eJournal Hubungan Internasional, 2014, 2 (4) : 1005-1016 ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org ©Copyright 2014
PERKEMBANGAN PRODUK TEKSTIL CINA DI INDONESIA PASCA IMPLEMENTASI ACFTA (ASEAN-CHINA FREE TRADE AREA) 2010 Iswandari1 0802045255
Abstract This research aims to description about development of textile products of China in Indonesia after ACFTA implementation.The type research was using descriptive, which described, and analysis wisdom of Indonesia’s government in facing ACFTA that impact in marketing of textile products China in Indonesia. The data that presented are based on secondary data through study of literature as book, internet, and other.The technic of analysis that used is qualitative technic analysis. The result of research was indicated that within the cooperation in free trading between Indonesia and China in ACFT give influence to trading of textile products. Towards the textile products of China that trading in Indonesia gave competition with domestic products in Indonesia. Competition in trading happen between both country which textile products of China give cheaper price than the price of products Indonesia. And than China more advantage.
Keywords: Development of textile products of China in Indonesia after ACFTA implementation. Pendahuluan ASEAN merupakan organisasi geopolitik dan ekonomi negara –negara dikawasan Asia Tenggara seperti Singapura, Malaysia, Indonesia, Brunai Darussalam, Vietnam, Philipina, Kamboja, Thailand dan Laos didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 melalui Deglarasi Bangkok. Adapun tujuan dari organisasi dari organisasi ini untuk meningkatkan kerjasama dikawasan Asia Tenggara dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, serta dalam pertahanan keamanan dan perdamaian antar negara ASEAN (Winarti 2008:5) Awal berdirinya ASEAN, pada tahun 1967 ditengah situasi regional dan 1
Mahasiswa Program S1 Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UniversitasMulawarman.
eJournal Ilmu Hubungan Internasional Volume 2, Nomor 4, 2014 : 1005-1016
internasional yang sedang berubah. Pada awal pembentukannya, ASEAN hanya terdiri dari lima negara yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, dan Philipina. Walaupun masing –masing negara anggota berbeda satu sama lain dalam hal bahasa, budaya, agama, geografi, etnisitas dan pengalaman sejarah hubungan antar negara anggota secara bertahap menumbuhkan rasa kebersamaan.(Bambang Cipto 2007 : 13) Adapun beberapa norma dan prinsip ASEAN yaitu: 1. Saling menghormati kemerdekaan, kedaulatan , dan integritas wilayah semua negara. 2. Setiap negara berhak memelihara keberadaanya dari campur tangan, kekerasan dari kekuatan luar. 3. Tidak mencampuri urusan dalam negara lain. 4. Menyelesaikan perbedaan pendapat dan pertikaian dengan jalan damai 5. Menolak ancaman penggunaan kekerasan. Dalam perkembangannya, krisis ekonomi yang melanda negara – negara ASEAN tahun 1997 mendorong pertumbuhan kelompok baru yang melibatkan ASEAN dan tiga negara ASIA lain seperti China, Jepang, dan Korea Selatan, yang kemudian dikenal dengan ASEAN+3. Kemudian dengan adanya kerjasama ASEAN dengan tiga negara tersebut termasuk China, maka ASEAN melakukan kerjasama dalam perdagangan dengan China melalui ACFTA.ACFTA (ASEAN – China Free Trade Area) yaitu suatu kawasan perdagangan bebas diantara anggota –anggota ASEAN yaitu Indonesia dengan China. Kerangka kerjasama kesepakatan ini ditandatangani di Phnom Penh, Cambodia, 4 November 2002, tepatnya pada 1 Januari 2010. ASEAN- China Free Trade Area (ACFTA) yaitu suatu kawasan perdagangan bebas diantara anggota – anggota ASEAN dan China.Kerangka kerjasama kesepakatan ini ditandatangani di Phnom Penh, Cambodia, 4 November 2002, dan ditunjukkan bagi pembentukan kawasan perdagangan bebas pada tahun 2010, tepatnya pada 1 Januari 2010. Setelah pembentukannya ACFTA, maka menjadi kawasan perdagangan bebas terbesar di dunia dalam ukuran jumlah penduduk dan ketiga terbesar dalam ukuran volume perdagangan, setelah Kawasan Perekonomian Eropa dan NAFTA. Dengan adanya kerjasama ini maka, hubungan kerjasama bilateral IndonesiaChina merupakan suatu hubungan diplomatik yang bersifat idealis dan kompetitif. Banyak hal yang menguntungkan dari kerjasama ini, akan menciptakan suatu hubungan bilateral yang dinamis, bersama dengan persaingan produk Cina yang ada dipasaran Indonesia, membuat pasar Indonesia segera dapat menjadi lebih seimbang dalam pendapatan penyebaran produk Cina, yang telah menduduki pasaran tingkat atas pada sistem distribusi. Di negara Indonesia banyak terdapat barang-barang yang diproduksi Cina dan dipasarkan dengan harga yang lebih murah. Dimana dengan adanya produksi tekstil Cina yang dipasarkan di Indonesia
1006
Perkembangan Tekstil Cina di Indonesia Pasca ACFTA 2010 (Iswandari)
mengakibatkan persaingan dengan produksi tekstil Indonesia. (Kerjasama bilateral Indonesia dan China http://kerjasama-bilateral-indonesia-dan-china) Tabel 1.1 Data Perdagangan Tekstil Cina di Indonesia tahun 1995-
DATA PERDAGANGAN TEKSTIL CINA DI INDONESIA 1995 -2011 2011 2010 2009 2008 2007 2006 2005 2004 2003 2002 2001 2000 1999 1998 1997 1996 1995 60,58%
42,73%
25, 50%
26,90%
24,99%
19,6%
16,78%
8,70%
6,76%
5,33%
4,04%
4,79%
3,25%
2,74%
3,75%
3,66%
3,14%
presentase (%)
2011
Sumber : Diolah dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia Dari tabel tersebut terlihat, bahwa sebelum adanya kerjasama ACFTA jumlah tekstil Cina di Indonesia sebanyak 25,50% pada tahun 2009.Sementara setelah adanya ACFTA produk tekstil Cina di Indonesia tahun 2010 sebanyak 42,73 %. Hal ini mengakibatkan produksi tekstil Cina di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat besar jika dibandingkan sebelum ACFTA.Selain itu masalah yang muncul akibat ACFTA salah satunya adalah menyebabkan produk tekstil Indonesia mengalami hambatan karena adanya persaingan.Hal ini menyebabkan pemerintah Indonesia melalukan berbagai upaya atau mengeluarkan kebijakan dalam menangani masalah tersebut. Sehingga penulis membahas mengenai bagaimana strategi pemerintah Cina dan pemerintah Indonesia dalam menghadapi perkembangan tekstil Cina pasca adanya implementasi ACFTA, serta penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan strategi pemerintah Indonesia dalam menghadapi perkembangan produk tekstil Cina pasca implementasi ACFTA 2010.
1007
eJournal Ilmu Hubungan Internasional Volume 2, Nomor 4, 2014 : 1005-1016
Landasan Teori dan Konsep 1. Konsep Liberalisasi Perdagangan Internasional Menurut David Ricardo, pada dasarnya perdagangan internasional didorong oleh adanya comparative advantange dimana produk di suatu negara tidak dapat diproduksi negara lain dan competitive advantange dimana negara dapat mengambil keuntungan dari spesialisasi produk yang memiliki opportunity cost lebih kecil dari negara mitra dagangnya. Perdagangan internasional juga menguntungkan baik bagi produsen maupun konsumen, dimana adanya keuntungan dari economic of scale yaitu penurunan average fixed cost dari produksi dalam jumlah yang besar serta spesialisasi produk yang membuat pilihan produk menjadi beragam.Namun dalam perdagangan internasional, adapun hambatan dalam industri antar negara yang berpengaruh terhadap harga pasar internasional baik produk lokal maupun import. (Teori dan aplikasi free trade liberalisasi perdagangan internasional ter dapat dalam http://file.pdf/adobeacrobate//teori-dan –aplikasi-free-trade-liberalisasiperdagangan-internasiona.) Atas dasar itulah, terdapat gagasan untuk melakukan liberalisasi perdagangan (free trade) dimana tarif diminimalkan bahkan dihapuskan untuk meningkatkan konsumen.Peningkatan ini dapat meningkatkan investasi maupun pajak penghasilan serta memperbesar volume perdagangan.Adanya penghapusan tarif yang berlaku selama ini didasari atas free trade agreement antar negara, terutama negara Indonesia dan Cina dalam dominasi tekstil Cina di Indonesia. Dalam liberalisasi perdagangan internasional ada beberapa keuntungan yaitu: 1. Liberalisasi perdagangan akan memungkinkan negara berkembang menyerap teknologi negara maju dalam kecepatan yang tinggi dengan kata lain penjualan produk yang lancar. 2. Melalui hubungan dagang yang lebih terbuka, pengembangan yang biasa di lakukan di negara maju maka akan mengalir ke negara berkembang. 3. Volume perdagangan yang lebih tinggi, akan memacu skala ekonomis yang dalam produksi sehingga meningkatkan laba di negara tersebut 4. Penghapusan hambatan perdagangan akan mengurangi harga yang menjurus pada penyalahgunaan segenap faktor produksi secara lebih efisien di semua sektor ekonomi di negara tersebut. Dengan adanya liberalisasi perdagangan internasional ini, maka membuat kerjasama dalam perdagangan antara Indonesia dan Cina lebih terbuka dan dapat saling memberikan keuntungan. 2. Teori Keunggulan Komparatif Teori ini dikemukakan oleh David Ricardo, teori ini menyatakan bahwa perdagangan bebas akan saling menguntungkan kedua belah pihak dan perdagangan bebas akan membuat suatu negara melakukan spesialisasi meskipun negara tersebut memiliki keunggulan absolut dalam produk tertentu.
1008
Perkembangan Tekstil Cina di Indonesia Pasca ACFTA 2010 (Iswandari)
Keunggulan komparatif merupakan keunggulan yang dimiliki suatu negara dalam perdagangan internasional, jika negara tersebut dapat memproduksi suatu barang dengan biaya sumber daya yang lebih rendah dibanding negara lain. Dalam teori keunggulan komparatif bahwa suatu negara akan menghasilkan dan mengeksport suatu barang yang memiliki comparative advantage( suatu barang yang dapat dihasilkan dengan lebih murah dan mengimport barang yang jika diproduksi sendiri memakan biaya yang besar ). Sebagai contoh, berdasarkan efisiensi tenaga kerja di Indonesia untuk memproduksi 1 unit A, seorang tenaga kerja membutuhkan 1 hari kerja dan untuk memproduksi 1 unit B diperlukan waktu 2 hari kerja. Sedangkan China untuk memproduksi 1 unit A dan 1 unit B diperlukan masing – masing 4 dan 3 hari kerja. Berdasarkan produktifitas tenaga kerja, di Indonesia 1 hari kerja dapat menghasilkan 1 unit A dan ½ unit B. Berdasarkan contoh tersebut, maka Indonesia mempunyai harga jual yang lebih tinggi untuk barang jenis B, karena untuk memproduksi barang 1 unit B memerlukan biaya lebih besar daripada memproduksi 1 unit A. Sebaliknya di China harga jual A lebih tinggi daripada harga jual B. Oleh karena itu, perdagangan akan timbul antara China dan Indonesia, dengan spesialisasi barang jenis A untuk Indonesia dan menukarkan sebagian barang jenis A dengan barang jenis B dari China. Dasar nilai pertukaran ini ditentukan dengan batas-batas nilai masing – masing barang dalam negeri.Nilai penukaran ada jika barang tersebut memiliki kegunaan.Dengan demikian, sesuatu barang dapat ditukarkan bilamana barang tersebut dapat digunakan.(Teori Keunggulan Komparatif, terdapat di http ://id.scribd.com/doc/) Metodologi Penelitian Teknik analisis data yang akan penulis gunakan dalam penulisan ini adalah teknik analisis data kualitatif. Data kualitatif diperoleh dari berbagai literature yang dikumpulkan kemudian permasalahan dijelaskan dan dianalisa berdasarkan faktafakta yang ada dan disusun dalam suatu tulisan. Yang menjadi pokok analisis adalah perkembangan produk tekstil cina di Indonesia pasca implementasi ACFTA (ASEAN – CHINA FREE TRADE AREA) Pembahasan A. Profil ACFTA ASEAN(Association of Southeast Asian Nations ) merupakan organisasi geopolitik dan ekonomi negara – negara di kawasan Asia Tenggara seperti Singapura, Malaysia, Indonesia, Brunai Darussalam, Vietnam, Philipina, Thailand, Laos dan Kamboja didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 melalui Deklarasi Bangkok . Adapun tujuan dari organisasi ini untuk meningkatkan kerjasama di kawasan Asia Tenggara dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya, serta dalam pertahanan keamanan dan perdamaian antar negara ASEAN . Adapun tujuan dari organisasi ini untuk meningkatkan kerjasama di kawasan Asia Tenggara dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya, serta dalam pertahanan keamanan dan perdamaian antar negara ASEAN. Awal berdirinya ASEAN, pada tahun 1967 di tengah situasi regional dan
1009
eJournal Ilmu Hubungan Internasional Volume 2, Nomor 4, 2014 : 1005-1016
inernasional yang sedang berubah. Pada awal pembentukannya ASEAN hanya terdiri dari lima negara yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, dan Philipina. Walaupun masing masing negara anggota berbeda satu sama lain dalam hal bahasa, budaya, agama, geografi, etnisitas dan pengalaman sejarah, hubungan antar anggota secara bertahap menumbuhkan rasa kebersamaan. Adapun beberapa norma dan prinsip ASEAN yaitu: 1. Saling menghormati kemerdekaan, kedaulatan, dan integritas wilayah semua negara. 2. Setiap negara berhak memelihara keberadaannya dari campur tangan, kekerasan dari kekuatan luar. 3. Tidak mencampuri urusan dalam negara lain. 4. Menyelesaikan perbedaan pendapat dan pertikaian dengan jalan damai. 5. Menolak ancaman penggunaan kekerasan. Dalam perkembangannya, krisis ekonomi yang melanda negara-negara ASEAN tahun 1997mendorong pertumbuhan kelompok baru yang melibatkan ASEAN dan tiga negara Asia lain seperti Cina, Jepang, dan Korea Selatan, yang kemudian dikenal sebagai ASEAN+3. Kemudian dengan adanya kerjasama ASEAN dengan tiga negara tersebut termasuk Cina, maka ASEAN melakukan kerjasama dalam perdagangan dengan Cina melalui ACFTA.ASEAN - Cina Free Trade Area, (ACFTA) yaitu suatu kawasan perdagangan bebas di antara anggota – anggota ASEAN dan Cina. Kerangka kerjasama kesepakatan ini ditandatangani di Phnom Penh, Cambodia,4 November 2002, dan ditunjukan bagi pembentukan kawasan perdagangan bebas pada tahun 2010, tepatnya pada 1 Januari 2010.Setelah dalam ukuran jumlah penduduk dan ketiga terbesar dalam ukuran volume perdagangan, setelah Kawasan Perekonomian Eropa dan NAFTA. 1. Visi ACFTA Dalam perdagangan bebas antara Indonesia dan Cina dalam ACFTA, maka adapun visi dalam adanya pembentukan perdagangan bebas ACFTA.Beberapa visi tersebut yaitu (Implikasi- ASEAN-China Free Trade Area dan tujuan terdapat dalam http://file:pdf//implikasi –ASEAN-China –Free- Trade- Area) a. Memperkuat dan meningkatkan kerjasama ekonomi, perdagangan, dan investasi antar negara anggota ASEAN. b. Meliberalisasi secara progresif dan meningkatkan perdagangan barang dan jasa, serta menciptakan suatu system yang transparan dan untuk mempermudah investasi. c. Menggali bidang-bidang kerjasama yang baru dan mengembangkan kebijaksanaan yang tepat dalam rangka kerjasama ekonomi antar negara anggota d. Memfasilitasi integrasi ekonomi yang lebih efektif dari para anggota ASEAN baru (Cambodia, Laos, Mynmar, dan Vietnam-CLMV) dan memjembatani kesenjangan pembanguna ekonomi diantara negara anggota. 2. Misi ACFTA Dalam pengembangan visi yang terdapat dalam ACFTA (ASEAN – China Free Trade Area) yakni terjadi perkembangannya dengan adanya beberapa hal yang telah
1010
Perkembangan Tekstil Cina di Indonesia Pasca ACFTA 2010 (Iswandari)
dijlelaskan dalam visi (tujuan).Beberapa hal yang dilakukan dalam visi tersebut berpengaruh positif.Sebab dengan memperkuat dan meningkatkan kerjasama ekonomi, perdagangan dan investasi antar negara anggota ASEAN maka dapat memperluas perdagangan terutama tekstil dan memperoleh keuntungan.(Daniel Pambudi dan Alexander C.Candra, Garuda Terbelit Naga : Dampak kesepakatan Perdagangan Bebas Bilateral ASEAN-China Terhadap Perekonomian Indonesia, Jakarta : Institute Global For Justice, 2006 ) Setelah itu, selain dapat memperluas perdagangan, adapula hal – hal yang berpengaruh yakni dapat membuat kerjasama baru serta mengembangkan kebijaksanaan yang tepat dalam kerjasama ekonomi antar negara anggota.Kebijakan yang terjadi tersebut memberikan keterbukaan dalam perdagangan serta dapat memberikan fasilitas dalam intergrasi ekonomi yang lebih efektif dari para anggota ASEAN baru(Cambodia, Laos, Myanmar, dan Vietnam – CLMV) dan menjembatani masalah kesenjangan pembangunan ekonomi diantar negara anggota sehingga dapat mengurangi masalah tersebut. Kemudian dalam kerjasama perdagangan bebas antara Indonesia salah satu negara anggota ASEAN dengan China dalam ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area) adapun terdapat isi kesepakatan kerjasamanya yaitu : 1. Membangun kawasan perdagangan bebas dalam jangka waktu sepuluh tahun berupa penghapusan tariff dan hambatan-hambatannya 2. Perundingan kawasan perdagangan bebas ASEAN-China dengan potensi sebanyak 1,7 milyar penduduk dan nilai produk domestik antara US$ 1,5 triliyun hingga US$ 2 triliyun, akan dimulai pada 1 juli 2003 3. Menyepakati kerangka perjanjian kerjasama komperehensif, dimana untuk ASEAN yaitu Indonesia, Malaysia, Philipina, Thailand, dan Singapura dalam pasar bebas akan mulai berlaku pada tahun 2010. Sementara untuk negara anggota ASEAN lainnya yaitu Vietnam, Kamboja, Laos, dan Mynmar mulai berlaku 2015. 4. ASEAN dan China akan mengurangi hambatan tariff dan non tariff secara progesif terhadap perdagangan barang sementara secara bebas bersamaan untuk melangkah pada upaya perdagangan bebas bagi produk dan jasa 5. ASEAN dan China sepakat membangun rezim investasi yang terbuka dan kompherensif, yang didukung prosedur imigrasi yang lebih mudah. China akan memberikan perlakuan tariff yang menguntungkan bagi tiga negara miskin ASEAN yaitu Kamboja, Laos, dan Mynmar Selain itu, dalam perjanjian kerjasama perdagangan bebas ini, maka ada peraturan nasional yang terdapat dalamkerangkaACFTA yakni : a) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 48 tahun 2004 tasnggal 15 Juli 2004 tentang pengesahan Framework Agreement on Comphensive Economic Cooperation Between The Association of Shoutheast ASEAN Antions and the people Republic of China b) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 57/KMK.01/2004 tanggal 21 Juli 2004 tentang penerapan tariff bea masuk atau import barang dalam rangka Early Harvest Package ASEAN China Free Trade Area
1011
eJournal Ilmu Hubungan Internasional Volume 2, Nomor 4, 2014 : 1005-1016
c)
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 57/PMK 0.10/2005 tanggal 7 Juli 2005 tentang penetapan tariff bea masuk dalam rangka normal track ASEAN China Free Trade Area (Direktorat Kerjasama Regional Kerjasama Perdagangan Internasional)
Dari beberapa peraturan nasional yang terdapat dalam kerangka terbentuknya ACFTA, perdagangan tekstil tidak disebutkan secara langsung, namun perdagangan tekstil merupakan termasuk dalam beberapa produksi barang Cina yang dipasarkan dalam pasar Indonesia. Kemudian secara persentase, produksi tekstil Cina yang dipasarkan di Indonesia tidak sebesar produksi barang Cina yang lain seperti elektronik, hal ini disebebkan karena Indonesia juga memproduksi tekstil. B. Perdagangan Tekstil Cina – Indonesia Dalam ACFTA 1. Perdagangan Tekstil Cina sebelum adanya kerjasama perdagangan bebas ACFTA terdapat dalam data berikut dari tahun 2000-2009 2000 4,79 % 2001 4,04 % 2002 5,33 % 2003 6,76 % 2004 8,70 % 2005 16,78 % 2006 19,6 % 2007 24,99 % 2008 26,90% 2009 25,50 % Sumber : Diolah dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia Dari tabel tersebut terlihat, bahwa sebelum adanya kerjasama ACFTA jumlah tekstil Cina di Indonesia dari tahun 2000 hingga 2009 mengalami peningkatan sebanyak 25,50 %. Kemudian setelah adanya data tersebut maka dilakukan upaya adanya produk tekstil Cina di Indonesia yaitu : 1.
Perkembangan Produk tekstil Cina di Indonesia
Perkembangan produk tekstil Cina yang dipasarkan di Indonesia pasca implementasi ACFTA berbeda dengan sebelum adanya pemberlakuan ACFTA. Sebab, sebelulm adanya pemberlakuan ACFTA, produk tekstil Cina yang dipasarkan di Indonesia maka akan dikenakan pajak masuk barang import, sedangkan dalam perkembangannya, setelah adanya pemberlakuan ACFTA dengan penghapusan tarif masuk barang import maka produksi tekstil Cina yang dipasarkan di Indonesia semakin banyak. Kemudian pasca implementasi ACFTA pada tahun 2010, produk tekstil Cina meningkat.Hal ini menunjukkan bahwa produksi tekstil Cina memberikan perkembangan dalam pasar Indonesia. Namun sebelum implementasi ACFTA, maka dapat dilihat data sebagai berikut :
1012
Perkembangan Tekstil Cina di Indonesia Pasca ACFTA 2010 (Iswandari)
Tabel :Perdagangan Tekstil Cina sesudah ACFTA dari tahun 2010-2011 Tahun 2010 2011
Persentase 42,73 % 60,58 %
Dari tabel diatas maka terlihat bahwa setelah adanya kerjasama perdagangan bebas antara Indonesia dengan Cina dalam ACFTA, pada tahun 2010 mengalami peningkatan hingga 42,73 % dari tahun sebelumnya dengan jumlah 25,50 %. Kemudian pada tahun 2011 juga mengalami peningkatan dengan jumlah mencapai 60,58 %. Dengan peningkatan yang terjadi dalam perdagangan tekstil sesudah adanya ACFTA, maka produksi tekstil Cina mendapatkan keuntungan yang besar.Setelah itu, adapun data berikut yang menjelaskan mengenia pangsa pasar produk tekstil Indonesia sesudah ACFTA dari tahun 2010 – 2011. Tabel :Pangsa Pasar Produk Tekstil Indonesia sesudah ACFTA dari tahun 2010- 2011 Produsen Lokal Import Jumlah
2010 56, 5% 43,5 % 100 %
2011 39,6 % 60,4 % 100 %
2012 31,3 % 68, 6 % 100 %
Pada tahun 2010 – 2012 sesudah adanya perjanjian ACFTA (ASEAN- China Free Trade Area) diimplementasikan, industri tekstil Indonesia mengalami penurunan penjualan di pasar domestik. Hal ini membuktikan bahwa industri tekstil Indonesia sangat terpengaruh dengan adanya aturan ACFTA dalam penurunan tariff menjadi nol persen, dimana produk tekstil dari luar atau import memiliki harga yang murah dibandingkan dengan produk lokal.(Tekstil China kuasai 60 persen pasar domestik Indonesia, terdapat dalam http ://www.republika.co.id/berita/ekonomis/bisnis) 2.
Strategi Cina dalam perkembangan produk tekstilnya di pasar Indonesia pasca implementasi ACFTA a. Memberikan harga yang murah dalam pasar Pemerintah Cina dapat memberikan harga yang murah dalam pemasaran di Indonesia, hal ini karena Cina dapat memproduksi bahan baku tekstil yaitu kapas di negaranya sendiri tanpa harus membeli dari negara lain. Sebab Cina merupakan negara pengeksport kapas terbesar.Serta memberikan kualitas barang yang lebih baik daripada produk Indonesia. b. Memberikan upah buruh yang murah Dalam memberikan upah buruh, pemerintah Cina memberikan upah buruh yang murah dimaksudkan agar dapat menjual barang produksinya yaitu tekstil dengan harga yang lebih murah dipasar Indonesia dan mendapatkan keuntungan.Beberapa hal inilah yang dilakukan Cina sebagai strategi dalam perdagangan produk tekstil di dalam pasar Indonesia yang berdasarkan pada
1013
eJournal Ilmu Hubungan Internasional Volume 2, Nomor 4, 2014 : 1005-1016
kerjasama ACFTA. 3. Strategi Indonesia dalam perkembangan produk tekstil China di Indonesia pasca Implementasi ACFTA Pada dasarnya, produk Cina yang masuk ke dalam pasar Indonesia banyak seperti elektronik, telepon seluler, tekstil, mainan anak, peralatan rumah tangga dan alat transportasi. Dalam pemasaran produk Cina di Indonesia memberikan hasil secara persen yang berbeda beda terutama dengan masuknya tekstil yang diproduksi Cina. Kemudian dengan terus menerus masuknya produk tekstil Cina dalam pasar Indonesia, maka import tekstil Cina mencapai hingga 10 % dari tekstil yang sudah masuk dalam pasar Indonesia. Serta peningkatan import tekstil semakin meningkat setelah diberlakukannya ACFTA. Untuk itu, pemerintah Indonesia melakukan beberapa strategi dalam perkembangan produk tekstil Cina di Indonesia pasca implementasi ACFTA dengan beberapa strategi sebagai berikut 1. Peningkatan tariff import Dalam hal peningkatan tariff import pemerintah Indonesia memberlakukan seperti itu untuk perlindungan pasar terhadap barang produksi China. Sebab dengan naiknya tariff barang barang import yang masuk ke dalam pasar Indonesia maka secara harga dapat bersaing tidak terlalu jauh dengan barang produksi Indonesia. 2. Standarisasi Produk Tekstil Indonesia Selain melakukan peningkatan tariff import, pemerintah Indonesia juga melakukan adanya standarisasi produk tekstil.Hal ini di lakukan agar pengawasan mutu yang lebih terjaga dalam kualitas yaitu produk luar yang masuk tidak sesuai dengan standart mutu Indonesia yang telah ditetapkan, maka dilarang dipasarkan di dalam pasar domestik tanpa terkecuali produk tekstil dari Cina. 3. Diversifikasi Produk Tekstil Diversifikasi produk tekstil merupakan upaya yang dilakukan oleh produsen untuk mengusahakan atau memasarkan beberapa produk yang sejenis dengan produk yang sudah dipasarkan sebelumnya. Kesimpulan Perjanjian ASEAN – China Free Trade Area (ACFTA) merupakan salah satu bentuk dari perdagangan bebas yang di ikuti oleh Indonesia. Sejak diberlakukannya perjanjian ini, Indonesia mengalami pengaruh positif dan negative. Beberapa keuntungan yang bisa diperoleh Indonesia diantaranya: 1. Kesepakatan ACFTA berpeluang untuk meningkatkan eksport bagi Indonesia yang memiliki keunggulan komparatif di dalam pasar ASEAN dan China, kemudian adanya perjanjian dalam perdagangan bebas ini, membuat pemerintah Indonesia lebih mudah mengontrol peredaran produk China dipasar domestik 2. Melalui perjanjian ACFTA dapat meningkatkan daya saing industri dalam negeri terhadap produk luar.
1014
Perkembangan Tekstil Cina di Indonesia Pasca ACFTA 2010 (Iswandari)
Sedangkan dampak negative dari kesepakatan ACFTA, hal ini dapat dilihat dari dengan membanjirnya produk – produk buatan China terutama tekstil dipasarkan di Indonesia. Dimana produk buatan China harga yang ditawarkan lebih murah, dan lebih beragam sehingga konsumen yang golongan ekonomi ke bawah dalam negeri lebih memilih untuk menggunakan produk China tersebut, akibatnya produksi industri lokal kalah bersaing serta menggangu produksi dalam negeri, penggurangan tenaga kerja dan berujung pada penutupan industri tersebut. Kemudian dengan adanya perjanjian ACFTA tersebut maka perdagangan Cina dalam produk tekstil mendapatkan perkembangan yang lebih baik dalam pasar Indonesia dengan pemasaran dengan harga yang lebih murah dibading dengan produk Indonesia.Dimana Cina memberikan variasi secara harga serta kualitas. Dalam kerjasama perjanjian perdagangan bebas ACFTA, Indonesia merupakan negara yang belum siap dalam adanya persaingan dengan produk tekstil Cina di dalam pasar Indonesia.Untuk itu, pemerintah Indonesia melakukan beberapa strategi dalam menghadapi perkembangan produk tekstil Cina yang dipasarkan di Indonesia. Strategi tersebut yaitu : 1) Peningkatan tariff import, pemerintah melakukan hal ini untuk perlindungan pasar terhadap barang produksi Cina. Sebab, dengan naikknya tariff barang import yang masuk ke dalam pasar Indonesia, maka secara harga dapat bersaing dengan barang produksi Indonesia. 2) Standarisasi produk tekstil Indonesia, hal ini dilakukan untuk pengawasan mutu yang lebih terjaga dalam kualitas yaitu produk luar yang masuk tidak sesuai dengan standart mutu Indonesia yang telah ditetapkan, maka dilarang dipasarkan di dalam pasar domestik tanpa terkecuali produk tekstil dari Cina. 3) Pemerintah Indonesia melakukan diversifikasi produk tekstil yang merupakan upaya yang dilakukan oleh produsen untuk mengusahakan atau memasarkan beberapa produk yang sejenis dengan produk yang sejenis dengan produk yang sudah dipasarkan sebelumnya. Kemudian pemerintah Cina juga melakukan beberapa strategi sebagai berikut : 1) Pemerintah Cina memberikan harga yang murah dalam pemasaran di Indonesia, hal ini karena Cina dapat memprduksi bahan baku tekstil yaitu kapas di negaranya sendiri tanpa harus membeli dari negara lain. Sebab negara Cina merupakan negara pengeksport kapas terbesar.Serta memberikan kualitas yang lebih baik daripada produk Indonesia. 2) Pemerintah Cina memberikan upah buruh yang murah dimaksudkan agar dapat menjual barang dapat menjual barang produksinya yaitu tekstil dengan harga yang lebih murah dipasar Indonesia dan mendapatkan keuntungan.
1015
eJournal Ilmu Hubungan Internasional Volume 2, Nomor 4, 2014 : 1005-1016
DAFTAR PUSTAKA Bambang Cipto, 2007 Hubungan Internasional di Asia Tenggara, Yogyakarta, Daniel Pambudi dan Alexander C.Candra, Garuda Terbelit Naga,2006-2009 : Dampak kesepakatan Perdagangan Bebas Bilateral ASEAN-China Terhadap Perekonomian Indonesia, Jakarta : Institute Global For Justice Jagdish Bhagwati,1992, Proteksionisme,Bandung,Angkasa Winarti, 2008,ASEAN, Klaten, Cempaka Putih Website Implikasi- ASEAN-China Free Trade Area dan tujuan terdapat dalam http://file:pdf//implikasi –ASEAN-China –Free- Trade- Area. Diakses pada tanggal 12 Februari 2014 Kerjasama bilateral Indonesia dan China http://kerjasama-bilateral-indonesiadan-china-hmtl. Diakses pada tanggal 13 Januari 2012 Tekstil China kuasai 60 persen pasar domestik Indonesia, terdapat di http: //www.republika.co.id/berita/ekonomis/bisnis diunduh tanggal 24 Februari 2014 Teori dan aplikasi free trade liberalisasi perdagangan internasional ter dapat dalam http://file.pdf/adobeacrobate//teori-dan –aplikasi-free-trade-liberalisasiperdagangan-internasional.diakses pada 19 oktober 2012 Teori keunggulan komparatif terdapat dihttp://id.scribd.com/doc/diunduh pada 18 Maret 2014 Direktorat Kerjasama Regional Ditjen Kerjasama Perdagangan Internasional, ACFTA, 2010
1016