PERBEDAAN HEART RATE VARIABILITY (HRV) antara PEROKOK dan TIDAK PEROKOK PADA MAHASISWA PSIK SEMESTER 6 dan 8 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperolah Derajat Sarjana Keperawatan Pada Fakultas Kedoktern dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh: NURFAZRIN H. AKUBA 2120320083
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
I.
PENDAHULUAN
Penyakit Jantung Koroner
Hasil
sensus
2011
(PJK) merupakan kondisi yang
melaporkan
bahwa
jumlah
terjadi akibat penumpukan plak
perokok meningkat 2.1% per
diarteri
tahun di negara berkembang dan
mengakibatkan suplai darah ke
di negara maju menurun sekitar
jantung
1.1%
pertahun1.
Indonesia
merupakan
negara
jantung
menjadi
sehingga
terganggu5.
Kondisi ini diyakini sebagai mediasi dari
berkembangan yang menduduki posisi pertama dengan prevalensi
ketidakseimbangan sistem saraf
perokok aktif yaitu 67.4% pada
otonom yang biasanya ditandai
laki-laki
dengan hiperaktif sistem saraf
dan
4.5%
pada
perempuan2.
simpatis dari pada parasimpatis
Rokok mengandung sekitar
yang akan berdampak pada Heart
300 bahan kimiawi seperti tar,
Rate Variability (HRV)6. Heart
nikotin, benzovrin, aseton, metal-
Rate Variability (HRV) adalah
kloride,
variabilitas denyut jantung yang
amonia
dan
karbon
monoksida3. Karbon monoksida
mencerminkan
dan nikotin yang ditemukan
sistem
didalam rokok diduga sebagai
megatur keseimbangan antara
penyebab
sistem
utama
penyakit jantung4.
terjadinya
saraf
saraf
parasimpatis.
keseimbangan otonom
simpatis Heart
yang
dan Rate
Variability yang sangat tinggi
adalah cross sectional. Cross
indikasi dengan fungsi jantung
sectional
adalah
melakukan
yang sehat, sedangkan HRV yang
observasi
atau
pengukuran
rendah indikasi fungsi jantung
variabel pada satu waktu atau
yang tidak sehat serta tingginya
hanya satu kali7. Penelitian ini
angka mortalitas dan morbiditas
dilakukan di Program Studi Ilmu
pada sistem kardiovaskuar6.
Keperawatan
Universitas
Muhammadiyah
Yogyakarta
Jadi
HRV
mencerminkan
dapat
keseimbangan
sistem saraf otonom dan fungsi
(PSIK UMY). Populasi dalam penelitian ini
jantung yang sehat, dimana HRV
adalah
yang sangat tinggi selalu di
memenuhi kriteria-kriteria yang
indikasi dengan jantung yang
telah ditetapkan7. Populasi dalam
sehat dan sistem saraf otonom
penelitian ini adalah seluruh
yang baik sehingga kemugkinan
mahasiswa pria PSIK Semester 6
kecil terhadap mortalitas dan
dan 8 UMY. Jumlah populasi
morbiditas.
dalam penelitian ini adalah 79
II. METODE Desain
orang. digunakan
adalah
descriptive comparative yang bertujuan menunjukan perbedaan
subjek
Tehnik
yang
telah
pengambilan
sempel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Perokok dalam penelitian ini
variabel dalam penelitian ini7.
diukur
Pendekatan
perokok, sedangkan Heart Rate
yang
digunakan
dengan
kuesioner
Variability pada perokok dan
1 responden yang memiliki
tidak perokok diukur dengan
HRV rendah, artinya HRV yang
Electrokardiogram (EKG).
rendah resiko penyakit stres dan
III. Hasil Penelitian 1. Heart
melemahnya
Rate
Variability
(HRV) Perokok Tabel
4.1
Rate
Variability
(HRV) Pada Tidak Perokok Tabel
4.2 Heart Rate Variability (HRV) Pada Tidak Perokok Program Studi Ilmu Keperawatan Semester 6 dan 8 UMY tahun 2016 (n=20).
Berdasarkan Berdasarkan
tabel
saraf
otonom. 2. Heart
Heart Rate Variability (HRV) pada Perokok Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Semester 6 dan 8 UMY tahun 2016 (n=20)
sistem
tabel
4.2
4.1 diatas diketahui bahwa seluruh
diatas
diketahui
bahwa responden
tidak
perokok
mayoritas mahasiswa perokok dengan jumlah 20 responden memiliki HRV dengan kategori memiliki kategori HRV yang sangat tinggi. Artinya sistem sangat
tinggi.
Heart
Rate
saraf otonom mengatur fungsi Variability (HRV) yang sangat dan kemampuan koping stres tinggi dengan sangat baik. Namun ada
artinya
sistem
saraf
otonom mengatur fungsi dan kemampuan
koping
stres
dengan sangat baik 3. Perbedaan HRV Perokok dan Tidak Perokok. Tabel 4.3
Hasil Uji Statistik HRV Perokok dan Tidak Perokok pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Semester 6 dan 8 UMY (n=40).
IV. PEMBAHASAN 1. Heart
Rate
Variability
Perokok Efek kronis dari merokok dapat menyebabkan kematian jantung
serta
resiko
fatal
terhadap aritmia, sedangkan Tabel 4.3 menunjukan pvalue
efek
akut
merokok
dapat
0.038 (p = < 0.05) yang artinya
meningkatkan tekanan darah,
bahwa ada perbedaan HRV pada
denyut nadi, pembuluh darah
perokok
tidak
perokok.
resistensi, dan mengakibatkan
dua
kelompok
pelepasan saraf simpatis yang
memiliki kategori HRV yang
dapat mengubah indeks Heart
sangat tinggi, namun nilai dari
Rate Variability (HRV)8.
Meskipun
dan ke
rerata kelompok perokok dan tidak
Perubahan indeks HRV ini
perokok berbeda, lebih tinggi nilai
dapat mencerminkan adanya
tidak perokok dari pada perokok.
ketidakseimbangan sistem saraf
otonom yang ditandai dengan
ringan.
hiperaktif sistem saraf simpatis
mempengaruhi HRV adalah lama
dari
saraf
merokok dan usia. Perokok kronis
parasimpatis. Hal tersebut dapat
menunjukan disfungsi sistem saraf
dilihat
dengan
pengukuran
otonom, hal ini dibuktikan oleh
HRV
pada
perokok9.
HRV yang rendah pada perokok
pada
sistem
Hal-hal
yang
Kandungan karbon monoksida
dibandingkan
dan nikotin yang ditemukan
perokok6. Umumnya sistem saraf
didalam rokok diduga sebagai
simpatis
penyebab
terjadinya
progresif dengan penuaan. Usia
penyakit jantung. Selain itu
yang lebih tua dikaitkan dengan
kedua
penurunan High Frequency (HF)
utama
zat
tersebut
dapat
dengan
meningkat
meningkatkan detak jantung
dan
dan
Frequency/High
tekanan
darah
dengan
secara
peningkatan
mekanisme menurunkan saraf
(LF/HF).
parasimpatis dan meningkatkan
bahwa
saraf simpatis4.
menurun
Hal
tidak
Low Frequency
ini
aktivitas dan
menujukan parasimpatis
keseimbangan
Heart Rate Variability (HRV)
sympathovagal meningkat secara
pada perokok dalam penelitian ini
progresif dengan penuaan, dimana
memiliki mayoritas HRV dengan
usia
kategori yang sangat tinggi karena
penurunan HF dan peningkatan
responden dalam penelitian ini
LF. Jika pada usia muda sudah
termasuk dalam kategori perokok
memiliki
yang
lebih
HRV
tua
yang
adalah
rendah
menunjukan tanda-tanda penuaan
pasokan
oksigen
dini pada sistem saraf otonom10.
menjadi
berkurang
2. Heart
Rate
Variability
Tidak
ke
jantung begitupun
dengan otak dan seluruh organ tubuh lainnya11.
Perokok Selain memiliki HRV yang
Gaya hidup yang sehat seperti
sangat tinggi, seseorang yang tidak
aktivitas fisik, tidak mengkonsumsi
merokok memiliki faktor resiko
alkohol
yang
lebih
gangguan penyakit
dan
sedikit
terkena
mengurangi
kesehatan
seperti
mortalitas
paru-paru,
penyakit
tidak
merokok
morbiditas akibat
dari
dan
penyakit
kardiovaskular dan juga mengurangi
jantung dll, karena seseorang yang
kemungkinan
tidak merokok tidak terpapar zat-
HRV sebagai tanda dari disfungsi
zat berbahaya yang ada didalam
otonom yang berkaitan dengan
rokok.
peningkatan resiko miokard infark
Seseorang
yang
tidak
merokok memiliki kemungkinan
dan
lebih
Penurunan
kecil
terkena
gangguan
untuk
mortalitas HRV
penurunan
kardiovaskular. telah
terbukti
kesehatan dari pada perokok,
berhubungan dengan faktor resiko
karena nikotin yang ada didalam
untuk
rokok dapat mengganggu irama
sehingga disfungsi otonom bisa
jantung dan juga menyebabkan
menjadi mediator dari faktor resiko
penyumbatan
kardiovaskular
pembuluh
jantung karbonmonoksida
darah
sedangkan menyebakan
penyakit
kardiovaskular,
dengan
cardiovascular disease (CVD)12.
3. Perbedaan HRV Perokok dan Tidak Perokok
morbiditas
yang
tinggi
serta
ketidakseimbangan sistem saraf
Perokok menunjukan disfungsi
otonom. Penurunan HRV menjadi
otonom, hal ini dibuktikan oleh
indikasi peningkatan sistem saraf
HRV yang rendah pada perokok
simpatis dan adanya peningkatan
dibandingkan
detak jantung yang lebih tinggi.
perokok.
dengan
bukan
Ketidakseimbangan
Hal
ini
dapat
menyebabkan
sistem saraf otonom pada perokok
kejadian Cardiovascular Diseases
dapat
(CVD)
memicu
hiperaktivitas
atau
penyakit
sistem saraf simpatis dari pada
kardiovaskular13.
sistem saraf parasimpatis yang
Penyakit Jantung Koroner (PJK)
dapat
denyut
merupakan kondisi yang terjadi
jantung yang berpengaruh pada
akibat penumpukan plak diarteri
HRV6.
jantung sehingga mengakibatkan
meningkatkan
Umumnya
tinggi
suplai darah ke jantung menjadi
dikaitkan dengan mortalitas dan
terganggu. Faktor resiko yang
morbiditas yang rendah. Hal ini
mendorong terjadinya PJK yang
dipengaruhi oleh gaya hidup yang
bersumber dari perilaku adalah
sehat
merokok5.
akivitas
seperti fisik
mengkonsumsi
HRV
Kejadian
tidak
merokok,
dan alkohol.
tidak Oleh
V. KESIMPULAN Berdasarkan uraian dari hasil
sebab itu HRV yang rendah
penelitian
dan
pembahasan,
dikaitkan dengan mortalitas dan
maka dapat ditarik kesimpulan
dari penelitian perbedaan heart
perokok
rate variability (HRV) perokok
dengan kategori sangat tinggi
dan tidak perokok mahasiswa
(80.0%).
Program Studi Ilmu Keperawatan
memiliki
HRV
2. Heart rate variability (HRV)
Semester 6 dan 8 Universitas
pada
Muhammadiyah
perokok Program Studi Ilmu
Yogyakarta
mahasiswa
tidak
adalah :
Keperawatan Semester 6 dan
1. Heart rate variability (HRV)
8
pada
mahasiswa
Program
perokok
Studi
Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
Ilmu
adalah
Keperawatan Semester 6 dan
standar
8
mahasiswa
Universitas
niilai
rerata
deviasi
dan pada
tidak
perokok
Muhammadiyah Yogyakarta
64.3 ± 3.31, serta keseluruhan
memiliki nilai rerata dan
mahasiswa memiliki
standar deviasi yang berbeda-
HRV dengan kategori sangat
beda sesuai dengan kategori
tinggi (100.0%)
yang dimiliki. Kategori HRV
3. Nilai
rerata
dan
standar
sangat tinggi memiliki nilai
deviasi
rerata dan satandar deviasi
perokok 52.35 ± 5.54 dan
54.31 ± 2.54, kategori tinggi
pada
48.33 ± 1.15, dan kategori
perokok
rendah
serta
Terdapat perbedaan antara
mahasiswa
kelompok HRV perokok dan
mayoritas
33
±
1,
pada
nilai
mahasiswa
mahasiswa
tidak
64.3
3.31.
±
tidak perokok dengan uji Man Whitney pvalue = 0.038 (p = < 0.05) dan nilai rerata kelompok lebih
tidak
tinggi
perokok
dibandingan
dengan kelompok perokok. VI. DAFTAR PUSTAKA 1. Guyton, A., C., & Hall, J., E., (1997). Fisiologi Kedokteran Ed. 9. Jakarta : EGC, 1997. 2. Dekker, M., J., Schouten, G., E., Klootwijk, P., Pool, J., Cees, A., S., Daan, K., (2014). Heart Rate Variability from Short Electrocardiographic Recordings Predicts Mortality from All Causes in Middle-aged and Elderly Men. American Journal of Epidemiology, Vol. 142, No. 10. March 2014: 899-908. 3. Harte, B., C., & Meston, M., C., (2013). Effects of Smoking Cessation on Heart Rate Variability Among Long-Term Male Smokers. USA: Department of Psychiatry, Boston University School of Medicine. 4. Global Adult Tobacco Survey (GATS, 2011). Indonesia Report 2011. World Health Organization. 5. Afriyanti, R., Pangemanan, J., Pallar, S., (2015). Hubungan antara Perilaku Merokok dengan Kejadian
Penyakit Jantung Koroner. Jurnal e-Clinic (eCl), Vol.3, No 1, Januari-April 2015. 6. Gondim, M., R., Breno, Q., F., Carolina, F., S., Raphael, M., R., (2011). Are smoking and passive smoking related with heart rate variability in male adolescents. Einstein, Vol. 1, No. 13, September 2014: 27-33. 7. Makivic, B., Nikic, D., M., Willis, S., M., (2013). Heart Rate Variability (HRV) as a Tool for Diagnostic and Monitoring Performance in Sport and Physical Activities. Journal of the American Society of Exercise Physiologists, Vol. 16, No. 3. June 2013: 103-131. 8. Kluttig, A., Schumann, B., Swenne, A., C., (2010). Association of Health Behaviour with Heart Rate Variability: a Populationbased Study. BMC Cardiovascular Disorders 2010, 10:58. 9. Koskinen, T., (2014). Heart Rate Variability in Young Adults. Turky: University of Turku. 10. Prasetya, L., D., (2012). Pengaruh Negatif Rokok Bagi Kesehatan di Kalangan Remaja. 11. Mughni, S., A., Husni, L., A., (2010). Pedoman Penerapan Kawasan Tanpa Rokok Lingkungan Muhammadiyah. Yogyakarta : Majelis Pelayanan Kesehatan Umum (MPKU) Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
12. Hidayat., A., A., (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Salemba Medika. 13. Notoatmodjo., S., (2010). Metode Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.