No.2 Juni 2011
VOLUME 23
Halaman 199-203
PERIHAL ASPEKTUALITAS DAN SISTEM KALA DALAM BAHASA JEPANG: SUATU KAJIAN MORFOLOGI DAN SEMANTIK litien Rostini*
r
ABSTRACT
Semanskally,asaspechrdltyand tempordity (tenses) are associated with the element of time: tense is related with two points whiih is, temporal reference point and temporal point of situation in deictic character. ~ d ionlyyreffering to time from the situation (beginning, the initial progress or at the end of a situation that is nondeictic). In the Japaneselanguage as well, aspechdity and the tenses as a fwKtional semantic category refers to situations when the element intemal/extemal may be disclosed through the disclosure of i n t d Mfiabilityin the morphologyand functional context in syntax level. In a Japanesesentence is often found common ground between aspeawlity and aspectdity. M o r e , them should be a scientif~explanation of vatiow events and aspedlty of the tensas inJapanese.
Keywords: aspectuality, tenses.
ABSTRAK Secara semantis, aspekadii dan temporditas(sistem kala) berhubungandengan unsurwaktu: sktom kala berhubungan dengan dua titik waktu, yaitu titik referensi waktu (tempral refireme point) dan Mik waktu dari situasi yang dibicamkan (temporal point of situation) yang b d i deiktik. kpektualitas hanya berkenaand e n p i waktu dari situasiyang d i b i ( a d situasi, sedang berlangsung, atau akhir silii yang bendat nondeiktik. DalambahasaJepangpun, aspektuditasdan sirtern Masebagaikategonsemantik fur7gsional mngacuunsurwaktui n t e m a l / M situasi prigperlgurcapannyadapatdiurrgkapkanrnddui Mliabilitas internal dalarn bentuk rnorfdogis clan hubungan f u @ d dalam tataran sintaksis. Dalam sebuah Mimat bahasaJepangserirg ditemukan adanya titik temu antaraaspektualii clan sistem kala Oleh sebab itu, perlu adanya penjdasan seam ilmiah mengenani perbedaan i h d aspekatali dan sistem M a dalam bahasaJepangtersebut. Kata Kunci: perbeciaanaspektualitas, sistem Ma.
PENGANTAR Hasilpenelaahanatas kepustakaanmenunjukkan bahwa dewasa ini penelitian yang bemubungan dengan aspektualitas dan sistem
kala mengalami peningkatanyang cukup signif i b di berbagai PergUMntilggi h ~ ~ e s Hal iatersebut ditandai dengan munculnya hasil ~enelitiandalam bentuk skri~si,tesis mauPun
" Staf PengajarJutusan BahasaJepang, STBAYapari-ABABandung.
Humaniota, Vol. 23, No. 2 Juni 2011: 199 - 208
d iyang berhubungandengan a q x k b d i i dan sistem kala baik dalam bahasa Indonesia maupundalam bahasa asing. Perlu dikemukakan bahwa studi aspektual i idalam bahasa Indonesiadiawali Fokkersejak awal 1960 (istilah yang diunakan "aspek"). Menurut Fokker (1983:49). s
e.
"Tiap kejadian di dunia ini yang berlangsung di sekeliling kita, dapat kita tilik dari beberapa segi. Kita dapat meniliknya dalam keseluruhanny,k i ijuga dapat menunjukkanpandangan kita istimewa ke swtu bagian yang tertentu. Mis. Permu1aann)ra atau penghabisannya. Pada aspek pekerjaan atau proses tidak kita beda-bedakan menurut waktu (mis. masa lampau atau masa sekarang), tetapi menurut dari sudut (segi) mana kita melihat atau memandang pekerjaan atau proses itu."
Lebih lanjut Fokker menyatakan bahwa setiap bahasa memilikicaracara tersendiriuntuk mengungkapkan bentuk-bentuk aspektualitas sehingga dapat menggambarkan awal situasi (inkoatif), kejadian sedang berlangsung (progresif), kejadian berlangsung dalam kurun waktu tertentu (duratif), pencapaian (resultatif atau perfektif), terjadi beberapakali berturut-turut (frekuentaw, kejadiansarna sekali tidak terikat pada lamanya berlangsung, tujuan atau hasil (indeterrninatif). Menurut Fokker (198351-54), makna inkoatif dapat diungkapkanmelalui partikel pun, /ah,dan/atau melalui bentuk ter-. Misalnya, (1) Anak ifu pun turun denganhati-hatisekali. (2) Kedua anak ifu mandilah dengan riang. (3) Gadis itu pun berdinlah.
w Tradisi Slavia
Slavia
Perbedaan bentuk-bentuk pengungkapan aspMualii dalam bahaaaasing (bahasaRusia dan bah-bahasa Eropa) dengan bahasa Indonesia dinydbkan Fokker (1983:49 dan 160) ben'kut. 'Dalam bahasa Rusia misalnya bermacammacam aspek diungkapkan dengan sistem teruraiyang amat halus dari bentuk-bentuk tata bahasa. Di sana aspek menjadisuatu kategori tata bahasa, artinya di sana pengungkapan suatu kejadian selamanya terikat pada cara penggambarantertentu dalam pikiran. Dalam bahasa-bahasa Eropa aspek itu rapat terjalin dalam pembedaan waktu. Di situ waktu dan aspek menjadi suatu keseluruhan yang tidak dapat dipisah-pisahkan, bertentangandengan bahasa-bahasa Indonesia, di mana pernbedaan waktu yang formil kerap kali tidak ada sama sekali."
PemyataanFokkertersebutsejalandengan apa yang telah diutarakan Dalil (1981), Djajasudarrna (1986), Brinton (1988), Tadjuddin (1992), dan Hoed (1992) yang mengungkapkan bahwa dalam rangka studi aspektualii terdapat dua perbedaan konsep-konsep aspektologi antara Eastern view (Slavic) dan Western view (An'stoffe). Didalam studi aspektualittasterdapat dua tradisi yang dinut deh para ahti, yakni tradi Slavia danAristotle. Tradiii Slavia 'domiRasi deh bahasa-bahasa Slavia tetutama bahasa Rusia sedangkan tradisi Aristotle didominasi oleh bahasa lnggris yang mencoba menerapkan konsepkcmsepaspekblogi kedalam baRasanya seperti pada Gambar 1.1.
1 Tradisi Aristotle I
I Tan-Slavia
Gambar 1.1 StudiAspektologi Versi Djajasudwma (1986)
m
fhalAspektualitasban K@ifB Suatu Kejkrn Akn#a@ den Safmt#
Selain itu, dengan mernpertimbangkan pendapat Comrie (197635) yang mengmukakan perbedaan antara aspek dsngan kak sebagai situation-internal time (aspect) and situationexternaltime(tens) dan Lyons (1977:679), yang menyatakan bahwa thargh not all languages have various deMb adwiwt?orpewtides of time, Djajasudarma (1W:M) rnenyatakan bahwa pemyataanComriebmbut m k ubagibahasa gmmatikalpenrbahan dak memiliki kala, asarkan hubungan aspek dengan nomina temporal seperti pada stmktur temporal @a@&ma (1986) pada Garnbar 1.2.
-
1 I Struktur Temporal I I
Secara k c = w W waspek-m dikacaukan dengan kala. Sehubun$an dengan ha1 tersebut, Comrie (1976: 1-3) menyatakan bahwa "tense relates the time of the situation refer& to some other time, usually to the moment of speaking. Aspect are different ways of viewing the internal temporal constituency of a situation". Lebih lanjut Comrie (1976:5) mengungkapkan bahwa
"... tense is a deictic category, i.e. locates situations in time, usually with reference to the present moment, thought also with reference to other situations. Aspect is not concerned with relating the time of the situation to any other time point, but rather with the internal temporal constituency of the one situation: one could state the difference as one between situation internal time (aspect) and situation external time (tense)."
Oengandemikian, dapatdinyatakanbahwa pada kategori kala unsur waktu bersifat lokatii mengacu pada waktu-waktu absolut danlatau waktu relatif. Pada umumnya, kategorikala berorientasi pada waktu ujaran (speech moment), yaitu berlangsungsebelum waktu ujaran (kemaWaktu I fin, minggu lalu, dulu, dan sebagainya) yang merupakan kalimat citraan atau bersamaan dengan waktu ujaran (sekamng, saat ini, dan sebagainya) atau sesudahwaktu garan (besok, tahun depan, nanti, kelak, dan sebagainya). Pada kategori aspektualitas, waktu berada Garnbar 1.IStruktur Temporal Veni &lam situasi, bukandi luar situasi. lmplikasinya di Djajasudarma (1986) ialah kalau pada temporalitas waktu beranalogi Secara sernantis, aspektualitas dan sistem dengan sebutan dulu, sekarang, nanti, pada kala berhubungan dengan unsur waktu aspektualitas waktu mengacu pada ukuran (temporal&): kala bemubungandengan dua titik panjang~lama tak bhatas, panjanghamaterbatas, waktu, yakni titik referensi waktu (temporal pendewsebentarsampai sekejap, atau terputusreferencepoint) dan titik waktu dari situasi yang putus, dan sebagainya. Oleh karena itu, tempodibicarakan (temporal point of situation), r a l i s tergolong kategori deiktik, unsur waktu kemudian titik waktu dari situasi tersebut bersifat ekstemal (di luar situasi), dan menunjuk dihubungkandengan titik referensiwaktu (deimk). ke lokasi waktu-waktu absolut atau waktu relaw, Aspektualitas hanya berkenaan dengan waktu sedangkan aspektualitas termasuk kategori dari situasi yang dibicarakan, misalnya, apakah nondeiktik, unsurwaktu bersifat internal (di dabm situasi tersebut menggambarkan awal situasi - situasi) yang dapat diungkapkan melalui afiks, sedang berlangsung atau akhir situasi tanpa partikel, rnakna inherenverb, dan dalam tataran menghubungkan dengan titik referensi waktu sintaksis diungkapkan melalui tataran klausa, (nondeiktik). kalimat danlataudalam bentuk wacana. Misalnya,
I
1
sungnya perisW6 itu &*id d i p z w @ ~ ' ~ h manusia yang mempbisepsinyi.. ~briigH demikign, menrut Hoed caia h$$I&f:k@G ,. .-
Tltien Rostini, Penh8lAspeMuaIitss dan $&tern Kala ditlarn Bahae Jepanbl: Suatu Kajian MotWogid8n Semantik No. 1
Perfektif
Linguis Jepang Kindaichi Haruhlko (197656) Nornoto Kikuyo (1985:l)
%T
5kbT
kanr~ou
Mikenryou
3
Maehida Ken (1989:9)
Kanseiso Kekokuso %#I sk%%# Kanketsuso Mlkankebuso
4
5
Yoshikawa T a k p (1989:103) Kaneko Twru (199432)
6
Kudou Mayumi (199361)
2
7
~ i t t yoshio a (im7:138j _ ,... %
$*
.
lmperfektif
me
Kanketswo
*ftT% klranmmi =& KWuk&
&&@
#@B
557% Kanryoutei
Kanseiso
ss~
Kanketswo
Terrninologi yang diberikan oleh Kindaichi (1) memiliki persarrraan dengan Yoshikawa (4) yakni K a n w W unW perfektif dan mikantyoutai untuk impwkktjf, Linguls Jepang tainnya, yaitu Nomoto Kikuyo (2), kaneko Tooru (5), dan Kudw W p m i (6) memilih istilah kanseitai (perfem dan keizoku (imperfektif). Machida Ken (3) dan Nitta Yoshio (7) memilih istilih kanketsusou (perfektif) dan jizoku (imperfektif). Sehubungan dengan ha1 tersebut, d&m penelitian ini digunakan istilah versi Kudou, yaitu kansei sou untuk perfektif. Untuk istilah imperfektif, diguna-kan dua jenis istilah, yaitu keizoku 'kontinuatif' danjizoku 'progresif. Dalam struktur bahasa Jepang, sering kali tejadi titik temu antara bentuk-bentuk peng-ungkap aspektualitas dan kala. Situasi kala (lampau dan nonlampau) bersifat lebih selalu muncul dalam setiap dominan k a ~ n a kalimat (klausa). Pemahamn tentang aspektualitas dengan sistem kala dalam bahasa Jepang telah dideskripsikan oleh Kindaichi dkk. (1988:201-205). Dalam penjelasannya dinyatakan bahwa secara semantis,
k
me
Keizokuso
bentuk V-ta memiliki dua jenis inakna, yaitu pengungkap situasi kala lamljau danlatau perfektif ($57). Perwujudan makna hrfektif yang melibatkan bentuk V-ta tidak bemifat otonom, tetapi diawali oleh pemarkah formal aspektualitas seperti 'Q> 5 & 7:. +V negatif, atau pemarkah adverbial *.-> 2 dan sebagainya. Sehubungan dengan penjelasan tersebut, para pakar Jepang di antaranya Yamamoto (1985:1), Kaneko (t995:32), dan Kudou (1995: 36) menyatakan bahwa 7 2 43 b (aspect) rnemiliki hubyaq erat dengan 5 ' . 2 X terdiri atgs kansei sow ' sou 'imperfektii. Sitmmi yan$ melalui kansei sou dcpaf pula situasi kala lampau (sum) dan rmkmpau (shita), sedangkan sitwsi yarag digambarkan dalarn makna keizoku say mewujudkan pula situasi hmll;dr*r yang diungkapkan melalui bentuk shite'@adan nonlampau yang diungkapkah melahi shite iru sepdrti pada tabel M k u t .
.
%a kb ..............m,shknasu Hikakokei 'NonpeSr
barn
5?&45r(n7XdP Kanseisono Verba aspektualiis peffektii
?&kR? ...............shita, shimashit8 Kakokel 'Past'
# & % & 0 7 ~ ~ 9 bSi!d Keiiuno asupekuto doushi Verbe aspektualks imperfektif
%Bk% .............shite IN,
shite imasu
Hikakokei .
'nonpast'
.............shite ita, ~hh18Shfi8 #2!$mAf;, ~ak&ji 'pesi'
-
Vd. 23, No. 2 Juni 2011: 199 208
Human-,
Berdasarkan definisidefinisi yang telah dikemukakan deh para pakar Jepang tersebut dinyatakanbahwa bentuk bentuk pengungkapan aspektualitas dapat diungkapkanrnelaluiempat bentuk akar verba, yaitu sum, shita, shite im, dan shite ita sunr dih-alih dsui V-ru,V*, V-teim, dan V-te ita yang rnengisyaratkan pula konsep waktu kebahasaandalam bahasa~ e h n yakni g kala lampaudan nonlampau. Haltersebut sesuai dengan apa yang telah diutarakan Ydo (1981) bahwa "Japanese venS fom have two main tenses, the pmsent .atxi the psrfective (which denotes completion oiacbbn and odlen equals the past tense in Engish). There is no Mum tense form, and the present tense form sems that fundbd denganpenjelasansebagai bedcut. a) Bentuk sum adalah bentuk infinitif. M i l nya, kaku 'menulis', yomu 'membaca', dan sebagainya. b) Bentuk shifa adalah verba yang dilekati oleh morfem terikat morfologis -ta (V-ta) yang dapat menggambarkan rnakna perfektif atau situasi kala lampau. Milnya, dalam verba kaku 'menulis' (nonlampau) dapat menjadi kaita ' rnenuls' (lampau). c) Bentuk shite inr adalah verba yang dilekati oleh morfem terikat morfdogis -te + im (kopula, bahasa lnggris be-lng: have done s.t.-yang dapat mewuiudkanmakna progresif. Misalnya, verba kaku tnenulis', menjadi kaite iru 'sedang menulis' (progresif). d) Bentuk s h h Sta adalahverba yang dilekati oleh morfemterikat morfologis-te + ita yang dapat rnewjudkanmakna progmsif dalam situasi kala lampau. Misalnya, verba kaku 'menulis' mejadi kaite ita '(Pada saat itu) sedang menulis' (Prog. Lampau). Formal: shirniisu shimashifa sh#e irnasu shife irnasNf8
3. Non formal: sum
3.
3.
3.
-1
shita
shite im
shite ite
3.
3.
&Kmv.teinr
-1 llit94te
(PeriksaTeramura, 1973, Kindaii, 1976, Nitta, 1997,1015 Iseo, 2000).
Bentuk-bent& lingual ssperti demikian di dalam buku-buku linguistik Jepang sering digunakandalam dua jenk bentuk, yaitu bentuk formal dan nonfonnal. F e m l konjugi3si verba dalam bentuk -te inr (pag~esif) atau -te ita (progresif/Iampau)-yang mmS1Ski persamaan d e i a n genr~dalambaMsa lnggris-, dinyatakan oleh Matsuo dan Noriko (1977) bahwa "the venb h m ending in te will be c a w the "&?mnd4 orthe tedonn. One simple way to memberthe fonn will be to recdled the infmal past tense fonn of verbs. For the inhmal past tense venb formation, we added fa to the rout of the venb. Now,just replace ta w#h te to make th@ g e ~ n d form. me genmdive f m ofthe venS in essence refers to the realization of the adion (as in the English -in9 form.* Linguis Jepang lainnya, yaitu Yamamoto (1985:1), Kanekou (1994:32), dan Kudou (199536) menyatakan bahwa bentuk-bentuk sum, shita, shite im, dan shite ita terSebut dapat mewujudkanhubunganantara mknaaspektuac litas dan kala seperti pada bagan pada tabel 1. lhwal sistem kala, Kindanchi dkk. (1988) mfwungka~kana d m V-ru( m l a m u ) yang berdistribusiparabldmganV-ta(lampau) konstruksikalimatmajemuk subordinatif:dengan konjungtor toki . S c a m semantis, V-&Iyang muncul pada Mausa inti tidak mempengaruhiVm yang munculpada Wausa noninti. Sebaliknya, V-ta dapat mempenganrhi Warn lainnya bib rnemiliki bentukyang sama seperti pada contohc contoh yang dikemukakan oleh Kindaichi (1988202-203) bedk~t.
U q T X to- F&%k L k 0 Ka-bu ni sashikakaru tokl ni maemofte supi-do o otoshita.
betokan di masuk (nonlampau) ketika pada sebelumnya Kecspatan Pem.Obj turun (lampau) 'Ketika hampif memasuki (nonlampau) belokan, teriebih dahulu kecepatan diturunkan (lampau).'
TitienRostini, PeriheIAspcsMualitas dan Sktm Kala dalam SuaSu m a n Mo-I
JsPe47: dan Semntik
TaM 1. Wubunganantara makna aspektualitasdan kala dalm sum, shita, shite iru, dan ski& its t
-
Sum
Shita
4 -
nonlampau
I
shitehu
4
4
lampau
nonlampau
Pelrsktif s h i i iru
stlib
4
4
imperfektif
wektif
4 -
.mektif *
nonlampau
s ra, x r-
(5) 75--~emfi~5 2
F:'%%2L 7 3 i 3 k O Ka-bu o magaru toki wa, supia0 o otoshi tsuzuketa. belokan belok (nonlampau) ketika Pem.T KecepatEln Pem.Obj turun Pem.kontinuati. 'Ketika membelok (nonlampau) (melewati belokan), menurunkan kecepatan (secara terus menerus)!'
(6) k - ? t ~ $ L;3>;3>-r>k 1:5 hr,
;msj-cxto- F B % t
Lk,
Ka-bu ni WRil hqjrnete supi-d;o o ofashi@ belokandi masuk (lampau) keW pada kernpatan pi?m.abj bnrn 'ketika memirsukl (lampau) belokan, menurunkan (lampau) kecepatan.'
(7)
75-?&@j3~->rcL $ 1 ~ . 7 2 tf- F%ibG'fftc, .
shite ita
I
4
-
lampau
ImperfeWf
-
SUN
-
@bt)
Ka-bu o magatta toki ni hajmete su -pEdo o ageta. belokan membelok ketika pada baru kecepatan ~em.0bjnaik 'Ketika membelok (lampau), mulai menaikan (lampau) kecepatan."
-
"
@tit%
i@ .
.I
-
im&ekm
lampau
Berdasarkan contoh-contoh yang telah dikemukakan, Kindaichi dkk. (1988:202-203) menyatakan bahwa situasi (peristiwa) yang diungkapkan melalui V-nr (nonlampau) dalam sashikakatu 'hampir memasuki(belokan)' seperti pada wntoh (5), rnenggambarkan situasi awal sebelum membelok yang berbeda dengan V-N d a h magatu 'membeld<'padacontoh(6). Verba sashikakatu'membelok' (5)' berdistribusiparalel dengan V-fa dalam otoshita 'menurunkan (kecepatan)' yang dalam ha1 ini mendahului peristiwa sashikakaru 'harr~pirmemasuki bebkan'. Adapun verba m a w 'rnembelok' (6) yang berada dalam klausa nonhti bersifat simultandengan klausa intiyaitu, supido o otoshi tsuurketa 'murunkan kecepatansecara terusmenerus'. Bila ditejemahkan secara haraf~h ke dalam bahasa Indonesia, wntoh (5) dan (6) tersebut menghasilkan bentuk-bentuk kalimat subordinatifsebagai berikut. (8) Ketika (dia) hampir memasuki (nonlampau) belokan, terlebih dahulu menurunkan kecepatan (kendaraan). (9) Ketika (dia) membelok (nonlampau), menurun kecepatan (kendaraan) secara terus-menerus.
-
H~maniore,Vd. 23,No. 2 Juni 2011: 199 208
Menurut ~(i?OQ1:147-1 M),peristiwa yang diungkapkan mdakriV-ta &lam klausabban o katta 'membeli (lampau) tas' pada (13), mendahului peristii Pan' ni iku 'pergi (nonlampau) ke Paris' yang mengandung makna mernbelitas (lalu) pergike Paris@eristiwalampau mendahului nonhpau). Peristiwa Pan' ni iku 'pergi ke Paris (nonlampau)' pada (14) yang berinteraksidengan modalitastsum'bermaksud', tidak (belum) rnenggambarkanperistiwapergike Paris. Hal tersebut berbeda dengan (15), (10) Ketika (dia)sudah hampir mulai memasuki kehadiranV-ta dalam Ma 'pergi' meskipun tidak (lampau) b e l d , baru menurunkan menggambarkan situasi lampau, akan tetapi kecepatan.' peristiwa pergi (dan ada) di Paris (status (11) Ketika (dia) hampir mulai melewati eksistensiil)tergarnbarkan. belokan, baru menaikan kecepatan.' V-ta yang benar-benar menggambarkan situasi lampaumenurut lnoritampak pada contoh Haltersebut tampak pula pada hasil penelitian (16) berikut. lori lsao dkk. B!E Zh et.,al., (2001) yang mengungkapkanadanya titik temu antara V-N (15) /
Pada contoh (7) dan (8), Kindaiii m y a t a kan bahwa V-ta dalam sashikatta 'hampir memasuki (lampau)' dan magafta 'membelok (lampau).' rnenggambahnadanya ketdekatan temporal. Kehadiranadverbialtemporalh@mete 'baw' yang m m lpada klausaintimenggarnbarkan aspektualitas inkoatif awal. Bila diejemahkan secara harfiah ke dalam bahasa Indonesia, menghasilkanbentuk-bentukkalimat subofdinatif sebagai berikut.
s,
-
?so
T i e n Rostini, PeiihalAspeMualitasdan Sistem Kala delam B e , h Jepang: Suatu Kejian Moddiqi dan Sernantik
menunjukkan bahwa pernbmtdan unsur kata dengan morfem tenkat morfologis (mdtphdogicallyboundmorpheme)sepetti gabungan -te, -fa, dan 4memiIiki fungsi dan makre, sedangkan melalui pendekatan etik menunjukkan bahwa oposisi bentuk-bentuk {-te}/{-ta} berdistribusi paraletdengan (vakn): [-ndeMnda],[-itell[-&a], [-i&ej/[%], [-shiWWshita], dan bunyi geminat [-fteM-@a]]. Secara fonologis, tataranverba yam rorelibatkanUpaMtWm 1-e/ dan /-a/ dalam bentuk {-@ dan {-fa) tersebut merupakan perbedaan minimal (minimalpairs) yang menunjukkan oposisi kala: past (a) dan (16) '2,5 $85;fk LYE, nonpast (-te). mou kakimashita. Fonernsegmentalyang direalikan datam Sudah menulis (lampau) bentuk morfem terikat morfologis tersebut 'sudah menulis' merupakan penyebab timbulnya asimilasi dan (17) ;fkY2#$f33~XI0 berada padaposisiyang be-tan (cmnt@uuus), mada kakimasen. yaitu sebelumsegmen yang mengalamiasimilasi masih menulis (negasi) yang dalam ha1ini adalah akar. Oleh sebab itu, 'belum menulis' kelinieran dalam tataran fonem setelah tejadi proses asimilasi tersebut merupakan bentuk asimilasi progresif atau perseveratif (permSIMPULAN verative) yang bersifatparsialdan dapat diirnati Berdasarkan penjelasan yang telah dike- melaluigejah perubahan bunyiyang menyangkut mukakan, dapat dinyatakan bahwa penelitfan pelesapan (deletion), penambahan (addifion), perihal aspektualii dalam bahasa Indonesia permutasi, perubahan urutan segmen yang diawali oleh Foker (1951) merupakan (met~thesis)), ari-ari distingtif, da_n penyatuan peneral (trigger) bagi para pakar berikutnya segmen (wles08m). sehingga dalam hasil penelitiannya tampak adanya pengembangan pemahaman makna DAFTAR RUJUKAN aspektua-litas dengan jangkauan yang wkup Brinton, Laurel. 1988.The Development of English luas. Pengembangan pemahaman makna Aspeaual System. Cambridge: Un'mrsity Press. aspektua-litas tersebut, selain terdapat pada Comrie, Bernard. 1976. Aspect: An Introduction to the bahasa Indonesia, juga pada bahasa-bahasa Study of Verbal Aspect and Related Problems. Cambridge: University Press. daerah di Indonesiadan berbagaibahasa asing. Pengungkapan rnakna aspektualitas dan Dat~l,Osten. 1981. On the Definition of the &lu-Atelic (Bounded Nonbounded) Distinction, &lam Syntax sistem kala (temporalitas) dalam bahasa Jepang and Semantics, W. 14, New York: Pccademic Press. dapat diungkapkanmelalui berbagaijenis infleksi Djajasudarma,T. Fatirnah. 1986. k a p Anteuran &rhascr verbal. Hasil analisis menunjukkan bahwa Sunda: Satu Kojian Semantik dan Struktur, Jakarta: segrnentasi dalam tataranverba bahasaJepang Disertasi Univenitas Indonesia, dapat dikaji melaluipendekatanetik (telaah bunyi Fokker, AA. 1983. Anguntar Sintaksis Indonesia. Terj. Djonhar dari buku lnkiding tot de Studie van de tanpa menghubungkandengan fungsinya &lam lndonesische Systaxis. Cet.1, 1950, Jakarta: Pradnya bahasa) dan pendekatan emik yang memiliki Paramita, hubunganfungsional dengan cara menentukan Hoed, Benny H. 1989. "Kala Sebagai PengungkapW t u satuan-satuan kontrastif minimal sebagai dasar Kebahasaan dalam Novel Bahasa Perancis dan deskripsinya. Pendekatan yang bersifat emik bersifatstatif,sedangkmV-Lr,yangme;nggambarkan makna perfektif menunjukkan adanya "dousan(perbuatan) dan "sayou"(pengalaman) yang bersifatkompletif. Dengandernikian, verba k&u 'rnenulis' biladilekatideh bentuk -ta menjadi kaita 'menulii (bmpau). S e b a l i , V -fa tersebut dapat menggambarkan maqa perfektif bila didahului oleh pemarkah leksihl mpektualitas seperti mou 'sudah' mada 'rnasih', atau melalui pemarkah dalam konstruksi mada-\l: masen 'belum V yang beroposisidengan Vda 'sudah'. . -. Misalnya, ?
.
-
-
-
Humaniota, Vd. 23, No. 2 Juni 2011: 190 208
Padanannyadalam Bahasa Indonesia: Kajian Empat Novel Bahasa Peranci dan T-nya dalam Bahasa Indonesian. JakarW Disertasi Universitas
?w
Indonesia. lori, lsao dkk. 2002. Atarashii Nihongo Nyuurnon Kotoba no Shikumio Kangaeru. japan:Published by 3A Corporation, Kindaichi, Haruhiko. 1976 Nihonggo Dooshi no Asupekuto, JapawMugi SShoboukan, dkk. 1988. Nihonggo fmkkoi doijiten, Td
Matsuo, Soga 81Noriko Matsumoto, 1977. Fwndutiian of Japanese Language. Tokyo-japan: Taishukan Publishing Company8 Nitta, Yoshii. 1997. Nihongo hnpoo Kcnkyuu Josetsu. T w -japan: Kuroshio Shuppan. Tadjuddin, M. 1992. kngunghpun Makna Afpcktuamtos Bahasa Rush &lam Bahasa:*I Suatu felaeh tentang Asjmk don Aksiorwlitcrt. JakarW Penerbit Pusat Pembinaandan PengembangenBahasa. Yamamoto, Kikuyu. 1985. Gendai Nihonggo Dooshi no Asupekuto to Tern. japan: Shuuei Shuppan. Yoko Matsuoka. 1981. Handbook of Modern Japanese G r a m m Japan: The Hokuseido Press. Ymhikawa, Taketoki. 1989. Nihonggo Bunpoo Nyuumon. Japan: Shuppan.