i
PERENCANAAN MODEL BISNIS INDUSTRI PREMIX KERNEL UNTUK FORTIFIKASI BERAS DI INDONESIA
MUJI BUDIONO
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
ii
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan Model Bisnis Industri Premix Kernel untuk Fortifikasi Beras di Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2016 Muji Budiono NIM F24110095
ii
ABSTRAK MUJI BUDIONO. Perencanaan Model Bisnis Industri Premix Kernel untuk Fortifikasi Beras di Indonesia. Dibimbing oleh SLAMET BUDIJANTO. Dewasa ini defisiensi mikronutrien seperti vitamin A, zat besi, idin dan zinc menjadi masalah penting bagi kesehatan manusia. Fortifikasi merupakan program yang dapat menjadi alternatif untuk mengatasi defisiensi mikronutrien. Fortifikasi zat besi telah dilakukan melalui vehicle beras. Namun perlu dilakukan komersialisasi melalui perancangan model bisnis. Perancangan model bisnis industri premix kernel meliputi 9 elemen bisnis model kanvas serta aspek teknis dan legalisasi. Elemen bisnis model adalah customer segments, value proposition, channels, customer relationships, revenue streams, key resources, key activities, key partners, dan cost structure. Pengembangan model bisnis dilakukan dengan test the problem dan test the solution. Verifikasi model bisnis mencakup elemen value proposition dan channels. Hasil penelitian menunjukkan bahwa value proposition dari industri premix kernel adalah memiliki nilai fungsional dan solutif untuk mengatasi anemia. Channels industri ini adalah toko retail, bisnisman dan agen pengiriman barang. Harga pokok produksi untuk premix kernel sebesar Rp30 708/kg. Berdasarkan analisis kelayakan finansial NPV proyek ini sebesar Rp 4 232 255 670, IRR 24.88 %, Net B/C 3.30, BEP Rp 1 379 999 999 dan Pay Back Periode 2.16 tahun. Hasil tersebut menunjukkan bahwa industri premix kernel layak untuk dikembangkan. Kata kunci: bisnis model kanvas, defisiensi zat besi, premix kernel, studi kelayakan
iii
ABSTRACT MUJI BUDIONO. Premix Kernel Industry Business Model for Rice Fortification in Indonesia. Supervised by SLAMET BUDIJANTO. Nowadays micronutrient deficiency such as vitamin A, iron, iodine and zinc becomes the crucial problem related to human health. Fortification is an alternative program to solve micronutrient deficiencies. Iron fortification has been carried out through the vehicle of rice. However, commercialization through business model designing should be performed. The business model of premix kernel industry's consist of 9 elements including technical and legalization aspects. Elements of business model were customer segments, value propositions, channels, customer relationships, revenue streams, key resources, key activities, key partners, and cost structure. Business model development was done by testing the problem and testing the solution. Verification of business model included value proposition and channels elements. The results of research showed that value proposition of premix kernel industry had functional value and solution-for anemia. Channels of this industry were retail stores, businessmen and delivery agent. Production cost of premix kernel is Rp 30 708 per kilograms. According to financial feasibility analysis, NPV of this project implementation Rp 4 232 255 670, IRR 24.88 %, Net B/C 3.30, BEP Rp 1 379 999 999 and Pay Back Periode 2.16 years. The results suggest that premix kernel industry business is feasible. Keywords: business model canvas, iron deficiency, premix kernel, feasibility study
iv
PERENCANAAN MODEL BISNIS INDUSTRI PREMIX KERNEL UNTUK FORTIFIKASI BERAS DI INDONESIA
MUJI BUDIONO
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
vi
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga tugas akhir dengan judul “Perencanaan Model Bisnis Industri Premix Kernel untuk Fortifikasi Beras di Indonesia” ini berhasil diselesaikan. Terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Slamet Budijanto, MAgr selaku dosen pembimbing utama atas bimbingan dan nasihatnya selama menjalankan perkuliahan hingga penyelesaian tugas akhir. Ir. Sutrisno Koswara, MSi dan M Syaefudin A, STP, MSi selaku dosen penguji atas arahan dan masukannya sehingga skripsi ini lebih baik. Bapak Wiryanto, Ibu Parsem, Mba Yudi, Mas Ludi, Mba Wati dan seluruh keluarga besar atas kasih sayang, doa dan dukungannya. Teman satu bimbingan Masita Ardi K dan Yustikawati yang telah membantu dan bekerja sama selama menyelesaikan tugas akhir. Para sahabat M Abdi Manaf Z, Randy Pramuditha A, Y Indramawan, Sarah Diana, Dewi Emilia, Mima Uasha, Sahabat Soka Buntu 16 (Aga, Muksin, Farid, Sandi, Ichsan, Hilman, Yos, Anggun, Ian, dan Brahma) serta teman-teman ITP angkatan 48 lainnya atas persahabatan, semangat dan dukungannya. Keluarga besar DPPI Himitepa yang selalu memberi semangat, keceriaan, kekeluargaan dan motivasi kepada penulis. Serta semua pihak yang telah membantu penulis secara langsung maupun tidak langsung. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan serta dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu dan teknologi. Bogor, Januari 2016 Muji Budiono F24110095
vii
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
Ruang Lingkup Penelitian
2
METODE
3
Waktu dan Tempat Penelitian
3
Proses Pembuatan Premix Kernel
3
Identifikasi Bisnis Model
3
Verifikasi Bisnis Model
3
Analisis Aspek Market
3
Analisis Finansial
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Teknologi Proses Pembuatan Premix Kernel
5
Identifikasi Bisnis Model
6
Hipotesis Elemen Bisnis Model Kanvas
10
Verifikasi Bisnis Model Kanvas
12
Analisis Market
15
Analisis Finansial
18
Kelayakan Bisnis Premix Kernel
19
SIMPULAN DAN SARAN
20
Simpulan
20
Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
21
LAMPIRAN
24
RIWAYAT PENULIS
41
viii
DAFTAR TABEL 1 Kebutuhan ruang industri premix kernel 2 Penentuan harga pokok produksi 3 Analisis kelayakan usaha
8 19 20
DAFTAR GAMBAR Ilustrasi Aktivitas Perusahaan 7 Desain layout industri premix kernel 7 Line produksi premix kernel 9 Hipotesis bisnis model kanvas industri pemix kernel 12 Presentase intensitas pembelian responden terhadap produk pangan fungsional 13 6 Presentase tingkat kepentingan aspek teknologi dalam keputusan pembelian 13 7 Hasil uji solusi program fortifikasi zat besi terhadap beras menurut responden 14 8 Data hasil perbandingan harga jual sesuai pendapat responden 15 9 Bisnis Model Kanvas Industri Premix Kernel di Indonesia (Osterwalder dan Pigneur 2015) 17 10 Arus distribusi premix kernel 18 1 2 3 4 5
DAFTAR LAMPIRAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Mesin dan Peralatan Daftar Responden Pertanyaan Wawancara Asumsi dasar perencanaan bisnis Perkiraan biaya investasi Perkiraan biaya produksi Perkiraan biaya overhead Proyeksi laba rugi Laporan arus kas Angsuran Modal Profil harga pokok produksi
24 27 29 33 34 35 35 36 38 40 40
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Undang-undang Pangan Nomor 18 tahun 2012 tentang pangan menyebutkan bahwa “Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya merupakan hak asasi setiap rakyat Indonesia senantiasa tersedia cukup setiap waktu, aman, bermutu, bergizi, dan beragam dengan harga terjangkau oleh daya beli masyarakat”. Berdasarkan definisi tersebut pangan tidak hanya aspek kuantitatif namun juga kualitatif. Aspek kualitatif erat kaitannya dengan komponen gizi yang terkandung dalam makanan. Permasalahan pangan di dunia masih banyak ditemukan. World Health Report menyatakan bahwa masalah defisiensi mikronutrien di dunia cukup besar dan beresiko bagi kesehatan manusia. Kasus defisiensi mikronutrien terus berkembang dan menjadi masalah kesehatan yang cukup penting. Defisiensi mikronutrien terbesar yaitu vitamin A, zat besi, iodin dan zinc. Salah satu defisiensi mikronutrien yang cukup besar di Indonesia adalah defisiensi zat besi yng menyebabkan anemia gizi besi (AGB). Menurut FAO dan WHO (2006), lebih dari 2 milyar penduduk di dunia beresiko anemia gizi besi. Kasus anemia gizi besi banyak terjadi di negara berkembang. Anemia besi dapat menyebabkan kelelahan yang berdampak pada rendahnya produktivitas kerja (Dexter 1998). Oleh karena itu, diperlukan peningkatan status gizi masyarakat dengan melakukan modifikasi makanan dan penerapan teknologi yang dapat diterima masyarakat luas. Fortifikasi mikronutrien pada produk pangan dapat menjadi alternatif untuk memecahkan masalah defisiensi mikronutrien melalui makanan pembawa (vehicles) (Schmidl dan Theodore 2000). Fortifikasi ditujukan untuk mempertahankan dan memperbaiki kualitas gizi pada makanan dengan peran utama pencegahan defisiensi (Siagian 2003). Fortifikasi zat besi merupakan salah satu fortifikasi yang bersifat wajib (mandatory) sesuai peraturan pangan di Indonesia untuk mengatasi permasalahan defisiensi zat gizi. Hal ini telah diterapkan pada produk tepung terigu (BPOM 2004). Program fortifikasi zat besi telah banyak dilakukan pada produk pangan pembawa (vehicles) yang disesuaikan dengan pola makan penduduk setempat seperti tepung, minyak dan lainnya (Soekirman 2011). Namun untuk efektivitas fortifikasi yang dapat diterima oleh masyarakat luas harus dilakukan dengan produk yang sering dikonsumsi. Beras merupakan bahan pangan yang paling banyak dikonsumsi di masyarakat sehingga memudahkan pelaksanaan program fortifikasi. Selain itu beras memenuhi syarat sebagai makanan pembawa (vehicle). Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam fortifikasi pangan seperti harus merupakan makanan pokok ataupun makanan yang sering dikonsumsi penduduk, dapat tetap mempertahankan sifat organoleptik makanan pembawa/vehicle (rasa, warna ,tekstur dll) setelah proses fortifikasi, adanya monitoring yang tegas terhadap pelaku fortifikasi, strategi kerjasama yang konkrit antara pemerintah, non pemerintah dan swasta serta perlu peraturan untuk mendukung fortifikasi (Miller dan Ross 2013, Untoro 2000) Fortifikasi mikronutrien dapat dilakukan dengan dusting, coating, dan ekstrusi (premiks kernel). Metode fortifikasi dengan cara dusting dan coating
2
memiliki kelemahan yaitu mikronutrien mudah hilang karena pencucian dan pemasakan (Mannar dan Callego 2002). Teknologi hot extrusion dipilih karena menghasilkan kualitas produk yang lebih baik, biaya murah dan sederhana (Beinner et al. 2009). Hot extrusion membutuhkan suhu tinggi dalam prosesnya untuk menggelatinisasi pati dari adonan (Akdogan 1999). Fortifikasi dengan menggunakan teknologi ekstrusi sering disebut dengan premix kernel. Premix kernel merupakan butiran menyerupai beras yang mengandung mikronutrien. Karena dalam bentuk beras merupakan keuntungan tersendiri yaitu dapat meningkatkan nilai gizi tanpa mengubah kebiasaan konsumsi pangan (Kunz 2009). Teknologi beras fortifikasi perlu dikomersialisasi untuk memperluas populasi sasaran. Hal tersebut perlu dukungan organisasi internasional maupun pemerintahan (Miller dan Ross 2013). Uji coba produksi premix kernel telah dilakukan di berbagai negara seperti China, Philipina, Mexico dan India (USAID 2008). Pun demikian dilakukan di Indonesia. Namun perlu dilakukan penerapan model bisnis dan industrialisasi beras premix kernel untuk skala yang lebih besar. Perancangan bisnis model merupakan media untuk menghasilkan konsep produk yang tepat. Bisnis model kanvas digunakan sebagai alat bantu untuk mengorganisasikan ide bisnis untuk mendapatkan konsep produk yang sesuai (Osterwalder dan Pigneur 2010). Penelitian ini akan membahas perencanaan bisnis model industri premix kernel di Indonesia yang mencakup aspek pendirian pabrik dan aspek pasar industri. Perumusan Masalah Uji coba fortifikasi zat besi dilakukan pada beras dengan pembuatan premix kernel. Premix kernel dibuat dengan teknologi hot extrusion. Diperlukan pengembangan dan perencanaan bisnis model untuk industri premix kernel di Indonesia. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menentukan bisnis model industri premix kernel di Indonesia dan mengubah menjadi bisnis model terverifikasi yang tepat. Tujuan lain dari penelitian ini adalah merancang pengembangan bisnis produk premix kernel sehingga dapat diaplikasikan untuk mendirikan industri. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan start up model bisnis untuk pengembangan bisnis premix kernel dan dapat dijadikan salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan defisiensi mikronutrien di Indonesia. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi perencanaan bisnis model industri premix kernel serta pengembangan bisnis produk.
3
METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kampus Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor, Jawa Barat pada bulan Mei 2015 hingga Agustus 2015. Proses Pembuatan Premix Kernel Proses pembuatan premix dilakukan tiga tahap yaitu mixing, ekstrusi, dan pengeringan. Pembuatan premix kernel dilakukan dengan metode hot extrusion dengan tujuan untuk menghindari kehilangan mineral akibat efek pencucian dan pemasakan. Premix kernel dibuat dari formula tepung beras dengan campuran gliseril monostrearat 1 %, air 45 % serta campuran mikronutrien (mineral besi, vitamin B1, niacin, asam folat, vitamin B12 dan zinc) 6.5 %. Kemudian dilakukan ekstrusi pada set suhu 80 oC. Pengeringan dilakukan dengan continous dryer selama 15 menit. Identifikasi Bisnis Model Langkah awal dalam perancangan bisnis model adalah dengan memperhatikan aspek teknis yang meliputi lokasi, komposisi, area produksi, teknologi, proses produksi dan tata letak. Serta aspek legal yang mencakup business licences dan building permits (Nurmalina et al. 2010). Bisnis model dibuat untuk mengorganisasikan suatu produk untuk menggagas bisnis di tingkat abstrak untuk kemudian diuji di tingkat nyata. Penentuan bisnis model diawali dengan menentukan 9 elemen bisnis model yaitu Customer segments, Value proposition, Channels, Customer relationships, Revenue streams, Key Resources, Key Activities, Key partners, dan Cost structure (Osterwalder & Pigneur 2015). Bisnis model ditentukan secara deskriptif dan kualitatif (Tjitradi 2015). Pengumpulan data awal dilakukan melalui telaah pustaka. Verifikasi Bisnis Model Verifikasi bisnis model dilakukan dengan mengumpulkan informasi dari konsumen. Metode pengumpulan informasi yang digunakan adalah metode focus group interview (Purba 2009). Metode ini mencakup pengambilan data melalui kuesioner maupun wawancara. Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah 50 orang. Analisis Aspek Market Analisis market yang dilakukan mencakup bauran pemasaran yaitu aspek 4P (Price, Product, Promotion, dan Place) dan STP (Segmentation, Target, dan Positioning).
4
Analisis Finansial Analisis finansial diperlukan untuk melihat kelayakan usaha suatu industri dari sisi ekonomi. Parameter yang digunakan adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Payback Periode (PBP), Breack Event Point (BEP) dan Net Benefit Ratio (B/C) (Nurmalina et al. 2010). Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) merupakan metode untuk mengukur perbedaan nilai investasi sekarang dengan biaya dari masa yang akan datang. Formulasi menghitung NPV adalah: 𝑛
NPV = ∑
𝐵𝑡 − 𝐶𝑡 (1 − 𝑖)𝑡
𝑡=0
Keterangan: Bt = Keuntungan pada tahun ke t Ct = Biaya pada tahun ke t t = Tahun kegiatan usaha i = Discount rate (%) Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat diskon yang menghasilkan nilai NPV sama dengan nol. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: 𝐼𝑅𝑅 = 𝑖1 +
𝑁𝑃𝑉1 × (𝑖2 − 𝑖1 ) 𝑁𝑃𝑉1 − 𝑁𝑃𝑉2
Keterangan: i1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif i2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif NPV1 = NPV positif NPV2 = NPV negatif Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net B/C merupakan rasio antara jumlah present value yang bernilai positif dengan jumlah present value yang bernilai negatif. Bisnis dinyatakan layak apabila memiliki Net B/C lebih besar dari satu dan dinyatakan sebaliknya apabila nilainya kurang dari satu. Secara umum dirumuskan sebagai berikut: 𝐵 −𝐶
∑𝑛𝑡=1 𝑡 𝑡𝑡 (𝐵 − 𝐶 ) > 0 𝐵 (1+𝑖) 𝑡 𝑡 𝑁𝑒𝑡 = 𝐵𝑡 −𝐶𝑡 = (𝐵 − 𝐶 ) < 0 𝑛 𝐶 𝑡 𝑡 ∑𝑡=1 𝑡 (1+𝑖)
Keterangan: Bt = Keuntungan pada tahun ke t
5
Ct t i
= Biaya pada tahun ke t = Tahun kegiatan usaha = Discount rate (%)
Pay Back Period (PBP) Pay Back Period (PBP) merupakan perhitungan waktu yang digunakan untuk mengembalikan investasi awal. Secara matematis, PBP dapat ditentukan dengan rumus berikut: 𝑃𝐵𝑃 = 𝑛 +
𝑚 (𝐵𝑛+1 − 𝐶𝑛+1 )
Keterangan; n = periode investasi pada saat nilai kumulatif Bt-Ct negatif yang terakhir m = nilai kumulatif Bt-Ct negatif yang terakhir Bn = manfaat bruto pada tahun ke-n Cn = biaya bruto pada tahun ke-n Break Even Point (BEP) Break Even Point (BEP) merupakan titik dimana nilai usaha tidak menderita kerugian. Total biaya produksi sama dengan total pendapatan atau sering disebut dengan titik impas. Secara matematis dapat dirumuskan: 𝐵𝐸𝑃 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑂𝑛𝑔𝑘𝑜𝑠 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝 1−
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑂𝑛𝑔𝑘𝑜𝑠 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛
HASIL DAN PEMBAHASAN Teknologi Proses Pembuatan Premix Kernel Teknologi hot extrusion digunakan dalam pembuatan premix kernel untuk program fortifikasi beras. Hot extrusion dilakukan dengan melewatkan adonan tepung beras, campuran bahan fortifikasi, dan air melewati ekstruder ulir kemudian dipotong dengan cutter pada ekstruder menjadi butiran beras artifisial. Teknologi hot extrusion dipilih karena lebih efektif. Mineral yang difortifikasi lebih homogen dan tidak mudah tereduksi. Suhu yang digunakan pada proses ini adalah 70o – 110 o C yang bersumber dari jaket pemanas. Teknik pembuatan beras ekstrusi telah banyak diaplikasikan sebelumnya di China dan Philipina (USAID 2008). Ekstruder yang digunakan dalam proses pembuatan beras artifisial ini adalah ekstruder ulir ganda (twin-screw extruder). Pembuatan premix kernel dilakukan dengan metode yang sama seperti pembuatan beras artifisial. Pembuatan beras artifisial meliputi persiapan bahan, pencampuran, ekstrusi dan pengeringan. Bahan yang digunakan adalah tepung beras, air 45 %, gliseril monostearat (GMS) 1 %, dan campuran mikronutrien 6.5 %.
6
Fortifikan yang digunakan terdiri dari mineral besi, vitamin B1 (thiamin), niacin, asam folat, vitamin B12, dan zinc. Tahap pertama dilakukan pencampuran bahan kering selanjutnya ditambahkan air hingga merata. Tahapan mixing dilakukan hingga semua bahan homogen yaitu selama 15-20 menit. Tahap berikutnya dilakukan proses ekstrusi pada suhu 80 oC. Setelah proses ekstrusi selesai, tahap selanjutnya adalah pengeringan dengan continous dryer suhu 50 oC hingga kadar air mencapai 13 % selama 15 menit. Produk premix kernel dapat disalurkan dalam dua bentuk yaitu beras fortifikasi dan premix kernel. Beras fortifikasi adalah beras biasa ataupun beras lokal (non-fortified) yang dicampur premix kernel dengan perbandingan 100:1 (Matthias 2008, de Pee 2014). Premix kernel merupakan campuran vitamin dan mineral yang berbentuk butiran beras. Perbandingan 100:1 dilakukan agar biaya produksi tidak terlalu tinggi dan dapat diterima konsumen. Harga yang tidak terlalu tinggi menjadi salah satu keunggulan selain keunggulan gizinya (Matthias 2008). Identifikasi Bisnis Model Bisnis model menjelaskan tentang pemikiran dasar suatu industri/oganisasi didirikan. Melalui bisnis model dapat dilihat bahwa suatu nilai/produk dapat diproduksi dan menjamin target konsumen memiliki akses terhadap produk. Bisnis model dapat digunakan sebagai alternatif strategi perusahaan dalam menentukan kelayakan usaha. Dalam mendesain bisnis model perlu diperhatikan aspek-aspek penting terkait pasar seperti aspek teknis, legalitas dan lingkungan. Aspek Teknis Aspek teknis merupakan aspek yang berkaitan dengan penggunaan teknologi maupun kondisi lingkungan yang berhubungan dengan proses produksi (Hadiguna 2009). Salah satu aspek penting dalam pengembangan bisnis adalah penentuan lokasi industri. Lokasi yang strategis dapat berpengaruh terhadap efisiensi dan efektivitas perusahaan. Industri premix kernel ini akan dilokasikan di Kawasan Industri Karawang, Jawa Barat, Indonesia. Pembangunan industri di kawasan industri dilakukan karena terkait dengan aspek lingkungan dan legalitas pertimbangan lain adalah terkait ketersediaan bahan baku, sumber energi listrik danair, tenaga kerja serta transportasi. Menurut Apple (1977) yaitu penyederhanaan proses kepemilikan dan masalah pembagian wilayah, kemudahan peizinan, dan masalah utilitas.
7
Gambar 1 Ilustrasi Aktivitas Perusahaan
Gambar 2 Desain layout industri premix kernel Keterangan: A = Sumber air B = Penyimpanan bahan baku C = Line produksi D = Laboratorium E = Ruang pengemasan F = Ruang penyimpanan produk G = Penanganan limbah H = Toilet
8
I J K
= Mushola = Kantor = Parkir area Tabel 1 Kebutuhan ruang industri premix kernel
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Ruang Ruang Produksi Gudang bahan baku Laboratorium Ruang pengemasan Ruang penyimpanan Toilet Mushola Kantor Parkir area
Dimensi (m2) 30 x 15 10 x 6 10 x 6 10 x 6 10 x 6 5x5 7x5 7 x 10 15 x 10
Aspek teknis yang lain adalah rancangan pabrik. Perlu dilakukan penyusunan tata letak agar produksi lebih efektif dan efisien. Tata letak dapat ditentukan berdasarkan proses maupun produk. Pada kasus ini sistem yang digunakan adalah tata letak berdasarkan produk. Hal tersebut karena mesin dan peralatan disusun untuk satu lini produk dan digunakan oleh satu produk dengan skala yang besar. Gambar 1 dan 2 menunjukkan perencanaan ruang dan perlengkapan perusahaan. Tata ruang perusahaan terdiri dari tiga fasilitas utama yaitu fasilitas produktif, non produktif dan pendukung (Griffin dan Ebert 2006). Bagian yang termasuk fasilitas produktif ialah ruang produksi, gudang bahan baku, dan laboratorium. Fasilitas non produktif dalam perencanaan adalah ruang pengemasan dan penyimpanan. Sedangkan fasilitas pendukung yang disediakan adalah kantor, toilet, area parkir dan mushola. Penentuan tata letak atau aliran bahan perlu dipertimbangkan dalam pendirian industri (Machfud dan Agung 1989). Sistem tata letak yang digunakan pada produksi beras fortifikasi adalah sistem garis lurus (straigth line) atau one stage production. Pola aliran garis lurus banyak diaplikasikan pada proses produksi yang pendek (Mahfud dan Agung 1989). Model ini digunakan karena operasi yang digunakan cukup sederhana dan tidak membutuhkan banyak peralatan dan sedikit komponen. Model ini juga cukup banyak diaplikasikan pada industri (Gibson et al. 1995).
9
Gambar 3 Line produksi premix kernel Aspek legalitas dan lingkungan Aspek legalitas dibutuhkan untuk memastikan kelayakan suatu industri dijalankan. Karena jika industri tidak layak dijalankan dapat diberhentikan oleh pihak berwenang. Aspek legalitas mencakup hukum yang mengatur tingkah laku usaha. Sebelum melakukan kegiatan usaha, perusahaan berkewajiban untuk memenuhi dokumen penunjang usaha untuk melindungi perusahaan. Dokumen yang dibutuhkan seperti izin lokasi, izin mendirikan bangunan (IMB), dan pajak bangunan. Aspek legal lainnya yang pelru dilakukan terkait peredaran produk yaitu perizinan dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan). Pendaftaran produk pangan ke BPOM dilakukan secara manual dengan mengisi formulir dan melakukan pembayaran Rp 3 000 000 untuk mendapatkan nomor registrasi MD (produk dalam negeri). Berikut merupakan persyaratan pendaftaran nomor registrasi MD: 1. Sertifikat / Pendaftaran Merek 2. Sampel 3. Komposisi 4. Proses Produksi 5. Spesifikasi Kemasan dan Bahan Baku 6. Hasil Laboratorium produk 7. PSB Pemeriksaan Sarana Balai (dari BPOM Setempat) 8. Foto copy KTP Direktur 9. Foto copy Akta Pendirian Perusahaan 10. Foto copy Domisili, NPWP, SIUP, TDP 11. Foto copy Ijin Usaha Industri / Tanda Daftar Industri (untuk MD) 12. Foto copy Undang-undang Gangguan (untuk MD) (BPOM 2015). Aspek lingkungan dibutuhkan untuk kelayakan pelaksanaan industri dari segi keamanan lingkungan. Studi aspek lingkungan meliputi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) untuk menduga adanya dampak lingkungan dari kegiatan perusahaan. AMDAL perlu diperhatikan sesuai PP nomor 27 Tahun 1999 Pasal 1 mengenai dampak besar suatu rencana usaha terhadap lingkungan. Arti lain
10
analisis dampak lingkungan adalah teknik untuk menganalisis proyek yang dijalankan mencemari lingkungan atau tidak mencemari (Kasmir dan Jakfar 2010). Hipotesis Elemen Bisnis Model Kanvas Bisnis model kanvas merupakan media yang disusun untuk menggagas ide bisnis dan biasa digunakan oleh pemula usaha (start-up) untuk fokus pada pengembangan nilai secara efektif dan efisien. Terdapat sembilan elemen pada bisnis model kanvas. Berikut merupakan hipotesis awal bisnis model kanvas industri premix kernel: Customer segments Customer merupakan pihak yang memberikan kontribusi dalam hal peningkatan pendapatan bagi perusahaan. Elemen ini merupakan sasaran yang ingin dijangkau oleh perusahaan. Hipotesis awal customer segments industri premix kernel ini adalah masyarakat indonesia secara luas. Namun terdapat sasaran khusus ialah masyarakat yang menderita anemia gizi besi (AGB). Kalangan masyarakat kelas menengah ke atas yang peduli terhadap pangan kesehatan juga menjadi sasaran produk premix kernel. Value proposition Elemen ini menggambarkan solusi ataupun keunggulan produk. Tujuan utamanya adalah kepuasan konsumen. Proporsi nilai merupakan gabungan dari manfaat dan keunggulan perusahaan yang ditawarkan kepada konsumen (Osterwalder dan Pigneur 2010). Produk premix kernel ini memiliki keunggulan teknologi dan nilai fungsional. Premix kernel ini dibuat dengan teknologi yang sama dengan beras artifisial yaitu menggunakan teknologi hot extrusion. Nilai fungsional yang didapat dari produk ini adalah memiliki kadar zat besi lebih tinggi dari beras pada umumnya sehingga dapat dikonsumsi oleh penderita anemia besi ataupun untuk mencegahnya. Channels Elemen ini menggambarkan komunikasi perusahaan dengan customer. Channels mencakup sarana komunikasi, distribusi dan pemasaran. Channels merupakan cara bagaimana perusahaan dapat menyampaikan nilai proporsi (value proposition) kepada customer. Channels bagi premix kernel ini dapat dilakukan dua cara yaitu secara langsung ataupun tidak langsung. Pemasaran secara langsung dapat dilakukan di tempat-tempat perbelanjaan seperti retailer (Alfamart, Indomaret, Giant dan lainnya), maupun Farmer market. Ataupun dapat melalui program pemerintah seperti beras raskin untuk sasaran masyarakat miskin. Selain itu dapat pula dikenakan konsep “B to B” atau business to business. Media tidak langsung seperti menggunakan media sosial ataupun situs belanja online maupun iklan online. Kemudahan mendapatkan produk merupakan salah satu channel utama.
11
Customer Relationships Elemen ini merupakan usaha yang dilakukan oleh pihak perusahaan untuk menjaga hubungan baik dengan konsumen. Hubungan konsumen dapat dibangun dengan tiga prinsip menurut Blank dan Dorf (2012) yaitu “Get, Keep, and Grow”. Get digunakan untuk mendapatkan konsumen yang dilakukan dengan promosi berbagai media seperti iklan melalui media massa. Keep dengan cara menjaga kontak dengan kosumen melalui layanan konsumen. Grow dengan mempermudah akses pembelian dan distribusi produk. Revenue Streams Revenue streams merupakan elemen yang cukup vital. Elemen ini menggambarkan uang tunai yang didapatkan oleh perusahaan. Pendapatan yang dihasilkan oleh industri premix kernel ini berasal dari penjualan langsung maupun tidak langsung kepada konsumen. Revenue streams yang diharapkan adalah penjualan produk langsung maupun dengan cara berlangganan. Dalam satu tahun diperkirakan mendapat pemasukan dari produksi 486 ton/tahun dengan harga Rp 400/10 gram premix kernel atau Rp 40 943.67 per kilogram. Key Resources Key resources merupakan elemen yang meggambarkan aset-aset ataupun sumber daya yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan value proposition yang ditawarkan serta meningkatkan pendapatan. Sumber daya dapat berupa sumber daya finansial seperti modal. Sumber daya investasi berupa peralatan dan bahan baku. Serta sumber daya intelektual berupa formulasi produk. Key Activities Key activities merupakan aktivitas-aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk menunjang keberhasilan perusahaan dalam mewujudkan value proposition. Aktivitas yang penting dalam bisnis premix kernel ini adalah pengelolaan bahan baku dan supply chain untuk menjaga ketersediaan bahan baku. Selain itu juga dilakukan penelitian untuk mendapatkan produk yang optimal. Serta peningkatan pemasaran dengan berbagai media. Untuk mendapatkan kepuasan dan kepercayaan konsumen, perusahaan perlu melakukan sertifikasi seperti Halal dari LPPOM MUI dan HACCP. Key Partnership Key partnership merupakan mitra kerja sama dalam menjalankan perusahaan. Perusahaan membentuk mitra dengan tujuan mengoptimalkan model bisnis dan memperoleh sumber daya. Partnership dapat meningkatkan performa perusahaan. Menjalin kerja sama dengan partner (supplier) dapat menekan biaya produksi (Dewobroto 2013). Mitra kerja produk premix kernel adalah supplier mikronutrien, BULOG dan Balai Penelitian Pasca Panen. Banyak studi yang menganjurkan bahwa kerja sama supplier dan pengembangan produk menghasilkan dampak positif bagi industri (Bombaywala dan Andra 2014). Cost Structure Struktur biaya menggambarkan semua biaya yang dikeluarkan dalam mengoperasikan model bisnis. Struktur biaya meliputi biaya investasi, biaya
12
produksi, dan biaya operasional. Struktur biaya diperlukan untuk membentuk value yang dapat diterima konsumen. Selain itu dibutuhkan pula biaya promosi untuk meningkatkan pasar. Key Partners - Supplier mikronutrien - Perum BULOG - Balai Penelitian Pasca Panen
Key Activities - Pengelolaan bahan baku untuk menjaga ketersediaan bahan - Penelitian dan pengembangan produk - Pemasaran - Sertifikasi
Value Customer Customer Proposition Relationships Segments Memiliki - Promosi di Masyarakat nilai berbagai media Indonesia teknologi dan - Komunikasi secara nilai konsumen umum atau fungsional melalui secara (fortifikasi layanan khusus besi) dan konsumen adalah solutif untuk - Mempermudah masyarakat mengatasi akses kelas anemia gizi pembelian menengah besi (AGB) produk ke atas yang peduli akan Key Resources Channels kesehatan - Finansial untuk - Toko retailer dan orang modal - Industri - Investasi - Farmer Market yang berupa - Program raskin menderita anemia gizi peralatan dan pemerintah besi (AGB) bahan baku - Intelektual berupa pengembangan produk Cost Structure Revenue streams - Biaya Investasi Penjualan produk secara langsung dan melalui - Biaya produksi biaya distribusi berlangganan - Biaya promosi untuk pemasaran Gambar 4 Hipotesis bisnis model kanvas industri pemix kernel Verifikasi Bisnis Model Kanvas Pengujian Masalah Tahap lanjutan dari pembuatan hipotesis bisnis model adalah pengujian masalah. Tahap ini dilakukan melalui survei/wawancara kepada 50 responden calon pembeli untuk menguji model bisnis yang dilakukan (Blank dan Dorf 2012). Pengujian masalah dilakukan untuk memverifikasi hipotesis awal dari bisnis model serta untuk mendapatkan informasi pengetahuan responden terhadap produk. Berdasarkan wawancara yang dilakukan ditemukan bahwa sebanyak 22 % responden sering mengonsumsi produk pangan fungsional, 54 % di antaranya kadang-kadang dan sisanya menyatakan tidak pernah mengonsumsi. Betoret et al.
13
(2011) menyatakan bahwa dalam satu dekade terakhir kepedulian manusia terhadap kesehatan meningkat. Konsumen mulai percaya bahwa makanan dapat mempengaruhi tingkat kesehatan.
22%
24%
Sering Kadang-kadang Tidak Pernah/Tidak Tahu
54%
Gambar 5 Presentase intensitas pembelian responden terhadap produk pangan fungsional Berdasarkan informasi intensitas pembelian diperoleh calon konsumen potensial untuk melanjutkan uji masalah. Uji masalah lanjutan ini ditemukan masalah pada elemen bisnis model yaitu value proposition. Hipotesis awal menyatakan bahwa value proposition produk premix kernel adalah nilai fungsional dan aspek teknologi. Value proposition pertama adalah nilai fungsional produk. Dalam wawancara ini uji masalah mengarahkan konsumen terhadap program yang solutif untuk mengatasi masalah defisiensi zat besi terkait dengan nilai fungsional produk. Responden menyatakan bahwa program fortifikasi zat besi pada beras lebih solutif dalam mengatasi defisiensi zat besi. Nilai proporsi terkait aspek teknologi diuji dengan melihat tingkat kepentingannya terhadap keputusan pembelian. Setelah dilakukan uji masalah didapatkan value proposition berupa aspek teknologi tidak terlalu berpengaruh. Berdasarkan tingkat kepentingan dalam keputusan pembelian, teknologi tidak terlalu penting sehingga dapat dihilangkan dari value proposition.
0% 0% 16% Sangat penting 38%
Penting Cukup penting Tidak penting 46%
Sangat tidak penting
Gambar 6 Presentase tingkat kepentingan aspek teknologi dalam keputusan pembelian
14
Hasil pengujian masalah pada poin channels dapat dipertahankan yaitu dengan melakukan penjualan di berbagai retailer (Giant, Alfamidi, Indomaret dan lainnya). Selain itu dengan konsep “B to B” memudahkan pemasaran produk. Hal ini terkait dengan tingkat kepentingan lokasi untuk mendapatkan produk. Hasil wawancara menyatakan bahwa 62 % responden menyatakan tempat penjualan produk sangat penting, 26 % lainnya menyatakan penting dan 12 % menyatakan cukup penting. Menurut Aji dan Widodo (2010), lokasi penjualan dapat mempengaruhi perilaku konsumen. Lokasi penjualan dipengaruhi beberapa faktor seperti kemudahan dijangkau serta kemudahan distribusi. Pengujian Solusi Pengujian solusi bertujuan untuk memastikan asumsi-asumsi dari hipotesis bisnis model dapat menyelesaikan masalah. Tahapan ini masih berkaitan dengan pengujian masalah. Pengujian solusi diberikan terkait elemen value proposition dan channels. Bentuk pengujian terkait solusi value proposition adalah melalui jawaban responden terkait solutif atau tidaknya program fortifikasi ini.
28% Ya Tidak 10%
62%
Ragu-ragu
Gambar 7 Hasil uji solusi program fortifikasi zat besi terhadap beras menurut responden Sebanyak 62 % responden menyatakan bahwa program fortifikasi ini memberikan solusi kesehatan untuk mengatasi kekurangan zat besi. Menurut Hotz et al. (2008), program fortifikasi zat besi mampu meningkatan status gizi pada wanita dan mengatasi anemia gizi besi. Uji solusi dilakukan juga untuk menentukan harga jual yang diterima konsumen. Harga jual dilakukan dengan pendekatan produk beras fortifikasi. Hasil pengujian solusi harga jual diperoleh 56 % responden setuju apabila beras fortifikasi dijual pada kisaran harga Rp 9 000 hingga Rp 10 000, sebanyak 20 % setuju dengan harga Rp 10 000 hingga Rp 12 000 serta sebanyak 24 % setuju dengan harga Rp 8 000 hingga Rp 9 000. Jika produk disalurkan melalui beras fotifikasi maka diperkirakan harga per kilogram beras fortifikasi yang sesuai dengan keinginan konsumen adalah pada kisaran Rp 9 000 hingga Rp 10 000. Sedangkan untuk premix kernel ditetapkan harga jual Rp 400/10 gram produk atau Rp40 943.67 per kilogram. Hasil pengujian lain menyatakan bahwa faktor-faktor yang penting dalam pengambilan keputusan pembelian adalah desain kemasan, lokasi penjualan produk
15
(kemudahan mendapatkan produk), nilai fungsional produk, harga jual, serta penampilan produk.
20% 24% 8 000 - 9 000 9 000 - 10 000 10 000 - 12 000 56%
Gambar 8 Data hasil perbandingan harga jual sesuai pendapat responden Verifikasi Model Bisnis Verifikasi dilakukan untuk perbaikan model bisnis kanvas agar menjadi lebih layak. Verifikasi dilakukan sesuai hasil uji masalah dan solusi. Hasil verifikasi model bisnis ini dilakukan pada elemen-elemen yang terdapat ketidaksesuaian. Elemen value proposition akan mengunggulkan aspek nilai fungsional produk. Selain itu pada elemen channels, kemudahan mendapatkan produk menjadi penting sehingga ditambahkan agen (distributor) untuk meningkatkan jangkauan pemasaran. Dengan menambahkan agen dapat mempermudah penjualan produk dan lebih tepat sasaran. Efek perubahan pada elemen channels juga mempengaruhi elemen key partnership yakni dengan ditambahkan mitra jasa distribusi atau jasa pengiriman untuk menyalurkan produk kepada agen sebelum sampai konsumen. Hasil verifikasi bisis model dapat diilustrasikan pada Gambar 8. Analisis Market Analisis STP (Segmentation, Targeting dan Positioning) Penentuan strategi STP yang tepat dapat meghasilkan keuntungan yang besar bagi perusahaan. Pemasaran dapat dikatakan baik jika strategi STP baik. Segmentasi yang efektif, targeting dan positioining yang strategis dapat menciptakan daya saing yang baik di pasar (Purba 2009). 1. Segmentation Segmentation diperlukan untuk membagi konsumen dalam beberapa kelompok untuk mendapatkan keuntungan. Dasar segmentasi pasar ada dua macam yatu karakteristik konsumen dan situasi pembelian (Purba 2009). Pada kasus ini segmentasi pasar didasarkan pada karakteristik konsumen (consumer characteristic). Variabel pada segmentasi berdasar karakteristik konsumen terdiri atas faktor geografis, demografis dan psikografis (Kotler 2003). Segmentasi produk premix kernel ini berdasar pada faktor psikografis yaitu konsumen yang peduli terhadap kesehatan dan gaya hidup.
16
2. Targeting Target pasar diperlukan untuk memilih/menyeleksi satu atau lebih kelompok pasar yang memiliki prospek baik dan dianggap paling potensial untuk mendapatkan keuntungan. Targeting diidentifikasi setelah dilakukan identifikasi peluang pasar atau segmentasi pasar (Kasali 2003). Targeting dirancang untuk mendapatkan potensi penjualan yang besar (Shinta 2011). Target pasar premix kernel ini adalah masyarakat menengah ke atas yang peduli terhadap kesehatan serta yang mengalami anemia gizi besi. 3. Positioning Positioning sering digunakan untuk menunjukkan keunggulan produk yang disesuaikan dengan keinginan konsumen. Menentukan posisi pasar berarti menyatakan posisi yang kompetitif untuk produk maupun pasar (Kasmir dan Jakfar 2010). Positioning dilakukan setelah menentukkan sasaran pasar (segmentasi). Positioning yang diterapkan dalam bisnis ini adalah berdasarkan manfaat produk. Premiks kernel memiliki nilai fungsional lebih yaitu kandungan mikronutrien yang lebih tinggi dari produk sejenis. Bauran Pemasaran (Market Mix Development) Pemasaran merupakan proses suatu perusahaan menciptakan nilai untuk konsumennya dan membentuk relasi untuk meningkatkan keuntungan. Perencanaan pemasaran merupakan usaha untuk merencanakan, implementasi serta mengendalikan kegiatan pasar secara efektif dan efisien (Shinta 2011). Menurut Pearce dan Robinson (1997), bauran pemasaran merupakan media bagi pemasar yang terdiri atas berbagai unsur yang perlu dipertimbangkan untuk kepentingan implementasi strategi pasar. Berikut ini merupakan bauran pemasaran premix kernel dengan analisis 4P (Product, Price, Promotion dan Placement). 1. Product Produk premix kernel merupakan contoh inovasi teknologi. Premix kernel ini diproduksi dengan teknologi hot extrusion. Selain aspek teknologi, nilai fungsional dari produk menjadi keunggulan lain dan mampu memberikan dampak baik bagi kesehatan masyarakat. Produk yang ditawarkan yaitu dalam bentuk premix kernel, butiran menyerupai beras yang mengandung campuran mikronutrien berupa mineral besi, vitamin B1 (thiamin), niacin, asam folat, vitamin B12, dan zinc. 2. Price Price merupakan informasi mengenai harga dan nilai produk. Harga merupakan suatu nilai guna untuk pertukaran/transaksi yang dibayarkan konsumen untuk mendapat barang/jasa. Harga produk yang ditawarkan untuk premix kernel adalah Rp 40 493.67 per kg. 3. Promotion Promosi yang dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung melalui event-event ataupun kegiatan pameran (expo) ataupun promosi langsung kepada bisnisman yang begerak di bidang pangan kesehatan. Promosi secara langsung lebih efektif karena memiliki keunggulan seperti dapat menjalin relasi dan kepercayaan konsumen. Secara tidak langsung promosi dilakukan melalui iklan media online guna menjangkau konsumen yang sulit dijangkau secara langsung serta memperluas jaringan pemasaran.
17
Key Partners - Supplier mikronutrien - Perum BULOG - Balai Penelitian Pasca Panen - Jasa/Agen distribusi
Key Activities - Pengelolaan bahan baku untuk menjaga ketersediaan bahan - Penelitian dan pengembangan produk - Pemasaran - Sertifikasi
Value Customer Customer Proposition Relationships Segments Memiliki - Promosi di Masyarakat nilai berbagai media Indonesia fungsional - Komunikasi secara (fortifikasi konsumen umum atau besi) dan melalui secara solutif untuk layanan khusus mengatasi konsumen adalah anemia gizi - Mempermudah masyarakat besi (AGB) akses kelas pembelian menengah produk ke atas yang peduli Key Resources Channels terhadap - Finansial untuk - Toko retailer kesehatan, modal - Industri - Investasi - Farmer Market orang yang berupa - Program raskin menderita anemia gizi peralatan dan pemerintah besi (AGB) bahan baku - Intelektual berupa pengembangan produk Cost Structure Revenue streams - Biaya Investasi Penjualan produk secara langsung dan melalui - Biaya produksi biaya distribusi berlangganan - Biaya promosi untuk pemasaran
Gambar 9 Bisnis Model Kanvas Industri Premix Kernel di Indonesia (Osterwalder dan Pigneur 2015) 4. Placement Media distribusi dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Distribusi langsung dilakukan dengan menjual di retailer maupun supermarket sehingga konsumen dapat memperoleh produk secara langsung. Saluran distribusi yang digunakan merupakan saluran distribusi kompetitif dengan tujuan meningkatkan keuntungan perusahaan. Produsen premix kernel dapat menyalurkan melalui BULOG untuk dijadikan beras fortifikasi ataupun industri-industri beras dan selanjutnya dipasarkan. Ataupun disalurkan kepada perusahaan pangan yang bergerak di bidang pangan untuk kesehatan atau fortifikasi melalui konsep ”B to B”. Berikut merupakan jalur distribusi produk premix kernel:
18
Produsen
Agen
Pengecer
Konsumen
Gambar 10 Arus distribusi premix kernel Analisis Finansial Analisis finansial bertujuan memilih alternatif pembiayaan melalui prakiraan biaya dan manfaat kelayakan. Analisis finansial mengacu pada pencapaian biaya minimum (Hadiguna 2009). Analisis finansial merupakan tahapan yang sangat penting dalam menentukan kelayakan suatu bisnis dari sisi ekonomi (Ferreira 2012). Biaya merupakan komponen kelayakan usaha yang perlu dipertimbangkan. Analisis finansial bertujuan untuk menentukan perencanaan investasi dengan memperhitungkan biaya dan manfaat dan membandingkan pengeluaran serta pendapatan (Sutoyo 2003). Untuk mendapatkan perhitungan tersebut diperlukan asumsi-asumsi yang menjadi dasar perhitungan. Asumsi yang digunakan harus disesuaikan dengan kondisi saat analisis finansial dilaksanakan untuk studi kelayakan usaha (Purwoko dan Yandra 2013). Analisis finansial diawali dengan menentukan biaya investasi. Biaya investasi meliputi komponen biaya alat produksi, biaya peralatan perkantoran, biaya bangunan dan infrastruktur serta biaya legalisasi dengan total Rp 4 010 905 000. Investasi perusahaan yang dimiliki akan mengalami penyusutan sehingga diperlukan perhitungan biaya penyusutan. Total biaya penyusutan dari aset perusahaan premix kernel adalah sebesar Rp 312 500 000. Selanjutnya dilakukan perhitungan biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendukung jalannya bisnis. Biaya operasional meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang jumlahnya stabil sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang menyesuaikan proses produksi. Biaya tetap yang dibutuhkan selama satu tahun adalah Rp1 434 000 000. Rincian biaya operasional dapat dilihat pada lampiran. Biaya tetap meliputi tenaga kerja, utilitas, serta administrasi kantor. Biaya variabel yang dibutuhkan sebesar Rp13 177 468 500. Biaya variabel meliputi bahan baku produksi seperti tepung beras, GMS, air, mikronutrien (mineral dan vitamin) dan kemasan. Biaya penyusutan, biaya produksi dan biaya operasional digunakan untuk menentukan harga pokok produksi (HPP). Rincian perhitungan harga pokok produksi adalah sebagai berikut:
19
Tabel 2 Penentuan harga pokok produksi Total Biaya per tahun (Rp) Rumus
Perhitungan
Hasil
Kapasitas Produksi per tahun
(Biaya bahan baku + (Kapasitas produksi biaya penyusutan + per hari x jumlah biaya overhead) hari kerja dalam satu tahun) 13 177 468 500 + 312 1 800 x 270 500 000 + 1 434 000 000 14 869 968 500 486 000
HPP (Rp/kg) (Total biaya per tahun : kapasitas produksi per tahun) 14 923 968 500 : 486 000 30 708
Harga pokok produksi per kilogram premix kernel adalah Rp30 708 sehingga untuk konsep produk per 10 gram adalah Rp 307.08. Kemudian jika dikemas dalam bentuk beras fortifikasi dengan perbandingan 100:1 untuk beras dan premix akan didapatkan HPP Rp8 807.08. Berdasarkan perhitungan ditentukan harga jual untuk produk premix kernel (fortified kernels) dengan formula berikut: 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑟𝑘 𝑢𝑝 =
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 (1 − 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛𝑘𝑎𝑛)
30 708 1 − 0.25 = 40 943.67 𝑝𝑒𝑟 𝑘𝑔 =
Mark up yang diharapkan pada industri ini adalah 25 % sehingga harga jual untuk Premix kernel per 10 gram adalah Rp 409.44 atau mendekati Rp 400. Kelayakan Bisnis Premix Kernel Studi kelayakan bisnis digunakan untuk melihat dapat atau tidaknya suatu pendirian usaha dilaksanakan dengan berhasil. Kelayakan bisnis dapat dilakukan pada usaha yang sudah berjalan maupun dalam tahap perencanaan. Studi kelayakan dalam tahap perencanaan dilakukan untuk membuat keputusan investor (Jumingan 2011). Studi kelayakan yang dilakukan pada produksi premix kernel ini adalah studi kelayakan perencanaan. Kriteria layak mencakup kemungkinan bisnis memberikan benefit yang ditinjau dari aspek keuangan dan sosial (Halim 2012) Aspek ekonomis meliputi Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Payback Periode (PP), Breack Event Point (BEP) dan Net Benefit Ratio (B/C). Konsep tersebut dapat diselesaikan melalui konsep time value of money yakni mengenai tingkat diskon di masa sekarang dan tingkat diskon di masa yang akan datang (Halim 2012). Teknik analisis kelayakan melibatkan proyeksi net cash flow karena teknik ini mampu memenuhi konsep time value of money.
20
Tabel 3 Analisis kelayakan usaha
Kriteria Kelayakan NPV IRR Payback periode Net B/C
Nilai R 4 232 255 670 24.88 % 2.16 tahun 3.30
Net Present Value merupakan seluruh aliran kas bersih yang dibandingkan dengan faktor diskon. Berdasarkan perhitungan arus kas didapatkan nilai NPV sebesar Rp 4 232 255 670. Nilai NPV positif menunjukkan industri layak untuk dilaksanakan. Internal Rate of return merupakan hasil bunga sebenanya yang dihasilkan oleh investasi. Jika nilai IRR lebih besar dari diskon faktor maka usaha layak didirikan. Hasil perhitungan menunjukkan nilai IRR sebesar 24.88 % sedangkan diskon faktor yang berlaku adalah 11.50 % yang artinya jika uang diinvestasikan untuk mendirikan perusahaan premix kernel ini dapat memberikan nilai keuntungan yang lebih tinggi daripada diinvestasikan di bank sehingga usaha premix kernel layak untuk didirikan. Faktor berikutnya yang perlu diperhatikan adalah nilai payback periode yang mana menunjukkan jangka waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikkan seluruh investasi yang dikeluarkan. Payback periode industri ini adalah 2.16 tahun. Nilai NPV yang semakin positif akan menunjukkan waktu pengembalian semakin cepat. Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah nilai Net B/C yakni perbandingan nilai benefit masa ini dengan biaya. Nilai investasi dikatakan layak apabila memiliki nilai Net B/C lebih besar atau sama dengan satu. Industri premix kernel ini memilki nilai Net B/C sebesar 3.30 yang artinya setiap biaya Rp 1 yang dikeluarkan akan mendapatkan tingkat keuntungan sebesar Rp 3.30 sehingga bisnis premix kernel ini layak untuk didirikan. BEP proyek ini bernilai Rp 1 379 999 999 dan BEP dalam produk (kg) adalah 8293.27 kg.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Industri premix kernel untuk program fortifikasi beras merupakan industri yang cukup potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Berasfortifikasi merupakan campuran beras lokal (non fortified) dan premix kernel dengan perbandingan 100:1. Hal ini terkait dengan kasus defisiensi mikronutrien khususnya zat besi sehingga industri ini mampu menjadi solusi untuk pencegahan defisiensi zat besi. Bisnis model kanvas digunakan untuk mengorganisasikan nilai tambah dari produk premix kernel sehingga mendapatkan keuntungan. Hasil identifikasi model bisnis kanvas menunjukkan elemen value proposition dan channels menjadi elemen yang cukup penting untuk industri premix kernel ini. Value proposition industri premix kernel ini adalah memiliki nilai fungsional dan solutif untuk mengatasi kesehatan. Elemen channels meliputi retail (Alfamart,
21
Indomaret, Giant dan sebagainya) dan agen distribusi. Hasil analisis finansial menunjukkan nilai harga pokok produksi untuk produk Premix kernel adalah Rp 30 708 dengan mark up 25 % didapatkan harga jual Rp 40 943.67 per kilogram produk. Studi kelayakan dilakukan dengan melakukan analisis finansial mencakup NPV, IRR, Net B/C dan PBP. Analisis finansial menunjukkan bahwa nilai NPV bernilai Rp 4 232 255 670, IRR 24.88 %, Net B/C sebesar 3.30, BEP Rp1 379 999 999 dan Payback Periode 2.16 tahun. Berdasarkan analisis tersebut bisnis dinyatakan layak untuk didirikan. Saran Perlu dilakukan validasi model bisnis yang telah dibuat dengan melihat ukuran pasar yang disesuaikan dengan elemen model bisnis yang ada sehingga model bisnis terverifikasi sempurna. Serta harus dilakukan evaluasi model bisnis karena model bisnis terus berkembang dan berubah-ubah. Studi kelayakan bisnis juga diperlukan untuk meninjau layak atau tidaknya suatu industri untuk didirikan. Tidak hanya melalui aspek finansial namun juga perlu kelayakan aspek hukum, sosial, dan lingkungan. Perlu dilakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui kelayakan aspek finansial terhadap perubahan parameter finansial akibat ketidakpastian di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA Aji JMM dan Agung W. 2010. Perilaku konsumen pada pembelian beras bermerk di Kabupaten Jember dan faktor yang mempengaruhinya. J Sos Eko Pert. 4 (3) : 12-24. Akdogan, H. 1999. High moisture food extrussion. Intl J of Food Scie and Tech. 34: 195-207. Apple, JM. 1977. Plant Layout and Material Handling. United State of America : Ronald Press Company. Beinner MA, Gustavo VM, Milene CP dan Ted G. 2009. Iron-fortified rice is as efficacious as suplemental iron drops in infants and young children. J of Nutr. 49-53 Doi : 10.3945/jn.1.09.112623. Betoret E, N Betoret, D Vidal, dan P Vito. 2011. Functional food developments : trends and technology. Trends in Food Sci and Tech. 22 (9):598-508. Bigliardi, B dan Fransesco G. 2013. Innovation trends in the food industry : the case of functional foods. Trends in Food Sci and Tech. 31 : 118-129. Blank, Steve dan Dorf, Bob. 2012. The Startup Owner’s Manual: The Step by Step Guide for Building a Great Company. United State of America : and S Ranch, Inc. Publisher. Bombaywala M dan Andra Riandita. 2014. Stakeholders’ collaboration on innovation in food industry. Procedia Soc and Behavioral Sci. 169 : 395-399. [BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan (ID). 2004. Kebijakan dan Program Direktorat Penilaian Keamanan Pangan. Buletin BPOM. Volume 06 Tahun III/2004.
22
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan (ID). 2015. Izin Pendaftaran MD [internet] http://www.permatamas.com/?Izin_BPOM_MD%2FML (diakses 26 September 2015). De Pee, S. 2014. Proposing nutrients and nutrients levels for rice fortification. Annals of The New York Acad of Sci. 1324:55-66 Doi : 10.1111/nyas.12478. Dewobroto, WS. 2013. Penggunaan business model canvas sebagai dasar untuk menciptakan alternatif strategi bisnis dan kelayakan usaha. J Teknol Indust. ISSN:1411-6340. Dexter, PB. 1998. Rice Fortification for Developing Countries. Department of Food Science, University of Arkansas. [FAO dan WHO] Food and Agriculture Organization dan World Health Organization. 2006. Guidelines on food fortifications with micronutrients. France : WHO Press. Ferreira, Diogo. 2012. Financial Projection Based on Business Model Canvas. Lisboa (PT) : Computer and Engineering, Lisboa University. Gibson, P, G Greenhalgh dan R Kerr. 1995. Manufacturing Management: Principles and Concepts. London (UK) : Chapman & Hall. Griffin WR dan Ebert RJ. 2006. Bisnis. Jakarta (ID) : Erlangga. Hadiguna RA. 2009. Manajemen Pabrik : Pendekatan Sistem untuk Efisiensi dan Efektivitas. Jakarta (ID) : Bumi Aksara. Halim Abdul. 2012. Analisis Kelayakan Investasi Bisnis : Kajian dari Aspek Keuangan. Jakarta (ID) : Graha Ilmu. Hotz C,Maribel P, German O, Armando GG, Terry E, Shirley J, dan Ted G. 2008. Efficacy of iron-fortifed ultra rice in improving the iron status of women in Mexico. Food and Nutr Bul. 29(2) : 140-149. Jumingan. 2011. Studi Kelayakan Bisnis : Teori dan Pembuatan Proposal Kelayakan. Jakarta (ID) : Bumi Aksara. Kasali Rhenald. 2003. Manajemen Public Relations Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta (ID) : Pustaka Utama Grafiti. Kasmir dan Jakfar. 2010. Studi Kelayakan Bisnis Edisi Kedua. Jakarta (ID) : Kencana Prenada Media Group. Kotler P. 2003. Manajemen Pemasaran Edisi ke-11 Jilid I. Molan B. Penerjemah. Jakarta (ID) : PT Indeks Kelompok Gramedia. Kunz R. 2009. A breakthrough in rice fortification [internet] http://www.buhlergroup.com/global/downloads/Breakthrough_in_Rice_Fortif ication.pdf (diakses 5 Maret 2015). Mannar V dan Errick BG. 2002. Iron fortification : country experiences and lessons learned. J of Food Nutr. 132 (44). Matthias D. 2008. Introduction of fortified rice using the ultra rice technology frequently asked technical question. PATH pada Oktober 2008. Miller DDM dan Ross MW. 2013. Food system strategies for preventing micronutrient malnutrition. Food Policy. 42 : 115-128. Machfud dan Agung Y. 1989. Perancangan Tata Letak pada Industri Pangan. Bogor (ID) : Pusat Antar Universitas Institut Pertanian Bogor. Nurmalina R, Titin S, Arif K. 2011. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor (ID): Departemen Agribisnis FEM-IPB. Osterwalder A dan Pigneur Y. 2010. Bussines Model Generation. New Jersey (US) : John Wiley and Sons, Inc.
23
Osterwalder dan Pigneur. 2015. Business Model Canvas Poster. [internet] http://businessmodelgeneration.com/downloads/business_model_canvas_post er.pdf (diakses 26 Juni 2015). Pearce J dan Robinson R. 1997. Manajemen Strategik Jilid I. Jakarta (ID) : Binarupa Aksara. Purba HH. 2009. Inovasi Nilai Pelanggan dalam Perencanaan dan Pengembangan Produk : Aplikasi Strategi Samudera Biru dalam Meraih Keunggulan. Jakarta (ID) : Graha Ilmu. Purwoko dan Yandra A. 2013. Kelayakan industri kerupuk jamur tiram di Kabupaten Bogor. J Teknol Ind Pert. 13 (3) : 83-91. Siagian, A. 2003. Pendekatan fortifikasi pangan untuk mengatasi kekurangan zat gizi mikro [internet] http://www.library.usu.ac.id/ (tanggal akses 4 Maret 2015). Schmidl MK dan Theodore PL. 2000. Essentials of Functional Foods. Maryland (US) : Aspen Publishers Inc. Shinta A. 2011. Manajemen Pemasaran. Malang (ID) : Universitas Brawijaya Press. Sutoyo S. 2003. Studi Kelayakan Proyek : Konsep dan Teknik. Jakarta (ID) : Badan Penerbit LPPM. Tjitradi, EC. 2015. Evaluasi dan perancangan model bisnis berdasarkan business model canvas. AGORA. 3 (1) : 8-16. Untoro, Rachmi. 2000. Masalah Gizi Mikro di Indonesia dan Potensi Penanggulangannya. Komisi Fortifikasi Nasional. Di dalam : Seminar Fortifikasi Tepung Terigu dan Minyak Goreng. 19 -20 Maret 2000. Jakarta, Indonesia. [USAID] United States Agency for International Development. 2008. Rice Fortification in Developing Countries: A Critical Review of the Technical and Economic Feasibility. United States of America.
24
LAMPIRAN Lampiran 1 Mesin dan Peralatan No Alat 1 Mixer BFJ-I
Spesifikasi Power : 4 KW Dimensi (m) : 1.1 x 0.8 x 1.2
2
Screw Conveyor LXSL-I
Power : 1.1 KW Dimensi (m) : 1.7 x 0.6 x 2.2 Convey height range: 1.5~2.5m Barrel diameter:Φ141mm Screw running speed: 0-225rpm
3
Double Screw Extruder SLG70-II
Power : 60 KW Dimensi (m) : 4.0 x 0.9 x 1.9
4
Vibrate Sifter ZDS-II
Power : 0.25 KW Dimensi(m) : 1.5 x 08 x 0.6
Gambar
25
5
Air Conveyor FSJ-0.75
Power : 0.75 KW Dimensi (m) : 1.1 x 0.7 x 1.8
6
Cooling Box LQXI
Power : 4 KW Dimensi (m) : 5.4 x 1.2 x 1.8
7
Oven 3layer 5meter KX5-5D
Temperatur : 10 – 180 oC Dimensi (m) : 5.4 x 1.2 x 1.8 Transmission motor : 1.5 KW Heating power : 45 KW
8
Polishing Machine PGJ-I
Power : 1.5 KW Dimensi (m) : 1.7 x 0.8 x 1.6
26
9
Storage Dimensi (m) : 1.4 Tank CLC- x 1.4 x 3.0 750
27
Lampiran 2 Daftar Responden No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Nama Epi Melisa Iroh Yani Maryam Yati Fitri Nurul Kokom Idah Maesaroh Mira Siti Purnama Hartati Kristin Yuli Ria Darsi Fatmawati Rosiana Aminah Emah Irma Nur Hanah Ika Wike Ani Lilis Subakti Lia Dwi Ningsih Tuti Munawaroh Neneng Maryati Sutanti Nurlita
Usia (tahun) 41 37 36 37 48 42 39 30 51 54 43 45 42 53 41 44 42 29 34 46 33 56 44 39 36 28 34 40 38 42 36 35 47 43 48 51 45 36
28
39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Farida Mia Rahayu Sartini Dewi Lina Nur Asma Ruroh Esy Martina Ade
39 43 48 47 38 35 40 35 37 36 46 49
29
Lampiran 3 Pertanyaan Wawancara KUESIONER PERENCANAAN MODEL BISNIS INDUSTRI BERAS TERFORTIFIKASI ZAT BESI DI INDONESIA Dengan hormat, Saya Muji Budiono (F24110095), mahasiswa program sarjana Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, FATETA, IPB sedang melakukan penelitian skripsi berjudul “Perencanaan Model Bisnis Industri Beras Fortifikasi Zat Besi di Indonesia”. Saya memohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner ini secara lengkap dan sesuai dengan kondisi Anda. Semua informasi yang diminta dalam penelitian ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Tidak ada jawaban yang salah dalam menjawab kuesioner ini. Atas kerjasama Anda dalam pengisian kuesioner ini, saya ucapkan Terima kasih. KARAKTERISTIK RESPONDEN 1. 2. 3. 4.
Nama No. Handphone Usia Penghasilan/bulan I.
: : : :
PENGETAHUAN FORTIFIKASI
Fortifikasi adalah upaya meningkatkan nilai gizi pangan dengan menambah satu atau lebih zat gizi tertentu pada makanan pembawa (vehicle). 1. Apakah anda peduli dengan kesehatan diri anda? a. Sangat Peduli b. Peduli c. Biasa Saja d. Tidak Peduli e. Sangat tidak peduli 2. Apakah anda sering membeli produk pangan fungsional (makanan untuk kesehatan)? a. Sering b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 3. Apakah anda tahu program pemberian suplemen zat besi oleh pemerintah untuk mencegah anemia? a. Tahu b. Tidak tahu 4. Apakah program seperti nomor 1 solutif untuk permasalahan defisiensi zat besi?
30
5.
6.
7.
8.
9.
a. Ya b. Tidak c. Ragu-ragu Apakah anda tahu mengenai program fortifikasi/penambahan zat gizi pada makanan? a. Tahu b. Tidak Tahu Produk fortifikasi apa sajakah yang pernah anda ketahui? a. Biskuit b. Minyak goreng c. Tepung terigu d. Garam e. Kecap f. Lainya (sebutkan) ......................................................... Apakah anda tahu mengenai produk beras terfortifikasi? a. Tahu b. Tidak Tahu Pernahkah anda membeli/menemukan produk beras terfortifikasi di pasaran? a. Pernah b. Tidak pernah Apakah dengan adanya program fortifikasi zat besi pada beras dapat memberikan solusi kesehatan khususnya untuk mengatasi kekurangan zat besi? a. Ya b. Tidak c. Ragu-ragu II.
TANGGAPAN PRODUK
1. Jika produk disajikan dalam bentuk sachet premix kernel (beras ekstrusi terfortifikasi) untuk ditambahkan pada beras komersial. Apakah anda mau membeli? a. Ya b. Tidak c. Ragu-ragu 2. Produk beras terfortifikasi zat besi (memiliki nilai fungsional) akan dikomersialisasi. Berapa harga jual yang anda harapkan (per kg)? a. Rp 8.000 s/d Rp 9.000 b. Rp 9.000 s/d Rp 10.000 c. Rp 10. 000 s/d Rp 12.000
31
d. Lainnya.............................................................................. 3. Dimana tempat biasa anda membeli beras? a. Pasar tradisional b. Retailer (Giant, Alfamart, Indomaret) c. Warung/toko d. Pesan antar e. Lainnya............................................................................... 4. Apa pertimbangan anda dalam memutuskan tempat pembelian tersebut? a. Harga lebih murah b. Kenyamanan c. Lokasi d. Kualitas terjamin e. Pelayanannya memuaskan f. Lainnya................................................................................ 5. Bagaimana media promosi yang sesuai menurut anda? a. Media cetak b. Iklan di televisi c. Facebook, Twitter, Instagram dll d. Himbauan pemerintah e. Lainnya.................................................................................. 6. Bersediakah anda menjadi reseller produk beras terfortifikasi mauun premix kernel? a. Bersedia b. Tidak bersedia c. Ragu-ragu 7. Pada kolom kepentingan: Berilah tanda [√] pada salah satu kotak pilihan yang telah disediakan, sesuai dengan pandangan Anda No
Atribut Penilaian Sangat Penting
1 2 3 4 5 6
Desain kemasan produk Lokasi penjualan produk Nilai fungsional produk/manfaat Teknologi proses produksi Harga jual Kemudahan untuk
Tingkat Kepentingan Penting Cukup Tidak Penting penting
Sangat Tidak penting
32
7 8 9
mendapatkan produk Komposisi produk Penampilan produk Iklan/promosi Tanggapan mengenai produk beras terfortifikasi (Saran):
33
Lampiran 4 Asumsi dasar perencanaan bisnis Asumsi-asumsi yang menjadi dasar perhitungan adalah sebagai berikut: 1. Umur proyek adalah 10 tahun. 2. Harga-harga yang digunakan dalam analisis finansial adalah harga pada bulan Juni 2015. 3. Nilai penyusutan dihitung dengan metode garis lurus (straight line depreciation). Metode ini mengasumsikan bahwa nilai suatu aset menurun dengan konstan per tahunnya. 4. Kapasitas produksi per hari adalah 2 000 kg dengan rendemen produk 90%. 5. Proyek dimulai pada tahun ke-0 sehingga proses produksi dimulai pada tahun ke-1. 6. Jumlah produksi premix kernel dalam jumlah tetap. 7. Awal produksi terjual 70 %, 80 % tahun kedua dan 90 % untuk tahun ketiga dan seterusnya. 8. Struktur modal unuk industri ini adalan mandiri 60 % dan kredit 40 %. 9. Diskon faktor yang digunakan adalah 11.50 % (Bank Central Asia). 10. Pajak ditentukan berdasarkan Undang-Undang PPh Nomor 36 Tahun 2008, pajak penghasilan perusahaan adalah 25 %. 11. Harga mikronutrien per kg adalah 12$ (kurs dollar sama dengan Rp 13 000). 12. Total hari kerja dalam 1 tahun adalah 270 hari.
34
Lampiran 5 Perkiraan biaya investasi
35
Lampiran 6 Perkiraan biaya produksi Komponen Tepung Beras Gliseril Monostearat Air Kemasan Premiks (Mineral dan vitamin)
Jumlah
Unit
Harga/unit
Total
540000
kg
Rp
11.000
Rp
5.940.000.000
5400
kg
Rp
125.000
Rp
675.000.000
241
3
m
Rp
28.500
Rp
6.868.500
pack
Rp
2.000
Rp
1.080.000.000
kg
Rp
156.000
Rp
5.475.600.000
Rp
13.177.468.500
540000 35100
Total
Lampiran 7 Perkiraan biaya overhead Komponen Biaya Listrik 5500 V dan air
Jumlah
Unit
Harga/unit
Total/bulan
Total/tahun
1
Unit
Rp 30.000.000
Rp
30.000.000
Rp
360.000.000
Telepon dan Internet
1
Unit
Rp 1.500.000
Rp
1.500.000
Rp
36.000.000
Biaya Promosi
1
Unit
Rp 3.000.000
Rp
3.000.000
Rp
24.000.000
Administrasi Kantor
1
Unit
Rp 2.000.000
Rp
2.000.000
Rp
60.000.000
Manager Produksi Tenaga kerja produksi Administrasi dan Keuangan
1
Orang
Rp 5.000.000
Rp
5.000.000
Rp
60.000.000
14
Orang
Rp 3.500.000
Rp
49.000.000
Rp
588.000.000
1
Orang
Rp 3.500.000
Rp
3.500.000
Rp
42.000.000
QC
1
Orang
Rp 3.500.000
Rp
3.500.000
Rp
42.000.000
Marketing
2
Orang
Rp 3.500.000
Rp
7.000.000
Rp
84.000.000
HRD
1
Orang
Rp 3.500.000
Rp
3.500.000
Rp
42.000.000
Sopir
2
Orang
Rp 2.000.000
Rp
4.000.000
Rp
48.000.000
2
Orang
Rp 2.000.000
Rp
4.000.000
Rp
48.000.000
Rp
116.000.000
Keamanan
Total
Rp 1.434.000.000
36
Lampiran 8 Proyeksi laba rugi
37
38
Lampiran 9 Laporan arus kas
39
40
Lampiran 10 Angsuran Modal Periode Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6
Angsuran Pokok (Rp) Bunga (Rp) 1.252.404.566,67 1.252.404.566,67 1.252.404.566,67 1.252.404.566,67 1.252.404.566,67 1.252.404.566,67
144.026.525,17 144.026.525,17 144.026.525,17 144.026.525,17 144.026.525,17 144.026.525,17
Jumlah Angsuran Saldo Akhir (Rp) (Rp) 7.514.427.400,00 1.396.431.091,83 6.262.022.833,33 1.396.431.091,83 5.009.618.266,67 1.396.431.091,83 3.757.213.700,00 1.396.431.091,83 2.504.809.133,33 1.396.431.091,83 1.252.404.566,67 1.396.431.091,83 -
Lampiran 11 Profil harga pokok produksi
Profil Harga Pokok Produksi Air 0%
Penyusutan 2%
Biaya Variabel 1%
Kemasan 8%
Tepung beras 44% Premix 40%
GMS 5%
41
RIWAYAT PENULIS
Muji Budiono dilahirkan di Purbalingga (Jawa Tengah) pada 21 Juni 1994 dari pasangan Wiryanto Al Kasman dan Parsem. Penulis adalah anak ke tiga dari tiga bersaudara. Penulis mengenyam pendidikan di SD Negeri 1 Bojong (1999-2005), SMP Negeri 3 Purbalingga (2005-2008), SMA Negeri 2 Purbalingga (2008-2011) dan masuk pendidikan S1 di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN Ujian Tertulis. Selama menjalani studi di IPB, penulis aktif dalam menjalani kegiatan kemahasiswaan. Penulis berperan aktif dalam Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan (HIMITEPA) dan pernah menjadi Anggota Divisi Peduli Pangan Indonesia (DPPI) 2013 dan Ketua Divisi Peduli Pangan Indonesia (DPPI) 2014. Penulis juga aktif dalam kegiatan kepanitiaan yang diselenggarakan oleh Himpunan Profesi maupun Badan Eksekutif Mahasiswa seperti I-Food Day (2012), BEM Muda (2012), Divisi Konsumsi LCTIP XX dan XXI, Divisi Acara BAUR ACCESS 2013, Orde dan Malam Keramat 2013, Auditor Kantin Kampus IPB (2013), Penyelenggara Drawing and Paper Competition Tropical Plant Curriculum Program SEAFAST Center IPB (2014), Divisi Acara Food Day Festival 2014, dan lainnya. Penulis pernah mengikuti Training Food Safety Representative (Capacity Building for Safety and Hygiene in Food Supply Chain in Indonesia) TUVRheinland (2014) yang diselenggarakan oleh Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan bekerja sama dengan TUVRheinland. Penulis juga aktif bergabung sebagai volunteer beberapa acara seperti Pekan Sarapan Sehat PERGIZI 2015, Pasar Rakyat Tani 2015, dan partner We Are Siblings (WRS) 2015. Beberapa prestasi pernah penulis raih seperti Vocal Group, Aerobik maupun penulisan artikel. Selain itu penulis juga aktif mengisi acara bersama “Foody Voice” seperti dalam IPB Business Festival (IBF) 2013 dan Seminar Nasional Pangan dan Gizi (SEMNAS PAGI) di Balai Kartini Jakarta pada 2013. Penulis merupakan penerima Beasiswa Bidik Misi DIKTI tahun 2011-2015. Sebagai syarat memperoleh gelar sarjana Teknologi Pertanian pada Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penyusunan skripsi dengan judul “Perencanaan Model Bisnis Industri Premix Kernel untuk Fortifikasi Beras di Indonesia” di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Slamet Budijanto, MAgr.
1