perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
TESIS
PERBEDAAN KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO DENGAN FANTOM DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PEMASANGAN KATETER PADA MAHASISWA ( PRODI DIII KEPERAWATAN UNIVERSITAS BONDOWOSO )
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan
OLEH : YUANA DWI AGUSTIN NIM : S-540809219
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2011
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya peneliti : Nama
: YUANA DWI AGUSTIN
NIM
: S 540809219
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul PERBEDAAN KEEFEKTIFAN DENGAN
PENGGUNAAN
FANTOM
DALAM
MEDIA
PEMBELAJARAN
MENINGKATKAN PADA
MAHASISWA
VIDEO
KETERAMPILAN
PEMASANGAN
KATETER
PRODI
DIII
KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BONDOWOSO adalah betul-betul karya
sendiri. Hal-hal yang bukan karya peneliti sendiri dalam tesis tersebut telah diberi citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan peneliti ini tidak benar, maka peneliti bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang telah diperoleh dari tesis tersebut. Surakarta, Mei 2011 Yang membuat pernyataan
Yuana Dwi Agustin commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Alhamdulilah kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemampuan akal dan kesempatan untuk berbuat hanya karena ijinnya. Penyusun dapat menyusun menyelesaikan tesis dengan judul “ Perbedaan Keefektifan Penggunaan Media Pembelajaran Video Dan Fantom Dalam Meningkatkan Keterampilan Pemasangan Kateter Pada Mahasiswa Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso. Penulis dalam menyusun tesis ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1.
Prof. DR. Ravik Karsidi, M.S, selaku Rektor Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan Pasca Sarjana di Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta
2. Prof. Drs. Suranto, MSc., PhD., selaku Direktur Program Pasca
Sarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta 3. Prof. DR.Bhisma Murti, MPH, MSc. PhD, Pembimbing I dalam penyusunan ini yang telah memberikan masukan. 4. DR. Nunuk Suryani, M.Pd, selaku pembimbing II dalam penyusunan penelitian ini yang dengan sabar memberikan arahan dan masukan 5. Seluruh staf dosen dan karyawan program studi Magister Kedokteran Keluarga Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Surakarta yang telah membantu kami dalam penyusunan tesis ini dengan sunguh-sungguh. Penulis menyadari masih ada hal-hal yang belum sempurna, untuk itu penulis mengharap saran dan kritik yang membangun. Bondowoso, Januari 2011
commit to user
v
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING .......................................
ii
LEMBAR PERSETUJAN .......................................................................
iii
SURAT PERNYATAAN ........................................................................
iv
ABSTRAK ...............................................................................................
v
ABSTRACK ............................................................................................
vi
KATA PENGANTAR .............................................................................
vii
DAFTAR ISI ............................................................................................
viii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................
1
B. Identifikasi Masalah Penelitian .........................................
4
C. Tujuan Penelitian ...............................................................
5
D. Manfaat Penelitian .............................................................
5
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teori .................................................................
6
B. Penelitian Yang Relevan ..................................................
32
C. Kerangka Berpikir .............................................................
33
D. Hipotesis ............................................................................
35
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian ...............................................
36
B.
36
C.
Waktu Dan Tempat Penelitian .......................................... commit to user Populasi dan Sampel .........................................................
vi
37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Kerangka Penelitian ..........................................................
38
E.
Variabel Penelitian ...........................................................
38
F.
Definisi Operasional .........................................................
39
G. Instrumen Penelitian .........................................................
40
H. Teknik Pengumpulan Data ...............................................
40
I.
Analisa Data .....................................................................
40
Daftar Pustaka ..........................................................................................
54
Lampiran
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Protap pemasangan kateter pada pria
Lampiran 2
Instrumen penelitian
Lampiran 3
Protap pemasangan kateter pada wanita
Lampiran 4
Instrumen Penelitian
Lampiran 5
Hasil Tabulasi Data media pembelajaran video
Lampiran 6
Hasil Tabulasi Data media pembelajaran fantom
Lampiran 7
Hasil Analisis Data
Lampiran 8
Ganchart Kegiatan Penelitian
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyelenggaraan pendidikan tinggi bidang kesehatan dituntut untuk dengan cepat merespon proses yang kompleks dan berkelanjutan dalam menghasilkan lulusan yang mempunyai kemampuan dapat bekerja sesuai bidang ilmunya dan diterima dimasyarakat secara baik dan benar (Tim Kerja Direktorat Pembinaan Akademik
dan
Kemahasiswaan,
2005:41).
Pendidikan
progaram
D-III
Keperawatan adalah suatu pendidikan yang bertujuan menghasilakan perawat praktisi pemula (Ahli Madya Keperawatan) yang cukup terampil dalam mengelola masalah
kesehatan,
memiliki
landasan
profesi
yang
kokoh,bermakna
menumbuhkan dan membina sikap, tingkah laku, dan kemampuan profesional keperawatan untuk melakukan praktik keperawatan ilmiah. Keterampilan merupakan bagian dari kepribadian individu yang relatif dan stabil, dan dapat dilihat serta diukur dari perilaku individu yang bersangkutan, di tempat kerja atau dalam berbagai situasi. Untuk itu keterampilan seseorang mengindikasikan kemampuan berperilaku seseorang dalam berbagai situasi yang cukup konsisten untuk suatu perioda waktu yang cukup panjang, dan bukan hal yang kebetulan semata. Keterampilan memiliki persyaratan yang dapat menduga yang secara empiris terbukti merupakan penyebab suatu keberhasilan. (Spencer & Spencer,1993:9) commit to user
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Untuk mencapai tujuan tersebut maka berbagai keterampilan perlu dikembangkan baik secara teori, praktik maupun dalam tatanan nyata praktik keperawatan di klinik. Terkait dengan hal tersebut dalam pembelajaran klinik dipengaruhi oleh banyak hal antara lain (1) Penetapan Rumah Sakit atau Puskesmas profesional utama dan Rumah Sakit lain sebagai jaringan praktek, (2) Adanya komunikasi keperawatan yang mampu menciptakan iklim yang kondusif dan adanya model peran (3) Tujuan intruksional yang jelas dan menentukan keterampilan
yang akan dicapai dan (4) Menetapkan sistim evaluasi
(Nursalam, 2002). Oleh sebab itu diharapkan dalam kegiatan pengalaman belajar klinik keperawatan terencana sesuai dengan fungsi dan keterampilan
yang
ditetapkan oleh lembaga atau institusi pendidikan dapat dikuasai oleh peserta didik dengan optimal (Yusuf, 2001). Metode dan media pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam proses pembelajaran. Pemilihan metode dan media pembelajaran yang tepat dapat menumbuhkan minat peserta didik mengikuti pelajaran tersebut. Menurut Ahmadi dan Prasetyo (2000 : 13-14) media dan metode tidak dapat dipisahkan satu dengan keduanya berfungsi sebagai cara untuk menghantarkan bahan pelajaran agar sampai kepada peserta didik sesuai dengan tujuannya, sehingga dalam pelaksanaan proses belajar mengajar merupakan kombinasi antara metode dan media pembelajaran. Sedangkan menurut Basuki dan Farida (2001 : 1) media audio visual termasuk VCD memiliki kemampuan lebih untuk menyampaikan pesan yang lebih lengkap, rumit dan realistis.Selain itu juga audio visual aid merupakan commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
media pembelajaran yang paling lengkap, karena dengan media ini terjadi proses saling membantu antar indera dengar dengan indera pandang, sehingga mempunyai kemampuan untuk menyampaikan pesan lebih realistis. Yang termasuk jenis media ini adalah video compact disc (VCD). Tahap profesi atau pengalaman belajar klinik merupakan upaya untuk memberikan kesempatan pada peserta didik menerapkan ilmu yang dipelajari di kelas keadaan nyata guna mendapatkan pengalaman nyata untuk mencapai kemampuan
profesional
(intelektual,
teknikal,
dan
interpersional)
(Nursalam, 2002). Namun akibat terbatasnya lahan praktik, maka pencapaian keterampilan klinik menjadi sangat kurang memuaskan. Berdasarkan evaluasi yang diselenggarakan terhadap 65 keterampilan klinik mahasiswa lulusan Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso pada tahun 2007, diperoleh kisaran rata-rata hanya 72,6% keterampilan yang dapat dicapai oleh mahasiswa. Dari sisi target diperoleh hanya sekitar 40 % dari target pengalaman peraktik yang dapat dicapai oleh mahasiswa (Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso, 2009). Dalam keperawatan kegiatan pemasangan selang kateter merupakan salah satu kegiatan yang sangat perlu dikuasai karena merupakan salah satu keterampilan
bagi tenaga D-III Keperawatan (PPNI Jawa Timur, 1999).
Pemasangan selang kateter adalah kegiatan mengaplikasikan selang karet atau plastik melalui
uretra kedalam kandung kemih dengan
tujuan, seperti
menghilangkan distensi kandung kemih, mendapatkan spesimen urine, mengkaji jumlah residu urine, jika kandung kemih tidak mampu sepenuhnya diosongkan. Dalam hasil evaluasi yang dilakukan pada Praktik di RSD dr. H. Koesnadi commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bondowoso pada tahun 2007, didapatkan hanya 2 orang (2,5%) mahasiswa yang mendapatkan kesaempatan melaksanakan peraktik pemasangan selang kateter. Situasi ini menggambarkan bahwa praktik klinik saat ini tidak cukup membantu mahasiswa dalam mencapai ketrampilan klinik sehingga perlu dilakukan upaya lain bagi pengembangan keterampilan mahasiswa. Salah satu bentuk pemdidikan keperawatan yang dilakukan adalah dengan pendekatan media pembelajaran dimana dosen melakukan pembelajaran menggunakan sarana audio visual untuk menujukkan bagaimana prosedur pemasangan kateter pada pasien. Penggunaan media pembelajaran dengan harapan hasil serapan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa menjadi lebih optimal. Berdasar pada hal diatas maka peneliti bermaksud menyelenggarakan penelitian tentang perbedaan keefektifan penggunaan media pembelajaran video dan fantom dalam meningkatkan keterampilan pemasangan kateter di Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan rumusan penelitian sebagai berikut: Adakah perbedaan keefektifan penggunaan media pembelajaran video dengan fantom dalam meningkatkan keterampilan pemasangan kateter pada mahasiswa Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso?
commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Tujuan Penelitian
Mengidentifikasi perbedaan keefektifan penggunaan media pembelajaran video dengan fantom dalam meningkatkan keterampilan pemasangan kateter pada mahasiswa Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti Penelitian ini merupakan sarana pengembangan pengalaman penelitian dan diharapkan berguna sebagai dasar/landasan bagi peneliti berikutnya. 2 Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi bagi pengembangan proses penyelenggaraan pendidikan dilingkungan Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso. 3. Bagi Profesi Keperawatan Untuk mengembangkan profesi keperawatan, khususnya dalam pengembangan pendidikan keperawatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Belajar a. Pengertian Belajar adalah kegiatan yang bertujuan untuk perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi (Djamarah dan Zain, 2006:11). Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:295) Belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar. Dalam belajar tersebut individu menggunakan ranahranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Akibat dari belajar tersebut maka kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik makin bertambah baik. Cronbach dalam Sardiman (2005:20) memberikan definisi : “ Learning is shown by a change in behavior as a result of experience”. (Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman). Spears dalam Sardirman (2005:20) memberikan batasan : “ Learning is to observe, to read, to initiate, to try something themselves, to listen, to follow direction”. Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti penunjuk/arahan. Geoch dalam Sardiman (2005:20), mengatakan : “Learning is achange in peformance as a result of practice”. Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktek. commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id
7 digilib.uns.ac.id
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subyek belajar itu mengalami atau melakukannya. Jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan oleh seorang individu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu dan lingkungan. Slameto (2003:2) mengungkapkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan didalam proses belajar. Belajar yang efektif dapat membantu siswa
untuk meningkatkan
kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan intruksional yang ingin dicapai. Untuk meningkatkan prestasi belajar yang baik perlu diperhatikan kondisi internal dan eksternal . Kondisi internal adalah kondisi atau situasi yang ada dalam diri siswa,seperti kesehatan, keterampilan, kemampuan dan sebagainya. commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia, misalnya ruang belajar yang bersih, sarana dan prasarana belajar yang memadai. b. Ciri belajar Ciri belajar yang baik menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:8) adalah : 1) memperoleh hasil belajar dan pengalaman hidup 2) terjadi proses internal dalam diri pebelajaran 3) terjadi jika pebelajar memiliki motivasi yang kuat c. Peranan pelajar dalam belajar Peranan pengajar sebagai pendidik profesional
sesungguhnya sangat
komplets, tidak terbatas pada Saat berlangsungnya interaksi edukatif dalam kelas, yang lazim disebut sebagai proses belajar mengajar.Menurut Jemes B Browm dalam Suryosubroto ( 2002:3 ) tugas dan peranan guru antara lain: Menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pelajaran sehari - hari ,mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa. Untuk dapat melaksanakan tugas mengajar dengan baik, guru harus memiliki kemampuan propesional yaitu terpenuhinya 10 kompentesi guru yang meliputi ( Suryosubroto, (202:4 ) a.) Menguasai bahan 1) Menguasai bidang studi dalam kurikulum sekolah 2) Menguasai bahan pengayaan / penunjang bidangh studi b.) Mengelola program belajar mengajar 1.) Merumuskan tujuan instruksional 2.) Mengenal dan dapat menggunakan prosedur instruksional dengan tepat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
9 digilib.uns.ac.id
3.) Melaksanakan program belajar mengajar 4.) Mengenal kemampuan anak didik c.) Mengelola kelas 1.) Mengatur tata ruang kelas untuk pelajaran 2.) Menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi d.) Menggunakan media atau sumber 1.) Mengenal, memilih dan menggunakan alat media 2.) Membuat alat bantu pelajaran yang sederhana 3.) Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar 4.) Menggunakan micro teaching untuk unit program pengenalan lapangan e.) Menguasai landasan penididikan f.) Mengelola interaksi belajar mengajar g.) Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pelajaran h.) Mengenal fungsi layanan bimbingan dan penyuluhan 1) mengenal fungsi dan layanan program bimbingan dan penyuluhan 2) menyelenggarakan layanan bimbingan dan penyuluhan i.) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi pendidikan j.) Memahami prinsip dan menafsirkan hasil penelitian penddikan guna keperluan pengajaran
d. Teori belajar Terdapat beberapa teori dalam belajar. Dimjati dan Mudjiono (1999:9-17) mngungkapkan teori-teori tersebut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
10 digilib.uns.ac.id
1) Belajar Menurut Pandangan Skinner Skinner dalam Dimjati dan Mudjiono (1999) berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik, jika ia tidak belajar maka responnya menurun. Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut: a)
kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon pebelajar
b) respon pebelajar c)
konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut. Pemerkuat terjadinya stimulus yang menguatkan konsekwensi tersebut. Menurut skinner,pengajar perlu memperhatikan dua hal penting yaitu:
a)
pemilihan stimulus yang bersifat diskriminatif
b) penggunaan penguatan Adapun langkah pembelajaran berdasarkan teori kondisioning operan adalah sebagai berikut: a)
Pertama, mempelajari keadaan kelas. Pengajar mencari dan menemukan perilaku siswa yang positif atau negatif. Perilaku posisitif akan diperkuat dan perilaku negatif akan diperlemah atau dikurangi.
b) Kedua,membuat daftar penguat positif. Pengajar mencari perilaku yang lebih disukai oleh siswa,perilaku yang kena hukuman dan kegiatan luar sekolah yang dapat dijadikan sebagai penguat. c)
Ketiga, memilih dan menentukan urutan tingkah laku yang dipelajari serta jenis penguatnya.
d) Keempat, membuat progarm pembalajran. Progaram pembelajarn berisi commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
urutan perilaku yang dikehendaki, penguatan, eaku mempelajari perilaku dan evaluasi. Dalam melaksanakan progaram pembeljaran, guru mencatat perilaku dan penguat yang berhasil dan tidak berhasil. Ketidak berhsilan itu menjadi catatan penting bagi medifikasi perilaku selanjutnya.
2) Belajar Menurut Gagne Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (1999) mengungkapkan belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan,pengetahuan,sikap dan nilai. Timbulnya kapbilitas tersebut adalah dari: (1) stimulasi yang berasal dari lingkungan dan (2) proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar. Dengan demikian beljar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimualasi lingkungan,melewati pengolahan informasi,menjadi kapabilitas baru. Gagne juga mengungkapkan juga belajarterdiri dari tiga komponen penting,yaitu: kondisi internal,kondisi eksternal dan hasil belajar. Belajar adalah keadaan internal dan proses kognitif siswa dengan stimulus dari lingkungan . Proses
kognitif
tersebut
terdiri
atas
informasi
verbal,keterampilan
intelektua,keterampilan motorik,sikap dan sisasat kognitif. 3) Belajar menurut pandangan Piaget Piaget dalam Dimyati dan Mudjiono (1999) berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu sebab individu melakukan interaksi terusmenerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelektual semakin berkembang. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
12 digilib.uns.ac.id
Perkembangan intelaktual meliputi tahap-tahap berikut: 1) sensori motor (0-2 tahun) 2) praoperasional (2-7 tahun) 3) operasional konkret (7-11 tahun) 4) operasional formal (di atas 11 tahun) Pada tahap sensori motor anak mengenal lingkungan dengan kemampuan sensorik dan motorik. Anak mengenal lingkungan dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan dan menggereak-gerakannya. Pada tahap pra operasional anak mengandalkan diri pada presepsi tentang realitas. Ia telah mampu menggunakan simbo, bahasa, konsep sederhana, berpartisipasi, membuat gambar dan menggolong-golongkan. Pada tahap operasional konkret anak dapat mengembangkan pikiran logis. Ia dapat mengembangkan penalaran logis walaupun kadang memecahkan masalah secara ”trial and error”. Pada tahap operasi formal anak dapat berfikir abstrak seperti pada orang dewasa. Menurut Piaget, pembelajaran terdiri dari 4 langkah yaitu: a)
Menentukan topik yang dapat dipelajari oleh anak sendiri
b) Memilih atau mengembangkan aktivitas kelas dengan topik tersebut c)
Mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk mengemukakan pertanyaan yang menunjang proses pemecahan masalah
d) Menilai pelaksanaan tiap kegiatan, memperhatikan keberhasilan, dan melakukan revisi. 4) Belajar menurut Rogers Rogers dalam Dimyati dan Mudjiono (1999) mengungkapkan bahwa commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
peraktek pendidikan yang baik menekankan pada pada siswa yang belajar, bukan pada pengajaran. Praktek tersebut ditandai dengan guru yang dominan dan pelajar yang hanya menghafalkan pelajaran. Rogers mengungkapkan pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan yaitu: a) Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan wajar untuk belajar. Siswa harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya. b) Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. c) Pengorganisasian bahan pelajarn berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru, sebagai bagian yang bermakna bagi siswa. d) Belajar yang optimal akan terjadi, bila siswa berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam proses belajar e) Belajar yang bermakana dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses-proses belajar,keterbukaan belajar mengalami sesuatu, bekerja sama dengan melakukan pengubahan diri scara terus-menerus f) Belajar
mengalami
(experiental
learning)
dapat
terjadi,
bila
siswa
mengevaluasi dirinya sendiri. Belajar mengalami dapat memberi peluang untuk belajar kreatif, self evaluation dan kritik diri. Hal ini berarti bahwa evaluasi dari instrukrur bersifat sekunder g) Belajar mengalami menurut keterlibatan siswa secara penuh dan sungguhsungguh. h) Faktor yang mempengaruhi belajar/pembelajaran Hasil belajar dipengaruhi oleh banyak faktor (Slameto: 2003). Faktor tersebut saling berkaitan dan bersinergi mempengaruhi hasil belajar. Secara umum commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah kondisi anak, bahan belajar, kegiatan belajar, metode belajar, alat dan sumber belajar serta evaluasi. 1) Kondisi siswa Kondisi siswa meliputi derajat kesehatan, tingkat intelegensi, motif dan tujuan serta gaya belajar dan lingkungan pendukung (social support) dalam kelarga. 2) Bahan belajar Menurut Sudirman dalam Djamarah dan Zain (2006) Bahan adalah salah satu sumber
belajar bagi siswa. Bahan yang disebut sebagai sumber belajar
(pengajaran) ini adalah sesuatu yang membawa pwesan untuk tujuan pengajaran. Bahan belajar merupakan unsur inti yang ada dalam kegiatan belajar mengajar, karena bahan pelajaran itu yang diupayakan untuk dikuasai anak pebelajar. Bahan belajar dapat dipengaruhi motivasi belajar. Biasanya aktifitas belajar dan motivasi akan berkurang jika bahan belajar kurang menarik perhatian. 3) Kegiatan belajar Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidkan. Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar.
Dalam
kegiatan
belajar
mengajar
akan
melibatkan
semua
komponenpengajaran, kegiatan belajar akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapakan dapat tecapai (Djamarah dan Zain (2006)). Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan pebelajar terlibat dalam duatu interaksi dangan bahan pelajaran sebagai mediumnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
4) Metode belajar Metode adalah seatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pembelajarn berakhir ( Djamarah dan Zain (2006)). 5) Alat dan sumber belajar Yang dimaksud dengan alat dan sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang ( Djamarah dan Zain (2006)). 6) Evaluasi Menurut Brown dalam Djamarah dan Zain (2006) evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Dengan evaluasi maka diharapkan dapat menentukan seberapa jauh taraf penguasaan dan kemajuan pebelajar dalam menguasai tujuan belajar.
2. Media Pembelajaran a. Pengertian Banyak sekali pengertian media pembelajaran, menurut pakar antara lain : 1) Media martin dan Briggs (1986) mengemukakan bahwa media pembelajaran mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan si belajar, hal ini bisa berupa perangkat keras dan perangkat lunak. 2) Menurut Hamalik (2008) media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, sehingga dapat merangsng commit to user perhatian, minat, pikiran, dan perasaan si belajar dalam kegiatan belajar untuk
perpustakaan.uns.ac.id
16 digilib.uns.ac.id
mencapai pembelajaran tertentu. Media Pembelajaran a.
Pengertian asal kata media Kata media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dan
medium yang berarti perantara atau pengantar. Adapun penjabaran tokoh-tokoh tentang pengertian media pembelajaran antara lain ( Herry Sondjaja dan Sobirun, 2008). 1) Menurut Berlach mengemukakan bahwa media dalam proses pembelajaran cenderung diartikan alat-alat grafis, fotografis atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. 2) Menurut Heinich, dkk media pembelajaran adalah media-media yang membawa pesan – pesan atau informasi yang bertujuan pembelajaran atau mengadunng maksud-maksud pembelajaran. 3) Martin dan Briggs mengemukakan bahwa media pembelajaran mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan sibelajar. Hal ini bisa merupakan perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada perangkat keras. 4) Menurut H. Malik media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat do gunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran dan perasaan si-belajar dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. b.
Fungsi Media memiliki berbagai fungsi antara lain ( Sudrajat, 2008) ; commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
17 digilib.uns.ac.id
1) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh pebelajar. Pengalaman tiap pebelajar berbeda-beda, tergantung dari faktor – faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika pebelajar tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke pebelajar. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, mniatur, model, maupun bentuk gambar-gambar yang dapat disajikan secara nyata secara audio, visual dan kombinasinya. 2) Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para pebelajar tentang suatu obyek, yang disebabkan karena: (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus; (g) obyek mengandung bahaya. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada pebelajar. 3) Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara pebelajar dengan lingkungannya. 4) Media menghasilkan keseragaman pengamatan. 5) Media menghasilkan keseragaman pengamatan 6) Media membangkitkan keinginan dan minat baru. 7) Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.Media memberikan pengalaman yang integral / menyeluruh dari yang konkrit sampai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
18 digilib.uns.ac.id
dengan abstrak. c. Manfaat Media sumber belajar adalah alat bantu yang tidak berguna dalam kegiatan belajar mengajar. Alat bantu dapat mewakili sesuatu yang tidak dapat disampaikan guru melalui kata-kata atau kalimat. Keaktifan daya serap pebelajar terhadap bahan pelajaran yang sulit dan rumit dapat terjadi dengan bantuan alat bantu. Kesulitan anak didik memahami konsep dan prinsip tertentu dapat diatasi dengan bantuan alat alat bantu. Bahkan diakui alat bantu dapat melahirkan umpan balik yang baik dari pebelajar. Dengan menggunakan alat bantu yang akspetabel, pebelajar akan lebih bergairah dalam belajar (Djamarah dan Aswan Zain, 2006:2-3) Salah satu upaya untuk mengembangkan variasi belajar adalah dengan memanfaatkan variasi alat bantu, baik dalam hal variasi media pandang, variasi media dengar, maupun variasi media taktil. Penggunaan media yang tepat dapat meningkatkan dan memelihara perhatian pebelajar terhadap relevansi proses belajar, memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi, memberi kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual dan mendorong pebelajar untuk belajar ( Djamarah dan Zain, 2006: 2-3). Dalle dalam Notoatmodjo (1997:109) mengemukakan tentang Kerucut Pengalaman (cone of experience). Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau keterampilan yang ingin dicapai. Contoh : bila tujuan atau kompetisi pebelajar bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau keterampilan commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan video bisa digunakan. Disamping itu terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer), seperti : biaya, ketepatgunaan; keadaan pebelajar; ketersediaan; dan mutu teknis (Ahmad Sudrajat, 2008).
d. Macam-macam media belajar Pada prinsipnya terdapat tiga macam alat bantu pendidikan (Notoatmojo, 1997:111); 1) Terdiri atas alat
yang diproyeksikan seperti slide, film, film strip dan
sebagainya. Sedangkan alat yang tidak diproyeksikan dapat dibentuk dua dimensi seperti gambar, peta, bagan dan sebagainya, atau bentuk tiga dimensi seperti patung, boneka, bola dunia. 2) Alat bantu dengar (Audio Aids) Ialah alat bantu yang menstinulasi indera pendengaran. Media ini dapat berupa radio, kaset pita, piringan hitam dan sebagainya. 3) Alat bantu lihat dengar (Audio Visual Aids) Ialah alat bantu yang menstimulasi indera dan pendengaran secara bersama, terdiri atas televisi, video (VCD. DVD, VTR) dan komputer. Secara umum media pengajaran dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :media pandang (visual aid), media dengar (audio aid), dan media dengar pandang (audio visual aid). Media pandang dapat berupa benda-benda alamiah, orang dan kejadian (Yamin, 2007 : 181). commit to user Media pembelajaran dengan audio visual adalah pemberian informasi
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan menggunakan media audio visual. Kelebihan media audio visual memiliki kemampuan lebih dibandingkan media audio maupun media visual saja. Kemampuan dari media ini akan lebih meningkat lagi bila dilengkapi dengan karakteristik gerak. Media ini mampu menyampaikan pesan-pesan lebih lengkap, rumit dan realistis (Basuki dan Farida, 2001 : 12). Jenis-jenis audio visual menurut Arsyad (2007 : 94 – 97) antara lain: 1) Televisi Televisi adalah media yang menyampaikan pesan melalui gambar gerak yang dilengkapi suara. Sebagai media, televisi memang sungguh menarik, karena dapat menyampaikan informasi secara simultan, menyajikan siaran secara langsung, serta vdapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu. 2) Video Media ini begitu populer di masyarakat. Media ini dapat menyampaikan pesan, audio visual, gerak seperti halnya film dan televisi, video tape/pita video, dapat menyajikan hal-hal yang nyata maupun yang fiktif. Pesan yang disampaikan dapat bersifat informatif, pendidikan, dan pengajaran meskipun pemakaiannya memerlukan pesawat televisi. Kelebihan dari video adalah penyajiannya tidak memerlukan ruang gelap, program dapat diputar berulang-ulang, program sajian yang rumit dan berbahaya dapat direkam sebelumnya, sehingga waktu mengajar guru bisa memusatkan perhatiannya, dan mudah dikontrol oleh guru. Sedangkan kekurangannya yaitu jangkauannya terbatas, sifat komunikasinya satu arah dan perawatannya cukup mahal.
commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e.
Media dan Pembelajaran Menurut Moreno dan Mayer (2000) manusia dapat mengintegrasikan
informasi dari berbagai alat penerima sensorik (sensorik modalitas) yang berbeda menjadi satu pengalaman yang bermakna sehingga kualitas pendidikan dapat ditingkatkan dengan mengintegrasikan dan mengkombinasikan beberapa sumber untuk meningkatkan pembelajaran yang bermakna. Terdapat dua teori kognitif yang mendukung penggunaan media pembelajaran yaitu teori masukan kognitif (cognitive load theory) dan teori pembelajaran konstruktif (constructivistic learning theories). Kedua teori ini mengasumsikan bahwa (a) memori yang bekerja pada seseorang meliputi memori auditorik dan visual yang masing-masing bekerja sendiri-sendiri (b) setiap memori kerja memiliki kapasitas yang terbatas (c) manusia memiliki sistem yang terpisah untuk merepresentasikan informasi verbal dan non verbal (d) pembelajaran yang bermakna terjadi manakala pebelajar memilih informasi yang relevan dan mengelompokkan dalam suatu simpanan ingatan dalam bentuk koheren dan membuat hubungan antara ingatan yang tersimpan. Fantom bisa diartikan bentuk khayal tentang sesuatu terutama bentuk manusia. Presentasi Multimedia
Memori Sensorik
Telingga Kata Kata
Memori Kerja
Kata Terpilih
Kata Kata Berbasis Terorganisir suara
Model Mental Verbal
Memori Jangka Panjang
Pengetahuan Integrasi
Gambar
Mata
Citra Terpilih
Gambar Visual
Kata Terorganisir
Model Mental Gambar
Gambar 3. Proses Kognitif Pada Pembelajaran Multimedia
commit to user
Sebelumnya
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Kompetensi Seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas di bidang tertentu (SK Mendiknas no 045/U/2002) Kompetensi pengetahuan,
adalah kelengkapan dari perilaku dalam komponen
keterampilan,
etika
dan
kompeten
terhadap
kemampuan
(Poncorini, 2008) Keterampilan adalah usaha untuk memperoleh kompetensi cekat, cepat dan tepat dalam menghadapi permasalahan belajar (Muttaqin, 2008) Prestasi Ketrampilan Laboratorium Prestasi belajar menurut Winkel (1996) adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang pebelajar dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai bobot yang dicapainya.prestasi belajar dapat menjadi indikator atas kuantitas dan kualitas pengetahuan pebelajar dalam memahami proses pembelajaran yang diterimanya. Hasil belajar yang dicapai oleh setiap pebelajar sendiri dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah yaitu kogitif, afektif,dan psikomotorik. Ketrampilan laboratorium ( lab skiils) secara umum didefinisikan sebagai ketrampilan dalam melakukan pemeriksaan d laboratorium. Reid dan Shah (2007) menyatakan bahwa pembelajaran di laboratorium merupakan bagian fundamental dalam sains,untuk itu, pembelajaran di laboratorium harus mampu memberi bekal berupa: a. Kemampuan dan ketrampilan yang berhubungan dengan bagaimana mempelajari sains, seperti mengilustrasikan commit to user
ide dan konsep, serta
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengaplikasikan ide teoritis ke dalam percobaan empiris. b. Ketrampilan psikomotorik (praktik) c. Kemampuan ilmiah, seperti menyimpulkan dan menginterpretasikan hasil d. Ketrampilan umum,yang meliputi kemampuan bekerja sama, membuat laporan dan berdiskusi. e. Dalam rangka mengoptimalkan hasil pembelajaran ketrampilan laboratorium, Reid dan Shah (2007)juga menyarankan untuk melakukan prelabs instruction, di mana pebelajar diminta untuk melakukan latihan singkat selama 15-30 menit
sebelum
pembelajaran
dimulai.Hal
tersebut
berfungsi
untuk
menyiapkan kerangka berpikir pebelajar sebelum melakukan pembelajaran pemeriksaan laboratorium yang sebenarnya.dengan kata lain, pebelajar diminta untuk menyiapkan pengetahuan sebelumnya ( prior knowledge) yang telah dimiliki.
4. Konsep Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman dan raba, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmojo, 1997: 127-128). Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia. Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
24 digilib.uns.ac.id
untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun melalui pengalaman orang lain. b. Aspek Pengetahuan Menurut Bloom dalam Notoatmojo (2005:50-51) pengetahuan memiliki enam tingkatan yang bergerak dari sederhana sampai dengan kompleks yaitu: 1) Tahu (Know) Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari orang lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebaginya. 2) Memahami (Comperhension) Memahami diartikan sebagi suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari. 3) Aplikasi (Aplication) Aplikasi dartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disisni diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus, metode commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
25 digilib.uns.ac.id
prinsip dalam konteks atau situasi yang lain. 4) Analisis (Analysis) Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisi ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja : dapat menggambarkan (membuat bagan ), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. 5) Sintetis ( Syinthetis) Sintetis menunjukkan pada sesuatu kemampuan untuk meletkkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintetis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi yang ada. 6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang. Faktor tersebut dapat dikatagorikan dalam faktor internal dan faktor eksternal. 1) Faktor Internal Yaitu faktor yang terdapat dalam diri manusia atau indifidu. Faktor ini meliputi : umur dan tingkat perkembangan, pengalaman pribadi dan keluasan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
26 digilib.uns.ac.id
mendapat akses informasi, serta melalui pendidikan baik formal maupun nonformal (Suryosubroto, 2002 :14) Umur dan tingkat perkembangan seseorang akan mempengaruhi tingkat pengetahuannya, hal ini dikarenakan dua faktor yaitu faktor kematangan dan faktor pengalaman, Seorang yang sudah dewasa memiliki kematangan fungsional otak dan proses fikir sehinga mampu melakukan analisis, sintesis maupun melakukan evaluasi terhadap obyek. Sedangkan dari sisi pengalaman semakin tinggi umur seseorang maka kemungkinan untuk mendapatkan kemungkinan untuk mendapatkan pengalaman yang memungkinkan bertambahnya pengetahuan seseorang. Pengalaman dapat menjadi sumber pengetahuan, sebagaimana diungkapkan oleh Suparto, dkk (2000:17) bahwa pengetahuan dapat diperoleh dari relevasi dan common sense yang dapat terjadi manakala seseorang berinteraksi dengan lingkungan. Pendidikan adalah proses dimana seseorang mendapatkan ilmu dari suatu interaksi antara pengajar dan pebelajar untuk mencapai tujuan melalui metode dan cara-cara tertentu yang terencana. Melalui proses pendidikan memungkinkan terjadinya transfer pengetahuan , baik berupa ilmu pengetahuan maupun sharing pengalaman dan termasuk didalamnya upaya-upaya untuk mendapatkan pengalaman baru. 2) Faktor eksternal Faktor eksternal adalah faktor yang berada di luar tubuh manusia/individu yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Adapun faktor commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
eksternal yang dapat mempengaruhi pengetahuan individu antara lain: adat dan kebiasaan, hukum dan regulasi, media informasi, sumber informasi. Ketersediaan sumber informasi sangat mempengaruhi penerimaan informasi dan pengetahuan individu. Sumber informasi dapat berupa oarang tua, guru , teman, dan masyarakat; yang diwujudkan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Salah satu sumber informasi yang tidak kalah penting adalah petugas kesehatan dalam perannya sebagai pendidik. Petugas kesehatan berperan untuk memberikan informasi yang spesifik / khusus mengenai masalah kesehatan dan perilaku sehat yang diperlukan bagi masyarakat. Media informasi dapat mempengaruhi kedalaman pencapaian pengetahuan individu. Menurut Notoatmojo (1993:109) semakin komplek media semakin besar mampu memberikan dampak bagi pebelajar. Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu semakin jelas pula pengetahuan yang diperoleh. Sebagaimana terdapat dalam teori kerucut Edgard Dale, terdapat tingkatan-tingkatan kemampuan media dalam memberikan stimulus dan penerimaan bagi tiap individu.
5. Prosedur Pemasangan Kateter Kandung Kemih Menurut Pedoman Diagnosa dan Terapi Lab/UPF Ilmu Bedah RSUD Dr. Soetomo Surabaya,( Gardjito,1994) 1. Definisi a.
Kateter adalah pipa untuk memasukkan atau mengeluarkan cairan
b.
Kateter terutama terbuat dari bahan karet atau plastik, metal, woven silk dan silikon
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
c.
28 digilib.uns.ac.id
Kandung kemih adalah sebuah kantong yang berfungsi untuk menampung air seni yang berubah-ubah jumlahnya yang dialirkan oleh sepasang ureter dari sepasang ginjal
d.
Kateterisasi kandung kemih adalah dimasukkannya kateter melalui uretra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan air seni atau urine.
2. Tujuan a.
Untuk segera mengatasi distensi kandung kemih
b.
Untuk pengumpulan spesimen urine
c.
Untuk mengukur residu urine setelah miksi di dalam kandung kemih
d.
Untuk mengosongkan kandung kemih sebelum dan selama pembedahan
3. Prosedur 4. Sarana dan Persiapan a. Alat 1) Tromol steril berisi 2) Gass steril 3) Deppers steril 4) Handscoen 5) Cucing 6) Neirbecken 7) Pinset anatomis 8) Doek 9) Kateter steril sesuai ukuran yang dibutuhkan 10) Tempat spesimen urine jika diperlukan commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
11) Urobag 12) Perlak dan pengalasnya 13) Jarum sekali pakai 14) Selimut b. Obat 1) Akuadest 2) Bethadine 3) Alkohol 70 % c. Petugas 1) Pengetahuan dasar tentang anatomi dan fisiologi dan sterilitas mutlak dibutuhkan
dalam
rangka
tindakan
preventif
memutus
rantai
penyebaran infeksi nosokomial 2) Cukup ketrampilan dan berpengalaman untuk melakukan tindakan dimaksud 3) Usahakan jangan sampai menyinggung perrasaan penderita, melakukan tindakan harus sopan, perlahan-lahan dan berhati-hati 4) Diharapkan penderita telah menerima penjelasan yang cukup tentang prosedur dan tujuan tindakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
30 digilib.uns.ac.id
d. Penderita Penderita telah mengetahui dengan jelas segala sesuatu tentang tindakan yang akan dilakukan penderita atau keluarga diharuskan menandatangani informed consent 5. Penatalaksanaan a.
Menyiapkan penderita : untuk penderita laki-laki dengan posisi terlentang sedang wanita dengan posisi dorsal rekumbent atau posisi Sim
b.
Aturlah cahaya lampu sehingga didapatkan visualisasi yang baik
c.
Siapkan deppers dan cucing , tuangkan bethadine secukupnya
d.
Kenakan sarung tangan dan pasang duk lubang pada genetalia penderita
e.
Mengambil deppers dengan pinset dan mencelupkan pada larutan bethadine
f.
Melakukan desinfeksi sebagai berikut : 1)
Pada penderita laki-laki: Penis dipegang dan diarahkan ke atas atau hampir tegak lurus dengan tubuh untuk meluruskan uretra yang panjang dan berkelok agar kateter mudah dimasukkan. desinfeksi dimulai dari meatus termasuk glans penis dan memutar sampai pangkal, diulang sekali lagi dan dilanjutkan dengan alkohol. Pada saat melaksanakan tangan kiri memegang penis sedang tangan kanan memegang pinset dan dipertahankan tetap steril.
2)
Pada penderita wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora, desinfeksi dimulai dari atas ( klitoris ), meatus lalu kearah bawah menuju rektum. Hal ini diulang 3 kali. deppers terakhir ditinggalkan commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diantara
labia
minora
dekat
klitoris
untuk
mempertahankan
penampakan meatus uretra. g.
Lumuri kateter dengan jelly dari ujung merata sampai sepanjang 10 cm untuk penderita laki-laki dan 4 cm untuk penderita wanita. Khusus pada penderita laki-laki gunakan jelly dalam jumlah yang agak banyak agar kateter mudah masuk karena uretra berbelit-belit.
h.
Masukkan katether ke dalam meatus, bersamaan dengan itu penderita diminta untuk menarik nafas dalam. 1) Untuk penderita laki-laki : Tangan kiri memegang penis dengan posisi tegak lurus tubuh penderita sambil membuka orificium uretra externa, tangan kanan memegang kateter dan memasukkannya secara pelanpelan dan hati-hati bersamaan penderita menarik nafas dalam. Kaji kelancaran pemasukan kateter jika ada hambatan berhenti sejenak kemudian dicoba lagi. Jika masih ada tahanan kateterisasi dihentikan. Menaruh neirbecken di bawah pangkal kateter sebelum urine keluar. Masukkan kateter sampai urine keluar sedalam 5 – 7,5 cm dan selanjutnya dimasukkan lagi +/- 3 cm. 2) Untuk penderita wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora sedang tangan kanan memasukkan kateter pelan-pelan dengan disertai penderita menarik nafas dalam. kaji kelancaran pemasukan kateter, jika ada hambatan kateterisasi dihentikan. Menaruh nierbecken di bawah pangkal kateter sebelum urine keluar. Masukkan kateter sampai commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
urine keluar sedalam 18 – 23 cm dan selanjutnya dimasukkan lagi +/3 cm. i.
Mengambil spesimen urine kalau perlu
j.
Mengembangkan balon kateter dengan aquadest steril sesuai volume yang tertera pada label spesifikasi kateter yang dipakai
k.
Memfiksasi kateter : Pada penderita laki-laki kateter difiksasi dengan plester pada abdomen Pada penderita wanita kateter difiksasi dengan plester pada pangkal paha
l.
Menempatkan urobag ditempat tidur pada posisi yang lebih rendah dari kandung kemih
m. Melaporkan pelaksanaan dan hasil tertulis pada status penderita yang meliputi: 1) Hari tanggal dan jam pemasangan kateter 2) Tipe dan ukuran kateter yang digunakan 3) Jumlah, warna, bau urine dan kelainan-kelainan lain yang ditemukan 4) Nama terang dan tanda tangan pemasang
B. Penelitian Relevan
Menurut hasil dari Moreno dan Richard ( 2000 ) terhadap sekelompok siswa, diperoleh bahwa adanya prinsip pembagian perhatian dimana setiap individu yang sedang menangkap informasi dari sumber yang bersamaan akan membagi
perhatiannya
sehingga
memperoleh
hasil
yang
commit to user dibandingkan jika mereka mendapat informasi dari satu sumber saja.
kurang
baik
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penelitian dari Moreno dan Richard ( 1998 ) untuk mengetahui apakah seseorang yang mendapat informasi secara verbal lebih baik daripada menggunakan teks, menunjukkan bahwa pelajar yang mendapat informasi melalui animasi dan narasi verbal lebih baik dibandingkan mereka yang mendapat informasi melalui animasi dan teks. Hasil penelitian oleh Mousavi dkk (1995) dan Mayer (1997) menghasilkan kesimpulan bahwa penyampaian konsep keilmuan yang sulit kepada pelajar baik secara auditorik dan visual yang secara bersama-sama akan lebih efisien ( lebih mudah dan cepat ) dibandingkan jika informasi diberikan secara sendiri-sendiri. Penjelasan dari informasi penelitian ini adalah bahwa pikiran sadar manusia didukung oleh “ penguat “ (buffer) auditorik dan vial yang secara khusus menyimpan representasi simbolik yang dipelajari. Penyangga ini memungkinkan informasi
tersimpan
baik
dalam
bentuk
visual
maupun
aural
(suara)
(clark & Morison, 2002 ).
C. Kerangka penelitian
Berdasarkan teori-teori diatas, maka dapat disusun kerangka berfikir sebagai berikut : Keterampilan belajar diartikan sebagai hasil yang telah dicapai seorang yang telah mencapai sesuatu hasil kegiatan belajar. Keberhasilan belajar adalah penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan oleh setiap mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dalam bentuk nilai test angka yang diberikan commit to user setiap guru. Keberhasilan seseorang untuk belajar dipengaruhi oleh banyak hal
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
seperti intelegensi, gaya belajar, dukungan sosial dan derajat kesehatan termasuk sarana dan metode belajar, dan media pembelajaran. Seseorang dapat belajar dengan baik jika seseorang memiliki tujuan belajar, suasana hati yang mendukung, adanya hukuman dan hadiah sebagai konsekuensi belajar serta didukung oleh media pembelajaran dan metode belajar yang memadai. Untuk mewujudkan tujuan belajar, maka perlu dikembangkan media pembelajaran dan metode pengajaran yang tepat dan menarik. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistik, membangkitkan keinginan dan minat baru serta mampu membangkitkan motivasi anak untuk belaajar. Penggunaan media pembelajaran yang tepat maka akan dapat meningkatkan dan memelihara perhatian pelajar terhadap relefansi proses belajar, memberikan
kesempatan
memungkinan
berfungsinya
motivasi,
memberi
kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual dan mendorong pelajar untuk belajar. Media belajar juga meningkatkan / mengoptimalkan penggunaan indera pada saat belajar sehingga proses input informasi kedalam memori belajar menjadi lebih baik. Input informasi merangsang stimulasi kognitif menyebabkan proses belajar menjadi lebih optimal.
commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Faktor yang mempengaruhi belajar : 1. Bahan Belajar 2. Alat dan Sarana 3. Evaluasi Faktor yang mempengaruhi belajar : 1. Intelegensia 2. Gaya belajar 3. Dukungan sosial 4. Derajad kesehatan Faktor yang mempengaruhi : 1. Tujuan belajar 2. Suasana hati 3. Penghargaan dan hukuman 4. Metode belajar
Belajar dengan
Belajar dengan
Rangsangan penglihatan, dan pendengaran, lebih konkrit dan realistik
Rangsangan Penglihatan
Kompetensi belajar
Terjadi stimulasi kognitif dan pengolahan informasi Keterampil an
Keterangan : Diteliti Tidak Diteliti Gambar 3. Kerangka pemikiran
commit to user
Pengetahu an
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Hipotesis
Ada perbedaan keefektifan penggunaan media pembelajaran video dengan yang mendapatkan pembelajaran media fantom dalam meningkatkan keterampilan pemasangan kateter pada mahasiswa Prodi D III Keperawatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Metodologi dan Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan Randomised Controlled Trial (RCT). desain ini terdiri atas dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pretes untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Murti, 2010). Variabel yang diukur / diuji adalah pencapaian keterampilan . Alur pelaksanaan penelitian sebagai berikut : Klp I / Tk I A Klp 2 / Tk. I B
Perlakuan fantom Pemutaran Video
diamati / dibandingkan diamati / dibandingkan
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian di Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso. sebuah lembaga pendidikan kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Bondowoso dengan Universitas Bondowoso.dengan jumlah mahasiswa 186 orang. Lokasi kampus terletak di Jl. Khairil Anwar No.3B Bondowoso dengan dipimpin oleh Ketua Prodi. Mahasiswa terdiri atas 5 ( lima ) kelas yang terdiri dari dua kelas semester I, dua kelas semester V dan satu kelas semester III. Jumlah mahasiswa sebagai responden penelitian terdiri atas 40 mahasiswa tingkat I A dan 40 mahasiswa tingkat I B. Pembelajaran kelas dan pembelajaran laboratorium dilakukan di masing-masing kelas dan tidak dilakukan di kelas gabung. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2011 bertempat di Prodi DIII commit to user Keperawatan Universitas Bondowoso.
37
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Populasi, Sampel dan Sampling
Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa di Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso tingkat I (angkatan 2010) sejumlah 186 mahasiswa, yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas I A dan kelas I B. Keseluruhan mahasiswa tingkat I (angkatan 2010) dijadikian sebagai obyek penelitian. Obyek penelitian terdiri atas mahasiswa dalam rentang kelompok umur antara 19 sampai 23 tahun dengan kelompok umur paling banyak berusia 20 tahun sebanyak 30 orang. Obyek penelitian terdiri atas 30 mahasiswa laki-laki dan 50 mahasiswa perempuan. Sampel penelitian ditetapkan sejumlah 80 orang ditentukan dengan teknik random sampling.
commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Kerangka Penelitian
Populasi sasaran : keseluruhan mahasiswa keperawatan
Populasi sumber : mahasiswa keperawatan Universitas Bondowoso
Sampel 80 mahasiswa di bagi dua kelompok
Dilakukan pengukuran variabel dengan instrumen lembar observasi kinerja
Analisis data
Kesimpulan
Gambar 4. Kerangka penelitian
E. Variabel Penelitian
1. Variabel independen a. Pembelajaran dengan metode fantom b. Pembelaran dengan video 2. Variabel dependen Keterampilan pemasangan kateter commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
F. Definisi Operasional
1. Pembelajaran dengan metode fantom Pembelajaran dengan media fantom adalah rangkaian kegiatan belajar dimana pengajar menyampaikan materi untuk mempertunjukkan penggunakan fantom serta alat dan dan bahan lainnya untuk mempertunjukkan prosedur pemasangan selang kateter di hadapan pelajar. Pelaksanaan pengajaran dilakukan pada satu kelas (tingkat I A) pada tanggal 12 Maret 2011. 2. Pembelajaran dengan media video Adalah pembelajaran / kegiatan belajar di dalam kelas dimana pengajar menyampaikan materi dengan mempertunjukan prosedur pemasangan selang kateter dihadapan pelajar dengan menggunakan sarana video. Pelaksaan pengajaran dilaksanakan pada satu kelas (tingkat I B) pada tanggal 5 Maret 2011. 3. Keterampilan Adalah Keterampilan dalam penelitian ini adalah kapabilitas yang dimiliki oleh pelajar terkait teknik pemasangan selang kateter terutama pada aspek psikomotor. Pengukuran keterampilan dilakukan dengan menggunakan lembar obsevasi
kinerja.
Pengukuran
dilakukan
setelah
selesai
dilakukan
pembelajaran. G. Instrumen Penelitian Instrumen untuk mengukur keterampilan
pemasangan kateter,dengan
menggunakan lembar kinerja prosedur pemasangan kateter dalam bentuk cek list. commit to user Rentang nilai 0 – 100 dengan total penilaan dengan total 100.
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
H. Pengumpulan Data Pengumpulan data dengan cara membagi kelas menjadi kelompok, kelompok 1 terdiri dari 40 mahasiswa di beri pembelajaran video dan kelompok II dengan jumlah 40 mahasiswa dalam kelas yang sama di beri pembelajaran fantom. Dengan lembar kinerja bentuk lembar cek list diukur dengan menggunakan uji keterampilan setelah selesai melaksanakan uji keterampilan di lakukan penilaian sesudah pembelajaran yang digunakan untuk mengukur keterampilan
adalah
Rentang nilai 0 - 100 dengan total penilaan dengan total 100, apabila dilakukan secara menyeluruh dan benar.
I. Analisis Data Analisa data dilakukan dalam tahapan sebagai berikut : Penarikan
kesimpulan
untuk
hipotesis
tentang
perbedaan
keefektivitas
penggunaan media pembelajaran video dengan fantom dalam meningkatkan keterampilan
pemasangan kateter pada mahasiswa Prodi DIII keperawatan
Universitas Bondowoso, antara dua kelompok dilakukan dengan menggunakan uji t test perbedaan efektivitas penggunaan media pembelajaran video dan fantom dalam meningkatkan keterampilan pemasangan kateter pada mahasiswa Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi 1.
Keterampilan
a.
Keterampilan mahasiswa tingkat I A ( mendapat media fantom )
Keterampilan mahasiswa setelah pembelajaran pada kelompok tingkat I A mendapat media fantom adalah sebagai berikut : Nilai terendah
= 58
Nilai tertinggi
= 90
Rata-rata nilai
= 66.9
Standar deviasi
= 6.0
Adapun distribusi frekuensi keterampilan dapat digambarkan sebagai berikut : Tabel 4.1 Distribusi frekuensi pembelajaran media fantom. Rentang nilai
Frekuensi
58 – 63
6
64 – 69
8
70 – 75
8
76 – 81
6
82 – 87
7
88 -92
6
Total
40 commit to user
54
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Adapun distribusi data diatas dapat digambarkan dalam grafik batang sebagai berikut
Frekuensi Mahasiswa
8 7 6 5 4 3 2 1 0
58 – 63
64 – 69
70 – 75
76 – 81
82 – 87
88 -92
Nilai Keterampilan Gambar 5. Nilai Keterampilan Pemasangan Kateter Madia Fantom.
Dari hasil penelitian didapatkan nilai terbanyak pada kelompok dalam rentang skor 64 – 69 dan 70 – 75 dengan jumlah 8 orang
b. Keterampilan mahasiswa tingkat I B ( mendapat media Video) Skor Keterampilan pada kelompok yang mendapatkan media film ( Video) adalah dapat digambarkan sebagai berikut : Nilai terendah
=58
Nilai tertinggi
= 100
Rata-rata nilai
= 87.4
Standar deviasi
= 6.2
commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Adapun distribusi frekuensi Keterampilan dapat digambarkan sebagai berikut : Tabel 4.2 Distribusi frekuensi pembelajaran media video. Rentang nilai
Frekuensi
58 – 63
4
64 – 69
6
70 – 75
7
76 – 81
7
82 – 87
8
88 -100
8
Total
40
Adapun distribusi data diatas dapat digambarkan dalam grafik batang sebagai berikut
Frekuensi Mahasiswa
8 7 6 5 4 3 2 1 0
58 – 63
64 – 69
70 – 75
76 – 81
82 – 87
100 88 -92
Nilai Keterampilan Gambar 6. Nilai Keterampilan Pemasangan Kateter Madia Video.
commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari hasil penelitian didapatkan nilai motivasi terbanyak pada kelompok dalam rentang skor 82 – 87 dan 88 -100 dengan jumlah 8 orang Table 4.3 Hasil uji t tentang beda mean Keterampilan pemasangan kateter pada mahasiswa dengan metode pembelajaran video dengan fantom
Metode Pembelajaran
n
Mean
SD
t
p
Video
40
87.4
6.2
14.98
0,00
fantom
40
66.9
6.0
Gambar 7. Perbedaan mean keterampilan pemasangan kateter pada mahasiswa dengan pembelajaran video dengan fantom
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
58 digilib.uns.ac.id
Analisis Data 1. Perbedaan Keterampilan mahasiswa yang mendapat pembelajaran dengan media video dibanding fantom pada pembelajaran pemasangan Kateter Untuk menentukan perbedaan Keterampilan sebagai indikator melihat adanya perbedaan antara dua perlakuan maka perlu ditetapkan kondisi awal bahwa kedua kelompok harus setara. Kesetaraan dua kelompok ditentukan berdasarkan hasil proses pembelajaran yaitu dengan membandingkan apakah ada perbedaan nilai antara kelompok media pembelajaran tingkat IA dan tingkat I B Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji t test dengan a = 0,05 dengan P value 0,00 terdapat perbedaan signifikan antara metode pembelajaran video dan fantom.dari hasil uji t tentang nilai beda mean metode embelajaran video 87.4 dan nilai beda mean media fantom 66.9 . bermakna bahwa ada perbedaan yang signifikan metode pembelajran video dan fantom pada
mahasiswa DIII
Keperawatan pada kelompok kelas I A dan I B setelah diberi media pembelajaran fantom dan video. Kesimpulan penelitian ini adalah metode pembelajaran video lebih efektif dibanding metode pembelajaran fantom dalam meningkatkan Keterampilan pemasangan kateter pada mahasiswa DIII keperawatan. penelitian ini media pembelajaran video lebih tepat diberikan apabila tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas). Pengujian perbedaan prestasi antara kelompok tingkat I A dan tingkat IB setelah pembelajaran dilakukan dengan menggunakan uji t test dengan a = 0,05 didapatkan dengan signifikasi 0,00 dengan demikian keputusan yaitu bermakna commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bahwa terdapat perbedaan yang signiifikan antara pengetahuan mahasiswa pada kelompok I A dan kelompok I B 2. Perbedaan keterampilan mahasiswa yang mendapat pembelajaran dengan media video dibanding phantom pada pembelajaran pemasangan Kateter Pengujian
perbedaan
antara
Keterampilan
mahasiswa
yang
mendapat
pembelajaran dengan media video disbanding fantom yang pembelajaran pemasangan Katerer dilakukan dengan membandingkan nilai hasil kuesioner atnara dua kelompok, dengan menggunakan uji t tes
didapatkan dengan
signifikasi 0,00. nilai . keputusan hipotesis nol ditolak yaitu bermakna bahwa ada perbedaan yang signifikan antara prestasi mahasiswa pada kelompok kelas I A dan kelas I B.
B. Pembahasan 1. Perbedaan Keterampilan mahasiswa yang mendapat pembelajaran dengan media video dibanding fantom pada pembelajaran pemasangan Kateter Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara Keterampilan mahasiswa yang mendapat media video dibanding dengan media fantom dimana kelompok yang mendapat media video memiliki Keterampilan lebih baik dibandingkan mereka yang mendapatkan media fantom. Media pembelajaran video lebih efektif dibandingkan dengan media pembelajaran fantom untuk meningkatkan Keterampilan pemasangan kateter pada mahasiswa DIII keperawatan. commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Media pembelajaran video lebih tepat diberikan apabila tujuan pembelajaran bersifat motorik ( gerak dan aktivitas) Prestasi akademis dalam sebuah pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh kemampuan kognitif,
namun juga melibatkan kecerdasan afektif serta
psikomotorik yang dimiliki seorang pebelajar. Amin dan Eng ( 2003) menyatakan bahwa adanya pengaturan pengetahuan yang lebih baik, akan mendorong seorang pebelajar untuk dapat melakukan tindak psikomotoris secara lebih baik sebagai respon atas tugas yang sedang dihadapi atau aktivitas yang harus diselesaikan. Reid dan Shah (2007) menyatakan bahwa dalam setiap pembelajaran laboratorium, yang menjadi bekal utama bagi seluruh pebelajar pada Program Studi vokasional seperti Akademi Keperawatan, mahasiswa harus mampu mengilutrasikan ide dan konsep ke dalam sebuah percobaan empiris. Soekidjo notoatmodjo ( 1997 : 127 ) mengungkapkan bahwa pengetahuan adalah hasil tahu dari seseorang setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap sesuatu. Hakekat belajar adalah upaya dan mengolah bahan pelajaran (Dimyati dan Mudjiono (1999 : 295 ). Gagne menyatakan bahwa hasil dari belajar adalah kapabilitas, artinya terjadi peningkatan kemampuan individu sebagai hasil dari belajar kemampuan ini disebabkan adanya stimulasi dari lingkungan dan adanya proses kognitif dari pebelajar. Dari pemahaman ini maka pada kelompok mahasiswa yang telah mendapat media pembelajaran video mendapatkan nilai Keterampilan yang relatif baik dibandingkan dengan kelompok yang mendapat media pemebelajaran fantomt. Mengacu pada teori kognitif tentang multimedia, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
61 digilib.uns.ac.id
didapatkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan video dan fantom akan menyebabkan stimulasi pada memori sensorik ( visual dan aural ) secara bersama sama sehingga meningkatkan retensi informasi kedalam memori jangka panjang. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian dari samual mousavi dkk serta penelitian dari Richard E. mayer yang menghasilkan kesimpulan bahwa penyampaian konsep keilmuan yang sulit kepada pebelajar baik secara auditorik dan visual secara bersama-sama akan lebih efisien ( lebih mudah dan cepat ) dibandingkan dengan jika informasi diberikan secara sendiri-sendiri. Penjelasan dari penelitian ini adalah bahwa pikiran sadar manusia didukung oleh penguat auditorik dan visual yang secara khusus menyimpan representasi simbolik dari informasi yang dipelajari. Penyangga ini memungkinkan informasi tersimpan baik dalam bentuk visual maupun aural ( suara ). Teori kognitif yang mendukung penggunaan media pembelajaran yaitu teori masukan kognitif yang mengasumsikan bahwa (a) memori yang bekerja pada seseorang meliputi memori auditorik dan visual yang masing bekerja sendiri (b) setiap memori kerja memiliki kapasitas yang terbatas (c) manusia memiliki system yang terpisah untuk merepresentasikan informasi verbal dan non verbal (d) pembelajaran yang bermakna terjadi manakala pebelajar memilih informasi yang relevan dan mengelompokkan dalam suatu simpanan ingatan dalam bentuk koheren dan membuat hubungan antara ingatan yang tersimpan. Penelitian dari Moreno dan Richard untuk mengetahui apakah seseorang yang mendapat informasi secara verbal lebih baik daripada menggunakan teks menunjukkan bahwa pelajar yangcommit mendapat informasi melalui animasi dan narasi to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
verbal lebih baik dibandingkan mereka yang mendapat informasi melalui animasi dan teks Hasil penelitian oleh samual mousavi dkk pada tahun 1995 dan Richard E mayer tahun 1997 menghasilkan kesimpulan bahwa penyampaian konsep keilmuan yang sulit kepada pelajar baik secara auditorik dan visual secara bersama sama akan lebih efisien dibandingkan dengan jika informasi diberikan secara sendiri. Penjelasan dari penelitian ini adalah bahwa pikiran sadar manusia didukung oleh penguat auditorik dan visual yang secara khusus menyimpan representasi
simbolik
dari
informasi
yang
dipelajari.
Penyangga
ini
memungkinkan informasi tersimpan baik dalam bentuk visual maupun aural ( clark dan morison, 2002 ) 2. Perbedaan Keterampilan mahasiswa yang mendapat pembelajaran dengan media video dibandingkan fantom pada pembelajaran pemasangan kateter Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kedua kelompok ada perbedaan Keterampilan yang bermakna Djamarah dan Zain mengungkapkan bahwa alat bantu mampu memberikan umpan balik serta penggunaan alat bantu yang akseptabel dapat membuat pebelajar lebih bergairah dalam belajar . penggunaan media yang tepat diharapkan dapat meningkatkan perhatian pebelajar terhadap relevansi proses belajar. Meningkatkan katrampilan dan membentuk sikap positif terahdap guru dan sekolah serta memberi kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual serta mendorong individual untuk belajar Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara Keterampilan mahasiswa yang mendapat pembelajaran dengan media video dan yang mendapatkan fantom. Hal ini dimungkinkan karena pada keduanya commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
melibatkan pengetahuan dan membantu proses belajar. Namun secara teknis penggunaan video lebih praktis dan dapat direproduksi serta relative lebih murah dan dapat didistribusikan kepada seluruh siswa atau orang lain sehingga lebih baik dan media pembelajaran video memiliki kemampuan menyampaikan pesan lebih lengkap rumit dan realistis (Basuki dan Farida, 2001). Program dapat diputar berulang, program sajian yang rumit dan berbahaya dapat direkam sebelumnya (Arsyad, 2007). 3. Keterbatasan penelitian Setelah memperhatikan desain dan teknis penelitian peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini banyak keterbatasan antara lain : 1.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya menggunakan satu lembaga pendidikan dan dilakukan hanya pada satu jenis mata kuliah sehingga hasilnya kurang dapat digeneralisasikan secara mutlak
2. Keterbatasan waktu penelitian menyebabkan penelitian hanya dapat dilakukan untuk mengevaluasi satu sub pembelajaran dan tidak dapat menggambarkan secara umum dampak luas 3. Kedua media belajar yang diterapkan merupakan pembelajaran visual yang tidak
memberikan
kesempatan
mahasiswa
mencoba
sendiri
teknik
pemasangan katerer. Kondisi ini memungkinkan memberikan efek yang berbeda dibandingkan dengan teknis demonstrasi pada umumnya. Dimana pada teknik demontrasi yang sesungguhnya dimungkinkan adanya uji coba langsung oleh mahasiswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP
A.Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan: Keterampilan mahasiswa pada pembelajaran pemasangan kateter di DIII keperawatan yang mendapatkan pembelajaran dengan video (VCD) lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran menggunakan media fantom B.Implikasi 1.) Kepada Pendidik Diharapkan
dapat
berinovasi
dan
mengembangkan
diri
dalam
menciptakan media pembelajaran serta mengembangkan teknik lain diluar pemakaian media untuk mempertahankan atau meningkatkan Keterampilan mahasiswa 2.) Kepada Institusi Penyelenggara Pendidikan Diharapkan pendidikan dapat memberikan fasilitas bagi pengembangan dan pengadaan media belajar video untuk meningkatkan Keterampilan belajar peserta didik 3.) Kepada Mahasiswa / Masyarakat Diharapkan dapat mengoptimalkan penggunaan media belajar utamanya video sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan commit to user
64
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Saran 1.) Diharapkan agar pendidikan dapat mengembangkan media video yang memadai demi keefektifan proses belajar 2.) Diharapkan ada penelitian lebih lanjut tentang perbedaan pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran video dengan fantom terhadap Keterampilan pemasangan kateter pada mahasiswa dalam pembelajaran untuk bidang kajian mata kuliah/pelajaran lain dan atau dengan jumlah sampel yang lebih luas sehingga memperkuat/dapat memperkaya khasanah justifikasi hasil,dan pada akhirnya dapat digunakan untuk melakukan generalisasi. 3.) Diharapkan dapat dilakukan penelitian dengan rentang waktu yang relatif panjang sehingga dapat menilai pengaruh/efek jangka panjang media terhadap Keterampilan. 4.) Untuk meneliti pencapaian prestasi Keterampilan laboratorium para pebelajar,perlu dilakukan penilaian Keterampilan laboratorium secara menyeluruh dengan menguji lebih dari satu kompeten
commit to user