan atau skil yang sangat dibutuhkan dan menunjang masa depan mereka dan mengasah ketrampilan bahasa arab mereka. Ketika ditanyakan kepada masyarakat perihal mahasiswa akan mendapat tambahan ilmu da’wah dalam konstruk kurikulum BSA untuk tahun 2013 sebagai matakuliah pilihan, maka sekitar 59 % mereka setuju dengang kebijakan tersebut, hal ini berarti mayoritas masyarakat setuju dengan perlunya mahasiswa BSA dibekali dengan ilmu da’wah, dan hanya 15 % yang kurang setuju karena tidak sesuai dengan jurusan BSA yang semestinya mengembangkan ketrampilan berbahasa bukan ketrampilan da’wah yang merupakan lahan fakultas ushuludin. Mahasiswa BSA adalah mahasiswa yang berdasarkan visi dan misi jurusan akan bertanggung jawab pada pengembangan bahasa arab, maka ketika ditanya kepada masyarakat mengenai perlunya mahasiswaq BSA mengusai empat ketrampilan dalam berbahasa yaitu ketrampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis, secara komunikatif maka 65% menjawab sangat setuju, itu artinya hampir 100% mereka mendukung dan sangat setuju jika empat ketrampilan berbahasa arab itu dibekali kepada mahasiswa BSA, karena selama ini mahasiswa BSA itu ketika keluar dari kampus dan telah dinyatakan lulus dan mendapat gelar sarjana, mereka tidak mampu untuk berbahasa secara ekspresif baik bicara atau menulis, mereka hanya berbahasa pasif. Menurut Suwarno, dalam pembelajaran bahasa mengandung makna bahwa subjek belajar harus dibelajarkan, bukan diajarkan, dengan demikian kegiatan belajar berpusat pada subjek belajar (leaner). Oleh karena itu subjek belajar biasa disebut pembelajar.Pembelajar artinya harus aktif, mencari, menemukan dan menganalisasi, memecahkan masalah. Belajar bahasa dengan metoede
komunikatif,
ingin
mengembalikan
kepada
haikakt
bahasa
sebagai
komunikasi12.Bukan suatu rahasia lagi ketrampilan berbahasa arab secara aktif ini memang selama ini dirasa sangat kurang bagi mahasiswa sastra, padahal di jurusan BSA tempat pengemblengan empat ketrampilan berbahasa.
12
Suwarno.Strategi Penguasaan Bahasa. (Jakarta : Adicita, 2002) hlm 21
8
Ketika dikelas, mahasiswa sulit untuk memahami sastra arab, baik syair, prosa atau ilmu balaghoh serta karya sastra lain. Ilmu balagho, naqdul adab, tarikh adab mereka kurang tertarik untuk mendalami kerena menurut mereka ilmu-ilmu tersebut sulit difahami. Berangkat dari problem tersebut, ketika ditanya kepada masyarakat apakah mahasiswa BSA tidak perlu dibekali dengan ilmu sastra arab secara medalam, mereka 50 % mereka tidak setuju, karena jurusan BSA adalah jurusan yang mengembangkan bahasa dan sastra arab, yaitu ada kata sastra arab yang menjadi perhatian, menurut mereka kata sastra dibuang saja. Dan hanya 19 % yang setuju, hal itu disebabkan karena sulitnya memahami sastra dan dari segi manafaat di masyarakatpun mereka merasakan bahwa ketrampilan sastra
tidak
dibutuhkan, yang mereka rasakan dibtuhkan di masyarakat adalah ketrampilan berbahasa arab. Di jurusan BSA terdapat matakuliah utama yang merupakan matakuliah unggulan yaitu “almasrohiyah” (drama on stage). Matakuliah ini membutuhkan disamping ketrampilan berbahasa arab juga ketrampilan membuat naskah drama. Maka jurusan BSA akan memberikan matakuliah khusus penulisan cerpen, naskah drama dan film yang sementara ini matakuliah penulisan cerpen masih menyatu dengan matakuliah “maharatul kitabah III”. Setelah diajukan pertanyaan kepada masyarakat tentang matakuliah penulisan cerpen dan naskah drama dan film, 86,95% menyatakan sangat setuju, dan hanya 14,92% yang menyatakan kurang setuju. Masyarakat yang setuju diadakan matakuliah khusus penulisan cerpen dan naskah film dan drama, mereka mengatakan bahwa mahasiswa perlu dibekali dengan skill disamping ketrampilan menulis karya ilmiah mereka juga diberi ketrampilan menulis cerita, hal itu sesuai dengan jurusan BSA yaitu kesastraan, dan salah satu ketrampilan unggulan bidang sastra adalah menulis. Selanjutnya dalam konstruk kurikulum jurusan BSA mahasiswa diberi matakuliah “maharatul kalam III” (ketrampilan berbicara III). Pada matakuliah tersebut, mahasuswa akan diberi ketrampilan menyampaikan berita secara lisan dalam bahasa arab. Oleh karena itu mahasiswa membutuhkan skill atau teknik pelaporan berita yang kita kenal dengan “reportase berita”. Berkenaan dengan hal tersebut, jurusan BSA akan memasukkan matakuliah jurnalistik yaitu tentang dunia kewartawanan. Tawaran ini disampaikan kepada masyarakat, dan ternyata masyarkat merespon positif, terbukti
72% mereka setuju dengan ide
penambahan matakuliah jurnalistik, dan hanya 28 % yang menyatakan kurang setuju. Bagi masyarkat yang setuju masuknya tambahan matakuliah jurnalistik hal itu berkaitan dengan goal (tujuan) jurusan BSA yaiu terampil dibidang sasatra dan bahasa, dan berkait kelindan dengan ketrampilan menulis, karena untuk mengasah ketrampilan menulis, mahasiswa perlu 9
diperkenalkan dengan dunia jurnalistik.Sedangkan bagi masyarkat yang kurang setuju tentu mereka menganggap jurnalistik tidak dibutuhkan karena bukan bidang garapan jurusan BSA. Pemberian ketrampilan yang mengarah ke dunia kerja merupakan usaha jurusan BSA untuk mendekatkan mahasiswa ke dunia kerja, agar mereka setelah lulus mendapat pekerjaan yang layak dan sesuai dengan ketrampilan yang mereka peroleh. Bukti data bahwa lulusan IAIN mudah mendapatkan pekerjaan di masyarakat telah dibuktikan melalui hasil penelitian penelusuran alumni.Dalam penelitian tersebut yang dijadikan sampel adalah dari 14 IAIN adalah IAIN yang besar seperti IAIN Yigyakarta, Jakarta dan IAIN Surabaya.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lulusan IAIN 70 % mendapatkan pekerjaan, walaupun banyak yang tidak sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni.Tapi secara umum mereka telah bekerja, adapun bidang pekerjaan yang dijalankan oleh alumni IAIN adalah bidang pertanian, konstruksi, lingkungan, pendidikan, perdagangan, keuangan, hokum, keagamaan, informasi dan sebagainya13. Pada tahun 2011 jurusan BSA pernah mengadakan survey tingkat penyerapan alumni BSA di masyarakat, hasilnya sangat mengejutkan bahwa alumni jurusan BSA 40% mereka bekerja sebagai guru bahasa arab dan juga ada yang menjadi wartawan di media cetak dan elektronik. Melihat kenyataan tersebut, maka jurusan BSA membekali mahasiswa dengan ketrampilan seni mengajar bahasa arab atau memasukkan matakuliah metodologi pengajaran bahasa arab. Setelah ditawarkan kepada masyarakat, 79 % masyarakat menyatakan setuju dengan masuknya matakuliah metodologi pengajaran bahasa arab dalam konstruk kurikulum BSA, hal itu mengingat tidak semua mahasiswa itu mempunya hobi menulis, tapi ada juga diantara mereka yang mempunyai ketrampilan mengajar. Oleh karena itu mahasiswa perlu juga dibekali dengan seni mengajar bahasa arab. Ketrampilan mengajar perlu diberikan dan dilatihkan agar ketika mereka akan mengajar mereka sudah memahami bagaimana mengajar yang baik sehingga mereka akan menjadi guru yang professional.
E. HARAPAN MASYARAKAT TERHADAP PENGEMBANGAN BSA Harapan adalah kecenderungan individu mempersepsi sesuai dengan apa yang diinginkan. Ketika seseorang melihat atau menghayati sesuatu, maka timbul persepsi dalam diri yang bersangkutan. Apabila yang bersangkutan memiliki keinginan tertentu yang berkaitan dengan objek, maka muncul harapan. Harapan itu dapat berupa keinginan untuk terjadinya sesuatu, begitu juga untuk tidak terjadinya sesuatu berkenaan dengan objek yang dimaaksud. Harapan
13
Mastuhu. Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam.. hlm 163-165
10
masyarakat sangat besar kepada jurusan bahasa dan sastra arab dalam rangka mengembangkan keilmuan bahasa arab. Oleh karena itu untuk mengetahui perkembangan bahasa arab di tingkat local dan nasional, serta untuk mengetahui bagaimana harapan masyarakat terhadap jurusan BSA di masa dating, maka jurusan bahasa dan sastra arab berkeinginan membuat Pusat Studi kajian bahasa dan sastra arab, keinginan ini ketika dikomunikasikan kepada masyarakat ,maka komentar masyarakat sekitar 90 % menyatakan sangat setuju, karena pusat studi ini akan bermanfaat untuk pengembangan bahas dan sastra arab, harapan masyarakat bagaimana pengelolaan pusat studi sebaiknya disamping melibatkan dosen juga melibat mahasiswa sebagai ajang latihan mereka untuk berfikir secara keilmuan tentang bahasa dan sastra arba. Kalau perlu yang dikembangkan dalam pusat studi adalah pembudayaan riset ilmiah kebahasaan, agar mahasiswa mengerti perkembangan bahasa arab baik di dunia tempat bahasa arab itu lahir maupun ditempat bahasa arab menjadi bahasa yang digemari terutama di Indonesia. Pusat studi ini seharusnya sudah lama dibentuk karena untuk menguptodate perkembangan kebahasaan Arab. Jurusan Bahasa dan Sastra Arab ini didaerah kurang begitu dikenal masyarakat, karena kurangnya peluang promosi jurusan BSA secara khusus diluar daerah. Oleh karenaitu jurusan BSA berencanaakan melakukan sosialisasi program jurusan BSA dan sekaligus memberikan pelatihan bagi mahasiswa untuk ikut serta mengemban amanah jurusan untuk memperkenalkan ke masyarakat luas. Keinginan jurusan BSA menggandeng mahasiswa untuk terlibat dalam kegiatan sosialisasi ke daerah diluar kampus. Keinginan dan rencana tersebut didukung oleh masyarakat, hal terbukti 90 % masyarakat setuju, hal itu disebabkan karena keterlibatan mahasiswa dalam sosialisasi paling tidak memupuk rasa bertannggung jawab terhadap pengembangan jurusan dan memiliki sense of belonging, atau rasa memiliki, dengan tumbuhnya rasa memiliki jurusan ini membuat mahasiswa tetap menjaga nama jurusan tetap baik dan menumbuhkan kecintaan terhadap almamater. Jadi masyarakat sangat setuju dengan keikut-sertaan mahasiswa dalam kegiatan sosialisasi. Karena jurusan BSA ini menjadi jurusan yang diharapkan kontribusinya bagi pengembagan ketrampilan umat Islam, maka jurusan bahasa dan sastra arab mencoba membuat kegiatan yang terus menunjang dan meningkatkan ketrampilan dosen secara akademis, dan juga meningkatkan ketrampilan mahasiswa secara akademis dan keilmuan. Harapan masyarakat berkenaan dengan peningkatan jurusan BSA sekitar 90 % setuju dengan jurusan BSA yang berkomitmen akan selalu membuat kegiatan pengembangan dan pengayaan, peningkatan ketrampilan dosen dan mahasiswa. Terdapat harapan lain dari 11
masyarakat yaitu diaktifkannya bahasa arab sebagai bahasa komunikasi sehari-hari minimal ketika mahasiswa berurusan dengan jurusan bahasa arab, kenapa demikian karena untuk membiasakan mahasiswa selalu berkomunikasi dengan bahasa Arab, kebiasaan berbahasa ini pada akhirnya meningkat taraf kemampuan mahasiswa dalam berbahasa Arab. Agar peningkatan kebahasaan itu meningkat, masyarakat mengusulkan agar jurusan bahasa menjaring kerjasama dengan kedutaan Arab untuk mendatangkan native speakers, dengan kehadiran orang Arab atau pengajar Arab tentu merangsang mahasiswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Arab, disamping itu pula kehadiran orang Arab mampu dijadikan sebagai contoh berbahasa Arab sesuai dengan penutur aslinya.
F. SIMPULAN Setelah dijelaskan dalam pemaparan sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Persepsi atau pandangan masyarakat terhadap peran jurusan Bahasa dan Sastra Arab, 90 % menyatakan bahwa jurusan BSA sangat dibutuhkan, dan 90 % masyarakat menyatakan bahwa mereka mengenal dan mengetahui keberadaan jurusan BSA, kemudian mengenai visi dan misi jurusan BSA, 100 % masyarakat sangat setuju dan berharap untuk mewujudkan apa yang menjadi visi dan misi jurusan BSA. 2. Harapan masyarakat terhadap pengembangan ketrampilan mahasiswa jurusan BSA, pada bangunan kurikulum 2013, ini jurusan BSA memasukkan matakuliah pilihan berupa matakuliah ilmu Da’wah, dengan tambahan matakuliah ini, 59 % masyarakat setuju, begitupulan dengan upaya jurusan BSA untuk mengembangan empat ketrampilan berbahas arab seperti, istima’, kalam, qiraa’ah dan kitabah, secara bersamaan dengan memperbanyak praktek, 70 % mereka sangat setuju. Ketika jurusan mengajujakan pertanyaan berkenaan dengan penghapusan matakuliah seperti naqdul adab, tarikh adab dan balaghoh, maka 70 % masyarakat tidak setuju. Jurusan juga berencana memberikan ketrampilan berupa penulisan naskah drama dan cerpen, maka 86 % masyarakat sangat setuju. Begitupula dengan matakuliah jurnalistik sebagai tambahan bekal mahasiswa, masyarakat 73 % sangat setuju. Karna alumni BSA banyak yang mengajar bahasa Arab di luar kampus, maka jurusan Bahasa Arab memasukkan matakuliah metodologi pengajaran bahasa Arab, masyarakatpun sangat setuju. 3. Harapan
masyarakat
terhadap
pengembangan
jurusan
BSA,
jurusan
BSA
berkeinginginan membuat pusat studi bahasa dan sastra Arab, masyarakat menyambut baik dan sangat setuju. Jurusan bahasa dan sastra Arab ketika mengadakan sosialisasi 12
jurusan ke daerah-daerah, jurusan mengajak mahasiswa ikut serta, masyarakat sangat setuju dengan rencana tersebut. Kemudian 70 % masyarakat mengusulkan untuk menjaring kerjasama dengan kedutaan Arab, agar mereka mengirimkan tenaga pengajaran bahasa yang asli ke jurusan BSA.
BIBLIOGRAFI Drever. Kamus Psikologi. Diterjemah oleh Nancy. Jakarta: Bina Aksaran. 1990 H.A.R.Tilaar. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam Prespektif Abad 21. Magelang: Tera Indonesia. 1998 Lexy J.Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rosdakarya. 2010 Lynn Wilcox. Psikologi Kepribadian: Analisis Seluk Beluk Kepribadian Muslim. Yogyakarta: IRGSoD. 2013 Masri Singarimbun dan Sofian Efendi. Metode Penelitian Survei. Jakarta: Pustaka LP3ES. 1989 Mastuhu. Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam. Jakarta: PT Logos. 1999 Mar’at. Sikap dan Perubahan serta Pengukurannya. Jakarta: Ghalia Indonedia. 1984 Suwarno. Strategi Penguasaan Bahasa. Jakarta: Adicita. 2002 Winkel, WS. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramadia. 1989
13