Perkembangan Pendidikan Dokter Spesialis Bedah Di Indonesia Kiki Lukman Ketua Kolegium Ilmu Bedah Indonesia P2B2 Bersama PABI-KIBI, Bandar Lampung 2016
Selayang pandang sejarah ilmu bedah dan perkembangan profesi bedah di Indonesia
Sejarah perkembangan pendidikan ilmu bedah Indonesia di era pra kemerdekaan Perkembangan Pendidikan dokter spesialis bedah (umum) di Republik Indonesia . Prespektif pendidikan dokter spesialis bedah di masa yang akan datang
Era Kemerdekaan: ILMU BEDAH MODERN
Era Belanda: Chirurgie (1602-1889)
Revolusi Ilmu Bedah (Abad 19-20) (Anestesi, A dan antiseptik, Infeksi, Antibiotika, Hemostasis)
Lembaga Penelitian Lembaga Pendidikan Rumah Sakit Pendidikan Perhimpunan Profesi Penataaan undang2 dan peraturan EBM
MILE STONES PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN (SAINS)
Belanda • 1602-1889 • Chirurgijn • 161 org di Jawa
Belanda: •1889-1943 •Indie Specialist Operateur (Ahli Bedah) •CH Stratz & ahli asing lainnya
• Sejak 1942 • Batavia & Surabaya • 4 Ahli Bedah Indonesia
Sejak 1955: Dokter Spesialis Bedah Umum (Ilmuwan & Profesional)
Dokter spesialis (1962sekarang) : Orthopaedi, Bedah Syaraf, Urologi, Bedah Plastik, Kardiothoraks, Bedah Anak (Diawali Pendidikan di luar negeri)
Dokter Sub Spesialis Bedah ( sejak 1979) : Bedah Digestif Bedah Onkologi & Kepala Leher Bedah Vaskular
PENDIDIKAN BEDAH DI PRA KEMERDEKAAN Era Belanda: (Ahli Bedah Asing)
Indie Specialist Operateur Pendidikan Magang : 1913: STOVIA (Batavia) 1923: NIAS (Surabaya) 1942: 4 ahli bedah pribumi
Era Jepang: 1943-1945 Pendidikan Bedah terhenti
PENDIDIKAN BEDAH DI ERA KEMERDEKAAN MASA AWAL KEMERDEKAAN 1955: Terdapat 10 Ahli Bedah di Indonesia (Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta dan Surabaya). Ditetapkan 3 pusat Pendidikan, dengan kurikulum lokal, metode magang, masa pendidikan 5 tahun Dr. Sutan Assin: Jakarta Dr. Margono Soekarjo: Semarang
Dr. M. Soetojo: Surabaya
Peserta 2-4 orang/tahun.
PENDIDIKAN BEDAH DI ERA KEMERDEKAAN MASA PEMULIHAN KEMERDEKAAN : 1954: Prof M. Soekarjo : inisiatif pendidikan melalui perhimpunan profesi (PABI)
1954-1962: Sistem magang dengan kurikulum berbeda: Jakarta : 5 tahun Surabaya :3 tahun
1962-1967: Masa pendidikan 3 tahun, masih dalam metode magang, belum ada kurikulum nasional dan ujian nasional
PENDIDIKAN BEDAH DI ERA KEMERDEKAAN MASA ORDE BARU 1967 Majelis Penilai Nasional IKABI:
Sebagai Lahirnya Kolegium Ilmu Bedah Indonesia Menyusun Sistem Pendidikan Bedah:
Seleksi Kurikulum: magang Ujian Ijazah dari Perhimpunan Profesi Pusat Pendidikan: 6 pusat pendidikan
PENDIDIKAN BEDAH DI ERA KEMERDEKAAN ERA REFORMASI: World Federation for Medical Education 2003 (Rev-2015): Post Graduate Med. Ed. Standards & QI
Undang-Undang RI No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran: KKI, MKKI, Kolegium, Profesi Transformative learning + System Based Approach WHO (2010)
WHO Global Health Access to Surgery by Lancet Comm. : Bangkok Declaration2015 : 6 indicators MEA + Mutual Recognition Agreement pada tahun 2016: ASEAN & INTERNATIONAL FEDERATION of SURGICAL COLLEGES (Kolaborasi Internasional KIBI) ->
PENDIDIKAN BEDAH DI ERA KEMERDEKAAN ERA REFORMASI: Katalog 1997 : Kurikulum Nasional Ujian Nasional terstruktur Kursus-kursus berstandar nasional/ Internasional : ATLS, BSSC. Kurikulum 2006: Kurikulum berbasis kompetensi : 166 modul Kolaborasi dengan Tubel Kemkes
Sistem Jaminan Kesehatan Nasional 2014 Undang-Undang RI No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi Undang-Undang RI no 20 tahun 2013 : Pendidikan Kedokteran Permen Ristek Dikti : SNPK tahun 2016
Bangkok Declaration 2015
PERAN KIBI (MKKI & AD/ART KIBI 2013): PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DAN PRAKTEK BEDAH Dukungan thd. Peserta didik
HASIL PELAYANAN BEDAH
AKREDITASI bersama LAMPTKes
KEBIJAKAN
PENGEMBANGAN KURIKULUM
Epidemiological & demographic transitions
Technological innovation
Health system
Population demands
Professional differentiation
Shared Competencies
Bagaimana perspektif pendidikan bedah di Indonesia di masa yang akan datang?
SYSTEM FRAMEWORK (Frenk et al, 2010)
The old world (that we were trained for) and the new world OLD WORLD Doctors practice primarily as individuals
NEW WORLD Doctors work predominantly in teams
The doctor is on top within his institution The doctor is part of a complex organisation Source of knowledge is expert opinion
Source of knowledge is systematic review of evidence
Clinical skills are seen as semi-mystical
Clinical skills can be audited and managed
Most of what doctors need to know is in their heads
Doctors must use information tools constantly
Most medical care is assumed to be beneficial
Recognition that the balance between doing good and harm is fine
Doctor patient relationship is essentially master/pupil
Patient partnership is the norm
Patients do not have easy access to the knowledge base of doctors
Patients have as much access to the evidence base of medicine as doctors
The doctor is smartest
Often the patient is smarter
Three generations of reform (Frenk et al, 2010)
Frenk, et al; Lancet 2010
KOMPETENSI : KLINIK DAN PROSEDUR OPERASI
Terbukti bahwa: SUDAH MENGERJAKAN
+
Kompeten =
Kinerjanya :
HASIL BAIK
KEWENANGAN KLINIK DI RS
Kompetensi Terapi bedah dr Spesialis Bedah
Prosedur bedah dan kompetensi penyakit terkait dengan pembedahan
Kompetensi Dokter spesialis non bedah
Kompetensi Terapi bedah dr sub Spesialis Bedah
Perkonsil No 8 , tahun 2012
Pelayanan rumah sakit Dibuat panduan untuk rumah sakit berupa clinical pathway dan Buku Putih Kewenangan Klinik (white paper) dalam proses kredensial. Mitra Bestari
Aplikasi (Clinical Previlege)
Buku Putih Cinical Previlege
STANDAR KOMPETENSI DAN PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIA 2016 KOLEGIUM ILMU BEDAH INDONESIA
SISTEM KESEHATAN NASIONAL Manajemen
Rasio Spesialis: 9/100.000 Rasio SpB: 0,8/100.000
Jumlah RS (2015): 2284
•Kemkes •Dinas Kesehatan •Pemda
Anggaran Nasional (2015): IDR 137 trilyun BPJS: IDR 19 trilyun?
Dokter : Populasi 19/100,000
SISTEM RUJUKAN NASIONAL
70 % kasus dikelola tuntas
SpB
2500
OBGY ANAK Intrna
2000
1500
Jumlah 2015: 2200 SpB (Umum) 2015:3700(SpB)
BEDAH MATA ANASTESI841 NEURO THT
1000
Kulkel Radiologi Psikiatri
500
Patklin Paru Kardiologi
0
Rehab medik PA
MASALAH NASIONAL Pelayanan bedah umum ( PPK1 – PPK2, PPK3 )
Distribusi sarana – prasarana RS , dan pelayanan bedah tidak merata (terbaik di Jawa, Sumatra, dan Bali) Dokter spesialis bedah umum belum merata Pembiayaan BPJS: belum semua jenis penyakit tercukupi Sistem rujukan yang belum berjalan optimal: Reklasifikasi? Komunikasi? Sistem ambulan? Tim Dokter Spesialis Pendukung belum mencukupi: Anestesi, Intensivis, Radiologi?, PA?, PatKlin?
Data RS Rujukan Nasional 2015 NO
PROVINSI
KODE RS
NAMA RS
KLS RS
PENTAHAPAN
STATUS
1
Sumatera Utara
1275655
RSU H Adam Malik
A
Pentahapan III (16 Pelayanan)
Lulus
2
Sumatera Barat
1371010
RSU Dr. M.Jamil
B
Pentahapan III (16 Pelayanan)
Lulus
3
Sumatera Selatan
1671013
RSU Dr. Mohammad Hoesin
A
Akreditasi Internasional
Lulus
4
DKI Jakarta
3173014
RSU Dr. Cipto Mangunkusumo
A
Akreditasi Internasional
Tingkat Paripurna
5
Jawa Barat
3273015
RSU Dr Hasan Sadikin
A
Pentahapan III (16 Pelayanan)
Lulus
6
Jawa Tengah
3374010
RSU Dr. Kariadi
A
Pentahapan III (16 Pelayanan)
Tingkat Paripurna
7
DI Yogyakarta
3404015
RSUP Dr. Sarjito
A
Akreditasi Internasional
Lulus
8
Jawa Timur
3578016
RSU Dr. Soetomo
A
Akreditasi Internasional
Tingkat Paripurna
9
Bali
5171016
RSUP Sanglah Denpasar
A
Akreditasi Internasional
Lulus
10
Kalimantan Barat
6171011
RSU Dr Sudarso PTK
A
Pentahapan III (16 Pelayanan)
Lulus
11
Kalimantan Timur
6472015
RSUD H A Wahab Sjahranie
A
Pentahapan III (16 Pelayanan)
12
Sulawesi Utara
7171013
RSU Prof.Dr. R.D Kandou Manado
B
Pentahapan III (16 Pelayanan)
Lulus
13
Sulawesi Selatan
7371325
RSU Dr W Sudirohusodo UP
A
Pentahapan III (16 Pelayanan)
Tingkat Paripurna
14
Papua
9271012
RSU Jayapura
B JUMLAH
A
6
Keadaan/Kekur angan
SP.B
Keadaan Kekurangan Keadaan Kekurangan Keadaan Kekurangan Keadaan Kekurangan Keadaan Kekurangan Keadaan Kekurangan Keadaan Kekurangan Keadaan Kekurangan Keadaan Kekurangan Keadaan Kekurangan Keadaan Kekurangan Keadaan Kekurangan Keadaan Kekurangan Keadaan Kekurangan Keadaan Kekurangan
15 0 4 2 3 3 7 0 35 0 12 0 3 3 20 0 17 0 11 0 7 0 28 0 4 2 5 1 171 11
Data RS Rujukan Provinsi 2015 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
RS RUJUKAN PROVINSI 11 Aceh 14 Riau 15 Jambi 17 Bengkulu 18 Lampung 19 Kepulauan Bangka Belitung 20 Kepulauan Riau 36 Banten 52 Nusa Tenggara Barat 53 Nusa Tenggara Timur 62 Kalimantan Tengah 63 Kalimantan Selatan 64 Kalimantan Timur 72 Sulawesi Tengah 74 Sulawesi Tenggara 75 Gorontalo
KOTA BANDA ACEH KOTA PEKANBARU KOTA JAMBI KOTA BENGKULU LAMPUNG BARAT BANGKA KOTA TANJUNG PINANG TANGERANG KOTA MATARAM KOTA KUPANG KOTA PALANGKA RAYA KOTA BANJARMASIN Kota Tarakan KOTA PALU KOTA KENDARI KOTA GORONTALO
RSU Dr. Zainoel Abidin RSUD Arifin Achmad,Pekanbaru RSU Raden Mattaher Jambi RSU Dr M Yunus Bengkulu RSU Dr H Abdul Moeloek RS PROPINSI DR. IR. H. SOEKARNO RSUD Kota Tanjung Pinang RSU Tangerang RSU PROVINSI NTB RSU Prof Dr WZ Johanes RSUD Dr Doris Sylvanus RSUD Ulin Banjarmasin RSUD Tarakan RSU Undata Palu RSU Propinsi Kendari/ Bahtera Mas RSU Prof Dr H Aloei Saboe
A B B B B C C B B B B A B B B B
17 18 19 20
76 Sulawesi Barat 81 Maluku 82 Maluku Utara 91 Papua Barat
MAMUJU KOTA AMBON KOTA TERNATE KOTA SORONG
RSUD Provinsi Sulawesi Barat RSU Dr M Haulussy Ambon RSU Ternate/Dr. H. Chasan Boesoirie Ternate RSU Sorong
Kelas Belum Ditetapkan B B C
KEADAAN DOKTER SP. BEDAH DI RS RUJUKAN REGIONAL JUMLAH RS = 144
JUMLAH Sp BEDAH = 482 KEKURANGAN = 182 WHO 2010 & 2016; Penempatan dokter spesialis berbasis pendidikan dan pembelajaran transformatif
PERATURAN PRESIDEN 2016: WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS: PermenKes Komite Penempatan Dokter Spesialis
LANDASAN HUKUM Berdasarkan UU Dikdok 2013: Pendidikan dokter spesialis diselenggarakan oleh: FK di Universitas Negeri Rumah Sakit Pendidikan Utama Rumah Sakit Pendidikan Afiliasi Rumah Sakit Pendidikan Satelit Wahana Pendidikan Organisasi Profesi: KIBI (Kolegium Bedah Indonesia)
LANDASAN HUKUM Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 49 tahun 2014 (SNPK revisi)
Universitas (Minimal B) Fakultas kedokteran (A) Masa studi minimal 8 semester Beban studi 144 SKS. (Minimal 72 SKS)
SISTEM PENDIDIKAN Indonesian Medical Council
Ministry of Education & Culture
Intercollegiate council
Other colleges
University
ICS (Gen. Surg)
Dept. of Surgery, at Teaching Hospital (Ministry of Health) Director of Study Programme
GS residents (trainee)
Medical School : Post Graduate Programmes
The Training Programme At the University and Teaching Hospitals Input
Process:
Output
Selection criteria Cost Quota
Consultants/ Trainers Curriculum Facilities Hospitals
Competency Evaluation Sertificate Number of postgraduates
Standards of Training and Competences (ICS)
STANDAR KOMPETENSI 2016 Prosedur Bedah di PPK 2 yaitu di rumah sakit kelas D, C, dan B di Indonesia, terutama kasus bedah emergensi, dan bedah elektif sesuai kelas RS. (Termasuk Laparoskopi & endoskopi) Bedah Emergensi (Jaga on site) di RS Kelas A (PPK3)
Professionalism
Altruism
Accountability
Humanism
Excellence
Stern DT, Measuring Medical Professionalism, NY: Oxford, 2006
Ethical & Legal Understanding
Communication Skills Clinical Competence
Knowledge of Medicine
KURIKULUM Tujuan
Tahapan Metode pelatihan Evaluasi dan Ujian
TUJUAN Sp.B. profesional berstandar global : mampu memenuhi tuntutan masyarakat dalam memberikan pelayanan bedah paripurna: Perilaku sesuai KODEKI Kompeten : masalah bedah darurat dan (elektif), terutama di Indonesia Mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan Sp.B. sesuai dengan tuntutan masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan.
Memecahkan masalah bedah di masyarakat (langsung/penelitian) Berkomunikasi bahasa akademik: Indonesia dan Inggris
TAHAP PENDIDIKAN Seleksi Tahap Pra bedah Dasar 4 bulan: Termasuk 3 kursus internasional (RCSEd, RACS)& 4 kursus lokal Tahap Bedah Dasar 12 bulan
Tahap Bedah Lanjut I Tahap Bedah Lanjut II Ujian Nasional Masa Pendidikan 8 semester.
METODE PEMBELAJARAN : BERBASIS KOMPETENSI Tutorial (Referat)
Diskusi dan refleksi kasus Bedsite Teaching Telaah kritis jurnal Seminar Manajemen perioperatif pada pasien
Pelatihan ketrampilan dan prosedur bedah di laboratorium klinik dan di kamar operasi di RS Pendidikan utama, satelit, dan afiliasi. Jaga Malam on site di IGD
METODE UJIAN Behaviour~ attitude/skills
Mini CEX, NBE,PBA, WPBA
Does Shows how
Cognition~ knowledge
Knows how Knows
OSCEs
EMQs, SEQs
MCQs
Miller GE. The assessment of clinical skills/competence/performance. Academic Medicine (Supplement) 1990; 65: S63-S7.
METODE UJIAN Ujian tulis pilihan berganda dg Clinical vignette Mini CEX OSCE (Objective Structured Clinical Examination)
DOPS (Direct Observation of Procedure) PBA (Procedure Based Assessment)
Kriteria :
Variasi dan volume kasus sesuai dg kurikulum Rasio dan kualifikasi sebagai pendidik dan pelatih klinik Sarana pelayanan dan pendidikan Praktek klinik secara terorganisasi dg baik dan sistematik Departemen mendukung atmosfir akademik Departemen memfasilitasi pendidikan teori dengan memuaskan Peluang penelitian
MANFAAT RSUD: Memberikan potensi peningkatan performa pelayanan prima Meningkatkan aspek keselamatan pasien Membantu peningkatan kapasitas staf fungsional Membantu peningkatan sarana prasarana pelayanan bedah FKUP & Masyarakat: menambah kapasitas produksi SpB,
MEDIKO LEGAL: PERKONSIL Aspek mediko legaL: STR-P & SIP RS bagi residen dan jejaring SIP DPJP dokter staf pendidik klinik RSUD Sertifikat dan surat kompetensi klinik residen (Ko Prodi) Supervisi dan pengawasan langsung Penulisan dan tanda tangan rekam medik
FELLOWSHIP: SERKOM, RESERTIFIKASI, P2B2, INFORMASI, JURNAL, PENJAMINAN MUTU
BAGAIMANA CARA PENCAPAIAN?
HARAPAN?
KOLABORASI, INOVASI, HARMONISASI
SIMPULAN Pendidikan dokter spesialis bedah di Indonesia telah dimulai di masa awal kemerdekaan dengan pendidikan tradisional bersifat magang, instruksional dan informatif. Pada era kemerdekaan pendidikan bedah di Indonesia telah mengikuti perkembangan ilmu bedah modern dan diversifikasi profesi bedah.
Di era reformasi pendidikan bedah di Indobesia telah menuju paradigma global yaitu prinsip transformatif dan system based approach untuk memenuhi kebutuhan Sistem Kesehatan Nasional