Perkembangan Teknologi Membran pada Proses Biorefinery dan Produksi Bionenergi Yosi Febriani Teknik Kimia, ITB, Jl. Ganesha No. 10, Bandung, Indonesia
[email protected]
Abstrak Tingginya angka pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi berdampak pada meningkatnya konsumsi bahan bakar. Masyarakat dunia masih bergantung pada bahan bakar yang bersumber dari bahan bakar fosil yang ketersediaannya terbatas dan suatu saat dapat habis. Untuk itu perlu dilakukan upaya untuk mencari solusi alternatif pengganti bahan bakar fosil. Salah satu solusinya adalah biorefinery dan produksi bioenergy yang memanfaatkan SDA yang dapat diperbaharui untuk menghasilkan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan. teknologi membran telah banyak diaplikasikan pada proses tersebut diantaranya MF,UF,NF,MD dan DF. Kata kunci : Biorefinery, bioenergy, mikrofiltrasi (MF), Ultrafoltrasi (UF), Nanofiltrasi (NF)
Skema proses pada gambar 2 menunjukkan umpan biomassa terlebih dahulu dipretreatmen untuk menghilangkan lignin dan hemiselulosa. Selulosa yang tersisa kemudian dihidrolisis menjadi gula yang selanjutnya difermentasi menjadi etanol. Poses separasi menjadi bagian dari siklus tersebut, termasuk resin penukar ion yang digunakan untuk detoksifikasi pada proses fermentasi hidrolizat, distilasi untuk recovery etanol dan dehidrasi etanol [3]. Proses berbasis membran telah banyak digunakan pada biorefineri dan produksi bioenergi diantaranya mikrofiltrasi (MF), ultrafiltrasi (UF), nanofiltrasi (NF), pervaporasi (PV), distilasi membran (MD) dan diafiltrasi (DF). MF, UF dan NF menggunakan membran berpori dan tekanan hidrostatik sebagai driving force sedangkan PV menggunakan nonporous membrane dengan gradien potensial kimia sebagai driving force [4]. Jenis dan aplikasi membran pada proses biorefineri dan produksi bioenergi dijabarkan pada Tabel 1.
1. Pendahuluan Hingga saat ini masyarakat dunia masih bergantung pada bahan bakar yang bersumber dari bahan bakar fosil yang ketersediaannya terbatas dan suatu saat dapat habis. Untuk itu berbagai upaya dilakukan dalam hal mencari solusi alternative pengganti bahan bakar fosil. Salah satu solusinya adalah dengan memanfaatkan SDA yang dapat diperbaharui untuk menghasilkan bahan bakar. Biorefineri menjadi salah satu solusi alternatif. Biorefineri merupakan proses konversi biomassa menjadi bahan bakar. Bioenergi yang bersumber dari bahan organik telah lama diperhitungkan sebagai alternatif. Biorefineri sendiri bertujuan untuk mengahasilkan bahan bakar yang kebih ramah lingkungan serta ketersediaan yang sustainable. Berdasarkan bahan bakunya sering digunakan istilah biorefineri generasi pertama, kedua dan ketiga. Biorefineri generasi pertama digunakan untuk proses berbahan baku hasil pertanian (crops) yang kaya akan gula, pati dan minyak. Biorefineri generasi kedua dan ketiga masing-masing memanfaatkan bahan berbasis lignoselulosa dan limbah [2].
Gambar 2. Skema proses konversi biomassa menjadi etanol [3]. Mikrofiltrasi merupakan proses filtrasi dengan menggunakan membran berpori. Ultrafiltrasi adalah varian dari filtrasi yang memanfaatkan tekanan hidrostatik untuk memaksa cairan menembus membran
Gambar 1. Konsep bioenergi [1]
1
semipermeabel. UF banyak diaplikasikan untuk pemekatan larutan makromolekul terutama pemekatan protein. Nanofiltrasi merupakan proses filtrasi yang juga banyak digunakan pada aplikasi pengolahan makanan, pemekatan dan demineralisasi parsial [5, 6, 7].
Perkembangan terbaru dalam mengatasi permasalahan fouling yang diajukan oleh Prof. IG. Wenten adalah dengan modifikasi konfigurasi MBR yang memunculkan system MBR tertanam (Gambar 4). Konfigurasi ini memungkinkan kontak yang minimum antara umpan dengan membrane sehingga tendensi fouling dapat diminimumkan. Untuk konfigurasi baru tersebut, membran ultrafiltrasi hollow fiber dengan ujung yang bebas bergerak (ends-free) terendam didalam biorekator dan dilengkapi dengan suatu unggun partikel porous. Pengembangan desain MBR tersebut dapat meningkatkan kinerja membran [5]. 2. Recovery Bahan Baku Kimia 2.1 Recovery Lignin
Gambar 3. Skema percobaan pervaporasi [6].
Lignin biasa digunakan sebagai bahan pengikat, dispersant atau sebagai emulsifier, pada resin fenol, sebagai prekursor serat karbon dan juga sebagai aditif pada kraft liner. Proses kraft pada industri kertas, lignin bisa diekstraksi dari black liquor dengan menggunakan external fuel. Proses ekstraksi tersebut juga dapat dilakukan dengan metoda ultrafiltrasi. Lignin dan hemiselulosa dipisahkan dengan ultrafiltrasi black liquor pada unit evaporasi. Keuntungan dengan menggunakan proses berbasis membran ini adalah kemungkinan black liquor untuk diperoleh kembali tanpa perlu dilakukan penyesuaian temperatur atau pH serta kemungkinan untuk mengatur besar molekul lignin oleh membran. Ultrafiltrasi juga telah digunakan untuk ekstraksi lignin dari cooking liquor loops [5].
Membran bioreaktor (MBR) dapat dikelompokkan menjadi tiga [8] ; 1. bioreaktor membran untuk pemisahan biomassa. 2. biorekator membran aerasi. 3. bioreaktor membran ektraktif. MBR untuk pemisahan biomassa merupakan bioreaktor membrane yang aplikasinya paling luas dibandingkan dua tipe lainnya. Konfigurasi MBR untuk pemisahan biomassa pada awalnya berupa bioreaktor dan modul membran terpisah, namun kemudian muncul konfigurasi dimana modul membrane direndam langsung dalam bioreaktor. Masalah yang sama untuk kedua konfigurasi ini adalah fouling yang dapat menurunkan kinerja membran [6].
Tabel 1. Teknologi membran pada proses biorefinery dan produksi bioenergi [3] Tabel 1. Proses membran yang digunakan pada proses biorefining dan produksi bioenergi [3] Proses Membran Driven Force Prinsip Pemisahan
Membran Material polimer, keramik
Mikrofiltrasi
tekanan
pengayakan
Struktur pori simetri
Ultrafiltrasi
tekanan
pengayakan
pori asimetrik
Nanofiltrasi
tekanan
sollution-diffusion komposit
ketebalan (μm) Ukuran pori (μm)
Konfigurasi
~10 - 150
~50 -10.000
flatsheet/plate dan frame, tubular, hollow fiber
polimer, keramik
~150
~1 - 100
flatsheet/plate dan frame, tubular, spiral wound, hollow fiber, kapiler
polimer
Top/sub layer ~1/150
<2
flatsheet/plate dan frame, tubular, spiral wound
tak berpori (dense )
flatsheet/plate dan frame, tubular, hollow fiber flatsheet/plate dan frame, tubular, kapiler
Pervaporasi
homogeneous - polimer, keramik, ~0,1 hingga tekanan uap sollution-diffusion komposit organik-anorganik beberapa lapis parsial perbedaan kesetimbangan uap - simetrik / Distilasi Membran polimer hidrofobik 20 - 100 tekanan uap cair asimetrik
2
~200 -1000
Aplikasi Recovery lignin dan hemiselulosa Recovery enzim Produksi biogas Produksi bio-oil Produksi biodiesel Produksi asam asetat Recovery lignin dan hemiselulosa Recovery enzim Produksi biogas Produksi biodiesel algae harvesting Produksi asam asetat Recovery lignin dan hemiselulosa Fermentation inhibitor removal Produksi biodiesel Produksi bioetanol Dehidrasi bioetanol Produksi bioetanol
Membran polimer telah biasa digunakan pada proses recovery lignin, namun baru – baru ini membran keramik menarik perhatian untuk digunakan pada proses recovery lignin dikarenakan karakteristik dari membran keramik [8]. Satu cara untuk meningkatkan recovery lignin dari permeate adalah dengan menggunakan black liquor sebelum unit evaporasi yang akan meningkatkan volume reduksi dan meningkatkan yield dari lignin. Konsentrasi lignin pada permeat akan sangat rendah untuk presipitasi. Pemekatan lignin pada permeate dapat dilakukan dengan nanofiltrasi. [4]. Proses membran dengan menggunakan membran keramik untuk recovery lignin merupakan teknologi yang menjanjikan untuk pemisahan lignin dari pulping liquor. Recovery lignin dengan menggunakan proses membran tidak menggunakan bahan kimia dan menghasilkan lignin dengan fraksi kemurnian yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan metoda presipitasi. Pengembangan proses recovery lignin dengan menggunakan membran perlu untuk dikembangkan lebih lanjut [7].
hemiselulosa. Proses menggunakan membran menghasilkan produk dengan kemurnian tinggi dan low rejection impurities serta tidak memerlukan penambahan bahan kimia. Namun penggunaan membran polimer untuk black liquor dilarang dikarenakan kondisi ekstrim dari black liquor saat diapliksikan dengan material anorganik. Hingga saat ini masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai proses recovery lignin dan hemiselulosa dengan menggunakan membran [8]. 2.3 Hidrolisis penicilin Pada reaksi enzimatik, recycle enzim dalam sistem reaktor merupakan hal yang sangat penting guna memperkecil biaya produksi. Hollow fiber membrane bioreactor (HFMB) telah banyak menarik perhatian sebagai alternatif pada reaksi enzimatik. HFMB memiliki rasio luas area – volume yang besar dengan berbagai desain modul dan mode operasi. Proses HFMB juga memiliki produktivitas yang tinggi [9, 10]. Percobaan yang dilakukan untuk mengetahui performa HFMB dilakukan dengan melakukan variasi kondisi operasi pada imobilisasi dan proses reaksi enzimatis. Imobilisasi enzim dengan menggunakan hydrophilic hollow fiber membrane, penicillin asilase yang tertahan mencapai 90%. Oleh karena itu membrane hollow fiber dapat digunkan sebagai support imobilisasi pada konsentrasi enzim yang tepat [10].
Gambar 4. MBR implanted ends-free a) full-system; b) bagian dalam MBR; c) pola aliran udara dari diffuser yang terletak dibagian bawah MBR [6, 21]. 2.2 Recovery hemiselulosa Hemiselulosa telah banyak menarik perhatian kalangan peneliti dikarenakan adanya potensial penggunaan hemiselulosa yang menjanjikan dimasa yang akan datang. Hemiselulosa bisa digunakan sebagai hydrogel, dikonversi menjadi etanol melalui proses fermentasi dan hidrolisis serta sebagai umpan pada produksi xylitol [9]. Membran polimer paling banyak digunakan pada proses recovery hemiselulosa. Membran polimer dibuat dari berbagai bahan polimer seperti polisufon (PS), polietersulfon (PES), polyvinylidene fluoride (PVDF), regenerated cellulose (RC), politetrafloroetilen (PTFE) dan floropolimer (FP). Konfigurasi modul membran yang digunakan bervariasi, seperti tubular, flatsheet/plate dan frame, spiral wound dan hollow fiber [8]. Proses defiltrasi juga digunakan untuk meningkatkan kemurnian hemiselulosa. Setelah defiltrasi kemurnian hemiselulosa meningkat dari 57% hingga 77%[9]. Proses membran diperkirakan menjadi metoda yang menjanjikan untuk recovery lignin dan juga hemiselulosa dari black liquor dan pulp water process, separasi membran meningkatkan recovery dan kemurnian
Gambar 5. Skema alat hidrolisis penicillin dengan HFMB. A: mixer; FL: Flow meter; P: pompa; PI: indicator tekanan; S: valve; V1: tank [9, 22] 3. Produksi Bioenergi 3.1 Produksi bioethanol Meningkatnya kekhawatiran tentang ketahanan pasokan energi terutama bahan bakar menyebabkan banyak dilakukan upaya untuk mencari solusi energi alternatif pengganti bahan bakar fosil, salah satunya adalah etanol yang diproduksi dari gula atau pati. Produksi 3
etanol dari gula untuk pasar minyak yang kompetitif saat ini berada Brazil sedangkan pati berada di Amerika [2]. Produksi etanol saat ini dari tebu dan bahan yang mengandung pati yang mana proses konversi pati menjadi gula meliputi tahap liquifaksi (pencairan untuk melarutkan pati) dan tahap hidrolisis (untuk produksi glukosa). Glukosa yang dihasilkan selanjutnya akan difermentasi. Setelah proses fermentasi dilanjutkan dengan proses purifikasi dengan distilasi atau metode pemisahan lainnya. Etanol yang dihasilkan digunakan sebagai bahan bakar [2]. Proses produksi bioetanol secara keseluruhan meliputi: 1. Pengangan umpan 2. Pretreatmen dan detokifikasi (conditioning) 3. Sakharifikasi dan co-fermentasi 4. Separasi produk dan purifikasi 5. Wastewater management 6. Penyimpanan produk 7. Pembakaran lignin untuk menghasilkan listrik dan steam. Proses keseluruhan tersebut melibatkan beberapa proses pemisahan, yaitu pada proses [11]: 1. penghilangan inhibitor pada fermentor 2. Recovery etanol dari beer dan dehidrasi 3. Wastewater treatment 4. Pre-ekstraksi hemiselulosa dan separasi hemiselulosa dari komponen lain.
disebabkan proses yang berlangsung pada tekanan tinggi [9]. Beberapa hal perlu diperhatikan pada proses membran ekstraksi [9]: 1. Minimisasi potensial efek toxic dari pelarut organik sehingga dibutuhkan pemilihan pelarut organik yang tepat. 2. Peningkatan viabilitas ekonomis, bisa dilakukan dengan regenerasi pelarut organik atau recovery senyawa toxic seperti asam asetat dan HMF. Proses membran lainnya yang digunakan pada proses produksi bioethanol adalah membran bioreaktor (MBR), membran pervaporasi bioreactor (PVMBR), membran distilasi bioreaktor (MDBR) dan membran biofilm (MBFR) [9]. Pervaporasi merupakan proses membran dimana larutan ditahan disisi umpan dengan membran tak berpori yang memungkinkan transformasi fasa evaporasi untuk memproduksi gas pada sisi permeate. Driving force yang digunakan adalah kondisi vakum. Kesetimbangan uap-cair etanol menyebabkan etanol lebih mudah melewati membran pervaporasi pada konsentrasi yang rendah [13]. Pervaporasi lebih sederhana dan selektivitas lebih baik jika dibandingkan dengan metoda tradisional seperti stripping dan adsorpsi dan juga diperkirakan akan lebih murah dibandingkan dengan distilasi[14]. MDBR dan PVMBR memberikan perfirma yang baik pada produksi bioetanol. Meskipun kedua proses membran tersebut memiliki struktur yan berbeda (dense vs mikropori), driving force yang berbeda (gradien potensial kimia vs gradien thermal), kedua teknologi tersebut meningkatkan konsentrasi sel, konsentrasi etanol dalam broth serta produktifitas etanol juga dapat menghilangkan hambatan produk. Performa dari kedua teknologi tersebut juga stabil untuk penggunaan dalam jangka waktu yang lama serta menghasilkan produk etanol dengan kualitas yang baik. Performa MFBR ditentukan dari densitas packing fiber dan laju alir medium glukosa serta dibatasi oleh rendahnya laju alir nutrient dan transport produk [9]. Pervaporasi dengan membran polimer menunjukkan flux dan selektivitas azeotrop etanol/air yang tinggi dan lebih murah daripada distilasi azeotrop. Kekurangan membran polimer adalah membrane swelling. Hal ini menyebabkan membran memiliki permeabilitas yang tinggi namun selektivitasnya rendah. Untuk mengatasi masalh ini perlu dilakukan pengembangan baik dari segi material membran maupun metoda fabrikasi membran [9].
Proses biokimia pada konversi lignoselulosa menjadi etanol memerlukan proses pretreatmen yang biasanya pada kondisi asam atau basa pada temperatur tertentu. Namun sayangnya beberapa inhibitor terbentuk selama proses tersebut berlangsung. Inhibitor tersebut dapat diklasifikasikan menjadi 1) asam lemah seperti asam asetat, asam formiat dan asam levulinat; 2) derifatif furan seperti furfural dan 5-hidroksimetilfurfural (HMF) ; 3) senyawa fenol seperti vanilin, fenol dan asam phidroksibenzoat. Untuk mencegah adanya inhibisi pada saat fermentasi dan meningkatkan efisiensi fermentasi hidrolisat, inhibitor tersebut harus dihilangkan. Beberapa proses membran telah dikembangkan dalam skala laboratorium untuk proses penghilangan inhibitor tersebut dengan menggunakan hidrolisat dan latutan model sebagai umpan [3]. Tiga tipe proses membran yang telah dikembangkan yaitu membran adsorptif, membran separatif dan membran ekstraksi [9]. Proses membran adsorptif, nanofiltrasi dan membran ekstraksi menunjukkan kapasitas yang baik dalam menghilangkan inhibitor. Membran ekstraktif memiliki kapasitas asam asetat yang tinggi namun membran adsorptif membutuhkan regenerasi secara kimia. Proses nanofiltrasi tidak menggunakan senyawa anorganik atau pelarut organik dan inhibitor dapat di recover pada saat post-treatment, namun konsumsi energi menjadi besar
3.2 Produksi Biogas Komposisi biogas sangat bergantung pada substrat organik dan kondisi pencernaan. Biogas memiliki dua konstituen utama, metan dan karbon dioksida serta komponen minor lain, air, hydrogen sulfide, nitrogen dan 4
oksigen, ammonia dan komponen organik lain dalam jumlah yang sedikit. Kompenen minor juga dapat menyebabkan permasalahan pada sistem operasi seperti korosi dan penyumbatan [15]. Teknologi separasi karbon dioksida dibedakan berdasarkan prinsip fisik, plant layout, removal effectiveness, energi yang dibutuhkan, biaya investasi dan jumlah metan yang mampu di-recover. Teknologi membran menjadi salah satu teknologi yang sederhana dan dapat diandalkan. Namun teknologi membran membutuhkan beberapa tahap untuk dapat mencapai kemurnian yang tinggi dengan methane loss yang rendah.[15]. Membran bioreaktor anaerobik (AnMBR) merupakan teknologi yang menjanjikan proteksi lingkungan dan produksi energi. Sistem membran AnMBR mampu beradaptasi baik dengan temperatur dengan performa yang baik pada kondisi thermophilic, mesophilic dan physicophilic [9,14,15]. Kekurangan dari AnMBR adalah fouling. Fluks membran yang sustainable pada AnMBR lebih kecil daripada MBR yang disebabkan oleh fouling. Strategi untuk mengontrol fouling pada AnMBR perlu dikembangkan agar dapat menurunkan fouling dan meningkatkan flux [9]. AnMBR juga menjadi teknologi yang menjanjikan pada produksi hidrogen. Namun penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk melihat keuntungan yang diberikan oleh AnMBR. Selain itu, teknologi membran separasi gas juga dapat digunakan untuk memisahkan biohidrogen dari biogas yang diproduksi agar didapatkan H2 dengan kemurnian yang tinggi [9].
Teknologi MF, UF NF dan RO juga digunakan pada produksi biofuel dan terbukti menjadi cara teknologi yang efektif untuk mencapai yields yang maksimum dan mengurangi konsumsi energi [18]. 3.4 Fuell- Cell Teknologi membran menjanjikan potensi dalam menghasilkan energi terbarukan yang bersih dan ramah lingkungan. alternatif pembangkit energi bersih yang menjadi salah satunya yaitu fuel cell. Fuel cell memungkinkan konversi secara langsung energi kimia menjadi energi listrik, panas dan air dengan perolehan yang tinggi karena tidak adanya batasan siklus Carnot [19]. Lima kategori fuel cell yang banyak diteliti, yaitu [20]: 1. Polymer electrolyte membrane fuel cell (proton exchange membrane fuel cell). 2. Solid oxides fuel cell. 3. Alkaline fuel cell. 4. Phosphoric acid fuel cells. 5. Molten carbonate fuel cells. Proton exchange membrane fuel cell (PEMFC) dan Alkaline fuel cell (AFC) merupakan contoh jenis fuel cell yang menggunakan membrane. PEMFC disusun dari membran elektrolit polimer seperti Nafion sebagai konduktor proton dan material platina sebagai katalis. Keunggulan PEMFC yaitu temperatur operasi relatif lebih rendah, densitas power tinggi serta mudah di scale-up [20]. Dengan pengembangan yang lebih baik PEMFC dapat diperhitungkan menjadi salah satu alternatif sumber energi.
3.3 Produksi Biodiesel Biodiesel dapat diproduksi dengan berbagai teknik seperti microemulsi, pyrolysis, dan transesterifikasi. Transesterifikasi merupakan teknik yang paling banyak digunakan untuk mengkonversi lemak dan minyak menjadi biodiesel. Proses transesterfikasi dikatalisis oleh katalis homogen maupun heterogen [18]. Proses transesterifikasi akan dapat menghasilkan yields yang lebih baik jika reaksi dilangsungkan pada membran reaktor. Proses membran untuk produksi biodiesel telah banyak dilaporkan dan telah menarik banyak perhatian peneliti untuk menghasilkan biodiesel dengan kemurnian dan yields yang tinggi [18]. Membran reactor digunakan pada proses produksi biodiesel dengan meningkatkan koversi maksimum yang dapat dicapai. Membran reaktor juga mampu menhasilkan yields yang tinggi pada berbagai proses dengan lebih ramah lingkungan [18]. Membran reaktor mengintegrasi reaksi dan proses separasi menjadi satu proses. Membran reaktor dapat meningkatkan konversi reaksi yang dibatasi oleh kesetimbangan dengan cara memindahkan produk reaksi dari reaktor melewati membran [9].
4. Kesimpulan Pemanfaatan teknologi membran dalam rangka memberikan solusi alternatif untuk ketahanan energi telah banyak dilakukan. Pemanfaatan teknologi membran diantaranya pada bidang biorefineri dan juga produksi bioenergi seperti membran bioreaktor pada produksi biogas, produksi bioethanol dan juga produksi biodiesel. Upaya pengembangan teknologi membran ini dalam rangka mewujudkan industri yang sustainable dengan konsep green process engineering diharapkan mampu memberikan solusi yang menjanjikan bagi permasalahan ketahanan energi maupun permasalahan lingkungan. Perngembangan leboih lanjut penggunaan teknologi membran sangat diperlukan mengingat besarnya potensi yang dimiliki teknologi ini.
5
Daftar Pustaka [1] [2] [3]
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
[9]
[10]
[11]
[12]
[13]
[14] Wu, Y, Xiao Z, Huang W, Zhong Y. Mass transfer in pervaporation of active fermentation broth with a composite PDMS membrane. Sep Purif Technol; 42. 47-53.2005. [15] Valenti, G, Arcidiacono A, Ruiz J.A.N. Assessment of membrane plants for biogas upgrading to biomethane at zero ,ethane emission. Biomass and Bioenergy, 85. 35-47. 2016. [16] Liao B.Q, XieK, Lin H.J, Bertoido D. Treatment of kraft evaporator condensate using thermophilic submerged anaerobic MBR. Water Sci Technol; 61. 2177-83, 2010 [17] Xie, K, Lin H.J, Mahendran B, Bagley B.M, Leung K.T, Liss S.N. Performance and fouling characteristic of a submerged anaereobic MBR for craft evaporator condensate treatment. Environ Technol; 31. 511-21, 2010. [18] Atadashi, I.M, Aroua M.K, Aziz A.R.A, Sulaiman N.M.N. Membrane biodiesel production and refining technology: A critical review. Renewable and Sustainable Energy Reviews, 15(9), 50515062, 2011. [19] Couture, G., Alaaeddine, A., Boschet, F & Ameduri, B. Plymeric materials as anion-exchange membranes for alkaline fuel cells. Progress in Polymer Science.36, 1521-1557.2011. [20] Wang, Y., Chen, K.S., Mishler, J., Cho, S.C & Adroher, X.C. A review of polymer electrolyte membrane fuel cells: technology, applivcations and needs on fundamental research. Applied Energy, 88, 981-1007. 2011. [21] Wenten, I.G. Performance of newly configured submerged membrane bioreactor for aerobic industrial wastewater treatment. Reaktor, 12 (2009) 137-145. [22] Wenten, I.G., Widiasa, I.N. Enzymatic hollow fiber membrane bioreactor for penicillin hydrolysis. Desalination, 149 (2002) 279-285.
references
www.bioenergi.com/energi-biomassa-sebagaienergi-terbarukan. Maret 2016. 21.00 WIB Pertiwi, D.S. Sekilas tentang biorefineri. Jurusan Tek.Kimia ITENAS. Bandung, 2010. Hagerdal, H, Galbe M.F, Gorwa-Grauslund M.F, Liden G and Zacchi G. Bio-ethanol-the fuel of tomorrow from the residues of today. TRENDS in Biotechnology vol. 24. N0.12.2006. Jonsson, A.N, Nordin A.K and Wallberg O. Concentration and purification of lignin in hardwood kraft pulping liquor by ultrafiltration and nanofiltration. Chemical engineering Research and Design 86. 1271-1280. 2008. Wenten, I.G., Khoiruddin, Aryanti, P.T.P., Hakim, A.N. “Pengantar Teknologi Membran.” Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung, 2010. Wenten, I.G. “Teknologi Membran: Prospek dan Tantangannya”. Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung, 2015. Wenten, I.G. “Perkembangan Terkini di Bidang Teknologi Membran”. Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung, 2014. Stephenson, T., Judd, S.J., Jefferson, B. & Brindle, K. 2000. Membrane bioreactors for wastewater treatment. IWA Publishing Company, London He, Y, Bagley D.M, Leung K.T, Liss S.N, Liao B.Q. Recent advances in membrane technologies for biorefining and bioenergy production. 2012. Biotechnology Advances 30. 817-858. Anderson A, Person T, Zacchi G, Stalbrand H, Jonsson A.S. Comparison of diafiltration and sizeexclusion chromatography to recover hemicellulose from process water from thermochemical pulping of sprace. Appl Biochem Biotechnol 2007. 137-140; 971-83. Ttzcinski A.P, Stuckey D.C, Treatment of municipal solidwaste leachate using a submerged anaereobic MBR at mesophilic and physicropilic temperature: analysis of tecalcitrans in the permeate using GC-MS. Water Res; 44. 671-80.2010. Huang, H.J, Ramaswamy S, Tschurner U.W dan Ramarao B.V. A review of separation technologies in current and future biorefineries. Separation and Purification Technology 62. 1-21. 2008 O’Brien, D.J, Sensike G.E, Kurantz Jr M.J., Ethanol recovery for corn fiber hydrolysate fermentations by pervaporation. Bioresour Technol.; 92. 1519.2004 6