PERSATUAN DALAM NEGARA INDONESIA
Dosen
:
Drs, Tahajudin Sudibyo
Nama
:
Mohammad Fajri (11.11.4802)
Kelompok
:
C
Program Studi
:
Strata 1
Jurusan
:
Teknik Informatika
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011
Persatuan Dalam Negara Indonesia
Abstrak Bangsa Indonesia adalah bangsa yangmemiliki banyak ragam budaya yang berbeda-beda dari setiap suku daerah yang berbeda pula. Perbedaan itu sendiri justru memberikan kontribusi yang cukup besar pada citra bangsa Indonesia. Kebudayaan dari tiap-tiap suku daerah inilah yang menjadi penyokong dari terciptanya budaya nasional Indonesia. Selain itu, perbedaan juga akan menyulut terjadinya sebuah konflik jika para pelakunya tidak dapat mengendalikan emosi mereka masing-masing. Lingkungan dan masyarakat sangatlah menentukan bagaimana sebuah kebudayaan itu tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat itu sendiri. Ancaman lain yang turut serta datang dan membahayakan kebudayaan bangsa adalah budaya asing yang terbawa dalam arus globalisasi. Seiring dengan berjalannya waktu, manusia akan mengikuti budaya yang sedang marak dan mulai melupakan budaya nenek moyang mereka, walaupun pada hakikatnya manusia tidak dapat bebas dari budayanya sendiri. Jika kita melihat bangsa Indonesia pada masa lalu, maka yang ada di benak kita adalah sebuah pertanyaan “mengapa bagsa Indonesia dapat menunjukkan kesatuaannya saat itu dan sekarang tidak?”. Hal itu terjadi karena seluruh komponen masyarakat dalam masa penjajahan. Sekarang, rasa persatuan tersebut hanya dapat kita lihat dalam beberapa kejadian saja di mana seluruh komponen masyarakat Indonesia kembali merasa senasib, sepenanggungan, dan seperjuangan. Dalam permainan sepak bola misalnya. Baik masyarakat Jawa, Batak, Minang, Sunda, dan masyarakat budaya Indonesia lainnya akan mendukung tim sepak bola Indonesia dengan rasa kesatuannya, yaitu Indonesia. Dengan kata lain, kebudayaan Nasional Indonesia tidak bisa hanya diukur dengan salah satu budaya daerah saja. Kebudayaan Nasional Indonesia harusnya bersifat umum yang bisa diikuti oleh semua suku-suku bangsa Indonesia, dan bukan menggunakan budaya di mana pusat pemerintahan itu dijalankan.
1.
Latar Belakang Masalah
Indonesia hidup di dalam berbagai macam keberagaman, baik itu suku, bangsa, budaya dan agama. Dari ke semuanya itu, Indonesia berdiri dalam suatu keutuhan. Menjadi kesatuan dan bersatu di dalam persatuan yang kokoh di bawah naungan Pancasila dan semboyannya, “Bhinneka Tunggal Ika”. Pancasila membuat Indonesia tetap teguh dan bersatu di dalam keberagaman budaya. Dan menjadikan Pancasila sebagai dasar kebudayaan yang menyatukan budaya satu dengan yang lain. Nilai yang terkandung dalam sila Persatuan Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan keempat sila lainnya karena seluruh sila merupakan suatu kesatuan yang bersifat sistematis. Nilai persatuan itu didorong untuk mencapai kehidupan kebangsaan yang bebas dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat. Perwujudan Persatuan Indonesia adalah manifestasi paham kebangsaan yang memberi tempat bagi keberagaman budaya atau etnis yang bukan ditujukan untuk perpecahan namun semakin eratnya persatuan, solidaritas tinggi, serta rasa bangga dan kecintaan kepada bangsa dan kebudayaan.
2.
a.
Rumusan Masalah
Bagaimana hubungan antara sila ketiga Pancasila dengan keanekaragaman budaya Indonesia ?
b.
Bagaimana pengaruh budaya negara luar terhadap budaya Indonesia ?
c.
Apakah muncul konflik dengan adanya keanekaragaman budaya Indonesia?
3. a.
Pendekatan : Historis Masa penjajahan yang sangat panjang oleh bangsa‐bangsa Eropa dan Jepang, disamping telah berdampak pada penderitaan rakyat, ternyata juga telah menumbuhkan kesadaran baru kepada rakyat dari berbagai daerah di seluruh wilayah Nusantara. Penjajahan tersebut memicu lahirnya rasa dan semangat kebangsaan. Dari sinilah kemudian impian yang berkenaan dengan kebangsaan dan kemerdekaan diwujudnyatakan menjadi bentukbentuk gerakan dan perkumpulan. Berbagai pergerakan kebangsaan tersebut akhirnya membulatkan tekad untuk menyatukan segenap potensi perjuangan demi terciptanya satu kekuatan yang lebih besar untuk merealisasikan segala impian kebangsaan dan kemerdekaan. Sumpah Pemuda yang diikrarkan pada Kongres Pemuda II tanggal 28 Oktober 1928 merupakan wujud tekad seluruh komponen masyarakat Nusantara untuk menyatukan diri sebagai satu bangsa, dalam satu wadah kesatuan tanah air, serta menjunjung tinggi bahasa persatuan, Indonesia.
b.
Sosiologis 1) Indonesia memiliki budaya yang beragam berdasarkan etnis dengan bahasa daerah yang berbeda beda. Masyarakat Indonesia bukan saja hidup di kota‐kota besar dengan cara hidup yang lebih maju dan modern, tetapi juga masyarakat pedesaan dan masyarakat pedalaman yang jauh dari pusat kota dan terpencil yang masih sangat sederhana. 2) Betapapun kecilnya suatu etnis, mereka tetap mengharapkan pengakuan dan penghargaan sebagai entitas sosial dan sebagai warga bangsa. Dalam masyarakat perlu adanya kehidupan saling menghargai. Perbedaan budaya, kebiasaan, dan adat istiadat haruslah dipandang sebagai potensi kekuatan bangsa yang diikat menjadi kekuatan nyata persatuan bangsa dan hal ini secara simbolis telah dicantumkan dalam slogan Bhinneka Tunggal Ika.
3) Dalam tingkat kehidupan berbangsa dan bernegara, keragaman etnis dan budaya masyarakat Indonesia harus diikat dalam nilai‐nilai, norma‐norma dan aturan‐aturan kebangsaan dan kenegaraan. Nilai tersebut bukan saja untuk menjaga kolektivitas bangsa tetapi juga menjaga harmoni kehidupan antar kelompok masyarakat dan antar warga negara. c.
Yuridis Pembukaan UUD 1945 alinea kedua mengacu dalam persatuan Indonesia bahwa perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
4. a.
Pembahasan Hubungan antara sila ketiga pancasila dengan keanekaragaman budaya Indonesia Dalam sila Persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa negara adalah sebagai
penjelmaan sifat kodrat manuasia monodualis yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Negara adalah suatu persekutuan hidup bersama diantara elemen-elemen yang membentuk negara yang berupa, suku, ras, kelompok, golongan maupun agama. Perbedaan bukan untuk diruncingkan menjadi konflik dan permusuhan melainkan diarahkan pada suatu sintesa yang saling menguntungkan yaitu persatuan dalam kehidupan bersama untuk mewujudkan tujuan bersama. Negara mengatasi segala paham golongan, etnis, suku, ras, indvidu, maupun golongan agama. Negara memberikan kebebasan untuk merealisasikan seluruh potensinya dalam kehidupan bersama yang bersifat integral. Oleh karena itu tujuan negara dirumuskan untuk melindungi segenap warganya dan seluruh tumpah darahnya, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan warganya serta dalam kaitannya dengan pergaulan dengan bangsa-bangsa lain di dunia untuk mewujudkan suatu ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.
b.
Pengaruh budaya luar terhadap budaya Indonesia Dari waktu ke waktu budaya barat semakin marak dan diserap dengan mudah oleh
masyarakat. Tidak peduli budaya itu merusak ataukah tidak, namun nampaknya masyarakat kita lebih suka menghadapi budaya-budaya luar itu daripada melestarikan budaya tanah airnya sendiri. Hal ini harus bisa disikapi dengan seksama karena bila kebiasaan ini terus berlangsung tanpa proses penyaringan dan pengontrolan, maka dapat dipastikan bahwa budaya Indonesia akan hilang lenyap tinggal nama. Permasalahan ini timbul bukan karena faktor luar, namun timbul dari diri pribadi masing-masing warga masyarakat yang seakan malu dan menganggap kuno budayanya sendiri. Beberapa contoh budaya asing yang sangat negatif namun telah marak di Indonesia yaitu freesex, pengkonsomsian narkoba, dan abortus. Freesex ini bukan hanya dilakukan oleh orang dewasa saja, namun dari golongan remajalah yang sekarang ini marak. Pengkonsomsian narkoba dilakukan orang barat untuk merilekskan pikiran mereka dari berbagai macam kerumitan hidup, untuk menambah stamina, semangat, dan kreatifitas saat bekerja itupun dengan dosis aman bagi
mereka. Namun di Indonesia mengkonsumsi narkoba adalah ajang coba-coba dan cara menghilangkan stress tanpa mengetahui kandungan zat berbahaya yang ada di dalamnya. Sehingga tidak jarang kasus kematian, tindak kriminal dan kenakalan remaja yang disebabkan benda haram tersebut. Kasus abortus ini sebenarnya tidak terlalu jauh hubungannya dengan kasus freesex. Inilah banyak kaum wanita yang hamil di luar nikah dan karena rasa malu kebanyakan para wanita itu melakukan aborsi. Kebudayaan luar sangat berpengaruh pada kebudayaan Indonesia, tinggal bagaimana cara kita menyaring dan menyeleksi budaya-budaya luar itu agar tidak merusak budaya kita. Budaya luar yang sesuai dengan kepribadian bangsa dapat diterapkan guna memperkaya budaya Indonesia. Sedangkan budaya luar yang tidak sesuai hendaknya kita buang jauh-jauh agar tidak menjadi kebiasaanyang buruk di masyarakat.
c.
Konflik yang muncul akibat keanekaragaman budaya Indonesia Kesalahan budaya sering terjadi di Indonesia masa kini karena banyak pemimpin
Indonesia menggunakan ukuran budaya asalnya sendiri dalam menghadapi masalah-masalah di wilayah budaya lain. Untuk mengantisipasi konflik-konflik di masa yang akan datang, masyarakat yangberpotensi tunggal seperti itu harus didorong untuk ikut beradaptasi dengan masyarakat dinamis. Jadi, penyelesaian konflik-konflik perlu cara yang spesifik bukan dengan cara kekerasan. Untuk menanamkan nilai-nilai budaya nasional pada generasi penerus bangsa,instansiinstansi hendaknya menyusun kurikulum tentang pendidikan karakter dan budipekerti bangsa di sekolah-sekolah. Tujuannya, untuk menjaga nilai-nilai budaya nasional dan penangkal masuknya arus globalisasi. Pendidikan budi pekerti juga diharapkan mampu mencegah timbulnya konflik antar suku bangsa di Indonesia melalui ketahanan budaya.
5.
Kesimpulan dan Saran
Dalam sila Persatuan Indonesia, negara merupakan suatu kesatuan yang utuh , setiap bagiannya tidak berdiri sendiri-sendiri. Hal itu antara lain rakyat yang merupakan suatu kesatuan wilayah, pemerintah, dan bahasa yaitu Indonesia. Oleh karena itu dalam menjalankan pemerintahan, baik bentuk negara, penguasa negara, lembaga negara, rakyat dan lain sebagainya harus senantiasa merealisakan kesatuan dan persatuan. Negara adalah suatu persekutuan hidup bersama diantara elemen-elemen yang membentuk negara yang berupa, suku, ras, kelompok, golongan maupun kelompok agama. Perbedaan bukan untuk dijadikan konflik dan permusuhan. Namun, dengan perbedaan tersebut setiap individu harus saling melengkapi dan bekerja sama untuk mewujudkan tujuan bersama.
6.
Referensi
Bakry, Noor MS. 1997. Pancasila Yuridis Kenegaraan. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta. Saksono, Gatut. 2007. Pancasila Soekarno. Yogyakarta: Rumah Belajar Yabinkas Jamal, D. 1984. Pokok-Pokok Bahasa Pancasila. Bandung: Remaja Karya CV Bandung.