PERENCANAAN SISTEM PLAMBING PADA KERETA API SANCAKA DAN STASIUN SURABAYA (GUBENG – SEMUT)
PLUMBING SYSTEM PLAN IN SANCAKA TRAIN AND SURABAYA RAILWAY STATION (GUBENG - SEMUT) CANDRA DWI RISTIKA dan Ir. DIDIK BAMBANG SUPRIYADI, MT. Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya email:
[email protected]
Abstrak Kereta Sancaka merupakan kereta api yang tidak pernah sepi dengan penumpang. Oleh karena itu diperlukan suatu usaha perbaikan pelayanan baik di kereta api ataupun stasiun dari pihak PT.KAI yang saat ini dirasa kurang optimal. Dalam tugas akhir ini direncanakan sistem plambing yang mencakup air bersih, air buangan, dan hydrant di stasiun maupun gerbong kereta api. Perencanaan ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari PT. KAI , PT.INKA, dan literatur serta data primer dengan observasi langsung tentang kondisi perpipaan air bersih, buangan, dan hydrant di kereta api Sancaka maupun stasiun. Dengan perencanaan ini diharapkan dapat memberi manfaat berupa masukan kepada PT.KAI, sehingga dapat merealisasikan kondisi ruang saniter yang lebih nyaman dan pembuangannya tidak mencemari lingkungan serta sistem plambing yang sesuai baik untuk kereta api maupun stasiun. Untuk mengurangi pencemaran lingkungan dirancang tangki penampungan air buangan sementara di gerbong kereta api, untuk selanjutnya limbah akan diolah pada Anaerobic Baffle Reactor (ABR).
Kata kunci: Air bersih, air buangan, fire hydrant, kereta api, plambing, ruang saniter.
1
Abstract Sancaka train is a train that never deserted by passengers. Therefore we need a good service improvement efforts on the train or station by PT.KAI which was considered less than optimal. In this final project planned plumbing system that includes water, sewer, and hydrant at a train or station as well. This planning using secondary data obtained from the PT. KAI, PT.INKA, and literature as well as primary data with direct observation of the condition of water piping, wastewater, and a fire hydrant on the Sancaka train or station. With this plan is expected to provide benefits in the form of inputs to PT.KAI, so that they can realize their living conditions more comfortable and sanitary disposal does not pollute the environment and the appropriate plumbing systems for both trains and stations. The wastewater’s holding tank designed on a train to reduce environmental pollution while, next to the waste will be processed on the Anaerobic Baffle Reactor (ABR).
Key words: Water, wastewater, fire hydrant, train, plumbing, sanitary room.
1. Pendahuluan Angkutan kereta api memiliki potensi dan peluang besar dalam sistem transportasi yang mampu menampung penumpang serta muatan berat dalam jumlah besar. Pada perencanaan ini dipilih Kereta Api Sancaka karena kereta api ini merupakan kereta yang tidak pernah sepi dari penumpang baik pada hari kerja maupun saat liburan. Pada angkutan kereta api sering timbul permasalahan kenyamanan, yaitu ketersediaan air yang seringkali tidak dapat memenuhi kebutuhan pengguna toilet sehingga terkadang timbul bau yang tidak sedap, pembuangan air limbah yang langsung ke rel dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan masyarakat dan menurunkan nilai estetika lingkungan sehingga pada saat kereta berhenti pada stasiun tertentu penumpang tidak dapat menggunakan toilet. Pembuangan dari kereta api tidak hanya berasal dari pembuangan toilet, tetapi juga berasal dari air bekas pencucian pada kereta makan. Permasalahan pada toilet kereta api tersebut juga sering kali terjadi pada stasiun kereta api, selain itu ketersediaan air di kereta api tergantung pada pengisian air bersih dari stasiun pengisi,
2
oleh karena itu diperlukan suatu perhitungan kebutuhan air di stasiun agar seluruh kebutuhan air bersih terpenuhi, baik untuk pengisian, pencucian kereta api, maupun ruang saniter. Permasalahan tersebut diharapkan dapat teratasi dengan perencanaan ini. Tujuan dari perencanaan ini adalah : 1. Menghasilkan sistem penyediaan air bersih agar dapat memenuhi kebutuhan air penggunanya baik di dalam gerbong kereta api maupun di stasiun. 2. Merancangan pengembangan ruang saniter pada kereta api dan stasiun yang lebih nyaman. 3. Merancangan tangki penampungan buangan sementara di kereta api agar tidak mencemari lingkungan dan toilet tetap dapat digunakan saat kereta api berhenti di stasiun transit . 4. Merancangan sistem perpipaan air buangan dan ven, serta sistem fire hydrant di stasiun kereta api. 5. Mendapatkan Bill Of Quantity (BOQ) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) untuk keseluruhan perencanaan. Plambing Sistem plambing adalah sistem penyediaan air minum, penyaluran air buangan, dan termasuk semua sambungan, alat-alat dan perlengkapannya yang terpasang di dalam persil dan gedung (SNI 03-6481-2000). Jenis Pipa Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam sistem perpipaan selain pemasangan pipa, adalah jenis dan macam pipa yang digunakan.jenis pipa yang sering digunakan antara lain : - Cost Iron pipe - Galvanized Steed Pipe - PVC (Poly Vinil Clorida) Hidrolis Perpipaan Dalam perhitungan hidrolis ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu kecepatan aliran dan kehilangan tekanan.
3
1. Kecepatan aliran Perhitungan kecepatan dalam pipa dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut : Q = A x v .............................................................................(1) A = ¼ x π x D2 ....................................................................(2) 2. Kehilangan tekanan Kehilangan tekanan terdiri dari 2 macam, yaitu: - Pada pipa lurus (mayor losses) Kehilangan tekanan akibat gesekan antara fluida dengan dinding pipa yang dilalui. Dihitung dengan menggunakan persamaan Hazen William berikut ini:
H=
Q1,85
(0,2785× C × D )
2,63 1,85
× L ..........................…...(3)
- Pada aksesoris (minor losses) Kehilangan tekanan akibat adanya perubahan karakteristik aliran, misalnya pada belokan atau adanya penambahan aksesoris lain pada pipa. Dapat dihitung dengan persamaan berikut: H = kv2/2g ...................................................................(4) -
Akibat kecepatan aliran
Kehilangan tekanan akibat adanya kecepatan aliran dalam pipa, dihitung dengan rumus berikut: Hv = v2/2g ................................................................(5) Dimana, Q = debit aliran (m3/detik) A = luas penampang pipa (m2) D = diameter pipa (m) v = kecepatan aliran (m/detik) L = Panjang (m) g = gravitasi (9,81 m/dt2)
4
k = koefisien aksesoris H = kehilangan tekanan (m) C = Konstanta (110,120,130) Head Sistem Dalam pompa, head adalah ukuran energi yang diberikan ke air pada kapasitas dan kecepatan operasi tertentu, sehingga air dapat mengalir dari tempat yang rendah ke tempat yang tinggi. Persamaan untuk head total pompa: H = Hs + Hf mayor + Hf minor + ∆H+ Hv .......................(7) Dimana, H
: head total
Hs
: head statik pompa
Hp
: perbedaan tekanan
Hf
: head mayor dan minor losses
Hv
: head kecepatan
∆H
: sisa tekan
Komponen Kereta Api Badan kereta dirakit dengan kelengkungan positip agar ketika dimuati beban, badan kereta menjadi agak datar, serta dirancang agar bisa diangkat dengan dongkrak atau derak tanpa terjadi kerusakan pada konstruksi. Ukuran untuk kerangka utama kereta api adalah: - Panjang badan kereta
: 20 m
- Lebar badan kereta
:3m
- Tinggi dari lantai ke atap
: 3,3m
- Tinggi lantai dari kepala rel
: 1,1 m
Komponen badan kereta api terbuat dari baja tahan karat dan terdiri dari rangka atap, dinding samping, dinding ujung, dan rangka dasar termasuk lantai. Rangka dasar terdiri dari bagianbagian bolster, end sill, side sill, cross beam, dan penyangga peralatan bawah lantai. Atap
5
berbentuk rangka melengkung melintang dan panel lengkung. Dinding terdiri dari rangka, penguat, serta panel. Sistem perpipaan pada kereta api, seperti pipa air hujan dan air bersih dipasang di dalam dinding.
2. Gambaran Umum Wilayah Perencanaan 2.1. Stasiun Surabaya Gubeng Stasiun ini merupakan stasiun KA terbesar di Surabaya dan berfungsi sebagai tempat keberangkatan utama semua KA dari Kota Surabaya (kecuali KA yang melewati jalur utara, seperti KA jurusan Jakarta via Semarang, yang diberangkatkan dari Stasiun Surabaya Pasarturi). Jumlah pengunjung yang hadir di stasiun secara keseluruhan mencapai kurang lebih 4200 orang saat hari aktif (Senin – Jumat). Saat libur nasional atau libur akhir pekan, jumlah pengunjung mencapai 6500 orang. Stasiun ini juga melayani paket pengiriman barang ke luar kota yang menggunakan jasa angkut kereta api. Saat ini di Stasiun Gubeng terdapat 4 ruang saniter umum (2 di stasiun lama dan 2 di stasiun baru). Selain itu terdapat ruang saniter pada ruang tunggu penumpang kereta eksekutif. Selain di ruang saniter, peralatan plambing juga terpasang pada musholla dan pujasera maupun kafetaria yang ada di stasiun, namun hanya berupa keran dan lavatory untuk mencuci piring. Perpipaan yang digunakan di ruang saniter untuk saat ini adalah pipa PVC dengan diameter terpasang 1 ½ inch. Penyediaan air bersih dengan pemompaan air PDAM dari ground ke elevated reservoir dan juga ada sistem pemompaan langsung dari air tanah. Beberapa peralatan saniter tidak berfungsi dengan baik, di toilet ST. Gubeng lama pengisian air hanya menggunakan satu keran utama, maka apabila keran tersebut mati, seluruh bak mandi akan kekurangan air. Sistem pemadam kebakaran yang saat ini digunakan di Stasiun Gubeng hanya menggunakan tabung hydrant atau fire extinguisher dan tersedia di beberapa ruangan karyawan serta petugas operasi kereta api di stasiun. Jangkauan fire extinguisher tidak cukup luas untuk memadamkan api
6
apabila terjadi kebakaran di luar ruangan stasiun Gubeng. Untuk itu perlu adanya perencanaan sistem fire hydrant yang lebih baik dan aman.
2.2. Stasiun Surabaya Kota (Semut) Stasiun ini tidak hanya sebagai tempat pemberhentian terakhir, namun juga berlangsung kegiatan pengisian tangki air bersih kereta api, perawatan dan pencucian gerbong kereta api. Perawatan kereta api hanya sebatas pembersihan interior di dalam gerbong kereta api, seperti membersihkan lantai, kursi, serta dinding. Jumlah kereta api yang melakukan pencucian di stasiun ini mencapai 25 kereta setiap harinya dari kelas eksekutif hingga kelas ekonomi. Pencucian untuk satu kereta api dilakukan oleh 4-5 orang petugas pencuci kereta selama kurang lebih 2 jam. Penyediaan air bersih di Stasiun Semut saat ini adalah menggunakan sistem gravitasi dari elevated reservoir untuk penyediaan air bersih di ruang saniter dan pencucian kereta api. Penyediaan air bersih untuk pengisian air ke tangki air bersih kereta api adalah dengan memompakan langsung air bersih dari ground reservoir ke tangki kereta api. Pemompaan yang dilakukan menggunakan portable pump, sehingga setiap melakukan pengisian membutuhkan aliran listrik untuk mengoperasikan pompa. Kondisi ruang saniter umum yang ada saat ini berjumlah 2, dimana pada salah satu ruang saniter hanya ada kran dan WC serta lavatory, tidak terdapat urinoir di ruang saniter untuk laki-laki dan tidak terdapat floor drain di ruang saniter, air buangan toilet langsung dialirkan ke saluran buangan di dalam toilet itu seendiri sehingga dapat menimbulkan bau. Hal ini mengakibatkan ketidaknyamanan bagi pengguna toilet. Sedangkan ruang saniter yang lain hanya terdapat bak mandi, kran, dan lavatory. Sistem pemadam kebakaran yang saat ini digunakan di Stasiun Semut adalah fire hose reel, namun kondisinya sudah tidak layak lagi karena box yang seharusnya digunakan untuk selang hydrant penuh dengan sampah. Perpipaan untuk hydrant juga mengalami korosi dan tidak dapat difungsikan lagi.
7
2.3. Kereta Api (KA) Sancaka Kereta api Sancaka adalah KA kelas campuran (eksekutif dan bisnis)
yang melayani
perjalanan Surabaya – Yogyakarta dengan jumlah penumpang 52 penumpang eksekutif dan 64 penumpang bisnis. Kapasitas berat maksimal ≤ 50 ton. Jadwal keberangkatan kereta api ini setiap harinya ada 2 kali keberangkatan, yaitu pagi dan sore hari baik dari Surabaya maupun Yogyakarta. Penyediaan air bersih di kereta api ini menggunakan 2 sistem, yaitu untuk kelas eksekutif digunakan tangki penampung air bersih di bagian bawah yang kemudian dipompakan ke tangki yang terletak di atas masing-masing toilet, setelah itu dialirkan secara gravitasi ke alat saniter. Pada kereta kelas bisnis, air bersih ditampung langsung di tangki yang terletak di atas tiap toilet yang kemudian mengalir secara gravitasi. Sistem perpipaan mengunakan pipa galvanis berukuran 1-1 ½ inch. Luas ruang saniter di kereta api sancaka secara eksisting adalah 1,1m2 dengan panjang sebesar 1,09m dan lebar sebesar 1,008m. Seringkali peralatan saniter tidak berfungsi dengan baik sehingga aliran air tidak lancar selama perjalanan. Selain itu buangan dari kereta api ini langsung jatuh ke rel, baik buangan dapur maupun toilet sehingga toilet hanya dapat digunakan saat kereta berjalan agar tidak terjadi pencemaran di rel stasiun transit.
3. Hasil Perencanaan 3.1. Perencanaan di Kereta Api Sancaka Sistem penyediaan air bersih di Kereta Api Sancaka direncanakan sama untuk kelas eksekutif maupun bisnis. Air bersih diisikan ke dalam tangki penampung di bagian atas kerangka tiap gerbong melalui keran pengisian di stasiun pengisian. Air dari tangki atap dari bahan galvanis berkapasitas 600L tersebut kemudian dialirkan secara gravitasi menuju alat plambing di toilet dan dapur kereta makan, dimana tiap gerbong memiliki 2 toilet dengan posisi berlawanan arah. Direncanakan hanya ada satu tangki ini adalah untuk menghemat biaya penyediaan pompa air
8
bersih. Pipa yang digunakan terbuat dari bahan galvanis karena lebih kuat untuk konstruksi yang bergerak.
Dimensi Tangki Air Bersih Berdasarkan hasil observasi langsung dan perhitungan, dalam satu kali perjalanan untuk Surabaya-Yogyakarta dibutuhkan air bersih sebanyak 600L untuk setiap gerbong kereta api. Dimensi tangki adalah: - V = 600L = 0,6 m3 - Tinggi tangki (t) = 0,3 m - 0,6 m3 = p x l x 0,3 m p×l =
0,6m 3 = 2m 0,3m
Panjang (p) = 2m Lebar (l) = 1m Freeboard = 0,2m Tinggi total = 0,5 m
Dimensi Tangki Air Buangan Jumlah air buangan yang dihasilkan adalah sejumlah air bersih yang diisikan di setiap gerbong, yaitu 600L/gerbong, dengan asumsi debit tersebut diharapkan pada pemakaian saat liburan pun, tangki dapat menampung buangan dalam jumlah maksimal. Debit buangan tersebut digunakan untuk perencanaan setiap satu tangki yang berada di bawah setiap toilet, karena selama perjalanan tidak dapat ditentukan prosentase penggunaan air untuk masing-masing toilet. Space kosong yang tersedia di bagian bawah toilet KA sancaka berdasarkan pengukuran di lapangan adalah 1m x 2,07 m. Dimensi tangki penampung adalah:
9
- Volume buangan = 600 L = 0,6 m3 Panjang tangki = 2 m Lebar = 1m Freeboard = 0,2 m Tinggi = 0,3m Tangki penampung sementara ini dapat dilihat pada Gambar 1. Desain Tangki Penampung
Tangki Penampung
Gambar 1. Desain Tangki Penampung
Pengosongan Tangki Penampung Pengosongan tangki penampung di kereta api tersebut dilakukan dengan cara memompakan buangan dari tangki penampung ke tangki hisap (Gambar 2) untuk selanjutnya disalurkan ke dalam ABR. Dengan pemompaan ini, maka tidak perlu membutuhkan waktu terlalu lama untuk pengosongan, pompa yang digunakan adalah pompa portable dari dua sisi dengan debit 3600L/jam. Total waktu untuk pengosongan seluruh tangki adalah 12 menit. Tangki hisap terbuat dari bahan fibber.
10
Selang hisap
3,4 m pompa Tangki Hisap 1m
Gambar 2. Tangki Hisap
3.2. Perencanaan di Stasiun Perencanaan di Stasiun Semut terdiri dari perencanaan sistem penyediaan air bersih, sistem penyaluran air buangan, dan sistem pemadam kebakaran. Sedangkan di stasiun Gubeng hanya untuk alat saniter Sistem penyediaaan air bersih yang akan direncanakan adalah dengan menggunakan air PDAM, dimana air bersih dari PDAM ditampung terlebih dahulu di dalam ground reservoir kemudian dipompakan ke elevated reservoir dan didistribusikan secara gravitasi ke alat plambing. Sistem penyaluran air buangan yang direncanakan adalah sistem air buangan dari ruang saniter yang disalurkan ke tangki septik yang ada di stasiun dan perencanaan tangki penampung air buangan yang berasal dari kereta api.
11
Kebutuhan Air Bersih Kebutuhan air bersih di stasiun Semut terdiri dari kebutuhan air untuk pencucian KA, peralatan saniter, dan pengisian tangki air bersih di KA. Total kebutuhan air untuk pencucian KA adalah 153000L/hari, untuk peralatan saniter adalah 33.757 L/hari berdasarkan frekuensi penggunaan peralatan, kebutuhan untuk pengisian tangki air bersih sejumlah 25 kereta setiap hari adalah 120.000L/hari. Rata-rata kebutuhan air bersih setiap harinya adalah 368.000L. Kebutuhan air bersih untuk stasiun Gubeng Baru adalah 55.500L/hari, untuk Gubeng Lama adalah 41.000L/hari.
Kebutuhan Air Pemadam Kebakaran Pada Stasiun Semut direncanakan digunakan 2 in door box hydrant dan 1 pillar hydrant yang dipasang di kawasan parkir dan area jalur rel Ka, dimana terdapat tangki pengisi solar di area tersebut yang rentan resiko kabakaran, sehingga apabila terjadi kebakaran di jalur tersebut dapat terjangkau oleh alat pemadam. Waktu yang dibutuhkan untuk memadamkan api adalah 15 menit karena letak dinas pemadam dekat, yaitu di JL. Pasar Turi. Kebutuhan air untuk tiap alat adalah 2,28x10-3m3/dt, sehingga kebutuhan total adalah 6m3. Pada Stasiun Gubeng Baru direncanakan digunakan 4 in door box hydrant dan 2 pillar hydrant yang dipasang di kawasan parkir, sehingga apabila terjadi kebakaran di jalur tersebut dapat terjangkau oleh alat pemadam. Di Gubeng Lama digunakan 2 in door box hydrant, tidak dipasang pillar hydrant karena di area jalur rel KA, sudah dapat terjangkau oleh pillar hydrant yang terpasang di stasiun Gubeng Baru. Waktu yang dibutuhkan untuk memadamkan api adalah 30 menit karena letak dinas pemadam dekat, yaitu di JL. Kenjeran. Kebutuhan air untuk pemadaman kebakaran di Stasiun Gubeng Baru adalah sebesar 24,6 m3 dan Gubeng lama adalah 8,2m3.
12
Penyediaan Air Bersih Ground Reservoir digunakan untuk menampung air bersih dan air pemadam kebakaran. Volume ground reservoir total di stasiun semut adalah 81,5 m3, Stasiun Gubeng Baru adalah 31,8 m3, dan 13,3 m3. Sedangkan untuk volume elevated reservoir, kapasitas yang dibutuhkan untuk Stasiun Semut adalah 16,5 m3 dengan ketinggian 11,5 m. Di Stasiun Gubeng Baru volume sebesar 6,8 m3 setinggi 12,5 m dan untuk Stasiun Gubeng Lama dibutuhkan elevated reservoir dengan kapasitas 5,4 m3 setinggi 9,5 m. Air bersih untuk pemadam kebakaran langsung dipompakan dari ground reservoir dengan pompa Grundfos, kapasitas pompa untuk Stasiun Semut adalah 24,6 m3/jam dengan daya 3 kW. Di stasiun Gubeng Baru kapasitas pompa sebesar 49 m3/jam dengan daya 3 kW. Untuk Gubeng Lama adalah 16,5 m3/jam dengan daya 1,5 kW. Sistem pemadam kebakaran menggunakan pipa galvanis dengan diameter antara 1,5”-5”. Penyaluran air bersih selain untuk pemadam adalah dengan memompakan dari ground reservoir ke elevated reservoir. Pompa yang digunakan adalah pompa standar Grundfos dengan kapasitas dan daya pompa untuk stasiun Semut, Gubeng Baru, dan Gubeng Lama masing-masing adalah 32,4 m3/jam dan 5,5 kW ; 24,6 m3/jam dan 3 kW ; 18 m3/jam dan 2,2 kW.
Penyaluran Air Buangan Secara umum, air buangan di stasiun yang berasal dari peralatan saniter baik di toilet ataupun penjual makanan langsung disalurkan pada saluran buangan yang menuju ke tangki septik yang sudah ada di setiap stasiun. Pada Stasiun Semut direncanakan Anaerobic Baffle Reactor (ABR) khusus untuk menampung dan mengolah buangan dari tampungan KA, dapat dilihat pada Gambar 3. ABR yang direncanakan terdiri dari 4 kompartemen dengan panjang tiap kompartemen 4,5 m dan lebar 2,2 m.
13
Effluent dari ABR ini dapat digunakan untuk pencucian KA, sehingga dapat mengurangi jumlah konsumsi air untuk pencucian.
air bersih
Gambar 3. Anaerobic Baffle Reactor
3.3. Rencana Anggaran Biaya (RAB) Pada perencanaan ini nilai RAB merupakan nilai dari peralatan maupun bangunan baru yang direncanakan, dengan tetap memperhatikan kondisi eksisting. Beberapa peralatan seperti pipa atau peralatan saniter yang masih dapat digunakan, tetap terpasang dan tidak diperhitungkan dalam RAB pada perencanaan ini. Nilai RAB untuk perencanaan di KA. Sancaka, Stasiun Semut, dan Stasiun Gubeng berturut-turut adalah Rp 60.737.300,00 ; Rp 335.606.800,00 ; dan Rp 338.015.600,00.
4. Kesimpulan Simpulan yang didapatkan dari hasil analisis dan pembahasan perencanaan secara keseluruhan adalah sebagai berikut: 1. Sistem penyediaan air bersih di stasiun menggunakan sistem pengaliran dari ground reservoir ke elevated reservoir, kemudian mengalir secara gravitasi ke masing-masing alat plambing.
14
2. Sistem penyaluran air buangan di tiap stasiun masuk ke dalam tangki septik yang tersedia. 3. Air buangan dari tiap toilet KA ditampung dalam tangki penampung dengan kapasitas 600 m3, kriteria desain: - Panjang = 2m - Lebar
= 1m
- Tinggi = 0,5 m 4. Desain tangki hisap untuk pengosongan tangki penampung kereta api berukuran 4,8 m3, dengan: - Panjang = 3,4m - Lebar
= 1,7m
- Tinggi = 1 m - Pompa hisap kapasitas 3600L/jam 5. Air buangan dari KA diolah dalam ABR, dengan: - Jumlah kompartemen = 4 buah - Lebar = 2,2 m - Panjang tiap kompartemen = 4,5 m
6. Desain tangki penampung dapat diterapkan pada KA jarak jauh yang lain dengan syarat harus ada pengosongan tangki dan bangunan pengolahan buangan di stasiun tertentu (KA SurabayaJakarta, pembuangan di stasiun Semarang dan KA Surabaya-Bandung, pembuangan di stasiun Yogyakarta). 7. Sistem fire hydrant meliputi 2 sistem yaitu : a. sistem fire hydrant di dalam gedung menggunakan fire hose reel yang dilengkapi indoor box hydrant b. Sistem fire hydrant di luar gedung menggunakan fire hose reel, outdoor box hydrant dan pillar hydrant. 8. Biaya yang dibutuhkan untuk perencanaan ini sebesar:
15
a. Kereta api Sancaka Rp 60.737.300,00 b. Stasiun Semut Rp 335.606.800,00 c. Stasiun Gubeng Rp 338.015.600,00
5. Daftar Pustaka Anonim. 2010. PT. Kereta Api Indonesia. Surabaya: Daerah Operasi VIII. Anonim. 2010. PT. Industri Kereta Api. Madiun. Carpenter, D., Kim, Andrew, K., and Liu, Z. 2007. “A Study of Portable Water Mist Fire Extinguishers Used for Extinguishment of Multiple Fire Types”. Fire Safety Journal 42, 25-42. Metcalf & Eddy, Inc. 2004. Wastewater Engineering: Treatment and Reuse, Fourth Edition (International Edition). Singapore: McGraw-Hill Company, Inc. Morimura, T dan Noerbambang, Soufyan, M. 1993. Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing: Cetakan Ketujuh. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. SNI 03-6481-2000. Sistem Plambing. Jakarta. Sularso, dan Tahara, Haruo. 2004. Pompa dan Kompresor: Pemilihan, Pemakaian, dan Pemeliharaan: Cetakan Kedelapan. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. Susilaningrum, D., dan Purhadi. 2002. Teknik Sampling. Surabaya: Jurusan Statistika – ITS.
16