Jurnal Psikologi September 2014, Vol. II, No. 2, hal 80-88
PERBEDAAN KONSEP DIRI NEGATIF ANTARA REMAJA YANG SEKOLAH DAN REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH Nurul Uliyah Fakultas Psikologi Universitas Yudharta Pasuruan Abdul Amin Fakultas Psikologi Universitas Yudharta Pasuruan
Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan konsep diri negatif antara remaja yang sekolah dan remaja yang putus sekolah. Metode survei digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan skala konsep diri negatif. Subjek dalam penelitian ini adalah remaja sekolah (N=30) dan remaja yang putus sekolah (N=30) di desa Bayeman. Hasil korelasi Product Moment dari Pearson menunjukkan signifikan bahwa remaja putus sekolah memiliki konsep diri negatif. Hasil analisis uji t-Antar kelompok menunjukkan bahwa remaja yang sekolah memiliki konsep diri lebih positif, sedangkan konsep diri negatif dimiliki oleh remaja yang putus sekolah. Kata kunci: Konsep Diri Negatif, Remaja yang sekolah, Remaja yang Putus Sekolah
kita dengar dari radio, koran, atau di
Pendahuluan Kenakalan remaja pada dasar-
televisi yang sangat marak tawuran
nya terjadi pada remaja yang putus
antar remaja yang sekolah, kebut-
sekolah, yang tidak memilki kesibu-
kebutan, minum-minuman keras dan
kan apa-apa, sehingga dia dapat
lain sebagainya. Tidak hanya itu
melakukan dan memiliki kesempa-
peredaran narkoba yang terjadi di
tan yang banyak untuk melakukan
Jakarta atau kota metropolitan yang
hal-hal yang lain, baik hal yang
lain yang dilakukan oleh anak-anak
bersifat positif maupun hal yang
yang masih terbilang remaja, dan
bersifat negatif. Akan tetapi, pada
kebanyakan remaja tersebut masih
kenyataannya
remaja
duduk di bangku sekolah. Fenomena
tidak hanya terjadi pada remaja yang
tersebut menunjukan bahwa kenaka-
putus sekolah, remaja yang masih
lan remaja tidak hanya terjadi pada
duduk di bangku sekolah juga mem-
remaja yang putus sekolah saja,
punyai
melainkan terjadi juga pada remaja
kenakalan
kecenderungan
untuk
melakukan hal-hal yang negatif
yang
pula. Misalnya, berita yang sering 80
masih
duduk
di
bangku
sekolah, yang masih mempunyai
ejekan, cemoohan, dan hardikan
status pelajar.
membuat
Terdapat banyak masalah atau
remaja
memandang
dirinya sendiri secara negatif. Dalam
hambatan yang terjadi ketika se-
kehidupan
seorang mulai membentuk konsep
pasti terdapat berbagai kelompok-
dirinya. Banyak faktor yang dapat
kelompok, setiap orang pasti mem-
mempengaruhi
diri.
punyai kelompok dalam pergaulan-
Rakhmat (1994) membaginya men-
nya di masyarakat dan tidak me-
jadi beberapa faktor, sebelum se-
nutup kemungkinan seseorang men-
seorang berteman dengan orang lain
jadi anggota di dalam kelompok
yang ada di sekitarnya, orang ter-
tersebut. Setiap kelompok mempu-
sebut harus mengenali siapa yang
nyai norma-norma tertentu, ada ke-
ada di sampingnya atau mengenali
lompok yang secara emosional me-
teman yang dekat dengannya yang
ngikat remaja, dan berpengaruh pa-
disebut significant others. Selain itu
da konsep diri setiap remaja.
konsep
disekitar
masyarakat
seseorang harus dilihat dari dalam
Ciri khas individu yang mem-
perkembangannya, meliputi semua
punyai konsep diri negatif biasanya
orang yang ada disekitar remaja
dapat disebabkan karena ketidak-
dapat mempengaruhi perilaku, piki-
akuratan pengetahuan tentang diri-
ran dan perasaannya. Mereka me-
nya sendiri. Harapan-harapan yang
ngarahkan tindakan remaja, mem-
tidak masuk akal akan dapat me-
bentuk pikiran dan menyentuh hati
munculkan konsep diri yang rendah,
dan fikiran remaja secara emosio-
contoh lain pada remaja penyandang
nal.
affective
tunanetra terkadang dengan keter-
others, tentang orang lain yang ada
batasan yang remaja miliki tersebut,
di sekitar remaja mempunyai ikatan
maka remaja itu dapat mempunyai
emosional dengan remaja tersebut.
harga diri yang rendah kadang-
Dari merekalah secara perlahan-
kadang menyebabkan remaja tuna-
lahan remaja membentuk
netra kurang percaya diri akan ke-
Yang
selanjutnya
konsep
dirinya. Senyuman, pujian, peng-
mampuannya.
hargaan dan pelukan mereka, me-
Konsep diri individu yang
nyebabkan diri remaja dapat menilai
duduk di bangku sekolah menurut
dirinya secara positif. Sebaliknya
Rogers 81
(2000)
adalah
individu
memiliki kemampuan ke dalam diri
pernah cukup, baik dengan apa yang
sendiri, mengerti diri, menentukan
dirasakannya
hidup dan mampu menangani ma-
bandingkan apa yang akan dicapai
salah yang sedang dihadapi. Peng-
dengan yang dicapai orang lain.
dan
selalu
mem-
gambaran pribadi yang berfungsi
Dari uraian di atas dapat di-
sepenuhnya adalah pribadi yang
simpulkan bahwa konsep diri nega-
mengalami penghargaan positif tan-
tif cenderung membuat individu
pa syarat.
bersikap tidak efektif, hal ini akan
Remaja yang sekolah me-
terlihat
dari
kemampuan
inter-
nurut Rogers (1999) memiliki ke-
personal dan penguasaan lingkungan
mampuan ke dalam diri sendiri,
dalam masyarakat. Seharusnya se-
mengerti diri, menentukan hidup
tiap orang atau remaja dalam per-
dan mampu menangani masalah
kembangan yang baik, harus mampu
yang sedang dihadapi. Penggamba-
mengenali
ran pribadi yang berfungsi sepenuh-
memiliki kemampuan ke dalam diri
nya adalah pribadi yang mengalami
sendiri,
penghargaan positif tanpa syarat. Ini
mampu menangani masalah yang
berarti dirinya dihargai, dicintai ka-
sedang
rena nilai adanya pada diri sendiri
pribadi yang berfungsi sepenuhnya
sebagai pribadi sehingga ia tidak
adalah pribadi yang mengalami
bersifat defensif namun sepenuhnya
penghargaan positif tanpa syarat.
menerima dirinya sendiri dan penuh
Remaja yang seperti itu berarti
kepercayaan terhadap diri sendiri.
merasa dirinya dihargai, dicintai ka-
dirinya
sendiri,
menentukan
dihadapi.
hidup
dan
dan
Penggambaran
Bagi remaja yang pendidikan-
rena adanya nilai positif pada diri
nya kurang atau dalam arti putus
sendiri sebagai pribadi sehingga
sekolah, remaja tersebut merasa
remaja tidak bersifat defensif namun
mempunyai
mereka
sepenuhnya menerima dirinya sendi-
akan merasa dirinya rendah atau
ri dan penuh kepercayaan terhadap
dapat menyebabkan remaja yang
diri sendiri.
memiliki
keterbatasan
konsep
diri
negatif,
Seseorang dengan konsep diri
evaluasi diri yang dimilikinya juga
yang positif prilakunya akan terlihat
meliputi
penilaian
yang
negatif
lebih memiliki harga diri, dan
terhadap
dirinya,
merasa
tidak
cenderung melakukan hal-hal yang 82
positif, dibandingkan yang memiliki
mempunyai konsep diri yang negatif
konsep diri negatif hal ini yang
(Sobur, 2003).
membuat remaja tersebut memiliki
Untuk terhindar dari konsep
konsep diri yang positif. Sebaliknya
diri negatif setiap remaja mem-
seseorang yang mempunyai konsep
butuhkan orang lain disampingnya
diri negatif berarti memiliki harga
yaitu orang tua, guru, dan teman
diri yang negatif pula. Sebagian be-
artinya dengan adanya orang tua dan
sar remaja, rendahnya rasa percaya
guru yang bisa memberikan dorong-
diri hanya menyebabkan rasa tidak
an dan masukan-masukan, remaja
nyaman secara emosional yang ber-
bisa memperbaiki perilaku remaja
sifat sementara (Damon, 1991; San-
sebelumnya yang kurang bagus atau
trock, 2003).
kurang baik dan bisa diarahkan ke
Remaja yang putus sekolah biasanya
memiliki
banyak
arah yang lebih baik lagi.
ke-
Terbentuknya
konsep
diri
cenderungan negatif, remaja yang
yang baik juga tidak terlepas dari
putus sekolah cenderung lebih suka
kualitas bagaimana orang tersebut
memukul,
menilai
berprilaku. Dari fenomena diatas
dirinya sendiri, mengabaikan per-
penulis mengambil judul “Perbeda-
aturan yang ada di sekitarnya,
an Konsep Diri Negatif Antara
kurang memberikan kasih sayang
Remaja Yang Sekolah Dan Remaja
pada orang yang ada disekitarnya,
Yang Putus Sekolah”.
kurang
bisa
melecehkan orang lain, menghina orang lain yang menurut mereka
Konsep Diri Remaja Sekolah
lebih rendah dari dirinya, tidak
Dalam kehidupan sehari-hari
berlaku adil pada sesama, tidak
orang yang sekolah atau yang
mampu
masalah
berpendidikan kemungkinan mem-
yang ada pada dirinya dan lain
punyai konsep diri yang baik dan
sebagainya. Remaja yang putus
mempunyai tuntutan yang telah di
sekolah
dari
berikan oleh pihak sekolah terutama
lingkungan
dalam kedisiplinan. Remaja yang
menyelesaikan
ketika
dilihat
pergaulannya dengan yang
kurang
mendukung,
yang
sekolah menurut Mulyadi (2007),
membuat remaja lebih cenderung
memiliki harga diri selain itu juga
memunculkan perilaku negatif atau
memiliki kemampuan atau kom83
petensi. Remaja yang sekolah lebih tanggung
jawab
guru
Variabel tergantung dalam pe-
memberi kesempatan kepada siswa
nelitian ini adalah konsep diri nega-
untuk membuat keputusan sendiri
tif, sedangkan remaja yang sekolah
atas
dapat
dan remaja yang putus sekolah ada-
menunjukkan konsep diri remaja
lah variable bebas. Teknik pengam-
cenderung positif.
bilan sampel yang digunakan dalam
perilakunya
karena
Metode
hal
itu
penelitian ini adalah teknik PurporKonsep
Diri
Remaja
sive Non Random sampling, yaitu
Putus
teknik pengambilan sampel berda-
Sekolah Remaja putus sekolah adalah
sarkan pertimbangan-pertimbangan
seorang anak usia sekolah antara 7
tertentu (Hadi, 2000). Data yang di-
sdd 21 tahun yang tidak sekolah
peroleh kemudian di analisis dengan
sebagian besar menjadi
teknik Uji-t Antar Kelompok.
pekerja
anak, termasuk anak jalanan dan sebagian
lagi
pengangguran
Hasil
(Mulyadi, 2007). Dalam kehidupan
Dari
hasil
sehari-hari seseorang mendapat co-
kelompok,
baan, sama sekali tidak diduganya.
sebesar -2,6053 dengan db sebesar
Tentu saja hal itu akan menimbul-
58, di peroleh t-tabel 1% sebesar
kan keterguncangan. Perasaan ke-
2,207, sehingga t-Antar 2,6053 > t-
dukaan pada tingkat awal dan peri-
tabel 1% = 2,207, dinyatakan sangat
laku yang mengiringinya sering
signifikan. Artinya ada perbedaan
membuat seseorang menjadi lupa
konsep diri negatif (X), antara
diri dan sangat khas ditandai dengan
remaja yang sekolah dan remaja
konsep diri negatif tentang diri sen-
yang putus sekolah (Y) di Desa
diri (Rogers, 2001). Remaja putus
Bayeman
sekolah biasanya lebih malas untuk
Wetan Kabupaten Pasuruan. Dengan
untuk mengeksplorasi dirinya kare-
demikian, hipotesis yang berbunyi
na merasa minder.
Ada Perbedaan Konsep Diri Negatif
di
uji
peroleh
Kecamatan
t-Antar t-Antar
Gondang
Antara Remaja Yang Sekolah Dan Remaja Yang Putus Sekolah Di Desa Bayeman di terima. 84
Remaja yang sekolah biasanya
Pembahasan Perbedaan Konsep Diri Antara
lebih memiliki disiplin tinggi dan
Remaja Yang Sekolah Dan Remaja
membentuk konsep diri yang lebih
Yang Putus Sekolah menunjukkan
positif, biasanya remaja yang berada
hasil yang signifikan. Ini mem-
di lingkungan sekolah selalu hadir
buktikan bahwa peran dan manfaat
tepat waktu, taat terhadap aturan,
sekolah selama ini yang dianggap
berperilaku sesuai dengan norma-
sederhana oleh sebagian orang tua,
norma
ternyata berperan sangat penting
sebagainya, hal itu yang mendukung
dalam membangun konsep diri yang
remaja dapat membentuk konsep
baik bagi remaja. Remaja yang
diri yang baik.
yang
berlaku,
dan
lain
sekolah dan remaja yang putus
Remaja yang putus sekolah
sekolah dalam penelitian ini sangat
lebih memiliki konsep diri yang
berbeda, konsep diri remaja yang
negatif atau tidak dapat disiplin. Se-
sekolah cenderung positif dibanding
butan remaja yang kurang disiplin
konsep diri remaja yang putus
biasanya ditujukan kepada remaja
sekolah.
yang
Konsep
diri
remaja
kurang
atau
tidak
dapat
yang
menaati peraturan dan ketentuan
sekolah dalam penelitian ini di-
berlaku, baik yang bersumber dari
nyatakan positif, dan lebih memiliki
masyarakat (konvensi-informal), pe-
kemampuan yang lebih baik dalam
merintah
menghadapi masalahnya. Sebagai-
ditetapkan
mana yang telah di sebutkan oleh
tertentu (organisasional-formal).
atau oleh
peraturan suatu
yang
lembaga
Kaufman, dan Whitener. Remaja
Peraturan tesebut jika dibiasa-
yang sekolah mempunyai konsep
kan dan dilakukan di kehidupan se-
diri yang baik dan mempunyai
hari-hari, remaja akan terlihat memi-
tuntutan yang telah diberikan oleh
liki konsep diri yang baik. Menurut
pihak
Nursisto (1986), banyak individu
sekolah
terutama
dalam
kedisiplinan. Oleh karena itu pen-
yang
didikan disekolah sangat berperan
pendidikan lebih disiplin dari pada
penting
individu yang putus sekolah. Disi-
dalam
pembentukkan
konsep diri remaja.
yang
duduk
di
bangku
plin disekolah merupakan suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk 85
melalui proses dan serangkaian peri-
yang dapat mereka lakukan. Jika
laku yang menunjukkan nilai-nilai
mereka tidak didasari dengan pen-
ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, kete-
didikan yang kuat atau maksimal
raturan dan atau ketertiban. Perilaku
maka dikhawatirkan mereka akan
seperti diatas adalah perilaku yang
mengalami kebingungan pada saat
mencerminkan remaja yang memili-
menghadapi masalah yang seperti
ki konsep diri yang positif. Semen-
itu.
tara itu, Mulyasa (2003) menge-
Jika
dilihat
dari
beberapa
mukakan strategi umum merancang
paparan yang ada konsep diri yang
disiplin remaja di sekolah, yaitu
positif bisa diperoleh atau ditunjang
dengan menumbuhkan
kebiasaan
dari pendidikan yang kita peroleh,
remaja untuk melakukan hal yang
pada masa remaja juga ada tahapan
positif, hal itu untuk menumbuhkan
yang harus di jalankan dengan baik
konsep diri yang baik sehingga
dan hati-hati. Identitas versus ke-
siswa atau remaja dapat berperilaku
bingungan identitas (identitas versus
disiplin.
identity confusion) merupakan tahap
Remaja menurut Piaget, 1999
selanjutnya dari perkembangan re-
juga mengalami masa operasional
maja menurut Erikson. Di masa ini,
formal (formal operational stage),
seseorang dihadapkan pada tan-
pada masa ini pendidikan dari
tangan untuk menemukan siapa
sekolah atau guru (orang dapat
mereka, bagaimana mereka nanti-
mengarahkan) sangat perlu, karena
nya, dan arah mana yang hendak
remaja
mereka tempuh dalam masa hidup-
melampaui
pengalaman-
pengalaman konkrit dan harus bisa
nya.
berfikir abstrak dan logis. Sebagai
Remaja dihadapkan dengan
bagian dari pemikiran yang lebih
banyak peran-peran yang baru dan
abstrak,
mengembangkan
status orang dewasa, pekerjaan dan
gambaran mengenai keadaan yang
romantika. Dalam hal ini orang tua
ideal itu dan membandingkan orang
sebaiknya
tua yang ideal.
untuk menjajaki berbagai peran
remaja
mengizinkan
mereka
Remaja mulai mempersiapkan
yang berbeda, maupun berbagai
kemungkinan di masa depan dan
jalur yang terdapat dalam suatu
terkagum-kagum terhadap hal-hal
peran tertentu. Jika menghadapi 86
peran semacam itu dengan cara yang
memberikan pengaruh yang signifi-
sehat dan sampai pada jalur yang
kan terhadap pembentukan konsep
positif untuk diikuti dalam ke-
diri seseorang. Sikap dan respon
hidupan, maka perilaku yang positif
orang tua serta lingkungan akan
akan dicapai.
menjadi bahan informasi bagi anak
Apabila dalam menjajaki ber-
untuk menilai siapa dirinya.
bagai peran dan mendefinisikan masa
depannya
remaja
Dengan
demikian
manusia
kurang
memiliki kecenderungan untuk me-
berhasil maka remaja tersebut akan
netapkan nilai-nilai pada saat mem-
mengalami kebingungan. Hal inilah
persepsi sesuatu. Setiap individu
kenapa pendidikan perlu di tempuh
dapat saja menyadari keadaannya
dengan baik. Begitu pula sebaliknya
atau identitas yang dimilikinya akan
dalam kehidupan pada masyarakat
tetapi yang lebih penting adalah me-
luas, tidak sedikit pula remaja yang
nyadari seberapa baik atau buruk
putus sekolah, untuk itu pendidikan
keadaan yang dimiliki serta bagai-
di sekolah sangat berperan penting
mana harus bersikap terhadap kea-
untuk
daan tersebut. Tingkah laku individu
membentuk
konsep
diri
remaja yang lebih positif.
sangat bergantung pada kualitas
Fenomena di atas konsep diri
konsep dirinya yaitu konsep diri
bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir.
Remaja
tidak
positif atau konsep diri negatif.
dilahirkan
Dari fenomena tersebut diatas,
dengan konsep diri tertentu. Ketika
peneliti dapat melihat atau me-
remaja lahir, kita tidak memiliki
ngetahui bahwa konsep diri remaja
konsep diri, tidak memiliki pe-
yang
ngetahuan tentang diri, dan tidak
dibandingkan konsep diri remaja
memiliki pengharapan bagi diri kita
yang putus sekolah. Remaja yang
sendiri, serta tidak memiliki pe-
sekolah bisa lebih berusaha lebih
nilaian apa pun terhadap diri remaja
baik dalam pemecahan masalah
sendiri. Konsep diri terbentuk me-
yang ada pada dirinya. Sedangkan
lalui proses belajar yang berlang-
remaja yang putus sekolah lebih
sung sejak masa pertumbuhan hing-
cenderung mudah depresi atau stres,
ga dewasa. Lingkungan, pengala-
dan lebih cenderung putus asa ketika
man, dan pola asuh orang tua turut
remaja yang putus sekolah tersebut 87
sekolah
cenderung
positif
mengalami ngalami
kegagalan
hambatan
atau
dalam
Chaplin, J.P. 1981. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
mepen-
capaian cita-cita dan harapannya.
Hadi, S.1976 Metodologi Research, Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGN Yogyakarta
Seperti yang dikemukakan oleh Damon,
bahwa seseorang dengan
Hurlock, E. 2001. Psikologi Perkembangan. Edisi 5. Jakarta : Erlangga.
konsep diri yang positif akan terlihat memiliki harga diri yang positif.
Kelly, F, K. 2007. Psikologi Kepribadian 1. Tidak diterbitkan. Universitas Yudharta Pasuruan.
Daftar Pustaka Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik (Ed. Rev. VI). Jakarta : PT. Rineka Cipta
Kelly, F, K. 2007. Statistik I. Tidak diterbitlan. Universitas Yudharta Pasuruan.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik (Ed. Rev. VI). Jakarta : PT. Rineka Cipta
Muhammad, A & Muhammad, A. 2005. Psikologi Remaja. Jakarta : Bumi Aksara Ngalim, P. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta
Poerwadarminta, WJ.S.1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
Azwar, S. 2009. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Riduwan. 2002. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: PT. Alfabeta.
Azwar, S. 2010. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Risnawita & Ghufron. 2010. TeoriTeori Psikologi. J0gjakarta : Ar-Ruzz Media
Azwar, S. 2009. B. Tes Prestasi, Fungsi Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar (Ed. 2). Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Sunarto & Hartono, A. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Rineka Cipta
Arikunto, S. 1993. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta
Santrock, J, W. 2007. Remaja. Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama
88