PERBEDAAN HASIL BELAJAR PENGGANDAAN DOKUMEN SISWA YANG MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN MEDIA GRAFIS BERBASIS KOMPUTER DAN METODE PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA KELAS XI AP SMK N 1 PADANG PANJANG
Oleh NAOMI SEPTIT DWI UTAMI BP/NIM: 2008/05648
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI PADANG Wisuda Periode Juni 2013
PERBEDAAN HASIL BELAJAR PENGGANDAAN DOKUMEN SISWA YANG MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN MEDIA GRAFIS BERBASIS KOMPUTER DAN METODE PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA KELAS XI AP SMK N 1 PADANG PANJANG Naomi Septiti Dwi Utami Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang (
[email protected]) Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa melalui penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan media grafis berbasis komputer dan metode pembelajaran konvensional pada mata pelajaran penggandaan dokumen kelas XI AP SMK N 1 Padang Panjang. Penelitian ini berbentuk penelitian quasi eksperimen. Kelas eksperimen menggunakan metode TPS dengan media grafis berbasis komputer dan kelas kontrol menggunakan metode konvensional dengan media grafis. Populasi adalah seluruh siswa kelas XI AP SMK N 1 Padang Panjang. Teknik pengambilan sampel dengan Total Sampling. Jenis data adalah data primer yaitu tes awal (pretest) dan tes akhir (postest), kemudian data dianalisis dengan menggunakan uji Z. Hasil penelitian ini menunjukan terdapat perbedaan hasil belajar siswa melalui penggunaan metode TPS dengan media grafis berbasis komputer dan metode konvensional pada mata pelajaran penggandaan dokumen kelas XI AP SMK N 1 Padang Panjang. Hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan metode TPS dengan media grafis berbasis komputer lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diajar dengan metode konvensional.
Kata kunci: hasil belajar, metode TPS dengan media grafis berbasis komputer, dan metode konvensional. THE DIFFERENCES RESULT OF STUDENTS’ DOCUMENT MULTIPLICATION STUDYING PROCESS USING COOPERATIVE STUDYING METHOD TYPE THINK PAIR SHARE (TPS) WITH GRAFIC MEDIA COMPUTER-BASED AND CONVENTIONAL STUDYING METHOD IN ELEVEN GRADE (XI) OF OFFICE ADMINISTRATION IN VOCATIONAL HIGH SCHOOL NUMBER 1 PADANG PANJANG
Abstract The purpose of this research is to know whether founded the differences result of students’ studying process through using cooperative studying method type think pair share (TPS) with Grafic media computer-based and conventional studying method in document multiplication lesson in eleven grade of Office Administration in SMK 1 Padang Panjang. Kind of this research is experiment quation. The experiment class used Think Pair Share method with grafic media computer-based and the control class used conventional method. Population of this research are all of tenth grade students of Office Administration of SMK 1 Padang Panjang. Sampling technique that is used is total sampling. Kind of the data are primary data that is beginner test (pretest) and final test (post test). Then the data was analyzed by using Z test. The result of this research showed that there are differences result of students’ document multiplication studying process through using cooperative studying method type think pair share (TPS) with graphic media computer-based and conventional studying method in eleven grade (XI) of Office Administration in SMK 1 Padang Panjang. The result of students’ studying process that were taught using TPS method withgrafic media computer-based got higher mark than the result of students’ studying process that were taught by conventional method. Key word: result of studying process. TPS method with graphic media computer-based, and conventional method.
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan diharapkan dapat dihasilkan sumber daya manusia yang mampu menjawab semua tantangan yang ditimbulkan akibat perkembangan teknologi dan kemajuan zaman. Oleh karena itu, pemerintah beserta unsur-unsur pendidikan lain perlu melakukan pembaharuan dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan pada umumnya. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) peserta didik. Hal ini sesuai yang dinyatakan Mulyasa (2004:3) bahwa “kekuatan reformasi yang hakiki sebenarnya bersumber dari sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, serta memiliki visi, transparansi dan pandangan yang jauh kedepan dan tidak hanya mementingkan diri dan kelompoknya”. Peningkatan kualitas pendidikan selalu dilakukan pemerintah melalui berbagai usaha. Usaha-usaha yang telah dilakukan antara lain, melakukan penyempurnaan kurikulum pendidikan, memperbaiki sarana dan prasarana pendidikan. Selain itu pemerintah juga menambah pengetahuan dan pengalaman tenaga pengajar dengan memberikan penataran-penataran. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, para pengelola pendidikan juga dituntut untuk memperkaya wawasan pengetahuan dan kemampuan yang sesuai dengan profesinya. Salah satu bidang pendidikan yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah mata pelajaran kejuruan, salah satunya pada SMK N 1 Padang Panjang ini memiliki berbagai macam keahlian yang telah dikembangkan di sekolah ini, yang mana terdiri dari: administrasi perkantoran, akuntansi, tata niaga dan pariwisata.
Hasil pendidikan yang dilaksanakan oleh sekolah dapat dilihat salah satunya dari hasil belajar yang diperoleh siswa. Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang diperoleh pembelajar setelah menalami aktifitas belajar. (Hamalik, 2009:30) mengatakan “Hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku orang tersebut dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar bisa dikatakan berhasil dalam suatu pembelajaran apabila dia mengalami suatu perubahan setelah diberi suatu perlakuan atau tindakan. Hasil belajar dapat dilihat dari beberapa unsur yaitu: pemahaman, pengetahuan, sikap, perubahan tingkah laku, intelejensi, dan keterampilan. Instrument yang dapat untuk mengetahui kemampuan dan tingkat pemahaman siswa (hasil belajar) adalah nilai. Tetapi pada kenyataan yang ditemukan pada sekolah SMK N 1 Padang Panjang ini guru lebih banyak menggunakan metode konvensional untuk melaksanakan pembelajaran dan hasil pembelajaran dapat diketahui dengan dilakukan pemantauan dan hasil observasi peneliti dengan beberapa orang siswa dan guru di SMK N 1 Padang Panjang, terungkap bahwa nilai rata-rata ujian mid semester penggandaan dokumen siswa kelas XI AP SMK N 1 Padang Panjang umumnya masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM mata pelajaran menangani penggandaan dokumen yang telah diterapkan guru yaitu 75. Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan guru mata pelajaran penggandaan dokumen kelas XI AP SMK N 1 Padang Panjang, diperoleh informasi bahwa motivasi, keaktifan, dan keseriusan siswa dalam proses belajar masih rendah. Beberapa siswa ada yang mengganggu teman sebangku, memainkan handphone, sering minta izin keluar kelas, bahkan ada siswa yang
tertidur saat proses belajar berlangsung. Hal ini menyebabkan siswa kurang mengerti dan kurang memahami materi pelajaran, sehingga proses belajar menjadi tidak kondusif dan berdampak pada hasil belajar siswa. Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan, tampak bahwa guru mata pelajaran penggandaan dokumen kelas XI AP SMK N 1 Padang Panjang belum mampu menerapkan pola pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan masa kini yaitu menuntut siswa untuk aktif dalam proses belajar dan guru hanya membimbing proses belajar. Kenyataan yang dihadapi, guru mata pelajaran penggandaan dokumen kelas XI AP SMK N 1 Padang Panjang masih menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi pelajaran. Guru hanya menyampaikan materi pelajaran kepada siswa dalam bentuk ceramah tanpa adanya usaha untuk merangsang siswa agar aktif dalam proses belajar. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar, baik faktor internal maupun faktor eksternal seperti yang dikemukakan oleh Slameto (2010:54) faktor internal meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan. Sedangkan faktor eksternal meliputi faktor keluarga, faktor sekolah (seperti metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa,disiplin sekolah, alat pelajaran ) dan faktor masyarakat. Salah satu faktor yang diduga mempengaruhi hasil belajar siswa pada mata pelajaran penggandaan dokumen kelas XI AP SMK N 1 Padang Panjang adalah pemilihan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat (kesesuaian metode dengan materi pelajaran) merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap tercapainya tujuan pembelajaran dan hasil belajar yang memuaskan dan begitu juga sebaliknya. Sesuai dengan pendapat (Wina, 2006:147) yang mengatakan bahwa “metode
adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal”. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat atau kesesuaian metode pembelajaran dengan materi pelajaran akan membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan hasil belajar yang memuaskan. Penulis menemukan masalah dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran penggandaan dokumen kelas XI AP SMK N 1 Padang Panjang, yaitu metode pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang sesuai dengan materi pelajaran. Guru hanya menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi pelajaran. (Sagala, 2003:201) mengatakan “Metode ceramah adalah interaksi melalui suatu bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru kepada peserta didik”. Metode ceramah merupakan metode pembelajaran yang dilakukan dengan penyajian materi melalui penjelasan lisan oleh seorang guru kepada siswa, dalam hal ini biasanya guru memberikan topik tertentu dengan alokasi waktu tetentu. (Sumiati, 2008:99) mengatakan langkah-langkah pelaksanaan metode ceramah adalah “Guru menjelaskan topik tertentu, memberikan motivasi belajar kepada siswa, menyelingi dengan tanya jawab, memantapkan materi pelajaran, melakukan evaluasi dengan prosedur tertentu. Jadi langkah-langkah pelaksanaan metode ceramah adalah guru menjelaskan tujuan pembelajaran, guru menjelaskan materi pelajaran, memberikan kesempatan bertanya kepada siswa, dan menyimpulkan isi materi pelajaran. Metode ceramah memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan metode ceramah adalah metode ceramah merupakan metode yang murah dan mudah dilakukan, metode ceramah dapat menyajikan materi yang luas, organisasi kelas sederhana karena persiapan guru hanya buku
catatan dan buku pelajaran, metode ceramah lebih mudah mengontrol kelas. Hal ini juga sesuai dengan pendapat (Wina, 2006:148) “Kelebihan metode ceramah adalah metode yang murah dan mudah dilakukan, dapat menyajikan materi yang luas, dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan, guru dapat mengontrol keadaan kelas oleh karena sepenuhnya kelas merupakan tanggung jawab guru yang memberikan ceramah, organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi lebih sederhana”. Kelemahan metode ceramah adalah guru sukar mengetahui sampai dimana siswa mengarti tentang materi yang diajarkan, siswa sering kali memberikan pengertian lain dari hal yang dikatakan guru karena ceramah merupakan rangkaian kata-kata yang sewaktu-waktu dapat menimbulkan salah pengertian, tidak mengembangkan kreatifitas siswa, membuat siswa pasif karena siswa hanya menerima, menyimak dan mencatat apa yang disampaikan guru. (Wina, 2006:148) mengatakan kelemahan metode ceramah adalah “Materi yang dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai guru, ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan terjadinya verbalisme, guru yang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah sering dianggap metode yang membosankan, sangat sulit mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan guru atau belum”. Metode ceramah tidak dapat merangsang keterampilan dan keaktifan siswa dalam proses belajar karena pada metode ceramah, siswa cenderung hanya menerima apa yang diberikan guru, padahal pada materi pelajaran Komunikasi, siswa dituntut untuk terampil, aktif, mandiri, dan dapat mengaplikasikan materi tersebut di lapangan/ dunia kerja. Pada pelajaran Komunikasi yang dituntut bukan pengetahuan dan pemahaman
saja, tatapi juga bagaimana siswa dapat menerapkan keterampilan yang dipelajarinya di lingkungan kerja. Agar tujuan pembelajaran tercapai dan hasil belajar siswa memuaskan, maka dibutuhkan penggunaan metode pembelajaran yang tepat dengan materi pelajaran. Salah satu metode pembelajaran yang tepat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran penggandaan dokumen kelas XI AP SMK N 1 Padang Panjang adalah dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). (Lufri, 2007b:51) mengatakan “dalam penerapan pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling bekerja sama, saling berbagi pengetahuan dan pengalaman untuk mencapai suatu tujuan”. Tipe ini juga dapat mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. Dengan menggunakan metode ini siswa tidak hanya sekedar paham dengan konsep yang diberikan, tetapi juga memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dengan teman-temannya, belajar mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat teman, rasa kepedulian pada teman satu kelompok agar dapat menguasai konsep tersebut, siswa dapat saling berbagi ilmu dan informasi, suasana kelas yang rileks dan menyenangkan serta tidak terdapatnya siswa yang mendominasi dalam kegiatan pembelajaran karena semua siswa memiliki peluang yang sama untuk tampil menjawab pertanyaan. Selain metode yang digunakan guru juga dapat menggunakan bahan ajar yang dapat menambah pengetahuan siswa dalam meningkatkan semangat belajar siswa dalam proses pembelajaran. Hamijoyo dkk, dalam Indrawati (1998:2) secara umum, media dapat diartikan sebagai perantara yang dapat dipakai sebagai penyebaran ide, sehingga sampai pada penerima. Media dapat juga diartikan juga sebagai canel, karena tidak hanya dapat menyampaikan, tetapi juga mengembangkan ide yang
disampaikan. Berdasarkan pengertian diatas, maka media pembelajaran dapat diartikan sebagai segala bentuk perantara yang dituangkan didalam GBPP, dengan tujuan agar apa yang menjadi tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Salah satu bahan ajar yang dapat digunakan guru yaitu media grafis berbasis komputer. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa melalui penggunaan metode TPS dengan media grafis berbasis komputer dengan metode konvensional pada mata pelajaran penggandaan dokumen. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pamahaman dan pengetahuan kepada penulis, masukan untuk guru Administrasi Perkantoran khususnya mata pelajaran penggandaan dokumen, dan untuk peneliti selanjutnya. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen. (Rahmat, 2001:44) mengatakan “Penelitian eksperimen ditujukan untuk meneliti hubungan sebab akibat dengan memanipulasikan satu variabel atau lebih pada suatu kelompok eksperimen dan membandingkannya dengan kelompok kontrol yang tidak mengalami manipulasi. Metode yang digunakan adalah Quasi Eksperimen, rancangan penelitian adalah Pretestpostest control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI AP SMK N 1 Padang. Teknik pengambilan sampel adalah Total Sampling, diperoleh sampel kelas XI AP 1 sebagai kelas eksperimen dan XI AP 2 sebagai kelas kontrol. Waktu dan tempat penelitian adalah pada semester 1 (bulan November-Desember) tahun ajaran 2012/2013 bertempat di SMK N 1 Padang Panjang. Prosedur
pengumpulan data yang telah ditetapkan perlu disusun prosedur yang sistematis, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap penyelesaian. Setelah itu dilakukanlah instrument penelitian untuk melihat validitas tes, reliabilitas, tingkat kesukaran soal dan daya beda soal. Dalam teknik analisis data bertujuan untuk menguji kebenaran hipotesis yang diajukan dalam penelitian yaitu uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Setelah penelitian selasai dilaksanakan, maka diperoleh hasil belajar siswa berupa nilai postest kedua kelas sampel. Lebih jelasnya dapat dilihat pada : Tabel 1. Distribusi Frekuensi postest kelas eksperimen dan kelas control Eksperimen interval Fi Fk 56-62 1 1 63-69 3 4 70-74 1 5 75-82 8 13 83-91 8 21 92-100 11 32 Jumlah
32
KKM Mean Median Modus Sd Max Min Tuntas tidak tuntas
% 3,125 9,375 3,125 25 25 34,375 100 75 83,875 86,25 92 10,235 100 60 84,375 15,625
Kontrol Interval Fi fk % 56-62 3 3 8,823 63-69 5 8 14,705 70-74 4 12 26,47 75-82 9 21 26,47 83-91 9 30 26,47 92-97 4 34 11,764 98-100 0 34 Jumlah 34 100 KKM Mean Median Modus Sd Max Min Tuntas tidak tuntas
75 77,41 77,00 76 84 10,361 92 56 64,705 23,529
Sumber : data olahan 2012
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat Nilai rata-rata postest siswa kelas eksperimen sebesar 83,875 memiliki nilai variance 104,758 dan
standar deviasinya sebesar 10,235. Kelas kontrol memiliki nilai rata-rata sebesar 77,41 memiliki nilai variance 107,354 dan standar deviasinya sebesar 10,361. Berpedoman dari rata-rata postest menunjukan bahwa hasil belajar siswa kelas eksperimen (metode TPS dengan media berbasis komputer) lebih tinggi dari hasil belajar kelas kontrol (metode konvensional dengan media grafis). Terlihat perbedaan hasil belajar yang disebabkan karena perlakuan berbeda yang diberikan kepada kedua kelas, yaitu penggunaan metode TPS pada kelas eksperimen dan penggunaan metode konvensional pada kelas kontrol. Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji Liliefors. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Uji normalitas postest kelas eksperimen dan kontrol. Kelas Lmax Ltab Kesimpulan Eksperimen 0.08777 0.1568 Normal Kontrol 0.0831 0.1519 Normal Sumber: data olahan 2012
Hasil uji normalitas kelas eksperimen1 didapat Lhitung 0.08777 dengan Ltabel 0.1568. Lhitung < Ltabel, hal ini menyatakan bahwa hasil postest kelas eksperimen berasal dari sampel yang berdistribusi normal. Hasil uji normalitas kelas kontrol didapat Lhitung 0.0831 dengan Ltabel 0.1519. Lhitung < Ltabel, hal ini menyatakan bahwa hasil postest kelas kontrol berasal dari sampel yang berdistribusi normal. Uji homogenitas bertujuan untuk melihat melihat apakah kedua kelas sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini. Tabel 3. Uji homogenitas pretest dan postest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Test Fhit Ftab Kesimpulan Pretest 0,68 1,84 Homogen Postest 1,002 1,84 Homogen Sumber: data olahan 2012
Hasil perhitungan uji homogenitas pretest didapat Fhitung 0,68 dengan Ftabel 1.84. Fhitung <
Ftabel, dan hasil perhitungan uji homogenitas postest didapat Fhitung 1,002 dengan Ftabel 1.84. Fhitung < Ftabel, hal ini menyatakan bahwa kedua kelompok data mempunyai varians yang homogen. Untuk menentukan apakah terdapat perbedaan hasil belajar pretest dan postest siswa antara penggunaan metode TPS dengan media grafis berbasis komputer (kelas eksperimen) dengan metode konvensional (kelas kontrol), maka dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji Z. Uji Z digunakan karena jumlah sampel ≥ 30. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini. Tabel 4. Uji hipotesis pretest dan postest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Test Zhit Ztab Kesimpulan Pretest 0,34 1,96 H0 diterima Postest 2,58 1,96 H0 ditolak Sumber: data olahan 2012
Berdasarkan perhitungan uji Z untuk pretest diperoleh Zhit = 0,34 dan Ztab = 1.96, sehingga Zhit < Ztab, maka H0 diterima dan Ha ditolak artinya tidak ada perbedaan yang signifikan hasil belajar pretest antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Hal ini menunjukan bahwa sebelum perlakuan diberikan kemampuan kedua kelas sampel adalah relative sama. Sementara perhitungan uji Z untuk postest di kedua kelas sampel diperoleh Zhit = 2,58 dan Ztab = 1.96, sehingga Zhit > Ztab, maka H0 ditolak dan Ha diterima artinya terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam mata pelajaran penggandaan dokumen siswa melalui penggunaan metode TPS dengan media grafis berbasis komputer (kelas eksperimen) dengan metode Konvensional (kelas kontrol). PEMBAHASAN Melalui uji hipotesis deketahui bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa melalalui penggunaan metode Think Pair Share (TPS) dengan media grafis berbasis komputer dengan metode Konvensional pada mata pelajaran penggandaan dokumen khususnya standar kompetensi Mengaplikasikan alat/mesin
penggandaan dokumen. Disimpulkan bahwa metode TPS dengan media grafis berbasis komputer dapat meningkatkan hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode Konvensional dengan media grafis pada mata pelajaran penggandaan dokumen khususnya pada standar kompetensi Mengaplikasikan alat/mesin penggandaan dokumen. 1. Metode Think Pair Share (TPS) Peneliti menggunakan metode TPS pada kelas eksperimen. Dilihat dari segi persiapan kelas eksperimen pada proses pembelajaran, persiapannya sudah dilakukan dengan perencanaan yang matang. Hal ini sudah terencana melalui tahap-tahap yang menuntun siswa untuk menggali pemahaman mereka tentang materi Menerima dan menyampaikan informasi. Tujuan pelajaran ini, selain pemahaman terhadap materi (kognitif), siswa juga dituntut untuk memiliki keterampilan (psikomotor) terhadap materi. Penggunaan metode TPS cocok dengan materi pelajaran mengaplikasikan alat/mesin penggandaan dokumen indikator Menerapkan menjelaskan dan menguraikan bagian-bagian dan fungsi alat/mesin. Cara kerja metode TPS adalah dengan cara, membagi siswa dengan berpasang pasangan kemudian guru memberikan pertanyaan kepada siswa kemudian siswa mencari jawaban lalu siswa membagi jawaban kepada teman/pasangan masing-masing kemudian siswa menyampaikan kepada siswa lain didepan kelas. Untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam mengikuti proses belajar (hasil belajar), maka dilakukan suatu pengujian yang lazim disebut test (postest). Test (postest) dilakukan pada akhir penelitian dengan mengunakan soal objektif sebanyak 25 butir soal. Hasil belajar yang didapat siswa memuaskan, dengan nilai rata-rata kelas 83.875. Kriterian ketuntasan minimum (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 75. Jadi disimpulkan bahwa metode TPS merupakan metode yang efektif digunakan pada materi Mengaplikasikan alat/mesin penggandaan dokumen dengan indikator Menjelaskan dan menguraikan bagian dan fungsi alat/mesin
penggandaan dokumen secara tertulis. Kelebihan penggunaan metode TPS pada pelajaran penggandaan dokumen adalah: a. Metode TPS cocok digunakan pada pelajaran penggandaan dokumen, karena TPS dapat membentuk keterampilan siswa dalam menjelaskan dan menguraikan fungsi dan bagian alat/mesin penggandaan dokumen dalam kehidupan sehari-hari maupun di dalam dunia bisnis nantinya. b. Metode TPS dapat meningkatkan keaktifan siswa, karena siswa ikut serta dalam mencari pemahamnnya dengan cara bekerjasama dengan anggota kelompoknya. c. Metode TPS tidak hanya menuntut satu orang siswa saja yang bekerja dalam anggota kelompok. d. Metode TPS dapat menciptakan kekeluargaan kelas yang harmonis. Walaupum metode TPS banyak memberikan keuntungan pada materi menjelaskan dan menguraikan fungsi dan bagian alat/mesin penggandaan dokumen, metode TPS juga memiliki kelemahan yaitu jika siswa tidak dipersiapkan dengan baik, ada kemungkinan siswa tidak sungguh-sunguh menjawab pertanyaan yang diberikan. Jika guru memiliki keterampilan dalam mengelola kelas dan dapat menanggulangi kelemahan tersebut, maka penggunaan metode TPS pada materi menjelaskan dan menguraikan fungsi dan bagian alat/mesin penggandaan dokumen akan memberikan hasil belajar siswa yang memuaskan. 2. Metode konvensional Peneliti menggunakan metode konvensional yaitu metode ceramah pada kelas kontrol. Dilihat dari persiapan kelas kontrol pada proses pembelajaran, persiapannya sudah dilakukan dengan perencanaan yang matang. Peneliti telah
mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Standar kompetensi pelajaran adalah Mengaplikasikan keterampilan dasar penggandaan dokumen dengan indikator menjelaskan dan menguraikan fungsi dan bagian alat/mesin penggandaan dokumen secara tertulis . Peneliti mengawali pelajaran dengan menjelaskan standar kompetensi dan indikator pembelajaran, selanjutnya peneliti menyampaikan materi pelajaran dengan ceramah dan diakhir pertemuan melakukan Tanya jawab dengan siswa. Untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam megikuti proses pembelajaran (hasil belajar), maka dilakukan suatu pengujian yang lazim disebut tes (postest). Test (postest) dilakukan pada akhir penelitian dengan menggunakan soal objektif sebanyak 25 butir soal. Hasi belajar yang didapat belum memuaskan dengan nilai rata-rata kelas 77,41. Kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang ditetapkan sekolah adalah 75. Disimpulkan metode ceramah belum dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi menerima dan menyampaikan informasi dengan indikator menjelaskan dan menguraikan fungsi dan bagian alat/mesin penggandaan dokumen secara tertulis. Metode ceramah memiliki kelebihan yaitu metode ceramah mudah dilakukan, metode ceramah dapat menyajikan materi yang luas, dan metode ceramah lebih mudah dalam mengontrol kelas. Walaupun metode ceramah memiliki kelebihan dalam penggunaanya, namun sebagaimana metode belajar lainnya, metode ceramah memiliki kelemahan dalam penggunaannya yaitu siswa hanya pasif dalam proses belajar, guru sukar mengetahui sampai dimana siswa menegerti dan paham tentang materi, siswa sering kali memberikan pengertian lain dari apa yang dimaksud guru karena ceramah merupakan rangkaian kata-kata yang sewaktuwaktu dapat menimbulkan salah pengertian, dan metode ceramah tidak dapat mengembangkan kreativitas dan keterampilan siswa dalam menerapkan keterampilan penggandaan dokumen secara tertulis.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa siswa yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan media grafis berbasis komputer pada kelas eksperimen terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar penggandaan dokumen siswa pada kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional. Hasil belajar penggandaan dokumen siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari hasil belajar penggandaan dokumen siswa kelas kontrol yang diberikan metode konvensional. SARAN 1. Kepada guru SMK N 1 Padang Panjang, khususnya guru Administrasi Perkantoran mata pelajaran penggandaan dokumen disarankan untuk menerapkan metode Think Pair Share (TPS) dengan media grafis berbasis komputer sebagai salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Metode TPS cocok digunakan pada standar kompetensi Mengaplikasikan alat/mesin penggandaan dokumen yang indikator pembelajarannya menjelaskan dan menguraikan fungsi dan bagian alat/mesin penggandaan dokumen secara tertulis. Dan menggunakan media pembelajaran untuk menunjang hasil belajar siswa agar lebih aktif dan lebih paham tentang pelajaran yang diberikan. 2. Pada penerapan metode TPS terdapat hambatan yaitu penyetingan simulasi membutuhkan banyak waktu, disarankan agar guru mampu membuat perencanaan yang matang agar waktu kegiatan simulasi dapat berjalan dengan efisien. 3. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya merancang waktu penelitian yang lebih panjang dari pada waktu penelitian yang peneliti lakukan ini, sehingga waktu penelitian berjalan dengan efektif.
Daftar Rujukan Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan: Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hamalik, Oemar. 2009. Proses Belajar Mengajar: Bumi Aksara. Jakarta. Lufri. 2007b. Strategi Pemelajaran Biologi. UNP Press: Padang Rahkmat, Jalaludin. 2001. Metode Penelitian Komunikasi: Remaja Karya. Bandung. Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran: Alfabeta. Bandung. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Rineka: Jakarta. Sudjana, Nana. 2009. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar: Sinar Baru Algesindo. Bandung. Sumiati. 2008. Metode Pembelajaran: Wancana Prima. Bandung. Wina, Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana: Jakarta.