Prosiding Seminar Parasitologi dan Toksikologi Veteriner, 2004
PERKEMBANGAN FASCIOLOSIS DAN PENCEGAHANNYA DI INDONESIA Kurniasih Bagian Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada Cacing hati pertama kali dilukiskan oleh Francesco Redi pada tahun 1668, diuraikan secara jelas tentang anatominya oleh Godvard Bidlo pada tahun 1698 dan diberi nama Fasciola hepatica oleh Linnaeus pada tahun 1758 (Taylor, 1965). Species yang lain, Fasciola gigantica, yang berasal dari jerapah pertama kali dilaporkan oleh Cobbold (1855), dibedakan dengan F. hepatica berdasarkan pemeriksaan morfologi meliputi bagian posterior tubuh, bentuk pundak dan system digestinya. Daur hidup F. hepatica ditemukan oleh Thomas dan Leuckart pada tahun 1881-1882. Lutz pada tahun 1892 menunjukkan bahwa hewan herbivore dapat terinfeksi oleh metaserkaria, dan Sinitsin pada tahun 1914 meneliti migrasi larva cacing dari usus ke hati (Foster, 1965). Jackson (1921) membandingkan fluke dari sapi di Afrika dan Asia dengan F. gigantica, dan mengajukan 4 species Faciola yaitu F. hepatica, F. gigantica, F. magna dan F. nyanzi. Fasciola magna yang ditemukan secara alami dari rusa di Amerika Utara juga dapat menyerang bison, kuda, sapi, domba dan kambing kemudian digolongkan sebagai jenis Fascioloides magna (Pantelouris, 1965). Dua species baru dari Amerika yaitu F. californica dan F. halli dilaporkan oleh Sinitsin (1933) berdasarkan ukuran tubuh, bentuk spina, generasi sporocyst dan hospes intermedier. Price (1953) kemudian menyanggah bahwa F. californica mirip dengan F. hepatica dan F. halli identik dengan F. gigantica. Adanya penyebaran F. gigantica ke Amerika diduga akibat import sapi Brahman dari India pada tahun 18751906. Varma (1953) melaporkan species baru, F. indica, yang mempunyai cirri antara F. hepatica dan F. gigantica. Hal ini kemudian disanggah oleh Sarwar (1957) dan Kendall and Parfitt (1959) yang menyatakan F. indica sinonim dari F. gigantica. Kendall (1954) menyatakan bahwa F. hepatica umumnya ditemukan didataran tinggi dan F. gigantica di dataran rendah Pakistan walaupun infeksi campuran dari keduanya umum terjadi. Hal yang sama terjadi juga di Iran (Sahba dkk., 1972), Turki (Guralp, 1967), Kenya dan Burma (Taylor, 1964), India (Bhalerao, 1935), Thailand (Dissmarn, 1954) dan Filipina (Manipol, 1936). Watanabe (1965) hanya menemukan F. gigantica di Jepang dan menyatakan bahwa sample fluke mirip dengan F. hepatica secara morfologi tapi juga mirip dengan F. hepatica secara ekologi. Di Indonesia, F. hepatica pertama kali dilaporkan oleh van Velzen (1891) dari kerbau, kemudian Kraneveld (1924) menemukan cacing tersebut dari sapi. Fasciola hepatica selanjutnya ditemukan juga pada hewan domestic dan hewan liar lainnya (Kraneveld and Dowes, 1940; Djaenoedin and Adiwinata, 1949; Sasmita, 1976; Rivai, 1977 dan Soenardi dkk., 1983). Mukhlis (1985) menyanggah laporan sebelumnya dan menyatakan bahwa Fasciola gigantica adalah species yang umum dijumpai di Indonesia berdasarkan identifikasi morfologi meliputi : bentuk tubuh, rangkaian spina, cabang sekum, organ reproduksi, ukuran telur dan daur hidup. Sampel yang diperiksa adalah cacing dewasa dari sapid an kerbau di Jawa, Sumatra Barat dan Utara, Sulawesi Utara, Lombok dan Sumbawa. Lymnaea rubiginosa yang banyak dijumpai di Indonesia digunakan sebagai penelitian daur hidupnya. 8
Prosiding Seminar Parasitologi dan Toksikologi Veteriner, 2004
Kurniasih (1995) telah membandingkan sample Fasciola sp. berasal dari berbagai pulau di Indonesia (Jawa, Sulawesi Selatan, Bali dan Sumatra Utara) dengan F. hepatica yang berasal dari sapi di Australia (Queensland) berdasarkan morfologi (bentuk tubuh, spina, cirrus, sucker, organ reproduksi dan caecum). Semua sampel tersebut adalah F. gigantica dan ada tiga tipe yaitu tipe 1 yang umum dijumpai berasal dari domba, kambing, sapi dan kerbau, tipe 2 hanya dari kerbau di Jawa Tengah, dan tipe 3 dari sapi Bali dan kerbau di Jawa Tengah. Sampel yang sama juga dianalisa secara molekuler (rRNA) pada daerah ITS1, 5.8S dan ITS2. Hasilnya menunjukkan adanya variasi perbedaan 13-33 base pair antara F. hepatica dan F. gigantica. Dua sequence F. gigantica dari Malaysia dan Indonesia mirip dengan sequence F. gigantica tipe 1 (tipe umum), tidak ada yang sama dengan sample Fasciola sp. berasal dari Jepang (Adlard, 1993). Sequence dari sample kerbau sangat berbeda (variasi 18-26 base pair) dengan 8 sampel yang lain. Tiga cara analisa statistic yaitu : maximum parsimony Gambar 1)dengan bootstrap resampling (500 replicates), genetic distance method (Gambar 2) dan maximum likelihood method (Gambar 3) umumnya menunjukka perbedaan dengan F. hepatica (100%) dan F. gigantica (92%). Fasciola gigantica tipe 2 dan tipe 3 sangat erat hubungannya dan membentuk klaster sendiri (95%) dibandingkan 6 sampel lainnya (tipe 1). Terutama sample yang berasal dari seekor kerbau dari Muntilan, Jawa Tengah menunjukkan variasi yang sangat besar (Kurniasih, 1995). Sampel lain juga diambil dari sapi dan kerbau di Kalimantan Selatan dan Irian Jaya. Sampel tersebut termasuk tipe 1 dan mempunyai sedikit variasi strain dengan sample lainnya (Kurniasih, 2000). Fasciolosis adalah penyakit yang banyak menimbulkan kerugian ekonomi berupa penurunan berat badan dan karkas, produksi susu, gangguan reproduksi hingga kematian. Beberapa usaha pencegahan berupa pemusnahan hospes intermedier (siput) dan rotasi penggembalaan telah dilakukan (de Yesus, 1938). Hal tersebut sangat sulit dan tidak efektif dilakukan di Indonesia karena peternak umumnya hanya memiliki sedikit hewan (1-5 ekor) dan kurangnya lahan rumput. Usaha pengobatan telah dilakukan dengan berbagai jenis obat seperti Diamphenetide (Fairweather dkk., 1986), Nitazoxanide (El Zayyat and El Ghaffar., 1997), Rafoxanide, Thiabendazol, Rafoxanide dan Diamphenetide (Okewole dkk., 200), Bithionol dan Triclabendazol (Anonim, 2002). Di Indonesia, pengobatan secara rutin hanya dilakukan oleh peternakan besar. Peternak kecil umumnya memperoleh pengobatan hanya pada saat tertentu oleh pemerintah daerah secara masal. Kondisi tersebut menyebabkan penyebaran fasciolosis semakin luas di Indonesia pada berbagai jenis ternak. Diagnosa penyakit dapat dilakukan dengan pemeriksaan telur cacing Fasciola pada tinja dan cairan empedu setelah kurang lebih 3-4 bulan post infeksi. Test serologi, fast elisa, adalah cara lain yang mempunyai sensitivitas yang tinggi hingga 95% dan dapat terdeteksi lebih dini yaitu 2 minggu post infeksi (Fagbemi and Obarisiagbon, 1990; Anonim, 2000). Isolasi dan karakterisasi cysteine protease yang disekresi oleh Fasciola muda dan dewasa berfungsi untuk degradasi extraseluler dari protein hospes disaat migrasi melalui dinding usus dan cavum peritoneal menuju hati (Rege dkk., 1989; Yamasaki dkk., 1992).
9
Prosiding Seminar Parasitologi dan Toksikologi Veteriner, 2004
Gambar 1. Cladogram dari cabang maximum parsimony (500 bootstrap replicates). Echinostoma spp. digunakan sebagai outgroup. Angka pada cabang indikasi persentase dari bootstrap replicates terhadap group taxa disebelah kanan yang dikelompokkan bersama.
10
Prosiding Seminar Parasitologi dan Toksikologi Veteriner, 2004
Gambar 2. Phylogenetic tree berdasarkan pada jarak genetic antara taxa dari Fasciola spp. secara Neighbor in Phylip. Jarak matrix dihitung dari substitusi nucleotide dengan model parameter Kimura 2. Angka pada cabang indikasi persentase dari bootstrap resampling (500 replicates) terhadap group taxa disebelah kanan yang dikelompokkan bersama.
11
Prosiding Seminar Parasitologi dan Toksikologi Veteriner, 2004
Gambar 3. Phylogenetic tree berdasarkan pada maximum likelihood antara taxa dari Fasciola spp. secara DNAml dan Consensus in Phylip. Angka pada cabang indikasi persentase dari bootstrap resampling (500 replicates) terhadap group taxa disebelah kanan yang dikelompokkan bersama.
Sebelas jenis thiol protease disekresi oleh F. hepatica muda dan dewasa dengan metode SDS-Page (Dalton dan Hefferman, 1989). Lima sequence dari F. hepatica menunjukkan kesamaan dengan cathepsin L, dan 2 sequence mirip dengan cathepsin B. Cloning dari cysteine protease cDNA (Fcp) menghasilkan Glutathion S. Transferase (GST) yang dapat menimbulkan imunorespon dari hospes atau berfungsi sebagai kandidat vaksin (Heussler & Dobbelaire, 1994). Purifikasi dari cathepsin L-like proteinase yang dihasilkan oleh dewasa F. hepatica disekresi dari vesikel epitel usus cacing telah dilakukan oleh Smith dkk. (1993); yang berfungsi untuk mencegah perlekatan eosinofel terhadap metaserkaria yang baru pecah dindingnya (Carmona dkk., 1993). Glutathion S. Transferase dari F. hepatica yang mempunyai protein GST homolog dari Schistosoma mansoni dan S. japonicum menyebabkan penurunan jumlah cacing di jaringan (Mitchell, 1988; Muro dkk., 1993). Perkembangan dan aplikasi tes kit, sandwich Elisa, untuk mendiagnosa terhadap F. gigantica pada sapi dengan cara mendeteksi adanya cathepsin L antigen telah diteliti dan dilaporkan oleh Estuningsih dkk. pada tahun 2003. Penelitian tentang efektivitas beberapa molekul kandidat vaksin F. hepatica seperti antigen 12
Prosiding Seminar Parasitologi dan Toksikologi Veteriner, 2004
F. hepatica (Fh 12), antigen homolog (Glutathion S. Transferase) dan antigen esensial (Cathepsin protease) juga telah dilakukan sejak tahun 1995 oleh Spithill dkk. terhadap infeksi F. gigantica, keduanya di Balitvet, Bogor. Kesimpulan Fasciolosis di Indonesia secara umum disebabkan oleh Fasciola gigantica. Strain variasi dari F. gigantica sangat besar berdasarkan pemeriksaan morfologi dan molekuler sehingga akan mempengaruhi usaha pencegahan yang akan dilakukan. Usaha pengembangan kit diagnosa yang cepat dan sensitive dapat mendeteksi infeksi F. gigantica secara dini diperlukan untuk tindakan pencegahan. Vaksinasi baik berupa pemberian antigen proteksi silang, antigen homolog, antigen esensial atau recombinant DNA terhadap F. gigantica diperlukan di Indonesia untuk mengurangi penyebaran fasciolosis. DAFTAR PUSTAKA Adlard,R.A., S.C., Barker, D.Blair, and T.H. Cribb, 1993. Comparison of the second internal transcribed spacer (ribosomal DNA) from populations and species of Fasciolidae (Digenea). International J. for Parasitology, 23:423-425. Anonim,
2002. Fascioliasis. http://www.stanford.edu/class/humbio ParaSites/fascioliasis/-WRL002 7.tmp
103/parasitespages/
Bhalerao,G.D. 1935. Helminth parasites of the domesticated animals in India. Science Monogram Council Agriculture Research India, 6: 365. Carmona, C., A.J. Dowd., A.M. Smith., J.P. Dalton., 1993. Cathepsin L-proteinase secreted by Fasciola hepatica in vitro prevents antibody-mediated eosinophil attachment to newly excysted juveniles. Molecular and Biochemical Parasitology, 62:9-18. Cobbold, T.S. 1855. Description of a new species of trematode worm (Fasciola gigantica)., Journal of New Philadelphia Edinburgh, 2:262-267. Dalton,J.P. & Heffernan, M. 1989. Thiol proteses released in vitro by Fasciola hepatica. Molecular and Biochemical Parasitology, 35:161-165. De Boer,E. 1950. Frequentie van voorkomen van enige bekende parasieten bij de karbow. Hemera Zoa, 57 :310. Disshmarn, R. 1954. La douve de foie, du boeuf et du buffle en Thailand. Bulletin of International Epizoonosis, 43:435-438. Djaenoedin,R. dan R.T. Adiwinata, 1949. Enkele parasitologische bevindingen in de bezettingstijd. Hemera Zoa, 56: 117-121. El Zayatt,E.A. and T.Y.A. El Ghaffar, 1997. Effect of Nitaxozanide (Fental) on Fasciola gigantica infection in rabbit. Egypt Journal Medicine Science. 18: 349-365 13
Prosiding Seminar Parasitologi dan Toksikologi Veteriner, 2004
Fairweather,I., H.R. Anderson, L.T. Threadgold. 1986. Fasciola hepatica : tegumental changes induced in Vitro by the deacetylated (Amine) metabolite of Diamphenethide. Experimental Parasitology, 62:336-348. Fagbemi, B.O. and I.O. Obarisiagbon, 1990. Comparative evaluation of the enzyme-linked immunosorbent assay (Elisa) in the diagnosis of natural Fasciola gigantica infection in cattle. The Veterinary Quarterly, 12:35-38. Foster, W.D. 1965. A history of Parasitology. E&S Livingstone Ltd. London. p. 52-57. Guralp, N. 1967. The present situation of Fasciola gigantica infection in Turkey. Second International liver fluke collaboration. Wageningen. Heussler,V.T. and D.A.E. Dobbelaere. 1994. Cloning of protease gene family of Fasciola Hepatica by the polymerase chain reaction. Molecular and Biochemical Parasitology, 64:11-24. Jackson, H.G. 1921 A revision of the genus Fasciola with particular references to F. gigantica (Cobbold) and F. nyanzae (Leiper). Parasitology, 13:48-56. Kendall, S.B. 1954. Fascioliasis in Pakistan. Annals of Tropical Medicine and Parasitology, 48:307-313. Kendall, S.B. and J.W. Parfitt. 1959. Studies on the susceptibility of some species of Lymnaea to infection with Fasciola gigantica and F. hepatica. Annals of Tropical Medicine and Parasitology, 53:220227. Kraneveld, F.C. 1924. Bijdrage tot de therapie der distomatosis in Nederland Indie. Nederlandsch Indische Bladen voor Diergeneeskunde en Dierenteelt, 36:3-64. Kraneveld, F.C. and J.B. Douwes, 1940. Aanvullende lijst van voor Nederlands Indie nieuwe parasitaire wormen bij zoogdieren en vogels. Nederlandsch Indische Bladen voor Diergeneeskunde en Dierenteelt, 52:178-180. Kurniasih. 1995. Classical and molecular taxonomy of trematode parasites (Gastrothylacidae and Fasciolidae) of Indonesian domestic animals. PhD. Thesis. Post Graduates Department, The University of Queensland, Australia. Kurniasih. 2000. Genotype molekuler dari subspecies Fasciola gigantica di Indonesia Dan hubungannya dengan virulensi parasit. Proyek RUT VI. Manipol, F.S. 1936. The molluscan host of Fasciola gigantica. Philippine Natural and Applied Science Bulletin, 5:335-362. Mitchell, G.F. 1988. Parasitology Today, 5:34. Mukhlis, A. 1985. Identitas cacing hati (Fasciola sp.) dan daur hidupnya di Indonesia. PhD. Thesis. Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor, Indonesia. 124 pp. Muro, A., J.R.R., Medina, and G.V. Hillyer,. 1993. Sequence analysis of a Fasciola hepatica glutathione S.transferase cDNA clone. American Journal Tropical MedicineHygiene, 48:457-463.
14
Prosiding Seminar Parasitologi dan Toksikologi Veteriner, 2004
Okewole, E.A., G.A.T. Ogundipe, and A.O. Olaniyan. 2000. Clinical evaluation of three chemoprophylactic regimes against ovine helminthosis in a Fasciola-endemic farm in Ibadan, Nigeria. Israel Journal of Veterinary Medicine, 56:1-12. Pantelouris, E.M. 1965. The common liver fluke Fasciola hepatica L. Pergamon Press. Oxford. 259 pp. Price, E.W. 1953. The fluke situation in American ruminants. Journal of Parasitology, 34:119-134. Rivai, N. 1977. Losses caused by Fasciola gigantica in infected cattle and buffaloes slaughtered at padang Panjang Abbatoir. Abstract in Veterinary Parasitology, 1979, 5:81. Rege, A.A., P.R. Herrera, M. Lopez, and M.H. Dresden, 1989. Isolation and characterization of cysteine proteinase from Fasciola hepatica adult worms. Molecular and Biochemical Parasitology, 35:8996. Sahba, G.H., F. Arfaa, I. Farahmandian and Jalali, H. 1972. Animal fascioliasis in Khuzestan, Southwestern Iran. Journal of Parasitology, 58:712-716. Sarwar, M.M. 1957. Fasciola indica Varma, a synonym of Fasciola gigantica Cobbold. Biologica, 175. Sasmita, R. 1976. Penelitian jenis-jenis cacing saluran pencernaan pada sapi perah dan sapi Surabaya. Universitas Airlangga, Surabaya. 35 pp. Sinitsin, D.F. 1933. Studien uber die phylogenie der trematoden. VI. The life histories of some liver flukes. Zeitschrift fur Parasitenkunde, 6:170-191.
3:168-
potong
di
American
Smith, A.M., A.J. Dowd, S. McGonigle, P.S. Keegan, G. Brennan, A. Trudgett, and J.P. Dalton, Purification of a cathepsin L-like secreted by adult Fasciola hepatica. Molecular and Biochemical Parasitology, 62:1-8. Soemardi, A.W. and Rubino. 1977. Distribution of Fasciola hepatica in cattle and buffalo in Timor. Abstract in Veterinary Parasitology, 1979, 5:81. Soenardi, M., S. Pakpahan, dan A. Herijanto. 1983. Peta beberapa penyakit hewan di Propinsi Sumatera Barat, Jambi dan Riau. Hemera zoa, 71:161-190. Taylor, E.L. 1964. Fascioliasis and the liver fluke. FAO Agricultural Studies, Food and Agriculture Organization of the University Nation. Rome. 234 pp. Van Velzen, F.A. 1891. Bijdrage tot de leer der distomatose. Veeartsenijkunde bladen voor Nederlandsch Indie, 5:10-22. Varma, A.K. 1953. On a new species Fasciola indica with observation of Fasciola hepatica and Fasciola gigantica. Journal of Helminthology, 27:185-198. Watanabe, S. 1965. A revision of genus Fasciola in Japan, with particular reference to Fasciola hepatica and F. gigantica. Progress of Medical Parasitology in Japan, 2:360-379. Yamasaki, H., E. Kominami and T. Aoki. 1992 Immunocytochemical localization of a cysteine protease in adult worms of the liver fluke Fasciola sp. Parasitology Research, 78:574-580.
15