PERBEDAAN HASIL BELAJAR PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5 FASE (LC 5-E) & LC 5E-STAD PADA MATERI TERMOKIMIA KELAS XI SMK NEGERI 6 MALANG Nadia Relyta Distantiasari, Darsono Sigit, Hayuni Retno Widarti Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang Email :
[email protected] Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui keterlaksanaan model pembelajaran Learning Cycle 5 fase (LC 5E) dan LC 5E-STAD pada materi termokimia kelas XI semester 2 SMK Negeri 6 Malang, (2) mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5 fase (LC 5E) dan LC 5E-STAD pada materi termokimia kelas XI semester 2 SMK Negeri 6 Malang. Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimental semu dan deskriptif. Kelas kontrol diajarkan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5 fase (LC 5E) sedangkan kelas eksperimen diajarkan dengan model pembelajaran LC 5E-STAD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) keterlaksanaan pembelajaran di kelas kontrol sebesar 84,6% dan untuk kelas eksperimen sebesar 88,8%. (2) ada perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen yang diajarkan menggunakan model pembelajaran LC 5E-STAD dan kelas kontrol yang diajarkan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5 fase (LC 5E). Siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Learning Cycle 5 fase (LC 5E) memiliki rata-rata nilai kognitif sebesar 76,25, sedangkan siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran LC 5E-STAD memiliki rata-rata nilai kognitif sebsar 80,27. Rata-rata nilai afektif siswa kelas kontrol sebesar 63,97, sedangkan untuk kelas eksperimen sebesar 68,40. Kata Kunci : LC 5E, LC 5E-STAD, termokimia, hasil belajar
Materi termokimia merupakan salah satu pokok bahasan kimia pada SMK kelas XI semester 2. Dalam materi ini terdapat konsep-kosep yang bersifat abstrak seperti energi, kalor dan perubahan entalpi. Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam memahami materi termokimia yang bersifat abstrak dapat menimbulkan kesalahan konsep. Fajaroh dan Nazriati (dalam Rindayani, 2012) menyatakan bahwa kesalahan konsep dapat direduksi atau dicegah bila proses pembelajaran di kelas dilaksanakan dengan pendakatan yang sesuai. Pembelajaran kimia selama ini lebih banyak disajikan menggunakan model pembelajaran ekspositori salah satunya ceramah. Menurut Sanjaya (2008:75), model pembelajaran ekspositori paling sering digunakan oleh guru sebab umumnya guru merasa sudah mengajar apabila melakukan ceramah dan tidak mengajar apabila tidak melakukan ceramah. Pembelajaran kimia dengan model ceramah memiliki kelemahan yaitu sering terjadi kesalahan penerjemahan konsep kedalam kognitif siswa, untuk mencegah kesalahan konsep maka digunakan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik ilmu kimia antara Learning Cycle dan STAD. Siklus belajar Learning Cycle (LC) merupakan salah satu model pembelajaran yang memperhatikan kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa. Iskandar (2010:42) menyatakan bahwa model pembelajaran yang bersifat konstruktivistik seperti Learning Cycle dapat diterapkan untuk pembelajaran topik kimia yang bersifat teoritis maupun yang melibatkan
praktikum. Model pembelajaran Learning Cycle dapat diterapkan untuk materi termokimia yang terdiri atas pemahaman teoritis dan kegiatan praktikum. Pembelajaran Learning Cycle memiliki kelemahan yakni siswa dituntut untuk belajar mandiri, Hal ini menyulitkan siswa yang memiliki kemampuan rendah. Oleh karena itu diperlukan pembelajaran yang melibatkan interaksi antar siswa, model pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu model pembelajaran kooperatif STAD. Penelitian yang dilakukan Rindayani (2012) menunjukkan bahwa pemaduan model LC 5E-STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang diterapkan di SMA Negeri 1 Garum pada materi hidrokrabon. Langkah pembelajaran LC 5E-STAD yakni dengan memasukkan tahapan STAD ke dalam Learning Cycle 5-E.
METODE Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental semu dan deskriptif. Kelas eksperimen dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran LC 5E-STAD, sedangkan kelas kontrol dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5-E. Rancangan penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rancangan Penelitian
Kelas
Perlakuan
Postest
Eksperimen
X1
O1
Kontrol
X2
O2
Keterangan : X1 : Pembelajaran dengan model LC 5E-STAD X2 : Pembelajaran dengan model Learning Cycle 5-E O1 : Hasil belajar kelas eksperimen O2 : Hasil belajar untuk kelas kontrol
Populasi Penelitian Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006:130). Populasi dalam penelitian yang dilakukan adalah semua siswa kelas XI semester 2 SMK Negeri 6 Malang yang dibagi dalam 8 kelas, yaitu kelas XI RPL, TKJ, TMP, Oto, Listrik, GB, TKR dan AB. Sampel Penelitian Pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan teknik Random Sampling melalui 3 kali undian. Terpilih kelas TMP 1 sebagai kelas kontrol yang diajarkan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5-E dan kelas TMP 2 sebagai kelas eksperimen yang diajarkan menggunakan model pembelajaran LC 5E-STAD. Siswa pada kelas TMP 1 berjumlah 36 siswa, sedangkan pada kelas TMP 2 berjumlah 37 siswa.
Instrumen Penelitian Instrumen penelitian terdiri atas dua, yaitu instrumen perlakuan dan instrumen pengukuran. Instrumen perlakuan berupa silabus, RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), handout dan LKS. Instrumen pengukuran dalam penelitian yang dilakukan berupa lembar observasi yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar afektif siswa dan tes materi termokimia yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa. Pengumpulan Data Keterlaksanaan proses pembelajaran dan nilai hasil belajar afektif siswa diperoleh dari observasi selama proses pembelajaran sedangkan nilai hasil belajar kognitif siswa diperoleh dari ulangan harian yang dilakukan setelah materi termokimia selesai diajarkan. Analisis Data Keterlaksanaan proses pembelajaran dan nilai hasil belajar afektif siswa dianalisis dengan analisis deskriptif menggunakan teknik persentase, sedangkan nilai hasil belajar kognitif siswa dianalisis menggunakan analisis statistik non parametrik Mann-Whitney U.
HASIL ANALISIS Deskripsi Keterlaksanaan Proses Pembelajaran Pengamatan tentang keterlaksanaan proses pembelajaran dilakukan oleh seorang observer yakni mahasiswa UM jurusan kimia. Pengamatan keterlaksanaan proses dilakukan selama 4 kali sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Hasil pengamatan keterlaksanaan proses pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 1 Tabel 2. Data Keterlaksanaan Proses Pembelajaran
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) Pertama Kedua Ketiga Keempat Rata-rata
Keterlaksanaan proses pembelajaran Kelas kontrol Kelas eksperimen 77,7 77,7 83,3 94,4 88,8 88,8 88,8 94,4 84,6 88,8
Nilai keterlaksanaan
100 90 80 70 60 50
Kontrol
40
eksperimen
30 20 10 0 RPP 1
RPP 2
RPP 3
RPP 4
Gambar 1. Grafik Keterlaksanaan Proses Pembelajaran
Deskripsi Data Kemampuan Awal Siswa Data kemampuan awal siswa diperoleh dari nilai ulangan akhir semester ganjil. Data kemampuan awal siswa dapat dilihat pada Tabel 3. Uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan dua rata-rata kemampuan awal siswa masingmasing dapat dilihat pada Tabel 4, 5, dan 6. Tabel 3. Data Kemampuan Awal Siswa
Kelas Kontrol Eksperimen
Jumlah siswa 36 37
Nilai terendah 76 76
Nilai tertinggi 84 85
Rata-rata 78,81 79,59
Standar deviasi 1.90967 2,62953
Tabel 4. Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa
Kelas Kontrol Eksperimen
Nilai Signifikansi 0,000 0,001
Kesimpulan Tdk Normal Tdk Normal
Tabel 5. Uji Homogenitas Kemampuan Awal Siswa
Variabel Kemampuan awal
Nilai uji Levene 2,831
Nilai signifikansi 0,097
Kesimpulan Homogen
Tabel 6. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Kemampuan Awal Siswa
Kelas TMP 1 & TMP 2
Nilai Signifikan 0,129
kesimpulan Tdk ada perbedaan
Kriteria Pengujian : - Jika nilai signifikansi > 0,05 maka H0 diterima atau tidak ada perbedaan kemampuan awal - Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H1 diterima atau ada perbedaan kemampuan awal Uji Kesamaan dua rata-rata kemampuan awal dianalisis secara statistik menggunakan statistik non parametrik Mann-Whitney U. Berdasarkan Tabel 6 didapatkan nilai signifikansi 0,129 sehingga H0 diterima. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kemampuan awal siswa. Deskripsi Data Hasil Belajar Siswa Hasil belajar kognitif siswa diperoleh dari nilai ulangan harian materi termokimia. Data hasil belajar kognitif siswa dapat dilihat pada Tabel 7. Uji normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis hasil belajar kognitif siswa masingmasing dapat dilihat pada Tabel 8, 9, dan 10. Tabel 7. Data Hasil Belajar Siswa
Kelas Kontrol Eksperimen
Jumlah siswa 36 37
Nilai terendah 60 65
Nilai tertinggi 85 95
Rata-rata 76,25 80,27
Tabel 8. Uji Normalitas Data Hasil Belajar Siswa
Kelas Kontrol Eksperimen
Nilai 0,006 0,017
Kesimpulan Tdk Normal Tdk Normal
Tabel 9. Uji Homogenitas Data Hasil Belajar Siswa
Variabel Hasil belajar
Nilai uji Levene 0,272
Nilai Signifikansi 0,604
Kesimpulan Homogen
Tabel 10. Uji Mann-Whitney U Hasil Belajar Siswa
Kelas TMP1 & TMP 2
Nilai Signifikan 0,014
Kesimpulan H0 ditolak H1 diterima
Berdasarkan Tabel 10 dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian, terdapat perbedaan secara signifikan hasil belajar antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran LC 5E-STAD dengan yang diajar dengan model pembelajaran Learning Cycle 5-E.
PEMBAHASAN Keterlaksanaan Proses Pembelajaran Keterlaksanaan proses pembelajaran diamati setiap kali pertemuan, totalnya sebanyak 4 kali pertemuan. Pengamatan dilakukan oleh seorang observer yakni mahasisa UM. Perkembangan keterlaksanaan proses pembelajaran mengalami kenaikan dan penurunan setiap pertemuannya. Jika dilihat dari skor rata-rata keterlaksanaan proses pembelajaranya, kelas kontrol memiliki nilai 84,6% yakni dalam kategori baik. Sedangkan pada kelas eksperimen skor rata-rata keterlaksanaan proses pembelajaranya sebesar 88,8% dalam kategori baik. Keterlaksanaan proses pembelajaran dilihat dari ketercapaiannya yang telah direncanakan dalam RPP. Berdasarkan hasil pengamatan ada beberapa kegiatan yang tidak terlaksana secara maksimal. Keterlaksanaan proses pembelajaran kelas kontrol pada pertemuan pertama berlangsung sekitar 77,7%, Hal ini dikarenakan pada pertemuan pertama diadakan demonstrasi untuk membedakan suatu sistem dan lingkungan. Waktu 2 x 45 menit. Pada pertemuan pertama diperoleh rata-rata nilai kuis siswa kelas kontrol sebesar 72,7 hal ini dikarenakan masih ada beberapa hal yang terlewatkan saat penyampaian pembelajaran, yaitu tidak menyampaikan tujuan pembelajaran, tidak menghubungkan apersepsi dengan materi yang akan dipelajari. Pada kelas eksperimen keterlaksanaan proses pembelajaran berlangsung 77,7% Demikian halnya dengan kelas kontrol, pada pertemuan pertama di kelas eksperimen berlangsung kurang maksimal dikarenakan adanya demonstrasi untuk membedakan sistem dan lingkungan dari guru dan susahnya mengatur kelompok. Pada pertemuan pertama di kelas eksperimen rata-rata nilai kuis siswa sebesar 85,6 hal ini dikarenakan peneliti memperbaiki kesalahan yang terjadi pada kelas kontrol, dan pembelajaran di buat menarik sehingga siswa tertarik untuk belajar. Pada pertemuan kedua kelas kontrol mengalami kenaikan dari pertemuan pertama yakni keterlaksanaannya sebesar 83,3%. Kenaikan keterlaksanaan sebesar 5,6%. Hal ini dikarenakan adanya demontrasi yang menarik siswa, siswa sudah tidak bingung dengan kelompoknya, dan sedikit lebih mudah di atur. Sedangkan pada kelas eksperimen pada pertemuan kedua keterlaksanaan proses pembelajaran berlangsung sekitar 94,4% Peningkatan tersebut karena adanya perbaikan yang terjadi pada pertemuan pertama, sehingga terjadi sedikit peningkatan pada pertemuan kedua. Pada pertemuan kedua, rata-rata nilai kuis pada kelas kontrol sebesar 75. Pada kelas eksperimen, rata-rata nilai kuisnya sebesar 81,4 hal ini
dikarenakan peneliti melaksanakan setiap fase pembelajaran dengan tepat dan meminimalisir kesalahan pada pertemuan pertama dan memperbaiki kesalahan pada pertemuan pertama. Pertemuan ketiga dikelas kontrol mengalami peningkatan, yakni sebesar 88,8% Peningkatan tersebut dikarenakan adanya perbaikan dari pertemuan kedua yakni peneliti mengadakan tanya jawab atas apersepsi yang diberikan serta menghubungkan apersepsi dengan materi yang akan dipelajari. Ketidak maksimalan proses pembelajaran pada pertemuan ketiga juga dikarenakan adanya beberapa langkah pembelajaran yang terlewati, tetapai dengan adanya hal tersebut proses pembelajaran tetap berlangsung dengan baik sehingga siswa dapat menerima materi secara keseluruhan. Pertemuan ketiga pada kelas eksperimen keterlaksanaan proses pembelajaran berlangsung sekitar 88,8% Penurunan keterlaksaan pada pertemuan tiga di kelas dikarenakan materi sudah menginjak hitungan,sehingga di butuhkan waktu yang cukup banyak, dan peneliti sedikit mempercepat pengajaran karna ditakutkan waktu tidak mencukupi. Pada kelas kontrol rata-rata nilai kuis sebesar 85, sedangkan pada kelas eksperimen rata-rata nilai kuis sebesar 91,2 hal ini di karenakan siswa di kelas kontrol dan eksperimen lebih menyukai perhitungan, dan materi yang disajikan dalam pertemuan ketiga adalah perhitungan sehingga nilai rata-rata kuisnya tinggi. Pada pertemuan keempat kelas kontrol keterlaksanaan proses pembelajaran berlangsung sebesar 88,8%, pada pertemuan ke empat di kelas kontrol langkah pembelajarannya tidak jauh berbeda dengan pertemuan ketiga, peneliti melewatkan beberapa langkah pembelajaran yaitu tidak menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengadakan tanya jawab pada siswa. Pertemuan keempat pada kelas eksperimen berlangsung sekitar 94,4%. Peningkatan tersebut karena adanya perbaikan pertemuan sebelumnya yaitu peneliti sudah menyampaikan tujuan pembelajaran dan menghubungkan apersepsi dengan materi yang akan dipelajari. Manajemen waktu dapat terorganisir dengan baik sesuai dengan alokasi waktu 2 x 45 menit. Pada pertemuan keempat rata-rata nilai kuis pada kelas kontrol sebesar 87,3 sedangkan pada kelas ekperimen rata-rata nilai kuisnya sebesar 91,8 hal ini dikarenakan peneliti sudah melakukan perbaikan dari pertemuan pertama, kedua dan ketiga yaitu peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran, mengadakan tanya jawab dan menghubungkan apersepsi dengan materi yang akan dipelajari, selain itu materi yang disajikan pada pertemuan keempat ini terbilang cukup mudah bagi siswa sehingga nilai kuis yang diperoleh setiap siswa baik. Hasil Belajar Siswa Hasil belajar terdiri dari dua, yaitu kognitif dan afektif. Kelas eksperimen yang diajarkan dengan model Learning Cycle 5E-STAD mempunyai rata-rata yang lebih besar yaitu 80,27 sedangkan kelas kontrol yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5-E mempunyai rata-rata sebesar 76,25. Kelas eksperimen mempunyai rata-rata lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol karena pada kelas eksperimen Learning Cycle 5-E dipadukan dengan STAD yang dasarnya membangun pengetahuan secara bersama melalui kerja kelompok dalam tim. Fungsi dari kelompok ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar dan lebih khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik di akhir pembelajaran (Slavin, 2005: 144).
Penilaian afektif siswa meliputi kehadiran siswa, keseriusan, kejujuran, menghargai orang lain dan tidak menggangu teman. Hasil belajar afektif siswa menunjukkan bahwa bahwa rata-rata nilai afektif siswa kelas eksperimen yang diajarkan dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E-STAD mempunyai ratarata yang lebih besar daripada kelas kontrol yang diajarkan dengan model pembelajaran Learning Cycle 5-E. Siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E-STAD rata-rata nilai keaktifan yang lebih tinggi karena dimungkinan keterbiasaan siswa berdiskusi dengan kelompok, menyampaikan pendapat dalam diskusi sehingga siswa terbiasa untuk aktif dalam pembelajaran di kelas. Rata-rata nilai afektif siswa kelas kontrol sebesar 63,97 sedangkan pada kelas eksperimen sebesar 68,40. Nilai tersebut tergolong rendah karena masuk dalam kategori kurang afektif. Nilai afektif yang didapatkan pada kelas kontrol maupun eksperimen tergolong rendah karena siswanya memang sulit di atur, peneliti sudah mengupayakan pembelajaran yang menarik namun hanya beberapa siswa saja yang aktif sehingga menyebabkan nilai rata-rata afektif kelas tergolong rendah.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Keterlaksaaan proses pembelajaran siswa yang dibelajarkan dengan model LC 5E-STAD lebih baik daripada keterlaksanan pembelajaran yang dibelajarkan dengan model Learning Cycle 5-E. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata keterlaksanaan proses pembelajaran siswa yang dibelajarkan dengan model LC 5E-STAD sebesar 88,8% sedangkan proses pembelajaran siswa yang dibelajarkan dengan model Learning Cycle 5-E sebesar 84,6% 2. Ada perbedaan antara hasil belajar siswa kelas XI SMK Negeri 6 Malang yang dibelajarkan dengan model LC 5E-STAD dengan siswa yang dibelajarkan dengan model Learning Cycle 5-E pada materi termokimia. Hal ini dtunjukkan dengan nilai rata-rata pada kelas yang dibelajarkan dengan model pembelajaran LC 5E-STAD sebesar 80,27 sedangkan nilai rata-rata pada kelas yang dibelajarkan dengan model Learning Cycle 5-E sebesar 76,25. Nilai afektif untuk kelas yang dibelajarkan dengan model pembelajaran LC 5E-STAD sebesar 68,40 sedangkan nilai rata-rata pada kelas yang dibelajarkan dengan model Learning Cycle 5-E sebesar 63,97. Saran 1. Selama proses pelaksanaan model pembelajaran kooperatif LC 5E-STAD, kontrol waktu sulit dilakukan yaitu pada fase Exploration dan Elaboration, pada fase Exploration sebaiknya waktu diskusi lebih dipersingkat agar pada fase Elaboration saat siswa mengerjakan soal-soal yang berikan oleh guru dapat selesai tepat waktu. 2. Materi termokimia bersifat abstrak, agar siswa dapat menerapkan materi yang telah disampaikan oleh guru, sebaiknya dalam menyampaikan materi dikaitkan dengan contoh yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
3. Bagi peneliti lain, disarankan untuk melakukan peneliti lebih lanjut tentang model pembelajaran kooperatif LC 5E-STAD, tetapi dengan variabel yang berbeda.
DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Iskandar, S.M. 2010. Strategi Pembelajaran Konstruktivistik dalam Kimia. Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang. Rindayani, Ika Abrianti. 2012. Perbedaan Kualitas Proses & Hasil Belajar Siswa yang Dibelajarkan Menggunakan Paduan Model Pembelajaran STAD-LC & LC dengan Materi Hidrokarbon Pada Siswa SMAN 1 Garum Kab.Blitar Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang. Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Slavin, E.R. 2005. Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik. Terjemahan oleh NarulitaYusron. Bandung. Nusa Media