perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGUASAAN GERAK DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MENGGUNAKAN MEDIA KARDUS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 WIRASANA TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh: SITI SUMARTI NIM X4711163
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA JULI 2012 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGUASAAN GERAK DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MENGGUNAKAN MEDIA KARDUS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 WIRASANA TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh: SITI SUMARTI NIM X4711163
SKRIPSI Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Pendidikan Olahraga Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA JULI 2012 commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini.
Nama
: Siti Sumarti
NIM
: X4711163
Jurusan/Program Studi
: JPOK/Penjaskesrek
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGUASAAN
GERAK
DASAR
LOMPAT
JAUH
GAYA
JONGKOK
MENGGUNAKAN MEDIA KARDUS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 WIRASANA TAHUN PELAJARAN 2011/2012” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta,
Juli 2012
Yang membuat pernyataan,
Siri Sumarti.
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui dan disahkan oleh:untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta,
Pembimbing I
Juli 2012
Pembimbing II
Drs. Waluyo, M.Or NIP 19660307 199403 1 002
Slamet Widodo, S.Pd. M.Or. NIP 19711228 200312 1 001
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Tim Penguji Skripsi:
Pada hari
:
Tanggal
:
Juli 2012
( Tanda Tangan)
Ketua
: Sri Santoso Sabarini, S.Pd.M.Or
Sekretaris
: Drs. Sugiyoto, M.Pd.
Anggota I
: Drs. Waluyo, M.Or.
____________________
____________________
____________________
Anggota II : Slamet Widodo, S.Pd.Mor.
____________________
Disahkan oleh: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP 19600727 198702 1 001 commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Siti Sumarti. PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGUASAAN GERAK DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KARDUS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 WIRASANA TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan penguasaan gerak dasar lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas V SD Negeri 1 Wirasana tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sumber data dalam penelitian ini adalah diambil dari seluruh siswa kelas V SD Negeri 1 Wirasana Kecamatan Purbalingga. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Wirasana Kecamatan Purbalingga tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 19 siswa. Teknik pengumpulan data melalui tes dan pengukuran keterampilan gerak dasar lompat jauh gaya jongkok dan observasi dari proses kegiatan pembelajaran. Teknik analisis data yang digunakan adalah secara deskriptif yang didasarkan pada analisis kualitatif. Prosedur penelitian meliputi perencanaan, pelaksanaan,observasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modifikasi alat berupa kardus dapat meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas V SD Negeri 1 Wirasana Kecamatan Purbalingga tahun pelajaran 2011/2012. Hasil analisis yang diperoleh terdapat peningkatan dari kondisi awal, siklus I dan siklus II, pada siklus I tingkat keaktifan siswa hanya I 69,91%, pada siklus II meningkat menjadi 71,9%. Tingkat kesenangan pada model pembelajaran lompat jauh gaya jongkok pada siklus I sebesar 70% dan pada siklus II menjadi 96,7%. Simpulan dari hasil penelitian tindakan kelas ini adalah bahwa dari jumlah 19 siswa pada kondisi awal sebelum diberi tindakan yang tuntas dalam belajar sebanyak 12 siswa (63%). Pada siklus I yang tuntas dalam belajar sebanyak 16 siswa (84%). Pada siklus II siswa yang tuntas dalam belajar sebanyak 18 siswa (94%). Kata kunci: penguasaan gerak dasar, lompat jauh, gaya jongkok, media kardus
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO Berangkat dengan penuh keyakinan, berjalan dengan penuh keikhlasan, Istiqomah dalam menghadapi cobaan. Jadilah seperti karang dilautan yang kuat dihantam ombak dan kerjakanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain, karena hidup hanyalah sekali. Ingat hanya pada Allah apapun dan dimanapun kita berada kepada Dialah tempat meminta dan memohon. “Hai orang-orang beriman, jadikanlah sabar dan shalatmu sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (Al Baqarah : 153)
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini kepada : Suamiku tercinta yang selalu memberi dorongan dan semangat.
Anak-anaku tersayang
Orang-orang terdekatku yang selalu memberikan motivasi, dan selalu membantu dan selalu ada untukku Aku…. Terima kasih semoga Allah selalu bersama kita.
Sahabat-sahabatku yanag selalu bersama-sama dalam suka maupun duka
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-Nya, sehingga dapat terselesaikan penyusunan skripsi ini. Dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari kendala, tetapi dengan bantuan berbagai pihak yang telah membantu baik secara fisik, psikis, maupun finansial maka kendala tersebut dapat diatasi bahkan menjadi kekuatan. Pada kesempatan yang baik ini, peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. Mulyono, MM, Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Drs. H. Sunardi, M.Kes, Ketua Program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Drs. Waluyo, M.Or, pembimbing I dan Slamet Widodo, S.Pd.M.Or, pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.. 5. Bapak dan Ibu Dosen JPOK FKIP UNS Surakarta yang secara tulus memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada peneliti. 6. Ibu Sri Susilowati, S.Pd. Kepala SD Negeri 1 Wirasana Kecamatan Purbalingga, yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian. 7. Ibu Sundari, selaku kolaborator yang telah banyak memberikan masukan. 8. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini. Peneliti menyadari benar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini karena memang keterbatasan pengetahuan peneliti. Oleh karena itu tegur sapa dari pembaca sangat peneliti harapkan sebagai bahan perbaikan pada kesempatan mendatang. commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca.
Surakarta, Peneliti,
commit to user x
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI JUDUL ……………………………………………………………………..
i
PENGAJUAN …………………………………………………………….. .
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN………………………………….
iii
PERSETUJUAN ……………………………………………………………
iv
PENGESAHAN ……………………………………………………………
v
ABSTRAK …………………………………………………………………
vi
MOTTO ……………………………………………………………………
vii
PERSEMBAHAN ………………………………………………………….
viii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………..
ix
DAFTAR ISI ……………………………………………………………… .
xi
DAFTAR TABEL …………………………………………………………..
xivi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….
xvi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……………………………………
1
B. Rumusan Masalah ………………………………………….
2
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………
2
D. Manfaat Penelitian ………………………………………….
2
KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka……….. ..........................................................
4
1. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan……………
4
2. Pembelajaran……………………………………………..
6
3. Gerak Dasar……………………………………………..
13
4. Lompat Jauh ……………………………………………..
14
5. Lompat Jauh Gaya Jongkok……………………………..
17
6. Media Pembelajaran …………………………………… commit to user
17
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Modifikasi Sarana Dalam Pembelajaran Penjas………….
18
B. Kerangka Berpikir ..................................................................
22
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………
24
1. Tempat Penelitian ………………………………………..
24
2. Waktu Penelitian …………………………………………
24
3. Siklus PTK ………………………………………………..
25
Subyek Penelitian ………………………………………….
25
C. Data dan Sumber Data ……………………………………..
25
D. Pengumpulan Data …………………………………………
25
E.
Uji Validitas Data…………………………………………..
26
F. Analisis Data ………………………………………………
27
G.
27
B.
Indikator Kinerja Penelitian………………………………..
H. Prosedur Penelitian…………………………………………..
27
1. Rancangan Siklus I ………………………………………
30
2. Rancangan Siklus II ……………………………………..
32
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pratindakan……………………………………….
33
B. Deskripsi Hasil Tindakan……………………………………
34
1. Siklus I ………………………………………………….
34
2. Siklus II …………………………………………………
39
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus……………………
44
D. Pembahasan ………………………………………………..
46
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan …………………………………………………..
50
B. Implikasi …………………………………………………… commit to user
50
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Saran ……………………………………………………….
51
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..
52
LAMPIRAN ……………………………………………………………….
53
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel
halaman
1
Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan…………………
24
2
Teknik dan Alat Pengumpulan Data …………………………
26
3
Rencana Prosentase Target Pencapaian Siklus ………………
32
4
Keaktifan Siswa Saat Kegiatan Pembelajaran Siklus I………
37
5
Hasil Penilaian Lompat Jauh Gaya Jongkok…………………
37
6
Hasil Penilaian Lompat Jauh Gaya Jongkok Siklus I………..
38
7
Keaktifan Siswa Saat Kegiatan Pembelajaran Siklus I………
43
8
Hasil Penilaian Lompat Jauh Gaya Jongkok Siklus II………..
44
9
Hasil Peningkatan Lompat Jauh Gaya Jongkok Dari Kondisi Awal ke Siklus II …………………………………….
45
10
Peningkatan Hasil Belajar Dari Siklus I ke Siklus I………….
45
11
Perbandingan Rencana Prosentase Target Pencapaian Siklus…
46
12
Peningkatan Hasil Belajar Dari Kondisi Awal ke Siklus I……
46
13
Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 1 Wirasana Kecamatan Purbalingga Tahun Pelajaran 2011/2012 Dari Siklus I ke Siklus II……………………………………..
commit to user xiv
47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar
halaman
1
Rangkaian Gerakan Lompat Jauh……………………………
16
2
Melompat Dengan Rintangan Kardus……………………….
22
3
Alur Kerangka Berpikir………………………………………
23
4
Desain PTK ………………………………………………….
28
5
Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar dari Siklus I ke II…..
47
6
Grafik Perbandingan Peningkatan Ketuntasan Belajar……..
48
7
Prosentase Peningkatan Ketuntasan Belajar………………..
48
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
halaman
1
Silabus Pembelajaran ……………………………………
53
2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I…………….
54
3
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II …………..
62
4
Hasil Belajar Kognitif Lompat Jauh Gaya Jongkok Kondisi Awal …………………………………….……..
5
Hasil Belajar Afektif Lompat Jauh Gaya Jongkok Kondisi Awal …………………………………….……..
6
78
Hasil Belajar Afektif Lompat Jauh Gaya Jongkok Siklus II …………………………………….…………….
14
77
Hasil Belajar Kognitif Lompat Jauh Gaya Jongkok Siklus II …………………………………….…………….
13
76
Rekapitulasi Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok Siklus I ………………………………………
12
75
Hasil Belajar Psikomotor Lompat Jauh Gaya Jongkok Siklus I …………………………………….……………..
11
74
Hasil Belajar Afektif Lompat Jauh Gaya Jongkok Siklus I …………………………………….…………….
10
73
Hasil Belajar Kognitif Lompat Jauh Gaya Jongkok Siklus I …………………………………….…………….
9
72
Rekapitulasi Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok Kondisi Awal ………………………………………
8
71
Hasil Belajar Psikomotor Lompat Jauh Gaya Jongkok Kondisi Awal …………………………………….……..
7
70
79
Hasil Belajar Psikomotor Lompat Jauh Gaya Jongkok Siklus II …………………………………….……………..
commit to user xvi
80
perpustakaan.uns.ac.id
15
digilib.uns.ac.id
Rekapitulasi Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok Siklus II ………………………………………
81
16
Peningkatan Hasil Belajar dari Kondisi Awal Ke Siklus I
82
17
Peningkatan Hasil Belajar dari Siklus I ke Siklus II…….
83
18
Peningkatan Hasil Belajar dari Kondisi Awal ke Siklus II
84
19
Surat Ijin PKM Mahasiswa PPKHB UNS……………….
85
20
Surat Ijinh Penelitian……………………………………..
86
21
Surat Keterangan …………………………………………
87
22
Foto-foto Dokumen Penelitian…………………………..
88
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan
jasmani
adalah
mata
pelajaran
untuk
melatih
psikomotorik yang mulai diajarkan secara formal di sekolah dasar
kemampuan
hingga sekolah
menengah atas, sedangkan pendidikan jasmani diarahkan pada tujuan secara keseluruhan (multilateral) seperti halnya tujuan pendidikan secara umum. Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan melalui aktifitas jamani dan sekaligus merupakan proses pendidikan untuk meningkatkan kemampuan jasmani. Oleh karena itu tujuan yang ingin dicapai melalui pendidikan jasmani juga mencakup pengembangan individu secara menyeluruh. Artinya, cakupan pendidikan jasmani tidak hanya terfokus pada aspek fisik saja, melainkan juga aspek mental, emosional, sosial, dan spiritual. Kita sadari bersama meski pendidikan itu merupakan investasi besar jangka panjang yang harus ditata, disiapkan dan diberikan sarana maupun prasarananya dalam arti modal material yang cukup besar, tetapi sampai saat ini kita masih berkutat pada permasalahan klasik dalam hal ini yaitu mutu pendidikan. Terkait dengan mutu pendidikan khususnya pendidikan pada jenjang Sekolah Dasar (SD) saat ini masih jauh dari apa yang kita harapkan. Pendidikan jasmani sebagai salah satu disiplin ilmu yang diajarkan di sekolah-sekolah masih sering menemui persoalan klasik tentang pola-pola mengajar yang bersifat memaksakan kemampuan siswa yang sebetulnya memiliki keterbatasan, tanpa melihat kondisi fisik dan kejiwaan siswa SD itu sendiri yang memiliki kecenderungan bermain dan masih ada rasa takut apabila disuruh melakukan suatu gerakan tanpa ada alat pengaman, akibatnya siswa kurang memiliki daya tarik untuk mengikuti pelajaran praktik penjas sehingga mempengaruhi kemampuan atau keterampilan atau prestasi belajar pendidikan jasmani itu sendiri. Fenomena ini merupakan sebuah masalah akibat kurangnya kemampuan sebagian guru penjas dalam memainkan peran sebagai guru yang memiliki tuntutan target kurikulum dan daya serap dan sebagai pendidik yang menggunakan pola-pola mengajar yang lebih mengedepankan kondisi psikologis siswa yang terkadang memiliki commit to user rasa takut apabila akan melakukan suatu aktifitas.
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
Melihat kondisi hasil belajar siswa tersebut beberapa upaya dilakukan salah satunya adalah pembelajaran dengan menggunakan perlengkapan yang bersifat aman dan tidak menimbulkan rasa takut bagi siswa. Dengan alat atau perkakas yang aman diharapkan siswa dapat meningkatkan aktifitas belajarnya, sehingga terjadi proses yang berkesan dan penguatan terhadap materi yang diberikan di sekolah dengan harapan siswa mampu meningkatkan hasil belajarnya. Dari permasalahan yang dihadapi guru dalam melakukan pembelajaran khususnya pada materi lompat jauh gaya jongkok, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) pada siswa kelas V SD Negeri 1 Wirasana dengan judul “Peningkatan Kemampuan Penguasaan Teknik Dasar Lompat Jauh Gaya Jongkok Dengan Menggunakan Media Kardus Pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Wirasana Purbalingga”
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka permasalahan yang menjadi pokok penelitian dapat dirumuskan adalah: “Bagaimanakah penggunaan media bantu kardus dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar lompat jauh gaya jongkok siswa kelas V SD Negeri 1 Wirasana tahun pelajaran 2011/2012 ?”
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang timbul sebagaimana dijelaskan di atas, tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah: Untuk meningkatkan kemampuan penguasaan gerak dasar lompat jauh gaya jongkok menggunakan media kardus pada siswa kelas V SD Negeri 1 Wirasana Tahun Pelajaran 2011/2012..
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Guru penjasorkes SD Negeri 1 Wirasana Kecamatan Purbalingga Kabupaten Purbalingga commitdan to user a. Untuk menambah pengalaman daya kreatif guru di sekolah dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan menciptakan dan mengembangkan modifikasi media bantu.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
b. Sebagai bahan masukan guru dalam memilih alternatif pembelajaran yang akan dilakukan. c. Untuk meningkatkan kinerja guru dalam menjalankan tugasnya secara professional, terutama dalam mengembangkan media dan alat pembelajaran yang dimodifikasi. 2. Bagi Siswa kelas V SDN 1 Wirasana a. Menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, meningkatkan aktifitas dan keberanian siswa dalam proses pembelajaran dan pada akhirnya mampu meningkatkan hasil belajar siswa. a. Siswa lebih berminat dan berani untuk belajar teknik dasar lompat jauh gaya jongkok. 3.
Bagi Sekolah Sebagai bahan masukan/saran untuk mengembangkan strategi belajar mengajar yang tepat dalam rangka untuk meningkatkan kualitas proses dan kualitas hasil belajar siswa ataupun mutu lulusan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1.
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan a. Pengertian Ruang lingkup Penjasorkes pada umumnya terletak pada pendidikan yang bertujuan untuk menggerakan dan menggembangkan aspek psikomotor pada siswa, dan hal ini sangat penting untuk dipahami oleh setiap guru penjasorkes. Pada dasarnya pengertian penjasorkes sendiri merupakan terjemahan dari physical education yang digunakan di Amerika.Sedangkan makna dari penjasorkes sendiri adalah pendidikan mengenai fisik dan mental seseorang. Jadi arti pendidikan disini adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok dalam usaha untuk mendewasakan anak melalui pengajaran dan pelatihan. Dengan demikian penjasorkes adalah suatu proses aktivitas jasmani, yang dirancang dan disusn secara sistematis,untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan, meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani, kecerdasan dan pembentukan watak serta nilai dan sikap yang positif bagi setiap warga negara dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Selanjutnya beberapa pengertian tentang penjasorkes sendiri yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli ternyata belum ada kesepakatan rumusan yang sama. Meskipun demikian, dari rumusan-rumusan mengenai penjasorkes terdapat beberapa kesamaan komponen yang terlibat, dan menjadi dasar serta tujuan pelaksanaan penjasorkes.
Berikut pengertian penjas menurut Adang Suherman
(2000 : 22) dalam Murdo Wahono. Bahwa: ”Pengertian pendidikan jasmani dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu pandangan tradisional dan pandangan modern, pandangan tradisional manusia terdiri dari dua komponen utama yang dapat di pilah–pilah yaitu jasmani dan rohani (dikotomi). Oleh karena itu, pendidikan jasmani diartikan sebagai proses pendidikan untuk keselarasan antara tumbuhnya badan dan perkembangan jiwa. Pandangan modern menganggap manusia sebagai satu commitOleh to user kesatuan yang utuh (holistik). karena itu, pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani dan sekaligus merupakan proses pendidikan untuk meningkatkan kemampuan jasmani”. 4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
Selanjutnya pengertian penjasorkes menurut Syarifuddin dan muhadi (1992 : 04).Bahwa : ”Tujuan umum penjasorkes di sekolah adalah memacu kepada pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, emosional, dan sosial yang selaras dalam upaya membentuk dan mengembangkan kemampuan gerak dasar, menanamkan nilai sikap dan membiasakan hidup sehat, memacu aktivitas sistem peredaran darah, pencernanaan, pernapasan, dan persyarafan. Penjasorkes dapat pula menanamkan nilai-nilai disiplin, kerjasama, sportivitas, tenggang rasa, dapat meningkatkan pengetahuan penjasorkes, menanamkan kegemaran untuk melakukan aktivitas jasmani”. Oleh karena itu apabila pembelajaran penjasorkes yang dilaksanakan di sekolah dapat terorganisir dengan baik, akan dapat memberikan sumbangan yang sangat berarti dalam pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani yang harmonis maupun dalam rangka menyiapkan siswa secara fisiologis yang mengarah kepada usaha-usaha keras berguna untuk meningkatkan kemantapan jasmani dan rohani dalam membantu mengembangkan kemampuan dan kepribadian yang sangat besar pengaruhnya terhadap penyesuaian diri di dalam lingkungannya dan dijelaskan bahwa materi yang disajikan dalam pembelajaran penjasorkes harus menunjang tujuan dalam pengajaran penjasorkes itu sendiri. Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penjasorkes adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu atau kelompok dalam usaha pendewasaan sikap seseorang, melalui upaya pengajaran dan pelatihan yang dalam hal ini proses atau aktivitas gerak jasmani itu sendiri.
b. Tujuan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Tujuan penjasorkesharus berorientasi pada setiap siswa .pendekatn pemecahan masalah merupakan cara yang baik apabila digunakan dalam pengajaran atau plajaran pendidikan jasmani.Karena pendekatan ini dapat meningkatkan partisipasi maksimum,memberikan keleluasasn gerak
yang memadai dan meningkatkan
kemungkinan keberhasilan. Secara umum tujuan pendidikan jasmani menurut Adang Suherman (2000 : 23) dapat di klasifikasikan ke dalam empat kategori,yaitu : commit to user a. perkembangan fisik.Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas-aktivitas yang melibatkan kekuatan-kekuatan fisik dari berbagai organ tubuh seseorang (physical fitness). b. Perkembangan gerak. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan gerak secara efektif, efisien, halus, indah, sempurna (skillfull).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
c. Perkembangan mental. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan berfikir dengan menginterpretasikan keseluruhan pengetahuan tentang pendidikan jasmani kedalam lingkungannya sehingga memungkinkan tumbuh dan berkembangnya pengetahuan, sikap, dan tanggung jawab siswa. Perkembangan sosial. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri pad suatu kelompok atau masyarakat.
2. Pembelajaran a. Definisi Pembelajaran Istilah pembelajaran berasal dari kata instruktion, menunjuk pada kegiatan, yaitu bagaimana peserta didik belajar dan peserta didik mengajar atau dapat dikatakan proses belajar mengajar. Menurut kamus besar bahasa indonesia (2003: 17) pembelajaran adalah ”proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar”. Sedangkan pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 297) adalah sebagai berikut: ”pembelajaran adalah kegiatan secara terprogam dalam disain intruk-sional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan
pada
penyediaan
sumber
belajar”.
Selanjutnya
pengertian
pembelajaran menurut Dewi Salma Prawiradilaga (2007: 136) yaitu ”suatu sistem yang terdiri atas tujuan pembelajaran, kajian isi/materi ajar, strategi pemelajaran (metode, media, waktu, sistem penyampaian), serta asesmen belajar”. Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian pembelajaran yaitu upaya yang direncanakan dan dilakukan untuk memungkinkan terjadinya kegiatan belajar pada diri warga berguna untuk mencapai tujuan belajar. Dengan melalui kegiatan pembelajaran, pendekatan pembelajaran merupakan apek yang sangat penting dan mempunyai hubungan fungsional untuk mencapai tujuan intruksional. Untuk itu seorang guru atau pelatih harus memilih atau menentukan pendekatan pembelajaran mana yang sesuai untuk pembelajaran yang tepat dan dapat memberikan peluang untuk terjadinya proses pembelajaran secara efektif dalam kegiatan iteraksional. Pembelajaran yang tepat ditentukan berdasarkan analisis terhadap hal-hal tertentu. Dengan demikian kegiatan pembelajaran dengan sendirinyaharus memperhatikan fektor-faktor internal dan commit to user eksternal yang merupakan faktor yang penting dalam menentukan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
b. Hakikat Pembelajaran Pembelajaran merupakan proses mengajar yang dilakukan oleh guru dan belajar yang dilakukan oleh siswa. Belajar dan mengajar merupakan suatu kegiatan yang saling berkaitan, yang keduanya tidak dapat dipisahkan dalam proses pembelajaran. Belajar merupakan peristiwa atau kejadian yang memberikan pengalaman belajar bagi siswa atau pembelajar. Yang dimaksud dengan pengalaman belajar, menurut Rusli Lutan & Adang Suherman (2000:29) adalah, "seperangkat kejadian yang berisikan aktivitas dan kondisi belajar untuk memberi struktur terhadap pengalaman siswa dan kejadian tersebut terkait untuk pencapaian tujuan". Mengajar merupakan aktivitas atau kegiatan yang dilakukan pengajar untuk memberikan pengalaman kepada siswa selaku pembelajar. Rusli Lutan (1988:381) menyatakan bahwa, "mengajar adalah seperangkat kegiatan sengaja oleh seseorang yang memiliki pengetahuan atau keterampilan yang lebih dari pada yang diajar". Belajar adalah proses perubahan penampilan atau perilaku potensial yang relatif permanen sebagai hasil dari latihan dan pengalaman masa lalu terhadap situasi tugas tertentu. Dari batasan di atas dapat dikemukakan bahwa belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang sebagai hasil belajar. Keterampilan gerak merupakan perubahan yang diperoleh dari proses belajar motorik. Schmidt yang dikutip Rusli Lutan (1988:102) menyatakan bahwa, "belajar motorik adalah seperangkat proses yang bertalian dengan latihan atau pengalaman yang mengantarkan ke arah perubahan permanen dalam perilaku terampil". Tujuan utama proses belajar gerak adalah peningkatan keterampilan. Orang dikatakan memiliki keterampilan jika dirinya terampil melakukan suatu gerakan tertentu dengan baik. Sugiyanto (1998:289) menyatakan bahwa, "keterampilan gerak dapat diartikan sebagai kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas gerak tertentu dengan baik. Semakin baik penguasaan gerak keterampilan, maka pelaksanaannya akan semakin efisien”. Keterampilan gerak dapat diartikan sebagai kemampuan untuk melaksanakan commit to Gerakan user tugas-tugas gerak tertentu dengan baik. yang baik adalah gerakan yang memiliki kriteria efektif dan efisien. Dalam hal ini Rink seperti dikutip Rusli Lutan & Adang Suherman (2000:56) menyatakan bahwa, Ada tiga indikator gerak terampil yaitu,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
(1) Efektif artinya sesuai dengan produk yang diinginkan dengan kata lain product oriented. (2) Efisien artinya sesuai dengan proses yang seharusnya dilakukan dengan kata lain process oriented. (3) Adaptif artinya sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan dimana gerak tersebut dilakukan. Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa, pembelajaran keterampilan merupakan proses yang dilakukan untuk meningkatkan tingkat efisiensi dan efektifitas dalam melakukan gerak sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
c. Ciri-Ciri Pembelajaran Pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan menyampaikan informasi atau pengetahuan dari seorang guru kepada siswa agar terjadi perubahan pengetahuan atau keterampilan pada diri siswa. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam pembelajaran terdapat ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri pembelajaran pada dasarnya merupakan tanda-tanda upaya guru mengatur unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran, sehingga dapat mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar agar terjadi proses belajar dan tujuan belajar dapat tercapai.
Menurut H. J. Gino dkk, (1998: 36) menyatakan, “Ciri-ciri
pembelajaran terletak pada adanya unsur-unsur dinamis dalam proses belajar siswa yaitu (1) motivasi belajar, (2) bahan belajar, (3) alat bantu belajar, (4) suasana belajar dan (5) kondisi subyek belajar”. Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, ciri-ciri pembelajaran terdiri dari lima macam yaitu, motivasi belajar, bahan belajar, suasana belajar dan kondisi siswa belajar. Ciri-ciri pembelajaran tersebut harus diperhatikan dalam proses belajar mengajar. Secara singkat ciri-ciri pembelajaran dijelaskan sebagai berikut: 1) Motivasi Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar, bila seorang siswa tidak dapat melakukan tugas pembelajaran, maka perlu dilakukan upaya untuk menemukan sebab-sebabnya dan kemudian mendorong siswa tersebut mau melakukan tugas ajar dari guru. commit to user Dengan kata lain siswa tersebut perlu diberi rangsangan agar tumbuh motivasi pada dirinya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
Motivasi dapat dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu dan bila tidak suka, maka akan berusaha untuk mengelakkan perasaan tidak suka tersebut. Jadi motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar, tetapi motivasi itu tumbuh di dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjalin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh siswa dapat tercapai. 2) Bahan Belajar Bahan belajar merupakan isi dalam pembelajaran. Bahan atau materi belajar perlu berorientasi pada tujuan yang akan dicapai siswa dan memperhatikan karakteristik siswa agar dapat diminati siswa. Bahan pengajaran merupakan segala informasi yang berupa fakta, prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain bahan yang berupa informasi, maka perlu diusahakan isi pengajaran dapat merangsang daya cipta atau yang bersifat menantang agar menumbuhkan dorongan pada diri siswa untuk
menemukan
atau
memecahkannya
masalah
yang
dihadapi
dalam
pembelajaran. 3) Alat Bantu Belajar Alat bantu belajar atau media belajar merupakan alat alat yang dapat membantu siswa belajar untuk mencapai tujuan belajar. Alat bantu pembelajaran adalah semua alat yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud menyampaikan pesan dari guru kepada siswa. Guru harus berusaha agar materi yang disampaikan atau disajikan mampu diserap dengan mudah oleh siswa. Apabila pengajaran disampikan dengan bantuan alat-alat yang menarik, maka siswa akan merasa senang dan pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. 4) Suasana Belajar Suasana belajar sangat penting dan akan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Suasana belajar akan berjalan dengan baik, apabila terjadi komunikasi dua arah yaitu antara guru dengan siswa. Di samping itu juga, adanya commitSuasana to user belajar mengajar akan berglangsung kegairahan dan kegembiraan belajar. dengan baik, dan isi pelajaran disesuaikan dengan karakteristik siswa, maka tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
5) Kondisi Siswa yang Belajar Siswa atau anak memiliki sifat yang unik atau sifat yang berbeda, tetapi juga memiliki kesamaan yaitu memiliki langkah-langkah perkembangan dan memiliki potensi yang perlu diaktualisasikan melalui pembelajaran. Dengan kondisi siswa yang demikian akan dapat berpengaruh pada partisipasi siswa dalam proses belajar. Untuk itu, kegiatan pengajaran lebih menekankan pada peranan dan partisipasi siswa bukan peran guru yang dominan, tetapi lebih berperan sebagai fasilitator, motivator dan sebagai pembimbing.
d. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Belajar suatu keterampilan adalah sangat kompleks. Belajar membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Menurut Nasution yang dikutip H.J. Gino dkk (1998: 51) bahwa, “Perubahan akibat belajar tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan, melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri, pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang”. Perubahan akibat dari belajar adalah menyeluruh pada diri siswa. Untuk mencapai perubahan atau peningkatan pada diri siswa, maka dalam proses pembelajaran harus diterapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 42) bahwa, “Prinsip-prinsip pembelajaran meliputi perhatian dan motivasi, keaktifan siswa, keterlibatan langsung, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan serta perbedaan individual”. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, prinsip-prinsip pembelajaran meliputi tujuh aspek yaitu perhatian dan motivasi, keterlibatan langsung atau berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan serta perbedaan individual. Untuk mencapai hasil belajar yang optimal, maka prinsip-prinsip pembelajaran tersebut harus diterapkan dalam pembelajaran dengan baik dan benar. Untuk lebih jelasnya prinsip-prinsip pembelajaran tersebut diuraikan secara singkat sebagai berikut: 1) Perhatian dan Motivasi Belajar Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Perhatian to user terhadap pelajaran akan timbulcommit pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa. H.J. Gino dkk. (1998: 52) menyatakan, “Perhatian siswa waktu belajar akan sangat mempengaruhi hasil belajar. Belajar dengan penuh perhatian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
(konsentrasi) pada materi yang dipelajari akan lebih terkesan lebih mendalam dan tahan lama pada ingatan”. Perhatian mempunyai peran penting untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Apabila pelajaran yang diterima siswa dirasakan sebagai kebutuhan, maka akan membangkitkan motivasi siswa untuk mempelajarinya. Sedangkan yang dimaksud motivasi menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 42) adalah, “Tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang”. Dengan motivasi belajar yang tinggi, maka siswa akan lebih bersemangat dalam belajar. Belajar yang dilakukan dengan penuh semangat akan dapat mencapai hasil belajar yang optimal. 2) Keaktifan Siswa Dalam kegiatan pembelajaran siswa dituntut untuk selalu aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Untuk dapat memproses dan mengolah perolehan belajarnya secara efektif siswa dituntut untuk atif secara fisik, intelektual dan emosional. Tanpa ada keaktifan dari siswa, maka tidak akan terjadi proses belajar. Hal ini sesuai pendapat H.J. Gino dkk. (1998: 52) bahwa, “Dari semua unsur belajar, boleh dikatakan keaktifan siswalah prinsip yang terpenting, karena belajar sendiri merupakan suatu kegiatan. Tanpa adanya kegiatan tidak mungkin seorang belajar”. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran bermacam-macam bentuknya. Hal ini sesuai dengan jenis atau masalah yang dipelajari siswa. Menurut S. Nasution (1988:93) yang dikutip H.J. Gino dkk. (1998: 52) macam-macam keaktifan belajar siswa antara lain: “Visual activities, oral activities, listening activities, drawing activities, motor activities, mental activities, emotional activities”. Keaktifan-keaktifan siswa dalam proses pembelajaran tersebut tidak terpisah satu dengan lainnya. Misalnya dalam keaktifan motoris terkandung keaktifan mental dan disertai oleh perasaan tertentu. Dalam setiap pelajaran dapat dilakukan bermacam-macam keaktifan. 3) Keterlibatan Langsung Siswa Belajar adalah suatu proses yang terjadi dalam diri siswa. Dalam proses belajar sangat kompleks. Belajar adalah suatu proses yang memungkinkan organcommitlakunya to user sebagai hasil pengalaman yang organ siswa mengubah tingkah diperolehnya. Dapat dikatakan bahwa, belajar merupakan hasil pengalaman, sebab pengalaman-pengalaman yang diperoleh itulah yang menentukan kualitas perubahan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
tingkah laku siswa. Jadi peristiwa belajar terjadi apabila terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa. Belajar adalah tanggungjawab masing-masing siswa, sebab hasil belajar adalah hasil dari pengalaman yang diperoleh sendiri, bukan pengalaman yang didapat oleh orang lain. Oleh karena itu, kualitas hasil belajar berbeda-beda antara siswa satu dengan lainnya tergantung pada pengalaman yang diperoleh dan kondisi serta kemampuan setiap siswa. 4) Pengulangan Belajar Salah satu prinsip belajar adalah melakukan pengulangan. Dengan melakukan pengulangan yang banyak, maka suatu keterampilan atau pengetahuan akan dikuasai dengan baik. Menurut Davies (1987: 32) yang dikutip Dimyati dan Mudjiono (2006: 52) bahwa, “Penguasaan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti. Dari pernyataan inilah pengulangan masih diperlukan dalam kegiatan pembelajaran”. Sedangkan Suharno HP. (1993: 22) berpendapat, “Untuk mengotomatisasikan penguasaan unsur gerak fisik, teknik, taktik dan keterampilan yang benar atlet harus melakukan latihan berulang-ulang dengan frekuensi sebanyak-banyaknya secara kontinyu”. Mengulang materi pelajaran atau suatu keterampilan adalah sangat penting. Dengan melakukan pengulangan gerakan secara terus menerus, maka gerakan keterampilan dapat dikuasai dengan secara otomatis. Suatu keterampilan yang dikuasai dengan baik, maka gerakan yang dilakukan lebih efektif dan efisien. 5) Tantangan Tantangan merupakan salah satu bagian yang penting dalam pembelajaran. Dengan adanya tantangan maka akan memotivasi siswa untuk memecahkan permasalahan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini sesuai pendapat H.J. Gino dkk (1998: 54) bahwa, “Materi yang dipelajari oleh siswa harus mempunyai sifat merangsang atau menantang. Artinya, materi tersebut mengandung banyak masalahmasalah yang merangsang untuk dipecahkan. Apabila siswa dapat mengatasi masalah yang dihadapinya, maka ia akan mendapatkan kepuasan”. Memberikan tantangan dalam proses belajar mengajar adalah sangat penting. to user atau dipecahkan siswa dalam belajar, Dengan adanya tantangan yang commit harus dihadapi maka siswa akan berusaha semaksimal mungkin untuk memecahkan masalah tersebut. Jika siswa mampu memecahkan masalah yang dipelajarinya, maka siswa akan memperoleh kepuasan dan mencapai hasil belajar yang optimal.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
6) Balikan dan Penguatan Pemberian balikan pada umumnya memberi nilai positif dalam diri siswa, yaitu mendorong siswa untuk memperbaiki tingkah lakunya dan meningkatkan usaha belajarnya. Tingkah laku dan usaha belajar serta penampilan siswa yang baik, diberi balikan dalam bentuk senyuman ataupun kata-kata pujian yang merupakan penguatan terhadap tingkah laku dan penampilan siswa. Penguatan (reinforcement) adalah respon terhadap tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Memberi penguatan dalam kegiatan belajar kelihatannya sederhana sekali, yaitu tanda persetujuan guru terhadap tingkah laku siswa. Namun demikian, penguatan ini sangat besar manfaatnya terhadap peningkatan hasil belajar siswa. 7) Perbedaan Individu Setiap siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan lainnya. Karena hal inilah, setiap siswa belajar menurut tempo atau kecepatannya masing-masing. Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan siswa lain akan membantu siswa menentukan cara belajar serta sasaran belajar bagi dirinya sendiri. Manfaat pembelajaran akan lebih berarti jika proses pembelajaran yang diterapkan, direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan karakteristik dan kondisi masingmasing siswa. Untuk mencapai hasil belajar yang optimal, maka guru harus memperhatikan perbedaan setiap individu dan dalam membelajarkannya harus disesuaikan dengan kemampuan masing-masing individu.
3. Gerak Dasar a. Hakikat Gerak Dasar Gerak dasar merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang sejak kecil dari masa
kanak-kanak
yang
berkembang
seiring
dengan
perkembangan
dan
pertumbuhan. Pendapat Aip Syarifuddin dan Muhadi dalam Riza Rahman (1992:24) bahwa, “Gerak dasar manusia adalah jalan, lari, lompat, dan lempar. Bentuk-bentuk gerakan dasar tersebut telah dimiliki oleh murid-murid sekolah dasar. Namun yang menjadi permasalahan sekarang bagaimanakah cara menanamkannya kepada muridcommit togerakan user dasar yang telah dimilikinya dapat murid sekolah dasar agar bentuk-bentuk dilakukan dengan benar”.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
Harrow dalam Furqon (1972:52-54) mengemukakan bahwa gerak dasar adalah pola-pola gerak inheren yang didasarkan pada gerak-gerak refleks anak, yang timbul bukan hanya karena latihan, tetapi dapat diperhalus dan diperbaiki melalui latihan. Pada usia sekolah dasar inilah saatnya harus ditanamkan bagaimana cara melakukan gerak dasar yang benar sangat penting. Karena pada usia sekolah dasar masa perkembangan dan pertumbuhan, sehingga kemampuan gerak dasar yang dimiliki dapat dilakukan dengan benar. Kesalahan dalam melakukan gerak dasar akan berdampak pada pola gerakan yang salah, sehingga akan berdampak pada aktivitas-aktivitas geraknya. Upaya untuk meningkatkan kualitas gerak dasar harus dilakukan latihan dengan baik dan benar. b. Jenis/Pola Gerak Dasar. Pola gerak dasar adalah bentuk gerakan-gerakan sederhana yang bisa dibagi menjadi tiga bentuk gerak sebagai berikut: 1) Gerak lokomotor (gerakan berpindah tempat) dimana bagian tubuh tertentu bergerak atau berpindah tempat; misalnya jalan, lari, dan loncat. 2) Gerak non-lokomotor (gerakan tidak berpindah tempat) dimana sebagian anggota tubuh tertentu saja yang digerakkan namun tidak berpindah tempat. 3) Manipulatif, dimana ada sesuatu yang digerakkan, misalnya melempar, menangkap, menyepak, memukul, dan gerakan lain yang berkaitan dengan lemparan dan tangkapan sesuatu.
4.
Lompat Jauh a.
Hakekat Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat dari cabang olahraga atletik.
Lompat jauh menurut Aip Syarifuddin (1992:90) didefinisikan sebagai suatu bentuk gerakan melompat, mengangkat kaki ke atas ke depan dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin di udara (melayang di udara) yang dilakukan dengan cepat dan dengan jalan melakukan tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. Lompat jauh merupakan suatu gerakan melompat menggunakan tumpuansatu commit to user kaki untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya. Sasaran dan tujuan lompat jauh adalah untuk mencfapai jarak lompatan sejauh mungkin keseuatu titik pendaratan yaitu di bak lompat. Jarak lompatan diukur dari papan tolakan sampai batas terdekat dari letak pendaratan yang dihasilkan oleh bagian tubuh. Menurut Engkos Kosasih
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
(1985:67) bahwa yang menjadi tujuan lompat jauh adalah mencapai jarak lompatan yang sejauh-jauhnya yang mempunyai empat unsure gerakan yaitu: awalan; tolakan; sikap badan diudara (gaya); dan sikap badan saat pendaratan. Dalam hal yang sama Yusuf Adisasmita (1992:65) berpendapat bahwa keempat unsur ini merupakan satu kesatuan, yaiu urutan gerakan lompat yang tidak terputus. Dalam lompat jauh terdapat beberapa macam gaya yang umum dipergunakan oleh para pelompat, yaitu: gaya jongkok (tuck), gaya menggantung (hang style) atau juga disebut gaya lenting, dan gaya jalan diudara (walking in the air). 1) Lompat Jauh Gaya Menggantung Lompat jauh merupakan salah satu nomor dalam cabang olahraga atletik. Tujuan lompat jauh ialah melakukan lompatan sejauh mungkin dengan teknik dan prosedur yang telah ditetapkan. Sementara itu, lompat jauh gaya menggantung merupakan salah satu gaya dalam nomor lompat. Pada dasarnya teknik yang dimiliki setiap gaya dalam nomor lompat jauh sama saja. Namun, perbedaannya terletak saat sikap di udara, seperti lompat jauh gaya menggantung. Teknik gerakan ini disebut sebagai gaya menggantung karena sikap tubuh saat berada di udara seperti menggantung atau melenting sehingga gaya ini juga dikenal sebagai lompat jauh gaya lenting. Teknik lompat jauh gaya menggantung sama seperti gaya-gaya yang lain, yaitu awalan, tolakkan, saat berada di udara, pendaratan. Awalan lompat jauh gaya menggantung dengan cara dilakukan dengan cara lari cepat dari jarak 35-45 meter. Namun jarak tersebut tidak mutlak, tetapi disesuaikan dengan kemampuan mencapai kecepatan maksimal setiap pelompat. Tolakkan merupakan upaya untuk mendapatkan lompatan yang tinggi dan jauh. Teknik ini dilakukan oleh salah satu kaki yang terkuat. Pada saat posisi di udara, setiap gaya dalam lompat jauh dapat terlihat, selain itu gaya yang digunakan dapat memengaruhi hasil lompatan. Seperti gaya berjalan di udara, gaya menggantungpun merupakan gaya yang sering digunakan oleh para pelompat nasional maupun internasional. Teknik saat di udara ini, badan harus diusahakan melayang selama mungkin di udara dalam keadaan seimbang. Pada pelaksanaan pendaratan adalah merupakan upaya mendaratkan commitpelompat to user harus melakukan teknik pendaratan tubuh pada bak pasir. Saat mendarat, yang baik dan benar. Jika terjadi kesalahan maka akan merugikan pelompat sendiri. Pendaratan yang baik yaitu ketika jatuh menggunakan kedua kaki dan tangan ke
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
depan, jangan sampai badan atau tangan
jatuh ke belakang karena dapat
membahayakan bagi si pelompat itu sendiri.
b. Pengertian Lompat Jauh Lompat jauh termasuk bagian nomor lompat dalam cabang olahtaga atletik, yang secara teknis maupun pelaksanaannya berbeda dengan nomor lompat yang lain seperti lompat tinggi dan lompat jangkit. Menurut Aip Syarifudin (dalam Adi Irawan, 2011:6) Lompat jauh adalah suatu bentuk gerakan melompat mengangkat kaki ke atas ke depan dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin di udara (melayang di udara) yang dilakukan dengan cepat dan dengan jalan melakukan tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. Gerakan dalam lompat jauh dapat diurutkan mulai dari awalan (approach run), tumpuan (take off), sikap badan di udara (action in the air), dan pendaratan (landing). Keempat unsur di atas tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya, karena keempat unsur gerakan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh, artinya satu rangkaian gerak yang tidak terputus. Sedangkan dalam lompat jauh dikenal tiga jenis gaya, yaitu gaya jongkok, gaya berjalan di udara, dan schnepper. Adapun yang dimaksud gaya dalam lompat jauh adalah sikap tubuh pelompat pada saat melayang di udara. Lompat jauh sasarannya adalah bak pasir, jarak lompatan diukur dari sisi dalam papan tolakan sampai batas terdekat dari petak pendaratan yang dihasilkan yang dihasilkan oleh bagian tubuh.
Gambar 1. Rangkaian gerakan lompat jauh Sumber: Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Suyatno, 1996:21) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
c.
Teknik Dasar Lompat Jauh Teknik dasar lompat jauh sangat berpengaruh terhadap pencapaian hasil
lompatan. Penguasaan teknik dasar yang baik akan memberikan kontribusi yang baik terhadap teknik-teknik lanjutan hingga teknik tinggi, karena dengan teknik yang benar maka akan menghasilkan efektifitas dan efisiensi gerakan untuk mencapai hasil yang optimal. Teknik dasar lompat jauh secara sederhana adalah terdiri dari gerakan awalan, yaitu lari cepat (sprint), tolakkan (take-off), Gaya, yaitu saat melayang di udara (flight), dan pendaratan (landing). Lompat jauh gaya jongkok berarti pada saat melayang diudara melakukan sikap jongkok atau jongkok di udara hingga menjelang pendaratan.
5. Lompat Jauh Gaya Jongkok Lompat jauh gaya jongkok dan gaya yang lain pada prinsipnya sama, perbedaannya hanya pada gaya, yaitu sikap tubuh yang dilakukan oleh pelompat pada saat melayang di udara, jika pelompat saat melayang di udara melakukan seperti berjalan, maka gaya lompatan tersebut dinamakan gaya jalan di udara (walk in the air), dan jika pelompat melakukan sikap jongkok saat melayang di udara maka pelompat tersebut melakukan lompat jauh gaya jongkok, dan jika saat melayang di udara melakukan sikap menggantung atau melentingkan tubuh, maka disebut gaya lenting (schnepper). Hal yang penting adalah semua gerakan dari awalan, tolakan, gaya di udara, dan mendarat harus dilakukan secara berirama atau ritmis dan harmonis agar mencapai jarak lompatan yang optimal.
6. Media Pembelajaran Media (bentuk jamak dari kata medium), merupakan kata yang berasal dari bahasa latin medius, yang secara harfiah berarti “tengah, perantara, atau pengantar” (arsyad, 2002 dalam Agus Kristiyanto, 1020:126). Media dalam penelitian ini adalah merupakan sarana pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan informasi kepada siswa yang bertujuan untuk commit to user membuat siswa tahu dan bias, media adalah pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber kepada siswa. Pesan yang disampaikan bisa berbentuk ide, pendapat, atau gagasan dan dapat berbentuk lisan/kata-kata, tulisan (verbal) ataupun non verbal atau dengan memberikan contoh gerakan atau peragaan. Karena kemampuan siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
sangat homogen, maka dari pesan tersebut terkadang siswa ada yang langsung dapat menerima pesan yang disampaikan guru, tetapi ada pula siswa yang sangat lambat dalam menerima pesan baik yang berupa tulisan, ucapan, ataupun peragaan. Kegagalan inilah yang akibatnya menjadi penghambat/ kendala dalam proses pembelajaran.
7. Modifikasi Sarana Dalam Pembelajaran Penjas a.
Pengertian modifikasi Modifikasi
adalah
menganalisa
sekaligus
mengembangkan
materi
pembelajaran dengan cara merununkannya dalam bentuk aktifitas belajar yang potensial untuk memperlancar siswa dalam proses belajar. Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan, dan membelajarkan siswa dari yang tadinya bisa menjadi bisa, dari tingkat yang tadinya lebih rendah menjadi memilki tingkat yang lebih tinggi (Yoyo Bahagia, Ucup Yusuf, Adang Suherman. 2000:41)
b. Prinsip Pengembangan Modifikasi Modifikasi adalah salah satu usaha para guru agar pembelajaran menceerminkan kreatifitas, termasuk didalamnya ”body scaling” atau penyesuaian dengan ukuran bentuk tubuh siswa yangsedang belajar. Aspek inilah yang harus dijadikan prinsip utama dalam modifikasi pembelajaran penjas, termasuk pembelajaran atletik. Cara-cara guru memodifikasi pembelajaran agar tercermin dari aktifitas pembelajaran yang diberikan guru dari mulai awal hingga akhir pelajaran. Beberapa aspek analisa modifikasi ini tidak terlepas dari pengetahuan guru tentang: a). Tujuan b). Karakteristik materi c). Kondisi lingkungan dan d). Evaluasinya (Yoyo Bahagia et al 2000: 41)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
c.
Tujuan Modifikasi Modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan dengan tujuan pembelajaran dari
mulai tujuan yang paling rendah sampai tujuan yang paling tinggi. Modifikasi tujuan materi ini dapat dilakukan dengan cara membagi tujuan materi ke dalam tiga komponen, yakni: 1. Tujuan Perluasan Tujuan perluasan maksudnya
adalah tujuan pembelajaran
yang lebih
menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan bentuk atau wujud keterampilan yang dipelajarinya tanpa memperhatikan aspek efisiensi dan eefektifitas. Misalnya: siswa mengetahui dan dapat memberikan contoh tolak dalam nomor tolak peluru. Dalam contohini, tujuan pembelajaran lebih menekankan agar siswa dapat mengetahui esensi tolak dalam bentuk peragaan , dalam kasus ini peragaan tidak erlalu dipermasalahkan apakah tolak itu sudah dilakukan secara efektif dan efisien atau belum. Yang penting siswa siswa dapat mengetahui esensi wujud tolak dalam nomor tolak peluru pada cabang olahraga atletik. 2. Tujuan Penghalusan Tujuan penghalusan maksudnya adalah tujuan pembelajaran yang lebih menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan gerak secara efisien. Misalnya: siswa mengetahui dan melakukan gerak
menolak
dengan sudut tolakan 45°. Dalam contoh ini, tujuan tidak lagi pada level agar siswa dapat mengetahui esensi gerak menolak (misalnya: menggunakan sudut yang tepat untuk medapatkan hasil yang baik dan maksimal) melalui peragaan. 3. Tujuan Penerapan Tujuan penerapan maksudnya adlah tujuan pembelajaran yang lebih menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan tentang efektif tidaknya gerakan yang dilkakuan melalui pengenalan kriteria-kriteria tertentu sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
d. Sarana pembelajaran 1). pengertian sarana pembelajaran tolak peluru Istilah sarana adalah terjemahan dari ” facylities” yaitu sesuatu yang dapat digunakan dan dimanfaatkan dalam pelaksanaan kegiatan. Sedangkan yang dimaksud dengan sarana olahraga yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan dan dapat dimanfaatkan dalam pelaksanaan kegiatan olahraga atau pendidikan jasmani.sarana olahraga dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu: a.
Peralatan (apparatus), adalah sesuatu yang digunakan, contoh: peti lompat, palang tunggal, palang sejajar, gelang-gelang, kuda-kuda dan lain-lain.
b. Perlengkapan (device), yaitu: -
sesuatu yang melengkapi kebutuhan prasarana, misalnya: net, bendera untuk tanda, garis batas dan lain-lain.
-
Sesuatu yang dapat dimainkan dan dapat dimanipulasi dengan tangan atau kaki, misalnya: bola raket, pemukul dan lain-lain. Seperti halnya prasarana olahraga, sarana yang dipakai dalam kegiatan
olahraga dalam masing-masing cabang olahraga memiliki ukuran standart. Akan tetapi
apabila
cabang
olahraga
tersebutdipakai
sebagai
materi
dalam
pembelajaran pendidikan jasmani, sarana yang di gunakan bisa dimodifikasi, sesuai dengan kondisi sekolah dan karakteristik siswa (Soepartono,2000:6). Salah satu faktor yang mendorong berlangsungnya proses belajar mengajar agar sempurna adalah penyediaan sarana pendidikan yang menunjang. (Suharsimi
Arikunto,
1989:82),
mengutip
pendapat
dari
TIM
Penyusunnan Pedoman Pembakuan Media Pendidikan dan Kebudayaan, menerangkan bahwa ”Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam prosesbelajar, mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan lancar, teratur, efektif dan efisien”. Media
pendidikan
merupakan
sarana
pengajaran
yang
dapat
dipergunakan untuk membantu tercapainya suatu ujuan. Di dalam dunia pendidikan, media sebagai suatu alat yang dapat di jangkau oleh panca indra commit to user (terutama penglihatan/pendengaran). Alat peraga merupakan suatu alat yang dapat dipergunakan untuk membantu, mempermudah, menjelaskan, bagi guru guna menrangkan suatu peristiwa, globe, peta dan sebagainya. Alat peraga ini akan memberikan realisme
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
(sesuai dengan kenyataan) kepada yang dijelaskan, diterangkan, yaitu siswa. Sehingga siswa akan lebih menaruh perhatian atau lebih berminat terhadap sesuatu yang disampaikan. Sarana pendidikan jasmani adalah sarana sederhana untuk pelaksanaan materi pembelajaran pendidikan jasmani tertentu dalam bentuk permainan. Seringkali di sekolah terdapat alat-alat sederhana yang tidak pernah keluar dari gudang karena guru tidak dapat memanfaatkannya, misalnya bola plastik, bola kasti, bola tenis bekas, simpai, gada senam dan lain-lain. Dengan kreasi guru dapat memanfaatkan alat-alat tersebut dalam pendidikan jasmani. Selain alat-alat yang disebut diatas, ada alat-alat sederhana lain yang dapat digunakandan dengan mudah dapat diadakan oleh guru misalnya: kardus, potongan bambu, ban bekas dan lain-lain. Juga alat-alat yang bisa dibuat sendiri oleh guru misalnya gawang kecil-kecil, bola berekor dan lain-lain. Contoh alatalat yang dapat digunakan untuk melaksakan berbagai materi pelajaran pendidikan jasmani yaitu: bola tenis bola tangan, bola takraw, bola plastik dan lain-lain. Dari contoh alat-alat tersebut diharap dapat meyakinkan guru pendidikan jasmani, bahkan pembelajaran lebih efektif dengan memanfaatkan alat dan lingkungan seadanya (Soepartono. 2000:3). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sarana pendidikan jasmani adalah benda-benda yang bergerak maupun yang tidak bergerak, yang berfungsi sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar.
Dalam penelitian ini media yang digunakan adalah media kardus yang dimaksud adalah perkakas yang dipasang pada jarak dan tinggi tertentu dan digunakan sebagai rintangan yang harus dilompati oleh siswa dengan tujuan arah lompatan dapat diatur membentuk sudut kira-kira 45° dan jika terpaksa siswa gagal melompati karduspun tidak membahayakan karena sifat kardus adalah lembek atau lentur.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
Gambar 2. Melompat Dengan Rintangan Kardus Sumber: http://grandmall10.wordpress.com/2010/02/06/pengertian-lompat-jauh/
B. Kerangka Berpikir Pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan menggunakan alat bantu berupa tumpukan kardus merupakan bentuk pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan teknik dasar siswa. Dengan alat bantu kardus siswa diharapkan dapat termotivasi dan lebih memiliki kepercayaan diri dan memiliki keberanian untuk mencoba melakukan lompatan tanpa ada keraguan. Dengan menggunakan rintangan berupa kardus, siswa secara tidak sengaja akan berusaha melewati tantangan sehingga arah lompatan yang diharapkan dapat terwujud. Dari dasar pemikiran tersebut, maka penelitian ini mempunyai alur kerangka pemikiran sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
Kondisi Awal
Tindakan
Guru kurang kreatif dan inovatif (Belum menggunakan media bantu kardus)
Yang Diteliti: Hasil Belajar Siswa Rendah
Menerapkan model pembelajaran dengan media bantu kardus
Siklus I: Menggunakan media bantu kardus
Siklus II: Menggunakan media bantu kardus
Kondisi Akhir
Diduga melalui penggunaan media bantu kardus dapat meningkatkan hasil belajar lompat jauh
Gambar 3. Alur Kerangka Berpikir
commit to user
Siklus III: Menggunakan media bantu kardus
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1.
Tempat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) akan dilaksanakan di SD Negeri 1 Wirasana, Kecamatan Purbalingga, Kabupaten Purbalingga.
2.
Waktu Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dari bulan April 2012 sampai bulan Agustus 2012. Tabel 1. Rincian Kegiatan Waktu Dan Jenis Kegiatan Penelitian No
Rencana Kegiatan
1.
Persiapan Penelitian a. Koordinasi peneliti dengan Kepala Sekolah b. Diskusi dengan sejawat dan kolaborator c. Penyusunan Proposal d. Menyiapkan perangkat pembelajaran dan instrumen (lembar observasi) e. Simulasi pelaksanaan rindakan Pelaksanaan Tindakan a. Siklus I b. Siklus II Analisis Data dan Pelaporan a. Analisis Data b. Penyusunan Laporan Skripsi c. Ujian dan revisi
2.
3.
d. Penggandaan Laporan
dan
Apr
Pengumpulan
commit to user
24
Tahun 2012 Mei Jun Jul
Ags
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
3.
Siklus PTK Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini direncanakan dalam dua siklus untuk melihat peningkatan hasil lompat jauh gaya jongkok dalam mata pelajaran penjasorkes dengan penggunaan media bantu belajar berupa kardus.
B. Subyek Penelitian Subyek Penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Wirasana Kecamatan Purbalingga Kabupaten Purbalingga Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012.
C. Data dan Sumber Data Data dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah: 1.
Data Primer Berupa hasil belajar siswa dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok
2.
Data Sekunder Berupa RPP, silabus dan dokumen kelas V SD Negeri 1 Wirasana Sumber data dalam penelitian ini adalah:
1.
Siswa, untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok.
2.
Siswa, untuk melihat tingkat keberhasilan penggunaan media bantu pembelajaran dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok.
D. Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data penelitian, dilakukan dengan cara menentukan sumber data terlebih dahulu, kemudian jenis data, teknik pengumpulan data, dan instrument yang digunakan. Teknik pengumpulan data secara lengkap adalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
Tabel 2. Teknik dan alat pengumpulan data No 1.
Sumber Data Siswa
Jenis Data Hasil keterampilan
Teknik Pengumpulan Tes praktik
Instrumen Lembar tugas
lompat jauh gaya jongkok 2.
Guru
Kemampuan
melaku- Praktik
kan rangkaian gerakan pengamatan keterampilan
dan Melalui
lembar
observasi
lompat
jauh gaya jongkok
E. Uji Validitas Data Validitas adalah ukuran yang menyatakan ketepatan tujuan tes (alat ukur) dan memenuhi persyaratan pembuatan tes. Validitas tes. Validitas data merupakan jaminan bagi kemantapan kesimpulan dan tafsir makna sebagai hasil penelitian, jadi validitas memegang peranan penting dalam pembuatan simpulan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini untuk menguji validitas data menggunakan teknik trianggulasi data yang diperoleh melalui: 1.
Analisis Dilakukan terhadap hasil belajar siswa setelah dilakukan tindakan dalam penelitian
2.
Observasi Untuk mendapatkan data kejadian-kejadian yang muncul pada saat pembelajaran berlangsung.
3.
Guru Pamong Untuk mendapatkan data kejadian-kejadian yang muncul pada saat pembelajaran berlangsung.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27 F. Analisis Data
Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus PTK dianalisis secara deskriptif statistik dengan menggunakan teknik prosentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran. Adapun data tersebut untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan media kardus, yang diperoleh melalui pengamatan langsung dengan
menggunakan
lembar
observasi
oleh
kolaborator.
Hasil
pengamatan
dikategorikan dalam klasifikasi skor yang telah ditentukan.
G. Indikator Kinerja Penelitian Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa terhadap materi ajar adalah ketuntasan siswa dalam mempelajari materi. Dengan kriteria siswa yang dinyatakan tuntas belajar jika menguasai materi 70% ke atas atau mendapat nilai 70. Untuk mengukur keberhasilan tindakan dalam penelitian maka ditentukan kriteria keberhasilan. Penelitian dinyatakan berhasil jika 90% dari jumlah siswa mencapai batas kriteria ketuntasan minimal (KKM)
H. Prosedur Penelitian Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini direncanakan dua siklus, apabila belum berhasil akan dilanjutkan pada siklus berikutnya. Desain PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah model PTK menurut Agus Kristiyanto yang menggunakan sistem spiral refleksi yang terdiri dari beberapa siklus. Dalam model Agus Kristiyanto dijelaskan bahwa di dalam satu siklus atau putaran terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting). Adapun desain penelitian tindakan kelas yang dikemukakan oleh Agus Kristiyanto dapat digambarkan sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
Gambar 4. Desain PTK dalam Pendidikan Jasmani dan Kepelatihan Olahraga Sumber : Penelitian Tindakan Kelas (Agus Kristiyanto, 2010:19)
Jika dicermati, model yang dikemukakan tersebut diatas pada hakikatnya berupa perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari 4 komponen yaiti: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai satu siklus. Oleh karena itu pengertian siklus ini adalah perputaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Gambar di atas tampak bahwa di dalamnya terdapat dua perangkat komponen yang dapat dikatakan dua siklus. Dalam pelaksanaanya sesungguhnya jumlah siklus sangat bergantung pada permasalahan yang harus dipecahkan. Apabila permasalahan terkait commit to user dengan materi dan tujuan pembelajaran dengan sendirinya jumlah siklus untuk setiap mata pelajaran tidak hanya terdiri dari dua siklus, tetapi jauh lebih banyak dari itu, barangkali lima atau enam siklus
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam bentuk siklus, apabila belum berhasil akan dilanjutkan ke siklus berikutnya. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, evaluasi dan refleksi. Setiap siklus terdiri dari 1 kali pertemuan, setiap pertemuannya 2 x 35 menit. Secara rinci prosedur penelitian sebagai berikut: a. Rencana yaitu rencana tindakan apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau perubahan perilaku dan sikap sebagai solusi. Perencanaan tindakan yaitu menyusun rencana tindakan dan penelitian tindakan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok untuk mencapai tujuan penelitian.
Perencanaan tersebut yaitu dengan membuat rencana
pembelajaran yang menggunakan media kardus sebaik mungkin dan dapat dilaksanakan secara efektif dalam berbagai situasi lapangan. Pada tahap ini juga dipersiapkan beberapa instrumen penelitian yaitu lembar observasi siswa dan guru, lembar penilaian, catatan lapangan dan tes hasil belajar/kuis yang digunakan selama melaksanakan tindakan. b. Tahap tindakan merupakan tahap apa yang akan dilakukan oleh guru atau peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan. Pelaksanaan tindakan dilakukan berdasarkan rencana tindakan yang telah dibuat. Pelaksanaan tindakan ini dilakukan oleh guru sendiri sebagai peneliti, tetapi dalam proses observasi guru dibantu oleh teman sejawat dengan menggunakan beberapa alat instrument penelitian yaitu tes perbuatan, lembar observasi, dan catatan lapangan serta kuis/tes hasil belajar siswa. Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari dua siklus, setiap siklus disajikan dalam dua pertemuan. commit to user c. Observasi yaitu mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Tahap observasi atau pemantauan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
merupakan upaya mengamati pelaksanaan tindakan. Adapun fungsi pokok observasi adalah untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan dan untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan sedang berlangsung dapat menghasilkan perubahan yang diinginkan. Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas perilaku dan keadaan yang berhubungan dengan pembelajaran. d. Refleksi yaitu peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan dari berbagai kriteria. Refleksi adalah kegiatan mengulas secara kritis tentang perubahan yang terjadi, baik pada siswa, suasana kelas, maupun peneliti. Refleksi merupakan bagian yang amat penting
untuk
memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil (perubahan) yang terjadi sebagai akibat adanya tindakan yang dilakukan oleh peneliti. Pada tahap ini merenungkan kembali apa yang telah dilaksanakan di dalam tindakan. Apabila hasil dari tindakan tersebut baik, maka tindakan selanjutnya dapat dilanjutkan, tetapi apabila dalam tindakan itu perlu adanya perbaikan, maka tindakan tersebut perlu diulangi secara keseluruhan. Dalam tahap refleksi peneliti mengadakan diskusi dengan observer di setiap akhir tindakan. Diskusi dilakukan berdasarkan hasil observasi, catatan lapangan. Untuk menyusun tindakan selanjutnya selain itu juga peneliti merefleksi diri dengan melihat data observasi apakah kegiatan yang dilakukan telah mengenai sasaran atau belum.
1. Rancangan Siklus I a. Tahap Perencanaan commit toteman user sejawat dan kolaborator menyusun Pada tahap ini peneliti bersama skenario pembelajaran yang terdiri dari: 1) Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan siswa dalam pembelajaran penjasorkes.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
2) Membuat rencana pembelajaran dengan mengacu pada tindakan yang diterapkan dalam PTK, yaitu pembelajaran lompat jauh gaya jongkok. 3) Menyusun instrumen yang digunakan dalam siklus PTK, lembar pengamatan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok. 4) Menyiapkan media yang diperlukan untuk membantu pengajaran. 5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
b. Tahap Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan aktivitas pembelajaran di lapangan dengan langkah-langkah kegiatan antara lain sebagai berikut: 1) Menjelaskan kegiatan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan media kardus. 2) Melakukan pemanasan 3) Membentuk kelompok dalam pembelajaran 4) Melakukan latihan gerak dasar lompat jauh gaya jongkok, cara melakssanakan lompat jauh gaya jongkok menggunakan kardus dan cara melakukan lompat jauh gaya jongkok. 5) Membuat kesimpulan. 6) Penilaian dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. 7) Melaksanakan pendinginan
c.
Pengamatan Pengamatan tindakan tahap (1) hasil belajar siswa dalam pembelajaran lompat
jauh gaya jongkok menggunakan media pembelajaran (2) kemampuan melakukan gerak dasar lompat jauh gaya jongkok (3) aktivitas siswa dalam pembelajaran.
d. Tahap Evaluasi (Refleksi) Refleksi merupakan uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil penelitian dan refleksi berkaitan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang commitbagi to user dilaksanakan serta kriteria dan rencana siklus tindakan berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
2. Rancangan Siklus II Pada siklus II perencanaan dikaitkan dengan hasil yang telah dicapai pada tindakan siklus I sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut dengan materi pembelajaran sesuai dengan silabus mata pelajaran penjasorkes. Demikian juga termasuk perwujudan tahap pelaksanaan, observasi dan interprestasi, dan analisis, refleksi yang juga mengacu pada siklus sebelumnya. Persentase indikator pencapaian keberhasilan penelitian pada siklus seperti tertera pada tabel berikut ini. Tabel 3. Rencana Persentase Target Pencapaian Siklus Aspek yang diukur
Persentase Kondisi
Cara Mengukur
Siklus I
Siklus II
70%
80-90%
awal Hasil belajar siswa dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok
60%
commit to user
Dihitung dari jumlah siswa yang dapat mencapai ketun-tasan belajar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pratindakan
Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan survei awal untuk mengetahui kondisi sesungguhnya yang ada di lapangan. Hasil dari kegiatan survey awal tersebut adalah sebagai berikut: 1. Terbatasnya sarana dan prasarana Terbatasnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk mendukung suksesnya proses pembelajaran pada mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Hasil survei peneliti membuktikan bahwa sarana dan prasarana untuk proses pembelajaran penjasorkes masih sangat kurang, baik dalam jenis maupun jumlahnya sangat tidak sebanding atau belum ideal. 2. Guru kurang kreatif dalam mencari solusi alternatif untuk melengkapi alat dan sarana pembelajaran yang tidak dimiliki sekolah, padahal sebenarnya bisa dicari atau dibuat dengan memodifikasi barang atau alat yang ada disekitar kita. Jika hal ini terus berlanjut maka proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan efektif. 3. Guru kesulitan dalam menemukan model pembelajaran bermain yang tepat untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya jongkok siswa kelas V SD Negeri 1 Wirasana Kecamatan Purbalingga Kabupaten Purbalingga tahun pelajaran 2011/2012. Dalam setiap pembelajaran penjasorkes, siswa menunjukkan sikap yang kurang berminat dan kurang antusias. Siswa tampak bosan dan perhatian tidak sepenuhnya tertuju pada materi pelajaran karena model permainan yang dilakukan sangat monoton. Guru sudah mencoba membangkitkan minat siswa dengan cara member pendekatan secara langsung dan menegur siswa yang kurang memperhatikan pelajaran, tetapi cara ini belum dapat membangkitkan minat siswa terhadap materi pembelajaran.
commit to user
33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34 B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus Proses penelitian dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 4 (empat) tahapan, yaitu: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan Tindakan, (3) Observasi dan interprestasi, (4) Analisis dan refleksi. 1.
Siklus I a. Perencanaan Tindakan I Kegiatan perencanaan tindakan I dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 15 Mei 2012 di SD Negeri 1 Wirasana Kecamatan Purbalingga. Peneliti bersama kolaborator mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilaksanakan dalam proses penelitian ini. Setelah disepakati bersama bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus I akan dilaksanakan selama dua kali pertemuan, yaitu pada hari Selasa tanggal 15 dan 22 Mei 2012. Peneliti bersama-sama dengan kolaborator mengukur kemampuan awalan, tolakkan, gaya, dan pendaratan pada lompat jauh gaya jongkok siswa sebagai pretest. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut
peneliti
bersama kolaborator merencanakan tindakan I meliputi kegiatan sebagai berikut: 1) Merancang scenario pembelajaran bermain untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya jongkok, yaitu dengan langkah-langkah: a) Peneliti menjelaskan mengenai materi gerak dasar lompat jauh gaya jongkok yang akan diajarkan. b) Peneliti memberikan contoh gerak dasar lompat jauh gaya jongkok dalam bentuk permainan pada siswa. c) Peneliti dan siswa melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan. 2) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran pada materi lompat jauh gaya jongkok. 3) Bersama dengan kolaborator membuat media yang diperlukan dalam pembelajaran gerak dasar lompat jauh gaya jongkok, diantaranya adalah kardus dan bilah bambu. 4) Menyusun instrument penelitian berupa tes dan non tes. Instrumen tes dinilai dari hasil tes awalan, tes tumpuan/tolakkan, gaya diudara, dan pendaratan. commit to user Sedangkan instrumen non tesdinilai berdasarkan pedoman observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati aktifitas dan sikap siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35 b. Pelaksanaan Tindakan I Pelaksanaan tindakan ini direncanakan berlangsung selama dua kali pertemuan, yaitu pada hari Selasa tanggal 15 dan 21 Mei 2012 di halaman SD Negeri 1 Wirasana Kecamatan Purbalingga. Tiap pertemuan dilaksanakan selama 2 x 35 menit. Sesuai dengan skenario pembelajaran pada siklus I ini pembelajaran dilakukan oleh peneliti dan observer sekaligus melakukan observasi terhadap proses pembelajaran dan wawancara kepada beberapa siswa setelah pembelajaran berakhir. Materi pelaksanaan tindakan I, pada siklus I (Selasa, 15 Mei 2012) ini adalah penggunaan media sederhana untuk meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok. 1) Peneliti membariskan siswa menjadi 2 saf, kemudian presensi, berdoa. 2) Peneliti menjelaskan materi gerak dasar lompat jauh gaya jongkok pada siswa. 3) Peneliti memberikan peregangan dan pemanasan yang berkaitan dengan gerakan inti, yaitu menitikberatkan pada gerakan pada tungkai. 4) Gerakan pemanasan adalah dimulai dari jogging kemudian lompat katak, jingkat-jingkat (engklek), standing broad jump. 5) Lari dengan melompati kardus yang ditata tiap 4 langkah, jumlah kardus yang dilompati sejumlah 4 buah kardus. 6) Memberikan motivasi kepada siswa agar bersemangat dalam melakukan kegiatan pembelajaran (kegiatan bersifat kompetitif). 7) Di akhir pembelajaran, siswa diberikan koreksi secara umum, sedangkan koreksi secara khusus (perseorangan) dilakukan setiap siswa melakukan gerakan yang salah atau kurang sempurna.
c. Observasi dan Interprestasi Observasi dan interprestasi tindakan I dilakukan selama tindakan I berlangsung. Pada pertemuan pertama (Selasa, 15 Mei 2012 selama 2 x 35 menit) peneliti menggunakan media yang sama untuk tujuan meningkatkan keterampilan atau hasil belajar lompat jauh gaya jongkok, dengan media yang sama diharapkan commit to user siswa masih mengingat kegiatan sebelumnya yang pernah dilakukannya, dan semua kegiatan harus kompetitif agar siswa lebih termotivasi. Dari kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36 tersebut, ditemukan tentang jalannya proses pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan media pembelajaran berupa kardus seperti berikut: 1) Sebelum mengajar, peneliti dan kolaborator telah membuat rencana pembelajaran yang akan dijadikan sebagai pedoman dalam mengajar. 2) Peneliti sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan benar, yaitu dengan cara mengajar sesuai, jelas, dan terencana. Pada awal pembelajaran, peneliti dengan sangat jelas mengemukakan bagaimana menggunakan
media
pembelajaran
sederhana
untuk
meningkatkan
keterampilan lompat jauh gaya jongkok. Peneliti memberikan gerakan pemanasan yang berkaitan dengan materi lompat jauh gaya jongkok. Pada pertemuan pertama (2 x 35 menit) peneliti menjelaskan materi gerak dasar lompat jauh gaya jongkok dalam bentuk gerakan-gerakan seperti cara mengambil awalan atau membuat cheqmark atau tanda dimana langkah awalan dimulai, gerak dasar bertumpu/menolak, dan sikap badan saat melayang diudara (gaya), dan cara pendaratan (landing). Semua gerakan diberikan secara bagian per bagian, dan setelah mulai lancar dapat dilakukan secara keseluruhan. Semua latihan/gerakan diawali dengan contoh dari peneliti secara berulang-ulang dan jika terjadi kesalahan gerak segera peneliti memperbaiki secara langsung. 3) Peneliti memberikan motivasi kepada semua siswa agar mau melakukan atau mencoba tiap gerakan dengan gembira, percaya diri, dan tanpa rasa takut, Berdasarkan hasil observasi terhadap proses pembelajaran diperoleh informasi atau gambaran tentang motivasi dan aktifitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung, yaitu siswa yang aktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung
sebesar
69,05%
sedangkan
sisanya
yang
30,95%
kurang
memperhatikan penjelasan dari peneliti. Siswa tersebut bermain sendiri bahkan cenderung mengganggu teman. Sedangkan posisi peneliti lebih banyak didepan dan suara peneliti kurang terdengar oleh siswa yang berada di barisan belakang. Pada saat peneliti memberikan materi, kolaborator yang berlaku sebagai observer menghitung siswa yang aktif dan yang tidak sera membantu saat penilain. commit to user Aktifitas siswa dalam mengikuti pembelajaran lompat jauh gaya jongkok yang mengikuti secara sangat aktif sebanyak 3 siswa (16%), mengikuti pelajaran dengan aktif sebanyak 4 siswa (21%), siswa yang mengikuti cukup sebanyak 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37 siswa (37%), dan siswa yang mengikuti tetapi kurang aktif sebanyak 5 siswa (26%). Lebih jelasnya hasil pengamatan mengenai aktifitas siswa dalam mengikuti pembelajaran lompat jauh gaya jongkok disajikan dalam bentuk table di bawah ini.
Tabel 4. Keaktifan Siswa Saat Kegiatan Pembelajaran Silkus I No
Kategori
∑
Prosentase
1
Sangat Aktif
3
16%
2
Aktif
4
21%
3
Cukup
7
37%
4
Kurang Aktif
5
26%
∑
19
100%
Hasil penilaian pada kondisi awal diperoleh hasil bahwa siswa belum ada yang mampu dalam kategori baik sekali. Dari siswa yang berjumlah 19 baru pada kategori baik sebanyak 4 siswa (21%), kategori cukup sebanyak 8 siswa (42%), dan kategori kurang sejumlah 7 siswa (37%). Untuk lebih jelasnya data hasil penilaian pada siklus I peneliti sajikan dalam bentuk table di bawah ini:
Tabel 5. Hasil Penilaian Lompat Jauh Gaya Jongkok Kondisi Awal. Jumlah
Nilai
Kategori
1.
> 76
Baik Sekali
0
0%
Tuntas
2.
71 – 76
Baik
4
21%
Tuntas
3.
65 – 70
Cukup
8
42%
Tuntas
4.
< 65
Kurang
7
37%
Belum Tuntas
19
100%
Siswa
Prosentase
Kriteria
No
Ketuntasan
Setelah selesai pembelajaran commitsiswa to userdiwawancarai tentang bagaimanakah proses pembelajaran yang baru saja dilaksanakan apakah siswa merasa senang dengan model pembelajaran tersebut, apakah siswa lebih berani melaksanakan tanpa rasa takut ? apakah sebaliknya siswa merasa bosan dan taku, kemudian siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38 juga dimintai pendapat dan diberi pertanyaan hal-hal manakah yang masih dianggap sulit. Hasil penilaian pada kegiatan siklus I diperoleh hasil bahwa siswa belum ada yang mampu dalam kategori baik sekali. Dari siswa yang berjumlah 19 baru pada kategori baik sebanyak 5 siswa (26%), kategori cukup sebanyak 11 siswa (58%), dan kategori kurang sejumlah 3 siswa (16%). Untuk lebih jelasnya data hasil penilaian pada siklus I peneliti sajikan dalam bentuk table di bawah ini:
Tabel 6. Hasil Penilaian Lompat Jauh Gaya Jongkok Siklus I. Jumlah
Nilai
Kategori
1.
> 76
Baik Sekali
0
0%
Tuntas
2.
71 – 76
Baik
5
26%
Tuntas
3.
65 – 70
Cukup
11
58%
Tuntas
4.
< 65
Kurang
3
16%
Belum Tuntas
19
100%
Siswa
Prosentase
Kriteria
No
Ketuntasan
d. Analisis dan Refleksi Tindakan/Siklus I Berdasarkan hasil observasi, peneliti melakukan analisis dan refleksi sebagai berikut: 1) Agar siswa tidak cepat bosan maka siswa sebaiknya diberi permainan yang berbeda dengan permainan sebelumnya. 2) Untuk menghilangkan rasa keterasingan dengan permainan tersebut maka peneliti memberikan penjelasan kembali, dan siswa diberitahu bahwa permainan tersebut adalah merupakan usaha untuk meningkatkan keterampilan lompat jauh gaya jongkok. 3) Peneliti tidak hanya berdiri di depan saja, tetapi berkeliling sesuai kebutuhan dan suaranya juga diusahakan lebih nyaring agar terdengar dari semua penjuru siswa.
commit to user 4) Peneliti menambah lagi alat atau media yang jumlahnya sebanding dengan jumlah siswa.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39 5) Untuk mendorong siswa agar lebih aktif lagi dalam melakukan pembelajaran, peneliti dan siswa yang sedang mengamati teman yang sedang melakukan gerak dasar lompat jauh
selalu memberikan reward baik berupa pujian maupun
dengan tepuk tangan.
2.
Siklus II a. Perencanaan Tindakan II Peneliti bersama kolaborator mengadakan diskusi tentang rencana tindakan/ siklus II bertempat di ruang guru SD Negeri 1 Wirasana Kecamatan Purbalingga. Dalam diskusi tersebut peneliti mendapatkan masukan dari observer mengenai kelemahan dan kekuatan selama kegiatan berlangsungnya kegiatan pada siklus I yang lalu, kemudian untuk mengadakan perbaikan atau penyempurnaan mengenai hal-hal yang masih dirasa kurang tepat dan merencanakan hal-hal atau tindakan baru yang sekiranya dapat membantu suksesnya jalannya pembelajaran pada materi lompat jauh gaya jongkok. Untuk mengatasi berbagai kekurangan yang ada, akhirnya peneliti bersama kolaborator mengambil keputusan sebagai berikut: 1) Peneliti dalam memberikan penjelasan harus dengan suara yang lebih nyaring dan jelas didengan dari berbagai penjuru siswa. 2) Peneliti saat memberikan penjelasan harus disertai dengan contoh-contoh gerakan dan memberikan contoh harus secara berulang-ulang, dan dapat memberikan contoh setiap menemukan siswa yang salah atau gagal dalam melakukan lompat jauh gaya jongkok. 3) Peneliti mengubah posisi berdirinya saat mengajar dengan berpindah-pindah mendekati siswa yang kurang perhatian dan kurang bersemangat, peneliti sesekali berada di depan siswa dan kadang berada di belakang dan masuk ke dalam barisan saat pembelajaran berlangsung. 4) Peneliti memberikan latihan dalam bentuk kompetisi, jadi pada akhir pelajaran hasil lompat jauh gaya jongkok harus diukur dengan roll meter. 5) Peneliti lebih memberikan motivasi kepada siswa dengan tetap memberikan commit to user semangat saat pembelajaran berlangsung. 6) Peneliti menyiapkan alat lebih banyak sehingga siswa tidak merasa bosan dalam menunggu giliran.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40 Peneliti selalu memberikan reward kepada siswa yang berhasil melakukan lompat jauh gaya jongkok dengan baik tetapi tetap memberikan motivasi kepada siswa yang masih belum berhasil dalam melaksanakan lompat jauh gaya jongkok. Tahap perencanaan tindakan II meliputi kegiatan sebagai berikut: a) Peneliti bersama dengan kolaborator merancang skenario pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok, yaitu dengan langkahlangkah sebagai berikut: 1) Peneliti menjelaskan mengenai materi lompat jauh gaya jongkok yang akan diajarkan pada hari itu, siswa menyimak. 2) Peneliti memberikan contoh gerakan berulang-ulang, per elemen tentang lompat jauh gaya jongkok kepada siswa. 3) Peneliti bersama siswa melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan. b) Peneliti bersama kolaborator menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk materi yang berkaitan dengan keterampilan lompat jauh gaya jongkok. c) Peneliti bersama kolaborator membuat media sederhana yang diperlukan dalam pembelajaran awalan, tumpuan/tolakkan, gaya di udara, dan pendaratan. Media dibuat dari kardus, dan bilah bambu. d) Peneliti bersama kolaborator menyusun instrumen penelitian, yaitu berupa tes dan non tes. Instrumen tes dinilai dari hasil tes awalan, tes menolak, tes melayang di udara, dan tes mendarat. Sedangkan instrumen non tes dinilai berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer dengan mengamati keaktifan dan sikap siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
b. Pelaksanaan Tindakan/Siklus II Pelaksanaan tindakan II direncanakan berlangsung selama dua kali pertemuan, yaitu pada hari Selasa tanggal 29 Mei dan 5 Juni 2012. Masing-masing pertemuan dilaksanakan selama 2 x 35 menit. Dalam kegiatan ini peneliti menerapkan solusi yang telah disepakati bersama kolaborator untuk mengatasi commit to user kekurangan yang terjadi pada proses pembelajaran pada siklus I.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41 Sebagaimana skenario pembelajaran pada siklus II ini dilakukan oleh peneliti dan sekaligus bersama observer untuk mengamati jalannya pembelajaran dan mewawancarai siswa setelah pembelajaran berakhir. Materi pelaksanaan tindakan II, pada pertemuan pertama (Selasa, 29 Mei 2012) ini adalah tetap menggunakan media sederhana berupa kardus untuk meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok sebagai berikut: 1) Peneliti membariskan siswa, presensi, dan memimpin doa 2) Peneliti menjelaskan materi lompat jauh gaya jongkok beserta contoh gerakan, dimulai dari mengambil awalan, menumpu, melayang diudara, dan mendarat. 3) Peneliti memimpin pemanasan dimulai ndari gerakan yang statis hingga gerakan yang lebih dinamis. Gerakan pemanasan dititik beratkan pada bagian tubuh yang dominan digunakan, yaitu pada otot-otot tungkai. 4) Peneliti harus selalu memberikan contoh gerakan yang akan diajarkan dan berulang-ulang. 5) Memberikan motivasi kepada semua siswa dan selalu memberikan semangat kepada seluruh siswa baik yang sudah dapat melaksanakan lompat jauh gaya jongkok dengan baik maupun yang masih kurang baik. 6) Diakhir pertemuan, siswa dibariskan kembali seperti pada waktu awal pembelajaran, presensi dan berdoa kemudian siswa dibubarkan untuk mengikuti pelajaran berikutnya.
c. Observasi dan Interprestasi Peneliti mengajar sekaligus bersama-sama dengan observer untuk mengamati gerak-gerik siswa selama pembelajaran berlangsung. Kegiatan observasi dimaksudkan untuk mendeskripsikan apakah kekurangan/kelemahan yang terjadi pada siklus I sudah dapat diatasi pada kegiatan siklus II ini atau belum. Selama kegiatan pembelajaran di kelas V SD Negeri 1 Wirasana Kecamatan Purbalingga observer mengamati jalannya proses pembelajaran dan hasilnya adalah berjalan dengan baik. Siswa tampak lebih tertib dalam mengikuti pembelajaran. Seperti pada siklus I, pelaksanaan tindakan II dilaksanakan selama dua kali pertemuan commit to user yaitu pada hari Selasa 29 Mei dan 5 Juni 2012 tiap pertemuan dilaksanakan selama 2 x 35 menit.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42 Pada awal pembelajaran, peneliti mengawali pelajaran dengan memberikan gerakan pemanasan yang berkaitan dengan materi lompat jauh gaya jongkok. Peneliti menjelaskan materi lompat jauh gaya jongkok dalam bentuk permainan, peregangan otot-otot yang sesuai dengan kegiatan inti. Bersama dengan kolaborator peneliti melakukan observasi dan interprestasi tindakan II, adapun pelaksanaan tindakan II yaitu : (1) peneliti mengamati proses pembelajaran gerakan lompat jauh gaya jongkok dengan menggunakan media kardus pada siswa kelas V SD Negeri 1 Wirasana Kecamatan Purbalingga tahun pelajaran 2011/2012, (2) sebelum pembelajaran berlangsung peneliti bersama kolaborator menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tindakan II sebagai pedoman atau acuan dalam proses pelaksanaan pembelajaran, (3) peneliti melakukan proses pembelajaran gerakan lompat jauh gaya jongkok, dalam hal ini peneliti mengacu pada sintaks (alur pembelajaran) pada model pembelajaran, yakni adanya penjelasan materi, demonstrasi/unjuk kerja contoh, serta pelaksanaan instruksi secara langsung oleh siswa, (4) bersama dengan kolaborator memberikan motivasi kepada siswa agar mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sebelumnya peneliti bersama kolaborator memberikan contoh gerakan dengan benar. Siswa dengan semangat melakukan apa yang diperintahkan peneliti. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran diperoleh gambaran tentang motivasi dan aktifitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung, yaitu siswa yang senang, bersemangat dan tidak cepat merasa lelah dan bosan. Dari hasil penilaian siswa yang kurang aktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung, diperoleh penjelasan bahwa diantara mereka ada yang kurang menyukai materi, (5) peneliti bersama kolaborator dan siswa selalu memberikan applause kepada setiap penampilan siswa. Peneliti dan kolaborator juga memberikan reward berupa pujian, seperti kata “nah…. begitu”, “ya bagus”, “contoh si Anu!”, dan lain-lain. Suasana tampak lebih hidup dengan semangat dan antusiasme siswa yang tinggi, (6) bersama kolaborator melakukan penilaian melalui lembar observasi, dan tes kemampuan siswa saat melakukan gerak dasar lompat jauh gaya jongkok dengan tujuan untuk mengetahui seberapa optimalnya pengaruh modifikasi alat bantu commit to user pembelajaran terhadap hasil belajar lompat jauh gaya jongkok siswa.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43 Pada saat peneliti memberikan materi pada siklus II, kolaborator yang berlaku sebagai observer
menghitung siswa yang aktif dan yang tidak serta
membantu saat penilain. Aktifitas siswa dalam mengikuti pembelajaran lompat jauh gaya jongkok yang mengikuti secara sangat aktif sebanyak 6 siswa (32%), mengikuti pelajaran dengan aktif sebanyak 6 siswa (32%), siswa yang mengikuti cukup sebanyak 5 siswa (26%), dan siswa yang mengikuti tetapi kurang aktif sebanyak 2 siswa (11%). Lebih jelasnya hasil pengamatan mengenai aktifitas siswa dalam mengikuti pembelajaran lompat jauh gaya jongkok disajikan dalam bentuk table di bawah ini.
Tabel 7. Keaktifan Siswa Saat Kegiatan Pembelajaran Silkus I ∑
Prosentase
1
6
32%
2
6
32%
3
5
25%
4
2
11%
19
100%
No
Kriteria
∑
Hasil penilaian pada kegiatan siklus I diperoleh hasil bahwa belum ada siswa yang masuk dalam kategori baik baik sekali. Dari siswa yang berjumlah 19 baru pada kategori baik sebanyak 8 siswa (42%), kategori cukup baik sebanyak 9 siswa (47%), dan kategori cukup sejumlah 1 siswa atau 5%. Untuk lebih jelasnya data hasil penilaian pada siklus I peneliti sajikan dalam bentuk table di bawah ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44 Tabel 8. Hasil Penilaian Lompat Jauh Gaya Jongkok Siklus II. Jumlah
Nilai
Kategori
1.
> 76
Baik Sekali
0
%
Tuntas
2.
71 – 76
Baik
9
47%
Tuntas
3.
65 – 70
Cukup
9
47 %
Tuntas
4.
< 65
Kurang
1
5%
19
100%
Siswa
Prosentase
Kriteria
No
Ketuntasan
Belum Tuntas
d. Analisis dan Refleksi Secara umum semua kelemahan yang terjadi pada pembelajaran siklus I dapat teratasi dengan baik, hal ini terbukti dari hasil observasi dan hasil penilaian yang telah dilaksanakan pada siklus II ini terdapat peningkatan baik dari meningkatnya keaktifan siswa maupun dari hasil belajar lompat jauh gaya jongkok yang telah dilaksanakan pada siklus II ini. Berhasilnya peneliti dalam membangkitkan semangat siswa untuk mengikuti pembelajaran pada materi lompat jauh gaya jongkok adalah berkat kerja sama antara peneliti dengan kolaborator. Peneliti telah berhasil memancing respon siswa terhadap stimulasi yang telah diberikannya. Siswa tampak lebih ceria dan semangat dalam melakukan aktifitas pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan baik, meskipun masih ada beberapa siswa yang masih perlu diberi bimbingan secara khusus. Peningkatan hasil belajar ini merupakan indikator keberhasilan peneliti dalam melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan modifikasi alat atau menggunakan media yang dimodifikasi, dan peningkatan hasil belajar ini dapat dilihat dari nilai siswa pada tes yang dilakukan dari siklus I sampai siklus II.
C. Deskripsi Data. Selama pelaksanaan siklus atau tindakan II, maka peneliti melakukan pengambilan data penelitian. Adapun deskripsi data peningkatan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok dan nilai ketuntasan hasil belajar dengan memodifikasi commit to user alat bantu pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada siswa kelas V SD Negeri 1 Wirasana Kecamatan Purbalingga tahun pelajaran 2011/2012, disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45 Tabel 9. Hasil Peningkatan Lompat Jauh Gaya Jongkok dari Kondisi Awal Ke Siklus I. Kategori Kondisi Awal Prosentase Siklus I Prosentase Tuntas
12
63%
16
84%
Belum Tuntas
7
37%
3
16%
∑
19
100%
19
100%
Tabel 10. Hasil Peningkatan Lompat Jauh Gaya Jongkok Siswa Kelas V SD Negeri 1 Wirasana Tahun Pelajaran 2011/2012 dari Siklus I ke Siklus II. Kategori
Siklus I
Prosentase
Siklus II
Prosentase
Tuntas
16
84%
18
94%
Belum Tuntas
3
16%
1
6%
∑
19
100%
19
100%
Berdasarkan data peningkatan nilai hasil belajar dari siklus I ke siklus II menunjukkan, siswa kelas V SD Negeri 1 Wirasana Kecamatan Purbalingga tahun pelajaran 2011/2012 meningkat sebesar 10% Hal ini menunjukkan bahwa, setelah diberi tindakan pada siklus II keterampilan gerak dasar lompat jauh gaya jongkok dan ketuntasan hasil belajar mengalami peningkatan. Penghitungan peningkatan nilai ketuntasan hasil belajar siklus atau tindakan I ke siklus II terlampir. Selain dari peningkatan rata-rata nilai siswa, juga dari jumlah siswa yang tuntas dalam pembelajaran dari siklus I dari 19 siswa, yang tuntas dalam belajar sejumlah 12 siswa (63%), sedangkan siswa yang masih belum tuntas sebanyak 7 siswa (37%). Pada siklus II dari 19 siswa hanya 1 siswa belum tuntas dalam belajar atau (5%) tuntas. Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi selama pelaksanaan tindakan II berlangsung hasil belajar keterampilan siswa dapat diidentifikasi. Telah memenuhi target dengan capaian berhasil atau tuntas lebih dari target pencapaian yang diharapkan. Sebagai gambaran dapat dilihat data dalam bentuk tabel dibawah ini: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46 Tabel 11. Perbandingan Rencana Prosentase Target Pencapaian Siklus Hasil Aspek Yang Diukur
No
Kondisi
Rencana
Yang
Cara Mengukur
Dicapai Hasil belajar siswa
1
Awal
60%
59%
dalam pembelajaran
2
Siklus I
70%
71%%
lompat jauh gaya
3
Siklus II
80-90%
94%
jongkok
Dihitung dari jumlah
siswa
yang
dapat mencapai ke ketuntasan belajar
D. Pembahasan Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan Siklus II dapat dinyatakan bahwa telah terjadi peningkatan kualitas pembelajaran (baik dalam proses maupun hasil pembelajaran) keterampilan rangkaian gerak lompat jauh gaya jongkok dari siklus I ke siklus II. Hal ini dapat dilihat pada table di bawah ini:
Tabel 12. Peningkatan Hasil Belajar Dari Kondisi Awal ke Siklus I Nilai Rata Siklus I
Nilai Rata-rata Siklus II
Peningkatannya
67
67
0 = 0%
Lebih jelasnya berikut ini disajikan grafik perbandingan peningkatan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok siswa kelas V SD Negeri 1 Wirasana Kecamatan Purbalingga tahun pelajaran 2011/2012 dari siklus I ke Siklus II.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47 Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Dari Siklus I ke Siklus II
67
67
Gambar 8. Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar dari Siklus I ke Siklus II
Berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa, ketuntasan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Wirasana Kecamatan Purbalingga tahun pelajaran 2011/2012 tidak mengalami peningkatan, tetapi jumlah siswa yang tuntas mengalami peningkatan dari 10 siswa menjadi 12 siswa yang tuntas. Jika dilihat dari peningkatan hasil belajar berdasarkan nilai siswa memang tidak mengalami peningkatan rata-rata, tetapi jika dilihat dari prosentase ketuntasan siswa mengalami peningkatan yang cukup signifikan seperti table berikut ini:
Tabel 13. Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Negeri 1 Wirasana Kecamatan Purbalingga Tahun Pelajaran 2011/2012 dari Siklus I ke Siklus II. Tuntas Kondisi Awal Tuntas Siklus I Peningkatannya 12 siswa (59%)
16 siswa (71%)
4 siswa = 21%
Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan grafik perbandingan peningkatan ketuntasan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok siswa kelas V SD Negeri 1 Wirasana Kecamatan Purbalingga tahun pelajaran 2011/2012 dari Kondisi Awal ke Siklus II.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48 Grafik Perbandingan Peningkatan Ketuntasan Belajar Dari Siklus I ke Siklus II
Peningkatan 13% Siklus I 37%
Siklus II 50%
Gambar 7. Grafik Perbandingan Peningkatan Ketuntasan Belajar.
Prosentase ketuntasan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Wirasana Kecamatan Purbalingga tahun pelajaran 2011/2012 dari kondisi awal, siklus I, dan ke siklus II seperti yang disajikan dalam bentuk grafik di bawah ini:
100 90 80 70
60 50 40 30
Siklus I, 84
Siklus II, 94
Kondisi Awal, 63
20 10 0 Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
commit to user Gambar 8. Prosentase Peningkatan Ketuntasan Belajar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49 Berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa, kondisi pada tindakan siklus I ke siklus II siswa kelas V SD Negeri 1 Wirasana Kecamatan Purbalingga tahun pelajaran 2011/2012 mengalami peningkatan yang sangat signifikan, tindakan pada siklus I dari 19 siswa yang tuntas dalam belajarnya hanya 12 siswa atau 71%, kemudian setelah diberi tindakan pada siklus II ternyata peningkatannya sangat fantastis, yaitu dari 19 siswa yang tuntas dalam belajarnya sebanyak 18 siswa (94%).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan Penelitian tindakan kelas (PTK) pada siswa kelas V SD Negeri 1 Wirasana Kecamatan Purbalingga tahun pelajaran 2011/2012 dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi dan interprestasi, dan (4) analisis dan refleksi Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dan pembahasan yang telah diungkapkan pada Bab IV, diperoleh simpulan yaitu penggunaan media kardus dapat mengoptimalkan keterampilan hasil belajar gerak dasar lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas V SD Negeri 1 Wirasana tahun pelajaran 2011/2012. Dari hasil analisis yang diperoleh, terdapat peningkatan dari kondisi awal ke siklus I dank e siklus II, nilai ketuntasan hasil belajar pada kondisi awal hanya menunjukkan 12 siswa yang tuntas dalam belajar (63%). Siklus I sebanyak 16 siswa tuntas dalam belajar (84%), dan pada siklus II sebanyak 18 siswa tuntas dalam belajar (94%).
B. Implikasi Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas bahwa keberhasilan proses pembelajaran tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut berasal dari pihak guru maupun siswa serta sekolah yang berupa alat/media pembelajaran yang tersedia. Kemampuan guru dalam mengembangkan materi, menyampaikan materi, mengelola kelas, metode yang digunakan dalam proses pembelajaran, serta teknik yang digunakan guru sebagai sarana untuk menyampaikan materi. Faktor dari siswa yaitu minat dan motivasi dalam menguikuti proses pembelajaran, ketersediaan alat/media pembelajaran yang menarik dapat membantu siswa dalam mengikuti pembelajaran, sehingga akan diperoleh hasil yang optimal. Penelitian ini juga memberikan deskripsi yang jelas bahwa, dengan penggunaan media kardus dapat meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan guru yang ingin menggunakan media commit bagi to user yang berupa peralatan yang sederhana, mudah diperoleh, dan murah yang ada di sekitar 50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51 sekolah seperti kardus, karet gelang, bilah-bilah bambu atau yang dapat dibuat sendiri atau alat lain yang dapat digunakan sebagai media alternatif dalam pembelajaran penjasorkes. Bagi guru mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai suatu alternatif dalam melaksanakan proses pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan peningkatan hasil belajar gerak dasar yang efektif dan menarik yang membuat siswa lebih aktif serta menghapus persepsi siswa mengenai pembelajaran penjasorkes yang pada awalnya membosankan dan melelahkan menjadi pembelajaran yang menyenangkan.
C. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti menyampaikan saran sebagai berikut: 1.
Bagi siswa kelas V SD Negeri 1 Wirasana tahun pelajaran 2011/2012 hendaknya terus berusaha untuk meningkatkan keterampilan dalam mengembangkan materi, meningkatkan disiplin, kerja sama sehingga kualitas pembelajaran yang dilakukannya dapat terus meningkat seiring dengan peningkatan kemampuan yang dimilikinya. Selain itu siswa hendaknya mau membuka diri untuk menerima berbagai bentuk masukan, saran, dan kritik agar dapat memperbaiki kualitas belajarnya dan mau menggunakan fasilitas yang dapat mendukung kelancaran proses pembelajaran.
2.
Bagi guru penjasorkes apabila mengalami kesulitas dalam pembelajaran gerak dasar lompat jauh gaya jongkok sebaiknya menggunakan alat bantu pembelajaran atau menggunakan media kardus, dan menggunakan media lain (alternatif) yang ada di sekitar sekolah sebagai solusinya.
3.
Bagi sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana yang sebanding dengan jumlah siswa dan melengkapi alat yang diperlukan meskipun alat tersebut adalah hasil modifikasi guru.
commit to user