Perjanjian Hudaibiyah
Oleh: Farid Nu’man
Selintas dan Latar Belakang Peristiwa -Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para sahabat hendak mengunjungi Baitullah dalam rangka haji. -Pihak Kafir Quraisy menghalangi semua akses menuju Mekkah. -Saat itu terjadi pada bulan Zulqa’dah, salah satu bulan haram (asyhurul hurum) yang dilarang untuk berperang. -Saat itu masjidil haram adalah tanah suci, dan siapa saja yg ingin beribadah di dalamnya maesti dijaga kehormatannya, apalagi ketika bulan haram. -Tetapi Quraisy tidak bersikap demikian terhadap kaum muslimin, mereka melarangnya. -Terjadilah saling konfirmasi di antara mereka untuk memastikan tujuan kedatangan kaum muslimin.
-Kaum muslimin berhenti di Hudaibiyah atas petunjuk Al Qashwa (Unta Rasulullah). -Kafir Quraisy mengutus Budail bin Warqa’ untuk menanyakan tujuan kedatangan ke Mekkah. Setelah mengetahui bahwa kaum muslimin hanya ingin haji, Budail merasa senang dan melaporkan ke kaumnya. -Tetapi Budail justru dituduh berkhianat oleh Quraisy, lalu mereka mengutus orang lain bernama Hulais untuk mencari info sebenarnya. -Sesampainya Hulais di Hudaibiyah, dia pun melihat sendiri pakaian ihram dan 70 ekor ternak yang membuatnya yakin dan terharu, bahwa kaum muslimin benar-benar ingin ibadah. -Kafir Quraisy pun marah kepada Hulais, namun Hulais membalas kemarahan Quraisy bahwa hubungan Qurasiy dgn dirinya bukan untuk mencegah manusia untuk ibadah, akhirnya Qurasiy minta maaf. - Quraisy masih belum puas, mereka mengutus Urwah bin Mas’ud Ats Tsaqafi, tetapi Urwah pun mendapat jawaban yang sama.
-Quraisy diam-diam mengutus mata-mata ke Hudaibiyah pada malam hari sebanyak 40 sampai 50 orang, mereka melempari kemah-kemah kaum muslimin dengan batu, tapi kaum muslimin berhasil melawan dan menangkap mereka. Lalu mereka dibebaskan. Ini menunjukkan bahwa memang mereka ingin ibadah bukan untuk perang …… -Akhirnya, kaum muslimin mengutus Utsman bin Affan untuk menegaskan hal itu. Lama Utsman tidak pulang-pulang, hingga dikhawatiri Utsman dikhianati dan dibunuh. Maka kaum muslimin berkumpul dan membai’at nabi di bawah pohon (bai’atur ridhwan), berjanji berjuang bersama nabi sampai mati.
# $ %# &'()* !" :'%9 :+ %# $ ,-%.%/0 $ ,1 % %213)4 %56 %7#% $ ,-889
"Allah sudah rela sekali terhadap orang-orang beriman tatkala mereka berikrar kepadamu di bawah pohon. Tuhan telah mengetahui isi hati mereka, lalu di turunkanNya kepada mereka rasa ketenangan dan memberi balasan kemenangan kepada mereka dalam waktu dekat ini.“ (QS. Al Fath: 18) Ternyata Utsman pulang dengan selamat …………
Perjanjian pun tiba ……… Akhirnya Quraisy mau mengakui bahwa kedatangan kaum muslimin adalah untuk damai dan menjalankan haji. Tetapi mereka masih saja memberikan ruang sangat sempit yang tujuan akhirnya sama, yaitu menggagalkan kaum muslimin untuk ke masjidil haram dan ka’bah. Qurasiy mengutus Suhail bin Amr ke Hudaibiyah sebagai juru bicara , sedangkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menugaskan Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu sebagai jubir kaum muslimin. Terjadilah perjanjian Hudaibiyah pada Zulqa’dah tahun 6 Hijriyah, bertepatan bulan Maret 628M. Suhail bin Amr adalah jubir yang tidak kenal kompromi dan sangat ketat, membuat kaum muslimin emosi, namun Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam justru mengalah kepada Suhail dan menenangkan para sahabatnya.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sangat sabar menghadapi Suhail. Ia memanggil Ali Radhiallahu ‘Anhu dan katanya: "Tulis: Bismillahir-Rahmanir-Rahim (Dengan nama Allah, Pengasih dan Penyayang)." "Stop!" kata Suhail. "Nama Rahman dan Rahim ini tidak saya kenal. Tapi tulislah: Bismikallahuma (Atas namaMu ya Allah)." Kata Rasulullah pula: "Tulislah: Atas namaMu ya Allah." Lalu sambungnya lagi: "Tulis: Inilah yang sudah disetujui oleh Muhammad Rasulullah dan Suhail bin 'Amr." "Stop," sela Suhail lagi. "Kalau saya sudah mengakui engkau Rasulullah, tentu saya tidak memerangimu. Tapi tulislah namamu dan nama bapamu." Lalu kata Rasulullah pula: "Tulis: Inilah yang sudah disetujui oleh Muhammad bin Abdillah." Isi perjanjiannya: 1. Kedua belah pihak mengadakan gencatan senjata selama sepuluh tahun - menurut pendapat sebagian besar penulis sejarah Nabi - atau dua tahun menurut al-Waqidi. 2. Bahwa barangsiapa dari golongan Quraisy menyeberang kepada Rasulullah tanpa seijin walinya, harus dikembalikan kepada mereka. 3. Barangsiapa dari pengikut Rasulullah menyeberang kepada Quraisy, tidak akan dikembalikan. 4. Barangsiapa dari masyarakat Arab yang senang mengadakan persekutuan dengan Rasulullah diperbolehkan, dan barangsiapa yang senang mengadakan persekutuan dengan Quraisy juga diperbolehkan. 5. Nabi dan sahabat-sahabatnya harus kembali meninggalkan Mekah, dengan ketentuan akan kembali pada tahun berikutnya; mereka dapat memasuki kota dan tinggal selama tiga hari di Mekah dan senjata yang dapat mereka bawa hanya pedang tersarung dan tidak dibenarkan membawa senjata lain.
Kegalauan Umar Radhiallahu ‘Anhu Sampai pada akhir perundingan itu Umar bin Al Khattab pergi menemui Abu Bakr dan terjadi percakapan berikut ini: Umar: "Abu Bakr, bukankah dia Rasulullah?" Abu Bakr: "Ya, memang!" Umar: "Bukankah kita ini Muslimin?" Abu Bakr: "Ya, memang!" Umar: "Kenapa kita mau direndahkan dalam soal agama kita?" Abu Bakr: "Umar, duduklah di tempatmu. Aku bersaksi, bahwa dia Rasulullah." Setelah itu Umar kembali menemui Rasuluallah. Diulangnya pembicaraan itu kepada Muhammad dengan perasaan geram dan kesal. Tetapi hal ini tidak mengubah kesabaran dan keteguhan hati Nabi. Paling banyak yang dikatakannya pada akhir pembicaraannya dengan Umar itu ialah: "Saya hamba Allah dan RasulNya. Saya takkan melanggar perintahNya, dan Dia tidak akan menyesatkan saya."
Kemenangan Hudaibiyah Mereka tinggal di Hudaibiya selama beberapa hari lagi. Ada mereka yang bertanya-tanya tentang hikmah perjanjian yang dibuat oleh Nabi itu; ada pula yang dalam hati kecilnya masih menyangsikan adanya hikmah demikian itu. Akhirnya mereka berangkat pulang. Sementara mereka di tengah perjalanan antara Mekah dengan Medinah tiba-tiba turun wahyu kepada Nabi dengan Surah Al-Fath. Firman Allah Ta’ala itupun oleh Nabi kemudian dibacakannya kepada sahabatsahabat: "Kami telah memberikan kepadamu suatu kemenangan yang nyata; supaya Tuhan mengampuni kesalahanmu yang sudah lalu dan yang akan datang, dan Tuhan akan mencukupkan karuniaNya kepadamu serta membimbing engkau ke jalan yang lurus." (QS. Al Fath : 1-2) Dan seterusnya sampai pada akhir Surah.
Tidak sangsi lagi kalau begitu bahwa Perjanjian Hudaibiyah ini adalah suatu kemenangan yang nyata. Dan memang demikianlah adanya. Sejarahpun mencatat, bahwa isi perjanjian ini adalah suatu hasil politik yang bijaksana dan pandangan yang jauh, yang besar sekali pengaruhnya terhadap masa depan Islam dan masa depan orang-orang Arab itu semua. Ini adalah yang pertama kali pihak Quraisy mengakui Rasulullah, bukan sebagai pemberontak terhadap mereka, melainkan sebagai orang yang tegak sama tinggi duduk sama rendah. Dan sekaligus mengakui pula berdirinya dan adanya kedaulatan Islam itu. Kemudian juga suatu pengakuan bahwa Muslimin pun berhak berziarah ke Ka'bah serta melakukan upacaraupacara ibadah haji; suatu pengakuan pula dari mereka, bahwa Islam adalah agama yang sah diakui sebagai salah satu agama di jazirah itu. Selanjutnya gencatan senjata yang selama dua tahun atau sepuluh tahun membuat pihak Muslimin merasa lebih aman dari jurusan selatan tidak kuatir akan mendapat serangan Quraisy, yang juga berarti membuka jalan buat Islam untuk lebih tersebar lagi. Bukankah orang-orang Quraisy yang merupakan musuh Islam paling gigih dan lawan berperang yang paling keras itu sekarang sudah tunduk, sedang sebelum itu mereka samasekali tidak pernah akan mau tunduk?
Kenyataannya setelah persetujuan peletakan senjata itu Islam memang tersebar luas, berlipat ganda lebih cepat daripada sebelumnya. Jumlah mereka yang datang ke Hudaibiyah ketika itu sebanyak 1400 orang. Tetapi dua tahun kemudian, tatkala Rasulullah hendak membuka Mekah jumlah mereka yang datang sudah sepuluh ribu orang. Mereka yang masih menyangsikan hikmah perjanjian Hudaibiya ini, yang sangat keberatan ialah adanya sebuah klausul dalam perjanjian itu yang menyebutkan, bahwa barangsiapa dari golongan Quraisy menyeberang kepada Muhammad tanpa seijin walinya, harus dikembalikan kepada mereka, dan barangsiapa dari pengikut Rasulullah menyeberang kepada Quraisy tidak akan dikembalikan kepada Rasuluillah. Tanggapan Rasulullah dalam hal ini ialah apabila ada orang yang murtad dari Islam dan minta perlindungan Quraisy, orang semacam ini tidak perlu lagi kembali kepada jamaah Muslimin, dan siapa-siapa yang masuk Islam dan berusaha menggabungkan diri dengan Rasulullah mudah-mudahan Allah Ta’ala akan membukakan jalan keluar.
Beberapa I’tibar penting dari peristiwa Hudaibiyah 1. Sejak awal dakwah Islam, tak akan pernah ada perjuangan tanpa penentangan, baik dari luar maupun dari dalam. 2. Kebenaran risalah kenabian Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
Rasulullah
3. Tuntutan untuk tetap taat kepada Rasulullah dalam keadaan suka dan duka 4. Allah Ta’ala akan senantiasa memberikan kemenangan bagi hamba-hambaNya yang mukmin, cepat atau lambat, selama bersabar dan tetap di atas kebenaran. 5. Kemenangan dalam perjuangan tidaklah diperoleh dengan cara santai dan manismanis, tapi biasanya didahului kepahitan dan kesulitan