Perencanaan Aplikasi RCM Pada Pengolahan Biji Sawit
PERENCANAAN APLIKASI RCM DENGAN ANALISA KUALITATIF PADA STASIUN PENGOLAHAN BIJI SAWIT Legisnal Hakim1, Fahrizal2 Abstrak Dalam era persaingan global ini perusahaan dituntut untuk melakukan peningkatan produktivitas dalam rangka untuk menghasilkan output yang maksimal. Dalam hal ini terutama produktivitas pada system produksi perusahaan. Kelancaran system atau proses produksi didukung oleh banyak aspek, salah satunya adalah aspek keandalan (reliability) mesin atau equipment yang ada dalam system produksi tersebut. Di pabrik pengolahan kelapa sawit ada dua stasiun pengolahan yaitu pengolahan buah sawit dan pengolahan inti sawit. Sistem pengolahan inti sawit antara lain adalah Pressing, Nut fiber, Depricarper, Polishing drum, Nut cyclone, Nut hoper, Ripple mill, LTDS 1&2, Claybath. Untuk meningkatkan produktivitas system tersebut perlu dilakukan suatu kegiatan perawatan yang tepat pada mesin atau peralatan tersebut, dalam upaya untuk meningkatkan keandalan dari peralatan pada system pengolahan inti sawit. Untuk itu perlu dilakukan perencanaan perawatan dengan metode RCM (Reliability Centered Maintenance) dengan menggunakan analisakualitatif dimana dengan metode RCM ini dapat menentukan identifikasi peralatan dan komponen kritis, perawatan yang optimal, interval kegiatan perawatan dan konsekuensi kegagalan yang terjadi pada mesin atau peralatan atau system pengolahan inti sawit pada perusahaan pabrik pengolahan kelapa sawit. Kata kunci: RCM, analisa kualitatif, Screw press/pressing Abstact In this globalization, companies are have to increase productivity in order to produce maximum output. In this case, especially system productivity company. Smoothness system or production process is supported by many aspects, one of which is the aspect of reliability of existing machinery or equipment in the production system. In palm oil mills, there are two processing stations and processing of palm fruit processing palm kernel. Palm kernel oil processing systems, among others, Pressing, Nut fiber, Depricarper, Polishing drum, cyclone Nut, Nut hoper, Ripple mill, LTDS 1 & 2, Claybath. To increase the productivity of these systems need to be an appropriate activity treatment on the machine or equipment, in an effort to increase conduction reliability of the equipment in the system kernel oil processing. For it is necessary for treatment planning method RCM (Reliability Centered Maintenance) using qualitative analysis where the RCM method can determine the identification of critical equipment and components, optimum care, treatment and consequences of activity intervals failures in machinery or equipment or core processing system palm on palm oil mills company.
Keywords: RCM, qualitative analysis, Screw press/pressing
Legisnal Hakim1, Fahrizal2, Program Studi Teknik Mesin Universitas Pasir Pengaraian
Page 149
1. PENDAHULUAN
Konsep dasar dari metode RCM (Reliability Centered Maintenance) ini adalah mem pertahankan fungsi system atau salah satu system, sehingga berbagai upaya perawatan dilakukan bertujuan untuk menjaga agar system tetap dapat berfungsi sesuai dengan yang diharapkan. RCM merupakan serangkaian proses yang digunakan untuk menentukan apa yang harus dilakukan dalam rangka untuk memastikan bahwa asset-aset fisik dapat berjalan dengan baik dalam menjalankan fungsi yang dikehendaki oleh pemakainya ( moubray 1997). Komponen RCM terdiri dari Run to Failure, Preventive Maintenance, Predictive Maintenance, Proactive Maintenance. Pada metode RCM juga menitik beratkan pada penggunaan analisa kualitatif untuk keandalan pada suatu system. Sedangkan alat yang dipergunakan dalam melakukan analisa kualitatif adalah Failure Mode & Effect Analysis (FMEA), Decision Diagram, Fungtional Blok Diagram,
Penerapan metode RCM akan memberikan keuntungan yaitu : keselamatan dan integritas lingkungan menjadi lebih lebih diutamakan, prestasi operasional yang meningkat, efektifitas biaya operasi dan perawatan yang lebih rendah, meningkatkan ketersediaan dan reliabilitas peralatan, umur komponen yang lebih lama, basis data yang lebih komprehensif, motivasi individu yang lebih besar, dan kerja sama yang baik diantara bagian-bagian dalam suatu instalasi Stasiun Proses pengolahan biji sawit terdiri dari: Pressing, Nut fiber, Depricarper, Polishing drum, Nut cyclone, Nut hoper, Ripple mill, LTDS 1&2, Claybath. Diagram alir proses stasiun pengolahan biji sawit dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
System dan Fungtional Failure, Failure Consequence, Proactive Task, Default Task dan Proposed Task.
PRESSING
NUT FIBRE
CLAYBATCH
DEPRICARPER
LTDS 1&2
POLISHING
NUT
DRUM
CYCLONE
RIPPLEMILL
NUT HOPER
Gambar Diagram Alir Proses Pemisahan Biji dan Kernel. RCM mempunyai beberapa definisiadalah sebagai berikut : 1. Reliability Centered Maintenance adalah suatu proses yang digunakan untuk menentukan apa yang harus dikerjakan untuk menjamin setiap aset fisik tetap bekerja sesuai yang diinginkan atau suatu proses untuk menetukan perawatan yang efektif. 2. Reliability Centered Maintenance adalah suatu pendekatan pemeliharaan yang mengkombinasikan praktek dan strategi dari preventive maintenance (pm) dan corective maintenance (cm) untuk Page 150
memaksimalkan umur (life time) dan fungsi aset/sistem/equipment dengan biaya minimal (minimumcost). Prinsip – Prinsip RCM 1. RCM memelihara fungsional sistem, bukan sekedar memelihara suatu sitem/alat agar beroperasi tetapi memelihara agar fungsi sistem/alat tersebut sesuai dengan harapan. 2. RCM lebih fokus kepada fungsi sistem daripada suatu komponen tunggal, yaitu apakah sistem masih dapat menjalankan fungsi utama jika suatu komponen mengalami kegagalan. JURNAL APTEK Vol. 3 No. 2 Juli 2011
Perencanaan Aplikasi RCM Pada Pengolahan Biji Sawit
3. RCM berbasiskan pada kehandalan yaitu kemampuan suatu sistem/equipment untuk terus beroperasi sesuai dengan fungsi yang diinginkan 4. RCM bertujuan menjaga agar kehandalan fungsi sistem tetap sesuai dengan kemampuan yang didesain untuk sistem tersebut. 5. RCM mengutamakan keselamatan (safety) baru kemudian untuk masalah ekonomi. 6. RCM mendefinisikan kegagalan (failure) sebagai kondisi yang tidak memuaskan (unsatisfactory) atau tidak memenuhi harapan, sebagai ukurannya adalah berjalannya fungsi sesuai performance standard yang ditetapkan. 7. RCM harus memberikan hasil-hasil yang nyata/jelas. Tugas yang dikerjakan harus dapat menurunkan jumlah kegagalan (failure) atau paling tidak menurunkan tingkat kerusakan akaibat kegagalan. Pemilihan Sistem dan Pengumpulan Informasi (System Selection and Information Collection) Pemilihan sistem dapat didasarkan pada beberapa aspek kriteria yaitu : 1. Sistem yang mendapat perhatian yangtinggi karena berkaitan dengan masalah keselamatan (safety) dan lingkungan 2. Sistem yang memiliki preventive maintenance dan/atau biaya preventive maintenance yang tinggi. 3. Sisem yang memiliki tindakan corrective maintenance dan/atau biaya corrective maintenance yang banyak. 4. Sistem yang memiliki kontribusi yang besaratas terjadinya full atau partial outage (atau shutdown) Sedangkan dokumen atau informasi yang dibutuhkan dalam analisis RCM antara lain : 1. Piping & Instrumentation Diagram (P&ID) merupakan ilustrasi skematik dari hubungan fungsi antara perpipaan, instrumentasi, komponen peralatan dan sistem
2. Schematic/Block Diagram merupakan sebuah gambaran dari sistem, rangkaian atau program yang masing-masing fungsinya diwakili oleh gambar kotak berlabel dan hubungan diantaranya digambarkan dengan garis penghubung. 3. Vendor Manual yaitu berupa dokumen data dan informasi mengenai desain dan operasi tiap peralatan (equipment) dan komponen. 4. Equipment History yaitu kumpulan data kegagalan (failure) komponen dan peralatan dengan data corrective maintenance yang pernah dilakukan. Definisi Batas Sistem (System Boundary Definition) Definisi batas sistem (system boundary definition) digunakan untuk mendefinisikan batasan-batasan suatu sistem yang akan dianalisis dengan Reliability Centered Maintenance (RCM), berisi tentang apa yangharus dimasukkan dan yang tidak dimasukkan ke dalam sistem sehingga semua fungsi dapat diketahui dengan jelas dan perumusan system boundary definition yang baik dan benar akan menjamin keakuratan proses analisis sistem. Deskripsi Sistem dan Diagram Blok Fungsional (System Description and Functional Block Diagram) Deskripsi sistem dan diagram blok merupakan representasi dari fungsi-fungsi utama sistem yang berupa blok – blok yangberisi fungsi – fungsi dari setiap subsistem yang menyusun sistem tersebut, maka dibuat tahapan identifikasi detail dari sistem yang meliputi: 1. Deskripsi sistem 2. Functional Block Diagram 3. IN/OUT Interface 4. System Work Breakdown System
Legisnal Hakim1, Fahrizal2, Program Studi Teknik Mesin Universitas Pasir Pengaraian
Page 151
Failure (FF) didefinisikan sebagai ketidak mampuan suatu komponen/sistem untuk memenuhi standar prestasi (performance standard) yang diharapkan. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 1.
Fungsi dan Kegagalan Fungsional (System Function and Functional Failure) Fungsi (Function) adalah kinerja (performance) yang diharapkan oleh suatu sistem untuk dapat beroperasi. Functional Tabel 1. System Functions and Function Failure RCM Step 4 : System Function and Functional Failure Info : Function and Functional Failure Plant: Pabrik Kelapa Sawit PT AAA Analyst: Legisnal Hakim System : Sistem stasiun pengolahan biji sawit Date : Komp. : Pressing No
Kode
Functions (F)
Nama Item
Failure Function (FF)
1 1 1 1 2 2 2
A1
A2
Kode 1.1
meliputi pengidentifikasian yaitu :
Page 152
Kode
KegagalanFungsi
2.1 2.1 2.1
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Failure Mode and Effect Analysis(FMEA) adalah proses mengidentifikasikegagalan dari suatu komponen yang dapatmenyebabkan kegagalan fungsi dari sistem. Bentuk FMEA ditunjukkan pada Tabel 2.Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
Fungsi
1. Failure Cause : penyebab terjadinya failuremode 2. Failure Effect : dampak yang ditimbulkanfailure mode, failure effect ini dapat ditinjaudari 3 sisi level yaitu :
Komponen / Lokal
Sistem
Plant
JURNAL APTEK Vol. 3 No. 2 Juli 2011
Perencanaan Aplikasi RCM Pada Pengolahan Biji Sawit
Tabel 2. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) RCM Step 5: Failure Mode and Effect Analysis Info : Failure Mode and Effect Analysis Plant: Pabrik Kelapa Sawit PT AAA Analyst: Legisnal Hakim System : Sistem stasiun pengolahan biji sawit Date : Komp. : Pressing No
ID
Asset Name
F
FF
Faiure
Failure
Mode
Cause
Failure Effect Local
System
LTA Plant
(FM) 1
Pressing
Logic Tree Analysis (LTA) Penyusunan Logic Tree Analysis (LTA) merupakan proses yang kualitatif yang digunakan untuk mengetahu konsekuensi yang ditimbulkan oleh masing – masing failure mode. Tujuan Logic Tree Analysis (LTA) adalah mengklasifikasikan failure mode ke dalam beberapa kategori sehingga nantinya dapat ditentukan tingkat prioritas dalam penangan masing-masing failure mode berdasarkan kategorinya . Format LTA pada pompa ditunjukkan pada Tabel 3. Tiga pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Evident yaitu : Apakah operator mengetahui dalam kondisi normal, telah terjadi gangguan dalam sistem ? 2. Safety yaitu : Apakah mode kerusakan inimenyebabkan masalah keselamatan?
3.
Outage yaitu : Apakah mode kerusakan ini mengakibatkan seluruh atau sebagian mesin berhenti? Berdasarkan LTA tersebut failure modedapat digolongkan dalam empat kategori yaitu : 1. KategoriA, jika failure mode mempunyai konsekuensi safety terhadap personel maupun lingkungan. 2. Kategori B, jika failure mode mempunyai konsekuensi terhadap operasional plant (mempengaruhi kuantitas ataupun kualitas output) yang dapat menyebabkan kerugian ekonomi secara signifikan. 3. Kategori C, jika failure mode tidak berdampak pada safety maupun operasional plant dan hanya menyebabkan kerugian ekonomi yang relatif kecil untuk perbaikan. 4. Kategori D, jika failure mode tergolong sebagai hidden failure, yang kemudian digolongkan lagi ke dalam kategori D/A,kategori D/B, dan kategori D/C.
Legisnal Hakim1, Fahrizal2, Program Studi Teknik Mesin Universitas Pasir Pengaraian
Page 153
No
Functional Failure
.1. Masihbanya 1.1 kbuahsawitti dakterpressk an
Tabel 3. Logic Tree Analysis pada pompa No Failure Mode Criticality Analysis Evident Safety Out Catego age ry 1 Bearing Mode Y N Y B 2 Motor Terbakar Y N Y B 3 Screw Y N Y B Aus/Rusak
Pemilihan Tindakan (Task Selection) Pemilihan tindakan merupakan tahap terakhir dari proses analisa RCM. Dari tiap mode kerusakan dibuat daftar tindakan yang mungkin untuk dilakukan dan selanjutnya memilih tindakan yang paling efektif. Gambar 2 merupakan diagram alir pemilihan tindakan. Dalam pelaksanaannya pemilihan tindakan dapat dilakukan dengan empat cara yaitu: 1. Time Directed (TD) Suatu tindakan yang bertujuan melakukan pencegahan langsung terhadap sumber kerusakan peralatan yang didasarkan pada waktu atau umur komponen. 2. Condition Directed (CD) Suatu tindakan yang bertujuan untuk mendeteksi kerusakan dengan cara
Page 154
com
memeriksa alat. Apabila dalam pemeriksaaan ditemukan gejala-gejala kerusakan peralatan maka dilanjutkan dengan perbaikan atau penggantian komponen.
3. Failure Finding (FF)
Suatu tindakan yang bertujuan untuk menemukan kerusakan peralatan yang tersembunyi dengan pemeriksaan berkala. 4. Run to Failure (RTF) Suatu tindakan yang menggunakan peralatan sampai rusak, karena tidak ada tindakan yang ekonomis dapat dilakukan untuk pencegahan kerusakan.
JURNAL APTEK Vol. 3 No. 2 Juli 2011
Perencanaan Aplikasi RCM Pada Pengolahan Biji Sawit
Gambar 2. Diagram alir pemilihan tindakan
2. METODA PENELITIAN Metodologi Penerapan Reliability Centered Maintenance (RCM) dengan analisa kualitatif pada Sistem stasiun pengolahan biji sawit ini dilakukan secara bertahap, yang tersusun dalam langkah –langkah sebagai berikut:
Objek Penelitian Sistem stasiun pengolahan biji sawit PKS PT AAA di Kabupaten Rokan Hulu - Riau Data yang digunakan Data yang berhubungan dengan objek penelitian yang diperlukan untuk proses analisa RCM yaitu :
Legisnal Hakim1, Fahrizal2, Program Studi Teknik Mesin Universitas Pasir Pengaraian
Page 155
1. 2. 3. 4. 5.
Dokumen Permintaan Perbaikan dan IjinKerja (PPIK) Dokumen/History Card kerusakan system. Laporan Analis Keselamatan (LAK) Manual Operasi Maintenance and Repair Manual : StasiunPengolahanBijisawit
Metode Pengumpulan Data 1. Studi Literatur Studi literatur berkaitan dengan studi dan pencarian literatur, prosiding seminar, journal dan Tugas Akhir yang berkaitan dengan metode Reliability Cenetered Maintenance (RCM), seperti perawatan dengan metode RCM dan Sistem stasiun Pengolahan bijisawit. 2. Studi Lapangan
Melakukan kunjungan langsung ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT AAA di Kecamatan Ujung Batu – Kabupaten Rokan Hulu - Riau 3. Tanya Jawab Wawancara, diskusi atau tanya jawab secara langsung dengan petugas, teknisi lapangan dan pejabat di lingkungan PKS PT AAA 3. HASIL DAN PEMBAHASAN System Selection and Information Collection Pemilihan sistem stasiun pengolahan biji terkait fungsinya sebagai pelumatan buah sawit untuk menjamin minyak sawit dihasilkan sesuai kapasitas batas operasi yang diijinkan selama beroperasi.
Tabel 4. Data komponen sistem stasiun pengolahan biji sawit No NamaKomponen Kode 1 SC 01 Screw Press 2 NF 02 Nut fiber 3
Depricarper
Dc 03
4
Polishing drum
PD 04
5
Nut cyclone
NC 05
6
Ripple mill
RM 06
7
Nut hoper
NH 07
8
LTDS 1&2
LTDS 08 & 09
9
Claybath
Cb 10
Komponen – komponen sistem stasiun pengolahan biji sawit yang terkait harus mengacu pada daya operasional dan dapat meminimalkan keboleh jadian kegagalan (failure) pada komponen supaya dalam pengoperasiannya mesin/peralatan aman dan selamat. Komponen –komponen dalam sistem stasiun pengolahan biji sawit yaitu pada Tabel 4. Sedangkan pengumpulan data – data kegagalan (failure mode) dan kerusakan yang Page 156
digunakan adalah data pada periode tahun 2005 sampai dengan 2008. System Boundary Definition Sistem stasiun pengolahan biji sawit terdiri dari sistem pressing, sistem nut fiber, sistem Depricarper, Polishing drum, Nut cyclone, Ripple Mill, Nut Hopper, LTDS 1&2, Claybath, pada pembahasan ini hanya dipilih sistem pressing, seperti pada Gambar 8. JURNAL APTEK Vol. 3 No. 2 Juli 2011
Perencanaan Aplikasi RCM Pada Pengolahan Biji Sawit
1
2
3
4
5
6
7
8
9
11
1
1.Electro Motor
7. Worm Screw Press
2.Speed Reducer
8.Extention Shaft
3. Short Drive Shaft
9. BautPengikat
4. Long Drive Shaft
10. Adjusting Cone
5. Intermediate Gear
11.Hidaulic Cone Guide
0
Gambar 8. Sistem Screw Press/Pressing 6. Pasak System Description Sistem Screw Press berfungsimelumatkan dan mengempa buah sawit agar minyak kelapa sawit pada serabut kelapa sawit keluar yang disebut dengan CPO, serabut sisa pengempaan ini dijadikan bahan bakar pada boiler. Spesifikasi pada screw press tersebut adalah
Kapasitas
: 10 -12 Ton TBS/ jam
Type
: Horizontal double screw press
Daya Motor
: max. 22 KW/ 380 V, 50 Hz
Putaran Motor
: max. 1450 rpm
Gear Box
: Helical geared
DimensiMesin
: 4875 mm x 1510 mm x 1020 mm
BeratMesin
: 5500 kg
Putaran Worm Screw
: 12 - 14 rpm
Dimensi Worm Screw
: 265 dia. x 970/1035 mm panjang
System function and functional failure Tabel 5. Fungsi dan kegagalan fungsi dari pompa No Fungsi KegagalanFungsi 1
2
Melumatkan dan mengempa buah sawit agar minyak sawit
1.1 Terjadi keausan pada permukaan worm screw akibat
keluar dan serabut terpisah dengan biji sawit
gesekan dengan serabut buah sawit.
Poros atau tumpuan pada worm screw dan meneruskan
2.1 Patah pada shaft di bahagian pasak
putaran motor pada worm screw Selanjutnya metode RCM yang ke 4adalah mendefinisikan fungsi dan kegagalan fungsi. Contoh pendefinisian fungsi dankegagalan fungsi dari system screw press dapat dilihat pada Tabel 5 Fungsi dankegagalan fungsi.
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) FMEA mengidentifikasi 13failure mode yang berpotensi menyebabkan terjadinya functional failure pada komponen sistem
Legisnal Hakim1, Fahrizal2, Program Studi Teknik Mesin Universitas Pasir Pengaraian
Page 157
pendingin primer. Dari failure mode tersebut diidentifikasi failure cause karena kegagalan indikasi pada mechanical 59 %, electrical 31% dan instrumentation 10%. Analisa dilakukan pula pada failure effect terhadap local (komponen), system (screw press). Selanjutnya dari 13 failure mode tersebutakan dianalis lebih lanjut dengan Logic TreeAnalysis (LTA). Dasar yang digunakan dalam menentukan failure mode yang akan dimasukkan dalam LTA adalah efek yang ditimbulkan terhadap sistem. Logic Tree Analysis (LTA) Hasil Logic Tree Analysis yang ditunjukkan pada Tabel 6, dari total 13 failure mode menunjukkan bahwa 24 % diantaranya adalah kategori A, 65% kategori A/B, 7% kategori B, 4% kategori C, sedangkan untukkategori D/A, D/B dan D/C adalah 0% hal ini karena operator mengetahui dalam kondisi normal telah terjadi gangguan dalam sistem, sehingga jarang terjadi peristiwa hidden failure. Setiap terjadi gangguan pada sistem langsung ditangani oleh petugas perawatan dari hasil laporan operator pada hari itu juga. Tabel 6. Hasil Logic Tree Analysis Kategori Failure Mode Jumlah % A 3.12 24.00 B 0.77 7.00 C 0.52 4.00 A/B 8,45 65.00 D/A 0 0.00 D/B 0 0.00 D/C 0 0.00 Task Selection Tabel 7. Hasil task selection process Decision Task Jumlah Time Directed (TD)
4
Condition Directed (CD)
8
Failure Finding (FF)
1
Page 158
Run to Failure (RTF)
-
Analisis task selection untuk mengidentifikasi candidate task terhadap 13failure mode kecuali kategori pada LTA. Tabel7 merupakan hasil task selection process menurut jenis perawatannya. 4. KESIMPULAN Kesimpulan dari hasil analisa dan pembahasan adalah sebagai berikut : 1. Data kegagalan (failure mode) pada sistem screw press karena kegagalan indikasi pada mechanical 59%, electrical 31% dan instrumentation 10%. 2. Logic Tree Analysis dari total 13 failure mode menunjukkan bahwa 24% diantaranya adalah kategori A, 65 %kategori A/B, 7% kategori B, 4% kategoriC, sedangkan untuk kategori D/A, D/B danD/C adalah 0% 3. Metode RCM merekomendasikan sebanyak13 jenis perawatan dari Task selection untuk diterapkan pada sistem screw press dengan rincian 35% time directed (4 task),63% condition directed (8task) dan 1%failure finding (1 task)
DAFTAR PUSTAKA DWI
PRIYATNA, Keandalan dan Perawatan, Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknolgi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (2000) DJUNAIDI, Pemeliharaan Tube-Side Penukar Kalor RSG-GAS jangka pendek dan jangka panjang, Seminar Nasional III, SDM Teknologi Nuklir, 21-22November 2007,ISSN 19780176. HENLEY,E.J dan H. KUMAMOTO, Reliability Engineering and Risk Assesment, New Jersey: Prentice Hall (1981) IAEA-TEC DOC 658, Safety related maintenance in the framework of the reliability centered maintenance concept, Vienna: IAEA (1992)IAEAJURNAL APTEK Vol. 3 No. 2 Juli 2011
Perencanaan Aplikasi RCM Pada Pengolahan Biji Sawit
TECDOC 1590, Aplication of Reliability Maintenance to Optimize Operation and Maintenance in Nuclear Power Plant, Vienna: IAEA (2007). JOHN MOUBRAY, Reliability Centered Maintenance, Second Edition, Industrial Press Inc, (1992) MARVIN RAUSAND, Reliability Centered Maintenance, Department of Production and Quality Engineering, Nurwegian University Science and Technology.1998 M. WAZIZ WILDAN, Handout Mata Kuliah SistemPerawatan, Reliability Centered Maintenance(RCM), Jurusan Teknik Mesin dan Industri,Fakultas Teknik UGM, 2009 M. SALMAN SUPRAWHARDANA, SUPRIYONO, Uji Mutu Pompa Daya160KW Menggunakan Analisis Reliabilitas, Laporan Teknis Berkala MIPA Vol. 9 No.1Maret 2001 MOHAMMAD TAHRIL AZIS, M. SALMAN SUPRAWHARDANA DAN TEGUH PUDJIPURWANTO, 2009,
“Penerapan Metode Reliability Centered Maintenance (Rcm) Berbasis Web Pada Sistem Pendingin Primer Di Reaktor Serba Guna GA. Siwabessy “,Seminar Nasional VSdm Teknologi NuklirYogyakarta, 5 November 2009 Issn 1978-0176 SANTOSA PUJIARTA dan BAMBANG CONYIRAWAN, Pemeliharaan Sistem Pendingin Primer JE-01 di reaktor GA. Siwabessy. Seminar Nasional IV, SDM TeknologiNuklir, 25-26 Agustus 2008. ISSN 1978-0176. V.S. DEPHANDE and JP MODAK, Applica tion ofRCM to Medium Scale Industry, Departmentof Mechanical Engineering, P.C.E. & A,Nagpur University, Mahara shanta, India.2001 YAYAN ANDRIYANTO dan DJUNAIDI, Evaluasi Perawatan Katup-katup Otomatis pada Sistem Instalasi di Reaktor Serba Guna GA. Siwabessy. Seminar Nasional IV, SDMTeknologi Nuklir, 25-26 Agustus 2008. ISSN1978-0176.
Legisnal Hakim1, Fahrizal2, Program Studi Teknik Mesin Universitas Pasir Pengaraian
Page 159
Page 160
JURNAL APTEK Vol. 3 No. 2 Juli 2011