PERBEDAAN KEBUGARAN LANSIA SEBELUM DAN SESUDAH DI LAKUKAN SENAM LANSIA DI DESA LEYANGAN KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG Oleh Sus Handayani
ABSTRAK Keberadaan usia lanjut ini membutuhkan upaya pemeliharaan serta peningkatan kualitas hidup, lansia mengalami penurunan kebugaran dikarenakan oleh berkurangnya jumlah sel-sel yang ada di dalam tubuh. Salah satu cara untuk mengatasi kebugaran jasmani lansia dengan latihan fisik/olah raga, seperti senam lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan kebugaran lansia sebelum dan sesudah di lakukan senam lansia di Desa Leyangan Kec. Ungaran Timur Kab. Semarang. Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimental dengan rancangan pre dan post test group design. Populasi penelitian ini adalah lansia yang mengalami penurunan kebugaran di Desa Leyangan dengan sampel 15 responden. dan teknik sampling accidental sampling. Pengukuran kebugaran jasmani dan kardiorespirasi yang meliputi pernafasan, denyut nadi dan tekanan darah menggunakan uji jalan 6 menit. Analisis data menggunakan distribusi frekuensi. dan wilcoxon rank test. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan kebugaran lansia sebelum dan sesudah di lakukakan senam lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang tahun 2013, dengan p-value 0,000 (α = 0,05). Senam lansia dapat di gunakan sebagai alternatif intervensi untuk menigkatkan kebugaran jasmani lansia.
Perbedaan Kebugaran Lansia Sebelum dan Sesudah di Lakukan Senam Lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2000 di proyeksikan sebesar 7,28% dan pada tahun 2020 menjadi sekitar 11,34% bahkan data biro sensus Amerika serikat memperkirakan indonesia akan mengalami pertambahan warga lanjut usia terbesar di seluruh dunia pada tahun 1990-2025 yaitu sebesar 414%. Proyeksi penduduk oleh biro pusat statistic tahun 20052010 jumlah lansia akan sama dengan jumlah anak balita, yaitu sekitar 19 juta jiwa atau 8,5% dari seluruh jumlah penduduk, upaya yang telah di lakukan oleh pemerintah dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya kesehatan yaitu, peningkatan/promotion, diagnosis dini dan pengobatan/early diagnosis and prompt treatment, pembatasan kecacatan/ dissability limitation, serta pemulihan /rehabilation. Peningkatan proporsi jumlah lansia tersebut perlu mendapatkan perhatian karena kelompok lansia merupakan kelompok beresiko tinggi yang mengalami berbagai masalah kesehatan khususnya penyakit degeratif (Depkes RI, 2007). Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat proses alamiah yaitu proses menua (ageing process) dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis, maupun sosial yang saling beriteraksi (Nugroho, 2000). Pertumbuhan manusia menuju lanjut usia merupakan bagian dari tahap pertumbuhan hidup manusia yang tidak bisa dihindari. Sehat meski memasuki usia senja adalah harapan semua orang. Berbagai upaya pun dilakukan untuk menjaga tubuh tetap sehat dan terhindar dari sakit-sakitan. Lansia merupakan seseorang individu laki-laki maupun perempuan yang berumur antara 60-69 tahun (Nugroho, 2007). Melihat kondisi yang demikian sudah seharusnya bukan hanya tenaga kesehatan saja yang menjadi penanggung jawab kesehatan, tetapi kesehatan merupakan tanggung jawab semua masyarakat. Siapapun masyarakat tersebut secara individual atau berkelompok mempunyai tanggung jawab yang sama besarnya dengan tenaga kesehatan terhadap upaya menciptakan terwujudnya kesehatan masyarakat itu sendiri. Sesuai dengan paradigma baru kesehatan masyarakat ialah
berorientasi pada promotif, preventif dan rehabilitatif terutama pada upaya peningkatan kesehatan pada lansia (Iqbal, 2007). Secara umum, yang dimaksud kebugaran adalah kebugaran fisik (physical fitness), yakni kemampuan seseorang melakukan kerja seharihari secara efisien tanpa timbul kelelahan yang berlebihan sehingga masih dapat menikmati waktu luangnya (Irianto, 2004). Olah raga adalah bentuk latihan fisik yang memberikan pengaruh baik (positif) terhadap tingkat kemampuan fisik seseorang, bila dilakukan secara baik dan benar (Depkes RI, 2001). Aktivitas olahraga akan membantu tubuh tetap bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal, dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh, dengan perkataan lain mempunyai kesegaran jasmani yang baik bila jantung dan peredaran darah baik sehingga tubuh seluruhnya dapat menjalankan fungsinya dalam waktu yang cukup lama. (Sumosardjuno, 1998). Jenis olah raga bagi lansia untuk mencapai kebugaran yang paling tepat adalah latihan senam yang disertai latihanlatihan kekuatan ditambah gerakan perimbangan dan peregangan (Pusdiknakes, 2004). Latihan senam akan meningkatkan efisien paru- paru dan kerja jantung, aktivitas bermamfaat untuk meningkatkan dan mempertahankan komponen kebugaran dasar meliputi katahanan kardiorespiratori (jantung paru- peredaran darah) lemak tubuh kekuatan otot dan kelenturan sendi (Giam & Teh, 1993) Keuntungan melakukan olahraga senam meliputi lima segi dari kesehatan fisik yaitu kesehatan jantung, kesehatan otot, daya tahan otot, kelenturan dan komposisi tubuh (Brick, 2001). Olahraga bertujuan untuk kebugaran harus memenuhi prinsip dasar yaitu frekuensi, intensitas, dan durasi (Irianto, 2004). Tipe olahraga adalah yang melibatkan gerak otot-otot besar pada panggul dan kaki secara ritmis atau melibatkan tungkai dan tangan, serta pinggang, punggung dan perut, sehingga dapat memacu sistem kardiorespirasi (Brick, 2001). Saat memasuki usia lanjut, fungsi-fungsi tubuh tidak dapat lagi berfungsi dengan baik, maka lansia membutuhkan banyak bantuan dalam menjalani aktivitas-aktivitas kehidupannya. Belum lagi berbagai penyakit degenerative yang menyertai keadaan lansia
Perbedaan Kebugaran Lansia Sebelum dan Sesudah di Lakukan Senam Lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
2
membuat mereka memerlukan perhatian ekstra dari orang-orang di sekelilingnya, dengan melakukan olah raga seperti senam lansia dapat mencegah atau melambatkan kehilangan fungsional tersebut (Darmojo, 2004). Senam lansia termasuk senam aerobic low impact (menghindari gerakan loncat-loncat), intensitas ringan sampai sedang, bersifat menyeluruh dengan gerakan yang melibatkan sebagian besar otot tubuh, serasi sesuai gerak sehari-hari dan mengandung gerakan-gerakan melawan beban badan dengan pemberian beban antara bagian kanan dan kiri secara seimbang dan berimbang. Manfaat gerakan-gerakan dalam senam bugar lansia yang diterapkan dapat meningkatkan komponen kebugaran kardiorespirasi, kekuatan dan ketahanan otot, kelenturan dan komposisi badan seimbang. (Suhardo, 2001). Kemungkinan ketergantungan fungsional pada lansia inaktif akan meningkat sebanyak 40%-60% dibanding lansia yang bugar dan aktif secara fisik, oleh karena itu lansia perlu untuk melakukan senam agar dapat meningkatkan kondisi fisik lansia dan dapat mengurangi ketergantungan fungsional (Darmojo, 2004). Namun demikian kebugaran lansia ini juga dipengaruhi oleh usia serta jenis kelaminnya. Seorang lansia dengan usia yang semakin senja akan banyak terjadi penyakit kronik degeneratif secar progresif. Penyakit-penyakit ini meliputi penyakit akibat aterosklerosis, berbagai penyakit otoimun dan keganasan, termasuk diantaranya adalah diabetes tak tergantung insulin, artritis rematoid dan osteoartritis, serta penyakit paru obstruktif menahun. Penyakitpenyakit tersebut sangat berhubungan dengan proses degeneratif yang selalu terjadi dengan bertambahnya usia sehingga akan berpengaruh terhadpa kebugaran seorang lansia (Darmojo, 2009). Berdasar hasil studi pendahuluan yang di lakukan oleh peneliti pada tanggal 17 Juni 2013, bahwa di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang terdapat 375 lansia. Sebagian besar lansia lain banyak yang sering mengeluh pegal-pegal. Kebanyakan dari beberapa lansia mengatakan bahwa keluhan yang mereka derita ini berhubungan dengan proses usia yang semakin lanjut. Ada juga lansia yang mengatakan bahwa mereka merasa mudah lelah dan lesu yang salah satunya disebabkan
aktivitas yang dilakukan berlebihan pada hari sebelumnya. Dari hasil wawancara dengan para lansia, melibatkan 5 orang yang mengalami penurunan kebugaran. Selama ini usaha yang mereka lakukan untuk mengatasi penurunan kebugaran adalah melakukan olah raga jalan pagi, istirahat yang cukup dan makan makanan bergizi. Peneliti melakukan wawancara kebugaran terhadap 5 orang tersebut, ternyata 3 dari 5 orang masih mempunyai masalah dengan kebugaran. Jadi usaha yang mereka lakukan belum begitu efektif untuk meningkatkan kebugaran. Peneliti juga menanyakan tentang senam lansia untuk meningkatkan kebugaran kepada 5 orang tersebut. Hasilnya dari 5 orang tersebut ada yang mengetahui senam lansia akan tetapi semuanya belum pernah mendapatkan senam lansia, meskipun seorang di antara mereka mengatur pola tidur dan hasilnya belum begitu efektif untuk meningkatkan kebugaran mereka. Posyandu lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang.berjalan cukup baik, namun tidak mengadakan senam lansia karena tidak ada instruktur yang dapat membimbing. Berdasarkan fenomena tersebut di atas peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang perbedaan kebugaran lansia sebelum dan sesudah dilakukan senam lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat dirumuskan masalah penelitian adalah apakah ada perbedaan kebugaran lansia sebelum dan sesudah di lakukan senam lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang?. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetauhi perbedaan kebugaran lansia sebelum dan sesudah di lakukan senam lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang.
Perbedaan Kebugaran Lansia Sebelum dan Sesudah di Lakukan Senam Lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
3
2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui gambaran kebugaran lansia dan kardiorespiratori, yang meliputi pernafasan, denyut nadi dan tekanan darah sebelum di lakukan senam lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. b. Untuk mengetahui gambaran kebugaran lansia dan kardiorespiratori yang meliputi perbafasan, denyut nadi dan tekanan darah sesudah di lakukan senam lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. c. Untuk mengetahui perbedaan kebugaran lansia dan kardiorespiratori yang meliputi pernafasan,denyut nadi dan tekanan darah darah sebelum dan sesudah di lakukan senam lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Manfaat Penelitian 1. Bagi Lansia dan Keluarga Penelitian ini di harapkan bisa dijadikan panduan bagi lansia dan keluarga dalam melakukan perawatan kebugaran kardiorespiratori, denyut nadi dan peredaran darah pada lansia. 2. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman tentang pengkajian kebugaran respiratori, denyut nadi dan peredaran darah pada lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. 3. Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat dipergunakan secara maksimal untuk mengembangkan cara meningkatkan kebugaran respiratori, denyut nadi dan peredaran darah pada lansia. 4. Tenaga Kesehatan Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai panduan bagi tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan kebugaran respiratori, denyut nadi dan peredaran darah pada lansia.
TINJAUAN PUSTAKA Lansia 1. Pengertian Menurut UU. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia pasal I ayat 2 lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Nugroho, 2000). Lansia merupakan periode menutup dalam rentang hidup seseorang atau suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang menyenangkan dalam waktu yang penuh dengan manfaat (Hurlock, 1994). Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas yang mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (Suardiman, 2004). Kebugaran 1. Pengertian Secara umum, yang dimaksud kebugaran adalah kebugaran fisik (physical fitness), yakni kemampuan seseorang melakukan kerja sehari-hari secara efisien tanpa timbul kelelahan yang berlebihan sehingga masih dapat menikmati waktu luangnya (Irianto, 2004). Kebugaran atau kesegaran jasmani pada lansia adalah: kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan yaitu kebugaran jantung dan paru, kebugaran peredaran darah kekuatan otot dan kelenturan sendi (Maryam 2011). Olah raga adalah bentuk latihan fisik yang memberikan pengaruh baik (positif) terhadap tingkat kemampuan fisik seseorang, bila dilakukan secara baik dan benar (Depkes RI, 2001). Kebugaran adalah serangkaian karakteristik fisik yang dimiliki atau dicapai seseorang yang berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik (Haskell and Kiernan, 2000). Adapun 'seseorang yang bugar' dalam Sports and Recreational Activities, diartikan sebagai orang yang mampu menjalankan kehidupan sehari-hari tanpa melampaui batas daya tahan stres pada tubuh dan memiliki tubuh yang sehat serta tidak berisiko mengalami penyakit yang disebabkan rendahnya tingkat
Perbedaan Kebugaran Lansia Sebelum dan Sesudah di Lakukan Senam Lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
4
kebugaran atau kurangnya aktivitas fisik (Mood, etal, 2003). 2. Komponen-Komponen Kebugaran Komponen-komponen yang berhubungan dengan kesehatan: a. Daya tahan ditunjukkan dengan VO2 maksimal akan menurun dengan lanjutnya usia, dimana penurunan akan 2 x lebih cepat pada orang inaktif atau sedenter dibanding atlit. Kebugaran ini menurun sebagian karena penurunan massa otot skeletal, sedangkan sebagian lagi akibat penurunan laju jantung maksimal, penurunan isi jantung sekuncup maksimal dan penurunan oksigen yang dapat di ekstrasi oleh otototot yang terlatih. Latihan daya tahan atau kebugaran yang cukup keras akan meningkatkan kekuatan yang didapat dari latihan bertahanan. Hasil akibat latihan kebugaran tersebut bersifat khas untuk latihan yang dijalankan (training specific), sehingga latihan kebugaran akan menigkatkan kekuatan berjalan lebih dibanding dengan latihan bertahan. 1) Daya tahan paru-jantung, yakni kemampuan paru-jantung mensuplai oksigen untuk kerja otot dalam jangka waktu lama. 2) Daya tahan kardiorespirasi, adalah kemampuan dari jantung, paru-paru, pembuluh darah, untuk melakukan latihan-latihan yang keras dalam jangka waktu lama, seperti jalan cepat, jogging, senam . Daya tahan kardiorespirasi merupakan komponen yang terpenting dari kebugaran fisik. 3) Daya tahan otot, kemampuan dari otot-otot kerangka badan untuk menggunakan kekuatan (tidak perlu maksimal), dalam jangka waktu tertentu. Kekuatan, keahlian, penampilan, kecepatan bergerak dan tenaga sangat erat kaitannya dengan unsur ini. b. Kekuatan otot, kemampuan otot melawan beban dalam satu usaha. Otototot yang kuat dapat melindungi persendian yang dikelilingi dan
c.
d.
e. f.
g.
h.
mengurangi kemungkinan terjadinya cedera karena aktivitas fisik. Kelenturan otot, daerah gerak otot-otot dan persendian tubuh. Kelenturan sangat erat hubungannya dengan kemampuan otot-otot kerangka tubuh secara alamiah dan yang telah dimantapkan kondisinya diregang melampaui panjangnya normal waktu istirahat. Pembatasan atas ligkup gerak sendi (ROM) banyak terjadi pada usia lanjut, yang sering sebagai akibat kekauan otot dan tendon dibanding sebagai akibat kontraktur sendi. Komposisi tubuh, perbandingan berat tubuh berupa lemak dengan berat tubuh tanpa lemak (otot, tulang, tulang rawan, organ-organ vital) yang dinyatakan dalam persentase lemak tubuh. Kelentukan, kemampuan persendian bergerak secara leluasa. Self efficacy (= keberdayagunaanmandiri) adalah suatu istilah untuk menggambarkan rasa percaya atas keamanan dalam melakukan aktivitas. Dengan keberdayagunaan mandiri ini seorang lansia mempunyai keberanian dalam melakukan aktivitas atau olahraga. Keuntungan fungsional atas latihan bertahan (resistence training) berhubungan dengan hasil yang didapat atas jenis latihan bertahanan, antara lain yang mengenai kecepatan gerak sendi, luas lingkup gerak sendi (range of motion) dan jenis kekuatan yang dihasilkannya (pemendekan atau pemanjangan otot). Keseimbangan, merupakan penyebab utama yang sering mengakibatkan seorang lansia mudah jatuh. Keseimbangan merupakan tanggapan motorik dan kekuatan otot. Keseimbangan juga bisa dianggap sebagai penampilan yang tergantung atas aktivitas atau latihan yang terus menerus dilakukan. Penelitian menunjukkan bahwa keseimbangan menurun dengan lanjutnya usia, yang bukan hanya sebagai akibat menurunnya kekuatan otot atau akibat yang diderita.
Perbedaan Kebugaran Lansia Sebelum dan Sesudah di Lakukan Senam Lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
5
3. Fungsi Kebugaran Aktivitas kehiduapan sehari-hari di dukung oleh kardio-respirasi yang baik, kekuatan otot, ketahanan otot, kelenturan otot dan komposisi badan seimbang (Suhardo, 2001). Selain itu aktiviatas kehidupan sehari-hari didukung oleh status mental yang normal tidak terjadi perubahan patologis yang signifikan dalam otak pada lansia berupa dimensia (Brick, 2001). 4. Alat ukur kebugaran Beberapa modalitas latih telah di gunakan secara objektif untuk mengevaluasi kapasitas fungsional. Beberapa di antaranya memberikan hasil yang lengkap pada performa aktivitas fisik dengan menggunakan teknologi yang tinggi dan mahal, sedangkan yang lain memberikan hasil yang mendasar dengan menggunakan teknologi yang sederhana dan mudah di lakukan. Uji klinis yang banyak di gunakan untuk menilai kapasitas fungsional tubuh melalui aktivitas fisik meliputi uji naik tangga, uji jalan enam menit, shuttle walk test, cardiac stress test (seperti metode bruce atau Naughton ) dan cardiopulmonary exercise test. Tahun 1960, Balke mengembangkan suatu uji sederhana untuk mengevaluasi kapasitas fungsional dengan mengukur jarak tempuh yang telah di capai setelah berjalan selama selang waktu tertentu. Waktu 12 menit kemudian di kembangkan untuk mengevaluasi tingkat kebugaran fisik pada orang sehat, dan telah digunakan untuk menilai disabilitas penderita bronkitis kronik. Namun demikian Butland dan kawan-kawan (1982) mendapatkan bahwa jalan 12 menit sangat melelahkan penderita-penderita dengan penderita saluran napas sehingga jalan enam menit kemudian di temukan lebih baik dari jalan 12 menit. Penelitian-penelitian terdahulu menyatakan bahwa uji jalan enam menit merupakan uji fungsional yang telah di uji keandalan dan kesahihannya dalam mengukur toleransi latihan dan ketahanan. Menurut American Thoracic Society (2002). Enam menit berjalan kaki adalah menguji toleransi latihan pada penyakit pernafasan kronis dan gagal jantung. Uji jalan enam menit juga telah di gunakan untuk mendeteksi perubahan setelah intervensi untuk
meningkatkan toleransi latihan untuk orang dewasa tua yang sehat, tes ini telah di kembangkan Oleh Balke (1963). Yang di gunakan sebagai ukuran kinerja berbasis kapasitas latihan fingsional dalam populasi lain termasuk orang dewasa tua sehat, orang yang menjalani atroplasti lutut atau pinggul. Fibromyalgia dan skleroderma. Pengukuran kapasitas aerobik fungsional atau kebugaran umum dapat menggunakan uji jalan 6 menit. 6 menit berjalan kaki jarak pada dewasa sehat telah di laporkan berkisar dari 400 meter ke 700 meter, sedangkan pada dewasa tua rata-rata berjarak 50 meter. Senam Lansia 1. Pengertian Menurut Widianti & Atikah (2010) senam Lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur, terarah serta terencana dalam bentuk latihan fisik yang berpengaruh terhadap latihan fisik lansia. 2. Manfaat Senam Lansia Semua jenis senam dan aktivitas olahraga ringan tersebut, sangat bermanfaat untuk menghambat proses degeneratif atau proses penuaan. Senam ini sangat dianjurkan untuk mereka yang memasuki usia pra lansia (45 tahun) dan usia lansia (65 tahun ke atas). Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi organ tubuh juga dapat berpengaruh dalam peningkatan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur. Tingkat kebugaran dievaluasi dengan cara mengawasi kecepatan denyup jantung waktu istirahat, yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu istirahat. Penelitian menyebutkan bahwa agar tubuh menjadi lebih bugar, maka kecepatan denyut jantung sewaktu istirahat harus menurun. Efek minimal yang dapat diperoleh dengan mengikuti senam lansia adalah bahwa lansia merasa senantiasa berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, dan pikiran tetap segar (Anggriyana & Proverawati, 2010). 3. Tahap Senam Lansia Menurut Depkes (2004), latihan di lakukan secara bertahap. Pada awal latihan setiap gerakan di lakukan sampai 2-3 kali.
Perbedaan Kebugaran Lansia Sebelum dan Sesudah di Lakukan Senam Lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
6
Bila sudah lancar dapat di tingkatkan menjadi 8-10 kali untuk setiap gerakan. a. Latihan Kepala dan Leher 1) Putar kepala ke samping kiri, ke mudian ke kanan, sambil melihat ke bahu 2) Miringkan kepala ke bahu sebelah kanan, lalu ke kiri b. Latihan Bahu dan Lengan 1) Angkat kedua bahu ke atas mendekati telinga, kemudian turunkan kembali perlahan-lahan. 2) Tepukkan kedua telapak tangan dan regangkan lengan ke depan setinggi bahu. Pertahankan bahu tetap lurus dan kedua bertepuk kemudian angkat lengan di atas kepala. 3) Dengan satu tangan menyentuh bagian belakang dan leher, raihlah punggung sejauh mungkin yang dapat di capai. 4) Letakkan tangan di pinggang, kemudian coba raih ke atas sedapatnya. c. Latihan Tangan 1) Letakkan telapak tangan tertungkup di atas meja. Lebarkan jari-jari dan tekan ke meja. 2) Balikkan telapak tangan. Tarik ibu jari sampai menyentuh jari kelingking, kemudian tarik kembali. Lanjutkan dengan menyentuh tiaptiap jari. 3) Kepalkan tangan sekuatnya kemudian regangkan jari-jari se lurus mungkin. d. Latihan Punggung 1) Dengan tangan di samping, bengkokkan badan ke satu sisi, kemudian ke sisi lain. 2) Letakkan tangan di pinggang dan tahan kedua kaki, putar tubuh dengan melihat bahu ke kiri lalu ke kanan 3) Posisi tidur terlentang dengan lutut di lipat dan telapak kaki datar pada tempat tidur. Regangkan kedua lengan kesamping. Tahan bahu pada tempatnya dan jatuhkan kedua lutut kesamping kiri dan kanan.
4) Tepukkan kedua tangan ke belakang kemudian regangkan kedua bahu ke belakang e. Latihan pada Paha dan Kaki 1) Latihan ini dapat di lakukan dengan berdiri tegak atau dengan posisi tidur. Lipat satu lutut sampai dada, lalu kembali lagi. Kerjakan satu per satu. 2) Regangkan kaki ke samping sejauh mungkin kembali lagi. Kerjakan satu per satu 3) Duduklah dengan kaki satu lurus ke depan. Usahakan lutut tidak bengkok. 4) Pertahankan kaki tetap lurus tanpa membengkokkan lutut, kemudian tarik/tegangkan telapak kaki kearah badan dan kemudian lepaskan kembali. 5) Tekuk dan regangkan jari-jari kaki tanpa menggerakkan membengkokkan lutut. 6) Pertahankan lutut tetap lurus, putar telapak kaki ke dalam sehingga permukaannya saling bertemu, kemudian kembali ke posisi semula f. Latihan Muka 1) Kerutkan muka sedapatnya, kemudian tarik alis mata ke atas 2) Tutup kedua mata kuat-kuat, kemudian buka lebar-lebar 3) Kembungkan pipi semampunya, kemudian hisap ke dalam 4) Tarik bibir ke belakang sedapatnya, kemudian ciutkan dan bersiul. 4. Gerakan Senam Lansia Sumintarsih (2006), tahapan latihan kebugaran jasmani adalah rangkaian proses dalam setiap latihan, meliputi pemanasan, kondisioning (inti), dan penenangan (pendinginan). a. Pemanasan Pemanasan dilakukan sebelum latihan. Pemanasan bertujuan menyiapkan fungsi organ tubuh agar mampu menerima pembebanan yang lebih berat pada saat latihan sebenarnya. Penanda bahwa tubuh siap menerima pembebanan antara lain detak jantung telah mencapai 60% detak jantung
Perbedaan Kebugaran Lansia Sebelum dan Sesudah di Lakukan Senam Lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
7
maksimal, suhu tubuh naik 1ºC - 2ºC dan badan berkeringat. Pemanasan yang dilakukan dengan benar akan mengurangi cidera atau kelelahan. b. Kondisioning Setelah pemansan cukup dilanjutkan tahap kondisioning atau gerakan inti yakni melakukan berbagai rangkaian gerak dengan model latihan yang sesuai dengan tujuan program latihan. 3. Penenangan Penenangan merupakan periode yang sangat penting dan esensial. Tahap ini bertujuan mengembalikan kodisi tubuh seperti sebelum berlatih dengan melakukan serangkaian gerakan berupa stretching. Tahapan ini ditandai dengan menurunnya frekuensi detak jantung, menurunnya suhu tubuh dan semakin berkurangnya keringat. Tahap ini juga bertujuan mengembalikan darah ke jantung untuk reoksigenasi sehingga mencegah genangan darah diotot kaki dan tangan. Hubungan Senam lansia dengan Tingkat Kebugaran pada Lansia Semua proses kehidupan diawali dengan kelahiran, proses pertumbuhan menuju dewasa sampai akhirnya mengalami penuaan, fungsi tubuh membentuk dan menjadi tidak efisien, kemudian mulai timbul masalah seperti terganggunya penglihatan dan berkurangnya pendengaran (Samhuri, et al., 2005). Kondisi ini diperparah oleh tidak adanya waktu, tempat, dan kesempatan bagi lansia dalam melakukan aktivitas untuk mengisi sisa hidupnya, sehingga lansia menjadi kehilangan self efficacy. Latihan atau exercise sangat penting untuk menghindari perubahan yang tiba-tiba dan gaya hidup aktif kegaya hidup sederhana. Kaum lansia akan mengalami stress karena perubahan secara drastis dan kesedihan, serta kehinaan dari akibat perubahan pola hidup tersebut. (Darmojo, et al., 1999). Kebugaran adalah serangkaian karakteristik fisik yang dimiliki atau dicapai seseorang yang berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik (Haskell and Kiernan, 2000). Kebugaran atau kesegaran jasmani pada lansia adalah: kebugaran yang berhubungan dengan
kesehatan yaitu kebugaran jantung dan paru, kebugaran peredaran darah kekuatan otot dan kelenturan sendi (Maryam 2011). Adapun 'seseorang yang bugar' dalam Sports and Recreational Activities, diartikan sebagai orang yang mampu menjalankan kehidupan sehari-hari tanpa melampaui batas daya tahan stres pada tubuh dan memiliki tubuh yang sehat serta tidak berisiko mengalami penyakit yang disebabkan rendahnya tingkat kebugaran atau kurangnya aktivitas fisik (Mood, etal, 2003). Fungsi kebugaran lansia yaitu untuk menunjang kesanggupan dan kemampuan setiap manusia yang berguna dalam mempertinggi produktivitas, terutama untuk akivitas kehidupan sehari-hari didukung oleh kardiorepirasi yang baik, kekuatan otot, ketahanan otot, kelenturan otot dan komposisi badan yang seimbang (Suhardo, 2001). Kondisi tersebut dapat dicapai dengan aktivitas kebugaran untuk membantu mempertahankan fungsi-fungsi organ tubuh, terutama jantung (Sherwood, 2001). Jenis latihan yang dapat meningkatkan dan memelihara kebugaran seseorang adalah latihan yang mengandung unsur-unsur gerak sebagai komponen kebugaran, lamanya latihan setiap kali dilakukan dalam waktu tertentu. Intensitas latihan memenuhi frekuensi latihan setiap minggu yang cukup. Senam dengan intensitas rendah-sedang merupakan jenis olahraga yang tepat bagi lansia untuk mencapai kebugaran (Irianto, 2004). Latihan senam menurut Cooper dalam Sumosardjono (1992) akan meningkatkan efisiensi paru-paru dan kerja jantung. Aktivitas bermanfaat untuk meningkatkan dan mempertahankan komponen kebugaran dasar meliputi ketahanan kadiorespiratori (jantungparu-peredaran darah), lemak tubuh, kekuatan otot dan kelenturan sendi (Giam & Teh, 1993). Aktivitas fisik menyebabkan sistem kardiovaskuler dan respirasi bekerja secara terpadu untuk memenuhi kebutuhan O2 jaringan yang aktif, serta untuk dapat mengeluarkan CO2 dan panas yang terbentuk selama latihan (Gallo & Andersen, 1995). Komponen aktivitas kebugaran meliputi keberdayaan mandiri, keuntungan fungsional atau latihan bertahanan (kecepatan gerak sendi dan ROM), daya tahan, kelenturan dan keseimbangan (Darmojo, 2004)
Perbedaan Kebugaran Lansia Sebelum dan Sesudah di Lakukan Senam Lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
8
Hipotesis Hipotesis adalah dugaan sementara yang hendak diuji kebenarannya (Setiawan, 2004). Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada perbedaan kebugaran lansia sebelum dan sesudah di lakukan senam lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen karena tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah diberikan senam lansia pada lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Penelitian ini menggunakan desain pre eksperimental design dengan rancangan one group pretest-posttest, dimana tidak menggunakan kelompok kontrol sebagai pembanding, tetapi paling tidak sudah dilakukan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen (program). Kebugaran sebelum diberikan senam lansia disebut Pre test dan sesudah diberikan senam lansia disebut Post test. Populasi dan Sampel 1. Populasi penelitian Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian/yang diteliti (Notoatmodjo, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia yang mengalami penurunan kebugaran di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang sejumlah 375 lansia. 2. Sampel penelitian Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2007). Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah accidental sampling karena anggota populasi dalam penelitian ini belum di ketahwi secara pasti. Pengambilan sempel secara accidental di lakukan dengan mengambil responden yang kebetulan ada ( Notoadmojo, 2005). Besar sample adalah
banyaknya anggota yang akan di jadikan sample ( Arikunto, 2006). Jenis sampling ini merupakan jenis nonprobability sampling (Nursalam, 2008). Dempsey (2002) mengatakan bahwa 15 subyek pada setiap kelompok dianggap minimum untuk riset eksperimental. Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 20 sampel. Sampel dalam penelitian ini ditentukan oleh : 1) Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah : a) Lansia yang mengalami penurunan kebugaran b) Lansia tidak mengalami penyakit akut seperti hipertensi,gagal ginjal,penyakit jantung, rematik. c) Lansia dengan tekanan darah < 210/110 d) Lansia Umur 60 -75 tahun e) Lansia yang belum pernah mengikuti senam/terapi lain f) rutin mengikuti senam saat penelitian selama 3 kali secara berselang seling g) Lansia bersedia sebagai responden 2) Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam 2008). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah : 5) Lansia mengalami gangguan mobilita 6) Lansia yang mempunyai penyakit akut dan memakai alat bantu jalan 7) Lansia yang tekanan darahnya >210/110 8) Lansia yang tidak rutin mengikuti senam selama penelitian 9) Lansia yang menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 24-28 Agusuts 2013 di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang.
Perbedaan Kebugaran Lansia Sebelum dan Sesudah di Lakukan Senam Lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
9
diajukan diterima atau ditolak dengan ketentuan Analisa Data 1. Analisis Univariat nilai keyakinan yang dipakai adalah 0,95 dan Dalam analisis univariat data-data berdistribusi dalam bentuk tabel frequensi HASIL PENELITIAN dan presentasi dari masing - masing variabel yang di teliti. Adapun pariabel yang di Analisis Univariat analisis adalah kebugaran lansia 1. Gambaran Kebugaran Lansia dan kardiorespirasi yang meliputi pernafasan, Kardiorespiratori, yang Meliputi Pernafasan, denyut nadi dan tekanan darah sebelum dan Denyut Nadi dan Tekanan Darah Sebelum sesudah di berikan senam lansia. di Lakukan Senam Lansia 2. Analisis Bivariat Tabel Gambaran Kebugaran Lansia dan Analisa ini dilakukan dengan tujuan Kardiorespiratori, yang Meliputi untuk menguji variabel-variabel penelitian Pernafasan, Denyut Nadi dan Tekanan yaitu variabel independen senam lansia Darah Sebelum di Lakukan Senam dengan variabel dependen. Kebugaran lansia Lansia dan kardioresfirasi yang meliputi Kardiorespirat Nilai Std. pernafasan, denyut nadi, tekanan darah. N Min Maks ori tengah dev Sebelum di lakukan uji hipotesis maka kita Jarak tempuh 15 48,00 46,00 49,00 0,76 harus mengetahwi normalitas data , guna Nadi istirahat 15 80,00 70,00 82,00 4,33 menguji normalitas data, menggunakan Frekuensi nafas 15 20,00 18,00 20,00 0,98 metode analisis uji shapiro-wilk untuk Sistolik 15 120,00 110,00 130,00 7,24 Diastolik 15 80,00 70,00 80,00 4,88 sampel kecil (≤ 50). Ketentuan yang digunakan yaitu nilai keyakinan sebesar 0,95 dan nilai kemaknaan α = 0,05. Untuk melihat distribusi data normal atau tidak PENUTUP dengan cara, jika p value > 0,05 maka distribusi data normal dan bila p Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data yang telah value < 0,05 maka distribusi data tidak dilakukan, maka kesimpulan penelitian ini normal (Arikunto, 2006). adalah : Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Data 1. Jarak tempuh Pretest postest (kebugaran) pada lansia n sebelum diberikan Statistik sign Statistik signsenam lansia di Desa Leyangan Ungaran Timur Jarak tempuh 15 0,754 0,001 0,797 Kecamatan 0,003 Kabupaten Semarang rata-rata 48,00 m, nadi Nadi istirahat 15 0,608 0,000 0,677 0,000 istirahat rata-rata 78,27 kali/menit, frekuensi Frekuensi nafas 15 0,603 0,000 0,845 0,015 nafas 0,783 rata-rata 0,002 19,33 kali/menit, tekanan Tekanan darah sistolik 15 0,783 0,002 darah sistolik rata-rata 123,33 mmHg, Tekanan darah diastolik 15 0,603 0,000 0,761 0,001 tekanan darah diastolik rata-rata 76,67 mmHg. Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat hasil uji shapiro wilk menunjukkan masing- 2. Jarak tempuh (kebugaran) pada lansia setelah diberikan senam lansia di Desa masing kelompok sebelum dan sesudah Leyangan Kecamatan Ungaran Timur perlakuan mempunyai nilai p value < 0,05, Kabupaten Semarang rata-rata 52,73 m, nadi sehingga dapat disimpulkan bahwa data istirahat rata-rata 76,13 kali/menit, frekuensi hasil penelitian mempunyai distribusi tidak nafas rata-rata 17,33 kali/menit, tekanan normal sehingga layak untuk dianalisis lebih darah sistolik rata-rata 113,33 mmHg, lanjut yaitu dengan menggunakan uji tekanan darah diastolik rata-rata 74,00 wilcoxon rank test. mmHg. Asumsi kenormalan data dalam penelitian ini tidak terpenuhi maka digunakan uji beda dengan menggunakan wilcoxon rank test. Berdasarkan hasil ini akan diketahui apakah hipotesa yang Perbedaan Kebugaran Lansia Sebelum dan Sesudah di Lakukan Senam Lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
10
3. Ada perbedaan kebugaran lansia sebelum dan sesudah di lakukan senam lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang, dengan p value sebesar 0,001 < α (0,05). Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat diberikan antara lain : 1. Bagi Lansia dan Keluarga Hendaknya lansia dapat memanfaatkan senam lansia sebagai salah satu sarana perawatan kebugaran kardiorespiratori, denyut nadi dan peredaran darah pada lansia, sehingga kualitas hidup lebih meningkat 2. Bagi Peneliti Selanjuntya Penelitian selanjutnya diharapkan mempertimbangkan dalam mengendalikan variabel-variabel lain yang lebih mempengaruhi tingkat kebugaran. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah menggunakan data tambahan seperti observasi dan wawancara agar hasil yang di dapat lebih mendalam dan sempurna. 3. Institusi Pendidikan Hendaknya institusi pendidikan dapat mempergunakan hasil penelitian ini sebagai bahan pijakan untuk mengembangkan penelitian selanjuntya. 4. Tenaga Kesehatan Hendaknya tenaga kesehatan meningkatkan kualitas pelayanan bagi lansia terutama memberikan asuhan keperawatan kebugaran respiratori, denyut nadi dan peredaran darah pada lansia untuk menunjang peningkatan kualitas hidup lansia
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2009, Konsumsi Masyarakat, (http://riauprov.go.id/ index.php?mod=isi&id_news=124) diakses tanggal 7 Oktober 2009 Jam 23:18 wib Asiedu, E.A., A.A Powell, and T. Stuchburry. 2000. Cowpea seed coat chemical analysis in relation to storage seed
quality. African Crop Science Journal 8(3): 283-294 Bambang Prasetyo, Miftahul Jannah . Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan Aflikasi . Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005 Brick, L. 2001. Sugar dengan Senam Tera. Jakarta: Raja Grafindo Darmojo , R . B. Martono, H.H.,2004 . Buku ajar Geriatri . Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Dempsey & Dempsey. 2002. Riset Keperawatan: Buku Ajar & Latihan. Edisi 4.Jakarta: EGC Depkes R.I., (2002) Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita, Ditjen PPM-PLP. Jakarta.. Dr. Soekidjo Notoadmojo. (2005) Metologi Penelitian Kesehatan . Jakarta ; Rineka Cipta Ganong, William F, 2002, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . Edisi 20, Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Giam, C.K. dan Teh, K.C. (1993). Ilmu Kedokteran Olahraga. Alih Bahasa: Hartono Satmoko, Jakarta: Binarupa Aksara. Hurlock, E. B. 1994. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Iqbal, Muhammad, 2007. Pelayanan Yang Memuaskan,Penerbit PT. Elex Media Komputindo: Jakarta Irianto, A. 2004.Patologi Ikan Teleostei. Gadjah Mada University Press. Johnson . B . L . Nelson J. K (1986) . Practical Measure ments For Evaluation in Physical Education . New York. Mac Millian Publishing Company
Perbedaan Kebugaran Lansia Sebelum dan Sesudah di Lakukan Senam Lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
11
Lumbantobing , 2008. Tekanan Darah Tinggi. FKUI. Jakarta .
Sudarno SP. (1992). Pendidikan Kesegaran Jasmani. Jakarta, Depdikbud.
Mansur, Fakih. 2003. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sudirman , Siti Partini . 2011. Psikologis Usia Lanjut. Gajah mada University Press. Yogya karta. PP 71-72
Maryam, R. Siti, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika
Sugiyono , 2003 . Cetakan kelima , Statistik Untuk Penelitian , Bandung . Alfabetta.
Mood, Alexander M. et al.(1998). Introduction to The Theory of Statistics. Mc GrawHill International. Nugroho, W. 2008.Gerontik dan Geriatik. EGC: Jakarta S,Sumosardjuno.(1998). Manfaat dan macam olahraga bagi penderita diabetes melitus. Bandung. Setiawan , Guntur (2004). Implementasi Dalam Birokrasi Pe mbangunan . Jakarta:Cipta Dunia
Sumintarsih. (2006). Kebugaran Jasmani Untuk Lansia. Olahraga , 147-160. Sumosardjono. 1992. Pengetahuan Olahraga dan Kesehatan. Jakarta : Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. ardjono (1992) Suroto.
(2004). Buku Pegangan Kuliah Pengertian Senam, Manfaat Senam dan Urutan Gerakan. Semarang: Unit Pelaksana Teknis Mata Kuliah Umum Olahraga Undip
Wirakusumah, E. S., 2000. Buah dan Sayur untuk Terapi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Setiawan. 2004. Deteksi Dini Kanker & Simplisia Antikanker. Jakarta: Sherwood, L. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. EGC. Jakarta. 2001. Stanley M., Beare, P.,G. Buku Ajar Keperawatan Gerontik, 2nd edition EGC 2007 Jakarta Asmadi Konsep Dasar Keperawatan EGC 2008 Jakarta
Perbedaan Kebugaran Lansia Sebelum dan Sesudah di Lakukan Senam Lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
12