PERBEDAAN PROKRASTINASI AKADEMIK BERDASARKAN JENIS KELAMIN DENGAN MENGONTROL MANAJEMEN WAKTU PADA MAHASISWA YANG KULIAH SAMBIL BEKERJA DI YOGYAKARTA
Vika Elvira Akmal Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empiris adanya perbedaan prokrastinasi antara mahasiswa perempuan dengan mahasiswa laki-laki yang kuliah sambil bekerja dengan mengontrol manajemen waktu. Responden penelitian ini adalah mahasiswa yang kuliah sambil bekerja sebagai gardep PT. Aseli Dagadu Djokdja (N= 56). Para partisipan mengisi 2 jenis skala yaitu skala manajemen waktu dan skala prokrastinasi akademik. Metode analisis data dengan menggunakan teknik analisis ko-varians (Anakova). Komputerisasi analisis dilakukan dengan bantuan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) 20, 0 for windows. Hasil analisis kovariansi menunjukkan hasil F untuk jenis kelamin sebesar 10,732 dan nilai p 0,002 (p<005)yang menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat prokrastinasi mahasiswa, mahasiswa perempuan memiliki tingkat rerata prokrastinasi lebih rendah dari pada laki-laki yaitu sebesar 45,590 sedangkan mahasiswa laki-laki sebesar 51, 683. Hasil anakova dapat dilihat bahwa variabel covariate manajemen waktu berpengaruh signifikan terhadap prokrastinasi subjek dengan nilai F sebesar 8,956 dan nilai p=0,004 (p<0,05). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat prokrastinasi antara mahasiswa perempuan dengan mahasiswa laki-laki dengan mengontrol manajemen waktu. Mahasiswa perempuan memiliki tingkat prokrastinasi lebih rendah dari pada mahasiswa lakilaki. Kata kunci: Jenis Kelamin, Manajemen Waktu, dan Prokrastinasi
THE DIFFERENCE OF ACADEMIC PROCRASTINATION BASED ON GENDER BY CONTROLLING TIME MANAGEMENT AMONG UNIVERSITY STUDENT WHO ARE STUDYING WHILE WORKING IN YOGYAKARTA Vika Elvira Akmal Psychology Faculty, University of Ahmad Dahlan Abstract This research aims to know empirically the difference of procrastionation among female students and male students who are studying while working by controlling the time management. The respondents of this research are university student who are studying while working as a front liner at PT. Aseli Dagadu Djokdja (N=56). The participants fill 2 kinds of scale which are time management scale and academic procrastination scale. The method of data analysis is using ko-varians analysis technique (Anakova). Computerization analysis is done by SPSS program (Statistical Product and Service Solution) 20.0 for windows. The result of kovarians analysis shows that F for gender is 10.732 and p score is 0.002 (p<005) which shows that there is a difference of students procrastination level, female students have lower average level of procrastination than male students, which is 45.590 and male students average is 51.683. Based on result of anakova, it is shown that covariate variable of time management has significant influence to subject procrastination with F score 8.956 and p score=0.004 (p<0.05). Based on the result of this research, concluded that there is difference level of procrastination among female students and male students by controlling time management. Female students have lower procrastination level than male students. Keywords: Gender, time management, and procrastination PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu cara yang digunakan untuk memperoleh pembelajaran dari berbagai disiplin ilmu. Pendidikan dapat diperoleh baik secara formal maupun non formal. Pendidikan secara formal seperti di perguruan tinggi memiliki peran penting untuk menghasilkan individu yang bermartabat, individu yang tangguh, serta individu yang kreatif. Mewujudkan diri menjadi individu yang kreatif, tangguh dan bermartabat tidaklah mudah, banyak proses pembelajaran yang harus dilalui. Dalam kesehariannya, mahasiswa sebagai subjek
yang belajar di perguruan tinggi tentunya tidak pernah terlepas dari kegiatan belajar, mengerjakan tugas-tugas dari dosen dan lain sebagainya. Banyaknya tugas dan kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa, maka diperlukannya kemampuan pengaturan waktu yang baik agar semua kegiatan-kegiatannya dapat berjalan dengan baik. Pada kenyataannya tidak semua mahasiswa memiliki kemampuan mengatur waktu yang baik. Persoalan yang dihadapi perguruan tinggi adalah jumlah lulusan yang tidak sebanding dengan jumlah mahasiswa yang masuk. Mengingat kapasitas mahasiswa yang rata-rata hampir sama, memang seharusnya mahasiswa lulus dalam waktu yang kurang lebih sama. Salah satu faktor yang menyebabkan minimnya jumlah lulusan adalah perilaku mahasiswa dalam menunda-nunda pekerjaan yang terkait dengan akademik, hal tersebut berpengaruh terhadap performance tugas yang dihasilkan. Penundaan kelulusan bisa terjadi karena banyaknya hal, seperti aktifnya mahasiswa dalam kegiatan non akademik maupun akademik. Salah satu trend saat ini yang terjadi dikalangan mahasiswa ialah kuliah sambil bekerja. Bekerja dan kuliah adalah dua hal aktivitas berbeda dan tentunya memiliki tanggung jawab yang berbeda pula. Mahasiswa yang memutuskan untuk bekerja berarti memiliki tanggung jawab yang lebih besar yaitu tanggung jawab pada orang tua yang sudah membiayai kuliah serta tanggung jawab sebagai karyawan di tempatnya bekerja. Mahasiswa yang kuliah sambil bekerja tentunya sudah mengetahui konsekuensi yang akan diterimanya termasuk konsekuensi dalam pembagian waktu. Seorang mahasiswa yang tidak dapat mengatur waktu dengan baik akan berakibat pada perilaku menunda pekerjaan ataupun tugas kuliah. Perilaku menunda-nunda dalam literatur ilmiah psikologi disebut prokrastinasi. Solomon dan Rothblum (1984) mendefinisikan prokrastinasi sebagai suatu penundaan yang sengaja dilakukan pada tugas penting, yang dilakukan berulang-ulang, secara sengaja dan menimbulkan perasaaan tidak nyaman secara subjektif. Milgram (dalam Rumiani, 2006) menyebutkan bahwa prokrastinasi dilakukan semata-mata untuk melengkapi tugas secara optimal. Penundaan yang dilakukan tersebut tidak membuat tugas lebih baik, melainkan mengarah pada penundaan yang tidak berguna. Penelitian yang dilakukan oleh Ellis dan Knaus pada mahasiswa perguruan tinggi di Amerika memperkirakan 70% mahasiswa Amerika melakukan prokrastinasi. Beswick, Rothblum, dan Mann pada 1988 menemukan bahwa 46% mahasiswa selalu atau hampir selalu melakukan prokrastinasi dalam pengerjaan tugas penulisan, 35% mahasiswa mengaku bahwa pengerjaan tugas tersebut selalu atau hampir selalu menimbulkan masalah, dan sekitar 62% mahasiswa berniat menurunkan kecendrungan prokrastinasi mereka dalam mengerjakan tugas (dalam Tjunding, 2006). Ada dua faktor yang mempengaruhi mahasiswa dalam menunda-nunda penyelesaian tugas kuliahnya yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal tersebut berupa keadaan fisik dan kondisi kesehatan individu misalnya fatigue. Seseorang yang mengalami fatigue/kelelahan misalnya karena kuliah dan bekerja paruh waktu akan memiliki kecendrungan yang lebih tinggi untuk melakukan prokrastinasi dari pada yang tidak (McCown dalam Ferrari dkk., 1995). Menurut Silver (dalam Ghufron, 2003) prokrastinator tidak bermaksud untuk menghindari tugas yang dihadapi tetapi hanya menunda untuk
mengerjakannya. Asumsinya jika mahasiswa tersebut sudah bekerja di pagi atau siang hari, tentunya akan mengalami kelelahan setelah bekerja dan akibatnya akan menunda untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen pada hari berikutnya. Faktor ekternal yang terdapat di luar diri individu yang mempengaruhi prokrastinasi antara lain gaya pengasuhan orang tua, lingkungan sekitar, dan sebagainya (Ghufron, 2003). Solomon & Rothblum (1984) mengemukakan beberapa faktor yang berkorelasi dengan prokrastinasi akademik, yaitu manajemen waktu yang buruk, lokus kendali diri, perfeksionis, takut gagal, dan menghindari tugas. Dalam penelitian ini peneliti fokus pada faktor manajemen waktu. Kemampuan seseorang untuk mengatur atau mengelola waktu dengan baik disebut dengan manajemen waktu. Manajemen waktu merupakan keterampilan yang berkaitan dengan segala bentuk upaya dan tindakan seseorang yang dilakukan secara terencana sehingga individu dapat memanfaatkan waktunya dengan sebaik mungkin. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Deskyanti (2001) menunjukkan bahwa manajemen waktu dan prokrastinasi akademik berkorelasi negatif dan signifikan. Pengelolaan waktu yang tepat sangat dibutuhkan agar tidak banyak waktu yang terbuang sia-sia. Manajemen waktu mencakup penetapan tujuan dan prioritas, menyusun jadwal atau rencana, bersikap asertif, menghindari penundaan dan meminimumkan waktu yang terbuang. Seringkali mahasiswa yang bekerja merasa tidak memiliki waktu yang cukup dalam menjalankan aktifitas belajar dan bekerja secara bersamaan, sehingga prestasi akademik yang ditunjukkannya pun kurang memuaskan. Ketidakmampuan dalam mengatur waktu tersebut, mengakibatkan mahasiswa melakukan prokrastinasi. Namun ada juga mahasiswa yang kuliah sambil bekerja tetapi masih dapat menunjukkan prestasi akademik yang baik. Hal ini disebabkan mahasiswa mampu mengelola waktunya dengan sebaik mungkin, antara kebutuhan untuk belajar dengan kebutuhan untuk bekerja. Faktor lain yang juga turut mempengaruhi terjadinya prokrastinasi akademik menurut Friend (dalam Timpe, 1999) ialah jenis kelamin. Hasil penelitian Raharjo (2011) menunjukkan adanya perbedaan prokrastinasi secara umum yang signifikan berdasarkan jenis kelamin bahwa karyawan pria memiliki skor rerata prokrastinasi secara keseluruhan, prokrastinasi keterbangkitan, dan prokrastinasi menghindar lebih tinggi dibandingkan karyawan wanita. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Caturnada (2008), hasil penelitiannya memberikan kesimpulan yang menyatakan bahwa perempuan memiliki kecendrungan prokrastinasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Perbedaan hasil penelitian ini menjadikan peneliti semakin tertarik untuk mengetahui manakah yang lebih tinggi tingkat prokrastinasinya berdasarkan jenis kelamin dengan mengontrol manajemen waktu. Prokrastinasi Akademik. Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin yaitu procrastination, yang merupakan kombinasi dari kata sifat “pro” yang berarti sebagai gerakan maju dengan “crastinus” yang berarti “milik hari esok” atau jika digabungkan menjadi “menangguhkan atau penundaan sampai hari berikutnya” (Gufron, 2003). Istilah ini pertama kali digunakan oleh Brown dan Holtzman untuk menggambarkan sesuatu kecendrungan menunda-nunda penyelesaian suatu
tugas atau pekerjaan sehingga seseorang, gagal menyelesaikan tugas-tugas tersebut tepat pada waktunya (Rumiani, 2006). Vestervelt mendefinisikan prokrastinasi sebagai suatu kekurang- sesuaian antara intensi, prioritas, atau penentuan tujuan terkait pengerjaan tugas-tugas yang telah ditetapkan (dalam Tjundjing, 2006). Burka dan Yuen (dalam Solomon & Rothblum, 1984) menegaskan kembali dengan menyebutkan adanya aspek irrasional yang dimiliki oleh seorang prokrastinator. Seorang prokrastinator memiliki pandangan bahwa suatu tugas harus diselesaikan dengan sempurna, sehingga dia merasa lebih aman untuk tidak melakukanya dengan segera, karena hal itu akan menghasilkan sesuatu yang tidak maksimal. Istilah prokrastinasi akademik dan non akademik digunakan para ahli untuk membagi jenis-jenis tugas yang cenderung sering ditunda oleh prokrastinator. Prokrastinasi pada area atau bidang akademik yang pada umumnya dilakukan oleh pelajar atau mahasiswa disebut prokrastinasi akademik. Menurut Solomon & Rothblum (1984) prokrastinasi akademik dapat dideskripsikan sebagai kegiatan yang tidak memiliki manfaat yang menunjang akademik yang terjadi akibat perasaan tidak nyaman. Prokrastinasi akademik merupakan penundaan terhadap tugas-tugas akademik yang meliputi enam bidang tugas akademik yaitu tugas menulis paper, belajar menghadapi ujian, membaca, menyelesaikan tugas-tugas administratif, menghadiri pertemuan, dan menyelesaikan tugas-tugas akademik secara umum. Prokrastinasi akademik adalah jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik, misalnya tugas sekolah atau tugas kursus Ghufron (2003). Menurut Ferrari (dalam Rizvi dkk, 1998) bahwa prokrastinasi akademik banyak berakibat negatif, dengan melakukan penundaan, banyak waktu yang terbuang dengan sia-sia, tugas-tugas menjadi terbengkalai bahkan bila diselesaikan hasilnya menjadi tidak maksimal. Silver (dalam Gufron, 2003) mengatakan prokrastinator tidak bermaksud untuk menghindari tugas yang dihadapi tetap hanya menunda untuk mengerjakannya sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan tugas. Penundaan tersebut menyebabkan prokrastinator gagal menyelesaikan tugasnya tepat waktu. Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi akademik adalah suatu perilaku menunda dalam mengerjakan atau menyelesaikan tugas akademik yang disengaja yang dilakukan oleh seorang prokrastinator secara terus menerus sehingga melebih dari batas waktu yang ditentukan dan cenderung melakukan aktivitas lain seperti mahasiswa yang bekerja part time yang cenderung lebih memilih masuk kerja untuk menghilangkan kejenuhan atas tugas-tugas kuliah. Ciri-ciri Prokrastinasi Akademik. Ferrari, Johnson dan McCown (dalam Gufron, 2003) mengungkapkan bahwa prokrastinasi akademik sebagai suatu perilaku penundaan dapat termanifestasi dalam indikator tertentu yang dapat diukur dan diamati. Adapun ciri-ciri prokrastinasi akademik menurut Schouwenburg (dalam Ferrari dkk., 1995) antara lain : (1) Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi, (2) Keterlambatan dalam mengerjakan tugas, (3) Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual, (4) Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan.
Dari ciri-ciri yang dikemukakan diatas, maka Yaakub (Van Wyk, 2004) mengkategorikan prokrastinator menjadi empat tipe, yaitu : a. The Sometimes Procrastinator. Penelitian menunjukkan bahwa 20% manusia melakukan perilaku prokrastinasi dari waktu ke waktu. Tipe ini merupakan seseoorang yang melakukan prokrastinasi setiap harinya. b. The Chornic Procrastinator. Seseorang melakukan tindakan prokrastinasi dalam semua area kehidupan. Perilaku prokrastinasi dapat menjadi gaya hidup bagi prokrastinator kronik c. The Tense-Afraid Type. Seseorang yang sering merasa dibawah tekanan untuk mencapai sukses dan selalu merasa takut gagal sehingga melakukan prokrastinasi. d. The Relaxed Type. Seseorang yang tidak mau ambil pusing dengan tugas yang sedang atau harus dikerjakannya, mereka bisa melakukannya di lain waktu atau lebih memilih melakukan sesuatu yang lebih menyenangkan dan masuk akal dilakukan. Jenis Kelamin. Menurut Baron dan Bryne (2005) jenis kelamin adalah kejantanan atau kewanitaan yang ditentukan oleh faktor genetik yang berperan pada saat konsepsi dan menghasilkan perbedaan dalam fisik dan anatomi. Faqih (2006) mendefinisikan jenis kelamin sebagai pensifatan manusia yang didasari atas perbedaan biologis. Manusia laki-laki memiliki penis dan pabrik sperma sementara perempuan memiliki vagina, alat produksi telur serta alat menyusui. Alat-alat ini melekat pada manusia perempuan dan laki-laki secara bersamaan dan permanen. Alat-alat itu tidak dapat dikurangi dan dilebihi serta tidak mungkin dipertukarkan selamanya, yang merupakan ketentuan Allah yang bersifat kodrati. Chaplin (2006) mendefinisikan jenis kelamin sebagai perbedaan yang khas antara pria dan wanita atau antara organisme yang memproduksi telur dan sel sperma. Selain itu, ia juga menambahkan bahwa sex atau jenis kelamin adalah sebuah perbedaan yang penting atau berarti antara pria dan wanita pada sifat-sifat jasmaniah dan rohaniah atau mentalnya. Pembagian jenis kelamin. Pada remaja tanda-tanda perkembangan perbedaan jenis kelamin ini mulai mengalami proses pematangan yang terbagi menjadi dua ciri yaitu ciri-ciri primer dan ciri-ciri sekunder (Yusuf, 2007). Secara biologis manusia terbagi atas dua jenis, yaitu laki-laki dan perempuan. Monks dan Haditono (2001) mengemukakan ciri-ciri kelamin primer menunjukkan pada organ badan yang langsung berhubungan dengan persetubuhan dan proses reproduksi. Ciri-ciri kelamin sekunder adalah tanda-tanda jasmaniah yang tidak langsung berhubungan dengan persetubuhan dan proses reproduksi namun merupakan tanda-tanda yang khas perempuan dan laki-laki.
Tabel 1. Perbedaan kelamin primer dan sekunder LAKI-LAKI
PEREMPUAN
Perbedaan Kelamin Primer 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Penis Scrotum Testis Epididimis Vas Deferens Vlosika Seminalis Kelenjar Prostat Saluran kencing
1. Alat kelamin luar 2. Labia Minora 3. Klitoris 4. Himen 5. Kelenjar Bartolini 6. Vagina 7. Uterus 8. Tuba Falopi 9. Ovarium Perbedaan Kelamin Sekunder
1. Tumbuh rambut di kemaluan, Ketiak dan muka 2. Tumbuh tinggi besar serta berotot 3. Tumbuh jakun 4. Suara menjadi parau
1. Tumbuh rambut di kemaluan, Ketiak 2. Bentuk tubuh mulai berbentuk yaitu pinggul, pantat, bahu mulai melebar 3. Payudara membesar 4. Kelenjar Bartolinisuara menjadi merdu
Perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Gender melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan baik secara sosial maupun kultural. Gender menunjukan pada segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin individu, termasuk peran, tingkah laku, kecendrungan dan atribut lain. Secara psikologis usia kematangan perempuan lebih awal dibandingkan laki-laki (Hurlock, 2002). Clack dkk (Eggen dan Kauchak, 1997) mengatakan perkembangan perempuan dan laki-laki juga memiliki perbedaan, perempuan tumbuh lebih cepat daripada anak laki-laki, dengan perbedaan pada kemampuan verbal dan keterampilan motorik yang muncul pada awal perkembangan. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Jenis kelamin adalah perbedaan bentuk, sifat dan fungsi biologis laki-laki dan perempuan yang menentukan perbedaan peran mereka dalam menyelenggarakan garis keturunan. Tanda-tanda kelamin primer, sekunder, perlakuan orang tua dan masyarakat merupakan indikator jenis kelamin yang mempengaruhi tidak hanya secara fisik tapi juga secara psikologis, laki-laki dikenal lebih rasional, lebih memegang prinsipnya, cepat mengambil keputusan dan lebih menguasai, sementara perempuan cenderung kurang rasional, manja dan lebih mudah memahami perasaan orang lain, penakut, dan inferior.
Manajemen Waktu. Taylor (1990) menyatakan bahwa manajemen waktu adalah pencapaian sasaran utama kehidupan dengan cara mengesampingkan kegiatan-kegiatan yang tidak penting. Shaw (dalam Gie, 1995) juga berpendapat bahwa keterampilan mengelola waktu dan menggunakan waktu secara efisien merupakan hal yang terpenting dalam masa studi dan seluruh kehidupan seseorang. Menurutnya belajar menggunakan waktu merupakan suatu ketrampilan yang berharga, ketrampilan yang memberikan keuntungan tidak saja dalam studi melainkan sepanjang hidup. Kemampuan menggunakan waktu secara efisien merupakan salah satu prestasi terpenting dalam hidup. Menurut Covey (1994) mengaitkan manajemen waktu dengan manajemen diri dan kunci dari manajemen waktu adalah organisir dan laksanakan menurut prioritas. Pendapat lain mengenai manajemen waktu dikemukakan oleh Douglass (2000) yaitu usaha untuk menggunakan waktu yang ada secara lebih bermakna dan manajemen waktu adalah sebuah keterampilan untuk memperhitungkan waktu agar pekerjaan dapat berjalan secara efektif. Macan (1994) menguraikan definisi manajemen waktu adalah pengaturan diri dalam mengggunakan waktu dengan efektif dan efisien mungkin dengan melakukan perencanaan, penjadwalan, mempunyai kontrol atas waktu, selalu membuat prioritas menurut kepentingannya, serta keinginan untuk terorganisasi yang dapat dilihat dari perilaku seperti mengatur tempat kerja dan tidak menunda-nunda pekerjaan yang harus diselesaikan. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen waktu adalah kemampuan mengelola waktu untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengaktualisasikan dan mampu mengendalikan dalam melakukan hal-hal penting secara efektif dan efisien yang bertujuan mengoptimalkan waktu yang ada sehingga segala hal dapat dikerjakan dengan lebih cepat dan waktu yang singkat. Manajemen waktu tidak hanya membagi waktu untuk melakukan aktivitas yang akan dijalani tetapi mencakup pemberian makna terhadap aktivitas yang dijalani sehingga individu menyadari bahwa aktivitas yang dilakukan adalah aktivitas yang penting. Aspek-aspek Manajemen waktu. Timpe (2002) objek dari manajemen waktu adalah untuk menambah dan mengoptimalkan penggunaan dari waktu luang. Macan (1994) mengemukakan aspek-aspek dalam manajemen waktu yaitu: (1) penentuan tujuan dan prioritas, (2) mekanisasi dari manajemen waktu, (3) kontrol terhadap waktu. Hipotesis Ada perbedaan prokrastinasi antara mahasiswa perempuan dan mahasiswa laki-laki dengan mengontrol manajemen waktu.
METODE PENELITIAN Subyek penelitian ini adalah mahasiswa yang kuliah sambil bekerja sebagai gardep PT. Aseli Dagadu Djokdja. Pengambilan data dilakukan di Gerai Pakuningratan dengan jumlah subyek 56 orang. Penelitian ini menggunakan metode skala yaitu dengan skala prokrastinasi akademik dan skala manajemen
waktu. Metode analisis data dengan menggunakan teknik analisis ko-varians (Anakova), setelah sebelumnya dilakukan uji asumsi yaitu uji normalitas sebaran, uji linieritas hubungan, dan uji homogenitas. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum dilakukan uji hipotesis maka perlu dilakukan asumi terlebih dahulu. Uji asumsi yang digunakan adalah uji normalitas dan uji linieritas dengan hasil sebagai berikut: Tabel 1. Hasil Uji Normalitas Variabel
Mean
SD
Prokrastinasi akademik
47.8750 7.65402
Skor KS-Z 0,488
Manajeman waktu
66.1250 6.29592
0,659
Sig
Ket
0,971
Normal
0,778
Normal
Uji normalitas antara skala manajemen waktu terhadap prokrastinasi akademik F = 6,028 dengan p= 0,019 (p < 0,05) maka hubungannya dikatakan linier. Hasil tersebut menunjukkan bahwa distribusi skala manajemen waktu terhadap prokrastinasi akademik adalah linear atau kedua variabel membentuk garis lurus. Hasil uji korelasi antara manajemen waktu dengan prokrastinasi akademik mahasiswa diperoleh rxy = - 0,327 dengan p = 0,007 (p < 0,05). Hipotesis yang diajukan dinyatakan diterima sehingga dapat disimpulkan ada hubungan negatif yang signifikan antara prokrastinasi dengan manajemen waktu. Semakin tinggi tingkat manajemen waktu yang dimiliki subjek maka akan semakin rendah tingkat prokrastinasi akademik yang dimilikinya. Semakin rendah tingkat manajemen waktu yang dimiliki subjek maka akan semakin tinggi tingkat prokrstinasi akademik pada diri subjek.
Berdasarkan norma kategorisasi dengan distribusi normal dapat disimpulkan bahwa kategorisasi skor subyek adalah sebagai berikut: Tabel 2. Kategorisasi Variabel Prokrastinasi Akademik Interval X < 42 42 ≤ X < 63 X ≥ 63
F 12 43 1
% 21,429 76,786 1,786
Kategori Rendah Sedang Tinggi
Tabel 3. Kategorisasi Variabel Kedisiplinan Melaksanakan Sholat Wajib Interval X < 48 48 ≤ X < 72 X ≥ 72
F 0 45 11
% 0 80.357 11.643
Kategori Rendah Sedang Tinggi
Setelah uji korelasi terbukti signifikan maka selanjutnya dilakukan uji anakova. Sebelum uji anakova terlebih dahulu dilakukan uji homogenitas. Hasil uji homogenitas menunjukkan nilai 0,436 dengan nilai p = 0,512. Berdasarkan kaidah, maka dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan varians skor antar kelompok subjek. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji anakova dengan test of between-Subjects Effects yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan prokrastinasi akademik antara karyawan laki-laki dan perempuan dengan mengontrol variabel manajemen waktu. Hasil analisis test of betweenSubjects Effects tanpa interaksi antara jenis kelamin dan manajemen waktu menunjukkan bahwa variabel jenis kelamin berpengaruh signifikan terhadap prokrastinasi subjek dengan nilai F sebesar 10,732 dan probabilitas 0,002 (p<0,05). Begitu juga dengan variabel covariate manajemen waktu berpengaruh signifikan terhadap prokrastinasi subjek dengan nilai F sebesar 8,956 dan probabilitas 0,004 (p<0,05). Hipotesis diajukan dinyatakan diterima sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan prokrastinasi antara perempuan dan laki-laki. Selain hal tersebut dapat disimpulkan juga bahwa dari rerata (mean) pada jenis kelamin, subjek perempuan memiliki tingkat prokrastinasi akademik lebih rendah daripada subjek laki-laki. Subjek perempuan memiliki mean empirik sebesar 45,590 sedangkan subjek laki-laki memiliki mean sebesar 51,683.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan diterimanya hipotesis yang diajukan oleh peneliti yaitu ada perbedaan prokrastinasi akademik antara karyawan perempuan dan karyawan laki-laki. Karyawan perempuan memiliki tingkat prokrastinasi lebih rendah daripada karyawan laki-laki ditunjukkan dengan hasil analisis test of between-Subjects Effects tanpa interaksi antara jenis kelamin dan manajemen
waktu menunjukkan bahwa variabel jenis kelamin berpengaruh signifikan terhadap prokrastinasi akademik pada karyawan dengan nilai F sebesar 10,732 dan probabilitas 0,002 (p<0,05). Begitu juga dengan variabel covariate manajemen waktu berpengaruh signifikan terhadap prokrastinasi akademik pada karyawan dengan nilai F sebesar 8,956 dan probabilitas 0,004 (p<0,05). Selain hal tersebut dapat disimpulkan juga bahwa dari rerata (mean) karyawan pada jenis kelamin perempuan memiliki tingkat prokrastinasi lebih rendah daripada karyawan laki-laki. Karyawan perempuan memiliki mean sebesar 45,590 sedangkan karyawan laki-laki memiliki mean sebesar 51,683. Menurut Knaus (dalam Rizki, 2009) kecendrungan untuk tidak segera memulai ketika menghadapi suatu tugas yang dilakukan oleh mahasiswa merupakan indikasi dari prokrastinasi. Pelaku prokrastinasi akademik mengerjakan tugas pada menit-menit terakhir batas pengumpulan dan keadaan yang terdesak mengakibatkan munculnya pikiran untuk melakukan kecurangan akademik. Menurut Hendricks (dalam Rizki, 2009) mahasiswa pria lebih tinggi melakukan kecurangan akademik dibandingkan mahasiswa wanita. Hal ini dikarenakan teori sosialisasi peran jenis gender yakni wanita dalam berorientasi lebih mematuhi peraturan dibandingkan mahasiswa pria. Berdasarkan skor prokrastinasi akademik mayoritas subjek termasuk sedang sebesar 76,786 % dan skor manajemen waktu karyawan termasuk sedang sebesar 80,357 % dari 56 subjek. Diterimanya hipotesis dalam penelitian ini sesuai dengan pendapat dari Schouwenburg (Ferrari dkk, 1995) mengungkapkan prokrastinasi sebagai suatu perilaku penundaan yang dapat diukur dan diamati. Ciri-ciri prokrastinasi akademik yaitu (a) adanya penundaan untuk memulai mengerjakan sesuatu, maupun menyelesaikan pekerjaan pada tugas yang dihadapi, (b) adanya kelambanan dalam mengerjakan tugas, (c) adanya kesenjangan waktu dalam mengerjakan tugas antara rencana dan kinerja aktual, (d) melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan dari pada mengerjakan tugas penting yang harus dikerjakan. Prokrastinasi atau penundaan yang dilakukan secara terus- menerus oleh mahasiswa laki-laki maupun perempuan akan mengakibatkan stres, perasaan bersalah dan tertekan, namun antara mahasiswa laki-laki dan perempuan memiliki respon yang berbeda dalam mengatasi hal tersebut. Ketika melakukan penundaan biasanya mahasiswa laki-laki akan menunjukaan respon santai, lebih bersikap tenang dibanding mahasiswa perempuan dan sangat jarang mahasiswa laki-laki yang memperhatikan suasanya hatinya. Kebanyakan mahasiswa laki-laki lebih menikmati penundaan dengan mengalihkan ke pekerjaan lain dan terlibat dalam aktivitas yang lebih menyenangkan dan cenderung mengarah pada sikap negatif seperti mengabaikan tugas akademiknya. Berbeda dengan mahasiswa perempuan ketika melakukan prokrastinasi cenderung bersikap menyalahkan diri sendiri, menyesali keadaan dan sebagainya. Namun jika dibandingkan dengan mahasiswa laki-laki, mahasiswa perempuan masih memiliki keinginan dan usaha yang lebih tinggi untuk menyelesaikan tugas akademiknya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Raharjo (2011) juga menunjukkan adanya perbedaan prokrastinasi secara umum yang signifikan berdasarkan jenis kelamin. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa karyawan pria memiliki skor rerata prokrastinasi secara keseluruhan, prokrastinasi keterbangkitan, dan
prokrastinasi menghindar lebih tinggi dibandingkan karyawan wanita. Karyawan wanita dianggap lebih serius dan lebih tekun dalam menyelesaikan masalah atau pun pekerjaan sampai tuntas. Karyawan pria cenderung sering menanggap gampang tugas yang diberikan, sehingga tingkat penundaan lebih sering dilakukan oleh karyawan pria. Hal ini wajar terjadi mengingat ketika seseorang merasa yakin dapat mengerjakan dan menyelesaikan tugas-tugas tertentu yang diberikan kepada dirinya maka dia cenderung tidak akan takut tidak bisa menyelesaikan pekerjaan apalagi sampai berpikir bahwa hasilnya pasti akan buruk sehingga dia menunda penyelesaian pekerjaan tersebut. Seo (dalam Raharjo, 2011) yang menyatakan bahwa tujuan menghindar dari tugas lebih berpengaruh terhadap prokrastinasi dibandingkan tujuan menyelesaikan tugas. Sirois (dalam Raharjo, 2011) mempertegas pendapat tersebut dengan mengatakan bahwa pikiran dan prasangka mengenai hal buruk yang dapat terjadi sebagai konsekuansi dari keluaran dari tugas yang dilakukan dapat menyebabkan individu melakukan prokrastinasi. Oleh karenanya, banyak orang karena tidak yakin dapat menyelesaikan tugasnya maka dirinya akan menghindari penyelesaian tugas dibandingkan tetapi mengerjakannya mendekati batas waktu penyelesaian. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan terhadap hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Hipoteis yang diajukan dinyatakan diterima sehingga dapat disimpulkan ada hubungan negatif yang signifikan antara prokrastinasi dengan manajemen waktu. Semakin tinggi tingkat manajemen waktu yang dimiliki subjek maka akan semakin rendah tingkat prokrastinasi akademik yang dimilikinya. Semakin rendah tingkat manajemen waktu yang dimiliki subjek maka akan semakin tinggi tingkat prokrstinasi akademik pada diri subjek. 2. Hipotesis yang diajukan dinyatakan diterima sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan prokrastinasi antara perempuan dan laki-laki. Selain hal tersebut dapat disimpulkan juga bahwa dari rerata (mean) pada jenis kelamin, subjek perempuan memiliki tingkat prokrastinasi lebih rendah daripada subjek lakilaki. Subjek perempuan memiliki mean empirik sebesar 45,590 sedangkan subjek laki-laki memiliki mean sebesar 51,683.
Saran Berdasarkan landasan teori, hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan, maka saran yang dapat diberikan penulis adalah sebagai berikut : 1. Bagi subjek Manajemen waktu yang baik sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Kedisiplinan waktu tentunya akan mempengaruhi dalam pencapaian kesuksesan. Mahasiswa yang kuliah dan bekerja harus dapat memanfaatkan waktu dan disiplin terhadap waktu agar keduanya dapat berjalan dengan baik. 2. Bagi Perusahaan Perusahan yang mempekerjakan mahasiswa tentunya mengetahui positif dan negatifnya, pentingnya ada kesepakatan di awal kontrak antara pihak perusahaan dan mahasiswa serta pentingnya perusahaan untuk memberikan training manajemen waktu secara berkala pada karyawannya. Pihak perusahaan juga dapat memotivasi karyawan dengan reward maupun punishment. 3. Bagi pihak Universitas Perlu adanya evaluasi studi secara berkala yang dilakukan universitas kepada mahasiswa dengan cara memberikan pelatihan manajemen waktu yang baik diawal studi (saat mahasiswa baru), bagi fakultas melakukan evaluasi studi setiap semester tentunya akan memebantu pihak fakultas untuk segera mengetahui mahasiswa-mahasiswa yang nilainya menurun, mahasiswa yang terlambat dalam studi, serta yang melakukan prokrastinasi. 4. Bagi peneliti lain Peneliti selanjutnya disarankan untuk menambahkan variabel lain yang selain jenis kelamin dan manajemen waktu yang dapat mempengaruhi tingkat prokrastinasi mahasiswa antara lain seperti usia, tingkat pendidikan, dukungan teman, tingkat kecemasan, disiplin, regulasi emosi, kondisi lingkungan yang lenient. Daftar Pustaka Baron, R. A. dan Bryne, D. 2005. Psikologi Sosial. Jakarta : Erlangga Caturnada, L., Puspitawati, I. 2008. Prokrastinasi Task Differences On Thesis Introvert and Extrovert Personality. http://papers.gunadarma.ac.id/index.php/psychology/article/view/22 9/208. 20 April 2012. Chaplin, J. P. 2006. Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah : Dr. Kartini Kartono. Jakarta : PT. Raja Grafindo persada Covey, S. R., Meril, A. R., dan Mriril, R. R. 1995. First Things First : To Live, to Love, to learn, to Leave a legacy. Penerjemah : Wandi S. Brata. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Douglass, M. E. 2000. Manage Your Time, Manage Your Work, manage Your Self. New York : Amacom
80
Eggen, P. and Kauchak, D. 1997. Educational Psychology :Windows on Classrooms 3rd Edition. New Jersey : Prentice-Hall Inc Faqih, M. 2006. Berdebat Seputar Kelamin. http: //209.85.175.104/ search? q= Cache: CHc3BAixTjuD: www.unsoed.ac.id// Cmsfak/ user files/ file/ PsKp/ Inklokal/ seksualitas % 2520 new. Doc+jenis+kelamin, +faqih&hi:id&ct: cink&cd;19&91:id. 11 April 2012. Ferrari, J.R., Jhonson, J.L., & McCown, W.G. 1995. Procrastination And Task Avoidance : Theory, Research and Treatment. New York : Plenum Press. Ghufron, M. N. 2003. “Bab II Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori”. Hubungan antara Kontrol Diri dan Persepsi Remaja Terhadap Penerapan disiplin orang Tua dengan Prokrastinasi Akademik.http://www.danamandiri.or.id?file/mnurghufronugmbab2 .pdf). 20 April 2012. Gie, T. L. 1995. Cara Belajar yang Efisien. Edisi ke –IV. Jilid II. Yogyakarta : Liberty Hurlock, E. B. 2002. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga Macan, T. H. 1994. Time Management : Test of A Process Model. Journal of Applied Psychology. 79 : 381-391 Monk, K dan Haditono. 2001.Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta : UGM Press Raharjo, W. & Lee, Y. 2011. Prokrastinasi Keterbangkitan dan Menghindar : Kaitanya dengan Efikasi Diri Pada Karyawan. http://papers.gunadarma.ac.id/index.php/psychology/article/view//. 20 April 2012. Rizki, S., A. 2009. Hubungan Prokrastinasi Akdemis Dan Kecurangan Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Skripsi (tidak diterbitkan). Medan : Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Rizvi, A., Prawitasari, J.E., & Soetjipto, H.S. 1997. Pusat Kendali dan Efikasi Diri sebagai Prediktor terhadap Prokrastinasi Akademik Mahasiswa. Jurnal Psikologika No 3, Tahun II, hal 51-56
81
Rumiani. 2006. Prokrastinasi Akademik Ditinjau dari Motivasi Berprestasi dan Stres Mahasiswa. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro Semarang Vol 3, No. 2, hal 37-48. Solomon, L.J., & Rothblum, E.D. 1984. Academic Procrastination: Frequency and Coginitive Behavioral Correlates. Journal of Counceling Psychology, 31, No. 4 Timpe, A.D. 1999. Seri Manajemen Sumber Daya Manusia, Mengelola Waktu. Terjemahan Susanto Boedidharmo. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia. Timpe, A. D,. 2002. Mengelola Waktu. Jakarta : Elex Media komputindo. Tjunding, S. 2006. Apakah Penundaan Menurunkan Prestasi? Sebuah Meta Analisis. Anima Indonesian Psychological Journal Vol. 22, No. 1, hal 17-27. Yusuf, S. 2007. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.