JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
PERBEDAAN KEJADIAN KONJUNGTIVITIS FOTOELEKTRIK DENGAN METODE PENGELASAN BUSUR DAN PENGELASAN FRICTION STIR WELDING (FSW) Retno Kamilia Mutiara, Baju Widjasena, Ekawati BagianKeselamatandanKesehatanKerja, FakultasKesehatanMasyarakat UniversitasDiponegoro Email:
[email protected] Abstract : Photoconjuctivitis was an inflammation of conjunctiva caused by welding processes in manufacturing which has ultraviolet radiation. The welder who had experienced with arc welding will have photoconjuctivitis after 4-6 hours in welding process because it has ultraviolet radiation. Appropriate treatment for those welder is that they should have at least 2 days off from welding process. Friction Stir Welding (FSW) was a green welding with no fumes, no flares, and no ultraviolet radiation. But, there was no any study before which described the effects on human caused by FSW. This study aimed to analyze the differentiation of photoconjunctivitis by arc welding and friction stir welding. The study was quasi-experimental study with non randomized pretest-postest control group design. The subjects of this study amounted to 16 as sampels. The result showed that the photoelectrical conjunctivitis has increased 31,25%, Mann-Whitney test showed that there was no difference of photoconjunctivitis by pre welding for those group (p=1,000), Wilcoxon test showed that there was no difference of photoconjunctivitis by pre-post welding in FSW group (p=1,000), Wilcoxon test showed that there was a differentiation of photoconjunctivitis by pre-post welding in arc welding group (p=0,025) and with Mann-Whitney test showed that there was a difference of photoconjunctivitis by post welding for those group (p=0,015). FSW might be considered that it is better for welding process because it has no fumes, no flares, and no ultraviolet radiation, but in fact, that method was not officially perfect, because that method still has fumes, metal flakes, and the probe might be apart in process. Key words
: photoconjunctivitis, friction stir welding, arc welding
PENDAHULUAN
Sehingga biaya yang dikeluarkan
Latar Belakang
lebih murah. Selain itu memiliki
Pengelasan
merupakan
tingkat kebisingan yang lebih rendah
kegiatan penyambungan setempat
dibandingkan
antara dua buah logam atau lebih
keling.(1)Pengelasan digunakan pada
dengan
dalam
memanfaatkan
energi
dengan
pembuatan
baut
jembatan,
dan
rel
panas. Tujuan pengelasan dilakukan
kereta api, anjungan lepas pantai,
untuk mendapatkan konstruksi yang
serta
lebih
pengelasan sangat beragam, salah
ringan
dan
sederhana. 581
konstruksi bangunan.Metode
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
satunya adalah metode las busur
ringan di mata hingga rasa sakit yang
yang
khas
cukup terasa, mata selalu berair dan
dan
memerah di seputaran membrane
menghasilkan sinar ultraviolet, sinar
mata, mata yang menjadi sangat
memiliki
ciri
menggunakan
filler
inframerah dan cahaya tampak. Secara
garis
(2)
sensitive
terhadap
cahaya,
besar,
teknik
ketidakmampuan dari mata untuk
busur
terbagi
melihat sumber cahaya. Peradangan
menjadu dua, yakni teknik las busur
ini bersifat sementara dan dapat
listrik dan las busur gas. Contoh las
kembali normal apabila dijauhkan
busur
dari paparan selama minimal 48
pengelasan
las
listrik
adalah
las
SMAW
jam.(6)
(Shield Metal Arc Welding) dan contoh dari las busur gas adalah las
Penelitian
yang
dilakukan
MIG (Metal Inert Gas). Penelitian di
oleh
Paris mengatakan bahwa emisi sinar
bahwa
ultraviolet lebih besar dihasilkan oleh
menggunakan metode pengelasan
pengelasan las busur. Penelitian di
busur listrik dapat mengakibatkan
Inggris melaporkan bahwa terdapat
terjadinya
dua
konjungtivitis fotoelektrik. Penelitian
kasus
pekerja MIG.
terbakarnya
akibat
retina
pengelasan
las
lain
(3,4)
Tri
Wahyuni
menghasilkan
kegiatan
pengelasan
photoconjunctivitis
yang
dilakukan
di
atau
Nigeria
mengenaiOcular effects of chronic
Paparansinarultraviolet
exposure
to
welding
light
akibatpengelasanmenyebabkanterjad
mengatakan
inya
busur nyala dapat mengakibakan
photoconjunctivitis,
peradangan paparan
yakni
konjungtiva
sinar
dihasilkan
akibat
ultraviolet dari
bahwa
pengelasan
pterygium,konjungtivitis,
yang
katarak,
serta kerato konjungtivitis.
kegiatan
(7,8)
Pada tahun 1991 ditemukan
(5)
pengelasan. Peradanganinibersifatr
suatu metode pengelasan baru tanpa
eversibledengankeluhansepertimata
menghasilkan
merahdangatal,
Wayne
matapanas,
sertamataterasapedih.
silau,
Tanda-tanda
sinar
Thomas,
pengelasan
Friction
ultravioletoleh yakni
metode
Stir
Welding
lain yang dapat dirasakan apabila
(FSW) atau yang biasa disebut las
mata pekerja mendapatkan dampak
gesek.
radiasi sinar ultraviolet, antara lain;
menghasilkan sinar ultraviolet, tidak
rasa nyeri seperti ada tekanan yang
menghasilkan uap logam, serta tidak
582
Pengelasan
yang
tidak
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
menghasilkan
nyala
menjadikannya
api
suatu
randomisasi subyek, etika, jumlah
metode
perlakuan,
serta
lama
paparan.
pengelasan yang ramah lingkungan.
Dengan melakukan uji beda Mann-
Selain
Whitney dan Wilcoxon.
itu,
metode
FSW
ini
menghasilkan hasil pengelasan yang
Variabel
perlakuan
pada
lebih baik, rapat, dan kuat serta dapat
penelitian
dilakukan untuk mengelas material
pengelasan, yakni pengelasan las
yang tidak dapat dilas oleh las
busur dan las FSW. Variabel tercoba
busur.
(9)
atau
Keluhan
konjungtivitis
ini
variabel
kejadian
adalah
terikatnya
konjungtivitis
jenis
adalah
fotoelektrik.
fotoelektrik akibat pengelasan pada
Dalam penelitian ini, kelompok busur
mahasiswa teknik mesin yang telah
merupakan
menggunakan teknik las FSW dan
kelompok
las
bahwa
penelitian ini adalah menggunakan
terdapat kasus saat menggunakan
rancangan eksperimental ulang atau
las busur, mengalami keluhan seperti
non-randomized
mata merah, berair, panas, bahkan
control group design. Merupakan
tidak dapat membuka pada keesokan
rancangan
harinya,
namun
pengukuran dan pemeriksaan pada
tersebut
tidak
busur
mengatakan
keluhan-keluhan ditemukan
saat
kontrol.
dan
Rancangan
pretest-posttest
yang
melakukan
awal sebelum perlakuan dan akhir setelah perlakuan.(10)
melakukan pengelasan FSW. Berdasarkan
pembanding
perbedaan
Sampel dalam penelitian ini
metode pengelasan serta keluhan
adalah banyaknya jumlah perlakuan
yang dialami, maka peneliti tertarik
yang dilakukan pada masing-masing
untuk
perbedaan
kelompok
fotoelektrik
perlakuan dalam penelitian ini adalah
dengan metode pengelasan busur
sebanyak 16 perlakuan yang terbagi
dan pengelasan Friction Stir Welding
dalam kedua kelompok perlakuan,
(FSW).
yakni
METODE PENELITIAN
pengelasan FSW dan pengelasan
menganalisis
kejadian
konjungtivitis
Jenis digunakan
penelitian dalam
penelitian
yang
busur.
ini
terdiri
perlakuan.
perlakuan
Jumlah
dengan
Masing-masing dari
8
jumlah
metode
kelompok perlakuan.
bersifat kuasi-eksperimental karena
Kelompok kontrol dalam penelitian ini
peneliti memiliki keterbatasan dalam
adalah kelompok las busur.
583
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Penelitian dilakukan di dua lokasi
yang
pengelasan
berbeda,
busur
dan mendiagnosis keluhan-keluhan
yakni
dilakukan
akibat konjungtivitis yang dibutuhkan
di
dalam penelitian. Pemeriksaan tidak
laboratorium pengelasan Politeknik
dilakukan oleh dokter yang berbeda
Negeri
untuk
Semarang
pengelasan
(Polines)
FSW
dan
bias
dalam
di
menganalisis dan memasukkannya
Laboratorium Proses Produksi dan
dalam tingkat keparahan keluhan
CNC
konjungtivitis fotoelektrik.
Jurusan
dilakukan
mencegah
Teknik
Mesin
Universitas Diponegoro. Penelitian ini dilakukan
pada
mahasiswa
sedang
melakukan
praktikum
pengelasan
Selain melakuan pengamatan
yang
terhadap mesin selama perlakuan
kegiatan las
dan
busur
pemeriksaan
melakukan
mata,
pengukuran
peneliti getaran
Polines dan pada mahasiswa tingkat
terhadap mesin las FSW. Hal ini
akhir
dikarenakan
yang
sedang
melakukan
untuk
mengetahui
penelitian menggunakan mesin las
hazard lain yang mungkin dapat
FSW Teknik Mesin Undip.
ditimbulkan akibat pengelasan FSW.
Lama paparan yang dilakukan HASIL DAN PEMBAHASAN
pada responden adalah melakukan kegiatan pengelasan selama 2 jam. Hal ini dikarenakan keterbatasan
A. Analisis Univariat
penggunaan
1.
mesin
dan
jadwal
Hasil Pemeriksaan Mata Penentuan tingkat keparahan
praktikum mahasiswa. Berdasarkan penelitian bahwa keluhan konjuntivitis
keluhan
fotoelektrik telah dapat dirasakan dan
dibedakan dalam skala 0-3, yang
timbul
dan
bermakna bahwa pada skala 0, maka
meningkat pada jam keempat serta
responden tidak memiliki keluhan
seterusnya.(11)
konjungtivitis fotoelektrik, pada skala
pada
Validasi dengan mata.
jam
kedua,
Pemeriksaan
fotoelektrik
dilakukan
1 berarti responden memiliki keluhan
pemeriksaan
ringan konjungtivitis yang ditandai
mata
pada
dengan mata sedikit berair dan mata
data
melakukan
konjungtivitis
konjungtiva
dilakukan
oleh
sedikit memerah. Apabila ditemui
mahasiswa
kedokteran
umum
peradangan pada konjungtiva berupa
semester delapan yang telah lulus
mata
stase mata dan mampu menganalisis
menggenang, mata terasa panas,
584
merah,
air
mata
terlihat
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
mata terasa perih, terdapat eksudat
kegiatan
namun masih dapat membuka dan
sebanyak
menutup mata, terasa seperti ada
mengalami konjungtivitis tetapi bukan
benda aneh di mata maka responden
konjungtivitis
fotoelektrik
karena
dikategorikan
mengalami
responden
dipastikan
tidak
konjungtivitis sedang dan diberi nilai
melakukan
2. Apabila ditemui air mata yang
kurangnya tiga hari
sangat berlebihan seperti menangis,
pengelasan.
Namun,
12,5%
responden
pengelasan
sekurang-
Persentase responden yang
mata berwarna sangat merah, mata
tidak
terasa sangat panas, mata terasa
fotoelektrik tetap pada pemeriksaan
perih, terdapat eksudat dan mata
setelah perlakuan, yakni sebesar
susah untuk dibuka atau ditutup,
87,5%. Namun jumlah responden
pseusoptosis, hipertrofipapil, terdapat
yang
kemosiskonjungtiva,
fotoelektrik meningkat menjadi 75%
folikel,
pseudomembran,
granuloma
konjungtiva,
pada
dan
adenopatopreaurikular
mengalami
mengalami
pengelasan
konjungtivitis
busur
setelah
melakukan pengelasan.
maka
responden
tersebut
dikategorikan
B. Analisis Bivariat
mengalami
kejadian
konjungtivitis
1. Perbedaan
Kejadian
Konjungtivitis
berat dan diberinilai 3. Tabel1.Hasil
konjungtivitis
Pemeriksaan
Fotoelektrik
Sebelum Perlakuan pada Kedua
Mata
Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok
pada Kedua Kelompok
Tabel
2.
Perbedaan
Kejadian
Konjungtivitis Fotoelekrik Sebelum Perlakuan pada Kedua Kelompok
Pada
pemeriksaan
Hasil
awal 12,5%
sebanyak 87,5% seluruh responden
penelitian
responden
sebanyak mengalami
konjungtivitis
konjungtivitis
dikarenakan
kelompok. Dengan nilai signifikasni
belum terpaparnya responden akibat
(1.000) > 0,05 maka dinyatakan
tidak
mengalami
fotoelektrik.
Hal
ini
585
ringan pada setiap
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
bahwa tidak terdapat perbedaan
perbedaan
kejadian
fotoelektrik yang bermakna sebelum
yang
konjungtivitis
bermakna
perlakuan.
Hal
fotoelektrik
pada
konjungtivitis
dan sesudah pengelasan busur.
dikarenakan
Hasil penelitian ini sejalan
belum terpaparnya oleh kegiatan
dengan penelitian yang dilakukan di
pengelasan. Gejala yang ditemukan
Nigeria
adalah mata sedikit berair. Keluhan
menggunakan metode las busur
yang dialami tersebut dapat saja
nyala
jenis konjungtivitis lain seperti alergi
konjungtivitis. Hal ini juga sejalan
atau iritasi. Tidak adanya perbedaan
dengan
ini
bahwa
bermakna
ini
sebelum
kejadian
peneliti
dapat
melanjutkan pengujian.
teori
photoconjunctivitis
konjungtivitis
fotoelektrik
akibat pengelasan dengan paparan
Fotoelektrik
sinar UV. Penelitian ini sejalan pula dengan penelitian yang dilakukan di
a. Las Busur
Ghana
3.
mengakibatan
Kejadian
Sebelum dan Setelah Perlakuan
Tabel
dapat
pengelasan
merupakan peradangan konjungtiva
2. Perbedaan Konjungtivitis
bahwa
Perbedaan
bahwasebanyak
22,6%
Kejadian
responden mengalami konjungtivitis
Konjungtivitis Fotoelektrik Sebelum
fotoelektrik pada pengelasan busur
dan
nyala. Selain itu penelitian di Inggris
Sesudah
Perlakuan
pada
Kelompok Las Busur
melaporkan bahwa terdapat dua kasus
retina
terbakar
akibat
pengelasan menggunakan metode MIG.(4,5,12) b. Las FSW Pada sebelum
kelompok
las
melakukan
busur
Tabel
perlakuan
4.
Perbedaan
Kejadian
Konjungtivitis Fotoelektrik Sebelum
terdapat
sebanyak
12,5%
dan
mengalami
konjungtivitis
ringan,
Kelompok Las FSW
Sesudah
Perlakuan
pada
namun setelah perlakuan keluhan konjungtivitis
fotoelektrik
ringan
meningkat menjadi 75%. Hasil uji statistic memiliki nilai signifikansi bernilai p value (0.025) < 0,05, maka
Hasil penelitian pada sebelum
dapat ditarik kesimpulan bahwa ada
dan sesudah perlakuan menunjukkan
586
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
bahwa
kedua
sama-sama sebesar
hasil
pemeriksaan
didapatkan
12,5%
hanya
responden
mengalami
kejadian
fotoelektrik.
Hasil
oleh gesekan pahat dan material, serta
yang
cengkraman
konjungtivitis
pahat
mesin.
dari
Terdapatnya
serpihan-serpihan material setelah
statistic
dilakukan perlakuan di meja kerja
menunjukkan bahwa p value (1.000)
dapat membahayakan mata apabila
> 0,05,maka dapat ditarik kesimpulan
masuk kedalam mata, dan melukai
bahwa
tidak
kejadian yang
uji
terlepasnya
terdapat
perbedaan
bola mata. Kejadian ini dinamakan
konjungtivitis
fotoelektrik
kerato
bermakna
sebelum
konjungtivitis
dan
dapat
menimbulkan kebutaan.(13)
dan
sesudah pengelasan FSW.
Temuan-temuan
Hasil ini sesuai dengan studi
berhasil
ditemukan
yang pada
saat
pustaka bahwa metode pengelasan
penelitian kelompok las FSW antara
ini ramah lingkungan karena tidak
lain
menghasilkan uap, percikan, dan
terdapatnya
(9)
terciumnya
uap
logam,
serpihan-serpihan
busurnyala. Apabila tidak terdapat
material sisa gesekan serta hamper
nyala busur maka tidak terbentuk
terlepasnya pahat dari cengkraman.
pula sinar ultraviolet, sinar inframerah
Temuan ini ditemukan tidak sejalan
dan cahaya tampak. Sehingga tidak
dengan
terbentuk radiasi non-pengion dan
tersebut perlu dilakukan penelitian
karena tidak terpapar sinar ultraviolet
lebih
tersebut
dibuktikan
merupakan kendala yang didapatkan
secara penelitian bahwa pengelasan
hanya di lokasi penelitian ataukah
ini tidak mengakibatkan konjungtivitis
dapat didapati pada setiap mesin
fotoelektrik.
FSW.
maka
telah
Meskipun cenderung kejadian atau
tidak
pengelasan
ini
apakah
Hal
ini
Hal
temuan
ini
dikarenakan
informasi
yang
didapatkan dari pihak Mesin Undip
fotoelektrik
photoconjunctivitis,
lanjut
sebelumnya.
bersadarkan
mengakibatkan
konjungtivitis
teori
bahwa
mesin
yang
digunakan
namun
merupakan mesin tua yang perlu
ditemukan temuan lain yang ternyata
dilakukan perawatan yang baik agar
membahayakan bagi kesehatan dan
dapat
keselamatan
fungsinya.
terciumnya
pekerjanya, uap
logam,
yakni terdapat
serpihan-serpihan yang diakibatkan
587
digunakan
sesuai
dengan
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
3. Perbedan Kejadian Konjungtivitis
dibanding dengan las busur karena
Fotoelektrik Sesudah Perlakuan
cenderung
pada Kedua Kelompok
konjungtivitis fotoelektrik. Las FSW
Tabel
5.
Perbedaan
tidak
mengakibatkan
Kejadian
dapat menjadi suatu alternatif baru
Konjungtivitis Fotoelektrik Setelah
yang perlu diterapkan di industri
Perlakuan
dalam kegiatan pengelasan. 4. Pengukuran Getaran Getaran
mekanis
yang
dihasilkan oleh mesin FSW memiliki
Responden yang mengalami
rata-rata
sebesar
0,00167
Getaran
tersebut
masih
m 2 /s .
dapat
pada
ditolerir oleh tubuh manusia sesuai
busur
dengen
sebanyak 75% responden dan lebih
tentang
besar
lingkungan kerja.
kejadian
konjungtivitis
kelompok
pengelasan
las
dibandingkan
dengan
responden yang mengalami kejadian
Hasil
pengujian
NAB
faktor
fisika
di
KESIMPULAN
konjungtivitis foto elektrik pada las FSW.
PER.13/MEN/X/2010
1. Kejadian
statistic
konjungtivitis
dengan menggunakan uji Mann-
fotoelektrik
Whitney menghasilkan nilai p adalah
responden saat sebelum dan
0,015, maka p < 0,05. Sehingga
sesudah perlakuan mengalami
dapat ditarik kesimpulan bahwa ada
kenaikan sebanyak 31,25%.
perbedaan
kejadian
2. Kondisi
konjungtivitis
pada
responden
seluruh
yang
fotoelektrik yang bermakna pada
mengalami
kedua metode pengelasan.
fotoelektrik sebelum perlakuan
Hasil
penelitian
ini
konjungtivitis
pada kelompok perlakuan las
sesuai
dengan teori pengelasan FSW, yakni
busur
dan
pengelasan merupakan pengelasan
terdapat perbedaan. 3. Kondisi
yang lebih ramah lingkungan karena tidak menghasilkan sinar ultraviolet,
mengalami
sinar
fotoelektrik
inframerah
dan
cahaya
las
FSW
responden
tidak
yang
konjungtivitis sebelum
dan
tampak, dan dapat dikatakan lebih
sesudah perlakuan las busur
ramah pada mata(9). Pengelasan
terdapat
FSW
meningkat menjadi 75%.
dapat
dinilai
lebih
baik 588
perbedaan
yakni
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
4. Kondisi
responden
mengalami
yang
a. Melakukan penelitian terkait
konjungtivitis
fotoelektrik
sebelum
perbedaan
dampak
dan
kesehatan dan keselamatan
sesudah perlakuan pada metode
kerja pada mesin las FSW
las
dengan guarding
FSW
tidak
mengalami
perbedaan. 5. Kondisi
dan tidak
menggunakan guarding
responden
melakukan
setelah
b. Melakukan penelitian terkait
perlakuan
efek
pengelasan las busur cenderung mengalami
konjungtivitis
fotoelektrik
sedangkan
kesehatan
akibat
pengelasan selain pada mata c. Melakukan penelitian tentang paparan
akibat
las
FSW
responden pada kelompok las
dengan lama paparan lebih
FSW
dari 2 jam
cenderung
menimbulkan
tidak
konjungtivitis DAFTAR PUSTAKA
fotoelektrik.
1.
Setiawan A. Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 031729-2002). Jakarta: PT Penerbit Erlangga; 2008.
2.
Suharto. Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta: PT Rineka Cipta; 1991.
3.
Turut P, Isorni M. Macular Photoinjury Caused by a Welding Arc on Eye with an Implant. Bull Soc Ophthamol France; 1986. 857-859 p.
4.
G P H Britain. Retinal Burns Caused by Exposure to MIGWelding Arcs: Report Two Cases. Br J Ophthalmol [Internet]. 1988;72:57–575. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/p mc/articles/PMC1041530/pdf/ brjopthal00588-0011.pdf
5.
WHO. The Known Health Effects of UV [Internet]. WHO.
SARAN 1. Bagi Laboratorium Mesin Undip a. Perlu dilakukan pengendalian pada
mesin,
dengan
memasangan local exhaust, serta
guarding
dan
perawatan performa mesin b. Perlu
memberlakukan
pemakaian
cover
all
berlengan panjang c. Perlu
menggunakan
faceshield
dan
googles
berdasarkan standar ANSI 2. Bagi Laboratorium Mesin Polines a. Perlu
memberlakukan
pemakaian
cover
all
berlengan panjang 3. Bagi Peneliti Lain
589
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
2016. Available from: http://www.who.int/uv/faq/uvh ealtfac/en/index3.html 6.
Kumasi Metropolis. J Sci Technol Kwame Nkrumah Univ Sci ad Technol. 2011;31:37.
Jeyaratnam J, Koh D. Buku Ajar Praktik Kedokteran Kerja. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010.
7.
Wahyuni T. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Konjungtivitis Fotoelektrik pada Pekerja Pengelasan di Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap. Universitas Diponegoro; 2013.
8.
Davies KG, Asana U, NKU C., Osim EE. Ocular Effects of Chronic Exposure to Welding Light on Calabar Welder. Niger J Physiol Sci. 2007;22:55.
9.
Black J, Kohser RA. DeGarmo’s : Material and Processes in Manufacturing. United State of America: John Wiley & Sons, Inc; 2012.
10.
Cook TD, Campbell DT. QUASI-EXPERIMENTATION: DESIGN & ANALYSIS ISSUES FOR FIELD SETTINGS. Boston: Houghton Mifflin Company; 1970.
11.
Tampubolon T. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Konjungtivitis pada Pekerja Perempuan yang Terpajan Uap. Universitas Indonesia; 2005.
12.
Kumah D., Cobbina F, Duodu D. Radiation-Related Eye Diseases Among Welders of Suame “magazine” in The
13.
590
Plog BA, Niland J, Quinlan PJ, Schonfeld JB, editors. The Eyes. In: Fundamentals of Industrial Hygiene. Fourth Edi. United State of America: National Safety Council; 1995.