MODUL PERKULIAHAN
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI Pokok Bahasan 1. 2. 3.
Teknologi Dan Perkembangan Manusia Pemanfaatan Teknologi Komunikasi Efek Teknologi Komunikasi Pada Organisasi
Fakultas
Program Studi
Ilmu Komunikasi
Public Relations
Tatap Muka
12
Kode MK
Disusun Oleh
42008
Dr. Inge Hutagalung, M.Si
Abstrak
Kompetensi
Modul ini menjelaskan perkembangan teknologi dalam komunikasi
Mampu menunjukkan permasalahan yang ada dari isu perkembangan teknologi dan komunikasi dalam organisasi
Pembahasan Dalam bukunya Understanding Media: The Extensions of Man (1964), McLuhan mengetengahkan pokok pikiran utamanya, yaitu medium is the message. Pemikiran Marshall McLuhan termasuk dalam kategori determinisme teknologi, yaitu suatu pemikiran bahwa teknologi adalah faktor dominan, yang mengubah budaya dan masyarakat. Perubahan sosial dan budaya (persahabatan, sekolah, kerja, agama, rekreasi dan lainnya) dapat dijelaskan sebagai akibat dari perubahan dan perkembangan teknologi. Pemikiran determinisme teknologi dapat dibandingkan dengan aliran determinisme ekonomi (Karl Marx) yang mengatakan bahwa ekonomi sebagai faktor dominan dalam mengubah kehidupan sosial dan budaya masyarakat. McLuhan menggambarkan perkembangan manusia ke dalam berbagai era. Dalam masing-masing era terdapat perkembangan teknologi yang berbeda. Perbedaan teknologi mengubah masyarakat. Lebih lanjut McLuhan menegaskan bahwa teknologi komunikasi berdampak pada perubahan rasio indera atau pola persepsi. Komunikasi mengubah kebiasaan dan cara berpikir, memandang dan memahami dunia. Pokok pemikiran McLuhan adalah peran dari media (medium). Menurut McLuhan, medium yang menentukan pesan. Perubahan masyarakat yang diakibatkan oleh perubahan teknologi, akan menyebabkan perubahan medium. Adapun perkembangan masyarakat terkait perkembangan teknologi dan perubahan medium dapat diuraikan sebagai berikut:
Pada masa suku (tribal), medium yang utama adalah telinga. Hal mana mengakibatkan ciri-ciri tertentu pada masa suku / tribal/ kerajaan, yakni adanya struktur yang hirarkis. Ucapan dari petinggi (kepala suku, raja) adalah perintah yang harus dilaksanakan. Penerima pesan harus menerima pesan sesuai dengan apa yang disampaikan oleh petinggi. Menurut McLuhan, hal ini dikarenakan telinga berbeda dengan mata - tidak bisa menseleksi pesan.
Pada masa literate, medium yang utama adalah mata. Pada masa ini ditemukan alfabet dan mulai muncul budaya baca. Membaca berbeda dengan mendengar (dalam masa tribal). Dalam membaca, terdapat ‘point of view’ atau titik pandang, yang membedakan dengan mendengar. Ketika membaca sangat dimungkinkan terjadinya perbedaan penafsiran antara pengirim dan penerima pesan. Ada perbedaan antara teks dengan pembaca teks. Pembaca bisa berbeda pandangan,
2016
2
Komunikasi Organisasi Dr. Inge Hutagalung, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
karena dalam membaca ada proses mental dalam pikiran. Tidak mengherankan jika pada masa literate terjadi perubahan/revolusi masyarakat, yang sangat berbeda dengan masa tribal, yaitu, 1) hilangnya struktur hirarkis. Aristokrasi hilang digantikan oleh rasionalitas. Demokrasi mulai tumbuh pada masa ini (era Yunani dan Romawi). 2) Munculnya ilmu pengetahuan. Ketika era tribal (telinga), belum ada ilmu pengetahuan. Membaca mengubah pengetahuan, karena orang mulai berpikir dengan menggunakan mata, perspektif dan nalar.
Masa printed, ditandai dengan lahirnya teknologi mesin cetak (Gutenberg). Dengan mesin cetak, tulisan bisa digandakan ratusan ribu kali. Perubahan yang terjadi melahirkan masyarakat yang lebih egaliter. Semua pengetahuan menjadi tertulis dan dicetak serta dapat diakses oleh banyak orang. Karenanya semua orang mempunyai akses pada pengetahuan, dan dapat memberikan penafsiran. Printed
juga
menciptakan masyarakat yang individualistis, misalnya pada bidang agama. Ketika belum ditemukan mesin cetak, penafsiran mengenai Bibel hanya berpusat pada pendeta. Setelah ditemukannya mesin cetak, bukan hanya pernyebaran agama menjadi luas, tetapi juga setiap orang bisa membaca dan memberikan penafsiran atas teks Bibel. Kepercayaan pada institusi aristokrasi agama (gereja) menjadi luntur. Dampak lain dari ditemukannya mesin cetak adalah munculnya nasionalisme. Ciri khas dari tulisan (indera mata) adalah munculnya imaginasi. Ketika membaca orang memberian penafsiran dan sekaligus imaginasi. Tidak mengherankan jikalau semangat nasionalisme (seperti Indonesia dan negara dunia ketiga lain) muncul bersamaan dengan era mesin cetak. Orang dari tempat yang berbeda punya imaginasi yang sama untuk memperjuangkan imaginasinya, pada konteks saat itu adalah : kemerdekaan.
Saat ini adalah masa elektronik. Ini ditandai oleh munculnya telegraf yang dilanjutkan dengan penemuan radio, telepon, televisi, komputer, internet. Adanya telegraf, radio, telepon, televisi, komputer, internet menyebabkan perubahan indera, dari mata menjadi : telinga dan tangan. Orang dapat saling menyentuh dan berkomunikasi. Dengan teknologi baru, masyarakat beraneka dan tersebar diseluruh dunia dapat saling berhubungan. Revolusi yang timbul dari perubahan teknologi ini adalah munculnya apa yang disebut McLuhan sebagai desa global (global village). Media televisi adalah salah satu media yang memberikan pengaruh besar dalam mempercepat proses globalisasi media, disamping transmisi kabel, satelit, internet dan lainnya yang memperluas batas – batas transmisi sebelumnya. Perkembangan teknologi juga mendorong munculnya kekuatan-kekuatan baru dalam bisnis media
2016
3
Komunikasi Organisasi Dr. Inge Hutagalung, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
yaitu adanya perusahaan media besar yang menguasai beberapa media transnasional yang berakibat pada adanya globalisasi dalam kepemilikan dan pengawasan terhadap produksi dan distribusi. Efek lain yang berhubungan dengan media global adalah tumbuhnya homogenisasi budaya, yang secara perlahan merusak budaya lokal yang ada. Globalisasi juga menyebabkan komodifikasi simbolsimbol budaya. Media global juga terkait dengan kegiatan perdagangan terutama perdagangan berbagai program dari mulai program televisi, film dan lainnya.
PEMANFAATAN TEKNOLOGI Kemajuan yang dicapai dalam bidang teknologi komunikasi dan informasi telah mempercepat laju globalisasi, sebagaimana dilansir oleh Mc Luhan dengan istilah ’global village’. Salah satu pengaruh yang dirasakan oleh media massa (sebagai bagian dari ilmu komunikasi) adalah adanya kemajuan dalam bidang teknlologi distribusi, dimana dengan teknologi ini media massa tidak lagi mengenal hambatan wilayah dan waktu. Contoh dari kemajuan teknologi distribusi dapat dilihat dari penemuan internet. Melalui internet situasi dunia dapat diketahui dalam waktu yang singkat tanpa harus pergi ketempat dimana peristiwa terjadi. Disisi lain perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah pula mendorong pertumbuhan ekonomi baru dalam bentuk bermunculannya perusahaan maupun industri yang memproduksi hardware komunikasi seperti CD, VCD, televisi digital, internet, maupun industri software komunikasi, seperti microsoft, pemasaran, dan lainnya. Tak kalah penting mengikuti perkembangan industri ini adalah tumbuhnya hubungan diplomatik dan perdagangan antara negara produsen dengan negara yang akan dijadikan pasar baru bagi produk hardware maupun software yang dihasilkan oleh negara produsen. Akibatnya terbentuklah pola tanah jajahan ekonomi dalam bentuk penciptaan pasar-pasar baru diluar negara produsen, dan terciptanya geopolitik yang tidak berimbang antara negara produsen dan negara yang dijadikan pasar bagi produksi negara produsen. Tercatat adalah Amerika Serikat yang merupakan negara pengekspor utama untuk produk teknologi komunikasi baik hardware maupun software, hal ini terjadi karena Amerika dikenal sebagai negara yang memiliki produksi berita serta hiburan populer yang paling maju dan memiliki teknologi serta infrastruktur komunikasi yang paling canggih di dunia. Kemajuan industri teknologi dalam bidang komunikasi telah pula meningkatkan periklanan sebagai bagian dari komunikasi massa international, yaitu untuk menunjang pemasaran dan penjualan produk keseluruh pasar yang tersebar di seluruh dunia.
2016
4
Komunikasi Organisasi Dr. Inge Hutagalung, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
Pada kenyataannya pengaruh globalisasi pada media massa (sebagai implikasi perkembangan teknologi komunikasi dan informasi) hanyalah menciptakan ketergantungan negara berkembang pada negara maju terkait dengan produksi hardware maupun software dalam bidang teknologi komunikasi, dan tidak menghasilkan pertumbuhan ekonomi bagi negara berkembang, sebaliknya justru menguntungkan negara maju dan menciptakan tumbuhnya pasar-pasar baru di negara berkembang. Perkembangan globalisasi terkait media massa ternyata tidak saja menciptakan ketergantungan dibidang pengadaan produk perangkat teknologi komunikasi (hardware maupun software), tetapi juga menciptakan ketergantungan dibidang pemberitaan media massa. Tercatat bahwa berita merupakan produk media pertama yang diperjual belikan melalui kantor berita internasional yang menjadi penyedia berbagai macam jenis berita. Pertumbuhan kantor berita
internasional pada abad ke 20 banyak
dipengaruhi
perkembangan teknologi dan didorong oleh timbulnya perang, perdagangan, dan ekspansi imperialisme dan industri. Kantor berita utama pada era pasca Perang Dunia II antara lain adalah North American (UPI dan Associated Press), British (Reuters), French (APP) dan Russian (Tass). Dengan adanya kantor berita secara global mengakibatkan terjadinya kesamaan pada sistem media, penyebaran informasi berita, maupun produksi siaran hiburan diseluruh dunia, baik melalui televisi, surat kabar, film, buku maupun radio. Disisi lain, adanya kesamaan sistem menyebabkan audience dapat melakukan pilihan terhadap media dari negara lain. Dalam perkembangannya globalisasi dan konsentrasi perusahaan media besar cenderung mengarah pada cartel forming, dimana sejumlah perusahaan raksasa bekerjasama dan berkompetisi sedemikian rupa untuk menguasai ’pasar informasi dan hiburan’ dunia, seperti yang dilakukan perusahaan raksasa Amerika Time Warner, Disney, dan Viacom, dan empat buah perusahaan diluar Amerika yaitu Seagram, Bertelsmann, Sony, dan News Corporation. Keadaan ini mendorong ilmuawan kubu teori kritis, varian Marxist klasik, memiliki konsepsi tersendiri tentang teknologi komunikasi. Menurut mereka, teknologi komunikasi memang bertujuan untuk memajukan masyarakat, namun teknologi ini bisa terjebak dalam relasi-relasi sosial dan mode of production kapitalis yang eksploitatif, didominasi oleh kepentingan pemilik modal. Oleh karena itu, ilmuawan varian Marxist klasik melihat adanya urgensi untuk memisahkan teknologi dari relasi sosial dan mode of production kapitalis, dan menempatkannya dalam suatu sistem sosialis. Sementara itu, varian lain dalam paradigma kritis, Neo-Marxist, menolak anggapan kubu Marxist klasik, dan menilai bahwa pilihan teknologi komunikasi yang dikembangkan
2016
5
Komunikasi Organisasi Dr. Inge Hutagalung, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
selalu didasarkan atas kebutuhan untuk mendukung dan melanggengkan sistem relasi sosial dan mode of production, karenanya tidak bisa dipisahkan. Yang diperlukan adalah merombak sistem relasi sosial kapitalis yang eksploitatif menjadi sistem sosialis, untuk kemudian mengembangkan teknologi yang dibutuhkan (Gardan dalam Jayaweera, dalam Manusia Komunikasi, Komunikasi Manusia, 2008). Terkait dengan adanya pengaruh globalisasi pada media massa (informasi dan hiburan), maka perlu diperhatikan mengenai sejauh mana isi dari informasi dan hiburan yang masuk dari luar sebuah negara dapat dikontrol (mekanisme utama dalam pengawasan tidak selalu berbentuk kebijakan atau hukum, ataupun kebijaksanaan ekonomi terkait masalah import), karena globalisasi dalam media disadari atau tidak, juga membawa dampak akan timbulnya budaya yang homogen dan kebarat-baratan. Selain itu globalisasi juga berpotensi untuk menurunkan tingkat komunikasi secara nasional dan meningkatkan arus komunikasi secara dunia, tanpa kendala waktu dan batas wilayah. Terkait masalah ini muncul berbagai teori seperti teori-teori difusi inovasi (Rogers dan Shoemaker), teori norma budaya dan teori hubungan sosial (DeFleur), teori ekonomi politik media, teori normatif, teori tanggung jawab sosial, dan lainnya.
EFEK TEKNOLOGI KOMUNIKASI PADA ORGANISASI Penekanan pada hardware telah menghilangkan perubahan pada human activity. Dan persoalan teknologi mesin uap dianggap telah mengakibatkan sistem ekonomi baru, yaitu kapitalisme. Padadal sebenarnya tidak sesederhana itu, sistem kapitalisme tidak hanya dihasilkan secara langsung oleh temuan mesin uap dan pemintal. Sebelum penemuan mesin uap dan revolusi industri (tahun 1769-an), di Inggris pabrik tekstil telah menggunakan tenaga yang menggunakan tenaga air atau kuda sebagai sumber energi. Pada saat mesin uap dan pemintal ditemukan, dimana tenaga manusia yang semula mengelola supply tenaga (menyiapkan sistem air/kuda) menjadi beralih pada kegiatan lain. Pada saat itulah timbul pemikiran melakukan kontrol produksi untuk menghasilkan kualitas yang konsisten, dan waktu kerja yang lebih panjang (karena telah digantikan mesin--tidak cepat lelah seperti halnya manusia) dan lebih cepat. Timbul pemikiran tentang sistem perdagangan yang sistemik (organization of work), yang diikuti dengan penemuan teknik-teknik lain di negara lain seperti Italia dan Perancis yang menemukan teknik pewarnaan dan cetak kain. Pada saat yang sama penemuan sistem transportasi, pembangunan kanal dan jembatan. Contoh menunjukkan bahwa revolusi industri memberikan dampak yang barmacam-macam, dan berlangsung pada kondisi yang bermacam-macam (tidak linear).
2016
6
Komunikasi Organisasi Dr. Inge Hutagalung, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
Dua jenis inovasi Terkadang masyarakat mendengar perbedaan yang terlalu sederhana antara teknologi canggih (high technology) dan teknologi tepat guna (appropriate technology). Intinya bahwa teknologi tepat guna adalah yang mampu memenuhi kebutuhan manusia secara langsung, sedangkan teknologi canggih adalah yang berhubungan dengan kinerja tinggi dan rumit, serta dilandasi oleh motivasi terkait prestise dan keahlian, dan seringkali hanya menjadi ‘pemainan’ para ilmuwan atau politisi. Teknologi modern tidak ada gunanya bila tidak inovatif, bahkan bila hanya untuk kepentingan birokrasi semata - terutama dalam arti ‘totalitarian’ - karena hal ini tidak memungkinkan terjadinya iklim yang sehat untuk mendorong munculnya pemikiran yang orisinil dan inventif. Namun demikian, ada juga beberapa pemikiran radikal (inovatif) yang dihasilkan sekalipun dari institusi yang sangat ‘restricted’ (tidak memberi kebebasan), yang hasilnya sangat impresif dan berkembang pesat. Beberapa gagasan mengenai teknologi baru justru berasal dari perusahaan kecil, bahkan dari individu-individu yang bekerja mandiri, misalnya: Chester Carlson (inventor xerography) dan Christopher Cockerell (the hovercraft), tetapi semua itu memang masih membutuhkan perusahaan besar untuk pemasarannya. Akan tetapi yang terpenting perlu dicatat adalah bahwa kreativitas mereka lebih muncul dan berhasil di luar batasan birokrasi. Ada dua jenis inovasi yang muncul yaitu: large bureaucracies (birokrasi besar) yang cenderung berjalan dengan baik pada linear innovation (inovasi linier) sesuai dengan jalur yang sudah dikembangkan. Ada juga jenis inovasi lain, dimana para birokrat cenderung menekan, seperti pada industri di Inggris (misal inovasi katup jantung buatan) yang ditolak oleh perusahaan-perusahaan Inggris, lalu diambil alih oleh perusahaan di Jerman, Italia, Jepang atau Amerika. Hal-hal semacam ini tergantung pada imajinasi kreativitas indivu, juga pada interaksi diantara ilmuwan atau teknisi yang antusias, dan seringkali juga interaksi antara para ahli dan pemakai, para desainer dan klien potensial.
Semua ini disebut
interactive innovation. Cultural exchanges Seringkali inovasi interaktif berasal dari entusiasme para ahli dan pertukaran informasi teknis, yang seringkali menimbulkan konflik dalam nilai-nilai budaya, dan inovasi dilihat sebagai hasil dari sebuah dialog. Dalam hal lain lagi, seperti proses inovasi, teknikteknik atau alat-alat ditransformasikan/disesuaikan dengan budaya setempat. Contohnya adalah pertukaran teknik informasi senjata untuk berburu antara orang kulit putih (Amerika)
2016
7
Komunikasi Organisasi Dr. Inge Hutagalung, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
dengan suku Dene (Indian) dan orang Eskimo. Penduduk lokal tidak serta merta merasa senang dengan budaya baru itu, tetapi seringkali malah berhasil memunculkan inovasi dengan cara menyelaraskan budaya baru dengan gaya hidup mereka (proses berburu, dll). Demikian pula sebaliknya dengan bangsa kulit putih, mereka juga belajar menyesuaikan diri dengan cuaca dingin mengikuti bangsa Eskimo (dengan mengenakan baju pelindung). Dalam konteks demokrasi dan inovasi, dialog diperlukan dalam berbagai jenjang dari modifikasi praktis peralatan hingga pengkajian secara formal. Hal ini dapat mendorong inovasi ke arah baru dan lebih responsive terhadap kebutuhan dan keinginan warga setempat. Dalam masyarakat Barat, asosiasi bisnis dan kelompok konsumen memainkan peran penting dalam menentukan standar keselamatan peralatan. Selain itu, organisasi kerja juga menjadi agenda penting untuk dialog karena menyangkut misalnya tentang penerapan komputerisasi dan otomatisasi yang mengakibatkan cara kerja yang lebih fleksibel karena bisa diselesaikan dari rumah, tanpa harus ke kantor. Hal ini bisa memunculkan pembagian kerja berdasarkan gender, misalnya pergantian jam kerja/shift antara ayah dan ibu. Aspek lain yang penting untuk dialog adalah masalah alokasi dana dan sumberdaya sebagai konsekuensi dari penerapan teknologi. Namun yang cukup menarik adalah pandangan arsitek mengenai teknologi yang dianggap merupakan pencerminan dari nilai-nilai budaya dan kebutuhan masyarakat. Namun, arsitek dalam merancang rumah atau perencanaan tata kota terkadang mengampil jalan populis, yakni mengikuti selera pasar atau masyarakat luas. Dialog di berbagai level tersebut sangat penting sebagai proses dialektika antara perangkat nilai-nilai yang berseberangan, memelihara keseimbangan antara sudut pandang sempit sang spesialis melawan perspektif lebar para generalis, mendorong inovasi melalui interaksi, mengarahkan modifikasi peralatan, penyesuaian organisasi dan teknik-teknik yang diterapkan, serta menjadi lebih relevan dengan masalah yang dihadapi dan memenuhi kebutuhan masyarakat, ketimbang hanya kepentingan ideal para pakar dan keindahan secara teknis. Pada perkembangannya, perlu diperhatikan pemikiran untuk mempertahankan keberadaan teknologi agar tetap membawa kemaslahatan bagi masyarakat, yaitu dalam jalur melayani kepentingan publik. Cita-cita normatif ini dibahas dengan sejumlah kecenderungan yang secara empiris pernah terjadi. Misalkan adakalanya kebijakan pengelolaan teknologi yang dilakukan oleh suatu lembaga negara justru menjadi elitis dan hanya menguntungkan segolongan kecil masyarakat. Hal ini terjadi diantaranya karena adanya potensi totalitarianisme dari lembaga politik.
2016
8
Komunikasi Organisasi Dr. Inge Hutagalung, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
Ada dua hal pokok yang perlu diingat terkait cita-cita normatif teknologi, yaitu aspek intelektual dan aspek politis. Aspek intelektual berkaitan dengan sistim nilai mengenai pandangan tentang realitas, kepercayaan yang mendukung mengenai sumber daya, tentang dunia ketiga, teknologi, dan sebagainya. Sedangkan aspek politis berkaitan dengan kecenderungan totalitarianisme pada lembaga yang mengendalikan teknologi. Misal, kebijakan publik tentang penggunaan dan pengembangan teknologi haruslah melibatkan partisipasi publik. Singkat kata, teknologi tidak hanya dikelola untuk kepentingan sekelompok kecil kalangan saja, tetapi juga memperhatikan kepentingan masyarakat luas. Sehingga pada akhirnya kehadiran teknologi tetap menciptakan kondisi yang humanis. Oleh karena itu, penting memperhatikan nilai nilai dasar yang hidup ditengah tengah masyarakat sebagai dasar dalam membuat kebijakan yang berkaitan dengan implementasi teknologi. Kerangka rujukan (frame of reference) berkaitan dengan pembahasan teknologi harus berkaitan dengan rujukan dalam rangka melayani kepentingan publik. Dalam hal ini mencakup aspek sikap dalam pikiran. Juga aspek revolusi budaya, dimana berkaitan dengan sudut pandang tentang teknologi, pandangan ini agak mirip dengan pandangan paham sosialis yang berkaitan dengan prinsip melayani kepentingan publik. Penting pula untuk memperhatikan dimensi kesadaran manusia berkaitan dengan aplikasi dan penerapan teknologi. Dalam hal ini, bagaimana merubah kesadaran dimana teknologi akan mendatangkan kebaikan bagi semua, dan tidak hanya bagi sekelompok kalangan tertentu. Juga pandangan dunia dan gelombang perkembangan dimana berkaitan dengan prinsip bahwa teknologi pada hakekatnya haruslah dikelola dalam rangka membawa kebaikan bagi kehidupan umat manusia.
Value Conflict and Institutions Perbedaan nilai yang ada antara kehidupan pertanian (pastoral) dengan industrial harus disikapi secara arif, dengan membuka diri bagi perbedaan yang timbul diantara kedua gaya kehidupan ini. Stephen Cotgrove mengemukakan bahwa perbedaan nilai timbul karena perbedaan pengalaman hidup, contoh : manusia dalam kehidupan industri kerap kali berpikir dalam kerangka nilai material, sementara kehidupan ‘rumahan’ – kerap kali berpikir dalam kerangka nilai yang dipengaruhi oleh pemberitaan surat kabar. Ada dua strategi yang dapat dilakukan untuk menjembatani kehidupan yang kontras antara industrial dan pertanian, pertama – dengan menentukan niai-nilai utama (master value) dalam kehidupan, untuk kemudian nilai-nilai kehidupan yang lain diselaraskan dengan nilai utama yang ada. Jika dengan strategi pertama penyelesaian konflik tidak dapat
2016
9
Komunikasi Organisasi Dr. Inge Hutagalung, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
diselesaikan, maka disarankan untuk melakukan pemilahan dalam cara berpikir. Yaitu, membiasakan diri untuk berpikir bahwa nilai kehidupan orang lain berbeda satu sama lain karena perbedaan gaya kehidupan. Nilai utama dalam masyarakat barat adalah kecerdasan secara teknologi. Terkait hal ini, individu dari disiplin lain harus siap untuk menerima adanya kerancuan nilai yang akan mendorong perbedaan cara berpikir. Untuk itu orang harus bertoleransi terhadap kerancuan pikiran dan siap untuk melakukan kompromi dengan keadaan tersebut. Orang harus dapat berpikir di luar kebiasaannya berpikir, dan melakukan pengkajian ulang terhadap referensi yang timbul akibat kerancuan pemikiran tersebut. Individu yang dapat toleran terhadap kerancuan yang ada, akan melihat kehidupan tidak hanya dalam kategori hitam dan putih, tapi ada daerah abu-abu. Nilai utama dari pemikiran para teknokrat adalah lebih mengutamakan tujuan pekerjaan daripada manfaat pekerjaan yang dilakukan bagi kemaslahatan masyarakat secara umum. Pada individu yang mempunyai kepandaian secara teknik, toleransi pada umumnya agak sulit dilakukan karena mereka tidak ingin nilai-nilai yang berbeda mengalihkan nilai utama pemikiran mereka. Pemikiran bijak secara konvensional mengajukan sebuah nilai utama untuk dikaji oleh para teknokrat,
yaitu nilai pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain, individu yang
memiliki keahlian teknik manakala akan melakukan pekerjaan sejogyanya juga memiliki nilai pemikiran yang terpusat pada pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat, dan bukan hanya sekedar melakukan pekerjaan karena ketertarikan atau keahlian dalam bidang teknik saja. Individu yang memiliki kecerdasan teknik adalah juga merupakan bagian dari tujuan-tujuan ekonomi, bahwa individu adalah bagian dari lembaga, untuk itu lembaga memiliki mekanisme untuk melakukan pengawasan kerja terhadap individu termaksud. Dalam konteks pemikiran ini, dapatlah disimpulkan bahwa masalah terkait pengawasan terhadap kegiatan teknologi (technology – practice) dalam masyarakat barat adalah kenyataan bahwa tidak ada negara yang benar-benar demokrasi dan bebas, dimanapun ada totaliter kelembagaan yang melakukan pengawasan secara luas terkait kegiatan teknologi, yang membatasi diversifikasi dan partisipasi, jika memang harus dilakukan.
2016
10
Komunikasi Organisasi Dr. Inge Hutagalung, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka Arni Muhammad. Arni. 2002. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara. Pace, Wayne., Faules, Don.F. 2005. Komunikasi Organisasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Robbins, Stephen. 2002. Perilaku Organisasi. Jilid 2. Jakarta: PT Prenhallindo
2016
11
Komunikasi Organisasi Dr. Inge Hutagalung, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id