PERILAKU OPORTUNISTIK EKSEKUTIF PERUSAHAAN TERKAIT PENERBITAN OBLIGASI (Bukti Empiris dari Pasar Modal Indonesia)
Yogy Budi Yudawijaya STIE Wijaya Mulya Surakarta Syarifah Ratih Kartika Sari Unmer Madiun
ABSTRACT This research aims to give empirical evidence concerning opportunistic manager behavior related to bond issue. The data of the study consist of 75 corporate bond of non financial firms listed on Indonesian Stock Exchange in 2004-2009. The technique sampling is purposive sampling. The study uses Teoh et al. (1998a, 1998b) model to detect the earning management. The result of this study shows the existence of earning management practice in two observation period. The first hypothesis shows that mean difference at the year before bond issue and at a year after of bond issue provide the support for the hypothesis. The test of second hypothesis shows that mean difference at the year before bond issue and and at a year after of bond issue provide the support for the hypothesis. Thus, we can conclude that there are other factors besides bond issue that motivate management to perform earnings management. Keyword
: Opportunistic Manager Behavior, Bond Issue, Earning Management, Discretionary Accruals.
PENDAHULUAN Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris terkait perilaku oportunistik manajer pada saat perusahaan melakukan penerbitan obligasi. Untuk itu penelitian ini mendeteksi apakah perusahaan melakukan manipulasi laba melalui akrual diskresioner jangka pendek dan akrual diskresioner jangka panjang pada saat penerbitan obligasi. Penelitian-penelitian mengenai manajemen laba pada perusahaan yang menerbitkan obligasi masih sangat sedikit.
Bukti empiris adanya praktik manajemen laba di sekitar Initial Bond Offering pada kasus di luar Indonesia dilakukan oleh Demirtas, Ghosh, Rodgers dan Sokibin (2006); Caton, Chiyachantana, Tse dan Goh (2008); Yasa (2010) dan Sari (2010). Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang ada di Indonesia. Penelitian ini berusaha memberikan dukungan empiris terhadap hipotesis dengan menggunakan model yang berbeda untuk mendeteksi manajemen laba. Sebelum suatu penerbit obligasi memelakukan emisi, maka akan dilakukan
2
FORUM AKADEMIKA proses penilaian terhadap obligasi tersebut, Di indonesia penilaian tersebut dilakukan oleh Bapepam selaku pengawas pasar modal. Lembaga pemeringkat yang diberi otoritas oleh Bapepam untuk melakukan evaluasi obligasi adalah PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) dan PT Kasnic Credit Rating Indonesia (KCRI). Penilain yang dilakukan mencakup tiga risiko utama, yaitu risiko industri, risiko bisnis dan risiko finansial. Proses penilaian dan penerbitan tersebut secara keseluruhan membutuhkan waktu sekitar 3-6 bulan. Peringkat obligasi merupakan skala resiko dari semua obligasi yang diperdagangkan. Skala ini menunjukkan sebarapa aman suatu obligasi bagi investor yang ditunjukan oleh kemampuan perusahaan dalam membayar bunga dan pokok pinjaman. Peringkat obligasi merupakan salah satu acuan dari investor ketika akan memutuskan membeli suatu obligasi. Ketika peringkat obligasi suatu entitas berada pada kategori tinggi (investment grade) berarti lembaga pemeringkat menganggap kinerja perusahaan baik. Informasi tersebut akan direspon oleh investor dengan cara mengalokasikan dananya ke perusahaan karena investor menganggap perusahan tersebut dapat meningkatkan kesejahteraannya, akibatnya abnormal return akan meningkat. Sebaliknya, jika terjadi peringkat obligasi rendah (non investment grade) menunjukkan kinerja perusahaan mengalami penurunan. Akibatnya tidak ada investor yang tertarik menginvestasikan dananya ke perusahaan tersebut. Mengacu pada ketentuan Bapepam SK-024/ LGL/ BES/ XI/ 2004 tanggal 25 November 2004 emiten yang akan melakukan Pencatatan Efek Bersifat Utang di Bursa harus menghasilkan laba usaha untuk 1 (satu) tahun terakhir, maka perusahaan cenderung
akan mendorong manajer untuk melakukan manajemen laba untuk memenuhi ketentuan tersebut. Alasan tersebut menunjukkan sikap oportunistik manajer dengan melakukan manajemen laba untuk mempengaruhi kinerja perusahaan agar terlihat stabil. TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 1. Manajemen Laba Dalam penelitian ini, istilah manajemen laba didefinisikan sebagai upaya-upaya manajemen dalam menggunakan pertimbangannya dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat menyesatkan para pengambil keputusan dalam menilai kinerja perusahaan atau dapat mempengaruhi kontrak-kontrak pendapatan yang telah ditetapkan berdasarkan angka-angka laporan keuangan (Healy dan Wahlen, 1998). Dengan kata lain manajemen laba adalah proses memanipulasi laporan keuangan yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja dan posisi perusahaan, namun informasi tersebut tidak merefleksikan informasi yang sebenarnya. Watts dan Zimmerman (1986) menyatakan ada beberapa alasan manajer melakukan manajemen laba di antaranya adalah The Bonus Plan Hypothesis, The Debt to Equity Hypotesis dan Political Cost Hypotesis. Scott (2006) mengemukakan beberapa pola manajemen laba yang dilakukan oleh manajer antara lain: Taking a bath, Income minimization, Income maximization dan Income smoothing. 2. Akrual Menurut Sulistyanto (2008), salah satu teknik manajemen laba yang biasa digunakan oleh manajemen adalah akrual.
Yogy Budi Yudawijaya Ada dua alasan yang mendasari mengapa model akrual yang memproksikan manajemen laba dengan discretionary accruals lebih dapat diterima dan dipergunakan dalam berbagai penelitian manajemen laba yaitu: a. Model ini sejalan dengan basis akuntansi yang selama ini banyak dipergunakan di berbagai negara, yaitu akuntansi berbasis akrual. b. Model ini merupakan model yang menggunakan komponen laporan keuangan yang secara langsung mendeteksi obyek rekayasa akuntansi. Angka dalam laporan keuangan yang disusun berdasarkan proses akrual akan mengandung komponen akrual baik yang diskresioner maupun yang nondiskresioner. Akrual diskresioner biasanya digunakan untuk mendeteksi adanya manajemen laba. Akrual diskresioner terdiri dari akrual diskresioner jangka pendek dan akrual diskresioner jangka panjang. Menurut Dechow (1995) akrual diskresioner jangka pendek memiliki waktu yang relatif pendek misalnya satu tahun atau kurang dari satu tahun (satu periode akuntansi) sedangkan akrual diskresioner jangka panjang memiliki jangka waktu lebih dari satu tahun (satu periode akuntansi). 3. Teori Keagenan Teori keagenan memandang perusahaan sebagai nexus of contracts yaitu organisasi yang terikat kontrak dengan beberapa pihak seperti kontrak dengan pemegang saham, supplier, karyawan (termasuk manajer) dan pihak-pihak lain yang terkait (Scott, 2006). Perusahaan juga memiliki ikatan kontrak dengan kreditur jika perusahaan tersebut melibatkan utang
3
sebagai salah satu pendanaannya. Informasi keuangan perusahaan menjadi sangat penting karena melindungi kepentingan kedua belah pihak yang terikat kontrak (meminimalkan konflik kepentingan). Informasi tersebut digunakan sebagai dasar penilaian kinerja. 4. Obligasi Bursa Efek Indonesia (2010) mengartikan obligasi sebagai surat utang jangka menengah-panjang yang dapat dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut. Dengan kata lain obligasi adalah salah satu instrumen pasar modal yang memberikan pendapatan tetap (fixed-income securities) bagi pemegang obligasi. PENELITIAN TERDAHULU Pengujian praktik manajemen laba di sekitar Initial Bond Offering dilakukan oleh Demirtas et al. (2006) melakukan pengujian terhadap 1.257 perusahaan manufaktur yang menerbitkan obligasi tahun 1980 sampai tahun 2003. Hasil penelitiannya memberikan bukti empiris bahwa issuer melakukan kebijakan akuntansi dan keputusan pelaporan dengan tingkat akrual yang meningkat pada periode emisi. Peningkatan akrual tersebut terjadi namun berubah terbalik pada periode pemeringakatan berikutnya. Bukti ini menunjukkan bahwa perusahaan laba yang meningkat pada periode saat penerbitan peringkat perdana dengan maksud untuk mendapatkan pola laba yang menguntungkan pada saat penerbitan peringkat perdana. Hasil penelitian Caton et al. (2008) menunjukkan bahwa issuer melakukan window
FORUM AKADEMIKA dressing pada kinerja sebelum sampai saat penerbitan. Peningkatan peringkat obligasi merupakan kondisi yang penting dari upaya manajemen laba untuk menyesatkan lembaga pemeringkat dan pasar. Hal ini manunjukkan adanya peningkatan pengelolaan laba pada periode setelah penurunan dengan mengelola laba secara agresif terkait informasi yang disoroti. Penelitian ini menemukan proporsi yang rendah dari penurunan periode berikutnya untuk perusahaan dengan aktivitas manajemen laba yang agresif. Hasil regresi mengindikasikan upaya manajemen laba yang agresif berasosiasi dengan rendahnya peringkatan pada saat emisi. Yasa (2010) melakukan pengujian terhadap obligasi yang diterbitkan perdana pada perusahaan-perusahaan selain industri keuangan dan perbankan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan terdaftar di Bursa Efek Surabaya dari tahun 1999 sampai dengan 2006 serta diperingkat oleh PT. PEFINDO dan PT. KASNIC Credit Rating Indonesia. Pendeteksian manajemen laba dilakukan dengan menggunakan model Modifikasi Jones dan uji sensitifitas dengan model Kang dan Sivaramakrishnan (1995). Hasil penelitian tersebut menunjukkan perusahaan penerbit obligasi melakukan manajemen laba dengan cara menaikkan jumlah akrual diskresioner saat publikasi laporan keuangan auditan sebelum perioda penerbitan obligasi. Manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan penerbit obligasi lebih besar daripada perusahaan non penerbit obligasi pada saat perioda yang sama. Ratih (2011) menggunakan sampel 69 unit obligasi perusahaan yang terbit pada tahun 2004 sampai dengan 2009. Analisis manajemen laba dideteksi dengan model Modifikasi Jones. Hasil penelitian tersebut mengkonfirmasi bukti emiris bahwa perusahaan melakukan manajemen laba yang menaikkan
4 laba sebelum ditetapkan peringkat obligasinya. Pengujian hipótesis menunjukkan bahwa praktik manajemen laba berpengaruh negatif terhadap perolehan peringkat emisi obligasi. Hipotesis Penelitian Penelitian ini akan menganalisis peperilaku oportunistik manajer dari perusahaan yang akan melakukan emisi obligasi. Laba merupakan faktor penting dalam penilaian obligasi. Mengacu pada ketentuan Bapepam SK-024/ LGL/ BES/ XI/ 2004 tanggal 25 November 2004 emiten yang akan melakukan Pencatatan Efek Bersifat Utang di Bursa harus menghasilkan laba usaha untuk 1 (satu) tahun terakhir. Pentingnya laba dalam penilaian obligasi juga didukung oleh Caton et al. (2008) terkait dua alasan yaitu laba sebagai proksi kemampuan kas untuk pembayaran pokok dan bunga oligasi, serta pelaporan laba merupakan faktor penting dalam menentukan peringkat obligasi. Hal ini didukung oleh penelitian Ashbaugh-Skaife et al. (2006) yang menemukan bukti bahwa pelaporan laba secara signifikan berhubungan terhadap peringkat obligasi serta Yasa (2010) yang mengkonfirmasi bukti empiris bahwa laba operasi berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi perusahaan. Besarnya pengaruh laba terhadap penilaian obligasi akan mendorong manajer untuk melakukan manajemen laba untuk memenuhi ketentuan Bapepam sebelum perusahaan melakukan penerbitan obligasi. Alasan tersebut menunjukkan sikap oportunistik manajer dengan melakukan manajemen laba untuk mempengaruhi kinerja perusahaan agar terlihat stabil. Sikap oportunistik ini dilakukan oleh manajemen dengan harapan bahwa investor memberi penilaian positif terhadap perusahaan dan merespon penawaran yang dilakukan oleh perusahaan.
Yogy Budi Yudawijaya Sikap oportunistik dalam konsep motivasi kontraktual muncul karena perjanjian manajer dengan pihak lain berbasis pada perjanjian utang dan kompensasi manajerial (Sulistyanto, 2008). Perusahaan pada umumnya membuat sejumlah perjanjian hutang yang dikaitkan dengan jumlah laba yang dilaporkan, maka manajer akan mendapatkan keuntungan untuk menghindari pelanggaran perjanjian hutang. Pinalti dari perjanjian hutang tersebut bisa mengakibatkan perusahaan harus menyediakan sinking fund karena investor meminta perusahaan untuk segera melunasi hutang, bunga hutang naik, jaminan yang harus disediakan oleh perusahaan dan risiko lain yang merugikan perusahaan. Alasan motivasi kontraktual yang lain adalah terkait dengan kompensasi manajerial, hal ini terjadi karena ada pihak yang selalu berusaha memaksimalkan kepentingan dan kesejahteraan pribadinya. Motivasi bonus merupakan dorongan bagi manajer untuk melakukan manajemen laba karena imbalan/bonus yang diberikan kepada manajer umumnya dihitung dari laba. Para manajer cenderung akan menggunakan teknik-teknik manajemen agar imbalan bisa maksimal. Akrual diskresioner merupakan komponen akrual yang dapat diatur dan direkayasa sesuai dengan kebijakan manajerial, sedangkan akrual non diskresioner merupakan komponen akrual yang tidak dapat diatur dan direkayasa sesuai kebijakan manajer. Akrual diskresioner memberi peluang bagi manajer untuk memperbaiki laba sesuai dengan keinginannya (Friedlan, 1994). Mengacu pada model yang dikembangkan oleh Teoh et al. (1998a, 1998b) mengembangkan komponen akrual ke dalam komponen akrual jangka pendek dan akrual jangka panjang. Perusahaan yang memiliki kontrak utang maupun kontrak yang lain pasti
5
berkeinginan untuk meminimalkan cost of debt yang terkait dengan kontrak-kontraknya (contracting theory), seperti kos negosiasi, kos pengawasan kinerja kontrak, kemungkinan negosiasi ulang, dan kos perkiraan jika bangkrut atau kegagalan lain (Scott, 2006). Manajer perusahaan yang terikat dengan kontrak utang cenderung memilih prosedur akuntansi yang memindahkan laba yang dilaporkan dari perioda masa datang ke perioda saat ini. Alasannya bahwa laba bersih yang dilaporkan naik akan mengurangi probabilitas kegagalan teknis. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis pertama yang akan diuji adalah. H1: Perusahaan melakukan manipulasi laba melalui akrual diskresioner jangka pendek pada saat penerbitan obligasi Manajemen perusahaan mempunyai harapan sehubungan dengan tren laba jangka panjang. Manajemen laba digunakan untuk menyampaikan apa yang seharusnya merupakan informasi di dalam perusahaan tentang tren laba jangka panjang (Mulford dan Eugene, 2010). Tujuan yang diharapkan dari tindakan manajemen laba jangka panjang adalah manajemen berupaya memberikan signal bahwa kinerja perusahaan stabil. Jika kinerja perusahaan stabil, maka risiko berkurang sehingga investor akan memberikan respon yang baik terhadap perusahaan tersebut. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis pertama yang akan diuji adalah. H2: Perusahaan melakukan manipulasi laba melalui akrual diskresioner jangka panjang pada saat penerbitan obligasi
FORUM AKADEMIKA METODA PENELITIAN 1. Populasi dan Sampel Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu database laporan keuangan yang tersedia di pojok BEI Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta dan database Bursa Efek Indonesia yang tersedia secara online pada situs http://www.idx. co.id serta database peringkat obligasi perusahaan yang terdaftar pada OTC-FIS Bursa Efek Indonesia yang dipublikasikan dalam Indonesia Bond Market Directory tahun 2005-2010. Sampel diambil dengan menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria antara lain sebagai berikut: 1. perusahaan yang termasuk dalam industri non finansial, 2. perusahaan yang melakukan emisi obligasi tahun 2005-2010, 3. perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan audit lengkap selama periode pengamatan, dan 4. tidak termasuk perusahaan dalam daftar de-listing dan dihentikan perdagangannya oleh Bapepam. Perusahaan sektor finansial tidak dimasukkan ke dalam sampel dimaksudkan untuk mengurangi bias yang ditimbulkan dari perbedaan jenis perusahaan terkait dengan aktivitas utamanya. 2. Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data base laporan keuangan yang tersedia di pojok BEI Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta dan database Bursa Efek Indonesia yang tersedia secara online pada situs http:// www.idx.co.id serta database peringkat
6 obligasi perusahaan yang terdaftar pada OTC-FIS Bursa Efek Indonesia. 3. Variabel dan Pengukuran Variabel Penelitian Akrual diskresioner dihitung dengan menggunakan model Modifikasi Jones (1991) seperti yang dijelaskan dalam Dechow et al. (1995). Alasan pemilihan model Jones yang dimodifikasi ini karena model ini dianggap sebagai model yang paling baik dalam mendeteksi manajemen laba dibandingkan dengan model lain serta memberikan hasil yang paling kuat (Dechow et al., 1995). Mengacu pada penelitian oleh Teoh et al. (1998a, 1998b), penelitian ini akan menggunakan dua jenis akrual yaitu, akrual diskresioner jangka pendek dan akrual diskresioner jangka panjang sedangkan ukuran akrual yang dipakai adalah model Modifikasi Jones (1991). a. Akrual Diskresioner Jangka Pendek Langkah-langkah untuk menghitung akrual diskresioner jangka pendek sebagai berikut Teoh et al. (1998a, 1998b) : 1) Menghitung akrual jangka pendek (current accrual) sebagai berikut. CAit= ∆ [Aktiva Lancar – Kas] – ∆[Utang Lancar–Utang Jk. Panjang yang Segera Jatuh Tempo] 2) Mendeteksi nilai ekspektasi akrual jangka pendek sebagai berikut. CAit/TAit-1 = α1(1/TAit-1) + α2(∆REVit/TAit-1) + єit Keterangan: CAit : akrual jangka pendek perusahaan i pada tahun t
Yogy Budi Yudawijaya
b.
TAit-1 : total aktiva perusahaan i pada tahun t-1 ∆REVit : perubahan pendapatan perusahaan i pada tahun t єit : error term perusahaan i pada tahun t 3) Menghitung akrual nondiskresioner jangka pendek sebagai berikut. NDCAit/TAit-1 = α1(1/ TAit-1) + α2(∆REVit - ∆RECit /TAit-1) Keterangan: NDCAit : akrual non-diskresioner jangka pendek perusahaan i pada tahun t ∆RECit : perubahan piutang perusahaan i pada tahun 4) Menghitung nilai akrual diskresioner jangka pendek sebagai berikut. DCAit = (CA/TAit-1) – NDCAit Akrual Diskresioner Jangka Panjang Total akrual adalah gabungan antara akrual jangka pendek dan akrual jangka panjang, sehingga perlu mencari nilai total akrual terlebih dahulu sebagai berikut. 1) TACit = NIit – CFOit. Keterangan: TACit : total akrual perusahaan i pada tahun t NI it : laba bersih sebelum pos luar biasa perusahaan i pada tahun t CFOit : aliran kas operasi perusahaan i pada tahun t Nilai akrual jangka panjang dihitung dengan mengurangkan total akrual
7
di atas dengan akrual jangka pendek sebagai berikut. 2) LTACit = TACit– CAit Keterangan: LTACit : akrual jangka panjang perusahaan i pada tahun t TACit : total akrual perusahaan i pada tahun t CAit : akrual jangka pendek perusahaan i pada tahun t Nilai akrual diskresioner jangka panjang dihitung dengan menggunakan model Modifikasi Jones (1991) yang juga digunakan dalam penelitian Teoh et al. (1998a, 1998b). 3) TACit/TAit-1 = α1(1/TAit-1) + α2(∆REVit/TAit-1) + α3(PPEit/TAit-1) + єit Keterangan: TACit : total akrual perusahaan i pada tahun t ∆REVit : perubahan pendapatan perusahaan i pada tahun t PPEit : aktiva tetap perusahaan i pada tahun t TAit-1 : total aktiva perusahaan i pada tahun t-1 Total akrual non-diskresioner dihitung kembali sebagai berikut: 4) N D T A C i t = α 1 ( 1 / T A i t 1)+α2(∆REVit-∆RECit/TAit1)+α3(PPEit/TAit-1) Keterangan: NDTACit : total akrual nondiskresioner perusahaan i pada tahun t ∆RECit : perubahan piutang perusahaan i pada tahun t Akrual non-diskresioner jangka panjang (NDLA) adalah selisih
8
FORUM AKADEMIKA
antara total akrual non-diskresioner (NDTAC) dengan akrual nondiskresioner jangka pendek (NDCA). Nilai akrual diskresioner jangka panjang (DLA) adalah selisih antara akrual jangka panjang (LTAC) dengan akrual non-diskresioner jangka panjang (NDLA) dengan persamaan sebagai berikut. 5) DLAit = (LTACit/TAit-1) – NDLAit Discretionary accruals yang bernilai positif menunjukkan indikasi perusahaan melakukan manajemen
laba dengan cara-cara tertentu dengan tujuan menaikkan laba, sebaliknya jika nilai discretionary accruals negatif mengindikasikan perusahaan melakukan manajemen laba dengan cara-cara tertentu dengan tujuan menurunkan laba. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Statistik Deskriptif Pada tabel 1 disajikan statistik deskriptif untuk seluruh sampel yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini.
Tabel 1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian untuk Perusahaan Sampel (n=75) Keterangan
N
Mean
Net Income t-1*
75
458.1779
Cash Flow t-1*
75
Total Aset t-1* ∆ Revenuet-1*
Median
Minimum
Maximum
-2426.33
2042.04
1567.4339
124.8531 339.2163
-887.45
8273.93
75
11236.6192
3312.1580
117.49
49504.49
75
1013.6209
388.8744
-740.46
10940.98
∆ Property, Plan, and 75 7739.4587 Equipment t-1* Catatan: * angka dalam milyaran rupiah Sumber: Hasil Pengolahan Data
1368.1512
1.22
38394.07
Tabel 1 menunjukkan statistik deskriptif dari sampel yang terdiri dari perusahaan yang melakukan manajemen laba. Sebagaimana dapat dilihat pada tabel 1, nilai rata-rata laba operasi menunjukkan bahwa laba bersih perusahaan penerbit obligasi bernilai positif (458.1779). Nilai tersebut menunjukkan bahwa perusahaan penerbit obligasi telah memenuhi persyaratan pencatatan efek bersifat utang yang mensyaratkan emiten yang akan melakukan pencatatan efek di bursa wajib memenuhi ketentuan menghasilkan laba usaha untuk satu tahun terakhir.
2. Hasil Pengujian Hipotesis a. Analisis Uji Hipotesis Pertama Teoh et al. (1998a, 1998b) menjelaskan bahwa akrual diskresioner jangka pendek atau disebut juga working capital accruals (WKA) merupakan akrual yang melibatkan akun modal kerja dan menggambarkan perubahan dalam akun aktiva lancar dan utang lancar. Tabel 2 menyajikan hasil estimasi akrual diskresioner jangka pendek untuk menguji hipotesis pertama.
9
Yogy Budi Yudawijaya Tabel 2 Akrual Diskresioner Jangka Pendek Keterangan
N
Mean t -1
t0
Current Accruals
75
Non Discretionary Current Accruals
75
-0,010927
-0,018813
Discretionary Current Accruals
75
-0,045729
0,146435
-0,0567
0,127636
Sumber: Hasil Pengolahan Data Tabel 2 menunjukkan hasil estimasi akrual diskresioner jangka pendek dari sampel yang terdiri dari perusahaan yang melakukan manajemen laba. Nilai parameter yang diperlukan untuk mengestimasi akrual non diskresioner jangka pendek dari pengujian regresi menghasilkan koefisien perubahan pendapatan sebesar -0.113 untuk periode satu tahun sebelum penerbitan obligasi dan -0.091 untuk periode saat penerbitan obligasi. Nilai total akrual diskresioner jangka pendek sebesar -0,0567 pada periode satu tahun sebelum penerbitan peringkat obligasi menunjukkan akun perubahan modal kerja dan perubahan dalam akun aktiva lancar dan utang lancar periode tersebut lebih rendah daripada periode sebelumnya. Pada periode saat penerbitan obligasi manajer menaikkan nilai total akrual diskresioner jangka pendek menjadi sebesar 0,127636 antara lain dengan cara mempercepat pengakuan atas pendapatan dari penjualan kredit atau menunda pengakuan atas biaya. Nilai rata-rata akrual jangka pendek pada periode satu tahun sebelum emisi obligasi bernilai negatif yaitu sebesar -0,045729. Hasil tersebut mengindikasikan pada periode satu tahun sebelum penerbitan obligasi perusahaan melakukan income decreasing accruals. Nilai estimasi akrual kelolaan pada periode
saat penerbitan obligasi digunakan sebagai pembanding. Pada periode saat penerbitan obligasi bernilai 0,146435. Nilai koefisien yang bertanda positif menunjukkan pada tahun saat penerbitan obligasi perusahaan melakukan income increasing accruals. Hasil tersebut memberikan bukti empiris bahwa perusahaan melakukan manajemen laba baik periode sebelum maupun saat penerbitan obligasi sehingga hipotesis yang menyatakan perusahaan melakukan manipulasi laba melalui akrual diskresioner jangka pendek pada saat penerbitan obligasi diterima. Shivakumar (2000) yang menyatakan bahwa manajemen laba dilakukan bukan didasari motivasi pembiasan informasi tetapi merupakan reaksi rasional untuk mengantisipasi perilaku pasar. Terdapat fenomena menarik dalam penelitian ini yaitu pola pergerakan akrual dari income decreasing accruals pada periode satu tahun sebelum penerbitan obligasi yang berubah terbalik menjadi income increasing accruals pada tahun saat penerbitan obligasi. Hal tersebut terjadi karena para manajer perusahaan yang terkait dengan utang berusaha menunjukkan kinerja yang baik untuk mengantisipasi negosiasi ulang oleh investor yang akan merugikan perusahaan. Dengan demikian manajemen laba merupakan bentuk ekspektasi rasional
10
FORUM AKADEMIKA yang perlu dilakukan untuk menghindari pinalti dari perjanjian hutang karena perusahaan harus menyediakan sinking fund jika investor meminta perusahaan untuk segera melunasi hutang, bunga hutang naik, jaminan yang harus disediakan oleh perusahaan, kos perkiraan jika bangkrut, dan risiko lain yang merugikan perusahaan. Pada
b.
Analisis Uji Hipotesis Kedua Akrual diskresioner jangka panjang atau disebut juga non-working capital accruals (NWKA) meliputi depresiasi, revaluasi aktiva, dan penyesuaian nilai wajar atas instrumen keuangan. Tabel 3 menyajikan hasil pengujian terkait akrual diskresioner jangka panjang.
Tabel 3 Hasil Pengujian Estimasi Akrual Diskresioner Jangka Panjang Keterangan
N
Mean t -1
t0
Long-term Accruals
75
-0,001956
-0,164347
Non Discretionary Long-term Accruals
75
-0,351543
0,015667
Discretionary Long-term Accruals
75
0,349565
-0,180016
Sumber: Hasil Pengolahan Data Nilai parameter yang diperlukan untuk mengestimasi akrual non diskresioner jangka panjang dari pengujian regresi menghasilkan nilai 0.214 untuk koefisien perubahan pendapatan dan -0.073 untuk Property, Plan, and Equipment pada periode satu tahun sebelum penerbitan obligasi. Nilai parameter pada periode saat penerbitan obligasi sebesar 0.22 untuk koefisien perubahan pendapatan dan -0.682 untuk Property, Plan, and Equipment. Nilai rata-rata total akrual diskresioner jangka panjang pada periode satu tahun sebelum emisi obligasi bernilai negatif sebesar -0,001956, hal tersebut mengindikasikan adanya kecenderungan bahwa perusahaan dalam industri non finansial lebih banyak total akrual diskresioner jangka pendek dibandingkan dengan akrual diskresioner yang diperoleh. Hasil perhitungan akrual diskresioner jangka panjang menunjukkan bahwa pada periode satu tahun sebelum
penerbitan obligasi, perusahaan terbukti melakukan income increasing accruals yang ditunjukkan oleh nilai koefisien ratarata yang bernilai positif yaitu sebesar 0,349565 dan -0,180016 pada periode saat penerbitan obligasi. Nilai koefisien yang bertanda negatif pada periode satu tahun sebelum penerbitan obligasi menunjukkan pada tahun penerbitan obligasi perusahaan melakukan income decreasing accruals sedangkan nilai rata-rata koefisien estimasi akrual kelolaan yang bernilai positif pada periode saat penerbitan obligasi menunjukkan bahwa pada periode tersebut terdeteksi adanya praktik manajemen laba dengan menggunakan cara-cara tertentu untuk menaikkan laba (income increasing accrual). Sehingga hipotesis yang menyatakan perusahaan melakukan manipulasi laba melalui akrual diskresioner jangka panjang pada saat penerbitan obligasi diterima. Sikap oportunistik manajer ditunjukkan oleh pola income increasing
Yogy Budi Yudawijaya accrual yang dilakukan manajemen perusahaan untuk memperoleh kompensasi manajerial atau untuk menghindari atau menangguhkan kos pelanggaran utang. Sedangkan pola income decreasing accrual dilakukan dengan tujuan memperoleh jangka waktu yang lebih baik dalam negosiasi ulang kontrak utang. Terdapat fenomena menarik dalam penelitian ini. Dalam manajemen laba jangka panjang manajer pada umumnya akan berupaya menunjukkan kinerja yang stabil sesuai dengan tren yang diharapkan. Namun hasil pengujian akrual diskresioner jangka panjang menunjukkan pola yang menurun pada periode saat penerbitan obligasi atau periode setelah kinerja perusahaan dinilai oleh lembaga pemeringkat. Hal tersebut mungkin disebabkan karena peringkat obligasi di Indonesia umumnya stabil pada periode setelah penerbitan peringkat perdana sehingga manajer cenderung untuk menurunkan laba pada periode setelah penerbitan peringkat obligasi. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Demirtas et al. (2006), Caton et al. (2008), Yasa (2010) dan Ratih (2011) dimana hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa manajer perusahaan yang terikat dengan kontrak utang cenderung melakukan income increasing accruals pada periode yang digunakan sebagai acuan penilaian oleh lembaga pemeringkat. Income increasing accruals dilakukan dengan memilih prosedur akuntansi yang memindahkan laba yang dilaporkan dari perioda masa datang ke perioda saat ini.
11
SIMPULAN, KETERBATASAN DAN PENELITIAN BERIKUTNYA 1. Simpulan Berdasarkan hasil perhitungan dengan model diatas, dapat disimpulkan bahwa perusahaan melakukan manipulasi laba melalui akrual diskresioner jangka pendek pada saat penerbitan obligasi, yang ditunjukkan oleh koefisien perubahan pendapatan sebesar -0.113 untuk periode satu tahun sebelum penerbitan obligasi dan -0.091 untuk periode saat penerbitan obligasi. Selainitu juga di dapatkan bukti bahwa pada periode satu tahun sebelum penerbitan obligasi, perusahaan terbukti melakukan income increasing accruals jangka panjang yang ditunjukkan oleh nilai koefisien rata-rata yang bernilai positif yaitu sebesar 0,349565 dan -0,180016 pada periode saat penerbitan obligasi. 2. Keterbatasan dan Penelitian Berikutnya Ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan periode pengamatan untuk melihat perubahan pola manajemen laba hanya di sekitar periode penerbitan obligasi. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah dengan menambah periode pengamatan mencakup periode sebelum, pada saat dan setelah penerbitan obligasi sehingga diperoleh angka pembanding yang lebih lengkap. REFERENSI Ashbaugh-Skaife, Hollis; Daniel W. Collins dan Ryan LaFond. 2005. “The Effects of Corporate Governance on Firm’s Credit Ratings.” Journal of Economic Literature: G30; G32; M41
12
FORUM AKADEMIKA Caton, Gary L.; Chiraphol N. Chiyachantana, Chua Choong Tze, dan Jeremy Goh. 2008. “Earnings Management Surruonding Seasoned Bond Offerings: Do Managers Fool Rating Agencies and the Bond Market?.” Journal of Economic Literature.
Sari,
Dechow, P.M.; R.G. Sloan dan A.P. Sweeney (1995). “Detecting Earnings Management.” The Accounting Review. 70: 193-225.
Scott, William R. 2000. “Financial Accounting Theory.” Second Edition. Scarborough, Ontario: Prentice-Hall Canada Inc.
Demirtas, K. Ozgur, Aloke Ghosh, Kimberly J. Rodgers; dan Jonathan Sokibin. 2006. “Initial Credit Ratings and Earning Management.” Journal of Economic Literature. Friedlan, M John. 1994. “Accounting Choices of Issuers of Initial Public Offerings”. Canadian Academic Accounting Association. Healy, P.M. dan J.M. Wahlen. 1999. “A review of the earnings management literature and its implications for standard setting.” Accounting Horizons. ,http://www.idx.co.id ,http://www.new.pefindo.com Mulford, Charles W dan Eugene E Comiskey. 2010. “Is Negative GoodwillValud By Investors?” Accounting Horizons Ratih, Syarifah Kartika Sari. 2010. “Praktik Manajemen Laba Terkait Emisi Obligasi Bukti Empiris Dari Pasar Modal Indonesia”. Tesis UNS Tidak Dipublikasikan
Dahlia. 2004. “Hubungan Antara Konservatisme Akuntansi dengan Konflik Bondholders – Shareholders Seputar Kebijakan Dividend an Peringkat Obligasi Perusahaan.” Simposium Nasional Akuntansi VII Denpasar Bali, 2-3 Desember 2004.
Shivakumar, L. (2000). “Do Firms Mislead Investors by Overstating Earnings Before Seasoned Equity Offerings?” Journal of Accounting and Economics.29: 339-371. Sulistyanto, Sri. 2008. “Manajemen Laba Teori dan Model Empiris.” PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Teoh, S.H.; Ivo Welch dan T.J. Wong. 1998a. “Earnings Management and the Long Run Market Performance of Initial Public Offering.” Journal of Finance. (December): 1935-1974. _______; dan . 1998b. “Earnings Management and the Underperformance of Seasoned Equity Offering.” Journal of Finansial Economics. Vol 50, pp. 63—99. Yasa, Gerianta Wirawan. 2010. “Pemeringkatan Obligasi Perdana Sebagai Pemicu Manajemen Laba: Bukti Empiris Dari Pasar Modal Indonesia.” Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto. 2010 Watts, R.L. dan J.L. Zimmerman, 1986. “Positive accounting theory.” Englewood Cliffs: Prentice Hall.