PERILAKU PEMUSTAKA TERHADAP LAYANAN LIBRARY 2.0 DI PERPUSTAKAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN (KEMENDIKBUD)
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh: OKTA RENI AZRINA RA 1112025100002
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M
PERILAKU PEMUSTAKA TERHADAP LAYANAI\ ZIBXI-I(T 2.' DI PERPUSTAKAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN (KEMENDIKBUD)
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mernperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh:
Okta Rcni Azrina RA
NrM. 1112025100002
Dibawah Bimbingan
qt& Dr. Ida Earida. MLIS NIP. 19700407 200003 2003
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 HI2OI6:jr{
\
l!.
LEMBARPERNYATAAN
Dengajl ini saya menyatakan bahwa
1.
Skripsi ini hasil karya asli yang diajukan untuk memenuhi salah satu r
persyaratan memperoleh gela"r strata 1 (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
ini telah saya ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan
cantumkan sesuai dengan Hidayatullah Jakarta.
3.
Jika dikemudian hari terbukti bahwakarya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta 30 Maret2016
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Saya yatrg bertanda tangan dibawah ini:
Nama
Okta Reni Azrina RA
NIM
1
I12025100002
Judul Skripsi
Perilaku Pemustaka terhadap Layanan Library 2-0 Kementerian dan Kebudayaan (Kemendikbud)
Ujian Skipsi
l3 April 2016
di
Perpustakaan
Skripsi tersebut telah diperbaiki sesuai saran dan komentar Tim Penguji sebagai syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Strata (S1) pada Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 19 April 2016 Tanggal
TandaTangan
1. Ketua Sidang
Ulr-
Pungki Purnomo. MLIS 19641215 199903 1 005
2.
Sekretaris Sidang
, ,,lo+1.,[
Mukmin Supralzogi. M.Si 19620301 199903 1 001
3. Pembimbing
uf o4--ut(
Dr. Ida Farida. MLIS
t964t2ts
199903 1 00s
vu
4.
Penguji I
5.
Penguji
II
Ade Abdul Hak" M.Hum 19710103 200003 1 002
{
Muhammad Azwar, M.Hum
tul
t?/t ?tb
ABSTRAK
Okta Reni Azrina RA. Perilaku Pemustaka terhadap Layanan Library 2.0 di Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Skripsi. Dibawah bimbingan Dr. Ida Farida, M.LIS. Jakarta: Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2016.
Penelitian ini membahas tentang perilaku pemustaka terhadap layanan library 2.0 di perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui bagaimana perilaku pemustaka terhadap layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud yang meliputi whatsapp, blackberry messenger (BBM), Fanpage facebook, twitter, dan instagram, (2) untuk mengidentifikasi perilaku pemustaka mengatasi kendala yang dihadapi saat menggunakan layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Sampel penelitian ini adalah anggota perpustakaan Kemendikbud tahun 2015 sebanyak 840 orang x 10% yaitu 84 orang, sedangkan teknik pengambilan sampel adalah teknik random atau secara acak. Berdasarkan penelitian ini, disimpulkan bahwa (1) Perilaku pemustaka terhadap layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud belum maksimal. Mereka menggunakan layanan library 2.0 berupa fanpage facebook, twitter, dan instagram sebatas melihat informasi kegiatan perpustakaan, sebagai followers, dan following, Sedangkan perilaku mereka di whatsapp dan BBM adalah melihat broadcast jatuh tempo, chatting dengan pustakawan mengenai jam buka dan tutup layanan dan perpanjangan koleksi. Pemustaka belum aktif berinteraksi dan berkolaborasi dengan pustakawan dalam memberikan komentar ataupun memberikan partisipasi penciptaan konten di perpustakaan Kemendikbud. (2) Perilaku pemustaka dalam mengatasi kendala ketika menggunakan layanan library 2.0 adalah dengan menghubungi pihak perpustakaan Kemendikbud melalui telepon, mengirim pesan singkat (SMS), dan datang langsung ke perpustakaan. Oleh sebab itu, perpustakaan Kemendikbud perlu meningkatkan respon, mensosialisasikan layanan library 2.0 melalui bimbingan pemustaka dan secara online, mengembangkan layanan library 2.0 lainnya, serta menampilkan koleksi terbaru perpustakaan di layanan library 2.0 guna menarik minat dan partisipasi pemustakanya.
Kata Kunci: Library 2.0, perilaku pemustaka, perpustakaan khusus
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada
Allah SWT, yang telah
memberikan segala nikmat dan kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, semoga syafaatnya dapat diperoleh diakhirat kelak. Aamiin. Skripsi LAYANAN
ini
berjudul
LIBRARY
PENDIDIKAN
DAN
2.0
“PERILAKU DI
PEMUSTAKA
PERPUSTAKAAN
KEBUDAYAAN
TERHADAP
KEMENTERIAN
(KEMENDIKBUD)”.
Penulis
mengetahui benar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna karena masih banyak kekurangan, baik dalam proses penulisan maupun referensi yang digunakan. Bantuan dan partisipasi telah diberikan oleh berbagai pihak dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil M.Ag, selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak
Pungki
Purnomo
MLIS, selaku Ketua Jurusan
Ilmu
perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tegas tapi tetap bersahaja. 3. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah
ii
Jakarta yang telah memberikan ilmu, kesempatan, dan motivasi kepada penulis. 4. Ibu Dr. Ida Farida, MLIS, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu, memberikan pengarahan, dan ilmu, serta kesabaran selama proses penulisan skripsi ini. 5. Bapak Ade Abdul Hak, M.Hum, dan Bapak Muhammad Azwar, M.Hum, selaku Dosen Penguji Skripsi yang banyak memberi masukan pada skripsi ini. 6. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat baik dibidang akademis, sosial, dan keagamaan. 7. Bapak Chaidir Amir selaku kepala perpustakaan Kemendikbud yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di perpustakaan Kemendikbud. 8. Bapak M. Rasyid Ridho sebagai pustakawan yang telah banyak membantu selama penulis melaksanakan penelitian di perpustakaan Kemendikbud. 9. Ayahanda dan ibunda tercinta yang telah mencurahkan segala kasih sayang dan pengorbanan untuk putri tercinta. Kesabaran, untaian do’a, nasehat, perhatian, dan semangat yang mereka berikan mendorong penulis untuk menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. 10. Abangku
tercinta
Nurul
Roaz
Al-Rasyid,
terimakasih
telah
memberikan dukungan penuh dan membuat penulis menjadi lebih iii
dewasa dalam berperilaku. Adik-adik kecilku terkasih, Peni Gustina RA, dan Anggun Nurjannah RA, dua mutiara yang sangat penulis cintai mereka memberikan kekuatan dan ketegaran. Ibung Yanti beserta keluarga sebagai keluarga ke-2 bagi penulis, terimakasih atas do’a dan dukungannya 11. Braja, Ipah, Yusfa, Ries, Meysa, Leli, Ii, Ayi, Shinta, Icha, Titin, Inda, Fina, Yani, Diva, Astrid, Izi, Bejo,Ecta, Lala, kak Yusra, kak Novi dan teman-teman angkatan 2012 khususnya Ip A yang telah bersama-sama penulis berjuang menyelesaikan kuliah S1. Tante Ivon dan keluarga yang telah memberikan pengalaman berharga. Anggi Nugraha yang telah berbagi pengalaman dan memberikan semangat agar penulis menyelesaikan skripsi ini. 12. Sahabat dan keluarga Senat Mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora Tahun 2015, Faqih, Fina, Dhorifah, Rere, Muhaymin, Danang, Kiki, dan Suci. DEMA FAH Tahun 2013 dan HMJ Tahun 2013 sebagai wadah penulis mengembangkan pengalaman organisasi dan sosial. 13. Himpunan
Mahasiswa
Lampung
(HML)
yang
memberikan
kesempatan berbagi ilmu dibidang kesenian dan kedaerahan. 14. Keluarga besar XI IPA1 (SEPATU) dan XII IPA2 MAN Kedondong tetap erat menjalin persaudaraan dengan penulis. 15. Keluarga besar Ilmu Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang menjadi tempat penulis belajar selama 4 tahun.
iv
16. Teman-teman KKN Simpati 2015 Nia, Eva, Fitri, Ifah, Isti, Weni, Kak Ramdhan, Kak Yaqob, Kak Agus, Ilham, Taufik, Dwiki, Rezky, dan Daus. Seluruh warga dan pemuda/i Desa Leuweung Kolot Kec. Cibungbulang Kab. Bogor yang telah menerima dengan baik, serta adik-adik kecil Cipakel, Melsa, Gita, Anis, Silvi, Kiki, Mia, Kaspi, Dani, dan semuanya tetap semangat belajar walau serba kekurangan. 17. Almas dan Ifah sebagai patner di tempat PKL di perpustakaan KAPD Kab. Bogor. Untuk Pak Ade Sa’ban, Pak Andri Wijayanto, Bu Nurma, Bu Iin, Bu Rini, Kak Bimbi, dan staf perpustakaan KAPD Bogor terimakasih telah memberikan kesempatan mengabdi dan bekerjasama selama sebulan penuh. Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, hanya do’a dan ucapan terimaksasih yang dapat penulis sampaikan. Semoga Allah SWT membalas segala amal kebaikan kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, Aamiin.
Jakarta, 30 Maret 2016
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ...............................................................................
ii
DAFTAR ISI ..............................................................................................
iii
DAFTAR TABEL .....................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan ............................................
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................
7
D. Definisi Istilah ................................................................
8
E. Sistematika Penulisan .....................................................
9
TINJAUAN LITERATUR A. Perilaku ...........................................................................
12
B. Pemustaka .......................................................................
14
C. Perpustakaan Khusus ......................................................
16
1.Pengertian Perpustakaan Khusus ...............................
16
2.Tujuan dan Fungsi Perpustakaan Khusus ..................
16
3.Koleksi Perpustakaan Khusus ....................................
17
4.Layanan Perpustakaan Khusus...................................
17
5.SDM di Perpustakaan Khusus....................................
18
D. Library 2.0 1.Pengertian Library 2.0 ...............................................
19
2.Unsur-Unsur Library 2.0 ............................................
26
3.Pustakawan 2.0...........................................................
28
4.Implementasi Web 2.0 ...............................................
31
5.Manfaat Library 2.0 ...................................................
41
E. Penelitian Terdahulu .......................................................
42
vi
BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian .....................................
44
B. Sumber Data 1. Data Primer ..............................................................
45
2. Data Sekunder..........................................................
45
C. Populasi dan Sampel .......................................................
46
D. Teknik Pengumpulan Data .............................................
46
E. Teknik Pengolahan Data
BAB IV
1. Tahap Pemeriksaan ..................................................
48
2. Tabulasi....................................................................
48
F. Teknik Analisis Data ......................................................
49
G. Tempat dan Waktu Penelitian .........................................
50
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.
Profil Perpustakaan Kemendikbud 1. Visi dan Misi ..........................................................
53
2. Tugas........................................................................
54
3. Koleksi .....................................................................
55
4. Layanan....................................................................
56
5. Sarana ......................................................................
59
6. Prasarana ..................................................................
61
7. Komunitas ................................................................
62
8. library 2.0 di Per Perpustakaan Kemendikbud ........
65
B. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Responden ..................................
71
2. Analisis Data..........................…..............................
72
3. Analisis Identitas Responden ...................................
72
4. Analisis Hasil Penelitian.......... ................................
75
C. Pembahasan 1. Perilaku saat menggunakan Layanan Library 2.0 ... 2. Perilaku mengatasi kendala saat menggunakan vii
97
Layanan Library 2.0 ................................................ BAB IV
99
PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................
101
B. Saran untuk Perpustakaan kemendikbud… ..................
102
C. Penelitian berikutnya ....................................................
103
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN BIODATA PENULIS
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian.........................................................................
50
Tabel 4.1 Koleksi Perpustakaan Kemedikbud ............................................
55
Tabel 4.2 Ketentuan peminjaman Koleksi ..................................................
57
Tabel 4.3 Jenis Kelamin Responden………………..… .............................
73
Tabel 4.4 Usia Responden...........................................................................
73
Tabel 4.5 Pekerjaan Responden ..................................................................
74
Tabel 4.6 Kepemilikan Perangkat TIK .......................................................
75
Tabel 4.7 Penggunaan Aplikasi di Perangkat TIK ......................................
76
Tabel 4.8 Pemanfaatan Aplikasi di Perangkat TIK .....................................
78
Tabel 4.9 Pengetahuan tentang Library 2.0 ................................................
78
Tabel 4.10 Library 2.0 di Perpustakaan Kemendikbud ..............................
79
Tabel 4.11 Alamat dan Username Layanan Library 2.0 ............................
80
Tabel 4.12 Responden yang bergabung dengan Layanan Library 2.0 ........
81
Tabel 4.13 Alasan Tertarik menggunakan Layanan Library 2.0 ................
82
Tabel 4.14 Kenyamanan Berinteraksi kepada Pustakawan.........................
83
Tabel 4.15 Penggunaan Layanan Library 2.0 perpustakaan .......................
84
Tabel 4.16 Perilaku Responden terhadap Page on facebook .....................
85
Tabel 4.17 Perilaku terhadap Twitter ..........................................................
87
Tabel 4.18 Perilaku terhadap Instagram ....................................................
88
Tabel 4.19 Layanan library 2.0 yang paling sering digunakan...................
88
Tabel 4.20 Informasi yang didapatkan dan digunakan ..............................
89
Tabel 4.21 Perilaku Pemustaka terhadap layanan library 2.0.....................
90
Tabel 4.22 Kendala yang dihadapi ..............................................................
92
Tabel 4.23 Kendala saat menggunakan Layanan Library 2.0 .....................
93
Tabel 4.24 Cara mengatasi Kendala yang dihadapi ....................................
94
ix
Tabel 4.25 Saran-Saran dari Responden terkait Layanan Library 2.0 ........
95
Tabel 4.26 Perilaku Pemustaka dalam menghadapi Kendala .....................
96
x
DAFTAR GAMBAR Gambar 4. 1 Aksara Institute ......................................................................
63
Gambar 4. 2 Britzone ..................................................................................
63
Gambar 4. 3 Youth for Diffable ...................................................................
64
Gambar 4. 4 Ayo Dongeng Indonesia .........................................................
65
Gambar 4. 5 Layanan Library 2.0 Perpustakaan Kemendikbud .................
66
Gambar 4. 6 Fanpage Facebook .................................................................
68
Gambar 4. 7 Twitter ....................................................................................
69
Gambar 4. 8 Instagram ..............................................................................
70
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pengajuan Proposal Skripsi Lampiran 2 Lembar Dosen Pembimbing Lampiran 3 Lembar Pergantian Judul Skripsi Lampiran 4 Lembar Izin Penelitian Lampiran 5 Kuisioner Penelitian Lampiran 6 Statistik Anggota Perpustakaan Lampiran 7 Statistik Pengunjung Perpustakaan Lampiran 8 Statistik Koleksi Perpustakaan Lampiran 9 Struktur Organisasi Perpustakaan Kemendikbud Lampiran 10 Lembar Bimbingan Skripsi
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perpustakaan adalah institusi pengoleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka.1 Perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, teknologi, dan manusia mendorong perubahan di dunia perpustakaan. Hal ini dikarenakan perpustakaan merupakan organisasi yang dinamis dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman yang ada. Perpustakaan terus tumbuh mengembangkan koleksinya yang berubah dari masa ke masa. koleksi mulai dari kulit binatang, papyrus, kertas, VCD, CD, DVD, mikrofis, mikrofilm, sampai koleksi digital di kelola oleh perpustakaan. Hal tersebut berguna untuk memenuhi kebutuhan informasi pemustakanya yang berbeda pula dari masa ke masa. Kebutuhan informasi pemustaka dari masa ke masa dipengaruhi oleh teknologi. Dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi melahirkan perubahan pada diri pemustaka. Sebagian besar pemustaka saat ini merupakan pemustaka yang menjadikan perangkat teknologi informasi dan komunikasi sebagai alat utama mendukung kegiatan mereka sehari-hari. Alhasil, perubahan ini mendorong
perpustakaan
untuk
mengadaptasi
teknologi
informasi
dan
komunikasi untuk memberikan pelayanan yang efisien dan efektif. 1
Graha Ilmu, Undang-Undang Perpustakaan No. 43 Tahun 2007. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h.3.
1
Islampun mengajarkan bila ingin memberikan hasil usaha baik berupa barang maupun jasa (pelayanan), hendaknya memberikan yang berkualitas baik kepada orang lain. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 267 berikut:
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. Maksudnya, ayat ini menjelaskan bahwa barang/jasa yang dinafkahkan haruslah yang baik dan disenanginya. Allah tidak memerlukan sedekah dari barang/jasa yang buruk apabila kita hendak memperoleh ridha-Nya dan berbuat kebaikan. Perpustakaan sebagai pusat layanan jasa non profit juga berupaya memberikan layanan yang baik kepada pemustakanya. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi adalah salah satu upaya perpustakaan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas baik kepada pemustakanya. Di Indonesia, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi diatur dalam undang-undang perpustakaan yang berisi bagaimana standar nasional
2
layanan perpustakaan. Dalam bab V pasal 14 ayat 3 disebutkan bahwa “Setiap perpustakaan mengembangkan layanan perpustakaan sesuai dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi”.2 Pada ayat 7 juga disebutkan bahwa layanan perpustakaan dilaksanakan melalui jaringan telematika.3 Undang-undang tersebut kemudian dijadikan sebagai pedoman bagi perpustakaan dalam melakukan perubahan. Berdasarkan undang-undang tersebut, maka perpustakaan memperbaharui layanannya dengan memanfaatkan teknologi informasi dan telekomunikasi terbaru. Salah satu teknologi informasi dan komunikasi yang kemudian diadopsi di dunia perpustakaan adalah web 2.0. Web 2.0 adalah generasi web yang mempunyai karakteristik kerjasama, interaktif, dinamis, dan batas tidak tegas antara pembuatan dan pemakaian konten web.4 Kemudian di perpustakaan muncullah istilah library 2.0. Library 2.0 adalah perpustakaan yang menggunakan konsep web 2.0 dalam pengelolaan di perpustakaan, guna meningkatkan tugas dan fungsi perpustakaan secara maksimal. Library 2.0 memiliki elemen penting yaitu terpusat kepada pemustaka, menyediakan sebuah layanan multimedia, kaya akan sosial, dan inovatif secara bersama-sama.5 Dengan elemen-elemen tersebut menuntut perpustakaan memaksimalkan pelayanan kepada pemustaka dimanapun dan kapanpun.
2
Graha Ilmu, Undang-Undang Perpustakaan No. 43 Tahun 2007, h.11. Graha Ilmu, Undang-Undang Perpustakaan No. 43 Tahun 2007, h.11. 4 Heri Abu Burachman Hakim, “Perpustakaan Hibrida Berbasis Web 2.0: Format Perpustakaan di Era Millenium,” Visi Pustaka, no.1 (April 2010): h.6. 5 Hakim, “Perpustakaan Hibrida Berbasis Web 2.0,” h.7. 3
3
Saat ini, di Indonesia web 2.0 telah diterapkan di beberapa perpustakaan baik perpustakaan umum, khusus, maupun perguruan tinggi. Namun, dalam pelaksanaannya masih jauh dari berhasil. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor internal kurangnya pemahaman dan keseriusan perpustakaan dalam mengembangkan layanan web 2.0 kepada pemustaka ataupu eksternal yaitu kurangnya dukungan dari pihak-pihak terkait dan pengetahuan pemustaka. Di satu sisi, library 2.0 merupakan layanan perpustakaan yang selalu melakukan perubahan yang berpusat kepada pemustaka dengan cara mengajak pemustaka berpartisipasi dalam penciptaan layanan yang mereka inginkan baik secara fisik maupun virtual yang kemudian didukung dengan evaluasi yang konsisten. Di sisi lain, dibutuhkan kemampuan pemustaka dalam memanfaatkan library 2.0 dalam memenuhi kebutuhan informasinya. Salah satu library 2.0 yang berkembang di Indonesia adalah perpustakaan Kementerian pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia (Kemendibud RI). Perpustakaan Kemendikbud merupakan perpustakaan khusus yang memiliki peran dan fungsi dalam mendukung kegiatan-kegiatan dalam bidang pendidikan dan kebudayaan di Indonesia. Perpustakaan ini mengelola bahan pustaka tercetak di bidang pendidikan dan kebudayaan dan menyediakan koleksi digital berupa koleksi internal kementerian pendidikan dan kebudayaan seperti peraturan dan kebijakan lainnya, serta jurnal online. Bahan pustaka tersebut kemudian dilayankan kepada pemustaka secara maksimal dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi sesuai dengan kebutuhan secara efektif dan efisien.
4
Layanan library 2.0 tersebut dapat terlihat di website perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Website http://www.perpustakaan.kemdikbud.go.id merupakan web yang dapat diakses secara online melalui internet kapanpun dan dimanapun. Didalamnya terdiri dari berbagai fitur untuk memenuhi kebutuhan informasi pemustaka. Layanan library 2.0 berupa berbagai jenis media sosial seperti wshatsapp, BBM, instagram, twitter, dan fanpage facebook, yang digunakan untuk chat kepada pustakawan bila menginginkan informasi koleksi tertentu, jam layanan perpustakaan, perpanjangan bahan pustaka yang dipinjam, dan lain-lain. Hal ini tentu sangat membantu pemustaka dalam memenuhi kebutuhan informasi secara efisien dan efektif. Sebagai perpustakaan khusus, perpustakaan Kemendikbud memiliki anggota perpustakaan yang menjadi pemustaka potensial dan menjadi target utama
yaitu
pemustaka
di
lingkungan
Kemendikbud.
Namun,
dalam
perkembangannya perpustakaan Kemendikbud juga memiliki pemustaka potensial yang berasal dari luar lingkungan Kemendikbud. Mereka adalah pemustaka yang terdiri dari berbagai kalangan seperti mahasiswa, dosen, peneliti, jurnalis, karyawan non Kemendikbud, pelajar, dan lain-lain. Pemustaka ini memanfaatkan perpustakaan Kemendikbud untuk memenuhi kebutuhan informasinya. Layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud bertujuan agar dapat dimanfaatkan oleh pemustakanya. Tetapi dalam kenyataannya masih banyak pemustaka yang menghubungi pihak perpustakaan Kemendikbud melalui telepon, email, dan SMS. Sedangkan adanya layanan library 2.0 di perpustakaan
5
Kemendikbud adalah untuk mempermudah berkomunikasi dengan pustakawan dan pihak perpustakaan Kemendikbud sesuai dengan kebutuhan pemustakanya secara online. Oleh sebab itu, diperlukan analisis terhadap perilaku pemustaka untuk menelaah lebih jauh bagaimana layanan library 2.0 di perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kemudian digunakan atau tidak oleh pemustakanya. Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk melakukan pembahasan lebih lanjut mengenai bagimana perilaku pemustaka terhadap layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud dengan menganalisis perilaku pemustaka yang terdiri dari berbagai kalangan. Dengan demikian peneliti memberi judul penelitian ini dengan judul “Perilaku Pemustaka terhadap Layanan Library 2.0 di Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Agar penelitian ini dapat dilaksanakan dengan mudah, terarah, dan mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diinginkan, maka perlu adanya batasan dan rumusan masalah. 1.
Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini peneliti hanya akan membatasi masalah perilaku pada
pengetahuan dan tindakan penggunaan oleh pemustaka yang terdaftar sebagai anggota perpustakaan Kemendikbud terhadap layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud.
6
a. Perilaku pemustaka terhadap layanan library 2.0 yang disediakan oleh perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). b. Perilaku pemustaka dalam mengatasi kendala ketika memanfaatkan layanan library 2.0 di perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). 2.
Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka penulis merumuskan
dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Bagaimana perilaku pemustaka terhadap layanan library 2.0 yang disediakan oleh perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)? b. Bagaimana perilaku
pemustaka dalam
mengatasi
kendala ketika
memanfaatkan layanan library 2.0 di perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Untuk memperjelas sasaran yang akan dicapai melalui penelitian ini sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui perilaku pemustaka terhadap layanan library 2.0 yang disediakan oleh perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
7
2. Untuk mengidentifikasi perilaku pemustaka dalam mengatasi kendalakendala ketika memanfaatkan layanan library 2.0 di perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain : 1. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan referensi atau perbandingan dalam usaha pengembangan keilmuan yang sesuai dengan bidangnya. penelitian ini juga diharapkan menambah jumlah studi pembahasan
mengenai
penerapan
teknologi
web
yang
digunakan
perpustakaan, terutama penerapan library 2.0 di berbagai jenis perpustakaan. 2. Manfaat Praktis Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
wawasan
dan
pengalaman baru untuk memperoleh gambaran penerapan library 2.0 di perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Penelitian ini juga diharapkan menjadi bahan pertimbangan menentukan kebijakan perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan agar dapat mempromosikan mengembangkan library 2.0 secara maksimal
guna meningkatkan
penggunaan perpustakaan oleh pemustakanya yang beragam.
D. Definisi Istilah Definisi istilah sangat penting untuk dicantumkan, guna menghindari perbedaan pengertian makna yang ditimbulkan agar tidak terjadi kesalahpahaman
8
maksud judul sesuai dengan harapan penulis. maka penulis perlu menjelaskan istilah-istilah sebagai berikut: 1. Perilaku merupakan setiap tindakan yang digunakan sebagai alat atau cara agar dapat mencapai suatu tujuan, sehingga kebutuhan terpenuhi atau suatu
kehendak
terpuaskan.6 Perilaku yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah pengetahuan dan tindakan penggunaan yang dilakukan pemustaka terhadap layanan library 2.0 di perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). 2. Pemustaka adalah pengguna perpustakaan, yaitu perorangan, sekelompok orang,
masyarakat,
atau
lembaga
yang
memanfaatkan
layanan
perpustakaan.7 Pemustaka yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anggota perpustakaan di perpustakaan Kemendikbud. 3. Library 2.0 adalah implementasi Web 2.0 dalam lingkup perpustakaan, tidak hanya terkait teknis dengan TI, tetapi juga aspek lain terutama dalam layanan perpustakaan.8 4. Perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang berada pada suatu instansi atau lembaga tertentu, baik lembaga pemerintahan maupun lembaga swasta yang sekaligus lembaga tersebut sebagai pengelola dan penanggung
6
Yasir Riyadi, “Perilaku Pencarian Informasi Mahasiswa Program Doktoral dalam menyusun Disertasi”, Visi Pustaka, vol. 15 No.2 (Agustus 2013): h.108. 7 Perpustakaan Nasional, Standar Nasional Perpustakaan Perguruan Tinggi (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2012), h.2. 8 Hendro Wicaksono, “Library 2.0 dan Dampaknya dalam Pengembangan Aplikasi dan Layanan Perpustakaan,” Vol. 31 no. 01, (Agustus 2010): h. 16.
9
jawabnya.9 Perpustakaan khusus yang dimaksud adalah Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
E. Sistematika Penulisan Dalam melakukan penyusunan proposal penelitian ini, peneliti membagi sisitematika penelitian ke dalam 5 (lima) bab, yaitu: BAB I
PENDAHULUAN Bab ini berisi uraian dari penulis dengan menguraikan hal-hal seputar penelitian seperti: latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi istilah, dan sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN LITERATUR Bab ini penulis akan memberikan gambaran mengenai perilaku, pemustaka, pengertian perpustakaan khusus, tujuan dan fungsi perpustakaan khusus, koleksi perpustakaan khusus, layanan perpustakaan khusus, sumber daya manusia di perpustakaan khusus, pengertian library 2.0, unsur-unsur library 2.0, pustakawan 2.0, pengguna library 2.0, implementasi library 2.0, manfaat library 2.0, dan penelitian terdahulu.
9
Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Samitra Media Utama, 2004), h. 30-31.
10
BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini diterangkan tentang jenis dan pendekatan penelitian, sumber data, populasi dan sampel, teknik pengumpulan, pengolahan data, teknik analisis data dan jadwal penelitian. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab
ini
merupakan
bab
mengenai
sejarah
singkat
dan
perkembangannya, visi dan misinya, tugas, koleksi perpustakaan, layanan,
sarana,
prasarana,
produk
hukum
Kemendikbud,
komunitas, dan layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud. Dalam bab ini juga menerangkan tentang hasil penelitian dan pembahasan. BAB V
PENUTUP Bab ini merupakan bab terakhir penulis mengemukakan suatu kesimpulan dari pembahasan penelitian ini. Selain itu dalam bab ini penulis akan mengungkapkan beberapa saran berdasarkan hasil analisis dari penelitian ini yang diharapkan menjadi bahan masukan dan sumbangan pemikiran penulis yang bermanfaat bagi pihakpihak yang terkait.
11
BAB II TINJAUAN LITERATUR
A. Perilaku Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan.10 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, perilaku diartikan sebagai tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan dan lingkungan.11 J.B. Watson adalah pendiri behaviorisme di Amerika Serikat. Ia berbendapat bahwa perilaku terbagi atas perilaku yang menampak (overt behaviour) dan perilaku yang tidak nampak dari luar, tidak nyata, seperti berpikir dan beremosi. Perilaku yang tidak nyata ini disebut perilaku yang tidak menampak (covert behaviour). Perilaku tidak menutup kemungkinan untuk mempelajari perilaku yang tidak menampak ini, selama dapat diterangkan dalam gerakan-gerakan implisit (implicite movement).12 Sedangkan menurut B.F. Skinner (1904-1990) menyatakan bahwa perilaku sepenuhnya ditentukan oleh stimulus saja, tidak ada faktor lainnya. Jadi rumus Skinner untuk perilaku adalah B= f (s). Suatu perilaku atau respons (R) tertentu akan timbul sebagai reaksi terhadap suatu stimulus tertentu (S). teori ini dikenal dengan nama teori S–R dari Skinner.13 Basis penelitian Skinner adalah studi tentang perlaku operant. Berbeda dengan perilaku responden, dimana respon10
“Perilaku,” artikel diakses pada 22 Februari 2016 dari http://www.digilib.unimus.ac.id.
h.11 11
“Perilaku menurut KBBI,” artikel diakses pada 22 Februari 2016 dari http://www. kbbi.go.id. 12 Sarlito W. Sarwono, Berkenalan dengan Aliran-Aliran dan Tokoh-Tokoh Psikologi (Jakarta: Bulan Bintang, 2002), h. 114. 13 Sarlito W. Sarwono, Berkenalan dengan Aliran-Aliran, h.117.
12
respon yang ditimbulkan oleh stimuli spesifik, perilaku operant terjadi tanpa adanya stimulus yang nyata.14 Skinner mengadakan sebuah percobaan yang disebut proses kondisioning operant. Proses kondisioning operant (operant conditioning) terdapat juga stimulus tak berkondisi dan respons tak berkondisi (disebut perilaku responden) serta stimulus berkondisi dan respons berkondisi. Respons berkondisi dalam percobaan Skinner disebut sebagai respons operant atau perilaku operant (operant behaviour), sedangkan stimulus berkondisinya disebut stimulus operant. Dalam kehidupan sehari-hari, kita mendapati banyak sekkali perilaku operant.15 Menurut Notoatmodjo (2007), dilihat dari bentuk stimulus ini maka perilaku dapat dibedakan menjadi 2 yaitu: 1.
Perilaku tertutup (convert behaviour) Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,
persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. 2.
Perilaku terbuka (overt behaviour) Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam atau praktik yang
dengan mudah diamati atau dilihat orang lain.16 Sementara itu, William McDougall mengemukakan bahwa perilaku mempunyai tujuh ciri, yaitu: a.
Spontanitas gerakan.
14
James F. Brennan, Sejarah dan Sistem Psikologi (Jakarta: Rajawali Press, 2012), h.377. Sarwono, Berkenalan dengan Aliran-Aliran, h. 119. 16 “Perilaku,” artikel diakses pada 22 Februari 2016 dari http://www.digilib.unimus.ac.id. 15
h.12
13
b.
Ketetapan (persistance) dari aktivitas yang tidak tergantung pada situasi-situasi sebelum atau sesudahnya.
c.
Gerakan-gerakan yang berketetapan itu bervariasi dalam tujuannya (variation of direction).
d.
Gerakan akan berhenti begitu tercapai perubahan tertentu dalam situasi.
e.
Akan terjadi persiapan untuk menghadapi situasi baru sebagai akibat dari aktivitas baru yang berlalu.
f.
Jika perilaku diulangi beberapa kali dalam situasi yang sama, akan terjadi peningkatan efektivitas.
g.
Reaksi organism merupakan suatu totalitas.
Jadi dapat disimpulkan bahwa gerakan-gerakan yang memenuhi kriteriakriteria tersebut merupakan gerakan yang bertujuan dan dinamakan perilaku, sedangkan gerakan lain yang tidak memenuhi kriteria-kriteria tersebut tidaklah dapat digolongkan sebagai perilaku.17
B. Pemustaka Pemustaka adalah istilah yang merujuk pada perorangan, kelompok, atau lembaga yang menggunakan pelayanan dan fasilitas perpustakaan. 18 Menurut undang-undang perpustakaan no.43 tahun 2007 Bab 1 Pasal 1 ayat 9 disebutkan bahwa pemustaka adalah pengguna perpustakaan, yaitu perseorangan, kelompok
17
Sarwono, Berkenalan dengan Aliran-Aliran, h.112. Rosa Widyawan, Pelayanan Referensi: Berawal dari Senyuman (Bandung: CV. Bahtera Ilmu, 2010), h. 21. 18
14
orang, masyarakat, atau lembaga yang memanfaatkan fasilitas layanan perpustakaan.19 Pemustaka 2.0 didefinisikan sebagai orang yang memanfaatkan koleksi dan layanan library 2.0. Karakteristik pemustaka 2.0 antara lain: a. Kecanduan informasi, bersemangat untuk akses cepat saat ini dan dalam informasi elektronik pribadi. b. Semakin mandiri, navigasi sumber daya dan membuat pilihan tanpa panduan ahli. c. Semakin puas dengan kualitas informasi yang dia temukan di web. d. Menyukai sumber daya online dan sumber cetak perpustakaan. e. Format agnostik. f. Konten dan konteks menambah nilai intelektual konten. g. Terobsesi dengan email, instant messaging, blog, wiki, game, dan belanja online. h. Sepenuhnya kabel (laptop, smartphone, MP3 player). i. Tuntutan dan mengharapkan akses 24/7 akses ke perpustakaan fisik dan virtual. j. Melakukan secara baik akademis didunia yang tampaknya menjadi mulus (batas-batas
antara
bekerja,
belajar,
dan
bermain)
multitasking.20 19
Graha Ilmu, Undang-Undang Perpustakaan No. 43 Tahun 2007, h.4.
15
dan
norma
C. Perpustakaan Khusus 1.
Pengertian perpustakaan khusus Perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang berada pada suatu instansi
atau lembaga tertentu, baik lembaga pemerintahan maupun lembaga swasta yang sekaligus lembaga tersebut sebagai pengelola dan penanggung jawabnya. Istilah khusus yaitu bertugas melayani lembaga dan mereka yang bekerja pada instansi yang bersangkutan.21 Sedangkan menurut Soekarman K., dkk, (2002) menyebutkan bahwa perpustakaan khusus adalah salah satu jenis perpustakaan yang dibentuk oleh lembaga (pemerintah/swasta), atau perusahaan, atau asosiasi yang menangani atau mempunyai misi bidang tertentu dengan tujuan pengembangan untuk memenuhi kebutuhan bahan pustaka/informasi di lingkungannya dalam rangka mendukung pengembangan dan peningkatan lembaga maupun kemampuan sumber daya manusia.22 2.
Tujuan dan Fungsi Perpustakaan Khusus Tujuan perpustakaan khusus adalah untuk melayani pengguna dalam
lingkungan lembaga, dokumen yang ada perpustakaan juga tidak hanya disimpan dan dikeluarkan apabila dibutuhkan tetapi perpustakaan harus proaktif memberikan segala informasi yang terkait dengan bidang lembaga induk, serta memanfaatkan segala fasilitas untuk kelancaran pelayanan.
20
Cheryl Peltier-Davis, “Web 2.0, Library 2.0, Library User 2.0, Librarian 2.0: Innovative Services for Sustainable Libraries,” Proquest, Vol. 29 No. 10 (2009): h. 18-19. 21 Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Samitra Media Utama, 2004), h. 30-31. 22 Soekarman K, dkk., Standar Perpustakaan Khusus (Jakarta: Proyek Pembinaan dan Pengembangan Perpustakaan Nasional RI, 2002), h. 3.
16
Fungsi perpustakaan khusus adalah menyediakan dan mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan organisasi yang menangui perpustakaan tersebut, selanjutnya keberadaan dan berjalan atau tidaknya sebuah perpustakaan khusus tersebut juuga bergantung kepada lembaga yang bersangkutan.23 3.
Koleksi Perpustakaan Khusus Koleksi perpustakaan khusus adalah bahan pustaka baik dalam bentuk
buku, film, majalah, dan sejenisnya yang dikumpulkan dan diproses berdasarkan aturan tertentu untuk disajikan dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi penggun, mencakup informasi koleksi umum, koleksi referensi, dan koleksi inti.24 4.
Layanan Perpustakaan Khusus a. Layanan perpustakaan 1) Layanan ruang baca Layanan ini sangat diperlukan oleh pengguna maupun pustakawan dalam menyemarakkan kegiatan layanan perpustakaan. Layanan ruang baca ini dirasakan sangat penting karena ada interaksi antara pengguna dan pustakawan secara langsung.25 2) Layanan sirkulasi Layanan sirkulasi adalah kegiatan peredaran koleksi perpustakaan ke luar peprustakaan. Pelayanan ini ditujukan agar pengguna dapat
23
Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik, h. 39. Soekarman K, dkk., Standar Perpustakaan Khusus, h.2. 25 Supriyono, “Upaya Peningkatan Jasa Layanan Perpustakaan dengan Teknologi Informasi”, Media Informasi, Vol. XIII No.8 (2001): h.14. 24
17
meminjam dan membaca bahan pustaka lebih leluasa sesuai kesempatan yang ada.26 3) Layanan rujukan Layanan
rujukan
diberikan
untuk
membantu
pengguna
perpustakaan atau masyarakat yang ingin menemukan informasi secara tepat dan cepat dari koleksi yang ada di perpustakaan. b. Layanan Sekunder Layanan tersebut prinsipnya untuk mendayagunakan informasi yang terkandung dalam koleksi perpustakaan.berbagai penerbitan kemasan bahan pustaka seperti jasa daftar koleksi peprustakaan, daftar isi majalah, sari karangan dan indeks, paket informasi, bulletin perpustakaan, bibliografi, dan lembar data dapat dilaksanakan di peprustakaan khusus agar pustakawan lebih dinamis dan proaktif.27 c. Layanan Khusus Mencakup terjemahan bahan pustaka, jasa silang layan/pengadaan bahan pustaka, dan layanan penelusuran literatur. 5.
Sumber Daya Manusia di Perpustakaan Khusus Sumber daya manusia merupakan aset yang paling penting untuk
menjalankan program dalam mencapai sasaran, terutama bagi pustakawan. peningkatan kemampuan dan keahlian staf harus diperhatikan dan diselaraskan
26
Soekarman dan Rachmat Natadjumena, Pedoman Umum Perpustakaan Khusus (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2004), h.33. 27 Soekarman dan Natadjumena, Pedoman Umum, h.37.
18
Penyelenggaraan
dengan kemajuan zaman, sehingga perubahan perkembangan teknologi tidak akan mengejutkan pustakawan dan non pustakawan.28
D. Library 2.0 1.
Pengertian Library 2.0 Sebelum membahas library 2.0, perlu kita ketahui bahwa istilah ini
berawal dari konsep web 2.0 yang merupakan generasi ke 2 dari WWW. Web 2.0 atau parcipatory web yang menggambarkan bagaimana teknologi WWW dimanfaatkan
oleh
aplikasi-aplikasi
yang
berkembang
saat
ini
untuk
berkokaborasi dengan para penggunanya dari seluruh penjuru dunia.29 Web 2.0 adalah sebuah frase yang diciptakan O’Reilly Media pada tahun 2004, mengacu apa yang dirasakan generasi kedua layanan berbasis web seperti situs jejaring sosial, wiki, alat komunikasi, folksinomi yang menekankan pada kolaborasi online dan berbagi antar pengguna. Web 2.0 adalah membaca/menulis web, dimana pengguna baik konsumen maupun produsen konten online, web interaktif dua arah, tempat dimana orang sehari-hari dengan akses internet dapat membuat dan mengedit suatu hal.30 Menurut Paul Graham, nama 2.0 muncul dari sebuah brainstorming untuk memberi nama konferensi tentang Web yang baru. Mereka berpendapat bahwa sesuatu yang baru akan muncul. Dan yang baru itulah disebut Web 2.0 meski masih memiliki banyak ragam interpretasi. Dalam suatu sesi pertemuan yang 28
Agus Dwi Waluyo, “Membangun Citra pustakawan sebagai Sumber Daya Manusia,” Buletin Perpustakaan, no.16 (1995): h.12. 29 Sri Ati Suwanto, “Layanan Perpustakaan Elektronik dengan Konsep Library 2.0,” artikel di akses pada 14 Oktober 2015 dari htt:// www.eprints.undip.ac.id. h.4. 30 Peltier-Davis, “Web 2.0,” h. 16.
19
dipimpin Tim O’Reilly pada tahun berikutnya (2005) dicoba mendefinisikan ulang Web 2.0. Batasan yang muncul adalah sederet kriteria berikut : a.
web 2.0 menggunakan jaringan terkoneksi sebagai landasan kerja yang menjangkau semua peralatan;
b.
penerapan web 2.0 memanfaatkan keunggulan intrinsik landasan kerja tersebut;
c.
menyediakan peranti lunak yang secara kontinyu diperbaiki karena semakin banyak pengguna yang berpartisipasi dalam upaya tersebut;
d.
memakai dan memadukan data dari beragam sumber termasuk dari setiap individu pemakai;
e.
menyediakan data dan jasa dalam format yang memungkinkan dipadukan oleh pihak lain;
f.
menciptakan keunggulan jaringan dengan memakai arsitektur yang cocok untuk partisipasi banyak pihak;
g.
melebihi kemampuan Web 1.0 karena diperkaya oleh pengalaman para pengguna.31 Web 2.0 adalah istilah yang sering digunakan untuk transisi
berkelanjutan yang dirasakan. Web 2.0 adalah layanan world wide web dari koleksi website untuk platform komputasi secara penuh melayani aplikasi web untuk pengguna yang diharapkan dapat menggantikan aplikasi komputasi desktop
31
Blasius Sudarsono, “Menerapkan Konsep Perpustakaan 2.0”. Disampaikan pada: Workshop Library 2.0: Chalenge and Opportunities to Library Management, (Semarang: Universitas Diponegoro, 11 Agustus 2009), h.4.
20
guna berbagai tujuan.32 Web 2.0 adalah istilah pemersatu untuk jenis-jenis teknologi baru yang memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dan personaliasi situs web, termasuk jerjaring sosial, blog, dan wiki. Web 2.0 adalah tentang banyak hal yang berbeda pada saat yang sama: ide, teknologi, pola perilaku, citacita, tujuan, dan budaya.33 Web 2.0 menyajikan model baru tentang berinteraksi dengan orang lain. Model lama tetap berjalan, tetapi dimunculkan alternatif model komunikasi baru. Model komunikasi baru yang sangat intensif ini menghasilkan outputyang luar biasa, yaitu pengetahuan. Model komunikasi Web 2.0 mendorong orang untuk aktif belajar (dalam arti luas) dan berbagi pengetahuan baru yang didapat. Inilah yang ingin diterapkan dalam konteks perpustakaan karena pada dasarnya perpustakaan adalah sebuah lingkungan pembelajaran.34 Web 2.0 adalah halaman situs lebih baru seperti MySpace, facebook, Delicious, Flikr, dan Youtube yang memungkinkan pengguna untuk berkontribusi terhadap konten web dan berinteraksi dengan pengguna situs lain. Teknologi kunci dan perangkat lunak sosial yang berfungsi sebagi dasar dari web 2.0: a.
Blog.
b.
Wiki.
c.
RSS feed.
d.
Pengguna menambahkan ulasan, penilaian, dan ringkasan.
e.
Instant messaging. 32
Stephen Abram, “Web 2.0-Huh?! Library 2.0, Librarian 2.0”, Proquest, Vol. 9 No.12 (2005): h. 44. 33 Holmberg, “What is Library 2.0,” Proquest, vol. 65 no. 4 (2009): h. 668. 34 Wicaksono, “Library 2.0,” h. 17.
21
f.
Podcast dan Vodcasts.
g.
Folksonomies, tag dan tagging.
h.
Sosial bookmark.
i.
Situs jaringan sosial.
j.
Streaming audio dan video.
k.
Jasa komunitas foto atau berbagi foto.
l.
Layanan buku (penerbitan). Para penulis lain seperti Aharoni (2009), Dongmei (2009), Chen (2009),
Alton dan Dion (2010), serta Click dan Petit (2010) mengolongkan aplikasi Web 2.0 di perpustakaan ke dalam empat pekerjaan.
Pertama, Blog dan
Wikis, dapat digunakan untuk kepentingan pengadaan informasi dalam arti mengumpulkan sumber informasi dari luar perpustakaan. Kedua, RSS (really simple syndication) adalah salah satu format umpan web yang digunakan untuk menerbitkan karya-karya yang sering diperbarui – misalnya entri blog, berita, audio, dan video – dalam format standar (Wikipedia). RSS dimanfaatkan untuk penyebaran informasi
dari
pihak
perpustakaan ke
pemustaka.
Ketiga,
pelayanan penandaan sosial (social tagging) dimanfaatkan untuk mengelola informasi dengan memanfaatkan kata kunci atau representasi kandungan informasi untuk memudahkan temu ulang selanjutnya. Keempat, pesan singkat (instant massaging) dan jaringan sosial (social networking) seperti twitter dan
22
facebook dimanfaatkan untuk arus informasi bilateral antara perpustakaan dan pemustaka dalam berbagi informasi.35 Menurut Rosa Widyawan dalam artikelnya tahun 2010, mengungkapkan bahwa Web 2.0 mempunyai beberapa fungsi, yaitu: 1) Web sebagai platform. Artinya, aplikasi
yang
dikembangkan
berbasis web. Hal lain seperti pertukaran data dan layanan juga dilakukan berbasis pelayanan web. Konsep ini juga dinamakan Web Service. Format data yang populer untuk Web Service,antara lain basis XML, JSON, dan YAML. 2) Web
sebagai
pengumpul
kecerdasan
kolektif.
Dari
sisi
komunikasi, Web 2.0 mendorong interaksi web dengan pengguna. Web juga menjadi tempat dikumpulkannya pengetahuan bersama yang di-shareoleh pengguna melalui beragam fitur di dalam aplikasi web. Ini yang disebut wisdom of crowds. Walaupun
kontribusi
masing-masing pengguna hanya sedikit, tetapi karena jumlah pengguna banyak, hasilnya menjadi luar biasa. Informasi yang terkumpul
dapat
digunakan
untuk meningkatkan pengalaman
pemakai. 3) Software as a service, yaitu sebuah layanan web yang tidak harus berdiri sendiri, tetapi menjadi layanan yang
digunakan
untuk
mendukung pelayanan web lain secara langsung atau tidak langsung. 35
Rosa Widyawan, “Library 2.0 tidak terasa ada disekitar Kita”, Baca, Vol. 31 no.1 (Agustus 2010): h. 65-66.
23
Untuk login ke
suatu aplikasi, pengguna dapat menggunakan
username dan password dari akun yang didaftarkan pada Facebook, Yahoo, Google, OpenID,
dan
lain-lain
tanpa harus melakukan
registrasi di aplikasi tersebut.36 P. Miller (2005) menyimpulkan bahwa web 2.0 adalah partisipasif, bahwa partisipasi tampak pada pemustaka sebagai blogger. Bagi perpustakaan dan lembaga terkait terdapat ruang lingkup partisipasi yang sederajat. Dalam hal ini, Miller menganjurkan agar perpustakaan bekerja bersama-sama dengan penyedia sistem, penerbit, lembaga standar, pemerintah, dan lembaga terkait lainnya.37 Jargon web 2.0 kemudian diadopsi di dunia perpustakaan. Istilah library 2.0 diperkenalkan oleh Michael Casey pada tahun 2005 dalam blognya bernama Library Crunch.38 Library 2.0 adalah perpustakaan yang dimodelkan pada teknologi web 2.0, berpusat pada penekanan perubahan pengguna dan partisipasi dalam penciptaan konten dan layanan berbasis masyarakat.39 Library 2.0 juga mencoba memanfaatkan keterampilan pengguna perpustakaan dalam desain dan implementasi layanan perpustakaan inovatif dengan mendorong umpan balik dan partisipasi. Casey dan Savastinuk (2007) sebagaimana dikutip oleh Kim Holmberg dkk. tahun 2008, menyatakan bahwa
36
Wicaksono, “Library 2.0,” h. 16. Widyawan, Pelayanan Referensi, h. 28. 38 Sudarsono, “Menerapkan Konsep Perpustakaan 2.0,” h.4. 39 Peltier-Davis, “Web 2.0,” h.17. 37
24
layanan pasrtisipatif dan perubahan adalah jantung dari library 2.0 dan teknologi adalah alat yang dapat membantu kita sampai disana.40 Library 2.0 adalah implementasi Web 2.0 dalam lingkup perpustakaan, tidak hanya terkait teknis dengan TI, tetapi juga aspek lain terutama dalam layanan perpustakaan.41 Library 2.0 juga berupaya mencari pemakai baru dan melayani pemakai yang sudah ada dengan lebih baik (Casey, M.E. dan Savastunik L.C.,2006).42 Menyediakan layanan perpustakaan yang banyak memanfaatkan teknologi Web 2.0 untuk membangun
perpustakaan
sebagai bagian
dari
knowledge management, dimana pengguna perpustakaan termotivasi untuk belajar dan berbagi pengetahuan, inilah yang disebut Library 2.0.43 Sementara itu, Maness (2006) mendefinisikan bahwa library 2.0 adalah penerapan teknologi yang didasarkan pada web multimedia yang interaktif, kolaboratif, pada layanan perpustakaan dan koleksi yang berdasarkan web, dan menganjurkan diadaptasi oleh komunitas ilmu perpustakaan. Maness membatasi definisi pada layanan yang berdasarkan web, tidak layanan perpustakaan secara umum, untuk menghindari kebingungan yang cukup potensial dan membolehkan istilah tersebut untuk diteliti, diteorikan lebih lanjut, dan memberikan wacana professional yang lebih bermanfaat.44
40
Kim Holmberg, “What is Library 2.0,” h. 671. Wicaksono, “Library 2.0,” h. 16. 42 Suwanto, “Layanan Perpustakaan Elektronik,” h.9. 43 Wicaksono, “Library 2.0,” h. 17. 44 Suwanto, “Layanan Perpustakaan.” h.10. 41
25
Dengan adanya library 2.0, yang mengutamakan interaksi, komunikasi akan lebih efektif. Istilah ini mencerminkan transisi pelayanan modern di dunia perpustakaan. fokusnya adalah pelayanan berubah pada penekanan pemustaka dan partisipasi mereka dalam penciptaan konten dan komunitas. Dengan library 2.0, pelayanan perpustakaan selalu diperbaharui dan dievaluasi untuk menyediakan pelayanan. 2.
Unsur-Unsur Library 2.0 Unsur-unsur library 2.0 menerapkan teknologi dan layanan berarti
membawa interaktif, kolaboratif, dan berpusat pada pengguna teknologi berbasis web untuk layanan perpustakaan koleksi. Termasuk: a.
Memberikan pesan sinkron (melalui platform instant messaging, skype, dll) yang memungkinkan pengguna chatting dengan staf perpustakaan.
b.
Menggunakan blog, wiki, dan pengguna berpusat pada platform terkait untuk mendorong komunikasi dan interaksi antara staf perpustakaan dan pengguna.
c.
Memungkinkan pengguna untuk membuat judul subjek pribadi untuk bahan pustaka melalui penandaan sosial bentuk plat.
d.
Menyediakan kemampuan pengguna untuk mengevaluasi dan mengomentari item tertentu dalam koleksi perpustakaan melalui sistem rating, diskusi, atau komentar lainnya.
e.
Menggunakan platform jejaring sosial seperti facebook atau linked in untuk membuat koleksi online untuk pengguna, memungkinkan komunikasi dan pengiriman online.
26
f.
Menciptakan sistem rekomendasi yang dinamis dan personal.45 Menurut Michael Zimmer (2013), menyatakan bahwa sebuah teori untuk
library 2.0 dapat diketahui memiliki 4 elemen penting berikut: a.
Terpusat pada pengguna. Pengguna berpartisipasi dalam pembuatan konten dan layanan yang terlihat dalam tampilan web perpustakaan, OPAC, dll. Pemakaian dan pembuatan konten web yang dinamis sehingga peran pustakawan dan pengguna tidak selalu jelas.
b.
Menyediakan sebuah layanan multi media. Koleksi dan layanan library 2.0 menyediakan komponen video dan audio. Walaupun hal ini jarang sekali dicetuskan sebagai fungsi library 2.0 di sini disarankan agar seharusnya begitu.
c.
Kaya secara sosial. Tampilan web perpustakaan berisi tampilan pengguna. Ada dua cara yaitu sinkronisasi (contohnya IM) dan asinkronisasi (contohnya wiki) untuk komunikasi pengguna dengan pengguna lain dan dengan pustakawan.
d.
Inovatif secara bersama-sama. Mungkin hal ini adalah aspek tunggal utama dari library 2.0 yaitu bertumpu pada asas perpustakaan sebagai layanan masyarakat, namun sadar bahwa ketika masyarakat berubah perpustakaan tidak saja ikut berubah tetapi juga membiarkan pemustaka untuk merubahnya. Perpustakaan siap untuk merubah pelayanannya, mencari cara baru untuk
45
Michael Zimmer, “Assesing the Treatment of Patron Privacy in Library 2.0 Literature,” Proquest, vol. 32 no.2 (2013): h.31.
27
memberi kesempatan masyarakat, bukan saja perorangan, untuk mencari, menemukan, dan menggunakan informasi.46 Library 2.0 berisi tujuh blok bangunan yaitu interaktivitas, pengguna, pastisipasi, perpustakaan dan layanan perpustakaan, web dan web 2.0, aspek sosial dan teknologi, dan alat-alat.47 3.
Pustakawan 2.0 Pustakawan 2.0 mampu mengintegrasikan teknologi web 2.0 ke layanan
perpustakaan melalui portal web perpustakaan.48 pustakawan 2.0 adalah guru dari era
informasi.49
Guna
memaksimalkan
kemampuan
tersebut
diperlukan
kompetensi baik secara profesional maupun pribadi. Kompetensi Pustakawan 2.0 yaitu: a.
Memahami kekuatan dan peluang web 2.0.
b.
mempelajari alat utama web 2.0 dan library 2.0.
c.
Memadukan sumber lektronik dan format cetak.
d.
Jadilah perangkat independen yang menggunakan dan memberikan segala sesuatu dari laptop ke PDA untuk ipod.
46
Jack M. Maness, Teori Library 2.0: Web 2.0 dan Dampaknya terhadap Perpustakaan. Penerjemah Blasius Sudarsono (Visi Pustaka, 2008), h.31. 47 Holmberg, “What is Library 2.0,” h. 669. 48 Peltier-Davis, “Web 2.0,” h. 19. 49 Abram, “Web 2.0-Huh?! Library 2.0,” h. 46.
28
e.
Mengembangkan sasaran pencarian federasi dan mengadopsi standar open URL.
f.
Hubungkan orang dalam konteks teknologi dan informasi.
g.
Tidak menghindar dari katalog nontradisional dan klasifikasi serta memiliki tagging, folksonomy, dan deskripsi konten pengguna yang sesuai.
h.
Merangkul informasi nontekstual dan kekuatan gambar, gambar bergerak, penglihatan, dan suara.
i.
Memahami dan memanfaatkan kekuatan konten lama dan baru.
j.
Melihat potensi dalam menggunakan sumber-sumber konten seperti Aliansi Open Content, Google print, dan open Worldcat.
k.
Koneksi pengguna hingga diskusi pakar, percakapan, dan praktek masyarakat dan pastisipasi disana.
l.
Menggunakan
dan
mengembangkan
jaringan
sosial
canggih
untuk
keuntungan peprustakaan. m. Terhubung dengan semua orang menggunakan mode komunikasi pilihan mereka seperti telepon, skype, instant messaging, SMS, referensi virtual, dan lain-lain. n.
Mendorong metadata user-driven dan konten yang dibuat pengguna dikembangkan dan komentar.
29
o.
Memahami kebijaksanaan orang banyak dan peran nyata dan dampak dari blog, web dan wiki.50 Kompetensi profesional dan pribadi untuk menjadi seorang pustakawan 2.0:
a.
Memiliki kapasitas untuk belajar terus-menerus dan cepat.
b.
Memantau cara-cara baru pengorganisasian dan mengakses sumber.
c.
Memantau tren dalam teknologi.
d.
Memiliki kemampuan untuk bekerja secara independen dan bekerja bersama tim.
e.
Memiliki kecenderungan untuk mengambil resiko dan bekerja dibawah tekanan.
f.
Layanan berorientasi kepada pengguna.
g.
Jadilah terampil untuk memungkinkan dan mendorong perubahan.
h.
Memiliki rasa humor.
i.
Berkomitmen untuk melanjutkan pendidikan formal dan informal.
j.
Melakukan penelitian dan mempublikasikan hasil.
k.
Baca literatur professional, terutama diluar bidang anda.
l.
Menjadi aktif dan dalam bebarapa kasus berani terlibat dalam desain ILS dan studi kegunaan. 50
Abram, “Web 2.0-Huh?! Library 2.0,” h. 46.
30
m. Lanjutkan kerjasama dan kolaborasi diantara komunitas global perpustakaan. n.
Menjadi advokat untuk profesi dengan memasarkan nilai web 2.0, library 2.0, dan pustakawan 2.0 untuk mengambil keputusan.51
4.
Implementasi Web 2.0
a.
Mashup dan Web Service Seperti sudah disebut
pada bagian pendahuluan, awalnya setiap
layanan web merupakan layanan tunggal, dalam arti semua fitur termasuk data disimpan oleh penyedia layanan. Sekarang media web sudah menjelma menjadi framework,
artinya
sebuah layanan juga menyediakan akses bagi
layanan lain untuk menggunakan fitur atau datanya. Misalnya, jika kita ingin menjadi konsultan matematika, tetapi karena keterbatasan sumber daya kita tidak sanggup membeli kalkulator maka kalkulatornya dapat meminjam dari tetangga. Layanan pinjam-meminjam kalkulator itu disebut Web Service. Mashup merupakan
aplikasi
hibrida yang
fungsi
analitas
dan
konten/datanya merupakan kombinasi dari si pembuat layanan dan pihak ketiga. Fungsionalitas layanan pihak ketiga itu disebut Web Service. Interface bagi pihak lain dalam memanfaatkan fungsionalitas dari suatu web disebut dengan application
programming interface (API). Ada
beragam
format
pertukaran data yang digunakan seperti eXtensible Markup Language (XML), JavaScript Object Notation (JSON), dan Yet Another Markup Language (YAML).
51
Peltier-Davis, “Web 2.0,” h. 19.
31
Dengan Asynchronus Javascript and XML (AJAX) pertukaran data dapat dilakukan secara asinkronus tanpa harus me-reloadseluruh halaman web. Banyak layanan web gratis di internet yang dapat dimanfaatkan dengan dihibrid(mashup-ed)
untuk
kepentingan
aplikasi
perpustakaan,
misalnya
disqus.com yang menyediakan web serviceuntuk membuat sistem komentar dan diskusi yang bisa di-hibrid ke aplikasi perpustakaan. Pada OPAC Senayan, untuk cantuman detail per koleksi di-hibrid fitur komentar dari disqus sehingga pengunjung dapat memberi tanda pada koleksi tersebut, memberi komentar, dan juga dibalas oleh pengguna lain berdasarkan thread. Memberikan komentar dilakukan secara anonim atau dibuat harus login dulu. Login yang digunakan dapat memakai login ID yang dimiliki dari layanan lain, seperti Yahoo, OpenID, Facebook, Twitter, dan Disqus.52 b.
Online Social Networking (OSN) Web 2.0 tidak hanya berkutat sekitar pemanfaatan teknis fitur dan data,
tetapi memudahkan orang membentuk jaringan sosial dan komunitas berbasis kesamaan minat, demografis, psikografis, dan lain-lain. OSN memudahkan orang “mengumpulkan” keluarga, teman, rekan kerja, bahkan mengumpulkan teman dari teman, dan teman baru sesuai dengan kesamaan minat. Beberapa OSN yang
populer,
antara
lain Facebook, Plurk, Twitter, Linkedin, dan
MySpace.Tentu ada sisi buruk dan baiknya. Sisi buruknya, OSN saat ini menjadi salah satu sasaran dalam penyebaran virus dan spyware, pencurian
52
Wicaksono, “Library 2.0,” h. 19-20.
32
dan penyamaran identitas, cyber-bullying, penyalahgunaan privasi, dan lain-lain, tetapi sisi baiknya lebih banyak.53 Untuk pengelola perpustakaan, OSN dapat dimanfaatkan untuk: 1) Speak Their Language. Menarik pengguna perpustakaan berusia muda untuk lebih akrab
dengan
perpustakaan.
Ini tantangan
tersendiri.
Dahulu koleksi perpustakaan terkesan formal sehingga tidak atraktif untuk pengguna usia muda. Namun, perpustakaan sekarang mempunyai jenis koleksi baru yang potensial untuk menarik minat pengguna berusia muda, seperti koleksi film populer, musik, dan permainan. OSN dapat dimanfaatkan untuk mengemas ulang promosi dan transparansi layanan di perpustakaan. 2) Show
Them
the
Library.
OSN juga
dapat
dimanfaatkan
untuk
mengkomunikasikan ragam aktivitas yang telah dan sedang dilakukan di perpustakaan. Apalagi pada dasarnya orang senang mengetahui apa yang sedang dilakukan oleh orang lain. Tampilkan foto, video, direktori, peta per pustakaan, bahkan libatkan pengguna untuk ikut berkontribusi, misalnya dengan men-submitfoto/video mereka di perpustakaan. 3) Beberapa OSN menyediakan fasilitas untuk membuat semacam survei atau forum diskusi. Pengelola perpustakaan dapat memanfaatkannya untuk melihat bagaimana pengguna memandang perpustakaan. Akan banyak
sekali
masukan
yang
53
Wicaksono, “Library 2.0,” h. 22
33
dapat
digunakan
untuk
mengembangkanperpustakaan. Dengan
berbagai
ragam
model
komunikasi yang dapat dilakukan di OSN, beberapa hal yang juga bisa
dilakukan,
seperti
pustakawan referensi,
kemas
penyebaran
ulang informasi, chattingdengan informasi ter seleksi,
pr omosi
kegiatan di perpustakaan, dan pendidikan pemakai.54 c.
Taksonomi berbasis Pengguna Cara konvensional dalam memberikan kata kunci dalam pengolahan
koleksi adalah dengan menggunakan tesaurus atau tajuk subjek. Semua dilakukan oleh pustakawan tanpa intervensi pengguna. Saat ini salah satu tren yang berkembang adalah kontribusi pengguna dalam menentukan kata kunci, yang disebut dengan tagging. Tagging membuat proses memberikan kata kunci menjadi lebih demokratis.Kumpulan kata kunci hasil tagging, sering disebut dengan tag clouds. Tag clouds ditampilkan
dengan
beragam model
yang
bisa
menunjukkan kata kunci yang tersedia dan mana yang paling populer. Beberapa tag clouds yang saling berhubungan membentuk semacam kesatuan disebut
dengan folksonomy.
Gabungan
antara folks ( teman-teman)
dan
taxsonomy (taksonomi). Artinya, taksonomi dibentuk oleh kontribusi dari banyak teman/orang.55
54
Wicaksono, “Library 2.0,” h. 24-25 Wicaksono, “Library 2.0,” h. 25
55
34
Pemanfaatan tools web 2.0 di perpustakaan diantaranya: 1) Blog Dan Wiki Weblog atau blog adalah laman web pribadi yang disusun secara kronologis, mengarsipkan sendiri berdasarkan waktu, selalu diperbarui, dilengkapi taut (hyperlink), dan setiap posting dilengkapi RSS untuk mengorganisasikan isi. Perangkat lunak blog dapat diperoleh secara gratis dan memberikan medium yang luwes baik untuk penggunaan profesional maupun pribadi dan komunikasi internal maupun eksternal. Dapat dikatakan bahwa blog memungkinkan kita untuk menerbitkan karya tulis secara cepat, dan yang paling penting adalah lebih interaktif jika dibanding halaman web yang statis. Lagi pula, blog memberikan kemudahan untuk minta bantuan, dan juga belajar- mengajar. Blog dapat menjadi ajang untuk memperkuat hubungan dengan anggota organisasi, yaitu dengan adanya ruang sosialisasi yang merangsang gagasan inovatif dalam dunia bisnis. Dalam dunia akademis, blog
dimanfaatkan untuk mem-posting
berita, ulasan buku, atau mempromosikan sumber informasi yang ada di perpustakaan. Misalnya, Perpustakaan Stanford University memasang blog tentang robotika dan juga blog seorang staf pengajaryang terkait dengan topik ini. Berbagi pengetahuan dalam bidang ini bermanfaat bagi mereka yang mencermati masalah robotika, bahkan mungkin mempunyai masalah terkait, sehingga informasi yang disajikan dalam blog lebih bermanfaat.
35
Wiki telah lama digunakan sebagai sarana berbagi pengetahuan yang diprakarsai oleh individu atau organisasi dan
pada
umumnya
pengguna berhak mengedit atau menghapus informasi. Hal ini merupakan bentuk kerja sama maya untuk berbagi pengetahuan dalam masyarakat keilmuan. Sebenarnya, wiki memberikan kemudahan dalam pembelajaran dan membantu orang mendapatkan pengetahuan, serta berfungsi sebagai memori publik yang mudah diakses karena pengguna dengan sukarela menyumbangkan keahliannya. Wiki juga dikenal sebagai sistem berbasis pengetahuan sejawat atau berbasis repositori sebagai lawan dari berbasis ahli. Kemudian, isi wiki
sering dipandang sebagai aset masyarakat yang
tidak memiliki kekayaan intelektual. 2) Rich Site Summary Atau Really Simple Syndication (RSS) Umpan RSS adalah sumber informasi ringkas yang diakses melalui uniform
resources locator (URL).
RSS
memungkinkan pengguna
mendaftar pada situs web tertentu untuk menerima informasi secara reguler tanpa mengunjungi situs web. Dengan memanfaatkan fungsi ini, berbagai sumber informasi dapat diringkas dalam satu halaman sehingga pengguna dapat memilih artikel yang diminati secara rinci. Setiap unsur dari masing-masing umpan diperbarui terus- menerus, walaupun URL umpan tetap sama. Fungsi ini berguna untuk transfer pengetahuan menyediakan informasi terbaru bagi pengguna.
36
dengan
3) Social Tagging (Penandaan Sosial) Menandai
atau
memberikan
kategori merupakan
salah
satu
fasilitas yang mer informasi, misalnya pemustaka menciptakan label untuk sebuah artikel yang berkaitan dengan pelayanan informasi, atau perilaku pemustaka dan menyimpan artikel terseleksi itu ke dalam kategori yang dipilih. Pemustaka dapat juga memberi catatan untuk mengingatkan isi artikel agar dapat ditelusur dengan mudah. Dalam dunia perpustakaan, mereka menyumpangkan kata kunci yang menengarai sumber
yang mereka tandai. Penandaan dapat terkait
pada subjek sumber atau pendapat mereka pada buku tertentu, atau kata kunci untuk
membantu
mereka
mengingat. Penandaan
juga
memungkinkan seseorang yang bukan ahli untuk berbagi pandangan. Dalam komunitas keilmuan yang beragam, penandaan dapat dibuat oleh mahasiswa, dosen atau yang lain yang terkait dengan universitas, dan juga pengunjung OPAC. 4) Social Networking: Twitter dan Facebook Facebook dan twitter merupakan situs jaringan sosial yang paling digemari. Little (2010) mencatat bahwa lebih dari 400 juta orang secara aktif menggunakan facebook. Jaringan ini populer di kalangan remaja, namun sekarang
50%
penggunanya
berumur lebih
dari
35
tahun.
Sementara itu, twitter mengaku 106 juta orang telah mendaftar di situs ini. Twitter menjadi terkenal di perpustakaan ketika mencari hubungan dan
37
memperluas pemustaka. Dengan twitter, pemustaka berbagi gagasan dengan mereka yang tergabung dalam jaringan ini, selama tidak melebihi 140 karakter. Batasan jumlah kata ini memaksa penulis untuk meringkas gagasannya. Bagi pembaca, informasi singkat dapat dimengerti
dengan
cepat sehingga topik yang rumit dapat ditularkan secara efektif. Bahkan Kroski (2008) mencatat bahwa twitter merupakan sarana integral bagi beberapa lembaga untuk memperbarui status pada laman perpustakaan. Sementara itu, individu dan organisasi menggunakan twitter untuk mempromosikan kegiatan, blog, berbagi taut, melaporkan kegiatan secara langsung, menerbitkan dan melacak berita, serta yang paling penting untuk membangun citra. Di facebook, seseorang menampilkan profil dengan informasi pribadi yang rinci, dari ulang tahun dan agama sampai status hubungan dan anggota keluarga. Pengguna facebook kemudian berteman dengan para pengguna facebook lainnya, dan jaringan sosial mereka dimulai. Lembaga mulai mempunyai kekuatan besar, para pengguna facebook dapat memilih majalah
favorit,
tayangan televisi, pengarang, organisasi nirlaba, dan
sebagainya. Perusahaan
pun mulai
menggunakan
facebook
untuk
mempromosikan produk dan merek. Chua
dan
Goh
(2010)
menyatakan bahwa
secara
khusus,
perpustakaan mungkin ingin mengeksplorasi penggunaan Web 2 .0 untuk mendukung organisasi dan berbagi informasi. Menghubungkan dengan
38
pengguna
melalui facebook, memungkinkan
pengguna
untuk chatting
dengan pustakawan, atau mendukung penggunaan alat penandaan sosial, misalnya dapat membantu meningkatkan kualitas dari situs perpustakaan. 5) Video Sharing Hampir streaming ini
semua telah
pengguna
membuat
internet mengenal You Tube. Video
beberapa
video menjadi terkenal. Pada
umumnya orang menggunakannya untuk menonton televisi, iklan, dan video amatir, atau mengunggah video mereka, tetapi banyak pula yang mengunggah ke web tanpa membuat account. You Tube didirikan bulan Februari 2005, merupakan perintis video onlinedengan tujuan utama untuk dilihat dan dibagi ke seluruh dunia. You Tube memungkinkan orang dengan mudah mengunggah dan berbagi video klip. Beberapa perpustakaan menggunakan YouTube untuk mempromosikan pelayanan mereka. 6) Instant Messaging (Pesan Langsung) Pesan langsung atau instant messaging dan SMS sangat bermanfaat dalam pelayanan referensi di perpustakaan. Memang, dalam hal ini ada kesimpangsiuran reference
terminologi antara instant
service,
namun
message dan instant chat
kedua terminologi
tersebut
mengandung
pengertian yang sama.56 Mohd. Hafiz Zakaria, Jason Watson dan Sylvia L. Edwards dalam artikel “Investigating the use of Web 2.0” tahun 2010 melakukan penelitian mengenai 56
Widyawan, “Library 2.0 tidak terasa ada,” h. 67-72.
39
penggunaan teknologi web 2.0 terhadap mahasiswa Malaysia. Dalam penelitian dengan menggunakan survei kepada mahasiswa malaysia berjumlah 250 orang.57 Beberapa hal yang diidentifikasi adalah sebagai berikut: a.
Kepemilikan dan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Pertanyaan seputar kepemilikan teknologi seperti laptop, telepon genggam dan seluler, komputer, dan media player portabel. Kemudian pertanyaan berlanjut kepada penggunaan aplikasi web 2.0 di TIK tersebut.58
b.
Keterampilan dan pengalaman terhadap teknologi informasi dan komunikasi (TIK), mengidentifikasi hubungan antara keterampilan dan pengalaman dengan kemampuan untuk berkomunikasi dalam konten. Selain itu, mencakup pertanyaan keterlibatan dengan web 2.0 selama waktu luang atau kegiatan belajar. Pertanyaan tersebut menunjukkan reaksi penggunaan web 2.0 sebagai alat dan layanan. Selain itu, juga menentukan keaktifan atau kepasifan saat menggunakan web 2.0 untuk tujuan kolaborasi.59
c.
Reaksi dan ekspektasi. Reaksi dilihat dengan menganalisis jawaban terhadap respon, diukur berdasarkan pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan tersebut diadopsi dan berasal dari kegiatan keterlibatan penggunaan secara online. Sedangkan ekspektasi diukur berdasarkan penilaian tentang apa yang dipercaya akan menjadi pilihan terbaik dalam kondisi tertentu. 57
Mohd. Hafiz Zakaria, Jason Watson dan Sylvia L. Edwards, “Investigating the use of Web 2.0”, Emerald, vol.4 no.1 (2010): h.17. 58 Zakaria,“Investigating the use,” h. 120. 59 Zakaria,“Investigating the use,” h. 22.
40
Ekspektasi dalam belajar menggunakan TIK, keterlibatan, dan umpan balik konstan.60 d.
Akses ke teknologi mencakup akses untuk aplikasi web 2.0 dan literasi web. Digunakan untuk mengukur kenyaman dalam memanfaatkan web 2.0.61
e.
Tren penggunaan terhadap TIK dan web 2.0 untuk berbagi informasi dan berkolaborasi.62
5.
Manfaat Library 2.0 a. Layanan proaktif: pengguna perpustakaan sudah menggunakan alat-alat blog, wiki, RSS feed, podcast, video di Youtube, berbagi foto di Flickr, dan instant messaging melalui Meebo dan twitter. Perpustakaan harus proaktif dan mempelajari lebih banyak tentang menyediakan dan menggunakan layanan ini. b. Peningkatan komunikasi (internal dan eksternal): alat jaringan sosial tidak hanya meningkatkan komunikasi perpustakaan (eksternal) dengan pengguna, tetapi juga meningkatkan komunikasi internal dan berbagi pengetahuan. c. Pelaksanaan segera: konten di web tidak lagi hak ekslusif ahli dengan pengetahuan HTML dan bahasa pemrograman web. Dengan perangkat
60
Zakaria,“Investigating the use,” h. 24 Zakaria, “Investigating the use,” h. 25 62 Zakaria, “Investigating the use,” h. 26 61
41
lunak sosial yang tersedia untuk membuat blog, wiki, podcast, dan situs jaringan sosial siapapun dapat menambahkan konten online. d. Kelangsungan hidup: pustakawan harus mendapatkan di web 2.0 layanan informasi virtual untuk melakukan pekerjaan tersebut.63 E. Penelitian Terdahulu Penelitian pertama dilakukan oleh Ridwan Nur Arifin mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2014 yang berjudul “Evaluasi Penerapan Library 2.0 di Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta”. Tujuan dari pnelitian ini adalah untuk mengevaluasi sejauh mana penerapan library 2.0 telah diterapkan oleh perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Dari hasil penelitian library 2.0 belum diterapkan secara optimal oleh perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penelitian kedua dilakukan oleh Dapit Setiahadi mahasiswa Univeritas Pembangunan Nasional “Veteran” pada tahun 2010 yang berjudul “Sistem Perpustakaan Online Berbasis Web dengan Teknologi Ajax pada SD Muhammadiyah 15 Surabaya”, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pembuatan aplikasi perpustakaan online berbasis web dapat mengatur penempatan buku yang ada di Perpustakaan SD Muhammadiyah 15 Surabaya dengan salah satu konsep web 2.0. Metode yang digunakan pada penelitian adalah Library research dan analisa dan perancangan sistem.
63
Peltier-Davis, “Web 2.0,” h. 19.
42
Penelitian ketiga dilakukan oleh Norma Juwita Novianti mahasiswi jurusan ilmu perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2014 yang berjudul “Pemanfaatan Facebool sebagai Sarana Promosi di Perpustakaan Kementerian Keuangan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fitur-fitur facebook yang dimanfaatkan untuk promosi perpustakaan, konten-konten yang dipromosikan, serta hambatan dan kendala dalam mengelola facebook. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Perbedaan dari ketiga penelitian diatas adalah cakupan pembahasan, lokasi, fokus penelitian, dan metode penelitian yang digunakan, dimana peneliti membahas secara lebih rinci mengenai bagaimana penerapan sebuah konsep web 2.0 di terapkan dan dikembangkan oleh sebuah perpustakaan mempengaruhi perilaku pemustaka dalam memanfaatkan layanan library 2.0.
43
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif, yaitu penelitian tentang fenomena sosial tertentu dengan menganalisa dan menginterpretasikan data yang ada dan penelitian yang bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal seperti apa adanya.64 Penelitian deskriptif, yaitu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas65. Di
dalamnya
terdapat
upaya
mendeskripsikan,
mencatat,
analisis
dan
menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada.66 Sedangkan pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif, ini adalah salah satu model menemukan kebenaran konsep, hubungan konsep-konsep melalui wilayah-wilayah yang luas dengan populasi tanpa atau menggunakan sampai dalam jumlah besar. Pendekatan kuantitatif ini suatu pendekatan penelitian secara primer menggunakan paradigma postpositivist dalam mengembangkan ilmu pengetahuan (seperti pemikiran tentang sebab akibat, reduksi kepada variabel, hipotesis, dan pertanyaan spesifik, menggunakan
64
Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar Teori dan Panduan Praktis Penelitian Sosial bagi Mahasiswa dan Peneliti Pemula (Jakarta: STIA-LAN, 1999), h.60. 65 Taliziduhu Ndraha, Desain Riset dan Teknik Penyusunan Karya Ilmiah (Jakarta : Bina Aksara, 1987), h. 39. 66 Mardalis, Metode Penelitian (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), h. 26.
44
pengukuran dan observasi, serta pengujian teori), menggunakan strategi penelitian seperti eksperimen dan survei yang memerlukan data statistik.67
B. Sumber Data 1.
Data Primer Data Primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh orang yang
berkepentingan atau yang memakai data tersebut.68 Dalam penelitian ini, data primer ini bersumber dari responden langsung yang ditemui di lapangan (lokasi penelitian) dengan menyebarkan kuisioner kepada anggota perpustakaan Kemendikbud sebagai responden dalam penelitian ini. 2.
Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung dari
sumbernya.69 Data sekunder biasanya diambil dari dokumen (laporan, karya tulis orang lain, koran, majalah), atau seseorang mendapat informasi dari “orang lain”. orang lain inilah yang mendapatkan data primer.70 Data diperoleh dari beberapa tinjauan literatur untuk mendapatkan informasi yang relevan terkait dengan penelitian ini.
67
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan : Kualitatif dan Kuantitatif (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h. 28. 68 Boediono, Teori Dan Aplikasi Statistika Dan Probabilitas (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 7. 69 Haris Herdiansyah, Metodologi penelitian Kualitatif: Untuk Ilmu- Ilmu sosial (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), h.87. 70 Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian, h.86.
45
C. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan unit pengamatan atau tentang informasi yang diinginkan.71 Kasus-kasus tersebut dapat berupa orang, barang, binatang, hal atau peristiwa. Populasi dalam penelitian ini adalah pemustaka yang menjadi anggota di perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) selama tahun 2015. Pemustaka selama kurun waktu tahun 2015 tersebut berjumlah 840 orang, maka populasi dalam penelitian ini adalah 840 orang. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. 72 Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik random. Apabila sampel subyeknya kurang dari 100 maka sampel diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Sedangkan jika tingkat populasi besar atau lebih besar dari 100 orang, maka dapat diambil sampel sebanyak 10-25 % atau 20-25 %.73 Dengan melihat data yang ada, maka peneliti akan mengambil 10 % sampel dari 840 orang sehingga hasilnya 84 orang. Mereka adalah pemustaka yang menjadi anggota di perpustakaan Kemendikbud yang ditemui oleh peneliti.
D. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penulis untuk mendapatkan informasi atau data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, yaitu:
71
Sugiyanto, Analisis Statistika Sosial, (Malang : Bayumedia Publishing (2004), h. 14. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 174 73 Arikanto, Prosedur Penelitian, h. 120. 72
46
1.
Studi Pustaka (Library Research), dalam studi pustaka ini penulis melakukan dengan mempelajari buku-buku, dokumentasi dan artikel yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.
2.
Penelitian Lapangan (Field Research), penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data secara langsung kelapangan melalui : a. Observasi (Pengamatan) Observasi yaitu pengamatan dalam rangka mengumpulkan data dalam suatu penelitian secara langsung kelapangan kerja pelayanan perpustakaan. Observasi dilakukan untuk menganalisis perilaku pemustaka terhadap layanan library 2.0 di peprustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). b. Kuesioner atau Angket Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.74 Pertanyaan yang akan diberikan pada kuesioner ini adalah pertanyaan menyangkut fakta dan pendapat responden. Sedangkan jenis pertanyaan yang digunakan pada penelitian ini adalah pertanyaan tertutup. Pertanyaan tertutup, yakni dimana responden diminta menjawab pertanyaan dan menjawab dengan memilih dari sejumlah alternatif.
74
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 142.
47
E. Teknik Pengolahan Data Data yang diperoleh berdasarkan pada kuesioner yang telah disebarkan dan dijawab oleh pemustaka di linkungan perpustakaan Kemendikbud yang menjadi responden penelitian. Langkah dalam pengolahan data yang dilakukan sebagai berikut: 1.
Tahap Pemeriksaan Kuesioner atau angket yang terkumpul kemudian diperiksa kelengkapan
data dan jawaban angket untuk menghindari adanya kemungkinan kesalahan dalam pengisian angket. Lalu dari jawaban tersebut dikelompokkan antara pertanyaan yang bersangkutan dengan perilaku pemustaka terhadap layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud oleh pemustaka. 2.
Tabulasi Tabulasi data adalah penyajian data dalam bentuk tabel atau daftar untuk
memudahkan pengamatan dan evaluasi.75 Tabulasi adalah
menyusun data
kedalam tabel dengan cara menyajikan hasil perolehan dari jawaban-jawaban responden untuk masing-masing kategori jawaban-jawaban. Pentabulasian digunakan untuk mempermudah perhitungan distribusi frekuensi bagi data umum mengenai jawaban responden. Melalui tabulasi ini maka akan dengan mudah didapatkan informasi mengenai presentase.
75
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemdikbud, “Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online,” diakses pada 12 Januari 2016 dari http://kbbi.web.id/tabulasi.
48
P= Keterangan: P = Persentase F = Frekuensi (jawaban terpilih) N = Sampel yang diperoleh (jumlah responden)76 Adapun parameter yang digunakan untuk menafsirkan data pemanfaatan ini adalah sebagai berikut: 0%
= tidak satupun
1 – 25%
= sebagian kecil
26 – 49%
= hampir setengahnya
50%
= setengahnya
51 – 75%
= sebagian besar
76 – 99%
= hampir seluruhnya
100% = seluruhnya77
F. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses penyederhanaan data dan penyajian data dengan mengelompokkannya dalam suatu bentuk yang mudah dibaca dan interpretasi. Apabila data berguna untuk mereduksikan data menjadi wujud yang dapat dipahami dan ditafsir dengan cara tertentu hingga relasi masalah penelitian
76
Anas Sudjiono, Pengantar Statistika Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997),
h.46. 77
Herman Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian: Buku Panduan Mahasiswa (Jakarta:Gramedia, 1992), h.10
49
dapat ditelaah serta diuji.78 Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif persentase.
G. Tempat dan Waktu Penelitian 1.
Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di perpustakaan Kemendikbud. Tempat
penelitian beralamat di Jl. Jenderal Sudirman Gedung A Lantai 1, Senayan, Jakarta Indonesia,10270. 2.
Waktu Penelitian Penelitian di perpustakaan Kemendikbud ini dilakukan sejak tanggal 5
Februari 2016 – 19 Maret 2016. Adapun tahap penyusunan proposal skripsi hingga finishing akan dijelaskan dengan tabel berikut ini: Tabel 3. 1 Jadwal Penelitian
Kegiatan
Waktu November Desember Januari Februari Maret April Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan proposal skripsi Pengajuan proposal skripsi Mendapatkan dosen pembimbing skripsi
78
Uber Silalahi, Metode Penelitian Sosial (Bandung: PT. Refika Aditama, 2009), h. 332
50
Bimbingan skripsi Penelitian Penyusunan skripsi Pendaftaran sidang skripsi Sidang skripsi Revisi skripsi
51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Perpustakaan Kemendikbud Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tanggal 20 Juli 2004, melalui Memorandum Saling Pengertian antara British Council untuk Indonesia dengan Kemdikbud, menerima hibah koleksi buku dan sistem manajemen dari British Council. Kerja sama hibah koleksi perpustakaan ini tentunya melengkapi koleksi perpustakaan yang sudah ada di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Perpustakaan hasil kerja sama tersebut akhirnya dikenal dengan nama Perpustakaan Departemen Pendidikan Nasional yang diresmikan pada tanggal 29 November 2004 oleh Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Perpustakaan
Kementerian
Pendidikan
Nasional,
sesuai
dengan
Permendiknas 23 Tahun 2005, menjadi bagian dari Pusat Informasi dan Humas yang memiliki tugas fungsi melakukan pengelolaan perpustakaan kementerian. Selanjutnya sesuai dengan Permendiknas Nomor 36 Tahun 2010 berubah menjadi Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang kemudian pada tahun 2011. Kemudian, Perpustakaan Kemendikbud sesuai dengan Permendikbud Nomor
11
Tahun
2015 merupakan subbagian dari Biro Komunikasi dan
Layanan Masyarakat, Sekretariat Jenderal, Kemendikbud yang memiliki tugas melakukan pengelolaan perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
52
Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) merupakan
perpustakaan
utama
di
lingkungan
Kemendikbud.
Sebagai
perpustakaan utama, Perpustakaan Kemendikbud diharapkan menjadi referensi dalam bidang pendidikan dan kebudayaan dengan menyediakan akses informasi yang lengkap dalam bidang pendidikan dan kebudayaan, baik dalam bentuk koleksi tercetak maupun dalam bentuk koleksi digital/elektronik. Perpustakaan
Kemendikbud
dikelola
secara
profesional
dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam menunjang layanan kepada pemustaka. Perpustakaan Kemendikbud terus berupaya meningkatkan kualitas layanan dengan selalu memperbaharui koleksi dan layanan sesuai dengan kebutuhan pemustaka dan arah kebijakan Kemendikbud. 1.
Visi dan Misi
Visi “Menjadi Perpustakaan Referensi Pendidikan dan Kebudayaan yang Berorientasi kepada Pemustaka serta Menunjang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam Mewujudkan Insan Indonesia Cerdas Komprehensif”.
Misi
a.
Menjadikan Perpustakaan Kementerian pendidikan dan kebudayaan sebagai model acuan bagi pengembangan perpustakaan pendidikan.
53
b.
Mewujudkan sistem manajemen perpustakaan yang efisien, efektif, dan profesional
c.
Menyediakan layanan perpustakaan yang berorientasi pada pelanggan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kualitas layanan perpustakaan yang lebih baik dan beragam
2.
Tugas
Rincian Tugas Subbagian Perpustakaan meliputi:
a. Melakukan penyusunan program kerja Subbagian dan konsep program kerja bagian; b. Melakukan penyusunan rencana kebutuhan dan pengembangan bahan koleksi; c. Melakukan pengadaan bahan koleksi perpustakaan; d. Melakukan pengolahan koleksi perpustakaan; e. Melakukan pengembangan koleksi perpustakaan; f. Melakukan penyimpanan bahan koleksi pustaka; g. Melakukan
pemeliharaan,
perawatan,
dan
pengamanan
koleksi
perpustakaan; h. Melakukan pemberian layanan pemustaka; i. Melakukan penyusunan bahan fasilitasi pengelolaan perpustakaan dan pustakawan di lingkungan kementerian; j. Melakukan penyusunan bahan kerja sama dan promosi perpustakaan;
54
k. Melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen Subbagian; l. Melakukan penyusunan laporan Subbagian. 3.
Koleksi Perpustakaan
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan
selalu
memperbaharui koleksinya secara berkala. Adapun jumlah koleksi Perpustakaan Kemedikbud tahun 2015 (Data Desember 2015) berjumlah
27,881
Judul;
33,687 Eksemplar/Copy dengan rincian sebagai berikut : Tabel 4. 1 Koleksi Perpustakaan Kemedikbud Jenis Koleksi Buku Audiovisual BluRay)
(CD,
DVD,
Judul 23.150
Eks 27.150
4.695
6.501
36
36
27,881
33,687
VHS,
Terbitan Berkala (Koran, Majalah, Jurnal) Koleksi Digital Total
Pada tahun 2015, Perpustakaan Kemendikbud melanggan e-journal internasional yang dapat diunduh secara full-text oleh pemustaka. Adapun ejournal yang dilanggan adalah sebagai berikut: a. Educational Management Administration & Leadership. b. IFLA Journal. c. Journal of Communication Inquiry. d. Journal of Librarianship and Information Science. e. Journal of Management Education.
55
f. Journal of Teacher Education. g. RELC Journal. h. SAGE Open. 4.
Layanan
a. Jadwal dan Sistem Layanan Perpustakaan Kemendikbud membuka berbagai jenis pelayanan di perpustakaan pada hari dan jam berikut Senin s.d Jumat : 09.00 s.d 17.00 WIB Sabtu : 09.00 s.d 14.00 WIB Minggu/Libur Nasional : Tutup Perpustakaan Kemendikbud memberikan layanan dengan model sistem terbuka (open access), yang memungkinkan pemustaka dapat mengakses langsung ke koleksi yang diinginkan. b. Keanggotaan Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan(Kemendikbud) merupakan perpustakaan khusus yang memiliki tujuan utama untuk memenuhi materi perpustakaan/informasi di lingkungan Kemendikbud dalam rangka
mendukung
Perpustakaan
terbuka
pencapaian bagi
misi
pegawai
Kemendikbud. di
lingkungan
Keanggotaan Kemendikbud.
Keanggotaan Perpustakaan juga terbuka bagi masyarakat umum dengan persyaratan khusus.
56
Persyaratan Keanggotaan: 1) Kartu
pegawai
(bagi
pegawai
Kemendikbud)/kartu
identitas
(KTP/SIM/kartu mahasiswa/kartu identitas lainnya–bagi masyarakat umum); 2) Mengisi formulir keanggotaan bermaterai (calon anggota menyediakan materai sendiri); 3) Bagi masyarakat umum, peminjaman koleksi wajib meninggalkan kartu identitas
(KTP/SIM/Paspor/NPWP/kartu
kahasiswa/kartu
identitas
Lainnya) yang masih berlaku; 4) Ketentuan peminjaman koleksi Tabel 4. 2 Ketentuan peminjaman Koleksi Jenis Keanggotaan
Jumlah Koleksi Yang Bisa Dipinjam
Lama Peminjaman
Perpanjangan*
Pegawai Kemendikbud
3 Buku dan 2 Audiovisual
14 hari
1 kali
3 Buku dan 2 Umum Audiovisual 14 hari 1 kali * koleksi yang telah dipesan oleh anggota lain tidak dapat diperpanjang
5) Anggota wajib mengembalikan dan/atau memperpanjang peminjaman koleksi tepat waktu. Anggota yang terlambat mengembalikan koleksi lebih dari 30 hari, identitasnya akan dipublikasikan di media pengumuman perpustakaan.
57
c. Sirkulasi Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memberikan layanan sirkulasiperpustakaan yang meliputi: peminjaman koleksi dan kenggotaan. d. Referensi Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyediakan layanan referensi bagi para pemustaka perpustakaan yang memerlukan informasi. e. Bimbingan Perpustakaan Perpustakaan
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan
juga
memberikan layanan bimbingan bagi para pelajar, mahasiswa, dan masyarakat yang ingin belajar tentang layanan perpustakaan. f. E-Journal
Layanan E-Journal di Perpustakaan Kemdikbud dapat diakses secara full-text oleh anggota dan masyarakat umum melalui jaringan internet. Bagi anda yang memerlukan Username dan Password e-journal tersebut, silahkan hubungi Bagian Sirkulasi Perpustakaan Kemdikbud, Gedung A Lantai 1 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jl. Jend. Sudirman Senayan Jakarta.
Atau
anda
dapat
mengirimkan
e-mail
ke
[email protected] dengan mengisi subyek e-mail “Username
58
dan Password E-Journal”, serta mengisi biodata sebagai berupa nama lengkap, pekerjaan, dan nama institusi/lembaga/universitas.
g. Layanan Produk Hukum Kemdikbud Layanan Produk Kemdikbud adalah layanan yang diberikan oleh Biro Hukum dan Organisasi Kemdikbud dalam rangka menyebarluaskan produk hukum yang diterbitkan oleh Kemdikbud. Layanan Produk Hukum ini terdiri dari peraturan, keputusan, instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayan, keputusan bersama, serta surat edaran yang dikeluarkan oleh Kemdikbud. 5.
Sarana
a. Ruang Baca Buku
Untuk menikmati koleksi buku, pemustaka dapat menggunakan ruang baca yang nyaman yang disediakan oleh Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
b. Ruang Kelas
Perpustakaan
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan
juga
menyediakan fasilitas ruang diskusi yang dapat digunakan pemustaka untuk diskusi dan belajar bersama.
59
c. Ruang Diskusi
Ruang diskusi merupakan fasilitas yang dapat digunakan oleh pemustaka untuk kegiatan diskusi dan pameran secara terbuka.
d. Ruang Koleksi Anak
Perpustakaan
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan
juga
menyediakan fasilitas ruang koleksi anak yang dapat digunakan aktifitas bersama anak-anak.
e. Ruang Audiovisual
Untuk menikmati koleksi audiovisual, pemustaka dapat menggunakan ruang audiovisual yang nyaman yang dilengkapi dengan alat pemutar untuk media kaset, vhs, cd, vcd, dvd, dan blu-ray.
f. Theater/Studio Mini Perpustakaan Kemendikbud menyediakan fasilitas studio mini yang dapat digunakan untuk berdiskusi dan menonton film pendidikan dan kebudayaan. Ruangan ini berkapasitas 25 orang. g. Kafe Untuk memenuhi kebutuhan pemustaka, Perpustakaan Kemendikbud juga memiliki kafe untuk tempat bersantai sambil makan dan minum ringan.
60
6.
Prasarana
a. Sistem Otomasi Perpustakaan SLiMS (Senayan Library Management System)
Sistem otomasi perpustakaan merupakan fasilitas berupa program aplikasi komputer yang digunakan untuk membantu proses peminjaman dan pengembalian koleksi serta keanggotaan di Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Program tersebut dikenal dengan sebutan SLiMS yang dikembang oleh Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
yang
saat
ini
terus
dikembangkan
oleh
komunitas
pengembangan software SLiMS.
b. Katalog Online, Website, dan Aplikasi PlayStore
Pemustaka dapat dengan mudah mencari koleksi yang diinginkan dengan menggunakan komputer katalog yang disiapkan di Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Selain itu pemustaka juga dapat melihat katalog secara online melalui jaringan internet di alamat: http://perpustakaan.kemendikbud.go.id. Sedangkan pada telepon seluler berbasis android, layanan perpustakaan Kemendikbud dapat diunduh melalui aplikasi playstore.
61
c. Fasilitas Internet dan Hotspot (Wi-Fi)
Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Menyediakan fasilitas hotspots bagi pemustaka yang ingin mengakses internet dengan menggunakan komputernya sendiri.
d. Fotokopi
Pemustaka dapat memfotokopi koleksi buku yang ada di perpustakaan sesuai dengan ketentuan perpustakaan.
e. Penitipan Tas
Pemustaka dapat menitipkan tas atau barang bawaannya sebelum memasuki perpustakaan.
7.
Komunitas
Perpustakaan Kemendikbud bekerjasama dan melibatkan berbagai macam komunitas dalam setiap aktivitas pembelajaran di perpustakaan. Berikut adalah profil
dan program
komunitas-komunitas
yang aktif
menyelenggarakan
event/program diskusi dan workshop di Perpustakaan Kemendikbud:
a. Aksara Institute
Aksara Institute berdiri pada 10 Mei 2014. Nama Aksara juga merupakan akronim dari “anti kekerasan dan SARA”, sebuah sikap
62
dan tindakan yang melatarbelakangi pendirian lembaga dan komunitas ini, dan yang akan menjadi pijakan bagi Aksara dalam menjalankan seluruh program kegiatan. Para pendiri Aksara merupakan praktisi di bidang jurnalisme dan media, humas dan relasi media, serta penulis kreatif. Keberadaan Aksara diarahkan untuk menjadi cikal bakal lembaga pendidikan nonformal bidang jurnalisme dan media, humas dan relasi media, serta penulisan kreatif. Program The Writer’s Workshop Angkatan II, setiap hari Sabtu pukul 10.00-12.00 WIB di Ruang Teater Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Program Bulan Diskusi Aksara, setiap awal bulan, dua bulan sekali pada hari Sabtu pukul 10.00-12.00 WIB di Ruang Diskusi Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Gambar 4. 1 Aksara Institute
b. Britzone Kelas bahasa Inggris, belajar bahasa inggris dengan baik. Dilakukan di ruang diskusi perpustakaan Kemendikbud. Gambar 4. 2 Britzone
63
c. Youth for Diffable Youth For Diffable (YFD) adalah komunitas non profit dibidang isu disabilitas yang terinisiasi menjadikan pemuda sebagai garda terdepan dalam kontribusi di dunia disabilitas. YFD berdiri pada tanggal 09 Juli tahun 2014.Kami bergerak serta bekerjasama dengan berbagai pihak dari masyarakat disabilitas untuk menjalankan berbagai program pendidikan dan advokasi untuk membawa perubahan sosial. YFD memiliki berbagai program,
mulai
dari
program
Advokasi,
program
Gerakan
Mari
BerbagiMustofa, dan Program rutin. Program rutin YFD ada 2, yaitu Program Berbagi Cahaya-mengajar anak-anak berkebutuhan khusus dan Program kelas bahasa Isyarat atau yang kami sebut: Clubbing BahasaIsyarat Indonesia (BISINDO).
Gambar 4. 3 Youth for Diffable
d. Ayo Dongeng Indonesia Ayo Dongeng Indonesia (AyoDI) adalah sebuah gerakan yang berkomitmen pada kampanye kegiatan mendongeng untuk anak Indonesia, untuk menebarkan keceriaan dan inspirasi, serta memotivasi dan membantu anak mengembangkan imajinasi. Dibentuk atas kecintaan pada cerita dan kekuatan
penceritaan,
komunitas
64
Ayo
Dongeng
Indonesia
berbasis
kerelawanan, terbuka, dan tidak berafiliasi dengan golongan, agama, atau partai politik apapun.
Gambar 4. 4 Ayo Dongeng Indonesia
e. Academic Arisan Academic Arisan adalah komunitas guru bahasa Inggris yang misinya adalah menjadi tempat pembinaan pengajar dan pendidik bahasa Inggris yang mampu melaksanakan pembelajaran yang kreatif, komunikatif, inovatif dan menyenangkan.Semangat yang ada pada Academic Arisan adalah semangat untuk terus meningkatkan kualitas diri dan kualitas mengajar para anggotanya dengan cara belajar dari sesama (take and give).
8.
Library 2.0 di Perpustakaan Kemendikbud
Perpustakaan
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan
awalnya
membangun sistem otomasi perpustakaan yaitu Senayan Library Management System (SLiMs). Software ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan perpustakaan Kemendikbud.
Dengan
software
ini
kemudian
dikembangkan
layanan
perpustakaan yang sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dan perubahan pemustaka. Perpustakaan Kemendikbud kemudian
65
menyediakan
website
perpustakaan
di
portal
web
http://www.
perpustakaan.kemdikbud.go.id. Didalam website tersebut terdapat fitur-fitur yang dapat dimanfaatkan oleh pemustaka.79
Gambar 4. 5 Layanan Library 2.0 Perpustakaan Kemendikbud
Dalam
perkembangannya
kemudian
perpustakaan
Kemendikbud
mengadopsi library 2.0. Library 2.0 awalnya digunakan untuk layanan kunjungan ke perpustakaan Kemendikbud.80 Tetapi dengan adanya kebutuhan informasi yang terus bertambah oleh pemustaka dari berbagai kalangan yang berasal dari dalam maupun luar lingkungan Kemendikbud, maka library 2.0 diperluas tidak hanya layanan berkunjung tetapi juga layanan perpanjangan bahan pustaka, promosi, broadcast, chat pustakawan, dan lain-lain.
79
“Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan” diakses pada Kamis 11 Februari 2016 di http://www.perpustakaan.kemdikbud.go.id 80 “Konsep Web 2.0 di perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan” diakses pada Jum’at, 12 Februari 2016 di http://www.perpustakaan.kemdikbud.go.id
66
Layanan library 2.0 yang disediakan di perpustakaan Kementerian pendidikan dan kebudayaan antara lain:
a. Whatsapp Whatsapp adalah adalah aplikasi pesan seluler lintas platform yang memungkinkan Anda untuk bertukar pesan tanpa harus membayar SMS. Selain fitur dasar berkirim pesan, pengguna WhatsApp dapat membuat grup, saling berkirim gambar, pesan video dan audio dalam jumlah tidak terbatas.81 Whatsapp
yang
disediakan
oleh
perpustakaan
Kemendikbud
untuk
menyebarkan broadcast jatuh tempo peminjaman koleksi perpustakaan, melakukan perpanjangan koleksi, dan chatting dengan pustakawan untuk bertanya hari libur, jam buka/tutup layanan perpustakaan dan informasi lainnya.
b. BlackBerry Messenger (BBM) BBM adalah salah satu aplikasi pengirim pesan instan yang disediakan untuk para pengguna perangkat Blackberry, Android, iPhone dan Windows Phone. BBM yang disediakan oleh perpustakaan Kemendikbud untuk menyebarkan broadcast jatuh tempo peminjaman koleksi perpustakaan, melakukan perpanjangan koleksi, dan chatting dengan pustakawan untuk bertanya hari libur, jam buka/tutup layanan perpustakaan dan informasi lainnya.
81
“Pengertian whatsapp,” diakses pada14 Arpil 2016 di https://www.whatsapp.com/?l=id
67
c. Fanpage facebook Fanpage facebook adalah sebuah halaman khusus layaknya blog yang menyediakan informasi yang beragam sesuai dengan keinginan pemiliknya, mulai dari perusahaan, pendidikan, layanan, produk fisik, artis, komunitas dan masih banyak lainnya.82 Fitur-fitur yang disediakan di fanpage facebook perpustakaan Kemendikbud adalah memberikan like, mengikuti halaman tersebut, mengirimkan pesan, memberikan komentar pada informasi yang tercantum di halaman, membagikan (sharing) informasi dari halaman tersebut kepada teman facebook anda, dan mengundang teman menyukai halaman tersebut. Gambar 4. 6 Fanpage Facebook
82
“definisi fanpage facebook,” diakses pada 14 April 2016 di https://web.facebook.com/
68
d. Twitter Twitter adalah layanan
microblogging
yang gratis, dan juga
sebagai jejaring sosial yang sudah banyak digunakan oleh personal dan berbagai macam perusahaan sebagai media yang dapat secara langsung memberikan dan menerima informasi secara langsung melalui media online internet. Akun twitter perpustakaan Kemendikbud adalah @perpusdikbud, didalamnya berisi informasi tentang kegiatan perpustakaan tersebut. fitur-fitur yang tersedia meliputi following, followers, tweet, retweet, replay, dan favorite. Anda juga dapat melihat foto, video, dan timeline. Gambar 4. 7 Twitter
69
e. Instagram Instagram adalah sebuah aplikasi berbagi foto yang memungkinkan pengguna mengambil foto, menerapkan filter digital, dan membagikannya ke berbagai layanan jejaring sosial, termasuk milik instagram sendiri. Instagram perpustakaan
Kemendikbud
dapat
dilihat
dengan
username
perpustakaandikbud. Anda dapat melihat kiriman foto, menjadi followers, following, hastage, like, tage, komentar, repost, dan view. Gambar 4. 8 Instagram
B. Hasil Penelitian Seperti yang dijelaskan pada bab sebelumya, bahwa penulis menentukan sampel sebanyak 84 orang. Penentuan tersebut merujuk pada hasil observasi sebelumnya melalui data anggota perpustakaan Kementerian pendidikan dan kebudayaan selama kurun waktu 2015. Kemudian dibagi 10 % sehingga
70
menghasilkan 84 orang anggota perpustakaan. untuk perhitungan tersebut penulis membutuhkan waktu selama 2 hari untuk menyelesaikannya. Pada penelitian ini, data nilai N berubah-ubah secara extream mengikuti atribut (kuisioner) yang disebar kepada responden. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pretest terhadap 8 orang pemustaka di lingkungan perpustakaan Kemendikbud untuk memvalidasi pertanyaan terkait dengan penelitian. Hasilnya, ada satu pertanyaan yang yang kemudian membingungkan bagi pemustaka, akhirnya peneliti memperbaharui maksud pertanyaan tersebut. Selanjtnya peneliti kemudian membagikan kuisioner pertanyaan kepada 5 orang pemustaka. Hasilnya, pemustaka tersebut mengerti semua pertanyaan yang diajukan tanpa bertanya kepada peneliti. Kuisioner tersebut selanjutnya dibagikan kepada 84 orang anggota peprustakaan Kemendikbud sebagai responden dalam penelitian ini. Pada hari pertama, tepatnya pada tanggal 14 Maret 2016 penulis mendapat 18 orang anggota perpustakaan untuk dijadikan responden. Kemudian hari kedua, tanggal 15 Maret 2016 menyebarkan kuisioner pada 9 orang responden. Hari ketiga, 16 Maret 2016 penulis menyebarkan 38 kuisioner. Hari keempat, tanggal 18 Maret 2016 penulis menyebarkan 11 kuisioner dan pada tanggal 19 Maret 2016 penulis menyebarkan 8 kuisioner. Jumlah keseluruhan adalah 84 kuisioner. 1.
Gambaran Umum Responden Analisis data penelitian dilakukan dengan data yang terhimpun melalui
anggota perpustakaan yang berkunjung ke perpustakaan Kementerian pendidikan
71
dan kebudayaan Republik Indonesia yang bersamaan dengan berlangsungnya penelitian di lokasi penelitian. Para anggota perpustakaan tersebut cukup kooperatif dalam memberikan bantuan kepada penulis, yaitu dengan mereka bersedia untuk mengisi kuisioner penelitian yang telah penulis berikan kepada mereka. 2.
Analisis Data Pada analisis data ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah
dilaksanakan. Kemudian data tersebut dianalisa dan selanjutnya akan disajikan dalam bentuk tabel yang disertai dengan uraian pada masing-masing tabel. Analisis data terdiri dari tiga bagian yaitu analisis data responden, analisis hasil penelitian dan saran-saran responden terkait objek yang penulis teliti. Ada penelitian ini data nilai N berubah-ubah secara extream mengikuti atribut (kuisioner) yang disebar kepada responden. 3.
Analisis Identitas Responden Identitas responden yang akan penulis analisa meliputi jenis kelamin, usia
dan pekerjaan responden. a. Jenis Kelamin Responden Tabel di bawah ini akan menunjukkan jenis kelamin responden yang telah membantu penulis dalam mengisi kuisioner yang telah disediakan penulis.
72
Tabel 4. 3 Jenis Kelamin Responden Jenis Kelamin F % Laki-laki 39 46,43 Perempuan 45 53,57 84 100 Jumlah Dari tabel di atas, diketahui bahwa hampir setengah dari responden adalah responden laki-laki sebanyak 39 orang dengan presentase sekitar 46,43 %. Hamir seluruhnya resoponden adalah perempuan sebanyak 45 orang yaitu sekitar 53,47 %. Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa yang membantu pengisian kuisioner dominan berjenis kelamin perempuan. b. Usia Responden Tabel di bawah ini menunjukkan usia responden yang telah membantu penulis dalam mengisi kuisioner di lokasi penelitian. Tabel 4. 4 Usia Responden Usia Responden (Tahun) 15-20 21-25 26-30 31-35 36-40 41-45 46-50 51-55 Jumlah
F
%
26 32 4 5 8 5 3 1 84
30,95 38,11 4,76 5,95 9,52 5,95 3,57 1,19 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa hampir setengah responden yang berusia 15-20 tahun sebanyak 26 orang (30,95%). Perolehan data yang sama pada responden yang berusia antara 21-25 tahun sebanyak 32 orang
73
(38,11%). Sebagian kecil adalah responden dengan kategori usia antara 26-30 tahun sebanyak 4 orang (4,76%). Perolehan lainnya adalah sebagian kecil usia antara 31-35 tahun sebanyak 5 orang (5,95%), usia 36-40 tahun sebanyak 8 orang (9,52%), usia 41-45 tahun sebanyak 5 orang (5,95%), usia 46-50 sebanyak 3 orang (3,57%), dan usia 51-55 tahun sebanyak 1 orang (1,19%). Artinya mayoritas pemustaka yang menjadi responden berusia 15-25 tahun. c. Pekerjaan Responden Tabel di bawah ini menunjukkan usia responden yang telah membantu penulis dalam mengisi kuisioner dilokasi penelitian. Tabel 4. 5 Pekerjaan Responden Pekerjaan Responden Karyawan Kemendikbud Karyawan Non Kemendikbud Mahasiswa Pelajar Peneliti Jurnalis Free Lainnya Lance Konsultan Dosen Umum Jumlah
F 4 12 50 5 4 2 2
% 4,76 14,30 59,52 5,95 4,76 2,38 2,38
1 2 2 84
1,19 2,38 2,38 100
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian kecil responden merupakan karyawan Kemendikbud yaitu sebanyak 4 orang (4,76%). Sebagian kecil lagi merupakan karyawan non Kemendikbud sebanyak 12 orang (14,30%) dan pelajar sebanyak 5 orang (5,95%) . Sedangkan sebagian
74
besar responden merupakan mahasiswa yaitu sebanyak 50 orang (59,52%). Sebagian kecil responden yang lainnya merupakan responden yang bekerja sebagai peneliti sebanyak 4 orang (4,76%), jurnalis 2 orang (2,38%), free lance 2 orang (2,38%), konsultan 1 orang (1,19%), dosen 2 orang (2,38%), dan umum 2 orang (2,38%). Artinya, para pemustaka Kemendikbud adalah mahasiswa. 4.
Analisis Hasil Penelitian a. Perilaku Pemustaka terhadap Layanan Library 2.0 1) Kepemilikan Perangkat Teknologi Informasi dan Telekomunikasi (TIK) Tabel di bawah ini menunjukkan seberapa banyak responden yang berkunjung ke perpustakaan dan merupakan anggota perpustakaan Kemendikbud memiliki perangkat teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Tabel 4. 6 Kepemilikan Perangkat TIK Pilihan Jawaban Laptop Ipad Komputer Handhpone Jumlah
F 80 15 7 82 184
% 43,48 8,15 3,80 44,57 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang merupakan anggota perpustakaan hampir seluruhnya memiliki perangkat
75
teknologi informasi dan komunikasi berupa laptop sebanyak 80 orang sekitar 43,48%. Perolehan data yang sama mengenai kepemilikan TIK berupa handphone sebanyak 82 orang sekitar 44,57%. Hanya sebagian kecil yang memiliki perangkat TIK berupa Ipad sebanyak 15 orang (8,15%) dan komputer sebanyak 7 orang (3,80%). Artinya, para pemustaka telah memiliki perangkat TIK berupa laptop dan handphone. 2) Penggunaan aplikasi di perangkat TIK Pada tabel di bawah ini dapat diketahui seberapa banyak responden yang menggunakan aplikasi di perangkat teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang mereka miliki dengan memberikan alternatif jawaban yang dapat mereka pilih lebih dari satu jawaban. Tabel 4. 7 Penggunaan Aplikasi di Perangkat TIK Pilihan Jawaban WhatsApp Tidak menggunakan Jumlah
F 82 2 84
% 97,62 2,38 100
Facebook Tidak menggunakan Jumlah
75 9 84
89,29 10,71 100
Twitter Tidak menggunakan Jumlah
64 20 84
76,19 23,81 100
Instagram Tidak menggunakan Jumlah
54 30 84
64,29 35,71 100
Blackberry Messenger (BBM)
68
80,95
76
Tidak menggunakan Jumlah
16 84
19,05 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa hampir seluruhnya responden sebanyak 82 orang (97,62%) menggunakan aplikasi whatsapp. Perolehan data yang sama dapat dilihat dari hampir seluruhnya responden menggunakan facebook sebanyak 75 orang (89,29%), twitter sebanyak 64 orang (76,19%), dan BBM sebanyak 68 orang (80,95%). Sedangkan sebagian besar responden menggunakan instagram sebanyak 54 orang (64,29%). Sebagian kecil responden tidak menggunakan whatsapp sebanyak 2 orang (2,38%), facebook sebanyak 9 orang (10,71%), twitter sebanyak 20 orang (23,81%), dan BBM sebanyak 16 orang (19,05%). Sedangkan hampir setengah dari responden sebanyak 30 orang (35,71%) tidak menggunakan istagram di perangkat teknologi informasi dan komunikasi
yang
dimilikinya.
Artinya,
para
pemustaka
telah
menggunakan aplikasi whatsapp, BBM, facebook, twitter, dan instagram di perangkat TIK milik mereka. 3) Pemanfaatan aplikasi Pada tabel di bawah ini menunjukkan bagaimana aplikasi yang digunakan di perangkat teknologi informasi dan komunikasi telah dimanfaatkan.
77
Tabel 4. 8 Pemanfaatan Aplikasi di Perangkat TIK Pilihan Jawaban Setiap hari 2 hari sekali Seminggu 3 kali Seminggu sekali Tidak diketahui Jumlah
F 79 2 0 0 3 84
% 94,05 2,38 0 0 3,57 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa hampir seluruhnya responden sebanyak 79 orang (94,05%) telah menggunakan aplikasi yang mereka pilih setia hari. Sebanyak 2 orang (2,38%) responden menggunakannya selama 2 hari sekali. Tak ada satupun responden yang menggunakan aplikasi yang mereka pilih selama seminggu 3 kali ataupun seminggu sekali. Sedangkan sebagian kecil responden sebanyak 3 orang (3,57%)
tidak
menjawab.
Artinya,
setiap
hari
para
pemustaka
memanfaatkan aplikasi yang mereka miliki. 4) Pengetahuan tentang Library 2.0 Tabel di bawah ini untuk melihat apakah responden mengetahui library 2.0 sebelumnya. Tabel 4. 9 Pengetahuan tentang Library 2.0 Pilihan Jawaban Iya Tidak Tidak diketahui Jumlah
78
F 19 64 1 84
% 22,62 76,19 1,19 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa hanya sebagian kecil responden yang mengetahui library 2.0 sebelumnya sebanyak 19 orang atau sekitar 22,62%. Sedangkan hampir seluruh responden tidak mengetahui library 2.0 yaitu sebanyak 64 orang atau sekitar 76,19%. Adapun sebagian kecil responden sebanyak 1 orang sekitar 1,19% tidak menjawab pertanyaan ini. Artinya, para pemustaka tidak mengetahui tentang library 2.0 sebelumnya. 5) Library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud Tabel di bawah ini untuk melihat apakah responden mengetahui bahwa perpustakaan Kemendikbud menerapkan layanan library 2.0. Tabel 4. 10 Library 2.0 di Perpustakaan Kemendikbud Pilihan Jawaban Iya Tidak Jumlah
F 52 32 84
% 61,90 38,10 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden telah mengetahui bahwa perpustakaan Kemendikbud menerakan layanan library 2.0 yaitu sebanyak 52 orang atau sekitar 61,90%. Adapun hampir setengah dari responden yang tidak mengetahui bahwa perpustakaan Kemendikbud menerapkan layanan library 2.0 yaitu sebanyak 32 orang atau sekitar 38,10%. Artinya, para pemustaka telah mengetahui layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud.
79
Dari hasil jawaban responden yang menjawab iya, mereka diarahkan untuk menjawab darimana mereka mengetahui alamat dan username layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud. Pada pertanyaan ini responden dapat memilih jawaban atau memberikan jawaban lain. Tabel 4. 11 Alamat dan Username Layanan Library 2.0 Pilihan Jawaban Website perpustakaan Pustakawan Mencari sendiri Lainnya Perpustakaan Jumlah
F 15 12 0 25 52
% 28,84 23,08 0 48,08 100
Dari tabel dan grafik diatas, dapat diketahui bahwa dari 52 orang responden (61,90%) yang mengetahui bahwa perpustakaan Kemendikbud menerapkan layanan library 2.0, sebagian kecil responden mengetahui alamat dan username layanan library 2.0 perpustakaan Kemendikbud dari website perpustakaan sebanyak 15 orang (17,86%) dan dari pustakawan sebanyak 12 orang (14,28%). Sedangkan hampir setengah dari responden sebanyak 25 orang (48,08%) mengetahui alamat dan username layanan library 2.0 perpustakaan Kemendikbud langsung dari perpustakaan. Artinya, para pemustaka mengetahui alamat dan username layanan library 2.0 dari perpustakaan Kemendikbud.
80
6) Responden
bergabung
dengan
Layanan
Library
2.0
di
Perpustakaan Kemendikbud Tabel di bawah ini untuk melihat responden yang bergabung dengan layanan library 2.0 di perpustakaan Kementerian pendidikan dan kebudayaan (Kemendikbud). Tabel 4. 12 Responden yang bergabung dengan Layanan Library 2.0 Pilihan Jawaban Iya Tidak Jumlah
F 31 53 84
% 36,90 63,10 100
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa hampir setengah dari responden bergabung dengan layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud yaitu sebanyak 31 orang sekitar 36,90%. Sedangkan sebagian besar responden sebanyak 53 orang atau sekitar 63,10% tidak bergabung dengan layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud. Artinya, para pemustaka tidak bergabung dengan layanan library 2.0 di pepustakaan Kemendikbud. Artinya, para pemustaka masih belum bergabung dengan layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud.
81
7) Alasan
Tertarik
menggunakan
Layanan
Library
2.0
di
perpustakaan kemendikbud Tabel di bawah ini untuk mengetahui alasan responden menggunakan layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud. Tabel 4. 13 Alasan Tertarik menggunakan Layanan Library 2.0 Pilihan Jawaban Sesuai dengan usia anda Promosi dari pihak perpustakaan Atas permintaan pustakawan Lebih mudah digunakan Kebutuhan Ingin tahu Lainnya Lebih cepat mendapatkan informasi
F 11 4 1 21 1 6
% 24,45 8,89 2,22 46,67 2,22 13,33
1
2,22
Jumlah
45
100
Dari tabel dan grafik
diatas, dapat diketahui bahwa dari 31
responden yang menggunakan layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud memiliki berbagai alasan. Sebanyak 21 orang (46,67%) atau hampir setengah dari responden menggunakan layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud karena lebih mudah digunakan. Sebagian kecil responden sebanyak 11 orang (24,45%) dengan alasan sesuai dengan usia mereka, sebanyak 4 orang (8,89%) karena promosi dari perpustakaan, dan sebanyak 1 orang (2,22%) karena permintaan pustakawan. Sedangkan alasan lainnya adalah sebagian kecil karena kebutuhan sebanyak 1 orang (2,22%), ingin tahu sebanyak 6 orang (13,33%), dan lebih cepat
82
mendapatkan informasi sebanyak 1 orang (2,22%). Artinya, para pemustaka tertarik menggunakan layanan library 2.0 karena lebih mudah digunakan. 8) Kenyamanan Berinteraksi dengan Pustakawan dengan Library 2.0 Tabel di bawah ini menunjukkan apakah responden merasa nyaman berinteraksi dengan pustakawan menggunakan layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud. Tabel 4. 14 Kenyamanan Berinteraksi dengan Pustakawan Pilihan Jawaban Iya Tidak Jumlah
F 31 0 31
% 100 0 100
Dari tabel di atas, dari 31 orang (36,90%) responden yang tergabung dengan layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud seluruhnya merasa nyaman berinteraksi dengan menggunakan layanan library 2.0 sebanyak 31 orang (100%). Artinya, para pemustaka merasa nyaman berinteraksi dengan pustakawan melalui layanan library 2.0. 9) Penggunaan Layanan Library 2.0 perpustakaan Kemendikbud Dari hasil jawaban responden yang menjawab iya, mereka diarahkan untuk menjawab layanan library 2.0 apa saja yang digunakan di
83
perpustakaan Kemendikbud. Pada pertanyaan ini, responden dapat memilih lebih dari satu jawaban. Tabel 4. 15 Penggunaan Layanan Library 2.0 perpustakaan Kemendikbud Pilihan Jawaban
F
%
WhatsApp Tidak menggunakan Jumlah
24 7 31
77,42 22,58 100
Facebook Tidak menggunakan Jumlah
30 1 31
96,77 3,23 100
Twitter Tidak menggunakan Jumlah
24 7 31
77,42 22,58 100
Instagram Tidak menggunakan Jumlah
7 24 31
22,58 96,77 100
Blackberry Messenger (BBM) Tidak menggunakan Jumlah
9 22 31
29,03 70,97 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang menggunakan layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud berjumlah 31 orang. Dari jumlah tersebut, responden memilih layanan library 2.0 yang mereka gunakan. Hasilnya, hampir seluruhnya responden menggunakan whatsapp sebanyak 24 orang (77,42%), fanpage facebook sebanyak 30 orang (96,77%), dan twitter sebanyak 24 orang (77,24%). Hampir setengah dari responden menggunakan blackberry messenger
84
(BBM) yaitu sebanyak 9 orang (29,03). Sedangkan sebagian kecil responden sebanyak 7 orang (22,58) menggunakan instagram di layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud. Artinya, para pemustaka yang telah bergabung menggunakan layanan library 2.0 berupa whatsapp, fanpage facebook, dan twitter. Hasilnya, jumlah responden adalah 31 orang. Selanjutnya, responden yang menggunakan layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud dan telah memilih layanan apa saja yang mereka gunakan, mereka diarahkan untuk menjawab beberapa pertanyaan dan memilih alternatif jawaban boleh lebih dari satu. a) Perilaku terhadap fanpage facebook Pada tabel di bawah ini dapat diketahui apa yang dilakukan responden terhadap fanpage facebook perpustakaan Kemendikbud. Tabel 4. 16 Perilaku Responden terhadap Fanpage facebook Pilihan Jawaban F % Melihat informasi 30 78,95 Sharing informasi 5 13,16 Memberi like pada setiap informasi 3 7,89 Memberikan komentar 0 0 Menjadi teman di facebook anda 0 0 Lainnya 0 0 Jumlah 38 100
Dari tabel di atas, hampir seluruhnya responden dari 31 orang, 30 orang atau sekitar 78,95% melakukan dengan melihat informasi di fanpage facebook perpustakaan. sebagian kecil responden melakukan
85
sharing informasi yakni sebanyak 5 orang atau sekitar 13,16% dan memberi like pada setiap informasi yang disajikan oleh fanpage facebook sebanyak 3 orang atau sekitar 7,89%. Sedangkan tidak satupun atau sekitar 0% responden tidak melakukan tindakan memberikan komentar, menjadi teman di facebook atau lainnya di fanpage facebook. Artinya, para pemustaka menggunakan fanpage facebook hanya untuk melihat informasi. b) Perilaku terhadap Twitter Tabel di bawah ini untuk mengetahui apa yang dilakukan responden terhadap twitter perpustakaan Kemendikbud. Tabel 4. 17 Perilaku terhadap Twitter Pilihan Jawaban Followers Following Retweet Memberikan replay Tweet Favorite Jumlah
F 6 12 7 0 0 0 25
% 24 48 28 0 0 0 100
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 24 orang responden (77,42%) yang melakukan kegiatan di twitter, yaitu sebagian kecil responden sebanyak 6 orang atau sekitar 24% menjadi followers. Hampir setengah dari responden yaitu sebanyak 12 orang atau sekitar 48% sebagai following dan melakukan retweet yaitu sebanyak 7 orang atau sekitar 28%. Sedangkan tidak satupun atau 0% responden yang
86
memberikan replay, tweet, dan favorite. Artinya, perilaku para pemustaka
hanya
sebagai
following
di
twitter
perpustakaan
Kemendikbud. c) Perilaku terhadap Instagram Tabel di bawah ini untuk mengetahui tindakan responden terhadap instagram perpustakaan kemendikbud. Tabel 4. 18 Perilaku terhadap Instagram Pilihan Jawaban Followers Following Repost Hastage Take View Like Komentar Jumlah
F 3 5 0 0 0 0 1 1 10
% 30 50 0 0 0 0 10 10 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 7 orang responden yang menggunakan instagram, hampir setengah yaitu sebanyak 3 orang responden atau sekitar 30% menjadi followers. Setengah dari responden yaitu sebanyak 5 orang atau sekitar 50% menjadi following. Sebagian kecil responden sebanyak 1 orang atau sekitar 10% memberikan like dan 1 orang atau sekitar 10% memberikan komentar. Sedangkan tidak satupun atau 0% responden melakukan repost, hastage, take, dan view di instagram. Artinya, perilaku para pemustaka hanya sebagai following di instagram perpustakaan Kemendikbud.
87
7) Layanan Library 2.0 yang paling sering digunakan Tabel di bawah ini menunjukkan layanan library 2.0 yang sering digunakan oleh responden di perpustkaan Kemendikbud. Tabel 4. 19 Layanan Library 2.0 yang paling sering digunakan Pilihan Jawaban WhatsApp Fanpage facebook Twitter Instagram Blackberry Messenger (BBM) Jumlah
F 17 21 17 3 4 62
% 27,42 33,87 27,42 4,84 6,45 100
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 31 orang (36,90%) responden yang tergabung, hampir setengahnya yaitu sebanyak 17 orang (27,42%) sering menggunakan whatsapp, 21 orang (33,87%) responden sering menggunakan fanpage facebook, dan 17 orang (27,42%) responden sering menggunakan twitter. Hanya sebagian kecil responden yaitu sebanyak 3 orang (4,84%) yang sering menggunakan instagram, dan sebanyak 4 orang (6,45%) sering menggunakan BBM di perpustakaan Kemendikbud. Artinya, para pemustaka lebih sering menggunakan whatsapp, fanpage facebook, dan twitter perpustakaan Kemendikbud.
88
10) Informasi yang didapatkan dan digunakan melalui Layanan Library 2.0 Pada tabel di bawah ini dapat diketahui informasi yang digunakan dan didapatkan oleh responden dari layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud dengan memberikan alternatif jawaban yang dapat dipilih lebih dari satu jawaban. Tabel 4. 20 Informasi yang didapatkan dan digunakan Pilihan Jawaban Broadcast jatuh tempo Chatting dengan pustakawan Promosi kegiatan perpustakaan Jam buka dan tutup perpustakaan Hari libur Perpanjangan koleksi Jumlah
F 2 13 29 6 0 18 68
% 2,94 19,12 42,65 8,82 0 26,47 100
Dari tabel di atas, dapat terlihat dari 31 orang (36,90%) responden yang tergabung dalam layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud, sebagian kecil sebanyak 2 orang (2,94%) mendapatkan broadcast jatuh tempo, menggunakan untuk chatting dengan pustakawan sebanyak 13 orang (19,12%), dan 6 orang (8,82%) mendapatkan informasi jam buka dan tutup perpustakaan. Sedangkan hampir setengah dari responden sebanyak 29 orang (42,65%) mendapatkan informasi promosi kegiatan perpustakaan dan sebanyak 18 orang (26,47%) menggunakan layanan library 2.0 untuk perpanjangan koleksi. Artinya, para pemustaka menggunakan layanan library 2.0 untuk perpanjangan koleksi dan chatting
89
dengan pustakawan. Selain itu¸ para pemustaka mendapatkan informasi promosi kegiatan perpustakaan Kemendikbud dari layanan library 2.0. Perilaku pemustaka terhadap layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud akan dijelaskan dengan table akumulasi berikut ini: Tabel 4. 21 Perilaku Pemustaka terhadap layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud No. 1.
Indikator Perangkat TIK
Hasil Penelitian
Pengetahuan tentang library 2.0
Para pemustaka telah memiliki pernangkat TIK berupa laptop dan handphone
80-82
43-45%
b.
Para pemustaka telah menggunakan aplikasi whatsapp, BBM, facebook, twitter, dan instagram. Para pemustaka memanfaatkan aplikasi di perangkat TIK dalam kegatan sehari-hari. Para pemustaka tidak mengetahui tentang library 2.0 sebelumnya Para pemustaka telah mengetahui layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud. Para pemustaka mengetahui layanan library 2.0 perpustakaan Kemendikbud dari perpustakaan tersebut. Para pemustaka belum bergabung dengan layann library 2.0 perpustakaan Kemendikbud Para pemustaka menggunakan layanan library 2.0 karena lebih
54-82
64-98%
79
94%
64
76%
52
70%
25
48%
53
63%
21
46%
a.
b.
c.
d.
3.
Penggunaan layanan library
%
a.
c.
2.
F
a.
90
2.0 di perpustakaan Kemendikbud
b.
c.
4.
Perilaku pemustaka terhadap layanan library 2.0
a.
b.
c.
d.
e.
mudah digunakan. Para pemustaka merasa nyaman berinteraksi dengan pustakawan di perpustakaan Kemendikbud melalui layanan library 2.0. Para pemustaka yang bergabung menggunakan layanan library 2.0 berupa whatsapp, fanpage facebook, dan twitter. Para pemustaka menggunakan fanpage facebook hanya untuk melihat informasi. Para pemustaka sebatas sebagi following di twitter perpustakaan Kemendikbud. Para pemustaka hanya aktif sebagai following di instagram perpustakaan Kemendikbud. Para pemustaka leih sering menggunakan whatsapp, fanpage facebook, dan twitter perpustakaan Kemendikbud. Para pemustaka pemustaka menggunakan layanan library 2.0 untuk perpanjangan koleksi dan chatting dengan pustakawan serta mendapatkan informasi promosi kegiatan perpustakaan Kemendikbud.
91
31
100%
24-30
77-97%
30
79%
12
48%
5
50%
17-21
27-34%
13-29
19-43%
b. Perilaku Pemustaka dalam mengatasi Kendala ketika menggunakan Layanan Library 2.0 1) Kendala yang dihadapi saat menggunakan Layanan Library 2.0 Tabel di bawah ini mengetahui apakah responden menemui kendala saat menggunakan layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud. Tabel 4. 22 Kendala yang dihadapi Pilihan Jawaban Iya Tidak Jumlah
F 19 12 31
% 61,29 38,71 100
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden sebanyak 19 orang atau sekitar 61,29% menemui kendala saat menggunakan layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud. Sedangkan hampir setengahnya yaitu sebanyak 12 orang atau sekitar 38,71% tidak menemui kendala saat menggunakan layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud. Artinya, para pemustaka menghadapi kendala ketika menggunakan layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud. Selanjutnya, dari hasil jawaban responden yang menjawab iya, mereka diarahkan untuk menjawab kendala apa saja yang mereka temui saat menggunakan layanan library 2.0 di perpustakaan tersebut. pada pertanyaan ini, responden dapat memilih lebih dari satu jawaban.
92
Tabel 4. 23 Kendala saat menggunakan Layanan Library 2.0 Pilihan Jawaban F Pustakawan tidak menjawab pertanyaan 0 anda Lamanya respon pustakawan 18 Masalah jaringan 9 Lainnya 0 Jumlah 27
% 0 66,67 33,33 0 100
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 19 orang (61,29%) responden yang menemui kendala saat menggunakan layanan library 2.0, tidak satupun (0%) responden yang menemui kendala pustakawan tidak menjawab pertanyaan dan lainnya. Hanya saja sebagian besar responden sebanyak 18 orang (66,67%) menemui kendala dikarenakan lamanya respon pustakawan. Sedangkan hampir setengah dari responden yaitu sebanyak 9 orang (33,33%) menemui kendala dengan masalah jaringan. Artinya, kendala yang dihadapi para pemustaka adalah lamanya respon pustakawan ketika mereka menggunakan layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud. 2) Cara mengatasi Kendala yang dihadapi terhadap Layanan Library 2.0 Tabel di bawah ini menunjukkan bagaimana cara mereka mengatasi kendala yang mereka temui saat menggunakan layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud.
93
Tabel 4. 24 Cara mengatasi Kendala yang dihadapi Pilihan Jawaban Menelepon ke perpustakaan Kemendikbud Mengirim SMS ke perpustakaan Kemendikbud Mengirim email ke perpustakaan Kemendikbud Lainnya Datang langsung ke perpustakaan Jumlah
F 5 2 10 12 29
% 17,24 6,90 34,48 41,38 100
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian kecil responden yaitu
sebanyak
5
orang
(17,24%)
menelepon
ke
perpustakaan
Kemendikbud dan sebanyak 2 orang (6,90%) responden mengirim SMS ke perpustakaan Kemendikbud. Tetapi hampir setengah dari responden sebanyak 10 orang (34,48%) mengirim
email
ke perpustakaan
Kemendikbud dan sebanyak 12 orang (41,38%) dari responden memilih datang langsung ke
perpustakaan Kemendikbud. Artinya, ketika
menghadapi kendala saat menggunakan layanan library 2.0, para pemustaka memilih datang langsung dan mengirim email ke perpustakaan Kemendikbud. 3) Saran-Saran dari Responden terkait Layanan Library 2.0 Berikut adalah saran-saran dari responden untuk perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terkait dengan layanan library 2.0 di perpustakaan tersebut. saran-saran tersebut dirangkum oleh penulis dalam bentuk tabel dibawah ini.
94
Tabel 4. 25 Saran-Saran dari Responden terkait Layanan Library 2.0 Pilihan Jawaban Sosialisasi tentang layanan library 2.0 dengan bimbingan pemustaka dan via media sosial perpustakaan Kemendikbud Meningkatkan respon pustakawan saat interaksi dan kolaborasi Meningkatkan promosi kegiatan perpustakaan di time line Mengembangkan layanan library 2.0 lainnya Menampilkan koleksi terbaru di library 2.0 perpustakaan Jumlah
F 29
% 50
7
12,07
3
5,17
11 8
18,97 13,79
58
100
Dari tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa dari total responden 84 orang, yang memberikan saran berjumlah 54 orang (69,05%). Setengah dari responden memberikan saran untuk melakukan sosialisasi layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud melalui bimbingan pemustaka dan via media sosial itu sendiri yaitu sebanyak 29 orang (50%). Sedangkan sebagian kecil yaitu sebanyak 7 orang (12,07%) responden memberikan saran agar pustakawan dapat meningkatkan respon saat interaksi dan berkolaborasi, sebanyak 3 orang (5,17%) agar meningkatkan promosi kegiatan perpustakaan di time line, dan sebanyak 11 orang (18,97%) agar perpustakaan mengembangkan layanan library 2.0 lainnya, dan sebanyak 8 orang (13,79%) memberikan saran agar perpustakaan menampilkan koleksi terbaru di layanan library 2.0. Jadi, para pemustaka menyarankan perpustakaan Kemendikbud melakukan sosialisasi dan bimbingan pemustaka mengenai layanan library
95
2.0 baik via media sosial itu sendiri atapun di lingkungan perpustakaan Kemendikbud.
Selain
itu,
perpustakaan
Kemendikbud
mampu
mengembangkan layanan library 2.0 lainnya dan meningkatkan respon yang baik kepada pemustakanya. Adapun perilaku pemustaka dalam mengatasi kendala yang dihadapi saat menggunakan layanan library 2.0 di peprustakaan Kemendikbud akan dijelaskan dengan tabel akumulasi berikut ini: Tabel 4. 26 Perilaku Pemustaka dalam mengatasi Kendala ketika menggunakan Layanan Library 2.0 No. 1.
Indikator
Hasil Penelitian
Kendala yang a. dihadapi dalam layanan library 2.0 b.
2.
Cara mengatasi kendala terhadap layanan library 2.0
3.
Saran pemustaka terhadap layanan library 2.0
Para pemustaka menghadapi kendala saat menggunakan lanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud
Para pemustaka menghadapi kendala karena lamanya respon pustakawan dan masalah jaringan. Para pemustaka memilih mengirim email dan dating langsung ke perpustakaan Kemendikbud.
Para pemustaka menyarankan agar perpustakaan Kemendikbud melakukan sosialisasi dan bimbingan pemusaka mengenai layanan library 2.0 baik melalui media sosial ataupun di lingkungan Kemendikbud, serta mengembangkan layanan lirary 2.0 lainnya.
96
F
%
19
61%
9-18
33-67%
10-12
34-42%
11-29
18-50%
C. Pembahasan 1.
Perilaku pemustaka saat menggunakan Layanan Library 2.0 Library 2.0 adalah perpustakaan yang dimodelkan pada teknologi web 2.0,
berpusat pada penekanan perubahan pengguna dan partisipasi dalam penciptaan konten dan layanan berbasis masyarakat.83 Dengan demikian layanan library 2.0 membutuhkan keterampilan dan tindakan pemustaka. Casey dan Savastinuk (2007) sebagaimana dikutip oleh Kim Holmberg dkk. tahun 2008, menyatakan bahwa layanan pasrtisipatif dan perubahan adalah jantung dari library 2.0 dan teknologi adalah alat yang dapat membantu kita sampai disana.84 Merujuk pada teori tersebut, sebagai pemustaka di perpustakaan Kemendikbud yang telah menerapkan layanan library 2.0 memerlukan perangkat teknologi informasi dan komunikasi agar dapat menggunakan layanan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 84 orang responden yang menjadi sampel, diperoleh hasil bahwa para pemustaka telah memiliki perangkat teknologi informasi dan komunikasi yang baik berupa laptop dan handphone. Para pemustaka juga telah memanfaatkan aplikasi berupa whatsapp, BBM, facebook, twitter, dan instagram dalam kegiatan sehari-hari mereka. Dengan demikian, para pemustaka di perpustakaan Kemendikbud merupakan pemustaka 2.0. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik pemustaka 2.0 yaitu memiliki perangkat sepenuhnya kabel (laptop, smartphone, MP3 player) dan akses 24/7 jam.85
83
Peltier-Davis, “Web 2.0,” h.17. Holmberg, “What is Library 2.0,” h. 671. 85 Peltier-Davis, “Web 2.0”, h. 18-19 84
97
Sedangkan berkaitan dengan pengetahuan mereka tentang library 2.0 dan layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud. Hasilnya adalah para pemustaka tidak mengetaui istilah library 2.0 sebelumnya, tetapi mereka mengetahui bahwa perpustakaan Kemendikbud menyediakan layanan library 2.0 langsung dari perpustakaan tersebut. Meskipun para pemustaka telah mengetahui layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud, tetapi tidak semua pemustaka bergabung dengan layanan library 2.0 di perpustakaan tersebut. Adapun pemustaka yang bergabung dengan layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud merasa nyaman berinteraksi didalamnya karena lebih mudah digunakan. Pemustaka melakukan tindakan penggunaan yang beragam. Layanan library 2.0 yang mereka gunakan adalah whatsapp, BBM, fanpage facebook, twitter, dan instagram. Informasi yang didapatkan pemustaka di whatsapp dan BBM adalah broadcast jatuh tempo, dan mereka menggunakan kedua layanan tersebut untuk chatting dengan pustakawan guna perpanjangan koleksi dan menanyakan jam buka dan tutup layanan perpustakaan. Pada fanpage facebook, secara umum perilaku pemustaka hanya sebatas melihat informasi yang berisi tentang kegiatan perpustakaan. Di twitter, para pemustaka hanya menjadi following. Sedangkan di instagram, para pemustaka aktif sebagai following. Secara umum, di layanan library 2.0 tersebut para pemustaka belum berinteraksi secara maksimal dengan pustakawan di perpustakaan Kemendikbud. Padahal, salah satu elemen penting dari library 2.0
98
adalah inovatif secara bersama-sama.86 Juga disebutkan bahwa Library 2.0 adalah perpustakaan yang dimodelkan pada teknologi web 2.0, berpusat pada penekanan perubahan pengguna dan partisipasi dalam penciptaan konten dan layanan berbasis masyarakat.87 Library 2.0 juga mencoba memanfaatkan keterampilan pengguna perpustakaan dalam desain dan implementasi layanan perpustakaan inovatif dengan mendorong umpan balik dan partisipasi.88 Untuk itu, dibutuhkan perilaku pemustaka perpustakaan Kemendikbud yang lebih aktif dan partisipatif dalam layanan library 2.0. Dengan demikian, pemustaka dapat melakukan tindakan yang lebih komplek dalam layanan library 2.0 seperti membuat judul subjek pribadi untuk bahan pustaka melalui penandaan sosial, mengevaluasi dan mengomentari item tertentu dalam koleksi perpustakaan melalui sistem rating, diskusi, atau komentar lainnya, menggunakan platform jejaring sosial seperti facebook atau linked in untuk membuat koleksi online untuk pengguna, memungkinkan komunikasi dan pengiriman online, dan menciptakan sistem rekomendasi yang dinamis dan personal.89 2.
Perilaku pemustaka mengatasi kendala saat menggunakan Layanan Library 2.0 Berdasarkan penelitian mengenai kendala yang dihadapi oleh pemustaka
meliputi lamanya respon pustakawan dan masalah jaringan. Untuk mengatasi 86
Hakim, “Perpustakaan Hibrida”, h.6. Cheryl Peltier-Davis, “Web 2.0”, h.17. 88 Kim Holmberg, “What is Library 2.0”, h. 671. 89 Zimmer. “Assesing the Treatment”, h.31. 87
99
kendala tersebut, pemustaka memilih datang langsung ke perpustakaan Kemendikbud, menghubungi via telepon, dan mengirim pesan singkat (SMS). Oleh karena itu, dibutuhkan peran aktif pustakawan untuk mengatasi kendala ini dengan memberikan akses yang cepat dan tepat kepada pemustakanya. Sebab, library 2.0 diharuskan memiliki akses yang lebih mudah dan cepat. Pustakawan di perpustakaan Kemendikbud juga perlu mendorong pemustaka untuk ikut dalam mengembangkan konten dan memberikan komentar, sehingga terciptalah layanan library 2.0 yang berkualitas.
100
BAB V PENUTUP Dalam bab terakhir ini, akan dikemukakan mengenai kesimpulan hasil penelitian yang telah diperoleh dari analisis data. Selain kesimpulan, dalam bab ini juga akan diutarakan saran dari peneliti kepada pihak terkait dalam penelitian sebagai bahan masukan. A. Kesimpulan 1. Perilaku pemustaka terhadap layanan library 2.0 di perpustakaan Kemendikbud belum maksimal. Mereka menggunakan layanan library 2.0 berupa fanpage facebook, twitter, dan instagram sebatas melihat informasi kegiatan perpustakaan, sebagai followers, dan following, Sedangkan perilaku mereka di whatsapp dan BBM adalah melihat broadcast jatuh tempo, chatting dengan pustakwan mengenai jam buka dan tutup layanan dan perpanjangan koleksi. Pemustaka belum aktif berinteraksi dan berkolaborasi dengan pustakawan dalam memberikan komentar ataupun memberikan partisipasi penciptaan konten di perpustakaan Kemendikbud. 2. Perilaku pemustaka dalam mengatasi kendala ketika menggunakan layanan library 2.0 adalah dengan menghubungi pihak perpustakaan Kemendikbud melalui telepon, mengirim pesan singkat (SMS), dan datang langsung ke perpustakaan.
101
B. Saran untuk Perpustakaan 1. Untuk meningkatkan tingkat penggunaan layanan library 2.0 di perpustakaan Kementerian pendidikan dan kebudayaan, hendaknya perpustakaan tersebut mempromosikan library 2.0 secara menyeluruh dengan
bimbingan
kemendikbud,
pemustaka,
website
melalui
Kemendikbud,
website
serta
di
perpustakaan media
sosial
perpustakaan Kemendikbud dan media sosial Kemendikbud. Promosi tersebut dilakukan untuk memperkenalkan pengertian, fungsi, tujuan, dan manfaat layanan library 2.0 bagi pemustaka. Sehingga pemustaka dapat memahami dan menggunakan dengan baik layanan library 2.0 di perpustakaan tersebut. 2. Sebaiknya, perpustakaan Kemendikbud menampilkan koleksi-koleksi terbaru perpustakaan Kemendikbud di layanan library 2.0 untuk menarik minat pemustaka sehingga pemustaka dapat melakukan sharing koleksi kepada pemustaka lainnya menggunakan teknologi web 2.0 miliknya. 3. Pustakawan juga harus meningkatkan respon terhadap pemustaka, sehingga interaksi dan kolaborasi dapat terjalin dengan baik. Dengan demikian pemustaka tidak perlu mengirimkan pesan singkat ataupun datang langsung untuk perpanjangan koleksi dan lainnya. 4.
Perpustakaan Kemendikbud perlu mengembangkan layanan library 2.0 lainnya seperti wikis, blog, dan video sharing dan bekerjasama dengan Biro Kemendikbud lainnya untuk memenuhi kebutuhan
102
pemustaka berkaitan dengan bidang pendidikan dan kebudayaan. Sehingga terjalin interaksi dan kolaborasi baik secara internal maupun eksternal. Dengan demikian pemustaka ikut serta dalam penciptaan konten perpustakaan. C. Penelitian berikutnya Untuk penelitian berikutnya yang ingin mengulas masalah library 2.0, sebaiknya berfokus pada penelitian mengenai bagaimana persepsi pemustaka terhadap library 2.0 dengan menggunakan technology acceptance models (TAM).
103
DAFTAR PUSTAKA
Abram, Stephen. “ Web 2.0-Huh?! Library 2.0, Librarian 2.0”. Proquest 9, no.12 (2005): h. 44-46. Agus Dwi Waluyo. “Membangun Citra pustakawan sebagai Sumber Daya Manusia” Buletin Perpustakaan, no.16 (1995). Anas Sudjiono. Pengantar Statistika Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemdikbud. “Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online”, diakses pada 12 Januari 2016 dari http://kbbi.web.id/tabulasi B. Cohen, Laura. Library 2.0 initiatives in academic libraries. Chicago: Association of College and Research Libraries, ALA, 2007. Biro Akademik dan Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pedoman Akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2012/ 2013. Jakarta : UIN Jakarta Press, 2012. Blasius Sudarsono. “Menerapkan Konsep Perpustakaan 2.0”. Disampaikan pada: Workshop Library 2.0: Chalenge and Opportunities to Library Management, Artikel diakses pada 16 November 2014 dari http://www.elib.unikom.ac.id. Bowman, John. “Communities of Practice: Web 2.0 Principles for Service in Art Libraries.” Amerika: University of Chicago, 2008. h. 4-12. Emzir. Metodologi Penelitian Pendidikan : Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008. Feiler, Jesse. How to Do Everything with Web 2.0 Mashups. Amerika Serikat: Mc. Graw-Hill, 2008. Gorys Keraf. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende: Nusa Indah, 1994. Graha Ilmu. Undang – undang Perpustakaan Nomor 43 Tahun 2007. Yogyakarta: Graha Ilmu. Haris Herdiansyah. Metodologi penelitian Kualitatif: Untuk Ilmu- Ilmu sosial. Jakarta: Salemba Humanika, 2012.
Hendro Wicaksono. “Library 2.0 dan Dampaknya dalam Pengembangan Aplikasi dan Layanan Perpustakaan”. Baca 31, no.1 (Agustus 2010): h.15-26. Heri Abi Burachman Hakim. “Perpustakaan Hibrida Berbasis Web 2.0: Format Perpustakaan di Era Millenium”. Visi Pustaka, no.1, April 2010. Herman Wasito. Pengantar Metodologi Penelitian: Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta:Gramedia, 1992. Kim Holmberg, dkk. “What is Library 2.0.” proquest 65, no. 4 (2009): 668-681. M. Maness, Jack “Teori Library 2.0: Web 2.0 dan Dampaknya terhadap Perpustakaan.” Penerjemah Blasius Sudarsono. Visi Pustaka 10, no.2 (Agustus 2008). M.Maness, Jack. “Library 2.0 Theory: Web 2.0 and Its Implications for Libraries”. Artikel diakses pada 23 November 2014 dari http://www.webology.org. Mardalis. Metode Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara, 1995. Mon, Lorri dan Randeree, Ebrahim. “On the Boundaries of Reference Services: Questioning and Library 2.0”. Association for Library and Information Science Education (ALISE), 2009. Noerhayati S. Pengelolaan Perpustakaan. Bandung : Percetakan Offest Alumni, 1987. Peltier-Davis, Cheryl. “Web 2.0, Library 2.0, Library User 2.0, Librarian 2.0: Innovative Services for Sustainable Libraries”. Proquest 29, (2009): h.1621. Perpustakaan Nasional. Standar Nasional Perpustakaan Perguruan Tinggi. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2012. Prasetya Irawan. Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar Teori dan Praktis Penelitian Sosial bagi Mahasiswa dan Peneliti Pemula. Jakarta: STIALAN, 2004. Rosa Widyawan. “Library 2.0 tidak Terasa Ada di Sekitar Kita”. Artikel diakses pada 16 November 2014 dari http://www.lipi.go.id. ------. Pelayanan Referensi: Berawal dari Senyuman. Bandung: Bahtera Ilmu, 2012.
Samouelian, Mary. “Embracing Web 2.0: Archives and the Newest Generation of Web Applications”. Amerika: Society of American Archivists, 2009: h. 4271. Sarlito W. Sarwono. Berkenalan dengan Aliran-Aliran dan Tokoh-Tokoh Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang, 2002. Soekarman dan Rachmat Natadjumena. Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Khusus. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2004. Soekarman K., dkk. Standar Perpustakaan Khusus. Jakarta: Proyek Pembinaan dan Pengembangan Perpustakaan Nasional RI, 2002. Sri Ati Suwanto.“Layanan Perpustakaan Elektronik dengan Konsep Library 2.0” Artikel diakses pada 14 Oktober 2015 dari http://www.eprints.undip.ac.id. Sugiyanto. Analisis Statistika Sosial. Malang : Bayumedia Publishing, 2004. Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Sulistyo-Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994. Supriyono. “Upaya Peningkatan Jasa Layanan Perpustakaan dengan Teknologi Informasi”. Media Informasi XIII, no.8 (2001). Sutarno NS. Manajmen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Samitra Media Utama, 2004. Syihabuddin Qalyubi. Dasar – Dasar Ilmu perpustakaan dan Informasi. Jogyakarta: Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi, UIN Sunan Kalijaga, 2007. Taliziduhu Ndraha. Desain Riset dan Teknik Penyusunan Karya Ilmiah. Jakarta : Bina Aksara, 1987. Uber Silalahi. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama, 2009. Wahyu Suprianto dan Ahmad Muhsin. Teknologi Perpustakaan.Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2008.
Informasi
Yasir Riyadi. “Perilaku Pencarian Informasi Mahasiswa Program Doktoral dalam menyusun Disertasi”. Visi Pustaka 15, no.2 (Agustus 2013): h.108-125.
Zakaria, Mohd. Hafiz, Watson, Jason dan Edwards, Sylvia L. “Investigating the use of Web 2.0”, Emerald 4, no.1 (2010). Zimmer, Michael. “Assesing the Treatment of Patron Privacy in Library 2.0 Literature”. Proquest 32, no.2 (2013): h.29-41.
Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)
Lr*x
KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NECEIiI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
a
letp. : (62-2'tl7 443329. Fax.7492907
Jl. lr. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 lndonesia
.lakalta. 20 Januari
Nomor : UN.0 I /F21PP 009'21 t5t1 120 I 6 [-anrp. : Hal : Tugas Menjadi Pembimbing Kepada
Y
l0l6
th.
Bpk/lbu/Sdr.: Dr. lda Farida, MLIS di .lakana.
Assalanru'alaikum Wr. Wh.
Dengau lrorrrrat karni bcritalrukrtn hahrra Bpk,'lhLr/Sdr. clitlltrhrrn
nlcrriadi
pernbimbing skriPsi. a(as nama:
Saudara/i :
:
NIM
.lur./Fak. :
Semester : ['-rnail
No.
llP.
: :
Okta Reni Azrina RA
lll2025
100002
llmu Perpustakaan / Fakultas Adab dan I-lttntantora Vll (tuj uh ) rrrara hr ttnioong ri r ahott.cotl'l 081.1-
lll5-'1{l{t7
"Perilaku Pemustaka terhadap lmplementasi Library 2'0 di Perpustakaan Pusat Dokumentasi lnformasi llmiah Lembaga Ilmu Pengeta h uan lndonesia (PDI I-LIPI)" clllarrr ranukr rnctrrclcsaikan slLtdi nlencal.rai
ltlat
'\uriutrLr '\truru
l'
Atas kesediaan Bapak/lbLr/Sdr. untuk nrelaksanakan tugas tersebut meny.,ampaikatr petrghargaan dan terirna kasih'
Catatan:
i. l.
rtttrlittt' Pcrnhinrhirrg trtctrriliLi rrcrrctrittrg rtttrnpt'rhaili redaLsi .iuclLrl dan trr ke tltahasisua ttlch ittrus dibcritlthtrlatl harall [)crLrbahan lirdul slripsi
kall'li
Jakarta, 9 Februari 201 6
Kepada Yth Ketua Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas.,Adab dan Humaniora UIN SyarifHidayatullah Jakarta Assalamu'alaikum Wr.'v\ib. Bersama
ini saya
Nama Pembimbing : Dr. Ida Fari
N{ahasiswa
NIM
: Okta P.eni Azrina
RA
:1112025100002
Dengan ini mernberitahukan ientang perubahan
judui skipsi mahasiswa
bersangkutan.
Judul
Arval
Judul
Baru
: Perilaku Pemustaka terhadap Implemetasi L;brary 2.0 di Perpustakaan Pusat Dokumentasi Informasi Ilmiah Lembaga Ilmu Pengetahuan indonesia (PDII-LIPI)
:
Perilaku Pemustaka terhadap Layanan* Library 2.0 di Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Ken.rendikbuc.l)
Demikian pemberitahuan ini saya sampaikan. Atas perhatiannya di ucapkan terimakasih. Wassalamu'alaikum Wr.Wb.
Dosen Pembirnbing Skripsi
Dr. Ida Farida, MLIS
KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI(UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA Jl.
Telp. {021) 7443329, Fax. (0?1) 7493364
lr. H. Juanda No. 95, Ciputat 15412, Jakarta. lndonesia
Nomor: Un.oUFUPP.oo.9l Lamp. :Hal :lzin Penelitian
241
Jakarta, 05 Februari 2016
12076
Kepada Yth.
Kepala PerPustakaan Kemdikbud Jl. Jenderal Sudirman Gedung A Lantai 1, Senayan Jakarta
Assolomu'oloikum Wt. Wb, Dengan hormat kami sampaikan bahwa N
ama
NIM Fa
ku !tas
Program Studi Semester Tahun Akademiir Alamat No. HandPhone
:
OKTA RENI AZRINA RA
1112025io0002 Adab dan Humaniora llmu Perpustakaan Vll (Tujuh) zAts I 2a76 Jl. Limun No.57 RT 003/08 Kel. Pisangan Kec. Ciputat - Tangerang Selatan a823722s4887
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora berjudul "Perilaku ,ro*o, Studi llmu Perpustakaan, yang sedang menyusun skripsi Kementerian Pendidikan Pemustaka terhadap Layanan fibrdry Z'O di Perpustakaan data untuk dan Kebudayaan (Kemdikbud)". Mahasiswa tersebut memeriukan Bapak'/lbu penulisan tersebut kanri mohon Penulisan Skripsi. Untuk tut.nc,ian proses yang Bapak/lbu pirnpin' dapat memberi izin melakukan penelitian di lembaga kasih' bantuan dan kerjasama Bapak/lbu, kami ucapkan terima Demikian atas
Wossolamu' alaikum Wr. Wb' Dekan,
KEMENTERIANAGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI(UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA Telp. l127l1443329, tax. (021) 7493354
Jl. lr. H. Juanda No. 95, Ciputat 15412,lakarta, lndonesia
Nomor : Un.01/Fz/PP.oo.9 /
Lamp.
Hal
Jakarta, 05 Februari 2016
Al
:: lzin Observasi dan Wawancara
Kepada Yth.
Kepala Perpustakaan Kemdikbud Jl. Jenderal Sudirman Gedung A Lantai 1, Senayan Jakarta
Assalamu'alaikum Wr, Wb. Dengan hormat kami sampaikan bahwa Nama
:
OKTA RENI AZRINA RA
N ll,r'l
1112025100002
Fa ku
Adab dan Humaniora
lta s
Program Stud i Semester Tahun Akademik Alamat No. Handphone
llmu Peipustakaan Vll (Tujuh) 2AE /201.6 Jl. Limun No.57 RT 003/08 Kel. Pisangan Kec. Ciputat - Tangerang Selatan a82312254887
Hidavatullah iakarta adalah mahasiswa Fakultas A.dab dan Humaniora ulN Syarif dengan juclul "Perilaku Program Studi llmu Pe;pustakaan, sedang ntenyusun skripsi Kementerian Pendidikan Pemustaka terhadap Layanan Lihrary 2'0 di Pilrpustakaan tersebut kami dan Kebudayaan {Kemdikbud)". Untuk kelancaran proses kegiatan tlan wawancara kePad"a mohon Bapak/lbu dapat menlberi izin melakukan observasi pustakawan di lembaga yang Bapak/lbu pimpin' terima kasih' Demikian atas bantuan dan kerjasama Bapak/lbu, kami ucapkan Wassal omu'aloiku m Wn Wb.
Dekan, "
BIODATA PENULIS
Okta Reni Azrina RA dilahirkan di Lampung, 22 Oktober 1994, anak kedua (puteri pertama) dari 4 bersaudara. Ayahanda penulis bernama Azhari, S. Pd., M.M dan ibunda bernama Rosida, S, Pd., M.M. Penulis dibesarkan dari keluarga yang sederhana dan mempunyai disiplin yang tinggi. Penulis memiliki saudara laki-laki bernama Nurul Roaz AlRasyid dan dua adik perempuan Tina serta Anggun. Mereka adalah bagian terpenting dalam kehidupan penulis. Riwayat pendidikan dimulai dari SDN 2 Padang Cermin (2000-2006), MTs N Kedondong (2006-2009), dan MAN Kedondong (2009-2012) di daerah Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung. Selanjutnya penulis memutuskan kuliah diluar Lampung dan mendaftar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melalui jalur PMDK tahu 2012. Penulis menyukai bidang ilmu Matematika, Bahasa Indonesia, Hukum dan Sosial. Namun, memilih jurusan Ilmu Perpustakaan karena permintaan Ibunda menjadi pegangan penulis untuk menyelesaikan kuliah di jurusan tersebut. Tiada penyesalan selama menempuh pendidikan di jurusan ilmu perpustakaan, penulis justru merasa beruntung dan bersyukur. Pengalaman penulis selama kuliah begitu menyenangkan. Selain aktif di Himpunan Mahasiswa Jurusan, penulis juga aktif bagian tari tradisional DEMA FAH tahun 2013-2014 dan bendahara SEMA FAH tahun 2015. Disanalah penulis dapat mengembangkan kemampuan dibidang organisasi dan sosial kemasyarakatan, menjadi bekal setelah lulus. Penulis juga memperkenalkan tari daerah Lampung yaitu tari Sigeh Pengunten dan Bedana kelingkungan kampus dan mempelajari tari daerah lainnya bersama teman-teman tari tradisional fakultas dan himpunan. Penulis juga bergabung di Himpunan Mahasiswa Lampung sebagai daerah asal penulis. Pengalaman di bidang ilmu perpustakaan diterapkan ketika penulis magang di MAN Kedondong selama liburan semester 3. Selain itu, bersama teman-teman KKN Simpati 2015, penulis memperbaharui koleksi dan manajemen perpustakaan SDN 05 Leuweung Kolot dan LPK Tepi Sawah Kecamatan Cibungbulang kabupaten Bogor agar dapat dimanfaatkan dengan baik. Hal tersebut semata-mata sebagai bakti dan bukti penulis mempelajari bidang ilmu perpustakaan.