PEREKONOMIAN REGIONAL PROVINSI JAMBI : ANALISIS MULTISEKTORAL DENGAN METODE INPUT - OUTPUT
OLEH : ALIKA SYAHARA H14080101
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
RINGKASAN ALIKA SYAHARA. Perekonomian Regional Provinsi Jambi: Analisis Multisektoral dengan Metode Input-Output (dibimbing oleh D.S PRIYARSONO). Berbagai isu-isu strategis dalam pembangunan Provinsi Jambi yaitu diantaranya tingginya angka kemiskinan dan pengangguran berdampak pada menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat. Fokus utama arah kebijakan pembangunan Provinsi Jambi adalah peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Implementasi pertumbuhan ekonomi ini bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui penyelenggaraan pembangunan kewilayahan yang lebih diarahkan pada penggunaan ruang di Provinsi Jambi (pola ruang) yaitu menyerasikan kegiatan antar sektor dengan kebutuhan ruang dan potensi sumberdaya alam yang berasaskan kelestarian lingkungan menuju pembangunan yang berkelanjutan dan pengembangan wilayah untuk setiap kabupaten/kota di Provinsi Jambi berdasarkan pertimbangan sektor unggulan dan kendala pengembangan yang ada. Penelitian ini bertujuan menganalisis perekonomian Provinsi Jambi dengan pendekatan multisektoral untuk mengetahui sektor-sektor prioritas yang dapat dijadikan dasar penyusunan strategi yang lebih baik dalam tahapan pembangunan perekonomian Provinsi Jambi. Metode yang digunakan adalah analisis Input-Output dengan menggunakan program IOAP (Input Output Analysis for Practitioners) dan Microsoft Excel. Data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari Tabel Input-Output Provinsi Jambi Tahun 2007 klasifikasi 9 sektor serta data-data sekunder lain yang relevan dengan tujuan penelitian skripsi ini. Analisis yang dilakukan terdiri dari analisis keterkaitan, analisis dampak penyebaran, dan analisis pengganda (multiplier). Hasil analisis menunjukkan bahwa sektor-sektor yang memiliki peranan besar dalam perekonomian Provinsi Jambi dilihat dari nilai keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang dan nilai koefisien penyebaran ke depan dan kepekaan penyebaran adalah sektor industri pengolahan, sektor pertanian, sektor keuangan, persewaan, jasa perusahaan, sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sementara itu, dilihat dari nilai pengganda output dan pengganda pendapatan, sektor yang perlu mendapat prioritas adalah sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Untuk itu, diharapkan pembangunan dapat lebih difokuskan pada sektor-sektor tersebut, namun sektor-sektor ekonomi yang lain yang mempunyai potensi juga tetap diikutsertakan dalam pengembangan dan pembangunan wilayah. Peningkatan sarana dan prasarana serta perencanaan dan kinerja pemerintah daerah yang lebih matang juga sangat dibutuhkan dalam pengembangan dan pembangunan ekonomi daerah khususnya di Provinsi Jambi.
PEREKONOMIAN REGIONAL PROVINSI JAMBI : ANALISIS MULTISEKTORAL DENGAN METODE INPUT-OUTPUT
Oleh ALIKA SYAHARA H14080101
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama
: Alika Syahara
Nomor Registrasi Pokok
: H14080101
Program Studi
: Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi
: Perekonomian Regional Provinsi Jambi : Analisis Multisektoral dengan Metode InputOutput
Dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing,
D.S. Priyarsono, Ph.D. NIP. 19610501 198601 1 001 Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim NIP. 19641022 198903 1 003 Tanggal Kelulusan:
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN
SEBAGAI
SKRIPSI
ATAU
KARYA
ILMIAH
PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, April 2012
Alika Syahara H14080101
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Alika Syahara, lahir pada tanggal 7 Februari 1991 di Jambi. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Syahar Is dan Afrida. Penulis menamatkan pendidikan sekolah di SD Islam AlFalah Kota Jambi tahun 2002, kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 1 Kota Jambi dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 1 Kota Jambi dan lulus pada tahun 2008. Selepas lulus dari pendidikan SMA, penulis melanjutkan studinya ke jenjang pendidikan lebih tinggi di Institut Pertanian Bogor dan masuk melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif berorganisasi dengan menjabat sebagai staf pada divisi RE-D HIPOTESA pada periode kepengurusan 2009-2010, anggota UKM Bulutangkis IPB (2009-2011) dan anggota Himpunan Mahasiswa Daerah Jambi (2008-2011). Sejak tahun 2008 penulis juga pernah mengikuti berbagai kepanitian diantaranya; HIPOTEX-R, Pamitran Gentra Kaheman, Masa Perkenalan Fakultas dan Departemen serta panitia Economic Contest FEM IPB.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik. Tema yang dipilih
adalah “Perekonomian Regional Provinsi
Jambi : Analisis Multisektoral dengan Metode Input-Output”. Penulisan ini dimaksudkan untuk merumuskan suatu kebijakan pengembangan sektor perekonomian Provinsi Jambi dalam mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih optimal melalui pengembangan sektor-sektor yang menjadi prioritas dengan memperhatikan aspek karakteristik lokal. Disamping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini dapat terselesaikan berkat semangat, doa, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, khususnya kepada: 1. Dominicus Savio Priyarsono, Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis, teoritis maupun moril dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. 2. Manuntun Parulian Hutagaol, Ph.D sebagai dosen penguji utama dalam sidang skripsi yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. 3. Deni Lubis, MA sebagai dosen penguji dari komisi pendidikan yang memberikan banyak informasi mengenai tata cara penulisan skripsi yang baik. i
4. Para dosen, staf, dan seluruh civitas akademika Departemen Ilmu Ekonomi FEM-IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis selama menjalani studi di Departemen Ilmu Ekonomi. 5. Kedua Orangtua tersayang Papa H. Syahar Is dan Mama Alm Hj. Afrida yang sudah tenang disana semoga ini menjadi kado terindah buat beliau, Ibuku Ade Asmara Dewi, Adik termanis dan terbaik Nadya Syahara, Abang Nicky serta segenap keluarga besar, yang telah memberikan perhatian, motivasi, dukungan baik moril maupun material serta doa bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Mizwan Fachry Harahap sebagai motivator hidup dan perhatiannya kepada penulis selama ini. 7.
Sahabat-sahabatku tersayang Indah Silvina dan Rahayu Novrina Rosa atas sharing, motivasi, dukungan, dan doanya untuk penulis selama ini.
8. Teman-teman seperjuangan satu bimbingan Rizki Yulianti, Ken Ardhana Neswari dan Dina Restiana atas perjuangan yang luar biasa ini. 9. Sahabat-sahabatku di Ilmu Ekonomi 44: Herdiana Puspitasari, Fikanti Zuliastri, Erma Tristianti, dan teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu, atas bantuan, semangat dan doa bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Kakak kelas Ilmu Ekonomi 44: Kak Wati, Kak Amboi, Kak Ranin, Kak Hilman atas bantuan dan dukungan semangatnya bagi penulis. 11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini namun tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
ii
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan, sebagaimana peribahasa mengatakan “Tak ada gading yang tak retak”. Dengan segala kerendahan hati, penulis meminta maaf dan mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun bagi perbaikan penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua pihak yang membutuhkan umumnya. Wassalamu’alaikum wr. wb.
Bogor, April 2012
Alika Syahara H14080101
iii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i DAFTAR ISI...................................................................................................................... iv DAFTAR TABEL .............................................................................................................. vi DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................................... ix I. PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1 1.2 Perumusan Masalah ................................................................................................. 4 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................................... 6 1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................................. 7 1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian .......................................................... 7 II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................ 9 2.1 Tinjauan Teoretis .................................................................................................... 9 2.1.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah............................................................. 9 2.1.2 Perencanaan Pembangunan Daerah ............................................................... 11 2.1.3 Pendekatan Sektoral dalam Pertumbuhan Wilayah ....................................... 12 2.1.4 Landasan Metode Input-Output ..................................................................... 13 2.2 Tinjauan Empiris ................................................................................................... 24 2.3 Kerangka Pemikiran Konseptual .......................................................................... 26 2.4 Tahap-tahap Analisis............................................................................................. 28 III. METODE PENELITIAN ........................................................................................ 30 3.1 Jenis dan Sumber Data .......................................................................................... 30 3.2 Metode Analisis .................................................................................................... 30 3.2.1. Analisis Keterkaitan ....................................................................................... 30 3.2.2 Dampak Penyebaran ...................................................................................... 33 3.2.3 Analisis Pengganda (Multiplier) .................................................................... 34 3.3 Definisi Operasional Data ..................................................................................... 36
iv
IV . GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI .............................................................. 41 4.1 Keadaan Umum ..................................................................................................... 41 4.2 Kependudukan dan Tenaga Kerja ......................................................................... 43 4.3 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi .................................................................. 45 V. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................................... 51 5.1 Struktur Perekonomian Provinsi Jambi ................................................................. 51 5.1.1 Struktur Permintaan ....................................................................................... 51 5.1.2 Struktur Konsumsi Rumah Tangga ................................................................ 53 5.1.3 Struktur Konsumsi Pemerintah ...................................................................... 54 5.1.4 Struktur Investasi ........................................................................................... 55 5.1.5 Struktur Ekspor dan Impor ............................................................................. 56 5.1.6 Struktur Nilai Tambah Bruto ......................................................................... 57 5.2 Analisis Keterkaitan .............................................................................................. 58 5.2.1 Keterkaitan ke Depan (Forward Linkage) ..................................................... 58 5.2.2 Keterkaitan ke Belakang (Backward Linkage) .............................................. 60 5. 3 Analisis Dampak Penyebaran ............................................................................... 62 5.3.1 Koefisien Penyebaran (Daya Penyebaran Ke Belakang) ................................ 62 5.3.2 Kepekaan Penyebaran (Daya Penyebaran Ke Depan) .................................... 63 5.4 Analisis Pengganda (Multiplier) ............................................................................ 65 5.4.1 Analisis Pengganda Output (Multiplier Output) ............................................. 65 5.4.2 Analisis Pengganda Pendapatan Rumah Tangga (Multiplier Income) ............. 67 5.5 Analisis Penetapan Sektor Prioritas ....................................................................... 68 5.6 Implikasi Kebijakan ............................................................................................... 69 VI. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 71 6.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 71 6.2 Saran ...................................................................................................................... 72 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 73 LAMPIRAN...................................................................................................................... 76
v
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Juta Rupiah) ................................. 4 Tabel 2.1 Ilustrasi Tabel Input-Output .................................................................. 14 Tabel 3.1 Rumus Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja .................... 35 Tabel 4.1 Klasifikasi Kabupaten/Kota dan Luas Wilayah Provinsi Jambi ........... 42 Tabel 4.2 Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja, Mencari Pekerjaan dan Bukan Angkatan Kerja Tahun 2010 ............................. 44 Tabel 4.3 Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja menurut Lapangan Usaha , 2007-2010 ............................................................... 44 Tabel 4.4 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha Provinsi Jambi, 2007-2010 (Juta Rupiah) ............................................. 45 Tabel 4.5 PDRB Atas Dasar Harga Konstan menurut Lapangan Usaha Provinsi Jambi, 2007-2010 (Juta Rupiah) ............................................. 46 Tabel 4.6 Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Jambi dan PDB Nasional menurut Lapangan Usaha, 2008-2010 (Persen) .................................... 47 Tabel 5.1 Struktur Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Provinsi Jambi ....................................................................................... 52 Tabel 5.2 Konsumsi Rumah Tangga Terhadap Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Jambi ....................................................................................... 53 Tabel 5.3 Konsumsi Pemerintah Terhadap Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Jambi ...................................................................................... 54 Tabel 5.4 Investasi Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Jambi ........................ 55 Tabel 5.5 Ekspor dan Impor Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Jambi......... 57 Tabel 5.6 Nilai Tambah Bruto Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Jambi ...... 58 Tabel 5.7 Keterkaitan Output ke Depan Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Jambi ............................................................... 60 Tabel 5.8 Keterkaitan Output ke Belakang Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Jambi............................................................... 61 Tabel 5.9 Koefisien Penyebaran Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Jambi ....................................................................................... 63 Tabel 5.10 Kepekaan Penyebaran Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Jambi ..................................................................................... 64 Tabel 5.11 Pengganda Output Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Jambi ....... 66
vi
Tabel 5.12 Pengganda Pendapatan Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Jambi ..................................................................................... 68 Tabel 5.13 Indeks Pengganda Aktual Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Jambi ..................................................................................... 69
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Kerangka pemikiran konseptual .....................................................27 Gambar 4.1 Peta Provinsi Jambi ........................................................................41 Gambar 4.2 Jumlah Penyebaran Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi, 2011 ...................................................................43
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
Lampiran 1. Klasifikasi Sektor-sektor Perekonomian Provinsi Jambi berdasarkan Tabel Input-Output Provinsi Jambi Tahun 2007 .......76 Lampiran 2. Tabel Input-Output Provinsi Jambi Tahun 2007, Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 9 Sektor (Juta Rupiah) ...................................................................................79 Lampiran 3. Matriks Koefisien Teknis Klasifikasi 9 Sektor..............................81 Lampiran 4. Matriks Kebalikan Leontif Klasifikasi 9 Sektor ............................83 Lampiran 5. Pengganda (Multiplier) Output Klasifikasi 9 Sektor .....................84 Lampiran 6. Pengganda (Multiplier) Pendapatan Rumah Tangga Klasifikasi 9 Sektor ........................................................................85
ix
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan antar daerah. Pelaksanaan pembangunan daerah harus dilakukan secara terpadu, selaras, serasi dan seimbang agar pembangunan yang berlangsung di setiap daerah sesuai dengan prioritas dan potensi di daerah tersebut. Dalam kajian regional, konsep pembangunan pada suatu wilayah perlu memperhatikan karakteristik lokal (local specific) wilayah yang dapat meningkatkan potensi wilayah tersebut dan harus tetap mengacu kondisi wilayah itu sendiri (inward looking). Pemilihan prioritas pembangunan yang mengacu pada kebutuhan masyarakat pada akhirnya akan meningkatkan taraf hidup masyarakat di wilayah tersebut (Daryanto, 2004). Menurut Nugroho dan Dahuri (2004), pembangunan daerah dianggap mampu
secara
efektif
menghadapi
permasalahan
pembangunan
secara
menyeluruh karena beberapa alasan. Pertama, pembangunan daerah sangat tepat diimplementasikan dalam perekonomian yang mengandalkan pengelolaan sumber-sumber daya publik. Hal ini dapat terjadi karena pengambilan keputusan secara
otonomi
diyakini
akan
mampu
menyerdehanakan
kompleksitas
pengelolaan sumberdaya, mengintensifkan pembinaan sumberdaya, dan menekan peluang munculnya perilaku perusak lingkungan atau masalah moral. Kedua, pembangunan daerah diyakini mampu memenuhi harapan keadilan ekonomi bagi sebagian banyak orang. Ketiga, pembangunan daerah dapat mengurangi biaya transaksi yang terdiri dari biaya informasi, biaya yang melekat dengan harga 1
komoditas dan biaya pengamanan. Negara dengan fisik geografis yang luas seperti Indonesia, akan terbebani dengan biaya transaksi yang tinggi sehingga merugikan bagi aktivitas ekonomi dan pemerintahan. Keadaan ini mendukung lahirnya biaya informasi dan pengamanan akibat informasi asimetris. Keempat, pembangunan daerah dapat meningkatkan daya beli domestik. Kewenangan yang lebih besar dalam pembiayaan dipastikan membangkitkan insentif untuk meningkatkan alokasi sumberdaya dan modal dari daerah setempat. Berbagai isu-isu strategis dalam pembangunan Provinsi Jambi yaitu diantaranya tingginya angka kemiskinan dan pengangguran berdampak pada menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah Provinsi Jambi terus berupaya merancang arah kebijakan ekonomi yang menitikberatkan pada upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Arah kebijakan pembangunan Provinsi Jambi merupakan derivasi dari arah kebijakan pembangunan nasional (RPJM Nasional) dengan mempertimbangkan potensi sumberdaya dan kearifan lokal masyarakat Provinsi Jambi. Secara garis besar, arah kebijakan umum pembangunan Provinsi Jambi periode tahun 2010-2015 adalah : 1) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas yang tercermin dari meningkatnya kesejahteraan masyarakat dan pemerataan pendapatan, 2) Memperkuat dimensi pembangunan yang berkeadilan, 3) Menyelenggarakan pemerintahan yang baik dengan penerapan prinsip-prinsip antara lain: keterbukaan, akuntabilitas, efektivitas dan efisiensi, supremasi hukum, keadilan, dan partisipasi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi menjadi fokus dalam pembangunan Provinsi Jambi dengan menyelenggarakan pembangunan kewilayahan yang lebih
2
diarahkan pada penggunaan ruang di Provinsi Jambi (pola ruang) yaitu menyerasikan kegiatan antarsektor dengan kebutuhan ruang dan potensi sumberdaya alam yang berasaskan kelestarian lingkungan menuju pembangunan yang berkelanjutan dan pengembangan wilayah untuk setiap kabupaten/kota di Provinsi Jambi berdasarkan pertimbangan sektor prioritas dan kendala pengembangan yang ada. Dalam mengidentifikasi sektor prioritas, sektor-sektor perekonomian perlu dianalisis secara komprehensif melalui pendekatan multisektoral. Tarigan (2005) menyatakan bahwa pembangunan daerah dengan pendekatan multisektoral berciri seluruh kegiatan ekonomi di dalam wilayah perencanaan dikelompokkan atas sektor-sektor. Selanjutnya setiap sektor dianalisis satu per satu. Setiap sektor dilihat potensi dan peluangnya, menetapkan apa yang dapat ditingkatkan dan dimana lokasi dari kegiatan peningkatan tersebut. Pengembangan
sektor
memiliki
relevansi
yang
kuat
dengan
pengembangan wilayah. Wilayah dapat berkembang melalui berkembangnya sektor unggulan pada wilayah tersebut yang mendorong perkembangan sektor lainnya. Selanjutnya sektor yang lain akan berkembang dan mendorong sektor lainnya yang terkait sehingga membentuk suatu sistem keterkaitan antarsektor. Untuk itu, kajian mengenai peranan sektor-sektor perekonomian secara mendalam perlu dilakukan sebagai dasar dalam penyusunan strategi yang lebih baik dalam tahapan pembangunan perekonomian Provinsi Jambi.
3
1.2 Perumusan Masalah Terhitung sejak terbentuknya Provinsi Jambi pada tahun 1958, telah banyak kegiatan pembangunan yang dilakukan secara terencana dan terarah. Dimulai dengan pembangunan jangka panjang tahap pertama (PJP I) periode 1969-1993 hingga saat ini. Sejak awal periode pembangunan, struktur perekonomian Provinsi Jambi didominasi oleh sektor pertanian, meskipun kontribusinya dari tahun ke tahun cenderung menurun sebagai akibat meningkatnya kontribusi sektor lain seperti perdagangan, jasa dan industri. Hal ini dapat dilihat dari struktur Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan tahun 2000 menurut Lapangan Usaha Provinsi Jambi tahun 20072010. Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Juta Rupiah) 2007
2008
2009
2010
SEKTOR Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Pertanian
4.437.448,46
31,09
4.691.195,98
30,67
5.003.441,11
30,74
5.259.855,99
30,12
Pertambangan dan Penggalian
1.614.206,54
11,31
1.851.478,43
12,10
1.875.312,42
11,52
2.146.442,12
12,29
Industri Pengolahan
1.948.460,26
13,65
2.058.252,12
13,45
2.137.363,27
13,13
2.233.275,28
12,79
Listrik, Gas dan Air bersih
109.743,85
0,77
117.730,99
0,77
128.645,78
0,79
145.523,53
0,83
Bangunan
654.223,43
4,58
721.428,38
4,72
782.474,7
4,81
835.368,24
4,78
Perdagangan, Hotel dan Restoran
2.464.612,40
17,27
2.562.858,26
16,75
2.764.830,46
16,99
3.045.833,40
17,44
Pengangkutan dan Komunikasi
1.159.479,50
8,12
1.198.512,56
7,83
1.268.174,97
7,79
1.318.769,65
7,55
Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan
609.271,18
4,27
754.770,87
4,93
889.519,04
5,47
997.305,14
5,71
Jasa-Jasa
1.277.715,71
8,95
1.341.488,97
8,77
1.425.145,98
8,76
1.482.880,09
8,49
Total PDRB
14.275.161,32
100
15.297.770,56
100
16.274.907,73
100
17.465.253,43
100
Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2011
4
Daryanto dan Hafizrianda (2010) menyatakan bahwa kontribusi sektor terhadap penciptaan PDRB belum cukup untuk menggambarkan perekonomian wilayah secara keseluruhan karena hanya melihat pada efek langsung saja, padahal dampak pembangunan suatu sektor ekonomi tidak bisa dilihat sebatas pada kemampuannya menciptakan PDRB semata. Namun yang lebih penting lagi, bagaimana sektor tersebut mampu menggerakkan seluruh roda perekonomian wilayah dengan mengkaji keterkaitan serta efek sebar yang dapat diberikan oleh suatu sektor ekonomi yang selama ini seringkali terjadi kesalahan penempatan anggaran pembangunan dengan potensi sektor yang ada. Perencanaan pembangunan daerah yang berfokus pada peningkatan pertumbuhan ekonomi yang tercermin dari peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pemerataan pendapatan diharapkan dapat mengatasi tingginya angka kemiskinan dan pengangguran di Provinsi Jambi. Jumlah penduduk miskin Provinsi Jambi pada tahun 2008-2010 adalah sebanyak 261.200 orang, 245.000 orang dan 260.300 orang. Jumlah angkatan kerja Provinsi Jambi yang sedang mencari kerja (pengangguran) pada tahun 2008-2010 yaitu 66.371 orang, 73.904 orang, dan 83.278 orang. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin dan jumlah angkatan kerja yang sedang mencari pekerjaan (pengangguran) tiap tahunnya. Untuk itu, direncanakan program kegiatan pembangunan daerah yang mengarah pada penyerasian kegiatan antarsektor dengan mendorong sektor-sektor prioritas di Provinsi Jambi. Dalam mengidentifikasi sektor-sektor prioritas di Provinsi Jambi dilakukan dengan pendekatan multisektoral melalui analisis InputOutput untuk dapat mengkaji keterkaitan dan peranan antar sektor perekonomian
5
sehingga dapat membantu pihak pemerintah daerah dalam membuat kebijakan pembangunan ekonomi khususnya dalam perencanaan pembangunan daerah Provinsi Jambi sehingga permasalahan pembangunan Provinsi Jambi dapat diatasi. Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1.
Bagaimana struktur perekonomian Provinsi Jambi ditinjau dari struktur permintaan, konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi, surplus perdagangan, dan nilai tambah bruto?
2.
Bagaimana keterkaitan dan dampak penyebaran sektor-sektor dalam perekonomian Provinsi Jambi?
3.
Bagaimana efek pengganda (multiplier) output dan pendapatan sektorsektor dalam perekonomian Provinsi Jambi?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini memiliki beberapa tujuan sebagai berikut: 1.
Menganalisis struktur perekonomian Provinsi Jambi ditinjau berdasarkan struktur permintaan, konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi, surplus perdagangan, dan nilai tambah bruto.
2.
Menganalisis keterkaitan dan dampak penyebaran sektor-sektor dalam perekonomian Provinsi Jambi.
3.
Menganalisis dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh sektor-sektor perekonomian Provinsi Jambi yang dilihat berdasarkan efek pengganda (multiplier) output dan pendapatan. 6
1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1.
Bagi pembuat kebijakan dan pemerintah (pusat dan daerah), khususnya pemerintah daerah Provinsi Jambi, sebagai sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam perumusan kebijakan pembangunan secara terintegrasi.
2.
Sebagai bahan pustaka, informasi, dan referensi bagi pihak yang membutuhkan serta sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya.
3.
Sebagai wawasan bagi para pembaca mengenai analisis multisektoral dalam perekonomian Provinsi Jambi.
1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Ruang
lingkup
penelitian
ini
adalah
menganalisis
sektor-sektor
perekonomian Provinsi Jambi selanjutnya dapat diidentifikasi sektor-sektor apa saja yang dapat menjadi sektor kunci. Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan analisis terhadap data pada tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 klasifikasi 70 sektor yang kemudian diagregasi menjadi 9 sektor. Agregasi menjadi 9 sektor dilakukan untuk melihat dampak penyebaran dan keterkaitan sektor-sektor dalam perekonomian Provinsi Jambi. Data yang dianalisis dari tabel Input-Output tersebut adalah data transaksi domestik atas dasar harga produsen. Dalam penelitian ini tidak dapat melihat efek pengganda tenaga kerja dari masing-masing sektor karena keterbatasan data tenaga kerja sesuai dengan klasifikasi pada tabel Input-Ouput tersebut.
7
Analisis Input-Output tidak mampu mengatasi masalah kemiskinan dalam suatu perekonomian karena model ini tidak bisa menggambarkan distribusi pendapatan antar kelompok masyarakat sehingga tidak dapat disimpulkan apakah kemiskinan suatu wilayah sudah menurun atau tidak. Namun, analisis ini dapat menggambarkan
struktur
perekonomian
wilayah
berdasarkan
sektor
perekonomian yang dapat memberikan arahan di dalam menetapkan sektor-sektor prioritas didalam pembangunan wilayah. Sektor yang diidentifikasi memiliki peranan
yang
strategis
karena
keterkaitannya
yang
luas
dan
potensi
menumbuhkan dampak ganda bagi berbagai indikator pembangunan yaitu diantarnya peningkatan kesejahteraan masyarakat.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Pertumbuhan ekonomi wilayah merupakan pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (value added) yang terjadi. Menurut Kuznets dalam Priyarsono et al (2007), pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu wilayah untuk menyediakan jenis barang dan jasa kepada penduduknya, kemampuan tersebut tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukan. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. 1. Teori Smith Adam Smith memaparkan suatu teori klasik yang menentang campur tangan pemerintah dalam perekonomian yang dikenal dengan laissez-faire yaitu kebijaksanaan yang sifatnya memberi kebebasan yang maksimal kepada para pelaku perekonomian. Menurutnya, faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi. Penduduk yang bertambah akan memperluas pasar dan perluasan pasar akan akan meningkatkan spesialisasi
dalam
perekonomian
tersebut.
Spesialisasi,
kemudian
akan
meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan mendorong pertumbuhan teknologi. Kenaikan dalam produktivitas yang disebabkan oleh kemajuan teknologi akan meningkatkan tingkat upah dan keuntungan, pada saat yang bersamaan
9
pertumbuhan penduduk juga akan meningkatkan akumulasi kapital dari tabungan. Dengan adanya akumulasi kapital maka stok alat-alat modal dapat ditambah dan mendorong produktivitas dan teknologi yang berkelanjutan sehingga proses pertumbuhan akan terus berlangsung sampai seluruh sumberdaya termanfaatkan (Priyarsono et al, 2007). 2. Teori Harrod-Domar Teori pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan GDP ditentukan secara bersama-sama oleh rasio tabungan (s) dan rasio modal-output nasional (k). Semakin banyak yang ditabung dan kemudian diinvestasikan, maka laju pertumbuhan ekonomi akan semakin cepat. Asumsi yang mendasari teori ini adalah perekonomian tertutup, hasrat menabung (MPS = s) konstan, skala hasil tetap (constant return to scale) dan tingkat pertumbuhan angkatan kerja konstan (Todaro, 2004). 3. Teori Solow Model pertumbuhan Solow yang sering dikenal sebagai model pertumbuhan Neo-Klasik merupakan pengembangan dari formulasi HarrodDomar dengan menambahkan faktor tenaga kerja dan teknologi. Namun, berbeda dari model Harrod-Domar yang mengasumsikan skala hasil tetap (constant return to scale) dengan koefisien baku, model pertumbuhan Neo-Klasik Solow berpegang pada konsep skala hasil yang terus berkurang (diminishing return to scale) dari input tenaga kerja. Tingkat pertumbuhan terdiri dari tiga sumber, yaitu akumulasi modal, penawaran tenaga kerja dan kemajuan teknik. Model NeoKlasik menarik perhatian ahli-ahli teori ekonomi regional karena mengandung
10
teori tentang mobilitas faktor. Implikasi dari persaingan sempurna adalah modal dan tenaga kerja akan berpindah apabila balas jasa faktor-faktor tersebut berbedabeda. Modal akan berarus dari daerah yang mempunyai tingkat biaya tinggi ke daerah yang mempunyai tingkat biaya rendah, karena keadaan yang terakhir itu memberikan suatu penghasilan (returns) yang lebih tinggi. Tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan akan pindah ke daerah lain yang mempunyai lapangan kerja baru yang merupakan pendorong untuk pembangunan di daerah tersebut (Todaro, 2004). 2.1.2 Perencanaan Pembangunan Daerah Untuk tingkat daerah, perencanaan pembangunan ekonomi bisa dianggap sebagai perencanaan untuk memperbaiki penggunaan sumber-sumber daya publik yang tersedia di daerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam rangka menciptakan nilai sumber-sumber daya swasta secara bertanggung jawab. Dengan demikian diharapkan perekonomian wilayah dapat mencapai keadaan perekonomian yang lebih baik pada masa yang akan datang dibanding dengan keadaan sekarang ini, atau minimal sama dengan keadaan ekonomi sekarang. Munculnya perencanaan pembangunan daerah, sebenarnya merupakan jawaban
terhadap
peningkatan
kesenjangan
pembangunan
yang
terjadi
antardaerah. Kesenjangan ini bisa saja terjadi karena adanya perpindahan modal yang cenderung menambah ketidakmerataan. Di daerah-daerah yang sedang berkembang, permintaan barang/jasa akan mendorong naiknya investasi, yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan. Sebaliknya di daerah-daerah yang kurang berkembang, permintaan akan investasi rendah karena pendapatan masyarakat yang rendah. Perkembangan yang tidak merata ini pada akhirnya
11
menimbulkan backwash effect yang dikatakan oleh Myrdall (1957) dalam Daryanto dan Hafizrianda (2010) sebagai kerugian yang diderita oleh daerahdaerah yang kurang berkembang akibat adanya ekspansi ekonomi dari daerahdaerah yang maju. Seharusnya tindakan pembangunan dari suatu daerah berkembang bisa memberikan keuntungan bagi daerah-daerah disekitarnya, dengan kata lain ekspansi pembangunan ekonomi daerah tersebut bisa memberikan spread effects bagi daerah-daerah lain. Hirschman dalam Adisasmita (2008) menegaskan bahwa jika terjadi perbedaan yang sangat jauh antara perkembangan ekonomi di daerah kaya dengan daerah miskin, akan terjadi proses pengkutuban (polarization effects), sebaliknya jika perbedaan kedua daerah tersebut menyempit, berarti telah terjadi imbas yang baik karena ada proses penetesan kebawah (trickle down effects). 2.1.3 Pendekatan Sektoral dalam Pertumbuhan Wilayah Pendekatan sektoral menekankan pada pertumbuhan pembangunan yang dilakukan di dalam suatu wilayah. Dengan pendekatan ini, pengelompokan sektorsektor dapat dilakukan berdasarkan kegiatan yang seragam yang lazim dipakai dalam literatur atau pengelompokan berdasarkan administrasi pemerintahan yang menangani sektor tersebut. Pendekatan sektoral adalah di mana seluruh kegiatan ekonomi di dalam wilayah perencanaan dikelompokkan atas sektor-sektor. Selanjutnya setiap sektor dianalisis satu per satu. Setiap sektor dilihat potensi dan peluangnya, menetapkan apa yang dapat ditingkatkan dan di mana lokasi dari kegiatan peningkatan tersebut. Caranya adalah masing-masing sektor dipisahkan (break-down) sehingga terdapat kelompok-kelompok yang bersifat homogen.
12
Kelompok yang homogen ini dapat digunakan peralatan analisis yang biasa digunakan untuk kelompok tersebut. 2.1.4 Landasan Metode Input-Output Semenjak dirintis oleh W. W. Leontief pada tahun 1930an, Input-Output telah berkembang menjadi salah satu metode yang paling luas diterima, tidak hanya untuk mendeskripsikan struktur industri suatu perekonomian saja tetapi juga untuk memprediksikan perubahan-perubahan struktur tersebut (Glasson, 1977). Sepanjang baris Tabel Input-Output menunjukkan pengalokasian output yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir, selain itu pada baris nilai tambah menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah sektoral, sedangkan sepanjang kolomnya menunjukkan struktur input yang digunakan oleh masing-masing sektor dalam proses produksi, baik yang berupa input antara maupun input primer. Sebagai metode kuantitatif, Tabel Input-Output dapat memberikan gambaran secara menyeluruh tentang halhal sebagai berikut: 1. Struktur perekonomian suatu wilayah yang mencakup output dan nilai tambah masing-masing sektor. 2. Struktur input antara, yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa antar sektorsektor produksi. 3. Struktur penyediaan barang dan jasa, baik berupa produksi dalam negeri maupun barang impor atau yang berasal dari luar wilayah tersebut. 4. Struktur permintaan barang dan jasa, baik berupa permintaan oleh berbagai sektor produksi maupun permintaan untuk konsumsi, investasi, dan ekspor.
13
2.1.4.1 Struktur Tabel Input-Output Tabel Input-Output terdiri atas suatu kerangka matriks berukuran “n x n” dimensi yang dibagi menjadi empat kuadran dan tiap kuadran mendeskripsikan suatu
hubungan
tertentu.
Keseluruhan sistem adalah
suatu
seri
yang
mengkorelasikan baris (output) dan kolom (input) (Glasson, 1977). Adapun gambaran lengkap format Tabel Input-Output disajikan pada Tabel 2.1 berikut : Tabel 2.1. Ilustrasi Tabel Input-Output Alokasi Output
Permintaan Antara Sektor Produksi
Susunan Input Input antara
Sektor produksi
Upah dan Gaji RT Surplus Usaha Input Primer lainnya
1
2
x11
x11 x22
x21 . . . xn1
. . . xn2
…
Permintaan Akhir
Total Output
N
…
x1n
C1
X1
…
x2n
C2
X2
. . . xnn
. . . Cn
. . . Xn
. . . …
W1
W2
…
Wn
S1
S2
…
Sn
P1
P1
…
Pn
X1
X2
…
Xn
Total Input Sumber: Miller and Blair, 1985 dalam Priyarsono, D. S et al, 2007. Dalam tabel 2.1 di atas terdapat empat kuadran dalam Tabel Input- Output. Penjelasan mengenai masing-masing kuadran adalah sebagai berikut. 1. Kuadran I (Intermediate Quadrant) Kuadran I menunjukkan transaksi antara, yaitu transaksi barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Kuadran ini memberikan informasi mengenai saling ketergantungan antarsektor produksi dalam suatu perekonomian.
14
Kuadran ini berperan penting karena menunjukkan keterkaitan antarsektor ekonomi dalam melakukan proses produksinya. 2. Kuadran II (Final Demand Quadrant) Kuadran II menunjukkan penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor perekonomian untuk memenuhi permintaan akhir. Permintaan akhir adalah output suatu sektor yang langsung digunakan oleh rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok, dan ekspor. 3. Kuadran III (Primary Input Quadrant) Kuadran III menunjukkan pembelian input yang dihasilkan di luar sistem produksi oleh sektor-sektor dalam kuadran antara. Kuadran ini terdiri atas pendapatan rumah tangga (gaji/upah), surplus usaha, penyusutan, dan pajak tak langsung netto. Jumlah keseluruhan nilai tambah ini akan menghasilkan produk domestik bruto yang dihasilkan oleh wilayah tersebut. 4. Kuadran IV (Primary Input-Final Demand Quadrant) Kuadran IV menunjukkan input primer permintaan akhir dari transaksi langsung antara kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa melalui sistem produksi atau kuadran antara. Berdasarkan Tabel 2.1 sepanjang baris (horizontal) memperlihatkan bagaimana
output
suatu sektor
dialokasikan, sebagian
untuk
memenuhi
permintaan antara (intermediate demand) sebagian lagi untuk memenuhi permintaan akhir (final demand). Sepanjang kolom (vertikal) menunjukkan pemakaian input antara maupun input primer yang disediakan oleh sektor-sektor lain untuk kegiatan produsi suatu sektor.
15
Apabila konsumsi rumah tangga + konsumsi pemerintah + pembentukan modal tetap + perubahan stok + ekspor = F maka Tabel 2.1 dilihat secara horisontal maka alokasi output secara keseluruhan dapat dituliskan dalam bentuk persamaan sebagai berikut : x11 + x12 +
+ x1n + F1 = X1
x21 + x22 +
+ x2n + F2 = X2
xn1 + xn2 +
+ xnn + Fn = Xn ……………………………………….(1)
secara ringkas persamaan tersebut dapat ditulis menjadi:
dimana xij adalah banyaknya output sektor i yang dipergunakan sebagai input oleh sektor j dan Fi adalah permintaan akhir terhadap sektor i serta Xi adalah jumlah output sektor i. Sedangkan jika upah dan gaji rumah tangga + surplus usaha + input primer lainnya = V maka Tabel 2.1 dilihat secara vertikal maka itu menunjukkan susunan input suatu sektor dengan persamaan yang dapat ditulis sebagai berikut. x11 + x12 +
+ x1n + V1 = X1
x21 + x22 +
+ x2n + V2 = X2
xn1 + xn2 +
+ xnn + Vn = Xn ............................................................(2)
secara ringkas persamaan tersebut dapat ditulis menjadi:
16
dimana Vj adalah input primer (nilai tambah bruto) dari sektor j. Berdasarkan persamaan (1) diatas, jika diketahui matriks koefisien teknologi, aij sebagai berikut: aij =
........................................................................................................(3)
dan jika persamaan (3) disubstitusikan ke persamaan (1) maka didapat sebagai berikut: a11X1 + a12X2 +
+ a1nXn + F1 = X1
a21X1 + a22X2 +
+ a2nXn + F2 = X2
an1X1 + an2X2 +
+ annXn + Fn = Xn………………………..………(4)
Jika persamaan (4) ditulis dalam bentuk persamaan matriks akan diperoleh sebagai berikut :
⎡ a11a12 L a1n ⎤ ⎢a a L a ⎥ 2n ⎥ ⎢ 21 22 ⎢M M M ⎥ ⎢ ⎥ ⎣ an1an 2 L ann ⎦ A
⎡ X1 ⎤ ⎡ F1 ⎤ ⎢X ⎥ ⎢F ⎥ 2 2⎥ ⎢ + = ⎢ ⎥ ⎢ M ⎥ ⎢ M⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎣Xn ⎦ ⎣ Fn ⎦
⎡ X1 ⎤ ⎢X ⎥ ⎢ 2⎥ ⎢ M ⎥ ⎢ ⎥ ⎣Xn ⎦ X
+
F
=
X
AX + F = X atau (I – A)X = F X = (I – A)-1F…………………………………………………………..…(5) Dimana :
I
= Matriks
identitas
yang
elemennya
memuat
angka satu
pada diagonalnya dan nol pada selainnya F
= Permintaan akhir
X
= Jumlah Output
(I-A)
= Matriks Leontif
( I – A )-1
= Matriks kebalikan Leontief
17
2.1.4.2 Asumsi, Kegunaan, dan Keterbatasan Metode Input-Output Data dalam Tabel Input-Output mampu menggambarkan keterkaitan antar sektor dalam kegiatan perekonomian secara rinci mengenai input dan output sektoralnya. Karena bersifat statis dan terbuka, maka ada beberapa asumsi dasar yang harus dipenuhi agar memberikan hasil yang akurat (Priyarsono et al, 2007), yaitu: 1.
Keseragaman (Homogeneity), yaitu asumsi bahwa setiap sektor ekonomi hanya memproduksi satu jenis barang dan jasa dengan susunan input tunggal (seragam) dan tidak ada substitusi otomatis terhadap input dari output sektor yang berbeda.
2.
Kesebandingan (Proportionality), yaitu asumsi bahwa hubungan antara input dan output pada setiap sektor produksi merupakan fungsi linier, artinya kenaikan atau penurunan penggunaan input oleh suatu sektor akan sebanding dengan kenaikan atau penurunan output yang dihasilkan oleh sektor tersebut.
3.
Penjumlahan (Aditivity), yaitu asumsi bahwa total efek dari kegiatan produksi di berbagai sektor merupakan penjumlahan dari efek pada masing-masing kegiatan produksi tersebut. Metode Input-Output telah banyak dikembangkan untuk keperluan
yang lebih luas dalam analisis ekonomi. Beberapa kegunaan dari analisis InputOutput antara lain sebagai berikut 1.
Untuk memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah, impor, penerimaan pajak, dan penyerapan tenaga di berbagai sektor produksi.
18
2.
Untuk melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa terutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan substitusinya.
3.
Untuk mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya paling dominan terhadap pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan perekonomian.
4.
Untuk menggambarkan perekonomian suatu wilayah dan mengidentifikasi karakteristik struktural suatu perekonomian wilayah. Meskipun banyak kegunaan dari metode Input-Output ini tapi tetap
terdapat beberapa keterbatasan. Beberapa keterbatasan metode Input-Output yaitu sebagai berikut: 1.
Koefisien
Input-Output
yang
konstan
selama
periode
analisis,
sehingga perubahan-perubahan seperti teknologi atau perubahan relatif yang mungkin terjadi selama periode analisis diabaikan. Hal ini menyebabkan harus dilakukannya penyesuaian terhadap koefisien agar tidak timbul bias terhadap hasil produksi. 2.
Semakin banyak agregasi yang dilakukan terhadap sektor-sektor yang ada akan menyebabkan semakin besar pula kecenderungan pelanggaran terhadap asumsi homogenitas dan semakin banyak informasi ekonomi yang lebih terperinci tidak terlingkup dalam analisisnya.
3.
Keterbatasan
yang
disebabkan
oleh
besarnya
dana
atau
biaya
dalam penyusunan Tabel Input-Output dengan menggunakan metode survei.
19
2.1.4.3 Analisis Keterkaitan Konsep keterkaitan biasa digunakan sebagai dasar perumusan strategi pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antar sektor dalam suatu sistem perekonomian. Konsep ini meliputi keterkaitan ke depan (forward linkage) yang menunjukkan hubungan keterkitan antar sektor / industri dalam penjualan terhadap total penjualan output yang dihasilkannya. Sedangkan untuk keterkaitan ke belakang (backward linkage) menunjukkan hubungan keterkaitan antar sektor / industri dalam pembelian terhadap total pembelian input yang digunakan untuk proses produksi dan keterkaitan 1.
Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan, menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan output bagi sektor tersebut secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total.
2.
Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang, menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total.
2.1.4.4 Analisis Dampak Penyebaran Indeks keterkaitan langsung dan tidak langsung baik ke depan ataupun ke belakang belum cukup memadai untuk digunakan sebagai landasan pemilihan sektor kunci, sehingga harus dinormalkan dengan cara membandingkan rata-rata dampak yang ditimbulkan oleh sektor tersebut dengan rata-rata dampak seluruh sektor. Analisis dampak penyebaran yang terdiri atas kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran digunakan untuk membandingkan antara keterkaitan
20
langsung dan tidak langsung baik ke depan ataupun ke belakang. 1. Koefisien Penyebaran (Daya Penyebaran ke Belakang / Daya Menarik) Konsep ini digunakan untuk mengetahui distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input, biasanya sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. 2. Kepekaan Penyebaran (Daya Penyebaran ke Depan / Daya Mendorong) Konsep ini digunakan untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output, biasanya sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai output dari sektor ini. 2.1.4.5 Analisis Pengganda (Multiplier) Analisis ini terdiri atas multiplier output, multiplier pendapatan, multiplier tenaga kerja, dan multiplier tipe I dan II. 1.
Multiplier output, dihitung dalam per unit perubahan output sebagai efek
awal (initial effect), yaitu kenaikan atau penurunan output sebesar satu unit satuan moneter. Setiap elemen dalam matriks kebalikan Leontief (matriks invers) α menunjukkan total pembelian input baik langsung maupun tidak langsung dari sektor i yang disebabkan karena adanya peningkatan penjualan dari sektor i sebesar satu unit satuan moneter ke permintaan akhir. Matriks invers dirumuskan sebagai berikut. α = (I – A)-1 = [αij]
21
Matriks α mengandung informasi penting tentang struktur perekonomian yang dipelajari dengan menentukan tingkat keterkaitan antarsektor dalam perekonomian suatu wilayah atau negara. Koefisien dari matriks invers [αij] menunjukkan besarnya perubahan aktivitas dari suatu sektor yang akan mempengaruhi tingkat output dari sektor-sektor lain. 2.
Multiplier
pendapatan,
mengukur
peningkatan
pendapatan
akibat
adanya perubahan output dalam perekonomian. Pendapatan yang dimaksud dalam Tabel Input-Output adalah upah dan gaji yang diterima oleh rumah tangga. 3.
Multiplier tenaga kerja, menunjukkan perubahan tenaga kerja yang
disebabkan oleh perubahan awal dari sisi output. Multiplier tenaga kerja tidak diperoleh dari elemen-elemen dalam Tabel Input-Output, seperti pada multiplier output dan pendapatan karena dalam Tabel Input-Output tidak mengandung elemen- elemen yang berhubungan dengan tenaga kerja, sehingga untuk memperolehnya harus ditambahkan dalam Tabel Input-Output baris yang menunjukkan jumlah dari tenaga kerja untuk masing-masing sektor dalam perekonomian suatu wilayah atau negara. Penambahan baris ini untuk mendapatkan koefisien tenaga kerja (ei). 4.
Multiplier tipe I dan II, digunakan untuk mengukur efek dari
output, pendapatan, dan tenaga kerja masing-masing sektor perekonomian yang disebabkan karena adanya perubahan dalam jumlah output, pendapatan, dan tenaga kerja yang ada di suatu negara atau wilayah. Efek multiplier output, pendapatan, dan tenaga kerja dapat dibagi sebagai berikut. a.
Dampak awal (initial impact), merupakan stimulus perekonomian yang diasumsikan sebagai peningkatan atau penurunan penjualan dalam satu unit
22
satuan
moneter.
Dampak
awal
dari
sisi
output
diasumsikan
sebagai peningkatan penjualan ke permintaan akhir sebesar satu unit satuan moneter. Peningkatan output tersebut akan memberikan efek terhadap peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja. Efek awal dari sisi pendapatan ditunjukkan oleh koefisien pendapatan rumah tangga (hi), sedangkan efek awal dari sisi tenaga kerja ditunjukkan oleh koefisien tenaga kerja (ei). b.
Efek putaran pertama (first round effect), menunjukkan efek langsung dari pembelian masing-masing sektor untuk setiap peningkatan output sebesar satu unit satuan moneter. Efek putaran pertama dari sisi output ditunjukkan oleh koefisien langsung (koefisien input output / aij), sedangkan
efek
putaran pertama dari sisi pendapatan (∑iaij hi)
menunjukkan adanya peningkatan pendapatan dari setiap sektor akibat adanya efek putaran pertama dari sisi output. Efek putaran pertama dari sisi tenaga kerja (∑iaij ei) menunjukkan peningkatan penyerapan tenaga kerja akibat adanya efek putaran pertama dari sisi output. c.
Efek dukungan industri (industrial support effect), dari sisi output menunjukkan
efek
dari
peningkatan
output
putaran
kedua
dan
selanjutnya akibat adanya stimulus ekonomi. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek dukungan
industri
menunjukkan
adanya
efek
peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya dukungan industri yang menghasilkan output. d.
Efek induksi konsumsi (consumption
induced
effect), dari sisi output
menunjukkan adanya suatu pengaruh induksi (peningkatan konsumsi rumah
23
tangga) akibat pendapatan rumah tangga yang meningkat. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek induksi konsumsi diperoleh dari masingmasing dengan mengalikan efek induksi konsumsi output dengan koefisien pendapatan rumah tangga dan koefisien tenaga kerja. e.
Efek lanjutan (flow on effect), merupakan efek (dari output, pendapatan, dan tenaga kerja) yang terjadi pada semua sektor perekonomian dalam suatu negara atau wilayah akibat adanya peningkatan penjualan dari suatu sektor. Efek lanjutan dapat diperoleh dari pengurangan efek total dengan efek awal.
2.2 Tinjauan Empiris Samiun (2008) menganalisis perekonomian Provinsi Maluku Utara dengan pendekatan multisektoral. Metode analisis yang digunakan adalah analisis input output dengan “memperbarui” Tabel Input Output 2001, analisis Location Quotient, analisis Shift Share, dan analisis deskriptif. Hasil studi menunjukkan bahwa sektor unggulan Provinsi Maluku Utara adalah sektor industri pengolahan, sektor angkutan laut dan sektor bangunan. Indikator keterkaitan, angka pengganda, penggunaan input, kontribusi PDRB dan aspek keberlanjutan menunjukkan bahwa sektor pertanian bukan sektor unggulan Provinsi Maluku Utara sebagaimana dijabarkan sebelumnya dalam kebijakan perekonomian. Dari aspek keterkaitan, sektor pertanian memiliki keterkaitan ke depan yang tinggi khususnya pada subsektor tanaman bahan makanan, perkebunan dan perikanan, namun memiliki tingkat keterkaitan ke belakang yang sangat rendah. Dari aspek angka pengganda, sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki angka pengganda terkecil.
24
Penelitian yang dilakukan Indrawati (2009) menganalisis analisis dampak sektor unggulan terhadap perekonomian Kota Pangkalpinang
menggunakan
Tabel Input-Output Kota Pangkalpinang Tahun 2007 diperoleh hasil analisis keterkaitan dari nilai total daya penyebaran dan derajat kepekaan yang tertinggi, Kota Pangkalpinang hanya memiliki dua sektor kunci (key sectors) atau sektor unggulan yaitu sektor bangunan dengan total daya penyebaran sebesar 1,27206 dan total derajat kepekaan sebesar 1,27853. Sedangkan sektor angkutan jalan raya memiliki total daya penyebaran dan derajat kepekaan masing-masing sebesar 1,12038 dan1,03208. Melalui analisis deskriptif dari lima sektor penghasil output dan nilai tambah terbesar diperoleh bahwa Kota Pangkalpinang memiliki empat sektor kunci (key sectors) atau sektor yang dapat menjadi sektor unggulan yaitu sektor perdagangan (28,54%), bangunan (12,64%), pemerintahan umum & pertahanan (11,05%) dan angkutan jalan raya (8,17%). Penelitian yang dilakukan Anwar (2008) menganalisis tentang penentuan sektor kunci dan dampaknya terhadap output, pendapatan, kesempatan kerja di Kota Bandung dengan menggunakan Tabel Input-Output Kota Bandung tahun 2000 dan 2003. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa keterkaitan kedepan dan keterkaitan kebelakang dan nilai efek penyebaran kedepan dan kebelakang baik pada periode sebelum otonomi daerah (tahun 2000) maupun sesudahnya (2003) maka beberapa sektor yang perlu diprioritaskan adalah industri tekstil, pakaian jadi dan kulit, listrik, konstruksi, penginapan (hotel bintang dan non bintang), restoran, komunikasi, keuangan, dan jasa pemerintahan dan pertahanan. Di samping itu, terdapat juga kecenderungan semakin menguatnya peran sektor-sektor jasa pada tahun 2003 dilihat dari multiplier output, pendapatan
25
dan kesempatan kerja, sektor penginapan (hotel bintang dan non bintang) dan sektor komunikasi perlu mendapat prioritas.
2.3 Kerangka Pemikiran Konseptual Kerangka pemikiran dalam penelitian ini merupakan gambaran dari arah kebijakan pembangunan daerah Provinsi Jambi yaitu pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan pembangunan wilayah agar dapat mengatasi berbagai isu-isu strategis dalam pembangunan Provinsi Jambi yaitu kemiskinan dan pengangguran. Dengan analisis input-output dapat diidentifikasi sektor-sektor ekonomi di Provinsi Jambi yang dapat meningkatkan output sektor lainnya melalui proses pengganda (multiplier), dampak penyebaran dan keterkaitan (linkage) antar sektor. Peningkatan output beberapa sektor ekonomi melalui suatu proses penetesan ke bawah (trickle down effect) akan menyebabkan peningkatan pendapatan masyarakat di suatu wilayah sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kebijakan pembangunan melalui pengembangan multisektoral merupakan strategi pemerintahan Provinsi Jambi untuk mewujudkan perekonomian yang lebih baik.
26
Isu-isu Strategis Pembangunan Daerah Provinsi Jambi
Tingginya angka kemiskinan dan pengangguran
Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas
Penyelengaraan Pembangunan Kewilayahan
Menyerasikan Kegiatan Antarsektor dan Pengembangan Wilayah berdasarkan Sektor Prioritas
Analisis Input Output
Analisis Dampak Penyebaran
Koefisien Penyebaran
Kepekaan Penyebaran
Analisis Keterkaitan
Keterkaitan Ke Depan
Analisis Multiplier
Keterkaitan Ke Belakang
Multiplier Output
Multiplier Pendapatan
Strategi Pembangunan Provinsi Jambi melalui Pengembangan Multisektoral Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Konseptual
27
2.4 Tahap-tahap Analisis Analisis dalam penelitian ini dilakukan terhadap data pada tabel InputOutput Provinsi Jambi tahun 2007. Data yang dianalisis adalah data transaksi domestik atas dasar harga produsen. Menurut BPS dalam tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007, tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen menunjukkan semua nilai transaksi pada tabel ini hanya mencakup barang dan jasa produksi dalam negeri dan dinilai atas dasar harga produsen. Tabel ini menunjukkan hubungan langsung antara sektor penghasil produksi dalam negeri dengan sektor pemakainya, tanpa dipengaruhi lagi oleh komponen impor, margin perdagangan dan biaya transport. Oleh karena itu, koefisien teknis yang diturunkan dari jenis tabel ini lebih memiliki keunggulan analisis karena setiap kenaikan permintaan dapat diukur langsung pengaruhnya terhadap kenaikan produksi dalam negeri. Dalam penelitian ini mengelompokkan sektor-sektor dalam perekonomian Provinsi Jambi menjadi 9 sektor yang terdiri dari sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa. Adapun tahap-tahap analisis pada penelitian ini secara garis besar antara lain: 1.
Mengagregasikan sektor-sektor pada tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen. Menurut BPS dalam Tabel Input Output Provinsi Jambi tahun 2007, agregasi sektor adalah proses penggabungan beberapa sektor
28
Input-Output menjadi satu sektor yang lebih besar. Agregasi sektor harus memperhatikan sifat masing-masing sektor. Dalam tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 klasifikasi 70 sektor kemudian sektor-sektor tersebut diagregasi menjadi sembilan sektor dilakukan untuk melihat dampak penyebaran dan keterkaitan antarsektor dalam perekonomian Provinsi Jambi. 2.
Mengelompokkan sektor-sektor yang telah diagregasi ke dalam tabel di Microsoft Excel dan memberi nama atau kode sesuai dengan yang tercantum dalam Tabel Input-Output Provinsi Jambi 2007.
3.
Melakukan proses input data dari tabel di Microsoft Excel pada software IOAP 1.0.1 (Input Output Analysis for Practitioners) untuk kemudian data diolah oleh software tersebut.
4.
Setelah data selesai diolah selanjutnya dilakukan analisis terhadap hasil olahan data tersebut.
29
III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari Tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 klasifikasi 70 sektor yang kemudian diagregasikan menjadi 9 sektor. Selain Tabel Input-Output digunakan juga data pendukung lainnya yaitu Badan Pusat Statistik Pusat, Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), dan berbagai studi literatur dalam bentuk media cetak maupun media elektronik. 3.2 Metode Analisis Penelitian ini menggunakan analisis Input-Output yang dapat menunjukkan seberapa besar aliran keterkaitan antarsektor dalam suatu wilayah berdasarkan pada analisis keterkaitan antar sektor-sektor ekonomi, efek dampak penyebaran dan efek pengganda (multiplier). Untuk menganalisisnya peneliti menggunakan software IOAP 1.0.1 (Input Output Analysis for Practitioners) dan Microsoft Excel 2007. Metode ini digunakan untuk melihat perekonomian regional Provinsi Jambi dengan pendekatan multisektoral. 3.2.1. Analisis Keterkaitan Analisis keterkaitan digunakan untuk melihat keterkaitan antarsektor dalam perekonomian. Beberapa jenis keterkaitan yang digunakan dalam analisis wilayah sektoral antara lain terdiri dari, keterkaitan langsung ke depan, keterkaitan langsung ke belakang, keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan dan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang. 30
3.2.1.1. Keterkaitan Langsung ke Depan Keterkaitan langsung ke depan menunjukan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total (Nazara, 2005). Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut. n
F (d )i = ∑ aij j =1
Keterangan : F(d)i
= keterkaitan langsung ke depan sektor i
aij
= unsur matrik koefisien matrik teknis
n
= jumlah sektor
3.2.1.2. Keterkaitan Langsung ke Belakang Keterkaitan langsung ke belakang menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu
terhadap
sektor-sektor
yang
menyediakan
input
antara
bagi
sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dapat dirumuskan sebagai berikut: n
B ( d ) j = ∑ aij i =1
Keterangan : B(d)j
= keterkaitan langsung ke belakang sektor i
aij
= unsur matrik koefisien
n
= jumlah sektor
31
3.2.1.3. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan menunjukan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan output bagi sektor tersebut secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total (Miller dan Blair dalam Priyarsono et al, 2007). Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut: n
F (d + i )i = ∑ α ij j =1
Keterangan : F(d+i)i
= keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor i
αij
= unsur matrik kebalikan Leontief model terbuka
n
= jumlah sektor
3.2.1.4. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan
permintaan
total
(Miller dan Blair dalam Priyarsono et al,
2007). Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut:
n
B ( d + i ) j = ∑ α ij i =1
Keterangan : B (d + i)j
= keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang sektor i
αij
= unsur matriks kebalikan Leontief terbuka
n
= jumlah sektor
32
3.2.2 Dampak Penyebaran Indeks keterkaitan langsung serta keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan maupun keterkaitan langsung serta keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang yang telah diuraikan di atas belum memadai apabila dipakai sebagai landasan untuk pemilihan sektor-sektor kunci. Indikator-indikator tersebut tidak dapat diperbandingkan antar sektor karena peranan permintaan setiap sektor tidak sama. Oleh karena itu kedua indeks tersebut haruslah dinormalkan dengan cara membandingkan rata-rata dampak yang ditimbulkan seluruh sektor. Analisis ini disebut dengan dampak penyebaran yang terbagi dua yaitu kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran. 3.2.2.1. Kepekaan Penyebaran (Daya Penyebaran ke Depan) Konsep kepekaan penyebaran (daya penyebaran ke depan) bermanfaat untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Konsep ini sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai input dari sektor ini. Sektor i dikatakan mempunyai kepekaan penyebaran yang tinggi apabila nilai Sdi
lebih besar dari satu
(Priyarsono et al, 2007). Sebaliknya sektor i dikatakan mempunyai kepekaan penyebaran yang rendah jika nilai Sdi lebih kecil dari satu. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai kepekaan penyebaran adalah n
Sd i =
n ∑ α ij n
j =1 n
∑ ∑α i =1
j =1
ij
33
Keterangan : Sdi
= kepekaan penyebaran sektor i
αij
= unsur matrik kebalikan Leontief
n
= jumlah sektor
3.2.2.2 Koefisien Penyebaran (Daya Penyebaran ke Belakang) Konsep koefisien penyebaran (daya penyebaran ke belakang) memiliki fungsi untuk mengetahui distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input. Konsep ini sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. Sektor j dikatakan mempunyai keterkaitan ke belakang yang tinggi apabila nilai Pdj lebih besar dari satu, sebaliknya jika nilai Pdj lebih kecil dari satu. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai koefisien penyebaran adalah: n
Pd
j
=
n ∑ α ij n
∑∑α i =1
Keterangan :
Pdj
i =1 n
j =1
ij
= kepekaan penyebaran
αij
= unsur matrik kebalikan Leontief
n
= jumlah sektor
3.2.3 Analisis Pengganda (Multiplier) Analisis pengganda digunakan untuk melihat dampak perubahan dari variabel-variabel endogen yaitu sektoral tertentu apabila terjadi perubahan dalam
34
variabel-variabel eksogen yaitu permintaan akhir. Berdasarkan matrik kebalikan Leontief, baik untuk model terbuka (αij) maupun untuk model tertutup (α*ij) dapat ditentukan nilai-nilai dari multiplier output dan pendapatan dan tenaga kerja berdasarkan rumus yang tercantum dalam Tabel 3.1. Tabel 3.1. Rumus Multiplier Output dan Pendapatan Pengganda Multiplier Nilai
Output
Efek Awal Efek Putaran Pertama Efek Dukungan Industri Efek Induksi Konsumsi Efek Total Efek Lanjutan
1 ∑iaij ∑iαij -1-∑iaij ∑iα*ij - ∑iαij ∑iα*ij ∑iα*ij – 1
Pendapatan hi ∑iaij hi ∑iαij hi - hi - ∑iaij hi ∑iα*ij hi - ∑iαij hi ∑iα*ijhi ∑iα*ij hi - hi
Sumber: Daryanto, 2010
Keterangan
:
aij
= Koefisien Output
hi
= Koefisien Pendapatan Rumah Tangga
ei
= Koefisien Tenaga Kerja
αij
= Matrik kebalikan Leontief model terbuka
α*ij
= Matrik kebalikan Leontief model tertutup
Sedangkan untuk melihat hubungan antara efek awal dan efek lanjutan per unit pengukuran dari sisi output, pendapatan dan tenaga kerja, dapat dihitung dengan menggunakan rumus multipler tipe I dan multiplier tipe II berikut: Tipe I = Efek awal+ Efek Putaran Pertama + Efek Dukungan Industri Efek Awal Efek awal+Efek Putaran Pertama +Efek Dukungan Tipe II = Industri + Efek Induksi Konsumsi Efek Awal
35
3.3 Definisi Operasional Data 1. Multisektoral Multisektoral yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sektor-sektor dalam perekonomian terdiri dari 9 sektor yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa yang dianalisis dengan metode Input-Output untuk melihat sektor apa saja yang berpotensi untuk dikembangkan di Provinsi Jambi. 2. Output Pengertian output dalam penelitian ini adalah nilai dari produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi dalam suatu daerah (domestic), tanpa membedakan asal usul pelaku produksinya. Pelakunya dapat berupa perusahaan dan perseorangan dari dalam negeri atau perusahaan dan perseorangan dari luar negeri. 3. Transaksi Antara Transaksi antara adalah transaksi yang terjadi antar sektor yang berperan sebagai konsumen dan produsen. Sektor yang berperan sebagai produsen atau sektor produksi merupakan sektor pada masing-masing baris, sedangkan sektor sebagai konsumen ditunjukkan oleh sektor pada masing-masing kolom. Transaksi yang dicakup dalam transaksi hanya transaksi barang dan jasa yang terjadi dalam hubungannya dengan proses produksi. Jadi, isian sepanjang baris pada transaksi antara memperlihatkan alokasi output suatu sektor dalam memenuhi kebutuhan
36
input sektor-sektor lain untuk keperluan produksi dan disebut sebagai permintaan antara. Sedangkan isian sepanjang kolomnya menunjukkan input barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi suatu sektor dan disebut sebagai input antara. 4. Permintaan Akhir dan Impor Permintaan akhir adalah permintaan atas barang dan jasa untuk keperluan komsumsi, bukan untuk proses produksi. Permintaan akhir terdiri dari pengeluaran komsumsi rumah tangga, pengeluaran komsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan ekspor. a. Pengeluaran Rumah Tangga Pengeluaran komsumsi rumah tangga adalah pengeluaran yang dilakukan rumah tangga untuk semua pembelian barang dan jasa dikurangi dengan penjualan netto barang bekas. Barang dan jasa dalam hal ini mencakup barang tahan lama dan barang tidak tahan lama kecuali pembelian rumah tempat tinggal. Pengeluaran komsumsi rumah tangga mencakup komsumsi yang dilakukan di dalam dan di luar negeri. Untuk menjaga konsistensi data, maka komsumsi penduduk suatu negara yang dilakukan di luar negeri diperlakukan sebagai impor, sebaliknya komsumsi oleh penduduk asing di wilayah negara tersebut diperlakukan sebagai ekspor. b. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pengeluaran komsumsi pemerintah mencakup semua pengeluaran barang dan jasa untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan administrasi pemerintahan dan
37
pertahanan, baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. c. Pembentukan Modal Tetap Pembentukan modal tetap meliputi pengadaan, pembuatan, atau pembelian barang-barang modal baru baik dari dalam maupun impor termasuk barang modal bekas dari luar daerah. d. Perubahan Stok Perubahan stok merupakan selisih antara nilai stok barang pada akhir tahun dengan nilai stok barang pada awal tahun. Perubahan stok dapat digolongkan menjadi : (1) perubahan stok barang jadi dan setengah jadi yang disimpan oleh produsen, termasuk perubahan jumlah ternak dan unggas serta barang-barang strategis yang merupakan cadangan nasional, (2) perubahan stok bahan mentah dan bahan baku yang belum digunakan oleh produsen, dan (3) perubahan stok di sektor perdagangan, yang terdiri dari barang-barang dagangan yang belum terjual. e. Ekspor dan Impor Berbeda dengan pengertian ekspor dan impor pada umumnya, pada Tabel Input-Output regional yang dimaksud dengan ekspor dan impor barang dan jasa adalah meliputi transaksi barang dan jasa antara penduduk suatu negara/daerah dengan penduduk Negara atau daerah lain. Transaksi tersebut terdiri dari ekspor dan impor untuk barang dagangan, jasa pengangkutan, komunikasi, asuransi, dan berbagai jasa lainnya. Transaksi ekspor barang keluar negeri dinyatakan dengan nilai free on board (f.o.b) yaitu suatu nilai yang mencakup juga semua biaya
38
angkutan di negara pengekspor, bea ekspor, dan biaya pemuatan barang barang sampai ke kapal yang akan mengangkutnya. Sedangkan transaksi impor dari luar negeri dinyatakan atas dasar biaya pendaratan (landed cost) yang terdiri dari nilai cost, insurance and freight (c.i.f) ditambah dengan bea masuk dan pajak penjualan impor. 5. Input Primer Input primer adalah balas jasa atau pemakaian faktor-faktor produksi yang terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal dan kewiraswastaan. Input primer disebut juga nilai tambah bruto dan merupakan selisih antara output dengan input. 6. Upah dan Gaji Upah dan gaji mencakup semua balas jasa dalam bentuk uang maupun barang dan jasa kepada tenaga kerja yang ikut dalam kegiatan produksi selain pekerja keluarga yang tidak dibayar. 7. Surplus Usaha Surplus usaha adalah balas jasa atas kewiraswastaan dan pendapatan atas pemilikan modal. Surplus usaha antara lain terdiri dari keuntungan sebelum dipotong pajak penghasilan, bunga atas modal, sewa tanah dan pendapatan atas hak kepemilikan lainnya. Besarnya nilai surplus usaha adalah sama dengan nilai tambah bruto dikurangi dengan upah/gaji, penyusutan dan pajak tak langsung netto.
39
8. Penyusutan Penyusutan yang dimaksudkan adalah penyusutan barang-barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. Penyusutan merupakan nilai penggantian terhadap penurunan nilai barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. 9. Pajak Tak Langsung Netto Pajak tak langsung netto adalah selisih antara pajak tak langsung dengan subsidi. Pajak tak langsung mencakup pajak impor, pajak ekspor, bea masuk, pajak pertambahan nilai, cukai dan sebagainya. Subsidi adalah bantuan yang diberikan pemerintah kepada produsen. Subsidi disebut juga sebagai pajak tak langsung negara.
40
IV . GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI
4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45’ LS-2º 45’ LS dan 101º 10’BT-104º 55’ BT. Sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Riau dan Kepulauan Riau, sebelah timur dengan Laut Cina Selatan, sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan dan sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat dan Bengkulu. Peta wilayah Provinsi Jambi disajikan dalam gambar .
Gambar 4.1 Peta Provinsi Jambi
Luas wilayah Provinsi Jambi 53.435 Km² dengan luas daratan 50.160 Km² dan luas perairan sebesar 3.274,95 Km². Provinsi Jambi terdiri dari 11 kabupaten atau kota yaitu yang ditunjukkan pada tabel 4.1 Klasifikasi 41
Kabupaten/kota dan luas wilayah Provinsi Jambi. Tabel 4.1 Klasifikasi Kabupaten/kota dan luas wilayah Provinsi Jambi No. Kabupaten/Kota Luas Wilayah (Persentase) 1
Kabupaten Kerinci
2
Kabupaten Merangin
7.679 km² (15,31%)
3
Kabupaten Sarolangun
6.184 km² (12,33%)
4
Kabupaten Batanghari
5.804 km² (11,57%)
5
Kabupaten Muaro Jambi
5.326 km² (10,62%)
6
Kabupaten Tanjung Jabung Timur
5.445 km² (10,86%)
7
Kabupaten Tanjung Jabung Barat
8
Kabupaten Tebo
9
Kabupaten Bungo
10
Kota Jambi
11
Kota Sungai Penuh
3.355,27 km² (6,69%)
4.649,85 km² (9,27%) 6.461 km² (12,88%) 4.659 km² (9,29%) 205,43 km² (0,41%) 391,5 km² (0,78%)
Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2011.
Luas wilayah terbesar di Provinsi Jambi berada di Kabupaten Merangin sebesar 7.679 Km² atau sebesar 15,31 persen dari total luas wilayah Provinsi Jambi, dikuti oleh Kabupaten Tebo dan Kabupaten Sarolangun masing-masing sebesar 6.461 Km² dan 6.184 Km². Secara administratif, jumlah kecamatan dan desa/kelurahan di Provinsi Jambi tahun 2010 sebanyak 131 kecamatan dan 1.372 desa/kelurahan, dimana jumlah kecamatan dan desa/kelurahan terbanyak berada di Kabupaten Merangin yaitu 24 kecamatan dan 212 desa/kelurahan. Topografi Provinsi Jambi bagian timur umumnya merupakan rawa-rawa sedangkan wilayah barat pada umumnya tanah daratan (lahan kering) dengan topografi bervariasi dari datar, bergelombang sampai berbukit. Secara spesifik daerah hulu merupakan bentangan pegunungan Bukit Barisan, sebagian
42
diantaranya merupakan bagian dari Taman Nasional Kerinci Seblat. Jenis tanah secara umum didominasi oleh podlosik merah kuning (44,56%). Jenis tanah lainnya adalah Latosol, termasuk Regosol (18,67%), Gley Humus (10,74%) sisanya organosol. Sebagian besar wilayah Provinsi Jambi beriklim tipe B berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson dengan bulan basah antara 8-10 bulan dan bulan kering 2-4 bulan. Rata-rata curah hujan bulanan adalah 179-279 mm pada bulan basah dan 68-106 mm pada bulan kering. 4.2 Kependudukan dan Tenaga Kerja Berdasarkan hasil sensuk penduduk 2010, jumlah penduduk Provinsi Jambi tahun 2010 sebanyak 3,09 juta jiwa yang terdiri dari 1,58 juta jiwa laki-laki dan 1,51 juta jiwa perempuan. Pada tahun 2009 sebanyak 2,86 juta jiwa. Selama kurun waktu tersebut terjadi pertumbuhan sebesar 9,11%. Berikut diagram jumlah penduduk menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi 2010.
Gambar 4.2 Jumlah Penyebaran Penduduk Menurut Kabupaten/Kotadi Provinsi Jambi 2011
Suku-suku yang mendiami wilayah Provinsi Jambi antara lain Melayu, Kubu, Minang, Kerinci, Minang, Jawa, Batak dan lain-lain. Sedangkan agama
43
yang banyak dianut oleh penduduk Provinsi Jambi adalah Islam (98,4%), Kristen (1,1%), Budha (0,36%) dan Hindu (0,117%). Jumlah angkatan kerja di Provinsi Jambi pada tahun 2010 mencapai 1.545.683 orang yang terdiri dari 1.462.405 orang bekerja dan 83.278 orang pencari kerja/pengangguran. Jumlah pencari kerja yang mendaftar di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi pada tahun 2010 sebanyak 15.311 orang atau turun 11,50% dari tahun sebelumnya. Tabel 4.2 Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja, Mencari Pekerjaan dan Bukan Angkatan Kerja Tahun 2010 Jumlah No Status % (orang) A
Angkatan Kerja 1. Bekerja 2. Pengangguran Jumlah A B Bukan Angkatan Kerja Jumlah A dan B Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2011.
1.462.405 83.278 1.545.683 804.059 2.349.742
94,6 5,4 100,00
Tabel 4.3 Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha , 2007-2010 No
Lapangan Usaha
2007
2008
2009
2010
688.541 (58,2)
700.340 (55)
670.841 (51,97)
1
Pertanian
668.429 (58,7)
2
Pertambangan dan Penggalian
11.103 (0,95)
23.330 (2,1)
21.713 (1,7)
22.727 (1,76)
3
Industri Pengolahan
50.749 (4,3)
44.892 (3,8)
45.176 (3,6)
34.821 (2,70)
4
Listrik, Gas dan Air Bersih
1.045 (0,09)
1.262 (0,1)
3.225 (0,3)
5.268 (0,41)
5
Konstruksi
50.923 (4,4)
39.891 (3,3)
56.385 (4,4)
46.063 (3,57)
6
Perdagangan
179.389 (15,3)
180.281 (15,21)
201.979 (15,9)
211.946 (16,42)
7
Pengangkutan
54.850 (4,7)
65.967 (5,58)
61.584 (4,8)
63.675 (4,93)
8
Lembaga Keuangan dan Jasa Perusahaan
6.741 (0,58)
7.014 (0,59)
6.778 (0,5)
13.526 (1,05)
9
Jasa
128.639 (10,98)
131.495 (11,12)
175.340 (13,8)
221.839 (17,19)
1.171.868 (100)
1.182.673 (100)
1.272.520 (100)
1.290.706 (100)
JUMLAH
Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2011.
44
Lapangan usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja pada tahun 2010 di Provinsi Jambi adalah sektor pertanian sebanyak 670.841 orang (51,97 %) disusul kemudian sektor jasa sebanyak 221.839 orang (17,19% ), sektor perdagangan sebanyak 211.946 orang (16,42%) kemudian sektor kontruksi sebanyak 46.063 orang (3,57%). 4.3 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi Perkembangan perekonomian Provinsi Jambi yang digambarkan dengan Produk Domestik Bruto (PDRB) baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan untuk periode 2007 sampai dengan 2010 menurut lapangan usaha (sektor perekonomian ) disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4.4 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha Provinsi Jambi, 2007-2010 (Juta Rupiah) No Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan dan Hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan
8.366.857
9.791.984
12.113.078
15.905.977
2.907.933 3.952.311 461.420 727.148 345.044
3.284.155 4.627.737 538.322 810.602 531.167
3.962.312 5.889.052 682.192 933.820 645.700
4.678.501 8.608.828 845.700 1.043.683 729.264
2.
Pertambangan dan Penggalian a. Minyak dan Gas bumi b. Pertambangan tanpa migas c. Penggalian
6.080.193 5.487.462 244.045 348.685
10.525.760 9.337.549 796.247 391.963
8.078.598 6.907.371 730.075 441.151
9.750.652 8.167.976 1.055.887 526.788
3.
Industri Pengolahan a. Industri Migas b. Industri Tanpa Migas
3.828.948 395.574 3.433.374
4.568.278 447.710 4.120.567
5.258.204 464.510 4.793.693
5.979.007 555.930 5.423.076
4.
Listrik, Gas dan Air Bersih
289.842
329.358
368.042
479.775
5.
Bangunan
1.472.471
1.771.855
2.146.259
2.446.569
6.
Perdagangan, Hotel dan Restoran
4.773.912
5.647.973
6.248.163
7.827.567
7.
Pengangkutan dan Komunikasi
2.345.293
2.604.261
3.040.654
3.517.311
8.
Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahan
1.340.605
1.805.765
2.283.432
2.767.318
9.
Jasa-Jasa
3.578.549
4.011.245
4.410.570
5.142.513
32.076.677
41.056.483
44.127.005
53.816.693
1.
Produk Domestik Regional Bruto
Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2011.
45
Produk Domestik Regional Buto (PDRB) Provinsi Jambi tahun 20072010 atas dasar harga berlaku telah berkembang 1,68 kali dari Rp 32.076.677.000.000 pada tahun 2007 menjadi Rp 53.816.693.000.000 pada tahun 2010. Tabel 4.5 PDRB Atas Dasar Harga Konstan menurut Lapangan Usaha Provinsi Jambi, 2007-2010 (Juta Rupiah) No 1.
2.
Lapangan Usaha
2007
2009
2010
Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
4.437.448
4.691.195
5.003.441
5.259.855
a. Tanaman Bahan Makanan
1.618.932
1.731.837
1.843.834
1.916.070
b. Tanaman Perkebunan
2.072.372
2.197.097
2.368.323
2.531.684
c. Peternakan dan Hasilnya
299.188
306.362
326.041
344.590
d. Kehutanan
274.831
270.900
264.386
256.161
e. Perikanan
172.123
184.998
200.855
211.380
Pertambangan dan Penggalian
1.614.206
1.851.478
1.875.312
2.146.442
a. Minyak dan Gas bumi
1.371.324
1.447.701
1.486.589
1.666.001
75.550
224.678
196.397
268.732
167.332
179.098
192.325
211.708
1.948.460
2.058.252
2.137.363
2.233.275
128.770
133.612
113.055
127.244
1.819.690
1.924.639
2.024.307
2.106.030
b. Pertambangan tanpa migas c. Penggalian
3.
2008
Industri Pengolahan a. Industri Migas b. Industri Tanpa Migas
4.
Listrik, Gas dan Air Bersih
109.743
117.730
128.645
145.523
5.
Bangunan
654.223
721.482
782.474
835.368
6.
Perdagangan, Hotel dan Restoran
2.464.412
2.562.858
2.764.830
3.045.833
7.
Pengangkutan dan Komunikasi
1.159.479
1.198.512
1.268.174
1.318.769
8.
Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahan
609.271
754.770
889.519
997.305
9.
Jasa-Jasa
1.277.715
1.341.488
1.425.145
1.428.880
14.275.161
15.297.770
16.274.907
17.465.253
Produk Domestik Regional Bruto
Sumber : BPS Provinsi Jambi, 2011.
Produk Domestik Regional Buto (PDRB) Provinsi Jambi tahun 20072010 atas dasar harga 14.275.161.000.000
konstan telah berkembang
1,22 kali dari
Rp
pada tahun 2007 menjadi Rp 17.465.253.000.000 pada
tahun 2010. Perkembangan ini merupakan pertumbuhan perekonomian secara riil dimana faktor inflasi/deflasi sudah dihilangkan.
46
Tabel 4.6 dibawah ini menujukkan bahwa laju pertumbuhan PDRB Provinsi Jambi dan PDB Nasional menurut lapangan usaha dari tahun 2008 hingga 2010 mengalami fluktuasi yaitu pada tahun 2008 laju pertumbuhan PDRB Provinsi Jambi bernilai 7,16% dan laju pertumbuhan PDB Nasional bernilai 6,1%, namun pada tahun 2009 laju pertumbuahn baik PDRB Provinsi Jambi maupun PDB Nasional mengalami penurunan yaitu masing-masing menjadi 6,39% dan 4,5%. Selanjutnya, di tahun 2010, laju pertumbuhan PDRB Provinsi Jambi dan PDB Nasional kembali meningkat menjadi 7,31% dan 6,1%. Tabel 4.6 Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Jambi dan PDB Nasional menurut Lapangan Usaha, 2008-2010 ( Persen) Laju Pertumbuhan Provinsi Jambi
SEKTOR 2008
2009
Laju Pertumbuhan Nasional
2010
2008
2009
2010
1. Pertanian
5,72
6,66
5,12
4,8
4,1
2,9
2. Pertambangan dan Penggalian
14,70
1,29
14,46
0,5
4,4
3,5
3. Industri Pengolahan
5,63
3,84
4,49
3,7
2,1
4,5
4. Listrik, Gas dan Air Bersih
7,28
9,27
13,12
10,9
13,8
5,3
5. Bangunan
10,28
8,45
6,76
7,3
7,1
7,0
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
3,99
7,88
10,16
7,2
1,1
8,7
7. Pengangkutan dan Komunikasi
3,37
5,81
3,99
16,7
15,5
13,5
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa
23,88
17,85
12,12
8,2
5,0
5,7
4,99
6,24
4,05
6,4
6,4
6,0
7,16
6,39
7,31
6,1
4,5
6,1
TOTAL
Sumber : BPS Pusat, 2008-2010.
4.4 Kebijakan Pembangunan Provinsi Jambi Berdasarkan amanat pembangunan daerah yang tercantum dalam UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 serta Pembukaan UUD 1945, maka Visi Pembangunan Provinsi Jambi tahun 2005-2025 adalah mewujudkan Jambi yang maju, mandiri, adil, dan sejahtera. Tingkat kemajuan dan 47
kesejahteraan suatu daerah dapat dinilai berdasarkan berbagai indikator. Ditinjau dari tingkat perkembangan ekonomi kemajuan suatu daerah diukur dari tingkat kemakmurannya yang tercermin pada tingkat pendapatan dan distribusinya. Tingginya tingkat pendapatan rata-rata yang diiringi dengan distribusi yang merata pada suatu daerah, maka dapat dikatakan daerah tersebut makmur, dan dengan demikian dikategorikan sebagai daerah yang maju dan sejahtera. Daerah yang mandiri adalah yang mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat dengan daerah lain yang telah maju dengan mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan sendiri. Oleh karena itu, untuk membangun kemandirian, mutlak harus dibangun kemajuan ekonomi. Kemampuan untuk berdaya saing menjadi kunci untuk mencapai kemajuan sekaligus kemandirian. Kemandirian suatu daerah tercermin antara lain dari Sumberdaya Manusia (SDM) yang berkualitas dan mampu memenuhi tuntutan kebutuhan dan kemajuan pembangunannya, pembiayaan pembangunan bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berarti sumber pembiayaan pembangunan daerah tidak semata-mata tergantung dari pembiayaan yang bersumber dari APBN, dan kemampuan memenuhi sendiri kebutuhan pokok daerahnya. Pembangunan Provinsi Jambi bukan hanya untuk mencapai kemajuan dan kemandirian, tetapi juga
untuk
mewujudkan
keadilan.
Sebagai
pelaksana
dan
penggerak
pembangunan sekaligus objek pembangunan, rakyat mempunyai hak baik dalam melaksanakan maupun dalam menikmati hasil pembangunan. Pembangunan haruslah dilaksanakan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Oleh karena itu, masalah keadilan merupakan ciri menonjol pula dalam meningkatkan taraf hidupnya dan memperoleh lapangan pekerjaan, mendapatkan pelayanan sosial,
48
pendidikan dan politiknya,
kesehatan, mengemukakan pendapat dan melaksanakan hak
serta perlindungan dan persamaan di depan hukum, tidak ada
diskriminasi dalam bentuk apapun baik antar individu, gender, dan wilayah. Untuk mewujudkan visi pembangunan tersebut ditempuh melalui misi pembangunan Provinsi Jambi diantaranya mewujudkan daerah yang memiliki keunggulan kompetitif dengan
memperkuat perekonomian daerah berbasis
keunggulan komperatif masing-masing wilayah. Oleh karena itu, untuk memperkuat perekonomian daerah berbasis keunggulan komperatif menuju perekonomian yang kompetitif maka kegiatan pembangunan yang dapat dilaksanakan sebagai berikut : 1) Perekonomian dikembangkan dengan memperkuat perekonomian daerah yang berorientasi pasar. Untuk itu dilakukan transformasi bertahap dari perekonomian berbasis keunggulan komparatif Sumber Daya Alam (SDA) menjadi perekonomian yang berkeunggulan kompetitif. Memperkuat struktur perekonomian daerah dan meningkatkan pembangunan ekonomi melalui pertumbuhan ekonomi yang disertai dengan perubahan struktur (structure transformation) ekonomi dan sosial masyarakat. 2) Memperkuat struktur industri daerah melalui dukungan kuat pemerintah daerah untuk menghilangkan praktik-praktik yang menciptakan ekonomi biaya tinggi, komitmen untuk memajukan potensi lokal, konsistensi program dan infrastruktur yang mendukung. 3) Struktur perekonomian daerah diperkuat dengan mendudukkan sektor industri berbasis agribisnis sebagai motor penggerak yang didukung oleh kegiatan pertanian dalam arti luas, kelautan dan pertambangan yang
49
menghasilkan produk-produk secara efisien, modern dan berkelanjutan, serta jasa-jasa pelayanan yang efektif, yang menerapkan praktik terbaik dan tata kelola yang baik, agar terwujud ketahanan ekonomi yang tangguh. 4) Jasa, termasuk jasa konstruksi dan perbankan daerah, dikembangkan sesuai dengan kebijakan pengembangan ekonomi daerah agar mampu mendukung secara efektif peningkatan produksi dan daya saing regional dan global. 5) Perdagangan luar negeri diarahkan untuk mendukung perekonomian daerah agar mampu meningkatkan ekspor untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui : (a) peningkatan daya saing dan akses pasar ekspor (b) pengembangan spesifikasi lokal, standar produk barang dan jasa yang berkualitas ekspor yang didukung dengan ketersediaan fasilitasi pelabuhan ekspor yang representatif. 7) Perdagangan antar daerah diarahkan untuk memperkokoh sistem distribusi yang efisiensi dan efektif dan menjamin kepastian berusaha untuk mewujudkan, (a) berkembangnya kelembagaan perdagangan yang efektif dalam perlindungan konsumen dan persaingan usaha secara sehat, (b) terintegrasi aktivitas perekonomian daerah dan terbangunnya kesadaran penggunaan produksi lokal, (c) meningkatkan perdagangan antar wilayah, dan (d) terjaminnya ketersediaan bahan pokok dengan harga yang terjangkau.
50
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Struktur Perekonomian Provinsi Jambi 5.1.1 Struktur Permintaan Berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 klasifikasi 70 sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85 triliun. Total permintaan tersebut merupakan hasil penjumlahan dari permintaan antara sebesar Rp 12,16 triliun dan permintaan akhir sebesar Rp 49,69 triliun. Permintaan antara merupakan permintaan barang dan jasa dalam rangka kegiatan proses produksi. Permintaan antara dapat juga diartikan yaitu permintaan suatu sektor terhadap barang dan jasa yang dihasilkan dari sektor lain yang digunakan sektor tersebut sebagai input untuk menghasilkan barang dan jasa akhir. Sedangkan permintaan akhir adalah permintaan barang dan jasa dalam rangka kegiatan konsumsi akhir. Konsumsi akhir dapat menunjukkan konsumsi oleh rumah tangga, konsumsi pemerintah, konsumsi untuk investasi, dan ekspor. Nilai permintaan dari masing-masing sektor perekonomian Provinsi Jambi dapat dilihat pada Tabel 5.1. Bila diamati secara rinci, terlihat bahwa masingmasing sektor di Provinsi Jambi diperoleh hasil bahwa sektor yang memiliki nilai total permintaan antara paling besar di Provinsi Jambi adalah sektor industri pengolahan senilai Rp 4,77 triliun atau sekitar 39,26 persen dari total permintaan antara Provinsi Jambi. Selanjutnya, sektor pertanian berkontribusi sebesar Rp 2,44 triliun atau sekitar 20,07 persen, diikuti pula oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran senilai Rp 1,83 triliun atau sekitar 15,04 persen; sektor pengangkutan dan komunikasi senilai Rp 1,06 triliun atau sekitar 8,77; sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan senilai Rp 655,7 milyar atau sekitar 5,39 persen. 51
Dalam pembentukan permintaan akhir Provinsi Jambi, sektor industri pengolahan menempati urutan pertama dengan nilai sebesar Rp 13,66 triliun atau sekitar 27,48 persen dari total permintaan akhir Provinsi Jambi. Sementara sektor pertambangan dan penggalian berada di urutan kedua dengan kontribusi sebesar Rp 7,86 triliun atau sekitar 15,81 persen dari total permintaan akhir Provinsi Jambi. Ketiga, sektor pertanian senilai Rp 7,19 triliun atau sekitar 14,47 persen, keempat sektor bangunan senilai Rp 5,65 triliun atau sekitar 11,36 persen, kelima sektor jasa senilai Rp 4,93 trilin atau sekitar 9,94 persen. Tabel 5.1 Struktur Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Provinsi Jambi Permintaan Antara Nama Sektor
Permintaan Akhir
Persen
Jumlah (juta rupiah)
2.438.430.36
20.07
105.407,94
3. Industri Pengolahan
Jumlah Permintaan
Persen
Jumlah (juta rupiah)
Perse n
7.192.553,85
14,47
9.630.984.21
15,57
0,87
7.856.216,11
15,81
7.961.624,05
12,87
4.772.707,13
39,26
13.656.014,17
27,48
18.428.721,13
29,80
4. Listrik, Gas dan Air Bersih
410.654,9
3,38
1.287.529,68
2,59
1.698.184,58
2,75
5. Bangunan
526.705,24
4,33
5.645.629,56
11,36
6.172.334,8
9,98
1.828.299,15
15,04
4.372.164,2
8,80
6.200.463,35
10,02
1.065.688,6
8,77
3.875.495,98
7,80
4.941.184,58
7,99
655.756,34
5,39
870.129,4
1,75
1.525.885,74
2,47
352.321,18
2,90
4.938.572,79
9,94
5.290.893,97
8,55
12.155.975,84
100
49.694.305,74
100
61.850.281,58
100
1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian
6.Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa TOTAL
Jumlah (juta rupiah)
Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi Tahun 2007, Klasifikasi 9 sektor (diolah).
Berdasarkan kontribusi masing-masing sektor terhadap permintaan antara dan permintaan akhir Provinsi Jambi, dapat diketahui total permintaan Provinsi Jambi dengan kontribusi terhadapnya terbesar berada pada sektor industri pengolahan dengan nilai sebesar Rp 18,43 triliun atau sekitar 29,80 persen dari total permintaan Provinsi Jambi, kedua sektor pertanian dengan nilai sebesar Rp 9,63 triliun atau sekitar 15,57 persen, ketiga sektor pertambangan dan penggalian dengan nilai sebesar Rp 7,96 triliun atau sekitar 12,87 persen dan sektor
52
perdagangan, hotel dan restoran dengan nilai sebesar Rp 6,20 triliun atau sekitar 10,02 persen, kelima sektor bangunan bernilai Rp 6,17 triliun atau sekitar 9,98 persen. 5.1.2 Struktur Konsumsi Rumah Tangga Berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007, jumlah konsumsi rumah tangga Provinsi Jambi adalah sebesar Rp 19,2 triliun. Tabel 5.2 Konsumsi Rumah Tangga Terhadap Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Konsumsi Rumah Tangga Nama Sektor Jumlah (juta rupiah) 1. Pertanian
Persen
3.065.020.12
15,95
25.579,12
0,13
3. Industri Pengolahan
5.439.954,33
28,32
4. Listrik, Gas dan Air Bersih
1.112.034,76
5,79
5. Bangunan
2.262.864,19
11,78
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
1.266.910,91
6,60
7. Pengangkutan dan Komunikasi
2.562.271,5
13,34
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
641.893,93
3,34
2.833.386,35
14,75
19.209.915,21
100
2. Pertambangan dan Penggalian
9. Jasa TOTAL
Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi Tahun 2007, Klasifikasi 9 sektor (diolah).
Tabel 5.2 di atas menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan memiliki nilai konsumsi rumah tangga tertinggi yaitu sebesar Rp5,43 triliun atau sekitar 28,32 persen dari total konsumsi rumah tangga. Kemudian, sektor pertanian sebesar Rp 3,06 triliun atau sekitar 15,95 persen; sektor jasa sebesar Rp 2,83 triliun atau sekitar 14,75 persen; sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar Rp 2,56 triliun atau sekitar 13,34 persen; sektor bangunan bernilai Rp 2,26 triliun atau sekitar 11,78 persen.
53
5.1.3 Struktur Konsumsi Pemerintah Jumlah konsumsi pemerintah berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 adalah sebesar Rp 5,22 triliun. Tabel 5.3 menunjukkan bahwa konsumsi pemerintah terbesar dialokasikan pada sektor jasa yaitu sebesar 2,10 triliun atau sekitar 40,32 persen. Sektor jasa pada tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 sebelum agregasi (klasifikasi 70 sektor) terdiri dari berbagai jenis jasa, diantaranya jasa pemerintahan umum dan pertahanan, jasa sosial kemasyarakatan dan jasa lainnya. Sementara di peringkat kedua diduduki oleh sektor bangunan sebesar Rp 1,59 triliun atau sekitar 30,51 persen, kemudian sektor pengangkutan dan komunikasi di peringkat ketiga sebesar Rp 479,8 milyar atau sekitar 9,19 persen, peringkat keempat ditempati sektor perdagangan, hotel dan restoran bernilai Rp 451,8 milyar atau sekitar 8,65 persen, peringkat kelima sektor industri pengolahan berkontribusi sebesar Rp 326,4 milyar atau sekitar 6,25 persen dari total konsumsi pemerintah Provinsi Jambi. Tabel 5.3 Konsumsi Pemerintah Terhadap Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Konsumsi Pemerintah Nama Sektor
Jumlah (juta rupiah)
Persen
1. Pertanian
0
0
2. Pertambangan dan Penggalian
0
0
326.403,99
6,25
54.603,18
1,05
1.592.690,02
30,51
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
451.838,66
8,65
7. Pengangkutan dan Komunikasi
479.858,75
9,19
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
210.380,84
4,03
9. Jasa
2.105.186,44
40,32
TOTAL
5.220.961,88
100
3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5. Bangunan
Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi Tahun 2007, Klasifikasi 9 sektor (di olah).
54
5.1.4 Struktur Investasi Jumlah investasi Provinsi Jambi berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 adalah sebesar Rp 3,77 triliun. Jumlah investasi merupakan penjumlahan antara pembentukan modal tetap dengan perubahan stok dari setiap sektor perekonomian di Provinsi Jambi. Tabel 5.4 di atas memperlihatkan bahwa kelima sektor yang memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan struktur investasi Provinsi Jambi adalah sektor bangunan sebesar Rp 1,79 triliun atau sekitar 47,4 persen dari total investasi Provinsi Jambi. Selanjutnya, sektor industri pengolahan berkontribusi sebesar Rp 903,6 milyar atau sekitar 23,93 persen; sektor pertanian sebesar Rp 515,7 milyar atau sekitar 13,66 persen; sektor pertambangan dan penggalian sebesar Rp 229,1 milyar atau sekitar 6,07 persen; sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar Rp 121,1 milyar atau sekitar 3,21 persen dari total investasi Provinsi Jambi. Tabel 5.4 Investasi Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Nama Sektor
Pembentukan Modal Tetap (juta rupiah)
Perubahan Stok (juta rupiah
Investasi (juta rupiah)
Investasi (persen)
45.972.1
469.819.78
515.791,88
13,66
2. Pertambangan dan Penggalian
108.180,64
120.985,16
229,165,8
6,07
3. Industri Pengolahan
708.288,98
195.312,41
903.601,39
23,93
4. Listrik, Gas dan Air Bersih
120.891,75
0
120,891,75
3,20
1.790.075,35
0
1.790.075,35
47,4
76.851,53
0
76.851,53
2,04
121.109,66
0
121.109,66
3,21
17.854,63
0
17.854,63
0,47
0
0
0
0
2.989.224,64
786.117,35
3.775.341,99
100
1. Pertanian
5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa TOTAL
Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi Tahun 2007, Klasifikasi 9 sektor (diolah)
55
5.1.5 Struktur Ekspor dan Impor Jumlah net ekspor Provinsi Jambi berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 adalah sebesar Rp 15,95 triliun. Nilai positif dari nilai net ekspor
tersebut
mengindikasikan
adanya
surplus
perdagangan
dalam
perekonomian Provinsi Jambi. Tabel 5.5 menunjukkan kontribusi ekspor dan impor dari masing-masing sektor perekonomian Provinsi Jambi. Sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap jumlah surplus perdagangan Provinsi Jambi adalah sektor pertambangan dan penggalian dengan nilai kontribusi sebesar Rp 7,57 triliun atau sekitar 47,46 persen dari total surplus perdagangan. Sektor industri pengolahan berada pada urutan kedua sektor yang memberikan kontribusi terbesar dalam surplus perdagangan Provinsi Jambi dengan nilai sebesar Rp 6,19 triliun atau sekitar 38,85 persen dari total surplus perdagangan. Sektor pertanian menempati urutan ketiga dengan kontribusi terbesar dalam surplus perdagangan Provinsi Jambi dengan niali sebesar 2,23 triliun atau sekitar 14,01 persen. Di urutan keempat sektor perdagangan, hotel dan restoran berkontribusi sebesar Rp 1,04 triliun atau sekitar 6,53 persen. Sementara itu, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa memiliki nilai negatif. Hal ini berarti bahwa input yang digunakan oleh sektor tersebut cenderung lebih banyak diimpor dari daerah lain. Nilai kelima sektor tersebut berturut-turut sebesar Rp –110,4 milyar atau sekitar -0,69 persen, Rp -145,2 milyar atau sekitar -0,91 persen, Rp -237,8 milyar atau sekitar -1,49 persen, Rp -245,2 milyar atau sekitar 1,54 persen dan Rp -355,7 milyar atau sekitar -2,23 persen.
56
Tabel 5.5 Ekspor dan Impor Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Ekspor Nama Sektor
Jumlah (juta
Persen
rupiah) 1. Pertanian
Impor Jumlah (juta rupiah)
Net Ekspor Persen
Jumlah (juta rupiah)
Persen
3.611.741.86
17,82
1.376.279
31.94
2.235.462,86
14.01
7.601.471,2
37,52
30.815
0,72
7.570.656.21
47,46
6.986.053
34,48
789.099
18,31
6.196.964,02
38,85
4. Listrik, Gas dan Air Bersih
0
0
355.725
8,26
-355.725
-2,23
5. Bangunan
0
0
245.231
5,70
-245.231
-1,54
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi
1.348.081,5
6,65
306.155
7,11
1.041.926.53
6,53
711.976,07
3,51
949.599
22,03
-237.582,93
-1,49
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa
0
0
110.457
2,56
-110.457
-0,69
0
0
145.233
3,37
-145.233
-0,91
20.259.324
100
4.308.553
100
15.950.770,69
100
2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan
TOTAL
Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi Tahun 2007, Klasifikasi 9 sektor (diolah).
5.1.6 Struktur Nilai Tambah Bruto Nilai tambah bruto merupakan balas jasa terhadap faktor produksi yang tercipta karena adanya kegiatan produksi. Jumlah nilai tambah bruto berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 adalah sebesar Rp 45,38 triliun. Nilai tambah bruto dalam tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 terdiri dari empat komponen, yaitu upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung. Tabel 5.6 menunjukkan bahwa di antara keempat
komponen
pembentuk nilai tambah bruto, surplus usaha memberikan kontribusi terbesar dengan nilai sebesar Rp 27,07 triliun atau sekitar 59,65 persen dari total nilai tambah bruto. Kontribusi terbesar kedua dalam pembentuk nilai tambah bruto diberikan oleh upah dan gaji, dengan nilai sebesar Rp 15,11 triliun atau sekitar 33,30 persen dari total nilai tambah bruto. Penyusutan menempati peringkat ketiga dengan kontribusi sebesar Rp 2,15 triliun atau sekitar 4,74 persen dari total nilai tambah bruto.
57
Tabel 5.6 Nilai Tambah Bruto Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Upah dan Gaji (juta Rupiah)
Sektor
Surplus Usaha (juta Rupiah)
Ratio Upah Gaji dan Surplus Usaha (juta Rupiah)
Penyusuta n (juta Rupiah)
Pajak Tak Langsung (juta Rupiah)
Nilai Tambah Bruto Jumlah (juta Rupiah)
Persen
1
1.514.181
4.987.178
1,66
202.206
84.177
6.787.742
13,01
2
725.975
6.689.112
0,11
258.995
371.059
8.045.141
15,42
3
3.311.542
6.871.956
0,48
304.722
168.176
10.656.396
20,43
4
388.505
569.028
0,68
57.451
14.673
1.029.657
1,97
5
2.601.356
2.216.165
1,17
253.912
98.982
5.170.415
9,91
6
950.529
2.046.230
0,46
232.371
154.523
3.383.653
6,49
7
926.202
1.949.081
0,48
333.864
67.827
3.276.974
6,28
8
806.546
1.215.338
0,66
81.236
72.665
2.175.785
4,17
9
3.886.475
527.141
7,37
426.286
18.100
4.858.002
9,31
TOTAL
15.111.041
27.071.229
13,08
2.151.043
1.050.182
45.383.765
100
Persen Terhadap Nilai Tambah Bruto
33,30
59,65
4,74
2,31
100
Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi Tahun 2007, Klasifikasi 9 sektor (diolah).
Tabel 5.6 juga memperlihatkan bahwa kelima sektor terbesar dalam penciptaan nilai tambah bruto Provinsi Jambi adalah sektor industri pengolahan dengan senilai Rp 10,65 triliun atau sekitar 20,43 persen dari total nilai tambah bruto. Sektor pertambangan dan penggalian berada di peringkat kedua, dengan kontribusi senilai Rp 8,04 triliun atau sekitar 15,42 persen; ketiga sektor pertanian
senilai Rp 6,78 triliun atau sekitar 13,01 persen; keempat sektor
bangunan senilai Rp 5,17 triliun atau sekitar 9,91 persen; kelima sektor jasa senilai Rp 4,85 triliun atau sekitar 9,31 persen. 5.2 Analisis Keterkaitan 5.2.1 Keterkaitan ke Depan (Forward Linkage) Keterkaitan ke depan dibagi menjadi dua, yaitu keterkaitan langsung ke depan dan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan. Nilai keterkaitan langsung ke depan menunjukkan apabila terjadi peningkatan permintaan akhir
58
sebesar satu satuan, maka output suatu sektor yang dialokasikan secara langsung ke sektor tersebut dan juga sektor-sektor lainnya akan meningkat sebesar nilai keterkaitannya, sedangkan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan menunjukkan bahwa sektor tersebut memiliki keterkaitan baik langsung maupun tidak langsung ke depan terhadap sektor lainnya termasuk sektor itu sendiri. Keterkaitan ke depan merupakan keterkaitan sektor produksi hulu terhadap sektor produksi hilirnya. Nilai keterkaitan langsung ke depan diperoleh dari nilai koefisien teknis, sedangkan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan diperoleh dari matriks kebalikan Leontief terbuka. Besarnya nilai keterkaitan output ke depan baik langsung maupun tidak langsung dari masing-masing sektor perekonomian Provinsi Jambi diperlihatkan pada tabel 5.7. Dalam tabel tersebut, sektor pertanian memiliki nilai keterkaitan ke depan secara langsung terbesar dengan nilai 0,05560, nilai tersebut berarti bahwa apabila terjadi peningkatan pada permintaan akhir sebesar Rp. 1 juta, maka output sektor pertanian yang langsung dijual atau dialokasikan ke sektor lainnya termasuk sektor pertanian itu sendiri akan mengalami peningkatan sebesar Rp 55.600. Di urutan kedua ditempati oleh sektor industri pengolahan bernilai 0,04114; ketiga sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dengan nilai sebesar 0,03307; keempat sektor pengangkutan dan komunikasi bernilai 0,02290; kelima sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki nilai sebesar 0,01885.
59
Tabel 5.7 Keterkaitan Output ke Depan Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Jambi SEKTOR
Keterkaitan ke depan Langsung dan Tidak Langsung Langsung
1. Pertanian
0,05560
1,38517
2. Pertambangan dan Penggalian
0,00525
1,03350
3. Industri Pengolahan
0,04114
1,38623
4. Listrik, Gas dan Air Bersih
0,00822
1,21761
5. Bangunan
0,00480
1,06317
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
0,01885
1,21464
7. Pengangkutan dan Komunikasi
0,02290
1,27033
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
0,03307
1,53059
9. Jasa
0,00672
1,08180
Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi Tahun 2007, Klasifikasi 9 sektor (diolah).
Untuk nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan, maka kelima sektor yang berkontribusi terbesar adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan bernilai 1,53059 yang berarti bahwa jika terjadi peningkatan pada permintaan akhir sebesar Rp 1 juta, maka output sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan secara langsung dan tidak langsung dijual atau dialokasikan ke sektor lainnya termasuk sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan itu sendiri akan mengalami peningkatan sebesar Rp 1.530.590, diikuti oleh sektor industri pengolahan
bernilai 1,38623; sektor pertanian bernilai
1,38517; sektor pengangkutan dan komunikasi bernilai 1,27033; sektor listrik, gas dan air bersih bernilai 1,21761. 5.2.2 Keterkaitan ke Belakang (Backward Linkage) Keterkaitan ke belakang juga dibagi menjadi dua, yaitu keterkaitan langsung ke belakang dan keterkaitan secara langsung dan tidak langsung ke belakang. Nilai keterkaitan ke belakang menunjukkan seberapa besar nilai input yang dibutuhkan oleh suatu sektor baik dari sektor lain maupun dari sektor itu
60
sendiri apabila terjadi kenaikan permintaan akhir sebesar satu satuan. Keterkaitan ke belakang merupakan keterkaitan sektor produksi hilir terhadap sektor-sektor produksi hulunya. Tabel 5.8 Keterkaitan Output ke Belakang Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Jambi SEKTOR
Keterkaitan ke Belakang Langsung dan Tidak Langsung Langsung
1. Pertanian
0,22999
1,29803
2. Pertambangan dan Penggalian
0,01288
1,01549
3. Industri Pengolahan
0,29428
1,38582
4. Listrik, Gas dan Air Bersih
0,22865
1,30087
5. Bangunan
0,08864
1,11849
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
0,33133
1,42866
7. Pengangkutan dan Komunikasi
0,20137
1,26500
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
0,22289
1,28608
9. Jasa
0,06579
1,08459
Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi Tahun 2007, Klasifikasi 9 sektor (diolah).
Tabel 5.8 disajikan nilai keterkaitan ke belakang baik secara langsung dan secara langsung dan tidak langsung ke belakang (backward linkage) antar sektor berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007. Peringkat pertama untuk nilai analisis keterkaitan ke belakang secara langsung dan secara langsung dan tidak langsung ditempati oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 0,33133 dan 1,42866; kedua sektor industri pengolahan sebesar 0,29428 dan 1,38582; ketiga sektor pertanian sebesar 0,22999 dan 1,29803; keempat sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 0,22865 dan 1,30087; kelima sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 0,22289 dan 1,28608. Sektor perdagangan, hotel dan restoran menempati urutan pertama pada nilai keterkaitan ke belakang baik secara langsung maupun secara langsung dan tidak langsung.
61
Nilai ini berarti bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar Rp 1 juta maka sektor perdagangan, hotel dan restoran akan meningkatkan permintaan inputnya secara langsung dan tidak langsung terhadap sektor lain maupun sektor itu sendiri sebesar Rp 331.330 dan Rp 1.428.660. Nilai
keterkaitan
ke
belakang
yang
besar
dari
suatu
sektor
mengindikasikan bahwa sektor tersebut masih bergantung pada output yang dihasilkan oleh sektor di dalam Provinsi Jambi itu sendiri, sebaliknya nilai keterkaitan ke belakang yang kecil mengindikasikan besarnya ketergantungan sektor tersebut terhadap output yang berasal dari luar Provinsi Jambi. 5. 3 Analisis Dampak Penyebaran Dengan menggunakan analisis dampak penyebaran, dapat diketahui sektor-sektor mana saja yang mempunyai kemampuan untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor hulu dan hilirnya melalui mekanisme transaksi pasar output dan input. Dampak penyebaran dianalisis berdasarkan koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran. 5.3.1 Koefisien Penyebaran (Daya Penyebaran Ke Belakang) Nilai koefisien penyebaran merupakan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang yang terboboti dengan jumlah sektor kemudian dibagi dengan total keterkaitan langsung dan tidak langsung semua sektor. Koefisien penyebaran menunjukkan efek relatif yang ditimbulkan oleh keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang antar suatu sektor dengan seluruh sektor yang ada dalam suatu perekonomian. Hal ini dapat diartikan bahwa koefisien penyebaran adalah efek yang ditimbulkan oleh suatu sektor karena peningkatan output sektor
62
tersebut terhadap output sektor-sektor lain yang digunakan sebagai input oleh sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung (sektor hulu). Tabel 5.9 di bawah ini menunjukkan nilai koefisien penyebaran dari masing-masing sektor perekonomian yang ada di Provinsi Jambi. Tabel tersebut menunjukkan bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki nilai koefisien tertinggi yaitu sebesar 1,77940, menyusul sektor industri pengolahan sebesar 1,58045, kemudian sektor pertanian sebesar 1,23516, sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 1,22795, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 1,19706, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 1,08146. Nilai koefisien penyebaran yang lebih besar dari satu memiliki arti bahwa sektor tersebut mampu meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya, sehingga dapat disimpulkan bahwa keenam sektor yang memiliki nilai koefisien penyebaran terbesar telah mampu meningkatkan sektor hulunya. Tabel 5.9 Koefisien Penyebaran Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Sektor
Koefisen Penyebaran
1. Pertanian
1,23516
2. Pertambangan dan Penggalian
0,06919
3. Industri Pengolahan
1,58045
4. Listrik, Gas dan Air Bersih
1,22795
5. Bangunan
0,47602
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
1,77940
7. Pengangkutan dan Komunikasi
1,08146
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
1,19706
9. Jasa
0,35331
Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi Tahun 2007, Klasifikasi 9 sektor (diolah).
5.3.2 Kepekaan Penyebaran (Daya Penyebaran Ke Depan) Nilai kepekaan penyebaran diperoleh dari keterkaitan output langsung dan
tidak langsung ke depan yang diboboti dengan jumlah sektor kemudian dibagi dengan total keterkaitan langsung dan tidak langsung semua sektor. Kepekaan
63
penyebaran menunjukkan efek relatif yang ditimbulkan oleh keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan antara suatu sektor dengan seluruh sektor yang menggunakan output sektor tersebut sebagai inputnya (sektor hilir), dengan kata lain kepekaan penyebaran menunjukkan kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor yang menggunakan output dari sektorsektor tersebut (sektor hilir). Tabel 5.10 Kepekaan Penyebaran Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Sektor
Kepekaan Penyebaran
1. Pertanian
1,38623
2. Pertambangan dan Penggalian
0,16967
3. Industri Pengolahan
0,67057
4. Listrik, Gas dan Air Bersih
1,21016
5. Bangunan
0,21343
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
0,90307
7. Pengangkutan dan Komunikasi
1,14377
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
2,97141
9. Jasa
0,33169
Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi Tahun 2007, Klasifikasi 9 sektor (diolah).
Tabel 5.10 di atas menunjukkan nilai kepekaan penyebaran dari masingmasing sektor perekonomian yang ada di Provinsi Jambi. Berdasarkan urutan nilai kepekaan penyebaran terbesar maka di peringkat pertama diduduki oleh sektor keuangan,persewaan dan jasa perusahan bernilai 2,97141; kedua sektor pertanian bernilai 1,38623; ketiga sektor listrik,gas dan air bersih bernilai 1,21016; keempat sektor pengangkutan dan komunikasi bernilai 1,14377. Nilai kepekaan penyebaran suatu sektor yang lebih besar dari satu mengandung arti bahwa sektor tersebut mampu mendorong pertumbuhan sektor hilirnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan keempat sektor yang memiliki nilai kepekaan penyebaran terbesar telah mampu mendorong pertumbuhan sektor hilirnya.
64
5.4 Analisis Pengganda (Multiplier) Analisis pengganda digunakan untuk melihat dampak perubahan dari variabel-variabel endogen yaitu output sektoral apabila terjadi perubahan dalam variabel-variabel eksogen yaitu pemintaan akhir dalam suatu perekonomian. Terdapat dua jenis pengganda, yaitu Pengganda Tipe I dan Pengganda Tipe II. Pengganda tipe I diperoleh dari pengolahan lebih lanjut matriks kebalikan Leontief terbuka, sedangkan pengganda tipe II diperoleh dari matriks kebalikan Leontief tertutup. Baik pengganda tipe I maupun tipe II merupakan hasil dari proses mekanisme dampak yang terdiri dari efek awal (initial effect), efek putaran pertama (first round effect), efek dukungan industri (industrial support effect), dan efek induksi konsumsi (consumption induced effect). Nilai pengganda tipe I menunjukkan bahwa apabila terjadi kenaikan variabel eksogen sebesar satu satuan, maka variabel endogen di seluruh sektor perekonomian akan meningkat sebesar nilai tersebut. Nilai pengganda tipe II menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan variabel eksogen maka variabel endogen akan meningkat setelah adanya efek induksi dari rumah tangga. 5.4.1 Analisis Pengganda Output (Multiplier Output) Nilai pengganda output merupakan nilai total dari output atau produksi yang dihasilkan oleh perekonomian akibat perubahan satu unit uang permintaan akhir. Tabel 5.11 di bawah ini memperlihatkan nilai pengganda output masingmasing sektor perekonomian Provinsi Jambi. Berdasarkan tabel tersebut, urutan nilai pengganda output tipe I tertinggi yaitu di peringkat pertama diduduki oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran bernilai 1,42866; kedua sektor industri pengolahan bernilai 1,38582; ketiga sektor listrik, gas dan air bersih bernilai
65
1,30087; keempat sektor pertanian bernilai 1,29803; kelima sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan bernilai 1,28608. Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang memiliki nilai pengganda output tipe I tertinggi di Provinsi Jambi dengan nilai pengganda tipe I sebesar 1,42866. Nilai ini berarti jika terjadi peningkatan permintaan akhir terhadap sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp 1 juta, maka akan meningkatkan output pada semua sektor ekonomi sebesar Rp 1.428.660. Tabel 5.11 Pengganda Output Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Sektor
Awal
Pertama
Industri
Konsumsi
Total
Elastisitas
Tipe I
Tipe II
1
1,00000
0,22999
0,06805
0,22767
1,52571
0,59396
1,29803
1,52571
2
1,00000
0,01288
0,00261
0,00685
1,02235
0,97852
1,01549
1,02235
3
1,00000
0,29428
0,09154
0,12241
1,50823
0,76406
1,38582
1,50823
4
1,00000
0,22865
0,07222
0,33971
1,64057
0,16030
1,30087
1,64057
5
1,00000
0,08864
0,02986
0,07071
1,18921
0,67697
1,11849
1,18921
6
1,00000
0,33133
0,09733
0,12551
1,55417
0,52859
1,42866
1,55417
7
1,00000
0,20137
0,06363
0,29323
1,55823
0,38568
1,26500
1,55823
8
1,00000
0,22289
0,06319
0,08564
1,37172
0,10642
1,28608
1,37172
9
1,00000
0,06579
0,01880
0,04822
1,13281
0,44529
1,08459
1,13281
Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi Tahun 2007, Klasifikasi 9 sektor (diolah).
Untuk nilai pengganda output tipe II, peringkat nilai pengganda output tertinggi yaitu pertama sektor listrik, gas dan air bersih bernilai 1,64057; kedua sektor pengangkutan dan komunikasi bernilai 1,55823; ketiga sektor perdagangan, hotel dan restoran bernilai 1,55417; keempat sektor pertanian bernilai 1,52571; kelima sektor industri pengolahan bernilai 1,50823. Sektor listrik, gas dan air bersih memiliki nilai pengganda output tipe II tertinggi di Provinsi Jambi sebesar 1,64057. Nilai ini berarti bahwa dengan memasukkan efek konsumsi rumah tangga, jika terjadi peningkatan permintaan akhir terhadap sektor listrik, gas dan air bersih sebesar Rp 1 juta maka akan meningkatkan output pada semua sektor ekonomi sebesar Rp 1.640.570.
66
5.4.2 Analisis Pengganda Pendapatan Rumah Tangga (Multiplier Income) Nilai pengganda pendapatan merupakan jumlah pendapatan rumah tangga total akibat tambahan satu unit uang permintaan akhir. Berdasarkan hasil analisis pengganda pendapatan pada tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 klasifikasi 70 sektor yang diagregasi menjadi sembilan sektor dapat diketahui nilai pengganda pendapatan dari masing-masing sektor perekonomian. Tabel 5.17 memperlihatkan nilai-nilai pengganda pendapatan dari tiap sektor-sektor perekonomian Provinsi Jambi. Peringkat pertama untuk nilai pengganda pendapatan rumah tangga baik tipe I maupun tipe II ditempati oleh sektor industri pengolahan dengan nilai sebesar 1,75026 dan 1,96075; kedua sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan bernilai 1,58687 dan 1,77772; ketiga
sektor
perdagangan, hotel dan restoran bernilai 1,57387 dan 1,76315; keempat sektor pertambangan dan penggalian bernilai 1,26548 dan 1,41767; kelima sektor jasa bernilai 1,23712 dan 1,38590. Sektor industri pengolahan merupakan sektor yang memiliki nilai pengganda pendapatan rumah tangga baik tipe I maupun tipe II terbesar yaitu senilai 1,75026 dan 1,96075. Untuk nilai pengganda pendapatan rumah tangga tipe I, hal ini berarti bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar Rp 1 juta maka akan meningkatkan pendapatan rumah tangga di semua sektor perekonomian sebesar Rp 1.750.260. Selanjutnya untuk nilai pengganda pendapatan rumah tangga tipe II berarti bahwa dengan memasukkan efek konsumsi rumah tangga, jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar Rp 1 juta maka akan meningkatkan pendapatan rumah tangga disemua sektor perekonomian sebesar Rp 1.960.750.
67
Tabel 5.12 Pengganda Pendapatan Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Sektor
Awal
Pertama
Industri
Konsumsi
Total
Elastisitas
Tipe I
Tipe II
1
0,12981
0,02245
0,00613
0,01905
0,17744
0,53216
1,22022
1,36697
2
0,00377
0,00078
0,00022
0,00057
0,00534
1,35690
1,26548
1,41767
3
0,04866
0,02806
0,00844
0,01024
0,09540
0,99331
1,75026
1,96075
4
0,19806
0,03068
0,00760
0,02842
0,26476
0,13062
1,19326
1,33676
5
0,04127
0,00523
0,00269
0,00592
0,05511
0,76025
1,19212
1,33549
6
0,05548
0,02359
0,00825
0,01050
0,09782
0,59967
1,57387
1,76315
7
0,17943
0,01904
0,00554
0,02453
0,22854
0,31599
1,13697
1,27371
8
0,03754
0,01662
0,00541
0,00717
0,06674
0,13791
1,58687
1,77772
9
0,02712
0,00477
0,00166
0,00403
0,03758
0,54477
1,23712
1,38590
Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi Tahun 2007, Klasifikasi 9 sektor (diolah).
5.5 Analisis Penetapan Sektor Prioritas Dari hasil analisis pengganda untuk sektor-sektor dalam perekonomian Provinsi Jambi yang terdiri dari sembilan sektor yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa dapat ditetapkan sektor-sektor kunci dan prioritas yang dapat dijadikan acuan untuk pengembangan perekonomian di Provinsi Jambi. Pembangunan harus diprioritaskan pada sektor-sektor kunci ini karena perkembangan dari sektor kunci akan mendorong perkembangan sektor-sektor lain dalam perekonomian. Tabel 5.13 dibawah ini memperlihatkan bahwa sektor prioritas pertama adalah sektor industri pengolahan dengan nilai total pengganda sebesar 6,60506; kedua ditempati oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan nilai total pengganda sebesar 6,31985; ketiga sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dengan nilai total pengganda sebesar 6,02239; keempat diduduki oleh
68
sektor listrik, gas dan air bersih dengan nilai total pengganda sebesar 5,47146; kelima sektor pertanian dengan nilai total pengganda sebesar 5,41093. Tabel 5.13 Indeks Pengganda Aktual Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Sektor
TOM
TIM
1. Pertanian
2,82374
2,58719
5,41093
5
2. Pertambangan dan Penggalian
2,03784
2,68315
4,72099
9
3. Industri Pengolahan
2,89405
3,71101
6,60506
1
4. Listrik, Gas dan Air Bersih
2,94144
2,53002
5,47146
4
5. Bangunan
2,30770
2,52761
4,83531
8
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
2,98283
3,33702
6,31985
2
7. Pengangkutan dan Komunikasi
2,82323
2,41068
5,23391
6
2,65780
3,36459
6,02239
3
2,21740
2,62302
4,84042
7
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa
Total
Prioritas
Sumber : Tabel Input-Output Provinsi Jambi Tahun 2007, Klasifikasi 9 sektor (diolah).
Keterangan : TOM = Total Output Multiplier (Total Pengganda Output) TIM = Total Income Multiplier (Total Pengganda Pendapatan) 5.6 Implikasi Kebijakan Arah
kebijakan
pembangunan
Provinsi
Jambi
difokuskan
pada
peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas melalui penyelenggaran pembangunan kewilayahan. Kegiatan pembangunan kewilayahan diarahkan pada : 1) Pengalokasikan penggunaan ruang di Provinsi Jambi (pola ruang) dengan menyerasikan kegiatan antar sektor dengan kebutuhan ruang dan potensi sumberdaya alam yang berasaskan kelestarian lingkungan menuju pembangunan yang berkelanjutan, 2) Memperkuat perekonomian daerah berbasis keunggulan kompetitif
dengan
mendorong
pengembangan
wilayah
untuk
setiap
kabupaten/kota di Provinsi berdasarkan pertimbangan sektor prioritas/unggulan dan kendala pengembangan yang ada.
69
Penelitian ini membuktikan bahwa sektor prioritas/unggulan dalam perekonomian Provinsi Jambi adalah sektor industri pengolahan karena memiliki nilai keterkaitan, dampak penyebaran dan nilai pengganda baik output maupun pendapatan tertinggi dibandingkan dengan kedelapan sektor lainnya. Hal ini sesuai dengan kegiatan pembangunan Provinsi Jambi dalam memperkuat struktur industri daerah dengan menempatkan sektor industri pengolahan berbasis agribisnis sebagai motor penggerak kegiatan perekonomian Provinsi Jambi. Hal ini didukung oleh kegiatan pertanian dalam arti luas, kelautan dan pertambangan yang menghasilkan produk-produk secara efisien, modern, dan berkelanjutan serta jasa-jasa pelayanan yang efektif agar terwujud ketahanan ekonomi yang tangguh. Selain sektor industri pengolahan, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan memiliki nilai kedua dan ketiga tertinggi dilihat berdasarkan nilai pengganda (multiplier) baik output dan pendapatan. Sementara itu, jika dilihat berdasarkan nilai keterkaitan dan dampak penyebaran, kedua sektor ini berada di urutan ketiga dan keempat. Oleh karena itu, kedua sektor ini juga menjadi sasaran dalam kegiatan pembangunan Provinsi Jambi dalam mendukung perekonomian daerah.
70
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap tabel Input-Output Provinsi Jambi Tahun 2007 klasifikasi 70 sektor, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.
Dalam struktur perekonomian Provinsi Jambi, sektor-sektor yang memiliki distribusi atau pangsa (share) yang sangat besar dalam struktur permintaan, konsumsi rumah tangga, ekspor dan impor, dan nilai tambah bruto adalah sektor industri pengolahan, sektor pertambangan dan penggalian, dan sektor pertanian. Dilihat dari struktur konsumsi pemerintah, ketiga sektor terbesar yakni sektor jasa, sektor bangunan, dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Pada struktur investasi, sektor bangunan dan sektor industri pengolahan merupakan sektor yang memiliki kontribusi terbesar.
2.
Dilihat dari keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang dan nilai koefisien penyebaran ke depan dan kepekaan penyebaran maka beberapa sektor yang perlu diprioritaskan adalah sektor industri pengolahan, sektor pertanian, sektor keuangan, persewaan, jasa perusahaan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran.
3.
Sementara itu, dilihat dari nilai pengganda output dan pengganda pendapatan, sektor yang perlu mendapat prioritas adalah sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.
71
6.2 Saran Sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan merupakan sektor kunci perekonomian Provinsi Jambi sehingga diharapkan pengembangan dari ketiga sektor tersebut dapat mengatasi masalah pembangunan yang ada yaitu diantaranya tingginya angka kemiskinan dan pengangguran. Dengan didorongnya sektorsektor tersebut dapat meningkatkan output sehingga penyerapan tenaga kerja dan pendapatan masyarakat meningkat dan pada akhirnya akan mengurangi jumlah pengangguran serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sektor-sektor ekonomi yang lain yang mempunyai potensi juga tetap dapat diikutsertakan dalam pengembangan dan pembangunan wilayah. Peningkatan sarana dan prasarana serta perencanaan dan kinerja pemerintah daerah yang lebih matang juga sangat dibutuhkan dalam pengembangan dan pembangunan ekonomi daerah khususnya di Provinsi Jambi.
72
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, R. 2008. Pengembangan Wilayah: Konsep dan Teori. Graha Ilmu, Yogyakarta. Anonim.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah http://www.jambiprov.go.id [21 Maret 2012]
_______. Rencana Pembangunan Jangka http://www.jambiprov.go.id [21 Maret 2012]
Panjang
2010-2015. 2005-2025.
Anwar, D. S. 2008. Penentuan Sektor Kunci Serta Dampaknya Terhadap Output, Pendapatan Dan Kesempatan Kerja Di Kota Bandung. [Tesis]. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi. 2007. Jambi dalam Angka Tahun 2006. Jambi. ________________________________. 2008. Jambi dalam Angka Tahun 2007. Jambi. ________________________________. 2009. Jambi dalam Angka Tahun 2008. Jambi. ________________________________. 2010. Jambi dalam Angka Tahun 2009. Jambi. ________________________________. 2011. Jambi dalam Angka Tahun 2010. Jambi. Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik. 2008. Tabel Input-Output Provinsi Jambi Tahun 2007. Bank Indonesia, Jambi. Daryanto, A. 2004. Keunggulan Daya Saing dan Teknik Identifikasi Komoditas Unggulan: Dalam Mengembangkan Potensi Ekonomi Regional.Agrimedia. vol 9. no. 2: 51-62. Daryanto, A. dan Y. Hafizrianda. 2010. Analisis Input-Output dan Social Accounting Matrix untuk Pembangunan Ekonomi Daerah. IPB Press, Bogor. _______________________________. 2010. Model-model Kuantitatif untuk Perencanaan Pembangunan Daerah. IPB Press, Bogor. Glasson, J. 1977. Pengantar Perencanaan Regional. Paul Sitohang [penerjemah]. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. 73
Indrawati, T. 2009. Analisis Dampak Sektor Unggulan Terhadap Perekonomian Kota Pangkalpinang [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Mawardi, I. 2007. Perencanaan Pembangunan Wilayah Berdasarkan Konsep Produktivitas Unggulan. Jurnal Teknologi Lingkungan. vol 8. no. 2: 181187. Nazara, S. 2008. Analisis Input-Output. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia, Jakarta. Nugroho, I. dan Dahuri, R. 2004. Pembangunan Wilayah: Perspektif Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan. LP3ES, Jakarta Priyarsono, D. S., Sahara, M. Firdaus. 2007. Ekonomi Regional. Universitas Terbuka, Jakarta. Samiun, M. Z. M. 2008. Analisis Perekonomian Provinsi Maluku Utara Pendekatan Multisektoral. [Tesis]. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Tarigan, R. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Bumi Aksara, Jakarta. Todaro, M.P dan Smith, S.C. 2004. Pembangunan Ekonomi. Erlangga, Jakarta.
74
LAMPIRAN
75
LAMPIRAN
Lampiran 1. Klasifikasi Sektor-sektor Perekonomian Provinsi Jambi berdasarkan Tabel Input-Output Provinsi Jambi Tahun 2007 KODE KLASIFIKASI 70 SEKTOR KODE KLASIFIKASI 9 SEKTOR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Padi Jagung Ketela Pohon Ketela Rambat Kacang Tanah Kacang Kedelai Kentang Sayur-sayuran Buah-buahan Tanaman bahan makanan lainnya Karet Kopi Kelapa Sawit Kelapa Dalam Kayu Manis Pinang Tanaman perkebunan lainnya Ternak besar dan hasil-hasilnya Ternak kecil dan hasil-hasilnya Ayam buras Ayam Ras Unggas lainnya Telur Kayu Bulat Hasil hutan lainnya
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
PERTANIAN
76
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
Udang Perikanan laut lainnya Perairan Umum Budidaya Pertambangan migas Pertambangan non migas Penggalian Industri Pengilangan Migas Industri Minyak Kelapa Industri CPO Industri penggilingan, Padi, Biji-bijian dan tepung Industri makanan lainnya Industri minuman Industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki Industri penggergajian dan pengolahan kayu Industri kayu lapis dan sejenisnya Industri bahan dan perabot dari kayu Industri karet dan barang dari karet dan barang plastic Industri Kertas dan barang dari kertas Industri Kimia Industri pupuk Industri barang mineral bukan logam Industri barang dari logam, mesin-mesin dan peralatannya Industri barang lainnya Listrik Air Minum Bangunan
1 1 1 1 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
INDUSTRI PENGOLAHAN
3 3 3 3 3 3 3 4 4 5
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH BANGUNAN 77
53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70
Perdagangan Hotel Restoran Angkutan jalan raya Angkutan laut Angkutan sungai dan danau Angkutan udara Jasa penunjang Angkutan Komunikasi Bank Asuransi Lembaga Keuangan Jasa persewaan Jasa perusahaan Pemerintahan Umum dan pertahanan Jasa Sosial Kemasyarakatan Jasa lainnya Kegiatan yang tidak jelas batasannya
6 6 6 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 9 9 9 9
PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN
JASA
78
Lampiran 2. Tabel Input-Output Provinsi Jambi Tahun 2007, Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 9 Sektor (dalam Juta Rupiah) Sektor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
1.025.483,38
508,45
2.067.994,17
0
15.899,64
282.056,86
212,34
0
46.469,47
2
2.433,12
26.321,4
247.294,55
0
48.635,29
77,15
0
0
0
3
383.287,47
13.102,97
1.238.092,06
46.973,22
313.731,9
170.018,28
236.378,66
55.568,12
87.273,04
4
20.574,03
1.222,14
90.829.39
219.336,15
2.747,76
57.026,66
42.298,22
63.048,41
11.429,92
5
153.386,17
9.592,29
26.522.09
10.484,41
1.224,48
1.666,67
41.393,67
35.898,32
16.554,94
6
215.659,17
7.067,34
437.828,42
48.949,79
72.614,79
112.525,24
197.239,32
46.847,76
27.151,51
7
290.967,18
20.094,39
408.049,85
21.598,62
44.477,9
165.283,8
337.970,43
91.096,06
36.645,63
8
221.731,37
17.645,51
192.878,18
61.017,57
23.204,26
943.407,53
178.497,26
328.953,19
77.925,64
9
124.913,47
9.853,45
63.218,42
2.295,14
4.169.22
96.236,96
31.698,7
34.344,48
48.871,03
190
2.438.435,36
105.407,94
4.772.707,13
410.654,9
526.705,24
1.828.299,2
1.065.688,6
655.756,34
352.321,18
200
1.376.279
30.815
789.099
355.725
245.231
306.155
949.559
110.457
145.233
201
1.514.181
725.975
3.311.542
388.505
2.601.356
950.529
926.202
806.546
3.886.475
202
4.987.178
6.689.112
6.871.956
569.028
2.216.165
2.046.230
1.949.081
1.215.338
527.141
203
202.206
258.995
304.722
57.451
253.912
232.371
333.864
81.236
426.286
204
84.177
371.059
168.176
14.673
98.982
154.523
67.827
72.665
18.100
209
8.164.021
8.075.956
11.445.495
1.385.382
5.415.646
3.689.808
4.226.533
2.286.242
5.003.235
210
10.602.456,4
8.181.363,9
16.218.202,1
1.796.036,9
5.942.351,2
5.518.107,2
5.292.221,6
2.941.998,3
5.355.556,2
79
Sektor
180
301
302
303
304
305
309
310
1
3.438.624
3.065.020
0
45.972,1
469.819,8
3.611.742
7.192.554
10.595.653
2
324.761,5
25.579,12
0
108.180,6
120.985.2
7.601.471
7.856.216
8.001.481
3
2.544.426
5.439.954
326.404
708.289
195.312,4
6.986.053
13.656.014
16.201.065
4
508.512,7
1.112.035
54.603,18
120.891,8
0
0
1.287.530
1.796.039
5
296.723
2.262.864
1.592.690
1.790.075
0
0
5.645.630
5.942.352
6
1.165.883
1.266.911
451.838,7
76.851,53
0
1.348.082
4.372.164
5.520.520
7
1.416.184
2.562.272
479.858,8
121.109,7
0
711.976,1
3.875.496
5.292.194
8
2.045.261
641.893,9
210.380,8
17.854,63
0
0
870.129,4
2.942.222
9
415.600,9
2.833.386
2.105.186
0
0
0
493.8573
5.356.545
190
12.155.976
19.209.915
5.220.962
2.989.225
786.117.4
20.259.324
49.694.306
61.648.070
200
4.308.553
7.288.550
814.569
371.704
69.488
0
8.544.311
12.854.858
201
15.111.311
202
27.071.229
203
2.151.043
204
1.050.182
209
49.692.318
210
61.848.294
80
Lampiran 3. Matriks Koefisien Teknis Klasifikasi 9 Sektor Sektor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
0,09672
0,00006
0,12751
0,00000
0,00268
0,05111
0,00004
0,00000
0,00868
2
0,00023
0,00322
0,01525
0,00000
0,00818
0,00001
0,00000
0,00000
0,00000
3
0,03615
0,00160
0,07634
0,02615
0,05280
0,03081
0,04467
0,01889
0,01630
4
0,00194
0,00015
0,00560
0,12212
0,00046
0,01033
0,00799
0,02143
0,00213
5
0,01447
0,00117
0,00164
0,00584
0,00021
0,00030
0,00782
0,01220
0,00309
6
0,02034
0,00086
0,02700
0,02725
0,01222
0,02039
0,03727
0,01592
0,00507
7
0,02744
0,00246
0,02516
0,01203
0,00748
0,02995
0,06386
0,03096
0,00684
8
0,02091
0,00216
0,01189
0,03397
0,00390
0,17097
0,03373
0,11181
0,01455
9
0,01178
0,00120
0,00390
0,00128
0,00070
0,01744
0,00599
0,01167
0,00913
TOTAL
0,22999
0,01288
0,29428
0,22865
0,08864
0,33133
0,20137
0,22289
0,06579
200
0,12981
0,00377
0,04866
0,19806
0,04127
0,05548
0,17943
0,03754
0,02712
201
0,14281
0,08874
0,20419
0,21631
0,43777
0,17226
0,17501
0,27415
0,72569
202
0,47038
0,81760
0,42372
0,31682
0,37294
0,37082
0,36829
0,41310
0,09843
203
0,01907
0,03166
0,01879
0,03199
0,04273
0,04211
0,06309
0,02761
0,07960
204
0,00794
0,04535
0,01037
0,00817
0,01666
0,02800
0,01282
0,02470
0,00338
TOTAL
1,00000
1,00000
1,00000
1,00000
1,00000
1,00000
1,00000
1,00000
1,00000
81
Sektor
Total
301
302
303
304
305
Total
1
0,05560
0,14857
0,00000
0,01538
0,59765
0,17828
0,09505
2
0,00525
0,00127
0,00000
0,03619
0,15390
0,37521
0,07335
3
0,04114
0,26705
0,06252
0,23695
0,24845
0,34483
0,14540
4
0,00822
0,05441
0,01046
0,04044
0,00000
0,00000
0,01610
5
0,00480
0,11073
0,30506
0,59884
0,00000
0,00000
0,05328
6
0,01885
0,12113
0,08654
0,02571
0,00000
0,06654
0,04947
7
0,02290
0,12542
0,09191
0,04052
0,00000
0,03514
0,04745
8
0,03307
0,03271
0,04030
0,00597
0,00000
0,00000
0,02638
9
0,00672
0,13871
0,40322
0,00000
0,00000
0,00000
0,04801
TOTAL
0,19655
1,00000
1,00000
1,00000
1,00000
1,00000
0,55449
200
0,06966
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,03863
201
0,24433
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,13548
202
0,43770
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,24270
203
0,03478
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,01928
204
0,01698
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00000
0,00942
TOTAL
1,00000
1,00000
1,00000
1,00000
1,00000
1,00000
1,00000
82
Lampiran 4. Matriks Kebalikan Leontif Klasifikasi 9 Sektor Sektor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
TOTAL
1
1,11562
0,00045
0,15638
0,00712
0,01215
0,06470
0,01052
0,00536
0,01288
1,38517
2
0,00114
1,00327
0,01679
0,00062
0,00912
0,00074
0,00093
0,00055
0,00033
1,03350
3
0,04836
0,00209
1,09294
0,03620
0,05896
0,04423
0,05584
0,02792
0,01968
1,38623
4
0,00429
0,00030
0,00875
1,14121
0,00143
0,01794
0,01194
0,02852
0,00324
1,21761
5
0,01700
0,00125
0,00477
0,00762
1,00070
0,00431
0,00937
0,01449
0,00366
1,06317
6
0,02684
0,00114
0,03554
0,03456
0,01497
1,02898
0,04391
0,02186
0,00683
1,21464
7
0,03629
0,00286
0,03624
0,01874
0,01077
0,04315
1,07341
0,03969
0,00920
1,27033
8
0,03394
0,00284
0,02705
0,05175
0,00887
0,20288
0,05085
1,13349
0,01892
1,53059
9
0,01457
0,00130
0,00736
0,00304
0,00153
0,02173
0,00823
0,01420
1,00985
1,08180
TOTAL
1,29803
1,01549
1,38582
1,30087
1,11849
1,42866
1,26500
1,28608
1,08459
11,18304
83
Lampiran 5. Pengganda (Multiplier) Output Klasifikasi 9 Sektor Sektor
Awal
Pertama
Industri
Konsumsi
Total
Elastisitas
Tipe I
Tipe II
1
1,00000
0,22999
0,06805
0,22767
1,52571
0,59396
1,29803
1,52571
2
1,00000
0,01288
0,00261
0,00685
1,02235
0,97852
1,01549
1,02235
3
1,00000
0,29428
0,09154
0,12241
1,50823
0,76406
1,38582
1,50823
4
1,00000
0,22865
0,07222
0,33971
1,64057
0,16030
1,30087
1,64057
5
1,00000
0,08864
0,02986
0,07071
1,18921
0,67697
1,11849
1,18921
6
1,00000
0,33133
0,09733
0,12551
1,55417
0,52859
1,42866
1,55417
7
1,00000
0,20137
0,06363
0,29323
1,55823
0,38568
1,26500
1,55823
8
1,00000
0,22289
0,06319
0,08564
1,37172
0,10642
1,28608
1,37172
9
1,00000
0,06579
0,01880
0,04822
1,13281
0,44529
1,08459
1,13281
84
Lampiran 6. Pengganda (Multiplier) Pendapatan Rumah Tangga Klasifikasi 9 Sektor Sektor
Awal
Pertama
Industri
Konsumsi
Total
Elastisitas
Tipe I
Tipe II
1
0,12981
0,02245
0,00613
0,01905
0,17744
0,53216
1,22022
1,36697
2
0,00377
0,00078
0,00022
0,00057
0,00534
1,35690
1,26548
1,41767
3
0,04866
0,02806
0,00844
0,01024
0,09540
0,99331
1,75026
1,96075
4
0,19806
0,03068
0,00760
0,02842
0,26476
0,13062
1,19326
1,33676
5
0,04127
0,00523
0,00269
0,00592
0,05511
0,76025
1,19212
1,33549
6
0,05548
0,02359
0,00825
0,01050
0,09782
0,59967
1,57387
1,76315
7
0,17943
0,01904
0,00554
0,02453
0,22854
0,31599
1,13697
1,27371
8
0,03754
0,01662
0,00541
0,00717
0,06674
0,13791
1,58687
1,77772
9
0,02712
0,00477
0,00166
0,00403
0,03758
0,54477
1,23712
1,38590
85