perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERMAIN DAN KELOMPOK UMUR TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN GERAK DASAR
( Eksperimen Perbedaan Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Bermain Individual Games dan Group Groups Games pada Siswa Putra Usia 6,1 – 7,0 Tahun dan d 7,1 – 8,0 Tahun SD Muhammadiyah Program Khusus Surakarta ) TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan
Diajukan oleh : AGUS SUPRIYOKO A. 120809001
PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit 2010 to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING
PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERMAIN DAN KELOMPOK UMUR TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN GERAK DASAR
( Eksperimen Perbedaan Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Bermain Individual Games dan Groups Games pada Siswa Putra Usia 6,1 – 7,0 Tahun dan 7,1 – 8,0 Tahun SD Muhammadiyah Program Khusus Surakarta )
Disusun Oleh AGUS SUPRIYOKO A.120809001 Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Dewan Pembimbing
Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
Pembimbing I
Prof. Dr. H. M. Furqon H., M.Pd
-------------------
---------------
Pembimbing II
Prof. Dr. dr. Muchsin Doewes, AIFO -------------------
---------------
Mengetahui Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan
Prof. Dr. dr. Muchsin Doewes, AIFO NIP. 194805311976031001 commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI
PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERMAIN DAN KELOMPOK UMUR TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN GERAK DASAR ( Eksperimen Perbedaan Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Bermain Individual Games dan Groups Games pada Siswa Putra Usia 6,1 – 7,0 Tahun dan 7,1 – 8,0 Tahun SD Muhammadiyah Program Khusus Surakarta ) Disusun Oleh AGUS SUPRIYOKO A.120809001 Telah disetujui oleh Tim Penguji Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
Ketua
Prof. Dr. Sugiyanto
------------------- ---------------
Sekretaris
Dr. dr. Kiyatno, PFK, M.Or, AIFO
------------------- ---------------
Anggota Penguji
1. Prof. Dr. H. M. Furqon H., M.Pd
------------------- ---------------
2. Prof. Dr. dr. Muchsin Doewes, AIFO ------------------- ---------------
Mengetahui
Ketua Program Studi
Prof. Dr. dr. Muchsin Doewes, AIFO
Ilmu Keolahragaan
NIP. 194805311976031001
Direktur Program
Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D
Pascasarjana
NIP. 195708201985031004
commit to user iii
-------------------
---------------
-------------------
---------------
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini , saya : Nama
: Agus Supriyoko
NIM
: A. 120809001
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis yang berjudul, ” PERBEDAAN
PENGARUH
PENDEKATAN
PEMBELAJARAN
BERMAIN
DAN
KELOMPOK UMUR TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN GERAK DASAR ” adalah benar-benar karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik yang berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, 24 Desember 2010 Yang Membuat Pernyataan
Agus Supriyoko NIM. A120809001
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO Mungkin saja suatu kebaikan dapat diperoleh dari musibah yang menimpa, boleh jadi kalian membenci sesuatu padahal ia amat baik bagi kalian. ( QS. Al Baqarah: 216)
Gerak, gairah dan kekuatan berkumpul anak bersama teman-temannya yang lain pada masa kecilnya akan memberikan tambahan akalnya ketika dewasa (HR. Ath Thirmidzi)
Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari kemarin adalah orang yang beruntung. Bila hari ini sama dengan kemarin, berarti orang merugi. Dan jika hari ini lebih jelek dari kemarin adalah orang celaka. (Ali bin Abi Tholib)
Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu. Orang-orang yang masih terus belajar, akan menjadi pemilik masa depan. Selalu berikhtiar ikuti dengan doa, kemudian bertawakallah ( Penulis )
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada : Kedua orang tuaku Sebagai tanda bakti dan terima kasih Atas doa yang tak pernah henti, nasehat, cinta dan kasih sayang yang selalu hadir, atas keringat serta air mata yang telah menetes untuk mengasuh dan mendewasakan penulis.
Bapak dan Ibu mertua serta Istri yang selalu bisa membuatku tenang, percaya diri dan selalu bersemangat untuk terus mendorongku maju serta anakku tercinta (mas Arya) yang selalu menjadi inspirasiku dan membuatku bahagia untuk tidak menyerah dan terus berjuang.
Kakak-kakakku yang selalu mendukung Keponakan-keponakanku yang imut
Sobatku semua senasib dan seperjuangan Pascasarjana UNS Angkatan 2009, Uztad dan uztazah SD Muhammadiyah PK Surakarta, mas Jujuk, Om Pomo, dan Keluarga besar FKIP UTP Surakarta. Mudah-mudahan persaudaraan ini abadi selamanya
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim, Dengan memanjatkan Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkat dan rahmat Nya, sehingga tesis saya yang berjudul ” Perbedaan Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Bermain Dan Kelompok Umur Terhadap Peningkatan Kemampuan Gerak Dasar”, dapat saya selesaikan dengan baik. Tesis ini tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa bimbingan dan bantuan serta dukungan dari semua pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah saya menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada : a. Prof. Dr. dr. Moch. Syamsul Hadi, SP.KJ selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Program Pasca sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. b. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. c. Prof. Dr. H. Sudjarwo, M.Pd. (Alm) selaku ketua program, program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret atas dukungan dan arahan guna kelancaran studi. d. Prof. Dr. H.M. Furqon H, M.Pd. dan Prof. Dr. Sudjarwo, M.Pd (Alm) serta Dr. dr. Muchsin Doewes, MARS sebagai pembimbing tesis yang telah secara seksama dan dengan penuh kesabaran dalam mencurahkan pikiran, waktu, serta tenaga untuk memberikan bimbingan sampai tesis ini dapat selasai. e. Bapak Muhammad Ali, M.Pd selaku kepala SD Muhammadiyah Program Khusus Surakarta serta staf yang telah membantu terlaksanaannya penelitian ini.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
f. Bapak Pungki Indarto, S.Pd. guru pendidikan jasmani SD Muhammadiyah Program Khusus Surakarta yang juga rekan penulis dalam membantu selesainya penelitian ini dari awal sampai akhir. g. Kakanda Tutik Keluarga kakanda Yani/Sulis, keluarga kakanda Tri/Ika, adinda Arham. h. Keponakan-keponakanku yang imut ( Raisa, Avilia, asqa) i. Keluarga Besar FKIP UTP yang telah memberikan dorongan dan doa sehingga penulisan tesis ini dapat terselesaikan. j. Rekan-rekan program studi IOR angkatan 2009 yang telah membantu dalam proses penyelesaian penulisan tesis ini. k. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas bantuan baik moril atau materiil sehingga dapat terselesaikan penulisan tesis ini Semoga Allah SWT memberikan balasan atas semua kebaikan yang diberikan dengan tulus dan ikhlas. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharap saran dan kritik yang bersifat membangun sebagai bekal demi kesempurnaan tesis ini. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, 24 Desember 2010 Penulis
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ............................................................ iii HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................. iv MOTTO ............................................................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vi KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiv DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv ABSTRAK ........................................................................................................... xvii ABSTRACT .......................................................................................................... xviii BAB I . PENDAHULUAN.................................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah..................................................................
1
B. Perumusan Masalah.........................................................................
7
C. Tujuan Penelitian.............................................................................
7
D. Manfaat Penelitian..........................................................................
8
BAB II. KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN........................ .
9
A. Kajian Teori.....................................................................................
9
1. Perkembangan dan Belajar Gerak.............................................. 9 2. Pendekatan Pembelajaran Bermain............................................ 21 a) Pendekatan Pembelajaran Bermain Individual games (Permainan perorangan)....................................................... 34 1) Karakteristik Permainan Perorangan.............................. 36 2) Kelebihan dan Kekurangan Permainan Peroragan......... 36 b) Pendekatan Pembelajaran Bermain Groups games (Permainan beregu)............................................................... 37
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Karakteristik Permainan Beregu.................................... 39 2) Kelebihan dan Kekurangan Permainan Beregu.............. 40 3. Kelompok Umur......................................................................... 41 a) Pertumbuhan pada Masa Kanak-kanak Awal...................... 46 b) Pertumbuhan pada Masa Kanak-kanak Akhir.....................
52
4. Kemampuan Gerak Dasar.......................................................... 58 a) Perkembaangan Kemampuan Gerak Dasar.......................... 58 b) Gerakan yang Terampil dan Efisien pada Anak-anak........
67
c) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Gerak Dasar.......................................................................... 79 B. Penelitian yang Relevan.................................................................... 84 C. Kerangka Pemikiran.......................................................................... 86 D. Perumusan Hipotesis......................................................................... 90 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 91 A. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................ 91 B. Metode Penelitian............................................................................. 92 C. Variabel Penelitian............................................................................. 93 D. Definisi Operasional Variabel........................................................... 94 E. Populasi dan Sampel......................................................................... 96 F. Kerangka Operasional penelitian...................................................... 97 G. Teknik Pengumpulan data Data........................................................ 98 H. TeknikAnalisis Data.......................................................................... 99 1. Uji Prasarat Analisis..................................................................... 99 a) Uji Normalitas Tes.................................................................. 99 b) Uji Homogenitas..................................................................... 100 2. Analisis Data................................................................................. 101 a.) ANAVA 2 (dua) Jalur……………........................................ 101 b.) Uji Rentang Newman – Keuls setelah ANAVA..................... 103 c.) Hipotesis Statistik.................................................................... 104
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.....................................
106
A. Deskripsi Data................................................................................... 106 B. Uji Reliabilitas................................................................................... 109 C. Pengujian Persyaratan Analisis......................................................... 110 1. Uji Normalitas............................................................................... 110 2. Uji Homogenitas Varians.............................................................. 111 D. Pengujian Hipotesis........................................................................... 112 E. Pembahasan Hasil Penelitian............................................................. 116 BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN................................................ 120 A. Kesimpulan....................................................................................... 120 B. Implikasi........................................................................................... 121 C. Saran................................................................................................. 122 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
123
LAMPIRAN........................................................................................................... 126
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman
Tabel 1. Periodesasi perkembangan berdasarkan usia........................................... 45 Tabel 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan gerak dasar................... 82 Tabel 3. Rancangan faktorial 2 x 2........................................................................ 92 Tabel 4. Validitas General motor ability test (Barry & Nelson 1969 : 118)......... 98 Tabel 5. Reliabilita Stand, Brandford N, Wilson dikutip Mulyono B................... 98 Tabel 6. Ringkasan Anava untuk Eksperimen Faktorial 2 x 2.............................. 101 Tabel 7. Diskripsi data Tes Kemampuan Gerak Dasar tiap kelompok berdasarkan Pendekatan Pembelajaran Bermain dan Usia...................... 106 Tabel 8. Range Kategori Reliabilitas...................................................................... 109 Tabel 9. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data...................................................... 110 Tabel 10. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data...................................................... 110 Tabel 11. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Data.................................................. 111 Tabel 12. Ringkasan Nilai rata-rata Kemampuan Gerak Dasar berdasarkan Pendekatan Pembelajaran Bermain dan Usia siswa................................. 112 Tabel 13. Ringkasan hasil Analisis Varian untuk penggunaan Pendekatan Pembelajaran Bermain (A1 dan A2)........................................................ 113 Tabel 14. Ringkasan hasil Analisis Varian untuk Usia Siswa (B1 dan B2)............. 113 Tabel 15. Ringkasan hasil Analisis Varian Dua Faktor........................................... 113 Tabel 16. Ringkasan hasil Uji Rentang Newman-Keuls setelah Analisis Varians..................................................................................................... 114 Tabel 17. Pengaruh sederhana, Pengaruh utama dan Interaksi faktor A dan B terhadap Kemampuan Gerak Dasar......................................................... 117 Tabel 18. Hasil klasifikasi siswa kelompok umur 6,01 - 7.00 tahun dan 7,01 - 8,00 tahun siswa putra Sekolah Dasar Muhammadiyah Program Khusus Surakarta.................................................................................... 126 Tabel 19. Matriks Hasil Klasifikasi Pendekatan pembelajaran Bermain dan Kelompok Umur..................................................................................... 126 commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 20. Hasil Randomisasi Pengambilan Sampel dan Perlakuan......................... 127 Tabel 21. Rekapitulasi data tes awal general motor ability siswa putra SD Muhammadiyah Program Khusus Surakarta..................................... 128 Tabel 22. Rekapitulasi data tes akhir general motor ability siswa putra SD Muhammadiyah Program Khusus Surakarta..................................... 130 Tabel 23. Rekapitulasi data tes awal dan tes akhir pada kelompok A1................... 132 Tabel 24. Rekapitulasi data tes awal dan tes akhir pada kelompok A2................... 134 Tabel 25. Uji Reliabilitas tes awal Standing Broad Jump...................................... 136 Tabel 26. Uji Reliabilitas tes akhir Standing Broad Jump...................................... 139 Tabel 27. Uji Reliabilitas Tes Awal Shot-put........................................................... 142 Tabel 28. Uji Reliabilitas Data Tes Akhir Shot-put.................................................. 145 Tabel 29. Tabel kerja untuk menghitung nilai Homogenitas dan Analisis Varians...................................................................................................... 152 Tabel 30. Hasil perhitungan data unutk uji Homogenitas dan Analisis Varians...................................................................................................... 153 Tabel 31. Harga-harga yang diperlukan untuk uji Bartlet......................................... 154 Tabel 32. Ringkasan hasil analisis varians............................................................... 156 Tabel 33. Hasil Rentang Newman-Keuls Setelah Anava......................................... 158
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Tingkatan Perkembangan Keterampilan gerak ...............................
14
Gambar 2. Tahap Penampilan Keterampilan ....................................................
20
Gambar 3. Komponen gerakan efisien ............................................................
67
Gambar 4. Komponen Gerakan Ketrampilan Dasar .........................................
95
Gambar 5. Kerangka Operasional Penelitian.....................................................
97
Gambar 6. Histogram Nilai rata-rata hasil tes awal dan tes akhir Kemampuan Gerak Dasar tiap kelompok berdasarkan pendekatan pembelajaran dan usia siswa..................................................................................
107
Gambar 7. Histogram Nilai rata-rata Peningkatan Kemampuan Gerak Dasar pada tiap kelompok perlakuan.........................................................
108
Gambar 8. Bentuk Interaksi perubahan besarnya peningkatan Kemampuan Gerak Dasar.....................................................................................
commit to user xiv
118
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Prosedur dan proses terbentuknya sampel ..................................
126
Lampiran 2. Rekapitulasi data tes awal general motor ability siswa putra SD Muhammadiyah Program Khusus Surakarta................................
128
Lampiran 3. Rekapitulasi data tes akhir general motor ability siswa putra SD Muhammadiyah Program Khusus Surakarta..........................
130
Lampiran 4. Rekapitulasi data tes awal dan tes akhir pada kelompok A1.......
132
Lampiran 5. Rekapitulasi data tes awal dan tes akhir pada kelompok A2 ......
134
Lampiran 6. Uji Reliabilitas tes awal Standing Broad Jump...........................
136
Lampiran 7. Uji Reliabilitas tes akhir Standing Broad Jump .........................
139
Lampiran 8. Uji Reliabilitas Tes Awal Shot-put .............................................
142
Lampiran 9. Uji Reliabilitas Data Tes Akhir Shot-put.....................................
145
Lampiran 10. Uji normalitas data pada kelompok perlakuan pendekatan `
pembelajaran bermain Individual games usia, 6,01-7,00 tahun..
148
Lampiran 11. Uji normalitas data pada kelompok perlakuan pendekatan pembelajaran bermain Individual games usia, 7,01-8,00 tahun..
149
Lampiran 12. Uji normalitas data pada kelompok perlakuan pendekatan pembelajaran bermain Groups games usia, 6,01-7,00 tahun......
150
Lampiran 13. Uji normalitas data pada kelompok perlakuan pendekatan pembelajaran bermain Groups games usia, 7,01-8,00 tahun......
151
Lampiran 14. Tabel kerja untuk menghitung nilai Homogenitas dan Analisis Varians........................................................................................
152
Lampiran 15. Hasil perhitungan data unutk uji Homogenitas dan Analisis Varians........................................................................................
153
Lampiran 16. Uji Homogenitas dengan Uji Barlet............................................
154
Lampiran 17. Analisis Varians..........................................................................
155
Lampiran 18. Uji Rata-rata Rentang Newman-keuls.........................................
157
Lampiran 19. Schedule Pelaksanaan Penelitian.................................................. commit to user
159
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 20. Program perlakuan pendekatan pembelajaran bermain Groups games..............................................................................
160
Lampiran 21. Program perlakuan pendekatan pembelajaran bermain Individual games..........................................................................
163
Lampiran 22. Petunjuk Pelaksanaan Tes Kemampuan Gerak Dasar.................
170
Lampiran 23. Dokumentasi................................................................................
174
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK AGUS SUPRIYOKO. A.120809001. Perbedaan Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Bermain Dan Kelompok Umur Terhadap Peningkatan Kemampuan Gerak Dasar (Eksperimen Perbedaan Pengaruh Pembelajaran Bermain Individual Games Dan groups Games Pada Siswa Putra Usia 6,1 – 7,0 Tahun Dan 7,1 – 8,0 Tahun SD Muhammadiyah Program Khusus Surakarta). Tesis. Program Pascasarjana UNS Surakarta, Januari 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran bermain antara individual games dan groups games pada kelompok umur 6,1 – 7,0 tahun dan kelompok umur 7,1 – 8,0 tahun terhadap peningkatan kemampuan gerak dasar. (2) Perbedaan pengaruh peningkatan kemampuan gerak dasar anatara kelompok umur 6,1 – 7,0 tahun dan 7,1 – 8,0 tahun. (3) Pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran bermain dan kelompok umur terhadap peningkatan kemampuan gerak dasar. Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen yang melibatkan tiga variabel, yaitu variabel independent (pendekatan pembelajaran), variabel atributif (kelompok umur) dan variabel dependent (kemampuan gerak dasar). Penelitian menggunakan rancangan faktorial 2x2. Populasi penelitian adalah siswa putra Sekolah Dasar Muhammadiyah Program Khusus Surakarta tahun pelajaran 2010/2011 yang berumur antara 6 – 8 tahun. Sampel penelitian sebanyak 40 siswa, ditentukan dengan purposive random sampling dengan cara undian. Tes dan pengukuran untuk menaksir kemampuan gerak dasar anak adalah (test of general motor ability) terdiri atas : 1) Standing Broad Jump, 2) Shot-put, 3) Body weight, (Barry L. Jhonson & Jack K. Nelson.1969 :118-119). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Varians (ANAVA) dua jalur yang dilanjutkan dengan uji Rentang Newman Keuls pada taraf signifikansi α = 0,05. Penelitian menyimpulkan : (1) Ada perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran bermain yang bermakna antara individual games dan groups games terhadap peningkatan kemampuan gerak dasar (Fhitung = 6,56 > Ftabel = 4.11). Pengaruh pendekatan pembelajaran bermain groups games lebih baik daripada individual games, dengan rata-rata peningkatan masing-masing yaitu 2,63 dan 2,07. (2) Ada perbedaan pengaruh kemampuan gerak dasar yang bermakna antara siswa usia 6,1 – 7,0 tahun dan siswa usia 7,1 – 8,0 tahun (Fhitung = 5,22 > Ftabel = 4.11). Peningkatan kemampuan gerak dasar pada siswa usia 7,1 – 8,0 tahun lebih baik daripada siswa usia 6,1 – 7,0 tahun, dengan rata-rata peningkatan masing-masing yaitu 2,52 dan 2,15. (3) Terdapat pengaruh interaksi yang bermakna antara pendekatan pembelajaran bermain dan usia terhadap kemampuan gerak dasar. (Fhitung = 16,79 > Ftabel = 4.11). a). Siswa usia 6,1 – 7,0 tahun lebih cocok jika diberikan pendekatan pembelajaran bermain individual games. b). Siswa usia 7,1 – 8,0 tahun lebih cocok jika diberikan pendekatan pembelajaran bermain groups games. Kata kunci : pendekatan pembelajaran bermain, kelompok umur, kemampuan gerak dasar. commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Agus Supriyoko. A. 120809001. The Difference of play learning approach and Age Group Effects on the Improvement of Basic Motor Ability (An Experiment on the Effect of play learning approach between Individual and Group Games in the Male Students in 6,01-7,00 and 7,01-8,00 Years Age in the Special Program of SD Muhammadiyah Surakarta). Thesis. Postgraduate Program of Surakarta Sebelas Maret University, January 2011. This research aims to find out : (1) The difference of play learning approach between individual and groups games effect in 6,01-7,00 and 7,01-8,00 years groups on the improvement of Basic Motor Ability. (2) The difference of Basic Motor Ability effect between the 6,01-7,00 years students and 7,01-8,00 years student. (3) In addition, it also aims to find out the interaction between play learning approach type and age group on the improvement of basic movement. The study was carried out using experimental method involving three variables: independent variable (play learning approach), attributive variable (age group) and dependent variable (Basic Motor Ability). The research design used was a 2x2 factorial design. The population of research was the male students of Special Program SD Muhammadiyah Surakarta in the school year of 2010/2011 in 6-8 year age. The sample taken in this research consisted of 40 students. The sampling technique used was purposive random sampling with lottery method. Test and measurement to estimate the student’s Basic Motor Ability included: test of general motor ability consisting of: 1) Standing broad jump, 2) Shot-put, 3) Body weight, (Barry L. Johnson & Jack K. Nelson. 1969: 118-119). Technique of analyzing data used in this research was a two-way Variance Analysis (ANAVA) followed by Newman Keuls’ Range test at significance level α = 0.05. The research concludes that: (1) there is a difference of play learning approach between individual and group games effect on the Basic Motor Ability. ( Fstatistic = 6.56 > Ftable = 4.11). The effect of group games is better than individual game, with the mean improvement of 2.63 and 2.07, respectively. (2) there is a significant difference of Basic Motor Ability effect between the 6,01-7,00 years students and 7,01-8,00 years students. (Fstatistic = 5.22 > Ftable = 4.11). The improvement of Basic Motor Ability in 78 years students is better than that in 6-7 years students, with the mean improvement of 2.52 and 2.15, respectively. (3) there is a significant interaction effect between the game type and the age on the Basic Motor Ability. (Fstatistic = 16.79 > Ftable = 4.11). a) The 6,01-7,00 years students are more appropriate to be given play learning approach with individual game type. b) The 7,01-8,00 years students are more appropriate to be given play learning approach with group games type.
Key word : play learning approach, age group, basic motor ability
commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, pendidikan jasmani berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya: hubungan antara perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang menjadikannya unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani yang berkepentingan dengan perkembangan total manusia. Pendidikan jasmani diartikan dengan berbagai ungkapan dan kalimat. Namun esensinya sama, jika disimpulkan bermakna jelas, bahwa pendidikan jasmani memanfaatkan fisik untuk mengembangkan keutuhan manusia. Dalam kaitan ini diartikan bahwa melalui fisik, aspek mental dan emosional pun turut terkembangkan, bahkan dengan penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan bidang lain, misalnya pendidikan moral, yang penekanannya benar-benar pada commit to user
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perkembangan moral, tetapi aspek fisik tidak turut terkembangkan, baik langsung maupun secara tidak langsung. Hasil-hasil pendidikan jasmani tidak hanya terbatas pada manfaat penyempurnaan fisik atau tubuh semata, definisi pendidikan jasmani tidak hanya menunjuk pada pengertian tradisional dari aktivitas fisik. Kita harus melihat istilah pendidikan jasmani pada bidang yang lebih luas dan lebih abstrak, sebagai satu proses pembentukan kualitas pikiran dan juga tubuh. Selama ini telah terjadi kecenderungan dalam memberikan makna mutu pendidikan yang hanya dikaitkan dengan aspek kemampuan kognitif. Pandangan ini telah membawa akibat terabaikannya aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, seni, psikomotor, serta life skill. Dengan diterbitkannya Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan akan memberikan peluang untuk menyempurnakan kurikulum yang komprehensif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Untuk menjalankan proses pendidikan, kegiatan belajar dan pembelajaran merupakan suatu usaha yang amat strategis untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pergaulan yang bersifat mendidik itu terjadi melalui interaksi aktif antara siswa sebagai peserta didik dan guru sebagai pendidik. Kegiatan belajar dilakukan oleh siswa, dan melalui kegiatan ini akan ada perubahan perilaku, sementara kegiatan pembelajaran dilakukan oleh guru untuk memfasilitasi proses belajar. Kedua peranan itu tidak terlepas dari situasi saling mempengaruhi dalam pola hubungan antara dua subyek, meskipun di sini guru lebih berperan sebagai pengelola.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
Kegiatan pembelajaran merupakan masalah yang amat kompleks, dan melibatkan keseluruhan aspek psiko-fisik, bukan saja aspek kejiwaan, tetapi juga aspek neuro-fisiologis. Pada tahap awal pembelajaran, siswa baru mengenal substansi yang dipelajari yang menyangkut aspek pembelajaran kognitif, afektif maupun psikomotor. Bagi siswa materi pembelajaran itu menjadi sesuatu yang asing pada mulanya, namun setelah guru berusaha untuk memusatkan dan menarik perhatian siswa pada peristiwa pembelajaran maka sesuatu yang asing itu menjadi berangsur-angsur berkurang. Siswa sangat peduli dengan apa yang dilakukan oleh gurunya. Oleh karena itu, guru harus mengupayakan semaksimal mungkin penataan lingkungan belajar dan perencanaan materi agar terjadi proses pembelajaran yang menarik dan membangkitkan motivasi siswa di dalam mengikuti pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani, ada beberapa faktor pendukung yang diperlukan antara lain faktor guru sebagai penyampai informasi, siswa sebagai penerima informasi, sarana prasarana, dan juga metode atau cara untuk menyampaikan informasi. Metode yang dipilih dan diperkirakan harus cocok digunakan dalam proses pembelajaran teori dan praktek keterampilan, semata-mata untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses. Proses pembelajaran dapat dikatakan efektif bila perubahan perilaku yang terjadi pada siswa setidak-tidaknya mencapai tingkat optimal. Efisiensinya terletak pada kecepatan dikuasainya materi pelajaran yang disajikan, sekalipun dalam waktu yang relatif pendek. Dengan kata lain hendaknya guru dalam mengajar menggunakan pendekatan yang diharapkan mampu memberikan pengalaman yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
berarti kepada siswa, baik secara fisik maupun psikis sehingga akan meningkatkan partisipasi minat gerak seluruh siswa sehingga tingkat kualitas gerak maksimal. Dengan demikian jika metode yang dipilih itu tepat maka efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran itu akan produktif yaitu memberikan hasil yang banyak. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan jasmani tersebut, salah satu upaya yang hendaknya dilakukan adalah dengan mengembangkan kemampuan gerak dan dengan olahraga permainan. The ACC/NCAS dalam Dwi Hatmisari A, dkk (2009:133) mengemukakan bahwa ”anak bermain olahraga untuk (1) memperoleh kesenganan; (2) Persahabatan atau memperoleh teman baru; (3) merasa enak; (4) belajar ketrampilan baru”. Tujuan seperti ini dapat dicapai, jika aktifitas olahraga sesuai dengan anak dan disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuannya. Permainan merupakan salah satu jenis olahraga yang sangat digemari oleh anak-anak. Permainan memberikan kesenangan yang lebih besar bagi siswa. Menurut A.M.Patty : (1999: 1-175) jenis permainan ada enam macam yaitu : (1) permainan perkenalan, (2) permainan perorangan, (3) permainan beregu, (4) permainan pada upacara pesta, (5) permainan dalam air, (6) permainan pramuka. Dalam penerapan pembelajaran pendidikan jasmani disekolah guru jarang sekali memperbaharui pendekatan pembelajaran melalui jenis-jenis permainan yang dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar siswa. Untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar siswa dibutuhkan pendekatan pembelajaran bermain yang sesuai dengan kondisi para siswa. Untuk itu seorang guru harus tepat dalam memilih dan menentukan strategi, cara (metode) atau pendekatan pengajaran, commit tosecara user efektif. Ada beberapa bentuk sehingga tujuan belajar dapat tercapai
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pendekatan pembelajaran bermain yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar. Bentuk pendekatan pembelajaran bermain yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar siswa diantaranya adalah pendekatan pembelajaran bermain individual games dan groups game, namun efektifitas dari kedua bentuk pendekatan pembelajaran bermain tersebut belum diketahui sehingga diperlukan suatu penelitian yang bertujuan untuk mengkaji tentang perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran bermain individual games dan groups game terhadap peningkatan kemampuan gerak dasar. Selain olahraga permainan yang tepat, faktor-faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan dalam proses pembelajaran untuk peningkatan kemampuan gerak dasar adalah umur. Penampilan seorang anak dipengaruhi oleh faktor umur. Faktor umur memiliki tingkat perkembangan yang berbeda secara kapasitas. Setiap kelompok umur berbeda kapasitas fisik, mental dan sosial yang disebabkan faktor individu dan lingkungan. Perbedaan ini memiliki implikasi terhadap proses pembelajaran. Anak yang memiliki tahapan umur lebih tinggi memiliki aspek kognisi yang lebih tinggi pula. Aspek kognisi mempengaruhi penerimaan informasi; makin tinggi tingkat
kognisi
makin
mudah
menerima
informasi.
Fakta
dilapangan
menunjukkan bahwa pembelajaran khususnya pendidikan jasmani kurang memperhatikan karakteristik siswa yang didasarkan pada perkembangan usia. Sebagai contoh pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar anak-anak kelas II diberikan pembelajaran yang sama dengan anak kelas V. Karakteristik fisik dan motorik, perkembangan kognitif dan afektif, serta implikasi program pengembangan gerak dipastikan memiliki oleh karena itu semestinya commit toperbedaan, user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diberikan model pendekatan pembelajaran yang berbeda. Kelompok umur di Sekolah Dasar diperkirakan antara 6 – 12 tahun, maka dalam penelitian ini nantinya akan mengambil sampel siswa kelompok umur 6 – 8 tahun yang diperkirakan duduk dikelas I – III. Uraian diatas menimbulkan permasalahan apakah ada perbedaan hasil pendekatan pembelajaran bermain yang diberikan kepada anak yang memiliki perbedaan usia. Bertolak dari permasalahan di atas, penelitian ini akan membandingkan pengaruh kedua pendekatan pembelajaran bermain tersebut yaitu individual games dan groups games serta membedakan kriteria sampel atas kelompok umur. Sehubungan dengan permasalahan di atas, sebagai orang coba dalam penelitian ini adalah siswa putra usia 6,01 – 7,00 tahun dan 7,01 – 8,00 tahun SD Muhammadiyah Program Khusus Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Siswa putra usia 6,01 – 7,00 tahun dan 7,01 – 8,00 tahun SD Muhammadiyah Program Khusus Surakarta tahun pelajaran 2010/2011 menarik untuk diteliti, berdasarkan kenyataan pelaksanaan pendidikan jasmani yang diajarkan kurang berjalan dengan baik. Pendidikan jasmani yang diajarkan selama ini berdasarkan atau berpedoman pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan kurikulum syariah, tetapi sarana prasarana olahraga masih kurang memadai dan kurangnya variasi dalam memberikan materi pelajaran serta kurangnya
pemahaman
guru
tentang
karakteristik
fisik
dan
motorik,
perkembangan kognitif dan afektif, serta implikasi program pengembangan gerak. Keadaan seperti di atas perlu mendapat perhatian dari pihak sekolah maupun orang tua murid. Kurangnya perhatian tidak adanya komunikasi yang baik commitdan to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dari pihak sekolah ke orang tua murid mengakibatkan keadaan tersebut tidak dapat dicegah secara dini. Jika hal ini tidak segera diatasi akan mempengaruhi pencapaian tujuan belajar mengajar secara menyeluruh. Permasalahan-permasalahan
yang
telah
dikemukakan
di
atas
melatarbelakangi judul ”Perbedaan Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Bermain Dan Kelompok Umur Terhadap Peningkatan Kemampuan Gerak Dasar”. (Eksperimen Perbedaan Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Bermain Individual Games Dan Groups Games Pada Siswa Putra Usia 6,01 – 7,00 tahun dan 7,01 – 8,00 tahun SD Muhammadiyah Program Khusus Surakarta).
B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Adakah perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran bermain antara individual games dan groups games terhadap peningkatan kemampuan gerak dasar ? 2. Adakah perbedaan pengaruh peningkatan kemampuan gerak dasar antara kelompok umur 6,01 – 7,00 tahun dan 7,01 – 8,00 tahun? 3. Adakah pengaruh interaksi pendekatan pembelajaran bermain dan kelompok umur terhadap peningkatan kemampuan gerak dasar?
commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran dan kelompok umur terhadap peningkatan kemampuan gerak dasar, sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mengetahui : 1. Perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran bermain antara individual games dan groups games terhadap peningkatan kemampuan gerak dasar. 2. Perbedaan pengaruh peningkatan kemampuan gerak dasar antara kelompok umur 6,01 – 7,00 tahun dan 7,01 – 8,00 tahun. 3. Pengaruh interaksi pendekatan pembelajaran bermain dan kelompok umur terhadap peningkatan kemampuan gerak dasar.
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini nanti diharapkan dapat bermanfaat : 1. Secara teoritik untuk penelusuran yang lebih mendalam mengenai variabelvariabel pendukung yang turut mempengaruhi keberhasilan siswa dalam meningkatkan kemampuan gerak dasar. 2. Secara praktik dapat digunakan sebagai pedoman diadakan pembelajaran dalam rangka meningkatkan kemampuan gerak dasar siswa. 3. Sebagai masukan bagi guru penjaskes di SD Muhammadiyah Program Khusus Surakarta untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar, sehingga dapat mendukung pencapaian prestasi belajar secara maksimal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
aBAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. KAJIAN TEORI
1. Perkembangan dan Belajar Gerak Pengertian belajar merupakan sesuatu yang kompleks, karena itu pengertiannya bisa bermacam-macam. Belajar bisa dipandang sebagai suatu hasil apabila yang dilihat adalah bentuk terakhir dari berbagai pengalaman interaksi edukatif, bisa dipandang sebagai suatu proses apabila yang dilihat adalah kejadian selama siswa menjalani proses belajar untuk mencapai suatu tujuan, dan bisa juga dipandang sebagai suatu fungsi apabila yang dilihat adalah aspek-aspek yang menentukan terjadinya perubahan tingkah laku siswa. Belajar perlu dibedakan dengan konsep-konsep yang berhubungan seperti berpikir, berperilaku, perkembangan atau perubahan. Demikian pula
Gagne
dalam Brophy (1990 : 129), mengemukakan bahwa “ Hirarki belajar adalah dimana belajar disusun berurutan dari yang paling sederhana ke yang paling kompleks “. Sebagai contoh hirarki mengandung tiga kategori yaitu : (1) Belajar signal adalah belajar suatu respon umum ke dalam bentuk isyarat, misalnya menyiapkan kelas dengan bunyi bel. (2) Belajar respon stimulus yaitu belajar suatu respon stimulus yang tepat ke suatu rangsangan yang dibedakan, misalnya memanggil orang dengan nama-nama yang dibedakan (3) Belajar diskriminasi yaitu belajar membedakan antara anggota dalam kumpulan stimulus yang sama supaya
mempunyai
respon
pada perbedaan ciri individu, misalnya commit to user mengindentifikasi perbedaan jenis-jenis anjing yang berbeda, sehingga dapat
9
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ditarik kesimpulan bahwasannya metode mengajar adalah merupakan salah satu cara untuk menciptakan suatu bentuk pengajaran dengan kondisi yang diinginkan guna membantu tercapainya tujuan proses belajar mengajar secara efektif. Piaget dalam Brophy (1990:134) menyatakan dalam pembelajaran gerak disebut “ Skema Sensor Motorik ” yaitu suatu pembelajaran lebih efisien bila diberikan contoh sehingga dapat meniru dan dengan instruksi verbal dan gambaran visual dapat menggunakannya sebagai penuntun terhadap penampilan dan menjadi tambahan kesempatan dalam praktek dengan umpan balik yang korektif. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Adams (1991:134) bahwa “ Umpan balik dalam belajar keterampilan gerak bersifat internal selain umpan balik internal ini keterampilan gerak juga menghasilkan umpan balik external melalui kejadian di lingkungannya “. Pada pembelajaran keterampilan gerak penting untuk mencegah berkembangnya kebiasaan buruk. Bila siswa tidak diajarkan prinsip dasar dan bentuk
yang tepat, maka mereka dapat
mengembangkan keterampilan yang sangat berfungsi sampai pada tahap tertentu tetapi tidak efisien dan secara potensial tidak produktif. Menurut Winarno Surakhmad (1992:24) bahwa “ Metode mengajar adalah cara yang mempergunakan teknik yang beraneka ragam yang didasari oleh pengertian yang mendalam dari guru akan memperbesar minat belajar muridmurid, sehingga mempertinggi hasil belajar ”. Program yang diberikan kepada siswa harus disusun secara sistematis, berurutan, berulang-ulang dan kian hari bertambah bebannya dan yang mudah sampai dengan yang sulit sehingga dalam menyampaikan pesan dapat ditangkap oleh siswa dan memperoleh hasil belajar commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
secara optimal yang berupa perubahan-perubahan kemampuan permainan ke arah peningkatan kualitas gerak, karena setiap individu memiliki kemampuan gerak dasar yang berbeda. Nana Sudjana (2000:25) menyatakan bahwa “ Hakikat belajar-mengajar adalah peristiwa belajar yang terjadi pada siswa secara aktif berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur oleh guru “. Asumsi yang melandasi hakikat belajar-mengajar tersebut adalah : (a) proses belajar-mengajar yang efektif memerlukan strategi dan teknologi pendidikan yang tepat. (b) program belajar mengajar dirancang dan dilaksanakan sebagai suatu sistem. (c) Proses dan produk belajar perlu memperoleh perhatian seimbang di dalam pelaksanaan
kegiatan-belajar,
(d)
pembentukan
kompetensi
profesional
memerlukan pengintegrasian fungsional antara teori dan praktek serta materi penyampaiannya.
(e)
pembentukan
kompetensi
profesional
memerlukan
pengalaman lapangan, latihan keterampilan terbatas sampai dengan pelaksanaan dan penghayatan tugas-tugas kependidikan secara lengkap dan aktual, (f) kriteria keberhasilan yang mana dalam pendidikan adalah pendemonstrasian penguasaan kompetensi, (g) materi pengajaran, sistem penyampaiannya selalu berkembang. Pendidikan jasmani adalah disiplin akademik yang bersifat interdisipliner pengembangannya sangat bergantung dari ilmu yang menyangga (psikologi, kesehatan. filsafat, pendidikan, pengajaran dan sebagainya. Untuk dapat mengembangkan pendidikan jasmani sebagai disiplin, prasyarat mutlak yang harus
dilaksanakan
adalah
insan
akademik
pendidikan
jasmani
untuk
mengeksplorasi ilmu-ilmu penyangganya, tanpa menguasai ilmu penyangga pendidikan jasmani akan semakin jauh tertinggal, karena pengembangan konsep commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan teori ilmu penyangganya maju dengan pesat. Ilmu pengajaran merupakan salah satu penyangga pendidikan jasmani, baik teoritis maupun praktis. Pengajaran pendidikan jasmani tidak akan berkembang tanpa mengikuti perkembangan ilmu pengajaran. Demikian pula ilmu pengajaran itu tidak akan berkembang tanpa mengikuti perkembangan teori belajar. Menurut Gagne dalam Sugiyanto (1998:267), bahwa “ belajar adalah suatu perubahan pembawaan atau kemampuan yang bertahan dalam jangka waktu tertentu dan tidak semata-mata disebabkan oleh proses pertumbuhan “. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Toeti Soekamto (1992:71), bahwa “ Tujuan belajar merupakan komponen sistem pengajaran yang sangat penting di dalamnya meliputi pemilihan metode mengajar yang dipakai, sumber belajar yang dipakai, harus bertolak dari tujuan belajar yang akan dicapai ”. Oleh karena kompleksitas pengembangan teori yang saling berkaitan, maka dalam strategi pengembangan ilmu pendidikan jasmani akan semakin berkembang apabila insan akademiknya mampu mempelajari dan mengembangkan ilmu penyangganya. Belajar mempunyai makna sebagai proses perubahan tingkah laku akibat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Belajar gerak menurut Magill (1980:8) adalah “ Perubahan dari individu yang didasarkan dari perkembangan permanen dari individu yang dicapai oleh individu sebagai hasil praktek ”. Di dalam belajar gerak, materi yang dipelajari adalah pola-pola gerak keterampilan tubuh, misalnya gerakan-gerakan olahraga. Proses belajarnya meliputi pengamatan gerakan untuk bisa mengerti prinsip bentuk gerakannya, kemudian
menirukan dan
mencoba melakukannya berulang kali. Dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
13 digilib.uns.ac.id
menerapkan pola-pola gerak yang dikuasai di dalam kondisi tertentu yang dihadapi dan pada akhirnya diharapkan siswa mampu menyelesaikan tugas-tugas gerak tertentu. Pada awal tahap pembelajaran siswa yang baru mengenal subtansi yang dipelajari baik yang menyangkut pembelajaran kognitif, afektif, dan psikomotor bagi siswa materi pembelajaran itu menjadi asing pada awalnya, namun setelah guru berusaha untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa pada materi pembelajaran, maka diharapkan sesuatu yang asing bagi siswa tersebut berangsurangsur hilang dengan sendirinya. Dalam tahap ini seorang guru harus mengupayakan pembelajaran dengan menata lingkungan belajar dan perencanaan materi yang akan dipelajari atau akan dibahas. Guru harus berperan sebagai fasilitator dan motivator sehingga siswa berminat untuk mengikuti pembelajaran. Klasifikasi tingkah laku domain kognitif, afektif dan psikomotor seperti telah dikemukakan sebelumnya. Domain kognitif Guiford dalam Magill (l980:2), menamakan “intelectual activities” yaitu “ kemampuan individu dalam hubungannya dengan pengenalan informasi, dan ingatan yang berkenaan dengan aktivitas berpikir ”. Kemudian domain afektif adalah penalaran yang mempunyai peran penting sebagai motivasi dalam belajar keterampilan gerak dan yang terakhir adalah domain psikomotor sangat penting dalam belajar keterampilan gerak, karena berhasil tidaknya seseorang memahami keterampilan gerak dari gerakan yang sederhana ke dalam gerakan yang lebih kompleks. Belajar gerak terjadi dalam bentuk atau melalui respon-respon muskular yang diekspresikan dalam gerakan-gerakan bagian tubuh. commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut
Pate,
Rotella dan
McClenaghan
(1993:201),
bahwa
“
Pembelajaran bertahap keterampilan gerakan yang rumit adalah fenomena yang kompleks dimulai secara periodik dalam kandungan dan berlangsung sampai usia dewasa “. Kemampuan untuk bergerak dengan baik dalam lingkungan seseorang tergantung pada perpaduan aspek sensorik dan aspek sistem syaraf secara efisien”. Sebelum memulai dengan pembahasan tentang perbaikan keterampilan olahraga tingkat lanjut, perlu terlebih dahulu dibahas bagaimana seseorang memperoleh kemampuan untuk dapat bergerak dengan kompleks. Tanpa informasi dasar ini akan sulit bagi guru untuk memahami mengapa beberapa penampilan mempunyai kesulitan yang lebih besar dalam menguasai gerakan yang menuntut keterampilan siswa. Pembelajaran bertahap keterampilan gerak dapat benar-benar dipahami apabila menggunakau model “tingkatan”. Ketika seorang anak menjadi dewasa sistem syaraf otot mulai mampu melakukan gerakan yang makin lama makin sulit.
Gambar 1. Tingkatan Perkembangan Ketrampilan gerak. Sumber. Pate, Rotclla commit to user dan McClenaghan (1993:202)
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
Perkembangan gerak adalah suatu proses yang terjadi sejalan dengan bertambahnya usia dimana secara bertahap dan bersinambung gerakan individu meningkat dari keadaan sederhana, tidak terorganisasi dan tidak trampil ke arah penampilan gerak yang kompleks dan terorganisasi dengan baik, yang pada akhirnya ke arah penurunan ketrampilan menyertai terjadinya proses menua. Perkembangan gerak dapat dibagi dalam dua periode utama : tahap praketerampilan dan tahap perbaikan keterampilan. Dalam masing-masing tahap terdapat tingkatan yang berurutan yang digunakan untuk membantu dalam menggambarkan pengamatan tingkah laku. Pada tahap pra-keterampilan tingkah laku gerak awal dimulai kira-kira pada periode 6 bulan dalam kandungan dan terus berlangsung sepanjang kehidupan seseorang. Perbaikan kemampuan gerakan selama periode bayi dan masa anak-anak awal terpusat pada perolehan kemampuan yang memberikan dasar pada semua perkembangan keterampilan lebih lanjut. Pada tahap ini pengembangan pra-keterampilan gerak, gerakan bayi diperbaiki dari gerak reflek awal menjadi pola dasar yang sangat terkoordinasikan atau bisa dikatakan bahwa tahap ini adalah merupakan “periode kritis” dalam pencapaian ketrampilan gerak. Tiga tingkatan dalam tahap ini adalah tingkat refleksi, integrasi sensorik (penggabungan sensor) dan pola gerakan dasar. Tingkatan refleksi adalah unit yang paling sederhana dan otot (neoromuskular). Menurut Sage dalam Pate, Rotella dan McClenaghan (1993:203), bahwa “ Gerakan refleks adalah akibat dari rangsangan reseptor sensoris yang mengirimkan suatu tanda sepanjang jalur syaraf refleks dan balik ke serabutcommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
16 digilib.uns.ac.id
serabut otot ”. Biasanya, gerakan-gerakan ini dikendalikan pada tingkat jaringan syaraf tulang belakang gerak reflek ini mempunyai peranan penting dalam olahraga. Misalnya penjaga belakang (catcher) baseball harus melihat bola yang masuk dalam sarung tangannya meskipun naluri alamiah adalah berkedip. Tingkatan integrasi sensoris adalah gerakan dini terkendali yang cenderung kasar dan tidak teratur. Bayi memperoleh pengaturan terkendali yang makin bertambah atas otot-otot rangka yang lebih besar dan kemudian memperoleh kekuatan untuk membuat penyesuaian sikap tubuhnya dalam belajar bergerak. Selama penampilan gerakan sederhana yang terpisah, anak mulai mengintegrasikan masukan dari berbagai penerima sensoris dengan penampilan gerakan motorik. Proses Perseptual ini penting untuk perolehan tingkah laku gerak yang efisien. Anak-anak segera belajar melalui pengamatan untuk menggunakan masukan sensoris guna membuat keputusan yang sesuai untuk menghasilkan respon gerak. Perkembangan pola gerakan dasar dimulai pada awal masa anak-anak usia 2 – 8 tahun ditunjukan oleh pencapaian dan perkembangan yang cepat dari kemampuan gerak yang semakin kompleks. Pengembangan gerak selama dua tingkatan pertama sangat tergantung pada proses kematangan sebagai akibat dari bertambahnya usia dan tidak terlalu tergantung pada pengalaman anakanak, tetapi tingkatan pola gerak dasar menandai peralihan yang cepat dari perkembangan yang berdasar pada kematangan menuju suatu proses yang sangat tergantung dari pemikiran dan proses pernbelajaran keterampilan gerak. Istilah terampil telah digunakan oleh pengarang yang berbeda untuk menggambarkan tingkat kemampuan yang bervariasi. Meskipun istilah ini commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memiliki banyak pengertian pada umumnya yang dimaksud adalah penampilan gerakan yang lebih tinggi. Sage dalam Pate, Rotella dan McClenaghan (1993:204) bahwa “ Penampilan yang terampil sering ditandai dengan penampilan yang mudah, mulus, dan kemampuan untuk menanggulangi kondisi lingkungan ”. Keterampilan olahraga adalah gerakan-gerakan tersebut yang dikaitkan dengan kegiatan olahraga. Selama masa awal pra-remaja anak-anak mulai sangat mementingkan keikutsertaan yang berhasil dalam olahraga. Ketika remaja telah membatasi pilihannya dan berkonsentrasi pada keterampilan gerak, tekanan harus diarahkan pada perbaikan keterampilan tersebut. Keterampilan olahraga dapat menjadi lebih baik ketika kesempatan untuk turut serta dalam kegiatan yang cocok bertambah. Tahap-tahap dalam perolehan keterampilan olahraga mencakup periode perkembangan perbaikan, penampilan, dan kemunduran. Satu hal yang sangat penting adalah bahwa cara seseorang dalam tahap-tahap perkembangan tergantung pada kecenderungannya untuk ikut serta kegiatan yang berorientasi pada kegiatan olahraga. Tingkat perbaikan keterampilan remaja secara terus menerus mulai mengatur pola gerak dasar dengan penuh terpadu. Gerakan dasar secara penuh sudah terkuasai. Latihan diperlukan untuk perbaikan keterampilan dan pengendalian gerakan. Program gerak ini didefinisikan sebagai suatu perangkat perintah gerak yang membantu dalam menampilkan pola keterampilan gerak yang sulit dengan campur tangan susunan syaraf sadar yang terbatas. Latihan yang terus-menerus selama tingkat perkembangan ini penting untuk mengembangkan mekanisme kontrol
gerakan. Kemampuan dalam commit to user
mengontrol gerakan akan
perpustakaan.uns.ac.id
18 digilib.uns.ac.id
memberikan kemungkinan bagi seseorang untuk berbuat sesuai dengan yang seharusnya dilakukan akan lebih mudah untuk mengikuti aturan-aturan, termasuk mengikuti aturan agar dirinya dapat menjadi terampil. Belajar gerak adalah mempelajari pola-pola gerak keterampilan tubuh, proses belajarnya melalui pengamatan dan mempraktekkan pola-pola yang dipelajari. Periode pra-remaja sangat penting dalam pembelajaran gerak yang makin terpadu. Schmidt dalam Pate, Rotella dan McClenaghan (1993;205) menggunakan dasar kognitif dari bagan untuk menolong perolehan penampilan yang terampil bahwa Program gerak yang disimpan dalam selaput otak bukan rekaman khusus dari gerakan-gerakan, tetapi lebih merupakan aturan-aturan umum yang membantu mengatur penampilan. Hal senada diungkapkan oleh Fitts, Adams dalam Pate, Rotella dan McClenaghan (1993 : 205) menandai tiga langkah dalam perolehan yang terampil. Tampaknya semua pelaku tanpa pandang umur, maju melalui langkah-langkah perkembangan berikut ini : Langkah 1. Tingkat kognitif ditandai oleh usaha pertama siswa untuk menguasai suatu keterampilan gerak baru atau dengan kata lain proses belajarnya diawali dengan aktif berpikir tentang gerakan yang dipelajari. Siswa berusaha untuk mengetahui dan memahami gerakan dari informasi yang diberikan kepadanya Langkah 2. Tingkat asosiatif yaitu dalam perbaikan keterampilan olahraga ditandai oleh naiknya penampilan melalui latihan dan pada saat program gerak dibuat atau seorang siswa sudah mampu melakukan gerakan-gerakan dalam bentuk rangkaian yang tidak tersendat-sendat dalam pelaksanaannya commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Langkah 3. Tahap otonom. Latihan yang rutin dan terus-menerus menghasilkan perbaikan lebih lanjut dari keterampilan gerak rnenjadi suatu gerak yang otomatis. Dalam kegiatan ini, hanya sedikit perhatian yang dibutuhkan agar siswa dapat memusatkan perhatian pada faktor lingkungan yang mempengaruhi penampilannya. Guru yang berpengalaman dapat dengan mudah mengamati siswa yang banyak dengan siapa belajar melewati tahap-tahap perbaikan keterampilan. Dampak
pengajaran
ini
sangat
jelas,
pengalaman
belajar awal
harus
memungkinkan terjadinya waktu untuk pemrosesan kognitif dalam lingkungan yang terkendali. Jika keterampilan membaik, waktu latihan harus dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan seorang siswa menampilkan kegiatan itu dalam berbagai situasi lingkungan. Sebagai contoh, tingkatan awal dalam mengajar teknik ketrampilan melempar sebuah objek ( misalnya, bola ) dari bawah, samping atau atas secara bertahap berkembang dan kemudian di gunakan dalam berbagai ketrampilan olahraga dan rekreasi. Tujuan guru memberikan materi latihan dasar ini adalah tercapainya kemampuan untuk menampilkan segala macam keterampilan yang mungkin dibutuhkan dalam pertandingan yang sebenarnya. Untuk itu siswa harus memperhatikan contoh gerakan dan merespon gerakan tersebut. Dalam tahap otonom ini keterampilan gerak yang dikuasai oleh siswa akan berlanjut sejalan dengan bertambahnya latihan dan berlanjut ke tahap yang lebih kompleks. Tingkatan penampilan keterampilan bertambah pada saat remaja memasuki tahap perbaikan keterampilan otonom. Minat remaja sudah pada commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
aktifitas kompetitif. Lingkungan remaja memandang penguasaan keterampilan sebagai suatu prestasi
yang perlu ditampilkan. Prestasi puncak sebagian besar
nomor-nomor olahraga dicapai pada tahap ini. Pada tahap ini perbaikan keterampilan menjadi kompleks sekali. Schmidt dalam Pate. Rotella dan McClenaghan (1993:205) menunjukkan bagaimana mengubah satu variabel kecepatan mengayun dapat mempengaruhi kemampuan keseluruhan seorang pemukul baseball. la menemukan bahwa menambah kecepatan memukul memberikan lebih banyak waktu untuk memonitor melayangnya bola yang tampak sebelum memulai gerakan. Hal ini dapat di lihat pada gambar 2.
Gambar 2. Tahap Penampilan Keterampilan. Sumber Pate, Rotella dan McClenaghan. (1993:206) Tahap kemunduran keterampilan merupakan konsekuensi alamiah dari terjadinya proses penuaan. Proses penuaan ditandai dengan merosotnya fungsi fisik dan fisiologis, dan kemunduran keterampilan. Pada tahap ini pemusatan penampilan berubah dari lingkungan yang sangat menantang ke hal-hal yang lebih berkaitan dengan rekreasi. Seseorang telah berpartisipasi dalam kegiatan commityang to user
perpustakaan.uns.ac.id
21 digilib.uns.ac.id
olahraga sejak dini harus mengarahkan tenaga mereka pada aktivitas lain yang sesuai dengan kemampuannya. Namun semua ini tergantung pada keinginan olahragawan tersebut untuk tetap aktif dalam kegiatan olahraga yang mereka ikuti sebelumnya. Seseorang yang sebelumnya ikut serta dengan aktif dalam suatu olahraga yang terorganisasi dengan baik mungkin akan merasa kehilangan akan keterampilan yang dimiliki sebelumnya kesimpulannya adalah bahwa setelah usia 25 tahun ada kemunduran yang bertahap pada semua segi penampilan gerakan cabang olahraga. Faktor lain yang ikut mempengaruhi kemunduran keterampilan gerak. Menurut Scmidt dalam Pate, Rotella dan McClenaghan (1993:207) bahwa “ Penampilan yang optimal biasanya dicapai pada usia lebih awal dalam olahraga yang memerlukan kecepatan dan kekuatan, sedangkan aktivitas yang menekankan pada kemampuan kognitif, seperti halnya strategi, dapat menjadi dikuasai dengan bertambahnya umur ”.
2. Pendekatan Pembelajaran Bermain Pembelajaran menurut Buku Diknas (2003: 7) mendefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subyek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subyek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Dengan demikian jika pembelajaran dipandang sebagi suatu sistem, berati pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisir antara lain: tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi commit to user pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran (misalnya layanan remedial).
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sebaliknya bila pembelajaran dipandang sebagai proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar. Proses tersebut dimulai dari merencanakan program pengajaran tahunan, semester, dan penyusunan persiapan mengajar berikut penyiapan perangkat kelengkapannya antara lain berupa alat peraga, dan alat-alat evaluasi. Pendekatan menurut Buku Diknas (2003: 9) merupakan suatu rangkaian tindakan yang terpola atau terorganisir berdasar prinsip-prinsip tertentu (misalnya dasar filosofis, prinsip psikologis, prinsip didaktis, atau prinsip ekologis) yang terarah secara sistematis pada tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian pola tindakan tersebut dibangun di atas prinsip-prinsip yang telah terbukti kebenarannya sehingga tindakan-tindakan yang diorganisir dapan berjalan secara konsisten ke arah tercapainya tujuan dan teratasinya suatau masalah. Pendekatan merupakan cara untuk mendekati agar hasil pembelajaran menjadi baik. Tujuan pembelajaran adalah anak mampu secara tepat menguasai dasar-dasar keterampilan yang diajarkan. Pembelajaran merupakan usaha untuk merubah perilaku anak, proses perubahan perilaku sebagai akibat anak mampu menerima informasi, meniru dan menguasai keterampilan yang diajarkan. Anak yang semula belum mampu melakukan gerak keterampilan dapat melukukan secara baik. Pendekatan pembelajaran merupakan aset yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Model pendekatan pembelajaran ditinjau dari sisi interaksi guru dan siswa terdiri dari beberapa gaya mengajar maupun pendekatan pembelajaran berdasakan materi yang menjadi bahan pembelajaran. commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, menurut Wina Senjaya (http://smacepiring.wordpress.com/ 2008) ”Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran”, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach). Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Ada empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu : 1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya. 2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran. 3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
24 digilib.uns.ac.id
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha. Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah: 1) Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik. 2) Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif. 3) Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran. 4) Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan. Sementara itu Wina Senjaya (http://smacepiring.wordpress.com/ 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning. Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif. commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Strategi
pembelajaran
sifatnya
masih
konseptual
dan
untuk
mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something”. Jadi, metode pembelajaran
dapat
diartikan
sebagai
cara
yang
digunakan
untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Bermain (play) adalah suatu kegiatan yang bentuknya sederhana dan menyenangkan. Kegiatan bermain sangat disukai oleh anak-anak (siswa). Hal ini dapat dilihat pada waktu bel istirahat berbunyi atau bel berakhirnya pelajaran, para siswa langsung berebut keluar kelas untuk bermain di halaman sekolah, mereka
berlari
berkejar-kejaran,
berjingkrak-jingkrak,
melompat-lompat,
melempar-lempar, dan lain-lain. Bermain yang dilakukan tertata, mempunyai manfaat yang besar bagi siswa. Bermain dapat memberikan pengalaman belajar yang sangat berharga untuk siswa. Pengalaman itu bisa berupa membina hubungan sesama teman dan menyalurkan perasaan yang tertekan. Bermain adalah kegiatan yang tidak berpretensi apa-apa, kecuali sebagai luapan ekspresi, pelampiasan ketegangan, atau menirukan peran. Dengan kata lain aktifitas bermain dalam nuansa keriangan itu memiliki tujuan yang melekat di dalamnya. Menurut Rusli Lutan (2001: 31) Memaparkan karakteristik “ bermain sebagai aktivitas yang dilakukan secara bebas dan sukarela ”. Bermain itu sendiri hakikatnya bukanlah suatu kesungguhan tetapi bersamaan dengan itu pula, kita melihat kesanggupan yang menyerap konsentrasi dan tenaga mereka ketika commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sedang bermain. Menurut Sukintaka (1992: 2) “ Apabila bermain bertujuan untuk memperoleh uang atau perbaikan rekor maka bukan merupakan bermain lagi ”. Dengan demikian dapat diambil suatu kesimpulan bahwa dalam bermain merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan dengan sungguh-sungguh tetapi bermain bukan suatu kesungguhan. Rasa senang bermain itu harus disebabkan karena bermain itu sendiri, bukan suatu yang terdapat di luar bermain. Bermain senantiasa melibatkan perasaan atau emosi kita, melibatkan pikiran atau panca indera kita yang pasti bermain mendatangkan suka cita dan kegembiraan sebagai pelepas dari banyaknya rutinitas, sehingga bermain pada anak berlangsung dengan tidak sungguh-sungguh. Akan tetapi bersamaan itu pula, kita melihat kesanggupan yang menyerap konsentrasi dan tenaga mereka ketika sedang bermain. Berkaitan dengan tujuan bermain, Gusril dalam desertasinya tahun 2004, menyimpulkan bahwa tujuan anak-anak dalam melakukan permainan dapat ditinjau dari beberapa aspek sebagai berikut: (1) aspek kognitif antara lain menambah wawasan bermain, melatih pola berfikir; (2) aspek psikomotorik antara lain: terampil dalam bermain, melatih fisik; (3) menyenangkan hati; dan (4) aspek sosial antara lain: menambah pergaulan dan keakraban, rekreasi dan agar tidak dihina. Selain itu, perasaan anak sewaktu dan sesudah melakukan bermain antara lain: merasa senang, gembira, bugar, dan bersemangat. Lebih lanjut Gusril menyatakan terdapat hubungan antara aktivitas bermain dengan kemampuan motorik siswa SD Negeri Kota Padang. Dalam artian, semakin tinggi aktivitas commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
27 digilib.uns.ac.id
bermain yang mengeluarkan energi yang cukup, berguna untuk kesehatan dan pertumbuhan. Ada beberapa keuntungan yang diperolah dari aktivitas bermain bagi anakanak sebagai berikut: (1) mengubah ekstra energi, (2) mengoptimalkan pertumbuhan seluruh begian tubuh seperti tulang, otot, dan organ-organ, (3) dapat meningkatkan nafsu makan anak, (4) anak belajar mengontrol diri, (5) berkembangnya berbagai keterampilan yang berguna sepanjang hidupnya, (6) meningkatkan daya kreativitas, (7) mendapat kesempatan menemukan arti bendabenda yang ada di sekitar anak, (8) merupakan cara untuk mengatasi kemarahan, kekuatiran diri, iri hati, dan kedukaan, (9) kesempatan untuk bergaul dengan anak lainnya, (10) kesempatan menjadi pihak yang kalah atau menang di dalam bermain, (11) kesempatan untuk belajar mengikuti aturan-aturan, dan (12) dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aktifitas bermain adalah: (1) ekstra energi, (2) waktu yang cukup untuk bermain, (3) alat permainan, (4) ruangan untuk bermain, (5) pengetahuan cara bermain, dan (6) teman bermain. Sedangkan M. Furqon H. (2008: 4) berpendapat, “ Bermain merupakan cara untuk bereksplorasi dan bereksperimen dengan dunia sekitar sehingga menemukan sesuatu dari pengalaman bermain ”. Mempelajari suatu cabang olahraga yang dikonstruksi dalam bentuk bermain menuntut siswa untuk mandiri dan memecahkan permasalahan yang muncul dalam permainan. Dalam pendekatan bermain siswa dituntut mengaplikasikan teknik ke dalam suatu permainan. Tidak menutup kemungkinan teknik yang buruk atau rendah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
28 digilib.uns.ac.id
mengakibatkan permainan kurang menarik. Untuk itu seorang guru harus mampu mengatasinya. Dalam hal ini Rusli Lutan dan Adang Suherman (2000: 35-36) menyatakan: Manakala guru atau pelatih menyadari bahwa rendahnya kualitas permainan disebabkan oleh rendahnya kemampuan skill, maka guru mempunyai beberapa pilihan sebagai berikut: a) Guru dapat terus melanjutkan aktivitas permainan untuk beberapa lama sehingga siswa menangkap gagasan umum permainan yang dilakukannya. b) Guru dapat kembali pada tahapan belajar yang lebih rendah dan membiarkan siswa berlaih mengkombinasikan keterampilan tanpa tekanan untuk menguasai strategi. c) Guru dapat merubah keterampilan pada level yang lebih simpel dan lebih dikuasai sehingga siswa dapat konsentrasi belajar startegi bermain. Memahami dan memberikan solusi yang tepat adalah sangat penting dalam pembelajaran bermain, jika pelaksanaan pembelajaran tidak sesuai seperti yang diharapkan. Selama pembelajaran berlangsung seorang guru harus mencermati kegiatan permainan sebaik mungkin. Kesalahan-kesalahan yang dilakukan selama bermain harus dicermati dan dibenarkan. Jika kesalahan-kesalahan yang dilakukan selama bermain dibiarkan akan berakibat penguasaan skil yang salah, sehingga tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai. Aktivitas bermain sering diidentikkan dengan dunia anak-anak, sebab anak-anak lebih sering menghabiskan waktunya untuk bermain. Akan tetapi, permainan atau bermain sering dimaksudkan dengan suatu aktivitas yang bernada negatif (kurang berarti) setidaknya dilihat dari fungsi seperti kegiatan bernuansa canda, senda gurau dan lebih jauhnya tidak serius, tidak sungguh-sungguh, menghamburkan waktu efektif yang mengarah pada suatu aktivitas atau kegiatan yang tidak berguna. Padahal secara tidak langsung, anak commit to user akan memulai kegiatan belajar salah satunya melalui aktivitas bermain. Yudha M
perpustakaan.uns.ac.id
29 digilib.uns.ac.id
Saputra (2001: 6) berpendapat bahwa, ” bermain dapat memberikan pengalaman belajar yang sangat berharga untuk siswa, pengalaman itu bisa berupa membina hubungan dengan sesama teman dan menyalurkan perasaan yang tertekan ”. Ahli lain menyatakan, kegiatan bermain bukan hanya sekedar pengisi waktu luang, tetapi menjadi suatu kebutuhan. Apabila kebebasan bermain tersebut atau spontanitasnya ditunda, maka di masa selanjutnya daya kreatif, imajinasi bahkan kemampuan belajar anak akan mengalami hambatan. Dari pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa, bermain bukanlah suatu perbuatan ataupun aktivitas yang melulu merugikan bagi yang melakukannya, tetapi dapat dipandang juga sebagai suatu media ataupun alat yang kaya akan imajinasi dan kreatifitas. Secara tidak langsung wahana bermain dapat memberikan suatu metode pembelajaran yang menggabungkan segala unsur (kesenangan, motivasi, rasa ingin tahu, minat ataupun simulasi, modelling, problem solving, dan lain-lain). Aktivitas yang kita namakan bermain itu sebenarnya adalah media belajar bagi anak-anak, hanya penafsirannya saja yang berbeda. Untuk itu, mengapa kita harus melarang bermain pada anak, sedangkan kegiatan yang kita namakan bermain itu sebenarnya merupakan media belajar buat mereka. Bermain merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dengan masa kanak-kanak. Dapat dikatakan bahwa, hampir semua waktunya dihabiskan dengan bermain. Namun disisi lain dari bermain yang dilakukan anak mempunyai pengaruh terhadap perkembangannya. M. Furqon H. (2008: 7-9) menyatakan pengaruh bermain terhadap perkembangan anak yaitu: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
30 digilib.uns.ac.id
a. Pengembangan keterampilan gerak Bermain berisi berbagai keterampilan gerak, mulai dari keterampilan gerak yang sederhana atau dasar hingga keterampilan yang kompleks. Anak perlu belajar keterampilan gerak dasar seperti, lari, lompat, loncat, berbelok, menendang dan melempar. Jika anak memiliki keterampilan gerak dasar yang baik. Selanjutnya anakmemiliki landasan untuk mengembangkan keterampilan gerak yang kompleks. Oleh karena itu, dengan bermain akan memberikan perkembangan keterampilan gerak bagi anak. b. Perkembangan fisik dan kesegaran jasmani Bermain penting bagi anak untuk mengembangkan otot dan melatih seluruh bagian tubuh, termasuk mengembangkan daya tahan kardiovaskuler. Bermain juga berfungsi sebagai penyaluran tenaga yang berlebih, bila tidak tersalurkan akan menyebabkan anak tegang, gelisah dan lain-lain. c. Dorongan berkomunikasi Di dalam suasana bermain, memberikan peluang anak untuk berkomunikasi dengan teman bermainnya. Di samping itu, agar anak dapat bermain dengan baik, anak secara tidak langsung belajar berkomunikasi dan sebaliknya anak harus belajar belajar berkomunikasi agar dapat saling memahami dan dipahami di antara teman bermain. d. Penyaluran energi emosional yang terpendam Bermain merupakan wahana yang baik bagi anak untuk menyalurkan ketegangan yang disebabkan lingkungan terhadap aktivitas anak. e. Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan Kebutuhan dan keinginan yang tidak terpenuhi dengan cara lain atau aktivitas lain seringkali dapat terpenuhi dengan bermain. Misalnya, anak yang tidak mendapatkan kesempatan dalam peran tertentu seringkali dapat mendapat peran tertentu dalam bermain. f. Sumber belajar Bermain dapat dikatakan sebagai bentuk miniatur dari kehidupan masyarakat. Dengan bermain berarti anak dapat memperoleh kesempatan untuk mempelajari berbagai hal. Bahkan banyak pelajaran dan pengalaman dapat diperoleh melalui bermain daripada di rumah atau di sekolah. g. Rangsangan bagi kreativitas Melalui eksprimen dan eksplorasi dalam bermain, anak akan menemukan sesuatu dan terbiasa menghadapi berbagai persoalan dalam bermain untuk dipecahkan. Suasana dan kebiasaan ini biasanya akan memberikan transfer nilai ke dalam situasi lain, sehingga anak terbiasa untuk kreatif dalam menghadapi dan memecahkan persoalan. h. Perkembangan wawasan diri Dengan bermain anak mengetahui tingkat kemampuannya dibandingkan dengan teman bermainnya. Kondisi ini memungkinkan anak commit user lebih nyata. untuk mengembangkan konsep diritosecara
perpustakaan.uns.ac.id
31 digilib.uns.ac.id
i. Belajar bermasyarakat Dengan bermain bersama teman-teman lain, anak belajar tentang tbagaimana membentuk hubungan sosial dan bagaimana menghadapi dan memecahkan masalah yang timbul dalam hubungan sosial tersebut. j. Perkembangan kepribadian Melalui bermain anak terbiasa dengan aturan-aturan yang lebih disepakati dalam bermain, seperti larangan-larangan yang harus ditaati, disiplin sportivitas, kerjasama, menghargai teman lain, jujur dan lain-lain, secara tidak langsung kondisi tersebut membentuk kepribadian anak. Permainan adalah bagian dari bermain yang mempunyai metode atau cara tertentu sesuai situasi, dan memiliki peraturan-peraturan yang tidak boleh dilanggar. Dalam permainan terdapat semangat keberanian, ketangguhan dan kejujuran pemain. Menurut Huizinga, Roger Caillois dalam Rusli Lutan (2001: 33) membagi permainan (games) secara umum menjadi 4 kategori utama yaitu : a) Agon – permainan yang bersifat pertandingan, perlawanan kedua belah pihak dengan kesempatan yang sama untuk mencapai kemenangan sehingga dibutuhkan perjuangan fisik yang keras. b) Alea – permainan yang mengandalkan hasil secara untung-untungan, atau hukum peluang seperti dadu, kartu, rolet, dan lain-lain. Sementara kemampuan otot tidak diperlukan. c) Mimikri – permainan fantasi yang memerlukan kebebasan, dan bukan kesungguhan. d) Illinx – mencakup permainan yang mencerminkan untuk melampiaskan kebutuhan untuk bergerak, berpetualang, dan dinamis, lawan dari keadaan diam, seperti berolahraga di alam terbuka, mendaki gunung. Permainan tidak hanya populer di program sekolah dan kegiatan rekreasi, tetapi juga populer di masyarakat luas. Permainan dapat dilakukan dan sesuai dengan semua orang. Permainan dapat dilakukan mulai dari anak bayi sampai orang usia lanjut, laki-laki maupun perempuan, di kota maupun di desa, di dalam ruangan maupun di luar ruangan, dapat menggunakan alat maupun tidak, dan lainlain. Permainan memiliki makna penting dalam program pendidikan jasmani. Hal ini bukan hanya popularitasnya bagi anak usia, namun juga memiliki commit to sepanjang user
perpustakaan.uns.ac.id
32 digilib.uns.ac.id
potensi nilai yang menyeluruh. Sebagai bagian integral dari program pendidikan jasmani, permainan memerlukan kajian dan pengembangan yang cermat, terutama kaitannya dengan upaya mendidik anak. Anak dapat menciptakan dan memodifikasi permainan untuk memenuhi kebutuhannya. Melalui pengalaman-pengalaman ini anak dapat belajar tentang komponen permainan dan cara mengubah serta memodifikasi komponenkomponen tersebut dengan cara-cara tertentu. Guru harus memandang permainan sebagai sesuatu yang dapat memberikan kontribusi yang berharga pada perkembangan total anak. Melalui permainan, anak dapat memiliki pengalaman sukses dan berprestasi. Di samping itu, beberapa tujuan sosial dapat dicapai melalui permainan, seperti ketrampilan sosial, menerima aturan, dan pemahaman yang lebih baik pada dirinya dalam situasi kompetitif dan kooperatif. Permainan merupakan suatu laboratorium di mana anak dapat menerapkan ketrampilan baru yang dipelajari dengan cara yang tepat. Banyak permainan yang dapat membantu mengembangkan kelompok otot-otot besar dan dapat meningkatkan kemampuan berlari, lari berbelok-belok, mulai dan berhenti berlari di bawah kontrol dengan berbagai kesempatan dengan teman yang lain. Perkembangan kognitif juga di tingkatkan karena anak belajar memahami dan mengikuti aturan. Dengan menerapkan strategi di dalam permainan, anak juga belajar tentang pentingnya ketajaman perhatian dan keterlibatan aspek mental. Permainan tampaknya merupakan pokok bahasan yang mudah diajarkan, karena permainan hanya memerlukan sedikit intervensi dari guru, kecuali untuk mengatasi kesulitan atau karena alasan-alasan tertentu. Dalam mengajar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
33 digilib.uns.ac.id
permainan perlu memperhatikan dan menciptakan berbagai variasi kesempatan belajar, termasuk mengembangkan ketrampilan gerak anak. Di dalam program semacam ini anak akan memperoleh suatu landasan ketrampilan gerak yang memungkinkan anak berpartisipasi dengan baik. Jika anak telah memperoleh prasyarat ketrampilan permainan maka olahraga menjadi suatu alternatif pengisi waktu luang yang menarik dalam kehidupan anak. Namun olahraga yang menumbuhkan tingkat penguasaan tehnik yang tinggi belum sesuai untuk kebanyakan anak. Anak dapat dibantu mempelajari banyak hal melaui bermain (play) dan permainan (game), tetapi jika anak tidak merasa senang melakukannya, maka permainan tersebut tidak banyak artinya. Semua anak harus memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai permainan. Permainan memiliki nilai rekreatif yang baik, memberikan kesempatan jasmani, dan memberikan jalan keluar yang diperlukan untuk kegembiraan yang alami. Permainan merupakan alat yang sangat baik untuk mengembangkan aspek sosial dan moral anak, karena ada aturanaturan tertentu yang harus diikuti oleh semua anak. Jika permainan menjadi lebih terorganisasi dan aturan-aturan dapat diterapkan, maka anak belajar memodifikasi perilakunya untuk menghormati yang lain dan mematuhi batas-batas sosial. Jika anak matang, ia makin sadar mengenai kebutuhan kerja tim. Beberapa permainan yang lebih kompleks memerlukan kerja secara kognitif untuk mengembangkan strategi yang sederhana. Permainan tidak secara inherent (melekat) suatu kesenangan. Permainan harus diajarkan dalam suasana yang membuat anak percaya bahwa dengan commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
partisipasi penuh anak sangat diperlukan dalam permainan tersebut, jika anak tersisih karena ketrampilannya jelek maka permainan akan menjadi suatu pengalaman yang tidak menyenangkan. Anak sangat menyenangi permainan jika anak telah menguasai ketrampilan permainan dan mempelajari aturan-aturan yang penting. Oleh karena itu, tiap permainan yang diajarkan harus memberikan sumbangan pada beberapa tujuan. Permainan dapat memainkan peran yang penting dalam mengembangkan dan memperhalus berbagai kemampuan gerak dasar, jika permainan secara tepat dimasukkan ke dalam program pengembangan gerak. Seringkali guna memberikan permainan untuk menumbuhkan kesenangan anak atau menguatkan ketrampilan sosial tertentu. Meskipun hal ini memiliki tujuan yang bermanfaat, maka permainan harus tidak dipandang sebagai tujuan utama, melainkan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu. Jika permainan memiliki berbagai nilai yang nyata, maka juga harus ditinjau dari perspektif perkembangan anak. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa anak usia sekolah dasar dalam taraf pengembangan gerak dasar. Oleh karena itu, permainan harus secara berhati-hati dipilih dan diimplementasikan dengan mengkaitkan kemampuan gerak lokomotor, manipulasi dan stabilitas. a. Pendekatan
pembelajaran
bermain
Individual
games
(Permainan
perorangan) Permainan perorangan (individual games) merupakan salah satu bentuk model pendekatan pembelajaran bermain dalam pendidikan jasmani, yang didalamnya terdapat rasa senang dan gembira tanpa ada paksaan dari siapapun commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
juga. Dalam permainan perorangan tidak terlepas dari karateristik individu pemain karena dalam permainan tersebut pelaku melakukannya tanpa bantuan orang lain. Setiap individu memiliki kualitas diri dan sifat-sifat yang berbeda satu sama lain. Kenyataan ini membawa konsekuensi bahwa setiap individu memiliki potensi yang berbeda untuk berhasil dalam mempelajari keterampilan gerak tertentu. Namun sebenarnya bahwa pencapaian hasil prestasi belajar bukan karena dipengaruhi oleh sifat bawaan seperti di atas, melainkan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Perbedaan kemampuan terjadi terutama karena kualitas fisik yang berbeda-beda. Perbedaan kualitas fisik terjadi karena pengalaman setiap orang berbeda-beda. Individu berasal dari kata latin individuum yang artinya tidak terbagi. individu menekankan penyelidikan kepada kenyataan-kenyataan hidup yang istimewa dan seberapa mempengaruhi kehidupan manusia. Individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tidak dapat dibagi, melainkan sebagi kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia perseorangan. Individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas di dalam lingkungan sosialnya, malainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Terdapat tiga aspek yang melekat sebagai persepsi terhadap individu, yaitu aspek organik jasmaniah, aspek psikis-rohaniah, dan aspek-sosial yang bila terjadi kegoncangan pada suatu aspek akan membawa akibat pada aspek yang lainnya. Individu dalam tingkah laku menurut pola pribadinya ada 3 kemungkinan:
pertama
menyimpang
dari
commit to user
norma
kolektif
kehilangan
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
individualitasnya, kedua takluk terhadap kolektif, dan ketiga mempengaruhi masyarakat. 1) Karakteristik permainan perorangan Permainan perorangan adalah permainan yang lebih menonjolkan kegiatan individu atau perorangan. Individu berasal dari kata latin individuum yang artinya tidak terbagi. Permainan perorangan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu permainan perorangan sendirian dan permainan perorangan yang berhubungan. Permainan perorangan sendirian, seorang pemain hanya bermain seorang diri saja (sendirian) ia aktif, ia bergerak sendiri, ia tidak membutuhkan pemain lain, ia tidak mempunyai kaitan apa-apa dengannya. Sebaliknya permainan perorangan yang berhubungan, pemain satu dengan pemain lain saling berhubungan, dan saling berkaitan. Para pemain diikat oleh jenis permainan yang memaksa mereka bersaing, berkompetisi, dalam permainan ini pemain saling membutuhkan. Akan tetapi bukan untuk kerjasama melainkan untuk menjadi lawan yang harus dikalahkan atau ditaklukkan. Oleh karena itu jenis permainan ini membutuhkan pemain lebih dari satu orang. Permainan perorangan dapat dilakukan dalam ruangan maupun luar ruangan. 2) Kelebihan dan kekurangan permainan perorangan Pada dasarnya permainan perorangan merupakan jenis permainan yang menonjolkan kegiatan individu. Siswa diberi kebebasan untuk melakukan gerakan tanpa bantuan dari teman atau orang lain. Berdasarkan hal tersebut maka permainan perorangan memiliki kelebihan diantaranya : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
37 digilib.uns.ac.id
a) Dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar berasal dari diri sendiri bukan bantuan yang lain. b) Meningkatkan kemandirian siswa. c) Kondisi fisik anak lebih baik, karena kesempatan mengulang aktivitas lebih banyak. d) Terjadinya kompetisi yang lebih ketat dan seimbang, karena pemain satu melawan satu pemain yang lain. Disamping kelebihan di atas permainan perorangan juga memiliki kelemahan yaitu : a) Siswa kurang memiliki semangat dalam melakukan permainan. b) Beban tugas yang harus ditanggung sendiri setiap individu terkadang dirasa memberatkan. c) Peningkatan hasil permainan perorangan terhadap tingkat kemampuan gerak dasar dirasa tidak merata tergantung daripada individu sendiri. b. Pendekatan pembelajaran bermain Groups games (Permainan beregu) Permainan beregu (groups games) merupakan bentuk lain dari model pendekatan pembelajaran bermain dalam pendidikan jasmani, yang didalamnya juga terdapat rasa senang dan gembira tanpa ada paksaan dari siapapun juga. Permainan beregu erat kaitannya dengan karakteristik kelompok karena dalam bermain secara beregu membutuhkan kerjasama antar anggota kelompok. Manusia di dunia tidak ada satupun yang dalam melaksanakan tugas sehari-hari tanpa bantuan orang lain. Tidak hanya itu saja bahwa manusia dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari pun perlu mengadakan hubungan dengan orang lain. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
38 digilib.uns.ac.id
Oleh karena itu manusia harus berkelompok yang pada akhirnya berorganisasi dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Karena pada hakekatnya menusia mempunyai kemampuan yang terbatas. Suatu kelompok didefinisikan sebagai dua orang atau lebih yang saling berinteraksi sedemikian rupa dimana setiap orang mempengaruhi dan terpengaruh oleh lainnya. Kiranya jelas bahwa kelompok adalah kumpulan beberapa orang atau benda yang berkumpul dan atau dikumpulkan menjadi satu ikatan atau kumpulan. Sebagai kelompok manusia dimana anggotanya berintegrasi satu sama lain dapat menimbulkan kerjasama yang baik tetapi dapat pula melahirkan perbedaan dan pertentangan yang menyebabkan kelompok tersebut pecah bercerai berai. Seperti diketahui bahwa salah satu ciri manusia adalah hidup berkelompok untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan biologis, ekonomis maupun kebutuhan penting lainnya. Kerja sama kelompok (team building) sangat bagus untuk melatih peserta bekerja sama dalam memecahkan masalah, melatih kekompakan tim, membangun kepemimpinan (leadership), berempati terhadap orang lain, belajar bertanggung jawab dalam setiap tindakan, dan lain-lain. Kerja sama kelompok tidak akan solid (kokoh) tanpa adanya persaingan dari groupnya. Oleh karena itu, dengan ditumbuhkannya suasana kompetitif antar kelompok maka akan muncul naluri untuk bersaing dalam hal positif. Untuk itu, banyak di antara permainannya dibuatkan simulasi lomba. Kelompok juga berfungsi untuk memberikan adanya suatu kepastian dan ketentuan-ketentuan tentang pelaksanaan hubungan kerjasama manusia. Selain itu kelompok juga bersifat dinamis yang selalu berubah-ubah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
39 digilib.uns.ac.id
sesuai keadaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kelompok pada umumnya dipengaruhi oleh dua faktor yaitu : (1) Faktor internal dianggap sebagai unsur penting. Karena manusia mempunyai kepentingan, kecakapan yang berbeda satu sama lain. Disamping itu komunikasi juga sangat berperan dalam membuat kelompok itu dinamis. (2) Faktor eksternal atau lingkungan yang sering mempengaruhi kelompok harus menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Dapat dipahami bagaimana faktor internal dan eksternal tersebut diatas sangat mempengaruhi kelompok. Untuk kelangsungan hidupnya kelompok tersebut harus senantiasa menyesuaikan diri dimana kelompok itu berada. 1) Karakteristik permainan beregu Permainan beregu adalah permainan yang dimana setiap pesertanya harus menjadi bagian sebuah regu. Jumlah anggota regu tergantung dari jenis permainan yang hendak dimainkan. Permainan beregu sangat mengutamakan kekompakan dan kerja sama antara anggota regu atau kelompok. Oleh karena itu tujuan utama permainan beregu selain untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan gerak dasar tetapi juga untuk memupuk rasa kebersamaan dan keakraban itu akan menjadi bagian hidup yang dapat diterapkan sehari-hari. Tujuan lain dari permainan ini yaitu untuk mengakrabkan suasana, menumbuhkan persaingan yang sehat dan memupuk semangat perjuangan. Khusus yang bagian terakhir ini sangat penting, karena bagi setiap orang khususnya anak-anak dan pemuda kegembiraan hidup dan kedewasaan diperoleh justru melalui perjuangan. Hidup berarti siap untuk menghadapi berbagai tantangan. Oleh karena itu hidup adalah proses perjuangan yang membutuhkan berbagai keputusan yang cepat, cermat dan akurat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
40 digilib.uns.ac.id
2) Kelebihan dan kekurangan permainan beregu. Perlu disadari, bahwa setiap permainan itu memiliki kelebihan dan kelemahan. Berdasarkan pengertian permainan beregu dan karakteristik kelompok, maka dapat diidentifikasikan kelebihan dan kelemahan permainan beregu. Permainan beregu memiliki kelebihan antara lain : a) Untuk membangkitkan kepekaan diri seorang anggota kelompok terhadap anggota lainnya dalam kelompok, sehingga timbul rasa saling menghargai, saling keterbukaan dan saling toleransi. b) Untuk menimbulkan rasa solidaritas dari seluruh anggota kelompok sehingga timbul partisipasi yang spontan dalam rangka mencapai tujuan bersama. c) Memberi motivasi kepada siswa untuk melakukan gerakan yang benar dan sungguh-sungguh. d) Peningkatan hasil belajar dapat dirasakan serempak, sehingga siswa dapat merasakan bersama dampak permainan beregu terhadap peningkatan kemampuan gerak dasar. Disamping kelebihan di atas, permainan beregu juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya : a) Apabila siswa masuk kelompok yang kurang disukainya maka akan timbul perpecahan, sehingga tidak terjadi kekompakan. b) Beban kekuatan tergantung kekompakan dari kelompoknya. c) Apabila ada salah satu siswa melakukan kesalahan maka semua anggota kelompoknya juga akan mendapatkan hukuman. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
41 digilib.uns.ac.id
3. Kelompok Umur Kedudukan siswa dalam proses pembelajaran itu hakiki. Karena mereka belajar dan aktif, maka dapat dipandang sebagai subyek atau pelaku proses belajar. Apapun yang diberikan guru bagi siswanya tidak akan berhasil apabila siswa itu sendiri tidak mau dan mampu mengadakan perubahan pada dirinya. Proses belajar itu tidak terjadi pada diri siswa. Siswa itu tidak hanya pasif menerima, menyesuaikan atau mengulang apa yang diberlakukan atas dirinya. Siswa hendaknya dipandang sebagai suatu individu yang unik, bukan orang dewasa dalam format kecil. Dalam diri siswa itu terdapat potensi untuk tumbuh dan berkembang, ada daya pengendalian dan pengarahan dirinya siswa itu mengetahui tingkat pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai dirinya. Dengan sendirinya ia mengetahui kebutuhan belajarnya. Dengan demikian, siswa inilah yang berwenang mengambil keputusan dalam segala hal yang bersangkutan dengan proses belajar-mengajar. Siswalah yang seharusnya menetapkan cara, bahan, tempat dan tingkat hasil belajarnya. Prinsip ini juga berlandaskan pada kenyataan bahwa anak sebagai individu di samping mempunyai sifat yang universal, terdapat juga perbedaan yang berarti. Drowatzky (1975 : 53), menyatakan bahwa : “ Perbedaan individu itu dipengaruhi oleh bentuk badan dan watak, pola pertumbuhan, latar belakang pengalaman dan prestasi serta kapasitas fisik ”. Bentuk badan dan watak setiap anak mempunyai bentuk badan dan watak yang lebih cocok untuk suatu cabang olahraga dari pada cabang olahraga yang lain. Setiap bentuk badan mempunyai suatu karakteristik yang mempermudah commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keikutsertaannya dalam suatu cabang olahraga tertentu. Watak seseorang akan lebih cocok untuk suatu kedudukan dalam tim atau olahraga dari pada tim atau olahraga lain. Sifat pasif, agresif, keras dan sosialitas seseorang menentukan kedudukannya dan peranannya dalam kegiatan olahraga atau program pendidikan jasmani. Setiap anak mempunyai pola pertumbuhan yang berbeda dengan pola pertumbuhan anak yang lain. Karakteristik usia yang umum memang ada, tetapi variasi dari karakteristik umum pada setiap anak itu nampak nyata. Setiap anak mempunyai tempo dan irama perkembangan sendiri-sendiri. Latar belakang pengalaman dan prestasi siswa itu berbeda-beda. Mobilitas siswa pada saat ini sangat tinggi sehingga saat ini jarang ada siswa yang mempunyai latar belakang geografis, sosial dan ekonomi yang sama. Mereka yang hidup dekat waduk, danau, atau laut atau mempunyai pengalaman dan prestasi yang banyak dalam olahraga air. Anak yang hidup di gunung dan padang pasir mempunyai pengalaman yang kurang sehubungan dengan olahraga air ini. Kapasitas fisik untuk bergerak, termasuk di dalamnya kardiovaskuler dan ketahanan otot mempengaruhi
juga
kapasitas
respiratori.
Kapasitas
ini
mempengaruhi
kemampuan maksimum. Akibatnya kemampuan maksimum setiap anak akan berbeda-beda. Prestasi di bidang olahraga tidak dapat dicapai dalam satu atau dua hari, tetapi memerlukan waktu yang lama guna proses pembinaan dan latihan serta harus dimulai pada usia muda. Siregar (1975 : 11), menyatakan bahwa : “ Pembinaan
harus
bertujuan
untuk pertumbuhan commit to user
secara
keseluruhan,
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengembangan kemampuan gerak dasar, prinsip-prinsip dasar teknik dan bukan semata-mata latihan yang mempersiapkan alat-alat tubuh untuk kerja keras ”. Anak-anak umur 6 tahun sampai 12 tahun mempunyai pertumbuhan yang relatif lambat tetapi teratur dan berakhir dengan pertumbuhan yang cepat di masa remaja. Mereka sangat memerlukan berbagai macam kegiatan untuk memperoleh pengetahuan dan ketangkasan. Periode ini merupakan perubahan bagi anak-anak dari lingkungan rumah menuju lingkungan sekolah sebagai salah satu lingkungan sosial yang terbatas. Ciri-ciri khas yang dapat dilihat dari mereka ialah bahwa ingin belajar sesuatu dengan cepat, adanya dorongan untuk berkelompok, keinginan mereka untuk bermain-main, mengerjakan sesuatu dan meningkatkan keterampilan. Pertumbuhan yang lambat dan teratur pada periode ini merupakan salah satu faktor yang penting dalam usaha pengembangan fungsi gerak dan koordinasi. Sebagian besar tenaga anak-anak dapat ditujukan langsung guna penyempurnaan pola dasar gerak yang telah ditetapkan selama periode ini sebagai adaptasi dan modifikasi guna menghadapi berbagai tugas dan peningkatan situasi. Pada hakekatnya proses pembinaan pada usia muda memberikan dasar yang baik dan benar, kemudian meningkat sesuai dengan peningkatan umur guna mencapai prestasi optimal dalam olahraga. Hal ini sesuai pendapat Annarino, et al (1980:146), yaitu; “ Anak usia Sekolah Dasar merupakan usia yang paling sesuai guna pencapaian ketangkasan dasar olahraga, baik untuk anak-anak putera maupun puteri ”. Berdasarkan pada pendapat Annarino tersebut, seorang guru pendidikan
jasmani
mempunyai kesempatan commit to user
yang
baik
di
dalam
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mempertimbangkan potensi keterampilan siswa guna keperluan pengembangan di masa datang. Tingkat potensi keterampilan siswa dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum olahraga pendidikan. Tingkat kemampuan siswa yang sama dapat pula digunakan untuk mengadakan pengelompokkan siswa secara homogen agar dapat diperoleh keuntungan yang lebih baik dari program kegiatan olahraga. Dalam membuat kelompok yang homogen siswa dapat melakukan kegiatan dan bersaing dalam taraf kemampuan yang sama. Pengelompokan siswa menurut Clarke dalam Drowatzky (1975:61) yaitu: “ Ada dua prosedur utama yang dapat digunakan untuk mengadakan pengelompokkan siswa secara homogen, yakni dengan cara pengelompokkan berdasarkan macam kegiatan khusus yang kemampuan
mereka
ikuti dan berdasarkan
umur yang mereka miliki ”. Kegiatan khusus adalah mencari
kemampuan setiap siswa yang dinilai dari setiap kegiatan olahraga pendidikan di sekolah dan kategori siswa dalam kegiatan tersebut. Pengelompokkan siswa berdasarkan kegiatan khusus ini dapat berubah dari satu kegiatan-kegiatan yang lain. Sedangkan pengelompokkan siswa berdasarkan kemampuan umum dapat dilakukan dengan mengadakan tes ketangkasan olahraga secara menyeluruh atau kemampuan gerak. Menurut Piaget dalam Husdarta, Yudha M Saputra (2000 : 2931) membagi kelompok umur menjadi empat fase berdasarkan perkembangan perilaku kognitif secara kualitatif yaitu :” fase sensori motor (0,0 – 2,0 tahun), fase preoperational (2,0 – 7,0 tahun), fase concrete operational (7,0 – 11,0/12,0 tahun) dan fase formal operational (11,0/12,0 – 14,0/15,0) ” commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Anak-anak adalah anak yang berusia 2 – 6 tahun dan anak yang berusia 6 sampai dengan 12 tahun (Gallahue dan Ozmun 1998:189). Selain itu menurut (Sugiyanto, 1998:8) anak-anak dapat dibagi menjadi dua bagian yakni masa anak kecil dan masa anak besar. Masa anak kecil adalah anak yang ber usia 1 atau 2 tahun sampai dengan 6 tahun. Sedangkan masa anak besar adalah anak yang berusia 6-10 tahun untuk anak perempuan dan antara 6 sampai dengan 12 tahun untuk anak laki-laki. Untuk lebih memperjelas batasan periodisasi perkembangan berdasarkan usia maka dapat kita lihat dari tabel berikut ini : Tabel 1. Periodesasi Perkembangan Berdasarkan Usia (Sugiyanto, 1998:9) Fase Perkembangan Batasan Usia Fase Sebelum Lahir
Selama 9 bulan 10 hari
1. Awal
Saat pembuahan sampai dua minggu.
2. Embrio
2 sampai 8 minggu
3. Janin
8 minggu sampai saat lahir
Bayi
Saat lahir 1-2 tahun
Neonatal
Saat lahir sampai 4 minggu
Anak-anak
1 atau 2 sampai 10 atau 12 tahun
1. Anak Kecil
1 atau 2 sampai 6 tahun
2. Anak Besar Perempuan
6 sampai 10 tahun.
3. Anak besar Laki-laki
6 sampai 12 tahun
Adolesensi 1. Perempuan
10 sampai 18 tahun
2. Laki-laki
12 sampai 20 tahun
Dewasa 1. Dewasa Muda
18 atau 20 sampai 40 tahun commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Dewasa Madya
40 sampai 60 tahun
3. Dewasa Tua
60 tahun keatas
Pada anak-anak sudah terjadi perkembangan, perkembangan dapat diartikan sebagai peningkatan kapasitas fungsi atau kemampuan kerja organ-organ tubuh, peningkatan bisa berbentuk daya fisik, koordinasi dan kontrol tubuh. Misalnya peningkatan fungsi-fungsi otot, otak syaraf, jantung, paru-paru dan lain sebagainya. Dari segi perkembangan fisik, pada masa ini sudah terjadi perkembangan komponen biomotorik diantaranya: kekuatan, fleksibilitas, daya tahan, power dan kemampuan biomotorik lainnya (Gallahue dan Ozmun 1998:267-292). Masa anak-anak ditandai oleh keteraturan pertumbuhan pada tinggi badan, berat, dan berat otot. Masa anak-anak disini dibagi menjadi masa anak-anak awal dengan usia 2 sampai 6 tahun, dan masa anak-anak akhir dari usia 6 sampai dengan 10 tahun. Pada anak-anak masa pertumbuhan dan perkembangan anak dibagi menjadi dua tahapan yaitu : 1). Pertumbuhan dan perkembangan pada anak-anak awal pada usia (2-6 tahun) dan 2). Pertumbuhan dan perkembangan pada anak-anak akhir pada usia (6-10 tahun) (Gallahue dan Ozmun 1998:189205). Sedangakan menurut Sugiyanto (1998:8) anak-anak dibagi menjadi : 1).Masa anak kecil (usia 1 atau 2 tahun sampai 6 tahun) dan 2). Masa anak besar (usia 6 sampai dengan 12 tahun). a. Pertumbuhan pada Masa Kanak-kanak Awal Selama masa kanak-kanak awal, pertumbuhan tinggi dan berat tidak commit to user secepat pada masa kecil. Tingkat pertumbuhan melambat secara perlahan. Pada
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
usia 4 tahun, anak-anak memiliki ukuran panjang tubuh 2 kali panjang tubuh sewaktu kelahirannya. Peningkatan jumlah total berat tubuh pada usia 2 sampai 5 tahun lebih rendah dari peningkatan pada tahun pertama. Proses pertumbuhan melambat setelah 2 tahun pertama, tapi tetap konstan sampai usia remaja. Peningkatan tinggi tahunan dari periode masa kanak-kanak awal sampai usia remaja adalah sekitar 2 inchi (5,1 cm) per tahun. Peningkatan berat rata-rata 5 pound (2,3 kg) per tahun. Masa kanak-kanak awal, oleh karena itu, menggambarkan masa ideal anak-anak untuk mengembangkan dan memperbaiki berbagai macam gerakan mulai dari gerakan dasar pada masa kanak-kanak awal sampai pada kemampuan olahraga pada pertengahan masa kanak-kanak. Karakteristik perkembangan berikut menggambarkan sebuah pembentukan penemuan dari berbagai macam sumber dan dihadirkan disini untuk memberikan pandangan yang lebih lengkap dari seluruh anak selama tahun-tahun masa kanakkanak awal. 1. Karakteristik Perkembangan Fisik dan Motorik. a) Anak laki-laki dan perempuan dengan range dari sekitar 33 sampai 47 inchi (83,8-119,4 cm) dalam tinggi dan dari 25 sampai 53 pound (11,324,0 kg) dalam berat. b) kemampuan perseptual motorik berkembang secara cepat, tetapi kebingungan sering terdapat pada tubuh, arah, waktu dan kesadaran akan tempat.
commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c) Pengendalian buang air kecil dan buang air besar yang baik pada umumnya terbangun pada berakhirnya periode ini, tetapi hal-hal yang tak terduga tetap terjadi. d) Anak kecil selama periode ini secara cepat mengembangkan kemampuan gerakan mendasar dalam berbagai kemampuan motorik. Gerakan bilateral seperti loncat-loncatan, bagaimanapun, seringkali menunjukkan kesulitan yang lebih daripada gerakan unilateral. e) Anak kecil aktif dan energetik dan biasanya lebih memilih berlari daripada berjalan, tetapi mereka tetap memerlukan sedikit waktu untuk beristirahat. f) Kemampuan motorik dikembangkan dengan tujuan agar anak-anak mulai belajar bagaimana mereka berpakaian, walaupun mereka mungkin memerlukan bantuan meluruskan dan mengencangkan bagian-bagian dari pakaian. g) Fungsi tubuh dan proses menjadi lebih teratur. Sebuah tingkat keseimbangan (physiological homeostatis) terbangun dengan baik. h) Perkembangan tubuh anak laki-laki dan perempuan dapat dikatakan sama. i) Kontrol motorik yang baik tidak dibangun secara penuh, walaupun kontrol motorik yang kurang baik (gross) dibangun dengan cepat. j) Mata pada umumnya tidak siap untuk menutup dalam waktu lama karena penglihatan jauhnya. 2. Karakteristik Pengembangan Kognitif
commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a) Selama fase ini anak-anak bersifat egosentrik dan beranggapan bahwa semua orang berpikir seperti mereka. Hasilnya, mereka kelihatannya sering bertengkar dan enggan untuk berbagi dengan yang lain. b) Mereka seringkali sangat ketakutan akan situasi yang baru, malu, sadar diri, dan tidak mempunyai keinginan untuk meninggalkan pengamanan yang kelihatannya telah biasa dikenal. c) Mereka belajar untuk membedakan benar dan salah dan mulai menuruti kata hati nurani. d) anak usia 2 dan 4 tahun seringkali terlihat aneh dan tidak seperti biasanya dalam perilaku mereka, dimana anak dengan usia 3 dan 5 seringkali digambarkan sebagai anak yang stabil dan sesuai dengan perilaku anak seusianya. e) Konsep-diri secara cepat berkembang. Bimbingan yang bijaksana, pengalaman yang berorientasi pada keberhasilan, dan bantuan yang positif adalah hal-hal penting selama tahun-tahun ini. 3. Karakteristik Perkembangan Afektif a) Kesukaan anak laki-laki dan perempuan dapat dikatakan sama. b) Anak-anak cenderung egosentris, ingin selalu aktif bergerak dan umumnya menyenangi gerak berirama. c) Selalu
ingin
tahu,
imajinatif/meniru-niru
gerakan
serta
bersifat
individualistik dan egosentrik dalam beraktifitas. d) Suka menjelajah dan mencoba-coba dalam beraktifitas serta suka gaduh dalam bermain.
commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Implikasi untuk Program Pengembangan Gerak a) Kesempatan yang banyak untuk permainan motorik gross harus diberikan dalam bentuk langsung adan tidak langsung. b) Pengalaman gerak seharusnya menekan eksplorasi gerak dan aktifitas penyelesaian masalah untuk memaksimalkan kreatifitas anak dan keinginan untuk mengeksplorasi sesuatu. c) Tekanan harus di tempatkan pada pengembangan sebuah jenis locomotor dasar, manipulatifdan kemampuan yang seimbang, kemajuan dari sederhana menuju kompleks/rumit sehingga anak menjadi ”siap”. d) Minat dan kemampuan anak laki-laki dan perempuan adalah sama, tidak memerlukan pemisahan aktifitas selama periode/masa ini. e) Aktifitas yang banyak yang didesain khususnya untuk meningkatkan perseptual motorik adalah diperlukan. f) keuntungan harus diambil dari anak yang mempunyai imaginasi yang hebat melalui susunan aktifitas seperti drama dan perumpamaan. g) Karena gerakan anak seringkali kaku dan tidak efisien, maka pastikan untuk
mencocokksn
pengalaman
gerak
sesuai
dengan
tingkat
kematangannya. h) Karena anak-anak seringkali melakukan gerakan yang janggal dan tidak efisien, maka pastikan untuk memberikan latihan gerak yang sesuai dengan tingkat kematangan mereka. i) menyediakan berbagai macam kegiatan yang melibatkan perlakuan objek dan koordinasi mata-tangan. commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
j) mulai memasukkan aktivitas bilateral dan cross-lateral, seperti berlari cepat, skipping, setelah gerak unilateral seperti melompat telah dapat dilakukan dengan baik. k) memberi
semangat
pada
anak-anak
membantu
dalam
mengatasi
kecenderungan untuk malu dan percaya diri untuk aktif dalam program pendidikan gerak dengan “menunjukkan” dan “memberi tahu” anak-anak lain apa yang dapat mereka lakukan. l) aktivitas harus melibatkan penekanan tangan, bahu dan badan bagian atas. m) tanpa penekanan, penyelesaian mekanik dengan benar dalam gerak dasar yang luas adalah tujuan pertama. n) jangan memaksa koordinasi pada persendian dengan kecepatan dan kegesitan. o) kebiasaan buruk dari postur dimulai. Perkuat postur yang baik dengan pernyataan yang positif. p) menyediakan akses yang nyaman ke fasilitas toilet dan menyarankan anakanak untuk mengemban tanggung jawab. q) memberikan perbedaan individu dan memperbolehkan mereka untuk meningkatkan sesuai dengan tingkat mereka. r) membuat standar untuk sikap yang dapat diterima dan dipatuhi oleh mereka. Memberikan bimbingan yang bijaksana dalam membangun rasa akan melakukan hal yang benar dan tepat dan melakukan hal yang salah dan tidak dapat diterima. commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
s) program pengembangan gerak harus menentu dan berdasar akan level perkembangan masing-masing individu. t) Pendekatan multisensory harus digunakan, yaitu, suatu pengalaman yang berbagai macam dimasukkan, menggunakan beberapa sensory modalities. b. Pertumbuhan pada Masa Kanak-kanak Akhir Periode dari usia 6 sampai 10 tahun dari masa kanak-kanak termasuk dalam peningkatan yang lambat tetapi konstan, baik itu dalam hal tinggi badan, berat dan kemajuan system motorik dan sensorik. Perubahan dalam pembangunan tubuh hanya terjadi sedikit saja dalam tahun-tahun ini. Masa kanak-kanak adalah lebih pada perpanjangan dan pengisian sebelum pertumbuhan pra-pubertal yang terjadi secara tiba-tiba pada usia sekitar 11 tahun (untuk anak perempuan) dan 13 tahun (untuk anak laki-laki). Walaupun tahun-tahun ini
ditandai dengan
pertumbuhan fisik yang bertahap, anak kecil tetap melakukan peningkatan yang cepat dalam mempelajari dan fungsinya pada tingkat kematangan yang lebih dalam kemampuannya berolahraga dan bermain. Masa pertumbuhan yang relatif lambat ini memberi anak-anak tersebut untuk membiasakan diri terhadap pertumbuhan yag dialaminya, dan merupakan faktor penting juga pada perbaikan dramatik tertentu yang terlihat dalam koordinasi dan control motorik selama masa kanak-kanak. Perubahan secara gradual dalam ukuran dan terjalinnya hubungan tertutup antara perkembangan tulang dan jaringan dapat dijadikan faktor penting dalam meningkatnya tingkat fungsi. commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Karakteristik Perkembangan Fisik dan Motorik a) Anak laki laki dan perempuan mempunyai tinggi sekitar 44 - 60 inchi (111.8 - 152.4 cm) dan memiliki berat sekitar 44 - 90 pound (20.0 - 40.8 kg). b) Pertumbuhannya lambat, khususnya dari usia 8 sampai akhir periode ini. Walaupun lambat tetapi kenaikannya teratur, tidak seperti pertambahan tinggi dan berat selama tahun-tahun pra-sekolah. c) Tubuh mulai memanjang, dengan pertambahan tinggi tahunan hanya 2 - 3 inchi (5.1 7.6 cm) dan pertambahan berat tahunan hanya 3 - 6 pound (1.4 2.7 kg). d) Chepalocaudal (dari kepala hingga jari kaki) dan pronsip perkembangan proximodistal (pusat keliling tubuh), yang mana otot yang lebih besar dalam tubuh akan lebih berkembang daripada otot kecil, dan ini sangat jelas. e) Anak perembuan pada umumnya setahun lebih depan dari pada laki laki dalam hal perkembangan psikologi, dan minat yang berbeda mulai timbul pada akhir periode ini. f) Preferensi/pilihan tangan terbangun dengan 85 persen memilih tangan kanan dan 15 persen tangan kiri. g) Waktu reaksi lambat, disebabkan oleh sulitnya koordinasi antara matatangan dan mata-kaki yang berada pada awal periode. Setelah berakhirnya periode ini, hal tersebut pada umumnya telah berhasil dibangun. commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
h) Anak laki-laki dan perempuan sangat berenergi tapi seringkali memiliki daya tahan yang rendah dan mudah lelah. Walau bagaimanapun ketanggapan dalam latihan sangat hebat. i) Mekanisme pandangan perceptual telah terbangun sepenuhnya pada akhir periode ini. j) Anak-anak biasanya memiliki pandangan jauh selama periode ini dan tidak siap untuk bekerja dengan penglihatan dekat dalam waktu lama. k) Sebagian besar kemampuan gerak dasar mempunyai potensi untuk diperbaiki selama periode ini. l) Keterampilan dasar diperlukan untuk permainan yang baik sebelum hal ini dikembangkan dengan baik. m) Aktivitas yang melibatkan mata, lengan dan kaki berkembang lambat. Seperti aktifitas bermain volley atau melempar bola dan melempar apapun membutuhkan latihan yang banyak untuk menjadi ahli. n) Periode ini menandai peralihan dari kemampuan gerak yang diperbaiki menuju pembentukan keterampilan gerak transisi dalam menjalankan permainan dan keterampilan atletik. 2. Karakteristik Perkembangan Kognitif a) Masa perhatian pada umumnya pendek pada awal periode ini tapi secara bertahap bertambah. Bagaimanapun, anak laki-laki dan perempuan pada usia ini akan lebih sering menghabiskan waktu untuk kegiatan yang menyenangkan begi mereka. commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Mereka sangat suka belajar dan menyenangkan hati orang dewasa tetapi masih memerlukan bantuan dan tuntunan dalam membuat keputusan. c) Anak-anak memiliki imaginasi yang bagus dan menunjukkan pikiran yang sangat kreatif; tapi bagaimanapun, kesadaran diri kelihatannya menjadi sebuah faktor pada akhir periode ini. d) Mereka biasanya menyukai televisi, computer, video game, dan membaca. e) Mereka tidak mempunyai kemampuan dalam berpikiran ringkas dan menghadapi contoh dan situasi nyata selama awal periode. f) Anak-anak secara intelektual sangat ingin tahu dan ingin selalu tahu “kenapa”. 3. Karakteristik Perkembangan Afektif a) Kesukaan anak laki-laki dan perempuan adalah sama pada awal periode, tetapi segera setelah itu mulai terdapat perbedaan. b) Anak-anak cenderung egosentris dan tidak suka bermain dalam kelompok besar pada awal tahun ini, mereka lebih suka bermain dalam kelompok kecil . c) Anak-anak biasanya agresif, sombong, kritis, over-aktif, dan tidak dapat menerima kekalahan ataupun kemenangan dengan baik. d) Terdapat ketidaksesuaian dalam kedewasaan; anak-anak biasanya lebih cepat dewasa di sekolah daripada di rumah. e) Anak-anak tanggap terhadap kekuasaan, hukuman “yang adil, disiplin, dan pemaksaan. commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
f) Anak-anak suka berpetualang dan sangat ingin terlibat dengan teman dalam kelompok anak-anak yang melakukan kegiatan yang “berbahaya” atau “rahasia”. g) Konsep diri anak-anak tetap terbentuk. 4. Implikasi Program Pengembangan Gerak a) Harus
tersedia
kesempatan
bagi
anak-anak
untuk
memperbaiki
kemampuan gerak dasar yaitu dalam daya gerak, manipulasi, dan ketetapan akan sebuah tujuan pada saat mereka labil. b) Anak-anak memerlukan bantuan dalam peralihan dari fase gerak dasar menuju fase gerak khusus. c) Penerimaan dan penegasan memberi tahu anak-anak bahwa mereka memiliki tempat yang aman dan tetap di sekolah dan rumah. d) Kesempatan yang berlimpah dalam pemberian semangat dan pemaksaan yang positif dari orang dewasa sangat diperlukan untuk meningkatkan pengembangan konsep diri. e) Kesempatan dan pemberian dorongan untuk mengeksplorasi dan mencoba melalui gerakan dengan tubuh mereka dan benda di lingkungan dapat meningkatkan efisiensi perceptual-motor. f) Harus terdapat pengalaman-pengalaman yang terbuka untuk mengenalkan akan tanggung jawab dan untuk menumbuhkan rasa percaya diri. g) Anak-anak belajar menyesuaikan diri terhadap permainan yang kasar dalam sebuah kelompok tanpa mereka menjadi kasar atau kacau. commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
h) Kesempatan untuk memperkenalkan kerja tim harus diberikan pada saat yang tepat. i) Aktivitas yang melibatkan imajinasi dan kelucuan dapat dimasukkan dalam program selama tahun-tahun awal karena imajinasi anak masih tinggi/sangat baik. j) Aktivitas yang berkaitan dengan musik dan ritmik dapat dinikmati dalam tingkat ini dan sangat penting dalam meningkatkan kemampuan gerak dasar, kreativitas, dan pemahaman mendasar akan musik dan ritme. k) Anak-anak pada tingkat ini belajar dengan sangat baik melalui partisipasi aktif. l) Aktivitas
seperti
memanjat
dan
bergantungan
bermanfaat
untuk
mengembangkan tubuh bagian atas dan seharusnya dimasukkan dalam program ini. m) Situasi permainan diskusi yang melibatkan beberapa topik seperti bergantian (antri), fair-play, tidak mencontek, dan berbagai nilai universal yang mengandung arti pembedaan antara benar dan salah. n) Mulai menitik beratkan pada ketepatan, bentuk, dan keterampilan dalam melakukan gerak. o) Menganjurkan anak untuk berpikir sebelum mereka terikat pada sebuah kegiatan. Membantu mereka dalam mengenal resiko dengan maksud mengurangi sifat mereka yang sering nekat/sembrono. p) Membentuk kegiatan dalam kelompok kecil dilanjutkan ke kelompok yang lebih besar dan pengalaman olahraga team. commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
q) Postur sangat penting, aktivitas memerlukan penekanan pada susunan tubuh yang tepat. r) Penggunaan aktivitas ritmik untuk memperbaiki koordinasi diperlukan. s) Keterampilan gerak khusus dikembangkan dan diperbaiki pada akhir periode. Latihan yang banyak, dorongan semangat, dan perintah selektif itu penting. t) Partisipasi dalam aktivitas olahraga anak-anak yang bila dikembangkan sesuai dan tepat dengan kebutuhan dan minat anak-anak harus di berikan.
4. Kemampuan Gerak Dasar a. Perkembangan kemampuan gerak dasar Perkembangan koordinasi gerak tubuh merupakan kunci perkembangan penguasaan berbagai macam gerak keterampilan yang telah mulai dikuasai sejak masa anak-anak. Sejalan dengan meningkatnya umur, maka meningkat pula ukuran tubuh dan kemampuan fisik, secara otomatis akan meningkat pula kemampuan gerak dasar anak. Peningkatan kemampuan gerak dasar dapat diidentifikasikan dalam bentuk : gerakan dengan mekanika tubuh makin efisien, gerakan yang dilakukan semakin lancar dan terkontrol, bentuk gerakan bervariasi dan
bertenaga.
Gerakan-gerakan
seperti
berjalan,
meloncat,
berjengket,
menyepak, melempar, menangkap, memukul semakin dikuasai. Kecepatan perkembangannya sangat dipengaruhi oleh kesempatan yang diperoleh untuk melakukan aktivitas. Anak yang kurang mendapatkan kesempatan melakukan gerakan atau selalu terkekang di rumah, mereka cenderung memiliki kemampuan commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
gerak dasar yang rendah, sedangkan anak yang diberikan kebebasan melakukan aktivitas memiliki kecenderungan berkemampuan gerak dasar yang baik. Hurlock ( 1991 : 156 ), menyatakan bahwa : “ Masa kecil sering disebut sebagai masa ideal untuk mempelajari keterampilan gerak “. Hal ini ada sejumlah alasan yang mendasarinya, yaitu : (1) karena tubuh anak lebih lentur ketimbang tubuh orang dewasa, sehingga anak lebih mudah menerima semua pelajaran, (2) anak belum banyak memiliki keterampilan yang akan berbenturan dengan keterampilan yang baru dipelajarinya, maka bagi anak mempelajari keterampilan baru lebih mudah, (3) secara keseluruhan anak lebih berani pada waktu kecil ketimbang ketika anak besar. Oleh karena itu, mereka lebih berani mencoba sesuatu yang baru. Hal yang demikian menimbulkan motivasi yang diperlukan untuk belajar. (4) orang dewasa merasa bosan melakukan pengulangan, tetapi sebaliknya anak-anak justru menyenangi yang demikian. Oleh karena itu, anak-anak bersedia mengulangi suatu tindakan hingga pola otot terlatih untuk melakukannya secara efektif. (5) karena anak memiliki tanggung jawab dan kewajiban yang lebih kecil ketimbang yang akan mereka miliki pada waktu mereka bertambah besar, maka mereka memiliki waktu yang lebih banyak untuk belajar menguasai keterampilan ketimbang yang dimiliki remaja atau orang dewasa. Bahkan seandainya mereka nantinya bertambah besar dan memiliki waktu yang cukup, mungkin akan merasa bosan dengan pengulangan yang diperlukan di dalam mempelajari keterampilan, sehingga keterampilan yang telah dikuasai tidak berkembang. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
60 digilib.uns.ac.id
Keterampilan gerak tidak akan berkembang melalui kematangan saja, melainkan keterampilan itu harus dipelajari. Di dalam mempelajari keterampilan gerak menurut Hurlock (1991 : 157), yaitu : “ Hal terpenting di dalam mempelajari keterampilan gerak meliputi : kesiapan belajar, kesempatan belajar, kesempatan berpraktek, model yang baik, bimbingan, motivasi, individu dan sistematis. Apabila pembelajaran dikaitkan dengan kesiapan belajar, maka keterampilan yang dipelajari dengan waktu dan usaha yang sama oleh orang yang sudah siap hasilnya akan lebih unggul dibandingkan dengan orang yang belum siap untuk belajar. Kesempatan untuk mempelajari keterampilan gerak bagi anak sangat penting, karena kondisi anak memungkinkan untuk dapat mencoba berbagai gerakan yang sederhana. Banyak diantara siswa yang tidak berkesempatan untuk mempelajari keterampilan gerak karena hidup
dalam lingkungan yang tidak
menyediakan kesempatan belajar atau karena orang tua yang melarang anaknya untuk banyak bergerak, mereka takut hal yang demikian akan dapat menciderai atau melukai anaknya. Untuk dapat mempelajari keterampilan motorik dengan baik anak harus banyak diberikan kesempatan melakukan praktek. Anak harus diberi waktu untuk berpraktek sebanyak yang diperlukan untuk menguasai suatu keterampilan. Meskipun demikian kualitas praktek jauh lebih penting ketimbang kualitasnya. Jika anak berpraktek dengan model sekali pukul hilang, maka akan berkembang kebiasaan kegiatan yang jelek dan gerakan yang tidak efisien. Karena dalam mempelajari keterampilan gerak, meniru model memainkan peranan yang penting, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
61 digilib.uns.ac.id
maka untuk mempelajari suatu keterampilan dengan baik, bagi anak model yang baik merupakan suatu keharusan. Untuk dapat meniru suatu model dengan betul, anak membutuhkan bimbingan dari orang dewasa. Bimbingan juga membantu anak membetulkan suatu kesalahan yang dilakukan oleh anak sebelum kesalahan tersebut terlanjur dipelajari dengan baik atau menjadi gerakan yang otomatis meskipun salah, sehingga sulit dibetulkan kembali. Di dalam berusaha menguasai keterampilan gerak diperlukan suatu proses belajar yaitu proses belajar gerak. Proses belajar gerak berbeda dengan proses belajar kognitif dan proses belajar efektif. Perbedaan yang ada bersumber dari aspek-aspek yang dominan keterlibatannya di dalam proses belajar. Yang dominan keterlibatannya dalam proses belajar gerak adalah aspek fisik dan psikomotor. Yang dominan keterlibatannya dalam belajar kognitif adalah aspek pikir ; sedangkan yang dominan keterlibatannya dalam belajar afektif adalah aspek emosi dan perasaan. Dengan kata dominan di sini dimaksudkan untuk menggambarkan bahwa di situ ada keterlibatan yang lebih intensif dari salah satu aspek fungsi dalam diri siswa; sementara aspek fungsi yang lain juga terlibat namun dengan kadar yang lebih rendah. Di dalam belajar gerak aspek fisik dan psikomotor terlibat lebih besar dibanding aspek pikir serta aspek emosi dan perasaan. Fitts dan Postner dalam Sugiyanto (1998: 315), mengemukakan bahwa : “ Proses belajar gerak keterampilan digambarkan memiliki 3 fase belajar, yaitu : Fase awal (kognitif), Fase penghubung (asosiatif), dan Fase akhir (otonom) “. commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Fase kognitif merupakan fase awal dalam belajar gerak keterampilan. Fase kognitif merupakan perkembangan yang menonjol terjadi pada diri siswa, di mana siswa mengerti tentang gerakan yang dipelajari. Sedangkan penguasaan geraknya sendiri masih belum baik karena masih dalam taraf mencoba – coba gerakan. Pada fase kognitif proses belajar di awali dengan aktif berfikir tentang gerakan yang dipelajari. Siswa berusaha mengetahui dan memahami gerakan dari informasi yang diberikan kepadanya. Informasi dapat bersifat verbal atau bersifat visual. Informasi
verbal
adalah
informasi
yang
berbentuk
penjelasan
dengan
menggunakan kata-kata. Di sini indera pendengaran aktif berfungsi. Informasi visual adalah informasi yang dapat dilihat. Informasi ini dapat berbentuk contoh gerakan atau gambar gerakan, di sini indera penglihatan aktif berfungsi. Informasi yang ditangkap oleh indera kemudian di proses dalam mekanisme perseptual. Mekanisme perseptual berfungsi untuk menangkap makna informasi. Dengan informasi ini siswa dapat memperoleh gambaran tentang gerakan yang dipelajari. Setelah memperoleh gambaran tentang gerakan, maka gambaran tersebut diproses lagi ke dalam mekanisme pengambilan keputusan. Dalam mekanisme ini siswa mengambil keputusan apa yang akan diperbuat. Apakah ia akan melakukannya atau tidak. Misalnya apabila gerakan yang diketahui itu ternyata sulit atau dirasa membahayakan dirinya, dapat jadi siswa tidak ingin melakukan karena takut, dan memutuskan untuk tidak melakukannya. Tetapi sebaliknya bila dari informasi tentang gerakan, siswa merasa dapat atau berani melakukannya, maka ia memutuskan untuk mencoba melakukannya. Keputusan ini kemudian diwujudkan dalam bentuk rencana gerak. Selanjutnya, commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
rencana gerak diproses dalam mekanisme pengerjaan. Dalam mekanisme pengerjaan terjadi pengorganisasian respon untuk dikirim sebagai komando gerak ke sistem muskular untuk diwujudkan menjadi gerakan tubuh. Berdasarkan komando gerak tersebut terwujudkan gerakan-gerakan. Melalui proses semacam itulah siswa mencoba melakukan atau mempraktekkan gerakan yang dipelajari. Dengan mempraktekkan berulang-ulang gerakan demi gerakan, penguasaan keterampilan melakukan gerakan menjadi meningkat. Pada fase kognitif ini siswa baru dalam taraf
mengembangkan citra
kognitifnya, oleh sebab itu lebih lanjut Drowatzky (1975: 242), menyatakan bahwa : “ Instruktur yang baik akan memusatkan perhatian pada isyarat persepsi dan karakteristik respon serta memberikan pengetahuan hasil diagnose pada fase ini “. Pada fase kognitif siswa belum dapat melakukan gerakan-gerakan dengan baik. Setelah mempraktekkan berulang-ulang dan kemampuan melakukan gerakan – gerakan sudah menjadi lancar dan baik, maka siswa berarti sudah meningkat memasuki fase belajar selanjutnya yaitu memasuki fase asosiatif. Fase asosiatif disebut juga fase penghubung atau menengah. Fase ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan dimana siswa sudah mampu melakukan gerakan-gerakan dalam bentuk rangkaian yang tidak tersendat-sendat pelaksanannya. Dengan tetap mempraktekkan berulang-ulang, pelaksanaan gerakan akan menjadi semakin efektif, lancar, sesuai dengan keinginannya dan kesalahan gerakan akan semakin berkurang. Untuk meningkatkan penguasaan dan kebenaran gerakan, siswa perlu tahu kesalahan yang masih diperbuatnya. Karena tahu tentang kesalahan gerakan yang dilakukan siswa perlu mengarahkan commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perhatiannya untuk membetulkan dengan mempraktekkan berulang-ulang. Kemampuan untuk mengenali kesalahan gerakan sangat diperlukan untuk peningkatan
penguasaan
gerak.
Untuk
meningkatkan
penguasaan
gerak
diperlukan kesempatan yang leluasa untuk praktek berulang-ulang. Pada fase asosiatif ini respon yang dipelajari sudah siap, sehingga memungkinkan kesalahan tidak lagi sering terjadi, bahkan secara bertahap akan hilang. Pada fase asosiatif ini merangkaikan bagian-bagian gerakan menjadi rangkaian gerakan yang terpadu, yang merupakan unsur penting untuk menguasai berbagai gerakan keterampilan. Fase otonom dapat dikatakan sebagai fase akhir dalam belajar gerak. Fase ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan di mana siswa mampu melakukan gerakan keterampilan secara otomatis. Fase ini dikatakan sebagai fase otonom karena siswa mampu melakukan gerakan keterampilan tanpa terpengaruh walaupun pada saat melakukan gerakan itu siswa harus memperhatikan hal-hal lain selain gerakan yang dilakukan. Hal ini dapat terjadi karena gerakannya sendiri sudah dapat dilakukan secara otomatis. Untuk mencapai fase otonom diperlukan praktek berulang-ulang secara teratur. Setelah dicapai fase otonom kelancaran dan kebenaran gerakan masih dapat ditingkatkan, namun peningkatannya tidak lagi secepat pada fase-fase belajar sebelumnya. Pada fase ini dimana gerakan sudah menjadi otomatis, untuk mengubah bentuk gerakan cukup sulit. Untuk mengubahnya perlu ketekunan. Mengingat menjadi sulitnya mengubah bentuk gerakan setelah gerakan menjadi otomatis, maka pembentukan gerakan harus dilakukan pada fase belajar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
65 digilib.uns.ac.id
sebelumnya. Sejak awal siswa sudah harus diarahkan melakukan gerakan-gerakan yang benar secara mekanik, agar setelah mencapai fase otonom gerakannya benarbenar efisien. Perlu dijelaskan bahwa gerakan otomatis tidak sama dengan gerakan yang efisien atau gerakan yang terampil. Gerakan yang otomatis belum tentu efisien. Gerakan yang salah secara mekanisme dapat menjadi otomatis apabila terus dilakukan berulang-ulang. Sedangkan gerakan yang benar dan dilakukan secara otomatis akan menjadi gerakan yang efisien. Di dalam proses pembelajaran gerak keterampilan diperlukan adanya kondisi tertentu yang berbeda dengan kondisi belajar pada jenis belajar yang lain. Ada dua jenis kondisi pada belajar gerak keterampilan, yaitu kondisi internal dan kondisi eksternal (Sugiyanto, 1998: 324 - 334). Kondisi internal adalah kondisi yang ada pada diri pelajar, sedangkan kondisi eksternal adalah kondisi yang ada pada situasi belajar. Kondisi internal meliputi dua hal, yaitu: mengingat bagianbagian keterampilan (recall of part-skills) dan mengingat rangkaian pelaksanaan (recall of executing routine). Kondisi eksternal meliputi lima hal, yaitu: instruksi verbal, gambar, demontrasi, praktek, dan umpan balik. Kemampuan memahami mekanika gerakan penting peranannya seperti halnya kemampuan memahami keterampilan yang harus dilakukan. Dengan memahami bentuk-bentuk gerakan yang benar, maka otak dapat memberi komando gerak kepada sistem penggerak tubuh untuk melakukan gerakangerakan dengan bentuk yang benar. Kemampuan berkonsentrasi sangat penting dalam pelaksanaan keterampilan yang memerlukan keseriusan, kecermatan, dan pengerahan seluruh daya yang dimiliki. Misalnya di dalam persiapan melakukan commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
gerakan loncat indah, senam prestasi (gymnastic), dan angkat besi, tanpa berkonsentrasi, seseorang tidak akan dapat menyelesaikan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Seperti halnya unsur fisik dan mental, unsur emosional juga merupakan faktor penentu penampilan gerak yang efisien. Kemampuan dan kondisi emosional yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan gerakan yang efisien adalah: kemampuan mengendalikan emosi dan perasaan, tidak ada gangguan emosional, merasa perlu dan ingin mempelajari atau melakukan gerakan, memiliki sikap yang positif terhadap prestasi gerak gangguan emosional misalnya ketegangan emosi, kemarahan, kesedihan, erat kaitannya dengan penampilan gerak. Koordinasi gerak dapat terganggu karena keadaan emosi yang tidak terkendali. Apabila koordinasi gerak terganggu maka tidak mungkin melakukan keterampilan gerak yang sebaik-baiknya. Merasa perlu dan ingin untuk mempelajari atau melakukan gerakan merupakan motivasi internal atau larangan dari dalam diri untuk berbuat dalam bentuk mempelajari atau melakukan gerakan. Apabila seseorang berbuat karena adanya dorongan dari dalam dirinya sendiri, maka ia akan cenderung berbuat sebaik – baiknya karena tidak merasa terpaksa. Seseorang berbuat secara sukarela cenderung akan menghasilkan sesuatu yang lebih baik dibandingkan dengan yang dihasilkan oleh seseorang yang berbuat karena terpaksa. Kemampuan untuk mengendalikan diri memberikan kemungkinan bagi seseorang untuk berbuat sesuai dengan yang seharusnya dilakukan atau tidak berbuat di luar batas. Seseorang yang mengendalikan diri akan lebih mudah commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengikuti aturan-aturan, termasuk mengikuti aturan agar dirinya dapat menjadi terampil. b. Gerakan yang terampil dan efisien pada anak-anak. Gerakan yang terampil pada dasarnya merupakan gerakan yang efisien. Keterkaitan antara berbagai faktor akan dapat menimbulkan gerakan yang efisien. Hal ini sesuai pendapat Drowatzky (1975: 34), yaitu: “ Tiga komponen utama yang mendukung gerakan yang efisien, yaitu: kesegaran jasmani dan kemampuan gerak, kemampuan penginderaan atau sensori serta proses-proses perseptual “. Gambaran mengenai komponen-komponen pendukung gerakan yang efisien dan unsur – unsurnya dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 3. Komponen gerakan efisien (Drowaztky, 1975:34) commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Unsur-unsur pendukung gerakan yang terampil dan efisien menurut Broer dan Zernicke (1979: 35), menyatakan bahwa: “ tiga prasarat untuk gerakan yang efisien, yaitu unsur fisik, mental, dan emosional “. Ketiga unsur tersebut tidak dapat berfungsi sendiri – sendiri secara terpisah dalam mewujudkan gerakan yang terampil dan efisien. Ketiganya harus berfungsi dalam suatu mekanisme yang serasi atau terorganisasi dengan baik. Unsur fisik merupakan fungsi dari sistem muskular, skeletal, sirkulatori, respiratori, dan indera. Sistem ini secara bersama- sama dengan komponen mental dan emosional mempengaruhi sistem syaraf. Sistem syaraf melalui kontrol keseimbangan, kontrol muskular dan kontrol ketepatan waktu mempengaruhi kelincahan dan koordinasi tubuh. Kelincahan dan koordinasi tubuh inilah yang mencerminkan gerakan yang efisien. Di dalam berbagai gerakan, semua sistem tubuh difungsikan melalui sistem syaraf untuk meghasilkan kontrol keseimbangan tubuh pada saat melakukan gerakan. Kontrol tubuh ini meliputi : kontrol keseimbangan, kontrol ketepatan, waktu berbuat, dan kontrol muskular. Kelima macam kontrol tersebut tergantung pada unsur fisik, mental dan emosional. Kontrol keseimbangan meliputi kemampuan untuk menyelesaikan pusatpusat gravitasi secara efektif dalam hubungannya dengan bidang tumpuan, baik timpuan yang tidak bergerak maupun tumpuan yang bergerak. Kontrol keseimbangan merupakan fungsi dari organ vestibular yang berada pada telinga bagian dalam dan di dalam berfungsinya ditunjang oleh fungsi mata. Pada saat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
69 digilib.uns.ac.id
seseorang dalam keadaan bergerak, tangan dan kaki berperan penting dalam menjaga keseimbangan tubuh. Kontrol ketepatan waktu bergerak pada dasarnya merupakan pengatur irama gerakan, dalam hal ini terwujud dalam bentuk ketepatan waktu kontraksi sekelompok otot sehingga dapat menghasilkan gerakan dengan kecepatan, urutan dan lamanya tiap unsur gerakan yang sesuai dengan kebutuhan. Kontrol muskular merupakan kemampuan mengendalikan kontraksi dan relaksasi otot. Pengendalian otot-otot mana yang harus berkontraksi dan otot – otot mana yang tidak perlu berkontraksi untuk melakukan suatu gerakan sangat diperlukan agar suatu gerakan dapat dilakukan dengan baik. Di dalam melakukan aktivitas fisik, bukan hanya kemampuan kontraksi otot yang diperlukan, kemampuan relaksasi otot juga penting. Kemampuan relaksasi penting untuk memperoleh efisiensi gerakan dan mempercepat proses pemulihan kesegaran sesudah melakukan aktivitas. Kontrol keseimbangan, kontrol ketepatan waktu bergerak dan kontrol muskular saling berhubungan di dalam pelaksanaan fungsinya. Misalnya, kontrol muskular berperan dalam kontrol keseimbangan, kontrol timing berperan di dalam pelaksanaan gerakan yang memerlukan ketepatan waktu pelaksanaan atau gerakan berirama. Pelaksanaan gerakan merupakan fungsi kontrol muskular, sedangkan iramanya merupakan fungsi kontrol timing. Ketika fungsi kontrol tersebut secara bersama-sama mewujud dalam bentuk kelincahan dan koordinasi gerakan. Kelincahan (agility) adalah kemampuan mengubah arah gerakan atau posisi tubuh dengan cepat. Sedangkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
70 digilib.uns.ac.id
koordinasi adalah pemfungsian beberapa otot secara bersama dengan timing dan keseimbangan yang baik di dalam suatu gerakan. Gerakan yang berkoordinasi dengan baik tidak akan menimbulkkan ketegangan otot yang tidak perlu dan pelaksanaannya lancar atau mulus. Apabila berbagai macam gerakan yang terkoordinasi dengan baik dikombinasikan secara serasi, maka akan menghasilkan gerakan yang efisien. Gerakan dikatakan efisien apabila gerakan-gerakan yang terkoordinasi dengan baik dikombinasikan untuk menghasilkan gerakan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tertentu, dan memanfaatkannya dengan perolehan nilai yang tinggi, dengan arah yang baik, dan menggunakan tenaga sekecil mungkin. Seseorang yang mampu melakukan gerakan-gerakan secara efisien, orang tersebut dapat dikatakan terampil. Pengembangan kemampuan gerak dasar banyak tergantung pada dasar fisiologis, peranan belajar, lingkungan kebudayaan dan kemampuan masing – masing individu. Faktor- faktor biologis dan fisiologi memainkan peranan penting dalam menentukan kemampuan gerak dasar seseorang. Flieshman (1965: 10), menyatakan bahwa : “ Kemampuan gerak dasar seseorang terdapat perbedaan, hal ini tergantung pada sensitif tidaknya otot-otot dan kelompok otot, komposisi jaringan otot atau perbedaan susunan sistem saraf pusat “. Faktor keturunan juga memberikan pengaruh pada kemampuan gerak dasar terutama dalam menetapkan pembatasan kondisi seseorang. Faktor – faktor lingkungan dan belajar memainkan peranan penting dan memiliki sumbangan yang lebih besar di dalam mempengaruhi perkembangan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
71 digilib.uns.ac.id
kemampuan gerak dasar seseorang. Oleh karena itu prinsip seluruh pendidikan formal dalam pendidikan jasmani merupakan dasar dari proses pengembangan kemampuan gerak. Flieshman (1965: 11), menyatakan bahwa : “ Kemampuan dasar mulai diperoleh pada awal kehidupan, oleh karena itu lingkungan hidup anak harus ditujukan pada pemeliharaan pertumbuhan yang baik, hal ini penting bagi pengembangan kemampuan gerak dasar”. Kemampuan gerak dasar mempunyai pengertian yang hampir sama dengan kemampuan motorik atau motor ability yang menunjukkan gambaran tentang keterampilan di dalam aktivitas olahraga atau motor ability indicates precent athletic ability, yang berarti tingkat kemampuan seseorang dalam melakukan suatu keterampilan gerak yang luas. Oleh sebab itu salah satu pengembangan kemampuan gerak dasar dapat dilakukan melalui pendidikan jasmani disekolah. Kemampuan gerak dasar merupakan bahasan yang komplek, artinya di dalam membahas mengenai kemampuan gerak dasar ini dari sudut mana mereka memandang. Harrow (1977: 84), mengklasifikasikan dalam bentuk keterampilan, yaitu: “ Keterampilan pemula, menengah, dan keterampilan tinggi “. Pengklasifikasikan oleh Magill (1980: 10), yaitu: “ klasifikasi keterampilan gerak didasarkan pada kecermatan gerakan, perbedaan titik awal, stabilitas lingkungan dan kontrol umpan balik “. Berdasarkan pada kecermatan gerakan, gerakan keterampilan dapat diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu : keterampilan gerak agal atau gross motor skills dan keterampilan gerak halus atau fine motor skills (Singer;1980: 14). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
72 digilib.uns.ac.id
Keterampilan gerak agal ditandai oleh keterlibatan otot-otot besar sebagai basis primer dalam gerakan. Keterampilan gerak halus merupakan keterampilan yang memerlukan kemampuan mengontrol otot-otot halus dalam tubuh untuk pencapaian pelaksanaan keterampilan gerak. Berdasarkan titik awal dan titik akhir pelaksanaan, gerakan keterampilan dapat dibedakan dalan dua kategori, yaitu: “ Keterampilan gerak diskret atau discrete motor skill dan keterampilan gerak kontinus atau continuous motor skill (Singer; 1980: 19). Suatu keterampilan gerak dapat diklasifikasikan ke dalam keterampilan gerak diskret apabila dalam pelaksanaan keterampilan gerak dapat dibedakan antara titik awal dan titik akhir dari gerakan itu. Keterampilan gerak kontinus adalah keterampilan gerak yang tidak ditandai dengan jelas adanya titik awal dan titik akhirnya. Kekuatan eksternal lebih menentukan dalam memulai dan mengakhiri suatu gerakan, bila dibandingkan dengan pengaruh bentuk gerakannya sendiri. Berdasarkan stabilitas lingkungan, keterampilan gerak menurut Singer (1980: 14), dibedakan menjadi : “ Gerak tertutup (self paced), gerak terbuka (externally paced) dan gabungan gerak tertutup dan terbuka (mixed paced) “. Keterampilan tertutup merupakan gerakan yang terjadi dalam kondisi lingkungan tertentu dan tidak berubah – ubah. Stimulus dalam setiap gerakan dimulai oleh pelaku sendiri. Keterampilan terbuka terjadi pada lingkungan yang berubah – ubah secara temporal dan spacial. Pelaku bergerak berdasarkan stimulus dari lingkungan di mana siswa berada. Sedangkan keterampilan gerak gabungan atau mixed paced terjadi antara siswa dan obyek dalam situasi bergerak. commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Klasifikasi gerakan berdasarkan kontrol umpan balik, didasarkan pada bagaimana dan kapan umpan balik sensori yang dihasilkan dari gerakan dapat dimanfaatkan oleh pelaku untuk melakukan gerakan berikutnya. Umpan balik sensori diartikan sebagai informasi yang diterima oleh seseorang melalui indera selama melakukan gerakan. Berdasarkan kontrol umpan balik, dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu : kontrol lingkaran tertutup (closed loop) dan kontrol lingkaran terbuka (open loop). Jika informasi umpan balik dapat digunakan untuk menyesuaikan aksi selama gerakan itu berlangsung, maka keterampilan itu dapat diklasifikasikan ke dalam kontrol lingkaran tertutup, sedangkan jika umpan balik itu tidak dapat digunakan untuk membuat penyesuaian gerakan selama aksi berlangsung, maka keterampilan itu dikatakan berada dalam kontrol lingkaran terbuka. Berdasarkan klasifikasi tersebut bila dikaitkan dengan penguasaan keterampialn bermain sepak bola, maka dapat disampaikan sebagai berikut : (1) berdasarkan kecermatan gerak, termasuk gerak agal dan halus, karena melibatkan sejumlah otot besar dan kecil, (2) berdasarkan titik awal dan titik akhir, termasuk gerakan serial, karena gerakan terdiri dari bagian-bagian yang jelas titik awal dan titik akhirnya dan dilakukan secara berangkai, (3) berdasarkan stabilitas lingkungan, termasuk keterampilan terbuka, karena gerakannya terjadi pada kondisi lingkungan yang berubah-ubah dan stimulusnya berasal dari luar, (4) berdasarkan kontrol umpan
balik termasuk dalam kontrol lingkaran terbuka,
karena umpan balik yang timbul dapat dimanfaatkan untuk gerakan berikutnya. commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keterampilan gerak harus dibedakan dengan gerak dasar yang merupakan pola gerak. Keterampilan gerak menunjukkan tingkat pengembangan kecakapan, sedangkan gerak dasar merupakan gerakan yang nampak nyata dalam penampilan dan mempunyai tujuan sendiri yang penting. Gerakan keterampilan mempunyai tingkat efisiensi dalam melakukan tugas yang kompleks, meliputi tugas-tugas gerakan dalam belajar dan berlatih. Gerak yang terampil menunjukkan perkembangan tingkat ketangkasan. Klasifikasi
gerakan
terampil
menurut
Harrow
(1977:76),
yaitu:
“Klasifikasi gerakan yang terampil dibagi menjadi dua kontinum, yaitu kontinum vertikal dan kontinum horisontal “. Kontinum vertikal menunjukkan derajat kesukaran gerak yang dilakukan dari berbagai keterampilan dan biasanya disebut sebagai tingkat kompleksitas. Sedangkan kontinum horisontal menggambarkan tingkat penguasaan keterampilan yang dicapai oleh siswa dan biasa disebut sebagai tingkat ketangkasan. Dalam keterampilan gerak pada cabang olahraga tertentu, seorang guru atau pelatih harus dapat membuat kategori perilaku gerak atas dasar tingkat kesukaran dari keterampilan maupun tingkat ketangkasan siswa. Beradasarkan kontinum vertikal, gerak keterampilan dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu keterampilan adaptif sederhana, terpadu, dan kompleks. Keterampilan adaptif sederhana menunjukkan adaptasi gerakan dan gerak dasar utama. Gerakan-gerakan dasar utama dimodifikasi untuk menyesuaikan dengan situasi atau lingkungan yang baru. Keterampilan terpadu terbentuk dari efisiensi dalam keterampilan dasar siswa dan disatukan dengan penggunaan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
75 digilib.uns.ac.id
perlengkapan dan alat – alat yang digunakan. Siswa diharapkan dapat mengatur tubuhnya sambil menggunakan perlengkapan selama melakukan penampilan dalam keterampilan terpadu tersebut. Sedangkan keterampilan adaptif kompleks merupakan keterampilan yang memerlukan penguasaan mekanika tubuh yang lebih besar sebagai pelaksanaan hukum – hukum fisika terhadap tubuh. Untuk mengidentifikasi gerakan yang dapat dikategorikan keterampilan kompleks ini adalah keterlibatan tubuh pelaku secara total, seringkali tanpa landasan penopang atau dalam keadaan melayang di udara harus membuat penyesuaian postural terhadap rangsangan atau isyarat yang tidak terduga, dan mengatur gerakan di lapangan yang luas. Kontinum horizontal berhubungan dengan derajat ketangkasan atau penguasaan keterampilan yang dapat dicapai dalam keterampilan tertentu. Harrow (1977:78), menyatakan bahwa : “ Kontinum horizontal dibagi menjadi empat tingkat, yaitu tingkat pemula, menengah, lanjut, dan keterampilan tinggi “. Setiap siswa yang mempelajari keterampilan baru, digolongkan dalam tingkat pemula. Selanjutnya sesuai dengan perkembangan derajat keterampilannya, kemampuan siswa dapat dikategorikan ke dalam klasifikasi tingkat selanjutnya, dan seterusnya sampai tingkat keterampilan tinggi. Kontinum horizontal mempunyai empat klasifikasi yang selalu berada dalam setiap klasifikasi kontinum vertikal. Keterampilan dapat pula diklasifikasikan menjadi dua, yaitu atas dasar persepsi dan kebiasaan. Cabang olahraga anggar, bola basket atau tenis dapat digolongkan sebagai cabang olahraga yang berkiblat pada persepsi, sedangkan jenis cabang olahraga senam, tolak peluru ataupun keterampilan mengemudi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
76 digilib.uns.ac.id
termasuk kebiasaan. Dalam kegiatan olahraga potensi siswa sangat diperlukan untuk situasi yang selalu berubah. Reaksi tidak dapat dipastikan tergantung pada situasi yang dihadapi. Keterampilan memerlukan latihan dan ulangan – ulangan sampai menjadi gerakan yang memerlukan kebiasaan. Keterampilan yang bersifat kebiasaan memerlukan respons yang tepat terhadap situasi yang dihadapi, hal ini sesuai dengan teori tentang hubungan antara stimulus (S) dengan respons (R). Singer (1980: 18), menyatakan bahwa : “ Situasi yang dihadapi secara relatif adalah tetap, sedangkan respon yang diinginkan hanya dapat dihasilkan melalui latihan yang teratur dan perhatian dari siswa tersebut kegiatan yang dilakukan. Hasilnya adalah keterampilan yang berlangsung secara otomotik “. Belajar keterampilan, baik keterampilan yang bersifat sederhana maupun yang kompleks, menghendaki terintegrasinya fungsi – fungsi jiwa secara baik. Oleh karena itu diperlukan ketekunan, ketelitian, keterikatan pada tugas yang dihadapi, terpusatnya perhatian secara tajam dan terkoordinasinya antara persepsi dan gerakan. Romizowsky (1981: 129) mengemukakan bahwa : “ Belajar keterampilan melalui tahap – tahap : (1) memperoleh pengetahun, (2) melakukan respon (aplikasi dari pengetahuan itu), (3) mengalihkan kontrol dari persepsi kepada feeling dan kemudian gerakan, (4) otomatisasi gerak keterampilan itu, dan (5) generalisasi keterampilan”. Suatu keterampilan harus dipelajari secara baik dalam kondisi – kondisi yang tetap sebelum siswa mengalami keadaan – keadaan yang sulit diperkirakan. Suatu respons tertentu tidak berguna bagi siswa untuk bereaksi di bawah aneka commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
77 digilib.uns.ac.id
ragam kondisi. Seorang pemain sepak bola (penjaga gawang) mungkin memiliki keterampilan yang baik ketika menangkap bola yang keluar dari mesin pelempar bola atau jet ball, tetapi situasi pertandingan menghendaki banyak keluwesan respons pada waktu bola datang dengan kecepatan yang berbeda – beda, dengan putaran, slice dan arah dan kecepatan yang berbeda. Hampir semua gerak keterampilan memerlukan lebih dari satu reaksi yang disiapkan. Kerumitan tersebut memerlukan pengertian dari pihak guru atau pelatih dan dari siswa sendiri agar diperoleh keterampilan sesuai dengan harapan. Oleh karena itu pengajaran harus tanggap terhadap penekanan-penekanan yang penting dalam belajar keterampilan. Kadang-kadang orang sulit membedakan antara kemampuan dan keterampilan. Kemampuan sifatnya umum dan tahan lama, suatu pembawaan yang dipengaruhi oleh belajar dan pengalaman. Sedangkan keterampilan bersifat spesifik untuk kegiatan tertentu yang diperoleh dari pengalaman dan berkenaan dengan suatu urutan respons yang dikembangkan secara spesifik. Untuk memprediksi kemampuan gerak dasar masing-masing individu, telah banyak tes-tes ketangkasan gerak yang telah dikembangkan untuk diterapkan pada orang coba baik laki-laki maupun perempuan pada tingkat perkembangan yang berbeda. Tes tersebut bertujuan untuk membuat klasifikasi dan pencapaian tingkat ketangkasan sebagai prediksi terhadap kemampuan ketangkasan seseorang di dalam aktivitas jasmani. Jenis tes kemampuan gerak untuk anak Sekolah Dasar di sesuaikan dengan perkembangan fisik dan fisiologis anak. Pertumbuhan fisik erat kaitannya dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
78 digilib.uns.ac.id
terjadinya proses peningkatan pematangan fisiologis pada diri setiap individu. Pertumbuhan dan tingkat kematangan fisik dan fisiologis membawa dampak pada perkembangan kemampuan fisik. Indikasi untuk menaksir kemampuan fisik anak dapat dilakukan dengan mengadakan tes. Tes untuk menaksir kemampuan gerak dasar anak adalah (test of general motor ability) terdiri dari : 1) Standing Broad Jump, 2) Shot-put, 3) Body weight, (Barry L. Jhonson & Jack K. Nelson.1969 :118-119). Perkembangan kemampuan gerak dasar anak usia sekolah dasar meningkat sejalan dengan meningkatnya ukuran tubuh dan meningkatnya kemampuan fisik. Berbagai kemampuan gerak dasar yang sudah mulai dapat dilakukan pada masamasa sebelumnya semakin dikuasai. Peningkatan kemampuan gerak dapat diidentifikasi dalam bentuk gerakan mekanika tubuh yang makin efisien, gerakannya semakin lancar dan terkontrol serta pola gerakannya makin bervariasi dan bertenaga. Kemampuan gerak dasar dipengaruhi oleh aktivitas yang dilakukan dalam kesehariannya. Apabila aktivitas yang dilakukan dapat leluasa, maka kemampuan gerak dasarnya akan berkembang dengan baik, tetapi sebaliknya bila aktivitasnya terkekang dan tidak diberikan kebebasan, maka kemampuan gerak dasarnya secara otomatis akan menjadi jelek. Padahal usia untuk belajar gerak yang paling tepat adalah masa sebelum adolensensi. Dapat ditegaskan bahwa keterampilan dasar dan minat terhadap keterampilan gerak harus ditemukan pada umur 12 tahun atau sebelumnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa masa anak-anak merupakan waktu yang tepat dan ideal untuk belajar keterampilan gerak dasar, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
79 digilib.uns.ac.id
sedangkan masa adolensensi merupakan waktu yang digunakan untuk penyempurnaan dan penghalusan serta mempelajari berbagai macam variasi keterampilan gerak. Perkembangan kemampuan gerak dasar anak dapat diketahui melalui pengetesan dan pengukuran. Espenschade dan Eckert (1980 : 196), menyatakan bahwa : “ Perkembangan kemampuan gerak pada anak-anak dapat diketahui dengan menggunakan pengetesan dan pengukuran kemampuan berlari, meloncat dan melempar”. Perkembangan kemampuan gerak dasar pada anak dewasa sangat dipengaruhi oleh penguasaan gerak dasar pada masa kanak-kanak dan faktor latihan. Oleh karena itu kecenderungan keterampilan gerak setiap individu pada anak bervariasi. Dengan demikian akan terdapat kemampuan gerak dasar yang tinggi yang ditandai dengan adanya penguasaan keterampilan gerak yang tinggi dan kemampuan gerak dasar rendah yang ditandai dengan penguasaan keterampilan gerak yang rendah. c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Gerak Dasar Istilah ketrampilan dapat diartikan sebagai keahlian seseorang dalam melakukan aktifitas pada tingkat kemampuan yang bervariasi. Meskipun istilah ini memiliki banyak pengertian, pada umumnya yang dimaksud adalah kemampuan gerak dengan tingkatan tertentu. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Singer (1980: 34) yang mengatakan bahwa ”skill is the consistent degree of success in achieving with efficiency and effectifitness”. Menurut Pate dkk (1993: 204) mengatakan bahwa orang yang terampil seringkali digambarkan dengan mudah bergerak, luwes, dan memiliki kemampuan untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
80 digilib.uns.ac.id
mengatasi masalah lingkungan. Istilah terampil juga diartikan suatu perbuatan dan sebagai indikator suatu tingkat kemahiran. Penguasaan suatu kemahiran motorik merupakan sebuah proses dimana seeorang mengembangkan seperangkat respon kedalam suatu pola gerak yang terkoordinasi, dan terintegrasi. Sebagai indikator – indikator dari tingkatan kemahiran, maka keterampilan diartikan sebagai kompetensi yang diperagakan oleh seseorang dalam melaksanakan suatu tugas yang berkait dengan pencapaian suatu tujuan. Semakin tinggi kemampuan seseorang menjadi tujuan yang diharapkan, maka semakin terampil orang tersebut. Rusli Lutan (1988: 95) mengatakan bahwa seseorang semakin mampu mencapai tujuan yang diharapkan, maka orang tersebut dikataka semakin terampil. Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa seseorang disebut terampil apabila memiliki kemampuan untuk menghasilkan sesuatu dengan kualitas yang tinggi (cepat, cermat, dan tepat). Ketrampilan harus dipelajari, karena suatu ketrampilan tidak terkuasai dengan sendirinya. Dengan demikian, agar ketrampilan itu dapat dikuasai dengan baik sejak awal, maka dibutuhkan proses pembelajaran yang baik pula. Suatu anggapan yang menyatakan, bahwa ketrampilan itu akan terkuasai, karena menyenangkan, juga tak dapat dipertahankan. Guru pendidikan jasmani harus berupaya untuk memberikan bimbingan kepada anak-anak, agar para siswanya dapat menguasai ketrampilan dasar dengan baik. Pendidikan jasmani di sekolah dasar janganlah dipandang hanya sekedar sebagai proses pelepas lelah atau pengisi waktu kosong untuk memberikan kesenangan kepada anak-anak. Kini semakin disadari bahwa penguasaan ketrampilan itu tidak cukup karena anak commit to user
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sudah matang. Juga tidak cukup hanya mengandalkan perkembangan yang terjadi dengan sendirinya, dan berlangsung begitu saja. Untuk itu faktor kesempatan dan dorongan sangat diperlukan. Fungsi
pengajaran
adalah
memberikan
kesempatan,
disamping
memberikan dorongan semangat kepada anak untuk menyukai kegiatan itu. Tidak ada cara lain untuk menguasai suatu ketrampilan, kecuali dengan berlatih. Maksudnya, anak itulah yang harus melakukan tugas-tugas belajar, agar kemudian terjadi perubahan perilaku. Prinsip belajar aktif sungguh cocok dalam pendidikan jasmani. Demikian juga penerapan prinsip pengulangan, yang menjadi bagian dari prinsip latihan. Tugas gerak dilakukan berulang-ulang, sampai kemudian anak makin mahir dan terampil. Disamping kesempatan untuk berlatih, faktor dorongan semangat kepada siswa sangat di perlukan. Dorongan itu berasal dari guru kelas, guru pendidikan jasmani, orang tua dan bahkan teman bermain. Pengalaman menunjukkan orang tua memegang peranan sangat besar dalam hal memberikan dorongan kepada anak untuk rajin berlatih. Sebaliknya, orang tua dapat menjadi hambatan bagi anak untuk aktif bermain, akibat terlalu banyak larangan, karena berbagai alasan. Misalnya, karena takut anak-anaknya cidera, atau memang orang tua tidak suka melihat anak melakukan aktivitas jasmani. Pengajaran dalam arti sempit adalah bantuan khusus kepada anak, sehingga ia dapat dengan cepat menguasai suatu ketrampilan. Kesempatan dan dorongan saja tidak cukup dan karena itu dibutuhkan unsur pengajaran. Hal ini commit to user
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
merupakan kunci keberhasilan. Sebagai guru pendidikan jasmani memegang peranan penting untuk mengajarkan kepada anak ketrampilan gerak dasar. Perkembangan kemampuan gerak dasar masing-masing siswa akan berlainan. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari dalam yaitu pembawaan maupun dari luar yaitu lingkungan dan sarana belajar. Dengan demikian akan terdapat kemampuan gerak dasar tinggi dan rendah. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan gerak dasar Kemampuan gerak dasar tinggi 1. aktivitas pada masa sebelumnya
Kemampuan gerak dasar rendah 1. aktivitas pada masa anak kurang
diberikan kebebasan
atau dikekang
2. lingkungan, orang tua dan pra
2. lingkungan, orang tua dan pra
sarana pendukung
sarana kurang mendukung
3. memiliki koordinasi tubuh dan
3. koordinasi tubuh dan kondisi fisik
kekuatan otot yang baik 4. motivasi
melakukan
lemah kegiatan
4. kurang
tinggi
Seorang
bermotivasi
terhadap
kegiatan olahraga.
guru
mempertimbangkan
mempunyai
potensi
kesempatan
ketangkasan
yang
muridnya
baik
guna
untuk
keperluan
pengembangan di masa yang akan datang. Tingkat potensi ketangkasan siswa dapat pula digunakan sebagai salah satu faktor dalam pengembangan kurikulum olahraga pendidikan. Tingkat kemampuan siswa yang sama dapat pula digunakan commit to user
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebagai usaha untuk mengadakan pengelompokkan siswa secara homogen agar diperoleh keuntungan yang lebih baik dari program kegiatan olahraga. Dalam pengelompokkan yang homogen para siswa dapat melakukan kegiatan dan bersaing dalam kemampuan yang sama. Pengembangan kemampuan gerak dasar juga banyak tergantung dari pada dasar fisiologis, peranan belajar dan lingkungan kebudayaan serta kemampuan seseorang. Faktor-faktor biologi dan fisiologi memainkan peranan penting dalam menentukan kemampuan gerak dasar seseorang. Sebagai contoh adalah seseorang yang mempunyai indera mata kurang berfungsi, maka hasil tersebut akan mempengaruhi dan membatasi penglihatannya sehingga menyebabkan perbedaan dalam melakukan kegiatannya. Kemampuan gerak dasar seseorang berbeda, tergantung dari sensitif tidaknya otot-otot dan kelompok otot, komposisi jaringan otot atau perbedaan susunan dari sistem saraf pusat. Faktor keturunan memberikan pengaruh pula pada kemampuan gerak dasar, terutama dalam menetapkan pembatasan kondisi, akan tetapi variasi yang sangat luas masih tetap dimungkinkan. Faktor-faktor lingkungan dan belajar memainkan peranan yang lebih besar dalam mempengaruhi pengembangan kemampuan, oleh karena itu prinsip seluruh proses pendidikan formal merupakan dasar. Kemampuan dasar mulai diperoleh dari awal kehidupan, oleh karena itu lingkungan kehidupan anak-anak terutama adanya pemeliharaan pertumbuhan yang baik sangat penting artinya bagi pengembangan kemampuan dasar.
commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B.
Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang ada hubungannya dengan penelitian ini adalah : hasil penelitian M. Furqon H. (2008) telah mampu membedakan jenis-jenis permainan berdasarkan kelompok umur serta mengembangkan pengaruh bermain terhadap perkembangan anak, sehingga dapat dijadikan sebagai panduan bagi guru SD bidang pendidikan jasmani untuk dapat melakukan variasi dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani disekolah. Huizinga, Roger Caillois dalam Rusli Lutan (2001: 33) membagi permainan (games) secara umum menjadi 4 kategori utama yaitu : (1) Agon yaitu permainan yang bersifat pertandingan, perlawanan kedua belah pihak dengan kesempatan yang sama untuk mencapai kemenangan sehingga dibutuhkan perjuangan fisik yang keras, (2) Alea yaitu permainan yang mengandalkan hasil secara untung-untungan, atau hukum peluang. Sementara kemampuan otot tidak diperlukan, (3) Mimikri yaitu permainan fantasi yang memerlukan kebebasan, dan
bukan
kesungguhan,
(4)
Illinx
yaitu
mencakup
permainan
yang
mencerminkan untuk melampiaskan kebutuhan untuk bergerak, berpetualang, dan dinamis, lawan dari keadaan diam, seperti berolahraga di alam terbuka, mendaki gunung. McCloy dalam Donald K Mathews (1963 :145-148) telah mampu mengembangkan tes kemampuan gerak umum. Dari tes yang mereka kembangkan tersebut mampu untuk meramalkan keberhasilan individu dalam usaha-usaha mempelajari gerak keterampilan dalam olahraga. commit to user
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Drowatzky (1981: 4), menyimpulkan dan mendefinisikan belajar motorik sebagai proses perubahan atau modifikasi individu sebagai hasil hasil timbal balik antara latihan dan lingkungan. Adapun faktor-faktor tersebut dijelaskan sebagai berikut : (1) faktor proses belajar, (2) faktor personal meliputi persepsi, ketajaman berfikir, intelegensi, ukuran fisik, latar belakang, pengalaman, emosi, kapabilitas, motivasi, kemampuan gerak, sikap, jenis kelamin, dan usia; (3) faktor situasi meliputi situasi alami dan situasi sosial. Guttridge dalam Sugiyanto (1998:103) meneliti perbandingan kemampuan gerak antara anak laki-laki dan anak perempuan berumur 2 sampai 7 tahun. Kesimpulan penelitiannya adalah bahwa anak perempuan cenderung lebih baik penguasaannya dalam gerakan berjengket, lompat tali dan mencongklang (galloping). Sementara itu anak laki-laki cenderung lebih menguasai gerakan meloncat dan melempar. Sugiyanto (1998) meneliti perbandingan kemampuan keseimbangan gerak antara anak laki-laki dan anak perempuan. Kesimpulan penelitiannya adalah antara umur 6 sampai dengan 16 tahun anak-anak umumnya mengalami peningkatan keseimbangan dinamik, tetapi antara umur 12 sampai 14 tahun hanya sedikit
penigkatannya.
Peningkatan
keseimbangan
tidak
selalu
tetap
kecepatannya. Pada anak laki-laki peningkatannya melambat pada usia antara 7 sampai 9 tahun., dan anak perempuan melambat pada usia antara 8 sampai 10 tahun. Dalam hal keseimbangan statik ada peningkatan yang ajeg pada masa anak besar. commit to user
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Kerangka Pemikiran
1. Perbedaan
pengaruh
pendekatan
pembelajaran
bermain
antara
individual games dan groups games terhadap peningkatan kemampuan gerak dasar Ditinjau dari jumlah pemainnya, permainan perorangan (individual games) adalah permainan yang dilakukan oleh satu orang atau sendirian saja, ia aktif bergerak sendiri tanpa bantuan orang lain. Seandainya ada pemain lain ia tidak mempunyai kaitan apa – apa denganya. Dalam permainan ini ada permainan yang para pemainnya saling membutuhkan, tetapi bukan untuk kerja sama melainkan untuk menjadi lawan yang harus ditaklukkan. Sedangkan permainan beregu (groups games) adalah permainan yang dilakukan dua orang atau lebih tergantung dari jenis permainan yang akan dimainkan. Dimungkinkan dengan bermain secara beregu akan menimbulkan rasa solidaritas, saling menghargai, saling toleransi, dan saling keterbukaan sesama teman, membentuk kekompakan dan kerja sama antar pemain dalam satu regu. Ditinjau dari tujuan permainan perorangan (individual games) dan permainan beregu (groups games) pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu meningkatkan kemampuan gerak dasar bagi pelakunya. Selain ditinjau dari hal tersebut, permainan perorangan (individual games) dan permainan beregu (groups games) juga memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda pula. Kelebihan permainan perorangan (individual games) adalah dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar berasal dari sendiri bukan bantuan orang lain, meningkatkan commit to user kemandirian siswa, kondisi fisik anak lebih baik karena kesempatan mengulang
perpustakaan.uns.ac.id
87 digilib.uns.ac.id
aktivitas lebih banyak, dan terjadi kompetisi yang lebih ketat dan seimbang. Kekurangannya adalah siswa kurang memiliki semangat dalam melakukan permainan, beban tugas harus ditanggung sendiri terkadang dirasa memberatkan dan peningkatan hasil permainan perorangan terhadap peningkatan kemampuan gerak dasar dirasa tidak merata karena tergantung individu itu sendiri. Sedangkan kelebihan dari permainan beregu (groups games) adalah dapat membangkitkan kepekaan diri seseorang terhadap orang lain dalam sebuah kelompok, menimbulkan solidaritas sehingga timbul partisipasi yang spontan dalam mencapai tujuan, memberi mtivasi kepada siswa untuk melakukan gerakan yang benar dan sungguh-sungguh, dan peningkatan hasil belajar dapat dirasakan serempak. Kekurangannya adalah apabila siswa masuk kelompok yang tidak disukai maka akan timbul perpecahan, baban kekuatan tergantung pada kekompakan kelompoknya, dan apabila satu siswa melakukan kesalahan maka semua anggota kelompoknya juga mendapat hukuman. Dari uraian diatas dengan memperhatikan segala kelebihan dan kekurangan masing-masing pendekatan pembelajaran bermain tersebut maka dapat diduga bahwa antara kedua pendekatan pembelajaran bermain individual games dan groups games akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil peningkatan kemampuan gerak dasar. 2. Perbedaan pengaruh peningkatan kemampuan gerak dasar antara kelompok umur 6,01 – 7,00 tahun dengan 7,01 – 8,00 tahun. Berdasarkan pada karakteristik fisik dan motorik, perkembangan kognitif dan afektif, serta implikasi program pengembangan commit to user gerak anak yang berumur 6,01
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
– 7,00 tahun berbeda dengan anak yang berumur 7,01 – 8,00 tahun, karakteristik anak laki-laki umur 6,01 – 7,00 tahun umumnya masih duduk di kelas I dan II sedangkan karakteristik anak laki-laki umur 7,01 – 8,00 tahun umumnya duduk di kelas II dan III Sekolah Dasar. Siswa sekolah dasar sesuai dengan perkembangan karakteristiknya senang berkompetisi diantara teman-temannya. Mereka lebih termotivasi untuk bersaing dalam segala hal dengan teman sekelas atau seumur dengannya, sehingga ia dapat membanggakan dirinya akan keterampilan yang dimilikinya. Oleh sebab itu dalam proses pembelajaran yang mempelajari keterampilan perlu untuk dikelompokkan. Pengelompokan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan maksimal siswa di dalam kelompoknya dan siswa yang bersangkutan lepas melakukan aktivitas karena merasa bersaing dengan teman sebaya atau siswa yang berumur sama. Kemampuan gerak dasar terkait erat dengan kematangan seseorang. Seseorang yang memiliki tingkat kemampuan gerak dasar yang tinggi akan memiliki kematangan sistem syaraf, otot dan organisme tubuh yang baik pula. Kemampuan gerak dasar siswa akan meningkat seiring dengan aktivitas yang dilakukan. Aktivitas yang diberikan seharusnya memperhatikan kebutuhan dan tingkat karakterislik fisik dan motorik, perkembangan kognitif dan afektif, serta implikasi program pengembangan gerak anak. Dengan demikian antara kelompok umur 6,01 – 7,00 tahun dan kelompok umur 7,01 – 8,00 tahun terdapat perbedaan dalam peningkatkan kemampuan gerak dasar.
commit to user
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Pengaruh interaksi pendekatan pembelajaran bermain dan kelompok umur terhadap peningkatan kemampuan gerak dasar. Permainan perorangan (individual games) dan permainan beregu (groups games) merupakan salah satu bentuk model pembelajaran dalam pendidikan jasmani, yang didalamnya terdapat rasa senang dan gembira tanpa ada paksaan dari siapapun juga. Ditinjau dari tujuannya pendekatan pembelajaran bermain memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar bagi pelakunya, namun pengaruh yang ditimbulkan tentu berbeda karena kedua permainan tersebut mempunyai perbedaan. Pendekatan pembelajaran bermain yang tepat dalam pendidikan jasmani akan meningkatkan motivasi anak untuk melakukan aktivitas yang diberikan. Dengan banyak aktivitas yang dilakukan dapat memacu meningkatkan kemampuan gerak dasar anak, apalagi dalam kelompok belajar itu umur siswa rata-rata sama, hal ini akan mendorong siswa untuk berkompetisi sesama teman. Proses pembelajaran yang mempelajari keterampilan perlu untuk dikelompokkan. Pengelompokan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan maksimal siswa di dalam kelompoknya dan siswa yang bersangkutan lepas melakukan aktivitas karena merasa bersaing dengan teman sebaya atau siswa yang berumur sama, sehingga akan menjadi situasi pembelajaran yang baik dan kompetitif. Dengan demikian antara kemampuan gerak dasar dan kelompok umur akan terjadi pengaruh interaksi melalui pendekatan pembelajaran bermain yang diberikan. commit to user
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan karakteristik perkembangan fisik dan motorik, perkembangan kognitif dan afektif, serta implikasi program pengembangan gerak pendekatan pembelajaran bermain dengan permainan perorangan (individual games) lebih tepat
diberikan
pada
masa
kanak-kanak
awal.
Sedangkan
pendekatan
pembelajaran bermain dengan permaian beregu (groups games) lebih tepat diberikan pada masa kanak-kanak akhir.
D. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : 1. Ada perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran bermain antara individual games dan groups games terhadap peningkatan kemampuan gerak dasar. 2. Ada perbedaan pengaruh peningkatan kemampuan gerak dasar antara kelompok umur 6,01 – 7,00 tahun dengan 7,01 – 8,00 tahun. 3. Ada pengaruh interaksi pendekatan pembelajaran bermain dan kelompok umur terhadap peningkatan kemampuan gerak dasar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian Tempat pengambilan data tes kemampuan gerak dasar dan pelaksanaan perlakuan dalam penelitian ini dilaksanakan di SD Muhammadiyah Program Khusus Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Pertimbangan yang mendasari pemilihan lokasi penelitian adalah : a. Keterbatasan dalam penelitian yang menyangkut waktu, tenaga dan biaya sehingga dipilih lokasi tempat peneliti mengajar pendidikan jasmani sekaligus berdekatan dengan tempat tinggal. b. Disekolah tersebut belum pernah dilakukan penelitian yang menyangkut permasalahan seperti yang diajukan dalam penelitian ini. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama dua bulan yaitu awal bulan Oktober sampai November 2010. Sifat penelitian ini adalah eksperimen maka jadwal pelatihan haruslah kontinyu, sehingga perlu dimampatkan sebanyak tiga kali seminggu. Adapun pelaksanaannya sebagai berikut : a. Tes awal 1 Oktober 2010 b. Pelaksanaan treatment tanggal 4 Oktober sampai 26 November 2010. c. Tes akhir tanggal 27 November 2010. commit to user
91
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
B. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Dasar penggunaan metode ini adalah kegiatan percobaan yang diawali dengan memberikan perlakuan kepada sampel yang diakhiri dengan suatu bentuk tes guna mengetahui pengaruh perlakuan yang telah diberikan.
2. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial 2 X 2. “ Rancangan faktorial adalah rancangan dimana bisa dimasukkan dua variabel atau lebih untuk memanipulasi secara simultan. Dengan rancangan ini bisa diteliti pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel dependen, dan juga pengaruh interaksi antara variabel-variabel independen (Sugiyanto, 1995: 30) ”. Tabel 3. Rancangan faktorial 2 X 2 Kelompok Umur (B)
Pendekatan Pembelajaran Bermain (A)
6,01 – 7,00 tahun (b1)
7,01 – 8,00 tahun (b2)
Individual games (a1)
a1 b1
a1 b2
Groups games (a2)
a2 b1
a2 b2
Keterangan : a1 b1
: Kelompok pendekatan pembelajaran bermain Individual games yang to user memiliki umur 6 ,01 –commit 7,00 tahun.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
a1 b2
: Kelompok pendekatan pembelajaran bermain Individual games yang memiliki umur 7,01 – 8,00 tahun.
a2 b1
: Kelompok pendekatan pembelajaran bermain groups games yang memiliki umur 6,01 – 7,00 tahun.
a2 b2
: Kelompok pendekatan pembelajaran bermain groups games yang memiliki umur 7,01 – 8,00 tahun.
C. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas (independen) dan satu variabel terikat (dependen) yaitu : 1. Variabel bebas (independen) yaitu Variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu : a) Pendekatan pembelajaran bermain individual games b) Pendekatan pembelajaran bermain groups games 2. Variabel atributif adalah variabel yang melekat pada sampel dan menjadi sifat sampel tersebut. Variabel atributif dalam penelitian ini meliputi kelompok umur, yang dibedakan antara kelompok umur 6,01 – 7,00 tahun dan kelompok umur 7,01 – 8,00 tahun. 3. Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan gerak dasar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
D. Definisi Operasional Variabel 1. Pendekatan pembelajaran bermain individual games Individual games (permainan perorangan) adalah permainan yang lebih menonjolkan kegiatan individu atau perorangan, permainan perorangan ini dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu (1) permainan perorangan sendirian adalah seorang pemain hanya bermain sendirian. Ia aktif bergerak sendiri tanpa membutuhkan pemain lain. Seandainya ada pemain lain, ia tidak mempunyai kaitan apa-apa dengannya. Keberadaannya pun tidak mempengaruhi pemain lain. Sebaliknya (2) permainan perorangan bersama adalah pemain satu dengan pemain yang saling berhubungan atau saling berkaitan. Para pemain diikat oleh jenis permainan yang memaksa mereka bersaing, berkompetisi. Dalam permainan ini para pemain saling membutuhkan, tetapi bukan untuk bekerja sama melainkan untuk menjadi lawan yang harus ditaklukan. 2. Pendekatan pembelajaran bermain groups games Groups games (permainan beregu) adalah permainan yang setiap pesertanya harus menjadi bagian dari sebuah regu. Jumlah anggota tergantung jenis permainan yang hendak dimainkan. Permainan ini sangat mengutamakan kekompakan dan kerjasama antara anggota regu atau kelompok. Namun demikian bukan tidak ada persaingan, tetapi yang terjadi adalah persaingan antar regu atau kelompok. Permainan beregu dapat membangkitkan kepekaan diri seorang anggota kelompok terhadap anggota lainnya dalam kelompok, timbul partisipasi yang spontan dalam rangka mencapai tujuan bersama, pemberian motivasi kepada siswa yang lain dalam kelompoknya untuk melakukan gerakan yang benar dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
sungguh-sungguh, sehingga menjadikan peningkatan hasil belajar dapat dirasakan serempak, siswa dapat merasakan bersama dampak permainan beregu terhadap peningkatan kemampuan gerak dasar dikarenakan akifitas secara berkelompok. 3. Kelompok Umur Kelompok umur merupakan variabel atributif yang melekat pada setiap orang. Dalam penelitian ini siswa dibagi menjadi dua kelompok, yakni ; (a) Kelompok 1 : sesuai dengan observasi yang telah dilakukan maka yang termasuk kelompok ini adalah siswa yang berusia antara 6,01 tahun sampai 7,00 tahun. (b) Kelompok 2 : sesuai dengan observasi yang telah dilakukan maka yang termasuk kelompok ini adalah siswa yang berusia antara 7.01 tahun sampai 8,00 tahun. 4. Kemampuan Gerak dasar Kemampuan gerak dasar merupakan variabel terikat dalam penelitian ini, komponen dalam gerak dasar terdapat pada gambar di bawah ini : Lokomotor · Jalan · Lari · Merangkak · Lompat · Loncat Kombinasi · Menderap · Memanjat · Slide · Rolling
Komponen Gerak Dasar
Non Lokomotor/ Stabilitas · Peregangan · Memutar · Menarik · Mendorong · Membungkuk · Dll
Manipulatif · Menendang · Memukul · Melempar · Memantul · Mengontrol · Menangkap · Dll
Kemampuan gerak dasar merupakan kualitas hasil gerak individu dalam melakukan gerak dengan pelaksanaan dan peragaan yang terampil. yang mana bisa diketahui melalui tes Standing Broad Jump, Shot-put, dan berat badan. (Barry L. Jhonson & Jack K. Nelson.1969 :118-119) commit to user Dasar (Sukintaka, 2001: 19) Gambar 4. Komponen Gerakan Ketrampilan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
E. Populasi dan Sampel.
1. Populasi Populasi adalah sejumlah atau seluruh individu yang akan dijadikan obyek penelitian, dan keseluruhan individu tersebut paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa putra Sekolah Dasar Muhammadiyah Program Khusus Surakarta berumur 6 – 8 tahun yang berjumlah 82 siswa, yang terbagi menjadi dua kelompok yakni, kelompok umur 6,01 – 7,00 tahun berjumlah 39 siswa dan kelompok umur 7,01 – 8,00 tahun berjumlah 43 siswa. 2. Sampel Penelitian Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel itu harus representative, artinya segala karakteristik populasi hendaknya tercermin pula dalam sampel yang diambil. Selain harus dikumpulkan data yang benar, samplingpun harus dilakukan dengan benar dan mengikuti cara-cara yang dapat dipertanggungjawabkan agar kesimpulannya dapat dipercaya. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa putra Sekolah Dasar Muhammadiyah Program Khusus Surakarta yang berumur 6-8 tahun yang berjumlah 40 siswa. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan tehnik purposive random sampling, yaitu dengan menggunakan sampel penelitian berdasarkan ketentuan-ketentuan sebagai berikut : (a) Siswa putra yang berumur antara 6 – 8 tahun, (b) Bersedia mengikuti perlakuan yang sudah diprogramkan. (c) Sehat jasmani dan rohani
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
Setelah seluruh populsi dipilih sesuai dengan ketentuan-ketentuan diatas, masing-masing siswa diberikan hak yang sama untuk dipilih menjadi sampel penelitian tanpa pengecualian dengan cara undian.
F. Kerangka Operasional Penelitian. POPULASI PENELITIAN (82 ORANG) PURPOSIVE RANDOM SAMPLING (40 ORANG)
PRE –TEST KEMAMPUAN GERAK DASAR
PERMAINAN PERORANGAN Ø Ø Ø Ø
KOMPETISI KEMANDIRIAN SISWA KONDISI FISIK KESEGARAN JASMANI
KELOMPOK UMUR 6,01-7,00 TAHUN (10 orang)
KELOMPOK UMUR 7.01-8,00 TAHUN (10 orang)
PERMAINAN BEREGU Ø Ø Ø Ø
SOLIDARITAS TOLERANSI MOTIVASI GERAKAN KESEGARAN JASMANI
KELOMPOK UMUR 6,01-7,00 TAHUN (10 orang)
POST –TEST KEMAMPUAN GERAK DASAR Gambar 5. Kerangka Operasional Penelitian. commit to user
KELOMPOK UMUR 7,01-8,00 TAHUN (10 orang)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
G. Teknik Pengumpulan Data.
Teknik
pengumpulan
data
dalam
penelitian
ini
adalah
dengan
menggunakan tes dan pengukuran. Untuk lebih jelasnya, akan diuraikan bagaimana teknik pengumpulan data ; Pertama, kelompok umur diambil berdasarkan hasil observasi, data hasil observasi tersebut dipakai untuk mengelompokkan sampel yang memiliki kelompok umur antara 6,01 – 7,00 dan 7,01 – 8,00 tahun. Kedua, Kemampuan gerak dasar diperoleh dengan General Motor Ability Tes (Barry & Nelson 1969 : 118). Validitas dan reliabilitas kedua data sebagai berikut : Tabel 4. Validitas, General motor ability test (Barry & Nelson 1969 : 118).
No
Jenis data
1.
Kelompok umur
2.
General motor ability test
Validitas
Reliabilitas
-
-
0.82
-
Tabel 5. Reliabilita Strand, Brandford N, Wilson dikutip Mulyono B(2010: 49)
Kategori
Reliabilitas
Tinggi Sekali
0,95 – 0,99
Tinggi
0,90 – 0,94
Cukup
0,80 – 0,89
Kurang
0,70 – 0,79
Tidak Signifikan
0,60 – 0,69 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
H. Teknik Analisis Data
Untuk menguji hipotesis penelitian, analisis data diselesaikan dengan teknik analisis varian (ANAVA) rancangan penelitian dengan faktorial 2 x 2 pada a = 0,05 dan jika F0 – nya signifikan analisis dilanjutkan dengan uji rentang newman – keuls (Sudjana, 1992: 36-40). Untuk memenuhi asumsi dalam teknikanava, maka dilakukan uji normalitas ini dilakukan (Uji Liliefors) dan uji Homogenitas Varians (dengan uji Bartlett) (Sudjana, 1992 : 261-264). Penggunaan uji normalitas dilandasakan pada beberapa alasan (1) pada kenyataanya distribusi dari beberapa variabel adalah mendekati normal (2) distribusi normal relatif mudah dilakukan secara matematis (3) meskipun pada dasarnya distribusi suatu variabel tidak mengikuti distribusi normal, jika cacah sampel ditambah (ukuran sampel diperbesar) maka variabel tersebut akan cenderung berdistribusi normal.(Siswandari, 2006 : 107) Uji normalitas ini dilakukan untuk memenuhi apakah data yang digunakan dalam penelitian berasal dari sampel distribusi normal atau tidak.sedangkan uji homogenitas variansi dilakukan untuk memenuhi apakah kedua kelompok perlakuan berasal dari populasi yang memiliki variasi homogen atau tidak.prosedur dan langkah – langkah analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pengujian Persyaratan Analisis a. Uji Normalitas commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan metode Liliefors (Sudjana, 1992: 466). Prosedur pengujian normalitas adalah sebagai berikut : 1) Pengamatan x1, x2, ………….xn dijadikan bilangan baku z1, z2, ………zn dengan menggunakan rumus :
z1 =
x1 - x s
keterangan : x1 = Nilai tiap kasus x = Rata-rata
s = Simpangan baku 2) Untuk tiap bilangan baku ini dapat menggunakan daftar normal baku, kemudian dihitung peluang F(z1) = P(z ≤ z1) 3) Selanjutnya dihitung proposi z1, z2, ………………zn yang lebih kecil atau sama dengan z1. jika proporsi dinyatakan oleh S(z1). Maka S(z1) =
Banyaknya z1 , z 2 .............z n yang £ z 1 N
4) Hitung selisih F(z1) - S(z1) kemudian ditentukan harga mutlaknya 5) Ambil harga yang paling besar diantara harga mutlak, selisih tersebut sebagai Lhitung b. Uji Homogenitas Uji homogitas dilakukan dengan uji bartlet. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
1)
Membuat tabel perhitungan yang terdiri dari kolom-kolom kelompok sampel; dk (n-1) ; 1/dk ; SD12 ; dan (dk) log SD12.
2) Menghitung variasi gabungan dari semua sampel Rumusnya :SD2 =
(n - 1) SD 2 …………. (1) (n - 1)
B = log SD1 (n - 1)2 3) Menghitung x2 Rumusnya : x2 = (Ln) B-(n-1) Log SD1 ………… (2) Dengan (Ln 10) = 2,3026 Hasilnya (x2hitung ) kemudian dibandingkan dengan x2tabel Pada taraf signifikasi α = 0,05 dan dk (n-1) 4) Apabila x2hitung < x2 tabel, maka H0 diterima Artinya varians sampel bersifat homogen. Sebaliknya apabila x2hitung < x2 tabel, maka H0 ditolak. Artinya varians sampel bersifat homogen. 2. Analisis Data a. ANAVA Rancangan Faktorial 2x2 1) Metode AB untuk perhitungan Anava Dua Faktor Tabel 6. Ringkasan Anava untuk eksperimen faktorial 2 x 2 Sumber Variasi
Dk
JK
RJK
F0
Rata-rata
1
Ry
R
Perlakuan
a-1
Ay
A
A/E
A
b-1
By
B
B/E
B
(a-1) (b-1) ABy commit to user
AB
AB / E
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 102
AB
ab (n-1)
Ey
E
Kekeliruan
Keterangan : A = Taraf faktorial A B = Taraf faktorial B N = Jumlah sampel Langkah-langkah perhitungan a
a)
b
å Y 2 = åå Yij2 i =1 j =1
a
b
åå Y b) Ry =
i =1 j =1
abn a
c) Jab =
2 ij
b
åå ( Jij
2
) - Ry
i =1 j =1
a
d) Ay =
å(A
2 1
/ bn) - Ry
2 1
/ an) - Ry
i =1
b
e) By =
å (B j =1
f) Aby = Jab – Ay – By g) Ey = Y2 – Ry – Ay – By = Aby
2) Kriteria Pengujian Hipotesis commit to hipotesis user Jika F ≥ F (1-α) (V1 – V nol ditolak 2), maka
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
Jika F ≤ F (1-α) (V1 – V2), maka hipotesis nol diterima Dengan : dk pembilang V1(k-1) dan dk penyebut V2 – (n1 + …..nk-k), α taraf signifikansi untuk pengujian hipotesis. b. Uji Rentang Newman-Keuls Setelah Anava Menurut Sudjana (1992: 36) langkah-langkah untuk melakukan uji NewmanKeuls adalah sebagai berikut: 1. Susun K buah rata-rata perlakuan menurut urutan nilainya, dan yang paling kecil sampai kepada yang besar. 2. Dari rangkaian ANAVA, diambil harga RJKe disertai dk-nya 3. Hitung kekeliruan buku rata-rata untuk tiap perlakuan dengan rumus : Sy =
RJK E ( kekeliruan ) N
RJK (kekeliruan) juga didapat dari hasil rangkaian ANAVA 4. Tentukan taraf signifikasi α, lalu gunakan daftar rentang student. Untuk uji Newman-Keuls, diambil v = dk dari RJK (kekeliruan) dan p = 2,3 ….k harga-harga yang didapat dari daftar sebanyak (K-1) untuk v dan p supaya dicatat. 5. Kalikan harga-harga yang didapat di titik …… diatas masing-masing dengan Sy, dngan jalan demikian diperoleh apa yang dinamakan rentang signifikan terkecil (RST). 6. Bandingkan selisih rata-rata terkecil dengan RST untuk mencari p-k selisih rata-rata terbesar dan rata-rata terkecil kedua dengan RSJ untuk p + (K-1), dan seterusnya. Dengan jalan begini semua akan ada ½ k (k-1) pasangan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 104
yang harus dibandingkan. Jika selisih-selisih yang didapat lebih besar dari RST-nya masing-masing maka disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikansi dianatara rata-rata perlakuan. c. Hipotesis Statistik Untuk memudahkan dalam pengujian hipotesis, maka perlu dirumuskan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1) sebagai berikut : Hipotesis 1
H0 : µ a1 = µ a2 H1 : µ a1 ≠ µ a2
Hipotesis 2
H0 : µ b1 = µ b2 H1 : µ b1 ≠ µ b2
Hipotesis 3
H0 = µ a1 b2 = µ a2 b1 H1 = µ a1 b2 ≠ µ a2 b1
Hipotesis 4
H0 = µ a2 b1 = µ a1 b1 H1 = µ a2 b1 ≠ µ a2 b1
Keterangan a
= Pendekatan pembelajaran bermain
b
= Kelompok umur
µ
a1
=
Rata – rata kelompok dengan pendekatan pembelajaran bermain individual games yang memiliki umur 6,01 – 7,00 tahun.
µ
a2
=
Rata – rata kelompok dengan pendekatan pembelajaran bermain individual games yang memiliki umur 7,01 – 8,00 tahun. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 105
µ b1
= Rata-rata kelompok
dengan pendekatan pembelajaran bermain
groups games yang memiliki umur 6,01 – 7,00 tahun.
µ b2
= Rata-rata kelompok dengan pendekatan pembelajaran bermain groups games yang memiliki umur 7,01 – 8,00 tahun.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini disajikan mengenai hasil penelitian beserta interpretasinya. Penyajian hasil penelitian adalah berdasarkan analisis statistik yang dilakukan pada tes awal dan tes akhir kemampuan gerak dasar. Berturut-turut berikut disajikan mengenai deskripsi data, uji persyaratan analisis, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian. A. Deskripsi Data Deskripsi hasil analisis data hasil tes kemampuan gerak dasar yang dilakukan sesuai dengan kelompok yang dibandingkan disajikan sebagai berikut: Tabel 7. Deskripsi data hasil tes kemampuan gerak dasar tiap kelompok berdasarkan pendekatan pembelajaran bermain dan usia siswa Perlakuan
Kelompok
Statistik
Hasil
Tes Awal
Tes Akhir
Jumlah
1460,1
1484,87
24,75
Rerata
146,01
148,48
2,25
SD
4,29
5,39
4,50
Jumlah
1602
1583,62
18,37
Rerata
160,87
158,36
1,89
3,05
4,22
1,83
Jumlah
1608,12
1625
16,87
Rerata
160.8
162,50
2,10
SD
12,80
14,15
2,28
Jumlah
1567,87
1595,5
27,62
Rerata
156,78
159,55
3,15
5,61
3,45
umur Pendekatan pembelajaran bermain
6,01 – 7,00 tahun
Individual games
7,01 – 8,00 tahun
Pendekatan pembelajaran bermain
6,01 – 7,00 tahun
groups games
7,01 – 8,00 tahun
Peningkatan
Hasil
SD
SD 4,50 commit to user
106
107 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambaran menyeluruh dari nilai rata rata-rata kemampuan gerak dasar maka dapat dibuat histogram perbandingan nilai nilai-nilai sebagai berikut:
162 160 158 156
Series1
154
Series2
152 150 148 Individual games (A1)
Gambar 6.
Groups games (A2)
Usia 6,017,00 (B1)
Usia 7,018,00 (B2)
Histogram nilai ilai rata-rata hasil tes awal dan tes akhir kemampuan emampuan gerak dasar tiap iap kelompok berdasarkan permainan dan usia siswa
Keterangan : A1
= Kelompok pendekatan pembelajaran bermain Individual games
A2
= Kelompok pendekatan pembelajaran bermain groups games
B1
= Kelompok siswa usia 66,01 – 7,00 tahun
B2
= Kelompok siswa usia 77,01 – 8,00 tahun = Hasil tes awal = Hasil tes akhir
Hal-hal hal yang menarik dari nilai nilai-nilai nilai yang terdapat dalam tabel di atas adalah sebagai berikut: 1. Jika antara kelompok siswa yang mendapat pendekatan pembelajaran bermain individual games dan groups games dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa kelompok perlakuan dengan pendekatan pembelajaran bermain groups commit to user
108 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
games memiliki peningkatan kemampuan gerak dasar yang lebih tinggi dari pada kelompok dengan pendekatan pembelajaran bermain individual games. games 2. Jika antara tara kelompok siswa usia 6,01 – 7,00 tahun dan siswa usia 7,01 ,01 – 8,00 tahun dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa kelompok siswa usia 7,01 7 – 8,00 tahun memiliki peningkatan kemampuan gerak dasar lebih tinggi dari pada kelompok siswa usia 6,01 ,01 – 7,00 tahun. 3. Agar nilai rata-rata rata peningkatan kemampuan gerak dasar yang dicapai tiap kelompok perlakuan mudah dipahami, maka nilai peningkatan kemampuan gerak dasar pada tiap kelompok perlakuan disajikan dalam bentuk histogram sebagai berikut:
180.0 160.0 140.0 120.0 Tes Awal
100.0
Tes Akhir
80.0
Gain Score
60.0 40.0 20.0 0.0 A1B1
-20.0
Gambar 7.
A1B2
A2B1
A2B2
Histogram nilai rata rata-rata peningkatan kemampuan gerak dasar pada tiap kelompok pperlakuan.
Keterangan : A1B1 = Kelompok pendekatan pembelajaran bermain individual games dengan
commit to user siswa usia 6,01 – 77,00 tahun
109 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
A1B2 = Kelompok pendekatan pembelajaran bermain individual games dengan siswa usia 7,01 – 8,00 tahun A2B1 = Kelompok pendekatan pembelajaran bermain groups games dengan siswa usia 6,01 – 7,00 tahun A2B2 = Kelompok pendekatan pembelajaran bermain groups games dengan siswa usia 7,01 – 8,00 tahun
B. Uji Reliabilitas Untuk mengetahui tingkat keajegan hasil tes dilakukan uji reliabilitas pada tes awal dan tes akhir kemampuan gerak dasar. Hasil uji reliabilitas data kemampuan gerak dasar kemudian dikategorikan, dengan menggunakan pedoman tabel koefisien korelasi dari Strad & Wilson yang dikutip Mulyono B. (2010: 49), yaitu : Tabel 8. Range Kategori Reliabilitas Kategori
Reliabilitas
Tinggi Sekali
0,95 – 0,99
Tinggi
0,90 – 0,94
Cukup
0,80 – 0,89
Kurang
0,70 – 0,79
Tidak Signifikan
0,60 – 0,69
Adapun hasil uji reliabilitas data kemampuan gerak dasar pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
commit to user
110 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 9. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data Variabel
Reliabilitas
Kategori
a. Tes Awal Standing board jump
0,84
Cukup
b. Tes Awal Tolak Peluru
0,97
Tinggi Sekali
c. Tes Akhir Standing board Jump
0,84
Cukup
d. Tes Akhir Tolak Peluru
0,97
Tinggi Sekali
C. Pengujian Persyaratan Analisis 1. Uji Normalitas Sebelum dilakukan analisis data perlu diuji terdistribusii kenormalannya. Uji normalitas data dalam penelitian ini digunakan metode Lilliefors. Hasil uji normalitas data yang dilakukan pada tiap kelompok adalah sebagai berikut: Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Kelompok
N
M
SD
Lhitung
Ltabel 5%
Kesimpulan
KP1
10
146,01
4,29
0,1534
0,190
Berdistribusi Normal
KP2
10
160,2
3,05
0,1777
0,190
Berdistribusi Normal
KP3
10
160,81
11,45
0,1253
0,190
Berdistribusi Normal
KP4
10
156,78
4,43
0,1351
1,90
Berdistribusi Normal
Perlakuan
Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP1 diperoleh nilai Lo = 0.1534. Di mana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada taraf commit to user
111 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
signifikansi 5% yaitu 0.190. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP1 termasuk berterdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP2 diperoleh nilai Lo = 0.1777, yang ternyata lebih kecil dari angka batas penolakan
hipotesis nol menggunakan signifikansi 5% yaitu 0.190. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP2 termasuk berterdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada
KP3 diperoleh nilai Lo =
0.1253. Di mana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan menggunakan signifikansi 5% yaitu 0.190. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP3 termasuk berterdistribusi normal. Adapun dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP4 diperoleh nilai Lo = 0.1351, yang ternyata juga lebih kecil dari angka batas penolakan hipotesis nol menggunakan signifikansi 5% yaitu 0.190. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP4 juga termasuk berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji kesamaan varians antara kelompok 1 dengan kelompok 2. Uji homogenitas pada penelitian ini dilakukan dengan uji Bartlett. Hasil uji homogenitas data antara kelompok 1 dan kelompok 2 adalah sebagai berikut Tabel 11. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data ∑
Ni
SD2gab
χ2o
χ2tabel 5%
Kesimpulan
10
16,056
1,4189
7.81
Varians homogen
Kelompok 4
commit to user
112 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari hasil uji homogenitas diperoleh nilai χ2o = 1,4189. Sedangkan dengan K - 1 = 4 – 1 = 3, angka χ2tabel 5% = 7,81, yang ternyata bahwa nilai χ2o = 1,4189 lebih kecil dari χ2tabel
5%
= 7.81. Sehingga dapat disimpulkan bahwa antara
kelompok dalam penelitian ini memiliki varians yang homogen.
D. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis penelitian dilakukan berdasarkan hasil analisis data dan interprestasi analisis varians. Uji rentang Newman-Keuls ditempuh sebagai langkah-langkah uji rata-rata setelah Anava. Berkenaan dengan hasil analisis varians dan uji rentang Newman-Keuls, ada beberapa hipotesis yang harus diuji. Urutan pengujian disesuaikan dengan urutan hipotesis yang dirumuskan pada bab II. Hasil analisis data, yang diperlukan untuk pengujian hipotesis sebagai berikut: Tabel 12. Ringkasan Nilai Rata-rata Kemampuan Gerak Dasar Berdasarkan Pendekatan Pembelajaran Bermain dan Usia Siswa Variabel Rerata
A1
A2
Kemampuan B1
B2
B1
B2
Hasil tes awal
146,01
160,87
160,81
156,78
Hasil tes akhir
148,48
158,36
162,50
159,55
2,10
3,15
Gerak Dasar
Peningkatan
2,25 1,89 commit to user
113 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keterangan : A1
= Pendekatan pembelajaran bermain Individual games.
A2
= Pendekatan pembelajaran bermain groups games
B1
= Kelompok siswa Usia 6,01 – 7,00 Tahun
B2
= Kelompok siswa Usia 7,01 – 8,00 Tahun
Tabel 13. Ringkasan Hasil Analisis Varians untuk Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Bermain (A1 dan A2) Sumber dk
JK
RJK
Fo
Ft
Variasi A
1
324,18
324,18
Kekeliruan
36
1777,50
49,37
6,56
4.11
Tabel 14. Ringkasan Hasil Analisis Varians untuk Usia Siswa (B1 dan B2) Sumber dk
JK
RJK
Fo
Ft
Variasi B
1
258,19
258,19
Kekeliruan
36
1777,50
49,37
5,22
4.11
Tabel 15. Ringkasan Hasil Analisis Varians Dua Faktor Sumber Dk
JK
RJK
Variasi commit to user
Fo
Ft
114 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Rata-rata Perlakuan
1
972855,08
072855,08
A
1
324,18
324,18
6,56
B
1
258,19
258,19
5,22
AB
1
829,23
829,23
16,79
Kekeliruan
36
1777,50
49,37
Total
40
4,11
Tabel 16. Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman-Keuls Setelah Analisis Varians KP
A2B2
A2B1
A1B2
A1B1
RST
Rerata A2B2
146,01
-
-
-
-
A2B1
156,78
10,77
*
-
-
-
6,42
A1B2
160,20
14,18
*
3,41
-
-
7,73
A1B1
160,81
14,8
*
4,02
0,61
-
8,53
Keterangan : Yang bertanda * signifikan pada P £ 0,05. Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat dilakukan pengujian hipotesis sebagai berikut: 1. Pengujian Hipotesis I Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran bermain Individual games memiliki peningkatan yang berbeda dengan pendekatan pembelajaran bermain groups games. Hal ini dibuktikan dari nilai Fhitung = 6,56 > commit to user
115 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ftabel = 4.11. Dengan demikian hipotesa nol (H0) ditolak. Yang berarti bahwa pendekatan pembelajaran bermain groups games memiliki peningkatan yang berbeda dengan pendekatan pembelajaran bermain Individual games dapat diterima kebenarannya. Dari analisis lanjutan diperoleh bahwa ternyata pendekatan pembelajaran bermain groups games memiliki peningkatan yang lebih baik dari pada pendekatan pembelajaran bermain Individual games, dengan rata-rata peningkatan masing-masing yaitu 2,63
dan 2,07.
2. Pengujian Hipotesis II Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa usia 6,01 – 7,00 tahun memiliki peningkatan kemampuan gerak dasar yang berbeda dengan siswa usia 7,01 – 8,00 tahun. Hal ini dibuktikan dari nilai Fhitung = 5,22 > Ftabel = 4.11. Dengan demikian hipotesa nol (H0) ditolak. Yang berarti bahwa siswa usia 6,01 – 7,00 tahun memiliki peningkatan kemampuan gerak dasar yang berbeda dengan siswa usia 7,01 – 8,00 tahun dapat diterima kebenarannya. Dari analisis lanjutan diperoleh bahwa ternyata siswa usia 7,01 – 8,00 tahun memiliki peningkatan kemampuan gerak dasar yang lebih baik dari pada siswa usia 6,01 – 7,00 tahun, dengan rata-rata peningkatan masing-masing yaitu 2,52 dan 2,15. 3. Pengujian Hipotesis III Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara pengaruh pendekatan pembelajaran bermain dan usia sangat bermakna terhadap peningkatan kemampuan gerak dasar. Karena Fhitung = 16,79 > Ftabel = 4.11. Dengan demikian hipotesa nol ditolak. Yang berarti bahwa keberhasilan pendekatan pembelajaran commit to user bermain dipengaruhi oleh tingkat usia siswa.
116 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Pembahasan Hasil Penelitian Pembahasan hasil penelitian ini memberikan penafsiran yang lebih lanjut mengenai hasil-hasil analisis data yang telah dikemukakan. Berdasarkan pengujian hipotesis telah menghasilkan dua kelompok kesimpulan analisis yaitu : (a) ada perbedaan pengaruh yang bermakna antara faktor-faktor utama penelitian (b) ada interaksi yang bermakna antara faktor-faktor utama dalam bentuk interaksi dua faktor. Kelompok kesimpulan analisis tersebut dapat dipaparkan lebih lanjut sebagai berikut: 1. Perbedaan
Pengaruh
antara
Pendekatan
Pembelajaran
Bermain
individual games dan groups games Terhadap Kemampuan Gerak Dasar Berdasarkan pengujian hipotesis pertama ternyata ada perbedaan pengaruh yang nyata antara kelompok siswa yang mendapatkan pendekatan pembelajaran bermain individual games dan groups games terhadap peningkatan kemampuan gerak dasar. Pada kelompok siswa yang mendapat pendekatan pembelajaran bermain groups games mempunyai peningkatan kemampuan gerak dasar yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang mendapat pendekatan pembelajaran bermain individual games. Pendekatan pembelajaran bermain groups games memiliki kelebihan dalam hal semangat kompetisi dan kerjasama siswa dalam melakukan gerakan, yaitu siswa lebih semangat melakukan gerakan karena kompetisi dan kerjasama antar kelompok siswa sehingga akan memungkinkan siswa meningkat kemampuan geraknya dikarenakan melakukan gerak dasar dengan sempurna. Dari angka-angka yang dihasilkan dalam analisis data menunjukkan commit to user bahwa perbandingan rata-rata peningkatan persentase kemampuan gerak dasar
117 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang dihasilkan dengan pendekatan pembelajaran bermain groups games lebih tinggi daripada dengan pendekatan pembelajaran bermain Individual games. 2. Perbedaan Kemampuan Gerak Dasar siswa usia 6,01 – 7,00 tahun dan siswa usia 7,01 – 8,00 tahun Berdasarkan pengujian hipotesis ke dua ternyata ada perbedaan pengaruh yang nyata antara kelompok siswa usia 6.01 – 7,00 tahun siswa usia 7,01 – 8,00 tahun terhadap kemampuan gerak dasar. Pada kelompok siswa usia 7,01 – 8,00 tahun mempunyai peningkatan kemampuan gerak dasar lebih tinggi dibanding kelompok siswa usia 6,01 – 7,00 tahun. Dari angka-angka yang dihasilkan dalam analisis data menunjukkan bahwa perbandingan rata-rata peningkatan kemampuan gerak dasar pada siswa usia 7,01 – 8,00 tahun lebih tinggi dari pada kelompok siswa usia 6,01 – 7,00 tahun. 3. Pengaruh Interaksi Antara Pendekatan Pembelajaran Bermain dan Usia Siswa terhadap Kemampuan gerak Dasar Dari tabel 13 ringkasan hasil analisis varian dua faktor, nampak bahwa faktor-faktor utama penelitian dalam bentuk dua faktor menunjukkan interaksi yang nyata. Untuk kepentingan pengujian bentuk interaksi AB terbentuklah tabel 17 dibawah ini. Tabel 17. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama, dan Interaksi Faktor, A dan B Terhadap Kemampuan Gerak dasar Faktor
A = Jenis Permainan Taraf
B = Usia Siswa
B1
A1
A2
2,25 2,10 commit to user
Rerata
A1 – A2
2,17
0,15
118 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B2
1,89
3,15
2,52
Rerata
2,07
2,62
2,34
B1 – B2
0,36
1,05
1,26
-
Interaksi antara dua faktor penelitian dapat dilihat pada gambar berikut: 165 160 155 150
Series1 Series2
145 140 135 A1
A2
165 160 155 B1
150
B2
145 140 135 1
2
Gambar 8. Bentuk Interaksi Perubahan Besarnya Peningkatan Kemampuan Gerak Dasar Keterangan :
commit to user
119 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
: A1 = Pendekatan pembelajaran bermain individual games : A2 = Pendekatan pembelajaran bermain groups games : B1 = Usia siswa 6,01 – 7,00 tahun : B2 = Usia siswa 7,01 – 8,00 tahun Atas dasar gambar 5 di atas, bahwa bentuk garis perubahan besarnya nilai kemampuan gerak dasar adalah persimpangan. Garis tersebut memiliki suatu titik pertemuan antara penggunaan pendekatan pembelajaran bermain dan usia siswa. Berarti terdapat interaksi yang signifikan diantara keduanya. Gambar tersebut menunjukkan bahwa usia siswa memiliki pengaruh yang bermakna terhadap kemampuan gerak dasar. Keefektifan penggunaan pendekatan pembelajaran bermain untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar dipengaruhi oleh usia siswa. Berdasarkan hasil penelitian yang dicapai, ternyata siswa usia 7,01 – 8,00 tahun memiliki peningkatan kemampuan gerak dasar yang besar jika menggunakan pendekatan pembelajaran bermain groups games. Siswa usia 6,01 – 7,00 tahun lebih baik jika dilatih dengan pendekatan pembelajaran bermain Individual games.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan kesimpulan analisis data dan pembahasannya, yang telah diungkapkan pada BAB IV, maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut : 1.
Ada perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran bermain antara individual games dan groups games terhadap kemampuan gerak dasar. Pengaruh pendekatan pembelajaran bermain groups games lebih baik daripada individual games.
2.
Ada perbedaan kemampuan gerak dasar yang bermakna antara siswa usia 6,1 – 7,0 tahun dan siswa usia 7,01 – 8,00 tahun. Peningkatan kemampuan gerak dasar pada siswa usia 7,01 – 8,00 tahun lebih baik daripada siswa usia 6,1 – 7,0 tahun.
3.
Terdapat pengaruh interaksi yang bermakna antara pendekatan pembelajaran bermain dan usia terhadap peningkatan kemampuan gerak dasar. a). Siswa usia 6,1 – 7,0 tahun lebih cocok jika diberikan pendekatan pembelajaran bermain individual games. b). Siswa usia 7,01 – 8,00 tahun lebih cocok jika diberikan pendekatan pembelajaran bermain groups games.
commit to user 120
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 121
B. Implikasi Kesimpulan dari hasil penelitian ini dapat mengandung pengembangan ide yang lebih luas jika dikaji pula tentang implikasi yang ditimbulkan. Atas dasar kesimpulan yang telah diambil, dapat dikemukakan implikasinya sebagai berikut: 1. Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini, memberikan implikasi bahwa dalam merancang program pembelajaran, khususnya dalam menentukan pendekatan pembelajaran bermain yang akan digunakan untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar, para pengajar perlu memperhatikan pilihan-pilihan metode, teknik dan strategi secara tepat. Metode atau bentuk permainan yang digunakan dalam proses pembelajaran harus dipertimbangkan efektifitas dan efisiensi dari metode tersebut dalam mencapai hasil pembelajaran yang maksimal. 2. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pendekatan pembelajaran bermain dengan groups games memperoleh hasil yang lebih baik dan optimal dalam pembelajaran. Kebaikan pendekatan pembelajaran bermain groups games ini dapat dipergunakan sebagai solusi bagi pengajar dan pelatih dalam upaya meningkatkan kemampuan gerak dasar. 3. Dalam proses pendekatan pembelajaran bermain untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar, karakteristik siswa yang perlu diperhatikan dan menjadi dasar untuk menetukan pendekatan pembelajaran bermain yang akan digunakan adalah kelompok umur. Siswa usia 6,1 – 7,0 tahun lebih cocok jika diberikan pendekatan pembelajaran bermain individual games sedangkan commit to user siswa usia 7,01 – 8,00 tahun lebih cocok jika diberikan pendekatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 122
pembelajaran bermain groups games. Dalam penjelasan diatas maka perbedaan siswa dalam hal usia akan membawa implikasi bagi pengajar dalam menentukan metode pendekatan pembelajaran bermain yang tepat dalam meningkatkan kemampuan gerak dasar.
C. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan melihat hasilnya, maka dapat disarankan hal-hal sebagai berikut : 1. Kepada guru pendidikan jasmani hendaknya lebih memilih pendekatan pembelajaran bermain dengan groups games dalam upaya meningkatkan kemampuan gerak dasar siswa, meskipun sebenarnya kedua jenis pendekatan pembelajaran bermain tersebut sama-sama dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar. Selain itu guru juga harus memperhatikan faktor usia. 2. Kepada peneliti lain disarankan untuk mengadakan penelitian dengan menambah variabel lain yang dapat menunjang keberhasilan belajar dan meningkatkan kemampuan gerak dasar. Selain jumlah variabel ditambah, hendaknya juga diadakan penelitian dengan menggunakan sampel yang lebih besar.
commit to user