PENENTUAN TINGGI BADAN BERDASARKAN PANJANG LENGAN BAWAH
TESIS REINHARD JOHN DEVISON 047113001/IKF
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS DEPARTEMEN KEDOKTERAN FORENSIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
PENENTUAN TINGGI BADAN BERDASARKAN PANJANG LENGAN BAWAH
TESIS
REINHARD JOHN DEVISON 047113001/IKF
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS DEPARTEMEN KEDOKTERAN FORENSIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
PENENTUAN TINGGI BADAN BERDASARKAN PANJANG LENGAN BAWAH
TESIS Untuk Memperoleh Gelar Spesialis Forensik (Sp.F) Dalam Program Pendidikan Dokter Spesialis Konsentrasi Ilmu Kedokteran Forensik Pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
REINHARD JOHN DEVISON 047113001/IKF
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS DEPARTEMEN KEDOKTERAN FORENSIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
Judul Tesis
:
Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah
Nama Mahasiswa
:
Reinhard John Devison
Nomor Induk Mahasiswa
:
047113001
Program Pendidikan
:
Dokter Spesialis
Konsentrasi
:
Kedokteran Forensik
Menyetujui Komisi Pembimbing :
Dr. H. Mistar Ritonga, Sp.F Ketua
Dr. H. Guntur Bumi Nasution,Sp.F Anggota
Ketua Program Studi
Dr. Alfred C. Satyo, MSc, MHPE, Sp.F (K)
Ketua TKP PPDS
Dr. Zainuddin Amir, Sp.P(K)
Tanggal lulus : ____________________ Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
Telah diuji pada
Tanggal _____________________
PANITIA PENGUJI TESIS Ketua
:
______________________________________
Anggota
:
1. ___________________________________
2. ___________________________________
3. ___________________________________
4. ___________________________________
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
PENENTUAN TINGGI BADAN BERDASARKAN PANJANG LENGAN BAWAH
TESIS SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat orang lain yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Hormat saya, Penulis
Reinhard John Devison
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
hvtÑtÇ gxÜ|Åt ^tá|{ Salam sejahtera, Puji syukur kepada Allah Bapa di Surga yang melimpahkan kasih dan karunia NYA serta kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul “PENENTUAN TINGGI BADAN BERDASARKAN PANJANG LENGAN BAWAH”. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa yang sedang menjalani kepaniteraan klinik senior (KKS) di bagian Kedokteran Forensik FK-USU/ RSUP.H. Adam Malik/ RSU. Dr. Pirngadi Medan, serta pada para narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas I dan Wanita Klas IIA Tanjung Gusta Medan. Dalam penyusunan Tesis ini, penulis tentunya banyak menemukan hambatan dan kesukaran, namun berkat ketabahan dan kerja keras penulis serta bantuan dari berbagai pihak akhirnya tesis ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua responden (subjek penelitian) atas kesediaan dan keterlibatan yang diberikan. Kepada dr.H.Mistar Ritonga, SpF dan dr.H.Guntur Bumi Nasution, SpF selaku pembimbing serta para staf pengajar di Departemen Forensik FK-USU saya ucapkan terima kasih. Kepada dr.Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes atas bantuannya menyelesaikan metode penelitian dan analisa statistiknya. Terima kasih pula kepada Dokter, Pimpinan, staf dan pegawai di LP Klas I dan Wanita Klas IIA Tanjung Gusta Medan. Atas dukungan moral yang diberikan, penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala Badan Pelayanan Kesehatan RSU.dr.Djasamen Saragih Pematangsiantar, termasuk pula para pegawai di Instalasi Jenazah dan Kedokteran Forensik RSU.dr.Djasamen Saragih Pematangsiantar. Tidak lupa rasa bangga dan terima kasih kepada Orang tua tercinta, mertua dan seluruh keluarga. Terima kasih atas ketabahan dan doa istri dan anak-anakku tercinta. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, yang telah membantu proses pendidikan dan selesainya tesis ini penulis mengucapkan terima kasih. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa membalas segala kebaikan kita dan selalu melimpahkan berkatNYA kepada kita semua. Medan, Penulis
Maret 2009
Reinhard John Devison Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
DOA SYUKUR MENYELESAIKAN PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS Demi nama Allah Bapa……., Putera……., dan Roh Kudus……. Amin....... ### Harapan kiranya terwujud sudah Untuk sempurnakan asa yang tertunda Tiada yang mustahil bagi Nya Anugerah kekuatan senantiasa dilimpahi Nya Hari demi hari kujalani Antara kesedihan dan kegembiraan Emosi jiwa kian menggelora Alunan kegembiraan kian bersorak sorai Nyatakan tekad yang terdalam Syukur dan pujian bagi Tuhan Sang Pencipta Indah dan bersinar harapan terkenang Andai ku kan tetap abadikan Giat dan tekun dalam pengharapan Insyaf dan ampun selalu ku kumandangkan Akhir hayat kan terus karyakan Nantikan berkah yang tak berkesudahan ------Terima kasih atas doa dan dukungan Istriku – dr.Tonggo Humala Sari Siagian Putriku – Angelina Forensica Hutahaean Putraku – Puraja Hutahaean ≈ Seluruh Keluarga ≈ Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan Pembimbing
i
Lembar Penetapan Panitia Penguji
ii
Lembar Surat Pernyataan
iii
Ucapan Terima Kasih
iv
Doa Syukur
v
Daftar Isi
vi
Daftar Tabel
ix
Daftar Gambar
xii
Abstrak
xiv
BAB I
Bab 2
Pendahuluan 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah 1.3. Hipotesis 1.4. Tujuan Penelitian 1.5. Manfaat Penelitian
Tinjauan Pustaka 2.1. Antropometri 2.2. Struktur Tinggi Tubuh Manusia 2.3. Pertumbuhan Tulang 2.4. Kelainan-Kelainan Tulang 2.5. Mutilasi 2.6. Prosedur Identifikasi 2.7. Identifikasi Tulang 2.8. Perkiraan Tinggi Badan 2.9. Kerangka Konsepsional
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
1 4 4 4 5
6 9 13 17 20 22 23 26 43
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Metodologi Penelitian 3.1. Rancangan Penelitian 3.2. Tempat Dan Lama Penelitian 3.3. Populasi Penelitian 3.4. Sampel Dan Cara Pemilihan Sampel 3.5. Besar Sampel 3.6. Kriteria Penelitian 3.7. Ijin Subjek Penelitian 3.8. Etika Penelitian 3.9. Instrumen Penelitian 3.10. Cara Kerja Penelitian 3.11. Batasan Operasional 3.12. Pengolahan Dan Analisa Data
45 45 45 46 46 47 47 48 48 49 49 50
Hasil Penelitian Dan Pembahasan 4.1. Hasil Penelitian 4.2. Pembahasan
51 67
Kesimpulan Dan Saran 5.1. Kesimpulan 5.2. Saran
72 72
Daftar Pustaka
73
Lampiran : 1. Tabel Induk Data Pengukuran Hasil Subjek Penelitian 2. Tabel - Tabel dan Grafik-Grafik Visualisasi Komputer 3. Surat Lembar Penjelasan kepada Subjek Penelitian 4. Surat Lembar Persetujuan Subjek Penelitian 5. Lembar Data Hasil Pengukuran Subjek Penelitian 6. Surat Permohonan Izin Penelitian di LP Tanjung Gusta dari Departemen Kedokteran Forensik FK – USU. 7. Surat Izin Penelitian Dari Departemen Hukum dan HAM Kantor Wilayah Sumatera Utara. 8. Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian di LP Klas I Medan. 9. Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian di LP Wanita Klas II-A Medan. Surat Persetujuan Komite Etik Penelitian Bidang Kesehatan FK-USU
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1.
Tabel gambaran derajat garis epifise (Epiphyseal line/ union)
16
Tabel 1.2.
Klasifikasi tinggi badan menurut Martin Knussmann
19
Tabel 1.3.
Klasifikasi lain tinggi badan menurut Martin Knussmann
20
Tabel 2.1.
Perkiraan rata-rata kehilangan tulang rawan
29
Tabel 2.2.
Formula Karl Pearson Untuk laki-laki dan Perempuan
31
Tabel 2.3.
Formula Trotter-Glesser (1952)
32
Tabel 2.4.
Formula Trotter-Glesser (1958).
34
Tabel 2.5.
Formula Modifikasi Trotter-Glesser
35
Tabel 2.6.
Formula Dupertuis dan Hadden.
36
Tabel 2.7.
Formula Telkka
38
Tabel 2.8.
Formula Parikh
38
Tabel 2.9.
Formula Mohd. Som dan Syed Abdul Rahman.
38
Tabel 2.10.
Formula Antropologi Ragawi UGM
39
Tabel 2.11.
Formula Djaja Surya Atmadja
40
Tabel 2.12.
Formula Amri Amir
40
Tabel 2.13.
Formula Amri Amir
41
Tabel 2.14.
Formula Amri Amir
42
Tabel 2.15.
Formula Amri Amir
42
Tabel 2.16.
Formula Perkalian Penentuan Tinggi Badan di India
43
Tabel 3.1
Sebaran Responden Secara Umum
51
Tabel 3.2.
Sebaran Responden Menurut Kelompok Umur
52
Tabel 3.3.
Sebaran Responden Menurut Jenis Kelamin
53
Tabel 3.4.
Sebaran Responden Menurut Suku Bangsa
53
Tabel 3.5.
Sebaran Responden Menurut Status Perkawinan
54
Tabel 3.6.
Sebaran Responden Menurut Penggunaan Tangan
54
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
Tabel 3.7.
Sebaran Responden Menurut Ukuran Berat Badan, Tinggi Badan, Panjang Lengan Kanan dan Kiri
55
Tabel 3.8.
Sebaran Perbandingan Panjang Lengan Bawah Kanan dan Kiri
55
Tabel 3.9.
Perbandingan Tinggi Badan laki-laki dan Perempuan
56
Tabel 3.10.
Hubungan Panjang Lengan Bawah Kanan dengan Tinggi Badan
56
Tabel 3.11.
Hubungan Panjang Lengan Bawah Kiri dengan Tinggi Badan
57
Tabel 3.12.
Perbandingan Panjang Lengan Bawah Kanan – Kiri Antara Laki-laki dengan Perempuan
Tabel 3.13.
Hubungan Panjang Lengan Bawah Kanan dan Kiri dengan Tinggi Badan pada Laki-laki
Tabel 3.14.
57
58
Hubungan Panjang Lengan Bawah Kanan dan Kiri dengan Tinggi Badan pada Perempuan
58
Tabel 3.15.
Hubungan Panjang Lengan Bawah Kanan dengan Tinggi Badan
59
Tabel 3.16.
Hubungan Panjang Lengan Bawah Kiri dengan Tinggi Badan
59
Tabel 3.17.
Hubungan Panjang Lengan Bawah Kanan dengan Tinggi Badan menurut Jenis Kelamin
Tabel 3.18.
Hubungan Panjang Lengan Bawah Kiri dengan Tinggi Badan menurut Jenis Kelamin
Tabel 4.1.
60
60
Perbandingan Hasil Konversi Panjang Lengan Bawah Terhadap Rumus Peneliti dan Beberapa Rumus/ Formula Yang Telah Ada
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
70
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1.
(A). Papan Osteometri (B). Antropometer menurut Martin
7
Gambar 1.2.
Dataran Frankfurt
8
Gambar 1.3.
(A). Pengukuran beberapa ukuran panjang lengan (B). Beberapa titik anatomis tubuh
Gambar 1.4.
9
Anatomi kerangka tubuh manusia tampak depan dan belakang
10
Gambar 1.5.
Posisi anatomi tubuh manusia tampak depan dan belakang
11
Gambar 1.6.
Kaliper Geser/ sorong
12
Gambar 1.7.
Gambar pengukuran tinggi badan dan pengukuran tinggi titik anatomis lainnya
13
Gambar 1.8.
Sketsa radiologis bagian caput tulang panjang
15
Gambar 1.9.
Gambaran komponen tulang panjang pada potongan sagital
16
Gambar 1.10.
Gambaran penyatuan garis epifise pada tulang-tulang kerangka manusia
17
Gambar 1.11.
Gambar korban mutilasi
21
Gambar 1.12.
Gambaran Radiologis Processus Olecranii ulnae di daerah siku
Gambar 1.13.
Gambaran posisi titik Processus Olecranii ulna lengan kanan bawah pada saat posisi di fleksikan.
Gambar 1.14.
24
25
Struktur ruas lengan kanan; diangun atas lengan atas dan lengan bawah.
29
Gambar 2.1.
Tabel Kerangka Konsepsional
43
Gambar 3.1.
Grafik Linier / Persamaan Tinggi Badan dengan Panjang Lengan Bawah Kanan
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
61
Gambar 3.2.
Grafik Linier / Persamaan Tinggi Badan dengan Panjang Lengan Bawah Kiri
Gambar 3.3.
Grafik Linier / Persamaan Tinggi Badan dengan Panjang Lengan Bawah Kanan pada Laki-laki
Gambar 3.4.
64
Grafik Linier / Persamaan Tinggi Badan dengan Panjang Lengan Bawah Kanan pada Perempuan
Gambar 3.6.
63
Grafik Linier / Persamaan Tinggi Badan dengan Panjang Lengan Bawah Kiri pada Laki-laki
Gambar 3.5.
62
65
Grafik Linier / Persamaan Tinggi Badan dengan Panjang Lengan Bawah Kiri pada Perempuan
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
66
ABSTRAK
Menentukan tinggi badan seseorang merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam proses identifikasi forensik. Ada banyak cara yang dapat dilakukan ahli kedokteran forensik maupun antropologi forensik untuk menentukan tinggi badan seseorang, diantaranya adalah dengan melakukan pengukuran terhadap bagian tubuh tertentu lainnya. Salah satu penentuan tinggi badan dapat dilakukan melalui pengukuran terhadap panjang ruas lengan bawah. Ada berbagai macam formula yang telah dirumuskan oleh para ahli kedokteran forensik dan antropologi tentang perkiraan tinggi badan dengan mengukur panjang beberapa tulang panjang, diantaranya adalah yang dikemukakan oleh Trotter – Glesser ( tahun 1952, 1958), namun penelitian untuk mencari formula pada orang hidup belum cukup banyak dilakukan, padahal tidak semua jenazah yang ditemukan menjadi tulang belulang. Pada kasus mutilasi, sebagian korban dalam keadaan terpotong-potong dengan jaringan otot dan kulit pembungkus tulang masih dijumpai/ melekat. Penelitian ini dilakukan terhadap subjek penelitian orang laki-laki dan perempuan yang masih hidup sebanyak 348 orang. Lalu dilakukan pengukuran tinggi badan dan panjang lengan bawah secara cermat untuk mencari formula hubungan antara panjang lengan bawah terhadap tinggi badan. Dengan menggunakan metode penelitian yang bersifat sekat lintang (cross sectional) dan uji statistik Pearson Correlation diperoleh nilai r = 0,852 (untuk panjang lengan bawah kanan) dan r = 0,857 (untuk panjang lengan bawah kiri) yang berarti menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara panjang lengan bawah dengan tinggi badan seseorang.
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
BAB 1 PENDAHULUAN
1.6.
LATAR BELAKANG Secara defenisi disebutkan bahwa ilmu kedokteran forensik adalah salah satu
cabang spesialistik dari ilmu kedokteran yang mempelajari pemanfaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan penegakan hukum serta keadilan. Dalam istilah lain, ilmu kedokteran forensik juga dikenal dengan nama Legal Medicine.(1) Seiring dengan perkembangan zaman dan perjalanan waktu, ilmu kedokteran forensik terus berkembang menjadi suatu ilmu yang universal karena meliputi berbagai aspek ilmu pengetahuan. Salah satu bidang penting dalam ilmu kedokteran forensik adalah identifikasi.(2) Untuk kepentingan visum et repertum (VeR), ketika dokter memeriksa jenazah maka identifikasi pada jenazah tetap dilakukan sekalipun jenazah tersebut dikenal. Dokter haruslah mencatat jenis kelamin, umur, suku bangsa, panjang dan berat badan, kebangsaan, warna kulit, perawakan, keadaan otot, keadaan gizi, rambut, mata, gigi, bekas-bekas luka, tahi lalat, tato (rajah), pakaian, perhiasan, barang-barang yang ada pada jenazah, ada tidaknya kumis/ jenggot (pada laki-laki), cacat tubuh (bawaan atau didapat) dan sebagainya.(2)(3) (4) Dalam bidang kedokteran forensik peranan pemeriksaan identifikasi sangatlah penting pada korban yang telah meninggal, hal ini oleh karena setelah dilakukan identifikasi terhadap jenazah untuk kepastian identitas, barulah kemudian Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
pemeriksaan dapat dilanjutkan pada tingkat berikutnya. Pada jenazah yang sejak semula tidak dikenal atau biasa disebut dengan istilah Mr.X, tentunya identifikasi menjadi sulit, dan pemeriksaan jenazah untuk identifikasi ini akan menjadi semakin sulit lagi bila mayat yang dikirim ke rumah sakit atau puskesmas telah mengalami pembusukan atau mengalami kerusakan berat baik akibat kebakaran, ledakan, kecelakaan pesawat, ataupun tinggal sebagian jaringan tubuh misalnya pada kasus mutilasi (tubuh terpotong-potong). Pada kondisi tersebut tak jarang pihak kepolisian (penyidik) hanya menyerahkan kepala saja, sebagian lengan atau kaki yang terpotong-potong atau kadang kala tinggal tulang belulang saja.(1)(3) Terjadinya peningkatan kasus-kasus korban mutilasi pada akhir-akhir ini membuat penulis
berpikir bahwa proses identifikasi
sangat dibutuhkan oleh
penyidik untuk mengungkap identitas korban mutilasi tersebut. Menurut berbagai data yang diperoleh penulis
baik media cetak maupun elektronik, Kabareskrim
Mabes Polri; Irjen. Pol. Drs. Susno Duadji,SH menyatakan bahwa di wilayah hukum Polda Metro Jaya saja sepanjang tahun 2008 tercatat 6 (enam) kasus mutilasi, dan yang paling menggemparkan adalah kasus korban mutilasi dimutilasi
Heri Santoso yang
menjadi tujuh potongan dengan pelaku mutilasi adalah Very Idam
Heriyansyah alias Ryan dari Jombang. Salah satu identifikasi yang diperlukan adalah memperkirakan panjang badan korban mutilasi tersebut. Tinggi badan adalah ukuran seseorang pada saat masih hidup, sedangkan panjang badan adalah ukuran seseorang (jenazah) pada saat setelah meninggal. Panjang badan adalah salah satu hal penting untuk identifikasi. Maka untuk proses Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
identifikasi tersebut, memperkirakan tinggi badan seseorang pada saat masih hidup dilakukan dengan mengukur panjang badan jenazah (panjang jenazah) setelah meninggal. Mengukur panjang jenazah bila masih utuh bukanlah merupakan suatu pekerjaan yang sulit, namun kesulitan akan muncul bila jenazah mengalami kerusakan yang sangat hebat atau tidak lagi utuh.(2)(5) Pada saat jenazah tidak lagi utuh (terpotong-potong), perkiraan panjang jenazah dapat dilakukan dengan mengukur bagian tertentu tubuh jenazah untuk memperkirakan tinggi badan seseorang pada saat masih hidup. Ada beberapa pengukuran bagian tubuh yang dapat dilakukan untuk memperkirakan tinggi badan secara umum adalah dengan mengukur jarak kedua ujung jari kanan dan kiri, mengukur panjang puncak kepala sampai symphisis pubis dikali 2, panjang salah satu ujung jari tengah sampai ujung olecranon sisi yang sama dikali 3,7, panjang femur dikali 4, ataupun panjang humeri dikali 6, yang semua perhitungan tersebut dapat memperkirakan panjang jenazah (tinggi badan) seseorang.(2) Dalam keadaan termutilasi, penentuan
panjang
jenazah
(tinggi badan)
seseorang, dapat dilakukan melalui beberapa pengukuran. Beberapa penelitian di FK USU yang pernah dilakukan adalah penentuan tinggi badan berdasarkan tulang panjang dan ukuran beberapa bagian tubuh yang pernah diteliti oleh Prof. Dr. Amri Amir,SpF (K) serta penentuan tinggi badan berdasarkan Formula G.S. Kler dengan menentukan Tinggi Hidung yang pernah diteliti oleh Dr. H. Mistar Ritonga, SpF. Pada kasus mutilasi, selain jari-jari tangan/ telapak tangan, kepala juga menjadi bagian yang paling sering menjadi incaran pelaku kejahatan untuk Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
dihilangkan, dimana hal tersebut dilakukan tentunya untuk menghilangkan identitas si korban. Beberapa cara memisahkan bagian tubuh yang sering terjadi pada kasus mutilasi adalah dengan memisahkan kepala pada daerah leher, memisahkan tangan pada daerah ketiak, siku ataupun pergelangan tangan, memisahkan kaki pada daerah paha atau lutut.(5)(6) Untuk menentukan tinggi badan dengan lebih baik, maka para ahli telah merumuskan formula penentuan tinggi badan berdasarkan ukuran panjang tulangtulang panjang. Oleh karena beberapa formula dirumuskan berdasarkan pengukuran orang eropah
(barat), maka untuk memakainya pada orang Indonesia harus
dipertimbangkan faktor koreksinya. Perkiraan tinggi badan dengan mengukur panjang salah satu tulang panjang yang masih dibungkus otot dan kulit seperti ruas lengan bawah yang dibentuk oleh 2 tulang panjang; radius dan ulna, kiranya dapat dilakukan.(2)
1.7.
RUMUSAN MASALAH Pada keadaan termutilasi tubuh terpotong-potong menjadi beberapa bagian,
sehingga akan semakin menyulitkan proses identifikasi, sehingga pengukuran bagian tubuh tertentu dapat dilakukan untuk memperkirakan tinggi badan si korban. Seperti diungkapkan oleh beberapa ahli bahwa pengukuran panjang dari tulang-tulang panjang dapat digunakan sebagai salah satu dari sekian banyak teori tentang cara penentuan tinggi badan berdasarkan pengukuran bagian – bagian tubuh tertentu. Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
Dalam penelitian ini, akan diteliti lengan bawah yang masih utuh, artinya tidak dalam keadaan tinggal tulang belulang. Sehingga dirumuskanlah permasalahan, apakah ada signifikansi (hubungan) penentuan tinggi badan berdasarkan panjang lengan bawah pada orang Indonesia di kota Medan ?
1.8.
HIPOTESIS Untuk proses identifikasi dalam menentukan tinggi badan seseorang
(jenazah), maka dapat dilakukan dengan mengukur panjang ruas lengan bawah.
1.9.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan Umum Untuk mengetahui apakah identifikasi tinggi badan dapat ditentukan dengan mengukur panjang anggota gerak / alat gerak tubuh. Tujuan Khusus Untuk mengetahui apakah dalam menentukan tinggi badan dapat ditentukan dengan mengukur panjang ruas lengan bawah.
1.10.
MANFAAT PENELITIAN Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan oleh para dokter-dokter
(dokter umum) di Indonesia sebagai salah satu bahan masukan dalam cara menentukan tinggi badan manusia pada tubuh yang tidak lagi utuh atau sudah terpotong-potong yang diukur berdasarkan panjang lengan bawah. Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.10.
ANTROPOMETRI Dalam pengamatan sehari-hari akan membawa kita kepada pengalaman
bahwa manusia, walaupun satu species, bervariasi juga. Kenyataan ini mendorong orang untuk melihat perbedaan-perbedaan ini makin teliti dan metode yang paling tepat adalah ukuran, dimana disamping ketepatan memungkinkan juga objektivitas. Dengan demikian lahirlah sebidang ilmu yang disebut antropometri. Antropometri berasal dari kata Anthropos yang berarti man (orang) dan Metron yang berarti measure (ukuran). Jadi antropometri merupakan pengukuran terhadap manusia (mengukur manusia).(7) Johan Sigismund Elsholtz adalah orang pertama yang menggunakan istilah antropometri dalam pengertian sesungguhnya (tahun 1654). Ia adalah seorang ahli anatomi berkebangsaan Jerman. Pada saat itu ia menciptakan alat ukur yang disebut “anthropometron”, namun pada akhirnya Elsholtz menyempurnakan alat ukurnya dan inilah cikal bakal instrumen atau alat ukur yang sekarang kita kenal sebagai antropometer. (Gambar 1.1 )(8)
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
(A)
(B)
Gambar 1.1: (A). Papan Osteometri(18) (B). Antropometer menurut Martin(8) Pada abad 19, penelitian di bidang antropometri mulai berkembang dari perhitungan sederhana menjadi lebih rumit, yaitu dengan menghitung indeks. Indeks adalah cara perhitungan yang dikembangkan untuk mendeskripsikan bentuk (shape) melalui keterkaitan antar titik pengukuran. Perhitungan indeks, titik pengukuran dan cara pengukuran berkembang pesat yang berdampak pada banyaknya variasi cara klasifikasi. Hal ini berdampak pada tidak adanya standardisasi, terutama pada bidang osteometri (pengukuran tulang-tulang).(8)(9) Tidak adanya standardisasi ini membuat para ahli tidak bisa membandingkan hasil penelitiannya karena standar pengukuran, titik pengukuran serta indeks yang berbeda-beda. (8) Upaya standardisasi mulai dilakukan pada pertengahan abad 19 berdasarkan studi Paul Broca yang mana upaya tersebut telah telah dilakukan sejak awal 1870-an, dan kemudian disempurnakan melalui kongres ahli antropologi Jerman pada 1882 di Frankfurt yang kemudian dikenal sebagai “Kesepakatan Frankfurt”, yaitu
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
menentukan garis dasar posisi kepala atau kranium ditetapkan sebagai garis “Frankfurt Horizontal Plane” atau “Dataran Frankfurt” (Gambar 1.2).(8) Garis C adalah Dataran Frankfurt Yang merupakan bidang horizontal sejajar dengan dasar/ lantai yang melalui titik paling bawah pada satu lekuk mata (umumnya paling kiri) dan titik paling atas pada dua lubang telinga luar (porion pada tengkorak, tragion pada manusia hidup). Dataran ini merupakan patokan penilaian dan pengukuran baik pengukuran tinggi badan maupun pengukuran sudut. Gambar 1.2: Dataran Frankfurt(8) Perkembangan berikutnya dibuat oleh antropologi Jerman lainnya yaitu Rudolf Martin yang pada tahun 1914 menerbitkan buku yang berjudul “Lehrbuch der Anthropologie”. Selanjutnya pada tahun 1981 bersama Knussmann, Rudolf Martin memperbaharui buku tersebut.(8)(9) Masyarakat lama umumnya telah menggunakan satuan ukuran dengan lebar jari, lebar telapak tangan, jengkal, hasta, depa, langkah kaki dan sebagainya. Namun Rudolf Martin dalam bukunya menjelaskan dengan teliti masing-masing titik anatomis yang dipergunakan. Masing-masing titik diberikan nama serta simbolnya, yang terdiri dari satu sampai tiga huruf. Jarak antara titik-titik antropometris ini menjadi ukuran antropometris, yang dilambangkan dengan simbol kedua titik/ ujung, Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
misalnya simbol v ialah vertex, sty ialah stylion yang merupakan titik paling distal pada ujung processus styloideus (Gambar 1.3). Disamping itu masing-masing ukuran lazimnya disertai nomor sesuai numerus pada buku Martin.(8)
(A) Gambar 1.3 (8) :
(B)
(A). Pengukuran beberapa ukuran panjang lengan (B). Beberapa titik anatomis tubuh
2.11.
STRUKTUR TINGGI TUBUH MANUSIA Struktur tubuh manusia disusun atas berbagai macam organ yang tersusun
sedemikian rupa satu dengan lainnya, sehingga membentuk tubuh manusia seutuhnya, dan kerangka adalah struktur keras pembentuk tinggi badan (Gambar 1.4).(11)
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
Gambar 1.4 (11) : Anatomi kerangka tubuh manusia tampak depan dan belakang Proses pertumbuhan dimulai sejak terjadi konsepsi dan berlangsung terusmenerus sampai umur dewasa, kemudian stabil dan pada usia relatif tua akan kembali berkurang. Pada saat sesudah dilahirkan, umur dapat diperkirakan sesuai golongan pertumbuhan dan perkembangan badan, antara lain bayi, balita, anak-anak, dewasa Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
muda. Pada janin, bayi baru lahir dan anak-anak sampai masa puber, umur dapat ditentukan berdasarkan tinggi (panjang) dan berat badan. Beberapa faktor harus dipertimbangkan antara lain keturunan, bangsa, gizi dan lain-lain. Namun pada orang dewasa penentuan umur berdasarkan tinggi badan dan berat badan tidak dapat dipergunakan lagi.(2)(10) Anatomi adalah ilmu yang mempelajari struktur tubuh dan hubungan bagianbagiannya satu sama lain. Pada sikap anatomi menunjukkan semua gambaran tubuh manusia didasarkan pada anggapan bahwa orang berdiri secara tegak lurus dengan ekstremitas (alat gerak) atas disamping tubuh, telapak tangan dan wajah menghadap ke depan (Gambar 1.5).(11)(12)
Gambar 1.5(11) : Posisi anatomi tubuh manusia tampak depan dan belakang
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
Dalam rangka membangun/ membentuk tinggi tubuh manusia, maka tubuh dibangun atas struktur susunan tulang-tulang/ kerangka yang terikat/ terkait satu sama lainnya, dengan demikian maka tinggi tubuh manusia akhirnya dapat diukur. Pengukuran tinggi badan manusia umumnya diukur dalam satuan centimeter (cm), ini juga didasari atas formula tentang perkiraan tinggi badan yang sudah ada, dan alat ukur yang digunakan umumnya adalah antropometer ataupun alat ukur lainnya (seperti kaliper geser/ sorong) (Gambar 1.6). (8)(13) Gambar 1.6 (8) : Kaliper Geser/ sorong
Tinggi badan diukur pada saat berdiri secara tegak lurus dalam sikap anatomi. Kepala berada dalam posisi sejajar dengan dataran Frankfurt. Tinggi badan adalah hasil pengukuran maksimum panjang tulang-tulang secara paralel yang membentuk poros tubuh (The Body Axix), yaitu diukur dari titik tertinggi di kepala (cranium) yang disebut Vertex, ke titik terendah dari tulang kalkaneus (the calcanear tuberosity) yang disebut heel (Gambar 1.7).(13)
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
Gambar 1.7
(8)
:
Gambar pengukuran tinggi badan dan pengukuran tinggi titik anatomis lainnya
2.12.
PERTUMBUHAN TULANG Kerangka merupakan organ penyangga
tubuh kita sehingga tubuh dapat
berdiri tegak. Ada sekitar 206 jumlah tulang manusia dewasa yang membentuk bangun tubuh manusia.(12)(14). Sedangkan pada anak-anak jumlah tersebut sebenarnya lebih dari 300 tulang. Proses pertumbuhan anak-anak (bayi) menjadi dewasa menyebabkan terjadinya penyatuan beberapa tulang sehingga ketika dewasa jumlahnya menjadi lebih sedikit.(14) Tempat dimana dua tulang atau lebih saling berhubungan dinamakan sendi. Beberapa sendi tidak mempunyai pergerakan, namun beberapa sendi lainnya ada yang memiliki gerakan sedikit dan banyak. Mengukur tinggi badan adalah mengukur tubuh yang dibentuk oleh tulang yang dihubungkan dengan sendi.(12) Struktur utama
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
yang membentuk tinggi badan adalah kepala, leher, tulang belakang dan tulangtulang panjang kaki.(12)(14) Kerangka/ tulang pada tubuh manusia adalah jaringan yang hidup yang sepertiga bagiannya adalah air.(14) Seperti jaringan ikat lainnya, tulang terdiri atas selsel, serabut-serabut dan matriks. Mempunyai pembuluh darah yang masuk membawa oksigen dan zat makanan serta keluar membawa sisa makanan.(11) Struktur dasar tulang pada umumnya terdiri atas epifise, metafise dan diafise (Gambar 1.8 & 1.9).(15)(16) Epifise adalah pusat kalsifikasi pada ujung-ujung tulang, metafise adalah bagian diafisis yang berbatasan dengan lempeng epifiseal, dan diafise sendiri adalah pusat pertumbuhan tulang yang ditemukan pada batang tulang. Pada tulang-tulang panjang ekstremitas (alat gerak) terjadi perkembangan secara osifikasi endokondral, dan osifikasi ini merupakan proses lambat dan tidak lengkap dari mulai dalam kandungan sampai usia sekitar 18-20 tahun atau bahkan dapat lebih lama lagi.(12) Pertumbuhan manusia dimulai sejak dalam kandungan, sampai usia kira-kira 10 tahun anak pria dan wanita tumbuh dengan kecepatan yang kira-kira sama. Sejak usia 12 tahun, anak pria sering mengalami pertumbuhan lebih cepat dibandingkan wanita, sehingga kebanyakan pria yang mencapai remaja lebih tinggi daripada wanita.(12) Pusat kalsifikasi pada ujung-ujung tulang atau dikenal dengan “Epifise Line” akan berakhir seiring dengan pertambahan usia, dan pada setiap tulang, penutupan dari garis epifise line tersebut rata-rata sampai dengan umur 21 tahun (Tabel 1.1 dan Gambar 1.10).(16)(17)(18) Hal inilah yang menjadi dasar peneliti menetapkan usia sampel penelitian (subjek penelitian) diatas 21 tahun agar tidak terjadi bias yang Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
besar pada pengukuran, oleh karena pertumbuhan tulang yang masih berlanjut bila dilakukan dibawah usia 21 tahun. Secara teori disebutkan bahwa umumnya pria dewasa cenderung lebih tinggi dibandingkan wanita dewasa dan juga mempunyai tungkai yang lebih panjang, tulangnya yang lebih besar dan lebih berat serta massa otot yang lebih besar dan padat. Pria mempunyai lemak sub kutan yang lebih sedikit, sehingga membuat bentuknya lebih angular. Sedangkan wanita dewasa cenderung lebih pendek dibandingkan pria dewasa dan mempunyai tulang yang lebih kecil dan lebih sedikit massa otot. Wanita lebih banyak mempunyai lemak sub kutan. Wanita mempunyai sudut siku yang lebih luas, dengan akibat deviasi lateral lengan bawah terhadap lengan atas yang lebih besar.(12) Seluruh permukaan tulang, kecuali permukaan yang mengadakan persendian, diliputi oleh lapisan jaringan fibrosa tebal yang dinamakan periosteum. Periosteum banyak mengandung pembuluh darah, dan sel-sel pada permukaannya yang lebih dalam bersifat osteogenik. Periosteum khususnya berhubungan erat dengan tulangtulang pada tempat-tempat perlekatan otot, tendon, dan ligamentum pada tulang.(12) Gambar 1.8 (15) : Sketsa
radiologis
bagian caput tulang panjang
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
Gambar 1.9 (16) : Gambaran komponen tulang panjang pada potongan sagital.
Table 1.1
Tabel gambaran derajat garis epifise (Epiphyseal line/ union)(18)
Jenis Tulang Head of femur Greater trochanter Lesser trochanter Head of humerus Distal humerus Medial epicondyle Proximal radius Proximal ulna Distal radius Distal ulna metacarpals
Usia (Thn) 16-19 19-19 16-19 16-23 13-16 16-17 14-17 14-17 18-21 18-21 14-17
Jenis Tulang Acromion Distal femur Proximal tibia Proximal fibula Dista tibia Distal fibula Metatarsals Iliac crest Primary elements pelvis Sternal clavicle Acromial clavicle
Usia (Thn) 17-19 17-20 17-19 16-21 16-19 16-19 15-17 18-22 14-16 23-28 18-21
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
Gambar 1.10 (18) :
Gambaran penyatuan garis epifise pada tulang-tulang kerangka manusia (usia dalam tahun)
2.13.
KELAINAN-KELAINAN TULANG Beberapa kelainan pada tulang dapat terjadi sehingga mempengaruhi tinggi
badan seseorang. Kelainan bisa dipengaruhi sejak masih dalam kandungan maupun Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
oleh karena faktor penyakit yang diperoleh setelah dilahirkan maupun setelah dewasa.(14) Dengan demikian, akhirnya kita mengenal beberapa kategori manusia berdasarkan tingginya, ada yang sangat tinggi, tetapi ada juga yang sangat pendek (Tabel 1.2 dan 1.3).(8) Pada penyakit gigantisme yang disebabkan oleh karena kelainan hormon dapat mengakibatkan pertumbuhan tulang terjadi dengan sangat cepat. Roberto wadlow adalah seorang Amerika yang pernah tercatat sebagai manusia tertinggi dengan tinggi badan mencapai 270 centimeter. Selain gigantisme dapat pula terjadi hal yang sebaliknya, dimana ukuran pertumbuhan yang terjadi sangat pendek, sehingga pernah tercatat ukuran manusia terkecil berkisar antara 60 sampai 75 centimeter. Manusia cebol yang terkenal yang pernah tercatat bernama Charles Stratton (General Tom Thumb).(14) di Indonesia kita mengenal artis yang cebol bernama Ucok Baba. Selain itu, faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi tinggi badan manusia adalah patah tulang (fraktur). Derajat deformitas tulang yang hebat akan sangat mempengaruhi tinggi badan seseorang, terutama bila yang mengalami patah tulang adalah tulang belakang, maupun tulang-tulang tungkai bawah. Pada penyakit Ricket, terdapat gangguan mineralisasi matriks tulang rawan pada tulang yang sedang tumbuh. Hal tersebut menimbulkan keadaan dimana sel tulang rawan terus tumbuh, menimbulkan pertumbuhan tulang rawan berlebihan dan pelebaran lempeng epifiseal. Matriks tulang rawan yang mineralisasinya jelek ini serta matriks osteoid yang lunak, menyebabkan terjadinya pembengkokan tulang bila Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
terkena tekanan berat badan. Deformitas yang ditimbulkan adalah pelebaran hubungan kostokondral, pembengkokan tulang-tulang panjang ekstremitas bawah dan penonjolan tulang-tulang frontal tengkorak, juga dapat terjadi deformitas pelvis.(12) Penyakit saraf tertentu; seperti Siringomielia, dapat mengakibatkan sensasi nyeri pada sendi akan menjadi hilang. Ini berarti bahwa sensasi untuk penanda rasa nyeri yang dirasakan bila sendi bergerak melampaui batas pergerakan normalnya tidak akan disadari, efeknya dapat terjadi destruksi sendi dan dapat berakibat pada pertumbuhan tulang dan tinggi badan.(9) Faktor usia juga sering berperan dalam mempengaruhi tinggi badan, diantaranya adalah osteoporosis, scoliosis dan lordosis. Keadaan struktur tulang yang mengalami penyusutan akibat penurunan fungsi metabolik tubuh, gangguan gizi/ diet, gangguan endokrin akan mempengaruhi struktur tulang.(12) Tabel 1.2 (8) : Klasifikasi tinggi badan menurut Martin Knussmann Laki-laki (dalam cm)
Wanita (dalam cm)
x-129,9
x-120,9
Sangat pendek
130,0-149,9
121,0-139,9
Pendek
150,0-159,9
140,0-148,9
Di bawah sedang
160,0-163,9
149,0-152,9
Sedang
164,0-166,9
153,0-155,9
Di atas sedang
167,0-169,9
156,0-158,9
Tinggi
170,0-179,9
159,0-167,9
Sangat tinggi
180,0-199,9
168,0-186,9
Raksasa
200,0-x
187,0-x
Kerdil
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
Tabel 1.3 (8) : Klasifikasi lain tinggi badan menurut Martin Knussmann Laki-laki (cm)
Wanita (cm)
Nanosomi
x-134
x-122
Hyposomi
135-150
123-136
Narmosomi
151-188
137-178
Hypersomi
189-x
179-x
2.14.
MUTILASI Kasus mutilasi telah berlangsung sejak lama, pendapat ini disampaikan oleh
guru besar psikologi Universitas Indonesia, Enoch Markum dalam The 1st National Discussion on Indegenous Psycology: Mutilation Case Indonesian Perspective, di Jakarta pada akhir Desember 2008 yang dimuat pada harian Sinar Indonesia Baru halaman pertama edisi minggu, 7 Desember 2008. Profesor Enoch menyebutkan bahwa mutilasi telah berlangsung sejak 100 SM di Amazon Amerika. Di Indonesia menurutnya bahwa kasus mutilasi tercatat sebanyak 61 kasus sejak tahun 1967. Menanggapi kasus mutilasi yang menghebohkan yang dilakukan oleh Very Idam Heriyansyah alias Ryan dari Jombang, Jawa Timur pada tahun akhir 2008 yang lalu terhadap Heri Santoso yang dimutilasi menjadi tujuh potongan, merupakan tindak kriminal mutilasi yang terencana, dengan proses yang rasional agar tidak tertangkap dan mendapatkan keuntungan harta benda (Warta: harian Sinar Indonesia baru).
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
Mutilasi didefenisikan sebagai keadaan tubuh jenazah/ mayat yang terpotongpotong (Gambar 1.11).(1)(18)(19) Pada prinsipnya bahwa jenazah yang termutilasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti: akibat ledakan bom, kecelakaan pesawat terbang, termutilasi karena gigitan binatang buas serta termutilasi akibat tindak pidana pelaku mutilasi. Dari sekian banyak kasus mutilasi, yang sering menjadi sorotan adalah mutilasi akibat tindakan kriminal (pembunuhan dengan cara mutilasi).(18) Mutilasi akibat tindakan kriminal sering dihubungkan oleh beberapa ahli dengan perilaku kejahatan seksual.(19) Kasus mutilasi yang pernah tercatat dan paling terkenal di London adalah “Jack The Ripper” yang terjadi pada tahun 1888, dimana pembunuhan dengan cara mutilasi tersebut merupakan kejahatan seksual yang sangat sadis, yaitu isi bagian dalam si korban dikeluarkan dan dipotong-potong oleh si pelaku.(18)(19)(20) Identifikasi merupakan tindakan yang mutlak dilakukan terhadap jenazah yang tidak dikenal, apalagi terhadap jenazah yang termutilasi. Untuk itu peran dokter forensik dalam melakukan pemeriksaan secara maksimal sangat diharapkan.(21)
Gambar 1.11 (19) : Gambar korban mutilasi Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
2.6.
PROSEDUR IDENTIFIKASI Salah satu dasar dari sebuah pengetahuan identifikasi adalah pengetahuan
tentang antropometri. Antropometri berasal dari kata anthropos yang berarti man (manusia) dan metron yang berarti mesure (pengukuran). Jadi antropometri berarti pengukuran pada manusia. Ada pula dikenal istilah Bertillon system atau Bertillonage yang diperkenalkan oleh Alfonsus Bertillon pada tahun 1882. Bertillon menyebutkan bahwa teori perhitungan tentang pengukuran tubuh manusia sebaiknya dilakukan pada usia 21 tahun.(19) Alfonsus Bertillon yang seorang dokter berkebangsaan Prancis (1854-1914) pertama sekali memperkenalkan pengetahuan identifikasi secara ilmiah dengan cara memanfaatkan ciri umum seseorang, seperti ukuran antropometri, warna rambut, mata dan lain sebagainya.(22) Adanya perkembangan ilmu pengetahuan semakin meningkatkan kemampuan proses identifikasi seseorang, namun yang paling berperan adalah disiplin ilmu kedokteran yang dikenal sebagai identifikasi medik.(23) DVI atau Disaster Victim Identification menerangkan metode identifikasi yang telah distandarkan secara internasional dan diadopsi di Indonesia. Terdapat 2 golongan identifikasi, yaitu pertama disebut dengan Primary Identifiers yang terdiri dari sidik jari (fingerprint); rekam medik gigi (dental record) dan DNA (Deoxyribo Nucleid Acid), serta yang kedua disebut dengan Secondary Identifiers yang terdiri dari pemeriksaan medik (medical); property dan photography.(23) Pada pemeriksaan medik dilakukan pemeriksaan fisik jenazah secara keseluruhan yang meliputi bentuk tubuh, tinggi badan, berat badan, warna tirai mata, Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
cacat tubuh serta kelainan bawaan, jaringan parut bekas luka operasi, tato dan sebagainya.(21) Dalam pemeriksaan forensik penentuan tinggi badan seseorang individu sangatlah penting, terutama bila hanya sepotong bagian tubuh jenazah saja yang ditemukan. Oleh sebab itu begitu banyak metode-metode/ formula pemeriksaan yang dirumuskan untuk mengukur atau memperkirakan tinggi badan seseorang.(22)
2.7.
IDENTIFIKASI TULANG Tulang/ kerangka merupakan bagian tubuh manusia yang cukup keras, tidak
mudah mengalami pembusukan. Jaringan lunak pembungkus tulang akan mulai mengalami pembusukan dan menghilang pada sekitar 4 minggu setelah kematian. Pada masa ini tulang masih menunjukkan kesan ligamentum yang masih melekat disertai bau busuk. Setelah 3 bulan, tulang kelihatan berwarna kuning. Setelah 6 bulan, tulang tidak lagi mempunyai kesan ligamen dan berwarna kuning keputihan, serta tidak lagi mempunyai bau busuk.(22)
Dengan demikian, tulang/ kerangka
merupakan salah satu organ tubuh yang cukup baik untuk identifikasi manusia karena selain cukup lama mengalami pembusukan, tulang juga mempunyai karakteristik yang sangat menonjol untuk identifikasi.(22)(24) Upaya identifikasi pada tulang/ kerangka bertujuan untuk membuktikan bahwa tulang tersebut adalah: 1. Apakah tulang manusia atau hewan; 2. Apakah tulang berasal dari satu individu; 3. Berapakah usianya; 4. Berapakah umur tulang itu
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
sendiri; 5. Jenis kelamin; 6. Tinggi badan; 7. Ras; 8. Berapa lama kematian; 9. Adakah ruda paksa/ deformitas tulang; 10. Sebab kematian.(5)(18)(19)(24) Ada begitu banyak hal yang dapat diungkap dari pemeriksaan terhadap tulang/ kerangka, dan kenyataannya bahwa tinggi badan memiliki peranan penting dalam sebuah proses identifikasi. Pengetahuan identifikasi terhadap tulang sangat berperan tidak hanya pada saat organ tubuh hanya tinggal tulang-belulang saja, tetapi banyak hal yang dapat diungkap dari tulang/ kerangka tersebut pada saat masih dibaluti oleh jaringan otot, tendon dan kulit. Diantara hal yang dapat diungkapkan pada saat tulang terbalut jaringan lunak, adalah pengukuran panjang dari tulang-tulang panjang untuk mengukur tinggi badan, perkiraan usia korban juga dapat dilakukan dengan melihat gambaran garis epifise. Hal tersebut tentunya dapat dilakukan dengan mengukur tulang secara langsung pada organ tersebut ataupun dengan mengukur panjangnya organ dan melihat garis epifise melalui pemeriksaan radiologist(15)(21)(25)(26) (Gambar 1.12 dan Gambar 1.13).(26) Gambar 1.12: (26) Gambaran Radiologis Processus Olecranii ulnae di daerah siku
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
Identifikasi tulang belulang atau bagian potongan tulang
maupun bagian
tulang belulang yang masih dibaluti sebagian atau seluruh jaringan kulit yang diakibatkan oleh kasus mutilasi, gigitan binatang buas, maupun akibat lainnya sebaiknya tidak menggunakan satu prosedur pemeriksaan identifikasi, sangat disarankan agar semaksimal mungkin menggunakan berbagai metode identifikasi yang ada sehingga kesimpulan yang diperoleh dapat maksimal. Dalam penentuan tinggi badan juga sebaiknya demikian agar hasil maksimal maka disarankan untuk menggunakan seluruh bagian sisa jaringan yang ada dan menggunakan berbagai metode/ formula pengukuran yang ada.(25)(27) Gambar 1.13: Gambaran posisi titik Processus Olecranii ulna lengan kanan bawah pada saat posisi di fleksikan.
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
2.8.
PERKIRAAN TINGGI BADAN Disebutkan bahwa tubuh manusia dibangun berdasarkan susunan struktur
tulang/ kerangka tubuh manusia.(16)(28) Berdasarkan hal tersebut, maka diyakini bahwa tinggi badan tubuh manusia diyakini erat hubungannya dengan ukuran dari panjang tulang-tulang tersebut. Disebutkan bahwa ukuran panjang tulang-tulang panjang memiliki hubungan yang signifikan dalam memperkirakan tinggi badan manusia. Sering sekali autopsi yang dilakukan oleh ahli forensik tidak dilakukan terhadap tubuh yang masih utuh, tetapi sudah dalahm keadaan rusak atau terpotongpotong.(29) Dalam autopsi
yang dilakukan terhadap tubuh-tubuh yang tidak lagi
sempurna/ utuh, teori ataupun rumus yang menyatakan tentang hubungan panjang tulang-tulang tertentu dengan tinggi badan merupakan acuan yang tidak lagi dapat dipungkiri.(28)(30)(31)(32) Tulang-tulang panjang yang terdapat dalam tulang/ kerangka tubuh manusia meliputi humerus, radius, ulna, femur, tibia dan fibula.(12)(26)(32)
Ruas lengan
dibangun atas tulang-tulang panjang seperti humerus pada ruas lengan atas dan radius dan ulna pada ruas lengan bawah (Gambar 1.14).(31)(32)(33) Dalam memperkirakan tinggi badan seseorang, maka harus diperhatikan bahwa pembentukan tinggi badan seseorang yang memang sudah dimulai sejak masih dalam kandungan (intra uterin), dan pertumbuhan tinggi badan tersebut akan terus bertambah ukurannya hingga usia sekitar 20-21 tahun. Setelah usia tersebut tidaklah terlalu signifikan pertumbuhan tinggi badan dan akan berkurang seiring dengan pertambahan usia.(5)(16)(34) Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
Selain yang disebutkan diatas, perlu diperhatikan pula tentang tinggi badan yang masih akan mengalami perpanjangan pada beberapa hal, seperti: bahwa pertumbuhan maksimum akan terjadi pada usia 21-25 tahun usia seseorang, dapat terjadi pertambahan tinggi badan pada tiap pagi hari, pada posisi berbaring dapat terjadi pertambahan tinggi badan 1-3 cm, dan pada jenazah akan terjadi pertambahan panjang badan selama fase relaksasi primer (sepanjang 1,5 cm pada pria dan 2 cm pada wanita).(5)(16) Disisi lain pula ternyata tinggi badan dapat mengalami penurunan/ pengurangan dalam hal: pertambahan usia setelah 25 tahun akan mengakibatkan terjadinya pengurangan tinggi badan sebanyak sekitar 1 mm pertahun, pada saat sore dan malam hari terjadi pengurangan tinggi badan sekitar 1,5 cm dibandingkan dengan pada saat pagi hari, ini disebabkan terjadinya penurunan elastisitas dan peningkatan kekuatan otot tulang punggung belakang pada waktu sore/ malam hari, pada posisi berdiri tinggi badan mengalami pengurangan dibandingkan pada posisi telentang/ berbaring, pada tubuh mayat, dapat terjadi pengurangan panjang badan selama terjadinya kaku mayat (rigor mortis).(5)(16) Pada keadaan tubuh yang tidak lagi utuh, dapat diperkirakan tinggi badan seseorang secara kasar, yaitu dengan:(2)(5) a. Mengukur jarak kedua ujung jari tengah kiri dan kanan pada saat direntangkan secara maksimum, akan sama dengan ukuran tinggi badan,
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
b. Mengukur panjang dari puncak kepala (Vertex) sampai symphisis pubis dikali 2, ataupun ukuran panjang dari symphisis pubis sampai ke salah satu tumit, dengan posisi pinggang dan kaki diregang serta tumit dijinjitkan, c. Mengukur panjang salah satu lengan (diukur dari salah satu ujung jari tengah sampai ke acromion di klavicula pada sisi yang sama) dikali dua (cm), lalu ditambah lagi 34 cm (terdiri dari 30 cm panjang 2 buah klavicula dan 4 cm lebar dari manubrium sterni/ sternum), d. Mengukur panjang dari lekuk diatas sternum (sternal notch) sampai symphisis pubis lalu dikali 3,3, e. Mengukur panjang ujung jari tengah sampai ujung olecranon pada satu sisi yang sama, lalu dikali 3,7, f. Panjang femur dikali 4, g. Panjang humerus dikali 6. Bila pengukuran dilakukan pada tulang-tulang saja, maka dilakukan penambahan 2,5 sampai 4 cm untuk mengganti jarak sambungan dari sendi-sendi. Ketika sendi-sendi tidak lagi didapat, maka perhitungan tinggi badan dapat dilakukan dengan mengukur tulang-tulang panjang dengan menggunakan beberapa formula yang ada.(2)(16)(33)(35) Ketebalan bagian tulang rawan yang hilang rata-rata (MartinSaller, 1957)(8) adalah (Tabel 2.1)(8)
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
Tabel 2.1: Perkiraan rata-rata kehilangan tulang rawan(8) Tulang
Maka harus
Ujung atas
Ujung bawah
Total
Femur
2,0 mm
2,5 mm
4,5 mm
7,1 mm
Humerus
1,5 mm
1,3 mm
2,8 mm
4,1 mm
Tibia
3,0 mm
1,5 mm
4,5 mm
6,2 mm
Radius
1,5 mm
1,0 mm
2,5 mm
3,2 mm
ditambah
Gambar 1.14 :(33) Struktur ruas lengan kanan; dibangun atas lengan atas dan lengan bawah.
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
Bila yang diukur adalah tulang yang dalam keadaan kering, maka umumnya telah terjadi pemendekan sepanjang 2 millimeter (mm) dibanding dengan tulang yang segar, yang tentunya hal tersebut harus diperhatikan dalam melakukan penghitungan tinggi badan.(1) Secara spesifik Glinka menyebutkan bahwa bila ingin merekonstruksi tinggi badan manusia ketika hidup, namun rekonstruksi dilakukan dari tulang-tulang saja maka karena tulang menjadi kering harus diperhitungkan penyusutan yang terjadi untuk tiap-tiap tulang. Pada beberapa tulang disebutkan penyusutan untuk masingmasing tulang femur sebesar 2,3-2,6 mm, humerus sebesar 1,3 mm, tibia sebesar 1,7 dan radius sebesar 0,7 mm.(8) Dalam mencari tinggi badan sebenarnya, perlu diketahui pula bahwa rata-rata tinggi badan laki-laki lebih besar dari perempuan, maka perlu ada rumus yang terpisah antara laki-laki dan perempuan. Apabila tidak dibedakan, maka perhitungan ratio laki-laki:perempuan adalah 100:90.(1)(2)(18) Secara sederhana pula, Topmaid
dan Rollet membuat formula perkiraan
tinggi badan yang kemudian dipopulerkan oleh Ewing pada tahun 1923. formula tersebut hanya memperkirakan apakah seseorang tersebut tinggi, sedang atau pendek, dan tidak memberi ukuran ketinggian yang begitu tepat. Dalam formula ini disebutkan bahwa panjang tulang humerus, femur, tibia dan tulang belakang masingmasing adalah 20%, 22%, 27% dan 35% daripada ketinggian individu si empunya tulang tersebut.(22) Dibawah ini akan ditampilkan beberapa formula yang ada tentang perhitungan perkiraan tinggi badan oleh beberapa ahli.
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
A. Formula Karl Pearson(5)(8)(18)(22) Formula ini telah dipakai luas diseluruh dunia sejak lama (tahun 1899). Formula ini membedakan formula untuk laki-laki dan perempuan untuk subjek penelitian kelompok orang-orang eropah (European) dengan melakukan pengukuran pada tulang-tulang panjang yang kering (Tabel 2.2).(8)
Tabel 2.2: Formula Karl Pearson Untuk laki-laki dan Perempuan Laki– laki : 1. Tinggi badan = 81.306 + 1.88 x F1 2. Tinggi badan = 70.641 + 2.894 x HI 3.
Tinggi badan = 78.664 + 2.376 x TI
4. Tinggi badan = 85.925 + 3.271 x RI 5. Tinggi badan = 71.272 + 1.159 x (F1 + T1) 6. Tinggi badan = 71.443 + 1.22 x (F1 + 1.08 x TI) 7. Tinggi badan = 66.855 + 1.73 x (H1 + R1) 8. Tinggi badan = 69.788 + 2.769 x (H1 + 0.195 x R1) 9. Tinggi badan = 68.397 + 1.03 x F1 + 1.557 x HI 10. Tinggi badan = 67.049 + 0.913 x F1 + 0.6 x T1 + 1.225 x HI – 0.187 x RI Perempuan : 1. Tinggi badan = 72.844 + 1.945 x F1 2. Tinggi badan = 71.475 + 2.754 x H1 3. Tinggi badan = 74.774 + 2.352 x TI
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
4. Tinggi badan = 81.224 + 3.343 x R1 5. Tinggi badan = 69.154 + 1.126 x (F1+T1) 6. Tinggi badan = 69.154 + 1.126 x (F1 + 1.125 x T1) 7. Tinggi badan = 69.911 + 1.628 x (H1+R1) 8. Tinggi badan = 70.542 + 2.582 x (H1 + 0.281 x RI) 9. Tinggi badan = 67.435 + 1.339 x F1 + 1.027 x H1 10. Tinggi badan = 67.469 + 0.782 x F1 + 1.12 x T1 + 1.059 x H1 – 0.711 x R1 Nota
:
F1
-
panjang maksimal tulang paha (femur)
H1
-
panjang maksimal tulang lengan atas (humerus)
R1
-
panjang maksimal tulang pengumpil (radius)
T1
-
panjang maksimal tulang kering (tibia)
B. Formula Trotter-Glesser (1952)(2)(5)(9)(18) Formula ini memakai subjek penelitian orang-orang Amerika kulit hitam (negro) dan kulit putih yang berusia antara 28-30 tahun baik laki-laki maupun perempuan. Pertama sekali diteliti pada tahun 1952 oleh Trotter dan kemudian disempurnakan oleh Krogman dan Iscan pada tahun 1977 (Tabel 2.3)(18)
Tabel 2.3: Formula Trotter-Glesser (1952) Male Whites Stature = Stature =
63.05 + 1.31 ( femur + Fibula) ± 3.63 cm 67.09 + 1.26 ( femur + tibia) ± 3.74 cm
Stature = Stature =
Male Negroes 67.77 + 1.20 (femur + fibula) ± 3.63 cm 71.75 + 1.15 ( femur + tibia) ± 3.68 cm
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
Stature =
75.50 + 2.60 fibula ±
Stature =
3.86 cm Stature =
65.53 + 2.32 femur ±
72.22 + 2.10 femur ± 3.91 cm
Stature =
85.36 + 2.19 tibia ± 3.96 cm
Stature =
80.07 + 2.34 fibula ± 4.02 cm
Stature =
73.08 + 1.66 (humerus +
3.94 cm Stature =
81.93 + 2.42 tibia ± 4.00 cm
Stature =
67.97 + 1.82 (humerus + raditis) ± 4.31 cm
Stature =
66.98 + (humerus + ulna)
raditis) ± 4.18 cm Stature =
± 4.37 cm Stature =
78.10 + 2.89 humerus ±
± 4.23 cm Stature =
4.57 Stature =
79.42 + 3.79 radius ± 4.66
70.67 + 1.65 (humerus + ulna) 75.48 + 2.88 humerus ± 4.23 cm
Stature =
85.43 + 3.32 radius ± 4.57 cm
Stature =
75.55 + 3.76 ulna ± 4.72
Stature =
Male Whites Stature =
Stature =
50.12 + 0.68 humerus +
Male Negroes Stature =
radius + 1.46 femur + 0.86
tibia ± 3.51 cm
tibia ± 3.22 cm
53.20 + 1.39 ( femur +
Stature =
53.07 + 1.48 femur + 1.28
59.61 + 2.93 fibula ± 3.57
58.54 + 1.53 femur + 0.96 tibia ± 3.23 cm
Stature =
tibia ± 3.55cm Stature =
56.33 + 0.44 humerus – 0.20
1.17 femur + 1.15
tibia) ± 3.55 cm Stature =
82.77 + 3.20 ulna ± 4.74 cm
59.72 + 1.26 (femur + tibia ) ± 3.28 cm
Stature =
59.76 + 2.28 femur ± 3.41 cm
Stature =
62.80 + 1.08 humerus + 1.79
cm Stature =
61.53 + 2.90 tibia ± 3.66 cm
tibia ± 3.58 cm
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
Stature =
52.77 + 1.35 humereus +
Stature =
72.65 + 2.45 tibia ± 3.70 cm
Stature =
70.90 + 2.49 fibula ± 3.80 cm
Stature =
64.67 + 3.08 humerus ± 4.25
1.95 tibia ± 3.67cm Stature =
54.10 + 2.47 femur ± 3.72 cm
Stature =
54.93 + 4.74 radius ± 4.24 cm
Stature =
57.76 + 4.27 ulna ± 4.20
cm Stature =
75.38 + 3.31 ulna ± 4.83 cm
Stature =
94.51 + 2.75 radius ± 5.05cm
cm Stature =
57.97 + 3.36 humerus ± 4.45 cm
C. Formula Trotter-Glesser (1958)(2)(8) Formula yang dipopulerkan dalam buku Martin-Knussmann (1988) ini memakai subjek penelitian kelompok laki-laki ras mongoloid. (Tabel 2.4)(8)
Tabel 2.4: Formula Trotter-Glesser (1958). TB
= 2.68 X (H1) + 83.2 ± 4.3
TB
= 3.54 X (R1) + 82.0 ± 4.6
TB
= 3.48 X (U1) + 77.5 ± 4.8
TB
= 2.15 X (F1) + 72.6 ± 3.9
TB
= 2.39 X (T1) + 81.5 ± 3.3
TB
= 2.40 X (Fi1) + 80.6 ± 3.2
TB
= 1.67 X (H1 + R1) + 74.8 ± 4.2
TB
= 1.68 X (H1 + U1) + 71.2 ± 4.1
TB
= 1.22 X (F1 + T1) + 70.4 ± 3.2
TB
= 1.22 X (F1 + Fi1) + 70.2 ± 3.2
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
Nota :
Angka dengan tanda ± adalah nilai Standard Error, yang dapat dikurangi atau ditambah pada nlai yang diterima dari kalkulasi. Makin kecil SE, makin tepat taksiran menurut rumus regresi.
D. Formula Modifikasi Trotter-Glesser.(18) Merupakan formula Trotter-Glesser tahun 1952 yang dimodifikasi pada tahun 1977 oleh Krogman dan Iscan (Tabel 2.5).
Tabel 2.5: Formula Modifikasi Trotter-Glesser WHITE MALES
BLACK MALES
SE
SE
3.08 Hum
+
70.45
4.05
3.26 Hum
+
62.10
4.43
3.78 Rad
+
79.01
4.32
3.42 Rad
+
81.56
4.30
3.70 Ulna
+
74.05
4.32
3.26 Ulna
+
79.29
4.42
2.38 Fem
+
61.41
3.27
2.11 Fem
+
70.35
3.94
2.52 Tib
+
78.62
3.37
2.19 Tib
+
86.02
3.78
2.68 Fib
+
71.78
3.29
2.19 Fib
+
85.65
4.08
1.30 (Fem + Tib ) +
63.29
2.99
1.15 (Fem + Tib ) +
71.04
3.53
1.42 Fem
+
1.24 Tib + 59.88
2.00
0.66 Fem
+
1.62 Tib + 76.13
3.49
0.93 Hum
+
1.94 Tib + 69.30
3.26
0.90 Hum
+
1.78 Tib + 71.29
3.49
0.27 Hum
+
1.32 Fem + 1.16 Tib + 2.99
0.89 Hum
+
1.01 Rad + 0.38 Fem
3.38
58.57
+ 1.92 Tib + 74.56
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
WHITE MALES
BLACK MALES SE
SE
3.36 Hum
+
57.97
4.45
3.08 Hum
+
64.67
4.25
4.74 Rad
+
54.93
4.24
3.67 Rad
+
71.79
4.59
4.27 Ulna
+
57.76
4.30
3.31 Ulna
+
75.38
4.83
2.47 Fem
+
54.10
3.72
2.28 Fem
+
59.76
3.41
2.90 Tib
+
61.53
3.66
2.45 Tib
+
72.65
3.70
2.93 Fib
+
59.61
3.57
2.49 Fib
+
70.90
3.80
1.39 (Fem + Tib )
+
53.20
3.55
1.26 (Fem + Tib )
+
59.72
3.28
1.48 Fem
+
1.28 Tib + 53.07
3.55
1.53 Fem
+
0.96 Tib + 58.54
3.23
1.35 Hum
+
1.95 Tib + 52.77
3.67
1.08 Hum
+
1.79 Tib
3.58
0.68 Hum
+
1.17 Fem + 1.15 Tib
3.51
0.44 Hum
+
0.20 Rad + 1.46
3.22
+ 50.122
Fem + 0.86 Tib + 56.33
E. Formula Dupertuis dan Hadden(9)(18) Merupakan formula yang didasarkan atas penelitian terhadap tulang-tulang panjang pada orang Amerika.(Tabel 2.6).(18)
Tabel 2.6: Formula Dupertuis dan Hadden. Men
Cm
Women
Cm
2.238 (Femur)
+ 69.089 2.317 (Femur)
+ 61.412
2.392 ( Tibia)
+ 81.688 2.533 ( Tibia)
+ 72.572
2.970 ( Humerus )
+ 73.570 3.144 ( Humerus )
+ 64.977
3.650 ( Radius )
+ 80.405 3.876 ( Radius )
+ 73.502
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
1.225 ( Femur + Tibia )
+ 69.294 1.233 ( Femur + Tibia )
+ 65.213
1.728 ( Humerus + Radius )
+ 71.429 1.984 ( Humerus + Radius )
+ 55.729
1.422 ( Femur ) + 1.062 (
+ 66.544 1.657 ( Femur ) + 0.879
+ 59.259
Tibia )
( Tibia )
1.789 ( Humerus ) + 1.841 (
+ 66.400 2.164 ( Humerus ) + 1.525
Radius )
+ 60.344
( Radius )
1.928 ( Femur ) 0.568 (
+ 64.505 2.009 ( Femur ) 0.566 (
Humerus )
Humerus )
1.442 (Femur) + 0.931 (
1.544 (Femur) + 0.764 (
Tibia ) +
Tibia ) +
0.083 (Humerus ) + 0.480
+ 56.006 0.126 (Humerus ) + 0.295
(Radius)
+ 57.600
+ 57.495
(Radius)
F. Formula Telkka(18) Merupakan formula yang didasarkan dari pemeriksaan terhadap orang-orang Finisia (Finnish) (Tabel 2.7)
Tabel 2.7: Formula Telkka MEN
SE
WOMEN
169.4 + 2.8 ( Humerus – 32.9 )
5.0
156.8 + 2.7 ( Humerus – 30.7 )
3.9
169.4 + 3.4 ( Radius – 22.7 )
5.0
156.8 + 3.1 ( Radius – 20.8 )
4.5
169.4 + 3.2 ( Ulna – 23.1 )
5.2
156.8 + 3.3 ( Ulna – 21.3 )
4.4
169.4 + 2.1 ( Femur – 45.5 )
4.9
156.8 + 1.8 ( Femur – 41.8 )
4.0
169.4 + 2.1 ( Tibia – 36.6)
4.6
156.8 + 1.9 ( Tibia – 33.1)
4.6
169.4 + 2.5 ( Fibula – 36.1)
4.4
156.8 + 2.3 ( Fibula – 32.7)
4.5
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
SE
G. Formula Parikh(22) Formula ini didasarkan atas pemeriksaan terhadap tulang-tulang kering. Tabel 2.8: Formula Parikh Laki-laki
Perempuan
TB (Cm) = Humerus x 5.31
TB (Cm) = Humerus x 5.31
TB (Cm) = Radius
x 6.78
TB (Cm) = Radius
x 6.70
TB (Cm) = Ulna
x 6.00
TB (Cm) = Ulna
x 6.00
TB (Cm) = Femur
x 3.82
TB (Cm) = Femur
x 3.80
TB (Cm) = Tibia
x 4.49
TB (Cm) = Tibia
x 4.46
TB (Cm) = Fibula
x 4.46
TB (Cm) = Fibula
x 4.43
H. Formula Mohd. Som dan Syed Abdul Rahman.(22) Formula hasil kajian Mohd. Som (Tahun 1990) dan Syed Abdul Rahman (Tahun 1991) di Malaysia ini didasarkan atas penelitian terhadap jenis kelamin lakilaki dari 3 suku bangsa terbesar di Malaysia (Tabel 2.9).
Tabel 2.9: Formula Mohd. Som dan Syed Abdul Rahman. Lelaki Melayu Lelaki Cina y
= 2.44 H + 101.6
y = 2.48 H + 101.9
y
= 1.96 R + 117.9
y = 3.05 R + 91.8
y
= 1.86 U + 119.1
y = 1.49 U + 130.0
y
= 1.30 T + 122.5
y = 1.95 T + 97.7
y
= 0.93 F + 133.0
y = 1.35 F + 117.5
y
= 1.16Fi + 127.1
y = 1.68Fi + 108.5
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
Lelaki India
Pengertian:
y
= 3.71 H + 69.3
Y
= Anggaran ketinggian (cm)
y
= 5.32 R + 35.5
H
= Panjang humerus (cm)
y
= 6.86 U + (-7.4)
R
= Panjang radius (cm)
y
= 2.72 T + 70.2
U
= Panjang ulna (cm)
y
= 2.59 F + 71.3
T
= Panjang tibia (cm)
y
= 2.15Fi + 92.4
F
= Panjang femur (cm)
I. Formula Antropologi Ragawi UGM.(1)(2) Merupakan formula perkiraan tinggi badan untuk jenis kelamin pria orang dewasa suku Jawa (Tabel 2.10).
Tabel 2.10: Formula Antropologi Ragawi UGM Tinggi badan
=
897 + 1.74
y (femur kanan )
Tinggi badan
=
822 + 1.90
y (femur kiri )
Tinggi badan
=
879 + 2.12
y (tibia kanan )
Tinggi badan
=
847 + 2.22
y (tibia kiri )
Tinggi badan
=
867 + 2.19
y (fibula kanan )
Tinggi badan
=
883 + 2.14
y (fibula kiri )
Tinggi badan
=
847 + 2.60
y (humerus kanan)
Tinggi badan
=
805 + 2.74
y (humerus kiri )
Tinggi badan
=
842 + 3.45
y (radius kanan )
Tinggi badan
=
862 + 3.40
y (radius kiri )
Tinggi badan
=
819 + 3.15
y (ulna kanan)
Tinggi badan
=
847 + 3.06
y (ulna kiri )
Keterangan: Semua ukuran dalam satuan millimeter (mm). Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
J. Formula Djaja Surya Atmadja(1) Merupakan formula yang dilakukan oleh Jaya terhadap orang dewasa yang hidup, panjang tulang-tulang panjang diukur dari luar tubuh, berikut kulit di luarnya (Tabel 2.11).
Tabel 2.11: Formula Djaja Surya Atmadja Pria :
TB = 72,9912 + 1,7227 (tib) + 0,7545 (fib) (± 4,2961 cm ) TB = 75,9800 + 2,3922 (tib) (± 4,3572 cm ) TB = 80,8078 + 2,2788 (fib) (± 4,6186 cm )
Wanita :
TB = 71,2817 + 1,3346 (tib) + 1,0459 (fib) (± 4,8684 cm ) TB = 77,4717 + 2,1889 (tib) (± 4,9526 cm ) TB = 76,2772 + 2,2522 (fib) (± 5,0226 cm )
K. Formula Amri Amir(36) Formula yang dibuat oleh Prof.dr.Amri Amir pada tahun 1989 ini dibuat berdasarkan pemeriksaan terhadap orang hidup pada laki-laki dan perempuan dewasa muda (Tabel 2.12 – 2.15).
Tabel 2.12: Formula Amri Amir Rumus regresi hubungan tinggi badan dengan tulang panjang pada laki-laki dengan nilai R2 untuk masing-masing tulang :
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
No
Tulang
Rumus Regresi
r2
1
Humerus
1.34
x
H
+
123.43
0.22
2
Radius
3.13
x
Ra
+
87.91
0.45
3
Ulna
2.88
x
U
+
91.27
0.43
4
Femur
1.42
x
Fe
+
109.28
0.30
5
Tibia
1.12
x
T
+
124.88
0.23
6
Fibula
1.35
x
Fi
+
117.20
9.29
Tabel 2.13: Formula Amri Amir Rumus regresi hubungan tinggi badan dengan ukuran beberapa bagian tubuh pada laki-laki dengan nilai R2 untuk masing-masing tulang : No
Bagian Tubuh
Rumus Regresi
r2
1
Rentang tangan
0.64 x
RT
+ 56.98
0.62
2
Lengan
0.99 x
L
+ 89.01
0.46
3
Lengan bawah
1.81 x
LB
+ 83.65
0.52
4
Symphisis kaki
1.09 x
SK
+ 71.59
0.62
5
Dagu vertex
2.47 x
DV + 104.53
0.14
6
clavicula
2.27 x
C
0.14
+ 130.30
Keterangan : Panjang lengan bawah diukur jarak antara olecranon sampai ke ujung jari tangan tengah.
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
Tabel 2.14: Formula Amri Amir Rumus regresi hubungan tinggi badan dengan tulang panjang pada wanita dengan nilai R2 untuk masing-masing tulang: No
Tulang
r2
Rumus Regresi
1
Humerus
1.46
x
H
+
111.33
0.32
2
Radius
1.50
x
Ra
+
119.58
0.30
3
Ulna
2.85
x
U
+
86.75
0.46
4
Femur
0.79
x
Fe
+
124.67
0.17
5
Tibia
1.33
x
T
+
110.70
0.26
6
Fibula
1.71
x
Fi
+
99.20
0.36
Tabel 2.15: Formula Amri Amir Rumus regresi hubungan tinggi badan dengan ukuran beberapa bagian tubuh pada wanita dengan nilai R2 untuk masing-masing tulang: No
Bagian Tubuh
r2
Rumus Regresi
1
Rentang tangan
0.64
x
RT
+
53.64
0.69
2
Lengan
0.87
x
L
+
92.65
0.39
3
Lengan bawah
1.83
x
LB
+
78.36
0.44
4
Symphisis kaki
0.98
x
SK
+
76.92
0.56
5
Dagu vertex
0.49
x
DV
+
143.30
0.02
6
clavicula
2.15
x
C
+
124.58
0.27
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
L. Formula India(36) Faktor perkalian untuk menentukan tinggi badan pada orang dibeberapa negara bagian India oleh beberapa peneliti India (Tabel 2.16).(5)(36) Tabel 2.16. Formula Perkalian Penentuan Tinggi Badan di India Multiplication factors to get the stature For Bengal, bihar and For U.P For Punjabi Bones Orissa, Pan ( 1924) Nat (1931 Siddiqui & Shah (1944) Male Female Male Male Femur 3.82 3.8 3.7 3.6 Tibia 4.49 4.46 4.48 4.2 Fibula 4.46 4.43 4.48 4.4 Humerus 5.31 5.31 5.3 5.0 Radius 6.78 6.7 6.9 6.3 Ulna 6.0 6.0 6.3 6.0
2.9.KERANGKA KONSEPSIONAL Panjang Lengan Bawah
Kiri
Kanan
Formula Regresi
Tinggi Badan
-
Umur Pekerjaan Jenis Kelamin Kidal Suku
Identifikasi Gambar 2.1 : Tabel Kerangka Konsepsional Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
Pada gambar 2.1 tersebut diatas dapat kita lihat sebuah tabel kerangka konseptual yang menunjukkan
lembaran
permasalahan penentuan tinggi badan
berdasarkan panjang lengan bawah kanan dan kiri berdasarkan formula regresi yang akan diperoleh sehingga dalam sebuah proses identifikasi dapat dicari ataupun diperkirakan tinggi badan seseorang. Bagaimana hubungan pengaruh antara umur, pekerjaan, jenis kelamin, suku dan penggunaan tangan kiri / kidal terhadap penentuan tinggi badan dan proses identifikasi akan coba dilihat dalam penelitian ini.
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.13.
RANCANGAN PENELITIAN Metode penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional (sekat
lintang)(36)(37)(38)
yang
bertujuan
untuk
memperoleh
formula/
rumus
yang
menunjukkan hubungan antara panjang ruas lengan bawah dengan tinggi badan, yaitu dengan melakukan pengukuran panjang ruas lengan bawah kanan dan kiri dan tinggi badan terhadap 348 sampel yang diperiksa untuk kemudian data tersebut dimasukkan ke dalam metode penelitian dengan menggunakan uji statistik Pearson Correlation.
3.14.
TEMPAT dan LAMA PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Bagian Kedokteran Forensik FK USU/
RSUP.H.Adam Malik/ RSU.dr.Pirngadi Medan dan Lembaga Pemasyarakatan Klas I dan Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA, Tanjung Gusta Medan, yang dilakukan selama 9 minggu yang dimulai sejak Februari 2009 sampai April 2009 yang meliputi studi kepustakaan, pengumpulan data, pengumpulan sampel penelitian dan penulisan.
3.15.
POPULASI PENELITIAN Populasi penelitian adalah orang-orang yaitu mahasiswa yang melaksanakan
kepaniteraan klinik senior serta para pegawai dan staf di RSUP.H.Adam Malik dan Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
RSU.dr.Pirngadi Medan serta para penghuni di LP Klas I dan LP Wanita Klas IIA Tg.Gusta Medan.
3.16.
SAMPEL dan CARA PEMILIHAN SAMPEL Sampel adalah orang–orang (laki-laki dan perempuan) yang berusia 21 tahun
keatas) yang memenuhi kriteria untuk dilakukan penelitian, yang terdapat dalam populasi penelitian dan dipilih secara acak (random).
3.17.
BESAR SAMPEL Besar sample ditentukan melalui rumus: (37)(38)(39)(40) (Z1-α/2 + Z1-β )2 n = --------------------- + 3 0,5 ln [(1+r)(1-r)]
n
=
besar sampel minimum
Z1-α/2
=
nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α 5%=1,96
Z1-β
=
nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada β 10%=1,282
r
=
perkiraan koefisien korelasi (0,2)
Hasil perhitungan diperoleh n =261 Dalam Penelitian ini peneliti mencari sampel (n) sebanyak mungkin hingga sebesar 348 sampel. Maka besar sampel adalah 348 orang.
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
3.18.
KRITERIA PENELITIAN
Kriteria Inklusi Kriteria penerimaan (faktor inklusi) didasarkan pada seseorang (laki-laki dan perempuan), berusia sama dengan atau diatas 21 tahun, tidak pernah mengalami patah tulang-tulang (seperti kaki, tangan, maupun tulang punggung), tidak memiliki cacat fisik kelainan tulang bawaan sejak lahir, serta tidak memiliki penyakit yang berhubungan dengan tulang seperti polio. Kriteria Eksklusi Sedangkan kriteria penolakan (faktor eksklusi) didasarkan pada orang-orang yang memiliki ukuran tinggi badan yang tidak normal, seperti “manusia kerdil/ cebol”, orang-orang yang tidak bisa berdiri sempurna baik oleh karena faktor umur (para lansia), karena penyakit atau faktor lainnya, serta orang-orang yang menggunakan penutup kepala yang tidak mungkin dibuka di depan umum seperti jilbab dan sorban.
3.19.
IJIN SUBJEK PENELITIAN Semua pengukuran yang dilakukan telah mendapat ijin dari subjek penelitian
setelah terlebih dahulu mendapat penjelasan tentang maksud, tujuan, cara, manfaat dan resiko dari penelitian yang dilakukan sesuai dengan Lembar Penjelasan Kepada Subjek Penelitian (Terlampir), selanjutnya persetujuan/ ijin dari subjek (Informed consent) dilakukan pada Lembar Persetujuan Subjek Penelitian (Terlampir).
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
3.20.
ETIKA PENELITIAN Penelitian yang dilaksanakan telah mendapat persetujuan komisi etik Health
Research Ethical Committee of North Sumatera c/o Medical School, Universitas Sumatera Utara Tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang Kesehatan, Nomor: 51/ KOMET/ FK USU/ 2009. (Terlampir)
3.21.
INSTRUMEN PENELITIAN Adalah alat-alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data yang terdiri
dari: 1. Lembar Data Hasil Pengukuran Subjek Penelitian (Terlampir). 2. Tinggi badan diukur dengan alat: Digital Laser Rangefinder DLE Professional bermerk BOSCH dengan spesifikasi Dioda laser = 635 µm,<1 mW, tingkatan laser = 2, jarak pengukuran = 0,05 sampai 50 meter, waktu pengukuran < 0,5 detik, Baterai 4x 1,5V LR03 (AAA) dan berat (termasuk baterai) = 0,18 kg. 3. Panjang ruas lengan bawah kanan dan kiri diukur dengan: Caliper (Kaliper geser) yang merupakan garis ukur terbuat dari logam stainless stell hardener sepanjang 30 cm. 4. Berat badan diukur dengan: Timbangan skala manual merk MIYAKO seri 2207012543, tipe WS-890 VN, ukuran skala berat sampai dengan 130 kilogram.
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
3.22.
CARA KERJA PENELITIAN 1. Pengumpulan data subjek penelitian dilakukan meliputi: nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, pekerjaan, suku bangsa, alamat, dan penggunaan tangan kidal/ kiri (left handed). 2. Pemeriksaan terhadap kondisi tubuh untuk kelayakan pengukuran yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. 3. Pengukuran terhadap tinggi badan, panjang lengan kanan, panjang lengan kiri dan berat badan dengan menggunakan alat penelitian. 4. Menentukan rumus regresi tentang hubungan antara tinggi badan dengan panjang lengan bawah.
3.23.
BATASAN OPERASIONAL 1. Pengukuran dilakukan dengan mengukur hubungan antara titik-titik anatomis tubuh manusia. 2. Tinggi badan diukur mulai dari puncak kepala (vertex) sampai ke tumit (heel) pada saat tubuh dalam posisi badan berdiri tegak lurus sempurna dan kepala berada dalam posisi Dataran Frankfurt. 3. Masing-masing panjang lengan bawah kanan dan kiri diukur mulai dari siku (Processus Olecrani ulna) sampai ke pergelangan tangan sebelah dalam (Processus Styloideus ulna) pada saat lengan dalam posisi fleksi maksimum di daerah siku.
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
4. Umur adalah kelompok umur 21 sampai 30 tahun, 31 sampai 40 tahun, 41 sampai 50 tahun, 51 sampai 60 tahun dan diatas 60 tahun. 5. Pengguna tangan kidal (Left Handed) adalah orang dengan kebiasaan dominan menggunakan tangan kiri dibandingkan tangan kanan dalam kesehariannya. 6. Jenis kelamin adalah pembedaan keadaan antara perempuan dan laki-laki.
3.24.
PENGOLAHAN dan ANALISA DATA Hasil pengamatan akan disajikan dalam data deskriptif dengan menguraikan
persentase data hasil pengukuran serta rumus regresi hubungan antara tinggi badan dengan panjang lengan bawah secara umum, berdasarkan panjang lengan kanan dan kiri serta berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang kemudian data ini ditampilkan dalam bentuk tabel. (36)(37)(38)
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
HASIL PENELITIAN Penelitian penentuan tinggi badan berdasarkan panjang lengan bawah ini
dilakukan terhadap 348 orang (163 orang laki-laki dan 185 orang perempuan) dalam periode bulan Februari 2009 sampai dengan bulan April 2009, dan di susun dalam tabel induk (lihat lampiran) dengan kolom isian: nomor urut, nama, umur (dalam tahun), suku, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan, penggunaan tangan kidal, berat badan (dalam kilogram), tinggi badan (dalam centimeter), panjang lengan bawah kanan (dalam centimeter), serta panjang lengan bawah kiri (dalam centimeter). Berikut ini dipaparkan perincian tabel dan data deskriptifnya.
Tabel 3.1 Sebaran Responden Secara Umum Jenis Pengukuran
Hasil
Mean usia
34,4 tahun
Median usia
32,0 tahun
Mode usia
24 tahun
Usia minimum
21 tahun
Usia maksimum
67 tahun Jumlah
348 orang
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
Dari tabel 3.1 didapatkan data bahwa jumlah responden sebanyak 348 orang, dengan usia minimum responden 21 tahun, dan usia maksimum responden 67 tahun, dengan rata-rata usia (mean) 34 tahun.
Tabel 3.2. Sebaran Responden Menurut Kelompok Umur Umur (Tahun)
n
%
21-30
156
44,8
31-40
93
26,7
41-50
77
22,1
51-60
16
4,6
60 keatas
6
1,7
348
100
Jumlah
Dari tabel 3.2 didapatkan persentase kelompok umur responden yang terbanyak adalah kelompok umur 21 sampai 30 tahun sebesar 44,8%, kelompok umur 31 sampai 40 tahun sebesar 26,7%, kelompok umur 41 sampai 50 tahun sebesar 22,1%, kelompok umur 51 sampai 60 tahun sebesar 4,6% dan disusul kelompok umur diatas 60 tahun sebesar 1,7%.
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
Tabel 3.3 Sebaran Responden Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin
n
%
Laki-laki
163
46,8
Perempuan
185
53,2
348
100
Total
Dari tabel 3.3 didapatkan bahwa jumlah responden perempuan lebih banyak dari lakilaki dengan perbandingan responden perempuan sebanyak 53,2% dan laki-laki 46,8%.
Tabel 3.4 Sebaran Responden Menurut Suku Bangsa Suku
n
%
Aceh
52
14,9
Bali
1
0,3
Batak
123
35,3
Jawa
96
27,6
Manado
1
0,3
Melayu
29
8,3
Nias
3
0,9
Padang
18
5,2
WNI
25
7,2
348
100
Total
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
Dari tabel 3.4 didapatkan persentase suku bangsa responden dalam 9 kelompok, dimana 3 kelompok suku dengan responden paling banyak yaitu suku Batak dengan responden sebesar 35,3%, suku Jawa sebesar 27,6%, dan suku Aceh sebesar 14,9%. Sedangkan 3 kelompok suku dengan responden paling sedikit yaitu suku Nias sebesar 0,9%, suku Bali dan Manado masing-masing sebesar 0,3%.
Tabel 3.5. Sebaran Responden Menurut Status Perkawinan Status Perkawinan
n
%
Belum menikah
110
31,6
Menikah
238
68,4
348
100
Total
Dari tabel 3.5 didapatkan persentase responden yang menikah sebesar 68,4% dengan jumlah 238 responden, lebih besar dari yang tidak menikah yang besarnya 31,6% dengan jumlah 110 responden.
Tabel 3.6 Sebaran Responden Menurut Penggunaan Tangan Penggunaan Tangan Kidal Tidak Ya Total
n
%
343
98,6
5
1,4
348
100
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
Dari tabel 3.6 didapatkan persentase responden penggunaan tangan kanan sebesar 98,6%, lebih besar dari responden penggunaan tangan kiri yang hanya sebesar 1,4%.
Tabel 3.7
Sebaran Responden Menurut Ukuran Berat Badan, Tinggi Badan, Panjang Lengan Kanan dan Kiri
Pengukuran
n
Minimum
Maksimum
Mean
Berat badan (kg)
348
34
120
57,05
Tinggi badan (cm)
348
136,5
180
158,99
Lengan kanan (cm)
348
21,6
30,5
25,89
Lengan kiri (cm)
348
21,6
30,5
25,71
Dari tabel 3.7 didapatkan sebaran responden berdasarkan beberapa ukuran antara lain dengan perincian: a. Berat badan minimum seberat 34 kg, dan maksimum seberat 120 kg. b. Tinggi badan minimum 136,5 cm, dan maksimum 180 cm. c. Panjang lengan bawah kanan minimum 21,6 cm, dan maksimum 30,5 cm. d. Panjang lengan bawah kiri minimum 21,6 cm, dan maksimum 30,5 cm.
Tabel 3.8. Sebaran Perbandingan Panjang Lengan Bawah Kanan dan Kiri Pengukuran
n
%
Panjang lengan kanan sama dengan kiri
176
50,6
Panjang lengan kiri lebih dari panjang lengan kanan
21
6,0
Panjang lengan kanan lebih dari panjang lengan kiri
151
43,4
348
100
Total
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
Dari tabel 3.8 didapatkan sebaran perbandingan panjang lengan bawah kanan dan kiri yaitu bahwa panjang lengan bawah kanan dan kiri yang sama panjang sebanyak 176 responden, dan yang memiliki lengan bawah kiri lebih panjang sebanyak 21 responden, serta yang memiliki lengan bawah kanan lebih panjang sebanyak 151 responden.
Tabel 3.9 Perbandingan Tinggi Badan laki-laki dan Perempuan Pengukuran
n
Mean
sd
Tinggi badan laki-laki
163
164.0638
5.91166
Tinggi badan perempuan
185
154.5330
5.90506
Dari Tabel 3.9 didapatkan bahwa tinggi badan laki-laki ternyata rata-rata lebih tinggi dari perempuan, yaitu dari 163 responden laki-laki memiliki tinggi badan rata-rata 164 cm, dan dari 185 responden perempuan memiliki tinggi badan tinggi badan ratarata 154,5 cm.
Tabel 3.10 Hubungan Panjang Lengan Bawah Kanan dengan Tinggi Badan Pengukuran
Pearson Correlation (r)
n
P
348
0,0001
Lengan bawah kanan dengan 0,852 Tinggi Badan
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
Dari tabel 3.10 didapatkan adanya hubungan (korelasi) yang signifikan antara tinggi badan dengan panjang lengan bawah kanan pada 348 responden dengan nilai r = 0,852.
Tabel 3.11 Hubungan Panjang Lengan Bawah Kiri dengan Tinggi Badan Pearson Correlation Pengukuran
n
P
348
0,0001
(r) Lengan bawah Kiri dengan Tinggi 0,857 Badan
Dari tabel 3.11 didapatkan adanya hubungan (korelasi) yang signifikan antara tinggi badan dengan panjang lengan bawah kiri pada 348 responden dengan nilai r = 0,857.
Tabel 3.12 Perbandingan Panjang Lengan Bawah Kanan – Kiri Antara Lakilaki dengan Perempuan Pengukuran
n
Mean
sd
Lengan kanan laki-laki
163
26.8006
1.23004
Lengan kanan perempuan
185
25.0916
1.27812
Lengan kiri laki-laki
163
26.6454
1.23179
Lengan kiri perempuan
185
24.9019
1.26205
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
Dari table 3.12 diperoleh sebaran nilai rata-rata panjang lengan bawah kanan pada laki-laki adalah 26,8 cm, pada perempuan 25 cm, sedangkan rata-rata panjang lengan bawah kiri pada laki-lak adalah 26,6 cm dan pada perempuan adalah 24,9 cm.
Tabel 3.13 Hubungan Panjang Lengan Bawah Kanan dan Kiri dengan Tinggi Badan pada Laki-laki Pengukuran
Pearson Correlation
P
n
0,756
0,0001
163
0,770
0,0001
163
(r)
Lengan bawah kanan dengan tinggi badan Lengan bawah kiri dengan tinggi badan
Dari tabel 3.13 didapatkan adanya hubungan (korelasi) yang signifikan antara tinggi badan dengan panjang lengan bawah kanan dan kiri pada 163 responden laki-laki dengan nilai r untuk panjang lengan bawah kanan dengan tinggi badan sebesar 0,756 dan nilai r untuk panjang lengan bawah kiri dengan tinggi badan sebesar 0,770.
Tabel 3.14 Hubungan Panjang Lengan Bawah Kanan dan Kiri dengan Tinggi Badan pada Perempuan Pengukuran Lengan bawah kanan dengan tinggi badan Lengan kiri bawah dengan tinggi badan
Pearson Correlation
P
n
0,790
0,0001
185
0,788
0,0001
185
(r)
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
Dari tabel 3.14 didapatkan adanya hubungan (korelasi) yang signifikan antara tinggi badan dengan panjang lengan bawah kanan dan kiri pada 185 responden perempuan dengan nilai koreksi panjang lengan bawah kanan dengan tinggi badan sebesar 0,790 dan nilai koreksi panjang lengan bawah kiri dengan tinggi badan sebesar 0,788.
Tabel 3.15 Hubungan Panjang Lengan Bawah Kanan dengan Tinggi Badan Pengukuran
B
SE
Beta
P
Konstanta
48,804
3,653
0,852
0,0001
Lengan kanan
4,256
0,141
0,852
0,0001
Dari tabel 3.15 didapatkan rumus regresi yang menunjukkan nilai hubungan yang cukup kuat antara tinggi badan dengan panjang lengan bawah kanan ,yaitu: TB = 48,804 + 4,256 (PANJANG LENGAN BAWAH KANAN)
Tabel 3.16 Hubungan Panjang Lengan Bawah Kiri dengan Tinggi Badan Pengukuran
B
SE
Beta
P
Konstanta
49,112
3,561
0,857
0,0001
Lengan kiri
4,273
0,138
0,857
0,0001
Dari tabel 2.16 didapatkan rumus regresi yang menunjukkan nilai hubungan yang cukup kuat antara tinggi badan dengan panjang lengan bawah kiri, yaitu: TB = 49,112 + 4,273 (PANJANG LENGAN BAWAH KIRI)
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
Tabel 3.17 Hubungan Panjang Lengan Bawah Kanan dengan Tinggi Badan menurut Jenis Kelamin Pengukuran
B
SE
Beta
P
Konstanta
69,729
4,614
-
0,0001
Lengan kanan
3,643
0,160
0,729
0,0001
Jenis kelamin
-3,305
0,487
-0,218
0,0001
Dari tabel 3.17 didapatkan rumus regresi yang menunjukkan nilai hubungan yang cukup kuat antara tinggi badan dengan panjang lengan bawah kanan menurut jenis kelamin dengan nilai r = 0,852, yaitu: TB = 69,729 + 3,643 (PJG. LENGAN BAWAH KA.) – 3,305 (J. KELAMIN) Nilai Konstanta untuk Jenis Kelamin Laki-laki = 1 Nilai Konstanta untuk Jenis Kelamin Perempuan = 2
Tabel 3.18 Hubungan Panjang Lengan Bawah Kiri dengan Tinggi Badan menurut Jenis Kelamin Pengukuran
B
SE
Beta
P
Konstanta
68,868
4,580
-
0,0001
Lengan kiri
3,689
0,160
0,729
0,0001
Jenis kelamin
-3,099
0,486
-0,218
0,0001
Dari tabel 3.18 didapatkan rumus regresi yang menunjukkan nilai hubungan yang cukup kuat antara tinggi badan dengan panjang lengan bawah kiri menurut jenis kelamin, yaitu:
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
TB = 68,868 + 3,689 (PJG. LENGAN BAWAH KI.) – 3,099 (J. KELAMIN) Nilai Konstanta untuk Jenis Kelamin Laki-laki = 1 Nilai Konstanta untuk Jenis Kelamin Perempuan = 2
Gambar 3.1 Grafik Linier / Persamaan Tinggi Badan dengan Panjang Lengan Bawah Kanan
$
180.00
$ $
$
Linear Regression
$ tb = 48.80 + 4.26$ * lgnka $ $ $= $0.73 $ R-Square $ $ $$ $ $
$$ $$ $$ $ $ $ $ $ $ $ $ $ $$ $ $$ $ $$ $$ $ $ $ $ $ $ $$$ $ $ $ $ $ $ $ $ $ $ $$$$$$$ $$$ $$$ $$ $$ $ $ $ $ $$ $$ $ $ $$ $$$ $ $$$ $ $$ $$ $$ $ $$ $$$$$ $$ $ $ $ $ $ $$$$ $ $ $$ $ $ $ $ $$$$ $$$ $ $ $$$$$$$$ $$ $ $ $ $ $ $ $$ $ $$ $$ $$ $ $ $ $ $ $$ $$$$ $ $$$$$$ $$$ $ $ $$$$$$$ $$$ $ $ $ $$$$$ $ $ $ $ $ $ $ $ $ $$$$$$$$$ $ $$ $ $ $ $ $ $ $$ $$ $$$ $$$$ $ $ $ $ $ $$ $$$ $ $$$$$$$ $ $$$ $$ $ $ $ $$ $ $$$ $ $ $ $ $ $$$ $ $ $ $ $$ $ $ $ $ $ $ $$ $ $ $$$ $ $ $ $ $ $ $$ $ $$ $
tinggi badan
170.00
160.00
150.00 $ $
$ $$
140.00 $
22.00
$
24.00
26.00
28.00
30.00
lengan kanan
Dari gambar 3.1 diperoleh gambaran grafik bahwa semakin panjang lengan bawah kanan responden diikuti dengan semakin tinggi badannya.
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
Gambar 3.2 Grafik Linier / Persamaan Tinggi Badan dengan Panjang Lengan Bawah Kiri
$
$ $ $ tb = 49.11 + 4.27 *$ lgnki $ R-Square =$$$0.73 $ $ $ $ $$ $$ $ $ $ $ $ $ $ $ $ $ $ $ $ $ $$ $ $ $ $ $$$ $$ $ $ $ $ $ $ $$ $ $$ $$ $$$ $ $ $$ $$$ $ $ $$ $$ $$ $ $$ $ $ $ $ $ $$ $$$$$ $$ $$$ $ $$$ $ $ $$ $ $ $ $ $ $ $ $$$ $$ $ $ $$ $ $ $ $ $$ $$ $$ $$$ $ $ $ $ $ $ $ $$ $ $$$$$$$$ $$ $ $ $ $ $ $ $ $ $ $ $ $$$$ $$$ $ $ $ $$ $ $ $$ $$$ $ $$$$$ $$$$$ $ $ $$$ $ $ $ $ $$ $$$ $ $$ $ $ $ $ $ $ $ $ $$$$$ $ $ $ $ $$ $ $$ $ $ $ $$$ $ $$ $ $$ $$$ $$ $ $ $$ $$$ $$$ $ $ $ $ $ $ $$ $ $ $ $$$$ $ $$ $ $$ $ $ $$$ $ $ $ $ $ $ $ $ $ $ $$ $ $ $$ $ $ $ $ $$$ $ $ $ $$ $
180.00
tinggi badan
170.00
160.00
150.00
Linear Regression
$$ $$
140.00 $
$
22.00
24.00
26.00
28.00
30.00
lengan kiri
Dari gambar 3.2 diperoleh gambaran grafik bahwa semakin panjang lengan bawah kiri responden diikuti dengan semakin tinggi badannya.
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
Gambar 3.3 Grafik Linier / Persamaan Tinggi Badan dengan Panjang Lengan Bawah Kanan pada Laki-laki
$
180.00
$ $
$
Linear Regression
$
$ $ tb = 66.63 $+ 3.64 * lgnka $ $ $ $$0.57 $ $ $$ $ R-Square = $ $ $
$ $ $ $$ $ $ $ $ $$$ $ $$ $ $$ $$$ $ $$ $$ $$ $ $ $ $ $ $ $ $$ $ $$ $ $ $$$ $$ $$$ $$ $ $ $ $$ $ $$ $$ $$ $$ $$$ $$$ $ $ $$ $ $ $ $$$$ $ $ $$$ $$$ $ $$ $ $ $ $ $ $ $ $$$$ $ $ $ $$$ $ $ $$$ $$$ $ $ $$ $ $$ $$ $ $ $ $ $ $
tinggi badan
170.00
160.00
150.00
140.00
22.00
24.00
26.00
28.00
30.00
lengan kanan
Dari gambar 3.3 diperoleh gambaran grafik bahwa semakin panjang lengan bawah kanan responden laki-laki diikuti dengan semakin tinggi badannya.
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
Gambar 3.4 Grafik Linier / Persamaan Tinggi Badan dengan Panjang Lengan Bawah Kiri pada Laki-laki
$
180.00
$ $ $ $
Linear Regression
$ tb = 65.66 + $3.69 * lgnki $ $ =$0.59 R-Square $ $ $ $ $ $ $ $ $
tinggi badan
170.00
$ $ $ $ $ $ $ $ $ $$ $ $ $ $ $ $ $ $$ $ $$$$$ $ $ $ $$ $ $ $ $ $$ $$$ $ $ $ $$ $$ $ $$ $ $ $$$ $$ $$$ $ $$ $$ $ $ $ $ $$ $ $ $ $ $ $$ $$$ $ $ $$ $ $$ $ $$ $$$$ $ $ $ $ $$$ $ $$$ $ $$$$ $ $$ $ $ $ $ $$ $ $ $ $ $ $ $
160.00
$$ $ $ $ $
150.00
140.00
22.00
24.00
26.00
28.00
30.00
lengan kiri
Dari gambar 3.4 diperoleh gambaran grafik bahwa semakin panjang lengan bawah kiri responden laki-laki diikuti dengan semakin tinggi badannya.
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
Gambar 3.5 Grafik Linier / Persamaan Tinggi Badan dengan Panjang Lengan Bawah Kanan pada Perempuan
Linear Regression
180.00
$
tb = 62.96 + 3.65 * lgnka R-Square $ = 0.62
170.00
tinggi badan
$
160.00
150.00 $ $
22.00
$
$
$ $$
140.00 $
$$ $ $ $ $ $$ $$ $ $ $ $ $ $ $$ $ $ $ $$ $ $$ $$$ $ $ $$$ $ $ $ $ $ $ $ $ $ $$ $ $ $ $$$ $$ $ $$ $ $ $$$$ $ $ $ $$ $$ $$ $ $ $ $ $ $ $$$$ $$$ $ $ $ $ $ $$ $ $$ $$$$ $ $ $ $$$ $ $ $$$$ $ $$$ $$ $ $ $$ $ $$ $ $ $ $ $ $$$ $ $$ $ $ $ $ $$ $ $ $ $ $ $ $ $$$ $ $ $ $ $ $ $$ $ $$
$
24.00
26.00
28.00
30.00
lengan kanan
Dari gambar 3.5 diperoleh gambaran grafik bahwa semakin panjang lengan bawah kanan responden perempuan diikuti dengan semakin tinggi badannya.
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
Gambar 3.6 Grafik Linier / Persamaan Tinggi Badan dengan Panjang Lengan Bawah Kiri pada Perempuan
Linear Regression
180.00
$
tb = 62.76 + 3.69 * lgnki R-Square = 0.62
170.00
$
tinggi badan
$
$ $ $$ $ $$$ $ $ $$ $ $ $ $ $ $ $ $ $$ $ $$$ $ $ $$ $ $$ $$ $ $ $ $ $ $ $$$ $ $ $ $ $ $$$ $$ $ $$ $ $ $ $$$ $ $$ $ $ $ $ $ $ $$$$$ $$$ $ $ $ $$ $ $$$ $ $$$ $ $$ $$$ $ $ $ $$ $$ $ $ $ $ $ $ $ $$$$$ $ $ $$$ $ $ $ $ $ $$$ $ $$ $$ $ $ $ $$ $ $ $ $ $ $ $$ $ $ $ $ $ $ $$$ $ $ $ $
160.00
150.00
$
$
$
$$ $$
140.00 $
22.00
$
24.00
26.00
28.00
30.00
lengan kiri
Dari gambar 3.6 diperoleh gambaran grafik bahwa semakin panjang lengan bawah kiri responden perempuan diikuti dengan semakin tinggi badannya.
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
4.2.
PEMBAHASAN Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa populasi yang diteliti berdasarkan
sampel yang diukur merupakan masyarakat yang dominan menggunakan tangan kanan (Tabel 3.6), ini terlihat dari begitu kecilnya (1,4%) sampel yang menggunakan tangan kiri (kidal/ left handed). Sejauh mana pengaruh penggunaan tangan kiri tersebut terhadap panjang tangan (panjang lengan bawah) ternyata tidak memberikan nilai yang berarti, oleh karena tidak ada ditemukan data bahwa panjang lengan bawah kiri menjadi lebih panjang dari pada panjang lengan bawah kanan. Hasil menunjukkan (data umum) bahwa dari 5 orang sampel pengguna tangan kiri (kidal/ left handed) ditemukan 2 sampel mempunyai lengan bawah kanan yang lebih panjang, serta 2 sampel yang mempunyai lengan bawah kiri lebih panjang, sedangkan 1 sampel menunjukkan panjang lengan yang sama. Dengan demikian tidak dijumpai adanya pengaruh penggunaan tangan kiri (kidal/ left handed) terhadap panjang lengan bawah baik kanan maupun kiri. Dari seluruh total sampel yang diperiksa (348 sampel) diperoleh bahwa ternyata dijumpai panjang lengan bawah kanan dan kiri yang sama panjang sebesar 50,6% (176 sampel) serta sampel yang mempunyai panjang lengan bawah kanan lebih panjang dari panjang lengan bawah kiri lebih banyak yaitu sebesar 43,4% (151 sampel), dan dari seluruh sampel ditemukan 98,6% adalah pengguna tangan kanan (Tabel 3.6 dan table 3.8). Untuk tinggi badan, merujuk kepada teori yang menyatakan bahwa perbandingan tinggi badan laki-laki dibanding perempuan adalah 100:90. Persesuaian Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
tersebut diperoleh data (Tabel 3.9) bahwa dari 163 sampel laki-laki diperoleh nilai rata-rata tinggi badan adalah 164 cm, sedangkan pada 185 sampel perempuan diperoleh nilai rata-rata tinggi badan adalah 154,5 cm. Pada beberapa sampel memang ditemukan tinggi badan yang sama, tetapi panjang lengan bawah tidak sama, demikian pula sebaliknya, panjang lengan bawah yang sama panjang, tetapi tidak memiliki tinggi badan yang sama. Sampel dalam penelitian ini memperoleh usia maksimum 67 tahun, namun penentuan pengurangan tinggi badan yang terjadi sebanyak 1 mm tiap tahun pada orang berusia diatas 25 tahun tidaklah dapat dilakukan oleh karena penentuan hal tersebut harus dilakukan terhadap sampel yang sama untuk waktu yang begitu lama (beberapa tahun). Berat badan tidak ditemukan mempengaruhi tinggi badan, hanya saja pengalaman peneliti bahwa pada sampel dengan berat badan yang lebih (gemuk) sedikit menyulitkan bagi peneliti untuk menentukan titik anatomis (Processus Olecranii ulna dan Processus styloideus). Demikian pula pengaruh suku, pekerjaan maupun status perkawinan tidak dijumpai mempengaruhi tinggi badan maupun panjang lengan bawah, sehingga mungkin perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Dalam lampiran tabulasi hasil analisa data yang dibuat oleh komputer untuk memudahkan analisa statistik, jelas terlihat bahwa gambaran visualisasi dengan grafik bergaris linier seimbang yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup signifikan antara panjang lengan bawah baik kanan maupun kiri pada laki-laki dan
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
perempuan dengan tinggi badan. Maka semakin panjang lengan bawah, akan diikuti dengan semakin bertambahnya tinggi badan. Dari rumus regresi yang diperoleh maka peneliti mencoba melakukan pengujian dengan beberapa rumus (formula) yang sudah ada, seperti Trotter-Glesser (1958), Antropologi Ragawi UGM dan Amri Amir (Tabel 4.1). Sebagai catatan, peneliti menggunakan jaringan yang masih terbalut sendi, otot dan kulit, sedangkan rumus/ formula yang akan dibandingkan didasarkan atas penelitian yang menggunakan tulang ulna dalam keadaan kering, sehingga perlu diperhatikan bahwa untuk memasukkan kedalam rumus/ formula yang ada sebenarnya haruslah terlebih dahulu mengurangi nilai hasil pengukuran panjang lengan bawah sebanyak 2,5-4 cm sebagai pengurangan terhadap sambungan sendi-sendi, otot dan kulit, agar terjadi relevansi dengan rumus regresi yang di perbuat oleh peneliti, dalam penelitian ini dilakukan pengurangan terhadap hasil pengukuran lengan bawah sebanyak 2,5 cm sebelum dimasukkan ke dalam rumus/ formulanya. Perbandingan dengan rumus/ formula Amri Amir yang menggunakan sampel lengan bawah
tidak dapat
diperbandingkan, oleh karena penentuan titik anatomisnya berbeda dengan yang ditentukan oleh peneliti, dimana formula Amri Amir mengukur lengan bawah dari titik processus olecrani ke ujung jari tengah pada sisi tangan yang sama sedangkan titik anatomis lengan bawah yang digunakan oleh peneliti diukur dari processus olecrani ke processus styloiteus
sehingga rumus Amri Amir yang dipergunakan
hanya rumus regresi untuk tulang ulna. Dengan pertimbangan bahwa pengurangan untuk ketebalan otot dan kulit serta persendian harus diperhitungkan. Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
Rumus yang akan diperbandingkan adalah : 1. Rumus regresi peneliti: Lengan kanan : TB = 69,729 + 3,643 (L.Kanan) – 3,305 (Jenis Kelamin) Lengan Kiri : TB = 68,868 + 3,689 (L.Kiri) – 3,099 (Jenis Kelamin) (Konstanta Jenis kelamin: Laki-laki = 1, Perempuan = 2) 2. Trotter-Glesser (1958): TB = 3,48 x (Ulna) + 77,5 ± 4,8 3. Antropologi Ragawi UGM: TB = 819 + 3,15Y (Ulna Kanan) TB = 847 + 3,05Y (Ulna Kiri) 4. Amri Amir: TB = 2,88 x (Ulna) + 91,27 (Laki-laki) TB = 2,85 x (Ulna) + 86,75 (Perempuan) Tabel 4.1 : Perbandingan Hasil Konversi Panjang Lengan Bawah Terhadap Rumus Peneliti dan Beberapa Rumus/ Formula Yang Telah Ada
Jenis Rumus Rumus peneliti Trotter Glesser Antropologi Ragawi Amri Amir Tinggi Sebenarnya
Sampel No Sampel No Sampel No. 009 (wanita) 037 (Laki-laki) 059 (Laki-laki) Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri 25,8 cm 25,8 cm 27,1 cm 26,8 cm 28,6 cm 29,0 cm 157,1
157,8
165,1
164,6
170,6
172,8
153,8 163,4
158,3 – 167,9
163,5 173,1
163,5 – 173,1
164,9 – 174,5
155,3
155,8
159,4
158,8
164,1
165,5
153,2
153,2
162,1
161,3
166,4
167,6
153,8 163,4
166,9
164,3
172,2
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
Ket
Men dekati tinggi sebe narnya
Keterangan : Panjang lengan kanan terlebih dahulu dikurangi 2,5 cm sebelum dimasukkan ke dalam
formula, sebagai penyesuaian atas subjek
penelitian yang diukur pada lengan bawah yang lengkap (berikut sendi, otot dan kulit)
Dari hasil analisa tersebut, ternyata seluruh rumus regresi/ formula yang dicobakan
menunjukkan
angka
hasil
pengukuran
yang
signifikan
untuk
memperkirakan tinggi badan yang sebenarnya, sehingga rumus regresi yang dibuat oleh peneliti, menambah perbendaharaan baru dalam hal penentuan tinggi badan berdasarkan panjang lengan bawah, terutama pada lengan bawah yang masih lengkap (masih dibungkus/ dibaluti oleh otot dan kulit). Demikian pentingnya rumus ini regresi peneliti ini, oleh karena diteliti pada sampel yang masih lengkap dan memungkinkan terjadi pada korban-korban mutilasi dengan kondisi tubuh yang masih utuh (belum menjadi tulang belulang / kerangka).
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.3.
KESIMPULAN Dari hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa dapat
ditentukan perkiraan tinggi badan seseorang berdasarkan panjang lengan bawah kanan maupun kiri berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan yaitu dengan mempergunakan rumus regresi : TB
= 69,729 + 3,643 (panjang lengan bawah kanan) – 3,305 (jenis kelamin)
TB
= 68,868 + 3,689 (panjang lengan bawah kiri) – 3,099 (jenis kelamin)
(Nilai konstanta jenis kelamin laki-laki = 1, perempuan = 2)
5.4.
SARAN 1. Kiranya dapat dilakukan penelitian terhadap beberapa panjang ruas tubuh lainnya dengan sampel yang lebih besar pula. 2. Perlu dilakukan ulasan, kajian dan penelitian agar dapat diperkirakan hubungan tinggi badan pada kelompok umur dibawah 21 tahun. 3. Perlu kiranya penelitian lebih lanjut khusus berdasarkan suku-suku yang ada di Indonesia, seperti yang dilakukan di India.
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA
1. Budiyanto A., Widiatmaka W., Atmaja D.S., dkk. Identifikasi Forensik. Dalam: Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Forensik FK-UI. Jakarta. 1999: 197-202. 2. Amir A. Identifikasi. Dalam: Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Kedua. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik FK-USU. Medan. 2005: 178-203. 3. Hamdani N. Identifikasi Mayat. Dalam: Ilmu Kedokteran Kehakiman. Edisi Kedua. P.T. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 1992: 83-88. 4. William D.J., Ansford A.J., Friday D.S. et all. Identification. In: Colour Guide Forensic Pathology. Churchill Livingstone. 2002: 13-20. 5. Nandy A. Identification of An Individual. In: Principles of Forensic Medicine. New Central Book Agency (P) Ltd. Calcutta. 1996: 47-109. 6. Franklin C.A. Postmortem Examination (Autopsy). In: Modi’s Textbook of Medical Jurisprudence and Toxicology. Twenty First Edition. N.M. Tripathi Private Limited. Bombay. 1988: 69-95. 6. Franklin C.A. Postmortem Examination (Autopsy). In: Modi’s Textbook of Medical Jurisprudence and Toxicology. Twenty First Edition. N.M. Tripathi Private Limited. Bombay. 1988: 69-95. 7. Glinka J. Antropometri dan Antroposkopi. Edisi 3. Fisip Universitas Airlangga. Surabaya. 1990: 1-77.
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
8. Glinka J., Artaria M.D., Koesbardiati T. Metode Pengukuran Manusia. Airlangga University Press. Surabaya. 2008: 1-66. 9. Krogman W.M., Iscan M.Y. Osteometry. In: The Human Skeleton In Forensic Medicine. Charles C. Thomas Publisher. Illionis. 1986: 518-532. 10. Chadha P.V. Identifikasi. Dalam: Catatan Kuliah Ilmu Forensik dan Toksikologi. Edisi V. Alih Bahasa Johan Hutauruk. Widya Medika. Jakarta. 1995: 24-45. 11. McMinn R.M.H., Hutchings R.T., Pegington J., et all. A Colour Atlas of Human Anatomy. Third Edition. Wolfe. 1993: 99-154. 12. Snell R.S. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Bagian 1. Edisi 3. Alih Bahasa Adji Dharma. EGC. Jakarta. 1997:1-55. 13. Maat G.J.R., Panhuysen R.G.A.M., Mastwijk R.W. Manual for The Physical Anthropological Report. Third Edition. Barge’s Anthopologica Leiden University Medical Centre. Leiden. 2002: 1-29. 14. Parker S. Seri Eyewitness-Kerangka. Edisi Bahasa Indonesia. Terjemahan Andreas Manalu. PT.Bentara Antar Asia. Jakarta. 1992: 1-63. 15. Palmer P.E.S., Cockshott W.P., Hegedus V., et all. Foto Tulang. Dalam: Petunjuk Membaca Foto Untuk Dokter Umum. Alih Bahasa L. Hartono. EGC. Jakarta. 1995: 85-124. 16. Byers S.N. Basics of Human Osteology and Odontology. In: Introduction to Forensic Anthropology. Third Edition. Boston. 2008: 28-59. 17. Knight B. Identification of the Living and Dead. In: Simpson’s Forensic Medicine. Eleventh Edition. Oxford University Press. New York. 1997: 32-37. Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
18. Knight B. The Establishment of Identity of Human Remains. In: Forensic Pathology. Second Edition. Oxford University Press. New York. 1996: 95-132. 19. Parikh C.K. Personal Identity, Identification in Mass Disasters. In: Textbook of Medical Jurisprudence and Toxicology. Medicolegal Centre. Bombay. 1989: 2982, 118-123. 20. Camps F.E. Identification By The Skeletal Structures. Postmortem inciced wound and mutilation. In: Gradwohl’s Legal Medicine. Third Edition. A John Wright & Sons Ltd. Publication. Chicago. 1976: 109-135,272. 21. Idries A.M. Identifikasi. Dalam: Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama. Binarupa Aksara. 1992: 31-52. 22. Wahid S.A. Identifikasi. Dalam: Patologi Forensik. Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia. Kuala Lumpur. 1993: 13-48, 56-78. 23. Ishaq M. DVI Overview: Recent Development in Indonesia. Dalam: Disaster Victim Identification Workshop. Medan. 2007. 24. Curran W.J., McGarry A.L., Petty C.S. Identification Procedures in Death Investigation. In: Modern Legal Medicine, Psychiatry, and Forensic Science. F.A. Davis Company. Philadelphia. 1980: 1206-1220. 25. Parikh C.K. Medicolegal Autopsy. In: Medicolegal Postmortem In India. Medical Publications. Bombay. 1985: 1-17. 26. Snell R.S. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Bagian 2. Edisi 3. Alih Bahasa Adji Dharma, Mulyani. EGC. Jakarta. 1998:113-270.
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
27. Haglund W.D. Sorg M.H. Forensic Taphonomy – The Postmortem Fate of Human Remains. CRC Press. Florida. 1997: 367-381, 449-456. 28. Iscan M.Y., Kennedy K.A.R. Skeletal Markers of Occupational Stress. In: Reconstruction of Life from The Skeleton. Alan R. Liss, Inc. New York. 1989: 129-160. 29. Amir A. Autopsi. Universitas Sumatera Utara Press. Medan. 2001. 30. El Najjar M.Y., McWilliams K.R. Forensic Anthropology. Charles C. Thomas Publisher. Illionis. 1978: 83-105. 31. Ludwig J. Skeletal System. In: Handbook of Autopsy Practice. Third Edition. Humana Press. New Jersey. 2002: 95-99. 32. Mestri S.C. Examination of Skeletal Remains. In: Manual of Forensic Medicine. Jaypee Brothers Medical Publishers PVT.Ltd. New Delhi. 1994: 45-48. 33. Mann G.T., Jordan T.D. Anatomy of The Extremities. In: Personal Injury Problems. Charles C. Thomas Publisher. Illinois. 1963. 86-101. 34. DiMaio V.J.M., Dana S.E. Introduction to Medicolegal Case Work. In: Handbook of Forensic Pathology. Landes Bioscience. Texas. 1998: 1-11. 35. Ubelaker D.H. Estimating Sex, Stature and Age. In: Human Skeletal Remains. Aldine Publishing Co.Inc. Illionis. 1978: 41-67. 36. Amir A. Laporan Penelitian Penentuan Tinggi Badan Dari Tulang Panjang dan Ukuran Beberapa Bagian Tubuh. FK USU. Medan. 1989: 1-13. 37. Sastroasmoro S., Ismael S. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Sagung Seto. Jakarta. 2002: 271-286. Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008
38. Budiarto E. Metodologi Penelitian Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2004: 58-69. 39. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. 2005: 2-115. 40. Pratiknya A.W. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. P.T. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2008: 164-175.
Reinhard John Devision : Penentuan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Lengan Bawah, 2009 USU Repository © 2008