Didapatkan hasil sungai Wonorejo Surabaya mempunyai indeks kesamaan komunitas makrozoobenthos antara stasiun 1 dengan stasiun 2 yaitu 0.88. Perbandingan dari kedua stasiun ini memiliki indeks kesamaan jenis mendekati 1, sehingga kedua stasiun ini mempunyai kesamaan jenis makrozoobenthos yang sama dan jenis makrozoobenthos melimpah. Sedangkan indeks kesamaan jenis makrozoobenthos antara stasiun 1 dengan stasiun 3 yaitu 0.41. Perbandingan dari kedua stasiun ini memiliki indeks kesamaan jenis jauh dari angka 1, sehingga kedua stasiun ini mempunyai kesamaan jenis makrozoobenthos yang tidak sama dan jenis makrozoobenthos tidak melimpah. Dan indeks kesamaan jenis makrozoobenthos antara stasiun 2 dengan stasiun 3 yaitu 0.37. perbandingan dari kedua stasiun ini memiliki indeks kesamaan jenis jauh dari angka 1, sehingga kedua stasiun ini mempunyai kesamaan jenis makrozoobenthos yang tidak sama dan jenis makrozoobenthos tidak melimpah.
Morishita – Horn
Stasiun 1 dengan stasiun 2 0.88
Stasiun 1 dengan stasiun 3 0.41
Stasiun 2 dengan stasiun 3 0.37
Salah satu cara untuk penentuan klasifikasi mutu kualitas perairan atau tingkat pencemaran dengan tolak ukur biologi di setiap stasiun pengamatan adalah menggunakan indeks keanekaragaman dengan metode Shannon – Wienner dan dilihat dari nilai DO dan BODnya Lee, Wang, dan Kuo (1978) dalam Wardana (1995). Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh dari stasiun 1 hingga stasiun 3 di dapatkan data sebagai berikut Stasiun Pengamatan Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
H’ 1.43 0.95 1.43
DO (mg/l) 0.20 0.18 0.18
BOD (mg/l) 65.0 66.3 68.0
COD (mg/l) 88.3 90.3 99.3
Kualitas Perairan*) Tercemar berat Tercemar berat Tercemar berat
*) Lee, et al (1978) dalam Wardana (1995)
1.
2. 3.
Struktur komunitas makrozoobentos di aliran Sungai Wonorejo Surabaya memiliki Indeks keanekaragaman makrozoobenthos antara 0.95 – 1.43, dengan struktur komunitas antara cukup stabil hingga stabil. Kemudian memiliki indeks keseragaman makrozoobenthos antara 0.53 – 0.79, dengan nilai keseragaman tertinggi terdapat pada stasiun 1 sebesar 0.79 dan terendah pada stasiun 2 sebesar 0.53. Nilai indeks keseragaman di perairan sungai Wonorejo pada ketiga stasiun penelitian memperlihatkan nilai keseragaman mendekati nilai 1 adalah stasiun 1 dimana pada stasiun tesebut keberadaan setiap jenis biota di perairan dalam kondisi sama. Dan memiliki indeks dominasi makrozoobenthos antara 0.21 – 0.36, dengan dengan nilai dominasi mendekati 0 (< 0.5) dimana menggambarkan tidak adanya jenis yang mendominasi sehingga pembagian jumlah individu pada masing – masing jenis sangat seragam atau merata. Status kualitas air di sungai Wonorejo, stasiun 1 hingga stasiun 3 termasuk dalam katagori kualitas perairan yang tergolong tercemar berat. Kesamaan komunitas makrozoobentos setiap stasiun memiliki nilai indeks kesamaan komunitas < 1 yaitu antara 0.37 – 0.88 yang termasuk dalam katagori kesamaan komunitas rendah
1.
2.
3.
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan dan melanjutkan penelitian mengenai Makrozoobenthos di sungai Wonorejo Surabaya dengan menganalisa regresi linier hubungan antara indeks keanekaragaman dengan faktor fisik kimia sehingga hasil penelitian dapat memberikan dukungan kuat atas hubungan antara indeks keanekaragaman dengan faktor fisik kimia. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan dan melanjutkan penelitian mengenai Makrozoobenthos di sungai Wonorejo Surabaya dengan menganalisa jenis kandungan logam berat yang terkandung dalam air. kemudian menghitung konsentrsi logam tersebut dan dikorelasikan dengan ukuran sehingga hasil penelitian dapat memberikan konstribusi tambahan sebagai database. Mengingat kawasan sungai Wonorejo Surabaya sebagai daerah aliran untuk sistem sirkulasi keluar masuknya air ke dalam tambak udang dan sungai Wonorejo sebagai daerah wisata, maka diharapkan pemerintah bekerja sama dengan masyarakat agar lebih memperketat menerapkan aturan yang mengatur kebersihan lingkungan sehingga dapat meningkatkan estetika lingkungan sekaligus akan berpengaruh terhadap mutu air Sungai Wonorejo Surabaya yang merupakan kebutuhan pokok petani tambak udang sebagai pemeliharaan udang.
Makrobenthos Kelompok benthos yang berukuran lebih besar dari 1.0 mm. Kelompok ini adalah hewan benthos yang paling terbesar. Mesobenthos Kelompok benthos yang berukuran antara 0.1 mm – 1.0 mm. Kelompok ini adalah hewan kecil yang dapat ditemukan di pasir atau lumpur. Mikrobenthos Kelompok benthos yang berukuran lebih kecil dari 0.1 mm. Kelompok ini merupakan hewan yang terkecil. Hewan yang termasuk ke dalamnya adalah protozoa khususnya Ciliata.
Hubungan kualitas air dengan struktur komunitas benthos ? Bourdeau and Tresshow (1978) dalam Butler (1978) menyatakan bahwa dalam lingkungan yang dinamis, analisis biologi khususnya analisis struktur komunitas hewan bentos, dapat memberikan gambaran yang jelas tentang kualitas perairan. Kondisi alam sebenarnya dalam keseimbangan yang beraturan, membentuk mata rantai yang berhubungan satu sama lainnya, sehingga apabila salah satu komponennya terganggu maka akan berpengaruh pada komponen yang lainnya.Untuk memeriksa kondisi suatu perairan apakah tercemar atau tidak dapat digunakan bioindikator (Wardhana,2001)
Oksigen Terlarut atau DO Dissolved Oxygen (DO) merupakan banyaknya oksigen terlarut dalam suatu perairan. Kehidupan di air dapat bertahan jika ada oksigen terlarut minimum sebanyak 5 mg oksigen setiap liter air (Sastrawijaya, 2000). Kepekaan oksigen terlarut bergantung kepada suhu, fotosintesis tumbuhan air, tingkat penetrasi cahaya yang bergantung pada kedalaman dan kekeruhan air, tingkat kederasan aliran air dan jumlah bahan organik yang diuraikan dalam air, seperti sampah, ganggang mati atau limbah industri (Sastrawijaya, 2000). Kebutuhan Oksigen Biokimiawi (Biochemical Oxygen Demand / BOD) BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu karakteristik yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik (Umaly dan Cuvin, 1988; Metcalf & Eddy, 1991 dalam Hariyadi 2004). Dari pengertian ini dapat dikatakan bahwa walaupun nilai BOD menyatakan jumlah oksigen, tetapi untuk mudahnya dapat juga diartikan sebagai gambaran jumlah bahan organik mudah terurai (biodegradable organiks) yang ada di perairan (Hariyadi, 2004)
Kebutuhan Oksigen Kimiawi (Chemical Oxygen Demand / COD) Menurut Warlina (2004) COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun yang sukar didegradasi. Selisih nilai antara COD dan BOD memberikan gambaran antara besarnya bahan organik yang sulit terurai yang ada di perairan. Bisa saja nilai BOD sama dengan COD, tetapi BOD tidak bisa lebih besar dari COD. Jadi COD menggambarkan jumlah total bahan organik yang ada (Hariyadi, 2004). Menurut Effendi (2003) menggabarkan COD sebagai jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat di degradasi secara biologi maupun yang sukar didegradasi menjadi CO2 dan H2O. Berdasarkan kemampuan oksidasi, penentuan nilai COD dianggap paling baik dalam menggambarkan keberadaan bahan organik, baik yang dapat didekomposisi secara biologis maupun yang tidak
Kebutuhan Oksigen Biokimiawi (Biochemical Oxygen Demand / BOD) BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu karakteristik yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik (Umaly dan Cuvin, 1988; Metcalf & Eddy, 1991 dalam Hariyadi 2004). Dari pengertian ini dapat dikatakan bahwa walaupun nilai BOD menyatakan jumlah oksigen, tetapi untuk mudahnya dapat juga diartikan sebagai gambaran jumlah bahan organik mudah terurai (biodegradable organiks) yang ada di perairan (Hariyadi, 2004).