Perhitungan Skor Awal Kepercayaan Diri Belajar Matematika Siswa Dimensi Siswa S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 S21 S22 S23 S24 S25 S26 S27 S28 S29 S30 S31 S32 S33
1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1
7 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1
Indikator 1 15 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 56.28%
16 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0
19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0
23 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0
5 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1
9 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
Indikator 2 12 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 49.09%
24 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0
25 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0
Insikator 1 4 20 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 42.42%
2 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0
Dimensi 2 Indikator 2 10 11 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 71.21%
17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1
22 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0
Indikator 3 14 21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 72.73%
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0
Dimensi 3 Indikator 1 13 18 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 50.76%
26 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 48.93%
PEMBELAJARAN BERBASIS DAP UNTUK MENINGKATKAN PERCAYA DIRI SISWA DALAM BELAJAR MATEMATIKA (Penelitian Tindakan Kelas di SDI RUHAMA Cirendeu)
Disusun Oleh:
SITI CHODIJAH 104017000527
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
ABSTRAK
Siti Chodijah (104017000527), Pembelajaran Berbasis Developmentally Appropriate Practice (DAP) Untuk Meningkatkan Percaya Diri Siswa Dalam Belajar Matematika (Penelitian Tindakan Kelas di SDI RUHAMA Cirendeu). Skripsi, Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Maret 2010. Latar belakang pelaksanaan penelitian ini adalah adanya permasalahan rendahnya rasa percaya diri siswa dalam belajar matematika. Rendanya rasa percaya diri ini dapat menghambat siswa untuk mencapai prestasi yang optimal. Guru dapat membantu meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam belajar matematika dengan menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan konsep Developmentally Appropriate Practice (DAP). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam belajar matematika. Penelitian ini dilakukan di SDI RUHAMA Cirendeu pada bulan Nopember 2009 sampai dengan bulan Januari 2010 dikelas V-B dengan subjek penelitian berjumlah 34 siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 5 kali pertemuan. Adapun pokok bahasan yang dipelajari adalah persen, desimal dan operasi pada pecahan. Pengumpulan data dilakukan melaui observasi, wawancara dan penyebaran angket kepercayaan diri. Hasil yang diperolah dari penelitian ini adalah bahwa pembelajaran yang sesuai dengan konsep DAP dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam belajar matematika.
Kata kunci: Developmentally Appropriate Practice (DAP), Percaya diri, Belajar matematika.
ABSTRACT
SITI CHODIJAH (104017000527), Learning Based on Developmentally Appropriate Practice (DAP) To Enhance Self-Confidence of Student In Learning Mathematics (Classroom Action Research in SDI RUHAMA Cirendeu). Minithesis, of Math Education Department in Tarbiya and Teaching Science Faculty, State Islamic University of Syarif Hidayatullah Jakarta, March 2010. Background of the implementation of this research is the problem of low self–confidence of students in learning mathematics. Low self-confidence can hamper students’ learning to achieve optimal performance. Teacher can help to increase self-confidence of students in learning mathematics by applying lessons learned in accordance with the concept of Developmentally Appropriate Practice (DAP). The purpose of this research is to increasing self confidence of students in learning mathematics. The study conducted at SDI RUHAMA Cirendeu in November 2009 to January 2010 in V-B class with 34 students. The method used in this study is Classroom Action Research (CAR) which consists of two cycles and each cycle consists of five sessions. Percent, decimals dan operation of fraction are the subject was studied. Collecting data is carried out through observation, interviews and questionnaires distribution of self-confidance. The results of this study is learning in accordance with the concept of DAP can enhance students’ confidence in learning mathematics
Keyword: Developmentally Appropriate Practice, self-confidence, Math Learning.
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah memberikan petunjuk, taufik dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Strata 1 Sarjana Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai karena bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu memberikan motivasi baik moril maupun materiil. Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika. 3. Bapak Drs. Rachmat Mulyono, M.Si, Psi, dosen pembimbing I dalam menyusun skripsi ini. Terima kasih atas semua bimbingan, arahan, nasehat dan semangat yang telah diberikan kepada penulis. 4. Ibu Gelar Dwirahayu, M.Pd, dosen pembimbing II dalam menyusun skripsi ini. Terima kasih atas semua bimbingan, arahan, nasehat dan semangat yang telah diberikan kepada penulis. 5. Semua dosen Jurusan Pendidikan Matematika yang telah memberikan bimbingan dan semangat baik ketika kuliah maupun dalam menyelesaikan skripsi penulis. Terima kasih semoga Allah SWT membalas semua jasa baik Bapak dan Ibu. 6. Bapak Hamidi, S.Pd.I, Kepala Sekolah SDI RUHAMA Cirendeu yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian disekolah tersebut. 7. Bapak Fiki Hidayat, S.Pd, guru matematika kelas V SDI RUHAMA Cirendeu yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian.
8. Keluargaku terima kasih atas dukungan, semangat dan do’a yang telah kalian berikan. 9. Semua teman-temanku di Jurusan Pendidikan Matematika terima kasih atas bantuan kalian. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan ketulusan yang telah mereka berikan. Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca serta dapat memberikan sumbangsih pemikiran bagi dunia pendidikan.
Jakarta, Maret 2010
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR ............................................................................................... i DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii DAFTAR TABEL ..................................................................................................... v DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ vi BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1 B. Identifikasi Masalah .................................................................... 6 C. Pembatasan Fokus Penelitian ...................................................... 6 D. Perumusan Masalah Penelitian .................................................... 6 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 7
BAB II
KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Teoritis ......................................................................... 9 1. Pembelajaran Matematika ...................................................... 9 2. Percaya Diri ........................................................................... 12 3. Developmentally Appropriate Practice (DAP) ……………. 18 B. Hasil Penelitian Yang Relevan .................................................... 24 C. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan…………………. 24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 26 B. Metode Penelitian ........................................................................ 26 C. Subjek Penelitian ......................................................................... 29 D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian ................................. 29 E. Tahapan Intervensi Tindakan ...................................................... 29 F. Hasil Intervensi Tindakan Yang Diharapkan .............................. 32
G. Data dan Sumber Data ................................................................. 32 H. Instrumen-Instrumen Penelitian .................................................. 32 I. Tehnik Pengumpulan Data .......................................................... 34 J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Truswothiness) Studi ...... 35 K. Analisis Data ................................................................................ 36 L. Tindak Lanjut/ Pengembangan Perencanaan Tindakan ............... 37
BAB IV
DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan ............................................... 38 B. Pemeriksaan Keabsahan Data ...................................................... 79 C. Analisis Data ................................................................................ 80 D. Interpretasi Hasil Analisis ............................................................ 85 E. Pembahasan Temuan Penelitian ...................................................86
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................. 88 B. Saran ............................................................................................ 89
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Diagram desain penelitian tindaka kelas ..................................... 28
Tabel 3.2
Tahapan penelitian kegiatan pendahuluan .................................. 30
Tebel 3.3
Tahapan penelitian siklus I .......................................................... 30
Tabel 3.4
Tahapan penelitian siklus II ........................................................ 31
Tabel 3.5
Kisi-kisi tes siklus I .................................................................... 33
Tabel 3.6
Kisi-kisi tes siklus II .................................................................... 33
Tabel 3.7
Kisi-kisi angket percaya diri .........................................................34
Tabel 4.1
Rekapitulasi prosentase aktifitas belajar siswa pada pembelajaran siklus I ...................................................................56
Tabel 4.2
Nilai tes akhir siklus I ...................................................................59
Tabel 4.3
Prosentase percaya diri belajar matematika siswa siklus I ...........63
Tabel 4.4
Refleksi tindakan pembelajaran siklus I .......................................64
Tabel 4.5
Rekapitulasi prosentase aktifitas belajar siswa pada pembelajaran siklus II ..................................................................72
Tabel 4.6
Nilai tes akhir siklus II .................................................................74
Tabel 4.7
Prosentase percaya diri belajar matematika siswa siklus II .........78
Tabel 4.8
Hasil analisis lembar observasi aktifitas belajar matematika ......81
Tabel 4.9
Prosentase percaya diri ............................................................... 82
Tabel 4.10
Persentase tingkat penguasaan belajar setiap siklus .................... 83
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Percent grids 100.......................................................................... 43
Gambar 2
Percent grids 80........................................................................... 44
Gambar 3
Percent grids 50............................................................................ 44
Gambar 4
Percent grids 20............................................................................ 44
Gambar 5
Hasil kerja siswa yang kesulitan menyelesaikan perhitungan...... 48
Gambar 6
Hasil kerja siswa yang belum bisa membagi batang pecahan dengan benar................................................................... 52
Gambar 7
Hasil kerja siswa yang sudah bisamembagi batang pecahan dengan benar……………………………………………………. 53
Gambar 8
Hasil kerja siswa yang dapat membandingkan dua pecahan tanpa menggunakan batang pecahan……………………………. 54
Gambar 9
Hasil jawaban siswa tes siklus I yang masih menggunakan percent grids……………………………………………………. 61
Gambar 10
Hasil jawaban siswa tes siklus I………………………………… 62
Gambar 11
Jawaban siswa yang belum bisa memahami soal dengan baik pada soal nomor 3 pada tes sikluus II................................... 75
Gambar 12
Jawaban siswa yang salah menentukan KPK untuk soal nomor 3 pada tes siklus II............................................................. 76
Gambar 13
Jawaban siswa yang belum dapat menentukan KPK dengan tepat untuk soal nomor 4 pada tes siklus II................................... 77
Gambar 14
Jawaban siswa yang belum memahami soal dengan baik untuk soal nomor 4 pada tes siklus II............................................ 77
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa mulai dari tingkat sekolah dasar (SD) hingga Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, metematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, namun mata pelajaran ini sangat penting dan harus dipelajari. Ada banyak alasan yang dikemukakan oleh para ahli mengapa matematika penting dipelajari oleh setiap siswa, menurut Cockroft matematika harus diajarkan kepada siswa disetiap jejang pendidikan karena:1 1. Matematika selalu digunakan dalam segala segi kehidupan. 2. Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai. 3. Matematika merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas. 4. Matematika dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara. 5. Matematika dapat maningkatkan kemampuan logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan. 6. Matematika dapat memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang. Banyak manfaat yang akan diperoleh siswa dari pelajaran matematika, namun berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru matematika yang dilakukan oleh peneliti pada beberapa sekolah dasar, yaitu MI Miftahul Umam dan SDI Ruhama banyak siswa yang mengeluh, merasa takut, malas dan cemas masuk ke sekolah bila hari itu ada pelajaran matematika dan banyak sekali siswa yang tidak menyukai pelajaran matematika, mereka menganggap matematika itu pelajaran yang sulit, 1
. Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), cet. Ke-1, hal.253.
matematika pelajaran yang menakutkan, dan tidak menyenangkan, ketika pelajaran matematika berlangsung suasana kelas menjadi tegang, semua siswa menjadi diam dan hanya duduk pasif mendengarkan penjelasan guru kemudian mengerjakan soal yang diberikan secara individu.Guru menjelaskan dengan metode yang tidak menarik, sehingga membuat siswa menjadi bosan dan tidak tertarik, dan ada juga guru yang memberikan hukuman kepada siswa jika mereka tidak bisa mengerjakan soal yang diberikan. Hal ini membuat mereka menjadi malu bertanya kepada guru bila ada penjelasan yang tidak dimengerti, malu mengerjakan soal di depan kelas, takut menjawab pertanyaan karena khawatir mendapat hukuman bila jawaban mereka salah, malas membuat tugas dan pekerjaan rumah, dan mencontek ketika ujian, hal ini menggambarkan rendahnya rasa percaya diri siswa terhadap kemampuan dirinya. Suasana belajar seperti itu sangatlah tidak baik terutama untuk siswa sekolah dasar. Dalam buku yang berjudul ”Pendidikan Karakter”, Megawangi menjelaskan bahwa guru yang terlalu sering
memberikan
hukuman kepada siswa, disadari atau tidak disadari akan memberikan pengaruh yang buruk terhadap perkembangan psikologis siswa,
karena
hukuman bisa sangat menjatuhkan harga diri siswa dan sangat mempengaruhi rasa percaya diri siswa. Menurut teori J. Piaget atau yang dikenal dengan teori kognitif, siswa sekolah dasar diklasifikasikan masih berada pada tahap operasional konkret. Pada tahap ini proses berpikir logis siswa masih didasarkan atas manipulasi fisik objek-objek, siswa masih belum bisa berpikir formal karena orientasinya masih terkait dengan benda-benda konkret.2 Menurut KohlbergGilligan yang menyebabkan matematika menjadi mata pelajaran yang sulit bagi siswa sekolah dasar adalah karena pengajaran yang dilakukan pendidik tidak tepat, pada masa ini yang dapat dipikirkan oleh siswa masih terbatas pada benda-benda konkret yang dapat dilihat dan diraba, mereka masih sulit memikirkan benda-benda abstrak yang tidak tampak dalam kenyataan, 2
Ratna Megawangi, Pendidikan Yang Patut dan Menyenangkan, (Jakarta: Indonesia Heritage Foundation, 2004), cet. Ke-1, hal.9
sementara pada tahapan ini pendidik sudah mengupayakan pengajaran dengan materi yang abstrak kepada siswa, inilah yang menyebabkan siswa sulit menerima dan memahami konsep matematika.3 Selain itu suasana emosi siswa juga sangat menentukan efektifitas belajar, suasana belajar yang tidak menyenangkan dan kaku akan menghambat perkembangan emosi siswa. Sedangkan suasana belajar yang menyenangkan, aman dan nyaman dapat meningkatkan fungsi otak sehingga dapat mengoptimalkan proses belajar dan meningkatkan kepercayaan diri siswa. Seringkali orang tua dan pendidik tidak mengetahui cara-cara mendidik anak yang tepat. Pendidikan yang tepat adalah pendidikan yang sesuai dengan umur, perkembangan psikologis serta kebutuhan spesifik anak. Jika ketiga hal ini tidak diperhatikan, maka anak akan merasa tidak nyaman berada di lingkungannya. Situasi tersebut dapat menyebabkan anak menderita stres, sakit dan mengalami kegagalan di sekolah. Apabila anak-anak sudah merasa tidak mampu atau gagal, maka rasa percaya dirinya akan sirna dan perasaan tersebut akan terbawa terus sampai usia dewasa.
4
Rendahnya rasa
percaya diri yang dialami siswa akan memberikan dampak yang sangat buruk, siswa tidak lagi memiliki semangat dan motivasi untuk belajar, siswa merasa tidak berdaya yang mengakibatkan prestasi siswa dapat merosot jauh dibawah kemampuan siswa yang sebenarnya, selain itu karena rendahnya rasa percaya diri yang dialami dapat mendorong siswa berperilaku buruk.5 Oleh karena itu rendahnya rasa percaya diri dan kesulitan yang dialami siswa harus segera diatasi mengingat pelajaran matematika di sekolah dasar merupakan landasan untuk memahami matematika pada jenjang berikutnya. Menurut Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah 1993/1994 : 516
3
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan…, hal.171. Ratna Megawangi, Pendidikan Yang Patut...,hal.3. 5 Adi W Gunawan, Genius Learning Strategy, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006), cet ke-3, hal.49 6 http://analisadaily.com/index.php?option=com_content&view=article&id=22576:tak-perlu-takutbelajar-matematika&catid=371:28-juli-2009&itemid=218 4
Tujuan khusus pengajaran matematika dijenjang sekolah dasar adalah untuk: a. Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari. b. Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialih gunakan melalui kegiatan matematika. c. Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bakal lebih lanjut di SLTP. d. Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif, dan disiplin. Bidang studi yang diajarkan di sekolah dasar mencakup tiga cabang, yaitu aritmatika, aljabar dan geometri. Agar pengajaran matematika dapat berhasil dengan baik, pendidik harus dapat menentukan metode atau pendekatan pembelajaran yang tepat dengan menyusun strategi belajar mengajar atau memilih alat peraga/media belajar yang dapat mendukung proses pembelajaran sehingga dapat memudahkan siswa dalam menerima materi yang disampaikan. Selain itu pendidik juga harus memperhatikan tahap perkembangan dan kesiapan mental anak untuk mampu belajar. Menurut Abdurrahman ada empat pendekatan yang sangat berpengaruh dalam pengajaran matematika, yaitu: 7 1. Urutan belajar yang bersifat perkembangan (development learning sequences). 2. Belajar tuntas (mastery learning). 3. Strategi belajar (learning strategies). 4. Pemecahan masalah (problem solving). Pendekatan belajar yang bersifat perkembangan merupakan suatu pendekatan belajar yang menekankan pada pengukuran kesiapan belajar siswa, karena setiap siswa memiliki kemampuan kognitif yang berbeda dalam setiap tahap perkembangannya. sehingga dalam memberikan materi pelajaran harus disesuaikan dengan tahap perkembangan siswa.
7
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan…, hal.255.
Developmentally Appropriate Practice (DAP) merupakan suatu konsep yang menitikberatkan pada pembelajaran yang sesuai dengan taraf perkembangan anak. Menurut konsep DAP dalam proses pembelajaran pendidik tidak hanya memperhatikan materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa, tetapi pendidik juga harus memperhatikan tingkatan usia dan kondisi psikologis siswa karena ini sangat berpengaruh terhadap kesiapan dan kematangan siswa untuk belajar. Banyak kelebihan yang akan diperoleh siswa yang belajar dalam kelas yang memperhatikan taraf perkembangan jika dibandingkan dengan siswa yang belajar dalam kelas
yang tidak
memperhatikan taraf perkembangan, siswa lebih mungkin untuk tidak tertekan,
lebih termotivasi, lebih terampil secara sosial, punya kebiasaan
berusaha yang baik, lebih kreatif, punya keahlian berbahasa yang lebih baik, dan memperlihatkan kemampuan berhitung yang lebih baik.8 Suasana belajar merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kondisi psikologis anak, dengan suasana belajar yang menyenangkan anak akan merasa nyaman dan senang belajar. Pendidik dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan melalui permainan yang dapat melatih kemampuan matematika siswa, belajar dengan menggunakan alat peraga yang dapat membantu siswa memahami pelajaran matematika dengan mudah, mengembangkan pembelajaran terpadu yaitu dengan mengaitkan matematika dengan mata pelajaran lainnya dan mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari, dengan pembelajaran seperti ini akan membuat pelajaran matematika menjadi lebih bermakna bagi siswa. Selain itu sebisa mungkin pendidik juga memberikan reward atau penghargaan kepada siswa atas berbagai prestasi yang telah dicapainya karena hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul: Pembelajaran Berbasis Developmentally Appropriate Practice Untuk Meningkatkan Percaya Diri Siswa Dalam Belajar Matematika. 8
John W Santrock, Pendidikan Psikologi, (Jakarta: Kencana, 2007), cet ke-1, hal.105
B. Identifikasi Masalah Dari
latar
belakang
yang
telah
dijabarkan,
maka
penulis
mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Bagi siswa matematika merupakan pelajaran yang sulit dan tidak menyenangkan. 2. Siswa memiliki sikap belajar yang tidak baik dalam pelajaran matematika 3. Pendidik menggunakan metode pembelajaran yang tidak tepat sehingga membuat pelajaran matematika menjadi tidak menarik dan membosankan. 4. Terciptanya suasana belajar yang tegang dan tidak menyenangkan sehingga membuat siswa merasa takut belajar matematika. 5. Pendidikan terhadap anak yang diberikan oleh orang tua atau pun pendidik dilakukan dengan cara yang kurang tepat.
C. Pembatasan Fokus Penelitian 1. Rasa percaya diri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah rasa yakin yang dimiliki oleh seseorang terhadap kemampuannya dalam belajar matematika dan berusaha meningkatkan prestasinya sendiri. 2. Pembelajaran matematika berbasis Developmentally Appropriate Practice yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangan anak usia sekolah dasar, yang mengarah pada tiga hal yaitu penggunaan alat peraga, belajar melalui permainan, dan pembelajaran terpadu.
D. Perumusan Masalah Penelitian Untuk lebih memfokuskan masalah, maka penulis merumuskan masalah
penelitian
sebagai
berikut:
Apakah
pembelajaran
berbasis
Developmentally Appropriate Practice dapat menumbuhkan percaya diri siswa dalam belajar metematika? Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dijabarkan menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah pembelajaran matematika berbasis Developmentally Appropriate Practice
dapat
meningkatkan
kemandirian
siswa
dalam
belajar
matematika? 2. Apakah pembelajaran matematika berbasis Developmentally Appropriate Practice dapat menumbuhkan sikap belajar yang baik terhadap pelajaran matematika? 3. Apakah pembelajaran matematika berbasis Developmentally Appropriate Practice dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a) Untuk mengetahui bahwa pembelajaran berbasis Developmentally Appropriate Practice tepat digunakan pada pembelajaran matematika di sekolah dasar. b) Untuk mengetahui bahwa pembelajaran berbasis Developmentally Appropriate Practice dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam belajar matematika. c) Untuk
mengetahui
bahwa
pembelajaran
matematika
berbasis
Developmentally Appropriate Practice dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. 2. Manfaat Penelitian Secara umum hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi program pendidikan matematika. Bagi pihak-pihak yang terkait, yakni: a) Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga dapat meningkatkan rasa percaya diri dan hasil belajar matematika siswa. b) Bagi guru, diharapkan Developmentally Appropriate Practice menjadi alternatif yang dapat digunakan dalam mengajarkan matematika agar lebih menarik dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan dan
memperbaiki kualitas pengajaran matematika untuk jenjang sekolah dasar.
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Teoritis 1. Pembelajaran Matematika a. Pengertian Matematika Kata matematika berasal dari mathema dalam bahasa Yunani yang diartikan sebagai “sains, ilmu pengetahuan atau belajar”. Juga matematikor yang diartikan sebagai “sukar belajar”.1 Menurut Johnson dan Rissing, matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, akurat, refresentasinya dengan simbol dan padat. Jadi dapat disimpulkan matematika merupakan suatu pengetahuan tentang ilmu bilangan, logika mengenai bentuk, susunan besaran dan konsep-konsep dimana dalam mempresentasikannya menggunakan simbol-simbol. Beberapa karakteristik yang dapat merangkum pengertian matematika secara umum2, yaitu: a. Memiliki objek kajian abstrak. b. Bertumpu pada kesepakatan. c. Berpola fikir deduktif. d. Memiliki simbol yang kosong dari arti. e. Memperhatikan semesta pembicaraan. f.
Konsisten dalam sistemnya. Matematika merupakan pelajaran yang sangat penting dalam dunia
pendidikan,
karena
mata
pelajaran
matematika
berfungsi
untuk
mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan bilangan simbol. Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam belajar matematika, yaitu cara
1
http://id.wikipedia.org/wiki/matematika#ikhtisar_dan_sejarah_matematika. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, (DEPDIKNAS, 1999/2000), hal.13 2
penyampaian pelajaran matematika dan batas kemampuan siswa dalam menerima pelajaran matematika. b. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah aktifitas yang paling penting dalam kehidupan manusia, khususnya dalam pendidikan. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada bagaimana proses belajar dapat berlangsung efektif. Beberapa definisi para ahli tentang belajar, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Skinner, mengartikan belajar sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangung secara progresif. 2.
Sutikno, mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
3.
Hakim, mengartikan belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain-lain kemampuannya.3 Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar
pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktifitas tertentu. Dalam belajar yang terpenting adalah proses bukan hasil yang diperolehnya. Artinya, belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri, adapun orang lain itu hanya sebagai perantara atau penunjang dalam kegiatan belajar agar belajar itu dapat berhasil dengan baik. Kita dapat mengidentifikasi beberapa perubahan yang merubah perilaku belajar, antara lain: 1. Perubahan intrapersonal dalam arti perubahan yang terjadi kerena intensitas pengalaman, praktik atau latihan yang dilakukan secara sengaja. 3
Pupuh Fathurrohman, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Rineka Aditama, 2007), cet.1, hal. 5
2. Perubahan menuju arah positif, dalam arti sesuai dengan yang dihapakan (normative) atau kriteria keberhasilan (criteria of success) baik dipandang dari segi siswa, guru maupun lingkungan sosial. 3. Perubahan yang efektif, dalam arti membawa pengaruh dan makna tertentu bagi siswa-setidaknya sampai batas waktu tertentu, baik demi alasan penyesuaian diri maupun dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidupnya.4 Adapun pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik. Istilah pembelajaran merupakan istilah baru yang digunakan untuk menunjukan kegiatan guru dan siswa. Sebelumnya kita menggunakan istilah “proses belajar mengajar” dan “pengajaran”. Istilah pengajaran merupakan terjemahan dari “Instruction”. Menurut Gagne, Briggs dan Wager, pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Instruction is a set of events that effect learners in such a way learning facilitated. (Pengajaran merupakan serangkaian kegiatan yang memungkinkan terjadinya proses belajar yang lebih mudah bagi siswa). Tujuan pembelajaran mengacu pada kemampuan atau kompetensi yang diharapkan dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran tertentu. Meteri pembelajaran adalah segala sesuatu yang dibahas dalam pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan pembelajaran mengacu pada penggunaan pendekatan, strategi, metode, dan teknik dan media dalam rangka membangun proses belajar, antara lain membahas materi dan melakukan pengalaman belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal.5
4
Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembagan, (Jakarta: Terazu Mizan, 2004), cet. 1, hal. 122 5 Udin. S. Winataputra, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), cet.1, hal.1.19
2. Percaya Diri Rasa percaya diri merupakan sikap positif yang harus dimiliki oleh setiap orang, tidak hanya harus dimiliki oleh orang dewasa tetapi anak-anak juga memerlukannya dalam perkembangannya menjadi dewasa. Dalam belajar sikap ini sangat penting dimiliki oleh setiap siswa, karena sangat berpengaruh terhadap prestasi yang akan mereka capai. Menurut Anita Lie (2004), percaya diri berarti yakin akan kemampuannya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dan masalah. 6 Hal ini berarti bahwa orang yang memiliki percaya diri dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang sesuai dengan tahap perkembangannya dengan baik atau setidaknya memiliki kemampuan untuk belajar cara-cara menyelesaikan tugas tersebut. Orang yang percaya diri mempunyai keberanian dan kemampuan untuk meningkatkan prestasinya sendiri. Dan menurut Anita Lie ciri-ciri perilaku yang tercermin dari anak yang memiliki kepercayaan diri, adalah yakin kepada diri sendiri, tidak bergantung pada orang lain, tidak ragu-ragu, merasa diri berharga, tidak menyombongkan diri, memiliki keberanian untuk bertindak. Selanjutnya Dariyo (2007), menyatakan bahwa percaya diri juga diartikan kemampuan individu untuk dapat memahami dan menyakini seluruh potensinya agar dapat dipergunakan dalam menghadapi penyesuaian diri dengan lingkungan hidupnya. Orang yang percaya diri biasanya mempunyai inisiatif, kreatif dan optimis terhadap masa depan, mampu menyadari kelemahan dan kelebihan diri sendiri, berpikir positif menganggap semua permasalahan pasti ada jalan keluarnya. 7 Sedangkan menurut Lauster, percaya diri merupakan sikap atau perasaan yakin akan kemampuan diri sendiri sehingga orang yang bersangkutan tidak terlalu cemas dalam tindakan-tindakannya, dapat merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang disukainya dan bertanggung jawab atas perbuatannya, hangat dan sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, dapat 6
Anita Lie, 101Cara Menumbuhkan Percaya Diri Anak, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2004), cet.3, hal. 4 7 Agoes Dariyo, Psi, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Rafika Aditama, 2007), cet.1, hal.206
menerima dan menghargai orang lain, memiliki dorongan untuk berprestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangannya. Terdapat beberapa karakateristik untuk menilai kepercayaan diri seseorang, yaitu percaya pada kemampuan sendiri, bertindak mandiri dalam mengambil keputusan, memiliki konsep diri yang positif dan berani mengungkapkan pendapat.8 Dalam belajar matematika, rasa percaya diri anak harus kita tumbuhkan karena sikap ini sangatlah penting. Pada umumnya disekolah sering kita menemukan anak yang malu bertanya ketika mereka kurang mengerti tentang materi yang dijelaskan oleh guru, anak enggan menjawab pertanyaan karena khawatir jawaban mereka salah, anak malu mengerjakan soal didepan kelas, anak mencontek ketika mereka ujian. Sikap ini merupakan gambaran bahwa mereka kurang memiliki rasa percaya pada kemampuan diri mereka sendiri. Sedangkan sebaliknya anak yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi tidak akan takut untuk menjawab pertanyaan guru, tidak akan malu untuk bertanya ketika mereka tidak memahami apa yang dijelaskan dengan guru mereka, tidak akan malu mengerjakan soal didepan kelas, tidak akan mencontek ketika ujian, berusaha mengerjakan tugas sendiri dan tidak merasa takut untuk mempelajari materi pelajaran yang baru karena mereka yakin mereka mampu belajar matematika. Ada beberapa faktor yang menyebabkan siswa menjadi kurang percaya diri, yaitu:9 1. Faktor Internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri, perasaan dan sikap batin yang kurang sehat yang terbentuk dalam diri anak yang dapat mempengaruhi anak menjadi kurang percaya diri, misalnya: a. Merasa diri tidak berharga Penghargaan diri adalah pandangan keseluruhan dari individu tentang dirinya sendiri. Sebab utama seseorang punya penghargaan diri yang rendah (rendah diri) adalah karena mereka tidak diberi dukungan emosional dan penerimaan sosial yang memadai. Seorang siswa 8
http://fpsikologi.wisnuwardhana.ac.id/index.php?option=com_content&task=view&id=12&itemi d=11 9 Lairin Yono Prasetyo, Jurnal WIDYA, Jakarta: Nopember 2003/No.218 Tahun XX
menjadi rendah diri dalam belajar dapat disebabkan karena dalam proses pembelajaran sering mendapatkan teguran ketika melakukan kesalahan dalam mengerjakan tugas, salah menjawab pertanyaan, lambat memahami materi pelajaran yang diberikan dan mendapatkan hasil ujian yang tidak memuaskan. Rasa rendah diri yang terus menetap dan berlebihan akan sangat berpengaruh buruk terhadap prestasi belajar siswa. b. Minat. Minat sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar, siswa yang memiliki minat yang kurang terhadap belajar anatara lain pada pelajaran matematika, akan memiliki sikap belajar belajar yang tidak baik, siswa akan merasa pelajaran tersebut adalah suatu beban, dan sesuatu yang membosanan. Siswa akan menunjukan sikap acuh tak acuh dan tidak tertarik untuk belajar. 2. Faktor Eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar individu itu sendiri, interaksi sosial dan kondisi lingkungan sekitar sangat berpengaruh dan menentukan keberhasilan seseorang. Interaksi antara pendidik dan siswa yang kurang terjalin dengan baik, pendidik mudah memberikan hukuman kepada siswa, sarana dan prasarana pembelajaran yang kurang memadai serta lingkungan belajar yang tidak kondusif, tidak nyaman dan tidak menyenangkan dapat menghambat kegiatan belajar mengajar dan memberikan dampak yang negatif terhadap perkembangan psikologis seseorang. Siswa akan merasa takut, cemas dan terancam ketika berada dalam lingkungan belajar yang menegangkan dan kaku, dengan kondisi seperti ini otak anak tidak dapat bekerja secara optimal, untuk menerima dan memahami pelajaran, yang menyebabkan siswa merasa tidak mampu belajar dan menurunnya rasa percaya diri siswa terhadap kemampuan dirinya.
Untuk membantu siswa menumbuhkan kepercayaan diri dalam belajar matematika, salah satu caranya dijelaskan oleh Carol Gestwicki, bahwa: 10 Young children need opportunities to use number concepts and skill to explore, discover and solve meaningful problems. Young children think better when the physically act upon objects. An important goal of primary mathematics curricula is to help children develop confidence in their ability to think things through. To assess children’s confidence in math, a visitor can walk around the classroom while children are completing a worksheet and stop to ask individual children, “how did u get this answer?” (pointing to a correct answers). Many children immediately reach for their erasers, indicating their lack of confidence in their own ideas. Dari uraian tersebut berarti bahwa, tujuan utama dari pelajaran matematika adalah untuk menumbuhkan rasa percaya diri siswa akan kemampuannya,
seorang
pendidik
dapat
membantu
menumbuhkan
kepercayaan diri siswa dengan memberikan tugas/permasalahan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar, bereksplorasi dan berusaha menemukan atau menyelesaikannya dengan menggunakan benda/ alat-alat yang dapat membantu mereka memahami konsep matematika sehingga siswa dapat menemukan dan menyelesaikan tugas mereka sendiri. Dengan cara seperti ini akan melatih kemandirian dan kepercayaan terhadap kemampuan mereka sendiri. Dalam memberikan tugas kita harus memperhatikan tingkat kesulitannya, jangan memberikan tugas yang terlalu sulit dan tidak sesuai dengan tingkat perkembangan mereka. Karena ketika anak tidak bisa menyelesaikan tugas dan menguasai materi pelajaran yang seharusnya belum mereka pelajari atau pelajaran itu terlalu abstrak hal ini dapat menjatuhkan rasa percaya diri mereka. Menurut Erikson (Lie, 2004) usia 6-12 tahun merupakan tahapan pertentangan antara dorongan untuk membuktikan kemampuan diri dan
10
Carol Gestwicki, Developmentally Appropriate Practice, (Canada, Thomson Delmar Learning, 2007), 3th edition, hal. 382.
kejatuhan dalam rasa minder. Pada tahapan ini kemampuan kognitif anak berkembang, daya konsentrasi mereka meningkat dan anak dapat berfikir serta berimajinasi dengan baik serta membentuk sistem logika. Pada saat anak duduk dibangku sekolah dasar, dia harus menghadapi banyak tantangan baik di sekolah maupun di lingkungan rumah.11 Selanjutnya menurut Hartley-Brewer menyebutkan bahwa tahap perkembangan pada usia 6-12 tahun, bagi anak moral dan perilaku yang baik adalah yang dapat menyenangkan atau membantu orang lain. Anak akan mencari persetujuan dan peneguhan dari orang sekitarnya tentang perilaku yang baik dan tidak baik dilakukan. Pada masa ini kita dapat membantu menumbuhkan kepercayaan diri anak dengan memberikan rasa aman dan nyaman, memberikan pujian untuk pekerjaan baik yang mereka lakukan, memberikan mereka tanggung jawab dan memberikan mereka kesempatan untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi serta memberikan mereka kesempatan dalam mengambil keputusan.12 Menurut Carol Gestwicki
ada beberapa langkah yang dapat
dilakukan pendidik untuk menciptakan lingkungan belajar yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri siswa, yaitu: 13 Primary-aged children continue to grow in self esteem when teachers creat environments in which: 1. Children are able to succeed because the adults have chosen learning tasks and methods appropriate to their developmental level. 2. Primary-aged children begin to use social comparison as a method of defining themselves. 3. Children perceive that teachers expect and believe they are capable of learning, no matter what their social class, ethnic background, or gender. 4. Children are encouraged to be independent and self-reliant, to rely on their own thinking, answer, choices, and solutions. 5. Teacher plan games and classroom activities designed to enhance self-esteem and awareness. 11
Anita Lie, 101Cara Menumbuhkan Percaya Diri Anak…, hal. 65. Elizabeth Hartley-Brewer, Menumbuhkan Rasa Pede Pada Anak, (Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer, 2005), cet.1 13 Carol Gestwicki, Developmentally Appropriate Practice…, hal. 270. 12
6.
Children participate in democratic discipline. They are encouraged to take an active role classroom regulation, including participating with the teacher in developing positive classroom rules and in problem-solving. 7. Select learnig tasks that are too difficult for children and teaching methods that ignore their natural learning style. 8. Consistently hold up talented and gifted students as the exemplars for all. 9. Expect too much or too little of children and convey an attitude of differential responsiveness-for example, by having reading groups for the poorest readers, which imply that these children are less capable and which “children clearly identify as the smart group and the dumb group. 10. Ignore cultural and other differences or treat some children, such as English language learners, as if they are expected to learn less. 11. Rely heavily on reward and punishment systems of discipline in the classroom, assuming a position of powerful judge and rule enforcer. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidik dapat
membantu menumbuhkan rasa percaya diri siswa dalam belajar dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan taraf perkembangan anak, dan memberikan tugas dengan tingkat kesulitan yang bertahap sesuai dengan kemampuan siswa serta membimbing siswa untuk menyelesaikan tugas itu sendiri karena dengan cara seperti ini dapat melatih siswa untuk belajar mandiri dan percaya terhadap kemampuan mereka sendiri. Mencipatakan suasana belajar yang menyenangkan salah satunya belajar melalui permaian, mendisain kegiatan kelas dan melatih siswa untuk terlibat dan berpartisipasi dalam setiap kegiatan tersebut dan melatih mereka untuk memecahakan persoalan dan membuat keputusan sendiri. Memberikan reward bagi siswa yang melakukan tugas dengan baik dan memberikan hukuman bagi siswa yang telah melanggar peraturan yang telah ditetapkan tanpa melihat perbedaan latar belakang sosial, agama dan kebudayaan. Berdasarkan penjabaran diatas, maka peneliti memberikan definisi operasional kepercayaan diri dalam penelitian ini adalah keyakinan yang dimiliki oleh seseorang terhadap kemampuannya dalam belajar matematika dan berusaha untuk meningkatkan prestasinya sendiri, tidak bergantung pada
orang lain, memiliki keberanian untuk bertindak dan memiliki konsep diri yang positif. 3. Developmentally Appropriate Practice (DAP) Munculnya konsep DAP dikarenakan banyaknya kurikulum yang dikembangkan di sekolah-sekolah Amerika pada kurun waktu tahun 1960-an sampai akhir 1970-an yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan anak (terutama untuk anak usia dibawah 8 tahun). Kurikulum-kurikulum tersebut dianggap telah gagal menghasilkan siswa yang dapat berpikir kritis dan dapat menyelesaikan berbagai permasalahan dalam kehidupan.14 Ciri-ciri kurikulum tersebut adalah:
Orientasi hanya menghafal materi pelajaran (rote memorization).
Latihan
intensif
mengerjakan
soal
lebih
banyak
mengandalkan
kemampuan kognitif (akademik) dan sedikit melibatkan aspek lain (sosial, emosi dan spiritual).
Materi pelajaran bersifat abstrak dan tidak konkret.
Materi pelajarannya terpisah, tidak berhubungan atau tidak terintegrasi dengan mata pelajaran lainnya (fragmented curriculum).
Materi pelajarannya tidak kontekstual atau tidak relevan dengan kehidupan nyata, sehingga siswa tidak mengetahui manfaat nyata dari materi yang sedang dipelajari.
Guru berceramah dan anak hanya menjadi pendengar pasif.
Siswa lebih banyak duduk di kelas dalam mengerjakan tugas tanpa berinteraksi dengan kawannya.
Ujian atau ulangan yang diberikan lebih mengutamakan pilihan berganda (multiple choice). Pada awal tahun 1980-an NAEYC (National Association for the
Education of Young Children) yang dimotori oleh Sue Bredekamp mencetuskan pendidikan yang sesuai dengan konsep DAP. Konsep Developmentally Appropriate Practice (DAP) adalah “pendidikan yang patut
14
Ratna Megawangi, Pendidikan Yang Patut...,hal.1.
sesuai dengan tahapan perkembangan anak”. Perkembangan adalah pola perubahan biologis, kognitif, dan sosioemosional yang dimulai sejak lahir dan terus berlanjut di sepanjang hayat. Pendidikan yang sesuai dengan perkembangan, artinya pengajaran untuk anak-anak harus dilakukan pada tingkat yang tidak terlalu sulit dan terlalu menegangkan atau terlalu mudah dan menjemukan. Menurut Sue Bredekamp terdapat tiga dimensi kepatutan/ketepatan yang harus diperhatikan dalam mendidik anak sesuai dengan konsep Developmentally Appropriate Practice, yaitu tepat menurut umur, tepat menurut lingkungan sosial dan budaya, dan tepat menurut anak sebagai individu yang unik.15 Prinsip kepatutan/ketepatan menurut umur didasari dari teori perkembangan kognitif J. Peaget yang membagi tahapan perkembangan kognitif anak sebagai berikut: 1. Tahap sonsorimotor (usia 0 – 2 tahun). 2. Tahap pre-operasional (usia 2 – 7 tahun). 3. Tahap operasi konkret (usia 7 – 11 tahun). 4. Tahap operasi formal (usia 11 tahun keatas). Anak yang duduk dibangku sekolah dasar pada umumnya berusia 7 hingga 11 tahun, pada usia ini anak masih berada pada tahap pra-operasional dan mulai memasuki tahap operasioanal konkret. Pada tahapan ini umumnya cara berfikir anak masih sederhana dan tergantung pada objek konkret untuk dapat memahami suatu konsep. Anak mulai berfikir secara logis dan dapat menerapakannya dalam menyelesaikan masalah yang konkret. Menurut teori konstruktivisme Piaget bahwa pengetahuan seseorang merupakan bentukan (konstruksi) orang itu sendiri. Contohnya pengetahuan tentang matematika yang dibentuk dengan berpikir tentang pengalaman akan suatu objek atau kejadian tertentu. Pengetahuan ini tidak dapat diperoleh dari membaca atau mendengarakan orang berbicara tetapi dibentuk dari tindakan
15
Ratna Megawangi, Pendidikan Yang Patut...,hal.5.
seseorang terhadap suatu objek.16 Pembelajaran akan lebih efektif kalau seorang anak dihadapkan pada konflik serta tindakan atau pengalaman nyata. Menurut Vigotsky bermain dan aktivitas yang bersifat konkret dapat memberikan momentum bagi anak untuk belajar sesuatu yang sesuai dengan tahap perkembangan umurnya (age-appropriate) dan kebutuhan spesifik anak (individual needs), anak-anak akan lebih mudah memahami konsep-konsep baru ketika mereka mencoba memecahkan masalah dengan objek-objek konkret (tidak abstrak). Hal ini sesuai dengan teori perkembangan Piaget bahwa pada usia antara 7-12 tahun anak berada pada tahap operasional konkret (concrete operational thinking), pada tahap ini Piaget menyarankan dalam pembelajaran matematika condong untuk mulai dari yang konkret dan baru perlahan-lahan ke yang abstrak. Pembelajaran untuk tingkat SD yang sesuai dengan konsep DAP adalah pembelajaran terpadu (Integrated Learning), dengan mengaitkan mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lain dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga bagi anak pembelajaran seperti ini akan menjadi lebih bermakna. Pembelajaran dengan menggunakan alat peraga atau media pembelajaran, dengan mencelupkan anak dalam pengalaman konkret sehingga mereka dapat secara aktif melakukan sesuatu yang melibatkan seluruh potensinya (kognitif, emosi, imajinasi dan kreatifitas), dan subjek yang diajarkan dapat mudah dimengerti oleh anak sehingga akan meningkatkan daya minat anak, anak lebih percaya diri, dan akhirnya anak akan terus bersemangat belajar, dan belajar sambil bermain.17 Dalam hubungan ini bermain merupakan ciri kegiatan belajar anak sekolah dasar. Proses pembelajaran harus berlangsung dalam suasana yang menyenangkan sebagaimana dalam permainan. Guru harus menciptakan suasana bermain dalam belajar dan suasana belajar dalam bermain, sehingga
16
Paul Suparna, Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget, (Jakarta: Kanisius, 2001), cet-1, h. 120 17 Ratna Megawangi, Pendidikan Karakter, (Jakarta: Indonesia Heritage Foundation, 2004), cet-1, hal. 123.
anak akan memperoleh banyak manfaat dalam proses pembelajaran.18 Guru juga harus dapat menggunakan metode atau strategi pembelajaran yang tepat dan media atau alat peraga sehingga memudahkan siswa untuk memahami materi yang disampaikan, dan harus dapat menciptakan kondisi kelas yang kondusif dan nyaman untuk anak belajar, dengan kondisi yang demikian akan mengaktifkan
bagian
neo-cortex
(otak
berfikir),
sehingga
dapat
mengoptimalkan proses belajar dan meningkatkan kepercayaan diri anak.19 Usia sekolah dasar adalah usia yang paling kritis dalam pembentukan kepribadian anak, masa ini adalah masa yang paling kirtis bagi anak-anak untuk mengembangkan kepercayaan dirinya bahwa mereka mampu untuk berkarya dan berekplorasi, pada masa ini anak-anak harus ditumbuhkan rasa percaya pada kemampuan dirinya sendiri karena apabila tidak maka sikap yang timbul adalah perasaan rendah diri atau minder. Mata pelajaran yang terlalu abstrak dan terlalu sulit (tidak sesuai dengan konsep DAP) akan berbahaya bagi perkembangan emosi anak, sementara suasana emosi sangat berpengaruh dan menentukan efektifitas belajar. Menurut Santrock, dalam proses pembelajaran di sekolah sering kita menemukan pendidik yang menggunakan strategi mengajar yang tidak efektif dan tidak tepat untuk anak usia sekolah dasar, misalnya:20 1. Guru menggunakan pelajaran yang sangat terstruktur dan pembelajaran hanya terpusat pada guru. 2. Guru mengarahkan semua aktivitas anak, apa yang harus mereka lakukan dan kapan mereka harus melakukannya. 3. Anak terbiasa duduk pasif hanya mendengarkan, melihat, mencatat pelajaran, dan mengerjakan tugas yang diberikan. Agar tercipta suasana belajar yang efektif dan menyenangkan, ada beberapa strategi yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, yaitu:
18
IG. A. K Wardani.M.Sc, Psiokologi Belajar, (Jakarata: Universitas Terbuka, 1999), hal. 2.22 Ratna Megawangi, Pendidikan Holistik, (Jakarta: Indonesia Heritage Foundation, 2008), cet-2, hal. 41. 20 John W Santrock, Pendidikan Psikologi..., hal.106. 19
1. Pendidik menyiapkan lingkungan untuk anak belajar melalui eksplorasi dan membiarkan anak berinteraksi dengan teman dan materi yang ada disekitarnya. 2. Anak diberikan kesempatan memilih sendiri aktivitas yang ingin mereka kerjakan. 3. Anak-anak dibiasakan aktif secara mental dan fisik selama proses pembelajaran. Menurut
Carol
Gestwicki
dalam
bukunya
yang
berjudul
Developmentally Appropriate Practice menjelaskan: 21 Developmentally appropriate math curricula reflect the idea that children learn from their experiences, and allow children to make sense of those experiences in their own way. Developmentally appropriate practice for primary-aged children related to math includes: 1. Opportunities to develop number concept by action in contexts that are personally meaningful to children. 2. Daily life experiences in the classroom for children to use mathematical concept. 3. Opportunities to solve practical problems, investigate, and make decisions by themselves. 4. Many objects to classify, seriate, create patterns with, count, add and subtract, weigh and measure. Teacher use their own creativity, community resources, and them ideas to collect projects for classroom manipulation. 5. Mini them projects that use math skill-such as building, cooking, measuring-and provide a context for math. 6. Opportunities to work together on solving math problems in noncompetitive activities that encourage discussions of the reasoning that led to the answer, enabling children to clarify their thingking. 7. Mini lessons for individuals and/or small group, as teachers assess growth in math understanding and discover areas children are ready to procced in math learning. 8. Classroom investigation activities. 9. Much time devoted to playing math games as a vehicle for the repetition needed for children to learn number recognition and value. 10. Linking book with learning math can help children read to understand how math is a natural part of their physical and
21
Carol Gestwicki, Developmentally Appropriate Practice…, hal. 382
sosial world and to use the natural context of stories to discuss and reason about mathemathical ideas (whitin and whitin 2005). Dalam buku yang berjudul “Developmentally Appropriate Practice“, Carol Gestwicki menjelaskan bahwa dalam proses pembelajaran pendidik dapat memberikan tugas kepada siswa baik secara individu maupun berkelompok dan memberikan mereka kesempatan untuk menemukan dan berusaha memecahkan persoalan tersebut, dalam pembelajaran siswa dapat menggunakan benda konkret atau benda manipulatif yang dapat memudahkan mereka memecahkan persoalan dan memahami konsep matematika. Selain itu pembelajaran juga dapat dilakukan melalui permainan, pendidik dapat menciptakan kegiatan ataupun permainan yang menarik dan dapat melatih kemampuan matematika siswa, dan pendidik juga dapat menghubungkan matematika dengan mata pelajaran lain ataupun menjelaskan manfaat matematika dalam kehidupan sehari-hari dan mendiskusikan persoalan yang dapat diselesaikan dengan matematika. Dengan cara pembelajaran seperti ini akan melatih kemandirian siswa dan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna bagi siswa serta dapat menumbuhkan ketertarikan siswa untuk belajar. Dari yang sudah diuraikan diatas tentang pembelajaran berbasis Developmetally Appropriate Practice maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Dalam proses pembelajaran sebaiknya menggunakan alat peraga yang dapat memudahkan anak untuk belajar dan memahami suatu konsep matematika. 2. Belajar dapat dilakukan melalui permainan. 3. Mengembangkan pembelajaran terpadu, dengan mengaitkan satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, dengan menjelaskan manfaat dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga membuat pelajaran menjadi lebih bermakna dan menumbuhkan rasa ingin tahu dan ketertarikan anak untuk belajar.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan 1. Yuli Ismayanti, dalam penelitiannya yang berjudul ”Pembelajaran Matematika Berbasis Developmentally Appropriate Practice Dalam Meningkatkan
Motivasi
Belajar
Matematika
Siswa”,
memberikan
kesimpulan bahwa motivasi belajar matematika siswa lebih meningkat setelah diterapkan konsep Developmentally Appropriate Practice dalam proses pembelajaran. 2. Nur Asnah, dalam penelitiannya yang berjudul ”Pengaruh Penerapan Developmentally Appropriate Practice Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa”, memberikan kesimpulan bahwa hasil belajar matematika siswa yang menerapkan konsep Developmentally Appropriate Practice dalam proses pembelajarannya lebih baik jika dibandingkan dengan hasil belajar matematika siswa yang tidak diberikan pembelajaran dengan penerapan konsep DAP. 3. Haratua Tiur Maria, Sesilia Seli, dan Okiana Tarigan, dalam penelitian mereka yang berjudul ”Penerapan Developmentally Appropriate Practice Melalui Pembelajaran Terintegrasi Menggunakan Permainan Puzzle Kayu Untuk Meningkatkan Hasil dan Minat Belajar Siswa Kelas 1 SD”, Hasil dari penelitian tersebut adalah rata-rata aktivitas siswa setelah dilakukan tindakan meningkat menjadi 88,57% dan hasil tes yang diperoleh pada akhir pembelajaran yaitu nilai rata-rata siswa 9,17, hasil ini telah mencapai ketuntasan pemahaman konsep yaitu 70% dari jumlah siswa menjawab benar minimal 65% dari soal ang diberikan. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah bahwa dengan diterapkan konsep Developmentally Appropriate Practice dalam proses pembelajaran aktifitas, minat, dan hasil belajar siswa meningkat lebih baik.
C. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan Diterapkannya pembelajaran berbasis Developmentally Appropriate Practice (DAP), dapat membuka ruang yang luas bagi siswa untuk mengalami sebuah
pengalaman
belajar
yang
lebih
bermakna,
berkesan
dan
menyenangkan.
Pembelajaran
yang
sesuai
dengan
konsep
DAP
menitikberatkan pada pembelajaran yang sesuai dengan taraf perkembangan siswa. Pendidik tidak hanya memperhatikan materi yang disampaikan kepada siswa tetapi juga harus memperhatikan tingkatan usia dan kondisi psikologis siswa karena hal ini sangat berpengaruh terhadap kesiapan dan kematangan siswa untuk belajar. Pada tingkatan sekolah dasar perkembangan kognitif siswa masih berada pada tahap operasional konkret sehingga dalam mamahami suatu konsep pelajaran siswa masih sangat membutuhkan benda-benda konkret. Dengan mencelupkan siswa kedalam pengalaman konkret, siswa dapat secara aktif melakukan sesuatu yang melibatkan seluruh potensinya (kognitif, emosi, imajinasi dan kreatifitas) dan tingkat kesukaran materi yang diberikan harus sesuai dengan tingkat kemampuan siswa agar dapat mudah dimengerti sehingga akan meningkatkan daya minat, percaya diri dan semangat belajar siswa. Berdasarkan pemikiran yang telah dipaparkan diatas, maka diharapkan bahwa penerapan pembelajaran yang sesuai dengan konsep DAP dapat meningkatkan percaya diri, kemandirian dan hasil belajar matematika siswa.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDI Ruhama Cirendeu, waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Nopember 2009 sampai dengan Januari 2010.
B. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas atau classroom action research, yaitu suatu penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti dikelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran dikelasnya melalui suatu tindakan (treatment) tertentu dalam suatu siklus.1 Ada empat tahapan penting dalam penelitian tindakan, yaitu: Tahap 1: Menyusun rancangan tindakan (planning) Dalam tahap ini peneliti menentukan titik fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan disajikan dalam proses pembelajaran di kelas. Pada tahap ini juga peneliti membuat beberapa instrumen penelitian yang terdiri dari angket kepercayaan diri, lembar observasi dan lembar wawancara. Tahap 2: Pelaksanaan tindakan (Acting).
1
Kunandar, S.Pd, M.Si, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), hal. 44
Tahap ini adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan yang telah dibuat, yaitu melaksanakan tindakaan kelas. Tahap 3: Pengamatan (Observing) Dalam tahap ini peneliti melakukan pengamatan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan pada siklus berikutnya. Observasi dimaksudkan sebagai kegiatan mengamati, menggali dan mendokumentasikan semua gejala atau indikator yang terjadi selama proses penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti dibantu oleh seorang observer yang membantu peneliti untuk mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Tahap 4: Refleksi (Reflecting). Tahap ke-4 ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan dikumpulkan dan dianalisis bersama peneliti dan observer, sehingga dapat diketahui apakah kegiatan yang telah dilaksanakan mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu adanya perbaikan. Tahap ini dilaksanakan dengan maksud untuk memperbaiki kegiatan penelitian sebelumnya. Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, penelitian akan dilanjutkan dengan siklus II. Apabila hasil dari siklus II sudah menunjukan bahwa indikator keberhasilan telah dicapai, maka penelitian dihentikan. Tetapi apabila indikator keberhasilan belum dicapai, maka penelitian akan dilanjutkan ke siklus berikutnya.
Tabel 3.1 Diagram Desain Penelitian Tindakan Kelas Permasalahan Kurangnya percaya diri siswa dalam belajar matematika.
Perencanaan Tindakan I
Siklus I
Pengamatan/ pengumpulan data I
Refleksi I
Permasalahan hasil refleksi I
baru
Perencanaan Tindakan II
Siklus II
Dilanjutkan siklus berikutnya.
Pelaksanaan Tindakan II
Pengamatan/ pengumpulan data II
Refleksi II
Apabila masalah belum terselesaikan
Pelaksanaan Tindakan I
ke
C. Subjek Penelitian Dalam penelitian ini peneliti akan menjadikan siswa kelas V-B SDI RUHAMA sebagai subjek penelitian. Jumlah siswa dalam kelas ini sebanyak 34 orang yang terdiri dari 14 orang murid laki-laki dan 20 orang murid perempuan. Keputusan ini berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, peneliti melihat pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung siswa cenderung pasif, siswa terlihat takut dan malu bertanya ataupun menjawab pertanyaan guru, dan pada saat mengerjakan tugas banyak siswa yang berulang kali maju ke depan kelas untuk menanyakan hasil pekerjaan mereka pada guru bahkan tidak sedikit siswa yang mencontek pekerjaan siswa lain. Ini merupakan indikasi rendahnya kepercayaan diri siswa dalam belajar matematika.
D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai perancang dan pelaksana kegiatan, melakukan kegiatan, mengumpulkan dan menganalisis data serta melaporkan hasil penelitian. Dalam penelitian ini peneliti dibantu oleh seorang observer (pengamat) yang bertugas mengamati aktivitas siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.
E. Tahapan Intervensi Tindakan Tahapan penelitian tindakan ini diawali dengan melakukan pra penelitian (penelitian pendahuluan) dan akan dilanjutkan dengan tindakan pertama dalam siklus I. Siklus ini terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, serta analisis dan refleksi. Setelah melakukan analisa dan refleksi pada siklus I dan apabila indikator keberhasilan belum tercapai maka penelitian akan dilanjutkan pada siklus II. Apabila dengan hasil dari siklus II sudah menunjukan bahwa indikator keberhasilan telah tercapai, maka penelitian dihentikan. Tetapi apabila indikator keberhasilan belum tercapai maka penelitian akan
dilanjutkan ke siklus siklus berikutnya dengan mengacu pada hasil refleksi siklus II. Adapun tahapan penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan sebagai berikut: Tabel 3.2 Tahapan Penelitian Kegiatan Pendahuluan Kegiatan Pendahuluan 1. Observasi proses pembelajaran dikelas. 2. Wawancara dengan guru kelas. 3. Wawancara dengan siswa.
Tabel 3.3 Tahap Penelitian Siklus I Perencanaan. 1. Membuat rencana pembelajaran berbasis DAP. 2. Menyiapkan media dan alat pembelajaran. 3. Membuat lembar kerja siswa. 4. Membuat lembar evaluasi 5. Membuat pedoman observasi. 6. Membuat soal tes akhir siklus I. Tindakan. 1. Melaksanakan
cenario dan rencana pembelajaran sesuai dengan rencana
tindakan ditunjang dengan alat peraga dan media pembelajaran. 2. Menjelaskan materi pelajaran sesuai dengan konsep DAP (menggunakan alat peraga, belajar sambil bermain, pembelajaran terpadu). Observasi. 1. Mengamati jalannya proses pembelajaran. 2. Mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran. 3. Mendokumentasikan kegiatan siswa. 4. Mengamati tes siklus I.
Refleksi. Hasil pengamatan dianalisis dan direfleksikan untuk memperoleh masukan bagi tindakan siklus berikutnya.
Tabel 3.4 Tahap Penelitian Siklus II. Perencanaan. 1. Membuat rencana pembelajaran berbasis DAP sesuai dengan hasil refleksi siklus I. 2. Menyiapkan media dan alat pembelajaran. 3. Membuat lembar kerja siswa. 4. Membuat lembar evaluasi. 5. Membuat pedoman observasi. 6. Membuat soal tes akhir siklus II. Tindakan. 1. Melaksanakan skenario dan rencana pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan ditunjang dengan alat peraga dan media pembelajaran. 2. Menjelaskan materi pelajaran sesuai dengan konsep DAP (menggunakan alat peraga, belajar sambil bermain, pembelajaran terpadu) 3. Mewawancarai siswa. 4. Tes akhir siklus II. Observasi. 1. Mengamati jalannya proses pembelajaran. 2. Mengamati aktifitas siswa selama pembelajaran. 3. Mendokumentasikan kegiatan siswa. 4. Mengamati tes siklus II. 5. Menganalisis data yang dikumpul pada setiap pertemuan. Refleksi. Hasil dari pengamatan dianalisis dan direfleksikan untuk memperoleh masukan apakah tindakan yang dilaksanakan berhasil atau tidak dan untuk mendapatkan data apabila akan dilaksanakan siklus selanjutnya.
Berdasarkan desain tersebut maka dapat ditentukan apakah siklus selanjutnya perlu dilakukan atau tidak, sedangkan penelitian ini akan berakhir atau dihentikan dengan indikator keberhasilan sebaga berikut: 1. Adanya peningkatan kepercayaan diri siswa dalam belajar matematika, hal ini dapat dilihat berdasarkan skor rata-rata angket kepercayaan diri siswa pada tiap indikator ≥ 65%. 2. Tes yang diberikan pada setiap akhir siklus menunjukan bahwa 70% dari jumlah seluruh siswa sudah mendapatkan nilai lebih dari nilai KKM yaitu 6,5.
F. Hasil Intervensi Tindakan Yang Diharapkan Dengan melakukan penelitian tindakan kelas dalam menerapkan pembelajaran matematika berbasis DAP, hasil penelitian yang diharapkan adalah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam belajar matematika.
G. Data dan Sumber Data Data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. 1. Data kualitatif; hasil observasi proses pembelajaran, hasil wawancara kepada guru dan siswa, hasil angket kepercayaan diri belajar matematika siswa, hasil dokumentasi (berupa foto kegiatan pembelajaran). 2. Data kuantitatif; nilai tes siswa pada setiap akhir siklus. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru kelas dan peneliti.
H. Intrumen-Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu: 1. Instrumen Tes Untuk tes digunakan tes formatif yaitu tes yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus, dan tes evaluasi yang diberikan pada akhir pembelajaran. Tes
ini bertujauan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang telah diberikan dan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa. Berikut kisi-kisi instrumen tes siklus I dan siklus II. Tabel 3.5 Kisi-Kisi Tes Siklus I Kompetensi No
1. 2.
3.
4.
Indikator
Menentukan persentase sederhana dari banyak barang tertentu. Menentukan jumlah benda yang diambil jika persentase dan jumlah total benda diketahui. Mengubah persen kedalam pecahan biasa atau desimal, atau megubah desimal kedalam pecahan atau persen Membandingkan 2 jenis pecahan yang tak sejenis.
C
C
C
1
2
3
Jumlah
2
1
3
5
2
1
2 4
1
Jumlah
6
Tabel 3.6 Kisi-Kisi Tes Siklus II Kompetensi No
1. 2. 3.
Indikator
Melakukan operasi penjumlahan berbagai bentuk pecahan berpenyebut beda. Melakukan operasi pengurangan berbagai bentuk pecahan berpenyebut beda. Melakukan operasi hitung campuran berbagai bentuk pecahan berpenyebut beda. Jumlah
C
C
C
1
2
3
1
2
Jumlah
2 3
4
2. Instruman Non-tes Dalam instrumen non-tes ini digunakan instrumen sebagai berikut:
1 1 4
a. Lembar observasi Lembar observasi digunakan untuk mengetahui apakah proses pembelajaran matematika berbasis DAP terlaksana dengan baik, bagaimana interaksi yang terjadi dikelas, serta untuk mengetahui kekurangan dalam proses pembelajaran. b. Lembar angket kepercayaan diri. Angket ini bertujuan untuk mengukur rasa percaya diri siswa dalam upaya
meningkatkan
kepercayaan
diri
mereka
dalam
belajar
matematika. Berikut kisi-kisi angket kepercayaan diri belajar matematika: Tabel 3.7 Kisi-Kisi Angket Kepercayaan Diri DIMENSI
INDIKATOR
1. Percaya pada kemampuan a. Yakin pada diri sendiri. diri sendiri. b. Tidak putus asa. 2. Mandiri. a. Tidak bergantung pada orang lain. b. Bertanggung jawab 3. Memiliki keberanian untuk bertindak.
c. Ingin berprestasi tinggi a. Berani mengungkapkan pendapat
c. Lembar wawancara. Peneliti mewawancarai guru dan siswa. Hal ini dilakukan untuk mengetahui secara langsung kondisi siswa serta untuk mengetahui gambaran umum mengenai pelaksanaan pembelajaran dan masalahmasalah yang dihadapi dikelas.
I. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian itu adalah sebagai berikut: 1. Nilai hasil belajar siswa; data diperoleh dari tes akhir siswa yang dilakukan pada setiap akhir siklus.
2. Angket kepercayaan diri; angket diberikan kepada siswa setiap akhir siklus yang dijadikan sebagai acuan untuk mengukur tingkat kepercayaan diri siswa dalam belajar matematika. 3. Lembar observasi aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. 4. Hasil wawancara; peneliti melakukan wawancara terhadap guru kelas dan siswa pada tahap pra penelitian dan setiap akhir siklus. 5. Hasil dokumentasi; berupa foto-foto yang diambil pada saat proses pembelajaran yang diperoleh dari setiap siklus. Setelah data terkumpul, peneliti bersama observer melakukan diskusi dan
menganalisis
data,
mengetahui
kekurangan
dalam
proses
data
pembelajaran dan membuat rencana untuk tindakan siklus berikutnya.
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trusworthiness) Studi. Untuk memperoleh data yang valid, peneliti menggunakan beberapa teknik, yaitu teknik triangulasi, saturasi dan member ckeck.2 1. Teknik triangulasi yaitu memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk atau analisis dari si peneliti dengan membandingkan hasil dari mitra peneliti. Triangulasi dilakukan berdasarkan tiga sudut pandang, yatiu sudut pandang guru sebagai peneliti, sudut pandang siswa dan sudut pandang mitra peneliti yang melakukan pengamatan atau observasi. 2. Teknik saturasi yaitu menggali data dari sumber yang berbeda untuk memperoleh informasi tentang hal yang sama. 3. Member check yaitu memeriksa kembali data yang sudah terkumpul, baik tentang kejanggalan-kejanggalan, keaslian maupun kelengkapannya serta mengulang pengolahan dan analisis data yang sudah terkumpul. Agar diperolah data yang valid, instrumen angket kepercayaan diri siswa diujicobakan untuk
mengetahui
dan
reliabilitasnya.
2
Kunandar, S.Pd, M.Si, Penelitian Tindakan Kelas..., hal. 107
mengukur validitas
dan
a. Validitas. Untuk menghitung validitas instrumen angket kepercayaan diri digunakan rumus korelasi poin biserial (rpbi), yaitu:3
rpbi
M p Mt SDt
p q
rpbi
= Koefisien korelasi biserial.
Mp
= Mean (rata-rata hitung) skor yang dicapai oleh peserta tes yang menjawab betul.
Mt
= Mean skor total yang berhasil dicapai oleh seluruh peserta tes.
SDt
= Deviasi standar total.
p
= Proporsi peserta yang menjawab betul.
q
= Proporsi peserta yang menjawab salah.
b. Reliabilitas Untuk mengetahui reliabilitas instrument angket digunakan rumus koefisien alpha, yaitu:
rii
k pi qi 1 k 1 st2
rii
= Koefisien reliabilitas tes.
k
= Cacah butir.
piqi
= varian skor butir
st 2
= Varian skor total.
K. Analisis Data Seluruh data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis secara deskriptif-analitis. Analisis data dilakukan pada berbagai kesempatan dari awal penelitian sampai akhir proses penelitian. Hasil dari analisis ini berupa informasi berbentuk kalimat-kalimat yang memberi gambaran proses penelitian.
3
Pudji Mulyono, Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan, (Jakarta: Grasindo 2008), hal. 90
Untuk menganalisis setiap indikator kepercayaan diri siswa digunakan teknik analisis secara deskriptif dengan rumus sebagai berikut:
P
f X100% s
Keterangan: P = Persentase kepercayaan diri siswa. f
= Frekuensi siswa yang melakukan indikator kepercayaan diri.
s
= Jumlah siswa yang hadir.
L. Tindak Lanjut/ Pengembangan Perencanaan Tindakan Setelah tindakan pada siklus I selesai dilakukan dan hasil yang diharapkan belum mencapai kriteria keberhasilan yang ditentukan maka akan ditindak lajuti dengan melakukan siklus selanjutnya dengan perencanaan pembelajaran yang telah diperbaiki sebelumnya. Penelitian ini akan berakhir apabila persentase skor rata-rata angket kepercayaan diri siswa pada tiap indikator telah mencapai ≥65%, hal ini menunjukan bahwa proses pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran berbasis Developmentally Appropriate Practice (DAP) dalam meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam belajar matematika telah berhasil.
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS, DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan 1. Penelitian Pendahuluan Penelitian tindakan kelas ini diawali dengan melakukan observasi di SDI RUHAMA Cirendeu. Kegiatan ini meliputi wawancara dengan guru matematika dan siswa, serta melakukan observasi proses pembelajaran matematika di kelas. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi pada proses pembelajaran matematika di SDI RUHAMA Cirendeu. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas V, pihak sekolah menentukan kelas yang dapat dijadikan objek penelitian adalah kelas V-B dengan alasan karena tidak ada perbedaan mengenai kemampuan siswa dengan kelas V yang lainnya. Peneliti melakukan wawancara dengan guru matematika kelas V pada tanggal 17 Nopember 2009. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran matematika di kelas V dan mengetahui tentang kemampuan dan sikap belajar siswa terhadap pelajaran matematika. Berdasarkan wawancara tersebut diperoleh informasi bahwa metode pembelajaran matematika yang selama ini digunakan adalah dengan menggunakan metode ceramah dan latihan. Karena materi pelajaran matematika yang terlalu padat sehingga menyebabkan guru tidak dapat mencoba menggunakan metode pembelajaran lain. Dari hasil wawancara tersebut juga diperoleh informasi bahwa sikap belajar siswa terhadap pelajaran matematika selama ini cenderung pasif, kurang adanya interaksi antara guru dan siswa dan sebagian besar siswa kurang berminat terhadap pelajaran matematika. Ketika pelajaran matematika berlangsung siswa cenderung merasa takut, malas, tidak bersemangat dan siswa takut untuk bertanya pada guru jika ada pelajaran yang tidak dimengerti
sehingga tidak sedikit siswa jika diberikan tugas oleh guru tidak mengerjakannya dengan sungguh-sungguh, bahkan ada juga siswa yang tidak mengerjakan, siswa juga sering tidak mengerjakan PR yang diberikan, siswa sering terlihat mengerjakan PR di kelas ketika jam pelajaran matematika hampir dimulai, jika tidak selesai siswa mencontek pekerjaan siswa lain. Hukuman yang diberikan guru bagi siswa yang tidak tertib dan tidak mengerjakan tugas adalah siswa diminta berdiri di depan kelas atau keluar kelas. Kemampuan berhitung siswa pun terbilang lemah, siswa sangat sulit menyelesaikan perhitungan pada operasi perkalian, pembagian bahkan pengurangan, siswa terlihat malas jika materi yang dipelajari banyak rumus yang harus dihafal dan siswa cenderung sangat kesulitan menyelesaikan soal. Dalam belajar siswa sulit sekali berkonsentrasi, tidak sedikit siswa yang ngobrol bahkan ada beberapa siswa yang berjalan keliling kelas ketika guru menjelaskan pelajaran. Peneliti melakukan observasi pada tanggal 18 Nopember 2009, peneliti mengamati langsung sikap siswa ketika belajar matematika,
dari
mulai guru memasuki kelas, terlihat sebagian besar siswa mengeluh jika saatnya jam pelajaran matematika, siswa cenderung sulit diatur dan terlihat enggan mengeluarkan buku pelajaran. Ketika pelajaran berlangsung siswa cenderung pasif, siswa hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat materi yang diberikan, jika merasa bosan mereka ngobrol dengan teman ataupun bermain handphone (hp). Bahkan tidak sedikit siswa yang tidak mencatat pelajaran dengan alasan tulisan di papan tulis tidak terlihat dengan jelas. Pada saat guru memberikan tugas banyak siswa yang terdiam dan tidak langsung mengerjakan tugas yang diberikan, ketika mengerjakan tugas terlihat beberapa siswa melihat pekerjaan temannya, ada juga beberapa siswa lain yang berulang kali maju kedepan bertanya pada guru menanyakan hasil pekerjaannya. Untuk
mengetahui
bagaimana
perasaan
siswa
saat
belajar
matematika peneliti melakukan wawancara dengan beberapa siswa kelas V-B setelah pelajaran matematika selesai. Hasil wawancara tersebut adalah
sebagian besar siswa tidak menyukai pelajaran matematika karena pelajarannya memusingkan, terlalu banyak hitungan, materi yang disampaikan terlalu banyak sehingga membingungkan dan terlalu banyak tugas yang diberikan padahal mereka belum mengerti. Beberapa siswa yang menyukai pelajaran matematika mengatakan bahwa mereka menyukai matematika karena mereka telah mempelajari materi yang sama ditempat yang lain sehingga mereka sering mendapatkan nilai bagus pada pelajaran matematika. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan adalah: a. Metode pembelajaran matematika yang sering digunakan oleh guru matematika adalah metode ceramah dan penugasan. b. Materi yang padat menyulitkan guru untuk mencoba menggunakan metode pembelajaran lain dalam belajar matematika. c. Respon siswa dalam belajar matematika masih terlihat kurang baik. Siswa masih takut untuk bertanya kepada guru, kurang memperhatikan penjelasan guru, kemampuan berhitung sebagian besar siswa masih tergolong rendah, dan siswa sangat sulit berkonsentrasi pada saat belajar. d. Masih banyak siswa yang kurang memiliki rasa percaya diri dalam belajar ini terlihat dari banyaknya siswa yang malas mengerjakan soal disebabkan mereka tidak mengerti cara menyelesaikannya, banyak siswa yang melihat pekerjaan teman dan beberapa siswa yang berulang kali bertanya kepada guru ketika mereka mengerjakan soal.
2. Tindakan pembelajaran siklus I a. Tahap perencanaan Pembelajaran pada siklus I ini terdiri dari 5 pertemuan dengan 3 pertemuan berdurasi 2 x 35 menit dan 2 pertemuan berdurasi 3 x 35 menit. Hal ini dikarenakan dalam satu minggu jumlah jam pelajaran matematika adalah 7 jam pelajaran. Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan pada siklus I adalah peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah
dilengkapi dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi untuk setiap pertemuan. Materi yang diajarkan pada siklus I ini adalah menentukan besar persentase, merubah persen kedalam pecahan atau desimal, dan membandingkan dua pecahan.Untuk memudahkan siswa memahami materi yang akan dipelajari peneliti menyiapkan media pembelajaran berupa kelereng, manik-manik, lingkaran yang terbuat dari karton, lembar percent grids dan beberapa alat lainnya yang dapat membantu siswa lebih mudah memahami materi yang disampaikan. Selain itu peneliti juga telah menyiapkan lembar observasi kegiatan belajar siswa untuk setiap pertemuan, dan angket kepercayaan diri yang akan diberikan pada akhir siklus I.
b. Tahap pelaksanaan. Pembelajaran pada siklus I ini terdiri dari 5 pertemuan dengan menerapkan pembelajaran matematika berbasis Developmentally Appropriate Practice (DAP) yaitu pembelajaran yang disesuaikan dengan tahap perkembangan anak, dalam hal ini pembelajaran matematika yang menggunakan media atau alat-alat yang dapat memudahkan siswa memahami materi yang disampaikan sehingga pelajaran matematika yang dipelajari tidak menjadi abstrak bagi siswa. Adapun materinya adalah menentukan persentase dan jumlah benda (pertemuan ke-1 dan ke-2), mengubah persen kedalam pecahan atau desimal (pertemuan ke-3), membandingkan dua pecahan yang tak sejenis (pertemuan ke-4) dan pelaksanaan tes siklus I (pertemuan ke-5). Adapun uraian proses pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut: 1. Pertemuan ke-1/ Selasa 5 Januari 2010 Pertemuan pertama berlangsung selama 2 x 35 menit (2 jam pelajaran). Siswa yang hadir pada pertemuan pertama ini ada 30 orang dan ada 4 orang siswa yang tidak hadir tanpa keterangan Pada pertemuan pertama ini peneliti bertindak sebagai guru. Materi yang disampaikan adalah menentukan persentase sederhana dari jumlah barang tertentu. Pelajaran dimulai dengan guru menanyakan kepada siswa tanda ”%” (persen), apa arti yang mereka ketahui dari tanda tersebut dan
dimana mereka pernah melihat tanda tersebut. Sebagian besar siswa mengetahui tanda ”%” (persen) dan sering melihatnya di mall. Setelah itu guru memberikan penjelasan mengenai tanda ”%” (persen) dan sedikit mengulang kembali tentang materi pecahan. Kemudian guru memberikan Lembar Kerja Siswa 1 (LKS 1) yang berisi tentang kegiatan dan meteri yang akan dipelajari pada pertemuan hari itu. Sebagian besar siswa merasa bingung dan takut ketika guru memberikan LKS, karena mereka berpikir guru akan memberikan ulangan harian. Kegiatan selanjutnya adalah guru mengeluarkan kotak yang berisi 100 manik-manik berwarna dan meminta 3 orang siswa maju kedepan kelas untuk mengambil sejumlah manik yang mereka inginkan, tampak siswa masih terlihat takut dan malu untuk maju kedepan kelas, belum ada siswa yang berani maju kedepan sebelum disuruh terlebih dahulu. S1 adalah siswa yang pertama kali maju kedepan setelah disuruh oleh guru, S1 mengambil sebanyak 23 manik-manik, kemudian guru meminta S19 dan S32 untuk maju kedepan untuk mengambil sejumlah manik yang mereka inginkan, S19 mengambil sebanyak 19 manik dan S32 mengambil sebanyak 12 manik. Guru meminta semua siswa untuk mencatat nama dan jumlah manik yang telah diambil oleh teman mereka pada LKS, kemudian guru memberikan tepuk tangan sebagai pujian bagi siswa yang sudah berani maju kedepan. Setelah itu guru membimbing siswa menentukan persentase dari manik yang telah diambil oleh S1,
menentukan berapa sisa manik dan
besarnya persentase dari manik yang tersisa. Selanjutnya guru meminta siswa untuk mencoba menentukan persentase manik yang diambil oleh S19 dan S32, berapa manik yang tersisa dan persentasenya, sebagian besar siswa terlihat sibuk menghitung dan mereka dapat menyelesaikannya dengan baik. Pada kegiatan 2 terdapat percent grids, siswa diminta untuk mengarsir kotak sebanyak 39 dan 57 kotak kemudian menentukan persentasenya, sebagian siswa masih ada yang bingung bagaimana cara menyelesaikannya, kemudian guru membimbing siswa yang merasa kesulitan. Sebagian besar siswa terlihat sibuk mengarsir sejumlah kotak yang diminta
dan berusaha sendiri menentukan persentasenya tanpa bertanya dan meminta bantuan dari guru, karena sebagian besar siswa terlihat sudah sangat memahami bagaimana cara menentukan persentasenya. Beberapa orang siswa terlihat begitu semangat untuk menyelesaikan tugas berikutnya, dan siswa terlihat tidak menemukan kesulitan untuk menentukan persentase dari kotak yang diarsir.
Gambar 2 Percent grids 100 Selanjutnya pada kegiatan 4, guru meminta 3 orang siswa maju kedepan untuk mengambil manik dari kotak-kotak yang telah disediakan. Kotak 1 berisi 80 manik, kotak 2 berisi 50 manik dan kotak 3 berisi 20 manik. S7 mangambil manik dari kotak 1 sebanyak 20 manik, S21 mengambil manik dari kotak 2 sebanyak 40 manik dan S16 mengambil manik dari kotak 3 sebanyak 19 manik. Guru meminta siswa mencatat jumlah manik yang telah diambil oleh teman-teman mereka dan guru memberikan tepuk tangan sebagai pujian bagi siswa yang sudah berani maju kedepan.
Gambar 2 Percent grids 80
Gambar 3 Percent grids 50
Gambar 4 Percent grids 20 Sebagian besar siswa bingung menentukan persentasenya karena jumlah seluruh manik disetiap kotak tidak seratus Kemudian guru menjelaskan bagaimana menentukan persentase dari sejumlah benda yang diambil jika jumlah seluruh benda itu tidak seratus dengan menggunakan percent grids yang terbuat dari kertas karton, dan siswa menggunakan lembar percent grids yang telah disediakan pada LKS. Untuk
kegiatan
5
terlihat
sebagian
besar
siswa
dapat
menyelesaikannya sendiri meskipun ada beberapa siswa yang masih terlihat bingung. Dan pada kegiatan 6 siswa diminta untuk menentukan jumlah kotak yang diarsir jika persentase dari kotak yang diarsir itu diketahui, ada beberapa siswa yang langsung bisa menyelesaikannya, dan masih ada juga siswa yang
bingung menentukan jumlah kotak, ada juga beberapa siswa yang keliru ketika mengarsir kotak. Diakhir pelajaran guru memeriksa catatan LKS siswa dan memberikan tanda bintang bagi siswa yang mencatat lengkap semua materi hari itu, namun ada beberapa siswa yang tidak mencatatnya dengan lengkap bahkan ada siswa yang tidak mencatat sama sekali, setelah itu guru memberikan siswa tes evaluasi 1 yang berjumlah 2 soal, guru meminta siswa berusaha mengerjakan sendiri soal yang diberikan. Beberapa siswa mengeluh ketika menerima lembar evaluasi karena soal berbentuk cerita, sebagian siswa terlihat bersemangat menyelesaikannya karena mereka merasa materi ini mudah, tetapi masih ada beberapa siswa yang terlihat malas mengerjakannya karena mereka tidak mau membaca dan memahami soal, ketika mengerjakan soal evaluasi siswa masih banyak siswa yang berulang kali bertanya pada guru cara menyelesaikannya, ada juga siswa yang bertanya hasil pekerjaannya karena tidak yakin, meskipun mereka sudah bisa menyelesaikannya.
2. Pertemuan ke-2/ Rabu 6 Januari 2010 Pertemuan kedua berlangsung selama 3 x 35 menit (3 jam pelajaran). Siswa yang hadir dalam pertemuan ini sebanyak 29 orang dan siswa yang tidak hadir ada 5 orang 4 orang tidak masuk dikarenakan izin dan satu tanpa keterangan. Pelajaran dimulai dengan sedikit mengulang materi yang telah dipelajari kemarin karena pada pertemuan kedua ini masih membahas tentang persentase. Kemudian guru membagikan LKS 2 yang berisi materi dan kegiatan pembelajaran hari ini. Pada kegiatan pertama guru mengeluarkan kotak yang berisi 20 kelereng yang terdiri dari 7 kelereng berwarna abu-abu, 2 kelereng biru, 3 kelereng hijau dan 8 kelereng coklat. Guru meminta 2 orang siswa maju kedepan untuk mengambil kelereng sesuai dengan warna yang mereka sukai.
Pada pertemuan kedua ini siswa masih terlihat terlihat takut dan malu maju kedepan, S7 dan S21 bersedia maju kedepan setelah disuruh oleh guru. S21mengambil 2 kelereng berwarna biru dan S7 mengambil 8 kelereng berwarna coklat. Kemudian guru meminta siswa menentukan masing-masing persentase kelereng yang diambil oleh S7 dan S21. Pada pertemuan kedua ini guru mengajarkan dua cara untuk menentukan persentase dari sejumlah benda yang diambil, cara pertama seperti yang telah diajarkan kemarin yaitu menggunakan percent grids, dengan menggunakan cara ini siswa terlihat tidak mengalami kesulitan untuk menentukan persentasenya, bahkan ada beberapa siswa yang sudah langsung dapat menentukan persentasenya tanpa menggambarkan kotak-kotaknya terlebih dahulu. Cara yang kedua guru mengarahkan siswa dengan menggunakan rumus sederhana, dengan cara ini siswa terlihat kesulitan memahami rumus dan terutama kesulitan dalam hal perhitungannya, Kemudian guru menjelaskan kembali bagaimana menentukan persentase dengan menggunakan cara yang kedua. Sebagian siswa dapat memahami namun mereka masih kesulitan dalam hal perhitungan. Kemudian guru meminta siswa mencoba menentukan persentase kelereng yang diambil oleh S7 dengan menggunakan cara yang kedua. Terlihat sebagian siswa yang terlihat bingung dan kesulitan dalam menyelesaikan perhitungan. Selanjutnya pada kegiatan yang kedua guru mengadakan permainan pemilihan pengurus kelas. Guru meminta dua orang yang bersedia dicalonkan menjadi pengurus kelas, S25 dan S32 bersedia dicalonkan menjadi pengurus kelas. Guru menentukan aturan permainan bagi yang setuju S25 atau S32 menjadi ketua kelas siswa diminta mengangkat tangan mereka. Jumlah seluruh siswa kelas V-B adalah 34 orang, karena ada 5 siswa yang tidak hadir maka guru meminta 5 orang siswa lain untuk menggantikan suara temannya yang tidak hadir. Dari hasil perhitungan suara S25 mendapatkan 6 suara dan S32 mendapatkan 28 suara. Kemudian guru dan siswa bersama-sama menghitung persentase perolehan suara S25 dan S32. Pada proses penghitungan siswa sangat kesulitan karena angka yang dihasilkan berupa bilangan desimal. Setelah mendapatkan hasilnya guru dan siswa memberikan tepuk tangan
kepada S32 karena memperoleh suara terbanyak. Pada kegiatan kedua ini siswa terlihat begitu senang meskipun mereka mengalami kesulitan dalam perhitungan. Selanjutnya pada kegiatan ketiga guru mengeluarkan kotak yang berisi 40 manik-manik berwarna hijau, permasalahan yang diberikan pada kegiatan yang ketiga ini berbeda dengan yang sebelumnya. Jika pada kegiatan sebelumnya siswa diminta untuk mengambil sejumlah benda sebanyak yang mereka inginkan dan menentukan persentasenya namun pada kegiatan yang ketiga ini siswa diminta menentukan jumlah benda yang diambil jika persentasenya diketahui. Pada kegiatan ketiga ini sebagian besar anak-anak sudah bisa menentukan jumlah manik yang diambil dengan menggunakan percent grids, bahkan ada anak yang langsung menjawab tanpa menggunakan percent grids, kemudian guru mengarahkan agar siswa mencoba menentukan jumlah manik yang diambil itu dengan menggunakan rumus yang sudah diajarkan. Setelah mendapatkan hasilnya manik yang harus diambil adalah 12 butir, guru meminta seorang siswa yaitu S9 mengambil sebanyak 12 manik dalam kotak, kemudian guru meminta siswa menentukan manik yang tersisa dan berapa persentasenya. Kemudian
guru
melanjutkan
dengan
kegiatan
keempat,
permasalahan yang diberikan sama seperti kegiatan ketiga menentukan jumlah benda yang diambil jika persentasenya diketahui. Pada kegiatan keempat ini guru menggunakan lingkaran yang terbuat dari karton kemudian pada satu sisi guru membagi lingkaran itu menjadi 8 bagian yang sama besar dan pada sisi yang lain guru mengarsir 37,5% bagian dari lingkaran itu dengan warna kuning. Guru meminta siswa menentukan berapakah bagian yang diarsir itu. Dengan menggunakan rumus sederhana yang telah dijelaskan, guru membimbing siswa menyelesaikan soal itu, namun masih banyak siswa yang mengalami kesulitan menyelesaikan perhitungannya, seperti terlihat pada contoh berikut ini:
Gambar 5 Hasil kerja siswa yang kesulitan menyelesaikan perhitungan Dari gambar 5 kita dapat melihat bahwa siswa tersebut keliru melakukan dalam memahami soal dan belum dapat mengubah soal cerita kedalam kalimat matematika dengan benar. Selanjutnya pada kegiatan kelima guru memberikan kasus jual beli, guru meminta dua orang siswa melakukan transaksi jual beli didepan kelas, yaitu S7 dan S8. Pada kegiatan yang kelima sebagian besar siswa tidak mengalami kesulitan memahami kasus yang diberikan, karena sebagian besar dari mereka sudah sering melakukan transaksi seperti ini. Diakhir pelajaran guru memeriksa LKS siswa untuk memastikan siswa mencatat semua kegiatan yang telah dilakukan. Guru memberikan tanda bintang pada LKS bagi siswa yang mencatat dengan lengkap, dan ada beberapa siswa yang hanya mencatat sebagian saja dengan alasan terlalu banyak catatan. Setelah itu guru melanjutkan dengan memberikan tes evaluasi
sebanyak 2 soal, karena waktu yang tinggal sedikit guru meminta siswa hanya mengerjakan 1 soal saja Ketika mengerjakan tes evaluasi terlihat masih banyak siswa yang malas membaca dan memahami soal, bercanda ketika sedang mengerjakan soal, dan banyak siswa yang terlihat tidak yakin dengan jawabannya sendiri sehingga bertanya dengan teman bahkan melihat jawaban teman, meskipun sebelumnya guru sudah meminta agar setiap siswa mengerjakan tugas sendiri. 3. Pertemuan ke-3/ Jum’at 8 Januari 2010 Pertemuan ketiga berlangsung selama 2 x 35 menit (2 jam pelajaran). Siswa yang hadir pada pertemuan ketiga ini ada 31 siswa, dan ada 3 siswa yang tidak hadir yaitu 2 orang tidak hadir dikarenakan sakit dan satu orang tanpa keterangan. Pada pertemuan ketiga ini materi yang akan dibahas adalah mengubah persen kedalam bentuk pecahan dan desimal. Sebelum memulai pelajaran guru sedikit mengulang materi persentase yang telah dipelajari kemarin, ada beberapa siswa yang mengatakan tidak mengerti sama sekali karena mereka tidak masuk. Guru membagikan LKS 3 berisi materi yang akan dipelajari hari itu. Pada kegiatan pertama terdapat diagram yang menunjukan persentase tiga mata pelajaran yang disukai siswa kelas V-B. Kemudian siswa diminta untuk merubah bentuk persen tersebut kedalam bentuk pecahan dan desimal. Guru menjelaskan bagaimana merubah persentase siswa yang menyukai pelajaran matematika kedalam pecahan dan desimal, terlihat sebagian besar siswa tidak mengalami kesulitan sehingga mereka dapat merubah persentase dua mata pelajaran lainnya kedalam bentuk pecahan dan desimal. Pada kegiatan kedua, siswa diberikan persoalan untuk merubah bilangan desimal kedalam bentuk pecahan dan persen. Terlihat siswa sedikit mengalami kesulitan ketika menemukan bilangan desimal yang hanya memiliki satu angka dibelakang koma. Selanjutnya guru menjelaskan bagaimana merubah bentuk pecahan kedalam desimal, siswa terlihat kesulitan
karena kemampuan siswa
menyelesaikan soal pembagian dan perkalian
terbilang lemah. Kemudian guru meminta siswa merubah persen kedalam bentuk pecahan yang paling sederhana, untuk dapat menyelesaikan soal seperti ini siswa harus mengerti tentang faktor persekutuan terbesar (FPB), materi ini telah diberikan pada semester 1 namun ketika guru menanyakan kembali ternyata semua siswa sudah lupa. Guru menjelaskan kembali bagaimana mencari FPB, untuk materi ini siswa terlihat kurang bersemangat karena menurut mereka materi ini terbilang sulit. Diakhir pelajaran seperti biasa guru memeriksa LKS siswa dan memberikan tanda bintang bagi siswa yang mencatat dengan lengkap. Dilanjutkan dengan memberikan tes evaluasi yang terdiri dari 6 soal, 3 soal pertama siswa diminta merubah bentuk persen kedalam bentuk desimal, dan 3 soal terakhir siswa diminta merubah bentuk desimal kedalam persen.
4. Pertemuan ke-4/ Selasa 12 Januari 2010 Pertemuan keempat berlangsung selama 2 x 35 menit (2 jam pelajaran). Siswa yang hadir pada pertemuan keempat ada 32 siswa dan ada 2 orang siswa yang tidak hadir dikarenakan sakit. Pada pertemuan keempat materi yang akan dipalajari adalah membandingkan 2 pecahan yang tak sejenis. Guru membagikan LKS 4 yang berisi materi yang akan dipelajari hari itu. Untuk memudahkan siswa membandingkan dua pecahan yang tak sejenis guru menggunakan fraction bar (batang pecahan), sebelum memulai pelajaran guru sedikit mengulang materi pecahan. Pada
kegiatan
pertama
guru
mempraktekan
bagaimana
membandingkan 2 jenis pecahan yang berbeda dengan menggunakan batang pecahan. Siswa diminta membagi batang pecahan menjadi beberapa bagian yang sama besar sesuai dengan penyebut pada pecahan tersebut. Kemudian siswa diminta mengarsir beberapa bagian sesuai dengan pembilangnya.
Setelah itu barulah siswa diminta untuk membandingkan dua pecahan yang berbeda. Pada LKS 4 ini siswa diminta menyelesaikan beberapa soal yaitu membandingkan dua pecahan yang tak sejenis. Sebagian siswa terlihat tidak menemui kesulitan dalam menyelesaikannya, bahkan ada yang mengatakan materi ini sangatlah mudah karena mereka dapat melihat langsung perbedaannya. Namun guru memperhatikan ada banyak siswa yang salah dalam membagi batang pecahan. Sebagian besar siswa tidak teliti, banyak diantara mereka membagi batang pecahan tidak sama besar, meskipun demikian mereka yang sudah dapat menentukan mana pecahan yang lebih besar dan lebih kecil, namun ada juga siswa yang salah dalam membandingkan hal ini dikarenakan mereka tidak membagi batang pecahan menjadi beberapa bagian yang sama besar. Kegiatan selanjutnya guru meminta siswa melakukan diskusi, pertama guru membagi siswa menjadi beberapa 7 kelompok, 6 kelompok teridiri dari 5 orang siswa dan 1 kelompok terdiri dari 4 orang siswa. Mereka diminta membandingkan beberapa pecahan dengan menggunakan batang pecahan kemudian mengurutkannya dari yang terkecil sampai yang terbesar dengan menyusun kartu pecahan pada karton yang telah disediakan. Karena waktu yang sangat sedikit sehingga setiap kelompok hanya diminta menyelesaikan satu soal saja, dalam kegiatan ini masih banyak siswa yang tidak tertib, mereka ngobrol, bercanda, dan berlari-lari. Kemudian guru memeriksa kelengkapan catatan LKS siswa, dan memberikan tanda bintang bagi siswa yang mencatat dengan lengkap. Selanjutnya guru memberikan tes evaluasi yang terdiri dari 1 soal. Ketika mengerjakan tes evaluasi siswa terlihat tenang dan sebagian besar siswa mengerjakan sendiri tanpa bertanya dengan guru, namun masih banyak siswa yang salah dalam membagi batang pecahan, mereka tidak membaginya menjadi beberapa bagian yang sama besar. Berikut ini beberapa contoh hasil jawaban soal pada tes evaluasi 4:
Gambar 6 Hasil kerja siswa yang belum bisa membagi batang pecahan dengan benar. Pada gambar 6, kita dapat melihat dengan menggunakan batang pecahan siswa tersebut sudah dapat membandingkan dua pecahan dengan benar dan menentukan pecahan yang memiliki nilai lebih besar dan lebih kecil namun siswa tersebut masih belum bisa membagi batang pecahan menjadi beberapa bagian yang sama besar.
Gambar 7 Hasil kerja siswa yang sudah bisa membagi batang pecahan dengan benar. Dari gambar 7, dengan menggunakan batang pecahan siswa tersebut sudah dapat menentukan pecahan yang memiliki nilai yang lebih besar dan lebih kecil dengan benar dan membagi batang pecahan menjadi bagian yang sama besar.
Gambar 8 Hasil kerja siswa yang dapat membandingkan dua pecahan tanpa menggunakan batang pecahan. Pada gambar 8, jika dibandingkan dengan cara penyelesaian dua orang siswa sebelumnya yang masih harus menggunakan batang pecahan sepertinya siswa tersebut sudah sangat memahami konsep pecahan dengan baik sehingga tanpa menggunakan batang pecahan siswa tersebut sudah dapat menentukan nilai pecahan yang lebih besar dan lebih kecil.
5. Pertemuan ke-5/ Rabu 13 Januari 2010 Pertemuan kelima berlangsung selama 3 x 35 menit (3 jam pelajaran). Siswa yang hadir sebanyak 33 siswa dan 1 orang siswa tidak hadir dikarenakan sakit. Pada pertemuan ini guru akan mengadakan tes siklus 1 berupa soal tes uraian tentang materi menentukan persentase suatu benda, merubah persen kedalam bentuk pecahan dan desimal, dan membandingkan dua pecahan yang tak sejenis, soal tes siklus 1 berjumlah 5 soal dengan alokasi waktu 60 menit, dilanjutkan dengan tes angket kepercayaan diri yang berjumlah 26 pernyataan dengan alokasi waktu 35 menit.
Pada tes siklus 1 ini masih banyak siswa yang panik dan takut menghadapi tes, terutama siswa yang sudah beberapa kali tidak masuk kelas, mereka mengatakan belum siap mengerjakan tes meskipun guru sudah memberitahukan sebelumnya. Suasana kelas menjadi sedikit gaduh, banyak siswa yang minta agar tes siklus 1 ini diundur pada pertemuan berikutnya, namun guru meyakinkan siswa bahwa semua dapat mengerjakan soal dengan baik karena semua telah dipelajari bersama. Pada saat mengerjakan tes banyak siswa yang terlihat tidak teliti membaca dan memahami soal, bahkan ada siswa yang malas dan tidak mau membaca soal bahkan ada siswa yang tidak mau mengerjakan dan menangis saat mengerjakan soal dan mengerjakan soal dengan asal menjawab saja. Masih
banyak
siswa
yang
bertanya
pada
guru
bagaimana
cara
menyelesaikannya dan ada beberapa siswa yang terlihat mencontek jawaban teman, atau bekerjasama dengan temannya, bahkan ada beberapa siswa yang tidak yakin dengan jawaban mereka dan menanyakannya pada guru, namun guru selalu mencoba membimbing siswa untuk mandiri dan yakin pada hasil jawaban yang telah mereka kerjakan. Setelah waktu yang disediakan untuk mengerjakan soal tes selesai, masih ada beberapa siswa yang belum selesai menjawab semua pertanyaan, dan ada diantara mereka yang langsung asal menjawab. Guru memberikan siswa waktu untuk beristirahat beberapa menit, kemudian guru melanjutkan dengan memberikan tes angket kepercayaan diri. Sebelum mengerjakan tes angket ini guru meminta siswa agar membaca setiap pernyataan dengan teliti dan menjawabnya dengan jujur. Sebagian besar siswa terlihat tenang mengerjakan tes angket meskipun ada beberapa siswa yang masih bertanya maksud pernyataan dalam angket tersebut.
c. Tahap observasi dan analisis. Tahap observasi berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Observer melakukan pengamatan langsung tentang aktivitas belajar
siswa selama proses pembelajaran. Hasil pengamatan aktivitas belajar siswa melalui lembar observasi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Siswa Pada Pembelajaran Siklus 1 No
Aspek yang diamati
1
Memperhatikan penjelasan guru.
2
Pert.1
Pert.2
Pert.3
Pert.4
Rata-rata
46,67%
51,72%
67,74%
62,5%
57,16%
Betanya pada guru.
20%
13,79%
16,12%
25%
18,73%
3
Menjawab pertanyaan guru.
10%
6,89%
12,90%
18,75%
12,14%
4
Mencatat pelajaran.
90%
75,86%
77,42%
81,25%
81,13%
96,67%
100%
93,54%
100%
97,55%
6,67%
13,79%
29,03%
40,63%
22,53%
0%
0%
9,68%
6,25%
7,97%
20%
20,69%
19,35%
40,63%
25,17%
30
29
31
32
5 6 7 8
Mengerjakan tugas yang diberikan guru. Berusaha mengerjakan tugas sendiri. Mengerjakan soal didepan kelas. Terlibat aktif dalam kegiatan belajar dikelas
Jumlah siswa yang hadir Rata-rata aktivitas total
40,30%
Berdasarkan tabel 4.1, diperoleh informasi bahwa aktivitas belajar siswa pada siklus I adalah sebagai berikut: 1. Memperhatikan penjelasan guru. Rata-rata persentase siswa yang memperhatikan penjelasan guru sebanyak 57,16%, ini menunjukan bahwa hanya sebagian siswa dalam kelas yang memperhatikan penjelasan guru sementara sebagian siswa lain bercanda, ngobrol dengan teman, bermain handphone (hp), berjalan keliling kelas dan banyak juga siswa yang mengganggu siswa lainnya ketika guru sedang
menjelaskan pelajaran. Kondisi belajar mengajar seperti ini sangat tidak baik sehingga perlu adanya perbaikan pada siklus II.
2. Bertanya dan menjawab pertanyaan guru. Aktivitas siswa bertanya dan menjawab pertanyaan guru dari tabel diatas didapatkan rata-rata persentase 18,73% dan 12,14%. Angka ini masih sangat kecil sekali. Dalam pembelajaran matematika siklus I sebagian besar siswa masih terlihat takut bertanya ataupun menjawab pertanyaan guru, terutama apabila ada materi yang mereka tidak mengerti, siswa tidak berani mengatakan dan meminta guru untuk mengulangi lagi. Pada saat guru memberikan pertanyaan sebagian besar siswa terdiam tidak menjawab, alasan yang sering mereka katakan adalah karena takut salah. Hal inilah yang menunjukan rendahnya sikap percaya diri siswa dalam mengungkapkan pendapat. 3. Mencatat pelajaran. Aktivitas mencatat pelajaran rata-rata yang dicapai adalah 81,13%. Dalam kegiatan pembelajaran sebagian besar siswa sudah cukup baik melakukan kegiatan ini, mungkin hal ini disebabkan karena guru memberikan LKS yang berisi materi dan semua kegiatan yang akan dilakukan pada tiap kali pertemuan sehingga memudahkan siswa mencatat materi yang dipelajari. Meskipun demikian masih ada beberapa siswa yang malas mencatat dengan alasan terlalu banyak atau karena tulisan tidak terlihat dengan jelas dari tempat duduk mereka. 4. Mengerjakan tugas yang diberikan guru. Pada siklus I aktivitas mengerjakan tugas merupakan kegiatan yang paling tinggi dikerjakan siswa yaitu dengan persentase 97,55%. Setiap pertemuan guru selalu memberikan tes evaluasi diakhir pelajaran dan hampir seluruh siswa mengerjakannya. Namun masih sedikit sekali siswa yang mau berusaha mengerjakan tugas sendiri, dari tabel diatas menunujukan rata-rata persentase siswa yang berusaha mengerjakan tugas sendiri hanya sebesar 22,53%. Sebagian besar siswa masih sering bertanya pada guru ketika
mengerjakan soal, hal ini mencerminkan rendahnya sikap kemandirian siswa dalam belajar, dan siswa juga sering terlihat bekerjasama bahkan melihat/ mencontek pekerjaan siswa lain. Hal ini sangat menunjukan rendahnya rasa percaya diri siswa terhadap kemampuannya sendiri. 5. Mengerjakan soal didepan kelas. Pada siklus I, sebagian besar siswa tidak mau mengerjakan soal yang diberikan guru didepan kelas dengan alasan takut salah dan malu. Setiap kali guru meminta siswa maju siswa saling menunjuk siswa yang lain. Dari tabel diatas menunjukan 7,79% rata-rata persentase siswa yang mau mengerjakan soal didepan kelas, aktivitas ini merupakan yang paling kecil sehingga perlu adanya perbaikan pada siklus II. 6. Terlibat aktif dalam kegiatan belajar dikelas. Dari tabel diatas, terlihat sedikit sekali siswa yang terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Pada pertemuan pertama hingga pertemuan ketiga hanya 6 siswa yang terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan pada pertemuan keempat guru mengadakan diskusi kelompok jumlah siswa yang terlibat aktif dalam pembelajaran bertambah, namun siswa yang membuat gaduh dan mengganggu siswa lainnya juga bertambah. Dalam setiap kelompok guru memperhatikan hanya ada 1 atau 2 orang siswa yang terlibat aktif dan yang lain hanya mengandalkan hasil kerja temannya saja. Rata-rata persentase pada siklus I ini hanya sebesar 25,17%. Selain lembar observasi, peneliti juga melakukan wawancara pada akhir siklus I untuk memperkuat data observasi. Hasil wawancara yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Siswa menyukai belajar matematika dengan alat peraga dan mengaitkan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari sehingga membuat mereka lebih mudah memahami materi yang disampaikan. 2. Suasana belajar yang menyenangkan dan santai membuat siswa mulai berani bertanya ataupun menjawab pertanyaan guru. 3. Pemberian reward membuat siswa lebih semangat lagi belajar dan mengerjakan tugas yang diberikan dengan baik.
4. Siswa masih takut dan malu bila disuruh mengerjakan soal didepan kelas. 5. LKS yang diberikan disetiap pertemuan memudahkan siswa mencatat dan memahami materi yang disampaikan. Pada pertemuan kelima guru dilakukan tes akhir siklus I, tes yang diberikan berupa soal uraian sebanyak 5 soal. Dari hasil tes siklus ini akan didapat gambaran tentang kemampuan belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran berbasis DAP selama satu siklus ini. Hasil tes akhir siklus I tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.2 Nilai Tes Akhir Siklus I Interval
F
f relatif
f relatif kumulatif
29 – 40
6
18,18%
18,18%
41 – 52
8
24,24%
42,42%
53 – 64
5
15,15%
57,57%
65 – 76
6
18,18%
75,75%
77 – 88
6
18,18%
93,93%
89 – 100
2
6,07%
100%
Keterangan: Nilai tertinggi
= 100
Jumlah siswa = 33
Nilai terendah
= 30
Rata-rata
= 60,91
Berdasarkan tabel 4.2 diatas terlihat bahwa hasil belajar siswa pada siklus I ini mencapai nilai rata-rata 60,91. Hal ini menunjukan bahwa hasil belajar siswa pada siklus I ini masih belum baik, masih ada 19 siswa yang mendapat nilai dibawah KKM yaitu 6,5. Pada siklus I soal yang diberikan sebanyak 5 soal, berikut ini soal dan beberapa contoh hasil jawaban siswa:
1. Isilah titik-titik dibawah ini! a. 4/5 = . . . . (rubah dalam bentuk desimal) b. 2,45 = . . . . . . (rubah dalam bentuk persen). 2. Pak Arsyad mempunyai 1 keranjang jambu air, kemudian Pak Arsyad memberikan kepada 3 orang tetangganya, 25 buah untuk Pak Rusdi, 10 buah untuk Pak Yanto dan 15 buah untuk Pak Candra. Hitung berapa persen jambu air yang diterima Pak Yanto! 3. Nabila pergi ke toko buku untuk membeli pensil warna dan buku gambar. Jika harga pensil warna Rp. 15.000 dengan diskon 20%, sedangkan harga buku gambar Rp.10.000 dengan diskon 40%. Berapakah total uang yang harus dibayar Nabila untuk membeli buku gambar dan pensil warna? 4. Andi dan Kamal lari pagi bersama-sama, mereka membawa botol air minum masing-masing. Ketika Andi dan Kamal merasa haus mereka minum air yang mereka bawa. Sisa air dibotol minum Andi 7/10 bagian dan sisa air minum dibotol Kamal ¾ bagian. Siapakah yang memiliki sisa air minum lebih banyak? 5. Pada bulan November perpustakaan SDI RUHAMA memiliki 60 buah koleksi buku bacaan. Dan pada bulan Desember jumlah buku tersebut bertambah sebanyak 40%. Berapa banyak jumlah buku bacaan yang dimiliki perpustakaan sekarang?
Gambar 9 Hasil jawaban siswa tes siklus I yang masih menggunakan percent grids Gambar 9 adalah salah satu contoh lembar jawaban siswa, pada soal nomor 1a siswa tersebut sudah memahami konsep merubah pecahan menjadi bilangan desimal namun masih kesulitan menyelesaikan soal perhitungannya. Dari hasil jawaban terlihat siswa tersebut sudah dapat memahami soal dengan baik namun untuk menyelesaikan soal nomor 2 dan 5 siswa tersebut masih menggunakan bantuan percent grids,
Gambar 10 Hasil jawaban siswa tes siklus I Pada gambar 10 terlihat kesalahan siswa kurang memahami soal. Contohnya pada soal nomor 3 dan 5, pada soal nomor 3 siswa sudah dapat menentukan besar potongan harga dengan cara yang benar namun pada soal tersebut yang ditanyakan adalah besar uang yang harus dibayarkan, siswa tidak mengurangkan total harga barang dengan besar potongan harganya. Dan pada soal nomor 5 siswa mencoba menyelesaikan dengan menggunakan rumus sederhana, siswa diminta menentukan jumlah seluruh buku jika dalam 1 bulan buku bertambah sebanyak 40%, siswa sudah dapat menentukan banyak jumlah buku yang bertambah dengan cara yang benar namun siswa tidak menjumlahkan banyak buku yang bertambah dengan banyak buku mulamula. Dan untuk melengkapi data pada tahap observasi ini, peneliti juga menyebarkan angket kepercayaan diri kepada siswa. Angket ini diberikan untuk mengetahui tingkat awal kepercayaan diri siswa dalam belajar matematika pada siklus I setelah diterapkan pembelajaran berbasis DAP. Hasil angket tersebut dapat dilihat dalam tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3 Persentase Angket Percaya Diri Belajar Matematika Siswa Siklus I No Indikator Persentase 1
Yakin pada diri sendiri
56,28%
2
Tidak putus asa
49,09%
3
Tidak bergantung pada orang lain
42,42%
4
Bertanggung jawab
71,21%
5
Ingin berprestasi tinggi
72,73%
6
Berani mengungkapkan pendapat
50,76%
Jumlah rata-rata
48,93%
Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa rata-rata persentase kepercayaan diri siswa dalam belajar matematika masih rendah dan masih ada beberapa indikator kepercayaan diri yang persentase rata-ratanya masih belum mencapai indikator keberhasilan yaitu ≥65%, Dari tabel tersebut menunjukan masih rendahnya rasa percaya diri siswa dalam belajar matematika. Dengan data tersebut maka harus dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya agar siswa lebih semangat dan lebih percaya diri dalam belajar matematika, sehingga dengan begitu diharapkan kemampuan dan hasil belajar matematika siswa pun akan meningkat.
d. Tahap refleksi Pada tahap ini peneliti dan kolaborator melakukan refleksi terhadap hasil dari analisis data dan seluruh pelaksanaan pembelajaran siklus I. Berdasarkan pada lembar observasi, tes siklus I, dan angket kepercayaan diri siswa ditemukan beberapa kekurangan yang ada pada siklus I. Hasil refleksi dijelaskan dalam tabel berikut:
No 1
Tabel 4.4 Refleksi tindakan pembelajaran siklus I Kendala/ kesulitan Perbaikan Kurangnya penguasaan guru Guru bertindak lebih tegas lagi terhadap siswa.
dalam memberikan reward dan hukuman kepada siswa, terutama siswa yang tidak dapat diatur dan disiplin.
2
Kurangnya diberikan
waktu
yang Memberikan waktu mengerjakan
ketika
siswa soal
mengerjakan soal.
alokasi
latihan
sesuai
waktu
dengan
yang
telah
ditentukan setiap pertemuan. 3
Masih
rendahnya
aktivitas Guru
harus
lebih
interaktif
belajar siswa dan hasil belajar dengan siswa dan memotivasi siswa yang masih rendah. 4
Konsentrasi
belajar
siswa untuk lebih aktif lagi. siswa Guru harus lebih mengontrol
masih kurang
siswa pada saat menjelaskan pelajaran sehingga tidak ada lagi siswa yang ngobrol dan tidak memperhatikan penjelasan guru.
5
Kesulitan dalam meningkatkan Guru kepercayaan diri siswa
harus
meyakinkan
bisa dan
lebih
mendorong
siswa agar lebih yakin pada kemampuan diri sendiri.
Dengan banyaknya kekurangan yang ada pada siklus I, maka pada perencanaan siklus II diperlukan perbaikan-perbaikan yang telah disusun berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.
3. Tindakan pembelajaran siklus II a. Tahap Perencanaan. Tahap perencanaan pada siklus II ini dimulai dengan menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), LKS dan lembar evaluasi untuk setiap pertemuan, lembar observasi kegiatan belajar siswa, soal tes akhir siklus II dan angket kepercayaan diri. Pada siklus II ini ada 5 pertemuan, 4 pertemuan akan membahas tentang operasi penjumlahan dan pengurangan pada pecahan dan pertemuan kelima akan diadakan tes akhir siklus II. Target yang ingin dicapai pada siklus II ini adalah agar rasa percaya diri siswa dalam belajar matematika dapat tumbuh dan meningkat sehingga tidak ada lagi siswa yang malu bertanya dan tidak yakin terhadap kemampuan dirinya sendiri. b. Tahap pelaksanaan. Pembelajaran pada siklus II ini terdiri dari 5 pertemuan, adapun materi yang akan dibahas adalah operasi penjumlahan pada pecahan (pertemuan ke-6 dan ke-7), operasi pengurangan pada pecahan (pertemuan ke8 dan ke-9) dan pelaksanaan tes siklus II (pertemuan ke-10). Adapun uraian proses pembelajaran siklus II adalah sebagai berikut 1. Pertemuan ke-6/ 15 Januari 2010 Pertemuan keenam berlangsung selama 2 x 35 menit (2 jam pelajaran). Siswa yang hadir pada pertemuan keenam ini ada 33 siswa dan yang tidak hadir tanpa keterangan ada 1 orang siswa. Sebelum memulai pelajaran guru mengumumkan nilai hasil tes akhir siklus I, banyak siswa yang sedih dengan hasil nilai tes yang mereka peroleh namun guru mengatakan akan ada tes kedua dan siswa diminta belajar lebih semangat agar nilai tes kedua lebih baik lagi. Seperti biasanya guru memberikan siswa LKS. Untuk mengingatkan siswa, pelajaran diawali dengan sedikit mengulang kembali materi tentang pecahan. Guru menjelaskan pecahan dengan menggunakan batang pecahan, membagi batang pecahan menjadi beberapa bagian sama besar sesuai dengan penyebut pecahan tersebut dan mengarsirnya sebanyak pembilang dari
pecahan itu, guru mendemonstrasikan bagaimana cara membagi batang pecahan agar memiliki besar yang sama, kemudian guru meminta siswa mencoba melakukannya sendiri dari beberapa nilai pecahan yang sudah ditentukan. Guru melihat masih banyak siswa yang belum bisa membagi batang pecahan menjadi beberapa bagian yang sama besar, terutama bila penyebut merupakan bilangan ganjil. Kegiatan selanjutnya guru menjelaskan operasi penjumlahan pada pecahan berpenyebut sama, guru menjumlahkan pecahan-pecahan yang batang pecahannya yang sudah dibuat oleh siswa. Guru meminta dua orang siswa maju kedepan, pada pertemuan keenam ini banyak siswa yang terlihat sudah tidak takut bila disuruh maju kedepan kelas, guru sudah tidak terlalu sulit meminta siswa maju kedepan bahkan ada beberapa siswa yang langusng maju tanpa disuruh. S3 dan S32 yang pertama bersedia maju kedepan, kemudian guru meminta S3 dan S32 masing-masing membagi satu batang pecahan menjadi 7 bagian yang sama besar dan meminta S3 mengarsir sebanyak 2 bagian, S32 mengarsir 4 bagian lalu menggunting bagian yang sudah mereka arsir kemudian menjumlahkannya. Setelah itu guru meminta beberapa siswa maju untuk melakukan hal yang sama. Siswa terlihat bersemangat dan tidak kesulitan menyelesaikan soal penjumlahan pecahan berpenyebut sama. Kemudian guru menjelaskan penjumlahan pecahan berpenyebut beda, untuk mencari kelipatan penyebut guru menjelaskan dengan dua cara, yang pertama dengan menggunakan kertas berkotak, guru mendemonstrasikan bagaimana cara mencari kelipatan dari dua penyebut, menentukan pembilang setelah penyebut disamakan kemudian menjumlahkannya. Siswa diminta untuk mencoba menyelesaikan soal yang ada di LKS dengan cara yang sudah diajarkan tadi, sebagian besar siswa tidak menemukan kesulitan dan mereka terlihat sibuk menyelesaikan soal yang diberikan. Kemudian cara kedua, mencari kelipatan penyebut dari dua pecahan guru menjelaskan dengan mencari kelipatan persekutuan terkecil (KPK), materi mencari KPK sebenarnya sudah diajarkan pada semester satu namun sebagian besar siswa sudah lupa, kemudian guru menjelaskan kembali. Siswa
terlihat kesulitan mencari KPK dari dua penyebut, karena kemampuan berhitung sebagian siswa kelas 5-B ini terbilang lemah. Siswa menghabiskan waktu selama 30 menit untuk menyelesaikan dua soal penjumlahan pecahan. Diakhir pelajaran guru memeriksa LKS siswa dan memberikan tanda bintang bagi siswa yang mencatat dengan lengkap meteri pelajaran hari itu, selanjutnya guru memberikan tes evaluasi sebanyak satu soal. Pada saat banyak siswa yang terlihat tidak yakin dengan hasil perhitungannya, ada beberapa siswa yang bertanya hasil perhitungan yang diperolehnya pada guru, dan ada beberapa siswa yang bertanya pada temannya atau melihat hasil perhitungan teman, namun guru menekankan agar mereka berkerja sendiri dan yakin dengan perhitungan yang diperolehnya. Jam pelajaran matematika hampir selesai namun guru melihat lembar jawaban S12 dan S29 masih kosong, kemudian guru menegur kedua siswa tersebut, ketika guru menegur S12 menangis karena tidak mau mengerjakan soal, guru memperhatikan mereka tidak sungguh-sungguh mengerjakan soal., guru memperingatkan kepada S29 jika tidak mencatat dan mengerjakan tugas yang diberikan pada pertemuan berikutnya akan mendapatkan hukuman.
2. Pertemuan ke-7/ Selasa 19 Januari 2010. Pertemuan ketujuh berlangsung selama 2 x 35 menit (2 jam pelajaran). Siswa yang hadir sebanyak 31 siswa dan 3 orang siswa tidak hadir dikarenakan sakit. Sebelum memulai pelajaran guru sedikit mengulang materi yang telah dipelajari pada pertemuan keenam, karena pelajaran pada pertemuan ketujuh merupakan lanjutan dari materi yang telah diajarkan kemarin. Selanjutnya guru memberikan LKS, ada beberapa siswa yang terlihat langsung mengerjakan soal yang ada di LKS, siswa tersebut telihat bersungguh-sungguh mengerjakannya meskipun masih kesulitan mencari KPK dari penyebut, pada pertemuan kali ini guru tidak banyak memberikan penjelasan kepada siswa, guru hanya sedikit memberikan bimbingan kepada siswa yang membutuhkan, dan meminta siswa mencoba menyelesaikan
sendiri latihan yang ada pada LKS, hal ini bertujuan untuk melatih kemandirian dan kepercayaan diri siswa terhadap kemampuannya sendiri. Guru melihat ada siswa yang sudah selesai menyelesaikan soal kemudian meminta siswa tersebut untuk mengerjakannya lagi didepan kelas, S19 siswa yang pertama maju dan menyeselesaikan dengan benar, kemudian guru dan siswa yang lain memberikan tepuk tangan. Hal ini membuat siswa lain bersemangat berusaha menyelesaikan soal berikutnya. Siswa terlihat cukup aktif, siswa yang mendapatkan kesulitan tidak hanya bertanya pada guru tetapi ada beberapa diantara mereka yang bertanya dengan siswa lain, guru melihat beberapa siswa mengajarkan temannya yang mendapat kesulitan menyelesikan soal, seperti S19 mengajarkan S20, S16 dan S18, kemudian S3 mengajarkan S2, S4 dan S5, S1 mengajarkan S6. Selanjutnya guru meminta siswa yang sudah menyelesaikan soal berikutnya maju dan menyelesaikan lagi dipapan tulis, S3 yang maju menyelesaikan soal nomor 2, dari penyelesaian yang dikerjakan S3 ada siswa yang belum mengerti kemudian guru meminta S3 untuk menjelaskannya, guru dan siswa memberikan tepuk tangan. Guru melihat cara seperti ini dapat membangkitkan semangat dan kepercayaan diri siswa, terlihat pada pertemuan ini siswa terlihat tidak malu bertanya pada guru ataupun siswa lain, siswa tidak takut maju kedepan untuk menyelesaikan soal. Pada soal selanjutnya terlihat siswa bingung menyelesaikannya, karena soal yang diberikan penjumlahan pada pecahan biasa dan pecahan campuran. Kemudian guru menjelaskan tentang pecahan campuran dengan menggunakan batang pecahan. Ketika guru menjelaskan sebagian besar siswa terlihat serius memperhatikan, siswa terlihat sungguh-sungguh menyelesaikan soal nomor3, S11 lebih dulu menyelesaikan soal dan mengerjakan didepan kelas, soal nomor 4 satupun siswa belum dapat menyelesaikan, mereka masih bingung pada penjumlahan pecahan campuran, kemudian guru menjelaskan lagi dengan menggunakan batang pecahan, siswa meminta guru memberikan tipe soal yang sama karena mereka ingin mencoba menyelesaikannya sendiri.
Dalam RPP pertemuan ini guru merencanakan memberikan siswa tugas kelompok untuk menyelesaikan soal penjumlahan pada pecahan, karena waktu yang sangat singkat kegiatan tersebut dibatalkan, selanjutnya guru memeriksa LKS setiap siswa dan memberikan tes evaluasi sebanyak dua soal dalam waktu 15 menit. Pada pertemuan kali ini terdapat banyak kemajuan, siswa tidak takut maju dan menyelesaikan soal didepan kelas, siswa tidak malu dan takut bertanya pada guru, dan pada saat mengerjakan tes evaluasi siswa yang bertanya pada guru, melihat jawaban siswa lain berkurang jumlahnya.
3. Pertemuan ke-8/ Rabu 20 Januari 2010 Pertemuan ke-8 berlangsung selama 3 x 35 menit (3 jam pelajaran). Siswa yang hadir pada pertemuan ini ada 31 siswa, 2 orang siswa tidak hadir dikarenakan sakit dan satu orang siswa tidak hadir tanpa keterangan.Materi yang akan dibahas pada pertemuan ini adalah pengurangan pada pecahan. Proses belajar diawali dengan memberikan LKS, kemudian guru sedikit mengulang materi penjumlahan pada pecahan yang telah dipelajari kemarin. Guru menjelaskan operasi pengurangan pada pecahan yang berpenyebut sama dengan menggunakan batang pecahan. Guru meminta siswa mendemonstrasikan pengurangan pada pecahan dengan menggunakan batang pecahan didepan kelas. Beberapa siswa langsung maju kedepan tanpa disuruh. Selanjutnya guru menjelaskan pengurangan pada pecahan yang berpenyebut beda, pada materi ini siswa terlihat tidak menemui kesulitan karena cara menyelesaikan soal sama dengan pada operasi penjumlahan, untuk soal seperti ini siswa tidak perlu lagi menggunakan batang pecahan, mereka langsung mencari KPK dari dua penyebut pecahan. Pada akhir pelajaran guru memeriksa LKS siswa dan memberikan tes evaluasi. Pada pertemuan ini sikap belajar siswa sudah cukup baik, siswa sudah terlihat lebih mandiri, berani dan percaya diri.
4. Pertemuan ke-9/ Jumat 22 Januari 2010 Pertemuan kesembilan berlangsung selama 2 x 35 menit (2 jam pelajaran). Siswa yang hadir pada pertemuan ini ada 28 siswa, 5 orang siswa tidak hadir karena sakit dan satu orang siswa tidak hadir tanpa keterangan. Pada pertemuan ini masih akan membahas pengurangan pada pecahan. Guru sedikit mengulang materi yang telah dipelajari kemarin dan memberikan siswa LKS. Pada pertemuan ini guru tidak banyak memberikan penjelasan, guru memberikan beberapa soal pada LKS, siswa terlihat bersemangat mengerjakan latihan soal, beberapa siswa langsung mengerjakan tanpa disuruh, dan ada siswa yang mengajukan diri mengerjakan soal didepan kelas. Pada pertemuan ini siswa terlihat aktif, mereka mengerjakan soal secara individu ataupun berdiskusi dengan siswa lain. Dan siswa juga terlihat semangat mengerjakan soal didepan kelas kemudian tidak malu untuk menjelaskannya Perubahan sikap terlihat jelas pada salah satu, tidak seperti sebelumnya yang tidak pernah mencatat pelajaran dan selalu menangis bila disuruh mengerjakan soal, pada dua pertemuan terakhir ini siswa tersebut terlihat begitu semangat dan mau berusaha
menyelesaikan soal sendiri,
bahkan dia sangat senang mangerjakan soal didepan kelas. Pemahaman siswa dalam materi operasi penjumlahan dan pengurangan ini sudah cukup baik, meskipun siswa masih terlihat kesulitan dan lambat menyelesaikan perhitungannya. Diakhir pelajaran siswa diberikan tes evaluasi, siswa terlihat tenang dan mandiri ketika mengerjakan soal, banyak siswa yang dapat menyelesaikan tes evaluasi kurang dari waktu yang telah ditentukan. 5. Pertemuan ke-10/ Selasa 26 Januari 2010 Pertemuan kesembilan berlangsung selama 2 x 35 menit (3 jam pelajaran), siswa yang hadir pada pertemuan ini sebanyak 34 orang siswa. Pada pertemuan ini akan dilakukan tes siklus II, yaitu dengan materi operasi penjumlahan dan pengurangan pada pecahan. Tes ini berupa soal uraian yang berjumlah 4 soal dengan alokasi waktu 40 menit dilanjutkan dengan tes angket
kepercayaan diri yang berjumlah 20 pernyataan dengan alokasi waktu 20 menit. Pelaksanaan tes siklus II ini berjalan dengan lancar, ketika mengerjakan soal siswa terlihat tenang, mandiri dan lebih percaya diri. Mereka terlihat bersungguh-sungguh dan berusaha mengerjakan sendiri soal tes, namun masih ada beberapa siswa yang masih bertanya jawaban kepada guru ataupun siswa lain, dan guru hanya memberikan sedikit teguran. Setengah dari jumlah siswa dapat menyelesaikan tes soal kurang dari waktu yang sudah ditentukan. Setelah menyelesaikan tes soal dilanjutkan dengan memberikan tes angket kepercayaan diri, angket ini diberikan untuk mengatahui tingkat kepercayaan diri siswa dalam belajar matematika selama dua siklus ini.
c. Tahap observasi dan analsis Tindakan pembelajaran pada siklus II ini secara umum dapat dikatakan lebih baik dibandingkan dengan siklus I, berdasarkan observasi yang dilakukan terdapat peningkatan pada kualitas belajar siswa, siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar, siswa mulai tidak takut bertanya ataupun menjawab pertanyaan guru, siswa lebih mandiri dan percaya pada kemampuannya sendiri, hal ini menunjukan adanya peningkatan aktivitas belajar dan kepercayaan diri siswa dalam belajar matematika. Hasil observasi yang diperoleh pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.5 Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Siswa Pada Pembelajaran Siklus 1I No
Aspek yang diamati
Pert.1
Pert.2
Pert.3
Pert.4
Rata-rata
1
Memperhatikan penjelasan guru.
78,79%
93,55%
95,55%
92,86%
90,19%
2
Betanya pada guru.
33,33%
48,39%
41,94%
60,71%
46,10%
3
Menjawab pertanyaan guru.
33,33%
54,84%
48,39%
46,43%
45,74%
4
Mencatat pelajaran.
90,91%
96,77%
96,77%
100%
96,11%
93,94%
100%
96,77%
100%
97,68%
48,48%
70,97%
70,97%
64,29%
63,68%
15,15%
32,26%
25,80%
32,14%
26,34%
48,48%
35,48%
25,80%
32,14%
70,95%
33
31
31
28
5 6 7 8
Mengerjakan tugas yang diberikan guru. Berusaha mengerjakan tugas sendiri. Mengerjakan soal didepan kelas. Terlibat aktif dalam kegiatan belajar dikelas
Jumlah siswa yang hadir Rata-rata aktivitas total
67,10%
Berdasarkan tabel 4.5, diperoleh informasi bahwa aktivitas belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan yang sangat baik dibandingkan dengan siklus I. Pada proses pembelajaran siklus II terjadi interaksi yang cukup baik, siswa sudah mulai aktif hal ini dapat terlihat jelas dengan adanya peningkatan rata-rata persentase dari seluruh aktivitas belajar siswa dari tabel diatas. Peningkatan aktivitas yang sangat baik terjadi pada siklus II ini adalah jumlah siswa yang ngobrol, bercanda ataupun mengganggu siswa lain sudah berkurang, sebagian besar siswa memperhatikan guru ketika menjelaskan pelajaran. Dalam proses belajar siswa cukup aktif, siswa sudah tidak takut lagi bertanya ataupun menjawab pertanyaan guru, siswa tidak malu
mengerjakan soal didepan kelas dan mau menjelaskan kepada temantemannya. Ketika mengerjakan soal jumlah siswa yang bertanya jawaban pada guru atau mencontek jawaban temanpun berkurang, siswa terlihat bersungguhsungguh mengerjakan soal dan berusaha menyelesaikannya sendiri. Dari meningkatnya aktivitas belajar siswa menunjukan bahwa adanya peningkatan rasa percaya diri dan kemandirian siswa dalam belajar matematika. Hasil wawancara siswa pada akhir siklus II ini menunjukan perubahan yang positif, hasil wawancara dengan siswa dirangkum sebagai berikut: a. Sebagian besar siswa menyukai pelajaran matematika dan tidak takut lagi saat belajar matematika. b. Sebagian besar siswa merasa senang bila dapat menyelesaikan soal didepan kelas dan menjelaskan kepada siswa lain. c. Siswa mengaku tidak takut lagi bertanya ataupun menjawab pertanyaan guru. Siswa menyukai belajar sambil berdiskusi dengan teman. d. Siswa menjadi sangat bersemangat bila guru memberikan reward kepada siswa yang berhasil mengerjakan tugas dengan baik. Menigkatnya rasa percaya diri siswa tidak hanya ditunjukan dengan meningkatnya aktivitas belajar tetapi juga ditunjukan dengan meningkatnya hasil belajar siswa. Hal ini dapat terlihat adanya peningkatan nilai tes siklus II pada tabel berikut ini:
Tabel 4.6 Nilai Tes Akhir Siklus II Interval
F
f relatif
f relatif kumulatif
47 – 55
1
2,94%
2,94%
56 – 64
3
8,82%
11,76%
65 – 73
4
11,77%
23,53%
74 – 82
9
26,47%
50%
83 – 91
4
11,76%
61,76%
92 – 100
13
38,24%
100%
Keterangan: Nilai tertinggi
= 100
Jumlah siswa = 34
Nilai terendah
= 50
Rata-rata
= 83,38
Dari tabel 4.6 menunjukan adanya peningkatan hasil belajar pada siklus II ini, jika pada siklus I nilai rata-rata hasil tes siswa hanya 60,91 pada siklus II ini nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 83,38 nilai ini sudah cukup baik meskipun masih ada 4 orang siswa yang masih mendapatkan nilai dibawah KKM yaitu 6,5. Hasil belajar tes siklus II ini sudah mencapai indikator keberhasilan dimana sudah lebih dari 70% siswa mendapatkan nilai tes lebih dari nilai KKM. Pada siklus II ini soal yang diberikan pada saat tes sebanyak 4 soal, berikut ini soal dan beberapa contoh hasil jawaban siswa:
TES SIKLUS 2 NAMA
:
KELAS
:
HARI/ TANGGAL
:
WAKTU
: 45 menit.
Isilah titik-titik dibawah ini! 1. Rahma mempunyai 2 pita, masing-masing
1 2 meter dan meter. Jika 3 5
pita tersebut digabungkan, berapa meter panjang pita Rahma?
1 4
3 5
2. Ibu membeli gula 1 kg, terigu 2 kg dan mentega
1 kg. Berapa kg 3
berat seluruh belanjaan ibu? 3. Ryan menyelesaikan suatu pekerjaan selama tiga hari. Pada hari pertama dapat diselesaikan
3 1 bagian pekerjaan, hari kedua bagian pekerjaan, 4 5
berapa bagiankah pekerjaan yang harus diselesaikan pada hari ketiga? 4. Andika mempunyai
5 2 liter susu kemudian diminum sebanyak liter, 6 3
setelah itu Andika menambahkan lagi sebanyak
1 liter. Berapa liter susu 4
Andika sekarang?
Gambar 11 Jawaban siswa yang belum bisa memahami soal dengan baik pada soal nomor 3 pada tes siklus II
Gambar 11 adalah contoh hasil lembar jawaban salah satu siswa pada tes siklus II, kesalahan yang dilakukan pada siswa tersebut adalah pada soal nomor 3 siswa tidak memahami soal dengan baik, siswa belum bisa merubah soal cerita kedalam kalimat matematika dengan benar.
Gambar 12 Jawaban siswa yang salah menentukan KPK untuk soal nomor 3 pada tes siklus II Pada gambar 12 dapat terlihat bahwa siswa tersebut sudah dapat memahami soal dengan baik, siswa tersebut sudah dapat mengubah soal cerita kedalam kalimat matematika, namun kesalahan yang dilakukan siswa tersebut adalah tidak teliti dalam menentukan KPK penyebut dari pecahan sehingga siswa tersebut kesulitan menyelesaikan perhitungannya.
Gambar 13 Jawaban siswa yang belum dapat menentukan KPK dengan tepat untuk soal nomor 4 pada tes siklus II
Gambar 14 Jawaban siswa yang belum memahami soal dengan baik untuk soal nomor 4 pada tes siklus II Dari gambar 13, untuk soal nomor 4 siswa tersebut sudah dapat memahami soal dengan baik namun siswa masih keliru dalam menentukan KPK penyebut dari ketiga pecahan tersebut dan siswa masih kurang teliti dalam perhitungan sedangkan pada gambar 14 siswa tersebut sudah dapat menentukan KPK penyebut dengan benar namun belum dapat memahami soal dengan baik sehingga menghasilkan perhitungan yang salah.
Selain itu kita juga dapat melihat peningkatan skor kepercayaan diri siswa dalam belajar matematika. Hasil angket tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.7 Persentase Angket Percaya Diri Belajar Matematika Siswa Siklus II No Indikator Persentase 1
Yakin pada diri sendiri
81,86%
2
Tidak putus asa
67,65%
3
Tidak bergantung pada orang lain
67,65%
4
Bertanggung jawab
79,41%
5
Ingin berprestasi tinggi
6
Berani mengungkapkan pendapat Jumlah rata-rata
75% 80,15% 75,29%
Pada siklus II, angket kepercayaan diri siswa menunjukan bahwa kepercayaan diri siswa dalam belajar matematika semakin meningkat. Pada siklus I persentase rata-rata kepercayaan diri siswa secara keseluruhan 48,93% dan masih ada beberapa indikator yang rata-rata persentasenya rendah dan belum mencapai indikator keberhasilan sedangkan pada siklus II persentase rata-rata tiap indikator sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu tiap indikator harus mencapai persentase rata-rata ≥65% dan persentase rata-rata kepercayaan diri siswa secara keseluruhan meningkat menjadi 75,29%.
d. Tahap refleksi Dalam pelaksanaan proses pembelajaran berbasis Developmentally Appropriate Practice (DAP) telah berhasil membuat siswa merasa lebih santai dan senang dalam belajar, namun tidak menghilangkan semangat siswa untuk terus berprestasi dalam belajar matematika. Perasaan senang siswa dalam belajar matematika sudah semakin terlihat ditunjukan dengan keaktifan siswa dalam belajar.
Rasa malu dan ketakutan siswa baik dalam belajar maupun dalam ujian matematika sudah mulai berkurang. Siswa sudah terlihat lebih mandiri dan yakin pada kemampuannya sendiri, hal ini ditunjukan dengan berkurangnya jumlah siswa yang mencontek jawaban teman ataupun menanyakan jawaban kepada guru. Dengan diterapkannya konsep DAP dalam pembelajaran matematika siswa terlebih tertarik dan senang belajar matematika. Dengan adanya data-data yang mengarah kepada meningkatnya kepercayaan diri siswa dalam belajar matematika, maka penelitian ini dihentikan pada siklus II dan dianggap penerapan konsep DAP dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam belajar matematika.
B. Pemeriksaan Keabsahan Data Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya angket kepercayaan diri dalam belajar matematika. Instrumen disebar pertama kali pada tanggal 13 Januari 2010, kemudian angket tersebut diuji validitas dan reliabilitasnya. Dari 26 pernyataan yang uji terdapat 20 pernyataan yang valid dengan tingkat reliabilitasnya 0,82. Angket kemudian diberikan lagi pada tanggal 26 Januari 2010 untuk mengetahui apakah ada perubahan pada skor kepercayaan diri siswa. Selain dengan menggunakan angket, pada penelitian ini juga digunakan lembar observasi dan wawancara yang ditujukan untuk guru dan siswa. Lembar observasi diisi pada setiap pertemuan sedangkan wawancara dilakukan setiap akhir siklus. Untuk mengetahui apakah data yang diperoleh valid dan memiliki tingkat keterpercayaan tinggi, dilakukan member check. Kegiatan ini meliputi memeriksa kembali keterangan atau informasi yang diperoleh selama observasi dari narasumber, memeriksa apakah data tersebut tetap sifatnya atau tidak berubah sehingga dapat dipastikan keajegannya, dan memastikan kebenaran data. Selain melakukan member check, untuk mendapatkan data yang absah juga dilakukan tehnik triangulasi melalui
pengamatan terhadap aktivitas siswa apakah menunjukan peningkan kepercayaan diri dalam belajar matematika. Hal ini bertujuan untuk menggali data dari sumber yang sama dengan menggunakan cara yang berbeda. Peneliti juga secara rutin melakukan diskusi dengan guru kolaborator mengenai hasil observasi yang diperoleh, dibaca berulang-ulang, dan menghilangkan data yang tidak relevan dengan fokus penelitian. Hal ini bertujuan agar data yang diperoleh sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
C. Analisis Data Tahap analisis dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada dari berbagai sumber. Diantaranya sebagai berikut: 1. Lembar observasi Pada setiap pelaksanaan tindakan, peneliti didampingi oleh observer. Observer diberikan lembar observasi yang berfungsi sebagai alat pengamatan
untuk
mengetahui
dan
mengukur
aktivitas
yang
mencerminkan rasa percaya siswa dalam belajar matematika. Lembar observasi juga digunakan untuk menganalisis dan merefleksi setiap siklus tindakan pertama. Hasil dari observasi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.8 Hasil analisis lembar observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa No
Aspek yang dinilai
Persentase Rata-rata Siklus I
Siklus II
Memperhatikan penjelasan guru.
57,16%
90,19%
Betanya pada guru.
18,73%
46,10%
Menjawab pertanyaan guru.
12,14%
45,74%
Mencatat pelajaran.
81,13%
96,11%
5
Mengerjakan tugas yang diberikan guru.
97,55%
97,68%
6
Berusaha mengerjakan tugas sendiri.
22,53%
63,68%
7
Mengerjakan soal didepan kelas.
7,97%
26,34%
8
Terlibat aktif dalam kegiatan belajar dikelas
25,17%
70,95%
40,30%
67,10%
1 2 3 4
Jumlah
Berdasarkan tabel 4.8 pada pembelajaran siklus I rata-rata aktivitas siswa dalam belajar hanya mencapai 40,30% sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan aktivitas siswa pada proses belajar mengajar dikelas rata-ratanya mencapai
67,10%.
Hal
ini
menunjukan
bahwa
selama
diterapkan
pembelajaran yang sesuai dengan konsep DAP aktivitas belajar siswa dapat meningkat.
2. Angket Angket kepercayaan diri diberikan kepada siswa sebanyak 2 kali yaitu pada akhir siklus I dan siklus II. Angket terdiri dari 20 pernyataan dengan 2 pilihan jawaban yaitu ya atau tidak
Tabel 4.9 Persentase Percaya Diri Indikator Siklus I
No
Siklus II
1
Yakin pada diri sendiri
56,28%
81,86%
2
Tidak putus asa
49,09%
67,65%
3
Tidak bergantung pada orang lain
42,42%
67,65%
4
Bertanggung jawab
71,21%
79,41%
5
Ingin berprestasi tinggi
72,73%
75%
6
Berani mengungkapkan pendapat
50,76%
80,15%
48,93%
75,29%
Jumlah rata-rata
Berdasarkan tabel 4.9, pada siklus II, angket kepercayaan diri siswa menunjukan bahwa kepercayaan diri siswa dalam belajar matematika semakin meningkat. Pada siklus I persentase rata-rata kepercayaan diri siswa secara keseluruhan 48,93% dan masih ada beberapa indikator yang rata-rata persentasenya rendah dan belum mencapai indikator keberhasilan sedangkan pada siklus II persentase rata-rata tiap indikator sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu tiap indikator harus mencapai persentase rata-rata ≥65% dan persentase rata-rata kepercayaan diri siswa secara keseluruhan meningkat menjadi 75,29%.
3. Data hasil tes formatif pada setiap siklus (Tes akhir siklus) Dari penjelasan diatas bahwa ada peningkatan aktivitas siswa dan kepercayaan diri siswa dalam belajar matematika setelah menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan konsep DAP dalam pelajaran matematika, tentunya hal ini juga akan berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam belajar matematika yang dapat terlihat dari hasil tes yang diberikan setiap akhir siklus. Data hasil tes siklus disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.10 Persentase Tingkat Penguasaan Belajar Setiap Siklus Tingkat penguasaan
Siklus I
Siklus II
Nilai tertinggi
100
100
Nilai terendah
30
50
Rata-rata nilai
60,91
83,38
Dari tabel 4.10 menunjukan ada peningkatan hasil belajar siswa, jika pada siklus I rata-rata nilai tes siswa pada akhir siklus adalah 60,91 dan ada 19 siswa yang mendapatkan nilai tes dibawah nilai KKM yaitu 6,5. sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan rata-rata nilai siswa yaitu menjadi 83,38 dan jumlah siswa yang mendapatkan nilai tes dibawah KKM berkurang jumlahnya menjadi 4 orang.
4. Wawancara Selain data yang diperoleh dari lembar observasi, angket dan hasil tes siswa pada akhir siklus, penelitian ini juga diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada guru dan siswa. Wawancara dilakukan sebelum tindakan dan setelah tindakan. Wawancara yang dilakukan sebelum tindakan kepada guru matematika mendapatkan hasil sebagai berikut: a. Metode pembelajaran yang sering digunakan adalah metode ceramah dan penugasan. b. Siswa selalu terlihat bingung dan mengeluh jika guru memberikan tugas matematika. Dan siswa cenderung takut pada pelajaran matematika, dan sebagian besar kemampuan berhitung siswa tergolong lemah. c. Kurangnya komunikasi antara guru dan siswa sehingga siswa cenderung pasif pada saat pembelajaran matematika. Pada saat proses belajar siswa jarang bertanya pada guru namun pada saat mengerjakan tugas siswa berulang kali menanyakan cara dan jawabannya kepada guru.
d. Siswa cenderung tidak memperhatikan penjelasan guru, mereka akan memperhatikan jika ditegur oleh guru. Sedangkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada siswa sebelum tindakan adalah sebagai berikut: a. Sebagian besar siswa kurang menyukai pelajaran matematika, mereka takut dengan pelajaran matematika dan malas karena mereka merasa setiap pelajaran matematika mereka selalu diberikan soal dan PR yang banyak. b. Matematika pelajaran yang sulit karena terlalu banyak menghitung. c. Kurang semangat dalam belajar matematika dikarenakan pembelajaran yang cenderung monoton setiap harinya. d. Siswa merasa takut bertanya dengan guru matematika jika ada pelajaran yang mereka tidak mengerti. Sedangkan hasil rangkuman wawancara kepada siswa selama siklus I dan siklus II adalah sebagai berikut: a. Sebagian besar siswa menyukai pelajaran matematika, mereka lebih bersemangat dengan reward yang diberikan. b. Sebagian besar siswa tidak takut ataupun malu menjawab dan bertanya kepada guru. c. Siswa merasa senang bila diminta menyelesaikan soal didepan kelas, karena siswa merasa tertantang dan berkompetisi dengan siswa lainnya. d. Siswa merasa senang belajar dengan alat peraga dan merasa nyaman dengan suasana kelas yang santai, dan siswa juga menyukai belajar sambil berdiskusi dengan siswa lain seperti yang dilakukan pada siklus II. e. Siswa selalu berusaha mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan baik.
D. Interpretasi Hasil Analisis Setelah menerapkan konsep DAP pada pembelajaran matematika dalam hal ini adalah penggunaan alat peraga sehingga pelajaran tidak menjadi abstrak dan sulit bagi siswa membuat siswa semangat dan senang belajar matematika. Sikap senang terhadap suatu pelajaran ini bagi siswa dapat menumbuhkan rasa percaya pada kemampuan diri sendiri. Dan dengan mencipatakan suasana belajar yang menyenangkan salah satu caranya adalah dengan memberikan reward bagi siswa yang melakukan pekerjaan dengan baik dapat menumbuhkan semangat siswa dalam belajar matematika yang pada akhirnya akan berpengaruh baik terhadap peningkatan kemampuan dan hasil belajar siswa. Pada siklus I masih banyak terdapat kekurangan dalam proses pembelajaran sehingga hasil yang diinginkan belum tercapai secara maksimal. Pada pembelajaran siklus I masih banyak siswa yang takut, malu dan malas belajar matematika namun guru mulai melatih keaktifan dan keberanian siswa. Pada siklus I proses pembelajaran belum berjalan dengan baik. Pada siklus II perbaikan yang ada pada siklus I dilakukan dengan baik sehingga indikator yang telah ditentukan sebelumnya dapat tercapai. Pada siklus II siswa terlihat lebih percaya diri, hal ini dapat ditunjukan dengan meningkatnya aktivitas dan semangat siswa dalam belajar matematika, siswa terlihat tidak takut bertanya pada guru dan menjawab pertanyaan guru, tidak takut mengerjakan soal didepan kelas, siswa banyak yang terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Dengan meningkatnya sikap positif dan keaktifan siswa dalam belajar matematika meningkat juga kemampuan dan hasil belajar siswa,hal ini dapat dilihat dari hasil tes yang diberikan pada setiap akhir siklus. Berdasarkan hasil pengamatan, angket dan hasil wawancara terlihat bahwa penerapan konsep DAP dalam pembelajaran matematika pada siswa sekolah dasar dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa terhadap kemampuan dirinya sendiri.
E. Pembahasan Temuan Penelitian 1. Penerapan konsep DAP pada siswa sekolah dasar dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam belajar matematika. Penerapan konsep DAP dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam belajar matematika. Hal ini dapat terlihat dari angket yang diberikan pada akhir siklus I, hasil yang diperoleh masih ada beberapa indikator kepercayaan diri yang belum memenuhi indikator keberhasilan yaitu ≥65% dan persentase rata-rata secara keseluruhan hanya mencapai 48,93% sedangkan pada akhir siklus II persentase rata-rata tiap indikator kepercayaan diri sudah memenuhi indikator keberhasilan dan persentase rata-rata secara keseluruhanpun meningkat menjadi 75,29%. Berdasarkan hasil skor angket pada siklus I hasil dari siklus I dan siklus II terdapat peningkatan yang cukup baik. Dan berdasarkan hasil wawancara, setelah menerapkan konsep DAP dalam pembelajaran siswa menyatakan senang belajar matematika.
2. Penerapan konsep DAP dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar matematika. Penerapan konsep DAP dapat meningkatkan aktiviatas siswa dalam belajar matematika, karena prinsip pembelajaran ini adalah sebuah pembelajaran yang memiliki karakteristik pemberdayaan peserta didik, aktivitas, pemodelan, demonstrasi dan terintegrasi dengan kehidupan nyata peserta didik. Jadi dalam setiap pembelajaran yang lebih berperan aktif adalah siswa. Dalam proses pembelajaran guru memberikan reward bagi siswa yang dapat menyelesaikan tugas dengan baik dan berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran, hal ini dapat mendorong siswa menjadi lebih aktif dan lebih semangat dalam belajar. Peningkatan aktivitas belajar matematika siswa ini dapat terlihat dari hasil observasi yang menunjukan bahwa rata-rata persentase aktivitas belajar siswa pada siklus I adalah 40,30% dan meningkat pada siklus II menjadi 67,10%.
3. Penerapan konsep DAP dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Dengan meningkatkan aktivitas belajar dan rasa percaya diri siswa dalam belajar matematika maka hasil belajar siswa juga akan mengalami peningkatan. Peningkatan hasil belajar siswa dapat terlihat dari hasil tes siklus I dan siklus II yang nilai rata-ratanya meningkat, pada siklus I nilai rata-rata siswa adalah 60,91 dan pada siklus II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 83,38.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan deskripsi data dan pembahasan maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Berdasarkan observasi dan hasil wawancara yang dilakukan pada tahap pra penelitian, faktor yang menyebabkan siswa memiliki rasa percaya diri yang rendah dalam belajar matematika karena siswa merasa sulit memahami pelajaran yang disampaikan guru, dan guru matematika selalu serius dalam menerangkan pelajaran sehingga menimbulkan anggapan bagi siswa bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dan menakutkan. 2. Pembelajaran
matematika
yang
menerapkan
konsep
DAP
dapat
meningkatkan semangat dan aktivitas siswa karena pembelajaran seperti ini dapat memberikan suasana baru yang menyenangkan bagi siswa, berdasarkan observasi yang dilakukan selama proses belajar mengajar berlangsung persentase aktivitas siswa pada siklus I hanya sebesar 40,30% sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 67,10% 3. Penerapan konsep DAP dalam belajar matematika dapat menumbuhkan dan meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam belajar matematika. Hal ini berdasarkan data hasil angket kepercayaan diri belajar matematika siswa, pada siklus I rata-rata skor persentase kepercayaan diri siswa hanya sebesar 48,93% dan belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan sedangkan pada siklus II rata-rata skor meningkat menjadi 75,29%. 4. Dengan meningkatnya aktivitas dan rasa percaya diri siswa dalam belajar matematika setelah diterapkan konsep DAP dalam pembelajaran matematika berpengaruh positif terhadap kemampuan belajar matematika siswa yang dapat dilihat dari hasil tes yang diberikan pada akhir siklus, nilai rata-rata tes pada akhir siklus I hanya sebesar 60,91 dan pada siklus II nilai rata-rata tes meningkat menjadi 83,38.
B. Saran 1. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa penerapan konsep DAP dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan aktivitas dan sikap positif siswa dalam belajar matematika sehingga meningkat pula kemampuan dan hasil belajar matematika siswa, dengan demikian diharapakan pada tingkat sekolah dasar guru dapat menerapkan konsep DAP ini dalam pelajaran matematika. 2. Guru diharapkan dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa, karena hal ini sangat berpengaruh terhadap sikap siswa dalam belajar. 3. Guru harus melatih siswa untuk aktif dalam belajar dan memperhatikan perkembangan aktivitas belajar siswa dan guru juga harus melatih kemandirian dan rasa percaya diri siswa terhadap kemampuannya sendiri. 4. Pihak sekolah hendaknya memberikan dukungan dalam menerpakan konsep DAP ini dengan memberikan fasilitas-fasilitas yang memadai sehingga memudahkan guru mengajarkan matematika. 5. Pada setiap pembelajaran sebaiknya guru selalu menganalisis kekurangankekurangan yang ada pada setiap pertemuan sehingga pada pembelajaran selanjutnya menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, M, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999 Azhari, A, Psikologi Umum dan Perkembangan, Bandung: Teraju Mizan, 2004.
Dariyo, A, Psikologi Perkembangan, Bandung: Rafika Aditama, 2007.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, DEPDIKNAS, 1999/2000 Fathurrahman, P, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: PT. Rineka Aditama, 2007. Gunawan, A, Genius Learning Strategy, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006 Gestwicki, C, Developmentally Appropriate Practice, Canada: Thomson Delmar Learning, 2007 Hartley-Brewer, E, Menumbuhkan Rasa Pede Pada Anak, Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer, 2005 http://analisadaily.com/index.php?option=com_content&view=article&id=22576:t ak-perlu-takut-belajar-matematika&catid=371:28juli2009&itemid=218 http://id.wikipedia.org/wiki/matematika#ikhtisar_dan_sejarah_matematika
http://fpsikologi.wisnuwardhana.ac.id/index.php?option=com_content&task=view &id=12&itemid=11 Kunandar, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Rajawali Pers, 2008
Lie, A, 101 Cara Menumbuhkan Percaya Diri Anak, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2004
Megawangi, R, Pendidikan Holistik, Jakarta: Indonesia Heritage Foundation, 2008 Megawangi, R, Pendidikan Karakter, Jakarta: Indonesia Heritage Foundation, 2004 Megawangi, R, Pendidikan Yang Patut dan Menyenangkan, Jakarta: Indonesia Heritage Foundation, 2004 Mulyono, P, Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan, Jakarta: Grasindo, 2008
Prasetyo, L, Jurnal WIDYA, Jakarta: Nopember 2003/ No.218 Tahun XX
Suparman, P, Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget, Jakarta: Kanisius, 2001
Santrock, J, Pendidikan Psikologi, Jakarta: Kencana, 2007
Wardani, IG. A.K, Psikologi Belajar, Jakarta: Universitas Terbuka, 1999
Winataputra, U, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Universitas Terbuka, 2007.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Mata pelajaran
: Matematika
Satuan pendidikan
: Sekolah Dasar
Kelas/ semester
: V / Genap
Standar Kompetensi : Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah. Kompetensi Dasar
: Mengubah Pecahan kebentuk persen dan desimal serta sebaliknya.
Pertemuan ke-1 (2 x 35 menit). Pendekatan/ metode : Ceramah, demonstrasi, penugasan Indikator. Menentukan persentase sederhana dari jumlah barang tertentu. Kegiatan Pembelajaran. 1. Pendahuluan (10 menit). Apersepsi
: - Guru mengingatkan kembali tentang materi pecahan. - Guru menanyakan apakah siswa pernah melihat tanda % (persen)
disekeliling mereka, dan apakah siswa dapat
membaca tanda tersebut. Motivasi
: Agar siswa mengerti bagaimana menentukan besarnya persentase dari jumlah tertentu.
2. Kegiatan inti (40 menit). Guru mendemonstrasikan 1 kotak berisi 100 manik-manik dan meminta beberapa siswa megambil sejumlah manik-manik yang mereka inginkan dan membimbing mereka menentukan persentasenya. Guru membimbing siswa menentukan persentase sejumlah benda yang jumlahnya 100 dengan menggunakan percent grids. Guru mendemonstrasikan 1 kotak berisi manik-manik yang jumlahnya kurang dari 100 dan meminta beberapa siswa mengambil sejumlah manik-
manik yang mereka inginkan dan membimbing mereka menentukan persentasenya. Guru membimbing siswa menentukan banyak benda yang diambil jika jumlah seluruh benda itu kurang dari 100 dan diketahui persentasenya dengan menggunakan percent grids. 3. Penutup (20 menit). Guru memberikan tugas siswa mengerjakan evaluasi 1. Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran. Media Media Manik-manik, kertas karton (percent grids, fraction bars), dan LKS 1. Evaluasi/ Penilaian Hasil Belajar. Soal tertulis
: Evaluasi 1.
Pertemuan ke-2 (3 x 35 menit) Pendekatan/ metode : Ceramah, demonstrasi, penugasan. Indikator. Menentukan banyaknya benda yang diambil jika persentase dan total jumlah benda diketahui. Mengubah pecahan biasa kedalam persen. Kegiatan Pembelajaran. 1. Pendahuluan (10 menit). Apersepsi
: Guru mereview kembali materi yang telah dipelajari kemarin.
Motivasi
: Agar siswa dapat menghitung besar potongan harga/diskon ketika mereka melakukan transaksi jual beli.
2. Kegiatan inti (70 menit). Guru mendemonstrasikan 20 kelereng dan meminta siswa mengambil sejumlah kelereng yang mereka inginkan dan membimbing mereka menentukan persentasenya.
Guru memberikan kasus tentang perolehan suara pemilihan ketua kelas 5 kemudian siswa diminta menentukan persentase dari masing-masing suara yang diperolah. Guru mendemonstrasikan sejumlah manik-manik dan membimbing siswa menentukan berapa banyak manik yang diambil jika persentasenya diketahui. Guru mendemonstrasikan sebuah lingkaran
dan membimbing siswa
menentukan berapa banyak bagian dari lingkaran yang sesuai dengan warnanya jika persentasenya diketahui. Guru menjelaskan bagaimana menentukan besarnya potongan harga/diskon suatu barang dengan mencerikan suatu kasus transaksi jual beli yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. 3. Penutup (25 menit). Guru memberikan tugas siswa mengerjakan Evaluasi 2. Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran. Media Media Manik-manik, kelereng, kertas karton (lingkaran, percent grids, fraction bars), LKS 2 Evaluasi/ Penilaian Hasil Belajar. Soal tertulis
: Evaluasi 2.
Pertemuan ke-3 (2 x 35 menit) Pendekatan/ metode : Ceramah, penugasan. Indikator. Mengubah persen kedalam pecahan dan desimal. Mengubah desimal kedalam pecahan dan persen.
Kegiatan Pembelajaran. 1. Pendahuluan (10 menit). Apersepsi
: Guru mereview materi tentang pecahan dan materi yang yang telah dipelajari kemarin.
2. Kegiatan inti (40 menit). Guru menjelaskan cara merubah persen kedalam pecahan biasa atau desimal. Guru melatih kemampuan siswa dengan memberikan diagram lingkaran yang berisi tentang besarnya persentase pelajaran yang paling digemari anak kelas 5. Guru menjelaskan cara merubah desimal kedalam pecahan atau persen. Guru melatih kemampuan siswa dengan memberikan latihan soal. 3. Penutup (20 menit). Guru memberikan tugas siswa mengerjakan Evaluasi 3. Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran. Media Media : Lembar Kerja Siswa 3 Evaluasi/ Penilaian Hasil Belajar. Soal tertulis
: Evaluasi 3.
Pertemuan ke-4 (2 x 35 menit) Pendekatan/ metode : Ceramah, demonstrasi, games, penugasan. Indikator. Membandingkan 2 pecahan yang sejenis. Membandingkan 2 pecahan yang tak sejenis. Kegiatan Pembelajaran. 1. Pendahuluan (10 menit). Apersepsi
: Guru mereview materi tentang pecahan dan materi yang yang telah dipelajari kemarin.
Motivasi
: Agar siswa dapat membandingkan bagian atau volume yang lebih besar dan lebih kecil.
2. Kegiatan inti (40 menit). Guru menjelaskan pecahan yang lebih besar dan lebih kecil dari 2 pecahan yang sejenis (perpenyebut sama) dengan menggunakan fraction bars. Guru memperkenalkan 2 pecahan tak sejenis dan menjelaskan bagaimana menentukan pecahan yang lebih kecil, lebih besar atau senilai (sama). Guru membimbing siswa melakukan games, yaitu menyusun kertas pecahan yang telah disediakan pada garis bilangan. 3. Penutup (20 menit). Guru memberikan tugas siswa mengerjakan Evaluasi 4. Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran. Media dan Sumber Belajar Media Kertas karton, LKS 4 Sumber 1. Matematika SD kelas 5 semester 2. 2. Lembar kerja siswa yang dibuat oleh guru. Evaluasi/ Penilaian Hasil Belajar. Soal tertulis
: Evaluasi 4.
Jakarta,
Januari 2010
Peneliti
Siti Chodijah
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Mata pelajaran
: Matematika
Satuan pendidikan
: Sekolah Dasar
Kelas/ semester
: V / Genap
Standar Kompetensi : Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah. Kompetensi Dasar
: Mengubah Pecahan kebentuk persen dan desimal serta sebaliknya.
Indikator. Melakukan operasi penjumlahan berbagai bentuk pecahan berpenyebut sama. Melakukan operasi penjumlahan berbagai bentuk pecahan berpenyebut beda. Pertemuan ke-6 (2 x 35 menit) Pendekatan/ metode : Ceramah, demonstrasi, penugasan. Kegiatan Pembelajaran. 3. Pendahuluan (10 menit). Apersepsi
: Guru mengingatkan kembali tentang materi pecahan.
Motivasi
: Agar siswa mengerti bagaimana menentukan jumlah benda yang bernilai pecahan.
4. Kegiatan inti (40 menit). Guru menjelaskan operasi penjumlahan pada pecahan yang berpenyebut sama dengan menggunakan batang pecahan. Guru melatih kemampuan siswa dengan memberikan latihan soal. Guru menjelaskan operasi penjumlahan pada pecahan yang berpenyebut beda dengan menggunakan batang pecahan. 3. Penutup (20 menit). Guru memberikan tugas siswa mengerjakan evaluasi 6. Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran. Media Media Karton batang pecahan. Evaluasi/ Penilaian Hasil Belajar.
Soal tertulis
: Evaluasi 6.
Pertemuan ke-7 (2 x 35 menit) Pendekatan/ metode : Ceramah, kelompok, penugasan. Kegiatan Pembelajaran. 1. Pendahuluan (10 menit). Apersepsi
: Guru mereview kembali materi yang telah dipelajari kemarin.
2. Kegiatan inti (40 menit). Guru
mengulang
menjelaskan
tentang
operasi
penjumlahan
dengan
menggunakan batang pecahan. Guru menjelaskan tentang operasi penjumlahan pada pecahan yang berpenyebut beda dengan mencari KPK penyebutnya. Guru membentuk
kelompok dan memberikan tugas siswa melakukan
penjumlahan pecahan dan meminta siswa mengurutkan hasil dari masing-masing kelompok mulai dari yang terkecil sampai terbesar. 3. Penutup (20 menit). Guru memberikan tugas siswa mengerjakan Evaluasi 7. Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran. Media Media Karton batang pecahan., kartu pecahan. Evaluasi/ Penilaian Hasil Belajar. Soal tertulis
: Evaluasi 7.
Indikator. Melakukan operasi pengurangan berbagai bentuk pecahan berpenyebut sama. Melakukan operasi pengurangan berbagai bentuk pecahan berpenyebut beda. Melakukan operasi hitung campuran berbagai bentuk pecahan berpenyebut beda. Pertemuan ke-8 (2 x 35 menit)
Pendekatan/ metode : Ceramah, demonstrasi, penugasan Kegiatan Pembelajaran. 1. Pendahuluan (10 menit). Apersepsi
: Guru mengulang kembali materi yang telah dipelajari kemarin.
Motivasi
: Agar siswa mengerti bagaimana menentukan jumlah benda yang bernilai pecahan.
2. Kegiatan inti (40 menit). Guru Guru menjelaskan operasi penguragan pada pecahan yang berpenyebut sama dengan menggunakan batang pecahan. Guru melatih kemampuan siswa dengan memberikan latihan soal. Guru menjelaskan operasi pengurangan pada pecahan yang berpenyebut beda dengan menggunakan batang pecahan. 3. Penutup (20 menit). Guru memberikan tugas siswa mengerjakan evaluasi 8. Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran. Media Media Karton batang pecahan. Evaluasi/ Penilaian Hasil Belajar. Soal tertulis
: Evaluasi 8.
Pertemuan ke-9 (2 x 35 menit) Pendekatan/ metode : Ceramah, kelompok, penugasan. Kegiatan Pembelajaran. 1. Pendahuluan (10 menit). Apersepsi
: Guru mereview kembali materi yang telah dipelajari kemarin.
2. Kegiatan inti (40 menit). Guru menjelaskan tentang operasi pengurangan pada pecahan yang berpenyebut beda dengan mencari KPK penyebutnya.
Guru menjelaskan operasi hitung campuran pada pecahan yang berpenyebut beda. Guru membentuk kelompok dan memberikan tugas siswa menyelesaikan operasi hitung campuran pecahan yang ada pada kartu pecahan. 3. Penutup (20 menit). Guru memberikan tugas siswa mengerjakan Evaluasi 9. Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran. Media Media Karton batang pecahan., kartu pecahan. Evaluasi/ Penilaian Hasil Belajar. Soal tertulis
: Evaluasi 9.
Jakarta,
Januari 2010
Guru Mata Pelajaran
Siti Chodijah
LEMBAR KERJA SISWA 1
NAMA
:
KELAS
:
HARI/TANGGAL :
Selesaikanlah! 1. Ada
1 kotak
berisi
manik-manik.
Beberapa
siswa
masing-masing
mengambil sejumlah manik-manik sebanyak yang mereka inginkan. Kemudian tentukanlah persentasenya! No
Nama siswa
Jumlah manik yang diambil
Persentase
Persentase manik yang tersisa
1. 2. 3.
2. a.
jika
ada
39
kotak
yang
diarsir,
tentukan berapa persentasenya!
b.
jika ada 57 kotak yang diarsir, tentukan berapa pesentasenya!
3. Dari 100 kotak tentukan berapa banyak kotak yang harus diarsir jika! a. ada 10% kotak yang diarsir b. ada 5 % kotak yang diarsir c. ada 25% kotak yang diarsir 4. Ada 3 kotak berisi sejumlah manik dan 3 orang siswa mengambil sejumlah manik-manik dari masing-masing kotak tersebut. Tentukan berapa manikmanik yang diambil!
Kotak
Jumlah manik
1
80 manik
2
50 manik
3
20 manik
Banyak manik yang diambil
5. Tentukan persentase dari kotak yang diarsir! a. Dari 70 kotak, ada 42 kotak yang diarsir. b. Dari 40 kotak, ada 30 kotak yang diarsir. c. Dari 90 kotak, ada 18 kotak yang diarsir.
Persentase Persentase
manik yang tersisa
6. Tentukan berapa banyak kotak yang diarsir jika, a. Dari 60 kotak ada 35% kotak yang diarsir. b. Dari 50 kotak ada 40% kotak yang diarsir. c. Dari 40 kotak ada 25% koyak yang diarsir.
Kelengkapan
Kerapihan
Ketelitian
LEMBAR KERJA SISWA 2
NAMA
:
KELAS
:
HARI/TANGGAL :
Selesaikanlah! 1. Dalam 1 kotak ada 20 butir kelereng berwarna abu-abu, biru, hijau dan coklat, 2 orang siswa masing-masing mengambil kelereng sesuai dengan warna yang mereka sukai. Tentukanlah persentase kelereng yang mereka ambil! a. siswa 1 = warna kelereng = jumlah kelereng = persentase =
cara II
Kelereng yang diambil = . . . . . . .% Jumlah kelereng .......=....... ....... 100 =.......X....... ....... =.......
b. siswa 2= warna kelereng = jumlah kelereng = persentase =
cara II
Kelereng yang diambil = . . . . . . .% Jumlah kelereng .......=....... ....... 100 =.......X....... ....... =.......
2. Guru matematika dan siswa kelas 5 yang berjumlah 34 siswa sedang mengadakan pemilihan pengurus kelas. Ada 2 orang siswa yang akan dicalonkan menjadi ketua kelas. Hitunglah jumlah suara yang diperoleh dan tentukan persentasenya! No 1. 2.
Nama siswa
Suara yang diperoleh
Jumlah suara
Persentase
3. Dari 40 butir manik ada 30% manik berwarna hijau. Hitunglah berapa jumlah manik yang berwarna hijau itu! Manik berwarna hijau = . . . . . . .% Jumlah semua manik .......=....... ....... 100 =.......X....... ....... =.......
4. Sebuah lingkaran dipotong menjadi 8 bagian, 37,5% dari lingkaran itu berwarna merah, dan sisanya berwarna biru. Hitunglah berapa banyak bagian yang berwarna merah dan berapa banyak bagian yang berwarna biru!
Bagian berwarna merah = . . . . . . .% Jumlah bagian lingkaran .......=....... ....... 100 =.......X....... ....... =.......
Bagian yang berwarna biru = . . . . . .% - . . . . . . % = . . . . . . % . . . . bagian - . . . . bagian = . . . .bagian
5. Nabila membeli buku tulis dikoperasi sekolah, harga buku tulis itu
Rp.
4500. Nabila mendapatkan potongan harga (diskon) sebesar 20%. Berapa harga buku itu setelah mendapatkan diskon? Besarnya potongan harga (diskon) Potongan harga = . . . . . . .% Harga sebenarnya Rp. . . . . . . . = . . . . . . . Rp. . . . . . . . 100 = Rp. . . . . . . . X . . . . . . . Rp. . . . . . . . = Rp. . . . . . . .
Harga buku setelah mendapatkan diskon =................-............... = Rp. . . . . . . . . – Rp. . . . . . . . . . = Rp. . . . . . . . . .
Kelengkapan
Kerapihan
Ketelitian
LEMBAR KERJA SISWA 3
NAMA
:
KELAS
:
HARI/TANGGAL :
Selesaikanlah soal dibawah ini! Diagram lingkaran berikut menunjukan persentase mata pelajaran yang disukai siswa kelas 5 SDI RUHAMA. Perhatikan diagram tersebut, kemudian lengkapilah tabel dibawahnya!
Bhs. Indonesia 45%
Bhs.inggris Mtk 35%
No
Mata pelajaran
Pernyataan dalam
Pernyataan dalam
Pernyataan dalam
persen
pecahan
desimal
1.
Matematika
...
...
...
2.
Bahasa Indonesia
...
...
...
3.
Bahasa Inggris
...
...
...
Lengkapilah tabel dibawah ini! Pernyataan dalam
Pernyataan dalam
Pernyataan dalam
desimal
pecahan
persen
1.
0,15
...
...
2.
0,7
...
...
3.
3,2
...
...
4.
2,45
...
...
No
Nyatakan dalam bentuk desimal a. ½ = . . .
b.
¾=...
c. 3/5 = . . .
Nyatakan dalam bentuk persen a. 0,35 = . .
b. 0,6 =
c. 1,25
Nyatakan dalam bentuk pecahan yang paling sederhana a. 16% = . . .
b. 28% =
c. 50% =
LEMBAR KERJA SISWA 4
NAMA
:
KELAS
:
HARI/TANGGAL : Selesaikanlah soal dibawah ini! Dengan menggunakan batang pecahan, isilah titik-titik dengan tanda
›, ‹
atau = ! a. 2/3 . . . . 1/4 b. 2/5 . . . . 1/2 c. 7/8 . . . . 3/4 d. 3/6 . . . . 1/2 TUGAS KELOMPOK Diskusikan dengan teman kelompok ! Susunlah kertas pecahan berikut secara berurutan dari yang terkecil! 1. 1/3, 3/4, 3/5, 3/12, 1/6 2. 1/2, 1/3, 1/4, 1/5, 1/6 3. 1/4, 3/4, 1/2, 4/5, 2/3 4. 3/4, 1/8, 3/16, 1/2, 3/8 5. 4/5, 7/10, 8/9, 7/8, 1/2 Kelengkapan
Kerapihan
Ketelitian
LEMBAR KERJA SISWA 5
NAMA
:
KELAS
:
HARI/TANGGAL :
Selesaikan penjumlahan pecahan berikut ini! 1. 1/3 + 3/4 =
Dengan mencari KPK kedua penyebut, selesaikanlah penjumlahan berikut ini! 2. 2/3 + 1/5 =
penyebut kedua pecahan adalah 3 dan 5
Kelipatan persekutuan terkecik (KPK) 3 dan 5 3= 5=
3. 1/6 + 3/7 =
penyebut kedua pecahan adalah 6 dan 7
Kelipatan persekutuan terkecik (KPK) 6 dan 7. 6= 7=
Kelengkapan
Kerapihan
Ketelitian
LEMBAR KERJA SISWA 6
NAMA
:
KELAS
:
HARI/TANGGAL :
Selesaikan penjumlahan pecahan berikut ini! Dengan mencari KPK kedua penyebut, selesaikanlah penjumlahan berikut ini! 1. 3/20 + 4/5 =
penyebut kedua pecahan adalah 20 dan 5
Kelipatan persekutuan terkecik (KPK) 20 dan 5 20 = 5 =
4. 9/10 + 3/15 =
penyebut kedua pecahan adalah 10 dan 15
Kelipatan persekutuan terkecik (KPK) 10 dan 15. 10 = 15 =
5. 2 ¾ + 1/5 =
penyebut kedua pecahan adalah 4 dan 5
Kelipatan persekutuan terkecik (KPK) 4 dan 5 4= 5=
6. 4 2/3 + 6 2/7 =
penyebut kedua pecahan adalah 3 dan 7.
Kelipatan persekutuan terkecil (KPK) 3 dan 7 3= 7=
Kelengkapan
Kerapihan
Ketelitian
LEMBAR KERJA SISWA 7 NAMA KELAS HARI / TANGGAL :
: :
Selesaikanlah pengurangan pecahan berikut ini! Dengan mencari KPK kedua penyebut, selesaikanlah pengurangan berikut ini ! 1.
KPK 5 dan 2 5 = 2 =
2.
KPK 8 dan 6 8 = 6 =
3.
KPK 7 dan 5 7 = 5 =
4.
KPK 2 dan 6 2 = 6 =
5.
KPK 3 dan 6 3 = 6 =
Nilai
Paraf Guru
Paraf Orang Tua
LEMBAR KERJA SISWA 8 NAMA KELAS HARI / TANGGAL :
: :
Selesaikanlah pengurangan pecahan berikut ini! Dengan mencari KPK kedua penyebut, selesaikanlah pengurangan berikut ini ! 6.
7. =
8.
KPK 5, 3 dan 4 adalah 5= 3= 4=
9.
KPK dari 10, 2 dan 5 adalah
10.
11. =(2 + 1 – 1) + KPK dari 9, 6 dan 2 adalah
Nilai
Paraf Guru
Paraf Orang Tua
EVALUASI SISWA 1
NAMA
:
KELAS
:
HARI / TANGGAL :
Selesaikanlah latihan berikut ini! 1. Ayah membeli 1 peti telur yang berisi 60 butir telur. Setelah dihitung ternyata ada 21 butir telur pecah. Tentukanlah berapa prosentase telur yang pecah! 2. Nadia mempunyai 80 buah koleksi buku bacaan, 10% buku komik, 15% majalah, 40% buku pelajaran dan 35% buku dongeng. Hitunglah berapa banyak masing-masing buku bacaan Nadia!
JAWABAN
Nilai
Paraf Guru
Paraf Orang Tua
EVALUASI SISWA 2
NAMA
:
KELAS
:
HARI/TANGGAL :
Selesaikanlah latihan berikut ini! 1. Ibu mempunyai tepung terigu seberat 40 kg. Hari senin ibu menggunakan 6 kg untuk membuat roti, dan hari selasa ibu mengambil 9 kg. Hitunglah berapa kg teopung terigu yang tersisa dan tentukan persentasenya! Tepung terigu yang sudah ibu gunakan = . . . . kg + . . . . kg = . . . . kg Sisa tepung terigu ibu = . . . . .kg - . . . . .kg = . . . . .kg
Sisa tepung terigu Total berat tepung terigu ..... =..... ..... 100 =.....X..... ..... =.....
= . . . . .%
2. Satu bulan yang lalu uang tabungan Bana sebesar Rp. 60.000, karena Bana selalu menyisihkan uang jajannya untuk ditabung, uang tabungan Bana sekarang bertambah 40%. Hitunglah berapa uang tabungan Banasekarang! Besarnya uang Bana yang bertambah Uang Bana yang bertambah = . . . . . . .% Uang tabungan Bana mula-mula Rp. . . . . . . . = . . . . . . . Rp. . . . . . . .
100
= Rp. . . . . . . . X . . . . . . . Rp. . . . . . . . = Rp. . . . . . . .
Uang tabungan Bana sekarang = Rp. . . . . . . . . + Rp. . . . . . . . . . = Rp. . . . . . . . . .
Nilai
Paraf Guru
Paraf Orang Tua
EVALUASI SISWA 3
NAMA
:
KELAS
:
HARI/TANGGAL :
Selesaikanlah latihan berikut ini! Pernyataan dalam
Pernyataan dalam
Pernyataan dalam
persen
pecahan
desimal
15%
...
...
45%
...
...
37%
...
...
Pernyataan dalam
Pernyataan dalam
Pernyataan dalam
desimal
pecahan
persen
0.25
...
...
1.14
...
...
0.5
...
...
EVALUASI SISWA 4
NAMA
:
KELAS
:
HARI/TANGGAL :
Selesaikanlah latihan berikut ini! 1. Ibu mempunyai jus jeruk, 2/5 liter diberikan kepada Andika dan ¼ liter diberikan kepada Kiki. Siapakan yang mendapatkan jus jeruk paling sedikit?
Nilai
Paraf Guru
Paraf Orang Tua
EVALUASI SISWA 5
NAMA
:
KELAS
:
HARI/TANGGAL :
Selesaikanlah latihan berikut ini! 1. Ibu membeli 3/4
liter minyak goreng, kemudian ibu membeli lagi
sebanyak 1/6 liter minyak goreng. Berapa jumlah minyak goreng yang ibu beli!
Jawaban:
Nilai
Paraf Guru
Paraf Orang Tua
EVALUASI SISWA 6
NAMA
:
KELAS
:
HARI/TANGGAL :
Selesaikanlah latihan berikut ini! 1.
½+1¾= Jawaban:
2. ibu mempunyai sebatang coklat yang dibagikan kepada
Vanesa, dan
Shifa. Vanesa mendapatkan 1/5 bagian, Shifa 1/3 bagian. Berapakan jumlah coklat yang diterima Vanesa dan Shifa? Jawaban:
Nilai
Paraf Guru
Paraf Orang Tua
EVALUASI SISWA 7
NAMA
:
KELAS
:
HARI/TANGGAL :
Selesaikanlah latihan berikut ini! 1. Angga mempunyai 4/7 bagian kue keju kemudian kue itu diberikan kepada Zakky sebanyak 3/8 bagian. Berapa kue Angga yang tersisa?
Nilai
Paraf Guru
Paraf Orang Tua
EVALUASI SISWA 8
NAMA
:
KELAS
:
HARI/TANGGAL :
Selesaikanlah latihan berikut ini! 1. 7/9 + 5/6 – ½ =
2. Ali mempunyai 2/3 tali dan Iqbal mempunyai ¼ tali, tali Ali dan Iqbal digabungkan menjadi satu kemudian diberikan kepada Kiki sebanyak 5/6 bagian. Berapa tali yang tersisa?
Nilai
Paraf Guru
Paraf Orang Tua
KISI-KISI INSTRUMEN TES SIKLUS I
POKOK MATERI : Waktu ALOKASI WAKTU : 60 menit BENTUK SOAL
: Uraian
No 1.
Indikator
Kompetensi C1
Menentukan jumlah benda yang diambil jika 3
Jumlah
1
2
persentase dan jumlah total benda diketahui. 3.
C3
Menentukan persentase sederhana dari banyak barang tertentu.
2.
C2
5
2
Mengubah persen kedalam pecahan biasa atau desimal, atau megubah desimal kedalam pecahan
2
1
atau persen 4.
Membandingkan 2 jenis pecahan yang tak sejenis. Jumlah
4
1 6
TES SIKLUS 1
NAMA
:
KELAS
:
HARI/ TANGGAL : WAKTU
: 60 menit.
Isilah titik-titik dibawah ini! 1. Isilah titik-titik dibawah ini! a. 4/5 = . . . . (rubah dalam bentuk desimal) b. 2,45 = . . . . . . (rubah dalam bentuk persen). 2. Pak Arsyad mempunyai 1 keranjang jambu air, kemudian Pak Arsyad memberikan kepada 3 orang tetangganya, 25 buah untuk Pak Rusdi, 10 buah untuk Pak Yanto dan 15 buah untuk Pak Candra. Hitung berapa persen jambu air yang diterima Pak Yanto! 3. Nabila pergi ke toko buku untuk membeli pensil warna dan buku gambar. Jika harga pensil warna Rp. 15.000 dengan diskon 20%, sedangkan harga buku gambar Rp.10.000 dengan diskon 40%. Berapakah total uang yang harus dibayar Nabila untuk membeli buku gambar dan pensil warna? 4. Andi dan Kamal lari pagi bersama-sama, mereka membawa botol air minum masing-masing. Ketika Andi dan Kamal merasa haus mereka minum air yang mereka bawa. Sisa air dibotol minum Andi 7/10 bagian dan sisa air minum dibotol Kamal ¾ bagian. Siapakah yang memiliki sisa air minum lebih banyak?
5. Pada bulan November perpustakaan SDI RUHAMA memiliki 60 buah koleksi buku bacaan. Dan pada bulan Desember jumlah buku tersebut bertambah sebanyak 40%. Berapa banyak jumlah buku bacaan yang dimiliki perpustakaan sekarang?
KISI-KISI INSTRUMEN TES SIKLUS 2
POKOK MATERI : Waktu ALOKASI WAKTU : 45 menit BENTUK SOAL No 1.
: Uraian Indikator
Melakukan operasi penjumlahan berbagai bentuk pecahan berpenyebut beda.
2.
Kompetensi C1
C2
1
2
3
Melakukan operasi hitung campuran berbagai bentuk pecahan berpenyebut beda. Jumlah
4
Jumlah
2
Melakukan operasi pengurangan berbagai bentuk pecahan berpenyebut beda.
3.
C3
1
1 4
TES SIKLUS 2
NAMA
:
KELAS
:
HARI/ TANGGAL : WAKTU
: 45 menit.
Isilah titik-titik dibawah ini! 1. Rahma mempunyai 2 pita, masing-masing
1 2 meter dan meter. Jika 3 5
pita tersebut digabungkan, berapa meter panjang pita Rahma? Jawab
1 4
3 5
2. Ibu membeli gula 1 kg, terigu 2 kg dan mentega berat seluruh belanjaan ibu? Jawab
1 kg. Berapa kg 3
3. Ryan menyelesaikan suatu pekerjaan selama tiga hari. Pada hari pertama dapat diselesaikan
3 1 bagian pekerjaan, hari kedua bagian pekerjaan, 4 5
berapa bagiankah pekerjaan yang harus diselesaikan pada hari ketiga? Jawab
4. Andika mempunyai
5 2 liter susu kemudian diminum sebanyak liter, 6 3
setelah itu Andika menambahkan lagi sebanyak
1 liter. Berapa liter susu 4
Andika sekarang? Jawab
nilai
paraf
Lampiran 5
LEMBAR OBSERVASI KEGIATAN BELAJAR SISWA Pertemuan ke- : Hari/ tanggal : Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang menurut anda sesuai.
Nama siswa
N o
Aspek yang dinilai
1.
Memperhatikan penjelasan guru
2.
Bertanya pada guru
3
Menjawab pertanyaan guru
4.
Mencatat pelajaran
5.
Mengerjakan tugas yang diberikan guru
6.
Berusaha mengerjakan tugas sendiri.
7.
Mengerjakan soal didepan kelas. Terlibat aktif dalam kegiatan belajar
8.
Jumlah 1
dikelas.
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Lampiran 10
Lembar Pedoman Wawancara Dengan Guru
Tahap
: Penelitian Pendahuluan
Hari/ tanggal
:
Tujuan wawancara
: Untuk mengetahui sikap belajar siswa dan minat siswa dalam belajar matematika dan permasalahan yang dihadapi siswa dalam belajar matematika.
Daftar pertanyaan: 1. Bagaimana minat siswa terhadap pelajaran matematika ? 2. Bagaimana tingkat kemampuan matematika siswa dikelas V? 3. Apa saja kesulitan yang siswa hadapi dalam belajar matematika? 4. Metode pembelajaran apa saja yang sudah bapak gunakan dalam mengajar matematika? 5. Apakah siswa memperhatikan dan mendengarkan penjelasan materi pelajaran yang bapak sampaikan? 6. Bagaimana respon siswa ketika bapak mengajukan pertanyaan ataupun memberikan soal? 7. Apakah siswa bertanya tentang materi pelajaran yang bapak sampaikan? 8. Apakah siswa selalu mengerjakan tugas yang bapak berikan dengan baik? 9. Apakah bapak sering memberikan reward kepada siswa yang berhasil mengerjakan tugas dengan baik? Apa saja reward yang bapak berikan dan bagaimana respon mereka? 10. Apakah bapak sering memberikan hukuman kepada siswa yang tidak mematuhi perintah yang anda berikan? Apa saja hukuman yang anda berikan dan bagaimana respon mereka?
Lampiran 11
Lembar Pedoman Wawancara Dengan Siswa
Tahap
: Penelitian pendahuluan
Hari/ Tanggal
:
Tujuan wawancara
: Untuk mengetahui sikap dan minat siswa terhadap pelajaran matematika.
Daftar pertanyaan: 1. Apakah adik-adik menyukai pelajaran matematika? 2. Mengapa adik-adik suka/ tidak menyukai pelajaran matematika? 3. Apakah adik-adik pernah merasa bosan ketika belajar matematika? 4. Pada saat pelajaran matematika apa saja yang adik-adik lakukan? 5. Apakah adik-adik mendengarkan dan memperhatika penjelasan guru? 6. Apakah adik-adik bertanya pada guru jika ada pelajaran yang tidak dimengerti? 7. Apabila guru memberikan pertanyaan, apakah adik-adik menjawabnya? 8. Apakah adik-adik mengerjakan setiap tugas yang diberikan guru? 9. Berapa nilai matematika yang sering adik-adik peroleh?
Tahap
: Akhir siklus I dan II
Hari/ Tanggal
:
Tujuan wawancara
: Untuk mengetahui sikap dan minat siswa dalam belajar pelajaran matematika.
Daftar pertanyaan: 1. Apakah adik-adik menyukai pelajaran matematika dengan alat peraga ataupun permainan? 2. Apabila guru menjelaskan pelajaran, apakah adik-adik memperhatikan dan mendengarkan? 3. Apabila diminta menyelesaikan soal didepan kelas, apakah adik-adik bersedia menyelesaikannya? 4. Apakah adik-adik bertanya pada guru jika ada pelajaran yang tidak dimengerti? 5. Apakah setiap tugas yang diberikan oleh guru selalu adik-adik kerjakan dengan baik? 6. Apakah adik-adik selalu mencatat pelajaran matematika? Dan apa tanggapan adikadik tentang LKS yang selalu diberikan setiap pertumuan? 7. Apakah adik-adik senang dengan reward yang diberikan?
Lampiran 12
KISI-KISI ANGKET KEPERCAYAAN DIRI SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA SEBELUM UJI VALIDITAS
DIMENSI 2. percaya pada
INDIKATOR a. yakin
ITEM FAVORABLE UNFAVORABLE
JUMLAH
pada
diri sendiri.
1, 7, 15
8, 16, 19, 23
7
5, 12, 24
9, 25
5
4
2
10, 17, 22
2, 6, 11
6
14
21
2
3, 26
13, 18
4
kemampu an
diri b. Tidak putus
sendiri.
3. mandiri.
asa.
d. Tidak bergantung pada
orang 20
lain.
e. Bertanggung jawab f. Ingin berprestasi tinggi 4. memiliki
b. Berani
keberanian
mengungkap
untuk
kan
bertindak.
pendapat
JUMLAH
13
13
26
Lampiran 13
LEMBAR ANGKET KEPERCAYAAN DIRI SISWA
Nama
:
Kelas : Petunjuk pengisian. 1. Jawablah pernyataan dibawah ini dengan baik dan jujur sesuai dengan yang kamu alami dan rasakan dalam belajar matematika. 2. Berikan tanda ceklis (√) pada gambar yang kamu anggap paling sesuai dengan pendapatmu.
pilih gambar ini jika kamu setuju dengan pernyataan tersebut.
pilih gambar ini jika kamu tidak setuju dengan pernyataan
tersebut.
NO
PERTANYAAN
1.
Saya tidak pernah mancontek ketika ujian.
2.
Saya ngobrol dengan teman ketika guru sedang menjelaskan pelajaran.
3.
Bila guru mengajukan pertanyaan saya berusaha menjawab.
Ya
TIDAK
NO 4.
PERTANYAAN
Ya
TIDAK
Saya banyak bertanya pada guru ketika
mengerjakan soal latihan. 5.
Saya
bersemangat
belajar
matematika
sambil bermain. 6.
Saya sering tidak mengumpulkan latihan soal.
7.
Bila disuruh mengerjakan soal didepan kelas, saya mampu mengerjakannya.
8.
Ketika ujian saya sering melihat jawaban teman.
9.
Saya malas mengerjakan soal matematika yang sulit.
10.
Saya selalu memperhatikan guru ketika sedang menjelaskan pelajaran matematika.
11.
Saya sering tidak mencatat pelajaran matematika.
12.
Saya tetap semangat belajar matematika meskipun materi yang dipelajari sulit.
13.
Saya tidak pernah menjawab pertanyaan guru karena takut salah.
14.
Bila nilai matematika saya rendah saya akan lebih giat belajar.
15.
Alat
peraga
membuat
pelajaran
NO
PERTANYAAN
Ya
TIDAK
matematika lebih mudah dimengerti. 16.
Saya malas mengerjakan soal didepan kelas karena takut salah.
17.
Saya
selalu
mengerjakan
soal
dan
mengumpulkannya tepat waktu. 18.
Saya malu bertanya pada guru bila ada pelajaran matematika yang saya tidak mengerti.
19.
Bila tidak dipuji guru saya tidak semangat belajar matematika.
20.
Saya berusaha mengerjakan sendiri soal matematika yang diberikan guru.
21.
Saya
sudah
puas
mendapat
nilai
matematika 6. 22.
Saya
selalu
mencatat
pelajaran
matematika. 23.
Saya cepat bosan belajar matematika dengan alat peraga.
24.
Soal
yang
sulit
membuat
saya
lebih
semangat belajar matematika. 25.
Materi yang sulit membuat saya pusing belajar matematika.
NO 26.
PERTANYAAN Bila
saya
tidak
mengerti
Ya pelajaran
matematika, saya langsung bertanya pada guru.
TIDAK
DIMENSI 3. percaya kemampuan
ITEM FAVORABLE UNFAVORABLE
INDIKATOR pada a. yakin diri
pada
JUMLAH
diri
sendiri.
1, 8, 13
7, 18, 19
6
16
6, 14
2
-
12
1
17
2, 5, 10
5
4
9
2
3, 20
11, 15
4
sendiri. b. Tidak putus asa.
4. mandiri.
g. Tidak
bergantung
pada orang lain.
h. Bertanggung jawab
i. Ingin berprestasi tinggi 5. memiliki
c. Berani
keberanian untuk
mengungkapkan
bertindak.
pendapat
JUMLAH
8
12
20
LEMBAR ANGKET KEPERCAYAAN DIRI SISWA
Nama
:
Kelas
:
Petunjuk pengisian. 3. Jawablah pernyataan dibawah ini dengan baik dan jujur sesuai dengan yang kamu alami dan rasakan dalam belajar matematika. 4. Berikan tanda ceklis (√) pada gambar yang kamu anggap paling sesuai dengan pendapatmu.
pilih gambar ini jika kamu setuju dengan pernyataan tersebut.
pilih gambar ini jika kamu tidak setuju dengan pernyataan
tersebut.
NO
PERTANYAAN
1.
Saya tidak pernah mancontek ketika ujian.
2.
Saya ngobrol dengan teman ketika guru sedang menjelaskan pelajaran.
3.
Bila guru mengajukan pertanyaan saya berusaha menjawab.
Ya
TIDAK
NO 4.
PERTANYAAN
Ya
TIDAK
Bila nilai matematika saya rendah saya
akan lebih giat belajar. 5
Saya sering tidak mengumpulkan latihan soal.
6.
Saya malas mengerjakan soal matematika yang sulit.
7.
Ketika ujian saya sering melihat jawaban teman.
8.
Bila disuruh mengerjakan soal didepan kelas, saya mampu mengerjakannya.
9.
Saya
sudah
puas
mendapat
nilai
matematika 6. 10.
Saya sering tidak mencatat pelajaran matematika.
11.
Saya tidak pernah menjawab pertanyaan guru karena takut salah.
12.
Saya banyak bertanya pada guru ketika mengerjakan soal latihan.
13.
Alat
peraga
membuat
pelajaran
matematika lebih mudah dimengerti. 14.
Materi yang sulit membuat saya pusing belajar matematika.
15.
Saya malu bertanya pada guru bila ada
NO
PERTANYAAN
Ya
TIDAK
pelajaran matematika yang saya tidak mengerti. 16.
Soal yang sulit membuat saya semangat belajar matematika.
17.
Saya
selalu
mencatat
pelajaran
matematika. 18.
Saya cepat bosan belajar matematika dengan alat peraga.
19.
Saya malas mengerjakan soal didepan kelas karena takut salah.
20.
Bila
saya
tidak
mengerti
pelajaran
matematika, saya langsung bertanya pada guru.
Lampiran 8 DAFTAR NILAI TES EVALUASI, SIKLUS I DAN II
No
Kode Siswa
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34.
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 S21 S22 S23 S24 S25 S26 S27 S28 S29 S30 S31 S32 S33 S34
1 100 80 60 80 80 0 20 100 100 100 100 0 100 100 0 100 100 100 100 100 100 20 0 40 60 80 20 0 0 0 0 60 40 20
Tingkat penguasaan tertinggi Tingkat penguasaan terendah Rata-rata tingkat penguasaan
2 100 100 100 100 100 0 100 100 100 100 100 0 100 100 0 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 0 0 100 100 100 100
3 100 100 100 100 100 100 92 100 100 100 100 0 0 100 100 100 100 100 100 100 100 100 75 92 0 67 75 83 67 75 75 100 92 0
Nilai Tes Evaluasi Pertemuan Ke4 5 100 100 100 75 100 100 100 100 100 100 100 75 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 0 100 100 100 100 100 0 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 0 85 100 100 100 100 100 100 100 75 100 100 100 100 50 0 100 60 100 60 75 100 100 100 0 100
6 90 100 100 100 90 100 50 90 100 100 0 100 90 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 0 30 100 100 100 10 100 80 70 100 0
7 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 0 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 0 100 100 100 0 100 100 100 100 0
8 100 60 80 0 0 80 30 100 80 80 100 100 55 30 0 80 0 0 100 100 80 100 50 80 0 100 60 80 0 80 50 0 30 0
Nilai Tes Akhir Siklus I II 80 95 70 70 50 100 60 85 50 85 60 100 30 60 60 95 100 100 80 95 80 100 40 100 70 85 70 80 50 60 80 100 50 85 80 80 0 75 80 95 90 95 70 80 50 70 60 80 60 75 40 80 70 100 50 70 30 50 70 80 50 70 50 80 40 100 40 60 100 30 60.91
100 50 83.38
Lampiran 15 Perhitungan Reliabilitas Angket Kepercayaan Diri Belajar Matematika Siswa
Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 Jumlah
1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 14
2 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 13
3 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 10
4 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 15
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 26
7 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 9
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 25
9 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 13
11 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 25
Pernyataan 13 14 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 14 25
15 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 26
16 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 13
18 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 15
21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 23
22 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 28
23 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 15
24 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 13
25 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 15
26 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 18
p
0.4242
0.3939
0.3030
0.4545
0.7879
0.2727
0.7576
0.3939
0.7576
0.4242
0.7576
0.7879
0.3939
0.4545
0.6970
0.8485
0.4545
0.3939
0.4545
0.5455
q
0.5758
0.6061
0.6970
0.5455
0.2121
0.7273
0.2424
0.6061
0.2424
0.5758
0.2424
0.2121
0.6061
0.5455
0.3030
0.1515
0.5455
0.6061
0.5455
0.4545
(St)
19.8200
(Rii)
0.8233
Xt
(Xt)2
15
225
9
81
20
400
10
100
13
169
15
225
12
144
16
256
18
324
7
49
17
289
16
256
8
64
7
49
17
289
5
25
6
36
15
225
14
196
6
36
13
169
8
64
12
144
8
64
12
144
6
36
5
25
13
169
8
64
5
25
5
25
9
81
5
25
355
4473
Lampiran 19
Perhitungan Skor Akhir Kepercayaan Diri Belajar Matematika Siswa Dimensi 1 Siswa S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 S21 S22 S23 S24 S25 S26 S27 S28 S29 S30 S31 S32 S33 S34
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Indikator 1 8 13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 81.86%
18 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1
19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1
6 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1
Indikator 2 14 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 67.65%
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1
Indikator 1 12 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 67.65%
2 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
Dimensi 2 Indikator 2 5 10 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 79.41%
17 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
Indikator 3 4 9 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 75.00%
3 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1
Dimensi 3 Indikator 1 11 15 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 80.15%
20 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 75.29%
Perhitungan Validitas Angket Kepercayaan Diri Belajar Matematika Siswa
Pernyataan Siswa
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Xt
(Xt)2
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
0
18
324
2
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
0
0
0
16
256
3
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
24
576
4
0
0
0
1
0
1
0
1
0
1
1
1
0
1
0
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
0
14
196
5
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
18
324
6
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
21
441
7
0
0
1
0
0
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
17
289
8
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
21
441
9
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
23
529
10
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
0
0
1
11
121
11
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
18
324
12
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
21
441
13
0
0
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
0
1
1
0
1
0
0
0
0
13
169
14
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
11
121
15
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
0
1
18
324
16
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
1
0
0
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
10
100
17
0
0
0
0
1
0
0
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
1
1
0
0
1
0
0
0
1
10
100
18
0
0
1
0
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
18
324
19
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
1
17
289
20
0
0
0
1
1
1
0
0
0
1
1
1
0
1
0
0
1
0
1
0
1
1
0
0
0
0
11
121
21
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
16
256
22
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
0
0
1
1
1
0
0
0
1
1
0
0
1
0
10
100
23
1
1
0
0
0
1
0
1
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
0
0
1
0
1
0
1
15
225
24
0
1
0
0
1
0
0
1
0
1
1
1
0
1
0
0
1
0
0
0
0
1
1
1
0
1
12
144
25
0
1
0
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
17
289
26
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
7
49
27
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
1
0
0
1
0
0
8
64
28
1
0
1
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
0
0
0
15
225
29
0
1
0
0
1
1
0
0
0
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
0
1
0
13
169
30
0
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
8
64
31
1
0
0
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
1
1
0
1
0
0
1
0
10
100
32
0
0
1
0
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
15
225
33
1
0
0
1
1
0
0
1
0
1
0
0
0
0
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
8
64
Jumlah
14
13
10
14
18
26
11
25
12
20
25
23
14
25
26
13
29
15
27
14
23
28
14
13
15
17
484
7784
p
0.424
0.394
0.303
0.424
0.545
0.788
0.333
0.758
0.364
0.606
0.758
0.697
0.424
0.758
0.788
0.394
0.879
0.455
0.818
0.424
0.697
0.848
0.424
0.394
0.455
0.515
q
0.576
0.606
0.697
0.576
0.455
0.212
0.667
0.242
0.636
0.394
0.242
0.303
0.576
0.242
0.212
0.606
0.121
0.545
0.182
0.576
0.303
0.152
0.576
0.606
0.545
0.485
Mp
17.64
17.62
18.3
16.64
12.67
15.81
17.82
15.92
18.08
15.6
15.64
15.61
17.36
15.56
15.69
17.15
14.76
16.53
15.37
16.36
16.09
15.5
17.14
16.62
16.73
16.29
Mt
14.67
14.67
14.67
14.67
14.67
14.67
14.67
14.67
14.67
14.67
14.67
14.67
14.67
14.67
14.67
14.67
14.67
14.67
14.67
14.67
14.67
14.67
14.67
14.67
14.67
14.67
Sdt
4.557
r bis
0.561
0.522
0.526
0.372 -0.481 0.483
0.489
0.486
0.567
0.254
0.378
0.313
0.507
0.347
0.434
0.44
0.054
0.374
0.328
0.318
0.473
0.433
0.466
0.345
0.414
0.368
val
val
val
val
val
tidak
val
tidak
val
val
val
val
tidak
val
tidak
tidak
val
val
val
val
val
val
rt: 5% = 0,344val
val
tidak
val