PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU UNTUK PEMBUATAN SABUN DETERJEN RINSO ANTINODA 1 KG DENGAN METODE MRP-1 DI PT UNILEVER INDONESIA TBK
TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Akhir Program Sarjana Teknik Industri
Disusun oleh : Bambang Yoga Samekta 0160312 – 039
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2008 1
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: Bambang Yoga Samekta
NIM
: 0160312 – 039
Jurusan
: Teknik Industri
Fakultas
: Teknologi Industri
Menyatakan dengan sebenarnya , bahwa Tugas Akhir ini adalah karya saya sendiri , kecuali pada bagian yang disebutkan sumbernya . Jakarta , Juli 2008
( Bambang Yoga Samekta )
2
JURUSAN TEHNIK INDUSTRI FAKULTAS TEHNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA LEMBAR PENGESAHAN Judul : PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU UNTUK PEMBUATAN SABUN DETERJEN RINSO ANTINODA 1 KG DENGAN METODE MRP-1 DI PT UNILEVER INDONESIA TBK
Nama
: Bambang Yoga Samekta
NIM
: 0160312 – 039
Jurusan
: Teknik Industri
Fakultas
: Teknologi Industri
Universitas
: Mercu Buana
Tugas Akhir ini telah diperiksa dan disyahkan Jakarta , Juli 2008
Pembimbing Tugas Akhir
( Ir. Muhammad Kholil MT )
3
JURUSAN TEHNIK INDUSTRI FAKULTAS TEHNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA LEMBAR PERSETUJUAN Judul : PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU UNTUK PEMBUATAN SABUN DETERJEN RINSO ANTINODA 1 KG DENGAN METODE MRP-1 DI PT UNILEVER INDONESIA TBK
Nama
: Bambang Yoga Samekta
NIM
: 0160312 – 039
Jurusan
: Teknik Industri
Fakultas
: Teknologi Industri
Universitas
: Mercu Buana
Tugas Akhir ini telah disetujui Jakarta , Juli 2008
Koordinator Tugas Akhir dan Ketua Program Studi
( Ir. Muhammad Kholil MT )
4
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur dan panjatkan kehadirat ALLAH SWT , atas rahmat dan karunianya yang melimpahkan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan TUGAS AKHIR ini . Tugas akhir ini merupakan mata kuliah terakhir yang harus diselesaikan oleh mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat selama kuliah kedalam kenyataan sehari–hari dan merupakan satu syarat untuk meraih gelar Sarjana -
( Strata 1 ) .
Penyusunan Tugas Akhir ini penulis lakukan berdasarkan
pengamatan
dilapangan dan studi literature baik yang ada di PT Unilever Indonesia maupun literature pendukung yang penulis dapatkan di bangku kuliah . Pada kesempatan ini pula penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesarbesarnya atas kesempatan , bantuan , dan bimbingan yang telah diberikan sehingga tersusunnya Tuigas Akhir ini , kepada : 1. Bpk . Ir Muhammad Kholil,.Mt , sebagai dosen Pembimbing sekaligus Ketua Program Studi Tehnik Industri yang memberikan
pengarahan dalam
penulisan Tugas Akhir ini . 2. Seluruh Dosen pengajar yang telah memberikan pengajaran dan selalu memberikan motivasi untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini . 3. Bpk Furqoon Asy Syadat ST..MBA , Production Manager NSD PT Unilever Indonesia tbk. Cikarang – Bekasi . 4. Semua orang-orang terdekat yang sangat berarti dalam hidup penulis yaitu Ibunda tersayang , dan yang tersayang istriku Rosfidha Wahizar Bcs dan anak-anakku Aditya Yogesvara Rajavidya Satvika SE , Prajnya Paramita Paramesvari Satvika , Maharani Yogesvari Viriya Vinaya Satvika 5
yang
senantiasa mencurahkan kasih sayang , perhatian , bantuan , dukungan dan tentunya doa yang dipanjatkan kepada-NYA untuk penulis . 5. Semua karyawan pabrik NSD Cikarang yang telah membantu saya dalam mendapatkan data2 yang diperlukan dalam pembuatan Tugas Akhir ini . 6. Rekan-rekan mahasiswa seangkatan dan seperjuangan ( angkatan 2004 ) yang selalu sejalan berniat semua dapat menyelesaikan Tugas Akhir , all: Pak Alex, pak Budi , Indri ,Heri, Helmy, Djoko, Miftahul , Andis 7. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu . Saya menyadari bahwa masih banyak ketidak sempurnaan dalam penyusunan Tugas Akhir ini , oleh karena itu , saya menerima dengan tangan terbuka kritik maupun saran yang diberikan oleh pembaca demi perbaikan dan menyempurnakan dikemudian hari . Meskipun demikian besar harapan penulis semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi PT Unilever Indonesia tbk dan menambah wawasan bagi mereka yang membaca . Jakarta , Juli 2008
Penulis
6
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis di era globalisasi yang semakin ketat akan mendorong
perusahaan berpacu menarik minat pelanggan dengan menjual produk yang memuaskan . Hal-hal yang dapat memuaskan pelanggan adalah Kualitas produk yang baik dan dengan harga yang sangat kompetitif serta dengan pengadaan dan pengiriman yang tepat waktu . Untuk menyebutkan hal-hal tersebut diatas setiap perusahaan manufaktur melakukan effektivitas dan efisiensi dari semua sumber daya , semua itu dilakukan agar supaya biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu produk dapat di-minimalisasi dan dengan kualitas yang tetap terjamin . Salah satu kegiatan yang dilakukan dalam rangka effisiensi sumber daya adalah dengan pengendalian persediaan , baik dalam bentuk raw material , barang setengah jadi ( Work in process – WIP ) , packing material maupun barang Jadi ( Finished Good ) . Sebagai salah satu asset penting dalam perusahaan karena mempunyai nilai yang sangat
7
besar dan mempunyai pengaruh terhadap kecilnya biaya operasi , perencanaan dan pengendalian persediaan merupakan suatu kegiatan penting yang harus mendapat perhatian khusus dari management perusahaan . Pengendalian Persediaan barang yang tidak baik akan mengganggu proses produksi dan pemborosan sumber daya . Untuk itu suatu perusahaan harus mempunyai suatu system yang baik dalam pengendalian persediaan barang .
Salah satu system yang banyak diperhatikan
khususnya kepada perusahaan-perusahaan di Jepang yaitu Just in Time ( JiT ) . System JiT dikembangkan berdasarkan ide bahwa persediaan adalah pemborosan , karena ia menutupi masalah-masalah kualitas dan biaya . Karena itu system JiT dikembangakan untuk menghilangkan ketergantungan pada persediaan . Eliminasi atau reduksi persediaan dalam system JiT akan mampu memberikan material Just in Time ke pelanggan dalam system JiT persediaan dapat ditekan seminimal mungkin yang diperlukan untuk tetap menjaga kelangsungan produksi Material yang diperlukan harus tersedia dalam jumlah yang relative cukup dan tersedia tepat saat diperlukan , serta dengan specifikasi dan kualitas yang sesuai dengan yang telah ditentukan .
1.2
Pokok Permasalahan Masalah yang dihadapi oleh pabrik Detergent PT Unilever Indonesia tbk
khususnya dibagian persediaan adalah ketidak seimbangan antara bahan baku yang masuk dengan baham baku yang akan dipakai untuk proses produksi tidak seimbang , sehingga terjadi penumpukan persediaan dibagian gudang . Untuk mengatasi masalah 8
tersebut diatas , perusahaan melakukan perbaikan management persediaan dengan menggunakan system Economic Order Quantity ( EOQ ) . Untuk itu penulis memberikan masukan dan perbaikan dalam management Persediaan (EOQ / JiT ) yang dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki
masalah
ketersediaan
material di perusahaan . 1.3
Pembatasan Masalah Penulis sadar bahwa banyak sekali aspek yang termasuk dalam unsur-unsur
penting yang harus diperhatikan jika ingin melakukan suatu perubahan suatu system pada perusahaan yang berbasis system lama ( EOQ) ke system JiT . Penulis hanya membatasi pembahasan pada minimasi dengan target yang ingin dicapai oleh perusahaan dengan mengambil salah satu material packing dan pemesanan Chemical untuk keperluan rencana produksi selama 4 bulan ( 18 minggu ) sesuai dengan data yang didapat ( pengambilan data dari perusahaan dibatasi ) , tersebut antara lain : 1. Obyek yang dianalisa adalah perncanaan kertersediaan bahan baku untuk packing dan chemical untuk pembuatan sabun detergent , yang khususnya untuk pembatasan masalah di fokuskan di kemasan Rinso Anti Noda 1 kg saja , karena untuk size yang lain tidak ada bedanya dalam pemesanannya .Sedangakan untuk jenis chemical dibuat pemesanan secar utuh untuk semua jenis material untuk kebutuhan selama 1 kuartal (disesuaikan dari data yang didapat = 18 minggu ). 2. Untuk harga bahan baku tidak dapat disebutkan sesuai sebenarnya karena data harga sangat confidential(tidak diberikan oleh perusahaan) , 9
3. Data-data tersebut valid yang diambil pada periode 2007 , yang oleh perusahaan masih dipakai sebagai parameter Branch Outlook untuk tahun 2008 sehingga diberikan terbatas hanya 4 bulan (18 minggu) . 4. Diasumsikan tidak ada pesanan tetap pada periode perencanaan .
1.4
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dan manfaat yang diharapkan oleh penulis dari penelitian
ini antara lain sebagai berikut : 1. Menentukan jumlah pemesanan material secara optimum berdasarkan ketentuan yang intinya memperlihatkan perbedaan yang nyata antara EOQ management persediaan dengan JiT/EOQ management persediaan , yakni dari total biaya tahunan . 2. Memberikan masukan kepada perusahaan untuk menentukan pilihan dalam menggunakan system yang akan mereka gunakan dalam implementasi dilapangan .
1.5
Metodologi Penelitian Metodologi penelitian yang dilakukan secara langsung dilapangan dengan
maksud untuk mendapatkan informasi secara keseluruhan mengenai persediaan bahan baku . Informasi yang diperoleh akan digunakan peneliti dalam mengidentifikasikan
10
permasalahan . Metode pengumpulan data meliputi metode observasi , metode wawancara , metode dokumentasi . Langkah selanjutnya adalah mengolah dan menganalisa data-data yang telah dilukmpulkan tersebut dengan menggunakan landasan teori . Kerangka pengolahan dan analisa data adalah sebagai berikut : Peramalan Pengujian Peramalan , Sistem persediaan EOQ , system persediaan Just in Time dan titik pemesanan ulang . Adapun flow chart penelitian ini dapat dilihat seperti gambar berikut .
START
IDENTIFIKASI MASALAH
STUDI LAPANGAN DAN LITERATUR
PENGUMPULAN DATA
PENGOLAHAN DATA
ANALISA DATA DAN HASIL
KESIMPULAN 11
SELESAI Gambar 1.1 Flow chart Metode Penelitian 1.6
Sistematika Penulisan Penulisan penelitian ini disusun berdasarkan suatu system penulisan yang
secara garis besar-nya dapat digambarkan sebagai berikut :
BAB I
PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang masalah , pokok permasalahan , tujuan penelitian , metodologi penelitian serta sistematika penulisannya .
BAB II
LANDASAN TEORI Bab ini menguraikan konsep-konsep , teor-teori dan rumusan yang menunjang dalam pemecahan masalah .
BAB III
METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Bab ini berisikan tentang bagaimana dan dalam bentuk apa data dikumpulkan , kemudian berisi langkah-langkah pemecahan masalah dari awal sampai akhir .
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Berisi gambaran umum perusahaan dan proses produksi serta
12
menguraikan
data-data
yang
dikumpulkan
dan
diolah
menurut
kegunaannya yang kemudian dianalisa serta dibuat langkah-langkah penyelesaiaannya BAB V
HASIL DAN ANALISIS Pada Bab ini akan dilakukan pembahasan mengenai MRP ( Material Requirement Planning) dimana data yang diperoleh berdasarkan dari perusahaan serta pengolahan data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya .
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN Pada Bab terakhir ini merupakan kesimpulan dari hasil analisa , penelitian dan pengolahan data yang telah diperoleh pada bab sebelumnya disertai dengan
saran-saran
yang diusulkan penulis .kepada perusahaan
Unilever Indonesia tbk.
13
PT
BAB II LANDASAN TEORI 2.1
PERAMALAN PERMINTAAN Peramalan adalah suatu proses dalam menggunakan data histories yang telah dimiliki untuk diproyeksikan kedalam suatu model,dan model ini digunakan untuk memperkirakan kedaan masa datang . Dalam melakukan peramalan perlu
14
dilakukan batas- batas yaitu : Produk yang diminta telah teridentifikasikan dan jumlah yang diminta dapat dibuat produsen . Peramalan sendiri terbagi menjadi : 1. Peramalan kualitatif Peramalan yang melibatkan pendapat pribadi , pedapat ahli, metode Delphi, Penelitian pasar dan lain-lain. 2. Peramalan kuantitatif a. Model Time Series ( deret waktu ) Permintaan merupakan fungsi dari waktu ,pola permintaan pada masa yang akan datang diperkirakan serupa bulan masa lalu . b. Model Causal Merupaka fungsi dari penyebab-penyebab .Metode Peramalan time Series terbagi lagi menjadi beberapa bagian yaitu : regresi, Perataan ,Pemulusan dan Siklis . 2.1.1
Peramalan dengan Metode Regresi Linier Salah satu peramalan yang paling sederhana adalah Regresi Linier , Dimana diasumsikan terdapat hubungan antara variable yang ingin diramalkan dengan variable lain . Peramalan didasrkan pada asumsi bahwa pola dari pertumbuhan data histories bersifat linier , yang dapat dijabarkan sebagai berikut : Y ( t ) = a + bt
15
Dimana Y merupakan fungsi terhadap waktu . Variabel a dan b adalh parameter yang akan ditentukan dalam perhitungan . Rumus yang akan menghitung a dan b adalah sebagai berikut :
N
b
N tY (t ) tI
2.1.2
N
Y (t ) t t I
Nt 2 t t I tI N
a
N
1 N
N
y(t ) tI
N
t I 2
1 N b t N tI
Peramalan dengan Metode Regresi Kuadratis
Regresi kuadratis ini didasarkan pad asumsi bahwa pola pertumbuhan data histories bersifat kuadratis , Pada dasarnya peramalan ini serupa dengan regresi linier hanya saja berbeda dalam hal asumsi data histories . Pola pertumbuhan ini didekatkan dengan suatu model yang menggambarkan hubungan-hubungan yang terkait dalam suatu keadaan . Model tersebut dapat dijabarkan sebagi berikut : Y ( t ) a bt ct 2 Demand Y merupakan fungsi terhadap waktu , Rumus-rumus dalam menghitung variable a , b dan c adalah : b
2
Dimana :
16
2
N N t 2 Nt 4 tI tI N
N
tI
tI
N
t Y (t ) N t Y t
:
N
tI
N
N
t Y (t ) t Y (t ) 2
tI
2
tI
N
N
N
t I
tI
tI
t t 2 Nt3
N
2
N
t Nt 2 t I
T i
Selanjutnya nilai a didapat dengan menggunakan nilai b dan c yang telah diperoleh sebelumnya melalui persamaan : N
a 2.1.3
Y (t ) t I
N
N
b
t tI
N
N
c
t
2
t 1
N
Peramalan dengan Metode Double Moving Avarage
Metode ini mampu mengurangi kesalahan sistematis yang terjadi , Dasar dari system ini adalah menghitung rata-rata bergerak yang kedua . Rata-rata bergerak ganda merupakan rata-rata bergerak dan disimbolkan sebagai MA ( M * N )yang berarti MA M periode dari MAN periode . Prosedur yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Cari x rata-rata dari x1 sampai xt dan nilai peramalan untuk periode S’ t +1 adalah x rata-rata tesebut . 2. Cari x rata-rata dari x2 sampai xt+1 , dan nilai peramalan untuk
17
periode S’ t +2 adalah x rata-rata tesebut . 3. Ulangi kedua langkah diatas sampai semua X terhitung . Lanjutkan dengan cara yang sama untuk menghitung S’’ hanya saja sekarang yang rata-rata bukan x melainkan S’t . 4. Menghitung at dengan rumus at = 2 S’t - S’’t
5. Menghitung bt dengan rumus bt =
2 S 't S ' ' t N 1
6. Menghitung peramalan ( Ft+m ) dimana m merupakan jumlah Periode kemuka dari t rumus : F t+m = aa + bt*m
2.1.4
Peramalan dengan Metode Double Exponential Smoothing atau Metode Linier Brown .
Merupakan salah satu dari tehnik matematika yang secara langsung dapat diterapkan dalam system peramalan . Prosedure peramalan ini memiliki semua sifat dari tehnik moving average . Peramalan dengan metode ini tidak memerlukan data histories dalam jumlah besar tetapi memberikan hasil yang terbaik . Metode ini memberikan bobot yang semakin menurun . Dasar pemikiran dari metode Linier Brown adalah serupa dengan rata-rata bergerak linier , karena kedua nilai pemula dan eksponensial tunggal dan ganda
18
ketinggalan dari data yang sebenarnya bila mana terdapat unsure trend. Dalam metode ini dikenal konstanta kemulusan ( α ) Rumus untuk Metode Linier Brown adalah sebagai berikut :
S ' t
(1 ) S
S ' ' S 't
t 1 t
(1 ) S ''
t 1
t 2 S 't S ' 't 1 b
1
1
Ft m at
S '
S ' 't
bt m
Dimana : S 't pemulusan exp onentialtunggal periode ke t S ' 't t pemulusan exp onential ganda periode ke t kons tan ta pemulusan Xt = data permintaan period eke t at = penyesuaian pemulusan exponential tunggal b t = taksiran kecenderungan antara periode F t+m = peramalan periode M = jumlah periodekedepan yang diramalkan 2.1.5
Peramalan dengan periode Siklis
Persamaan Matematis yang digunakan untuk data dengan pola Siklis ini adalah :
Y ' (t ) a b sin
2 t 2t c. cos n n 19
Dimana a, b dan c adalah konstanta yang didapat dari persamaan sebagai berikut : a
b
c
2.1.6
Y ( t ) n 2 Y ( t ) sin
2 t n
n 2 Y ( t ) cos
2 t n
n
Peramalan dengan metode seasonal
Peramalan dengan metode Seasonal sangat baik jika digunakan untukmenghadapi data-data Seasonal . Peramalan kedepan dapat menggunakan cara regresi linier . 2.1.7
Nilai kesalahan Peramalan
Dalam melakukan peramalan , hasil peramaln kita tidak mungkin benar-benar tepat . Selisih antara nilai sebenarnya dengan nilai peramalan dapat dikatakan sebagai ‘error’ . Hal ini dapat diketahui dari perbandingan antara nilai-nilai kesalahan dari masing-masing metode , metode yang terbaik adalah metode yang paling sesuai dengan data yang dimiliki nilai peramalan kesalahan yang paling kecil . Perhitungan kesalahan dapat dijabarkan sebagai berikut : Ei
xi Fi i
Dimana :
20
Eii kesalahan pada periode ke I i i
xi Fii
Nilai sesungguhnya pada periode ke 1 nilaihasil peramalan pada periode ke 1
Jumlah keslahan peramalan hanya merupakan ukuran biasa atau selisih biasa yang dihasilkan . Beberapa alternative beberapa metode kesalahan peramalan yang banyak digunakan adalah sebagai berikut :
1. Mean Square Error ( MSE ) N
MSE
e
2 1
i 1
N
2. Mean Absolute Error ( MAE ) N
MAE
e i 1
i
N
3. Mean Absolute Percent Error ( MAP )
MAP
2.1.8
100 N ei N i 1 xi
Theils – U
Merupakan suatu ukuran kesalahan peramalan yang mempertimbangkan ketidak seimbangan unsur kesalahan yang besar serta memberikan dasar perbandingan
21
relative dengan metode naif . Statitik ini mungkin suatu perbandingan relative antara metode peramalan formal dengan pendekatan naïf dan juga mengkuadratkan kesalahan yang terjadi sehingga kesalahan yang besar diberikan bobot yang besar dibandingkan dengan kesalahan yang kecil yang akan memberikan interprestasi yang intuitif. Secara matematis dapat didefinisikansebagai berikut :
n1
U
i 1(FPEi1 APEi1 )2 n1
(APEi 1)
2
i 1
(n 1)
(n1)
Dimana :
FPEi
1
APEi 1
Fi
1
xi
xi F i 1 x i xi
yang merupakan perubahan relatif yang diramalkan
yang merupakan perubahan relatif yang sebenarnya
Jika kedua persamaan trsebut di subtitusikan maka :
22
2
Fi 1 xi x (n 1) i U 2 n 1 F i 1 x1 x1 ( n 1) i 1 n 1
Nilai statistic yang dihasilkan akan memberikan nilai : -
Nol jika FPE i 1 APE 1 1 hal ini terjadi jika semua hasil ramalan tepat
FPE
i 1
011
hal ini terjadi jika kesalahan dalam metode peramalan sama dengan nilai kesalahan yang diperoleh dengan meramalkan nilai aktua ln ya > 1 jika FPEi 1 mempunyai arh yang berlawanan dengan APEi+1 karena pembilang akan lebih besar dari penyebut 2.1.9
Tracking Signal
Cara untuk mengontrol peramalan untuk memastikan bahwa metode peramalan yang digunakan akan menghasilkan peramalan yang baik , juga digunakan untuk mengetahui sebaik apakah metode permalan yang digunakan dalam memprediksikan data actual . Tracking Signal dihitung sebagai jumlah kesalahan peramalan dibandingkan dengan nilai MAE, yang dapat didefinikan sebagai berikut : Tracking Signal (TS ) =
RSFE MAE
23
Dimana : MAE =
kesalahan peramalan e
i
n
n
Nilai positif tracking signal menunjukan bahwa data actual masih lebih besar dibandingkan dengan data peramalan . Sedangkan Negatif Tracking Signal menunjukan bahwa data actual lebih kecil dibandingkan dengan data peramalannya . Tracking Signal yang baik adalah yang memiliki nilai RSFE yang kecil titik tengah tracking signal mendekati NOL . Nilai tracking signal yang dihitung dibandingkan dengan batas control yang telah ditentukan . Batas maximum MAE untuk jumlah persediaan yang besar dan data maximum
8 MAE untuk jumlah persediaan yang lebih rendah .
+
Tracking signal berada diluar batas k t l Upper control limit
Tracking signal
Daerah penerimaan
Lower control limit
periode Gambar 2.1 Tracking Signal
24
2.1.10 Verifikasi dan Pengendalian Peramalan
Bentuk alat kontrol paling sederhana untuk mengamati vertifikasi peramalan adalah peta kontrol statistik yang digunakan dalam pengendalian kualitas. Salah satu peta control statistik adalah MRC. MRC dibuat untuk membandingkan nilai yang diamati atau nilai observasi atau data aktual dengan nilai peramalan atau perkiraan, yang dapat didefinisikan sebagai berikut: MR =
d '1 dt ) - (d’ t 1 - d t 1 )
Sedangkan Moving Range didefinisikan sebagai berikut:
MR =
MR n 1
Batas kontrol Moving Range Chart didefinisikan sebagai berikut: UCL = + 2.66 MR LCL = -2.66 MR Jika ada data yang berada diluar batas control yang telah ditentukan maka ada beberapa data yang harus dihilangkan atau mencari metode peramalan yang lain, jika semua titik berada dalam batas yang ditentukan maka peramalan dinyatakan benar. - Daerah A merupakan daerah yang dibatasi
2 (2.66 MR ) = 1.77 MR 3
1 - Daerah B merupakan daerah yang dibatasi (2.66 MR) = 0.89 MR 3 - Daerah C merupakan daerah di atas atau di bawah garis sumbu (central line) Kondisi tidak terkendali jika:
25
- 2 titik atau data yang beruntun, 2 atau lebih diantaranya berada di daerah A - 5 titik atau data yang beruntun, 4 atau lebih diantaranya berada di daerah B - 8 titik atau data yang beruntun berada pada salah satu sisi garis sumbu.
Upper control limit Region A
d’ - d
Region B Region C Center line
0 Region C Region B Region A
Gambar 2.2 Moving Range Chart (MRC) 2.2
Lower control limit
PERENCANAAN PRODUKSI
Pengertian perencanaan produksi adalah perencanaan mengenai tenaga kerja, bahan-bahan dan mesin peralatan lain serta modal yang diperlukan untuk memproduksi barang-barang pada periode tertentu dimasa mendatang sesuai dengan yang diperkirakan atau yang diramalkan. Tujuan dari perencanaan produksi adalah: 1. Dapat membuat produk atau jasa dengan harga yang murah. 2. Dapat menentukan harga pokok dan harga jual dengan harga yang rendah. 26
3. Dapat bersaing dengan kemampuan yang cukup. 4. Dapat menjual barang dalam jumlah yang banyak dan sekaligus menguasai bagian pasar yang luas dari pada penjualan barang atau jasa. Perencanaan produksi dibagi menjadi dua : 1. Perencanaan jangka pendek Adalah perencanaan dengan jangka waktu satu tahun atau kurang yang bertujuan untuk mengatur penggunaan tenaga kerja, persediaan barang dan fasilitas pabrik yang dimiliki perusahaan pabrik. 2. Perencanaan jangka panjang Adalah perencanaan dengan jangka waktu lebih dari satu tahun yang bertujuan untuk mengatur pertambahan kapasitas peralatan atau mesin, ekspansi pabrik dan pengembangan produk. Perencanaan agregat memberikan gambaran yang menyeluruh tentang permintaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan dan berguna juga untuk mengevaluasi dampak perencanaan dan jadwal kapasitas dan mengevaluasi keefektifan dari perencanaan produksi yang ada. Perencanaan agregat juga mengelompokkan sumber daya yang tersedia untuk setiap periode dalam horizon waktu dan memutuskan alternatif yang terbaik untuk menggunakan kapasitas yanga ada yang bertujuan untuk: Fasibilitas dan Optimalitas. Metode perencanaan produksi agregat dibagi menjadi:
27
1. Pure Strategy - Changing Workforce level Adalah penambahan jumlah tenaga kerja jika diperlukan dan mengubah tenaga kerja dengan perekrutan tenaga kerja atau melakukan pemutusan huubungan kerja dengan tujuan untuk menyamakan tingkat produksi dengan jumlah permintaan setiap periodenya, sehingga tidak ada persediaan yang berlebihan. - Changing Inventory level Adalah penyamaan jumlah produksi berdasarkan rata-rata permintaan dan menutupi kekurangan produksi dengan persediaan yang berasal dari produksi periode terdahulu dan pada metode ini berusaha menghindarkan hire dan fire. - Subcontacting Adalah suatu kegiatan dimana perusahaan berusaha untuk mencukupi jumlah permintaan dengan melakukan subkontrak dengan perusahaan lain. - Mixed Strategy Adalah penggabungan dua atau lebih dari metode Pure Strategy dengan tujuan menghindari dampak negatif dari masing-masing metode yang ada.
2.3
DISAGREGAT
Perencanaan Disagregat ( Disaggregat Planning ) merupakan langkah selanjutnya setelah perencanaan agregat, tujuan dari perencanaan disagregat ini adalah untuk memecah satuan produk agregat pada perencanaan agregat ke dalam setiap item produk serta 28
mengetahui item-item suatu produk apa saja yang akan diproduksi setiap periodenya dan berapa jumlah setiap item dari suatu produk tersebut akan diproduksi. Disagregasi akan dilakukan dengan pendekatan Hax and Bintran (Bedworth, 1982:164) Langkah-langkah dalam melakukan disagregasi item ini adalah sebagai berikut: 1. menentukan nilai expected quantity yaitu persediaan awal dikurangi permintaan
( I ij 1 Di j . Jika expected quantity bernilai negative, berarti item itu harus diproduksi, karena jumlah persediaan yang ada tidak mencukupi permintaan. 2. Menentukan nilai n, yaitu banyaknya ulangan permintaan yang akan dipenuhi oleh jumlah produksi persediaan yang ada sekarang ini dengan syarat-syarat: N Yi * K ij D ijn SS ij I ijt 1 …………………. ( 2.11 ) n 1 Y *i adalah jumlah produk yang diproduksi dari perencanaa agregat terbaik. Untuk Changing Workface Level :Y *i = Demand dalam satuan agregat. Untuk Changing Inventory Level : Y *i = Produk dalam satuan agregat. Untuk Subcontarcting : Y *i = Produk dalam satuan agregat. Untuk Mixed Strategy : Y *i =
Wqktur regular waktu overtime x {Round Normal} Waktu siklus
3. Menghitung E (excess Demand) atau kelebihan permintaan / kebutuhan
29
dengan rumus :
E1
N * K ij Dijn SS ij I yt 1 Yi ........( 2.12) j i n 1
4. Menentukan jumlah produksi untuk masing-masing item dengan rumus :
N
Yi *1 Dijn SSij I ijt 1 (Ei Dt D ijn Yi * . n 1
KijDijn............(2.13) jei
Perintah produksi , jika : q qij ,1 I ij ,l
Dimana q = expected quantity………..(2.14)
Dan jika : q qij1 I
Sij ij1 dimana s = safety stock ……….(2.15)
Catatan :
Next Per-ending Inventory = Kuantitas produksi – ExpectedQuant
Kuantitas produksi angkanya harus bulat ,apabila tidak bulat maka dibulatkan langsung .
Kuantita produksi nilainya bulat , apabila tidak bulat maka dibulatkan normal
2.3.1
Jadwal Induk Produksi / Master Production Schedulling (MPS)
30
Pada dasarnya jadwal induk produksi merupakan suatu pernyataan tentang produk akhir suatu perusahaan industri manufaktur yang merencanakan memproduksi output berkaitan dengan kuantitas dan periode waktu. MPS mendisagregasikan dan mengimplementasikan rencana produksi. Penjadwalan produksi induk, pada dasarnya berkaitan dengan aktivitas melakukan fungsi utama, berikut: a. Menyediakan atau memberikan input utama kepada system perencanaan kebutuhan material dan kapasitas, merupakan aktivitas perencanaan lebel 3 dalam meraraki perencanaan prioritas dan perencanaan kapasitas pada system MRP II b. Menjadwalan pesanan-pesanan produksi dan pembelian suatu item. c. Memberikan landasan untuk penentuan kebutuhan sumber daya dan kapasitas. d. Memberikan basis untuk pembuatan janji tentang penyerahan produk, kepada pelanggan. Sebagai
suatu
aktivitas
proses,
jadwal
induk
produksi
(MPS)
membutuhkan lima input utama yaitu sebagai berikut : a) Data permintaan total, yang berkaitan dengan ramalan penjualan (sales foreast) dan pesanan-pesanan (order)
31
b) Status inventori, berkaitan dengan informasi tentang on hand investory, stock yang dialokasikan untuk penggunaan tertentu, pesanan produksi dan pembelian yang dikeluarkan. c) Perencanaan produksi menentukan tingkat produksi, inventori, dan sumber daya lainnya. d) Data perencanaan, bekaitan dengan aturan-aturan tentang lot sizing, safety stock dan waktu tunggu (lead time), dari masing-masing item shrinkage factor. 2.3.2
Beberapa Pertimbangan Dalam Mendesain MPS
Dalam mendesain MPS , beberapa factor utama yang menentukan proses penjadwalan produksi induk (MPS) adalah: 1. lingkungan manufacturing yang umumnya dipertimbangkan adalah make to stock, make to order dan assemble to order. 2. struktur produk atau Bill of Material (BOM). Struktur produk selalu ditampilkan dalam bentuk gambar (chart format). Struktur produk yaitu cara komponen-komponen bergabung ke dalam suatu produk selama proses manufacturing. 3. Horizon perencanaan, waktu tunggu produk dan production time fences.
32
a. Horizon perencanaan harus sama dengan banyak periode dikalikan panjang dari setiap periode (H = L x N, dimana H = Horizon, L= length of periode, N= Number of periode) b. Waktu tunggu produksi, yaitu lama waktu menunggu sejak menempatan pesanan sampai memperoleh pesanan tersebut. Waktu tunggu berkaitan dengan waktu menunggu diproses, bergerak / berpindah, antri , set up, dan run time untuk komponen yang diproduksi. c. Time fences yaitu sebagai suatu kebijakan atau petunjuk yang ditetapkan untuk mencatat dimana (dalam zona waktu) terdapat berbagai keterbatasan atau perubahan dalam proses operasi, manufacturing. Time fences yang paling umum dikenal adalah Demand Time Fencess (DTF) pada waktu final assembly dan Planning Time Fences (PTF) yang ditetapkan pada waktu tunggu kumulatif.
2.4
ROUGHT CUT CAPACITY PLANNING (RCCP)
2.4.1
Definisi Rought Cut Capacity Planning (RCCP)
RCCP didefinisikan sebagai proses mengkonversi MPS kedalam sumber daya yang dibutuhkan. Tahap pertama dalam RCCP adalah identifikasi sumber daya yang utama, seperti work center, tenaga kerja atau material kritis. Kemudian tentukan factor penggunaan sumber daya per unit untuk setiap item, dan diasumsikan bahwa sumber daya tersebut digunakan dalam periode yang sama 33
sesuai dengan jadwal pesanan yang telah disusun. Kemudian factor penggunaan tersebut dikalikan dengan jumlah rencana pemesanan untuk RCCP. Selanjutnya beban sumber dibangdingkan dengan kapasitas yang tersedia, apakah underload atau overload. Jika overload maka jadwal harus diubah atau kapasitas harus ditambah. Jika underload, kapasitas hatus dikurangi dan jadwal harus ditambah.
2.4.2 Teknik-Teknik Yang Digunakan Untuk Melakukan RCCP Teknik-tekik yang digunakan untuk melakukan RCCP adalah (Sheikh, 2002:441). 1. Capacity Planning Using Overall Factors (CROP) Metode ini merupakan metode yang cukup sederhana dalam pendekatan RCCP krena penggunaan perhitungannya paling sedikit. Input datanya berasal dari Jadwal Induk Produksi, waktu total yang diperlukan untuk memproduksi suatu produk dan proporsi waktu penggunaan sumber. Prosedur ini biasanya menggunakan factor perencanaan yang berasal dari data historic dari produk, sehingga pendekatan ini paling mudah terpengaruh jika terjadi perubahan dalam volume produk maupun jumlah waktu yang dibutuhkan untuk membuat suatu produk. Adapun rumus yang digunakan dalam metode ini adalah sebagai berikut :
34
N
; I wI H ..............(2.16
H t q pj x xhp p 1
Dimana : H t total jam ker ja yang dibutuhkan pada periode t q pj jumlahjam jam ker ja untuk item P yang dibutuhkan pada periode t Hp = jumlah item P yang akan diproduksi Iwl =Beban kerja dalam 1 jam di bagian produksi Iw pada periode t r presentasi dari jam ker ja dibagian produksi ws selama periode menda tan g 2. Metode Capacity Bills (Bill Of Resources) Pada metode Capacity Bills , estimasi beban kerja pada setiap bagian produk untuk setiap periode Jadwal Induk Produksi dihitung dengan rumus :
I wj
n
q p 1
pj xh pj
……………………………….(2.17)
Dimana: Iwl = Bebean kerja dalam 1 jam pada bagian produksi w pada periode t q pj jumlahjam jam ker ja untuk item P yang dibutuhkan pada periode t Hp = jumlah item P yang akan diproduksi 35
N = jumlah produksi yang dibuat .
3. Resources Profile Approach Metode ini selain menggunakan data waktu standar, pendekatan ini juga membutuhkan data waktu senggang (Lead Time) untuk melakukan pekerjaan tersebut. Dalam penelitian tugas akhir ini pada perhitungan Rought Cut Capacity Planning menggunakan metode Bill Of Resources.
2.5
MRP
2.5.1
Definisi MRP
MRP merupakan salah satu teknik perencanaan dan pengendalian produksi dimana jadwal induk produksi digunakan untuk membuat atau membeli material/item yang bersifat “Dependent Demand” . Master Requirement Planning
36
yaitu suatu system untuk mengatur agar komponen-komponen yang diperlukan tersebut dapat tersedia pada waktu dan jumlah yang tepat. Sebuah produk terdiri dari” Independent demand” yaitu kebutuhan yang tidak berhubungan dengan produk lain dan “Dependent Demand” yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan produk lain. Jika pada peramalan dam agregat kita berfokus pada independent demand maka pada MRP kita akan berfokus pada dependent demand.
2.5.2 BOM Metode BOM (Bill Of Material) adalah suatu cara untuk mempermudah kita dalam berfokus pada dependent demand. BOM merupakan suatu metode untuk memecahkan suatu independent demand menjadi dependent demand.
2.5.3 Lead Time Lead Time dibedakan menjadi dua jenis yaitu : 1. Lead Time pembelian
37
Adalah selang waktu antara pemesanan dengan waktu diterimanya pesanan tersebut. 2. Lead Time manufacturing Adalah waktu yang dibutuhkan untuk perakitan yang diukur dari waktu pemesanan sampai produk tersebut diterimanya pesanan tersebut.
2.5.4 Lot Sizing Lot sizing (lotting) merupakan suatu algoritma Heuristics yang mencoba untuk mencari jumlah pesanan yang optimal berdasarkan pertimbangan :
o Biaya pembalian barang
Adalah harga pembelian, jika barang dibeli atau biaya produksi, jika barang dibuat sendiri. Untuk barang yang dibeli, biaya total adalah harga barang ditambah biaya pengangkutan, pajak, bea, dan lain-lain. o Biaya pesan
38
Adalah biaya yang harus dikeluarkan setiap kali memesan barang ke supplier, atau biaya set up yang terjadi setiap kali ada pergantian proses produksi dari satu produk ke produk lainnya. o Biaya simpan
Adalah biaya yang hars dikeluarkan bila menyimpan barang. Biaya-biaya yang termasuk kelompok ini misalnya : listrik, pajak premi asuransi, biaya tenaga kerja yang mengawasi persediaan dll. Metode ini sangat berguna untuk mencari biaya yang serendah mungkin dalam perhitungan untuk pemesanan barang. Beberapa metode Lot Sizing, adalah sebagai berikut :
2.5.4
Metode Economic Order Quantity
Metode pertama kali dicetuskan oleh Ford Harris pada tahun 1915 , tetapi lebih dikenal dengan nama metode Wilson karena dikembangkan oleh Wilson pada tahun 1934. metode ini digunakan untuk menghitung minimasi total biaya persediaan berdasarkan persamaan tingkat atau titik equilibrium kurva biaya simpan dan biaya pesan. Rumusan untuk menentukan jumlah EOQ adalah:
Q
2 DS H
39
Dimana : Q = Jumlah barang setiap pemesanan D = Jumlah permintaan dalam periode N S = biaya pesan H = biaya simpen pada perioda N
2.5.5
Metode Period Order Quantity (POQ)
Metode POQ sebenarnya adalah pengembangan dari metode EOQ. Jika pada metode EOQ , jumlah barang setiap pemesanan bersifat konstan, maka pada metode POQ ini interval periode pemesanannya yang bersifat konstan. Rumusan untuk menentukan jumlah dan periode POQ adalah:
N
Q d
Dimana : N = jumlah periode pemesanan Q = jumlah barng secara EOQ
Metode Lot for Lot (L - 4 -L)
40
Metode Lot for Lot merupakan metode paling sederhana dimana pada dasarnya metode ini mengadakan pemesanan persediaan setiap sub-periode. Tujuannya adalah untuk meminimasi biaya simpan, karena tidak adanya persediaan yang tersisa setiap pergantian sub-periode.
Wagner-Within Prinsip : minimasi ongkos persediaan dengan mensyaratkan persediaan akhir horizon perencanaan sama dengan nol. Langkah-langkah: 1) Hitung matriks ongkos variable total dari setiap alternative pemesanan sepanjang N periode yang terdiri dari ongkos pesan / set up dan ongkos simpan. e
Z ce C hp ( Qce Qci ) i c
Keterangan : 1 1 c e N Z ce = Ongkos variable total periode c sampai e jika membuat pesanan di periode c untuk memenuhi kebutuhan periode c sampai e .
41
C
= Ongkos Pesan / set up
H = presentasi ongkos simpan . e
P = Ongkos pembelian per unit Qce R 5 k c
2) Definisikan f e sebagai altenatif ongkos minimum untuk periode 1 sampai e, dimana persediaan di akhir periode e = 0. f e Min Ze f c
2.6.
PEMBUATAN MRP
Langkah-langkah pembuatan MRP, sebagai berikut : 1. Membuat Bill of Material 2. Menentukan Lead Time terbesar untuk menentukan batas terkecil periode dalam perhitungan. 3. Untuk elemen-elemen BOM yang berada di level terbesar (paling bawah letaknya) dihitung dengan Metode Lot Sizing untuk mencari biaya yang paling minimum. 4. membuat table-tabel MRP dengan memasukkan factor-faktor : 42
o Gross Requirement (GR) o Inventory (I) o Schedule Receipt (SR)
Jika ada
o Safety Stock (SS) o Net Requirement (NR) = GR – I – SR + SS o Planned Order Receipt o Planned Order Release
2.6.1 Tujuan MRP Terdapat beberapa tujuan MRP I adalah sebagai berikut : 1. Meminimasi Persediaan Dengan ditentukan jumlah dan waktu suatu komponen yang diperlukan, maka pembelian hanya dilakukan sebatas yang diperlukan saja sehingga dapat diminimalkan biaya persediaan . 2. Mengurangi resiko keterlambatan pengiriman dan produksi
43
Dengan diperhatikan lead time untuk setiap komponen akan memperkecil resiko tidak tersedianya komponen yang akan diproses yang akan dapat mengganggu proses produksi. 3. Komitmen yang realistis , Dengan dapat dipenuhinya jadwal produksi sesuai waktunya, komitmen terhadap pengiriman barang akan lebih realistis sehingga akan meningkatkan kepuasan dan kepercayaan konsumen. 4.
Meningkatkan efisiensi Dengan lebih baiknya perencanaan dalam hal jumlah persediaan, waktu produksi dan waktu pengiriman barang maka akan meningkatkan efisiensi dalam perusahaan.
44
BAB II LANDASAN TEORI 2.6
PERAMALAN PERMINTAAN
Peramalan adalah suatu proses dalam menggunakan data histories yang telah dimiliki untuk diproyeksikan kedalam suatu model,dan model ini digunakan untuk memperkirakan kedaan masa datang . Dalam melakukan peramalan perlu dilakukan batas- batas yaitu : Produk yang diminta telah teridentifikasikan dan jumlah yang diminta dapat dibuat produsen . Peramalan sendiri terbagi menjadi : 3. Peramalan kualitatif Peramalan yang melibatkan pendapat pribadi , pedapat ahli, metode Delphi, Penelitian pasar dan lain-lain. 4. Peramalan kuantitatif
45
a. Model Time Series ( deret waktu ) Permintaan merupakan fungsi dari waktu ,pola permintaan pada masa yang akan datang diperkirakan serupa bulan masa lalu . b. Model Causal Merupaka fungsi dari penyebab-penyebab .Metode Peramalan time Series terbagi lagi menjadi beberapa bagian yaitu : regresi, Perataan ,Pemulusan dan Siklis . 2.6.1
Peramalan dengan Metode Regresi Linier
Salah satu peramalan yang paling sederhana adalah Regresi Linier , Dimana diasumsikan terdapat hubungan antara variable yang ingin diramalkan dengan variable lain . Peramalan didasrkan pada asumsi bahwa pola dari pertumbuhan data histories bersifat linier , yang dapat dijabarkan sebagai berikut : Y ( t ) = a + bt Dimana Y merupakan fungsi terhadap waktu . Variabel a dan b adalh parameter yang akan ditentukan dalam perhitungan . Rumus yang akan menghitung a dan b adalah sebagai berikut :
N
b
N tY (t ) tI
N
N
t I
t I 2
Y (t ) t
N N Nt 2 t t I tI
46
1 N
a 2.6.2
N
y(t ) tI
1 N b t N tI
Peramalan dengan Metode Regresi Kuadratis
Regresi kuadratis ini didasarkan pad asumsi bahwa pola pertumbuhan data histories bersifat kuadratis , Pada dasarnya peramalan ini serupa dengan regresi linier hanya saja berbeda dalam hal asumsi data histories . Pola pertumbuhan ini didekatkan dengan suatu model yang menggambarkan hubungan-hubungan yang terkait dalam suatu keadaan . Model tersebut dapat dijabarkan sebagi berikut : Y ( t ) a bt ct 2 Demand Y merupakan fungsi terhadap waktu , Rumus-rumus dalam menghitung variable a , b dan c adalah : b
2
Dimana :
N
2
N
t 2 Nt 4 tI
:
N
N
tI
tI
tI
N
t Y (t ) N t Y t N
tI
N
N
t Y (t ) t Y (t ) 2
tI
tI
N
N
t I
tI
t t
N
2
2
N
Nt3 tI
N
t Nt 2 t I
T i
47
2
Selanjutnya nilai a didapat dengan menggunakan nilai b dan c yang telah diperoleh sebelumnya melalui persamaan : N
a 2.6.3
Y (t ) t I
N
N
b
t tI
N
N
c
t
2
t 1
N
Peramalan dengan Metode Double Moving Avarage
Metode ini mampu mengurangi kesalahan sistematis yang terjadi , Dasar dari system ini adalah menghitung rata-rata bergerak yang kedua . Rata-rata bergerak ganda merupakan rata-rata bergerak dan disimbolkan sebagai MA ( M * N )yang berarti MA M periode dari MAN periode . Prosedur yang digunakan adalah sebagai berikut : 7. Cari x rata-rata dari x1 sampai xt dan nilai peramalan untuk periode S’ t +1 adalah x rata-rata tesebut . 8. Cari x rata-rata dari x2 sampai xt+1 , dan nilai peramalan untuk periode S’ t +2 adalah x rata-rata tesebut . 9. Ulangi kedua langkah diatas sampai semua X terhitung . Lanjutkan dengan cara yang sama untuk menghitung S’’ hanya saja sekarang yang rata-rata bukan x melainkan S’t . 10. Menghitung at dengan rumus at = 2 S’t - S’’t
11. Menghitung bt dengan rumus bt =
48
2 S 't S ' ' t N 1
12. Menghitung peramalan ( Ft+m ) dimana m merupakan jumlah Periode kemuka dari t rumus : F t+m = aa + bt*m
2.6.4
Peramalan dengan Metode Double Exponential Smoothing atau Metode Linier Brown .
Merupakan salah satu dari tehnik matematika yang secara langsung dapat diterapkan dalam system peramalan . Prosedure peramalan ini memiliki semua sifat dari tehnik moving average . Peramalan dengan metode ini tidak memerlukan data histories dalam jumlah besar tetapi memberikan hasil yang terbaik . Metode ini memberikan bobot yang semakin menurun . Dasar pemikiran dari metode Linier Brown adalah serupa dengan rata-rata bergerak linier , karena kedua nilai pemula dan eksponensial tunggal dan ganda ketinggalan dari data yang sebenarnya bila mana terdapat unsure trend. Dalam metode ini dikenal konstanta kemulusan ( α ) Rumus untuk Metode Linier Brown adalah sebagai berikut :
49
S ' t
(1 ) S
S ' ' S 't
t 1 t
(1 ) S ''
t 1
t 2 S 't S ' 't 1 b
1
1
Ft m at
S '
S ' 't
bt m
Dimana : S 't pemulusan exp onentialtunggal periode ke t S ' 't t pemulusan exp onential ganda periode ke t kons tan ta pemulusan Xt = data permintaan period eke t at = penyesuaian pemulusan exponential tunggal b t = taksiran kecenderungan antara periode F t+m = peramalan periode = jumlah periodekedepan yang diramalkan M 2.6.5
Peramalan dengan periode Siklis
Persamaan Matematis yang digunakan untuk data dengan pola Siklis ini adalah : Y ' (t ) a b sin
2 t 2t c. cos n n
Dimana a, b dan c adalah konstanta yang didapat dari persamaan sebagai berikut :
50
a
b
c
2.6.6
Y ( t ) n 2 Y ( t ) sin
2 t n
n 2 Y ( t ) cos
2 t n
n
Peramalan dengan metode seasonal
Peramalan dengan metode Seasonal sangat baik jika digunakan untukmenghadapi data-data Seasonal . Peramalan kedepan dapat menggunakan cara regresi linier . 2.6.7
Nilai kesalahan Peramalan
Dalam melakukan peramalan , hasil peramaln kita tidak mungkin benar-benar tepat . Selisih antara nilai sebenarnya dengan nilai peramalan dapat dikatakan sebagai ‘error’ . Hal ini dapat diketahui dari perbandingan antara nilai-nilai kesalahan dari masing-masing metode , metode yang terbaik adalah metode yang paling sesuai dengan data yang dimiliki nilai peramalan kesalahan yang paling kecil . Perhitungan kesalahan dapat dijabarkan sebagai berikut : Ei
xi Fi i
Dimana : Eii kesalahan pada periode ke I i i
51
xi Fii
Nilai sesungguhnya pada periode ke 1 nilaihasil peramalan pada periode ke 1
Jumlah keslahan peramalan hanya merupakan ukuran biasa atau selisih biasa yang dihasilkan . Beberapa alternative beberapa metode kesalahan peramalan yang banyak digunakan adalah sebagai berikut :
4. Mean Square Error ( MSE ) N
MSE
e
2 1
i 1
N
5. Mean Absolute Error ( MAE ) N
MAE
e i 1
i
N
6. Mean Absolute Percent Error ( MAP )
MAP
2.6.8
100 N ei N i 1 xi
Theils – U
Merupakan suatu ukuran kesalahan peramalan yang mempertimbangkan ketidak seimbangan unsur kesalahan yang besar serta memberikan dasar perbandingan
52
relative dengan metode naif . Statitik ini mungkin suatu perbandingan relative antara metode peramalan formal dengan pendekatan naïf dan juga mengkuadratkan kesalahan yang terjadi sehingga kesalahan yang besar diberikan bobot yang besar dibandingkan dengan kesalahan yang kecil yang akan memberikan interprestasi yang intuitif. Secara matematis dapat didefinisikansebagai berikut :
n1
U
i 1(FPEi1 APEi1 )2 n1
(APEi 1)
2
i 1
(n 1)
(n1)
Dimana :
FPEi
1
APEi 1
Fi
1
xi
xi F i 1 x i xi
yang merupakan perubahan relatif yang diramalkan
yang merupakan perubahan relatif yang sebenarnya
Jika kedua persamaan trsebut di subtitusikan maka :
53
2
Fi 1 xi x (n 1) i U 2 n 1 F i 1 x1 x1 ( n 1) i 1 n 1
Nilai statistic yang dihasilkan akan memberikan nilai : -
Nol jika FPE i 1 APE 1 1 hal ini terjadi jika semua hasil ramalan tepat
FPE
i 1
011
hal ini terjadi jika kesalahan dalam metode peramalan sama dengan nilai kesalahan yang diperoleh dengan meramalkan nilai aktua ln ya > 1 jika FPEi 1 mempunyai arh yang berlawanan dengan APEi+1 karena pembilang akan lebih besar dari penyebut 2.6.9
Tracking Signal
Cara untuk mengontrol peramalan untuk memastikan bahwa metode peramalan yang digunakan akan menghasilkan peramalan yang baik , juga digunakan untuk mengetahui sebaik apakah metode permalan yang digunakan dalam memprediksikan data actual . Tracking Signal dihitung sebagai jumlah kesalahan peramalan dibandingkan dengan nilai MAE, yang dapat didefinikan sebagai berikut : Tracking Signal (TS ) =
RSFE MAE 54
Dimana : MAE =
kesalahan peramalan e
i
n
n
Nilai positif tracking signal menunjukan bahwa data actual masih lebih besar dibandingkan dengan data peramalan . Sedangkan Negatif Tracking Signal menunjukan bahwa data actual lebih kecil dibandingkan dengan data peramalannya . Tracking Signal yang baik adalah yang memiliki nilai RSFE yang kecil titik tengah tracking signal mendekati NOL . Nilai tracking signal yang dihitung dibandingkan dengan batas control yang telah ditentukan . Batas maximum MAE untuk jumlah persediaan yang besar dan data maximum
8 MAE untuk jumlah persediaan yang lebih rendah .
Tracking signal berada diluar batas k t l Upper control limit
55
Tracking signal
+ Daerah penerimaan
Lower control limit
periode Gambar 2.1 Tracking Signal
2.1.10 Verifikasi dan Pengendalian Peramalan
Bentuk alat kontrol paling sederhana untuk mengamati vertifikasi peramalan adalah peta kontrol statistik yang digunakan dalam pengendalian kualitas. Salah satu peta control statistik adalah MRC. MRC dibuat untuk membandingkan nilai yang diamati atau nilai observasi atau data aktual dengan nilai peramalan atau perkiraan, yang dapat didefinisikan sebagai berikut: MR =
d '1 dt ) - (d’ t 1 - d t 1 )
Sedangkan Moving Range didefinisikan sebagai berikut: MR =
MR n 1
Batas kontrol Moving Range Chart didefinisikan sebagai berikut: UCL = + 2.66 MR 56
LCL = -2.66 MR Jika ada data yang berada diluar batas control yang telah ditentukan maka ada beberapa data yang harus dihilangkan atau mencari metode peramalan yang lain, jika semua titik berada dalam batas yang ditentukan maka peramalan dinyatakan benar. - Daerah A merupakan daerah yang dibatasi
2 (2.66 MR ) = 1.77 MR 3
1 - Daerah B merupakan daerah yang dibatasi (2.66 MR) = 0.89 MR 3 - Daerah C merupakan daerah di atas atau di bawah garis sumbu (central line) Kondisi tidak terkendali jika: - 2 titik atau data yang beruntun, 2 atau lebih diantaranya berada di daerah A - 5 titik atau data yang beruntun, 4 atau lebih diantaranya berada di daerah B - 8 titik atau data yang beruntun berada pada salah satu sisi garis sumbu.
Upper control limit Region A
d’ - d
Region B Region C Center line
0 Region C Region B Region A
57
Lower control limit
Gambar 2.2 Moving Range Chart (MRC) 2.7
PERENCANAAN PRODUKSI
Pengertian perencanaan produksi adalah perencanaan mengenai tenaga kerja, bahan-bahan dan mesin peralatan lain serta modal yang diperlukan untuk memproduksi barang-barang pada periode tertentu dimasa mendatang sesuai dengan yang diperkirakan atau yang diramalkan. Tujuan dari perencanaan produksi adalah: 5. Dapat membuat produk atau jasa dengan harga yang murah. 6. Dapat menentukan harga pokok dan harga jual dengan harga yang rendah. 7. Dapat bersaing dengan kemampuan yang cukup. 8. Dapat menjual barang dalam jumlah yang banyak dan sekaligus menguasai bagian pasar yang luas dari pada penjualan barang atau jasa. Perencanaan produksi dibagi menjadi dua : 3. Perencanaan jangka pendek Adalah perencanaan dengan jangka waktu satu tahun atau kurang yang bertujuan untuk mengatur penggunaan tenaga kerja, persediaan barang dan fasilitas pabrik yang dimiliki perusahaan pabrik. 4. Perencanaan jangka panjang
58
Adalah perencanaan dengan jangka waktu lebih dari satu tahun yang bertujuan untuk mengatur pertambahan kapasitas peralatan atau mesin, ekspansi pabrik dan pengembangan produk. Perencanaan agregat memberikan gambaran yang menyeluruh tentang permintaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan dan berguna juga untuk mengevaluasi dampak perencanaan dan jadwal kapasitas dan mengevaluasi keefektifan dari perencanaan produksi yang ada. Perencanaan agregat juga mengelompokkan sumber daya yang tersedia untuk setiap periode dalam horizon waktu dan memutuskan alternatif yang terbaik untuk menggunakan kapasitas yanga ada yang bertujuan untuk: Fasibilitas dan Optimalitas. Metode perencanaan produksi agregat dibagi menjadi: 2. Pure Strategy - Changing Workforce level Adalah penambahan jumlah tenaga kerja jika diperlukan dan mengubah tenaga kerja dengan perekrutan tenaga kerja atau melakukan pemutusan huubungan kerja dengan tujuan untuk menyamakan tingkat produksi dengan jumlah permintaan setiap periodenya, sehingga tidak ada persediaan yang berlebihan. - Changing Inventory level Adalah penyamaan jumlah produksi berdasarkan rata-rata permintaan dan menutupi kekurangan produksi dengan persediaan yang berasal dari produksi periode terdahulu dan pada metode ini berusaha menghindarkan hire dan fire. 59
- Subcontacting Adalah suatu kegiatan dimana perusahaan berusaha untuk mencukupi jumlah permintaan dengan melakukan subkontrak dengan perusahaan lain. - Mixed Strategy Adalah penggabungan dua atau lebih dari metode Pure Strategy dengan tujuan menghindari dampak negatif dari masing-masing metode yang ada.
2.8
DISAGREGAT
Perencanaan Disagregat ( Disaggregat Planning ) merupakan langkah selanjutnya setelah perencanaan agregat, tujuan dari perencanaan disagregat ini adalah untuk memecah satuan produk agregat pada perencanaan agregat ke dalam setiap item produk serta mengetahui item-item suatu produk apa saja yang akan diproduksi setiap periodenya dan berapa jumlah setiap item dari suatu produk tersebut akan diproduksi. Disagregasi akan dilakukan dengan pendekatan Hax and Bintran (Bedworth, 1982:164) Langkah-langkah dalam melakukan disagregasi item ini adalah sebagai berikut: 5. menentukan nilai expected quantity yaitu persediaan awal dikurangi permintaan ( I ij 1 Di j . Jika expected quantity bernilai negative, berarti item itu harus diproduksi, karena jumlah persediaan yang ada tidak mencukupi permintaan. 6. Menentukan nilai n, yaitu banyaknya ulangan permintaan yang akan dipenuhi oleh jumlah produksi persediaan yang ada sekarang ini dengan syarat-syarat:
60
N Yi * K ij D ijn SS ij I ijt 1 …………………. ( 2.11 ) n 1 Y *i adalah jumlah produk yang diproduksi dari perencanaa agregat terbaik. Untuk Changing Workface Level :Y *i = Demand dalam satuan agregat. Untuk Changing Inventory Level : Y *i = Produk dalam satuan agregat. Untuk Subcontarcting : Y *i = Produk dalam satuan agregat. Untuk Mixed Strategy : Y *i =
Wqktur regular waktu overtime x {Round Normal} Waktu siklus
7. Menghitung E (excess Demand) atau kelebihan permintaan / kebutuhan
dengan rumus :
E1
N * K ij Dijn SS ij I yt 1 Yi ........( 2.12) j i n 1
8. Menentukan jumlah produksi untuk masing-masing item dengan rumus :
* i 1
Y
N
Dijn SSij I ijt 1 (Ei Dt D ijn Yi * . n 1
KijDijn............(2.13) jei
Perintah produksi , jika : q qij ,1 I ij ,l
Dimana q = expected quantity………..(2.14)
Dan jika : q qij1 I
Sij ij1 dimana s = safety stock ……….(2.15)
61
Catatan :
Next Per-ending Inventory = Kuantitas produksi – ExpectedQuant
Kuantitas produksi angkanya harus bulat ,apabila tidak bulat maka dibulatkan langsung .
Kuantita produksi nilainya bulat , apabila tidak bulat maka dibulatkan normal
2.8.1
Jadwal Induk Produksi / Master Production Schedulling (MPS)
Pada dasarnya jadwal induk produksi merupakan suatu pernyataan tentang produk akhir suatu perusahaan industri manufaktur yang merencanakan memproduksi output berkaitan dengan kuantitas dan periode waktu. MPS mendisagregasikan dan mengimplementasikan rencana produksi. Penjadwalan produksi induk, pada dasarnya berkaitan dengan aktivitas melakukan fungsi utama, berikut: a. Menyediakan atau memberikan input utama kepada system perencanaan kebutuhan material dan kapasitas, merupakan aktivitas perencanaan lebel 3 dalam meraraki perencanaan prioritas dan perencanaan kapasitas pada system MRP II 62
b. Menjadwalan pesanan-pesanan produksi dan pembelian suatu item. c. Memberikan landasan untuk penentuan kebutuhan sumber daya dan kapasitas. d. Memberikan basis untuk pembuatan janji tentang penyerahan produk, kepada pelanggan. Sebagai
suatu
aktivitas
proses,
jadwal
induk
produksi
(MPS)
membutuhkan lima input utama yaitu sebagai berikut : a) Data permintaan total, yang berkaitan dengan ramalan penjualan (sales foreast) dan pesanan-pesanan (order) b) Status inventori, berkaitan dengan informasi tentang on hand investory, stock yang dialokasikan untuk penggunaan tertentu, pesanan produksi dan pembelian yang dikeluarkan. c) Perencanaan produksi menentukan tingkat produksi, inventori, dan sumber daya lainnya. d) Data perencanaan, bekaitan dengan aturan-aturan tentang lot sizing, safety stock dan waktu tunggu (lead time), dari masing-masing item shrinkage factor. 2.8.2
Beberapa Pertimbangan Dalam Mendesain MPS
63
Dalam mendesain MPS , beberapa factor utama yang menentukan proses penjadwalan produksi induk (MPS) adalah: 4. lingkungan manufacturing yang umumnya dipertimbangkan adalah make to stock, make to order dan assemble to order. 5. struktur produk atau Bill of Material (BOM). Struktur produk selalu ditampilkan dalam bentuk gambar (chart format). Struktur produk yaitu cara komponen-komponen bergabung ke dalam suatu produk selama proses manufacturing. 6. Horizon perencanaan, waktu tunggu produk dan production time fences. d. Horizon perencanaan harus sama dengan banyak periode dikalikan panjang dari setiap periode (H = L x N, dimana H = Horizon, L= length of periode, N= Number of periode) e. Waktu tunggu produksi, yaitu lama waktu menunggu sejak menempatan pesanan sampai memperoleh pesanan tersebut. Waktu tunggu berkaitan dengan waktu menunggu diproses, bergerak / berpindah, antri , set up, dan run time untuk komponen yang diproduksi. f. Time fences yaitu sebagai suatu kebijakan atau petunjuk yang ditetapkan untuk mencatat dimana (dalam zona waktu) terdapat berbagai keterbatasan atau perubahan dalam proses operasi, manufacturing. Time fences yang paling umum dikenal adalah Demand Time Fencess (DTF) pada waktu final 64
assembly dan Planning Time Fences (PTF) yang ditetapkan pada waktu tunggu kumulatif.
2.9
ROUGHT CUT CAPACITY PLANNING (RCCP)
2.9.1
Definisi Rought Cut Capacity Planning (RCCP)
RCCP didefinisikan sebagai proses mengkonversi MPS kedalam sumber daya yang dibutuhkan. Tahap pertama dalam RCCP adalah identifikasi sumber daya yang utama, seperti work center, tenaga kerja atau material kritis. Kemudian tentukan factor penggunaan sumber daya per unit untuk setiap item, dan diasumsikan bahwa sumber daya tersebut digunakan dalam periode yang sama sesuai dengan jadwal pesanan yang telah disusun. Kemudian factor penggunaan tersebut dikalikan dengan jumlah rencana pemesanan untuk RCCP. Selanjutnya beban sumber dibangdingkan dengan kapasitas yang tersedia, apakah underload atau overload. Jika overload maka jadwal harus diubah atau kapasitas harus ditambah. Jika underload, kapasitas hatus dikurangi dan jadwal harus ditambah.
2.9.2 Teknik-Teknik Yang Digunakan Untuk Melakukan RCCP Teknik-tekik yang digunakan untuk melakukan RCCP adalah (Sheikh, 2002:441). 4. Capacity Planning Using Overall Factors (CROP)
65
Metode ini merupakan metode yang cukup sederhana dalam pendekatan RCCP krena penggunaan perhitungannya paling sedikit. Input datanya berasal dari Jadwal Induk Produksi, waktu total yang diperlukan untuk memproduksi suatu produk dan proporsi waktu penggunaan sumber. Prosedur ini biasanya menggunakan factor perencanaan yang berasal dari data historic dari produk, sehingga pendekatan ini paling mudah terpengaruh jika terjadi perubahan dalam volume produk maupun jumlah waktu yang dibutuhkan untuk membuat suatu produk. Adapun rumus yang digunakan dalam metode ini adalah sebagai berikut : N
; I wI H ..............(2.16
H t q pj x xhp p 1
Dimana : H t total jam ker ja yang dibutuhkan pada periode t q pj jumlahjam jam ker ja untuk item P yang dibutuhkan pada periode t Hp = jumlah item P yang akan diproduksi Iwl =Beban kerja dalam 1 jam di bagian produksi Iw pada periode t r presentasi dari jam ker ja dibagian produksi ws selama periode menda tan g 5. Metode Capacity Bills (Bill Of Resources)
66
Pada metode Capacity Bills , estimasi beban kerja pada setiap bagian produk untuk setiap periode Jadwal Induk Produksi dihitung dengan rumus :
I wj
n
q p 1
pj xh pj
……………………………….(2.17)
Dimana: Iwl = Bebean kerja dalam 1 jam pada bagian produksi w pada periode t q pj jumlahjam jam ker ja untuk item P yang dibutuhkan pada periode t Hp = jumlah item P yang akan diproduksi N = jumlah produksi yang dibuat .
6. Resources Profile Approach
67
Metode ini selain menggunakan data waktu standar, pendekatan ini juga membutuhkan data waktu senggang (Lead Time) untuk melakukan pekerjaan tersebut. Dalam penelitian tugas akhir ini pada perhitungan Rought Cut Capacity Planning menggunakan metode Bill Of Resources.
2.10 MRP 2.10.1 Definisi MRP
MRP merupakan salah satu teknik perencanaan dan pengendalian produksi dimana jadwal induk produksi digunakan untuk membuat atau membeli material/item yang bersifat “Dependent Demand” . Master Requirement Planning yaitu suatu system untuk mengatur agar komponen-komponen yang diperlukan tersebut dapat tersedia pada waktu dan jumlah yang tepat. Sebuah produk terdiri dari” Independent demand” yaitu kebutuhan yang tidak berhubungan dengan produk lain dan “Dependent Demand” yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan produk lain. Jika pada peramalan dam agregat kita berfokus pada independent demand maka pada MRP kita akan berfokus pada dependent demand.
68
2.10.2 BOM Metode BOM (Bill Of Material) adalah suatu cara untuk mempermudah kita dalam berfokus pada dependent demand. BOM merupakan suatu metode untuk memecahkan suatu independent demand menjadi dependent demand.
2.10.3 Lead Time Lead Time dibedakan menjadi dua jenis yaitu : 1. Lead Time pembelian Adalah selang waktu antara pemesanan dengan waktu diterimanya pesanan tersebut. 2. Lead Time manufacturing Adalah waktu yang dibutuhkan untuk perakitan yang diukur dari waktu pemesanan sampai produk tersebut diterimanya pesanan tersebut.
2.10.4 Lot Sizing
69
Lot sizing (lotting) merupakan suatu algoritma Heuristics yang mencoba untuk mencari jumlah pesanan yang optimal berdasarkan pertimbangan :
o Biaya pembalian barang
Adalah harga pembelian, jika barang dibeli atau biaya produksi, jika barang dibuat sendiri. Untuk barang yang dibeli, biaya total adalah harga barang ditambah biaya pengangkutan, pajak, bea, dan lain-lain. o Biaya pesan
Adalah biaya yang harus dikeluarkan setiap kali memesan barang ke supplier, atau biaya set up yang terjadi setiap kali ada pergantian proses produksi dari satu produk ke produk lainnya. o Biaya simpan
Adalah biaya yang hars dikeluarkan bila menyimpan barang. Biaya-biaya yang termasuk kelompok ini misalnya : listrik, pajak premi asuransi, biaya tenaga kerja yang mengawasi persediaan dll. Metode ini sangat berguna untuk mencari biaya yang serendah mungkin dalam perhitungan untuk pemesanan barang. Beberapa metode Lot Sizing, adalah sebagai berikut : 70
2.5.4
Metode Economic Order Quantity
Metode pertama kali dicetuskan oleh Ford Harris pada tahun 1915 , tetapi lebih dikenal dengan nama metode Wilson karena dikembangkan oleh Wilson pada tahun 1934. metode ini digunakan untuk menghitung minimasi total biaya persediaan berdasarkan persamaan tingkat atau titik equilibrium kurva biaya simpan dan biaya pesan. Rumusan untuk menentukan jumlah EOQ adalah:
Q
2 DS H
Dimana : Q = Jumlah barang setiap pemesanan D = Jumlah permintaan dalam periode N S = biaya pesan H = biaya simpen pada perioda N
2.5.5
Metode Period Order Quantity (POQ)
Metode POQ sebenarnya adalah pengembangan dari metode EOQ. Jika pada metode EOQ , jumlah barang setiap pemesanan bersifat konstan, maka pada metode
71
POQ ini interval periode pemesanannya yang bersifat konstan. Rumusan untuk menentukan jumlah dan periode POQ adalah:
N
Q d
Dimana : N = jumlah periode pemesanan Q = jumlah barng secara EOQ
Metode Lot for Lot (L - 4 -L) Metode Lot for Lot merupakan metode paling sederhana dimana pada dasarnya metode ini mengadakan pemesanan persediaan setiap sub-periode. Tujuannya adalah untuk meminimasi biaya simpan, karena tidak adanya persediaan yang tersisa setiap pergantian sub-periode.
Wagner-Within Prinsip : minimasi ongkos persediaan dengan mensyaratkan persediaan akhir horizon perencanaan sama dengan nol. Langkah-langkah:
72
3) Hitung matriks ongkos variable total dari setiap alternative pemesanan sepanjang N periode yang terdiri dari ongkos pesan / set up dan ongkos simpan. e
Z ce C hp ( Qce Qci ) i c
Keterangan : 1 1 c e N Z ce = Ongkos variable total periode c sampai e jika membuat pesanan di periode c untuk memenuhi kebutuhan periode c sampai e . C
= Ongkos Pesan / set up
H = presentasi ongkos simpan . e
P = Ongkos pembelian per unit Qce R 5 k c
4) Definisikan f e sebagai altenatif ongkos minimum untuk periode 1 sampai e, dimana persediaan di akhir periode e = 0. f e Min Ze f c
73
2.6.
PEMBUATAN MRP
Langkah-langkah pembuatan MRP, sebagai berikut : 5. Membuat Bill of Material 6. Menentukan Lead Time terbesar untuk menentukan batas terkecil periode dalam perhitungan. 7. Untuk elemen-elemen BOM yang berada di level terbesar (paling bawah letaknya) dihitung dengan Metode Lot Sizing untuk mencari biaya yang paling minimum. 8. membuat table-tabel MRP dengan memasukkan factor-faktor : o Gross Requirement (GR) o Inventory (I) o Schedule Receipt (SR)
Jika ada
o Safety Stock (SS) o Net Requirement (NR) = GR – I – SR + SS o Planned Order Receipt o Planned Order Release
74
2.6.2 Tujuan MRP Terdapat beberapa tujuan MRP I adalah sebagai berikut : 1. Meminimasi Persediaan Dengan ditentukan jumlah dan waktu suatu komponen yang diperlukan, maka pembelian hanya dilakukan sebatas yang diperlukan saja sehingga dapat diminimalkan biaya persediaan . 2. Mengurangi resiko keterlambatan pengiriman dan produksi Dengan diperhatikan lead time untuk setiap komponen akan memperkecil resiko tidak tersedianya komponen yang akan diproses yang akan dapat mengganggu proses produksi. 3. Komitmen yang realistis , Dengan dapat dipenuhinya jadwal produksi sesuai waktunya, komitmen terhadap pengiriman barang akan lebih realistis sehingga akan meningkatkan kepuasan dan kepercayaan konsumen. 4.
Meningkatkan efisiensi
75
Dengan lebih baiknya perencanaan dalam hal jumlah persediaan, waktu produksi dan waktu pengiriman barang maka akan meningkatkan efisiensi dalam perusahaan.
76
BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Indetifikasi Masalah
Untuk mengindetifikasi masalah , maka kita perlu melakukan dengan data yang akan diteliti . Pokok masalah biasanya tercermin dalam judul atau topik suatu penelitian . Dalam hal ini pokok masalah adalah bertujuan untuk mengadakan suatu usulan perbaikan dalam mengelola pengadaan , penyimpanan serta pengadaan material untuk kebutuhan produksi ( inventory control system ) di unit kerja di perusahaan .
3.2 Tahapan Penelitian
Tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah : 1. Identifikasi masalah 2. Penetapan tujuan 3. Pengumpulan data 4. Koordinasi data menurut bagian-bagiannya .
77
3.3 Metode Pengumpulan Data
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan langsung , melihat catatan kegiatan perusahaan pada bagian persediaan ,kebijaksanaan perusahaan menyangkut masalah yang berhubungan dengan persediaan , mencari data tambahan , dan lain-lain . Ilustrasi urutan metode analisisnya dapat dilihat di gambar 3.2
Jenis data yang terkumpul adalah data sekunder yang berupa : a. Data umum perusahaan b. Data produk yang dihasilkan c. Data umum produksi d. Data bahan baku e. Data pemasok f. Data kebijaksanaan Perusahaan yang berhubungan dengan masalah ini
Metode pengumpulan data yang dilakukan untuk penyelesaian tugas akhir ini adalah :
Obeservasi , yaitu pengamatan secara langsung pada obyek yang diteliti.
Interview , yaitu mengadakan wawancara dilapangan tentang masalah yang dibahas .
Pencarian data internal , yaitu data yang tersedia di perusahaan dimana penelitian ini dilakukan . 78
Pencarian data external , yaitu data yang didapat dari luar perusahaan , misalnya: informasi tehnis atau non tehnis dari pabrik atau vendor penyediaan material .
3.4 Metoda Pemecahan Masalah
Setelah pengumpulan data dilakukan , maka dilakukan dengan pengolahan dan analisa sebagai langkah pemecahan masalah . Adapun langkah-langkah tersebut adalah : 1. Klasifikasi Barang dalam Persediaan Pengklasifikasian barang biasanya berdasarkan atas besarnya modal yang tertanam pada barang tersebut , yaitu dengan menghitung berapa kebutuhan barang yang diperlukan dikalikan dengan harga barang tersebut Dengan ini kita dapat memisahkan mana barang yang memerlukan pengotrolan dan pengawasan secara intensive dengan barang yang memerlukan pengontrolan dan pengawasan secara sederhana . 2. Penentuan Ramalan Ramalan ini untuk memperkirakan dan mengetahui jumlah material yang akan masuk ke bagian gudang sudah dapat diketahui . 3. Penentuan Model Persediaan Dalam pengendalian persediaan terdapat bermacam-macam model persediaan . Pemilihan model ini biasanya ditentukan oleh beberapa kendala antara lain sifat
79
perencanaan dan sifat kebutuhan untuk pemilihan model pengadaan ini ditekankan pada biaya yang seminimum mungkin .
3.5. Penarikan Kesimpulan dan Saran
Setelah melakukan pemecahan masalah dengan metode tersebut maka dapat diraik kesimpulan dan saran untuk dijadikan masukan dimasa yang akan datang . Sehingga dengan penerapan hasil penelitian ini diharpkan dapat membantu management untuk melakukan pengendalian persediaan secara optimal ..
80
3.6 Tahapan Penelitian / Urutan Metode Analisis
Studi Lapangan Indentifikasi masalah : Perusahaan menginginkan suatu sistem manajement inventory yang baru yang bisa membantu mereka dalam meminimasi total annual cost/ unit dalam inventory mereka sampai 30% Tujuan Penelitian : 1. Memperlihatkan perbedaan yang nyata antara EOQ management inventory dan JIT / EOQ management inventory, yakni dari total biaya tahunan . 2. Memberikan masukan kepada perusahaan untuk menentukan pilihan sistem yang akan mereka gunakan nantinya pada mangement inventory mereka . Pengumpulan data : 1. Data yang berhubungan dengan order cost ’ 2. Data yang berhubungan dengan inventory cost 3. Data permintaan atas produk dalam 1 tahun 4. Data pembelian bahan atau penunjang produksi Menekan modal kerja ( working capital ) total annual cost hingga 30% : 1. Menghitung annual demand atas produk 2. Menghitung order cost
81
3. 4. 5. 6.
Menghitung besar delivery dalam EOQ dan total actual cost Menghitung jumlah delivery dalam JIT/EOQ Menghitung besar delivery dalam JIT/EOQ Menghitung annual cost JIT/EOQ Analisa hasil
Kesimpulan dan saran
Gambar 3.1 Tahapan Penelitian /Urutan Metode Analisis
3.7 Pola Pikir Penelitian
Data Order Cost
Data carrying cost
Data annual demand
Keinginan Perusahaan
Besar pengiriman
Saving 30% dan total
pada sistem EOQ
Annual cost
Jumlah pengiriman
Besarnya annual cost
pada sistem JIT/EOQ
pada sistem EOQ
82
Besarnya pengiriman dan Sistem JIT / EOQ
Besarnya total annual cost pada sistem JIT /EOQ Gambar 3.2 Pola Pikir Penelitian
3.8 Kerangka Pemecahan Masalah
Identifikasi Masalah Studi Lapangan
Studi Pustaka
Pengumpulan Data :
-
Data material yang diperlukan
-
Data jumlah material yang direvisi
Pengolahan Data :
-
Pengklasifikasian Material
83
Bandingkan
-
Penentuan Peramalan
-
Penentuan model persediaan
Analisa
Kesimpulan /saran
Gambar 3.2 Kerangka Pemecahan Masalah
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 PENGUMPULAN DATA
Data menurut pendapat Mc Leod (1995) dari fakta-fakta maupun angka-angka yang secara relatif tidak berarti bagi pengguna. Informasi adalah dari data-data yang diterima dan telah diolah untuk dapat memiliki arti bagi pengguna. Data-data yang terkumpul merupakan salah satu komponen untuk dilakukan riset, artinya tanpa data-data yang diperlukan tidak akan ada bisa dilakukan riset. Data dibedakan menjadi dua, yaitu 84
1. Primary Data, merupakan data yang didapat dari sumber pertama, baik dari individu atau perseorangan atau yang diperoleh dilapangan saat melakukan penelitian tanpa melalui perantara. seperti hasil dari wawancara atau
hasil
pengisian kuesioner. 2. Secondary Data, merupakan data-data primer yang telah diolah lebih lanjut atau data yang diperoleh dengan cara tidak langsung dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain misalnya melalui sumber data yang pada bagian produksi pemasaran. Misalnya dalam bentuk tabel atau diagram. Data sekunder ini digunakan peneliti untuk diproses lebih lanjut.
4.1.1 Data Permintaan Aktual sabun detergent Rinso Anti Noda 1 kg x 12
Peramalan yang dilakukan menggunakan metode kuantatif dengan penekanan pada metode time series yang berasal dari pola permintaan untuk waktu yang akan datang (peramalan) yang diperkirakan serupa/identik dengan pola data masa lalu. Kurun waktu perhitungan perkiraan dilakukan 24 bulan dengan rentang waktu pada Desember 2006 - November 2007. Data permintaan tersebut dalam satuan dus (fibrate) , satu dus (fibrate) berisi 12 pieces polybag 1 kg .
85
Tabel 4.1 Data Permintaan Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Permintaan 29167 33333 25000 37500 43750 37500 39583 31250 45833 52083 41667 43750
Bulan 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Permintaan 39583 31250 41667 45833 39583 37500 37500 47917 43750 45833 33333 41667
pejualan dalam ratusan ribu fib
Data permintaan 60000 50000 40000 30000 20000 10000 0 1
3
5
7
9
11
13
15
17
19
21
23
bulan
Gambar 4.1 Plot data Pada gambar 4.1 adalah plot data yang berfungsi sebagai visualisasi pergerakan pola permintaan produk Rinso Polybag 1 kg x 12 pcs. Terbaca pergerakan penjualan yang tidak memiliki pola konstan karena memiliki fluktuasi turun atau naik.
4.1.2 Data Perencanaan produksi
86
Data perencanaan waktu produksi terdiri atas sistem kerja, data jumlah karyawan, data kapasitas produksi, data biaya produksi, data biaya pesan, data biaya simpan. 1. Sistem kerja Sistem kerja merupakan sangat penting bagi perusahaan sehingga harus sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan perusahaan dan karyawan. Berikut sistem kerja di PT Unilever Indonesia Tbk pada produk Rinso Pbag 1 kg x 12 pcs . Jumlah hari kerja regular: 6 hari/minggu. Jam kerja regular: 24 jam/hari Tabel 4.2 Sistem kerja Sistem jam kerja
Dinas malam
jam. 22.00 s/d jam 06.00
Dinas Pagi
jam. 06.00 s/d jam 14.00
Dinas Sore
jam. 14.00 s/d jam 22.00
Regular & Overtime sama Jika permintaan penjualan akan dilakukan overtime pada hari Minggu
2. Kapasitas Produksi Line Produksi yang dihitung adalah pengisian Powder kedalam polybag
karena
hitungan satu fibrate adalah 12 polybag maka jumlah line yang dihitung line ke-1, line ke-2, line ke-3 dan line ke-6 sampai ke 12
3.
Data dan waktu untuk memproduksi satu fibrate 87
Produksi aktual mesin GP : 30 Pcs / menit Efisiensi
: 80 %
Produksi 1 Shift
=(8jam x 60mnt) x 30 Pcs/menit x 80% = 11.520 Pcs / Shift
1 Fibrate
= 12 Pcs
1 Shift menghasilkan = 11.520 Pcs/shift / 12 = 960 fib / shift 1 Jam menghasilkan
= 960 Fib/shift / 8 jam = 120 Fib
1 Fib diproduksi selama = 1 / 120 = 0,008 Jam 4. Upah regular dan upah over time 1 bulan ada 26 hari kerja, 1 hari kerja = 8 jam (1 shift), 1 bulan = 26 x 8 = 208 jam kerja. Upah 1 jam kerja = Rp. 1,082,865 / 208 jam kerja= Rp. 5206 / jam. Jadi Upah Reguler: Rp. 5206 / jam. Upah Over Time / jam = Gaji pokok / 173 jam kerja = Rp. 1,082,865 / 173 = Rp. 6259.33 Jadi Upah Overtime: Rp. 6259 / jam
5. Biaya bahan baku Untuk 1000 fb dikeluarkan biaya bahan bakunya sebesar : Rp. 16.177.200 Maka nilai 1 fb (isi 12 pcs) , jadi untuk harga satuan adalah RP16.177.200/12/1000 = Rp. 1348,-/pcs. 6. Data ongkos pesan 88
Ongkos pengiriman dan pengangkutan merupakan tanggung jawab pihak supplier, sehingga ongkos pesan hanya merupakan ongkos telepon, internet, fax dan fakturfaktur yang digunakan. Biaya ini sebesar Rp 5000,-/pesan dan dianggap sama untuk semua pesanan. 7. Data ongkos pesan merupakan biaya mempekerjakan satu karyawan yakni Biaya Hire
: Rp. 1.082.865
Biaya Fired
: Rp. 1.624.298
Biaya Inventory : Rp. 3000 / fib Biaya Subkontrak, dikarenakan perusahaan tidak pernah melakukan subkontrak maka diasumsikan bila perusahaan mensubkontrak ke perusahaan lain bernilai Rp. 100.000/fb Biaya Lost sales: Diasumsikan Rp. 150.000 8. Data ongkos simpan Ongkos simpan ditetapkan sebesar 10% dari harga produk per unit per periode, sehingga didapat tabel ongkos simpan sebagai berikut
89
Jadi total biaya simpan/pcs adalah Rp. 134,81.
90
4.1.3 Data Perencanaan Kebutuhan Material
Data struktur Produk (Bill of Material) PRODUCT: RINSO 1 kg No
Level
Item Code
Description
Requirement / 1000 fib
UoM
1.12
gr
1.2
reel
Packing Materials 1
G1
38001
Adhesive PVA Everlast
2
G2
38097
Tape 3"x100m UNILEVER
3
F1
36359
Premade Bag RAN 1kg
1000
pcs
4
F2
36360
Outer RAN 1kg/12-Sp
83
pcs
17.5
kg
20
kg
5.36
kg
Chemical Materials 5
B3
00301
Salt
6
A4
30005
Caustic Soda Liquid
7
E1
31199
Perf. Shotsplat UN
8
C2
32043
Tinopal CBSX
4.3
kg
9
C1
33024
Soda Ash Dense
120
kg
10
A3
33090
Sodium Sulphate Anhydrous
124
kg
11
A1
33144
LAS / Neopelex-LS
290
kg
12
A2
33187
STPP High TR
175
kg
13
B 2
33192
Calcite
76
kg
14
D1
33248
Polarzyme
1.82
kg
15
D2
33253
Neelikon Bright Blue
1.52
kg
16
B 1
33028
Sodium Silicate
140
kg
17
A6
00302
Water
24.5
kg
91
92
Packing Plant 30 gr
60 gr
500 gr
1,5 kg
2 kg
FP Powder
1 kg
Packing Plant
SPRAY POWDER
MIXER
MIXER
A1
A2
B1
C1
D1
A3
B2
C2
D2
A4
B3
E1
F1
F2
G1
G2
Level 5
Level 4
Level 3
Level 2
Level 1
A1
B1
Sodium Silicate
E1
Perfume ShotSplat
G1
Tape 3"x100
F2
Outer RAN 1 kg
B2
Calcite
D1
Polarzyme
G2
Adhesive PVA
F1
Premade Bag RAN 1 kg
B3
Salt
D2
Neelikon Bright Blue
A2
STPP
A3
Sod Sulphate Anh
A4
Caustik Soda Liq
C1
Soda Ash Dense
C2
Tinopal CBSX
LAS
Gambar 5 .1
Flowcard Proses Produksi RINSO POWDER
93
4.2 PENGOLAHAN DATA
4.2.1
Perhitungan Peramalan Perhitungan peramalan terdapat beberapa metode peramalan yang pertama
adalah metode peramalan regresi linear. Salah satu peramalan yang paling sederhana adalah regresi linier. Dalam aplikasi regresi linier diasumsikan bahwa terdapat hubungan antara variable yang ingin diramalkan dengan variable lain. Selanjutnya, peramalan ini didasarkan pada asumsi bahwa pola pertumbuhan dari data histories bersifat linier (tidak linier 100%). Berikut perhitunganya: Tabel 4.5 Perhitungan Peramalan Metode Regresi Linier t 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 300
Permintaan Y(t) 25268 17400 18933 23072 18933 18933 23072 18933 26443 10202 18933 18933 23000 17500 18000 22000 17500 17500 26671 24397 19808 16514 22706 20287 484938 b=4.97
t.Y(t)
t2
25268 34800 56799 92288 94665 113598 161504 151464 237987 102020 208263 227196 299000 245000 270000 352000 297500 315000 506749 487940 415968 363308 522238 486888 6067443
1 4 9 16 25 36 49 64 81 100 121 144 169 196 225 256 289 324 361 400 441 484 529 576 4900 Y(t)=a+b(t)
a=20143.63
Y(t)=20143.63 + 4.97 (t)
94
Setelah mendapatkan nilai a dan b maka dimasukan periode mulai dari bulan 25 dengan nilai 1, bulan ke 26 dengan nilai 2 dan seterusnya kedalam rumus sesuai pada bab sebelumya dan hasil Y(t) untuk mendapatkan hasil peramalan untuk 12 bulan kedepan. Tabel 4.6 Hasil Peramalan 1 Tahun ke depan regresi linear Bulan
Periode
Peramalan
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
20268 20273 20278 20283 20288 20293 20298 20303 20308 20313 20318 20323
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
Perhitungan peramalan yang kedua adalah metode peramalan regresi kuadratis. Rumus beserta cara penyelesaiannya berada pada bab sebelumya. Peramalan ini didasarkan pada asumsi bahwa pola pertumbuhan dari data histories bersifat kuadratis. Pada dasarnya, peramalan jenis ini serupa dengan regresi linier, hanya saja berbeda dalam hal asumsi data histories.
Berikut hasil perhitunganya:
95
Tabel 4.7 Perhitungan Peramalan Metode Regresi Kuadratis T
Permintaan Y(t)
t.Y(t)
t2
t3
t4
t2Y(t)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 300
25268 17400 18933 23072 18933 18933 23072 18933 26443 10202 18933 18933 23000 17500 18000 22000 17500 17500 26671 24397 19808 16514 22706 20287 484938
25268 34800 56799 92288 94665 113598 161504 151464 237987 102020 208263 227196 299000 245000 270000 352000 297500 315000 506749 487940 415968 363308 522238 486888 6067443
1 4 9 16 25 36 49 64 81 100 121 144 169 196 225 256 289 324 361 400 441 484 529 576 4900
1 8 27 64 125 216 343 512 729 1000 1331 1728 2197 2744 3375 4096 4913 5832 6859 8000 9261 10648 12167 13824 90000
1 16 81 256 625 1296 2401 4096 6561 10000 14641 20736 28561 38416 50625 65536 83521 104976 130321 160000 194481 234256 279841 331776 1763020
25268 69600 170397 369152 473325 681588 1130528 1211712 2141883 1020200 2290893 2726352 3887000 3430000 4050000 5632000 5057500 5670000 9628231 9758800 8735328 7992776 12011474 11685312 99849319
Α Β
-690000 -27600 -18302480 -137232 -20187456
b= c= a= Y(t) =
-393.06 15.92 21868.67 21868.67 + -393.06 (t) 15.92 (t)^2
Beriku hasil peramalan satu tahun atau 12 bulan
kedepan. Setelah
mendapatkan nilai α, β, maka dimasukan kedalam rumus sesuai pada bab sebelumya untuk mendapatkan hasil peramalan untuk 12 bulan kedepan.
96
Tabel 4.8 Hasil Peramalan 1 Tahun ke depan Bulan
Periode
Peramalan
Januari
25
21993
Februari
26
22412
Maret
27
22862
April
28
23345
Mei
29
23859
Juni
30
24405
Juli
31
24983
Agustus
32
25593
September
33
26235
Oktober
34
26909
Nopember
35
27614
Desember
36
28351
Perhitungan peramalan yang ketiga adalah metode peramalan DMA (double moving average). Metode ini mampu mengurangi kesalahan sistematis yang terjadi apabila moving average (rata-rata bergerak) digunakan untuk data yang memiliki trend tertentu. Dasar dari metode ini adalah menghitung rata-rata bergerak dan disimbolkan sebagai MA (M 3 N) yang berarti MA M periode dari MA N periode. Rumus beserta cara penyelesaiannya berada pada bab sebelumya.
Berikut hasil perhitunganya:
97
Tabel 4.10 Hasil Peramalan 1 Tahun ke depan Tabel 4.9
Perhitungan Peramalan Metode DMA 5
x
5
t
Permintaan Y(t)
S't
S''t
a
b
a+bm
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
25268 17400 18933 23072 18933 18933 23072 18933 26443 10202 18933 18933 23000 17500 18000 22000 17500 17500 26671 24397 19808 16514 22706 20287
20721.2 19454.2 20588.6 20588.6 21262.8 19516.6 19516.6 18688.8 19502.2 17713.6 19273.2 19886.6 19600 18500 20334.2 21613.6 21175.2 20978 22019.2 20742.4
20523.08 20282.16 20294.64 19914.68 19697.40 18987.56 18938.88 19012.88 19195.12 18994.68 19518.80 19986.88 20244.60 20520.20 21224.04 21305.68
22002.52 18751.04 18738.56 17462.92 19307.00 16439.64 19607.52 20760.32 20004.88 18005.32 21149.60 23240.32 22105.80 21435.80 22814.36 20179.00
369.86 -382.78 -389.02 -612.94 -97.60 -636.98 167.16 436.86 202.44 -247.34 407.70 813.36 465.30 228.90 397.58 -281.64
22372.38 18368.26 18349.54 16849.98 19209.4 15802.66 19774.68 21197.18 20207.32 17757.98 21557.3 24053.68 22571.1 21664.7 23211.94
Caranya adalah dengan memasukan nilai sesuai periode misalnya peramalan ke bulan 25 maka masukan nilai 1 misalkan peramalan ke-26 maka masukan nilai 2 begitu seterusnya. Sehingga didapat hasil peramalan yang telah dimasukan formula pada bab sebelumya dan untuk 12 bulan kedepan. Berikut hasil peramalan satu tahun kedepan:
98
Bulan
Periode
Peramalan
Januari
25
19898
Februari
26
19616
Maret
27
19335
April
28
19053
Mei
29
18771
Juni
30
18490
Juli
31
18208
Agustus
32
17926
September
33
17645
Oktober
34
17363
Nopember
35
17081
Desember
36
16800
Perhitungan peramalan yang keempat adalah metode peramalan DES (double eksponetial smothing). Prosedur peramalan ini memiliki semua sifat dari teknik moving average, selain itu peramalan dengan exponential smoothing tidak memerlukan data histories dalam jumlah besar. Rumus beserta cara penyelesaiannya berada pada bab sebelumya. Berikut hasil perhitunganya:
99
Tabel 4.11 Perhitungan Peramalan Metode DES t
Permintaan Y(t)
SES
DES
SES-DES
1
25268
25268
25268
0
2
17400
18973.6
20232.48
3
18933
18941.12 19199.392
4
23072
5
18933
19595.56 20003.759 -408.1946
6
A
B
-1258.88
17714.72
-5035.52
-258.272
18682.848 -1033.088
12680
22245.82 21636.538 609.2864
22855.11 2437.1456
17650
19187.37
-1632.778
25293
18933
19065.51 19253.162 -187.6493 18877.864 -750.5971
17555
7
23072
22270.7
18128
8
18933
19600.54 20013.871 -413.3308
-1653.323
25289
9
26443
25074.51 24062.381 1012.1274 26086.636 4048.5094
17534
10
10202
13176.5
15353.677 -2177.176 10999.326 -8708.703
30136
11
18933
17781.7
17296.096 485.60458 18267.305 1942.4183
22910
12
18933
18702.74 18421.411 281.32886 18984.069 1125.3155
20210
13
23000
22140.55 21396.721 743.82736 22884.375 2975.3094
20110
14
17500
18428.11 19021.832 -593.7222 17834.387 -2374.889
25860
15
18000
18085.62 18272.864
-748.9679
15460
21667.195 603.50807 22874.211 2414.0323
-187.242
19187.21
17898.38
a+bm
16
22000
21217.12 20628.272 588.8521 21805.977 2355.4084
17150
17
17500
18243.42 18720.394 -476.9695 17766.455 -1907.878
24162
18
17500
17648.68 17863.027 -214.3419 17434.343 -857.3675
15859
19
26671
24866.54 23465.835 1400.702 26267.239 5602.8081
16577
20
24397
24490.91 24285.893 205.01449 24695.922 820.05795
31871
21
19808
20744.58 21452.844 -708.2623 20036.319 -2833.049
25516
22
16514
17360.12 18178.662 -818.5455 16541.571 -3274.182
17204
23
22706
21636.82 20945.191 691.63229 22328.456 2766.5292
13268
24
20287
20556.96
25095
20634.61
-77.64526
20479.32
-310.58
F24+m= 20479.32 + -310.58 m
Berikut adalah hasil peramalan yang telah dimasukan formula pada bab sebelumya dan untuk 12 bulan kedepan:
100
Tabel 4.12 Hasil Peramalan 1 Tahun ke depan Bulan
Periode
Peramalan
Januari
25
20169
Februari
26
19859
Maret
27
19548
April
28
19237
Mei
29
18927
Juni
30
18616
Juli
31
18306
Agustus
32
17995
September
33
17685
Oktober
34
17374
Nopember
35
17063
Desember
36
16753
Perhitungan peramalan yang kelima adalah metode peramalan Sikilis. Rumus beserta cara penyelesaiannya berada pada bab sebelumya. perhitunganya:
101
Berikut hasil
Tabel 4.13 Perhitungan Peramalan Metode Siklis Permintaan t
Y(t)
sin(2phi.t/n)
cos(2phi.t/n)
Y(t).sin(2phi.t/n)
Y(t).cos(2phi.t/n)
Y'(t)
1
25268
0.258819
0.965925826
6539.83963
24407.0138
21203
2
17400
0.5
0.866025404
8700
15068.842
21039
3
18933
0.707107
0.707106781
13387.6527
13387.6527
20819
4
23072
0.866025
0.5
19980.9381
11536
20557
5
18933
0.965926
0.258819045
18287.8737
4900.22098
20271
6
18933
1
6.12574E-17
18933
1.1598E-12
19981
7
23072
0.965926
-0.258819045
22285.8407
-5971.473
19706
8
18933
0.866025
-0.5
16396.459
-9466.5
19465
9
26443
0.707107
-0.707106781
18698.0246
-18698.025
19274
10
10202
0.5
-0.866025404
5101
-8835.1912
19148
11
18933
0.258819
-0.965925826
4900.22098
-18287.874
19093
12
18933
1.23E-16
-1
2.3196E-12
-18933
19114
13
23000
-0.25882
-0.965925826
-5952.83804
-22216.294
19210
14
17500
-0.5
-0.866025404
-8750
-15155.445
19373
15
18000
-0.70711
-0.707106781
-12727.9221
-12727.922
19593
16
22000
-0.86603
-0.5
-19052.5589
-11000
19855
17
17500
-0.96593
-0.258819045
-16903.702
-4529.3333
20141
18
17500
-1
-1.83772E-16
-17500
-3.216E-12
20432
19
26671
-0.96593
0.258819045
-25762.2077
6902.96275
20707
20
24397
-0.86603
0.5
-21128.4218
12198.5
20948
21
19808
-0.70711
0.707106781
-14006.3711
14006.3711
21138
22
16514
-0.5
0.866025404
-8257
14301.5435
21265
23
22706
-0.25882
0.965925826
-5876.74524
21932.3118
21320
24
20287
-2.5E-16
1
-4.9709E-12
20287
21299
300
484938
-2706.91746
13107.3623
a=20205.75
Y(t)=20205.75 + -225.58 (sin2pi.t/n) + 1092.29 (cos2pi.t/n)
b=-225.58 c=1092.29
102
Berikut adalah hasil peramalan yang telah dimasukan formula pada bab sebelumya dan untuk 12 bulan kedepan: Tabel 4.14 Hasil Peramalan 1 Tahun ke depan Bulan
Periode
Peramalan
Januari
25
21039
Februari
26
20557
Maret
27
19981
April
28
19465
Mei
29
19148
Juni
30
19114
Juli
31
19373
Agustus
32
19855
September
33
20432
Oktober
34
20948
Nopember
35
21265
Desember
36
21299
Perhitungan peramalan yang berikunya adalah metode peramalan Seasonal (Rumus beserta cara penyelesaiannya berada pada bab sebelumya. Peramalan dengan metode seasonal sangat baik jika digunakan untuk menghadapi data-data berbentuk seasonal. Mula-mula data selama 24 bulan dibagi menjadi 2 bagian masing-masing 12 periode. Data kemudian di total dan dicari rata-ratanya. Kemudian dilakukan pemberian indeks untuk setiap bulan dengan cara membagi rata-rata penjualan per bulan dengan total dari rata-rata penjualan.
103
Berikut hasil perhitunganya: Tabel 4.15 Perhitungan Peramalan Metode Seasonal T
Tahun 1
Tahun 2
Total
Average
Index
Jan
25268
23000
48268
24134
1.194
Feb
17400
17500
34900
17450
0.864
Mar
18933
18000
36933
18466.5
0.914
Apr
23072
22000
45072
22536
1.115
May
18933
17500
36433
18216.5
0.902
Jun
18933
17500
36433
18216.5
0.902
Jul
23072
26671
49743
24871.5
1.231
Aug
18933
24397
43330
21665
1.072
Sep
26443
19808
46251
23125.5
1.144
Oct
10202
16514
26716
13358
0.661
18933 18933 239055
22706 20287 245883
41639 39220 484938
20819.5 19610 242469
1.03 0.971
Nov Dec Total Year average
Tabel 4.16
19922
20491 Rata-rata/bulan =
20206
Peramalan kedepan dengan bantuan metode regresi
Year t.year average average 1 19922 19922 2 20491 40982 Total 3 40413 60904 Peramalan tahun ke 3 21060 T
104
t2 1 4 5
b= a=
569 19353
Berikut adalah hasil peramalan yang telah dimasukan formula pada bab sebelumya dan untuk 12 bulan kedepan: Tabel 4.17 Hasil Peramalan 1 Tahun ke depan Tahun 3
1
Index
Peramalan
Januari
21060
1.194
25146
Februari
21060
0.864
18196
Maret
21060
0.914
19249
April
21060
1.115
23482
Mei
21060
0.902
18997
Juni
21060
0.902
18997
Juli
21060
1.231
25925
Agustus
21060
1.072
22577
September
21060
1.144
24093
Oktober
21060
0.661
13921
Nopember
21060
1.03
21692
Desember
21060
0.971
20450
Perhitungan peramalan yang ketujuh adalah metode peramalan konstan. Rumus beserta cara penyelesaiannya berada pada bab sebelumya. Berikut hasil perhitunganya:
105
Tabel 4.18 Peramalan Metode Konstan Bulan
Demand (sat.aggregat)
Peramalan
1
21039
20206
2
20557
20206
3
19981
20206
4
19465
20206
5
19148
20206
6
19114
20206
7
19373
20206
8
19855
20206
9
20432
20206
10
20948
20206
11
21265
20206
12
21299
20206
Rata-rata
20206
Tabel 4.19 Validasi Metode Konstan Bulan
Periode
Penjualan Peramalan ei=xi-Fi (Xi) (Fi) 833.00 21039 20206
RSFE
|ei|
Cumm.|ei| MAE
TS
833.00
833
833
833
1
January
1
February
2
20557
20206
351.00 1184.00
351
1184
592
2
March
3
19981
20206
-225.00 959.00
225
1409
469.6667
2.04
April
4
19465
20206
-741.00 218.00
741
2150
537.5
0.41
May
5
19148
20206
-1058.00 -840.00
1058
3208
641.6
-1.31
June
6
19114
20206
-1092.00 -1932.00
1092
4300
716.6667
-2.7
July
7
19373
20206
-833.00 -2765.00
833
5133
733.2857 -3.77
August
8
19855
20206
-351.00 -3116.00
351
5484
September
9
20432
20206
226.00 -2890.00
226
5710
October
10
20948
20206
742.00 -2148.00
742
6452
November
11
21265
20206
1059.00 -1089.00
1059
7511
December
12
21299
20206
1093.00
1093
8604
4.00
106
685.5
-4.55
634.4444 -4.56 645.2
-3.33
682.8182 -1.59 717
0.01
Dari hasil tracking signal diperoleh bahwa terdapat hasil peramalan yang melewati batas bawah sehingga tidak bisa melanjutkan ketahap selanjutnya, dan dinyatakan berhenti.
Gambar 4.3 Tracking Signal Metode Konstan
4.2.2 Perhitungan Validasi Peramalan dengan Tracking Signal Control Chart Validasi merupakan bagian dari tracking signal sebagai perhitungan mengenai sebaik apakah metode peramalan yang digunakan dalam pemprediksikan data aktualnya. Dengan diperbaharuinya peramalan secara terus-menerus setiap minggu, bulan atau kuarter mata data kebutuhan terbaru yang tersedia dibandingkan dengan nilai-nilai yang diperoleh dari peramalan. Nilai dari validasi ini nantinya diteruskan ke tracking signal dengan chart sebagi outputnya yang mempunyai syarat tertentu untuk lolos uji validasi atau tracking signal tersebut. Berikut adalah validasi dari regresi linear
107
Tabel 4.20 Validisi Regresi linear t
Permintaan
Peramalan
ei=xi-Fi
RSFE
|ei|
Cumm |ei|
MAE
TS
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
25268 17400 18933 23072 18933 18933 23072 18933 26443 10202 18933 18933 23000 17500 18000 22000 17500 17500 26671 24397 19808 16514 22706
20149 20154 20159 20164 20169 20174 20179 20184 20189 20194 20199 20204 20209 20214 20219 20224 20229 20234 20239 20244 20248 20253 20258
5119 -2754 -1226 2908 -1236 -1241 2893 -1251 6254 -9992 -1266 -1271 2791 -2714 -2219 1776 -2729 -2734 6432 4153 -440 -3739 2448
5119 2365 1139 4047 2811 1570 4463 3212 9466 -526 -1792 -3063 -272 -2986 -5205 -3429 -6158 -8892 -2460 1693 1253 -2486 -38
5119 2754 1226 2908 1236 1241 2893 1251 6254 9992 1266 1271 2791 2714 2219 1776 2729 2734 6432 4153 440 3739 2448
5119 7873 9099 12007 13243 14484 17377 18628 24882 34874 36140 37411 40202 42916 45135 46911 49640 52374 58806 62959 63399 67138 69586
5119 3936.5 3033 3001.75 2648.6 2414 2482.429 2328.5 2764.667 3487.4 3285.455 3117.583 3092.462 3065.429 3009 2931.938 2920 2909.667 3095.053 3147.95 3019 3051.727 3025.478
1 0.6 0.38 1.35 1.06 0.65 1.8 1.38 3.42 -0.15 -0.55 -0.98 -0.09 -0.97 -1.73 -1.17 -2.11 -3.06 -0.79 0.54 0.42 -0.81 -0.01
24
20287
20263
24
-14
24
69610
2900.417
0
Gambar 4.4 Tracking Signal Regresi linear
108
Dari hasil tracking signal regresi linear diatas dinyatakan bahwa regresi linear dapat lanjut ke verifikasi karena tidak melewati batas atas (UCL) dan batas bawah (LCL). Validasi regresi kuadratis yang pertama dilakukan mendapatkan hasil peramalan sesuai regresi kuadratis kemudian mencarai nilai kesalahan peramalan (ei) selanjutnya mencari RSFE yaitu (data aktual periode i) – (data peramalan periode i). Setelah itu mencari nilai mutlak dari ei. Kemudian mendapatkan MAE (Mean Absolute Error) lalu mencari Tracking signal dengan rumus RSFE/MAE.
Gambar 4.5 Tracking signal regresi kuadratis
109
Tabel 4.21 Validasi Regresi kuadratis t
Permintaan
Peramalan
ei=xi-Fi
RSFE
|ei|
Cumm |ei|
MAE
TS
1
25268
21492
3776
3776
3776
3776
3776
1
2
17400
21147
-3747
29
3747
7523
3761.5
0.01
3
18933
20833
-1900
-1871
1900
9423
3141
-0.6
4
23072
20552
2520
649
2520
11943
2985.75
0.22
5
18933
20302
-1369
-720
1369
13312
2662.4
-0.27
6
18933
20084
-1151
-1871
1151
14463
2410.5
-0.78
7
23072
19898
3174
1303
3174
17637
2519.571
0.52
8
18933
19744
-811
492
811
18448
2306
0.21
9
26443
19621
6822
7314
6822
25270
2807.778
2.6
10
10202
19531
-9329
-2015
9329
34599
3459.9
-0.58
11
18933
19472
-539
-2554
539
35138
3194.364
-0.8
12
18933
19445
-512
-3066
512
35650
2970.833
-1.03
13
23000
19450
3550
484
3550
39200
3015.385
0.16
14
17500
19487
-1987
-1503
1987
41187
2941.929
-0.51
15
18000
19555
-1555
-3058
1555
42742
2849.467
-1.07
16
22000
19656
2344
-714
2344
45086
2817.875
-0.25
17
17500
19788
-2288
-3002
2288
47374
2786.706
-1.08
18
17500
19952
-2452
-5454
2452
49826
2768.111
-1.97
19
26671
20148
6523
1069
6523
56349
2965.737
0.36
20
24397
20376
4021
5090
4021
60370
3018.5
1.69
21
19808
20636
-828
4262
828
61198
2914.19
1.46
22
16514
20927
-4413
-151
4413
65611
2982.318
-0.05
23
22706
21250
1456
1305
1456
67067
2915.957
0.45
24
20287
21606
-1319
-14
1319
68386
2849.417
0
Dari hasil tracking signal regresi kuadratis diatas dinyatakan bahwa regresi kuadratis dapat lanjut ke verifikasi karena tidak melewati batas atas (UCL) dan batas bawah (LCL).
110
Tabel 4.22 Validasi metode DMA 5x5
T
Permintaa n
Peramala n
ei=xiFi
RSFE
|ei|
Cumm |ei|
MAE
TS
1 2 3 4
0
5
0
6
0
7
0
8
0
9
0
10
10202
22372.38
-2170.4
-12170.4
12170.38
12170.38
12170.38
-1
11
18933
18368.26
564.74
-11605.6
564.74
12735.12
6367.56
-1.82
12
18933
18349.54
583.46
-11022.2
583.46
13318.58
4439.527
-2.48
13
23000
16849.98
6150.02
-4872.16
6150.02
19468.6
4867.15
-1
14
17500
19209.4
-1709.4
-6581.56
1709.4
21178
4235.6
-1.55
15
18000
15802.66
2197.34
-4384.22
2197.34
23375.34
3895.89
-1.13
16
22000
19774.68
2225
-2159.22
2225
25600.34
3657.191
-0.59
17
17500
21197.18
-3697
-5856.22
3697
29297.34
3662.168
-1.6
18
17500
20207.32
-2707
-8563.22
2707
32004.34
3556.038
-2.41
19
26671
17757.98
8913
349.78
8913
40917.34
4091.734
0.09
20
24397
21557.3
2840
3189.78
2840
43757.34
3977.94
0.8
21
19808
24053.68
-4246
-1056.22
4246
48003.34
4000.278
-0.26
22
16514
22571.1
-6057
-7113.22
6057
54060.34
4158.488
-1.71
23
22706
21664.7
1041
-6072.22
1041
55101.34
3935.81
-1.54
24
20287
23211.94
-2925
-8997.22
2925
58026.34
3868.423
-2.33
Validasi DMA adalah yang pertama dilakukan mendapatkan hasil peramalan sesuai regresi kuadratis kemudian mencarai nilai kesalahan peramalan (ei) selanjutnya mencari RSFE yaitu (data aktual periode i) – (data peramalan periode i). Setelah itu mencari nilai mutlak dari ei. Kemudian mendapatkan MAE (Mean Absolute Error) lalu mencari tracking signal dengan rumus RSFE/MAE
111
Gambar 4.6Tracking signal DMA Dari hasil tracking signal DMA diatas dinyatakan bahwa DMA dapat lanjut ke verifikasi karena tidak melewati batas atas (UCL) dan batas bawah (LCL). Tabel 4.23 Validasi metode DES t
Permintaan
Peramalan
ei=xi-Fi
RSFE
|ei|
Cumm |ei|
MAE
TS
3
18933
12680
6253
6253
6253
6253
6253
4
23072
17650
5422
11675
5422
11675
5837.5
2
5
18933
25293
-6360
5315
6360
18035
6011.667
0.88
6
18933
17555
1378
6693
1378
19413
4853.25
1.38
7
23072
18128
4944
11637
4944
24357
4871.4
2.39
8
18933
25289
-6356
5281
6356
30713
5118.833
1.03
9
26443
17534
8909
14190
8909
39622
5660.286
2.51
10
10202
30136
-19934
-5744
19934
59556
7444.5
-0.77
11
18933
2291
16642
10898
16642
76198
8466.444
1.29
12
18933
20210
-1277
9621
1277
77475
7747.5
1.24
13
23000
20110
2890
12511
2890
80365
7305.909
1.71
14
17500
25860
-8360
4151
8360
88725
7393.75
0.56
15
18000
15460
2540
6691
2540
91265
7020.385
0.95
16
22000
17150
4850
11541
4850
96115
6865.357
1.68
17
17500
24162
-6662
4879
6662
102777
6851.8
0.71
18
17500
15859
1641
6520
1641
104418
6526.125
1
19
26671
16577
10094
16614
10094
114512
6736
2.47
20
24397
31871
-7474
9140
7474
121986
6777
1.35
21
19808
25516
-5708
3432
5708
127694
6720.737
0.51
22
16514
17204
-690
2742
690
128384
6419.2
0.43
23
22706
13268
9438
12180
9438
137822
6562.952
1.86
24
20287
25095
-4808
7372
4808
142630
6483.182
1.14
1 2
0
112
1
Validasi DES adalah yang pertama dilakukan mendapatkan hasil peramalan sesuai regresi kuadratis kemudian mencarai nilai kesalahan peramalan (ei) selanjutnya mencari RSFE yaitu data aktual periode i – data peramalan periode i. Setelah itu mencari nilai mutlak dari ei. Kemudian mendapatkan MAE (Mean Absolute Error) lalu mencari tracking signal dengan rumus RSFE/MAE
Gambar 4.7 Tracking signal metode DES
Dari hasil tracking signal DES diatas dinyatakan bahwa DES dapat lanjut ke verifikasi karena tidak melewati batas atas (UCL) dan batas bawah (LCL).
Gambar 4.8 Tracking signal siklis
113
Tabel 4.24 Validasi Siklis T
Permintaan
Peramalan
ei=xi-Fi
RSFE
|ei|
Cumm |ei|
MAE
TS
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
25268 17400 18933 23072 18933 18933 23072 18933 26443 10202 18933 18933 23000 17500 18000 22000 17500 17500 26671 24397 19808 16514 22706
21203 21039 20819 20557 20271 19981 19706 19465 19274 19148 19093 19114 19210 19373 19593 19855 20141 20432 20707 20948 21138 21265 21320
4065 -3639 -1886 2515 -1338 -1048 3366 -532 7169 -8946 -160 -181 3790 -1873 -1593 2145 -2641 -2932 5964 3449 -1330 -4751 1386
4065 426 -1460 1055 -283 -1331 2035 1503 8672 -274 -434 -615 3175 1302 -291 1854 -787 -3719 2245 5694 4364 -387 999
4065 3639 1886 2515 1338 1048 3366 532 7169 8946 160 181 3790 1873 1593 2145 2641 2932 5964 3449 1330 4751 1386
4065 7704 9590 12105 13443 14491 17857 18389 25558 34504 34664 34845 38635 40508 42101 44246 46887 49819 55783 59232 60562 65313 66699
4065 3852 3196.667 3026.25 2688.6 2415.167 2551 2298.625 2839.778 3450.4 3151.273 2903.75 2971.923 2893.429 2806.733 2765.375 2758.059 2767.722 2935.947 2961.6 2883.905 2968.773 2899.957
1 0.11 -0.46 0.35 -0.11 -0.55 0.8 0.65 3.05 -0.08 -0.14 -0.21 1.07 0.45 -0.1 0.67 -0.29 -1.34 0.76 1.92 1.51 -0.13 0.34
24
20287
21299
-1012
-13
1012
67711
2821.292
0
Validasi siklis adalah yang pertama dilakukan mendapatkan hasil peramalan sesuai regresi kuadratis kemudian mencarai nilai kesalahan peramalan (ei) selanjutnya mencari RSFE yaitu data aktual periode i – data peramalan periode i. Setelah itu mencari nilai mutlak dari ei. Kemudian mendapatkan MAE (Mean Absolute Error) lalu mencari tracking signal dengan rumus RSFE/MAE Dari hasil tracking signal siklis diatas dinyatakan bahwa siklis dapat lanjut ke verifikasi karena tidak melewati batas atas (UCL) dan batas bawah (LCL).
114
Tabel 4.25 Validasi Seasonal T
Permintaan
Peramalan
ei=xi-Fi
RSFE
|ei|
Cumm |ei|
MAE
TS
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
25268 17400 18933 23072 18933 18933 23072 18933 26443 10202 18933 18933 23000 17500 18000 22000 17500 17500 26671 24397 19808 16514 22706
23787 17213 18209 22214 17970 17970 24524 21357 22791 13169 20520 19345 24467 17705 18729 22848 18483 18483 25225 21967 23442 13545 21106
1481 187 724 858 963 963 -1452 -2424 3652 -2967 -1587 -412 -1467 -205 -729 -848 -983 -983 1446 2430 -3634 2969 1600
1481 1668 2392 3250 4213 5176 3724 1300 4952 1985 398 -14 -1481 -1686 -2415 -3263 -4246 -5229 -3783 -1353 -4987 -2018 -418
1481 187 724 858 963 963 1452 2424 3652 2967 1587 412 1467 205 729 848 983 983 1446 2430 3634 2969 1600
1481 1668 2392 3250 4213 5176 6628 9052 12704 15671 17258 17670 19137 19342 20071 20919 21902 22885 24331 26761 30395 33364 34964
1481 834 797.3333 812.5 842.6 862.6667 946.8571 1131.5 1411.556 1567.1 1568.909 1472.5 1472.077 1381.571 1338.067 1307.438 1288.353 1271.389 1280.579 1338.05 1447.381 1516.545 1520.174
1 2 3 4 5 6 3.93 1.15 3.51 1.27 0.25 -0.01 -1.01 -1.22 -1.8 -2.5 -3.3 -4.11 -2.95 -1.01 -3.45 -1.33 -0.27
24
20287
19897
390
-28
390
35354
1473.083
-0.02
Gambar 4.9 Tracking signal metode seasonal
115
Dari hasil tracking signal metode seasonal diatas dinyatakan bahwa metode seasonal tidak dapat lanjut ke verifikasi karena melewati batas atas (UCL) dan batas bawah (LCL). 4.2.3 Perhitungan Verifikasi Peramalan dengan Moving Range Chart Salah satu peta kontrol statistik adalah moving Range Chart (MRC). MRC dibuat untuk membandingkan nilai yang diamati atau observasi atau data aktual dengan nilai peramalan atau perkiraan dari kebutuhan yang sama. Jika ada sebuah titik atau data yang berada diluar batas control yang telah ditentukan maka ada beberapa data yang harus dihilangkan atau mencari metode peramalan yang lain. Jika semua titik atau data berada didalam batas yang telah ditentukan, dapat dikatakan bahwa metode peramalan yang digunakan adalah benar.
Peta kendali (control chart) dibagi menjadi 6 area yang sama besarnya.
Daerah A merupakan daerah yang dibatasi 2/3(2,66 MR) = 1,77 MR
Daerah B merupakan daerah yang dibatasi 1/3(2,66 MR) = 0,89 MR
Daerah C merupakan daerah di atas atau di bawah garis sumbu (central line) Kondisi tidak terkendali (out of control) terjadi jika:
Tiga titik atau data yang berurutan, dua atau lebih diantaranya berada di daerah A
Lima titik /data yang berurutan, empat atau lebih diantaranya berada di daerah B
Delapan titik atau data yang berurutan berada pada salah satu sisi garis sumbu.
116
Tabel 4.26 Verifikasi Metode Regresi Linier t 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 300
Y(t) 25268 17400 18933 23072 18933 18933 23072 18933 26443 10202 18933 18933 23000 17500 18000 22000 17500 17500 26671 24397 19808 16514 22706 20287
d'-d -5119 2754 1226 -2908 1236 1241 -2893 1251 -6254 9992 1266 1271 -2791 2714 2219 -1776 2729 2734 -6432 -4153 440 3739 -2448 -24
484938
MR 7873 1528 4134 4144 5 4134 4144 7505 16246 8726 5 4062 5505 495 3995 4505 5 9166 2279 4593 3299 6187 2424
104959
Gambar 4.10 MRC regresi linear 117
Tabel 4.27 data untuk grafik d'-d
UCL
LCL
A1
A2
B1
B2
-5119 2754 1226 -2908 1236 1241 -2893 1251 -6254 9992 1266 1271 -2791 2714 2219 -1776 2729 2734 -6432 -4153 440 3739 -2448
12138.74 12138.74 12138.74 12138.74 12138.74 12138.74 12138.74 12138.74 12138.74 12138.74 12138.74 12138.74 12138.74 12138.74 12138.74 12138.74 12138.74 12138.74 12138.74 12138.74 12138.74 12138.74 12138.74
-12138.74 -12138.74 -12138.74 -12138.74 -12138.74 -12138.74 -12138.74 -12138.74 -12138.74 -12138.74 -12138.74 -12138.74 -12138.74 -12138.74 -12138.74 -12138.74 -12138.74 -12138.74 -12138.74 -12138.74 -12138.74 -12138.74 -12138.74
8077.28 8077.28 8077.28 8077.28 8077.28 8077.28 8077.28 8077.28 8077.28 8077.28 8077.28 8077.28 8077.28 8077.28 8077.28 8077.28 8077.28 8077.28 8077.28 8077.28 8077.28 8077.28 8077.28
-8077.28 -8077.28 -8077.28 -8077.28 -8077.28 -8077.28 -8077.28 -8077.28 -8077.28 -8077.28 -8077.28 -8077.28 -8077.28 -8077.28 -8077.28 -8077.28 -8077.28 -8077.28 -8077.28 -8077.28 -8077.28 -8077.28 -8077.28
4061.46 4061.46 4061.46 4061.46 4061.46 4061.46 4061.46 4061.46 4061.46 4061.46 4061.46 4061.46 4061.46 4061.46 4061.46 4061.46 4061.46 4061.46 4061.46 4061.46 4061.46 4061.46 4061.46
-4061.46 -4061.46 -4061.46 -4061.46 -4061.46 -4061.46 -4061.46 -4061.46 -4061.46 -4061.46 -4061.46 -4061.46 -4061.46 -4061.46 -4061.46 -4061.46 -4061.46 -4061.46 -4061.46 -4061.46 -4061.46 -4061.46 -4061.46
-24
12138.74
-12138.74
8077.28
-8077.28
4061.46
-4061.46
Keputusan yang diperoleh dari MRC regresi linear diatas menyatakan bahwa out of control yang berdasarkan ada lima titik berada pada daerah B.
118
Gambar 4.11 MRC regresi kuadratis Tabel 4.28 verifikasi Metode Regresi Kuadratis t
Y(t)
d'-d
1
25268
-3776
2
17400
3747
7523
3
18933
1900
1847
4
23072
-2520
4420
5
18933
1369
3889
6
18933
1151
218
7
23072
-3174
4325
8
18933
811
3985
9
26443
-6822
7633
10
10202
9329
16151
11
18933
539
8790
12
18933
512
27
13
23000
-3550
4062
14
17500
1987
5537
15
18000
1555
432
16
22000
-2344
3899
17
17500
2288
4632
18
17500
2452
164
19
26671
-6523
8975
20
24397
-4021
2502
21
19808
828
4849
22
16514
4413
3585
23
22706
-1456
5869
24
20287
1319
2775
300
484938
119
MR
106089
Tabel 4.29 Data untuk grafik MRC regresi kuadratis d'-d
UCL
LCL
A1
A2
B1
B2
-3776
12269.42
-12269.42
8164.24
-8164.24
4105.18
-4105.18
3747
12269.42
-12269.42
8164.24
-8164.24
4105.18
-4105.18
1900
12269.42
-12269.42
8164.24
-8164.24
4105.18
-4105.18
-2520
12269.42
-12269.42
8164.24
-8164.24
4105.18
-4105.18
1369
12269.42
-12269.42
8164.24
-8164.24
4105.18
-4105.18
1151
12269.42
-12269.42
8164.24
-8164.24
4105.18
-4105.18
-3174
12269.42
-12269.42
8164.24
-8164.24
4105.18
-4105.18
811
12269.42
-12269.42
8164.24
-8164.24
4105.18
-4105.18
-6822
12269.42
-12269.42
8164.24
-8164.24
4105.18
-4105.18
9329
12269.42
-12269.42
8164.24
-8164.24
4105.18
-4105.18
539
12269.42
-12269.42
8164.24
-8164.24
4105.18
-4105.18
512
12269.42
-12269.42
8164.24
-8164.24
4105.18
-4105.18
-3550
12269.42
-12269.42
8164.24
-8164.24
4105.18
-4105.18
1987
12269.42
-12269.42
8164.24
-8164.24
4105.18
-4105.18
1555
12269.42
-12269.42
8164.24
-8164.24
4105.18
-4105.18
-2344
12269.42
-12269.42
8164.24
-8164.24
4105.18
-4105.18
2288
12269.42
-12269.42
8164.24
-8164.24
4105.18
-4105.18
2452
12269.42
-12269.42
8164.24
-8164.24
4105.18
-4105.18
-6523
12269.42
-12269.42
8164.24
-8164.24
4105.18
-4105.18
-4021
12269.42
-12269.42
8164.24
-8164.24
4105.18
-4105.18
828
12269.42
-12269.42
8164.24
-8164.24
4105.18
-4105.18
4413
12269.42
-12269.42
8164.24
-8164.24
4105.18
-4105.18
-1456
12269.42
-12269.42
8164.24
-8164.24
4105.18
-4105.18
1319
12269.42
-12269.42
8164.24
-8164.24
4105.18
-4105.18
120
Keputusan yang diperoleh dari MRC regresi kuadratis diatas menyatakan in control. Tabel 4.30 verifikasi DMA T 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 300
Y(t)
d'-d
10202 18933 18933 23000 17500 18000 22000 17500 17500 26671 24397 19808 16514 22706 20287 293951
12170.38 -564.74 -583.46 -6150.02 1709.4 -2197.34 -2225 3697 2707 -8913 -2840 4246 6057 -1041 2925
121
MR
12735.12 18.72 5566.56 7859.42 3906.74 27.66 5922 990 11620 6073 7086 1811 7098 3966 74680.22
Tabel 4.31 Data untuk grafik MRC metodeDMA UCL
LCL
A1
A2
B1
B2
8636.93
-8636.93
5747.13
-5747.13
2889.8
-2889.8
8636.93
-8636.93
5747.13
-5747.13
2889.8
-2889.8
8636.93
-8636.93
5747.13
-5747.13
2889.8
-2889.8
0
8636.93
-8636.93
5747.13
-5747.13
2889.8
-2889.8
0
8636.93
-8636.93
5747.13
-5747.13
2889.8
-2889.8
0
8636.93
-8636.93
5747.13
-5747.13
2889.8
-2889.8
0
8636.93
-8636.93
5747.13
-5747.13
2889.8
-2889.8
0
8636.93
-8636.93
5747.13
-5747.13
2889.8
-2889.8
0
8636.93
-8636.93
5747.13
-5747.13
2889.8
-2889.8
12170.4
8636.93
-8636.93
5747.13
-5747.13
2889.8
-2889.8
-564.74
8636.93
-8636.93
5747.13
-5747.13
2889.8
-2889.8
-583.46
8636.93
-8636.93
5747.13
-5747.13
2889.8
-2889.8
-6150
8636.93
-8636.93
5747.13
-5747.13
2889.8
-2889.8
1709.4
8636.93
-8636.93
5747.13
-5747.13
2889.8
-2889.8
-2197.3
8636.93
-8636.93
5747.13
-5747.13
2889.8
-2889.8
-2225
8636.93
-8636.93
5747.13
-5747.13
2889.8
-2889.8
3697
8636.93
-8636.93
5747.13
-5747.13
2889.8
-2889.8
2707
8636.93
-8636.93
5747.13
-5747.13
2889.8
-2889.8
-8913
8636.93
-8636.93
5747.13
-5747.13
2889.8
-2889.8
-2840
8636.93
-8636.93
5747.13
-5747.13
2889.8
-2889.8
4246
8636.93
-8636.93
5747.13
-5747.13
2889.8
-2889.8
6057
8636.93
-8636.93
5747.13
-5747.13
2889.8
-2889.8
-1041
8636.93
-8636.93
5747.13
-5747.13
2889.8
-2889.8
2925
8636.93
-8636.93
5747.13
-5747.13
2889.8
-2889.8
d'-d
Keputusan yang diperoleh dari MRC Metode DMA diatas menyatakan bahwa out of control yang berdasarkan pada titik ke-10 dan ke-19 melewati batas atas (UCL dan LCL)
122
Gambar 4.12 MRC metode DMA
Gambar 4.13 MRC metode DES
Gambar 4.13 MRC metode DES
123
Tabel 4.32 Verivikasi DES t
Y(t)
d'-d
MR
3
18933
-6253
4
23072
-5422
831
5
18933
6360
11782
6
18933
-1378
7738
7
23072
-4944
3566
8
18933
6356
11300
9
26443
-8909
15265
10
10202
19934
28843
11
18933
-16642
36576
12
18933
1277
17919
13
23000
-2890
4167
14
17500
8360
11250
15
18000
-2540
10900
16
22000
-4850
2310
17
17500
6662
11512
18
17500
-1641
8303
19
26671
-10094
8453
20
24397
7474
17568
21
19808
5708
1766
22
16514
690
5018
23
22706
-9438
10128
24
20287
4808
14246
300
442270
1 2
124
239441
Tabel 4.33 Data untuk grafik d'-d
UCL
LCL
A1
A2
B1
B2
27691.87
-27691.87
18426.55
-18426.55
9265.33
-9265.33
0
27691.87
-27691.87
18426.55
-18426.55
9265.33
-9265.33
-6253
27691.87
-27691.87
18426.55
-18426.55
9265.33
-9265.33
-5422
27691.87
-27691.87
18426.55
-18426.55
9265.33
-9265.33
6360
27691.87
-27691.87
18426.55
-18426.55
9265.33
-9265.33
-1378
27691.87
-27691.87
18426.55
-18426.55
9265.33
-9265.33
-4944
27691.87
-27691.87
18426.55
-18426.55
9265.33
-9265.33
6356
27691.87
-27691.87
18426.55
-18426.55
9265.33
-9265.33
-8909
27691.87
-27691.87
18426.55
-18426.55
9265.33
-9265.33
19934
27691.87
-27691.87
18426.55
-18426.55
9265.33
-9265.33
-16642
27691.87
-27691.87
18426.55
-18426.55
9265.33
-9265.33
1277
27691.87
-27691.87
18426.55
-18426.55
9265.33
-9265.33
-2890
27691.87
-27691.87
18426.55
-18426.55
9265.33
-9265.33
8360
27691.87
-27691.87
18426.55
-18426.55
9265.33
-9265.33
-2540
27691.87
-27691.87
18426.55
-18426.55
9265.33
-9265.33
-4850
27691.87
-27691.87
18426.55
-18426.55
9265.33
-9265.33
6662
27691.87
-27691.87
18426.55
-18426.55
9265.33
-9265.33
-1641
27691.87
-27691.87
18426.55
-18426.55
9265.33
-9265.33
-10094
27691.87
-27691.87
18426.55
-18426.55
9265.33
-9265.33
7474
27691.87
-27691.87
18426.55
-18426.55
9265.33
-9265.33
5708
27691.87
-27691.87
18426.55
-18426.55
9265.33
-9265.33
690
27691.87
-27691.87
18426.55
-18426.55
9265.33
-9265.33
-9438
27691.87
-27691.87
18426.55
-18426.55
9265.33
-9265.33
4808
27691.87
-27691.87
18426.55
-18426.55
9265.33
-9265.33
Keputusan yang diperoleh dari MRC metode DES diatas menyatakan bahwa in control.
125
Tabel 4.34 verifikasi Siklis T
Y(t)
d'-d
MR
1
25268
-4065
2
17400
3639
7704
3
18933
1886
1753
4
23072
-2515
4401
5
18933
1338
3853
6
18933
1048
290
7
23072
-3366
4414
8
18933
532
3898
9
26443
-7169
7701
10
10202
8946
16115
11
18933
160
8786
12
18933
181
21
13
23000
-3790
3971
14
17500
1873
5663
15
18000
1593
280
16
22000
-2145
3738
17
17500
2641
4786
18
17500
2932
291
19
26671
-5964
8896
20
24397
-3449
2515
21
19808
1330
4779
22
16514
4751
3421
23
22706
-1386
6137
24
20287
1012
2398
300
484938
126
105811
Tabel 4.35 Data untuk Grafik d'- d -4065 3639 1886 -2515 1338 1048 -3366 532 -7169 8946 160 181 -3790 1873 1593 -2145 2641 2932 -5964 -3449 1330 4751 -1386 1012
UCL 12237.27 12237.27 12237.27 12237.27 12237.27 12237.27 12237.27 12237.27 12237.27 12237.27 12237.27 12237.27 12237.27 12237.27 12237.27 12237.27 12237.27 12237.27 12237.27 12237.27 12237.27 12237.27 12237.27 12237.27
LCL -12237.27 -12237.27 -12237.27 -12237.27 -12237.27 -12237.27 -12237.27 -12237.27 -12237.27 -12237.27 -12237.27 -12237.27 -12237.27 -12237.27 -12237.27 -12237.27 -12237.27 -12237.27 -12237.27 -12237.27 -12237.27 -12237.27 -12237.27 -12237.27
A1 8142.85 8142.85 8142.85 8142.85 8142.85 8142.85 8142.85 8142.85 8142.85 8142.85 8142.85 8142.85 8142.85 8142.85 8142.85 8142.85 8142.85 8142.85 8142.85 8142.85 8142.85 8142.85 8142.85 8142.85
A2 -8142.85 -8142.85 -8142.85 -8142.85 -8142.85 -8142.85 -8142.85 -8142.85 -8142.85 -8142.85 -8142.85 -8142.85 -8142.85 -8142.85 -8142.85 -8142.85 -8142.85 -8142.85 -8142.85 -8142.85 -8142.85 -8142.85 -8142.85 -8142.85
Gambar 4.10 MRC Regresi Linier
127
B1 4094.43 4094.43 4094.43 4094.43 4094.43 4094.43 4094.43 4094.43 4094.43 4094.43 4094.43 4094.43 4094.43 4094.43 4094.43 4094.43 4094.43 4094.43 4094.43 4094.43 4094.43 4094.43 4094.43 4094.43
B2 -4094.43 -4094.43 -4094.43 -4094.43 -4094.43 -4094.43 -4094.43 -4094.43 -4094.43 -4094.43 -4094.43 -4094.43 -4094.43 -4094.43 -4094.43 -4094.43 -4094.43 -4094.43 -4094.43 -4094.43 -4094.43 -4094.43 -4094.43 -4094.43
Keputusan yang diperoleh dari MRC metode siklis diatas menyatakan in control tidak ada yang melewati batas dan sesuai dengan kaidah peta control. Tabel 4.36 Verifikasi Seasonal T 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 300
Y(t) 25268 17400 18933 23072 18933 18933 23072 18933 26443 10202 18933 18933 23000 17500 18000 22000 17500 17500 26671 24397 19808 16514 22706 20287 484938
d'-d -1481 -187 -724 -858 -963 -963 1452 2424 -3652 2967 1587 412 1467 205 729 848 983 983 -1446 -2430 3634 -2969 -1600 -390
128
MR 1294 537 134 105 0 2415 972 6076 6619 1380 1175 1055 1262 524 119 135 0 2429 984 6064 6603 1369 1210 42461
Tabel 4.37 Data untuk grafik d'-d -1481 -187 -724 -858 -963 -963 1452 2424 -3652 2967 1587 412 1467 205 729 848 983 983 -1446 -2430 3634 -2969 -1600 -390
UCL 4910.71 4910.71 4910.71 4910.71 4910.71 4910.71 4910.71 4910.71 4910.71 4910.71 4910.71 4910.71 4910.71 4910.71 4910.71 4910.71 4910.71 4910.71 4910.71 4910.71 4910.71 4910.71 4910.71 4910.71
LCL -4910.71 -4910.71 -4910.71 -4910.71 -4910.71 -4910.71 -4910.71 -4910.71 -4910.71 -4910.71 -4910.71 -4910.71 -4910.71 -4910.71 -4910.71 -4910.71 -4910.71 -4910.71 -4910.71 -4910.71 -4910.71 -4910.71 -4910.71 -4910.71
A1 3267.65 3267.65 3267.65 3267.65 3267.65 3267.65 3267.65 3267.65 3267.65 3267.65 3267.65 3267.65 3267.65 3267.65 3267.65 3267.65 3267.65 3267.65 3267.65 3267.65 3267.65 3267.65 3267.65 3267.65
A2 -3267.65 -3267.65 -3267.65 -3267.65 -3267.65 -3267.65 -3267.65 -3267.65 -3267.65 -3267.65 -3267.65 -3267.65 -3267.65 -3267.65 -3267.65 -3267.65 -3267.65 -3267.65 -3267.65 -3267.65 -3267.65 -3267.65 -3267.65 -3267.65
Gambar 4.15 MRC metode seasonal 129
B1 1643.06 1643.06 1643.06 1643.06 1643.06 1643.06 1643.06 1643.06 1643.06 1643.06 1643.06 1643.06 1643.06 1643.06 1643.06 1643.06 1643.06 1643.06 1643.06 1643.06 1643.06 1643.06 1643.06 1643.06
B2 -1643.06 -1643.06 -1643.06 -1643.06 -1643.06 -1643.06 -1643.06 -1643.06 -1643.06 -1643.06 -1643.06 -1643.06 -1643.06 -1643.06 -1643.06 -1643.06 -1643.06 -1643.06 -1643.06 -1643.06 -1643.06 -1643.06 -1643.06 -1643.06
Keputusan yang diperoleh dari MRC metode seasonal diatas menyatakan bahwa out of control yang berdasarkan ada delapan titik berada pada daerah B. Berdasarkan data peramalan yang terbaik maka data yang digunakan adalah forecasting (peramalan) dari metode Siklis.
4.2.4 Analisis Permintaan 4.2.4.1 Analisis Pola Permintaan Aktual RINSO Anti Noda Polybag 1 kg x 12 pcs Dalam peramalan time series, perlu diketahui dulu pola time series. Pola permintaan dapat diketahui dengan membuat scatter diagram yaitu pemplotan data historis selama interval waktu tertentu. Dari scatter diagram ini secara visual akan dapat diketahui bagaimana hubungan antara waktu dengan permintaan. Pola permintaan adalah suatu pola pergerakan jangka panjang dari tampilan data-data scatter diagram permintaan Dari plot data diatas menunjukan bahwa permintaan tertinggi pada periode ke19 sebesar 26671 dan permintaan terendah pada periode ke-10 sebesar 10202. Plot data diatas tergolong pola data yang berfluktuasi, apabila dilihat pada rentang waktu / periodenya.
4.2.5 Analisis Metode Peramalan Menurut Teguh Baroto (2002), tahap pertama dalam perencanaan dan pengendalian produksi bila produksi bertipe make to stock adalah menentukan peramalan akurat dari permintaan untuk item yang diproduksi. Peramalan merupakan input bagi proses perencanaan dan pengambilan keputusan. Peramalan menunjukkan perkiraan yang akan terjadi pada suatu keadaan 130
tertentu. Sebaliknya, perencanaan menggunakan ramalan tersebut untuk membantu para pengambil keputusan dalam memilih alternatif terbaik. Dengan demikian, suatu ramalan mencoba untuk memperkirakan apa yang akan terjadi, sedangkan perencanaan adalah upaya para pengambil keputusan untuk dapat mempengaruh hasil yang akan terjadi melalui berbagai strategis, misalnya rencana promosi, distribusi.
Time Series Patterns Stationer
Nonseasonal Stationary models
Trend Effect
Nonseasonal Nonstationary models
Seasonal Effect
Cyclic Effect
Seasonal and Multiplicative models
Intervention models
Gambar 4.16 Pola umum peramalan time series Peramalan itu sendiri dipengaruhi oleh demand yang terdapat beberapa variabel atribut demand tersebut yaitu: variasi random, rencana konsumen, daur hidup produk, pesaing, perilaku (sikap konsumen), waktu, siklus bisnis, iklan, sales effort, reputasi, desain produk, kebijaksanaan kredit, dan kualitas. Dalam peramalan terdapat konsiderasi yang yang harus dipertimbangkan misalnya:
131
1. Ongkos (biaya) Biaya Yang dikeluarkan perusahaan untuk membiayai riset dan metode peramalan produk adalah suatu hal yang nyata dan harus dipertimbangkan. Kemudian biaya kegiatan peramalan yang yang dikeluarkan merupakan aspek yang tidak dapat lepas karena kegiatan peramalan yang dilakukan merupakan suatu cost yang harus diperhitungkan oleh perusahaan. Selanjutnya biaya akibat kesalahan peramalan, peralamalan yang yang terbaik sebaiknya digunakan karena akan meminimasi kesalahan yang berakibat pada biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. 2. Manfaat Seberapa besar keuntungan yang didapat oleh peramalan yang telah dilakukan apakah dapat membawa kontribui postif dengan permintaan berikutnya. 3. Ketelitian Seberapa tepat peramalan yang dengan kondisi aktual Kesederhanaan perhitungan Pada kenyataannya perhitungan peramalan yang sederhana sangat berlawanan dengan ketelitian yang diperoleh. 5. Kemampuan dalam menyesuaikan dengan perubahan pasar Dalam hal ini faktor dari atribut variabel permintaan sangat mempengaruhi apakah peramalan yang digunakan sesuai dengan perubahan pasar.
132
Tabel 4.38 Analisis perbandingan metode peramalan Validasi
Verifikasi
RESULT
(Tracking Signal)
(MRC)
Regresi Linier
0.5465
√
X
Regresi Kuadratis
0.5479
√
√
DMA (5 X 5)
0.6561
√
X
DES (0,8)
1.5285
√
√
Seasonal
0.2879
X
X
Siklis
0.5451
√
√
Konstan
0.5459
X
X
METODE
Dalam peramalan terdapat cara untuk memberikan penguatan apakah peramalan yang digunakan sesuai atau tidak yaitu dengan menggunakan metode validasi, verifikasi dan yang terakhir adalah metode Theils U untuk mendapat metode dan nilai yang valid untuk hasil peramalan yang dikehendaki Berdasarkan nilai Theils’s U diatas seharusnya metode Seasonal yang digunakan. Namun, kenyataannya metode seasonal berada pada kondisi Out of control. Dari hasil tabel diatas menunjukan bahwa metode regresi kuadratis, DES (0,8), dan Siklis berada pada kondisi In control. Untuk perhitungan berikutnya digunakan hasil dari peramalan siklis dikarenakan metode siklis memiliki nilai Theil’s U terkecil dibandingkan ke-3 metode diatas
133
4.2.6 Analisis Hasil Peramalan Terbaik Hasil peramalan yang terbaik dari pengolahan data, diperoleh peramalan terbaik dengan metode siklis. Pola siklikal adalah bila fluktuasi permintaan secara jangka panjang membentuk pola gelombang atau siklus. Pola siklikal mirip dengan pola musiman. Pola musiman tidak harus berbentuk gelombang, bentuknya dapat bervariasi, namun waktunya akan berulang setiap tahun (umumnya). Pola siklikal bentuknya selalu mirip gelombang sinusoid.
Gambar 4.17 Fluktuasi permintaan berpola siklis
Dari gambar diatas menunjukan bahwa pola permintaan aktual menyerupai pola data siklis diatas.
134
PERENCANAAN PRODUKSI (Perhitungan AGREGAT) Tabel 4.39 Perhitungan Changing Workforce Levels
Demand Demand waktu Overtime (sat.aggregat) (jam) reguler 1 21039 127 576 0 2 20557 124 576 0 3 19981 120 576 0 4 19465 117 576 0 5 19148 115 576 0 6 19114 115 576 0 7 19373 117 576 0 8 19855 120 576 0 9 20432 123 576 0 10 20948 126 576 0 11 21265 128 576 0 12 21299 128 576 0 Jumlah 242476 6912 0 Bulan
Rp
5,206
Rp
6,259
Rp
1,082,865
Rp
1,624,298
Rp
64,711
Biaya Reguler Biaya Overtime Biaya Hire Biaya Fire Biaya Bahan Baku Total Biaya
Rp Rp Rp Rp Rp RP
135
Hire
Fire
Pekerja
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
46 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 46
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
35,983,872 74,717,708 15,690,864,436 15,801,566,016
Tabel 4.40 Perhitungan Changing Inventory Level
Bulan
Demand Demand Produksi (sat.aggregat) (jam) (sat.agregat)
Pekerja
Inventory Lost (sat.aggregat) deman
1
21039
127
96000
576
1
74961
0
2
20557
124
96000
576
1
150404
0
3
19981
120
96000
576
1
226423
0
4
19465
117
96000
576
1
302958
0
5
19148
115
96000
576
1
379810
0
6
19114
115
96000
576
1
456696
0
7
19373
117
96000
576
1
533323
0
8
19855
120
96000
576
1
609468
0
9
20432
123
96000
576
1
685036
0
10
20948
126
96000
576
1
760088
0
11
21265
128
96000
576
1
834823
0
12
21299
128
96000
576
1
909524
0
Jumlah
242476
1460
1152000
6912
5923514
0
Biaya Reguler Rp 1,082,865 Biaya Hire Rp 1,624,298 Biaya Fire 3,000 Biaya Inventory Rp Rp 150,000 Biaya Lost Demand Rp 64,711 Biaya Bahan Baku Rp
Produksi (jam)
Rp 35,983,872 Rp Rp 74,717,708 Rp 17,770,542,000 Rp Rp 74,547,072,000 Rp 92,428,315,580
5,206
Total Biaya
136
Tabel 4.41 Perhitungan Subcontracting
Bulan
Demand Produksi (sat.agrega (sat.agrega Produksi t) t) (jam)
Pekerja Subkontrak (unit)
1
21039
19114
115
1
1925
2
20557
19114
115
1
1443
3
19981
19114
115
1
867
4
19465
19114
115
1
351
5
19148
19114
115
1
34
6
19114
19114
115
1
0
7
19373
19114
115
1
259
8
19855
19114
115
1
741
9
20432
19114
115
1
1318
10
20948
19114
115
1
1834
11
21265
19114
115
1
2151
12
21299
19114
115
1
2185
Jumlah
242476
Rp
5,206
Rp
1,082,865
Rp
1,624,298
Rp
100,000
Rp
64,711
1380
Biaya Reguler Biaya Hire Biaya Fire Biaya Subkontrak Biaya Bahan Baku Total Biaya
137
13108
Rp 7,184,280 Rp Rp 74,717,708 Rp 1,310,800,000 Rp 14,842,632,648 Rp 16,235,334,636
Tabel 4.42 Perhitungan Mixed Strategy
Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jumlah
Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp
Demand Reguler (jam) 127 124 120 117 115 115 117 120 123 126 128 128
27072 27072 27072 27072 27072 27072 27072 27072 27072 27072 27072 27072 324864
Biaya Reguler 1,082,865 Biaya Hire 1,624,298 Biaya Fire 3,000 Biaya Inventori 100,000 Biaya Subkontrak 6,259 Biaya Overtime 64,711 Biaya Bahan Baku Total Biaya 5,206
Inv. (unit)
Subkont. (sat.agregat)
Hire
4490833 8982166 13474166 17966666 22459499 26952332 31444832 35936832 40428332 44919332 49409998 53900664 350365652
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
138
1,691,241,984 0 1,051,100,000,000 0 0 3,503,710,000,000 4,556,501,241,984
Overtime Pekerja 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
47 47 47 47 47 47 47 47 47 47 47 47
Tabel 4.43 Hasil nilai Minimumnya Changing Workforce Level
Rp
15,801,566,016
Changing Inventory Level
Rp
92,428,315,580
Subcontracting
Rp
16,235,334,636
Mixed Strategy
Rp 4,556,500,581,984 Minimum
Rp
15,801,566,016
Metode terbaik adalah Changing Workforce Level, sehingga diperoleh Y* dari demand satuan agregatnya. Tabel 4.44 Y* Periode
Y*
1
21039
2
20557
3
19981
4
19465
5
19148
6
19114
7
19373
8
19855
9
20432
10
20948
11
21265
12
21299
139
4.4 PERHITUNGAN DISAGREGAT Input Disagregat Periode 1 Family
Item code
Pers. 0
36360
Produk
Awal
Permintaan
F. Konversi
Expected Quantity
Jumlah
21039
1
-21039
21039
Jumlah
21039
F2
N=
1
21039
21039
Ei =
0
Y* Produk A =
21039
Item Disaggregation Algorithm Y*
Step 1
Step 2
F2 21039
21039
Step 3
Kuant. Prod
Konversi
Next Inventory
21039
21039
21039
0
21039
21039
0
0
Input Disagregat Periode 2 Family Produk
Item
Pers. Awal
Permintaan
F. Konversi
Expected Quantity
Jumlah
36360
0
20557
1
-20557
20557
Jumlah
20557
F2
N=
1
20557 Ei =
20557 0
Y* Produk A =
20557
Item Disaggregation Algorithm Y*
Step 1
Step 2
F2 20557
20557
Step 3
Kuant. Prod
Konversi
Next Inventory
20557
20557
20557
0
20557
20557
0
0
140
Input Disagregat Periode 3 Family Produk
Item
Pers. Awal
Permintaan
F. Konversi
Expected Quantity
Jumlah
36360
0
19981
1
-19981
19981
Jumlah
19981
F2
N=
1
19981 Ei =
19981 0
Y* Produk A =
19981
Item Disaggregation Algorithm Y*
Step 1
Step 2
F2 19981
19981
Step 3
Kuant. Prod
Konversi
Next Inventory
19981
19981
19981
0
19981
19981
0
0
Input Disagregat Periode 4 Family Produk
Item
Pers. Awal
Permintaan
F. Konversi
Expected Quantity
Jumlah
36360
0
19465
1
-19465
19465
Jumlah
19465
F2
N=
1
19465 Ei =
19465 0
Y* Produk A =
19465
Item Disaggregation Algorithm Y*
Step 1
Step 2
F2 19465
19465
Step 3
Kuant. Prod
Konversi
Next Inventory
19465
19465
19465
0
19465
19465
0
0
141
Input Disagregat Periode 5 Family Produk
Item
Pers. Awal
Permintaan
F. Konversi
Expected Quantity
Jumlah
36360
0
19148
1
-19148
19148
Jumlah
19148
F2
N=
1
19148
19148
Ei =
0
Y* Produk A =
19148
Item Disaggregation Algorithm Y*
Step 1
Step 2
F2 19148
19148
Step 3
Kuant. Prod
Konversi
Next Inventory
19148
19148
19148
0
19148
19148
0
0
Input Disagregat Periode 6 Family Produk
Item
Pers. Awal
Permintaan
F. Konversi
Expected Quantity
Jumlah
36360
0
19114
1
-19114
19114
Jumlah
19114
F2
N=
1
19114 Ei =
19114 0
Y* Produk A =
19114
Item Disaggregation Algorithm Y*
Step 1
Step 2
F2 19114
19114
Step 3
Kuant. Prod
Konversi
Next Inventory
19114
19114
19114
0
19114
19114
0
0
142
Input Disagregat Periode 7 Family Produk
Item
Pers. Awal
Permintaan
F. Konversi
Expected Quantity
Jumlah
36360
0
19373
1
-19373
19373
Jumlah
19373
F2
N=
1
19373
19373
Ei =
0
Y* Produk A =
19373 Item Disaggregation Algorithm
Y*
Step 1
Step 2
F2 19373
19373
Step 3
Kuant. Prod
Konversi
Next Inventory
19373
19373
19373
0
19373
19373
0
0
Input Disagregat Periode 8 Family Produk
Item 36360
Pers. Awal
Permintaan
F. Konversi
Expected Quantity
Jumlah
0
19855
1
-19855
19855
Jumlah
19855
F2
N=
1
19855 Ei = 0 Y* Produk A =
19855 19855
Item Disaggregation Algorithm Y*
Step 1
Step 2
F2 19855
19855
Step 3
Kuant. Prod
Konversi
Next Inventory
19855
19855
19855
0
19855
19855
0
0
143
Input Disagregat Periode 9 Expected Family Produk
Item
Pers. Awal
Permintaan
F. Konversi
Quantity
Jumlah
36360
0
20432
1
-20432
20432
Jumlah
20432
F2
N=
1
20432 Ei =
20432 0
Y* Produk A =
20432
Item Disaggregation Algorithm Y*
Step 1
Step 2
F2 20432
20432
Step 3
Kuant. Prod
Konversi
Next Inventory
20432
20432
20432
0
20432
20432
0
0
Input Disagregat Periode 10 Expected Family Produk
Item
Pers. Awal
Permintaan
F. Konversi
Quantity
Jumlah
36360
0
20948
1
-20948
20948
Jumlah
20948
F2
N=
1
20948 Ei =
20948 0
Y* Produk A =
20948 Item Disaggregation Algorithm
Y*
Step 1
Step 2
F2 20948
20948
0
Step 3
Kuant. Prod
Konversi
Next Inventory
20948
20948
20948
0
20948
20948
0
144
Input Disagregat Periode 11 Expected Family Produk
Item
Pers. Awal
Permintaan
F. Konversi
Quantity
Jumlah
36360
0
21265
1
-21265
21265
Jumlah
21265
F2
N=
1
21265 Ei =
21265 0
Y* Produk A =
21265 Item Disaggregation Algorithm
Y*
Step 1
Step 2
F2 21265
21265
Step 3
Kuant. Prod
Konversi
Next Inventory
21265
21265
21265
0
21265
21265
0
0
Input Disagregat Periode 12 Expected Family Produk
Item
Pers. Awal
Permintaan
F. Konversi
Quantity
Jumlah
36360
0
21299
1
-21299
21299
Jumlah
21299
F2
N=
1
21299 Ei =
21299 0
Y* Produk A =
21299 Item Disaggregation Algorithm
Y*
Step 1
Step 2
F2 21299
21299
0
Step 3
Kuant. Prod
Konversi
Next Inventory
21299
21299
21299
0
21299
21299
0
145
Tabel 4.45 Jadwal Induk Produksi Jadwal Induk Produksi Periode RINSO Anti Noda Polybag 1 kg x 12 pcs
1
21039
2
20557
3
19981
4
19465
5
19148
6
19114
7
19373
8
19855
9
20432
10
20948
11
21265
12
21299
146
4.5 PERHITUNGAN RCCP
Tabel 4.46 Tabel perhitungan RCCP Bulan
Demand (sat.aggregat)
Prod.(sat.agregat)
1
21039
96000
2
20557
96000
3
19981
96000
4
19465
96000
5
19148
96000
6
19114
96000
7
19373
96000
8
19855
96000
9
20432
96000
10
20948
96000
11
21265
96000
12
21299
96000
Gambar 4.18 Gambar RCCP
147
Kapasitas yang tersedia lebih besar dari kapasitas yang dibutuhkan maka demand dari data JIP (Jadwal Induk Produksi) dapat digunakan. 4.6 ANALISIS PERENCANAAN PRODUKSI
Perencanaan produksi adalah perencanaan mengenai tenaga kerja, bahan-bahan dan mesin dan peralatan lain serta modal yang diperlukan untuk memproduksi barangbarang pada periode tertentu dimasa mendatang sesuai dengan yang diperkirakan atau yang diramalkan. Tujuan perencanaan produksi bertujuan untuk mencapai suatu perencanaan yang fesible dan optimal. Terdapat dua klasifikasi perencanaan produksi yaitu perencanaan jangka pendek dan perencanaan jangka panjang, penjelasan selengkapnya terdapat pada bab sebelumnya. Metode perhitungan perencanaan produksi dibagi menjadi dua yaitu metode perencanaan agregat dan disagregat. Proses agregasi (aggregation) adalah proses pengelompokan beberapa jenis item menjadi product family. Proses disagregasi (disaggregation) adalah proses derivasi product family menjadi item. Untuk contoh proses agregat adalah IBM memproduksi komputer laptop, desktop, notebook dan mesin teknologi tinggi ainnya. Dalam hal ini proses agregasi adalah pengelompokan jenis-jenis komputer tersebut kedalam family product (misalnya famili komputer). Unit agregat yang biasa digunakan dalam proses agregasi: 1. Jam kerja buruh, mesin atau resource lainnya 2. Waktu standar 3. Harga jual, ongkos produksi 4. Satuan agregat dummy Contoh proses disagregat adalah nilai penjualan total perusahaan dikelompokan kedalam nilai penjualan masing-masing produk yang dibuat atau jam produksi total
148
dikelompokan kedalam jam produksi masing-masing produk. Nilai penjualan masingmasing produk tersebut dibagi dengan harga jual masing-masing sehingga diperoleh jumlah unit yang akan diproduksi. Tujuan perencanaan agregat adalah membangkitkan (generate) top level production planned : 1. Basis perencanaan agregat adalah hasil ramalan target produksi. Target produksi ditentukan oleh top level business plan yang memperhatikan kapasitas dan kapabilitas perusahaan 2. Analisis dilakukan dalam kelompok produk (product family) dengan unit agregat 3. Melibatkan pemilihan srategi manufaktur 4. Peran perencanaan agregat adalah sebagai interface antara perusahaan / system manufaktur dan pasar produknya Setelah proses agregat dalam hal ini dilanjutkan pada proses disagregat, yang output dari proses disagragat adalah Jadwal Induk Produksi. Demand satuan agregat didapat dari hasil peramalan terbaik 12 bulan kedepan yaitu metode peramalan siklis. Kemudian demand (jam) didapat dari hasil kali demand satuan agregat dengan cyle time yaitu 0.006. Kemudian waktu regular didapat dari jumlah waktu kerja (dalam jam) dalam satu bulan. Dapat diketahui bahwa nilai cyle time yang sangat kecil yaitu 0.006 dan jam kerja sebesar 576 diperoleh bahwa perusahaan dapat memproduksi sebanyak 576/0.006= 96000. Sehingga untuk memproduksi jumlah sesuai pada demand satuan agregat maka tidak memerlukan pekerja sebanyak 46 tetapi hanya memerlukan satu pekerja. Penyebabnya adalah kapasitas produksi mesin perusahaan dapat meng-handle dengan produksi yang efektif dan efisien. Output dari agregat adalah
149
Y* selanjutnya adalah metode perencanaan disagregat untuk mendapatkan Jadwal Induk Produksi (JIP). Untuk metode perencanaan disagregat pada kolom family merupakan induk dari jenis produk. Misalnya familynya adalah Detergent kemudian untuk itemnya adalah Rinso , Surf . Untuk persediaan awal produksi Rinso Anti Noda yang mana tidak ada persediaan awal. Faktor konversi ini adalah nilai pembanding bahwa apabila dalam iterasi disagregat tersebut terdapat dua produk atau lebih, maka dibuat nilai konversi tersebut. Kemudian nilai JIP diambil dari nilai kuntitas produksi setiap periode. Analisis RCCP merupakan proses mengkonversi MPS kedalam sumber daya yang dibutuhkan. Tahap pertama dalam RCCP adalah identifikasi sumber daya yang utama, seperti work center, tenaga kerja atau material kritis. Kemudian tentukan faktor penggunaan sumber daya per unit untuk setiap item, dan diasumsikan bahwa sumber daya tersebut digunakan dalam periode yang sama sesuai dengan jadwal pesanan yang telah disusun. Kemudian faktor penggunaan tersebut dikalikan dengan jumlah rencana pemesanan untuk RCCP. Dari hasil perhitungan RCCP dapat dianalisis bahwa kapasitas yang tersedia lebih besar dari kapasitas yang dibutuhkan maka demand dari data JIP (Jadwal Induk Produksi) dapat digunakan.
150
BAB V HASIL DAN ANALISIS
Analisis pemecahan masalah yang akan dibahas adalah dimulai dari Proses pembuatan BoM hingga pengerjaan MRP dan semua keterkaitan yang harus dilakukan berikutnya .
5.1
ANALISIS BILL of MATERIALS ( BoM ).
Analisis produk sabun Detergent terdiri atas satu Produk Jadi ( Finished Product ) dengan lima level yang dimulai dari level 0. Untuk level nol dinyatakan bahwa Produk Jadi adalah sabun Detergent . Untuk Level 1 s/d level 5 terdiri dari dua atau lebih jenis bahan baku , packing material dan jenis material chemical ( bahan-baku jenis -kimia , bentuk padat dan bentuk liquid ). Dalam proses produksi sabun detergent dalam pelaksanaan mixing dari beberapa material diatur dengan loadcell (timbangan) per 1 ton yang dalam beberapa kemasan dipakai kemasan Jumbo Bag kapasitas 1 ton , dan untuk penarikan Chemical bentuk Liquid dilakukan dengan cara Flowmeter ( takaran yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap batch proses-nya ) atau dengan flow meter yang diatur dengan control Norbrovalve ( programnya disesuaikan dengan kebutuhan ) .
151
Dari penanganan secara manual atau otomatis dari beberapa instrument , semua material dideteksi di ruang control yang mulai dari proses awal pengisian hopper dengan material yang ditetapkan untuk proses setiap batch-nya sampai dengan proses menjadi bentuk powder selesai diproduksi semua mengacu ke BoM yang sudah ditetapkan .
Tabel 5.1 Isi Penjelasan BoM
152
5.2
MATERIALS REQUIREMENT PLANNING
Mekanisme Proses MRP , dimulai dari Daftar Induk Rencana Produksi : Tabel 5.2 Master Production Schedule ( perhitungan Packing Material di fokuskan di produk Size 1 kg )
Data Rencana Produksi RINSO ANTI NODA 1 kg( dalam tonage )
Jan
Plan produksi WEEK 1 2
Feb
Mar
Apr
30 gr / 300 pcs
56 gr / 120 pcs
500 gr / 24pcs
1 kg / 12 pcs
2 kg / 6 pcs
total
324
261
167
303
59
1114
333
267
147
209
76
1032
3
333
255
153
227
81
1050
4
356
260
153
277
77
1124
5
347
269
160
227
77
1080
sub total
1693
1313
780
1243
371
5400
6
360
262
153
227
80
1083
7
349
262
160
277
80
1128
8
349
268
160
227
81
1085
9
350
262
160
317
81
1171
sub total
1408
1054
633
1049
323
4466
10
351
269
160
122
73
975
11
351
261
160
227
73
1072
12
359
261
167
227
73
1087
13
351
261
167
276
73
1128
sub total
1412
1051
653
853
293
4262
14
350
242
173
210
76
1051
15
358
249
160
216
76
1059
16
342
249
167
264
81
1103
17
349
266
167
210
81
1073
18
360
259
167
210
81
1077
sub total
1409
1022
660
1110
320
4311
Total ton
5921
4441
2727
4255
1307
18650
153
ton
154
Focus : Rinso Anti Noda 1 kg
Tabel 5. 3 FORM PLAN PRODUKSI
Plan Production NSD WK 01 - 2007 IN TON
Januari 2007
roduct Cod
Description
Key Figure
Week
1
2
Februari 2007
3
4
5
6
Maret 2007
7
8
9
10
11
Apr-07
Mei 2007
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
PC BARU ID39004 RINSO ANTI NODA 1KG/12 ID39004 RINSO ANTI NODA 1KG/12 ID39004 RINSO ANTI NODA 1KG/12 ID39004 RINSO ANTI NODA 1KG/12
Forecast Production Plan Closing Stock Weeks Cover
0 0 1838.6 2.8
324 303 1847.8 2.8
333 209 1819.9 3
333 227 1855.5 3.2
356 277 1882.8 3.3
347 227 1700.3 2.9
360 227 1617.7 2.8
349 277 1585 2.7
349 227 1594.8 2.8
350 317 1699.9 2.9
351 122 1662.6 2.8
351 227 1885 2.8
359 227 1894.7 2.9
351 276 1811.2 3.3
351 210 1595.5 3.2
358 216 1436.5 2.9
342 264 1612.5 2.9
349 210 1763.6 3.1
360 210 1618.6 2.9
324 303 1645.6 2.8
333 209 1830.6 2.9
356 227 1783.7 2.9
ID39005 ID39005 ID39005 ID39005
RINSO ANTI NODA 2KG/6 RINSO ANTI NODA 2KG/6 RINSO ANTI NODA 2KG/6 RINSO ANTI NODA 2KG/6
Forecast Production Plan Closing Stock Weeks Cover
0 0 151.7 3.6
59 59 156.1 3.8
73 76 171.5 4.4
73 81 191 5
73 77 210 5.5
73 77 174.5 4.5
73 80 184.9 3.5
76 80 193.1 4
76 81 156 3
81 81 168.5 3.1
81 73 171.8 2.9
81 73 191.7 2.7
81 73 198 2.7
59 73 190.9 3
76 76 172.5 3
81 76 159 2.7
77 81 172.1 2.7
77 81 182.6 3
80 81 170.8 2.7
80 59 173 2.7
81 76 187.1 2.7
73 81 182.1 2.8
ID39001 ID39001 ID39001 ID39001
RINSO ANTI NODA 30G/300 RINSO ANTI NODA 30G/300 RINSO ANTI NODA 30G/300 RINSO ANTI NODA 30G/300
Forecast Production Plan Closing Stock Weeks Cover
0 0 1605.3 2.2
360 324 1665.3 2.4
349 333 1685 2.5
342 333 1773.6 2.7
358 356 1853.1 2.7
350 347 1664.1 2.4
351 360 1437.2 2.1
359 349 1395.1 2.2
351 349 1403.1 2.3
351 350 1612.8 2.7
349 351 1679.8 2.8
360 351 2006.9 2.9
347 359 2121 3.1
356 351 2020.5 3.5
333 350 1765.4 3.4
333 358 1603.6 3.1
324 342 1808 3.2
350 349 1947.1 3.3
356 360 1779.6 3
342 349 1837.7 3
349 349 2018.4 3.1
350 350 1958.3 3.1
ID39003 ID39003 ID39003 ID39003
RINSO ANTI NODA 500GR/24 RINSO ANTI NODA 500GR/24 RINSO ANTI NODA 500GR/24 RINSO ANTI NODA 500GR/24
Forecast Production Plan Closing Stock Weeks Cover
0 0 654.6 3.3
167 167 698.7 3.6
147 147 731.7 3.9
153 153 783.8 4
153 160 833.4 4.3
160 160 648.8 3.3
160 160 621.3 3.1
160 160 594.1 2.9
160 167 581.4 3
160 167 573.6 2.9
160 173 577.6 2.9
167 160 669.5 3
167 167 689.4 3.3
173 167 653.8 3.7
160 160 564.6 3.4
167 167 515.4 3.1
173 173 596.4 3.2
170 167 644.6 3.3
175 167 584 3
180 167 612.9 3.1
165 167 663.3 3.2
167 167 635.6 3.2
Forecast Production Plan Closing Stock Weeks Cover
262 261 218.8 2.2
262 267 186.7 2.4
268 255 177.5 2.6
269 260 182 2.8
261 269 191.8 3
261 262 213.5 2.5
242 262 217.7 2.4
249 268 253.9 2.5
249 262 218.8 2.7
266 269 186.7 2.9
259 261 177.5 3.1
261 261 182 3.3
267 261 191.8 4
255 242 213.5 4.2
260 249 217.7 3.9
269 249 253.9 3.6
242 266 218.8 3.8
249 259 186.7 3.7
269 261 177.5 3.5
262 267 182 3.6
268 255 191.8 3.7
0 260 213.5 3.7
Total Forecast TotalProduction Plan Total Closing Stock
262 261 6369
1770 1793 6529
1803 1695 6603
1744 1729 6904
1783 1814 7182
1721 1109 6119
1747 1542 5688
1787 1703 5605
1738 1655 5554
1702 1762 5926
1820 1558 5911
1609 1650 6766
1800 1665 6925
1874 1718 6649
1837 1515 5888
1784 1483 5382
1554 1664 5963
1627 1642 6425
1850 1565 5906
1741 1699 6028
1635 1669 6641
1580 1668 6472
40007 RINSO ANTI NODA 56/120 40007 RINSO ANTI NODA 56/120 40007 RINSO ANTI NODA 56/120 40007 RINSO ANTI NODA 56/120
155
Dalam tabel dibawah ini pemesanan material Packing di fokuskan hanya di kebutuhan produksi Rinso Anti Noda 1 kg , untuk kemasan : 30 gr,56 gr,500 gr dan 2 kg pola pemesanan sama dengan yang 1 kg , untuk Chemical diperhitungkan untuk dipesan selama 1 kuartal . Tabel 5.4 Material Requirement Planning.
Tabel 5. 5 Penjelasan BoM dan proses MRP
Contoh data Pemesanan Barang diambil dari data Permintaan dan Forcasting berdasarkan Brand Outlook th 2007
RAN 1 kg / 12
RAN 30 gr / 300
Month
1
12
Jan ,
303
25268
2
12
209
17400
3
12
227
4
12
277
5
12
227
6
12
7 8
in Ton
Total / month
RAN 500 gr / 24
RAN 2 kg / 6
Conversion
kg/ fib
No
RAN 56 gr / 120
In Fifberites
kg/ fib
in Ton
303,216
36000
9
208,800
37000
9
18933
227,196
37000
23072
276,864
18933
227
12 12
9
12
317
10
12
11 12
In Fifberites
kg/ fib
in Ton
324
38887
6.72
261
13889
12
167
4889
12
59
333
39786
6.72
267
12222
12
147
6333
12
76
9
333
37990
6.72
255
12778
12
153
6778
12
81
39550
9
356
38760
6.72
260
12778
12
153
6444
12
77
227,196
38575
9
347
39998
6.72
269
13333
12
160
6444
12
77
18933
227,196
39990
9
360
39000
6.72
262
12778
12
153
6667
12
80
277
23072
276,864
38765
9
349
39000
6.72
262
13333
12
160
6667
12
80
227
18933
227,196
38765
9
349
39875
6.72
268
13333
12
160
6778
12
81
26443
317,316
38880
9
350
38997
6.72
262
13333
12
160
6778
12
81
122
10202
122,424
39000
9
351
39990
6.72
269
13333
12
160
6111
12
73
12
227
18933
227,196
39000
9
351
38765
6.72
261
13333
12
160
6111
12
73
12
227
18933
227,196
39875
9
359
38765
6.72
261
13889
12
167
6111
12
73
13
12
276
23000
276,000
38997
9
351
38880
6.72
261
13889
12
167
6111
12
73
14
12
210
17500
210,000
38887
9
350
36000
6.72
242
14444
12
173
6333
12
76
15
12
216
18000
216,000
39786
9
358
37000
6.72
249
13333
12
160
6333
12
76
16
12
264
22000
264,000
37990
9
342
37000
6.72
249
13889
12
167
6778
12
81
17
12
210
17500
210,000
38760
9
349
39550
6.72
266
13889
12
167
6778
12
81
18
12
17500
210,000
39998
9
360
38575
6.72
259
13889
12
167
6778
12
81
Feb
Mar
Apr
Mei
210
1243
1049
853
1110
4255 th
Fiberites
Polybag
4,254,660 pcs
156
Total / month
1693
1408
1412
1759
Total / month
1313
1054
1051
1264
In kg/ in Ton Fifberites fib
Total / month
780
633
653
833
In kg/ in Ton Fifberites fib
Total / month
371
323
293
396
Dari Tabel Pengelompokan Material per Level mulai dari level 1 ke level 5 adalah proses dalam pelaksanaan urutan produksi dengan keterangan sebagai berikut : - Level 1 : Gabungan antara 2 material yang saling terkait penggunaannya . - Level 2 : Gabungan antara 2 material yang saling terkait penggunaannya . - Level 3 : Proses Produksi Mixing dalam Post Doozing - Level 4 : Proses Produksi Mixing dalam Batching - Level 5 : Proses Produksi di plant yang terpisah yang hasil produk-nya sebagai bahan baku utama .
5.3
ANALISIS PEMESANAN MATERIAL . Dari sekian banyak material tersebut diatas , sebagai contoh untuk
perhitungan pemesanan produk : Rinso Anti Noda 1 kg dipakai baik itu jenis packing maupun untuk jenis chemical-nya ditampilkan menggunakan : -
Metode Fixed Order Quantity
( FOQ )
-
Metode Economic Order Quantity ( EOQ )
-
Metode Lot for Lot
( L for L )
Penggunaan semua metode tehnik menghitung tersebut diatas bertujuan untuk mencari ukuran pemesanan yang paling ekonomis , dalam hal ini dengan melakukan percobaan ukuran pesanan pada formulasi perhitungan yang telah dibuat dibawah ini dengan urutan penggunaan data-data : -
Forecast Plan Produksi untuk produk Rinso Anti Noda 1 kg (PC:39004) dengan periode data selama 4 bulan (18 minggu) kedepan dan pembacaan 157
data dari jumlah Tonage Plan Produksi menjadi jumlah pieces atau kilogram dari semua jenis material yang akan dipesan (requirement) . -
Format perhitungan dengan 3 metode FOQ , EOQ dan Lot for Lot untuk menghitung semua kebutuhan bahan baku sebanyak target yang sudah ditentukan sebagai fixed plan dan long term plan selama 4 bulan (18 Minggu), yang pada perhitungan kebutuhan dengan ketiga metode akan mendapatkan hasil biaya Pemesanan dan biaya Penyimpanan .
-
Hasil perhitungan dapat langsung dipakai sebagai acuan untuk beberapa jenis material dan bisa dipesankan sesuai perhitungan yang ada, tetapi untuk beberapa material (import) yang dipesan dengan lead time dan pengadaannya harus dikirim via Sea Freight (menggunakan container dan tranportasi kapal laut) yang penguruannya melalui prosedur pabean harus diperhitungkan dengan lebih cermat dan membutuhkan penanganan khusus untuk jangan sampai terjadi pemblockiran yang disebabkan tidak lengkapnya dokumen. import .
158
Dengan menggunakan data Produksi (table 5.6) ini , data dalam jumlah Tonage kemudian di breakdown menjadi Requirement setiap Bahan baku yang akan digunakan sebagai data pemesanan untuk ketersediaan Material selama periode yang sudah direncanakan .
Tabel 5. 6 DATA PERHITUNGAN MRP DARI FORECAST PLAN PRODUKSI Rinso 1 kg - PC 39004 Periode
%/ 1000 fib
Forecast plan Prod.
Jan
Feb
Mar
Apr
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
25
17
19
23
19
19
23
19
26
10
19
19
23
18
18
22
1 2 3
Packing Materials OPP Tape 3" x 100 mt"Black" Outer Rinso 12 x 1 kg Polybag Rinso 1 kg
1.2 84 1010
25 2083 25000
17 1417 17000
19 1596 19190
23 1932 23230
19 1596 19190
19 1596 19190
23 1932 23230
19 1596 19190
26 2184 26260
10 840 10100
19 1596 19190
19 30324 364610
23 1932 23230
18 1512 18180
18 1512 18180
22 1848 22220
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Chemical Materials SALT CAUSTIK SODA LIQ TINOPAL CBSX SODIUM SILICATE SODIUM SULPHATE CALCITE STPP LAS PERF. SOLAR SPLATE SODA ASH DENSE NEELIKON BRIGHT BLUE
2.4 6.3 0.3 18.3 19.1 2.0 15.8 23.0 0.4 16.9 0.1
603 1,575 80 458 478 50 395 575 10 423 3
410 1,071 54 542 325 34 269 391 7 287 2
458 1,197 61 606 363 38 300 437 8 321 2
554 1,449 74 734 439 46 363 529 9 389 2
458 1,197 61 606 363 38 300 437 8 321 2
458 1,197 61 606 363 38 300 437 8 321 2
554 1,449 74 734 439 46 363 529 9 389 2
458 1,197 61 606 363 38 300 437 8 321 2
627 1,638 83 829 497 52 411 598 10 439 3
241 630 32 319 191 20 158 230 4 169 1
458 1,197 61 606 363 38 300 437 8 321 2
458 1,197 61 606 363 38 300 437 8 321 2
554 1,449 74 734 439 46 363 529 9 389 2
434 1,134 58 574 344 36 284 414 7 304 2
434 1,134 58 574 344 36 284 414 7 304 2
530 1,386 70 702 420 44 348 506 9 372 2
159
160
LOT for LOT
134.81
Outer RAN 1kg item code : 38001
Net Requirement Project On Hand Planned Order Release Planned Order Receipt
Metode MRP FOQ EOQ L for L
134.81
134.81
134.81
Jan -1
134.81
134.81
134.81
134.81
8
9
10
134.81
134.81
134.81
134.81
134.81
134.81
134.81
134.81
18 180,000 -
0
Mar 11
12
13
14
15
16
17
18
3,743,731 2,445,140 180,000
Apr
total
2
3
4
5
6
2083 0 2083 2083
1417 0 1417 1417
1583 0 1583 1583
1917 0 1917 1917
1583 0 1583 1583
1583 0 1583 1583
1917 0 1917 1917
1583 0 1583 1583
2167 0 2167 2167
833 0 833 833
1583 0 1583 1583
1583 0 1583 1583
1917 0 1917 1917
1500 0 1500 1500
1500 0 1500 1500
1833 0 1833 1833
1500 0 1500 1500
1500 0 1500 1500
Biaya Simpan /unit Jumlah Order
10000 134.81 1
10000 134.81 1
10000 134.81 1
10000 134.81 1
10000 134.81 1
10000 134.81 1
10000 134.81 1
10000 134.81 1
10000 134.81 1
10000 134.81 1
10000 134.81 1
10000 134.81 1
10000 134.81 1
10000 134.81 1
10000 134.81 1
10000 134.81 1
10000 134.81 1
10000 134.81 1
18
Biaya Order Biaya simpan
10000 -
10000 -
10000 -
10000 -
10000 -
10000 -
10000 -
10000 -
10000 -
10000 -
10000 -
10000 -
10000 -
10000 -
10000 -
10000 -
10000 -
10000 -
180,000 -
180,000
Biaya Total
Feb 7
1
2083
Jumlah pemesanan
Total Biaya
134.81
134.81
Lot Size : ( in Thousand ) Lead Time=3 day Min Stock: DESCRIPTION PERIODE Periode -4 -3 -2
Biaya Pemesanan Biaya Simpan
134.81
Total =
Pilihan
√
161
29583
pcs
29583 29583
pcs pcs
180,000
LOTTING
2
Polybag Bag RAN 1kg
`
Data Ongkos Biaya Pemesanan 5000 Biaya Simpan /unit 134.81
Requirement (per tonin Polybag ) :
25000 134.81
17000 134.81
19000 134.81
23000 134.81
19000 134.81
19000 134.81
23000 134.81
19000 134.81
26000 134.81
10000 134.81
19000 134.81
19000 134.81
23000 134.81
18000 134.81
18000 134.81
22000 134.81
18000 134.81
18000 134.81
134.81
134.81
134.81
134.81
134.81
134.81
134.81
134.81
134.81
134.81
134.81
134.81
134.81
134.81
134.81
134.81
134.81
8
9
10
26000 31880
10000 21880 22188
FOQ ( Fixed Order Quantity) 134.81 Polybag Bag RAN 1kg item code : 36359
Lot Size : ( in Thousand ) Lead Time=3 day Min Stock: DESCRIPTION PERIODE Periode -4 -3 -2 Net Requirement Project On Hand Planned Order Release Planned Order Receipt
Jan -1
0 22188
22188 22188 22188
D
16
Biaya Pemesanan Total Biaya Simpan
80,000 53,590,210
Total Biaya
53,670,210
2
3
4
5
6
25000 19376 22188 22188
17000 24564 22188 22188
19000 27752 22188 22188
23000 26940 22188 22188
19000 30128 22188 22188
19000 33316 22188 22188
23000 32504 22188 22188
19000 35692 22188 22188
22188
Mar 11 19000 25068
Apr 12
13
14
15
16
17
18
19000 6068 22188
23000 5256 22188 22188
18000 9444 22188 22188
18000 13632 22188 22188
22000 13820 22188 22188
18000 18008
18000 8
134.81 1
134.81 1
134.81 1
134.81 1
134.81 1
5000 708561
5000 1273146
5000 1837730
5000 1863074
5000 2427658
22188
total 355,000 pcs 355,008 pcs 355,008 pcs
22188
355000 x 12 4260000 1065000 per year 4 4 88750 per month
Jumlah pemesanan
Feb 7
1
Biaya Simpan /unit Jumlah Order Biaya Order Biaya simpan
22188 per week
134.81 1
134.81 1
134.81 1
134.81 1
134.81 1
134.81 1
134.81 1
134.81 1
134.81 1
134.81 1
5000 2991164
5000 2612079
5000 3311473
5000 3741247
5000 3631781
5000 4061556
5000 4491330
5000 4381864
5000 4811639
5000 4297743
134.81
2949643
134.81 1 5000 3379417
134.81
818027
134.81 16
1078 Total =
80,000 53,590,210 53,670,210
EOQ ( Economic Order Quantity) 134.81
134.81
134.81
134.81
134.81
134.81
134.81
134.81
134.81
134.81
8
9
10
19000 5356 25660 20528
26000 5016 20528 25660
10000 15544 20528 20528
134.81
134.81
134.81
134.81
134.81
134.81
134.81
134.81
Polybag Bag RAN 1kg item code : 36359
Lot Size : ( in Thousand ) Lead Time=3 day Min Stock: DESCRIPTION PERIODE Periode -4 -3 -2 Net Requirement Project On Hand Planned Order Release Planned Order Receipt
5132 20528 20528 5132 Q
Jumlah pemesanan
Jan -1
70
Biaya Pemesanan Total Biaya Simpan
349,805 25,918,031
Total Biaya
26,267,837
2DS h
Biaya Simpan /unit Jumlah Order Biaya Order Biaya simpan
0
1
2
3
4
5
6
25660
25000 21188
17000 4188 20528
20528
20528
19000 5716 20528 20528
23000 3244 20528 20528
19000 4772 20528 20528
19000 6300 20528 20528
2 x 355000 x 5000 134. 81
5132 134.81 5 25000 3459225
5132 134.81 4 20000 2856354
3550000000 134. 81
5132 134.81
564584
23000 3828 20528 20528
Mar 11 19000 17072 20528 20528
Apr 12
13
14
15
16
17
18
19000 18600 20528 20528
23000 16128 20528 20528
18000 18656
18000 656 25660
22000 4316 25660 25660
18000 11976 10064 25660
18000 4040
20528
10064
total 355,000 pcs 359,040 pcs 359,040 pcs
26333358 5132
5132 134.81 4 20000 770574
Feb 7
5132 134.81 4 20000 437324
5132 134.81 4 20000 643313
5132 134.81 4 20000 849303
162
5132 134.81 4 20000 516053
5132 134.81 4 20000 722042
5132 134.81 5 25000 676207
5132 134.81 4 20000 2095487
5132 134.81 4 20000 2301476
5132 134.81 4 20000 2507466
5132 134.81 4 20000 2174216
5132 134.81 4 20000 2515015
5132 134.81
88435
5132 134.81 5 25000 581840
5132 134.81 5 25000 1614485
5132 134.81 2
70
9805.14419 544632
349805 25,918,031
Total =
26,267,837
LOT for LOT Polybag Bag RAN 1kg item code : 36359
134.81
Lot Size : ( in Thousand ) Lead Time=3 day Min Stock: DESCRIPTION PERIODE Periode -4 -3 -2 Net Requirement Project On Hand Planned Order Release Planned Order Receipt
18
Biaya Pemesanan Total Biaya Simpan
90,000 -
Total Biaya
90,000
Metode MRP FOQ EOQ L for L
Biaya Total 53,670,210 26,267,837 90,000
134.81
134.81
134.81
134.81
Jan -1
25000
Jumlah pemesanan
134.81
Biaya Simpan /unit Jumlah Order Biaya Order Biaya simpan
0
134.81
Feb 7
134.81
134.81
134.81
8
9
10
134.81
134.81
134.81
134.81
134.81
Mar 11
12
13
14
15
134.81 `
134.81
Apr
1
2
3
4
5
6
16
17
18
25000 0 25000 25000
17000 0 17000 17000
19000 0 19000 19000
23000 0 23000 23000
19000 0 19000 19000
19000 0 19000 19000
23000 0 23000 23000
19000 0 19000 19000
26000 0 26000 26000
10000 0 10000 10000
19000 0 19000 19000
19000 0 19000 19000
23000 0 23000 23000
18000 0 18000 18000
18000 0 18000 18000
22000 0 22000 22000
18000 0 18000 18000
18000 0 18000 18000
355,000 355,000
134.81 1
134.81 1
134.81 1
134.81 1
134.81 1
134.81 1
134.81 1
134.81 1
134.81 1
134.81 1
134.81 1
134.81 1
134.81 1
134.81 1
134.81 1
134.81 1
134.81 1
134.81 1
18
5,000 0
5,000 0
5,000 0
5,000 0
5,000 0
5,000 0
5,000 0
5,000 0
5,000 0
5,000 0
5,000 0
5,000 0
5,000 0
5,000 0
5,000 0
5,000 0
5,000 0
5,000 0 Total =
Pilihan
√
163
total 355,000 pcs
90,000 90,000
CHEMICAL
164
165
166
167
168
- Untuk perhitungan beberapa material yang lain ditampilkan di halaman LAMPIRAN.
169
5.4
ANALISIS METODE MRP Dibawah ini adalah metode terbaik untuk metode perhitungan
( Material
Requirement Planning ) yang selanjutnya dapat digunakan oleh perusahaan sehingga mendapatkan biaya-biaya yang dikeluarkan menjadi serendah mungkin untuk perhitungan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan material bahan baku .
Dari hasil perhitungan dengan ke tiga metode MRP tersebut terdapat total biaya yang termurah untuk setiap jenis material yang dibedakan dari beberapa kategori , all : 1. Dari mana material tersebut didapat : Lokal , Lokal-Import dan Import 2. Lead Time mulai dari pesan sampai dengan barang dijadwalkan tiba . 3. Lot size : minimal order , Jumlah kemasan , container . 4. Minimum stock cover untuk safety stock
Berdasarkan biaya rata-rata untuk memperkirakan metode mana yang tepat dipakai untuk Pemesanan Material , sebelumnya harus memperhitungkan kemungkinan terjadi penyimpangan dari rencana dan sangat tidak diharapkan akan terjadi kegagalan kirim karena terjadi pengiriman barang yang tidak sesuai dengan specifikasi yang ditentukan (di –reject ) , sehingga material tidak cukup tersedia , akibatnya produksi tidak sesuai dengan rencana kerja . Untuk menghindari kemungkinan tersebut diatas terjadi , maka untuk pemesanan barang dengan memilih metode Lot for Lot yang terbaca sangat rendah biaya-nya tetapi dengan 170
berbagai resiko gagal produksi , maka harus dilakukan dengan selektif dan akurat dalam penggunaan metode Lot for Lot tersebut tidak dapat dilakukan untuk seluruh material , terutama untuk jenis material chemical karena dalam pemesanannya harus mengikuti jumlah lot size dari setiap jenis material tersebut.. Untuk mendapatkan pemilihan yang tepat dalam melakukan Pemesanan material
,
dengan segala kemungkinan terkecil akan gagal produksi , serta tetap mengikuti pembelanjaan sesuai Lot size , dan tetap menjaga stock cover dengan memasang batas minimal stock (jumlah ditentukan sesuai dengan Lead time ) .
Tabel 5.8
Analisis Biaya Pemesanan dan Penyimpanan
171
Dari tabel 5.8 Analisis MRP : Analisa Biaya Pemesanan-Penyimpanan dengan Metode FOQ , EOQ , Lot for Lot , didapat perbedaan dari masing-masing metode untuk pemesanan jenis material Packing dan material Chemical , adalah sebagai berikut :
o Metode FOQ : - Total biaya Pemesanan-Penyimpanan : Rp 21.783.752 ,-
- Perbedaan rata-rata penggunaan biaya :
37.4%
- Efisiensi berdasarkan pembiayaan
62.54%
:
o Metode EOQ : - Total biaya Pemesanan-Penyimpanan : Rp 24..935.643 ,-
- Perbedaan rata-rata penggunaan biaya :
42.88%
- Efisiensi berdasarkan pembiayaan
57.12%
:
o Metode L for L : - Total biaya Pemesanan-Penyimpanan : Rp 11.430.000,-
- Perbedaan rata-rata penggunaan biaya : - Efisiensi berdasarkan pembiayaan
:
19.66% 80.34%
Dengan membandingkan dari semua data hasil perhitungan tersebut diatas dan dengan memperhitungkan secara teori dalam pelaksanaan sebenarnya serta untuk menjaga dan memastikan bahwa perhitungan untuk ketersediaan Material Packing dan Chemical akan sangat kecil kemungkinannya menggagalkan rencana produksi yang sudah diatur sebelumnya , disarankan untuk menggunakan metode : Penggabungan Metode FOQ , EOQ , L for L dalam Pemesanan-Penyimpanan-nya . 172
Dalam pelaksanaan MRP , perusahaan memperhitungkan keberadaan material untuk suatu produksi yang terus-menerus
berkesinambungan sudah ditetapkan akan
mengambil resiko untuk tidak membatasi ketersediaan Bahan Baku dari beberapa jenis material yang dalam pengadaannya harus melalui Lead Time yang cukup panjang (ex Lokal Import dan ex Import ). Diharapkan tidak terjadi shortage (kehabisan ) bahan baku yang mengakibatkan stop produksi .
Analisa beberapa kelemahan dan keunggulan Metode MRP adalah sebagai berikut : -
Kelemahan Metode MRP : 1. MRP adalah yang selalu di prioritaskan , sementara kapasitas menjadi yang berikutnya
. Pada umumnya suatu produsen yang sebelumnya tidak
melakukan suatu rencana produksi dan pengaturan keberadaan material
tidak membuat
rencana dalam
maka dilakukan menentukan kapasitas-nya
terlebih dahulu . 2. MRP , Assumes lead tima are fixedand known , tetapi dalam yang dalam kenyataannya beban kerja dan Penjadwal material akan saling bergantung 3. MRP cenderung menentukan Lead Times lebih panjang yang estimasi konservatif (safe ) inventori stock-nya menjadi tinggi . 4. Tranfer Lot yang lebih kecil dari pada setiap production lots sebaiknya di hindarkan padahal cara ini sangat membantu perusahaan karena cara ini akan menurunkan WIP (Work in Process) dan Lead Times . 5. Masih membutuhkan System Pelaporan yang berlebihan . 173
Beberapa prospek MRP : 1. Keakurasian hasil perhitungan kebutuhan ketersediaan Material . 2. Menjalin kepercayaan antar bagian departemen untuk menjadi team work yang solid . 3. Mempermudah untuk merencanakan cash flow dan memperkirakan proyeksi cost dan Profit dari suatu rencana kerja berikutnya . Analisis penggunaan MRP adalah untuk mewujudkan keinginan perusahaan dapat melakukan suatu rencana kerja produksi yang optimum , efisien dan efektif dalam pengaturan kebutuhan bahan baku dan tidak terjadi pemborosan dalam pelaksanaan produksinya dengan harapan dapat meningkatkan profit perusahaan ..
174
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Setelah melakukan pengolahan data dan analisa , didapat kesimpulan sebagai berikut : 1. Dilakukan perhitungan perkiraan biaya pemesanan dan penyimpanan ketersediaan bahan baku dengan menggunakan beberapa metode yang sudah ada dan dipilih adalah dengan metode FOQ , EOQ dan LOT for LOT , 2. Dari hasil perhitungan tersebut sangat jelas dari metode mana biaya pemesanan dan penyimpanan kebutuhan ketersediaan lebih murah . 3. Pembiayaan yang paling tinggi adalah perhitungan dengan metoda FOQ mencapai Rp 21.783.752 ,175
Dan yang paling rendah adalah perhitungan dengan menggunakan metode LOT for LOT sekitar Rp 11.430.000 ,Dengan demikian perusahaan perlu meninjau kembali kebijaksanaan dalam pembelanjaan ketersediaan Bahan Baku untuk menggunakan metode LOT for LOT . 4. Perlu memperhitungkan lagi peramalan Rencana Produksi lebih hati-hati , karena sering terjadi perubahan rencana produksi pada periode yang sangat pendek yang mengakibatkan perubahan penjadwalan harus disesuaikan dengan rencana kerja, disisi lain akan merusak perencanaan kesiapan dari Supplier dalam hal kesiapan material pendukungnya.
SARAN 1.
Dengan produktivitas dan utilisasi mesin yang sangat baik diharapkan perusahaan berani untuk meningkatkan produksi dengan kapasitas output mesin .
semaximal mungkin sesuai
Dengan peningkatan output produksi , akan
juga menambah keuntungan bagi perusahaan , seperti dalam teorinya , Produksi mendapat hasil output yang sangat optimal sesuai kapasitas maximal dari mesin , sementara untuk penggunaan energy dan pemakaian tenaga kerja tetap akan mendapatkan efficiency dibanyak bagian sehingga perusahaan akan mendapat keuntungan yang lebih baik . 2. Perusahaan disarankan menggunakanm Metode Penggabungan ketiga 176
metode FOQ , EOQ dan L for L dalam perencanaan kebutuhan dan ketersediaan bahan bakunya
, dimana
pada metode tersebut interval dengan periode
pemesanannya yang bersifat konstan dan diharapkan dapat meminimasi biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan . 3. Perusahaan disarankan untuk tetap memperhatikan tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibility ) baik terhadap karyawan perusahaan sendiri dalam lingkungan perusahaan dan juga terhadap dampak proses produksi dan Finished Product-nya terhadap lingkungan hidup , dan dengan semua itu diharapkan perusahaan mempunyai performance dan kepercayaan dari konsumen .
Contoh Jenis Produk : Rinso Anti Noda 1 kg
177
178
DAFTAR PUSTAKA
1. Gasperz , Vincent , “Production Planning and Inventory Control , Jakarta , PT Gramedia Pustka Utama , September 1998 . 2. Makridakis , S . Steven C Wheelwright , Forecasting Methods for Management , 5 edition , New York , Jon Wiley and sons , 1992 3. Makridakis , S . Steven C Wheelwright and Victor E.Mc Gee , Forecasting Methods Application ,2 Edition ,New York , Jhon Wiley and Sons , 1993. 4. Oden HW ,Langewater G.A Lucier R.A , Hand book of Material and Capacity Requirement Planning , Mc Graw Hill , 1991 . 5. Sipper & Bulfin Jr., Production Planning , Control and Integrations , Mc Graw Hill , 1997 6. Biegel , Jhon E ,1992 , Pengendalian Produksi , Akademika Pressindo ,Jakarta .
179
DATA UMUM PERUSAHAAN
Sejarah dan Perkembangan Unilever Indonesia merupakan salah satu perusahaan multinasional UNILEVER GROUP yang menghasilkan product konsumsi terbesar di dunia . UNILEVER GROUP merupakan gabungan antara perusahaan Belanda , MargarineUnie dan perusahaan Inggris , Lever Brother’s . Nama Unilever sendiri diambil dari kedua perusahaan tersebut . Unilever Group ber kantor Pusat di London dan Rotterdam ., dan beroperasi di 75 negara di dunia .
Pada akhir tahun 1933 , Unilever Indonesia yang saat itu masih bernama Lever’s Zeepfabrieken NV , mulai memproduksi sabun batangan ber merk Tjap Tangan . Lokasi pabrik di Jl Tubagoes Angke Jakarta Utara . Produksi margarine dan minyak goreng pada tahun 1936 dengan mendirikan Pabrik Van Den Bergh’s Fabrieken NV di lokasi yang sama . Sehubungan dengan dilakukan diversivikasi terhadap product Dental Care dan Personal Care lainnya , maka pada Bulan November 1941 didirikan pabrik Maatschappij ter Expoitatie de Colibri Fabrieken NV di Surabaya .
Akibat perang dunia ke II , aktivitas produksi Unilever terhenti selama 2 tahun ( th 1942 s/d 1946 ) . Pada tahun 1948 NV Oliefabriek Archa dibeli oleh Unilever untuk mendukung stock minyak murni dalam produksi sabun , margarine , dan minyak goreng . Setelah tahun 1967 , situasi Indonesia mulai membaik dan menjadi awal perkembangan kehidupan politik , ekonomi dan sosial nasional . 180
Pemerintah Indoneisa mulai membangun kembali setiap sektor
, terutama sektor
ekonomi . Pemerintah Indonesia mengajak perusahaan-perusahaan swasta untuk bekerja sama dalam mengembangkan ekonomi . Hal ini di ikuti dengan kebijaksanaan pemerintah dengan mengeluarkan Undang-Undang Penanaman Modal Asing No: 1 tahun 1967 , sehingga investor swasta nasional dan asing dapat menanamkan modalnya . Pada tahun 1970 , Unilever Indonesia mengembangkan produksinya ke Divisi Home Care dengan memproduksi RINSO .
Unilever Indonesia akhirnya menjadi sebuah
Perusahaan Go Public pada th 1980 dan resmi bernama PT UNILEVER INDONESIA tbk . Selanjutnya seluruh aset perusahaan yang meliputi 4 perusahaan tersebut dilebur kedalam LEVER”S ZEEPFABRIEKEN dan 3 perusahaan lainnya di likuidasi dan berkantor pusat di Graha Unilever , Jl Jend. Gatot Subroto Kav 15 Jakarta Selatan . Sejak tahun 1981 PT Unilever Indonesia Tbk menjadi sebuah perseroan terbatas yang 85% sahamnya dimiliki oleh pihak swasta asing dan 15% dimiliki oleh pihak dalam negeri . Saat ini perusahaan terbagi menjadi 4 Divisi yg mengelola pemasaran produk-nya. Setiap Divisi memproduksi product masing-masing dan bertanggung jawab terhadap proses pemasarannya . Divisi-divisi tersebut meliputi : 1. Divisi FOOD’S yang meliputi Tea Based Bavarages (Tea Sari Wangidan Lipton) , Culinary ( Royco ) dan Spread Cooking Category ( margarine Blue Band ) . 2. Divisi
HOME CARE
Produksi Detergent adalah merupakan produksi
terbesar dan menghasilkan angka penjualan yang tertinggi bagi Unilever 181
Unilever Indonesia adalah sebagai produsen detergent pertama di Indonesia dan menjadi yang nomor satu . Product-product pembersih yang lainnya all : Sunlight Liquid , Molto Pelembut dan pewangi pakaian , Sunclin sebagai pemutih pakaian , serta product Personal Wash seperti Lux , Lifebuoy , Dove dll . 3. Divisi Ice Cream : WALL’S 4. Divisi Personal Care : -
Dental : Pepsodent , Close Up
-
Skin
: Rexona , Citra , Vaseline , Dove , Ponds
-
Hair
: Sunsilk , Clear
Pada tahun 1995 , pabrik NSD mulai membangun pabrik baru di daerah Cikarang , dan memulai konstruksi yang melibatkan : Konstruksi Sipil , Mekanik , Instrumen , dan Sulphonation Plant dan selesai dibangun 1996 dan tahun 1997 mulai berproduksi penuh 2500 ton / week . Mulai dari tahun 1997 s/d 2006 telah terjadi pengembangan kapasitas produksi sudah dapat mencapai 3500 ton / week .
Visi dan Misi PT Unilever Indonesia . a. Visi PT Unilever Indonesia PT Unilever Indonesia Vision: “ To be the first choice of customer and consumer” (Menjadi Pilihan Utama bagi para pelanggan dan konsumen ) . b. Misi PT Unilever Indonesia 182
PT Unilever Indonesia Mission: 1. Be the first and Best in meeting the needs and aspiration of customers (Menjadi yang Utama dan yang Terbaik di kelasnya dalam memenuhi kebutuhan dan aspirasi konsumen )
2. Be the closest in the market to customer and suppliers ( Menjadi yang terdekat dipasar bagi para konsumen dan supplier ) 3 Remove and Value–added activities from all process ( Menghilangkan seluruh kegiatan yang tidak berguna dari seluruh aliran proses ) 4 Gain job satisfaction for all ( Mencapai kepuasan kerja , baik untuk kepuasan karyawan maupun kepuasan konsumen secara menyeluruh ) 5. Aim for stretching targets for profitable growth and secure above average rewards for employees and shareholders ( Bertujuan untuk memperpanjang target pertumbuhan dan menjamin penghargaan terhadap tenaga kerja dan pemegang saham ) 6. Earn respect for integrity , care for comunity and enviroment -
(
Menghargai Integritas , peduli tehadap komunitas dan lingkungan ).
PT Unilever Indonesia tbk . juga menerapkan sistem manajemen ISO 9000 dan ISO 14000 . Sistem manajemen menunjuk kepada struktur organisasi dalam mengatur proses atau aktivitas yang mentransformasi input atau sumber daya menjadi product yang mememenuhi tujuan perusahaan , seperti memenuhi customer’s quality requirements , regulasi dan sejalan dengan lingkungan hidup . 183
ISO
merupakan sesuatu yang sifatnya Generic , yaitu standard yang sama dapat
diterapkan oleh : * setiap organisasi besar atau kecil * product barang dan jasa * dalam segala macam sektor * business enterprise , public administration bahkan pemerintah sehingga menjadi standard international yang sudah di implementasikan di seluruh dunia . ISO 9000 menjadi refensi dalam hal quality management dimana perusahaan harus memenuhi : * customer’s quality requirements dan * applicable regulatory requirements , untuk mencapai * customer satisfaction , dan * continual improvement . Sedangkan ISO 14000 berisi Sistem Managemant Kualitas Lingkungan yang menjadi referensi dalam memperlakukan lingkungan hidup , dimana perusahaan Ataupun organisasi harus memenuhi : * meminimasi dampak terhadap lingkungan akibat aktivitas organisasi * continual improvement Didalam bisnis saat ini bukan hanya sekedar menjual product kepada Customer , dalam era pasar bebas seperti sekarang dengan memiliki seperangkat peraturan adalah sangat penting guna memfasilitasi perdagangan . Selain merupakan kebutuhan menerapkan sistemmanajemen tersebut juga dibuktikan telah memberikan finansial , marketing , maupun regulatory .
184
keuntungan dari segi
Dengan berpedoman pada TPM , ISO 9000 dan ISO 14000 , PT Unilever Indonesia tbk berharap dapat memmenuhi visi , misi dan tujuan perusahaan , serta optimalisasi kerja seperti yang ditetapkan sebelumnya . Kebijaksanaan Perusahaan Kebijaksanaan yang diterapkan oleh PT Unilever Indonesia Tbk adalah sebagai berikut : 1. Memproduksi product berkualitas tinggi yang mampu bersaing secara lokal maupun global . 2. Meningkatkan pelayanan pelanggan dengan peningkatan flexibilitas Produksi . 3 Pengoperasian Perusahaan dengan standard kinerja dan produktivitas tertentu . 4
Mempertahankan pertumbuhan produksi yang menguntungkan dan terus berkembang .
Struktur Organisasi PT Unilever Indonesia Tbk , bersifat matriks yang terdiri dari beberapa Driving Forces ( Pengendalian Bisnis / Departemen Fungsional )
yaitu
Departemen Brand Development , Departemen Personal Care , Departemen Foods , Departemen Ice Cream , Departemen Home Care dan Customer Service serta enablers ( depatemen pendukung ) seperti Departemen Keuangan , Depertemen Human Resources (HRD ) , Pemasaran dan Penjualan . Departemen Human Resources Development ( HRD ) terdiri dari : 1. Industrial Relations Department 2. Learning Department 3. Organization Developtment Department 4. Medical Service Department 5. Remunaration Departement 7. Management Developtment Departement 185
. Kesejahteraan Karyawan PT Unilever Indonesia Tbk , sangat memperhatikan kesejahteraan dan keselamatan kerja dari seluruh karyawan . Hal ini diwujudkan dalam bentuk memberikan fasilitas-fasilitas jaminan sosial dan tunjangan-tunjangan yang diberikan kepada karyawannya , dimana perincian mengenai hal tersebut tertuang dalam “ Kesepakatan Kerja Bersama “ ( KKB ) yang dibuat oleh Serikat Pekerja (SPSI) unit PT Unilever Indonesia Tbk dan pihak perusahaan PT Unilever Indonesia Tbk . SPSI unit kerja PT Unilever Indonesia sudah berdiri sejak tahun 1970 dan bergabung menjadi anggota SPSI pada tahun 1982 . Dalam pelaksaan masalah Keselamatan Keja bagi seluruh karyawan PT Unilever Indonesia Tbk , dilakukan training bagi seluruh karyawan untuk mengikuti metode yang diterapkan dalam DUPONT SYSTEM .
Bahan Baku dan Produk PT Unilever Indonesia Tbk , khususnya pabrik NSD Cikarang memproduksi 2 – macam product family Non Soapy Detergent yaitu Rinso dan Surf dengan masingmasing product dan item size-nya . Jenis-jenis Rinso :
- Rinso Anti Noda 32 gr , 72 gr , 500 gr , 1 kg , 2 kg - Rinso Warna
30 gr , 1 kg , 2 kg
- Rinso Excel
1 kg
- Rinso Matic
1 kg , 3 kg 186
Jenis-Jenis Surf:
- Surf Clean Fresh 90 gr , 1 kg , 2 kg - Surf Lime Fresh
40 gr , 90 gr , 1 kg , 2 kg
Yang menjadi bahan utama untuk pembuatan sabun detergent adalah dipakai material bahan aktif yang disebut : Linier Alkyl Benzene Sulphonates ( LAS ) LAS tersebut sudah terukur tidak merusak / menimbulkan kerusakan lingkungan karena LAS adalah bahan aktif yang biodegradable ( zat yang mudah terurai -secara alami dan tidak menimbulkan pencemaran ) . Bahan-bahan dasar lain pembuatan Detergent all : 1.
Sodium Tripoly Phospate ( STPP ) , Fungsi : Memindahkan kotoran minyak dan kotoran lainnya secara efektif
2.
Soda Ash Dense ( SAD – Sodium Carbonat ), Fungsi : Menetralisir Acid slurry dan menjaga pencucian tetap dalam keadaan basa .
3.
Sodium Silicate , Fungsi : Mencegah korosi dan memiliki sifat emulsif yang dapat mengendapkan kotoran
4.
Tinopal ,Fungsi : sebagai optical whitening agent yang dapat menghilangkan Warna kekuningan pada kain dan memberi warna yang lebih cerah
5.
Parfume , Fungsi : Menutupi bau tajam detergent dan sebagai doedorizer serta membuat kain menjadi wangi .
Deskripsi Proses NSD Tahapan Proses yang dilakukan dalam pembuatan Non Soapy Detergent , 187
adalah sebagai berikut : 1. Pembuatan LAS ACID di Sulphonation Plant LAS ACID merupakan bahan dasar pembuatan detergent bubuk . Bahan ini diperoleh dari pencampuran
SO3 dan LAB . Gas SO3 diperoleh dari
pembakaran Sulphur yang mendapatkan gas SO2 kemudian direaksikan lagi dengan proses O2 untuk menjadi gas SO3 . 2. Pencampuran bahan-bahan baku Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan bubuk detergent dikelompokkan menjadi 2 jenis , yaitu :- Bahan baku padat dan cair . Jenis material padat all : Sodium Tripoly Phospate ,Sodium Sulphate , Calcite , Soda Ash Dense . Jenis material cair all : Sodium Silicate , Caustik , LAS Acid , Perfume . Pencampuran dilakukan dalam tanki mixer dengan sistem batch . 3. Pembuatan bubuk detergent Hasil dari pencampuran beberapa bahan baku dalam tangki mixer kemudian dialirkan ke holding tank yang mengatur proses batching menjadi proses kontinyu , dan diteruskan ke dalam deaerator untuk dipompakan dengan tekanan tinggi masuk ke Spray dryer . Dengan udara panas (air heater) dialirkan juga ke spray dryer dari arah berlawanan sehingga terjadi proses pengeringan semburan butir-butir lembab tersebut menjadi bubuk kering ( sebagai base powder ) . 4. Penangkapan debu detergent dari udara . 188
Debu detergent yang terbawa oleh udara dalam spray dryer ditangkap dengan alat dry cyclone dan kemudian diteruskan ke alat wet cyclone . Usaha penangkapan debu tersebut dilakukan untuk mencegah pencemaran udara luar oleh debu-debu detergent . 5. Post Dozing Bubuk detergent yang dihasilkan disebut sebagai Base Powder yang pada tahap berikutnya untuk menjadi Finished Product Powder Detergent masih harus melalui proses mixing dengan beberapa material yang sudah diatur komposisi-nya sesuai formula yang ditentukan antara lain : Soda Ash Dense , Enzym dan Perfume yang kemudian di lewatkan ke alat Fluidizer , sebagai alat untuk mempertahankan sifat bubuk detergentnya Sesuai specifikasi yang ditentukan . 6. Packing Setelah melalui proses Fluidisasi , powder detergent tersebut dialirkan ke Silo yang kemudian dikirim kebagian mesin-mesin Packing (pengepackan) Mesin-mesin pack yang digunakan adalah jenis HAMAC dengan menggunakan packing Reel Sachet dan jenis General Packer yang menggunakan packing Polybag ( kantong ) . Raw Material Store ( RMS ) Keberadaan Raw Material di RMS dibedakan dalam beberapa kategori : 1. Chemical Material 2. Packing Material , terdiri dari : Outer , Sachet , Polybag . 189
190
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Bambang Yoga Samekta
NIM
:0160312–039
Tempat & Tgl lahir
: Yogyakarta , 14 Juli 1954
Alamat
: Komplex Unilever A6 / 15 Meruya Selatan – Jakarta Barat 11650
Telepon
: 0 2 1- 5 8 5 0 4 8 1 08129941345
Hobby
: Tenis Lapangan , Tenis Meja , Renang
191