PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERBEDAAN RELIGIOSITAS ANTARA SISWA KATOLIK DI SEKOLAH UMUM DENGAN SEKOLAH KATOLIK
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.) Program Studi Psikologi
Oleh: Novian Tri Gunawan NIM: 079114090
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2011
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN MOTTO
"Tidak ada yang perlu dikawatirkan ketika kita benar-benar bersandar pada Kasih Tuhan”. Jesus i believe in You
psychology: second religion, imperfect, usefull
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Karya ini aku persembahkan untuk………. Tuhan kekasih jiwaku, Keluargaku, dan semua orang yang membutuhkannya…. Semoga bermanfaat…..
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah saya sebutkan dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 15 Juli 2011 Penulis
Novian Tri Gunawan
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERBEDAAN RELIGIOSITAS ANTARA SISWA KATOLIK DI SEKOLAH UMUM DENGAN SEKOLAH KATOLIK
Novian Tri Gunawan
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan tingkat religiositas antara siswa Katolik di sekolah umum dengan sekolah Katolik. Hipotesis dari penelitian ini adalah siswa Katolik yang bersekolah di sekolah Katolik religiositasnya lebih tinggi dibandingkan siswa Katolik di sekolah umum. Peneliti mengambil hipotesis ini karena melihat adanya perbedaan situasi dan kondisi antara kedua sekolah tersebut. Sekolah Katolik mempunyai porsi lebih banyak dalam penanaman tradisi katolik dan kegiatan-kegiatan keagamaan dibandingkan sekolah umum. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMU remaja akhir beragama katolik yang berjumlah 100 orang, yang terdiri atas 50 siswa bersekolah disekolah negeri dan 50 siswa yang bersekolah di sekolah Katolik. Alat pengumpul data yang digunakan adalah skala religiositas. Skala tersebut telah melalui seleksi item dengan tryout, dan diperoleh 29 item dengan koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,926. Hasil analisis data penelitian diperoleh signifikansi sebesar 0,102. Hal ini berarti tidak ada perbedaan tingkat religiositas antara siswa sekolah umum dan sekolah Katolik. Hal ini juga menandakan bahwa hipotesis awal penelitian, yaitu siswa Katolik yang bersekolah di sekolah Katolik tingkat religiositasnya lebih tinggi dibandingkan siswa Katolik di sekolah umum ditolak. Kata Kunci : Religiositas, sekolah umum, sekolah Katolik
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
RELIGIOSITY DIFFERENCE BETWEEN CATHOLIC STUDENTS IN PUBLIC SCHOOLS WITH CATHOLIC SCHOOL Novian Tri Gunawan ABSTRACT This aim of research to look at different levels of religiosity between Catholic students in public schools with Catholic schools. The hypothesis of the research was that Catholic students who study in Catholic schools, the religiosity was higher than Catholic students in public schools. Researchers was take the hypothesis because notice any differences between the two situations and conditions on that school. Catholic schools have more portions in the planting of the Catholic tradition and religious activities than public schools. The subjects of research were 100 last teens Catholic students of high school, was consist of 50 students who study in public schools and 50 students study in Catholic schools. The instrument used was the scale of religiosity. The scale had items sorting by tryouts so there were 29 items with 0,926 alpha reliability coefficient. The result of data analisis gained significance 0.102 (p >0,05). It means there was no difference in the level of religiosity between public school students and Catholic schools. It also indicated that the hypothesis of the research, that the Catholic students who study in Catholic schools, the religiosity was higher than Catholic students in public schools was rejected. Keywords: Religiosity, public schools, Catholic schools
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama
: Novian Tri Gunawan
Nomor Mahasiswa
: 079114090
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : PERBEDAAN RELIGIOSITAS ANTARA SISWA KATOLIK DI SEKOLAH UMUM DENGAN SEKOLAH KATOLIK beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 16 Juli 2011 Yang menyatakan,
Novian Tri Gunawan
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Bapa maha kasih yang telah memberikan segala rahmat yang saya perlukan untuk menyelesaikan karya ini. Sebuah kebahagiaan bagi saya dapat berterimakasih kepada orang-orang yang turut berkarya dalam hidup saya khususnya mereka yang telah membantu selesainya studi saya dan penelitian ini : 1. Bapa di surga dan Tuhan Yesus yang memberikan keajaiban setiap hari dalam hidup saya dan semua manusia. 2. Dr. Christina Siwi Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. 3. Ibu Titik selaku Kaprodi, tolong bantu buk semoga bimbingan skripsi (klasikal informal) seperti bimbingan pak Heri tetap ada, karena membantu sekali untuk mahasiswa. 4. Y. Heri Widodo, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik sekaligus pembimbing skripsi, terima kasih telah membantu “menunda” saya berhenti kuliah pada awal semester, terimakasih juga telah mengorbankan waktunya untuk membimbing saya dan teman-teman menulis skripsi. 5. Ibu Dra. Lusia Pratidarmanastiti, MS. dan Bapak C. Wijoyo Adinugroho, S. Psi selaku dosen penguji skripsi, yang telah membimbing dan memberikan masukan untuk menyempurnakan karya sederhana ini. 6. Segenap dosen Fakultas Psikologi yang telah berbagi ilmu dan pengetahuannya selama saya menempuh studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. 7. Bp. Aufridus Atmadi yang telah mensupport dan membantu saya hingga bisa tetap kuliah di Sanata Dharma hingga selesai.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8. Teman-teman fakultas Psikologi, Lanang, Riko, Cicil, Yani, teman satu payung Krisen dan “Power Rangers Skripsi”: Bondhan, Avi, Krisna, Hayu…tengkyu prend telah banyak berbagi. 9. Ibu Lestari Prodjosuto, ibu Yulia, dan Yayasan Aulia yang telah memberi saya kesempatan untuk bisa bekerja sambil kuliah. 10. Bapak, ibu, Nenek, Kakek yang selalu mendukung dengan doa-doa dan harapan-harapan untuk tidak putus asa. 11. Fr. Deddy, Anjar, Danang, Rino, Vita, bulik, om Tiok semua saudara dan sahabat-sahabatku yang membantu dalam bentuk apaun. 12. Agnes istriku tercinta, yang membantu dan mendukung dengan “secangkir teh cintanya” 13. Si kecil Riean yang sering “mengganggu” dan berebut laptop denganku saat mengerjakan skripsi…” Le…kalo skripsiku sudah jadi kamu bisa ngegame sepuasnya…” 14. Semua pihak yang tidak bisa penulis tulis satu persatu. Terimakasih semuanya. Semoga kasih Bapa selalu menyertai kalian semua……… Penulis,
Novian Tri Gunawan
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................iii HALAMAN MOTTO..........................................................................................iv HALAMAN PERSEMBAHAN...........................................................................v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..............................................................vi ABSTRAK...........................................................................................................vii ABSTRACT ........................................................................................................viii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..............................ix KATA PENGANTAR.........................................................................................x DAFTAR ISI .......................................................................................................xii DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvii DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................xviii BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................. 1 A.
Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
B.
Rumusan Masalah...................................................................................... 9
C.
Tujuan Penelitian ....................................................................................... 9
D.
Manfaat Penelitian ..................................................................................... 9
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 10 A.
Remaja....................................................................................................... 10
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B.
C.
1
Pengertian Remaja .............................................................................. 10
2
Ciri-ciri Remaja Akhir......................................................................... 10
3
Tugas Perkembangan Remaja Akhir................................................... 11
4
Perkembangan Religiositas Remaja .................................................... 12
Religiositas................................................................................................. 14 1
Pengertian Religiositas........................................................................ 14
2
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Religiositas .................................. 17
3
Riset-Riset Terkait Religiositas ........................................................... 18
Jenis Sekolah ............................................................................................. 20 1
Sekolah Umum.................................................................................... 20 1.1 Pengertian Sekolah Umum .......................................................... 20 1.2 Religiositas di Sekolah Umum .................................................... 20
2
Sekolah Berbasis Agama Katolik ....................................................... 21 2.1 Pengertian Sekolah Berbasis Agama Katolik .............................. 22 1.2 Religiositas di Sekolah Katolik ................................................... 23
D.
Dinamika Perbedaan .................................................................................. 24
E.
Hipotesis .................................................................................................... 28
F.
BAGAN DINAMIKA PERBEDAAN ....................................................... 29
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 30 A.
Jenis Penelitian........................................................................................ .30
B.
Variabel Penelitian .................................................................................. .30
C.
Definisi Operasional................................................................................ .30
D.
Subyek Penelitian......................................................................................32
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E.
Sampling ....................................................................................................32
F.
Metode dan Alat Pengambilan Data ..........................................................32
G. `Kredibilitas Alat Ukur ................................................................................34 1
Estimasi Validitas .................................................................................34
2
Seleksi Item...........................................................................................35
3
Estimasi Reliabilitas..............................................................................35
4
Hasil Uji coba Skala Religiositas..........................................................35
H. Uji Asumsi .................................................................................................. .36
I.
1
Uji Normalitas.......................................................................................36
2
Uji Homogenitas .................................................................................. .36
Analisis Data............................................................................................... .36 1
Uji Hipotesis .........................................................................................36
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. .37 A.
Pelaksanaan Penelitian............................................................................... .37
B.
Data Demografi Subjek Penelitian............................................................. .38
C.
Uji Asumsi ................................................................................................. .38
D.
E.
1
Uji Normalitas.......................................................................................38
2
Uji Homogenitas ...................................................................................39
Hasil Penelitian .......................................................................................... .39 1
Uji Hipotesis .........................................................................................39
2
Hasil Diskriptif......................................................................................39
Pembahasan................................................................................................. .41
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BABV KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. .46 A.
Kesimpulan................................................................................................ .46
B.
Saran .......................................................................................................... .46
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... .47 LAMPIRAN ....................................................................................................... .51
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL 1. Blue Print Skala Religiositas......................................................................... 33 2. Tabel Skala Religiositas Hasil Seleksi Item...................................................33 3. Tabel Skor Jawaban Subjek Pada Skala Religiositas.................................... 34 4. Tabel Data Subjek ..........................................................................................38 5. Tabel Data Teoritis Dan Empiris.....................................................................40
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR 1. Bagan Perbedaan Antara Sekolah Umum dan Sekolah Katolik ............. 29
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Skala .............................................................................................. 51 1.1
Skala Religiositas Tryout ........................................................................ 52
1.2
Skala Religiositas (Setelah Seleksi Item dan Proporsional) ................... 60
Lampiran 2 : Hasil Analisis Aitem Dan Reabilitas............................................. 63 2.1
Reliabilitas Skala Religiositas 80 Item .................................................. 63
2.2
Reliabilitas Skala Religiositas 29 Item .................................................. 66
Lampiran 3 : Hasil Uji Asumsi ........................................................................... 67 4.1
Uji Normalitas......................................................................................... 67
4.2
Uji Homogenitas ..................................................................................... 67
Lampiran 4 : Hasil Uji Hipotesis dan Hasil Diskriptif........................................ 68 4.1
Uji Hipotesis ........................................................................................... 68
4.2
Hasil Deskriptif ...................................................................................... 68
Lampiran 5 : Wawancara .................................................................................... 69
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Banyak orang seringkali bertanya pada dirinya sendiri atau orang lain tentang tujuan hidup mereka, tentang apa makna hidup mereka, tentang spirit atau roh apa yang mampu memberi tuntunan pada arah hidup mereka, serta pertanyaan-pertanyaan yang mendasar lainnya. Jawaban dari pertanyaanpertanyaan itu tentu saja sangat beragam. Meskipun jawaban setiap orang tidak selalu sama, namun ketika seseorang mampu memahami makna, tujuan, dan arah hidup, maka akan tumbuh semangat dan harapan pada hidup yang dijalaninya. Hal ini tidak mengherankan sebab menurut Frankl (dalam Schultz, 1991), jika seseorang tidak berjuang menemukan kebermaknaan hidup maka ia akan mengalami kehampaan hidup. Dalam menghadapi kehampaan hidup, Trulear (dalam Santrock, 2007a) mengungkapkan bahwa religiositas adalah salah satu sarananya. Menurut Trulear religiositas memberikan berbagai jawaban dan tuntunan mengenai tujuan, makna, dan arah hidup bagi banyak orang termasuk juga bagi remaja. Religiositas sendiri menurut Gazalba (dalam Ghufron, Risnawita, 2010) berasal dari kata religi dalam bahasa latin “religio” yang akar katanya adalah religure yang berarti mengikat. Lebih lanjut Gazalba mengungkapkan religiositas pada umumnya memiliki aturan dan kewajiban yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh pemeluknya. Hal itu berfungsi untuk mengikat
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
individu atau kelompok dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam sekitarnya. Sementara itu Mgr.Ignasius Suharyo (dalam Komisi Kataketik Keuskupan Agung Semarang, 2009) mengatakan bahwa religiositas adalah relasi manusia dengan Allah, manusia dengan sesama, manusia dengan alam, dan manusia dengan dirinya sendiri. Pendapat lain diungkapkan Tom Jacobs (dalam Swastanti, 2007) bahwa religiositas merupakan iman personal yang diungkapkan dalam agama dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Sumber dari agama adalah religiositas, untuk itu dalam prakteknya, religiositas sulit dilepaskan dari agama. Religiositas sendiri lebih mengarah pada agama yang di anut seseorang untuk itu pada penelitian ini lebih spesifik di pilih salah satu agama yaitu Katolik. Religiositas mempunyai peran penting dalam kehidupan seseorang, yaitu membantu memahami bagaimana cara seseorang hidup dan mengalami kehidupan (Zimbardo dalam Swastanti, 2007). Religiositas penting bagi berbagai tingkatan usia, mulai sebagai peneguh ketika seorang lanjut usia menghadapi fase kematian, sebagai pedoman dan harapan ketika seorang dewasa sedang menghadapi kesulitan hidup, hingga menstabilkan prilaku serta menawarkan perlindungan dan rasa aman, khususnya bagi remaja yang sedang mencari eksistensi dirinya seperti yang dikemukakan oleh Adam & Gullota (dalam Sarwono, 2005). Dalam perkembangan remaja, religiositas merupakan bagian penting bagi jiwa mereka (Sarwono, 2005). Remaja membutuhkan religiositas sebagai sesuatu hal yang sifatnya personal dan penuh makna hidup (Streng dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Ghufron, Risnawita, 2010). Remaja memang perlu mengetahui makna hidup mereka. Hal ini seperti dijelaskan oleh tokoh kepribadian sehat Frankl (dalam Schultz, 1991), yang mengemukakan bahwa ketika seseorang mampu menemukan makna hidup, maka orang tersebut dapat memilih, mengontrol, dan bertanggung jawab terhadap nasib dan kehidupan mereka. Sejalan dengan hal itu tokoh psikologi eksistensial Rollo May (dalam Feist dan Feist, 2009) juga mengatakan bahwa penyakit yang banyak diderita pada zaman modern ini adalah kehampaan atau non being. Lebih lanjut menurut May, seseorang yang mengalami kehampaan maka saat itu ia kehilangan alasan untuk menjadikan dirinya sebagai sesuatu yang berharga, mereka tidak memiliki arah hidup sehingga tanpa tujuan atau target ia akan menjadi sakit dan mulai terlibat dalam berbagai macam perilaku yang menghancurkan serta merugikan dirinya. Remaja yang mengalami kekosongan biasanya akan mencari kesenangan semu yang mengarah pada prilaku yang merugikan dirinya sendiri. Sebagai pelarian dari kesepian dan ketidakmampuan menemukan makna hidup maka tidak sedikit dari mereka yang berpaling ke hal-hal negatif seperti alkohol, obat-obatan terlarang, dan hal-hal erotis (Komisi Pendidikan Konferensi Waligereja Indonesia, Majelis Nasional Pendidikan Katolik, 1991). Untuk membantu menemukan makna hidup remaja sehingga mengurangi kemungkinan remaja terlibat dalam hal-hal negatif, mereka perlu bersentuhan dengan hal-hal yang terkait dengan religiositas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Para peneliti telah menemukan bahwa religiositas memiliki berbagai dampak positif bagi remaja, salah satunya mampu menjadi benteng dari halhal yang bersifat negatif. Religiositas penting bagi remaja sebab kuat lemahnya religiositas remaja akan mempengaruhi kemungkinan remaja terjerumus dalam obat-obatan terlarang (Jessor dalam Bahr, Maughan, Marcos, dan Li, 1998). Hal ini didukung oleh penelitian longitudinal yang dilakukan oleh Jessor selama 3 tahun, bahwa remaja yang memiliki religiositas yang tinggi cenderung tidak memakai narkoba dan sebaliknya remaja yang memiliki religiositas rendah cenderung memakai narkoba. Penelitian Jessor ini konsiten dengan penelitian Bahr et al. (1998) yang berhasil mengidentifikasi bahwa semakin besar religiositas remaja, semakin kecil kemungkinan seorang remaja akan menggunakan alkohol, ganja, atau amfetamin dan depresi. Sementara itu penelitian Longest dan Vaisey (2008) memperkuat penemuan sebelumnya tentang narkoba dan religiositas. Penelitian ini menemukan bahwa remaja yang memiliki religiositas dengan mengidentifikasi sebagai seorang pengikut agama, kecil kemungkinannya menggunakan ganja dibandingkan mereka yang mengidentifikasi dirinya sebagai remaja yang tidak religius. Di Indonesia sendiri Badan Litbang Agama dan Diklat keagamaan, Departemen Agama Republik Indonesia melakukan penelitian mengenai penanggulangan dan penyalahgunaan narkoba dengan pendekatan religiositas. Hasilnya dari 57 responden Madrasah Aliyah, 96,45% yakin bahwa nilai-nilai religiositas akan mampu menuntun seseorang untuk berprilaku baik dan tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
terjerumus pada narkoba. Penelitian lain yaitu dari YCAB tahun 2005 pada 11.593 pelajar di 200 SMU dan SMK se DKI Jakarta menyimpulkan bahwa religiositas menjadi faktor pencegah signifikan seseorang menggunakan narkoba dibandingkan faktor-faktor lain. Sebanyak 14,2% responden mengaku tidak menggunakan narkoba dengan alasan karena larangan agama. Religiositas begitu penting bagi kehidupan remaja remaja seperti telah diungkapkan diatas, untuk itu kita perlu meneliti faktor apa yang mempunyai peran signifikan dalam pengembangan religiositas. Banyak faktor yang terkait dengan perkembangan religiositas seseorang, menurut Thouless
(dalam
Azizah, tanpa tahun) mengungkapkan setidaknya ada empat faktor yang mempengaruhi perkembangan religiositas. Faktor pertama adalah faktor intelektual, yaitu menyangkut proses pemikiran verbal terutama dalam pembentukan keyakinan-keyakinan agama. Kedua adalah faktor pengalaman, yaitu pengalaman yang membangun sikap religius. Ketiga adalah faktor kebutuhan diantaranya kebutuhan untuk memperoleh keamanan, cinta kasih, harga diri dan kebutuhan yang timbul karena adanya kematian. Faktor keempat adalah faktor sosial meliputi semua pengaruh sosial diantaranya pendidikan dan pengajaran dari orang tua, tradisi-tradisi dan tekanan sosial. Pada penelitian ini akan menyoroti faktor sosial, yaitu pendidikan dan pengajaran khususnya di sekolah. Sekolah merupakan salah satu faktor yang mendukung perkembangan religiositas karena sekolah adalah tempat dimana individu dikenalkan tentang adanya hal yang transenden yang mengatasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
segala sesuatu, serta diajarkan tentang masalah moral (Heawood dalam Azizah, tanpa tahun). Di Indonesia setidaknya ada 2 jenis sekolah yang terkait dengan hal itu yaitu sekolah umum dan sekolah berbasis agama. Sekolah umum adalah suatu lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran, yang sifatnya menyeluruh, tidak untuk hal-hal yang khusus atau tertentu saja. Sekolah ini berlaku untuk semua golongan dan agama. Tujuan sekolah umum diungkapkan oleh Drost (1998), yaitu membentuk manusia mulia yang berkepribadian menuju kedewasaan dan berpendidikan umum sehingga dapat langsung melanjutkan keperguruan tinggi atau langsung mencari
tempat
di
masyarakat
agraris,
perdagangan,
perindutrian,
kepegawaian, dan sebagainya. Pada penelitian ini sekolah umum diwakili oleh sekolah negeri yang tidak berasaskan agama tertentu. Sekolah yang kedua adalah sekolah berbasis agama. Pada sekolah ini agama menjadi latar belakang berdirinya sekolah dan menjadi dasar dalam sistem pendidikan serta kegiatan-kegiatan di sekolah. Misi dan visi sekolah berbasis agama terkait pada asas agama tertentu yang “dianut” sekolah, sehingga mempengaruhi kondisi dan situasi sekolah. Pada penelitian ini sekolah berbasis agama lebih spesifik pada sekolah Katolik. Kitab Hukum Kanonik, (1999) (Kan.803.1)
menyatakan definisi
sekolah Katolik ialah: “Suatu sekolah yang dibimbing oleh otoritas gerejawi yang berwenang atau oleh badan hukum gerejawi publik atau pula yang diakui sebagai sekolah Katolik melalui surat keputusan otoritas gerejawi”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Sekolah berbasis agama seperti sekolah Katolik memberikan pengetahuan dan pengalaman agama yang lebih banyak dibandingkan sekolah umum yang lebih berfokus pada segi akademis (Suyanto dalam Azizah, tanpa tahun). Sementara itu secara spesifik Romo FX. Didik Bagiyowinadi, Pr seorang pastor Katolik dari Keuskupan Agung Malang mengungkapkan nilai plus sekolah Katolik, yaitu pendidikan tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan terlebih membantu anak atau kaum muda berkembang seutuhnya. Hal ini karena sekolah Katolik mempunyai kekhasan. Kekhasan itu di ungkapkan dalam pedoman pendidikan Katolik yaitu dalam Gravissimus Educationis. Kekhasan itu diwujudkan oleh sekolah-sekolah Katolik dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan Katolik iman berupa rekoleksi, retret, serta
seperti bina
perayaan sakramental seperti misa
sekolah, penerimaan sakramen tobat, dan lain-lain (Bagiyowinadi, 2006). Selain itu ada bentuk-bentuk penanaman kebudayaan Katolik seperti doa Rosario pada Mei dan Oktober, serta perayaan Paskah dan Natal. Sekolah berbasis agama seperti sekolah Katolik selain porsi kegiatan keagamaan lebih banyak, intensitas siswa untuk berelasi dengan simbol-simbol keagamaan di sekolahpun cukup tinggi. Berbeda dengan sekolah Katolik, pada sekolah umum, kegiatankegiatan yang sifatnya pendidikan Katolik relatif lebih sedikit. Minimnya pendidikan Katolik salah satunya karena kurang adanya dukungan dari sekolah (Bagiyowinadi, 2006). Lebih lanjut menurut Bagiyowinadi di sekolah negeri khususnya di Pulau Jawa, anak-anak Katolik menjadi minoritas di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
lingkungan yang mayoritas atau di lingkungan yang serba majemuk. Situasi demikian bila tidak hati-hati dapat mengendorkan religiositas anak. Sebagai minoritas memungkinkan remaja menjadi minder terhadap keyakinannya, atau terpengaruh keyakinan yang berbeda sehingga penghayatan terhadap agama mereka menurun. Perbedaan situasi yang demikian sangat memungkinkan adanya perbedaan religiositas siswa di kedua sekolah tersebut. Pada penelitian ini peneliti ingin melihat perbedaan tingkat religiositas antara siswa Katolik yang bersekolah di sekolah Katolik dengan siswa Katolik bersekolah di sekolah umum. Penelitian tentang religiositas ini cukup penting, karena religiositas sendiri terbukti mempunyai peran yang signifikan dalam kehidupan remaja, khususnya menjadi benteng bagi remaja dalam menghadapi pengaruh negatif dari lingkungan seperti narkoba. Terkait dengan perkembangan religiositas tersebut, peneliti ingin melihat apakah jenis sekolah mempunyai peran yang signifikan dalam pengembangan religiositas siswanya. Bila terbukti salah satu jenis sekolah mempunyai peran signifikan, tentu saja perlu perhatian lebih, dalam upaya menjaga dan mengembangkan hal-hal yang telah dilakukan sekolah dalam rangka meningkatkan religiositas siswanya. B. Rumusan Masalah Peneliti ingin menggali apakah ada perbedaan religiositas antara siswa Katolik yang bersekolah di sekolah berbasis agama Katolik dengan siswa Katolik yang bersekolah di sekolah umum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
C. Tujuan Penelitian Peneliti ingin mendapatkan data empiris yang menunjukkan adanya ada perbedaan religiositas antara siswa Katolik yang bersekolah di sekolah berbasis agama Katolik dengan siswa Katolik yang bersekolah di sekolah umum. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Menambah kepustakaan penelitian mengenai tingkat religiositas remaja dengan basis sekolah yang berbeda sehingga dapat membantu dan mengembangkan penelitan-penelitan selanjutnya dengan tema yang terkait dengan religiositas. 2. Manfaat Praktis Membantu para orang tua untuk mengarahkan anak-anaknya memilih sekolah yang tepat terkait dengan pentingnya religiositas anak. Membantu sekolah untuk melihat hal-hal penting yang mampu meningkatkan religositas siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1.
Pengertian Remaja Remaja atau adolescene berasal dari kata Latin adolescere yang berarti
“tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescence, mempunyai arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang penuh gejolak, tekanan serta perubahan (Hurlock, 1990). Lebih lanjut Hurlock membedakan usia perkembangan remaja dibagi menjadi 2 periode yaitu: awal (13-16/16 tahun) dan akhir (16/17-18 tahun). Sementara WHO (dalam Sarwono, 2005) juga membagi tahapan perkembangan remaja menjadi 2 yaitu remaja awal (1014th) dan remaja akhir (15-20 th). Dalam penelitian ini subyek yang dipilih adalah mereka yang berada pada usia remaja akhir. 2.
Ciri-ciri Remaja Akhir Menurut Hurlock (1990) masa remaja sering disebut juga masa ambang
dewasa karena pada masa ini remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, dengan tujuan agar dianggap dewasa oleh lingkungannya. Oleh karena itu banyak diantara mereka mulai mencoba merokok, mengkonsumsi alkohol, menggunakan obat-obat terlarang, dan terlibat dalam prilaku seksual. Semua ini untuk membentuk citra yang mereka inginkan. Remaja juga lebih sering merasa nyaman bersama kelompok sebaya maka sikap, pembicaraan, minat, penampilan, serta prilaku lebih besar
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
dipengaruhi oleh teman sebaya dari pada keluarga. Penerimaan teman sebaya sangat penting bagi remaja di samping itu teman sebaya merupakan tempat berbagi pengalaman dan perasaan (Gunarsa, 2004). Lebih lanjut menurut Gunarsa gejala Konformitas muncul dalam relasi remaja yaitu tekanan dari kelompok sebaya baik nyata atau tidak sehingga ia mengadopsi sikap dan perilaku orang lain baik teman sebayanya atau ketua kelompok. Bagi remaja konformitas dapat berfungsi positif
yaitu membantu proses pembentukan
identitas diri yang positif (Gunarsa, 2004; Monks, Knoers, Haditono, 2004). Ciri khas lain remaja akhir menurut Windradiri (tanpa tahun) yaitu: kestabilan bertambah, lebih matang dalam menghadapi masalah, keterlibatan orang dewasa dalam hidupnya berkurang, ketenangan emosional bertambah, lebih realistis, seta lebih banyak perhatian pada lambang-lambang kematangan seperti merokok, minum-minuman keras dan lain-lain. Lebih lanjut menurut Windradiri hal yang menjadi kebahagiaan remaja akhir yaitu ketika mereka dapat menyesuaikan diri secara baik dengan dirinya sendiri, lingkungan sekitarnya dan dengan Tuhan. Hal tersebut diantaranya diwujudkan dalam terpenuhinya kebutuhan kasih sayang, penerimaan oleh lingkungan dan mampu berprestasi. 3.
Tugas Perkembangan Remaja Akhir Menurut Hurlock (1990), Ada berbagai tugas perkembangan remaja
akhir yang harus dipenuhi, beberapa diantaranya adalah: 1. Mencapai kemandirian secara emosional. 2. Mencapai kepastian untuk mandiri secara ekonomi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
3. Memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja 4. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan dan kehidupan keluarga 5. Mengembangkan kemampuan dan konsep-konsep intelektual untuk tercapainya kompetensi sebagai warga negara 6. Menginginkan
dan
mencapai
perilaku
yang
dapat
dipertanggungjawabkan secara sosial 7. Memperoleh rangkaian sistem nilai dan etika sebagai pedoman perilaku. 4.
Perkembangan Religiositas Remaja Remaja merupakan salah satu tingkatan usia yang dalam masa
perkembangannya erat terkait dengan religiositas (Santrock, 2007a). Menurut Sarwono (2005) religiositas merupakan bagian penting bagi jiwa remaja. Banyak remaja menaruh minat pada religiositas dan menganggap religiositas berperan penting dalam kehidupan, namun tidak sedikit remaja yang mulai meragukan konsep dan keyakinan akan religiositasnya, yang sering di tafsirkan sebagai “keraguan religius” (Hurlock, 1990). Lebih lanjut menurut Hurlock remaja yang meragukan konsep keyakinannya bukan karena ingin menjadi atheis melainkan ingin menerima sesuatu yang bermakna, berdasarkan keinginan mereka. Remaja yang lebih sedikit mengunjungi tempat ibadah dan mengikuti kegiatan agama lebih menunjukkan remaja yang kecewa pada sesuatu yang bersifat monoton dan terorganisasi. Remaja yang berusia 17 atau 18 tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
lebih banyak memberikan komentar yang mengungkapkan kebebasan, makna, dan harapan ketika membuat penilaian religius (Santrock, 2007b). Furter (dalam Monk, 2004) mengungkapkan bahwa remaja akhir berarti remaja telah memahami nilai-nilai, dan tidak hanya memperoleh pengertian saja melainkan juga dapat menjalankannya. Sejalan dengan perkembangan intelektualnya remaja sudah mampu menginternalisasi penilaian moral dan ajaran agama menjadi nilai pribadi. James Fowler mengajukan enam tahap perkembangan religiositas yang merujuk teori perkembangan Erikson, Piaget, Kohlber (dalam Santrock, 2007a): 1. Tahap iman intuitif-proyektif (masa kanak-kanak awal). Anak menemukan gambaran intuitif sendiri mengenai yang baik dan yang jahat dan mulai percaya malaikat dan hal-hal gaib. 2. Iman mistis-literal (masa kanak-kanak pertengahan dan akhir). Anak mulai bernalar logis, konkret, namun tidak abstrak. Pandangan mereka tentang Tuhan sangat menyerupai gambaran mereka mengenai orang tua yang memberikan hadiah untuk kebaikan yang dilakukan dan hukuman untuk keburukan yang dilakukan. 3. Iman sintetis-konvensional (transisi antara masa kanak-kanak dan remaja, remaja awal) Anak-anak mulai mengintegrasikan hal-hal yang pernah dipelajari mengenai agama ke dalam suatu system yang koheren. Benar salahnya prilaku ditinjau apakah prilaku itu membahayakan relasi atau apa yang akan dikatakan orang lain. Remaja mulai seringkali melibatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
sebuah relasi pribadi dengan Tuhan. Tuhan dipandang sebagai sosok yang “selalu ada untukku” 4. Iman induktif-reflektif (transisi masa remaja dan masa dewasa, dewasa awal). Tahap ini pertama kali individu mulai bertanggung jawab terhadap keyakinan religiusnya, dalam hal ini orang muda mulai bertanggung jawab terhadap kehidupannya sendiri dan mereka memperluas usahanya untuk mengikuti rangkaian kehidupan tertentu. 5. Iman Konjugtife (masa dewasa pertengahan) Menyadari keterbatasan orang mulai terbuka terhadap paradoks dan mengandung berbagai sudut pandang yang bertolak belakang. 6. Iman universal (masa dewasa pertengahan atau masa dewasa akhir) merupakan transendensi dari keyakinan tertentu untuk mencapai penghayatan kesatuan dengan semua keberadaan dan komitmen untuk mengatasi berbagai rintangan yang memecah belah. Peristiwa yang menimbulkan konflik tidak dipandang sebagai paradok. Hanya sedikit orang yang dapat mencapai tahap ini. Menjadi remaja menurut Furter (dalam Swastanti, 2007)
berarti
memahami nilai-nilai, namun tidak hanya memperoleh pengertian saja melainkan juga dapat menjalankannya. B. Religiositas 1. Pengertian Religiositas Religiositas menurut Gazalba (dalam Ghufron, Risnawita, 2010) berasal dari kata religi dalam bahasa latin “religio” yang akar katanya adalah religure
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
yang berarti mengikat. Religiositas pada umumnya memiliki aturan dan kewajiban yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh pemeluknya. Hal itu berfungsi
untuk
mengikat
seseorang
atau
sekelompok
orang
dalam
hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia dan alam sekitarnya. Pengertian lain religiositas yang dikemukakan oleh Hardjana (2005), yaitu perasaan dan kesadaran akan hubungan dan ikatan kembali manusia dengan Allah karena manusia dapat mengenal serta mengalami kembali Allah, dan percaya kepadaNya. Sementara itu Majelis Pendidikan Katolik Keuskupan Agung Semarang, Komisi Kataketik Keuskupan Agung Semarang, (2001) mendefinisikan religiositas sebagai kemampuan manusia untuk melihat kebaikan Allah dalam sesama sehingga menumbuhkan persaudaraan sejati, sikap saling mencintai, saling mengharapkan, cinta lingkungan dan lain-lain demi kesejahteraan bersama. Dalam kehidupan sehari-hari religiositas lebih mengarah pada sikap beragama seseorang seperti yang diungkapkan Tom Jacobs (dalam swastanti, 2007), religiositas merupakan iman personal yang diungkapkan dalam agama dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak pemaknaan religiositas oleh tokoh-tokoh di Indonesia, diantaranya dalam Pendidikan Religiositas oleh Komisi Kataketik Keuskupan Agung Semarang, setidaknya ada tiga tokoh yang menyampaikan pemahamannya tentang religiositas. Mgr. Ign. Suharyo, mengatakan bahwa religiositas adalah relasi manusia dengan Allah, manusia dengan sesama manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan dirinya sendiri. Sementara itu Nurcholis Madjid seorang cendikiawan Muslim memaknai religiositas sebagai rasa dimensi
16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kedalaman tertentu yang menyentuh emosi dan jiwa manusia, atau kebermaknaan hidup. Tidak jauh berbeda YB. Mangun Wijaya menegaskan bahwa religiositas cenderung melihat segala sesuatu yang berhubungan dengan lubuk hati, getaran hati nurani pribadi, serta sikap personal. Religiositas sangat berhubungan dengan agama, sebab sumber dari agama adalah religiositas (Hardjana, 2005). Menurut Hardjana dari religiositas muncul agama yang memiliki empat unsur utama yaitu: dogma atau ajaran; ibadat atau kultus; moral atau etika; lembaga atau organisasi. Dalam praktek kehidupan sehari-hari agama sulit dilepaskan dari religiositas. Kepercayaan terhadap dogma agama, ritual keagamaan, dan prilaku keagamaan merupakan perwujudan dari religiositas. Menurut Glock (dalam Paloutzian, 1996), ada lima aspek dalam religiositas, yaitu: 1. Religious Belief (Dimensi Ideologi / Keyakinan), aspek ini berkaitan dengan tingkatan sejauh mana seseorang meyakini ajaran agamanya serta mengakui hal-hal yang dogmatik dalam agamanya. Misalnya keyakinan akan sifat-sifat Tuhan, adanya malaikat, surga, para nabi, dan lain sebagainya. 2. Religious Practice (Dimensi ritual), aspek ini berkaitan dengan tingkatan sejauh
mana
seseorang
menjalankan
kewajiban-kewajiban
ritual
agamanya, seperti mengikuti misa di gereja, puasa, shalat, dan lain-lain. 3. Religious Feeling (Dimensi Eksperensial / penghayatan), Aspek ini berkaitan dengan tingkatan seseorang dalam merasakan dan mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
perasaan atau pengalaman keagamaan. Misalnya mengalami perasaan dekat dengan Tuhan, tersentuh membaca ayat-ayat kitab suci. 4. Religious Knowledge (Dimensi Intelektual), aspek ini berkaitan sejauh mana orang mengetahui dan memahami ajaran agamanya terutama dalam kitab suci, hadist, Injil, dan lain sebagainya. 5. Religious Effect (Dimensi konsekuensial), aspek ini melihat sejauh mana prilaku seseorang di motivasi oleh ajaran agamaya dalam kehidupan sosial, yaitu hubungan dengan dunia dan sesama. Misalnya mendermakan harta, menjenguk orang sakit dan lain-lain. Berdasarkan uraian di atas dalam penelitian ini religiositas didefinisikan sebagai suatu ikatan yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama, lingkungan, dan dirinya sendiri yang diungkapkan dalam agama dan diwujudkan melalui keyakinan seseorang terhadap ideologi agamanya, melakukan ritual agamanya, menghayati dan mempunyai pengetahuan terhadap agamanya, serta prilaku seseorang dimotivasi oleh ajaran agamanya.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Religiositas Menurut Thouless (dalam azizah, tanpa tahun) ada empat faktor yang mempengaruhi perkembangan religiositas, yaitu: 1. Faktor sosial, meliputi semua pengaruh sosial diantaranya pendidikan dan pengajaran dari orang tua, tradisi-tradisi dan tekanan sosial. Hal ini mencakup semua pengaruh sosial dalam perkembangan sikap religius, yaitu pendidikan orang tua, tradisi-trasdisi sosial, tekanan lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
sosial untuk menyesuaikan diri dengan berbagai pendapat dan sikap yang disepakati lingkungan. 2. Faktor
pengalaman,
diantaranya
pengalaman-pengalaman
yang
membangun sikap religiositas seperti pengalaman konflik moral atau pengalaman emosional. 3. Faktor kebutuhan, diantaranya untuk memperoleh keamanan, cinta kasih, harga diri dan kebutuhan yang timbul karena adanya kematian. 4. Faktor intelektual, diantaranya yang menyangkut proses pemikiran verbal terutama dalam pembentukan keyakinan-keyakinan agama. Tiap orang mempunyai religius berbeda karena proses pemikiran verbal yang berbeda-beda pula tiap orang.
3.
Riset-Riset Terkait Religiositas Bahr, Maughan, Marcos, dan Li (1998) melakukan penelitian tentang
keluarga, religiositas, dan risiko penggunaan narkoba remaja. Penelitian ini dimulai sejak tahun 1994 menggunakan sampel 13.250 remaja di Amerika. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa siswa yang mempunyai religiositas yang tinggi cenderung untuk tidak menggunakan obat atau untuk memiliki teman dekat yang menggunakan narkoba. Penelitian ini juga menemukan bahwa remaja yang cenderung memiliki religiositas, ia mempunyai ikatan yang kuat juga dengan ibu. Selain itu ditemukan hubungan positif antara ikatan ayah-remaja dan tingkat religiositas, namun hubungan ini lebih lemah dibandingkan hubungan antara ikatan ibu-remaja dan religiositas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Penelitian lain yang dilakukan Bahr dan Hoffman (2008) tentang religiositas, relasi teman sebaya, dan penggunaan obat-obatan terlarang pada remaja di Utah, Amerika Serikat menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda. Penelitian ini menemukan bahwa Remaja yang religius cenderung untuk tidak merokok, menggunakan alkohol, dan menggunakan ganja dibandingkan remaja yang tidak religius. Religiositas individu cenderung mampu mengurangi pengaruh penggunaan narkoba pada responden yang merokok, minum berat, dan menggunakan ganja tetapi tidak untuk pengguna obat terlarang lainnya. Penelitian ini juga menemukan remaja yang bersekolah di sekolah-sekolah yang religius kecil kemungkinannya untuk merokok dibandingkan remaja di sekolahsekolah yang rendah religiositasnya. Penelitian Longest & Vaisey (2008) pada tahun 2002 hingga 2005 memperkuat penemuan sebelumnya tentang kaitan religiositas dengan narkoba pada remaja. Pada penelitian yang melibatkan 3.290 remaja usia 13-17 tahun di Amerika Serikat ditemukan bahwa remaja yang mempunyai religiositas dengan mengidentifikasi sebagai seorang pengikut agama, kecil kemungkinannya menggunakan ganja dibandingkan mereka yang mengidentifikasi dirinya sebagai remaja yang tidak religius. Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa remaja yang memahami arti penting agama, kecil kemungkinan terpengaruh penggunaan ganja atau mariyuana. Sementara itu Ji dan Boyatt (2007) melakukan penelitian mengenai agama dan sekolah paroki, pada lima sekolah di California Selatan. Pada penelitian ini ditemukan bahwa orang tua yang religius tertarik untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
menyekolahkan anaknya pada sekolah Katolik di paroki agar anaknya mendapatkan doktrin yang kuat dan praktik keagamaan yang teratur. Para orang tua ini memilih sekolah-sekolah tersebut agar anak-anak mereka selain memperoleh keunggulan akademik juga mendapatkan pendidikan agama. Selain itu para orang tua berpendapat bahwa sekolah-sekolah Katolik cenderung sebagai sekolah yang aman dan bebas narkoba. Penelitian tentang prilaku moral dan religiositas siswa berlatar belakang pendidikan umum dan agama di lakukan oleh Azizah pada tahun 2005. Pada penelitian ini ia melibatkan 146 anak SMP kelas VIII yang terbagi atas 76 anak dari sekolah umum dan 70 anak dari Sekolah Islam (MTsN). Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan prilaku moral yang signifikan antara siswa berlatar belakang pendidikan umum dengan siswa yang berlatar belakang pendidikan agama, yaitu siswa yang berlatar belakang pendidikan umum lebih tinggi dibandingkan siswa yang belatar belakang pendidikan agama. Disamping itu hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan religiositas antara siswa yang berlatar belakang pendidikan umum dengan siswa yang belatar belakang pendidikan agama. C. Jenis Sekolah 1. Sekolah Umum 1.1 Pengertian Sekolah Umum Kata “sekolah” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan
memberi
pelajaran.
“Umum”
mempunyai
pengertian
secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
menyeluruh, tidak menyangkut hal yang khusus (tertentu) saja. Sekolah umum dapat diartikan sebagai suatu lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran, yang bersifat menyeluruh untuk semua golongan dan agama, tidak secara spesifik berasaskan faham atau agama tertentu saja. Pada penelitian ini, siswa sekolah umum diwakili oleh siswa-siswi dari sekolah negeri yang tidak spesifik berasaskan pada agama tertentu seperti MTsN atau MAN. Sekolah ini di antaranya sekolah yang didirikan oleh instasi pemerintah untuk anak didik dari semua agama dan golongan yaitu SMU N atau SMK N (Sekolah Menengah Umum Negeri atau Sekolah Menengah Kejuruan Negeri). Menurut Drost (1998), tujuan sekolah umum adalah membentuk manusia mulia yang berkepribadian menuju kedewasaan dan berpendidikan umum sehingga dapat langsung melanjutkan keperguruan tinggi atau langsung mencari tempat di masyarakat
agraris,
perdagangan,
perindutrian,
kepegawaian,
dan
sebagainya. 1.2 Religiositas di Sekolah Umum Sekolah umum mempunyai visi dan misi yang lebih menitik beratkan
pada
tujuan
peningkatan
akademis
siswa,
dibandingkan
penanaman nilai-nilai religiositas. Untuk itu mata pelajaran umum lebih banyak porsinya dari pada pelajaran yang bersifat religiositas. Demikian pula dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat religius lebih sedikit dibandingkan
kegiatan-kegiatan yang bersifat akademis seperti ektra
kulikuler, penelitian dan lain-lain. Suyanto (dalam Azizah, tanpa tahun)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
yang menyatakan bahwa sekolah umum mempunyai pelajaran yang lebih menitik beratkan pada segi akademis dan kurang menekankan pada pengetahuan dan pengalaman agama dibandingkan dengan sekolah yang berbasis agama. Dibandingkan dengan sekolah Katolik, di sekolah negeri memang ada pelajaran agama Katolik yaitu 2 jam setiap minggunya, tanpa ada atau minim sekali kegiatan agama serta pengkondisian-pengkondisian seperti di sekolah Katolik termasuk tidak adanya penanaman tradisi-tradisi Katolik.
2. Sekolah Berbasis Agama Katolik 2.1 Pengertian Sekolah Berbasis Agama Katolik Sekolah berbasis agama adalah sekolah yang dalam latar belakang berdirinya sekolah, salah satu agama menjadi asasnya. Oleh karena itu misi dan visi sekolah tersebut terkait dengan agama yang “dianut” sekolah, sehingga mempengaruhi sistem pendidikan, kegiatan-kegiatan, serta situasi sekolah. Pada sekolah Katolik, agama Katolik menjadi latar belakang berdirinya sekolah. sehingga sistem pendidikan, kegiatan sekolah serta situasi sekolah terkait erat dengan hal-hal yang bersifat Katolik. Kitab Hukum Kanonik (1999) (Kan.803.1) menyatakan definisi sekolah Katolik ialah: “Suatu sekolah yang dibimbing oleh otoritas gerejawi yang berwenang atau oleh badan hukum gerejawi publik atau pula yang diakui sebagai sekolah Katolik melalui surat keputusan otoritas gerejawi”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
2.2. Religiositas di Sekolah Katolik Sekolah katolik mempunyai ciri khas dan harapan-harapan untuk mewujudkan sekolah yang religius diantaranya dalam Kitab Hukum Kanonik Kan. 803.2 ditegaskan bahwa pengajaran dan pendidikan harus berdasarkan asas-asas ajaran Katolik; hendaknya pengajar unggul dalam pengajaran yang benar dan hidup yang baik. Baik secara hukum gereja ataupun dalam prakteknya. Sekolah Katolik dibimbing otoritas gerejawi diantaranya melalui Komisi Pendidikan Konferensi Waligereja Indonesia Majelis Nasional Pendidikan Katolik, yang memberi arahan dalam pendidikan di sekolah Katolik. Sekolah Katolik memiliki kekhasan yang dikatakan dalam Gravissimus Educationis yaitu: “menciptakan lingkungan hidup sekolah yang dijiwai semangat Injil, kebebasan dan cinta kasih, membantu kaum muda supaya dalam mengembangkan kepribadian mereka sekaligus berkembang sebagai ciptaan baru…mengarahkan seluruh kebudayaan manusia akhirnya kepada pewartaan keselamatan, sehingga pengetahuan yang berangsur-angsur diperoleh para siswa tentang dunia, kehidupan, dan manusia disinari oleh terang iman”.
Kekhasan ini diwujudkan oleh sekolah-sekolah Katolik dalam kegiatan-kegiatan di sekolah, diantaranya bina iman berupa rekoleksi, retret, Kegiatan lain yang sifatnya berkala diantaranya perayaan sakramental di sekolah seperti penerimaan sakramen tobat, misa khusus angkatan setiap bulannya atau misa Jumat pertama (Bagiyowinadi, 2006). Aktivitas dan doa-doa yang menjadi ciri khas Katolik juga tidak lepas dilaksanakan di lingkungan sekolah Katolik seperti membuka doa dengan tanda salib,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
berdoa Bapa Kami di awal ataupun di akhir pelajaran. Bagiyowinadi juga mengungkapkan sekolah Katolik mempunyai penanaman tradisi Katolik seperti berdoa Malaikat Tuhan pada jam 12 siang, doa Rosario pada Mei dan Oktober, serta perayaan Paskah dan Natal. Intensitas siswa untuk berinteraksi dengan simbol-simbol agama Katolik juga cukup tinggi misalnya adanya salib dalam ruang kelas dan gambar-gambar rohani atau tokoh-tokoh Katolik di sekolah.
D. Dinamika Perbedaan Sekolah selain tempat mentransfer ilmu pengetahuan juga dapat berperan serta dalam menumbuh kembangkan religiositas anak didik. Terkait dengan hal itu di Indonesia setidaknya ada dua jenis sekolah yang dapat menjadi pilihan orang tua untuk mempercayakan anaknya mendapat pendidikan sekaligus mengembangkan religiositasnya. Kedua jenis sekolah tersebut diantaranya sekolah umum dan sekolah berbasis agama. Sekolah umum dalam hal ini adalah sekolah negeri yang berlaku untuk semua golongan, agama, dan lebih berfokus pada peningkatan akademis anak didiknya. Kedua adalah sekolah berbasis agama, dalam hal ini adalah sekolah Katolik. Sekolah Katolik mempunyai ciri khas sendiri dibandingkan sekolah umum. Sejak tahun 1988 Kongregasi suci untuk Pendidikan Katolik menegaskan bahwa yang membedakan sekolah Katolik dengan sekolah lain adalah dimensi religiusnya (Majelis Pendidikan Katolik Keuskupan Agung Semarang, Komisi Kataketik KAS, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Salah satu ciri sekolah Katolik diwujudkan dalam penanaman tradisitradisi Katolik yang disadari atau tidak oleh siswa, diterapkan di sekolah-sekolah Katolik. Tradisi tersebut terkait dengan sejarah agama, seperti tokoh-tokoh dalam agama atau orang-orang kudus (Konferensi Waligereja Indonesia, 1996). Penanaman tradisi ini diantaranya melalui simbol-simbol di agama Katolik, seperti adanya salib, patung orang kudus atau gambar rohani di lingkungan sekolah (Bagiyowinadi, 2006). Selain itu penanaman tradisi dalam bentuk aktifitas juga dilaksanakan. Intensitas yang tinggi untuk selalu bersentuhan dengan hal-hal yang terkait dengan religiositas cenderung dapat menambah pengetahuan siswa tentang agama Katolik, selain itu juga dapat menanamkan ideologi Katolik ke siswa. Ji dan Boyatt (2007) mengemukakan bahwa sekolah Katolik dilihat mempunyai penanaman doktrin yang kuat dan praktik keagamaan yang teratur. Sebaliknya sekolah umum minim atau mungkin tidak ada penanaman tradisi Katolik sama sekali, maka siswa cenderung kurang mengenal tradisi-tradisi Katolik. Hal ini memungkinkan cenderung pula kurangnya pengetahuan dan penanaman ideologi agama ke siswa. Kegiatan keagamaan Katolik yang teratur menjadi bagian dari sekolah Katolik (Ji dan Boyatt, 2007). Kegiatan yang sifatnya harian atau berkala ini diwujudkan dalam perayaan sakramental di sekolah, doa-doa setiap hari sebelum dan sesudah pelajaran, juga adanya retret atau rekoleksi. Kegiatan keagamaan ini dapat memperbaharui, menyegarkan, dan mengembangkan iman (Hardjana, 1993). Selain itu dengan mengalami dan membiasakan diri dengan kegiatankegiatan keagamaan maka akan semakin mudah pula seseorang merasa memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
iman (Bagiyowinadi, 2006). Siswa yang semakin memiliki iman yang kuat, akan cenderung meningkat pula ritual keagamaan serta penghayatan terhadap agamanya. Lebih lanjut menurut Hardjana (1993) dengan mengikuti kegiatan atau perayaan keagamaan, seseorang dapat mengambil “hikmah” sehingga mendorong untuk mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Romo FX. Didik Bagiyowinadi, Pr mengungkapkan menyekolahkan anak (Katolik) disekolah umum atau sekolah negeri memang lebih riskan ditinjau dari perkembangan iman anak. Ungkapan ini tidak berlebihan karena pada kenyataannya banyak faktor yang kurang mendukung pengembangan iman remaja Katolik di sekolah umum. Hal senada diungkapkan Suyanto (dalam Azizah, tanpa tahun) yang menyatakan bahwa sekolah umum mempunyai pelajaran yang lebih menitik beratkan pada segi akademis dan kurang menekankan pada pengetahuan dan pengalaman agama dibandingkan dengan sekolah yang
berbasis agama.
Sedikitnya kegiatan keagamaan Katolik di sekolah umum akan cenderung mengarah pada berkurangnya ritual keagamaan siswa. Remaja akan cenderung membangun relasi yang intensif dengan teman sebaya karena penerimaan oleh teman sebaya menjadi sangat penting bagi remaja (Gunarsa, 2004). Dalam berelasi muncul pula gejala konformitas. Konformitas dapat berfungsi positif yaitu membantu proses pembentukan identitas diri remaja (Gunarsa, 2004; Monks, Knoers, Haditono, 2004). Melalui konformitas remaja akan mengadopsi sikap, perilaku, dan hal-hal positif dari teman atau ketua kelompok yang mempengaruhi perkembangan dirinya selanjutnya. Pada sekolah Katolik mayoritas siswanya beragama Katolik. Banyaknya teman satu iman akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
membawa pengaruh positif bagi religiositas siswa itu sendiri. Melalui teman satu iman akan mempermudah mereka saling sharing iman atau saling menguatkan misalnya bersama-sama ke gereja, modeling atau konformitas terhadap temantemannya sehingga ikut aktif di kegiatan gereja. Hal ini memungkinkan bertambahnya
pengetahuan
agama
siswa
dari
teman
sekolahnya
juga
meningkatnya ritual keagamaan siswa karena pengaruh dari teman. Di SMA/K Negeri khususnya di pulau Jawa siswa yang beragama Katolik jumlahnya cenderung sangat sedikit dibandingkan siswa beragama Islam. Siswa Katolik yang bersekolah di sekolah negeri adalah kaum minoritas di lingkungan majemuk atau dilingkungan mayoritas. Situasi yang demikian bila tidak hati-hati bisa mengendorkan kepercayaan dan keyakinan iman si anak (Bagiyowinadi, 2006).
Dalam situasi ini sebagai minoritas memungkinkan remaja menjadi
minder terhadap keyakinannya, atau terpengaruh keyakinan yang berbeda sehingga penghayatan terhadap agama mereka menurun. Baberapa tahun terakhir sekolah-sekolah Katolik mulai mengadakan mata pelajaran baru atau pengganti yaitu “Pendidikan Religositas” yang tidak ada pada sekolah-sekolah negeri. Mata pelajaran ini mempunyai tujuan agar siswa mampu melihat kebaikan Allah kepada diri sendiri, sesama dan lingkungan, sehingga dengan menyadari hal itu tumbuh kepedulian siswa dalam hidup bermasyarakat serta
menumbuhkembangkan
kerjasama
lintas
agama
dengan
semangat
persaudaraan sejati. (Komisi Kataketik Keuskupan Agung Semarang, Komisi Pendidikan Keuskupan Agung Semarang, 2009). Keistimewaan pelajaran ini yaitu akan sangat membantu siswa Katolik dalam mengaplikasikan iman Katolik dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
kehidupan sehari-hari dalam hubungannya dengan alam dan sesama. Glock (dalam Paloutzian, 1996) mengungkapkan bahwa seseorang yang semakin peduli terhadap sesama sebagai aplikasi iman kepercayaannya menunjukkan tingkat religiositasnya cenderung tinggi. Bagaimana dengan sekolah umum? Sekolah umum minim sekali atau mungkin tidak ada pelajaran religiositas, hal ini memungkinkan siswa cenderung kurang mengetahui tindakan iman sesuai agamanya, sehingga aplikasi iman dalam kehidupan sehari-hari juga cenderung kurang. Kondisi dan porsi yang berbeda ini, berpengaruh pada perbedaan tingkat religiositas antara siswa sekolah negeri dan sekolah Katolik. sekolah Katolik mendapat porsi lebih banyak dalam hal waktu, cara, dan kesempatan dibandingkan sekolah negeri untuk mengembangkan religiositas siswa yaitu dalam berbagai bentuk kegiatan atau pengkondisian. Berangkat dari hal ini tentu saja sangat dimungkinkan siswa sekolah Katolik mempunyai kecenderungan tingkat religiositasnya lebih tinggi dibandingkan siswa sekolah negeri. E. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini bahwa siswa Katolik yang bersekolah di sekolah Katolik tingkat religiositasnya lebih tinggi di bandingkan dengan siswa Katolik yang bersekolah di sekolah umum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
F. BAGAN DINAMIKA PERBEDAAN
29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.
Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian komparatif dengan tujuan untuk melihat perbedaaan tingkat religiositas antara siswa Katolik di sekolah umum dengan siswa Katolik di sekolah Katolik.
B.
Variabel Penelitian 1. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah religiositas. 2. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jenis sekolah.
C.
Definisi Operasional 1. Religiositas Religiositas adalah ikatan yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama, lingkungan, dan dirinya sendiri yang diungkapkan dalam agama dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Religiositas dalam penelitian ini diukur dengan skala religiositas, yang disusun berdasarkan aspek-aspek yang dipaparkan oleh Glock (dalam Paloutzian, 1996) yaitu: a. Aspek Ideologi (religiositas believe). Aspek ini berkaitan dengan tingkatan sejauh mana seseorang meyakini ajaran agamanya serta mengakui hal-hal yang dogmatik dalam agamanya. b.
Aspek ritual (Religious Practice). Aspek ini
berkaitan dengan
tingkatan sejauh mana seseorang menjalankan kewajiban-kewajiban ritual agamanya.
30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c.
31
Aspek Eksperensial (religiositas feeling). Aspek ini berkaitan dengan tingkatan seseorang dalam merasakan dan mengalami perasaan atau pengalaman keagamaan.
d.
Aspek intelektual (religiositas knowledge). Aspek ini berkaitan sejauh mana orang mengetahui dan memahami ajaran agamanya terutama dalam kitab suci.
e.
Aspek konsekuensial ( religiositas effek). Aspek ini melihat sejauh mana prilaku seseorang di motivasi oleh ajaran agamanya dalam kehidupan sosial, yaitu hubungan dengan dunia dan sesama. Skor yang tinggi pada skala ini menunjukkan tingkat religiositas
siswa cukup tinggi; sedangkan skor yang rendah menunjukkan tingkat religiositas siswa rendah. 2. Jenis Sekolah Jenis sekolah yang dimaksud disini terkait dengan latar belakang atau asas yang dimiliki suatu sekolah yang mempengaruhi metode dan kebijakan dalam proses belajar mengajar di sekolah. Jenis sekolah tersebut dikelompokkan menjadi dua yaitu sekolah umum dan sekolah Katolik. Sekolah umum berarti sekolah yang berlaku untuk semua golongan, agama, dan tidak berdasarkan salah satu faham atau agama tertentu. Pada penelitian ini sekolah umum diwakili oleh sekolah negeri yang sesuai dengan karakteristik yang dimaksud. Kedua adalah sekolah Katolik
yang
didefinisikan sebagai suatu sekolah yang dibimbing oleh otoritas gerejawi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
yang berwenang atau oleh badan hukum gerejawi publik atau pula yang diakui sebagai sekolah Katolik melalui surat keputusan otoritas gerejawi. D.
Subyek Penelitian Karakter subyek dalam penelitian ini adalah: 1. Siswa-siswi SMU yang beragama Katolik dan telah bersekolah minimal 1 tahun di sekolah yang dimaksud. 2. Remaja Akhir Usia remaja akhir usia 16/17-18 tahun, berdasarkan teori Hurlock (1990). Remaja akhir dipilih karena bertolak dari teori James Fowler (1981), rentang usia ini masuk dalam perkembangan Iman induktif-reflektif (transisi masa remaja dan masa dewasa, dewasa awal) Tahap ini individu mulai bertanggung jawab terhadap keyakinan religiusnya. Selain itu merujuk teori Furter (dalam Swastanti, 2007), bahwa remaja akhir berarti masa remaja memahami nilai-nilai, dan tidak hanya memperoleh pengertian saja melainkan juga dapat menjalankannya.
E.
Sampling Sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu sampling diambil berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang sudah di ketahui. (Hadi, 2004)
F.
Metode dan Alat Pengambilan Data 1. Alat Pengumpul Data Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala religiositas. Data dikumpulkan dengan menggunakan skala model
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Likert yaitu skala disusun untuk mengungkapkan sikap pro kontra, positif dan negatif, setuju atau tidak setuju terhadap obyek sikap (Azwar, 2009). Skala ini disusun menggunakan metode summated rating. Sebelum digunakan skala tersebut di uji terlebih dahulu dengan try out terpisah. Adapun tabel pengujian skala sebagai berikut: Table 1 Blue Print Skala Religiositas
No 1 2 3 4 5
Aspek Religiositas Aspek Ideologi Aspek Ritualistik Aspek Eksperensial Aspek Intelektual Aspek Konsekuensial
Favorable
Unfavorable
1,6,11,16, 21,26,31,36 2,7,12,17, 22,27,32,37 3,8,13,18, 23,28,33,38 4,9,14,19, 24,29,34,39 5,10,15,20, 25,30,35,40
41,46,51,56, 61,66,71,76 42,47,52,57, 62,67,72,77 43,48,53,58, 63,68,73,78 44,49,54,59, 64,69,74,79 45,50,55,60, 65,70,75,80 JUMLAH
Jumlah item
Bobot
16
20%
16
20%
16
20%
16
20%
16
20%
80
100%
Tabel 2 Tabel Skala Religiositas Hasil Seleksi Item
No
Aspek Religiositas
1 2 3 4 5
Aspek Ideologi Aspek Ritualistik Aspek Eksperensial Aspek Intelektual Aspek Konsekuensial
No Item 1, 46, 56, 66, 71, 76 2, 47, 52, 57, 62, 77 3, 38, 53, 58, 63, 73 9, 24, 29, 49, 64,69 5, 45, 55, 65, 70 JUMLAH
Jumlah item 6 6 6 6 5 29
Prosentase 20,6% 20,6% 20,6% 20,6% 17,2% 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Adanya item yang gugur membuat proporsi pada setiap aspek menjadi berbeda, sehingga peneliti memutuskan untuk menyamakan proporsi tiap aspek dengan cara memilih antara 5 atau 6 item tiap aspek dengan reliabilitas yang terbaik. 2. Pemberian Skor Dalam skala ini subyek pernyataan-pernyataan yang terdiri dari empat alternatif jawaban. Subyek diminta memilih jawaban mana yang paling sesuai dengan diri subyek sebenarnya. Dari total skor jawaban subyek akan di peroleh gambaran mengenai kondisi subyek. Tabel 3 Skor jawaban subjek pada Skala Religiositas Respon Sangat Setuju (SS) Setuju. (S) Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS) G.
favorabel 4 3 2
unfavorabel 1 2 3
1
4
Kredibilitas Alat Ukur 1. Estimasi Validitas Skala penelitian ini menggunakan validitas isi yang merupakan pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional dan penilaian oleh orang-orang yang ahli di bidangnya (religiositas) antara lain pastor agama Katolik dan dosen pembimbing sebagai profesional judgement. Pihak yang membantu dalam validitas isi adalah Romo Dr. CB. Mulyatno, Pr. dan dosen pembimbing Yohanes Heri Widodo M. Psi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
2. Seleksi Item Seleksi item dilakukan dengan cara menguji karateristik masingmasing item yang menjadi bagian tes. Apabila terdapat item tidak memenuhi syarat kualitas, maka tidak dapat diikutkan dalam bagian tes. Salah satu kualitas yang baik adalah konsistensi antara item dengan tes secara keseluruhan atau sering disebut dengan korelasi item total. Sebagai kriteria pemilihan berdasarkan koefisien korelasi total, digunakan batasan (rix) ≥ 0,3. Semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,3 daya pembedanya dianggap memuaskan (Azwar, 2002). 3. Estimasi Reliabilitas Penelitian
Religiositas
menggunakan
estimasi
reliabilitas
konsistensi internal Alpha-Cronbach yaitu melalui pendekatan reliabilitas konsistensi internal. Nilai reliabilitas skala dianggap memuaskan apabila mendekati 0,90. Koefisien yang tidak setinggi itu kadang sudah dianggap memuaskan (Azwar, 1997). 4. Hasil Uji Coba Skala Religiositas Skala Religositas dihitung menggunakan SPSS for Windows versi 15.0. Seleksi item menggunakan koefisien korelasi item total. Kriterian item yang diterima jika korelasinya positif dan sama dengan atau lebih besar dari 0,3 (Azwar, 2002). Uji reliabilitas skala religositas pada 80 item diperoleh α = 0,926 dan 32 item gugur. Setelah item diseleksi dan diproporsionalkan, koefisien reliabilitas α = 0,926 dengan 29 item.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
H.
36
Uji Asumsi Uji asumsi merupakan salah satu syarat dalam teknik komparatif untuk memperoleh kesimpulan yang tepat berdasarkan data yang ada. Adapun uji asumsi yang dilakukan adalah: 1. Uji normalitas, yaitu uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian kita berasal dari populasi yang sebarannya normal atau tidak (Santoso, 2010). Data dinyatakan distribusi normal apabila signifikasi lebih besar daripada 0.05 (p ≥ 0,05). Sebaliknya, apabila nilai signifikasi yang diperoleh lebih kecil dari 0.05, maka sebaran data tersebut tidak berdistribusi normal. Pada penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan Kolmogorov-Smirnov pada SPSS for Windows versi 15.0 2. Uji Homogenitas yaitu uji untuk mengetahui apakah varians dari sample yang akan diuji tersebut sesuai atau sama. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan Levene’s Test for Equality of variance. Data dikatakan nyatakan homogen bila nilai signifikansi diatas 0,05.
I.
Analisis Data 1. Uji Hipotesis Analisis data penelitian ini menggunakan uji beda dengan SPSS for Windows versi 15.0 untuk melihat hipotesisnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian Persiapan penelitian dimulai dengan menyebar skala uji coba (tryout) pada 42 subyek. Penelitian ini merupakan penelitian payung dengan seorang rekan yang juga melakukan riset tentang religiositas, untuk itu pengambilan data dilakukan bersama rekan penelitian tersebut. Peneliti membuat surat ijin penelitian ke beberapa sekolah, tetapi beberapa diantaranya menolak karena bertepatan dengan ujian sekolah, namun melalui wawancara dengan Kepala sekolah, guru agama, dan siswa peneliti memperoleh data tentang situasi sekolah. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 28 Desember 2010 sampai dengan 30 Januari 2011. Penelitian ini melibatkan 110 subjek. Pengumpulan data penelitian dilaksanakan secara langsung, setiap subyek diminta untuk mengisi skala. Selain penyebaran langsung juga menggunakan asisten peneliti untuk mengambil data dari subjek. Dari 110 skala yang dibagikan 101 yang memenuhi persyaratan sebagai subyek, sedangkan 9 skala gugur. Gugurnya skala diantaranya karena ada item yang tidak diisi, dan identitas agama tidak sesuai, nama sekolah tidak diisi, serta usia tidak termasuk dalam range yang dimaksud.
37
38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Data Demografi Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah remaja usia 16-18 tahun yang merupakan siswa–siswi SMU kelas 11 atau 12
yang bersekolah di
sekolah Katolik berjumlah 50 siswa, serta siswa-siswi SMU Negeri kelas 11 atau kelas 12 yang berjumlah 50 siswa. Dipilih kelas 11 dan 12 dengan asumsi bahwa siswa kelas tersebut telah mengalami proses pembelajaran di sekolah selama minimal 1 tahun. Subyek tersebar di sekolah-sekolah Yogyakarta dan Klaten. Tabel 4 Data Subjek Jenis Sekolah Sekolah Umum Sekolah Katolik
Nama Sekolah
Jumlah
SMA N 3 Klaten SMA N 2 Klaten SMA N 8 Yogyakarta SMA Kolose De Brito Yogyakarta Stella Duce 2 Yogyakarta
20 23 7 24 26
C. Uji Asumsi 1. Uji Normalitas Pengujian religiositas
dengan
diperoleh
menunjukkan
Kolmogorov-Smirnov nilai
sebesar
0,495.
untuk Nilai
variabel tersebut
lebih dari 0,05 (p>0,05), hal ini berarti distribusi
sebaran variabel normal.
39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Uji Homogenitas Pada uji ini di peroleh nilai signifikansi 0,983. Dengan nilai diatas 0,05 (p>0,05), maka data ini termasuk homogen. Hal ini berarti kelompok yang akan diuji tersebut mempunyai varian yang sama atau homogen.
D. Hasil Penelitian 1. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji T dengan Independent sample T test, pada taraf signifikasi 5% (0,05). Uji hipotesis satu ekor (one tailed) dilakukan pada penelitian ini karena hipotesis dalam penelitian ini telah mengarah. Dari hasil analisis data diketahui bahwa nilai signifikansi dengan one tail sebesar 0,102 (p>0,05). Nilai tersebut lebih besar dari 0,05 yang berarti hipotesis ditolak. Hal ini juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan religiositas antara siswa Katolik di sekolah negeri dengan siswa Katolik di sekolah Katolik. 2. Hasil Diskriptif Uji ini dilakukan untuk mengetahui tingginya tingkat religiositas pada masing-masing kelompok baik sekolah umum maupun sekolah katolik. Pada tabel berikut ini disajikan data mean teoritis dan empiris skala religiositas.
40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 5 Data Teoritis dan Empiris skala religiositas Mean Variabel Sekolah Umum Sekolah Katolik
N
P
50 50
Teoritis
Empiris
0,00
72,5
95,54
0,00
72,5
93,46
Nilai P pada skala Religiositas sebesar 0,00 (p<0,05), Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara mean teoritis dan empiris pada skala Religiositas. Skala religiositas siswa sekolah umum menunjukkan mean empiris lebih besar dari mean teoritis. Hal ini berarti siswa sekolah umum termasuk dalam kategori siswa yang mempunyai religiositas tinggi. Demikian pula dengan sekolah Katolik, nilai P pada skala Religiositas sebesar 0,00 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara mean teoritis dan empiris pada skala Religiositas. Skala religiositas pada siswa di sekolah Katolik juga menunjukkan mean empiris lebih besar dari mean teoritis. Hal ini berarti siswa sekolah Katolik termasuk dalam kategori siswa yang mempunyai religiositas tinggi.
41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E.
Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan religiositas
siswa Katolik
yang bersekolah di sekolah umum dengan siswa
Katolik yang bersekolah di sekolah Katolik. Dari analisis data yang dilakukan, menunjukkan hipotesis penelitian ditolak karena pada kenyataannya tidak ada perbedaan religiositas antara siswa Katolik di kedua sekolah tersebut. Penolakan hipotesis penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut : Adanya kelemahan alat ukur penelitian ini merupakan salah satu kemungkinan penyebab ditolaknya hipotesis penelitian. Kelemahan tersebut diantaranya tidak sedikit item-item pada skala ini mengarah pada social desirabilty. Skala religiositas termasuk skala yang rentan sekali mengadung
social desirability karena
religiositas sendiri berisi norma atau nilai-nilai sehingga item-item tersebut cenderung akan disetujui oleh semua orang atau dalam komunitas tertentu (orang Katolik), termasuk subyek penelitian ini. Hal ini karena semata-mata mereka berfikir normatif, bukan karena item itu mencerminkan keadaan diri mereka yang sesungguhnya. Selain itu religiositas lebih mengarah atau terkotak dalam agama terutama untuk aspek yang diungkapkan dalam teori Glock. Beberapa
tahun
terakhir
sekolah
Katolik
tidak
lagi
mengajarkan pendidikan agama Katolik, berbeda dengan sekolah
42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
umum yang tetap ada pelajaran agama Katolik. Hal ini dimungkinkan akan mempengaruhi tingkat pengetahuan agama Katolik antara siswa kedua sekolah tersebut. Siswa sekolah umum yang masih menerima pelajaran agama Katolik akan cenderung mempunyai pengetahuan
agama yang lebih dibandingkan siswa
sekolah Katolik. (wawancara dengan murid SMA Stella Duce dan SMA Debrito) Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yaitu tentang penelitian tentang prilaku moral dan religiositas siswa berlatar belakang pendidikan umum dan agama yang di lakukan oleh Azizah tahun 2005. Pada penelitian ini ia melibatkan 146 anak SMP kelas VIII yang terbagi atas 76 anak dari sekolah umum dan 70 anak dari Sekolah Islam (MTsN). Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan religiositas antara siswa yang berlatar belakang pendidikan umum dengan siswa yang belatar belakang pendidikan agama. Tidak adanya perbedaan menurut Azizah diantaranya karena siswa sekolah umum juga memperoleh pendidikan agama dari luar sekolah dan faktor lain yaitu keinginan siswa sendiri yang begitu besar untuk memperoleh pendidikan agama di luar sekolah. Porsi pengkondisian yang mengarah pada pengembangan religiositas siswa di sekolah umum memang terlihat lebih sedikit porsinya dibandingkan di sekolah Katolik. Hasil studi lapangan
43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menunjukkan faktor-faktor lain yang berpengaruh pada religiositas siswa tidak hanya dari sekolah namun juga dari luar sekolah. Di antaranya setiap siswa telah mendapatkan penanaman nilai-nilai religiositas dari keluarga, selain itu ada bimbingan sejak dini dari lingkungan seperti Pendidikan Iman Anak (PIA). Gereja sendiri juga berperan aktif dalam peningkatan religiositas, diantaranya seseorang harus mengikuti bimbingan agama dalam kurun waktu tertentu bila ingin di baptis atau menerima komuni. Gereja membantu para orang tua dalam pendampingan iman persiapan anak-anak menyambut komuni (Bagiyowinadi, 2006). Selain itu tidak sedikit siswa dari sekolah umum maupun di sekolah Katolik terlibat dalam kegiatan keagamaan di Gereja atau di lingkungan seperti menjadi puteraputeri altar, atau mudika. Hal ini yang memungkinkan kondisi subyek sebenarnya tidak terlalu berbeda seperti yang dibayangkan peneliti. Menurut Thouless (dalam azizah, tanpa tahun), ada empat faktor yang
mempengaruhi perkembangan religiositas, salah satunya
adalah faktor kebutuhan. Romo FX. Didik Bagiyowinandi, Pr, mengungkapkan ada kemungkinan anak-anak Katolik disekolah negeri justru menjadi anak Katolik yang militan. Minimnya kegiatan pembinaan iman di sekolah, bisa menimbulkan rasa butuh dan rasa rindu, sehingga mereka akan terus mengusahakannya dan mencari
44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
semaksimal mungkin di luar sekolah. Selain itu remaja pada masa ini masuk dalam perkembangan Iman induktif-reflektif menurut James Fowler (dalam Santrock, 2007a). Pada tahap ini remaja mulai bertanggung jawab terhadap keyakinan religiusnya. Siswa sekolah Katolik
yang nota bene lebih banyak
bersentuhan dengan simbol-simbol religius cenderung mempunyai tingkat religiositas yang sama dibandingkan siswa sekolah umum. Bila dilihat dari teori learning kemungkinan ada jenis belajar yang paling sederhana yaitu Habituation. Disini subyek mengabaikan sejumlah stimulus familiar atau stimulus yang tidak memiliki konsekuensi serius (“Learning”, tanpa tahun). Hal ini sejalan dengan pernyataan Romo. FX Bagiyo Winandi, Pr, bahwa ada kemungkinan siswa di sekolah Katolik menjadi “alergi” terhadap istilah rekoleksi, retret, session. Siswa sekolah Katolik terlalu terbiasa bersentuhan dengan itu semua sehingga tidak terlalu menghargai atau karena sudah setiap hari melihat suster, frater, romo disekolah. Di lapangan sendiri menurut beberapa siswa dari Sekolah Katolik, seringkali aktifitas keagamaan yang setiap hari dilakukan hanya sebagai kewajiban saja. Mereka juga mengungkapkan bila ada aktivitas keagamaan di sekolah yang sifatnya tidak wajib, banyak diantara mereka cenderung memilih tidak mengikuti. Begitu biasanya
45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
aktivitas keagamaan di sekolah Katolik sehingga memungkinkan adanya pelaksanaan tanpa penghayatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan Hasil penelitian menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat religiositas antara siswa Katolik yang bersekolah di sekolah umum dengan siswa Katolik yang bersekolah di sekolah Katolik. Keduanya mempunyai religiositas yang tinggi.
B.
Saran Penelitian ini menggunakan teori Glock lebih yang lebih “terkotak” pada agama, oleh karena itu peneliti menyarankan untuk penelitian selanjutnya tentang religiositas sebaiknya menggunakan teori religiositas lain yang lebih bersifat umum. Peneliti menyarankan untuk penelitian selanjutnya yang sejenis lebih memperhatikan variasi subyek dengan menambahkan jumlah sekolah Dalam pembuatan item skala religiositas lebih diperhatikan untuk meminimalkan atau mengantisipasi social desirability.
46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, A., Narbuko, C. (2007). Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Agung (2007, Desember 10). Harus Dimulai dari Diri Sendiri. Badan Narkotika Nasional. Dipungut 18 Maret 2011 dari http://www.bnn.go.id/ Azwar. (1997). Reliabilitas Dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Azwar, S. (2000). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Azwar, S. (2002). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka pelajar Offset. Azwar, S. (2009). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Azizah, N. (tanpa tahun). Prilaku Moral dan Religiositas Siswa Berlatar Belakang Pendidikan Umum dan Agama. Jurnal Psikologi, 33(2), 94-109. Bagiyowinadi, F. X. D. (2006). Mendidik Anak Secara Katolik. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara. Bahr, S. J., Maughan, S. L., Marcos, A. C., Li, B. (1998). Family, Religiosity, And The Risk Of Adolescent Drug Use. Journal of Mariage and the Family. 60(4), 979. Dipungut 14 April, 2011, dari http://proquest.umi.com/pqdweb?did=36440992&sid=2&Fmt=4&clientI d=120701&RQT=309&VName=PQD Bahr, S. J., Hoffmann, J. P. (2008). Religiosity, Peers, And Adolescent Drug Use. Journal of Drug Issues. 38(3),743. Dipungut 14 April, 2011, dari http://proquest.umi.com/pqdweb?did=1598200321&sid=2&Fmt=3&client Id=120701&RQT=309&VName=PQD Colondam, V. (2007). Raising Drug-Free Children. Jakarta: Yayasan Citra Anak Bangsa. Dister, N. S. (1989). Psikologi Agama. Yogyakarta: Kanisius. Feist, J., Feist, G. (2009). Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.
47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ghufron, M. N., Risnawita, R. (2010). Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-ruzz Media. Gravissimus Educationis (GE).n.d. Dipungut 1 April, http://katolisitas.org/2008/06/09/gravissimus-educationis/
2011,
dari
Gunarsa, S. D. (2004). Bunga Rampai Psikologi Perkembangan dari Anak Sampai Lanjut Usia. Jakarta: Gunung Mulia. Hadi, S. (2004). Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset. Hardjana, A. M. (1993). Penghayatan Agama yang Otentik dan Tidak Otenti., Yogyakarta: Kanisius. Hardjana, A. M. (2005). Religiositas, Agama, dan Spiritualitas. Yogyakarta: Kanisius. Hurlock, E. B. (1990). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. Ji, C. H., Boyatt, E. (2007) Religion, Parental Choice, And School Vouchers In Urban Parochial Schools: The Case Of Five Schools In Southern California. Journal of Research on Christian Education. 16(2),149. Dipungut14 April, 2011, dari http://proquest.umi.com/pqdweb?did= 2074889181&sid=2&Fmt=3&clientId=120701&RQT=309&VName=PQ D Komisi Pendidikan Konferensi Waligereja Indonesia Majelis Nasional Pendidikan Katolik (1991). Ajaran dan Pedoman Gereja Tentang Pendidikan Katolik. Jakarta: PT Grasindo. Komisi Kataketik Keuskupan Agung Semarang, Komisi Pendidikan Keuskupan Agung Semarang (2009). Pendidikan Religiositas. Yogyakarta: Kanisius. Konferensi Waligereja Indonesia (1996). Iman Katolik. Yogyakarta: Kanisius, Obor. Learning. (Tanpa tahun) Dipungut 19 Mei, http://wiki.feureau.com/wiki/Psikologi_Umum_2
48
2011,
dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Longest, K. L., & Vaisey, S. (2008). Control Or Conviction: Religion And Adolescent Initiation Of Marijuana Use. Journal of Drug Issues, 38(3), 689. Dipungut 14 April, 2011, dari http://proquest.umi.com/ pqdweb?index=7&did=1598200291&SrchMode=1&sid=2&Fmt=3&VIn st=PROD&VType=PQD&RQT=309&VName=PQD&TS=1302755279 &clientId=120701 Majelis Pendidikan Katolik Keuskupan Agung Semarang, Komisi Kataketik Keuskupan Agung Semarang (2001). GBPP Pendidikan Religiositas Untuk SMU/K, Yogyakarta: Kanisius. Melyani, V. (2010, Desember 28). Tahun 2010, Kasus Narkoba Naik 65 %. Tempo Interaktif. Dipungut 19 Maret, 2011, dari http://www.tempo interaktif.com/ Monks, F. J., Knoers, A. M. P., Haditono, S. R. (2004). Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada university Press. Paloutzian, Raymond F. (1996). Invitation to the Psychology of Religion. 2nd edition. Masachusets: A Simon and Schuster Company. Paulus, Yohannes. (1999). Kitab Hukum Kanonik, Jakarta: Obor dan KWI Piet Go. (1992). Katolisitas Sekolah Katolik. Malang: Dioma. Santoso. A. (2010). Statistik untuk Psikologi dari Blog Menjadi Buku. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma Santrock, John W. (Ed). (2002). Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup II. Jakarta: Erlangga. Santrock, John W. (2007a). Adolescence, Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga. Santrock, John W. (2007b). Remaja. Jakarta: Erlangga. Sarwono, S. W. (2005). Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafido Persada. Schultz, Duane. (1991). Psiklogi Pertumbuhan. Yogyakarta: Kanisius. Survei BNN : 4,7% Pelajar-Mahasiswa Pemakai Narkoba. (2011, February 14). Wartapedia. Dipungut 20 Maret 2011, dari http://wartapedia.com/
49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Swastanti, A. D. (2007). Perbedaan religiositas orang yang pergi beribadah dengan orang yang jarang beribadah. Skripsi tidak diterbitkan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Universitas Indonesia. n.d. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Dipungut 25 Maret 2011 dari http://bahasa.cs.ui.ac.id/kbbi/kbbi.php Windradiri, S. (tanpa tahun). Psikologi Perkembangan Masa Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.
50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 1 Skala 1.1 Skala Religiositas Sebelum Dilakukan Uji Coba 1.2 Skala Religiositas Setelah Dilakukan Uji Coba
51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1.1
Skala Religiositas Uji Coba (Try Out)
No
Pernyataan
SS
1
Saya percaya bahwa apa yang terjadi dalam hidup saya adalah rencana Tuhan.
2
Saya menyediakan waktu untuk sembahyangan rutin di lingkungan saya.
3
Saat menghadapi pilihan yang sulit saya merasakan Tuhan memberikan petunjuk pada saya.
4
Masa jabatan Paus adalah seumur hidup.
5
Saya aktif dalam kegiatan gereja sebagai perwujudan iman saya, seperti firman Tuhan, “sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka”
6
Saya percaya api pencucian adalah tempat sementara sebelum masuk ke surga.
7
Saya melakukan pengakuan dosa minimal setahun dua kali.
8
Ketika menyambut komuni saya merasakan Tuhan Yesus hadir dalam diri saya.
9
Gereja Katolik melakukan penghormatan kepada Bunda Maria secara khusus pada bulan Mei dan Oktober setiap tahunnya.
10
Saya membantu orang yang tidak saya kenal, seperti Simon Kirene membantu memanggul salib Yesus menuju Golgota.
52
S
TS
STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No 11
Pernyataan
SS
Saya percaya akan kebangkitan dan kehidupan kekal setelah kematian.
12 Saya meluangkan waktu untuk mengikuti
misa di gereja pada hari sabtu atau minggu. 13 Ketika saya sembuh dari sakit, berhasil
dalam tugas pekerjaan, saya merasakan ada campur tangan Tuhan. 14
Pentakosta adalah peristiwa turunnya Roh Kudus atas Para Rasul.
15 Saya bersikap sopan pada orang tua
walaupun sering terjadi selisih paham, seperti perintah Allah yang keempat, hormatilah orang tuamu. 16 Saya mempercayai Maria tetap perawan
karena mengandung Yesus dari Roh Kudus. 17 Saya mendoakan salah satu devosi (rosario,
adorasi, santa-santo) 18 Setelah mengaku dosa, saya merasa lega
karena sungguh saya merasa Tuhan mengampuni dosa saya. 19 Agama Katolik memperingati bulan arwah
setiap bulan November.
20 Saya menghormati segala perbedaan yang
dimiliki orang lain karena mereka juga anak-anak Allah.
53
S
TS
STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Pernyataan
SS
21
Kerusakan yang terjadi pada alam bukanlah kehendak Tuhan.
22
Saya berpuasa atau berpantang pada saat prapaskah.
23
Ketika berada di dalam Gereja saya merasakan kedamaian hati.
24
Thomas adalah murid yang belum percaya kebangkitan Yesus sebelum mencelupkan jarinya kebekas luka Yesus.
25
Saya mensyukuri setiap hal yang ada pada saya karena hidup itu anugerah.
26
Injil adalah pegangan dalam hidup saya.
27
Saya menyempatkan diri untuk membaca Injil di rumah.
28
Saya merasa Allah bekerja dalam kehidupan saya.
29
Untuk menerima Hosti kita wajib menerima sakramen ekaristi.
30
Mudah bagi saya memaafkan kesalahan orang lain, seperti Tuhan yang selalu memaafkan kesalahan kita.
54
S
TS
STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Pernyataan
SS
31
Saya percaya dengan mendapat pengampunan dosa dari imam, berarti Tuhan juga telah mengampuni dosa saya.
32
Saya mengikuti ibadah Tri hari suci: Kamis Putih, Jumat Agung, Paskah.
33
Saya merasa damai setelah memasrahkan diri kepada Tuhan ketika mengalami kegelisahan.
34
Seseorang yang akan menjadi Imam wajib menerima sakramen Imamat.
35
Saya memberikan sebagian dari harta milik saya pada orang-orang yang membutuhkan. Seperti seorang janda miskin yang memberikan uangnya ke dalam kotak persembahan.
36
Saya percaya bahwa Allah itu Tri Tunggal Maha Kudus: Bapa, Putra dan Roh Kudus
37
Saya melakukan “jengkeng” saat akan duduk di kursi yang disediakan oleh gereja.
38
Saya merasa Tuhan Yesus hadir didekat saya ketika saya berdoa kepada-Nya.
39
Berpuasa dan berpantang sebelum mengikuti perjamuan ekaristi di gereja merupakan salah satu perintah gereja.
40
Saya mendoakan musuh-musuh saya seperti Tuhan yang mengajarkan kita untuk mencintai musuh.
55
S
TS
STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Pernyataan
SS
41
Hidup saya saat ini adalah hasil usaha saya sendiri tanpa campur tangan Tuhan.
42
Mengikuti sembahyangan rutin di lingkungan hanya membuang-buang waktu.
43
Walaupun saya telah banyak berdoa, akibat baiknya tidak terlalu terlihat.
44
Paulus adalah murid yang menggantikan Yudas Iskariot yang berkhianat.
45
Waktu saya habis untuk belajar dan bermain bersama teman-teman daripada menjalankan firman Tuhan, “sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka”
46
Api pencucian adalah ajaran yang tidak masuk akal.
47
Tidak penting bagi saya untuk mengaku dosa dan memohon pengampunan pada Tuhan
48
Ketika menerima komuni saya merasa biasa saja, tidak merasakan apa-apa.
49
Pengarang Injil ada lima.
50
Sulit untuk rela membantu orang yang tidak saya kenal, walaupun Tuhan Yesus telah meneladankan hal itu.
56
S
TS
STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Pernyataan
SS
51
Kematian adalah akhir dari segala-galanya.
52
Mengikuti misa di gereja pada hari sabtu atau minggu adalah kegiatan yang membosankan.
53
Ketika saya sembuh dari sakit dan berhasil dalam tugas pekerjaan adalah murni usaha saya sendiri.
54
Yesus memberi makan 5000 orang dengan lima roti dan lima ikan.
55
Saya sulit memenuhi Janji Baptis saya, diantaranya sulit menolak hiburan tidak sehat seperti perjudian dan lain-lain. 56
Kesucian Maria diragukan.
57
Saya tidak perlu berdevosi seperti berdoa Rosario, adorasi, doa Santo-santa dan lainlain, cukup berdoa pada hari Minggu saja.
58
Setelah mengaku dosa, perasaan saya biasa saja, tidak ada yang berubah.
59
Suami Bunda Maria adalah Yusuf.
60
Agama dan suku saya adalah satu-satunya yang baik dan benar dihadapan Allah, meskipun saya tahu mereka yang memiliki perbedaan juga anak-anak Allah
57
S
TS
STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Pernyataan
SS
61
Kekacauan dan bencana di dunia ini adalah kehendak Tuhan.
62
Berpuasa dan berpantang bukanlah suatu keharusan untuk dijalani meskipun hal itu diwajibkan dalam agama saya saat Prapaskah
63
Berada di dalam atau di luar Gereja perasaan saya biasa saja.
64
Nabi Elia menyelamatkan Bangsa Israel dari Tanah Mesir.
65
Hidup adalah anugerah namun saya tetap merasa hidup ini tidak berarti.
66
Timbul perasaan ragu dalam diri saya mengenai keberadaan Tuhan, apalagi setelah pengetahuan saya bertambah banyak dan akal saya semakin kritis.
67
Saya hanya membaca Injil waktu di Misa Gereja saja.
68
Saya merasa tidak sempat diperhatikan dan dikasihi Allah
69
Ada tujuh sakramen yang wajib diterima setiap umat Katolik
70
Saya enggan memaafkan kesalahan orang lain, walaupun saya merasa Tuhan selalu mengampuni dosa saya.
58
S
TS
STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Pernyataan
SS
71
Yang berkuasa mengampuni dosa adalah Tuhan, bukan imam, sehingga kita tidak perlu mengaku dosa.
72
Dari ketiga Tri Hari Suci : Kamis Putih, Jumat Agung, dan Paskah, saya cukup memilih berangkat misa salah satunya saja.
73
Ketika saya gelisah, saya merasa berpasrah diri pada Tuhan atau tidak, rasanya sama saja.
74
Yerusalem adalah tempat kelahiran Tuhan Yesus.
75
Saya memahami ajaran seorang janda miskin yang memberikan uangnya ke dalam kotak persembahan, namun sulit bagi saya untuk menyisihkan sebagian harta saya untuk orang-orang yang membutuhkan.
76
Allah sebagai Tri Tunggal Maha Kudus: Bapa, Putra, Roh Kudus sangat membingungkan dan tidak masuk akal.
77
Saya tidak biasa melakukan” jengkeng” sebelum duduk di kursi gereja.
78
Ketika berdoa saya tidak merasakan apapun, kecuali bicara sendiri.
79
Jangan bersaksi duta adalah perintah Allah yang kelima.
80
Sulit bagi saya mendoakan musuh-musuh saya meskipun saya mengerti tentang ajaran Tuhan untuk mencintai musuh.
59
S
TS
STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1.2 Skala Religiositas (Setelah Seleksi Item dan Proporsional)
No
Pernyataan
SS
1
Saya percaya bahwa apa yang terjadi dalam hidup saya adalah rencana Tuhan.
2
Saya menyediakan waktu untuk sembahyangan rutin di lingkungan saya.
3
Saat menghadapi pilihan yang sulit saya merasakan Tuhan memberikan petunjuk pada saya.
4
Gereja Katolik melakukan penghormatan kepada Bunda Maria secara khusus pada bulan Mei dan Oktober setiap tahunnya.
5
Saya aktif dalam kegiatan gereja sebagai perwujudan iman saya, seperti firman Tuhan, “sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka”
6
Api pencucian adalah ajaran yang tidak masuk akal.
7
Tidak penting bagi saya untuk mengaku dosa dan memohon pengampunan pada Tuhan.
8
Saya merasa Tuhan Yesus hadir didekat saya ketika saya berdoa kepada-Nya.
9
Thomas adalah murid yang belum percaya kebangkitan Yesus sebelum mencelupkan jarinya kebekas luka Yesus.
10
Waktu saya habis untuk belajar dan bermain bersama teman-teman daripada menjalankan firman Tuhan, “sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka”
60
S
TS
STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Pernyataan
SS
11
Kesucian Maria diragukan.
12
Mengikuti misa di gereja pada hari sabtu atau minggu adalah kegiatan yang membosankan.
13
Ketika saya sembuh dari sakit dan berhasil dalam tugas pekerjaan adalah murni usaha saya sendiri.
14
Untuk menerima Hosti kita wajib menerima sakramen ekaristi.
15
Saya sulit memenuhi Janji Baptis saya, diantaranya sulit menolak hiburan tidak sehat seperti perjudian dan lain-lain.
16
Timbul perasaan ragu dalam diri saya mengenai keberadaan Tuhan, apalagi setelah pengetahuan saya bertambah banyak dan akal saya semakin kritis.
17
Saya tidak perlu berdevosi seperti berdoa Rosario, adorasi, doa Santo-santa dan lainlain, cukup berdoa pada hari Minggu saja.
18
Setelah mengaku dosa, perasaan saya biasa saja, tidak ada yang berubah.
19
Pengarang Injil ada lima.
20
Hidup adalah anugerah namun saya tetap merasa hidup ini tidak berarti.
61
S
TS
STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Pernyataan
SS
21
Yang berkuasa mengampuni dosa adalah Tuhan, bukan imam, sehingga kita tidak perlu mengaku dosa.
22
Berpuasa dan berpantang bukanlah suatu keharusan untuk dijalani meskipun hal itu d iwajib kan d alam ag ama say a saat Prapaskah.
23
Berada di dalam atau di luar Gereja perasaan saya biasa saja.
24
Nabi Elia menyelamatkan Bangsa Israel dari Tanah Mesir.
25
Saya enggan memaafkan kesalahan orang lain, walaupun saya merasa Tuhan selalu mengampuni dosa saya.
26
Allah sebagai Tri Tunggal Maha Kudus: Bapa, Putra, Roh Kudus sangat membingungkan dan tidak masuk akal.
27
Saya tidak biasa melakukan ”jengkeng” sebelum duduk di kursi gereja.
28
Ketika saya gelisah, saya merasa berpasrah diri pada Tuhan atau tidak, rasanya sama saja.
29
Ada tujuh sakramen yang wajib diterima setiap umat Katolik.
62
S
TS
STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 2 Hasil Analisis Item dan Reabilitas 2.1
Reabilitas Skala Religiositas 80 item (Try Out)
Reliability Statistics Cronbach's Alpha .925
N of Items 80
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
VAR00001
249.67
406.892
.539
.923
VAR00002
250.45
409.844
.455
.923
VAR00003
249.72
407.538
.553
.923
VAR00004
249.77
416.435
.148
.925
VAR00005
250.15
405.772
.424
.924
VAR00006
250.00
415.641
.236
.925
VAR00007
250.15
414.336
.240
.925
VAR00008
249.97
408.794
.491
.923
VAR00009
249.65
408.490
.476
.923
VAR00010
250.15
416.028
.227
.925
VAR00011
249.57
414.302
.331
.924
VAR00012
249.70
413.036
.322
.924
VAR00013
249.45
418.100
.158
.925
VAR00014
249.70
411.190
.433
.924
VAR00015
249.87
418.369
.110
.925
VAR00016
249.67
414.225
.327
.924
VAR00017
250.15
408.131
.424
.924
VAR00018
249.77
412.589
.345
.924
VAR00019
249.97
416.179
.145
.925
VAR00020
249.82
416.148
.185
.925
VAR00021
250.40
420.605
-.001
.926
VAR00022
250.37
409.010
.450
.923
63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
VAR00023
250.00
414.359
.250
.925
VAR00024
249.95
404.715
.606
.923
VAR00025
249.75
413.833
.253
.925
VAR00026
250.17
413.379
.334
.924
VAR00027
250.70
412.574
.297
.924
VAR00028
249.72
410.922
.382
.924
VAR00029
249.75
405.423
.533
.923
VAR00030
250.45
415.536
.159
.925
VAR00031
250.00
412.718
.338
.924
VAR00032
249.40
415.374
.329
.924
VAR00033
249.70
415.036
.288
.924
VAR00034
249.47
415.692
.281
.924
VAR00035
250.15
415.977
.209
.925
VAR00036
249.45
417.074
.189
.925
VAR00037
250.22
408.333
.429
.923
VAR00038
249.70
406.267
.605
.923
VAR00039
250.35
405.156
.471
.923
VAR00040
250.27
419.794
.040
.926
VAR00041
249.92
418.174
.050
.927
VAR00042
249.95
412.613
.387
.924
VAR00043
250.10
411.631
.306
.924
VAR00044
250.32
408.328
.416
.924
VAR00045
250.45
404.562
.487
.923
VAR00046
249.77
411.666
.463
.924
VAR00047
249.62
405.010
.716
.922
VAR00048
249.90
409.887
.374
.924
VAR00049
249.95
405.485
.449
.923
VAR00050
250.32
414.584
.193
.925
VAR00051
249.65
417.003
.173
.925
VAR00052
249.70
410.318
.520
.923
VAR00053
249.67
410.789
.450
.924
VAR00054
250.40
398.144
.423
.924
VAR00055
250.12
402.625
.508
.923
VAR00056
249.60
411.118
.440
.924
VAR00057
249.80
406.215
.511
.923
VAR00058
249.82
407.430
.500
.923
VAR00059
251.32
413.815
.175
.925
VAR00060
250.02
423.256
-.081
.927
VAR00061
250.55
419.536
.056
.925
VAR00062
250.37
410.394
.460
.923
VAR00063
250.27
402.974
.703
.922
VAR00064
250.35
400.336
.576
.922
VAR00065
249.92
410.687
.372
.924
64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
VAR00066
249.85
405.874
.565
.923
VAR00067
250.62
412.599
.341
.924
VAR00068
249.82
409.276
.495
.923
VAR00069
250.27
402.410
.559
.923
VAR00070
250.30
409.497
.431
.924
VAR00071
250.07
406.071
.513
.923
VAR00072
249.57
410.763
.460
.923
VAR00073
249.97
408.025
.523
.923
VAR00074
250.37
415.266
.133
.926
VAR00075
250.40
413.374
.276
.924
VAR00076
249.85
403.003
.722
.922
VAR00077
250.32
406.020
.495
.923
VAR00078
249.90
409.631
.503
.923
VAR00079
250.00
411.436
.305
.924
VAR00080
250.15
418.438
.075
.926
Scale Statistics Mean 253.17
Variance 421.225
Std. Deviation 20.524
N of Items 80
65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.2
Reabilitas Skala Religiositas 29 item (Hasil proporsional Aspek) Reliability Statistics
Cronbach's Alpha ,926
N of Items 29
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
VAR00001
89,43
117,379
,563
,923
VAR00002
90,20
119,600
,432
,925
VAR00003
89,48
117,948
,563
,923
VAR00009
89,40
117,938
,522
,924
VAR00005
89,90
116,503
,450
,925
VAR00046
89,53
120,717
,426
,925
VAR00047
89,38
116,548
,734
,922
VAR00038
89,45
118,049
,554
,923
VAR00024
89,70
116,267
,626
,922
VAR00045
90,20
117,087
,445
,925
VAR00056
89,35
120,285
,417
,925
VAR00052
89,45
118,459
,626
,923
VAR00053
89,43
118,610
,554
,924
VAR00029
89,50
116,154
,583
,923
VAR00055
89,88
114,779
,536
,924
VAR00066
89,60
116,810
,590
,923
VAR00057
89,55
117,536
,496
,924
VAR00058
89,58
117,225
,554
,923
VAR00049
89,70
115,087
,551
,924
VAR00064
90,10
113,528
,608
,923
VAR00069
90,03
116,230
,499
,924
VAR00070
90,05
118,921
,444
,925
VAR00065
89,68
118,789
,436
,925
VAR00076
89,60
115,631
,725
,921
VAR00077
90,08
117,558
,471
,925
VAR00073
89,73
118,769
,489
,924
VAR00071
89,83
117,481
,496
,924
VAR00062
90,13
119,189
,496
,924
VAR00063
90,03
115,666
,702
,922
66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 3 Hasil Uji Asumsi 3.1
Uji Normalitas total
N
100
Normal Parameters(a,b) Most Extreme Differences
Mean
94.50
Std. Deviation
8.152
Absolute
.050
Positive
.050
Negative
-.049
Kolmogorov-Smirnov Z
.495
Asymp. Sig. (2-tailed)
.967
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
3.2 Uji Homogenitas
Variabel Religiusitas
Levene's Test for Equality of Variances 0,983
df
Keterangan
98
Homogen
67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 4 Hasil Uji Hipotesis Dan Hasil Deskriptif 4.1
Uji Hipotesis
Levene's Test for Equality of Variances
F
total
Equal variances assumed
t-test for Equality of Means
Sig.
.000
t
.983
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference lower
upper
1.280
98
.204
2.080
1.625
-1.145
5.305
1.280
97.600
.204
2.080
1.625
-1.145
5.305
50
Mean 95.54
Std. Deviation 8.382
Std. Error Mean 1.185
50
93.46
7.862
1.112
Equal variances not assumed
4.2
df
Sig. (2tailed)
Hasil Diskriptif Group Statistics
total
grup negeri
N
swasta
One Sample Test Test Value = 72.5 t
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
totalnegeri
19.437
49
.000
23.040
20.66
25.42
totalswasta
18.852
49
.000
20.960
18.73
23.19
68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 5 WAWANCARA
PETIKAN WAWANCARA DENGAN MURID SMU KATOLIK DAN GURU SMU NEGERI Petikan wawancara tanggal 30 April 2011 dengan murid SMU Steladuce 2 Yogyakarta kelas 12 bernama Elisabeth Ajeng Novianti Nastiti. Apakah ada pelajaran Agama Katolik di SMU Steladuce 2? Saat ini mata pelajaran agama Katolik sudah tidak diajarkan di sekolah, dan diganti pelajaran religiositas yang sifatnya lebih umum……
Petikan wawancara tanggal 3 Mei 2011 dengan murid SMU Kolose Debrito Yogyakarta kelas 11 bernama Mateus Seto Dwiadityo. Apakah di SMA Kolose De Brito tidak ada mata pelajaran agama Katolik saat ini? Sudah beberapa tahun ini di SMA Kolose de Brito tidak ada pelajaran agama Katolik, yang ada Religiositas. Pelajaran ini sefatnya lebih umum untuk semua agama, walaupun kadang saya merasa ada nilai-nilai Katolik yang disisipkan didalamnya….. Petikan wawancara tanggal 10 Januari 2011 dengan Guru Agama Katolik SMU N 8 Yogyakarta. bernama bapak Dian. Apakah di SMU Negeri seperti SMU Negeri 8 Yogya ini ada pelajaran Agama Katolik untuk siswa-siswinya yang beragama Katolik? Ada mas, setiap minggunya ada 2 jam untuk siswa yang beragama Katolik mendapatkan pendidikan agama Katolik….
69