Oleh: Farid Nu’man Hasan 1. Untuk Syaikh Hasan Al Banna ….. Pertama: Syaikh Al Albani memuji Syaikh Hasan Al Banna dan Menyebutkan Keutamaannya Bagi Pemuda Islam Berkata Syaikh Al Albani Rahimahullah: “Dahulu saya memiliki (ucapan tidak jelas) Al Kitabiyah At Tahririyah, bersama Al Ustadz Asy Syaikh Hasan Al Banna Rahimahullah barangkali sebagian kalian – sebagian hadirin diantara kalian- ingat ketika majalah Al Ikhwan Al Muslimun terbit di Kairo, yang diterbitkan oleh penerbitan Jamaah Al Ikhwan Al Muslimin. Saat itu Al Ustadz Sayyid Sabiq pertama kali menyebarkan artikelnya tentang Fiqhus Sunnah, setelah itu artikel ini menjadi tulisan yang bermanfaat bagi kaum muslimin dengan mengambil metode dalam Fiqih Islam, sesuai metode Al Quran dan As Sunnah. Artikel ini pada akhirnya menjadi kitab Fiqhus Sunnah yang dikarang Sayyid Sabiq, saya pun mulai menela‟ahnya, yakni ketika dia terkumpul menjadi buku. Saya memulai memberikan beberapa catatan, lalu saya menulisnya di Majalah, saya meminta mereka untuk menyebarkan dan memperbanyaknya, bukan hanya ini, bahkan sampai kepada saya tulisan yang memotivasi dari Syaikh Hasan Al Banna Rahimahullah, tetapi betapa saya sangat menyesali bahwa tulisan tersebut hilang, saya tidak tahu kemana sisanya …. Kemudian kita selalu berbicara tentang Hasan Al Banna Rahimahullah, maka saya katakan kepada saudara-saudaraku, saudara-saudara salafiyin, di depan semua kaum muslimin: seandainya Syaikh Hasan Al Banna –rahimahullah- tidak memiliki jasa dan keutamaan terhadap para pemuda muslim selain bahwa beliau menjadi sebab yang mengeluarkan mereka dari tempat-tempat hiburan, bioskop dan kafe-kafe yang melalaikan, lalu mengumpulkan dan mengajak mereka di atas dakwah yang satu, yakni dakwah Islam, -seandainya beliau tidak memiliki lagi keutamaan kecuali hanya perkara ini-, maka ia sudah cukup sebagai satu keutamaan dan kemuliaan. Ini saya katakan bersumber dari sebuah keyakinan, dan bukan untuk mencari muka dan tidak pula sekedar basa-basi". (Lihat Mudzakarah Al Watsaiq Al Jaliyyah, Hal. 50) Teks Asli:
ٍٗزوش فض٠ٚ ؽغٓ اٌجٕبٍٝ ػٟضٕـ٠ ٟٔاألٌجب ٍُ اٌؾجبة اٌّغٍٝػ : سؽّٗ هللأٟخ األٌجب١لبي اٌؾ
ٓخ ؽغ١ ِغ األعزبر اٌؾ، خ٠ش٠خ اٌزـؾش١اضؾخ ] اٌىزبثٚ ش١ ثؼض [ وٍّخ غٌٟ وبٔذٚ ّٕب وبٔذ ِغٍخ اٌجٕب١زوش أٔٗ ؽ٠ - ُٓ ِٕى٠ ثؼض اٌؾبضش- ٌُؼً ثؼضىٚ سؽّٗ هللا ٟ اٌزٟ٘ٚ ، اٌمب٘شحْٟ ) رقذس فٍّٛاْ اٌّغٛاْ ( اإلخٛرقذس طجؼب ً ػٓ عّبػخ اإلخ ،ٓ١ٍّ ٘زٖ اٌّمبالد اٌّغ، فمٗ اٌغّٕخٟٕؾش ِمبالد ٌٗ ف٠ ذ عبثك ثذأ١وبْ األعزبر ع أفجؾذٟ اٌفمٗ اٌزٟش ف١غٕب ِٓ اٌغٙٔ ْٕٛزج٠ ٓ٠ْ اٌزٍّٛٗ اٌّغ١ٕزفغ ف٠ ً ثؼذ رٌه وزبثب ِٟ اإلعال. اٌغٕخٚ اٌىزبةٍٝػ ،ذ عبثك١ّب ثؼذ وزبة ( فمٗ اٌغٕخ ) ٌغ١ فبسد فٟ٘زٖ اٌّمبالد اٌز ٟوٕذُ ثذأد ف ، ثؼض اٌّالؽظبدٌٟ ثذدٚ ، اٌىزبةٟ ٌ ّّب رُغّغ فٟ٘ٚ ،بٙ١ٍ االطالع ػٌٝفىزجذُ ئ ظ ٘زا فمظ ؛١ٌٚ ،اٍٛ٘ب فزفضٕٚؾش٠ ُْ إِٔٙ ُطٍجذٚ ،ثً اٌّغٍخ ٘زٖ اٌّالؽظبد عف أْ ٘زا اٌـىزبة َ وُ أٔب آٚ ، خ ؽغٓ اٌجٕب سؽّٗ هللا١غ ِٓ اٌؾ١ وزبة رؾغٟٔعبء ..ٟٓ ثم٠ أٞال أدسٚ ِٟٕ ضبع أبٛ ئخ، ٟٔاٛي أِبَ ئخٛ فأل- سؽّٗ هللا- صُ ٔـؾٓ دائّب ً ٔزـؾذس ثبٌٕغجخ ٌؾغٓ اٌجٕب خ١ىٓ ٌٍؾ٠ ٌُ ٌٛ :يٛ أل، ٓ١ٍّغ اٌّغ١ّأِبَ عٚ ،ٓ١١ ِٓ اٌغٍف- سؽّٗ هللا- ؽغٓ اٌجٕب ٟ فٟ٘س اٌّالُٚ ِٓ دٙ أٔٗ أخشعٜٛ اٌؾجبة اٌّغٍُ عٍٝ اٌفضً ػٛٔـؾٚ ّٕبد١اٌغ ٓى٠ ٌُ ٌٛ ، َح اإلعالٛ دػٟ٘ٚ أال،اؽذحٚ حٛ دػٍُٝ ػٙعّؼٚ ٍُّٙوزٚ ،ٟ٘اٌّمبٚ رٌه ٓ١ٕ٘ال ِذاٚ ،ٓ١ ال ِشائ، ٓ٠ٌٗ ِؼزمذٛ٘زا ٔم..ًؽشفبٚ ًٌٗ ِٓ اٌفضً ئال ٘زا ٌىفبٖ فضال. Kedua: Berkata Syaikh Abdullah bin Al Jibrin Rahimahullah: “Ada kaum yang sibuk terhadap sebagian orang yang sudah wafat semisal Sayyid Quthb dan Hasan Al Banna. Yang wajib adalah mengoreksi kesalahan mereka (Al Banna dan Sayyid) dan memperingatkan darinya, ada pun kebaikannya maka janganlah ditutuptutupi, dan janganlah mencela mereka karena kesalahan-kesalahan itu atau ketergelincirannya, karena mereka memiliki banyak kebaikan ….. Jika mereka (kaum itu) hanya menyebutkan kejelekan dan melupakan kebaikannya, maka benarlah apa yang dikatakan oleh penyair: Melupakan kebaikan adalah kesombongan yang memberatkan Namun dia tidak lupa dengan kejelekan walau sebesar atom Maka, wajib memurnikan kesalahan mereka dan memperingatkan darinya, dan ilmu-ilmu mereka yang lainnya dapat diambil faidahnya …” (Lihat Mudzakarah Al Watsaiq Al Jaliyyah, Hal. 51) (Syaikh Ibnu Al Jibrin termasuk yang memberikan pembelaan terhadap Syaikh Al Banna dan Sayyid Quthb beberapa kali)
Teks Asli:
: ٓ ؽفظٗ هللا٠خ اثٓ عجش١لبي اٌؾ ؽغٓ اٌجٕبٚ ،ذ لطت١ ع:ً ِض،ادِٛا ثجؼض األٍَٛ اؽزغٛ( ٕ٘بن ل. ِّ ّ ُ٠ ُٙٔاعت أٌٛا َمذػ٠ الٚ ،٘بٕٛذف٠ ُ فالٙأِب ؽغٕبرٚ ،بِٕٙ ْٚـؾزس٠ٚ ُْ٘ أخطبءٍٛخق ًُ ألعٙ١ ف..ُ ؽغٕبدٌٙ ْ أل، رٍه اٌضالدٚرٍه األخطبء أ ي اٌؾبػشُٛ لٙ١ٍْ اٌؾغٕبد؛ فذق ػٕٛغ٠ٚ ،ئبد١ْ اٌغٚزوش٠ اٛٔئرا وب: رسح ِّٓ أعبءٕٝغ٠ ظ١ٌٚ ....ًداً ؽبِخبٛف طٚ ِٓ اٌّؼشٕٝغ٠ َّ َّ ـغت أ ْ ر١ُ ) فِٕٙ ُغزفبد٠ ٍُِٙٛػ خ١ثمٚ ،بِٕٙ ـؾزس٠ ْأٚ ،ٍُخـ األخطبء Ketiga: Pendapat Al ‘Allamah Abdullah bin Qu’ud Tentang Syaikh Al Banna dan Al Ikhwan Berkata Syaikh Abdullah bin Qu’ud Hafizhahullah (anggota Lajnah Daimah di Kerajan Saudi Arabia): “Bagi saya, sesungguhnya Al Banna Rahimahullah Ta‟ala telah menjalankan tugasnya, saya harap semoga Allah mengampuninya dan melipatgandakan pahala baginya. Pada kenyataannya, dialah yang menggerakan dakwah di Mesir dan menyebarkannya ke luar Mesir di atas sesuatu yang masih ada kekurangan, tetapi dia telah mendahului. Dia telah mendahului dalam mentarbiyah para pemuda dan dalam menggerakan para pemuda. Manusia, Rabb kita telah memuliakan mereka lebih banyak dari sebelumnya. Lalu pemuda sekarang menjadi pemuda sunah yang lebih banyak daripada sebelumnya, dan pemuda yang memiliki komitmen lebih banyak daripada sebelumnya, dan kebaikan pada mereka lebih banyak daripada permulaan masa (Al Ikhwan), tanpa diragukan lagi. Tapi mereka (Al Ikhwan) memulai pada saat hampir belum ada apa-apa, maka janganlah manusia melupakan keutamaan yang mereka miliki …” sumber: kaset Washaya Lid Du’ah, Juz. 2. (Mudzakarah Al Watsaiq Al Jaliyah, Hal. 53) Teks Asli:
د سؽّٗ هللاٛ اٌؼالِخ اثٓ لؼٞسأ ؽغٓ اٌجٕبٟف : د سؽّٗ هللاٛلبي اٌؼالِخ ػجذ هللا ثٓ لؼ ، ٖضبػف أعش٠ ْأٚ ٌٗ غفش٠ ْ هللا أٛس أسعٚ لبَ ثذٌٝ أْ اٌجٕب سؽّٗ هللا رؼبٞأٔب ػٕذٚ ِٓ ٗ١ ِب ٌٗ فٍٝش ِقش ػ١ غٌٝأزؾشد ِٕٗ ئٚ ِقشٟح فٛمخ أٔٗ ؽ َّشن اٌذػ١اٌؾمٚ . ه اٌؾجبة٠ رـؾشٟفٚ خ اٌؾجبة١ رشثٟ ٌٗ اٌغجك ف، ٔمـ ٌىٓ ٌٗ اٌغجك
ٞا ؽجبة عٕخ أوضش ِٓ رْٛ أفجؾ٢ا فبٌؾجبة اُٛٔ أوضش ِّب وبِٙإٌبط ئرا سثٕب أوشٚ ) ْاٛبد ( اإلخ٠ ثذاُٟ أوضش ِّب وبْ فٙ١ش ف١اٌخٚ ً لجٞؽجبة اٌزضاَ أوضش ِٓ رٚ ًلج . ٍُٙ ٌٍٕبط فضٕٝغ٠ فال، ءْٟ ال ؽٛلذ رىبد رىٚ ٟا فٚثال ؽه ٌىٓ ٕ٘بن ثذؤ ٓخ اٌؼالِخ ػجذ هللا ث١ ) ٌٍؾٟٔب ٌٍذػبح – اٌغضء اٌضب٠فبٚ ( ظ٠ ؽش: اٌّشعغ د سؽّٗ هللاٛاثٓ لؼ ٓؽغ 2. Untuk Syaikh Sayyid Quthb Rahimahullah …….. Pertama: Saya tidak membaca tafsir Sayyid Quthb (Fi Zhilail Quran) tetapi saya pernah membaca sesuatu darinya, sebuah tafsir yang agung dan bermanfaat namun tidak lepas dari kesalahan (Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz Rahimahullah) Pertanyaan: “Wahai Syaikh, saya adalah seorang penuntut ilmu, saya ingin agar Anda berkomentar tentang tafsir Sayyid Quthb, dari sisi aqidah khususnya surat Al Ikhlas dan Al Mujadilah, dan ayat: “maa yakuunu min najwaa tsalaatsatin …., dan seterusnya? Samahatusy Syaikh menjawab: Saya tidak membaca tafsir Sayyid Quthb, ketika saya membaca sesuatu darinya, tafsir ini begitu agung dan bermanfaat, namun tidak lepas dari salah dan kekeliruan. Tetapi saat ini saya tidak akan mengomentari sesuatu yang Anda tanyakan ….. hal itu membutuhkan muraja’ah (penelaahan), maka untuk saudara penanya kembali lagi ke saya – Insya Allah- dua atau tiga hari lagi, semoga bisa memberi manfaat kepada Anda … (Mudzakarah Al Watsaiq Al Jaliyyah, Hal. 40) Teks Asli:
)ْ ظالي اٌمشآٟذ لطت (ف١ش ع١ِب لشأد رفغ ذ١ِفٚ ُ١ش ػظ١اٌزفغٚ ، ِٕٗ ئب١ٌىٓ لشأد ؽ ِٓ أخطبءٍٛخ٠ ٌىٓ ال ض ثٓ ثبص٠خ ػجذ اٌؼض١اٌؾ خ١ذ لطت ِٓ ٔبؽ١ش ع١ رفغٟالً ِٓ عّبؽزىُ فٛذ ل٠أسٚ ،ٍُخ أٔب طبٌت ػ١ب ؽ٠ :اٌغإاي ِٓ ْٛى٠ ( ِب:ٌٌٝٗ رؼبٛخ ل٠آٚ ،سح اٌّغبدٌخٛعٚ ،سح اإلخالؿٛخبفخ عٚ ، ذح١اٌؼم ؟.. ٖ آخشٌٝ ئ، )... صالصخٜٛٔــغ : ض ثٓ ثبص سؽّٗ هللا٠خ ػجذ اٌؼض١ عّبؽخ اٌؾ: فأعبة
. ِٕٗ ً ئب١ّٕب لشأد ؽ١ ث،ذ لطت١ش ع١ِب لشأد رفغ ْ٢ ال أروش اٌٟٕىٚ ، ِٓ أغالطٚ ِٓ أخطبءٍٛخ٠ ٌىٕٗ الٚ ، ذ١ِفٚ ُ١ش ػظ١اٌزفغٚ ٕٗزؼٍك ثّب عأٌذَ ػ٠ ً ئب١ؽ.. .. ِشاعؼخٌٝـؾزبط ئ٠ ذن١ ٔفٝ صالصخ ؽزٚٓ أ١ِٛ٠ ثؼذ- ئْ ؽبء هللا-ٟٕفبٌغبئً ساعؼ ض ثٓ ثبص سؽّٗ هللا٠اإلِبَ ػجذ اٌؼض Kedua:
Apa Pendapat Anda Tentang Kitab Fi Zhilalil Quran? Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin Rahimahullah Al Mustafti (peminta fatwa/penanya) bertanya: “Apa pendapat anda tentang kitab Sayyid Quthb, Fi Zhilalil Quran, diketahui bahwa kitab ini terdapat aqidah wihdatul wujud?” Syaikh Utsaimin menjawab: “Ini merupakan dakwaan bahwa dalam kitab tersebut terdapat aqidah wihdatul wujud, jika benar maka itu termasuk kekufuran yang besar. Tapi, kami katakan kepada orang yang mendakwa demikian: tunjukan buktinya …. Tunjukkan bukti atas apa yang Anda katakan bahwa pada kitab ini terdapat perkataan wihdatul wujud atau pernyataan wihdatul wujud. Bagaimana pun juga saya belum membaca kitab ini, tetapi sebagian ulama kita yang mulia telah membacanya, dan kitab ini memiliki pembahasan yang baik sejauh yang kami dengar dari saudara-saudara kami, dan pada sebagian lain ada kesalahan. Ibnu Rajab Rahimahullah –salah seorang ulama Hanabilah dan termasuk murid Ibnul Qayyim- mengatakan dalam kitabnya Al Qawaid Al Fiqhiyah: (Allah menolak kemaksuman pada kitab selain kitabNya, yang pertengahan adalah bahwa kesalahan seseorang yang sedikit dimaafkan dihadapan kebenarannya yang banyak) itulah yang objektif. Siapakah yang selamat dari kesalahan? Setiap manusia punya kesalahan, dan sebaik-baik yang membuat kesalahan adalah yang mau kembali kepada kebenaran. Maka, sebuah kitab pasti ada kesalahan dan kebenaran. Kita menerima kesalahan dan menolak …..( Syaikh meralat) kita menerima kebenaran dan menolak kesalahannya. (penanya bertanya dengan suara tidak jelas, terdengar tentang tafsir surat Qul Huwallahu Ahad) Syaikh Ibnu Utsaimin: “Tafsir Qul Huwallahu Ahad, saya katakan bahwa saya belum membaca kitabnya, tetapi tunjukan kepada saya sekarang, saya tunggu ….” (penanya memutus dengan perkataan yang tidak jelas)
Syaikh Ibnu Utsaimin: “Hah? Bagaimana? (penanya terus berkata terputus-putus dan tidak jelas) Syaikh Ibnu Utsaimin: “Bagaimana pun juga saya tidak akan berkata apa-apa, saya tidak akan berkomentar sebelum menyaksikan dengan mata sendiri masalah yang membahayakan. Saya katakan kepada kalian jika nampak adanya kesalahan dari seorang yang ‘alim dan dikenal sebagai penasihat umat, jika keluar darinya sesuatu yang samar antara benar dan batil, maka berikanlah interpretasi yang baik … Penanya: …….. aqidah ya syaikh!! Syaikh Ibnu Utsaimin: “Aqidah atau selain aqidah!! Jika sesuatu yang dikenal sebagai penasihat umat, dan ucapannya disegani dengan jelas, maka bawalah dengan pemahaman yang baik. Ambilah pelajaran dari keadaan seseorang , ambillah pelajaran dari keadaan seseorang.” Aku katakan kepada kalian pada acara ini: saat ini telah ada manusia –semoga Allah memberi petunjuk kepada kami dan mereka. Mereka mengorek kejelekan para ulama dan menyebarkannya, dan mereka mendiamkan kebaikan-kebaikannya yang jauh berlipat-lipat dibanding kejelekannya …. Penanya: ………. aqidah ya Syaikh!! Syaikh Ibnu Utsaimin melanjutkan: “ini keliru …. keliru! Aqidah –barakallahu fiikadalah seperti selainnya, dari sisi bahwa di dalamnya juga terjadi kesalahan. Apakah Anda tidak tahu para ulama berbeda pendapat dalam kekekalan neraka? Apakah dia kekal atau tidak? Baik dari salaf dan khalaf, dan perkara ini aqidah atau selain aqidah? Aku Tanya Anda!! Aqidah, dan mereka telah berselisih pendapat. (Syaikh Ibnu Utsaimin meneruskan): Ash Shirath yang diletakan di neraka jahanam, apakah dia jalanan? Seperti jalanan lainnya, ataukah dia sesuatu yang lebih halus dari rambut dan ujung pedang? Ini juga terjadi perbedaan pendapat. Penanya memutus pembicaraan: !!!! Syaikh Ibnu Utsaimin tetap meneruskan: Dengarkan!! Yang ditimbang pada hari kiamat itu amalnya atau pemilik amal? Atau lembaran-lembaran amal? (Penanya memutus dengan ucapan yang tidak jelas) Syaikh Ibnu Utsaimin menjawab: “Saya ceritakan kepada Anda tentang perselisihan (khilaf), apakah Rasul pernah melihat Rabbnya atau tidak? Apakah ruh kembali ke badan dalam kuburanya dan azabnya dirasakan badan dan ruh sekaligus? Semua ini masalah aqidah. (penanya berbicara dengan suara tidak jelas)
Syaikh Ibnu Utsaimin menjawab: “Baiklah, saya berikan kepada Anda sebuah kaidah dalam perkara pengingkaran terhadap al istawa (bersemayam) dan sifat-sifat lainnya. Barang siapa yang mengingkari karena menolak sifat, maka dia mendustakan Al Quran, barang siapa yang mengkarinya karena takwil, maka lihat dulu takwilnya! Syaikh bertanya: “Mengerti kamu? Sendainya ada orang mengatakan: Allah tidak bersemayam di atas „Arsy, ini merupakan pengingkaran atau penafsiran/takwil?” Penanya menjawab: “Pengingkaran.” Syaikh membenarkan jawaban si penanya: “Ya pengingkaran, ini kafir sebab dia mendustakan Al Quran. Sedangkan orang yang mengatakan sesungguhnya Allah istawa (bersemayam) di atas „Arsy, mengartikan istawa dengan istawla (menguasai), apakah ini pengingkaran?” Seorang di antara mereka menjawab: “Itu penakwilan.” Syaikh membenarkan jawaban itu: “Ya takwil, lihatlah apakah orang yang memberikan takwil itu dikatakan kafir, fasiq, atau diberikan „uzur (kemaafan), coba lihat ..ya.” Penanya berkata: “Apakah kita boleh mengucapkan „rahimahullah‟ atasnya? ….. atas Sayyid? Syaikh Ibnu Utsaimin menjawab: “Sehubungan dengan ini, saya katakan bahwa tergesa-gesa dalam membid‟ahkan, memfasikkan, dan mengkafirkan adalah haram, tidak boleh. Sebagaimana tidak bolehnya tergesa-gesa dalam menghalalkan dan mengharamkan. Hati-hatilah mengatakan atas nama Allah terhadap apa-apa yang kalian tidak tahu, sesungguhnya Allah mengharamkan hal itu. Allah Ta‟ala berfirman: Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui." (QS. Al A‟raf: 33) Hukum dalam takfir, khususnya takfir terhadap seseorang, harus dikaitkan pada dua hal: Pertama, kita mengetahui dalil-dalil yang menunjukkan perkara yang kita ingkari adalah perkara yang menyebabkan kekafiran. Betapa banyak manusia menyangka sesuatu yang dikiranya sebagai kekafiran padahal tidak, maka wajib bagi kita mengatahui dalil-dalil yang menunjukkan bahwa perbuatan atau perkataan ini adalah membawa kekafiran. Kedua, hendaknya kita mengetahui bahwa si pengucap atau si pelaku bukanlah termasuk yang mendapatkan ‘uzur dengan perkataan dan perbuatannya itu. Karena, orang yang
telah mengatakan perkataan yang kufur telah mendapatkan ‘uzur, baik karena dia bodoh, atau dia mentakwil, atau dia mengucapkannya secara reflek, seperti karena sangat marah atau sangat bahagia, atau yang serupa dengan itu. Tidaklah perkataan itu menjadi kufur, dan telah shahih dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, bahwa beliau bersabda: “Milik Allah-lah kebahagiaan yang sangat …..” (rekaman berakhir). (Mudzakarah Al )Watsaiq Al Jaliyyah, Hal. 42-44
Teks Asli:
ِب سأ٠ىُ ف ٟوزبة ع١ذ لطت ( ف ٟظالي اٌمشآْ ) ؟! ػض ٓ١ّ١اٌؾ١خ ِؾّذ ثٓ اٌّغزفزِ :ٟب سأ٠ىُ ف ٟوزبة ع١ذ لطت ف ٟظالي اٌمشآْ ِغ أْ اٌؼٍُ أْ ف٘ ٟزا ٠غأي اٌىزبة ػم١ذح ٚؽذح اٌٛعٛد ؟! أعبة اٌؾ١خ اثٓ ػض ٓ١ّ١سؽّٗ هللا : ٚؽذح اٌٛعٛد ،ألْ ٘زا ٌ ٛصجذ ٌىبْ ِٓ أػظُ اٌىفش٘ ،زٖ دػ ٜٛأْ ف ٟاٌىزبة ػم١ذح ٌىٓ ٔمٛي ٌٙزا اٌمبئً اٌّذػ٘ : ٟبد اٌجٕ١خ ٘ ..بد اٌجٕ١خ ػٍِ ٝب لٍذ أْ ٘زا اٌىزبة فٗ١ رمش٠ش ٚؽذح اٌٛعٛد .اٌمٛي ثٛؽذح اٌٛعٛد أٚ ِٓ ثؼض ػٍّبئٕب اٌىزبة ػٍ ٝوً ؽبي أٔب ٌُ ألشأٖ ٌ ،ىٓ لشأد ثؼض اٌّإاخزاد ػٍٗ١ اإلخٛاْ ،األفبضً ٛ٘ ٚ ،ف ٟثؼض اٌّجبؽش ٌٗ ِجبؽش ع١ذح ؽغت ِب ٔغّغ ِٓ ثؼض ٚف ٟثؼض األؽ١بء ٌٗ أخطبء . اٌؾٕبثٍخ ِٓ رالِ١ز اثٓ اٌم ُ١لبي فٚ ٟلذ لبي – اثٓ سعت سؽّٗ هللا – ِٓ ٛ٘ٚػٍّبء ٌىزبة غ١ش وزبثٗ ٚ ،إٌّقف ِٓ اغزفش لٍ ً١وزبثٗ اٌمٛاػذ اٌفم١ٙخ ( ٠أث ٝهللا اٌؼقّخ خطأ اٌّشء ف ٟوض١ش فٛاثٗ ) ٘زا إٌّقف . اٌشعبػ ْٛئٌ ٝاٌؾك ِٓ ٠غٍُ ِٓ اٌخطأ ؟! وً ثٕ ٟآدَ خطبء ٚخ١ش اٌخطبئ ٓ١اٌزٛاثْٛ ّ فبٌىزبة ف ٗ١أخطبء ٚ ،ف ٗ١فٛاة ،فٕمجً اٌخطأ ٔٚـشد٠ [ ..قؾؼ اٌؾ١خ ] فٕمجً ، ٔٚ.شد اٌخطأ اٌقٛاة ٠غأي اٌّغزفز [ : ٟغ١ش ٚاضؼ والَ اٌغبئً ٠ ،جذٚا أٔٗ ػٓ رفغ١شٖ عٛسح ( لً ٘ ٛهللا ] ) أؽذ أٔب لٍذ أٔب ِب لشأد اٌىزبة ٌ ،ىٓ اٌؾ١خ اثٓ ػض : ٓ١ّ١رفغ١شٖ عٛسح ( لً ٘ ٛهللا أؽذ ) ..أػطٕب ئ٠بٖ إٔ ْ٢ظش
ثىالَ غ١ش ٚاضؼ ٠ :مبطغ اٌّغزفزٟ ...ثىالَ غ١ش ٚاضؼ اٌغبئً ِغزّش ثبٌّمبطؼخ اٌؾ١خ اثٓ ػض٘ : ٓ١ّ١بٖ ؟! و١ف ؟! ؽزٔ ٝؾٙذ ثأػٕٕ١ب ألْ اٌؾ١خ اثٓ ػض : ٓ١ّ١ػٍ ٝوً ؽبي ِب ٔمٛي ؽٟء ،ال ٔمٛي ؽ١ئب ً ثبٌٕقؼ ٌألِخ ،ئرا فذس اٌّغأٌخ خط١شح عذاًٚ ،أٔب ألٛي ٌىُ ئرا فذس ِٓ ػبٌُ ِؼشٚف ...اٌّؾٍِّ ِٕٗ ٓ١ب ُ٘ٛ٠اٌؾك ِٚب ُ٘ٛ٠اٌجبطً ،فبؽٍّٗ ػٍ ٝأؽغٓ ٠ !!...مبطغ اٌّغزفز.. : ٟػم١ذح ٠ب ؽ١خ ػم١ذح أ ٚغ١ش ػم١ذح!! ،ئرا ِب ػشف ثبٌٕقؼ ٌألِخ ؛ ٚوالِٗ :اٌؾ١خ اثٓ ػضٓ١ّ١ ػٍ ٝأؽغٓ اٌّؾٍّ ، ٓ١اػزجبساً ثؾبي اٌشعً ؛ اػزجبساً ِؾزًّ ِٛٙة فش٠ـؼ ،اؽٍّٗ ثؾبي اٌشعً. ثبٌّٕبعجخٛ٠ :عذ ا ْ٢أٔبط ٔغأي هللا ٌٕب ٌُٙٚاٌٙذا٠خ ٠ ،ززجؼ ْٛاٌغ١ئبد ٚأٔب ألٛي ٌىُ اٌؼٍّبء ؛ صُ ٠جشصٙٔٚب ٠ٚغىز ْٛػٓ اٌؾغٕبد اٌز ٟ٘ ٟأضؼبف أضؼبف ٘زٖ ِٓ ...اٌغ١ئبد !!!٠مبطغ اٌّغزفز ... :ٟػم١ذح ٠ب ؽ١خ ٘زا خطأ ،اٌؼم١ذح – ثبسن هللا ف١ه – وغ١ش٘ب ٠ .. ،غزّش اٌؾ١خ اثٓ ػض٘ : ٓ١ّ١زا خطأ ِٓ ؽ١ش أٔٗ لذ ٠مغ فٙ١ب اٌخطأ ، رؼٍُ أْ اٌؼٍّبء اخزٍفٛا ف ٟأثَ ِذَّ٠خ إٌبس؟!! ً٘ ٘ ٟأثذ٠خِ ٟ٘ ً٘ ..إثذح أ ٚغ١ش أٌُ ِإثذح؟! ِٓ اٌغٍف ٚاٌخٍف ٘ٚزٖ ػم١ذح أ ٚغ١ش ػم١ذح ؟!! أعأٌه !! ػم١ذح ٚاخزٍفٛا .فٙ١ب [٠غزّش اٌؾ١خ اثٓ ػض : ]ٓ١ّ١اٌقشاط اٌزٛ٠ ٞضغ ػٍ ٝع ٛ٘ ً٘ ُٕٙفشاط طش٠ك؟ .وغ١شٖ ِٓ اٌطشق؟! أ ٚأدق ِٓ اٌؾؼشٖ ٚأؽذ ِٓ اٌغ١ف؟! ف ٗ١خالف !!!! ٠مبطغ اٌّغزفز: ٟ ٠غزّش اٌؾ١خ اثٓ ػض : ٓ١ّ١اعّغ ،اٌزٛ٠ ٞصْ َٛ٠اٌم١بِخ ً٘ ٘ ٛاألػّبي أ ٚفبؽت اٌؼـًّ أ ٚفؾبئف األػّبي ؟ ٠مبطغ اٌغبئً :ثىالَ غ١ش ٚاضؼ ٠ـغ١ت اٌؾ١خ اثٓ ػض : ٓ١ّ١أٔب أؽىٌ ٟىُ اٌخالف ً٘ ،سأ ٜاٌشعٛي سثٗ أَ ٌُ ٠شٖ؟! اٌجذْ ف ٟاٌمجش ٠ٚى ْٛػزاثٙب ػٍ ٝاٌجذْ ٚاٌشٚػ أ ٚػٍ ٝاٌشٚػ ً٘ رؼبد اٌشٚػ ئٌٝ ٚ.ؽذ٘ب ؟! وً ٘زِ ٞغبئً ػم١ذح
٠.غأي اٌّغزفز :ٟثىالَ غ١ش ٚاضؼ ٠ـغ١ت اٌؾ١خ اثٓ ػض : ٓ١ّ١ط١ت .أٔب أس٠ذ أْ أػط١ىُ لبػذح فِ ٟغأٌخ ٔف ٟاالعزٛاء ٚغ١ش٘ب ِٓ اٌقفبدٔ ِٓ .ف ٝاٌقفبد ٔف ٟئٔىبس فِ ٛٙىزة ٌٍمشآْ ٔ ِٓٚ ،فب٘ب ٔفٟ رأ ً٠ٚ؛ فٕ١ظش ف ٟرأ.ٍٗ٠ٚ ! ٠ؼِٕ ٟضالً ئرا لبي لبئً :ئْ هللا ٌُ ٠غز ٛػٍ ٝاٌؼشػ ػشفذ؟! ٠ :غأي اٌؾ١خ اٌغبئً !اٌؾ١خ اثٓ ػض٘ :ٓ١ّ١زا ٔف ٟئ٠ؼ؟ ٠غأي !ئٔىبس أ ٚرأً٠ٚ؟ ٠ .ـغ١ت اٌّغزفز :ٟئٔىبس هللا ٠قؾؼ ئعبثزٗ اٌؾ١خ اثٓ ػض : ٓ١ّ١ئٔىبس ٘ ،زا وبفش ألٔٗ وزة اٌمشآْ ِٓٚ ،لبي ئْ !اعز ٜٛػٍ ٝاٌؼشػ ٌىٓ اعز ٜٛثّؼٕ ٝاعز٠ ٌٝٛغأي اٌؾ١خ٘ :زا ٔف..ٟ؟ ٠.ـغ١ت أؽذُ٘ :رأً٠ٚ رأ٘ ٍٗ٠ٚزا اٌىفش أ ٚاٌفغٛق أ٠ ٚقؾؾٗ اٌؾ١خ اثٓ ػض : ٓ١ّ١رأ ، ً٠ٚفٕ١ظش ً٘ ٛ٠عت ٠.ؼزس فٕ٠ ، ٗ١ظش ،ئٔ ٞؼُ ( والَ غ١ش ٚاضؼ) ٠.غأي اٌّغزفز٠ ً٘ : ٟـغٛص اٌزشؽُ ػٍ ٗ١؟! ...ػٍ ٝع١ذ ألٛي :ثبٌٕغجخ ٌٍزغشع ف ٟاٌزجذ٠غ ٚاٌزفغ١ك ٚاٌزىف١ش ٠ :ـغ١ت اٌؾ١خ اثٓ ػضٓ١ّ١ اؽزس أْ رمٛي ػٍ ٝهللا ِب .أْ اٌزغشع ف ٟاٌزـؾٍٚ ً١اٌزـؾش ُ٠ؽشاَ ؽشاَ ال ٠ـغٛص ،وّب هللا ؽ شَ رٌه ( لً ئّٔب ؽشَ سث ٟاٌفٛاؽؼ ِب ظٙش ِٕٙب ِٚب ثطٓ ٚاإلصُ ال رؼٍُ ،فاْ اٌؾك ٚأْ رؾشوٛا ثبهلل ِبٌُ ٕ٠ضي ثٗ عٍطبٔب ً ٚأْ رمٌٛٛا ػٍ ٝهللا ِب ال ٚاٌجغ ٟثغ١ش رؼٍّ.) ْٛ ٚ :اٌؾىُ ثبٌزىف١ش ،رىف١ش اٌؾخـ ٠ ،زؼٍك ثٗ أِشاْ ال ثذ ِّٕٙب األٚي :أْ ٔؼشف أْ األدٌخ دٌذ ػٍ ٝأْ ٘زا اٌز ٞوفشٔبٖ ِٓ أعٍٗ وفش ٚ ،وُ ِٓ األِش ٠ظٓ اإلٔغبْ أٔٙب وفش ١ٌٚغذ ثىفش ،فال ثذ أْ ٔؼٍُ أْ األدٌخ دٌذ ػٍ ٝأْ ٘زا أؽ١بء .أ٘ ٚزا اٌمٛي وفش اٌفؼً ٌٙزا اٌفؼً ال ٠ؼزس ثم ، ٌٗٛاٌؾٟء اٌضبٔ :ٟأْ ٔؼٍُ أْ ٘زا اٌمبئً ٌٙزا اٌّمبٌخ أ ٚاٌفبػً ِؼزٚساً ئِب ثغ ًٙأ ٚرأ ً٠ٚأ ٚؽبي ٚال ثفؼٍٗ ،ألٔٗ لذ ٠مٛي اإلٔغبْ ِمبٌخ اٌىفش ف١ىْٛ رٌه ٚ ،الرى ْٛاٌىٍّخ ثؾمٗ وفشاً طشأد ػٍ ،ٗ١وغضت ؽذ٠ذ أ ٚفشػ ؽذ٠ذ أِ ٚب أؽجٗ أؽذ فشؽب ً ٕ٠ ( ...ز ٟٙاٌزغغ ) ً١صجذ ػٓ إٌج ٟػٍ ٗ١اٌقالح ٚاٌغالَ أٔٗ لبي :هلل Ketiga: Dialog Seputar Sayyid Quthb
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani Rahimahullah Ada orang bertanya: “Saya berharap bisa bertanya satu pertanyaan saja, sekali lagi apa komentar Anda tentang Ma’alim Fith Thariq, apakah dia buku tauhid dengan gaya modern? Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani Rahimahullah menjawab: “Saya katakan bahwa dalam kitab tersebut terdapat pembahasan yang sangat berharga. Saya kira nama penjudulan seperti Laa Ilaha illallah Minhajul Hayah, inilah yang saya katakan …. Yang saya katakan tadi, dan yang semisal dikatakan oleh orang-orang di Syam kepada kami (perkataan tidak jelas) dia bukanlah seorang ulama, tetapi dia memiliki perkataan yang memiliki cahaya dan ilmu, semisal: manhaj hayah .. Saya yakin, sesungguhnya penjudulan ini banyak dari saudara kami para salafiyin tidak memiliki kepandaian terhadap maknanya, bahwa (Laa Ilaha Illallah adalah manhaj kehidupan). referensi: kaset caramah Syaikh Al Albani berjudul Al I’tidali Juz. 1. (Mudzakarah Al Watsaiq Al Jaliyyah, Hal. 48)
Teks Asli:
ٛ٘ ) ك٠ اٌطشٟ ً٘ لٍزُ ِشح أْ ( ِؼبٌُ ف، اؽذ فمظٚ ع إايّٕٝذ ُوزت فىٕذ أر١ؽٛر ؟ٞة ػقشٍٛثأع ّٗ سؽ-ٟٔٓ األٌجب٠خ ِؾّذ ٔبفش اٌذ١ٍخ اٌؾ١ هللا فمبي فض: ( ال ئٌٗ ئال:ٗٔإٛ أظٓ ػ،ًُّ عذا١ ٘زا اٌىزبة فقً لٟي ئٔٗ فٛبح ) أٔب أل١ظ ؽِٕٙ ،هللا ٌٗٛ ألٞ٘زا اٌز.. ٌٗ ٓ ٌى،ًظ ػبٌّب١ٌ ًاضؼ] اٌشعٚ ش١ا ػٕذٔب ثبٌؾبَ [غٌٛٛم٠ ِضً ِبٚ ،ًأٔب لٍذُ آٔفبٚ بح١ظ ؽِٕٙ : ً ِض..ٍُب ػٙ١ٍ ػ،سٛٔ بٙ١ٍوٍّبد ػ.. ٗٔ أ،ٖا ِؼٕبٕٛٓ ِب رج١١أب اٌغٍفٛش ِٓ ئخ١اْ ٘زا وضٕٛ( ال ئٌٗ ئال هللا أٔب أػزمذ ئْ اٌؼ ) بح١ظ ؽِٕٙ. يٚ اٌغضء األ، ٟٔخ األٌجب١ظ ( االػزذاي ) ٌٍؾ٠ ؽش: اٌّشعغ Keempat: Al ‘Allamah Al Albani: Sayyid Quthb Memperbarui Da’wah Islam dalam Dada Para Pemuda Beliau ditanya tentang kitab Sayyid Quthb (Jahiliyah Abad 20), Syaikh menolak abad 20 disifati dengan jahiliyah, kemudian dia berkata:
“Kemudian, pada ucapan Sayyid Quthb Rahimahullah dan pada sebagian karyanya terkandung di dalamnya pembahasan yang begitu menyentuh, bahwasanya beliau dalam menjelaskan kepada manusia dibarengi semangat menggelora terhadap Islam, semoga itu adalah sebagai ‘uzur baginya, beliau menulis dengan bahasa sastra, lalu pada sebagian masalah fiqih seperti pembicaraannya tentang hak para pekerja dalam kitab Al ‘Adaalah Al Ijtima’iyah, dia menulis tentang tauhid dengan kata-kata yang begitu kuat yang menghidupkan jiwa orang-orang beriman yang percaya dengan agama dan keimanan mereka. Maka, itulah yang melatarbelakangi kenyataan bahwa dia telah memperbaharui dakwah Islam di dalam dada para pemuda. Jika kami menemukan kadang-kadang bahwa beliau memiliki sebagian perkataan yang menunjukkan bahwa beliau tidaklah terbantu oleh waktu untuk melepaskan pemikirannya pada sebagian permasalahan yang dahulu pernah ditulisnya atau dibicarakannya.” Referensi: Hayatu Al Albani wa Aatsaruhu wa Tsana’u Al ‘Ulama ‘Alaih, Juz. 1. disusun oleh Muhammad bin Ibrahim Asy Syaibani. (Mudzakarah Al Watsaiq Al Jaliyyah, Hal. 49)
Teks Asli:
َح اإلعالٛذ لطت عذد دػ١ ع: ٟٔاٌؼالِخ األٌجب ة اٌؾجبةٍٛ لٟف ْفف اٌمشٛ٠ ْخ أ١ٓ ) فأٔىش اٌؾ٠خ اٌمشْ اٌؼؾش١ٍ٘ ( عب: ذ لطت١عئً ػٓ وزبة ع ٗف١ٔ ثؼض رقبٟفٚ ذ لطت سؽّٗ هللا١ والَ عٟ ( صُ ئْ ف: خ صُ لبي١ٍ٘ٓ ثبٌغب٠اٌؼؾش ً١ عجٟء ِٓ اٌزـؾّظ اٌضائذ ٌإلعالَ فٟؾؼش اٌجبؽش أٔٗ وبْ لذ أفبثٗ ؽ٠ ِّب ً ثؼض اٌّغبئٟ فف، خ١ىزت ثٍغخ أدث٠ ْ رٌه أٔٗ وبٌٟؼً ػزسٖ فٚ ، ـؾٗ ٌٍٕبط١ضٛر ذ١ؽٛىزت ثبٌز٠ خ ) أخز١ ( اٌؼذاٌخ االعزّبػ: ٗ وزبثٟضٗ ػٓ ؽك اٌؼّبي ف٠خ وؾذ١ٙاٌفم ٖ ِٓ ٘زٛٙ ف، ُّٙٔب٠ئٚ ُٕٙ٠ٓ اٌضمخ ثذ١ِٕط اٌّإٛ ٔفٟ فٟ١خ رـؾ٠ٛثؼجبساد لٚ ٌٗ ْبٔب ً أ١ئْ وٕب ٍّٔظ أؽٚ ة اٌؾجبةٍٛ لٟح اإلعالَ فٛالغ لذ عذد دػٌٛ اٟخ ف١اٌخٍف ًـؾشس فىشٖ ِٓ ثؼض اٌّغبئ٠ ْ أٍٝلزٗ ػٚ ٖغبػذ٠ ٌُ ٗٔ أٍٝثؼض اٌىٍّبد رذي ػ ٘ـ.ب ) اٙ١زـؾذس ف٠ ٚب أٌٙٛىزت ؽ٠ ْ وبٟاٌز ُ١٘ف ِؾّذ ثٓ ئثشا١ٕٗ) رق١ٍصٕبء اٌؼٍّبء ػٚ ٖآصبسٚ ٟٔبح األٌجب١ وزبة (ؽ:اٌّشعغ يٚ اٌغضء األ، ٟٔجب١اٌؾ