TEKNUBUGA Volume 2 No. 1 – April 2010
PERMASALAHAN WANITA PENGUSAHA KECIL MENENGAH PAKAIAN JADI DALAM MENGEMBANGKAN INDUSTRI KONVEKSI DI ERA GLOBAL __________________________________________________________________ (Sri Endah Wahyuningsih, Urip Wahyuningsih dan Muh Fakhrihun N.) Dosen Progdi S1 PKK Busana ,Jur.TJP FT UNNES Abstract: The main research is to descript the result connected to the problem : How is the lower and middle businesswomen problem to ready clothes industries in the global era.The research using qualitative approach. The industries includes that have minimal 5 mans as the worker and 100 mans for maximal, the product are ready clothes for man, women, kid and linen and located at Semarang and Semarang District. 2-5 key persons on each industry have made. The result : 1) The problem of ready clothes businesswomen to improve the lower and middle industries (Convection / garment) at global era are structural problem, general, production and personal problem. The structural problem, economic concentration, business group domination, integration and industrial connection, BUMN act, source, knowledge and technology, capital, marketing and socio culture. Production problem connected to medium product, plan product, cutting, sewing and finishing.2) Personal problem connected to family earning, kid education, house work and as the wife., The dominant problems is government policy, capital, human resource, socio culture and marketing as a life 3) Personal problem especially socio culture and domestic is the one of Businesswomen contains to improve their business. The recommendation suggestion : government should make a precise policy and could give industries forward opportunity so that could give precise suppor, Women should have coherent behave and applying management knowledge she had, Modern kid education place is the one choice to get precise education in the world and for the future Keyword: Problems,businesswomen,convection industries,global era Abstrak:Tujuan penelitian ini mendiskripsikan temuan-temuan yang terkait dengan persoalan berikut : Bagaimanakah permasalahan wanita pengusaha industri kecil menengah dalam mengembangkan usaha pakaian jadi di era global, Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Industri konveksi yang dimaksud mencakup industri yang memiliki tenaga kerja minimal 5 orang dan maksimal 100 orang, dengan jenis produk pakaian pria, wanita, anak serta lenan rumah tangga dengan lokasi penelitian di kota Semarang dan Kabupaten Semarang. Dari setiap jenis industri ditetapkan 2-5 informan. Seorang informan dipilih mulai pemilik, karyawan, keluarga maupun Disperindag. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara mendalam dan obeservasi non partisipan sesuai focus penelitian. Analisis data secara induktif dan Harvard, untuk pemeriksaan keabsahan data dilakukan triangulasi. Hasil penelitian : Jenis permasalahan wanita pengusaha pakaian jadi dalam mengembangkan Industri kecil dan menengah (konveksi) di era global meliputi permasalahan struktural, umum, proses produksi, dan permasalahan rumah tangga. Permasalahan struktural terkait dengan konsentrasi ekonomi, dominasi kelompok bisnis, integrasi dan hubungan antar ,sentra industri, peran BUMN, bahan baku, IPTEK dan kondisi SDM. Permasalahan umum terkait dengan manajemen, teknologi produksi, modal, pemasaran dan sosial budaya. Permasalahan dalam proses produksi terkait dengan ketersediaan sarana produksi, perencanaan produk, pemotongan, penjahitan dan penyempurnaan. Permasalahan rumah tangga terkait dengan ekonomi/pendapatan keluarga, pendidikan anak, tugas rumah tangga dan sebagai istri. dan Sebagian besar industri konveksi pakaian jadi yang dikelola kaum wanita meskipun sudah berkeluarga mengalami perkembangan kemajuan. Saran yang direkomendasikan : Pemerintah yang terkait rendahnya membuat kebijakan yang tepat dan dapat memberi peluang maju industri sehingga dapat memberikan bantuan sesuai kebutuhan, Sebaiknya perempuan bersikap tegas dan menerapkan pengetahuan manajemen yang telah dimiliki. pilihan tempat pendidikan modern sebagai alternative mengasuh / mendidik anak sehingga mendapat bekal pendidikan di dunia dan akhirat Kata Kunci : Permasalahan, Wanita Pengusaha, IKM, Pakaian Jadi, Era Global.
1
TEKNUBUGA Volume 2 No. 1 – April 2010
Permasalahan
PENDAHULUAN Pada sampai
tanggal
dengan
yang
dihadapi
pengusaha atau industri pakaian jadi 1
januari
meliputi
permasalahan
struktural, umum, pribadi atau rumah
ketentuan GAAT atau WHO sehingga tarif
tangga dan proses produksi. Banyaknya
bea
permasalahan
bertahap
akan
sampai
telah
beragam
berlaku
masuk
2004
1995
menurun 2020
secara sehingga
yang
dihadapi
oleh
pengusaha industri kecil dan menengah
mempengaruhi keterbukaan pasar bebas.
pakaian jadi
Dan menimbulkan persaingan ketat dan
beberapa
tantangan bagi exsportir dan pengusaha
Bagaimana
di Indonesia. Selain itu industri harus
permasalahan dan permasalahan yang
bersiap-siap
dominan
menghadapi
perdagangan
dalam penelitian dibatasi
rumusan
masalah
gambaran
:
(1)
keseluruhan
dihadapi wanita pengusaha
International yaitu pasar tunggal Eropa
industri
kecil
dan
yang puncaknya tahun 2020 (Kasubdin :
pakaian
jadi
dalam
2003).
usaha atau industri konveksi di era global Menurut Noor Azam (2003) dari
hasil
search
di
hasil
(2)
Apakah
(IKM)
mengembangkan
permasalahan
rumah
search
tangga menjadi salah satu kendala yang
dan
dihadapi oleh wanita pengusaha IKM
kata kunci AFTA
pakaian jadi dalam pengembangan usaha
www.republika.co.ia www.Kompas.com
?.
menengah
ditemukan lebih dari 300 berita terkait dan
pakaian jadi ?,
mayoritas memberitahukan ketidaksiapan menghadapi era pasar bebas mulai dari
A.Perkembangan Industri Pakaian Jadi di
pejabat, pengusaha, asosiasi dan industri.
Era lobal.
Karena pada era pasar bebas konsumen
Mudrajad
Kuncoro
(2005)
akan lebih mudah mendapatkan barang
mengemukakan
dan jasa yang berkualitas, terbaik dan
usaha kecil dan menengah (UKM) sekitar
dengan harga yang murah.
98.000 unit mampu meyerap nenaga
Mudrajad
Kuncoro
(2005)
mengemukakan perusahaan garment atau
tahun
2003
jumlah
kerja 490.000 orang. Http://www.Kompas.com (2002)
tekstil memutuskan hubungan kerja (PHK)
disebutkan
terhadap karyawan ditahun 2003-2004 hal
produktivitas tekstil dan garment atau
ini biasa, tetapi jika masih ada yang bisa
pakaian jadi berkurang sehingga tenaga
bertahan (survive) bahkan berkembang
kerja berkurang sejak adanya krisis
atau melakukan perluasan hingga tahun
ekonomi
1998
sulit
ini itu ajaib. Ironis dan getir banyak
kapasitas
dan
industri
dikeluhkan para pelaku bisnis.
kebutuhan industri pakaian jadi.
bahwa
Jawa
Tengah
meningkatkan baru
serta
2
TEKNUBUGA Volume 2 No. 1 – April 2010
Dari hasil sensus (2003) rata-
dengan
rata jam kerja laki-laki dan perempuan
daratan.
berbeda karena rata-rata jam kerja laki-
kondisi
Hasil
berlaku.
(5)
Lupa
wawancara
Teguh
laki tahun 2002 menunjukkan 41,53
Pambudi kepada Zara (2002 : 65)
perminggu sedangkan untuk perempuan
dikatakan kunci pengembangan usaha
rata-rata jam kerjanya adalah 35,69
pakaian menjadi planet besar terkaya di
perminggu.
Spanyol
Penghilangan sejak
1
berdampak
Januari
kuota 2005
setiap
dimulai
pengiriman
bebas
menjangkau pasar dengan produk yang
negara
menjadi
berproduksi,
dan
sehingga tidak terlambat dan cepat
50) Permasalahan-permasalahan yang dan
kecepatan
fleksibilitas,
sehingga
mengekspor barang. (Mulyadi, 2005 :
dihadapi
adalah
variatif (penuh gaya). Sedangkan
Ade
Graha
kendala
(2000:85) mengatakan kiat menarik
perkembangan industri di era global lebih
pelanggan dalam pemasaran produk
kompleks.
guna pengembangan usaha antara lain ;
Industri dapat dikelompokkan ke
memberi
harga
terendah,
kualitas
dalam skala industri besar, menengah
produk tidak mengecewakan, gigih dan
dan kecil serta industri mikro. Berdasar
semangat tinggi, mengirim sesuai jadual,
Rencana Induk Pengembangan IKM
harga pantas, dan mengikuti keinginan
(2002 : 4 ) jumlah karyawan industri
dan perkembangan mode.
berbeda berdasar pengelompokan /
C. Permasalahan-permasalahan Industri
skala industri mikro, kecil, menengah
Permasalahan industri dapat
dan industri besar.
dikelompokkan
meliputi
masalah
B. Faktor-faktor Kegagalan dan
structural, masalah umum dan pribadi
Perkembangan Industri
serta teknologi. Mudrajad Kuncoro
Singgih (1999) berpendapat ada beberapa
faktor
kegagalan
tidak
permasalahan structural industri industri
majunya suatu usaha / industri dan ada
berdasarkan laporan Bank Dunia dan
beberapa upaya untuk pengembangan
dalam Rencana Pembangunan Jangka
usaha.
Menengah Nasional (RPJMN)
Kegagalan atau tidak majunya industri /
pemerintahan
usaha disebabkan antara lain :
(1)
Yudoyono-Yusuf Kalla. Permasalahan
Perkembangan zaman . (2) Menuanya
umum dan dalam proses produksi di
umur
industri kecil menurut hasil penelitian Tri
pemilik
/
(2005 : 5) mengemukakan adanya
sehingga
kepemimpinannya ikut menua
Susilo
versi
Bambang
(3)
Suminar dkk (2001 : 45) tentang peluang
Terlambat mengadakan pembaharuan.
kerja perempuan miskin perkotaan di
(4) Terlambat mengadakan penyesuaian
industri rumah tangga ditemukan adanya
3
TEKNUBUGA Volume 2 No. 1 – April 2010
kendala industri yang dikelola wanita
Sedangkan teknik observasi non-
terkait dengan alasan pribadi yaitu
partisipan yang mengandalkan indra mata
tingkat
berdasar
pendidikan,
kebebasan
lembar
observasi
dan
hasil
penggunaan waktu dan alasan domestik
dokumentasil dilakukan berulangkali dengan
(tugas rumah tangga). Natsir (2002 : 5)
tujuan
juga menyebutkan faktor industri tidak
pengusaha untuk memperkuat informasi
bisa bersaing sehingga indistri tekstil dan
yang diperoleh melalui wawancara terstrutur.
produk tekstil (TPT) hidup segan mati
Dalam
enggan karena modal, buruh, kebijakan
lapangan,
fiskal,
ada
interprestasi dialog yakni bentuk dialog
pengembangan lebih lanjut, investasi
antara informan agar data yang diperoleh
tidak ada, bahan baku sulit, listrik naik
tidak
sehingga produksi tinggi.
diinterprestasikan peneliti ditawarkan kembali
industri
berjalan
tanpa
memotret
usaha juga
bermakna
aktivitas
memahamai digunakan
subyektif.
produktif
gejala
di
pendekatan
Data
yang
kepada informan agar yang bersangkutan METODE PENELITIAN Penelitian
ini
memberi tanggpan dan menilai apakah menggunakan
pendekatan kualitatif. Alasan lain adalah
penafsiran peneliti sudah benar seperti yang dimaksudkan oleh informan. (Kohn, 1989).
informasinya bersifat alamiah, komprehensif,
Data kualitatif yang terkait dengan
sistematis, dan mendalam dan menggunakan
permasalahan ke- 1-3 dianalisis dengan
analisis induktif (Patton, 1986)
prosedur seperti yang dianjurkan oleh Babbie
Fokus penelitian ini adalah kegiatan
(1979) serta Bogdan dan Biklen (1985) dan
pengusaha industri kecil menengah pakaian
yang dianjurkan oleh Patton (2004) meliputi
jadi dalam mengembangkan usaha konveksi
:analisis dominan, memilah kesamaan dan
di era global. Di samping itu, kajian penelitian
perbedaan, menyusun preposisi teoritis,
ini
pengamatan dan wawancara lanjut serta
juga
memfokuskan
pada
perilaku
kehidupan pengusaha sebagai istri / ibu
triangulasi.
rumah tangga dan anggota masyarakat.
Sedangkan persoalan data kualitatif
Subyek penelitian ini adalah wanita
yang terkait dengan permasalahan ke-4
pengusaha kecil menengah pakaian jadi
yakni gambaran aktivitas non produktif di
yang mengelola usaha minimal 5 tahun,
rumah tangga dianalisis dengan metode
memiliki usia produktif kerja 20 sampai 55
Havard (Gender Frame Work Analysis /
tahun, berstatus sebagai istri atau janda, dan
GFA).
berpendidikan minimal SD. . Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara dan observasi non partisipatif..
4
TEKNUBUGA Volume 2 No. 1 – April 2010
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran
P Collection didirikan dan dirintis
Umum
Industri Kecil
oleh seorang wanita yang semula berprofesi
Menengah Pakaian Jadi (Konveksi) di
sebagai dokter, bernama M bermula dari
Semarang
usaha dagang berupa toko busana muslim
Penelitian di Kota Semarang pada
dari berbagai merk yang dibeli dari grosir
industri kecil dan menengah pakaian jadi /
pakain jadi. Sesuai permintaan konsumen
konveksi mengambil lokasi antara lain : di
dan sebagai upaya pengembangan usaha
Kecamatan
jalan
dagang pand’s melakukakan pengembangan
pada konveksi F B dan
produk busana dengan memproduksi sendiri
memiliki nama lain CV TL, Kecamatan
busana muslim merk p dan juga menerima
Semarang Selatan jalan Tampomas Dalam
pesanan jahitan baik perorangan maupun
pada Mna Bordir, Kecamatan Semarang
massal.
Gajah
Papandayan
Mungkur
Tengah jalan Pandanaran pada P Collection
Saat ini pengelolaan P dibantu oleh
, dan di Kecamatan Gunungpati jalan
kedua putranya sebagi P’R (Publik Relation )
Jagalan pada Konveksi An .
Penelitian di
dan kuality kontrol produk di tempat produksi.
Kabupaten Semarang kecamatan Ungaran
Mn bordir dirintis oleh ibu F pada
di Graha Nay Collecion dan di kecamatang
tahun 1993 yang berbekal 1 orang tenaga
Pringapus Klepu pada Usaha Dagang UM.
bordir sehingga kegiatan persiapan sampai
Nama-nama
penyelesaian banyak
usaha/
industri
tidak
menggunakan nama sesungguhnya .
Setahun kemudian menambah 1 karyawan
Konveksi F B dirintis dan dipimpin
bordir karena pesanan semakin bertambah.
oleh ibu S pada tahun 1989 setelah
Hasil bordir
berumahtangga
dikenal
dengan
seorang
dikerjakan sendiri.
guru
semkin banyak diminati dan
masyarakat
sehingga
2
tahun
Sekolah Dasar bergolongan II. Ibu S memiliki
kemudian tenaga bordirnya ditambah 3
latar pendidikan tertinggi Sekolah Lanjutan
orang.
Pertama (SLTP) dan bekal kursus menjahit.
Tahun 2003 jumlah karyawan 10
Usaha konveksi semula bergerak pada
rang karena usaha yang semula hanya
usaha jasa penjahitan perseorangan tanpa
menerima bordir dikembangkan menerima
karyawan
produksi
pesanan menjahit dan dan bordir baik
dilakukan sendiri, setelah beberapa tahun
melayani perorangan maupun dalam jumlah
pelanggan selalu bertambah
yang banyak.Karyawan Milatina bordir saat
sehingga
proses
kemudian
menerima jahitan secara massal (dalam jumlah besar)
usaha
Konveksi An dengan nama lain Am
dengan memproduksi busana serta lenan
dirintis dan dikelola oleh Ibu Istiqomah pada
rumah
tahun 1989 dengan bekal pendidikan SLTP
tangga
konsumen.
dan memperluas
ini berjumlah kurang lebih 15 orang.
untuk
dijual
kepada
dan l kursus menjahit serta pengalaman kerja menjadi operator menjahit di perusahaan
5
TEKNUBUGA Volume 2 No. 1 – April 2010
Ungaran Sari Garment selama beberapa
oleh seorang sarjana Manajemen
tahun. Konveksi Aneka berawal dari usaha
Widanti
jasa menjahit yang dilakukan sendiri (tanpa
mengelola usaha dunia fashion muslim dan
karyawan) dengan tujuan membantu suami
mengembangkan ilmu yang dimiliki serta
untuk menambah pendapatan keluarga,
dapat
melanjutkan motivasi kerja sambil mengasuh
sambil mengasuh anak di rumah
anak di rumah kemudian berkembang
bersuami sarjana yang bekerja di CV. Group
menerima kurus mode (menjahit) . Beberapa
memiliki 2 tahun anak usia 2 dan 7 tahun
berawal
bekerja
dari
Ika
ketertarikannya
menambah
pendapatan dan
tahun kemudian menerima jasa penjahitan
Bahan untuk pembuatan busana
massal dan membuat produk busana serta
dan lenan rumah tangga di usaha kecil
lenan rumah tangga untuk dijual / dipasarkan
menengah pakaian jadi meliputi : bahan pok
sendiri
(utama), bahan pembantu dan dan bahan
sehingga
jumlah
karyawannya
semakin bertambah. Beberapa tahun ini
pelengkapBahan
pengelolaan konveksi An dibantu puteranya
penjahitan
yang sudah menikah dan sarjana bukan di
berasal dari pelanggan sedangkan untuk
bidang
busana
namun
mampu
usaha produksi barang / produk busana dan
mencari
dan
menerima
serta
lenan rumah tangga yang akan dijual,
sudah order
menyiapkan bahan untuk produksi.
produksi
untuk
jasa
diperoleh dari diri sendiri dan
keseluruhan bahan disediakan sendiri oleh
Usaha Dagang UM dirintis oleh Ibu
industri. Bahan produksi disediakan secara
Nk tahun 1990 karena lingkungan sekitar
keseluruhan oleh pelanggan (pabrik garment
terdapat banyak pengangguran dan banyak
) jika mendapat pesanan /order dari pabrik /
kain dari Garment sebagai sisa produksi
garment sebagai bapak angkat atau rekan
serta belum dimanfaatkan. Ibu Nunik berasal
kerja karena kualitas produk sesuai standart
dari keluarga yang berprofesi di bidang
garment/ eksport. Sebagian besar bahan
bisnis/dagang
belakang
pokok produksi untuk jasa penjahitan berasal
Jurusan
dari pelanggan sedangkan bahan untuk
Ekonomi UNISULA serta bersuami seorang
pembuatan barang jadi yang dijual berasal
Kontraktor mendukung usaha ini berdiri. UD
dari sendiri.
pendidikan
dan
juga
berlatar
bisnis
yaitu
usaha mulia dirintis dari usaha kecil yang dikelola
Sebagian
besar
latar
belakang
dengan 1 karyawan , dan pada
pendidikan karyawan adalah SLA kejuruan
tahun sebelum krisis sampai tahun 2004
(SMK bidang busana). Sebagian besar
mengalami kemajuan pesat karena tenaga
karyawan bagian pembukuan, disain ,pola,
produksinya mencapai 20an.Tahun 2005
dan pemasaran dari pendidikan diploma dan
sampai sekarang produksi menurun karena
sarjana. Jumlah karyawan di IKM pakaian
banyaknya
yang
jadi di Semarang paling sedikit 8 orang dan
bermunculan dengan produk sejenis dan
terbanyak 45 karyawan tetap. Karyawan
harga lebih murah. Nay Collection dirintis
mayoritas perempuan yang terdiri karyawan
industri
kota
lain
6
TEKNUBUGA Volume 2 No. 1 – April 2010
wanita dewasa, remaja dan ibu rumah
keluarga dan karyawan sesuai pembagian
tangga, dan kadang-kadang ada tambahan
kerja.
tenaga dari Siswa atau mahasiswa yang melakukan
prakterk
industri.
Karyawan
Kegiatan
administrasi
dan
pembukuan di IKM pakaian jadi sebagian
berasal dari keluarga, tetangga / masyarakat
besar diserahkan kepada
baik remaja, ibu rumah tangga setempat
karyawan yang memiliki latar belakang
yang
pendidikan minimal SLA sesuai bidang.
menganggur
dan
mau
masyarakat lulusan SMK
belajar,
dan akademi
Kegiatan
adminitrasi
satu orang
dan
pembukuan
bidang busana, sarjana dan masyarakat
meliputi : penerimaan order, keuangan,
yang
pengarsipan,
punya
ketrampilan
menjahit
dan
dan
pembukuan.
Jenis
membordir baik dari kursus maupun dari
pembukuan yang di buat antara lain ;
penagalaman
inventarisasi alat, karyawan, bahan / barang
kerja
di
pabrik
garment
maupun di tailor/modeste.
masuk dan keluar, pembukuan penggunaan
Di IKM secara keseluruhan memiliki
uang,
buku
pemesan
/
order
dan
tata tertib kerja yang harus dijalankan setiap
penjualan,disain, buku kas dan buku rugi
karyawan antara lain : jam kerja 08. 00 – 16.
laba.
00 WIB dan untuk istirahat 1 jam, menjaga
Daerah pemasaran IKM pakaian jadi
kebersihan ruang tempat kerja, alat, bahan
meliputi daerah Jawa dan luar Jawa .Daerah
dan
dalam
pemasaran di Jawa antara lain : Semarang,
menjaga
Solo, Jogjakarta, Kudus, Kendal, Jepara,
hasil
melaksanakan
produksi,
serta
pekerjaan
keselamatan kerja. Karyawan di IKM terdiri
Surabaya,
dari karyawan bulanan, harian dan borongan.
pemasaran di luar Jawa antara lain :
Karyawan bulanan antara lain : bagian
Kalimantan, Sumatera, Lampung, Medan
administrasi/pembukuan,
dan Sulawesi.
control,
dan
pola
disain,
serta
Karyawan bagian potong,
kualty
pemasaran.
dan
Omset
Jakarta,
dan
pemasaran
daerah
meningkat
jahit, bordir,
menjelang hari raya Idzul Fitri, musim haji
seterika, obras dan pengemasan ada yang
dan pengantin, serta tahun ajaran baru
harian dan borongan tergantun jenis produk.
sekolah.
Pemilik IKM sebagai pimpinan atau
pelanggan
Strategi antara
untuk lain
meningkatkan :
menekankan
manajer memiliki akktifitas merencanakan,
kekeluargaan, meningkatkan mutu/kualitas
mengorganisir,
serta
produk dan pelayanan serta melakukan
mengontrol seluruh sumber daya yang
promosi untuk pemasaran melalui pameran,
dimiliki untuk kegiatan
stand penjualan, show room, brosur, iklan di
maupun
mengarahkan
pemasaran
proses produksi sehingga
tujuan
media cetak dan elektronik, serta kerjasama
tercapai. Pengelolaan di IKM sebagian
dengan karyawan, instansi negeri mapun
dilakukan oleh wanita pengusaha dibantu
swasta dan sesama industri.
7
TEKNUBUGA Volume 2 No. 1 – April 2010
Sebagian
besar
IKM
dam
memasarkan produk dengan menjemput bola/ konsumen secara langsung dan melalui pameran.
bahan baku, pemasaran, dan sosial budaya.. Secara keseluruhan IKM pakaian jadi memiliki struktur organisasi karena
B. Permasalahan
Pengusaha
Industri
pimpinan telah membagi tugas dengan
Kecil Menengah Pakaian Jadi dalam
karyawan guna kelancaran menjalankan
Mengembangkan usaha Konveksi di
usaha
Era Global
kepada karyawan sebagian kecil tidak
konveksi.
Pemberian
tugas
Jenis permasalahan pengusaha ada
sesuai latar belakang pendidikan karena
4 meliputi permasalahan struktural, umum,
karyawan berasal dari keluarga. Tugas
proses
tangga.
yang berkaitan dengan pemasaran/
Permasalahan struktural wanita pengusaha
penerimaan order dan kuality kontrol
IKM
banyak
produksi
pakaian
dan
jadi
rumah
berdasarkan
hasil
dilakukan
oleh
pemilik/
wawancara dan observasi dideskripsikan
pengusaha, dan diserahkan anggota
sebagai berikut:
keluarga antara lain; anak, menantu, dan
1. Permasalahan
struktural
wanita
pengusaha pakaian jadi .
Di bidang teknologi pembuatan
Jenis permasalahan struktural yang menjadi
penghambat
saudara.
perkembangan
pakaian jadi sebagian besar kurang memiliki
pengetahuan
karena
latar
IKM pakaian jadi di Semarang antara
belakang pendidikan pengusaha dan
lain : (1) Terjadinya konsentrasi dalam
karyawan tidak sesuai dan rendah
perekonomian, (2)
Terjadi
sehingga peralatan sederhana (sebagian
kelompok
(3)
bisnis,
dominasi
Melemahnya
besar
menggunakan
mesin
rumah
hubungan antar dan intra indonesia, (4)
tangga), kerusakan mesin terjadi, lay out
Sedikitnya jumlah industri menengah
tidak sesuai persyaratan, disain tidak
dan
orisinil,serta
besar,
kebijakan
(5)
Kurang
BUMN,
lenturnya
(6)
Belum
terintegrasinya IKM pakaian jadi di Indonesia
dalam
mata
memiliki
sistem
pengendalian mutu. Permasalahan modal karena jumlah
rantai
modal terbatas sehingga tidak bisa
pertambahan nilai dengan industri skala
melakukan peremajaan alat yang lebih
besar.
mutakhir, pembelian bahan baku lebih
2. Permasalahan
satu
tidak
Umum
wanita
pengusaha pakaian jadi
sedikit berdampak kualitas dan kapasitas produk sedikit, harga bahan menjadi
Permasalahan umum IKM pakaian
mahal dan beaya produksi tinggi .Modal
jadi terkait dengan manajemen dan
yang terbatas menyebabkan secara
organisasi, teknologi produksi, modal,
tidak langsung harga produk dipasaran lebih
mahal
sehingga
tidak
bisa
8
TEKNUBUGA Volume 2 No. 1 – April 2010
bersaing.dan menjadi lebih mahal, untuk
lantai dan pengontrolan materiil / bahan
mempertahankan
lebih sulit.
dan
perluasan
produksi. Modal terbatas disebabkan juga oleh rasa enggan,
Permasalahan
pada
proses
sulit dan
perencanaan berkaitan disain, pola,
takutnya pengusaha untuk mengajukan
harga dan lay out. Disain produksi
kredit
kebanyakan berasal dari pemesan, jika
karena
beban
bunga
tinggi
prosedur rumit, jaminan, dan belum tentu
membuat produk
berhasil. Faktor sosial budaya antara lain
dijual disain dibuat oleh pemilik dan ada
wanita lebih mengutamakan perasaan
yang dibantu karyawan. Ide disain
menjadi kendala secara tidak langsung
diperoleh dari majalah, surat kabar,
dalam
televisi dan
pengelolaan
SDM
misalnya:
barang yang akan
meniru produk lain yang
karena kebiasaan rasa ewuh pakewuh
baru trend. Disain
produk mengikuti
kadang-kadang
permintaan
dan
lebih baik mengalah
pasar
konsumen
meskipun benar dan kurang tegas serta
sehingga sebagaian
tidak sampai hati dalam bersikap dan
produk IKM pakaian jadi kurang memiliki
bertindak sehingga mendorong kinerja
spesifikasi/ ciri kusus produk . Sebagian
karyawan tidak jujur, kurang disiplin,
besar
serta karena kesibukan keja dan gensi
pengetahuan
menjadi lebih konsumtif.
mode, warna dan tekstil sehingga disain
3. Permasalahan
dalam
Proses
Produksi Permasalahan
pengusaha
produk
besar
kurang
mendisain,
disain
memiliki busana,
yang dibuat jarang
menjadi
trend dan sulit untuk dipasarkan. Pola pengusaha
IKM
pakaian jadi dibuat berdasarkan ukuran
pakaian jadi dalam proses produksi
standar yang masih bervariasi dan
meliputi : ketersediaan sarana atau
kurang memahami ukuran SNI. Harga
peralatan produksi, proses perencanaan,
produk dari IKM tidak memiliki standar
pemotongan bahan, penjahitan dan
tergantung
penyempurnaan. Ketersediaan sarana
masing karena belum ada standar harga
dan peralatan produksi di IKM pakaian
dan mutu produk. Lay out pola berupa
jadi berkaitan dengan kondisi mesin, dan
rancangan bahan atau marker belum
tempat lay out) masih sederhana . Mesin
banyak
untuk produksi menggunakan mesin
kemampuan SDM yang rendah.
rumah tangga dan mesin industri terdiri
dai
dibuat
pengusaha
karena
Pemotongan bahan
masing-
jumlah
dan
mengalami
dari berbagai merk. Lay out alat dan
permasalahan pada spreading karena
penatan ruang produksi dan industri
sebagian besar dilakukan di atas lantai
masih
sehingga
sederhana.
Sebagian
besar
pengontrolan
dan
hasil
belum memiliki meja disai, dan meja
potongan kurang maksimal. Sebagian
potong sehingga banyak dilakukan di
besar alat potong bahan menggunakan
9
TEKNUBUGA Volume 2 No. 1 – April 2010
gunting dan pisau potong bulat, bahkan
rumah
belum ada yang menggunakan pisau
keluarga khususnya kondisi orangtua
potong lurus.
yang sedang sakit juga menjadi kendala.
Permasalahan IKM pada
proses
dengan
pakaian jadi
penjahitan
teknik
jahit,
berkaitan
proses,
dan
tangga,
bahkan
masalah
Keberhasilan pendidikan anak masih dirasakan lebih menjadi tanggung jawab seorang ibu dan merasa lebih berdosa
penggunaan benang, jarum dan setikan.
jika tidak berhasil.
Sebagian IKM pakaian jadi proses dan
(anak dan suami) memberi ijin untuk
teknik
sesuai
bekerja tetapi kurang pengertian jika
standar garment karena mesin yang
mengalami permasalahan di industrri
digunakan tidak sama dan keseluruhan
yang
belum menggunakan mesin industri,
membantu pekerjaan produksi maupun
perawata
pemasaran.
menjahitnya
mesin
kurang
jarang
dilakukan
Semua keluarga
ditunjukkan
dengan
kemauan
Pekerjaan rumah tangga
sehingga saat produksi ada bebrapa
kadang-kadang masih menjadi tanggung
mesin yang rusak, serta penggunaan
jawab wanita / ibu jika pembantu tidak
benang, jarum dan jarak setikan kurang
ada masih harus menyiapkan makanan
dikontrol sehingga hasil tidak sama.
keluarga, mencuci, menjaga keindahan
Permasalahan
penyempurnaan
dan kerapian rumah. Sebagian besar
meliputi kuality control, pengepresan dan
suami hanya bertanggungjawab untuk
packing Tenaga kuality kontrol terbatas
bekerja mencari nafkah sesuai profesi
dan kurang memiliki pengetahuan dan
sehingga setelah pulang kantor/ bekerja
ketrampilan sehingga kontrol dalam
bisa istirahat.
proses produksi tidak sesuai standard dan
kurang maksimal dilakukan. Alat
press
sebagian
besar
SIMPULAN DAN SARAN
tidak
Berdasarkan hasil penelitian dapat
menngunakan mesin tetapi seterika
disimpulkan
biasa dan sterika uap . Seterika uap
Permasalahan yang dialami oleh wanita
industri
digunakan.
pengusaha industri kecil menengah pakaian
kemasan
jadi di Semarang dalam mengembangkan
langsung dimasukkan dalam plastik
usaha konveksi di era global meliputi
tanpa label.
permasalahan
Packing
belum
banyak
sebagian
besar
sebagai
berikut
struktural,
:
(1)
permasalahan
umum (manajemen dan sumber daya), 4. Permasalahan Pribadi atau Rumah Tangga Masalah tangga
Preibadi
terkait
dan
dengan
rumah masalah
pengasuhan anak kecil, tugas domestic
permasalahan
proses
produksi
dan
permasalahan
rumah
tangga.
(2)
Permasalahan
dominan
yang
dihadapi
wanita pengusaha kecil dan menengah pakaian
jadi
di
Semarang
dalam
10
TEKNUBUGA Volume 2 No. 1 – April 2010
mengembangkan usaha konveksi di era
DAFTAR PUSTAKA
global adalah permasalahan modal, SDM, mutu, dan pemasaran sebagai dampak dari adanya kebijakan yang berlaku saat ini (3) Permasalahan
Rumah
Tangga
menjadi
Disperindag 2004. Company Profile Company Profile Potone 2. Exporter Industry. Diseperindag. ………..
salah satu kendala yang dihadapi oleh wanita
pengusaha
pengembangan dengan
pakaian
industri
masalah
(pengasuhan anak)
jadi
dalam
konveksi
terkait
pendidikan
anak
dan tugas domestik /
rumah tangga serta kedudukannya sebagai
……….. 2001. Rencana Induk Pengembangan (RIP) Industry Dagang Kecil dan Menengah (IDKM) 2004-2009. Desperindag : RI. Balai
istri Saran
yang dapat disampaikan
berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Pemberlakuan kebijakan baru sesuai kemampuan dan kesiapan IKM, Pelatihan yang diberikan tidak hanya di bidang administrasi dan pembukuan tetapi juga tentang mode,disain, pemasaran dan kuality kontrol serta kepemimpinan.
hanya
bekerja
dalam
tetapi
juga
bentuk
Dani Hamdani, 2003. Membuka Usaha Kecil. CV. Pramawidya. Dewi
Sulistyantini, 2004. Strategi Peningkatan Mutu Produk Tekstil Menyongsong Pasar Bebas. Prosiding Temukarya FT : Jakarta. .
Herold
Carr & Barbara, 1989. The Technology of Clothing Manufacture. Oxford : London.
(2)
merelakan
berperan
dalam
memecahkan masalah industri .dan rumah tangga. (3) Diperlukan semangat
tinggi
untuk gigih selalu berkarya terbaik, memiliki tekad yang kuat dan pantang menyerah bahkan bermodal nekat (tidak takut akan
Penelitian Tekstil (BPT). 1982. Permasalahan Industri Kecil Menengah Pakaian Jadi. Bandung.
Bogdan, Robert dan Biklen, 1982. Qualitatif Research for Education to Theory and Methode Boston : Allyn Bacon. .
Dukungan suami dan anak lebih ditingkatkan tidak
Kota Semarang. Semarang Municipoityin Figures. Bappeda : Kota Semarang.
Incoln Quba. 1985. Naturalistic Inguiry. London : Sage Pubilication. Kasubdin Perdagangan Luar Negeri, 2003. Prospek Bisnis Produk Garment dan Fashion. PLN Desperindag – Jabar.
kegagalan) dan rela bekerja keras sehingga waktu istirahat sedikit serta menyiapkan generasi penerus usaha.
Mudrajad Kuncoro, 2005. Industri Indonesia di Persimpangan Jalan. Jurnal Hukum dan Bisnis Indonesia. Mulyadi, 2005. History and Garment. Igie : Bogor.
Future
of
Natsin, 2002. Industry TPT Hidup Segan Mati pun Enggan. Kompas, 15 Juli 2002. Noer Azam Achsani. 2003. Sekilas Ekonomi Indonesia.
[email protected].
11
TEKNUBUGA Volume 2 No. 1 – April 2010
Resmi Setia, 2004. Nasib Buruh Tekstil Akhir Data. Suara Pikiran Rakyat. 28 Juni. Sanapiah Faisal, 1980. Penelitian Kualitatif. Malang : Yayasan Asih Asuh. Singgih Wibowo, 1999. Pedoman Mengelola Usaha Kecil. Jakarta : IKAPI. Tri Sumiar, dkk. 2001. Peluang Kerja Perempuan Miskin Perkotaan pada Sektor Industri Rumah Tangga. Laporan Penelitian. (UNNES). Sri
Endah W,dkk.2007.Permasalahan Wanita Pengusaha Kecil Menengah pakaian jadi dalam Mengembangkan IndustriI Konveksi di era Global,Laporan Penelitian.:UNNES
12