PERENCANAAN ULANG TAMAN ADE IRMA SURYANI NASUTION SEBAGAI OBJEK REKREASI DI KOTA CIREBON
KUKUH AMALIYANTI
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
ii
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan Ulang Taman Ade Irma Suryani Nasution sebagai Objek Rekreasi di Kota Cirebon adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Mei 2015 Kukuh Amaliyanti NIM A44100054
iv
ABSTRAK KUKUH AMALIYANTI. Perencanaan Ulang Taman Ade Irma Suryani Nasution sebagai Objek Rekreasi Di Kota Cirebon. Dibimbing oleh AFRA DN MAKALEW. Kota Cirebon merupakan kota dengan luas lautan yang lebih banyak dibandingkan dengan luas daratannya. Sesuai dengan RTRW Kota Cirebon, beberapa titik pantai di Kota Cirebon dicanangkan untuk dijadikan sebagai kawasan wisata. Salah satunya adalah Taman Ade Irma Suryani Nasution (TAISN). Saat ini keadaannya sangat memprihatinkan karena kurangnya perhatian dari Pemerintah Kota Cirebon, oleh karena itu diperlukan perencanaan kembali tapak TAISN. Tahapan penelitian yang dilakukan mengacu pada tahapan penelitian dari Gold (1980) yang meliputi tahap persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, konsep dan perencanaan. Penelitian ini bertujuan untuk membuat suatu perencanaan di TAISN dengan melihat potensi dan kendala yang ada kemudian membuat konsep untuk mengembangkannya sebagai suatu tempat rekreasi pesisir. Analisis spasial dan deskriptif digunakan dalam menganalisis semua data. Dari hasil analisis didapatkan 3 zona kesesuaian yaitu; sesuai, cukup dan tidak sesuai untuk dikembangkan menjadi area rekreasi. Konsep dasar dari penelitian ini adalah mengembangkan TAISN dengan konsep rekreasi dan edukasi. Hasil akhir dari penelitian ini adalah gambar rencana tapak dari TAISN yang mencakup pembagian ruang, sirkulasi, aktifitas dan fasilitas serta ilustrasi. Kata Kunci : Kota Cirebon, Perencanaan, Rekreasi, Taman Ade Irma Suryani Nasution (TAISN) ABSTRACT KUKUH AMALIYANTI. Site Replanning of Ade Irma Suryani Nasution Park as Recreation Object in Cirebon City. Supervised by AFRA DN MAKALEW. Cirebon is a city which has ocean area larger than its land. According to local government’s plan (RTRW) some point of beach in Cirebon are supposed to be a tourism area. One of them is Ade Irma Suryani Nasution Park (TAISN). The existence of this park is very neglected due to the lack of local government and citizens maintainance as a tourism object in Cirebon. Therefore it is needed a recreation planning of TAISN. This study follows the stages of rekreation planning process by Gold (1980) which include preparation, analysis, synthesis, consept and planning process. Spatial and descriptive analysis were used to analyze data. The results found 3 zones which are suitable, suitable enough and not suitable to be developed into recreation area. Basic concept of this study is to develope recreation-education concept in TAISN which include of space, circulation, activity and fasility. As the final result of this study is recreation planning for tourism object of TAISN . Key Word: Cirebon City, Planning, Recreation, Ade Irma Suryani Nasution Park (TAISN)
v
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tujuan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
vi
vii
PERENCANAAN ULANG TAMAN ADE IRMA SURYANI NASUTION SEBAGAI OBJEK REKREASI DI KOTA CIREBON
KUKUH AMALIYANTI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015
viii
ix
Judul Skripsi : Perencanaan Ulang Taman Ade Irma Suryani Nasution sebagai Objek Rekreasi di Kota Cirebon Nama : Kukuh Amaliyanti NIM : A44100054
Disetujui oleh
Dr Ir Afra DN Makalew, M.Sc Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Bambang Sulistyantara, M.Agr Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
x
xi
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt. atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah perencanaan lanskap, dengan judul Perencanaan Ulang Taman Ade Irma Suryani Nasution sebagai Objek Rekreasi di Kota Cirebon. Penyelesaian penelitian dan penulisan karya ilmiah ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr Ir Afra DN Makalew selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membina dan membantu dengan penuh kesabaran. Dr Ir Tati Budiarti M.Si dan Fitriyah Nurul H. Utami, ST. MT selaku dosen penguji serts Dr Ir Nurhayati selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan motivasi dan nasehat yang sangat berarti, Bapak, Ibu, Dina, Hilmi, Mr. Cee dan Yulita, teman seperjuangan Iffah, Sai, Dilfan, dan Bagus serta teman-teman Lanskap 47 dan ARL angkatan 45, 46, 48 atas doa serta dukungan selama ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. BMKG Pusat dan DKP3 Kota Cirebon atas data yang diberikan. Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini belum sempurna dan masih memiliki banyak kekurangan. Semoga penelitian ini bisa memberikan manfaat untuk pihak-pihak yang membutuhkan.
Bogor, Juni 2015 Penulis
xii
xiii
DAFTAR ISI DAFTAR ISI
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Kerangka Pikir
1 1 1 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
Rekreasi Lanskap Pesisir dan Pantai Perencanaan Lanskap Pesisir METODOLOGI
3 3 4 5
Lokasi dan Waktu Penelitian Batasan Penelitian Alat dan Bahan Metode
5 6 6 6
HASIL DAN PEMBAHASAN
11
Data dan Analisis Sintesis Konsep Perencanaan Lanskap
11 32 34 39
SIMPULAN DAN SARAN
51
Simpulan Saran
51 51
DAFTAR PUSTAKA
52
RIWAYAT HIDUP
63
xiv
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Bentuk dan jenis data Kriteria analisis data Kriteria kesesuaian wisata pantai kategori rekreasi pesisir Jenis wisata di Kota Cirebon Vegatasi di tapak Kriteria kawasan wisata rekreasi Analisis dan sintesis Pembagian zona pada rencana blok Rrencana aktivitas Konsep fasilitas Alokasi ruang Rencana aktivitas dan fasilitas Rencana vegetasi di tiap ruang Rencana daya dukung
7 9 9 12 23 26 33 34 38 39 39 42 42 42
xv
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Kerangka pikir penelitian Lokasi penelitian Tahapan penelitian (modifikasi Gold 1980) Orientasi Kota Cirebon Kondisi eksisting tapak Peta eksisting tapak Peta Tata guna lahan sekitar tapak Peta topografi TAISN Kota Cirebon Peta analisis kemiringan lereng Kesesuaian lahan untuk rekreasi tepi pantai Kolam yang ada di tapak Aliran air yang langsung menuju laut Grafik suhu rata-rata Kecamatan Lemahwungkuk Kanopi untuk memodifikasi iklim mikro Pengaruh vegetasi terhadap perubahan suhu Peta analisis visual Peta penutupan lahan Fasilitas pendukung yang diinginkan pengunjung Beberapa fasilitas yang ada di TAISN 1. Rumah makan Aksesibilitas menuju tapak Karakteristik pengunjung berdasarkan usia Daerah asal pengunjung Karakteristik pengunjung berdasarkan frekuensi kedatangan Karakteristik pengunjung berdasarkan tujuan datang ke tapak Persepsi pengunjung terhadap TAISN Peta komposit Rencana blok Diagram konsep ruang Diagram Konsep sirkulasi dalam tapak Rencana ruang Rencana tapak Ilustrasi 1 Ilustrasi 2 Ilustrasi 3
2 5 7 11 14 15 16 17 18 19 20 21 21 22 22 24 25 28 28 29 30 30 30 31 32 35 36 37 37 40 45 48 49 50
xvi
DAFTAR LAMPIRAN 57 1 Kuisioner penelitian 2 Peta tata guna lahan Kecamatan Lemahwungkuk 59 3 Tabel Rencana zona dan subzona pada kawasan pemanfaatan umum Kota Cirebon 60 4 Karakteristik Sungai-Sungai di Satuan Wilayah Sungai CimanukCisanggarung 61 5 Temperatur rata-rata Kota Cirebon 61 6 Kelembapan rata-rata Kota Cirebon 61 7 Curah hujan Kota Cirebon 62
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Kota Cirebon merupakan daerah dataran rendah dengan garis pantai memanjang dari utara hingga selatan sekitar 7 km. Perkembangan wilayahnya yang semakin pesat membuat rutinitas sehari-hari masyarakatnya semakin padat. Peningkatan kesibukan dan kejenuhan masyarakat terhadap rutinitasnya, mendorong keinginan untuk melakukan aktivitas diluar kebiasaan semakin meningkat. Salah satu aktivitas yang mampu mengurangi tingkat kejenuhan ialah dengan melakukan rekreasi. Menurut Avenzora (2008) rekreasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan di waktu luang dengan tujuan kembali kreatif. Kota Cirebon memiliki garis pantai yang cukup panjang sehingga memiliki beberapa lokasi yang sering dijadikan sebagai tempat untuk berwisata maupun berekreasi di tepi pantainya. Diantaranya adalah Pantai Pelabuhan Pelelangan Ikan Kejawanan dan TAISN. Potensi pesisir yang dimiliki Cirebon belum begitu dikembangkan terutama untuk kegiatan pariwisata. Terlebih lagi potensi yang ada di TAISN. Taman ini awalnya merupakan tempat hiburan dan rekreasi yang menyediakan fasilitas bermain untuk anak-anak, wisata pantai dan sarana pendukung lainnya. Selain berfungsi sebagai sarana rekreasi, taman ini pun berfungsi sebagai ruang terbuka hijau di Kota Cirebon. Luas TAISN adalah sekitar 2.7 hektar dan terletak berdekatan dengan pelabuhan II Kota Cirebon dan untuk proses perencanaan kawasan rekreasi luas yang digunakan adalah kurang lebih 7 hektar dengan penambahan lahan milik pemerintah kota yang berada disamping tapak, hal ini juga sesuai dengan rencana dari pemerintah Kota Cirebon. Kondisinya saat ini terbengkalai karena kurangnya perhatian dari pemerintah kota bahkan cenderung tanpa ada perencanaan dan penataan yang memadai. TAISN sangat berpotensi untuk dikembangkan, karena bukan hanya potensinya yang banyak tapi juga karena taman ini sudah dikenal oleh banyak orang, tidak hanya oleh masyarakat Kota Cirebon tapi juga oleh masyarakat dari luar Kota Cirebon. Dalam rencana pengembangan pariwisata Kota Cirebon, pemerintah kota berencana untuk membuat Taman Ade Irma Suryani sebagai objek wisata rekreasi pantai yang memanfaatkan potensi pemandangan langsung ke laut lepas. Untuk mendukung hal tersebut, diperlukan perencanaan lanskap dari TAISN untuk dikembangkan sebagai objek wisata rekreasi di Kota Cirebon. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat suatu perencanaan di TAISN dengan melihat potensi dan kendala yang ada kemudian membuat konsep untuk mengembangkannya sebagai suatu tempat rekreasi bagi masyarakat Kota Cirebon dan sekitarnya melalui penataan ruang, sirkulasi, aktivitas dan fasilitas. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang potensi dan kendala yang ada di TAISN Kota Cirebon. Hasil penelitian ini juga diharapkan bisa menjadi rujukan bagi pemerintah Kota Cirebon dan pihak-pihak terkait dalam merencanakan dan mengembangkan TAISN dan juga sebagai
2
dokumen tertulis mengenai TAISN yang bermanfaat, baik bagi masyarakat Kota Cirebon maupun masyarakat disekitarnya Kerangka Pikir TAISN sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai area rekreasi untuk sedikit menghilangkan kepenatan masyarakat Kota Cirebon dari rutinitas dan aktivitas sehari-hari. Untuk mengembangkan TAISN menjadi sebuah objek wisata rekreasi diperlukan suatu perencanaan yang dimulai dari tahap persiapan, mengidentifikasi aspek-aspek yang ada pada tapak, aspek sosial, aspek wisata serta aspek legal. Setiap aspek yang telah terkumpul kemudian dianalisis untuk menghasilkan zona kesesuaian pada tapak yang kemudian dikembangkan melalui konsep dasar dan konsep pengembangan yang hasil akhirnya adalah rencana tapak TAISN (Gambar 1). Taman Ade Irma Suryani Nasution Objek Wisata Rekreasi Pesisir Kota Cirebon Potensi tapak belum termaksimalkan Aspek Biofisik
1. Tata guna lahan 2. Topografi 3. Iklim 4. Hidrologi 5. Vegetasi 6. Visual
Aspek Wisata
Aspek Sosial
1. Atraksi 2. Fasilitas dan aktivitas 3. Aksesibilitas
1. Persepsi dan preferensi pengunjung
Aspek Legal
1. Peraturan Pemerintah
Zona kesesuaian pengembangan rekreasi
Konsep dasar dan pengembangan Rencana Lanskap Rekreasi Taman Ade Irma Suryani Nasution Kota Cirebon
Gambar 1 Kerangka pikir penelitian
3
TINJAUAN PUSTAKA Rekreasi Rekreasi merupakan kebutuhan rohani manusia yang harus terpenuhi untuk mengurangi kejenuhan disela-sela rutinitas dan aktivitas sehari-hari. Menurut Douglass (1982) rekreasi adalah suatu kegiatan yang menyenangkan dan konstruktif serta memberi tambahan pengetahuan dan pengalaman mental maupun fisik. Secara harfiah, rekreasi berasal dari bahasa inggris yaitu recreation yang terdiri dari 2 suku kata, re yang berarti kembali dan creation yang berarti menciptakan/ menemukan sesuatu yang baru. Menurut Avenzora (2008) rekreasi merupakan sebuah aktivitas yang dilakukan pada waktu luang dengan tujuan untuk kembali kreatif. Kegiatan rekreasi merupakan kegiatan yang bersifat sementara dan dilakukan dengan senang hati oleh pelakunya diluar rutinitasnya yang bertujuan untuk mendapatkan kepuasan dan tidak untuk mencari nafkah. Kegiatan rekreasi bisa dilakukan di dalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan (outdoor). Kegiatan rekreasi yang termasuk rekreasi outdoor salah satunya adalah rekreasi perairan atau rekreasi tirta yang bisa dilakukan di laut, sungai, danau, rawa, dan waduk (UU No 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan). Lanskap Pesisir dan Pantai Lanskap pesisir adalah daerah pantai yang mendapat pengaruh dari lingkungan daratan maupun lingkungan lautan. Menurut UU No 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir, wilayah pesisir merupakan suatu wilayah antara ekosistem darat dan ekosistem laut yang memiliki karakteristik yang sangat unik, baik dari segi kondisi lingkungan maupun jenis sumber dayanya, atau suatu kawasan tempat berinteraksinya ekosistem darat dan laut, di mana batas ke arah darat dianggap daerah aliran sungai sepanjang dipengaruhi dan mempengaruhi ekosistem laut dan ke arah laut sejauh 12 mil dari garis pantai yang merupakan wilayah kewenangan provinsi dan sepertiga dari kewenangan provinsi tersebut adalah milik kabupaten/kota. Definisi pantai menurut Waryono (2000) yaitu wilayah pesisir ke arah darat yang dipengaruhi oleh batas pasang tertinggi dan berfungsi sebagai tanggul. Landform khas yang dapat ditemui di pantai menurut Wiradisastra et al. dalam Ariani (2000), antara lain dataran pasang surut (tidal flat), gisik (beach), beting gisik (beach ridge), swale, bura (spit), karang (sea cliff), marine terraces, delta dan gumuk pasir (sand dunes). Gisik (beach) adalah daerah tepi pantai yang agak landai dan terdiri dari material-material lepas seperti pasir. Bagian ini dibentuk mulai dari garis pantai terendah hingga daratan dimana ombak masih dapat mencapainya. Adapun beting gisik (beach ridge) yaitu gundukan-gundukan (mounds) yang membentang sepanjang pantai di belakang gisik. Sementara cekungan di antara dua beting gisik disebut swale. Beting gisik biasanya ditumbuhi oleh vegetasi. Akan tetapi, pada beting tua yang letaknya sudah jauh dari garis pantai sering dimanfaatkan sebagai area pemukiman penduduk, sedangkan swale dimanfaatkan untuk area persawahan.
4
Perencanaan Lanskap Pesisir Perencanaan lanskap adalah salah satu bentuk produk utama dalam kegiatan arsitektur lanskap. Secara praktik dinyatakan bahwa kegiatan perencanaan suatu lanskap adalah suatu proses pemikiran dari suatu ide, gagasan atau konsep ke arah suatu bentuk lanskap atau bentang alam yang nyata. (Nurisjah dan Pramukanto 2008). Proses perencanaan lanskap menurut Simonds dan Starke (2006) merupakan suatu alat yang sistematik yang digunakan untuk menentukan saat awal, keadaan yang diharapkan dan cara terbaik untuk mencapai keadaan tersebut. Perencanaan lanskap untuk area rekreasi maupun wisata bisa dikatakan sebagai perencanaan suatu bentuk program rekreasi yang sesuai dengan sumber daya lanskap yang tersedia (lanskap berbukit, pesisir dan perkampungan) untuk menjaga keindahan dan keunikan yang dimiliki dan meminimalkan kerusakan lingkungan akibat pembangunan. Perencanaan lanskap pesisir dilakukan dan diarahkan untuk mendapatkan tujuan dan maksud tertentu melalui pengaturan, pengarahan atau pengendalian terhadap proses pengembangan dan pembangunan. Perencanaan berorientasi pada kepentingan masa depan terutama untuk mendapatkan suatu bentuk social good dan umumnya dikategorikan juga sebagai pengelolaan (Nurisjah 2000).
5
METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang Perencanaan Ulang TAISN sebagai Objek Rekreasi di Kota Cirebon dilakukan di Kecamatan Lemahwungkuk tepatnya di Jalan Yos Sudarso Kota Cirebon, Jawa Barat (Gambar 2). Area perencanaan ini memiliki luasan sekitar 7 hektar. Waktu dilakukannya pengambilan data untuk penelitian ini dimulai pada bulan Maret hingga Juni 2014.
Peta Jawa Barat Tanpa Skala
Peta Kota Cirebon
Sumber: map.google.com Gambar 2 Lokasi penelitian
6
Batasan Penelitian Penelitian ini merupakan studi perencanaan di TAISN untuk mendukung pengembangan kawasan TAISN. Hasil dari penelitian ini dibatasi hingga tahapan perencanaan tapak TAISN yang meliputi tata ruang tapak, jalur sirkulasi, aktivitas dan fasilitas yang berupa tulisan dan gambar rencana lanskap TAISN disertai dengan gambar perspektif. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: Global Positioning System (GPS) Garmin 60Csx, kamera digital, lembar kuisioner, alat tulis, buku catatan, alat gambar dan software (AutoCad 2010, Adobe Photoshop CS5, Google Sketch up8, Microsoft Office Word 2007, Microsoft Office Excel 2007, Microsoft Office Power Point 2007). Bahan yang digunakan adalah peta dasar, literatur dan pustaka serta data sekunder. Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui studi literatur, wawancara dan survei lapang. Tahapan penelitian yang digunakan mengacu pada tahapan perencanaan menurut Gold (1980) yaitu mulai dari tahap persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, konsep dan perencanaan lanskap (Gambar 3). Persiapan Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan pada penelitian ini adalah pengumpulan informasi awal tapak untuk menetapkan tujuan penelitian, dan metode yang akan digunakan serta pengurusan surat perijinan penelitian pada instansi pemerintah dan pihak-pihak terkait. Inventarisasi Tahap inventarisasi merupakan tahap pengumpulan data dan informasi yang berhubungan dengan keadaan tapak. Data yang dikumpulan pada tahap ini berupa data primer yang didapat dari hasil wawancara dan pengamatan langsung pada tapak serta data sekunder yang didapat dari studi pustaka dan data yang didapat dari instansi terkait. Data yang diambil pada tahap ini adalah data dari aspek biofisik, dan aspek wisata pada tapak serta aspek sosial yang didapat dari persepsi pengunjung dan pengelola. Data-data tersebut didapat dari survei langsung ke tapak, wawancara dan pengambilan dokumentasi. Untuk melengkapi data yang didapat, dilakukan pula studi pustaka dari buku acuan, peta dan dokumen dari instansi terkait (Tabel 1). Data primer mengenai tapak didapat langsung melalui pengamatan langsung di lapangan (Tabel 1), wawancara dengan narasumber dan penyebaran kuisioner kepada pengunjung tapak. Pengambilan sampel untuk pengisian kuisioner ditentukan berdasarkan kelas umur. Jumlah responden yang diambil adalah 30 orang yang terdiri dari 15 orang berusia sekitar 14-20 tahun dan 15 orang berusia di atas 20 tahun. Penyebaran kuisioner dilakukan untuk mengetahui preferensi responden secara acak. Selain menggunakan kuisioner, persepsi masyarakat pun
7
diperoleh melalui wawancara dengan pihak-pihak terkait seperti Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, budaya dan Pariwisata.
Gambar 3 Tahapan penelitian (modifikasi Gold 1980) Data sekunder mengenai tapak didapat melalui instansi atau badan yang terkait serta studi pustaka yang didapat dari buku acuan, data informasi, peta dan dokumen dari berbagai instansi pemerintah. Data yang didapat tersebut diolah sebagai bahan analisis potensi dan kendala pada tahap berikutnya yaitu tahap analisis. Tabel 1 Bentuk dan jenis data Bentuk Data
Cara Pengambilan Data
Sumber
Tata Guna Lahan
Spasial, deskriptif
Studi pustaka
BAPPEDA
2
Batas wilayah perencanaan
Spasial, deskriptif
Studi pustaka, survei
BAPPEDA
3
Topografi
Spasial, deskriptif
Studi pustaka, survei
BAPPEDA,Tapak
4
Hidrologi
Deskriptif
Studi pustaka, survei
PUSLITBANG SDA
5
Vegetasi dan satwa
Deskriptif, spasial, Tabel
Studi pustaka, survei
BAPPEDA
6
Iklim
Deskriptif
Studi pustaka
BAPPEDA
7
Visual
Spasial
Survei
Tapak
II
Rekreasi
1
Atraksi
Spasial, deskriptif
Survei, studi pustaka
Dinas pariwisata
No.
Jenis Data
I
Biofisik
1
8
Tabel 1 Bentuk dan jenis data (Lanjutan) No.
Jenis Data
Bentuk Data
Cara Pengambilan Data
Sumber
2
Sarana dan prasarana
Tabular, Spasial, deskriptif
Survei, studi pustaka
Dinas pariwisata
3
Aksesibilitas
Spasial, deskriptif
Survei, studi pustaka
Dinas Perhubungan
4
Pengunjung
Deskriptif, tabular
Survei, studi pustaka
Dinas pariwisata
Deskriptif
Survei, studi pustaka
Dinas pariwisata, tapak
Deskriptif
Studi pustaka
Dinas pariwisata
5 III
Kebutuhan pengelola Peraturan dan kebijakan
Analisis Analisis data dilakukan guna menentukan potensi dan kendala yang ada pada tapak, mengetahui karakter tapak untuk pengembangan tapak sebagai kawasan rekreasi. Metode yang digunakan ialah berupa analisis deskriptif dan spasial (Tabel 2). Analisis spasial dilakukan terhadap data fisik dan biofisik seperti kemiringan lahan, penutupan lahan, peta aktivitas pengunjung. Analisis ini dilakukan dengan metode overlay. Hasil overlay tersebut digunakan untuk membuat peta perencanaan. Dalam analisis dilakukan skoring, untuk nilai skoring berkisar antara 1 sampai 3. Berdasarkan nilai tersebut maka penentuan untuk kesesuaian lahan pada tapak terbagi menjadi 3 yaitu, lahan dengan kelas yang sesuai nilainya 3, lahan dengan kelas yang cukup sesuai nilainya 2 dan untuk lahan yang kelasnya tidak sesuai nilainya 1. Analisis secara kuantitatif juga dilakukan untuk mengetahui daya dukung tapak yang akan dikembangkan sebagai kawasan rekreasi. Daya dukung suatu kawasan bisa diketahui berdasarkan kebutuhan standar rata-rata individu dalam m2/orang dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut: DD= A/SxRf Keterangan: DD : Daya dukung A : Area yang digunakan pengunjung S : kebutuhan standar rata-rata individu Rf : Faktor rotasi Analisis kuantitatif juga dilakukan untuk menentukan tingkat kenyamanan pengunjung di tapak dengan menghitung THI (Thermal Humadity Index) pada tapak. Nilai THI suatu area bisa diketahui dengan rumus sebagai berikut: THI= 0,8T + (RHxT)/500 Keterangan: T : Suhu rata-rata RH : Kelembapan rata-rata Analisis terhadap persepsi, preferensi dan karakteristik pengunjung dilakukan dengan metode wawancara dan penyebaran kuisioner. Penyebaran kuisioner dilakukan dengan menggunakan accidental-sampling dan random
9
sampling, yaitu dengan menyebarkan kuisioner kepada pengunjung yang kebetulan ditemui, pengambilan sampel dilakukan pada 30 orang pengunjung. Tabel 2 Kriteria analisis data No. I
1
Jenis Data Biofisik
Tata Guna Lahan
Variabel
Kriteria
Skor
Kondisi tapak dengan penggunaan menurut RTRW
Tapak didominasi oleh penggunaan lahan yang terbuka, tidak terdapat vegetasi kecuali semak dan ground cover Tapak cukup didominasi oleh lahan terbuka namun terdapat struktur bangunan Tapak dominan bangunan dan vegetasi
2
Batas wilayah perencanaan
Kondisi tapak dengan penggunaan menurut RTRW
3
Topografi
Kesesuaian pengembangan rekreasi
4 5 6 II
Ketersediaan air Jenis dan distribusi Kenyamanan untuk aktivitas Jenis dan kondisi
Deskriptif
2
Hidrologi Vegetasi dan satwa Iklim Rekreasi Sarana dan prasarana Aksesibilitas
Sesuai 0-8% Cukup sesuaia 8-15% Tidak sesuai >15% Deskriptif Deskriptif Deskriptif
Ketersediaan dan kondisi fisik
Deskriptif
3
Pengunjung
Persepsi dan preferensi
Deskriptif
-
Deskriptif
Peraturan terkait pengembangan
Deskriptif
1
4 III
Kebutuhan pengelola Peraturan dan kebijakan
3
2
1
Deskriptif 3 2 1
Sumber: SK. Menteri Pertanian No. 837/kptsn/um/11/1980
Dalam perencanaan lanskap yang dilakukan di wilayah pantai kategori rekreasi parameter yang paling penting yaitu kedalaman peraiaran. Kedalaman perairan untuk rekreasi pantai berkisar antara 0-3 meter, namun tidak menutup kemungkinan hingga kedalaman 5 meter. Hal tersebut dikarenakan aktivitas rekreasi pantai untuk bermain air aman dilakukan pada kedalaman kurang dari 3 meter (DKP3 Kota Cirebon 2013). Tabel 3 Kriteria kesesuaian wisata pantai kategori rekreasi pesisir No. 1
Parameter Kedalaman dasar laut (m)
Sesuai 0-5
Cukup sesuai 5-10 50<X<75 dan 25<X<50
Tidak sesuai -
2
Kecerahan perairan (%)
>75
3
Material dasar perairan
Pasir
Karang berpasir; pasir berlumpur
Lumpur
4
Tipe pantai
Berpasir
Berpasir sedikit karang; pasir berkarang
Lumpur, karang, mangrove
<25
10
Tabel 3 Kriteria kesesuaian wisata pantai kategori rekreasi pesisir (Lanjutan) No.
Parameter
Sesuai
Cukup sesuai
5
Penutupan lahan pantai
Kelapa. Lahan terbuka
Semak belukar rendah, savana
6
Tidak sesuai Hutan bakau, pelabuhan, pemukiman >0,51
Kecepatan arus (m/dt) 0-0,17 >0,17-0,34 Ketersediaan air tawar 7 <0,5 >0,5-2 >2 (jarak/km) Sumber: Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kota Cirebon (DKP3 Kota Cirebon 2013) Keterangan: Sesuai (skor: 3), Cukup sesuai (Skor: 2), Tidak sesuai (Skor: 1)
Sintesis Sintesis merupakan tahap setelah proses analisis dilakukan terhadap data dan informasi yang didapat pada tahap inventarisasi. Hasil dari tahap sintesis adalah berupa rencana blok berdasarkan kesesuaian lahan untuk rekreasi. Area yang potensial dijadikan sebagai area-area yang bisa mengakomodasi keinginan dan kegiatan pengunjung. Selanjutnya ditentukan bentuk aktivitas serta fasilitas yang akan dikembangkan pada masing-masing areal aktivitas. Konsep Pada tahap ini ditentukan konsep dasar rencana lanskap rekreasi pesisir TAISN Kota Cirebon. Dari konsep dasar kemudian akan dikembangkan menjadi konsep ruang, konsep sirkulasi, konsep vegetasi, konsep aktivitas dan fasilitas. Perencanaan Pada tahap perencanaan, rencana blok yang sudah didapat dari hasil analisis kemudian diterjemahkan menjadi rencana lanskap yang menggambarkan keadaan tapak setelah dilakukan pengembangan. Pada tahap ini pula konsep yang telah disusun diterjemahkan dan dituangkan dalam rencana lanskap melalui penataan elemen penyusun tapak sesuai dengan fungsi ruang yang dikembangkan.
11
HASIL DAN PEMBAHASAN Data dan Analisis Kondosi Kota Cirebon Letak Geografis dan Administratif Kota Cirebon terletak di jalur Pantai Utara Jawa Provinsi Jawa Barat. Secara geografis Kota Cirebon terletak di 6o41’00’’-6o43’56’’ Lintang Selatan dan 108o34’57’’-108o55’00’’ Bujur Timur. Kota Cirebon memiliki luas sekitar 37.35 km2 atau sekitar 3 735.8 hektar dan merupakan daerah dataran rendah yang memiliki garis pantai sepanjang 7 km (Bappeda Kota Cirebon 2012). Secara administratif pemerintahan, wilayah Kota Cirebon terbagi menjadi lima kecamatan yaitu, Kecamatan Kejaksan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kecamatan Kesambi, Kecamatan Pekalipan, dan Kecamatan Harjamukti. Kota Cirebon dibatasi wilayah Kabupaten Cirebon di sebelah Barat, Timur dan Selatan, serta Laut Jawa di sebelah utara (Gambar 4). Berdasarkan RTRW Kota Cirebon Tahun 2011-2031, lahan terbangun di Kota Cirebon sekitar 21 370 km 2 dan lahan tidak terbangun sekitar 17 505 km2.
4
Gambar 4 Orientasi Kota Cirebon Topografi dan Tanah Berdasarkan topografi yang dimilikinya, Kota Cirebon termasuk ke dalam dataran rendah dan hanya sebagian kecil di Kota Cirebon bagian Selatan yang termasuk dataran tinggi. Sebagian besar wilayah dataran rendah tersebut merupakan wilayah pesisir dengan ketinggian 0-6 mdpl. Wilayah pesisir Kota Cirebon mencakup 4 km ke laut lepas dari daratan.
12
Kondisi wilayah Kota Cirebon yang merupakan daerah dataran rendah, secara keseluruhan cukup baik untuk pengembangan kawasan seperti pembangunan infrastruktur kota, fasilitas umum dan perumahan. Menurut Dinas Kelautan Kota Cirebon, jenis tanah di wilayah pesisir Kota Cirebon adalah tanah yang berasal dari endapan lava dan piroklastik (pasir, lempung, tanah liat, tupa, breksi lumpur dan kerikil) hasil intrusi Gunung Ciremai. Iklim dan Hidrologi Kota Cirebon termasuk daerah tropis dengan suhu udara minimum rata-rata adalah 23.51oC dan maksimum rata-rata adalah 31.02oC. Jumlah curah hujan ratarata pertahun sekitar 2 380 mm dengan jumlah hari hujan 148 hari. Musim penghujan biasanya terjadi antara bulan Desember sampai dengan Maret, sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Mei sampai Oktober. Kota Cirebon memiliki 4 aliran sungai yang termasuk ke dalam satuan wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung (Lampiran 4). Ke empat sungai tersebut adalah sungai Kedung Pane, Sungai Sukalila, Sungai Kesunean dan Sungai Kalijaga. Sungai-sungai tersebut selain sebagai saluran pembuangan air juga berfungsi sebagai batas wilayah administratif Kota dan Kabupaten Cirebon. Kondisi hidrologi wilayah pesisir meliputi air tanah dangkal, air tanah dalam, air permukaan dan air laut. Kedalaman air tanah dangkal di wilayah cirebon adalah sekitar lima sampai sepuluh meter sedangkan untuk air tanah dalam adalah lebih dari sepuluh meter dan mengalami intrusi air laut sehingga tidak bisa untuk kebutuhan air minum. Oleh karena itu, untuk keperluan air bersih dan air minum bersumber dari pasokan PDAM Kota Cirebon yang sumber mata airnya dari Kabupaten Kuningan. Pesona dan Daya Tarik Wisata Kota Cirebon Lokasi Kota Cirebon yang cukup strategis membuat Kota Cirebon memuliki banyak potensi dan daya tarik. Daya tarik di Kota Cirebon bisa digolongkan menjadi daya tarik wisata budaya, daya tarik wisata kuliner, daya tarik wisata religi dan daya tarik wisata pesisir. No. 1
2 3 4
Tabel 4 Jenis wisata di Kota Cirebon Daya Tarik Golongan Keraton Kasepuhan, Kanoman, Kaprabonan, Wisata Sejarah Budaya Kacirebonan, Goa Sunyaragi, Stasiun Kejaksan Masjid agung Sang Cipta Rasa, Masjid Wisata Religi Pejagrahan, Masjid Raya At Taqwa Taman Ade Irma Suryani, Pantai Pelabuhan Wisata Pesisir Kejawanan Mauludan, Nadran, Tari Topeng Wisata Budaya
Sumber: Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kota Cirebon, DKP3 Kota Cirebon 2013
Wilayah Pesisir Kota Cirebon Kota Cirebon memilki luas wilayah laut yang lebih luas dibandingkan dengan luas daratannya, yaitu sekitar 58.13 % dari total luas wilayah. Panjang garis pantai Kota Cirebon kurang lebih 7 km dan hanya terdapat di 2 kecamatan
13
yaitu Kecamatan Lemahwungkuk dan Kecamatan Kejaksan. Pantai sepanjang Kota Cirebon hampir didominasi oleh pantai pasir berlumpur dan pelabuhan. Saat ini pantai Kota Cirebon dalam kondisi memprihatinkan. Kekhasan wilayah pesisir, seperti ekosistem mangrove, terumbu karang dan lamun, sudah sulit ditemukan. Dari ketiga ekosistem tersebut hanya ekosistem mangrove yang masih bisa ditemukan dengan kondisi yang mengalami kerusakan. Hal ini terjadi karena kegiatan masyarakat yang menebangi pohon bakau, membuang sampah ke tepi pantai dan keadaan iklim yang terus berubah-ubah (DKP3 Kota Cirebon 2013). Kota Cirebon sebagai kota pesisir memiliki potensi sumber daya alam hayati kelautan dan perikanan serta jasa-jasa lingkungan yang cukup banyak. Namun saat ini belum dikembangkan dengan optimal sebagaimana kota-kota pesisir lainnya yang telah lebih dahulu menerapkan konsep kota pesisir. Bahkan keadaan pesisir Kota Cirebon ekosistemnya (baik ekosistem laut maupun payau) mulai rusak karena pencemaran limbah industri dan rumah tangga yang menyebabkan daya dukung lingkungan menurun dan merugikan budidaya ikan, wisata bahari dan kualitas perairan. Kondisi ekosistem mangrove yang sangat memprihatinkan ini mendorong pemerintah untuk melakukan rehabilitasi kawasan pantai berpasir di Cirebon. Hal tersebut juga dilakukan karena ekosistem mangrove yang berkembang dengan baik bisa memberikan manfaat dan keuntungan yang besar, seperti mengurangi dampak abrasi, mendukung perkembangbiakan ikan air payau, penyangga fungsi kehidupan di wilayah pesisir. Kondisi Awal Tapak Sejarah TAISN Kota Cirebon Taman rekreasi yang ada di Kota Cirebon ini awalnya bernama Taman Traffic Garden Cirebon, kemudian pada tahun 1966 berubah menjadi TAISN. Taman ini merupakan satu-satunya taman rekreasi dan taman bermain di Kota Cirebon. Taman Ade Irma Suryani berbatasan dengan pelabuhan Kota Cirebon. Pengelola TAISN saat ini adalah Pemerintah Kota Cirebon. Sebelumnya pengelola TAISN sempat berganti beberapa kali. TAISN sempat dikelola oleh pihak Bhayangkara dari kepolisian dan juga pernah dikelola oleh pihak ketiga yaitu PT Citra Indah Loka. Setelah kontrak antara pihak pemerintah kota dan pengelola pihak ketiga habis, pengelolaan TAISN beralih kembali pada Pemerintah Kota Cirebon. Setelah pengelolaan dikembalikan pada Pemerintah Kota Cirebon, keadaan TAISN semakin menjadi buruk. Kondisi tapak yang tidak terurus dan bahkan sekarang hanya merupakan lahan terbengkalai yang didominasi oleh semak belukar (Gambar 5) dan kadang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk memancing maupun menikmati pemandangan. Deskripsi Umum Taman Ade Irma Suryani Nasution Kota Cirebon TAISN Kota Cirebon memiliki luas sekitar 2.7 hektar dan untuk perencanaan area rekreasi TAISN mengalami penambahan dari tanah Pemkot Cirebon menjadi sekitar 7 hektar. Batasan tapak yaitu: Sebelah Utara : Pelabuhan Cirebon Sebelah Selatan : Pemukiman nelayan Sebelah Barat : Bank Indonesia
14
Sebelah Timur : Laut jawa Berdasarkan perda Kota Cirebon No 8 Tahun 2012, Kecamatan Lemahwungkuk merupakan kecamatan yang akan dikembangkan sebagai daerah pariwisata. Saat ini TAISN hanya berupa lahan kosong tak terawat dengan pohon dan semak belukar (Gambar 6). Sebelumnya TAISN merupakan taman rekreasi tematik Kota Cirebon yang memanfaatkan view ke arah laut lepas sebagai daya tariknya. Lokasinya yang di tepi laut bisa dimanfaatkan tidak hanya sebagai area rekreasi namun juga sebagai area konservasi. Pantai di TAISN merupakan pantai pasir berlumpur yang cocok untuk ditanami dengan tanaman mangrove. TAISN merupakan area yang memiliki potensi view yang cukup tinggi bisa diakses dengan mudah dari pusat Kota Cirebon. Lokasi ini dapat ditempuh dengan mudah, baik menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum.
5
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 Gambar 5 Kondisi eksisting tapak
Gambar 6 Peta eksisting tapak
6
15
16
Aspek Fisik dan Biofisik Tata Guna Lahan Berdasarkan Peta Tata Guna Lahan Eksisting RTRW Kota Cirebon tahun 2011-2013 (Lampiran 1), sebagian besar wilayah Kecamatan Lemahwungkuk digunakan untuk permukiman, tambak dan pelabuhan. Penggunaan lahan di sekitar TAISN sendiri sebagian besar adalah pemukiman nelayan serta perdagangan dan jasa (Gambar 7).
7
Gambar 7 Peta Tata guna lahan sekitar tapak Topografi Sebagian besar Kota Cirebon memiliki bentukan topografi yang landai yaitu berkisar antara 0-200 mdpl, begitu pula dengan TAISN. Untuk mengetahui kesesuaian tapak guna pengembangan kawasan rekreasi, dilakukan analisis topografi. Kesesuaian kondisi kemiringan lahan pun perlu dianalisis untuk pengembangan ruang yang mempengaruhi kegiatan rekreasi. Keadaan topografi yang relatif datar membuat TAISN cocok untuk dijadikan sebagai ruang rekreasi yang memungkinkan adanya aktivitas dalam pembangunan sarana dan prasarana untuk mengakomodasi kebutuhan pengunjung dalam berekreasi. Keadaan topografi yang datar juga menjadikan kawasan sesuai untuk ruang aktivitas rekreasi yang nyaman serta memungkinkan untuk pembangunan sarana dan prasarana penunjang rekreasi yang dibutuhkan oleh pengunjung. Titik terendah pada tapak adalah 4.4 mdpl dan yang tertinggi adalah 6.4 mdpl (Gambar 8). Berdasarkan analisis kemiringan lahan, TAISN masuk dalam kelas datar dengan persentase 0-8% sehingga TAISN bisa dikembangkan lebih lanjut untuk dijadikan sebagai kawasan rekreasi. Kesesuaian lahan untuk rekreasi tepi pantai TAISN terbagi menjadi 3, yaitu yang sesuai, cukup sesuai dan tidak sesuai untuk dikembangkan sebagai area rekreasi (Gambar 13). Kesesuaian ini didapatkan dengan mengacu pada kriteria kesesuaian wisata pantai kategori rekreasi pesisir (Tabel 3).
8 Gambar 8 Peta topografi TAISN Kota Cirebon
17
Gambar 9 Peta analisis kemiringan lereng
9
18
Gambar 10 Kesesuaian lahan untuk rekreasi tepi pantai
13
19
20
Hidrologi Air merupakan sumber daya dan aspek penting dalam perencanaan lanskap, terutama suatu perencanaan yang terkait dengan wisata. Kebutuhan air bersih di sekitar tapak adalah berasal dari PDAM Kota Cirebon. Di dalam tapak terdapat tiga kolam yang airnya berasal dari air hujan. Keberadaan kolam pada tapak sering dimanfaatkan oleh pengunjung untuk memancing. Outlet dari ketiga kolam tersebut merupakan aliran terbuka yang langsung menuju ke laut. Hal ini sedikit mengganggu aktivitas karena jaringan air yang ada kurang bersih dan kurang terpelihara sehingga dapat menyebabkan bau tidak sedap. Oleh karena itu, perlu adanya drainase yang baik, dan kesadaran serta kepedulian pengunjung untuk menjaga kualitas air agar menjadi lebih baik. Kedalaman air di pantai Kota Cirebon, sepanjang 7 km dari garis pantai adalah berkisar antara 0-7 meter (DKP3 Kota Cirebon). Arus air di pantai Kota Cirebon pun hanya berkisar antara 0-0.25 m/detik dan lebih dari 0.25 m/detik. Berdasarkan kriteraia kesesuaian untuk rekreasi pesisir (Tabel 3) arus air antara 00.25 m/detik masuk ke dalam kategori sesuai dan cukup sesuai untuk kegiatan rekreasi, karena arus air yang sesuai untuk rekreasi adalah antara 0-0.17 m/detik dan cukup sesuai adalah antara 0.18-0.34 m/detik. Air pasang rata-rata di perairan Kota Cirebon adalah 0.89 meter dan air surut rata-rata adalah 0.06 meter. Sebagian besar pantai Cirebon merupakan pelabuhan dan pantai dengan tipe pasir berlumpur, hal ini masuk dalam kategori sesuai untuk rekreasi pantai (Tabel 3) yang ditetapkan oleh DKP3 Kota Cirebon. Tipe pantai yang ada disekitar tapak bisa dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian yang tertutupi oleh vegetasi, batuan dan karang serta pasir berlumpur. Bagian tapak yang tertutup oleh vegetasi dan batuan serta karang kurang sesuai untuk dikembangkan sebagai area rekreasi, namun hal tersebut tidak menutup untuk menjadikan area tersebut sesuai untuk rekreasi karena pada area tersebut bisa dikembangkan menjadi area rekreasi dengan aktivitas pasif. Sedangkan untuk bagian tapak yang bertipe lumpur berpasir bisa dikembangkan sebagai area rekreasi baik aktif maupun pasif.
Gambar 11 Kolam yang ada di tapak
21
Gambar 12 Aliran air yang langsung menuju laut Iklim Iklim merupakan elemen fisik yang cukup penting dalam perencanaan lanskap yang terdiriu dari suhu udara, kelembapan udara dan curah hujan. Data iklim BPS Kota Cirebon menunjukkan bahwa suhu rata-rata di Kota Cirebon adalah 31.97oC pertahun. Suhu tertinggi adalah 35.1oC dan suhu terendah adalah 29.8oC (Gambar 13) dengan kelembapan sekitar 79.25 % (Lampiran 6). 36 35 34 33 32 31 30 29 28 27
34,6
35,1
33,6
33,2
32,1 31,3 30,2
jan
feb
31,15 31,3
30,7
30,7
29,8
mar
apr
mei
jun
jul
ags
sep
okt
nop
des
Sumber: BPS Kota Cirebon 2013
Gambar 13 Grafik suhu rata-rata Kecamatan Lemahwungkuk Kondisi tapak yang berada di tepi laut membuatnya memiliki intensitas kecepatan angin lebih besar dibandingkan dengan kawasan lainnya yang jauh dari laut. Kondisi iklim pada tapak sangat mempengaruhi kenyamanan dari pengguna. Suhu rata-rata untuk tingkat kenyamanan manusia adalah berkisar antara 27-28oC dengan kelembapan berkisar antara 40-75 % (Laurie 1975). Tingkat kenyamanan pengguna pada tapak bisa dihitung dengan menggunakan THI (thermal humanity index). Dari perhitungan tersebut didapatkan THI di tapak adalah sebesar 30.5.
22
Nilai tersebut menunjukkan bahwa kondisi tapak kurang nyaman untuk pengunjung karena nilai THI yang didapat melebihi nilai kenyamanan THI. Untuk mengatasi hal tersebut, terutama pada saat suhu tinggi (siang hari) perlu adanya modifikasi iklim mikro pada tapak. Hal tersebut bisa dilakukan dengan menambahkan vegetasi, tenda kanopi.
Sumber: google.com Gambar 14 Kanopi untuk memodifikasi iklim mikro
Sumber: Brooks 1988 Gambar 15 Pengaruh vegetasi terhadap perubahan suhu Selain kanopi, angin juga dapat dimanfaatkan untuk merubah kelembaban dan suhu tapak, yaitu dengan menggunakan vegetasi yang disusun mengikuti atau tidak memotong arah angin (Brooks 1988). Hal ini disebabkan oleh adanya evaporasi dan penutupan dari kanopi vegetasi. Suhu dibawah kanopi pohon ketika siang hari akan lebih sejuk sebaliknya jika malam hari akan lebih terasa hangat (Gambar 15). Vegetasi Vegetasi dan satwa merupakan elemen pada suatu lanskap, terutama pada lanskap alami. Keduanya merupakan elemen yang dinamis karena tumbuh dan berkembang sejalan dengan waktu. Vegetasi yang ada pada tapak (Tabel 5) umumnya adalah vegetasi yang mampu hidup di daerah pantai seperti pohon waru, mangrove dan lainnya. Sedangkan untuk satwa, umumnya yang sering terlihat adalah burung yang terbang disekitar kumpulan ekosistem mangrove.
23
Tabel 5 Vegatasi di tapak No. 1
Nama Lokal Pohon Waru Laut
Nama Ilmiah Thespesia populnea
Gambar
Sumber: google.com
2
Angsana
Pterocarpus indicus
3
Mangrove
-
Sumber: google.com
4
Glodogan bulat
Polyalthia fragrans
5
Glodogan tiang
Polyalthia longifolia
6
Beringin
Ficus benjamina
Sumber: google.com
Visual Secara umum, view pada tapak yang merupakan dataran rendah sebagian besar adalah berupa pantai. Analisis visual pada tapak dilakukan untuk mendapatkan good view dan bad view yang menjadi acuan untuk menentukan view terbaik dari tapak. View terbaik tapak adalah view ke arah laut sedangkan bad view pada tapak terlihat pada kolam melingkar yang dipenuhi oleh semak belukar, tumpukan sampah yang berada diantara pohon mangrove. Di bagian luar TAISN, banyak berdiri bangunan peninggalan jaman Belanda yang ikut menjadi view yang menarik untuk mendukung elemen pembentuk lanskap di luar tapak (Gambar 16). Penutupan Lahan Secara umum penutupan lahan di TAISN didominasi oleh pohon dan semak belukar, ruang terbuka dan kolam (Gambar 17). Semak belukar tumbuh mendominasi tapak karena saat ini tidak ada perencanaan dan pengelolaan untuk tapak sehingga tapak terkesan sebagai tanah kosong yang terbengkalai.
Gambar 16 Peta analisis visual
16
24
Gambar 17 Peta penutupan lahan
17
25
26
Aspek Wisata a. Daya Tarik Salah satu daya tarik di Kota Cirebon adalah wilayah pesisir. Beberapa titik kawasan pantai sudah menjadi tempat wisata bagi masyarakatnya yang sayangnya belum terencana dan terkelola dengan baik, misaknya Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Kejawanan, Pelabuhan Perikanan Kesenden dan TAISN. Menurut Yoeti (1985) suatu objek rekreasi harus memenuhi 3 kriteria agar dapat menarik pengunjung untuk datang yaitu: 1. Something to see, Objek rekreasi tersebut mempunyai sesuatu yang bisa di lihat oleh pengunjung. 2. Something to do, pengunjung yang melakukan rekreasi dapat melakukan sesuatu yang bisa memberikan perasaan senang dan bahagia. 3. Something to buy adanya fasilitas bagi pengunjung untuk berbelanja yang pada umumnya adalah oleh-oleh ciri khas dari daerah. Berdasarkan ketiga kriteria tersebut, TAISN hanya memiliki 1 poin kriteria yaitu something to see. Pengembangan daya tarik yang ada di Kota Cirebon khususnya TAISN sangat diperlukan untuk memenuhi 3 kriteria di atas. Oleh karena itu, adanya penambahan sarana dan prasarana yang memadai dapat meningkatkan kenyamanan pengunjung sehingga pengunjung dapat melakukan aktivitas di tapak. Perencanaan rekreasi yang baik diperlukan untuk mendukung dan mewujudkan area rekreasi yang nyaman bagi pengunjung, disamping itu sumber daya manusia yang memiliki keahlian dan keterampilan yang bisa mengelola potensi yang ada pun perlu dipersiapkan (Pesawaran 2010). Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41 Tahun 2007, pengembangan kawasan wisata rekreasi memiliki beberapa krteria teknis yang terdiri dari kriteria fisik, prasarana dan sarana (Tabel 6).
Tabel 6 Kriteria kawasan wisata rekreasi No. 1
Jenis Wisata Wisata Buatan
Fisik Dibangun disesuaikan dengan kebutuhan dan peruntukannya
Status kepemilikan harus jelas dan tidak menimbulkan masalah dalam penguasaannya
Mempunyai struktur tanah yang stabil
Mempunyai kemiringan tanah yang memungkinkan dibangun tanpa memberikan dampak negatif terhadap lingkungan
Kriteria Teknis Prasarana Jenis prasarana yang tersedia antara lain jalan, air bersih, listrik, dan telepon Mempunyaivnilai Pencapaian dan kemudahan hubungan yang tinggi dan mudah dicapai dengan Kendaraan bermotor roda empat
Sarana Tersedia angkutan umum
Jenis sarana yang tersedia yaitu rumah makan, kantor pengelola, tempat rekreasi & hiburan, WC umum, dan mushola Ada tempat untuk melakukan kegiatan penerangan wisata, pentas seni, pameran dan penjualan barangbarang hasil kerajinan
27 Tabel 6 Kriteria kawasan wisata rekreasi (Lanjutan) No. 2
Jenis Wisata Taman Rekreasi
Fisik Luas lahan min. 3 Ha
Mempunyai struktur tanah yang stabil
Kriteria Teknis Prasarana Jenis prasarana yang tersedia antara lain jalan, air bersih, listrik, dan telepon Mempunyaivnilai Pencapaian dan kemudahan hubungan yang tinggi dan mudah dicapai dengan Kendaraan bermotor roda empat
Sarana Tersedia angkutan umum
Tersedia yaitu rumah makan, kantor • Pengelola, tempat rekreasi & hiburan, WC umum, mushola, dan tempat parkir Mempunyai Tersedia sekurangnya kemiringan tanah 3 yang memungkinkan jenis sarana rekreasi dibangun tanpa yang mengandung memberikan dampak unsur negatif terhadap hiburan, pendidikan, kelestarian kebudayaan, dan arena lingkungan bermain anak-anak. Ada tempat untuk melakukan kegiatan penerangan wisata, pentas seni, pameran dan penjualan barangbarang hasil kerajinan Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41/PRT/M/2007 (dengan modifikasi)
Berdasarkan Permen PU Nomor 41 Tahun 2007 tentang kriteria teknis kawasan budi daya, TAISN termasuk dalam jenis wisata taman rekreasi yang dibangun untuk memenuhi kebutuhan rekreasi masyarakat. Kriteria teknis kawasan wisata rekreasi dari Permen PU terbagi menjadi 3 yaitu kriteria teknis fisik, prasarana dan sarana. Kriteria fisik TAISN sesuai dengan kriteria yang tercantum dalam Tabel 6, untuk mengembalikan TAISN sesuai dengan tujuan awal untuk kegiatan rekreasi maka diperlukan perencanaan ulang TAISN dan menambahkan sarana dan prasarana yang sesuai dengan kriteria yang ada. b.
Sarana dan prasarana Sarana dan prasarana merupakan suatu yang harus tersedia di kawasan rekreasi untuk mengakomodasi kebutuhan pengunjung. Kedua hal tersebut harus dirancang dan ditepatkan dengan baik dan tepat agar tidak mengganggu kualitas view yang ada maupun untuk memudahkan pengunjung. Sarana dan prasarana di kawasan rekreasi harus tetap mempertimbangkan aspek kelestarian lingkungan dan meminimalkan dampak negatif yang mungkin terjadi. Tidak adanya sarana dan prasarana pada suatu kawasan rekreasi akan membuat pengunjung enggan datang, begitu pula yang terjadi di TAISN. Pengunjung yang datang semakin sedikit karena tidak adanya fasilitas yang menunjang kegiatan mereka selama berada di dalam tapak. Oleh karena itu pemenuhan sarana dan prasarana untuk pengunjung yang datang sangat diperlukan. Hal ini juga bisa menarik lebih banyak pengunjung. Berdasarkan hasil kuisioner (Gambar 18), sebagian besar pengunjung menginginkan adanya toilet, tempat duduk, tempat makan dan area parkir.
28
Fasilitas lainnya yang dapat mendukung aktivitas rekreasi adalah wahana permainan dan fasilitas untuk bermain di air. toilet 9%
14%
tempat duduk
12%
tempat makan parkir
17%
7%
area pertunjukkan 7%
pusat informasi
8% 14%
tempat souvenir
12%
Musolla
Gambar 18 Fasilitas pendukung yang diinginkan pengunjung
1
2
Gambar 19 Beberapa fasilitas yang ada di TAISN 1. Rumah makan 2. Toilet yang tinggal puing c.
Aksesibilitas Aksesibilitas menuju tapak cukup mudah, dapat dilakukan dari 2 jalur utama yaitu dari Kabupaten Cirebon dan dari dalam Kota Cirebon itu sendiri, baik itu menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Kondisi jalan untuk menuju ke TAISN Kota Cirebon sangat baik dengan topografi yang datar dan sudah teraspal dengan baik. (Gambar 20). Lokasi tapak mudah dijangkau oleh kendaraan baik dengan menggunakan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. Akses menuju tapak memerlukan waktu 10-11 menit jika ditempuh dari: Terminal Kota Cirebon : ± 5.9 km atau sekitar 11 menit Stasiun Kejaksan Kota Cirebon : ± 4.7 km atau sekitar 10 menit Grage/Pusat Kota : ± 4.5 km atau sekitar 10 menit Aspek Sosial a. Karakteristik pengunjung Dilihat dari persentase pengunjung, sebagian besar pengunjung yang datang ke TAISN adalah remaja berusia antara 14-20 tahun (Gambar 22). Pada umumnya mereka datang dari Kota Cirebon maupun dari daerah sekitarnya seperti Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Tegal (Gambar 23). Dari hasil kuisioner yang telah disebar sebagian
Gambar 20 Aksesibilitas menuju tapak
20
29
30
besar pengunjung datang ke TAISN untuk menikmati pemandangan, belajar fotografi. Sedangkan pengunjung dewasa biasanya datang untuk memancing. Kegiatan yang dilakukan pengunjung di TAISN masih sedikit karena tidak adanya fas ilitas rekreasi yang mendukung kegiatan mereka.
37%
63%
Remaja (14-20 tahun) Dewasa (>20 tahun)
Gambar 21 Karakteristik pengunjung berdasarkan usia
5%
3% 2% Kota Cirebon Kab. Cirebon Kab. Indramayu
35%
55%
Kab. Majalengka Kab. Tegal
Sumber: Dewi 2011
Gambar 22 Daerah asal pengunjung Pengunjung yang datang ke tapak sebagian besar adalah masyarakat Cirebon. Dari hasil kuisioner yang telah dibagikan, sebanyak 44% pengunjung pernah datang ke tapak dengan frekuensi antara 2 hingga 4 kali. Dan sebanyak 23% yang sering mengunjungi tapak dengan frekuensi lebih dari 4 kali.
23% 33%
> 4 kali
2-4 kali 44%
pertama kali
Gambar 23 Karakteristik pengunjung berdasarkan frekuensi kedatangan
31
Berdasarkan hasil kuisioner, aktivitas yang paling sering dilakukan oleh pengunjung di tapak adalah menikmati pemandangan ke arah laut lepas sebanyak 21%. Persentase kegiatan yang banyak dilakukan oleh pengunjung yang datang ke TAISN adalah mengisi waktu luang selain itu memancing juga sering dilakukan oleh pengunjung, persentasi kegiatan memancing yang dilakukan di tapak adalah sebesar 32%. Pengunjung juga melakukan kegiatan rekreasi lainnya baik itu hanya sekedar untuk menikmati view maupun hobi fotografi. Oleh karena itu, untuk mendukung hal-hal tersebut perlu adanya perencanaan pengembangan tapak yang dapat meningkatkan kualitas view yang ada. 3%
mengisi waktu luang jalan-jalan
21%
26% memancing
6% 32%
12%
menikmati pemandangan Foto lainnya
Gambar 24 Karakteristik pengunjung berdasarkan tujuan datang ke tapak b. Preferensi dan persepsi pengunjung Berdasarkan data yang telah diperoleh, baik dari hasil kuisioner maupun wawancara terhadap pengunjung, kedatangan pengunjung ke tapak sebagian besar adalah untuk berekreasi seperti menikmati pemandangan, mengisi waktu luang.. Kegiatan rekreasi pengunjung di tapak masih sangat terbatas karena tidak adanya sarana dan prasarana yang menunjang aktivitas rekreasi. Sebagian pengunjung memberikan penelaian puas terhadap apa yang ada di tapak sebesar 30%, biasa saja 33% dan kurang puas terhadap apa yang ada di tapak yaitu sebesar 37% (Gambar 26). Hal ini memerlukan perhatian baik dari pihak pemerintah Kota Cirebon maupun pengunjung khususnya pengunjung yang berasal dari kota cirebon untuk selalu menjaga lingkungan dan memperhatikan keberadaan TAISN itu sendiri. Sebagian besar pengunjung yang diwawancara mengutarakan bahwa fasilitas yang sangat mereka perlukan saat berada di tapak. Oleh karena itu, untuk menarik kedatangan pengunjung perlu adanya penambahan dan penempatan fasilitas yang sesuai dengan aktivitas pengunjung. Fasilitas yang paling banyak diinginkan oleh pengunjung adalah fasilitas rekreasi yang mampu mendukung kegiatan rekreasi pengunjung serta fasilitas penunjang lainnya seperti area parkir, toilet dan mushollah. Partisipasi aktif masyarakat juga dibutuhkan untuk menyediakan kebutuhan pengunjung. Saat ini, partisipasi aktif dari masyarakat di sekitar tapak untuk memenuhi kebutuhan pengunjung hanya berjualan makanan dan minuman untuk pengunjung.
32
30%
37%
puas biasa saja
33%
kurang puas
Gambar 25 Persepsi pengunjung terhadap TAISN Aspek Legal Menurut RTRW Kota Cirebon tahun 2011-2031, wilayah Kecamatan Lemahwungkuk merupakan wilayah yang direncanakan untuk dijadikan sebagai kawasan wisata. Oleh karena itu, perencanaan TAISN yang berada di Kecamatan Lemahwungkuk dapat membantu pemkot Cirebon untuk merealisasikan rencana tersebut. Akan tetapi, peraturan daerah atau peraturan Walikota yang mengatur Pengelolaan wilayah/kawasan pesisir dan Pantai di Kota Cirebon yang sesuai dengan UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan ruang dan UU No 27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil belum ada. Berdasarkan rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Kota Cirebon tahun 2013, TAISN masuk ke dalam zona Pariwisata subzona Pantai wisata umum di dalam kawasan pemanfaatan umum (Lampiran 3). Oleh karena itu, diperlukan kerjasama yang baik antara pihak pemerintah dan masyarakat sekitar TAIS agar rencana yang telah ada bisa dilaksanakan dengan baik. Sintesis Tahap sintesis merupakan tahap dimana semua data yang telah dianalisis diterjemahkan dalam sebuah peta komposit. Peta komposit didapatkan dari hasil overlay peta tematik yang ada (peta penutupan lahan, peta kesesuaian untuk rekreasi, peta kemiringan lahan), yang kemudian didapatkan zona berupa peta kesesuaian lahan untuk pengembangan rekreasi sebagai dasar dalam pengembangan kawasan. Dari peta komposit yang telah didapat, tapak TAISN terbagi menjadi 3 zona yaitu zona yang sesuai dan cukup sesuai untuk pengembangan area rekreasi serta zona tidak sesuai untuk pengembangan area rekreasi (Gambar 27). Kemudian peta komposit yang telah didapatkan dikembangkan menjadi rencana blok (Gambar 28), yang terdiri dari 3 ruang utama yaitu ruang pelayanan, ruang inti dan dan ruang lindung (Tabel 8). Tujuan klasifikasi zona kesesuaian area rekreasi yaitu untuk menenentukan pengembangan selanjutnya yang disesuaiakan dengan keadaan dan karakter tapak. Berdasarkan analisis yang telah dilakuakan terhadap beberapa aspek maka perlu adanya tindakan untuk mengatasi kendala yang ada di tapak dan tetap mempertahankan atau mengembangkan potensi yang ada. Aktivitas rekreasi yang bisa dilakukan di kawasan TAISN adalah rekreasi pasif dan rekreasi aktif. Rekreasi aktif sebagian besar terdapat di area darat dan rekreasi pasif berada di area pantai dan laut.
33
Tabel 7 Analisis dan sintesis No.
Data
Analisis Potensi
1
Kondisi Tapak a. Biofisik (iklim, topografi, dan vegetasi)
Pada area tanpa vegetasi sangat panas
Penggunaan kanopi dan vegetasi untuk memodifikasi iklim
Bad view pada tapak cukup banyak, tidak ada fasilitas yang mendukung pengunjung untuk sight seeing Lahan di TAISN tidak terawat
Menutup titik-titik bad view dengan vegetasi, membuat fasilitas untuk sight seeing seperti tree bench dan dek
b.
Visual
c.
Penggunaan lahan
Kawasan TAISN merupakan kawasan yang direncanakan untuk mendukung kegiatan wisata di Kota Cirebon,
d.
Aksesibilitas
TAISN dilalui oleh jalan provinsi sehingga mudah dicapai dari pusat Kota Cirebon juga dilalui oleh kendaraan umum Pengunjung sebagian besar sudah mengetahui lokasi TAISN
Lokasi yang agak masuk dan kondisi jalan menuju tapak rusak
pengunjung dari luar Kota Cirebon masih sedikit
Perlu adanya penyebarluasan tentang keberadaan TAISN baik itu melalui media cetak maupun elektronik
-
Tidak ada sarana dan prasarana untuk pengunjung
Aktivitas yang dilakukan pengunjung sebagian besar merupakan aktivitas pasif seperti menikmati pemandangan
Banyak dari pengunjung yang duduk untuk menikmati view dengan duduk di cabang pohon waru yang rendah
Membuat sarana dan prasarana penunjang kegiatan rekreasi untuk pengunjung Membuat fasilitas seperti tree bench untuk menikmati view
Pengunjung
3
Keadaan iklim cukup nyaman dengan vegetasi yang cukup banyak, dan topografi landai cocok untuk kegiatan rekreasi View yang ada menarik untuk sight seeing
Solusi Kendala
Wisata a. Sarana dan prasarana
b. Aktivitas rekreasi
Mengoptimalkan pemanfaatan TAISN sebagai area rekreasi dengan membuat sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan rekreasi Membuat signnage titik lokasi tapak dan memperbaiki jalan menuju tapak
34
Tabel 7 Analisis dan sintesis (Lanjutan) No. 4
Data
Analisis
Legal Peraturan Pemerintah Daerah
Solusi
Potensi
Kendala
Pemerintah Kota Cirebon sudah memiliki rencana untuk mengembangkan TAISN sebagai objek wisata dan rekreasi di Kota Cirebon
Belum adanya peraturan daerah yang mengatur tentang penataan dan pengelolaan wilayah pesisir yang dimanfaatkan untuk kegiatan rekreasi dan wisata
Pemerintah Kota Cirebon membuat perda yang bersangkutan dengan pengembangan area rekreasi
Tabel 8 Pembagian zona pada rencana blok No 1 2
3
Ruang Pelayanan 2 Inti 5 Lindung
Keterangan Area penerimaan merupakan area pintu masuk utama dari TAISN. Di area ini akan disediakan gerbang, ticket box dan pusat informasi Area ini merupakan area inti dari kegiatan rekreasi di tapak. Di area ini akan disediakan sarana dan prasarana yang mendukung aktivitas rekreasi Area ini merupakan area yang berfungsi sebagai penjaga keseimbangan tapak
Konsep Konsep Dasar Perencanaan Konsep dasar dari perencanaan lanskap sebagai kawasan rekreasi merupakan upaya untuk meningkatkan fungsi dan nilai tapak sehingga dapat memberikan rasa kenyamanan serta kepuasan bagi pengunjung. Perencanaan di TAISN Kota Cirebon didasarkan pada konsep rekreasi dan edukasi yang mampu memberikan pengalaman baru kepada pengunjungnya. Dari segi fungsi rekreasi, tapak direncanakan untuk dapat mengakomodasi keinginan pengunjung terhadap tapak agar dapat melakukan aktivitas rekreasi. Aktivitas rekreasi yang direncanakan disesuaikan dengan keadaan tapak dan dengan menyediakan fasilitas sesuai dengan aktivitas yang direncanakan selain itu, tapak bisa dijadikan sebagai sarana pendidikan informal bagi pengunjung mengenai informasi tentang kelautan dan seluk-beluknya. Pengembangan Konsep Pengembangan konsep dibuat untuk menjabarkan konsep dasar yang telah direncanakan sebelumnya. Pengembangan konsep dibuat menjadi lima bagian yaitu konsep ruang, konsep sirkulasi, konsep vegetasi, konsep aktivitas dan konsep fasilitas. a. Konsep ruang Konsep ruang dibuat dengan tujuan menata dan mengalokasikan fungsifungsi yang akan dikembangkan di dalam tapak, yaitu sebagai kawasan rekreasi dan edukasi. Penataan ruang pada tapak harus sesuai dengan kondisi biofisik
Gambar 26 Peta komposit
26
35
Gambar 27 Rencana blok
27
36
37
tapak agar bisa mengurangi dampak negatif dari aktivitas rekreasi yang dilakukan di dalam tapak.
Gambar 28 Diagram konsep ruang b. Konsep Sirkulasi Konsep sirkulasi pada tapak berfungsi sebagai penghubung antar ruang dalam tapak dan dalam masing-masing ruang di tapak. Sirkulasi di dalam tapak dibagi menjadi 3 yaitu sirkulasi primer, sirkulasi sekunder dan sirkulasi tersier (Gambar 29). Sirkulasi primer merupakan sirkulasi dari kendaraan bermotor yang masuk ke dalam tapak dan sirkulasi sekunder yang merupakan jalur sirkulasi pejalan kaki di dalam tapak sedangkan sirkulasi tersier merupakan sirkulasi pengunjung yang dilakukan di air dengan menggunakan sepeda air. Sistem sirkulasi tapak merupakan kerangka yang mengaitkan seluruh aktivitas dan area pendukung yang bisa mengarahkan bentuk aktivitas pengunjung.
Sirkulasi kendaraan bermotor Sirkulasi pengunjung di dalam tapak
Gambar 29 Diagram Konsep sirkulasi dalam tapak
38
c. Konsep vegetasi Konsep vegetasi menjabarkan mengenai vegetasi apa saja digunakan di dalam tapak. Fungsi dari setiap vegetasi yang digunakan disesuaikan dengan fungsi ruang yang ada. Vegetasi yang digunakan di dalam tapak adalah jenis vegetasi yang memiliki fungsi estetik, peneduh, pengarah, dan pembatas antar ruang. Vegetasi berfungsi estetik dan peneduh banyak digunakan untuk meningkatkan kenyamanan dan nilai estetika dalam tapak bagi pengunjung. Vegetasi yang digunakan merupakan vegetasi yang sudah ada di TAISN dan vegetasi tambahan yang disesuaikan dengan fungsi dan tujuannya. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/2008 perihal penggunaan vegetasi pada sempadan pantai, vegetasi yang digunakan adalah tanaman lokal yang sudah teruji ketahanan dan kesesuainnya terhadap kondisi pantai tersebut. Menurut Chiara dan Kopplemen (1994) di dekat tepi laut harus terdapat pepohonan yang memberi fungsi sebagai peneduh, dan melindungi terhadap angin. Pohon berdaun lebat tidak banyak ditanam di tepi pantai karena daun yang jatuh bisa menyebabkan pantai dan perairan menjadi kotor. d. Konsep Aktivitas Konsep aktivitas menjabarkan aktivitas rekreasi apa saja yang bisa dilakukan di dalam tapak yang akan dikembangkan sesuai dengan fungsi ruang yang sudah dibuat sebelumnya (Tabel 9). Aktivitas rekreasi di TAISN ditujukan untuk masyarakat umum baik yang berasal dari Kota Cirebon maupun luar Kota Cirebon bahkan tidak menutup kemungkinan untuk pengunjung dari mancanegara. Secara umum, aktivitas rekreasi yang dikembangkan di TAISN ditujukan untuk semua golongan. Dan aktivitas dengan fungsi edukasi lebih ditekankan pada pengunjung yang ingin belajar mengenai potensi bahari Kota Cirebon dan sekitarnya. Tabel 9 Rrencana aktivitas No 1
Ruang Pelayanan 2
Sub Ruang Penerimaan Pelayanan
2
Inti 5
Lindung 3
Fungsi Ruang Memasuki kawasan, welcome gate Ruang utnuk memenuhi kebutuhan pengunjung
Rekreasi Terbuka Rekreasi Biru
Ruang rekreasi dan interaksi pengunjung Ruang rekreasi air
Rekreasiedukasi
ruang pembelajaran informal bagi pengunjung
Jenis Aktivitas Keluar masuk tapak, ticketting Parkir, belanja, makan dan minum, ibadah, bersihbersih Interaksi sosial dan berekreasi Rekreasi pantai, memancing, sepeda air Mengelilingi museum bahari indoor, outdoor science park
Ruang lindung, menyangga sumber daya tapak
e. Konsep Fasilitas Konsep fasilitas merupakan penjabaran dari fasilitas-fasilitas yang akan disediakan di tapak yang mendukung fungsi ruang dan aktivitas rekreasi pengunjung. Fasilitas di dalam tapak dibagi menjadi 2 yaitu fasilitas rekreasi dan fasilitas non-rekreasi. Fasilitas yang disediakan di dalam tapak disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan pengunjung dalam beraktivitas yang juga
39
disesuaikan dengan ketersediaan lahan pada tapak. Lokasi dari setiap fasilitas dibuat dengan memperhitungkan keterkaitan hubungan antar masing-masing ruang dan fasilitas serta antara fasilitas dan kenyamanan pengunjung (Tabel 10). Tabel 10 Konsep fasilitas No 1
Ruang Pelayanan 2
Sub Ruang Penerimaan
Fungsi Ruang Memasuki kawasan, welcome gate Ruang utnuk memenuhi kebutuhan pengunjung
Pelayanan
Inti 2
Terbuka
Ruang rekreasi dan interaksi pengunjung Ruang rekreasi air
2 Biru Rekreasi-edukasi 3
Lindung
-
ruang pembelajaran informal bagi pengunjung Ruang konservasi, menyangga sumber daya tapak
Fasilitas Gerbang utama, signnage, tiket box Parkir motor, mobil, kantin, kios souvenir, mushollah, toilet Panggung seni, arena permainan Dek, sepeda air, dek pemancingan Museum bahari Dek
Perencanaan Lanskap Hasil akhir perencanaan menghasilkan gambar rencana lanskap yang disajikan secara grafis. Berdasarkan hasil analisis yang berupa rencana blok dan konsep yang telah dibuat, kemudian dikembangkan menjadi rencana tapak. Rencana tapak yang dibuat meliputi rencana tata ruang, rencana sirkulasi, rencana vegetasi, rencana aktivitas dan fasilitas yang mendukung kegiatan rekreasi pada tapak. Perencanaan Lanskap Rekreasi Pesisir TAISN Kota Cirebon dihasilkan melalui tahap-tahap pengembangan konsep pada setiap aspek. Gambar 32 merupakan gambar rencana lanskap keseluruhan TAISN. Rencana yang telah dibuat diharapkan dapat memberikan dampak yang baik kepada pengunjung. Hasil akhir perencanaan menghasilkan gambar rencana lanskap yang disajikan secara grafis. Berdasarkan hasil analisis yang berupa rencana blok dan konsep yang telah dibuat, kemudian dikembangkan menjadi rencana tapak. Rencana tapak yang dibuat meliputi rencana tata ruang, rencana sirkulasi, rencana vegetasi, rencana aktivitas dan fasilitas yang mendukung kegiatan rekreasi pada tapak. Rencana Ruang Rencana ruang merupakan penjabaran lebih rinci dari konsep ruang yang telah dibuat. Pada konsep ruang terdapat 3 ruang utama yaitu ruang pelayanan, ruang inti, dan ruang lindung (Gambar 31) . Persentase luasan pengembangan ruang dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Alokasi ruang No 1.
Ruang Pelayanan
2.
Inti
3.
Lindung
Sub Ruang Penerimaan Pelayanan Rekreasi terbuka Rekreasi biru Rekreasi-edukasi -
Luas (m2) 606.80 9 768.42 15 105.74 30 223.12 6 053.44 9 475.39
Persentase % 0.85 13.71 21.21 42.43 8.50 13.30
Gambar 30 Rencana ruang
30
40
41
Ruang pelayanan memiliki luas total sebesar 10 375.22 m2 (14.56%). Ruang pelayanan merupakan ruang yang dikhususkan untuk mendukung aktivitas rekreasi yang terdiri dari sub ruang penerimaan dan sub ruang pelayanan. Sub ruang penerimaan merupakan ruang pertama yang akan didatangi oleh pengunjung. fungsi utama dari sub ruang penerimaan adalah sebagai welcome gate dan akses utama untuk masuk ke dalam tapak. Pada sub ruang ini dapat ditambahkan signage yang berfungsi sebagai pemberi identitas bagi tapak. Kemudian sub ruang pelayanan, pada sub ruang ini kebutuhan penunjang aktivitas rekreasi bagi pengunjung disediakan seperti tempat parkir kendaraan, tempat berbelanja, restoran/tempat makan, ibadah dan bersih-bersih. Ruang inti memiliki total luas sebesar 51 382.3 m2 (72.14%) yang merupakan ruang di mana semua aktivitas rekreasi dilakukan. Ruang ini memanfaatkan sebagian besar luasan tapak. Sub ruang rekreasi terbuka merupakan sub ruang yang mengakomodasi aktivitas rekreasi di tapak. Di sub ruang ini akan disediakan fasilitas dan wahana permainan untuk pengunjung. Sub ruang rekreasi biru merupakan sub ruang dengan aktivitas rekreasi yang berhubungan dengan air seperti memancing, bermain di pantai dan bermain sepeda air. Dan sub ruang rekreasi edukasi merupakan sub ruang yang dibuat untuk mengakomodasi keinginan pengunjung yang ingin belajar tentang bahaei dan kelautan. Pada sub ruang ini ada museum bahari yang difungsikan untuk menginformasikan mengenai kondisi kelautan dan potensi bahari dari Kota Cirebon dan sekitarnya. Ruang lindung yaitu ruang yang disediakan khusus untuk menjaga kelestarian dan keasriaan lingkungan di dalam tapak. Lokasinya yang di dekat laut membuat ruang ini harus mendapatkan perhatian khusus baik dari pengelola maupun dari pengunjung. Rencana Sirkulasi Rencana sirkulasi merupkan rencana dari alur sirkulasi yang akan digunakan pengunjung selama berada di dalam tapak. Sirkulasi di dalam tapak akan dibagi menjadi 3 yaitu sirkulasi primer untuk kendaraan, sirkulasi sekunder untuk pejalan kaki dan sirkulasi tersier yang dilakukan di air yang bisa dilakukan dengan menggunakan sepeda air. Rencana sirkulasi primer ada di ruang pelayanan yang digunakan untuk area parkir, sirkulasi sekunder merupakan sirkulasi yang paling banyak di dalam tapak. Tipe dari sirkulasi sekunder di dalam tapak adalah radial yang dimaksudkan agar pengunjung bisa lebih bebas untuk mengelilingi keseluruhan tapak. Sedangkan sirkulasi tersier adalah sirkulasi yang dilakukan di wahana permainan yang berada di air. Rencana Aktivitas dan Fasilitas Rencana aktivitas yang dibuat dan dikembangkan direncanakan untuk mengisi ruang-ruang yang telah dibentuk. Setiap ruang yang ada memiliki aktivitas rekreasi yang berbeda sesuai dengan fungsi dari setiap ruang yang ada. Untuk mendukung aktivitas-aktivitas yang direncanakan, diperlukana fasilitas rekreasi yang mampu menunjuang aktivitas pengunjung tersebut (Tabel 12). Fasilitas rekreasi yang ditambahkan adalah fasilitas umum dan fasilitas khusus rekreasi. Fasilitas ini disediakan agar dapat menunjang aktivitas rekreasi secara maksimal.
42
Tabel 12 Rencana aktivitas dan fasilitas No 1
Sub Ruang Penerimaan
Fungsi Ruang Memasuki kawasan, welcome gate Ruang untuk memenuhi kebutuhan pengunjung
Pelayanan
2
3
Terbuka Biru
Ruang rekreasi dan interaksi pengunjung Ruang rekreasi air
Rekreasiedukasi
ruang pembelajaran informal bagi pengunjung
Lindung
Ruang konservasi, menyangga sumber daya tapak
Jenis Aktivitas Keluar masuk tapak, ticketing Parkir, belanja, makan dan minum, ibadah, bersih-bersih Interaksi sosial dan berekreasi Rekreasi pantai, memancing, sepeda air Mengelilingi museum bahari indoor dan outdoor science park Sight seeing
Fasilitas Gerbang utama, signnage, ticket box Parkir motor, mobil, kantin, kios suvenir, mushollah, toilet Panggung seni, arena permainan Dek, sepeda air, dek pemancingan Museum bahari
Dek
Rencana Vegetasi Rencana vegetasi merupakan pengembangan dari konsep vegetasi. Rencana vegetasi ini menjabarkan lebih lanjut mengenai vegetasi yang akan digunakan pada tapak sesuai dengan konsep yang telah dibuat. Pemilihan jenis dan fungsi vegetasi disesuaikan dengan konteks ruang yang telah direncanakan. Vegetasi yang akan digunakan adalah vegetasi dengan fungsi-fungsi (Tabel 13) yang juga disesuaikan dengan rencana ruang dan aktivitas yang telah dibuat sebelumnya. Beberapa vegetasi yang digunakan diantaranya angsana, ketapang, flamboyan dan glodogan tiang. Tabel 13 Rencana vegetasi di tiap ruang Fungsi Vegetasi Ruang Penerimaan Pelayanan Rekreasi-edukasi Rekreasi Biru Ruang terbuka
Peneduh
Pengarah
Estetik
Pembatas
Rencana Daya Dukung Daya dukung dari setiap ruang dihitung berdasarkan kebutuhan standar seseorang dalam suatu area tertentu. Daya dukung dari setiap ruang bisa dilihat pada Tabel 14. Daya dukung dihitung untuk mengetahui kemampuan tapak dalam menampung kegiatan rekreasi, menjaga kelestarian tapak dari bahaya kerusakan yang diakibatkan oleh kelebihan kapasitas tapak pada saat aktivitas rekreasi sedang berlangsung. Tabel 14 Rencana daya dukung No
Ruang
Fasilitas
1Penerimaan
Keluar masuk tapak, ticketting
2Pelayanan
Parkir, belanja, makan dan minum,
Luas (m2)/Jumlah Gerbang utama, signnage, ticket box
Standar
Parkir mobil
2.4mX6m/ mobil
-
Luas (m2) -
Unit
DD
Rotasi
-
-
-
DD/ hari -
1168
-
73
2
146a
43
Tabel 14 Rencana Daya dukung (Lanjutan) No
Ruang
Fasilitas
Luas (m2)/Jumlah Parkir motor
Luas (m2) 150
Unit
DD
Rotasi
-
100
2
DD/ hari 200a
1 248
8 unit
128
4
512b
2m2/orang
312
-
156
4
624c
Mushollah
1m2/orang
150
-
150
5
450
Toilet
2mX1.5m/ orang -
168
-
-
-
56
864
-
-
-
120d
Kincir-kincir
2orang/ker eta
-
20 kereta
40
21
840e
Carousel kuda
1 orang/ kereta
-
30 kereta
30
21
360e
Bumper car
5m2
150
15 car
30
9
270f
Carousel teacups Cliff hanger
-
40
21
840e
-
20 kereta 8 kereta
16
21
336e
CPG Dek
2 orang/ kereta 2orang/ker eta 21 1.5
630 573
-
30 -
3 -
90 380
Sepeda air
10 m2
3000
15 unit sepeda
45
9
405g
Dek memancing Museum bahari Outdoor Science park dek
1.5
360
-
-
-
120
3
502
-
167
3
501
-
1136
-
-
-
183d
Tempat makan Kios souvenir
Terbuka 3
Biru 4
5 Rekreasiedukasi
Interaksi sosial dan berekreasi
Rekreasi pantai, memancing, sepeda air
Mengelilingi museum bahari indoor Sight seeing
Panggung seni
Standar 0.75mX2m /motor 2m2/orang
Lindung 6 Sumber: Chiara dan Koppelman (1997), Haris dan Dines (1988) dengan modifikasi a Asumsi parkir kendaraan pengunjung maksimal adalah 6 jam per hari b Asumsi wakktu makan yang diperlukan pengunjung adalah maksimal 2 jam c Asumsi untuk berkeliling di kios suvenir adalah maksimal 2 jam d Setiap 186 m2 mampu menampung 30 orang e Asumsi sekali main 15 menit, 5 menit persiapan naik, 5 menit putar, 5 menit turun f Asumsi sekali main bumper car 30 menit dan 15 waktu transisi g Asumsi sekali main bumper car 30 menit dan 15 menit waktu transisi
Menurut Chiara dan Koppelman (1997) kebutuhan ruang untuk bermain di petak atau playground adalah 21 m2 luas playground yang direncanakan di TAISN adalah 630 m2 maka area tersebut dapat menampung 30 orang. Waktu yang dilakukan untuk bermain adalah sekitar 3 jam sehingga jika TAISN beroperasi selama 9 jam dari pukul 08.00-17.00 maka dalam satu hari, kegiatan bermain di
44
playground adalah 4 kali rotasi. Jadi daya dukung di Children Playground (CPG) dalam satu hari adalah 30 orang dikalikan 3 (rotasi) yaitu 90 orang. Daya dukung dari wahana permainan yang ada di TAISN disesuaikan dengan jenis dari permainannya sendiri. Misalkan untuk kincir-kincir dengan 20 kereta dan memiliki daya tampung 2 orang per keretanya memiliki daya tampung 40 orang sekali putar. Jadi jika waktu yang dibutuhkan untuk menaiki kincirkincir adalah 15 menit (5 menit untuk berputar dan dan 10 menit untuk waktu transisi, yaitu 5 menit sebelum naik dan 5 menit sebelum turun) maka dalam sehari rotasi yang terjadi adalah 21 kali sehingga daya dukung untuk wahana kincir-kincir adalah 840 orang. Begitu pula dengan wahana permainan lainnya, asumsi yang digunakan adalah 15 menit. Perhitungan daya dukung untuk kegiatan wisata edukasi di museum bahari dan outdoor Science park adalah 684 orang. Waktu yang diperlukan pengunjung untuk berkeliling di museum bahari adalah 3 jam dengan standar 3 meter 2 untuk 1 orang, sehingga daya dukung dari museum bahari selama sehari adalah 501 orang, sedangkan jumlah pengunjung di outdoor science park 183 orang. Kegiatan memancing di kolam yang ada memiliki daya dukung 120 orang perhari, hal ini diestimasikan jika waktu yang diperlukan 1 orang untuk memancing adalah selama jam operasional TAISN. Dan daya dukung untuk wahana sepeda air adalah 405 orang dengan standar 10 m2 untuk pergerakan sepeda airnya. Rencana Tapak TAISN merupakan salah satu titik wisata rekreasi berpotensi yang ada di Kota Cirebon yang belum dikembangkan secara optimal. Perencanaan lanskap TAISN diharapkan mampu meningkatkan kualitas area TAISN menjadi lebih nyaman, aman dan menarik untuk kegiatan rekreasi. Produk akhir dari penelitian ini adalah berupa rencana lanskap dari TAISN (Gambar 32). Rencana lanskap ini merupakan gabungan dari rencana ruang, rencana sirkulasi, rencana aktivitas dan fasilitas yang telah dibuat sebelumnya. Fasilitas yang ada pada tapak dibuat untuk mendukung aktivitas reekreasi pengunjung yang disesuaikan dengan konsep rekreasi dan edukasi. Museum bahari dan outdoor science park dibuat untuk mengakomodasi pengunjung untuk mendapatkan pengetahuan tentang bahari dan kelautan secara informal. Tree bench dan dek (Gambar 33) juga disediakan untuk pengunjung yang datang untuk menikmati view di tapak. Fasilitas lainnya yang ada ditapak adalah panggung seni dan area permainan, fasilitas ini dibuat karena TAISN merupakan area rekreasi keluarga yang memiliki wahan permainan dan CPG (Gambar 35).
Gambar 31 Rencana tapak
31
45
Gambar 32 Perbesaran 1
32
Tanpa skala
46
Gambar 33 Perbesaran 2
33
Tanpa skala
47
Gambar 34 Ilustrasi 1
Ilustrasi dek
Ilustrasi Tree Bench
34
48
Gambar 35 Ilustrasi 2
Ilustrasi Area Parkir
Ilustrasi Gerbang
35
49
Gambar 36 Ilustrasi 3
Ilustrasi CPG
Ilustrasi Area permainan
36
50
51
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan TAISN merupakan area yang direncanakan oleh Pemerintah Kota Cirebon sebagai kawasan wisata dan rekreasi. Hal ini sesuai dengan RTRW Kota Cirebon tahun 2011-2031. Lokasinya yang berada dekat dengan pusat kota dapat menarik pengunjung untuk datang ke tapak. Saat ini TAISN Kota Cirebon tidak digunakan sebagai area rekreasi sebagaimana tujuan pembuatan awalnya sehingga belum memiliki fasilitas rekreasi untuk mendukung aktivitas rekreasi di dalamnya. Oleh karena itu, perencanaan tapak TAISN untuk mendukung rencana Pemerintah Kota Cirebon. Berdasarkan hasil analisis, tapak terbagi menjadi 3 zona yaitu zona yang sesuai, cukup sesuai dan tidak sesuai untuk dikembangkan sebagai area rekreasi. Konsep perencanaan tapak yang dikembangkan adalah rekreasi dan edukasi yang mampu memberikan pengalaman dan pengetahuan bagi pengunjung. Pengembangan konsep diarahkan dengan pembagian konsep ruang, pembuatan konsep sirkulasi, aktivitas dan fasilitas yang akan dilakukan di tapak. Tapak dibagi menjadi 3 ruang utama yaitu ruang pelayanan 14.56%, ruang inti 72.14% dan ruang lindung 13.3%. Fasilitas yang disediakan di tapak disesuaikan dengan ruang dan jenis aktivitas yang dilakukan pengunjung. Saran Pemanfaatan tapak sebagai objek rekreasi tetap memerlukan perhatian lebih untuk menjaga keseimbangan lingkungan. Untuk mendukung tindakan tersebut diperlukan studi dan penataan ruang sekitar tapak untuk meningkatkan karakter tapak. Pengembangan tapak untuk kegiatan rekreasi sebaiknya menggunakan area di sekitar tapak untuk mengakomodasi fasilitas pendukung rekreasi lainnya. Promosi juga perlu dilakukan untuk mempopulerkan kembali TAISN sebagai area rekreasi, promosi tersebut bisa dilakukan melalui media cetak maupun internet dan website yang dapat diakses dengan mudah oleh pengunjung sehingga bisa menarik minat pengunjung untuk datang ke tapak. Selain itu, kerja sama yang baik antara Pemerintah Kota Cirebon dan masyarakat pun sangat dibutuhkan untuk menjaga dan mengembangkan TAISN Kota Cirebon.
DAFTAR PUSTAKA Ariani L. 2000. Perencanaan Lanskap Kawasan Rekreasi Pantai Widarapayung Di Cilacap Jawa Tengah. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Avenzora, Ricky. 2008. Ekoturisme-Teori dan Praktek. Nias (ID): BRR NADNIAS [Bappeda] Badan Perencanaan dan Pengembangan Daerah Kota Cirebon. 2012. Kota Cirebon dalam Angka. Cirebon (ID) Bell, Simon. 1997. Design for Outdoor Recreation. London (GB): Spon Press. [BMKG] Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. 2014. Klimatologi Kecamatan Lemahwungkuk Kota Cirebon. Jakarta (ID). [BPS] Badan Pusat Statistik Kota Cirebon. 2013. Kecamatan Lemahwungkuk Dalam Angka 2012. Cirebon (ID): BPS dan Bappeda Kota Cirebon. Brooks, R.G. 1988. Site planning (environment, Process and development). New Jersey (US): Prentice Hall career & technology Chiara, JD dan Kopplemen, LE. 1994. Standar Perencanaan Tapak. Ir. Januar Hakim, penerjemah. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Site Planning Standards. Routledge. Dewi, Nella Tiara. 2011. Pengembangan Taman Ade Irma Suryani Nasution sebagai Objek Wisata Berkelanjutan di Kota Cirebon [Skripsi]. Bandung (ID): Universitas Pendidikan Indonesia Diarta, I.K.S dan Ika K. P. S. 2013. Petunujuk pengembangan ekowisata pantai dan rekreasi perairen. Teguh, F dan Ricky A, editor. Jakarta (ID): Gramedia [DKP3] Dinas Kelautan Perikanan Peternakan dan Pertanian Kota Cirebon. 2013. Buku Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Kota Cirebon. Cirebon (ID) [Disporbudpar] Dinas Pendidikan Olahraga Budaya dan Pariwisata Kota Cirebon. 2014. Revitalisasi Taman Rekreasi Taman Ade Irma Suryani Nasution Kota Cirebon. Cirebon (ID) Douglas, WR. 1982. Forest Recreation. New York (US): Pergamon Press. Gunn CA. 1988. Tourism Planning. 2nd ed. New York (US): Taylor and Francis. Gold, SM. 1980. Recreation Planning and Design. New York (US): McGraw Hill Book Laurie, M. 1975. An Introduction to landscape Architecture. New York (US): American Elsevier Publishing Co., Inc. Lestari G, Kencana IP. 2011. Galeri Tanaman Hias Lanskap. Depok (ID): Penebar Swadaya Nurisyah S. 2000. Rencana pengembangan fisik kawasan wisata bahari di wilayah pesisir Indonesia. Bul Taman Lanskap Indonesia. 3(2):49-54. Nurisjah S. 2004. Analisis dan Perencanaan Tapak. Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (ID) Nurisjah S, Pramukanto Q. 2008. Penuntun Praktikum Perencanaan Lanskap. Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor (ID).
53
[Permen] Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 41. 2007. Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya. Jakarta (ID) [Permen] Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5. 2008. Penggunaan Vegetasi pada Sempadan Pantai. Jakarta (ID) Pesawaran R. 2010. Rencana Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan PulauPulau Kecil Kabupaten Pesawaran. Gedong Tataan (ID): Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung Simonds JO. dan Barry WS. 2006. Landscape Architecture. New York (US): McGraw Hill Book Company, Inc. [UU] Undang-Undang Republik Indonesia No. 9. 1990. Kepariwisataan. Jakarta (ID) [UU] Undang-Undang Republik Indonesia No. 26. 2007. Penataan Ruang. Jakarta (ID) [UU] Undang-Undang Republik Indonesia No. 27. 2007. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Jakarta (ID) Waryono T. 2000. Reklamasi Pantai ditinjau dari Segi Ekologi Lansekap dan Restorasi. [Internet]. [diunduh 2014 Juni 23]. Tersedia pada: http://staff.blog.ui.ac.id/tarsoen.waryono/files/2009/12/5-reklamasipantai.pdf Yoeti H Oka. 1985. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung (ID): Angkasa Bandung
55
LAMPIRAN
57
Lampiran 1 Kuisioner penelitian DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERENCANAAN ULANG TAMAN ADE IRMA SURYANI NASUTION SEBAGAI OBJEK REKREASI DI KOTA CIREBON Tanggal Pengambilan No. Kuisioner
:................................................ : ...............................................
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera, Saya Kukuh Amaliyanti, mahasiswa semester 8 Departemen Arsitektur Lanskap di Institut Pertanian Bogor. Saya mengharapkan bantuan dari Bapak/Ibu/Kakak/Adik untuk mengisi kuisioner penelitian saya yang berjudul Perencanaan TAISN Kota Cirebon. Terima kasih atas kesediannya.
Identitas Responden Kategori Nama Jenis kelamin Umur Asal Pekerjaan
: Pengunjung : ................................. : laki-laki/perempuan : ........ tahun : ................. : ................
Persepsi dan preferensi pengunjung 1. Apa tujuan Anda datang ke Taman Ade Irma Suryani ini? a. Mengisi waktu luang b. Jalan-jalan c. Memancing/mencari ikan d. Menikmati pemandangan e. ........................... 2. Berapa kali Anda datang ke Taman Ade Irma Suryani? a. 1 kali b. 3 kali c. 4 kali d. > 4 kali e. ........ 3. Bersama siapa Anda berkunjung ke Taman Ade Irma Suryani? a. Teman b. Keluarga c. Rombongan d. Sendiri e. pasangan 4. Apa yang Anda rasakan ketika berada di Taman Ade Irma Suryani ini? a. Menarik b. Biasa saja c. Kurang menarik alasannya ................................................................. d. Tidak menarik Alasannya ............................................................... 5. Berapa waktu yang Anda habiskan di tempat ini? a. 1 jam b. 2 jam c. 3 jam d. > 3 jam e. ............ 6. Apakah sarana dan prasarana yang ada memadai? a. Ya b. Cukup memadai c. Tidak memadai 7. Jika ada perbaikan di Taman Ade Irma Suryani, apa yang Anda inginkan?
58
a. ........................................... b. ............................................... c. ................................................ d. .............................................. e. ................................................. 8. Fasilitas apa saja yang Anda inginkan di Taman Ade Irma Suryani? a. ................................................ b. ................................................ c. ................................................ d. ................................................ e. ................................................ 9. Darimana Anda mengetahui keberadaan Taman Ade Irma Suryani? a. Teman b. Keluarga c. Internet d. Media massa e. ............................... 10. Bagaimana cara Anda menuju Taman Ade Irma Suryani ini? a. Naik sepeda b. Naik sepeda motor c. Naik mobil pribadi d. Naik angkot e. ............................... 11. Jika taman Ade Irma Suryani ini akan dikembangkan, aktivitas apa saja yang Anda inginkan? Kegiatan Rangking a. Memancing ................ b. Fotografi ................ c. Duduk-duduk ................ d. Menikmati pemandangan ................ e. Jalan santai ................ f. Berjualan ................ g. Pertunujukan ................ h. Lainnya ......................... ................. 12. Jenis fasilitas apa yang Anda inginkan untuk mendukung aktivitas tersebut? a. Pusat informasi b. Tempat duduk c. Area pertunjukkan d. Tempat souvenir e. Tempat parkir f. Lainnya ........................... g. Apa harapan Anda sehubungan dengan adanya perencanaan di Taman Ade Irma Suryani ini? ........................................................................................................................................ ........................................................................................................................................ ........................................................................................................................................ ...................................................... --------------Terima Kasih atas perhatian dan kerjasamanya ----------------
59
Lampiran 2 Peta tata guna lahan Kecamatan Lemahwungkuk
60
Lampiran 3 Tabel Rencana zona dan subzona pada kawasan pemanfaatan umum Kota Cirebon Kawasan Pemanfaatan umum
Zona Perikanan budidaya
Subzona Budidaya air payau Budidaya air tawar Budidaya air laut
Perikanan tangkap Perindustrian
Jalur 1. A Jalur 1. B Pengolahan hasil perikanan
Pergudangan Bengkel dan docking kapal Industri non kelautan
Pariwisata
Pantai wisata umum
Wisata budaya/religius Pertanian Pelabuhan
Permukiman
Pertanian campuran Perhubungan laut umum Perikanan Nusantara Perikanan Pantai
Kampung Nelayan Perkotaan
Kecamatan (Lokasi) Komoditi budidaya ikan bandeng, udang windu dan kepiting bakau di Kelurahan Kesenden Kecamatan Kejaksan dan Kecamatan Lemahwungkuk Komoditi budidaya Kerang hijau dan Ikan kakap dalam Karamba Jaring Apung di Perairan pantai Kota Cirebon DPI Perairan pantai (0-2 mil) Kota Cirebon DPI Perairan pantai (2-4 mil) Kota Cirebon Pengolahan ikan skala industri rumah tangga di Kejaksan dan Lemahwungkuk Pengolahan kulit udang menjadi chitosan: di Kawasan PPN Kelurahan Kejawanan dan Pegambiran; Industri jaring (Pabrik Jaring Arida) di Kelurahan Pegambiran; Kecamatan Lemahwungkuk Kecamatan Lemahwungkuk Industri pengolahan tembakau: terletak di Kelurahan Panjunan; Industritekstil terletak di Kelurahan Pegambiran; Industri pakan ternak di PPN Kejawanan dan Pegambiran. Fishing sport di sekitar perairan lokasi pemasangan rumpon dasar Wisata pantai Kejawanan di Kelurahan Pegambiran dan kesenden di Kelurahan Kesenden Wisata buatan di Kelurahan Pegambiran, Kelurahan Kesenden; Taman Ade Irma Suryani di Kelurahan Lemahwungkuk Keraton Kanoman di Kelurahan Lemahwungkuk; Stasiun Kereta Api di Kelurahan Kejaksan Kecamatan Lemahwungkuk Pelabuhan Muarajati Cirebon Kelurahan Panjunan Kecamatan Lemahwungkuk PPN Kejawanan Kelurahan Pegambiran Kecamatan Lemahwungkuk Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kali Pesisir, PPI Cangkol dan PPI Kesenden Kota Cirebon Kecamatan Lemahwungkuk dan Kecamatan Kejaksan Kecamatan Lemahwungkuk dan Kecamatan Kejaksan
Sumber: Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kota Cirebon (DKP3 Kota Cirebon 2013).
61
Lampiran 4 Karakteristik Sungai-Sungai di Satuan Wilayah Sungai CimanukCisanggarung Nama Sungai
Luas DPS (km2)
Panjang (km)
Lebar (m)
Anak Sungai
Kelerengan
Ciluncat Citempel Cimanuk Cisanggarung Bondet
179,62 1.150,20 3.557,10 834,30 9,80
41,40 79,10 258,40 103,60 10,50
15,00 20,00 60,00 80,00 10,00
5 67 774 244 0
0,000170 0,000530 0,00590 0,00770 0,00140
Debit Banjir (m3/detik) 450,00 618,00 1.125,00 712,00 226,00
Sumber: Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kota Cirebon (DKP3 Kota Cirebon 2013)
Lampiran 5 Temperatur rata-rata Kota Cirebon Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
Suhu (oC) pada Tahun 2009 2010 2011 29.9 31.4 30.3 28.9 31.3 30.6 31.7 32.0 31.1 31.3 32.0 31.4 30.3 32.0 31.6 31.9 30.9 31.8 32.7 31.5 32.2 30.9 31.6 32.9 35.1 30.2 34.2 32.4 31.4 35.0 33.3 31.4 32.6 32.3 30.6 32.2
2012 30.7 31.6 31.6 32.2 30.8 31.7 32.8 33.5 34.4 34.7 33.9 31.7
2013 30.2 31.3 32.1 30.7 29.8 31.2 31.3 33.6 34.6 35.1 33.3 30.7
Sumber: BMKG 2014
Lampiran 6 Kelembapan rata-rata Kota Cirebon Kelembapan (%) pada Tahun Bulan 2009 2010 2011 2012 Januari 75.0 80.0 72.0 73.0 Februari 79.0 78.0 76.0 62.0 Maret 72.0 72.0 77.0 71.0 April 70.0 72.0 68.0 70.0 Mei 55.0 75.0 59.0 56.0 Juni 61.0 63.0 53.0 56.0 Juli 52.0 59.0 53.0 57.0 Agustus 54.0 60.0 47.0 57.0 September 47.0 69.0 50.0 56.0 Oktober 50.5 63.0 53.0 53.0 Nopember 58.0 71.0 66.0 66.0 Desember 71.0 72.0 68.0 77.0 Sumber: BMKG 2014
2013 84.0 83.5 80.5 82.5 86.0 82.5 74.0 68.0 71.0 74.5 77.5 87.0
62
Lampiran 7 Curah hujan Kota Cirebon Curah Hujan (mm) pada Tahun 2009 2010 2011 2012 Januari 138.5 357 17.8 145.3 Februari 310 354 95 487.2 Maret 154 165 424.2 358.1 April 98.5 101 215 52.5 Mei 82 212 134.3 164 Juni 210.5 139 110 10.9 Juli 158 29,5 Agustus 4.5 61 September 40 144 Oktober 134 133.9 3.01 Nopember 103.5 257 156.5 70.5 Desember 209.5 298 208 385.8 Sumber: BPS, Kota Cirebon dalam Angka 2012 dan 201 Bulan
2013 404.5 161 334 175.7 214.5 233.5 190 30 74 136 731.1
63
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Cirebon, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 8 Maret 1992 dari pasangan Bapak Kunadi dan Ibu Suharti. Penulis merupakan anak pertama dari 3 bersaudara. Penulis mengawali jenjang pendidikan di SD Negeri IV Tegalwangi, Weru, Cirebon pada 1998-2004. Pada tahun 2004, penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang sekolah menengah di SMP Negeri 1 Plumbon, Kab. Cirebon (2004-2007) dan SMA Negeri 1 Sumber, Kab. Cirebon. Penulis mendapatkan kesempatan masuk perguruan tinggi Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada 2010 dengan mayor Arsitektur Lanskap. Selama menempuh studi di IPB, penulis mendapatkan pengalaman sebagai asisten mata kuliah Teknik Penulisan Ilmiah pada tahun ajaran 2013-2014, aktif dalam organisasi dan kepanitiaan mahasiswa. Di lingkungan Departemen Arsitektur Lanskap, penulis aktif sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap IPB (HIMASKAP) pada 2011-2013 serta tergabung dalam anggota Perhimpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap Indonesia (PERHIMALI) pada 2013. Selain sebagai pengurus Himaskap, penulis juga aktif sebagai sekretaris umum di Klub Pecinta Alam (KOALA) Himaskap pada 2013-2014.