PERBEDAAN GAIT PARAMETER PADA KONDISI FLEXIBLE FLAT FOOT DAN ARKUS KAKI NORMAL ANAK USIA 11-13 TAHUN DI SD NEGERI 3 CEPU
NASKAH PUBLIKASI DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA FISIOTERAPI
Disusun Oleh :
Hapsari Cahyaningrum J120141035
PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016
PERBEDAAN GAIT PARAMETERS PADA KONDISI FLEXIBLE FLAT FOOT DAN ARKUS NORMAL ANAK USIA 11-13 TAHUN DI SD NEGERI 3 CEPU Hapsari Cahyaningrum, AMF Program Studi S1 Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura Surakarta
[email protected] Latar Belakang: Anak usia 11-13 tahun telah memiliki arkus kaki dengan lengkungan kaki yang terbentuk sempurna. Namun banyak anak masih ditemukan dengan arkus kaki rata (flat foot). Anak usia sekitar 11-13 tahun yang masih memiliki arkus kaki rata perlu mendapat perhatian, karena kondisi tersebut akan berlanjut dan menetap hingga dewasa. Banyak perubahan yang ditimbulkan oleh kondisi flat foot seperti mudah timbul kelelahan pada kaki dan perubahan lingkup gerak sendi tungkai bawah. Pendekatan lain yang bisa dipakai untuk menilai perubahan kondisi pada anak flat foot adalah gait parameter. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui Perbedaan Gait Parameter Pada Kondisi Flexible Flat Foot dan Arkus Kaki Normal Anak Usia 11-13 Tahun Di SD N 3 Cepu. Manfaat Penelitian: Dapat mengetahui Perbedaan Gait Parameter Pada Kondisi Flexible Flat Foot dan Arkus Kaki Normal Anak Usia 11-13 Tahun Di SD N 3 Cepu. Metode Penelitian: Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Observasional dengan pendekatan Cross Sectional. Teknik pengambilan sampel secara Purposive Sampling. Jumlah sample 50 orang. Penentuan diagnosis flexible flat foot dengan foot print. Mencari Perbedaan Gait Parameter dengan mencari cadence, stright length, step length, cycle time dan speed antara kelompok anak normal dan kelompok anak flexible flat foot. Uji Beda menggunakan Uji Mann Whitney dengan degree of confident sebesar 95%. Hasil Penelitian: Berdasarkan penguji statistik didapatkan hasil adanya perbedaan antara 2 kelompok. Dimana keseluruhan ρ value (sig) < 0,05, maka hipotesis diterima atau dapat diartikan terdapat perbedaan gait parameter yang signifikan pada kedua kelompok. Kesimpulan: Terdapat perbedaan gait parameter pada kondisi flexible flat foot dan arkus kaki normal anak usia 11-13 tahun.
Kata Kunci: Gait Parameter, Flexible Flat Foot, Arkus Kaki Normal, Usia 11-13 Tahun.
THE DIFFERENCE OF GAIT PARAMETERS BETWEEN FLEXIBLE FLAT FOOT AND NORMAL ARCH FOOT ON CHILDREN AGED 11-13 YEARS AT STATEELEMENTARY SCHOOL 03 CEPU Hapsari Cahyaningrum, AMF Physiotherapy Department Health Science Faculty Muhammadiyah University of Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura Surakarta
[email protected] Background: Children aged 11-13 years have had a perfect curve of arch foot. However, flat foot is still found common in children. Children aged approximately 11-13 years who have flat foot require more attention because these condition will continue and persist into adulthood. A lot of changes that brought about flat foot, such as easily arise fatigue in the foot and changes in range of motion of lower extremity. Another approach that can be used to assess changes in flat foot is gait parameters. Research Aims: to study about the difference of gait parameters between flexible flat foot and normal arch foot on children aged 11-13 years at state-elementary school 03 Cepu. Benefits: Known about the difference of gait parameters between flexible flat foot and normal arch foot on children aged 11-13 years at state-elementary school 03 Cepu. Method: The type of this research is Observational uses Cross Sectional approach. Sampling technique used in this research is Purposive Sampling. Numbers of samples are 50 people. Diagnosis determining of flexible flat foot based on foot print. Finding the difference of gait parameters is used the value of cadence, stright length, step length, cycle time and speed between normal group and flexible flat foot group. Different test using Mann Whitney test with a degree of confident by 95 % Results: Based on statistic test, it provides the results as different between 2 variables. Overall of ρ value (sig) < 0.05, then the hypothesis is accepted or it can mean there is a significant difference in gait parameters in both groups Conclusion: There is a different of gait parameters between flexible flat foot and normal arch foot on children aged 11-13 years.
Keywords: gait parameter, flexible flat foot, normal arch foot, 11-13 years old.
PENDAHULUAN Manusia terlahir dengan dibekali empat anggota gerak, dua anggota gerak atas terdiri dari tangan kanan dan kiri, dua anggota gerak bawah terdiri dari kaki kanan dan kiri. Kombinasi dari gerakan ektremitas tersebut membuat seseorang dapat melakukan salah satu aktifitas dasar manusia yaitu berjalan. Menurut Watt (2009), anak-anak yang berusia diatas 8 tahun di United Kingdom menempuh berjalan sejauh 3 miles (1 mile = 1,6 kilometer) setiap harinya. Pada tahun 2011, anak-anak yang duduk di primary school (usia 5-10 tahun) 49% pergi ke sekolah dengan berjalan kaki. Sedangkan pada anak-anak yang duduk di secondary school (usia 11-16 tahun) 38% pergi ke sekolah dengan berjalan kaki. Terdapat 84-89% anak yang tinggal dengan radius kurang dari 1 mile lebih memilih berjalan kaki untuk pergi ke sekolah (Melbourne, 2011). Dari fakta diatas dapat dilihat bahwa aktifitas berjalan dapat dinilai sebagai aktifitas dasar yang dilakukan oleh manusia. Kaki bertanggung jawab penuh pada aktifitas berjalan tersebut. Kaki juga berfungsi sebagai penopang tubuh dalam melakukan aktifitas sehari hari. Tanpa kaki aktifitas sehari hari manusia akan mengalami hambatan dan keterbatasan. Pada kaki terdapat komponen penting yang disebut arkus kaki (Idris, 2005). Arkus kaki berperan penting mendukung aktifitas berdiri, berjalan, melompat dan berlari. Untuk mendukung aktifitas tersebut arkus kaki harus terbentuk dalam keadaan baik. Arkus kaki yang tidak berkembang dengan baik dapat menyebabkan gangguan keseimbangan, gangguan stabilitas, nyeri, kelelahan, cidera, dan kecacatan berlanjut, yang mana akan berdampak pada keterbatasan aktifitas sehari hari, prestasi dalam olahraga dan pekerjaan terutama dalam bidang militer (Idris, 2005). Kelainan akibat tidak berkembangnya arkus kaki salah satu nya adalah flat foot. Flat foot dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu kategori flexible flat foot dan rigid flat foot. Flexible flat foot memiliki karakteristik arkus kaki terlihat ketika kaki tidak
menumpu dan arkus menghilang ketika menumpu. Rigid flat foot memiliki karakteristik kaki kaku, saat menumpu dan saat tidak menumpu tidak terlihat adanya arkus kaki. Kebanyakan kondisi rigid flat foot dihubungkan dengan kondisi patologis yang membutuhkan penanganan khusus (Halabchi, 2013). Anak usia sekitar 11-13 tahun yang masih memiliki arkus kaki rata perlu mendapat perhatian, karena kondisi tersebut akan berlanjut dan menetap hingga dewasa. Ditandai hilangnya sebagian atau seluruh arkus longitudinal medial kaki. Kondisi flat foot yang berlanjut hingga dewasa akan menimbulkan nyeri dan menimbulkan keterbatasan dalam melakukan aktifitas sehari-hari (Lee et al, 2005). Oleh karena itu penulis melakukan penelitian pada anak flexible flat foot usia 11-13 tahun untuk melihat perubahan yang terjadi dibandingkan anak arkus kaki normal. Sehingga bisa dilakukan penanganan lebih lanjut untuk mencegah keluhan diusia dewasa. Data dari angka kejadian flexible flat foot masih jarang ditemukan di Indonesia. Di kota Surakarta sebanyak 1089 anak usia 6-12 tahun di dua sekolah dasar (SD), 299 anak atau 27,5 % mengalami flat foot (Wardani, 2013). Dari hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, khususnya di Sekolah Dasar (SD) Negeri 3 Cepu, sebanyak 55 anak berumur 11-13 tahun, sebanyak 25 anak mengalami flexible flat foot. Pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa fleksible flat foot adalah pemeriksaan inspeksi dari arkus kaki saat menumpu dan tidak menumpu, pemeriksaan ligamen, pemeriksaan nyeri tekan, pengukuran tulang navikular dan pemeriksaan cara jalan. Pemeriksaan penunjang seperti CT SCAN, Magnetic Resonance Imaging dan Foot Print dilakukan untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang lebih mendalam (Halabchi, 2013 ). Selain dengan menggunakan pemeriksaan untuk penegakan diagnosa flexible flat foot, berbagai pendekatan juga perlu dilakukan untuk menilai perubahan yang terjadi pada tungkai
bawah. Salah satu contohnya dengan mengukur perbedaan lingkup gerak sendi (range of motion) pada tungkai bawah anak flexible flat foot usia 7-10 tahun di Taipe, Taiwan. Hasil yang didapatkan adalah ada perbedaan dari lingkup gerak sendi (range of motion) pada tungkai bawah antara anak flexible flat foot dan anak arkus kaki normal (Shih, 2012). Dari penelitian tersebut penulis merasa perlu untuk melakukan pendekatan lain dengan pengukuran lain. Peneliti memilih menggunakan gait parameter. Pendekatan gait parameter relatif sederhana dalam penggunaan alat namun tetap bisa mendapatkan hasil yang objektif. Gait parameter meliputi cadence, cycle time, stride length, step length dan kecepatan jalan (speed) (Abbas, 2014). Dengan demikian peneliti melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan
Gait
Parameter pada Kondisi Flexible Flat Foot dan Arkus Kaki Normal Anak Usia 11-13 Tahun di SD Negeri 3 Cepu” TUJUAN Untuk mengetahui perbedaan gait parameter pada kondisi flexible flat foot dan arkus kaki normal anak usia 11-13 tahun. METODE Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Observasional dengan pendekatan Cross Sectional. Teknik pengambilan sampel secara Purposive Sampling. Jumlah sample 50 orang. Penentuan diagnosis flexible flat foot dengan foot print. Mencari Perbedaan Gait Parameter dengan mencari cadence, stright length, step length, cycle time dan speed antara kelompok anak normal dan kelompok anak flexible flat foot. Uji Beda menggunakan Uji Mann Whitney dengan degree of confident sebesar 95%.
HASIL DAN PEMBAHASAN Table 6. Perbandingan Gait Parameter Gait Parameter
Mean
Arkus normal SD Min
Cadence
116,16
10,93
96,00
132,00 93,60
7,74
78,00
114,00
Cycle time
1,03
0,93
0,90
1,25
1,28
0,10
1,05
1,53
Step length
0,53
0,71
0,36
0,62
0,84
0,21
0,39
1,12
Stride length
1,07
0,15
0,74
1,28
0,95
0,94
0,78
1,15
Speed
1,04
0,20
0,66
1,38
0,73
0,09
0,54
0,92
Max
Mean
Flexible flat foot SD Min
Max
Berdasarkan tabel 6 informasi yang peneliti peroleh adalah cadence kelompok arkus normal, memiliki nilai mean sebesar 116,00, nilai SD sebesar 10,93, nilai min sebesar 96,00 dan nilai max sebesar 132,00; Kelompok flexible flat foot , memiliki nilai mean sebesar 93,60, nilai SD sebesar 7,74, nilai min sebesar 78,00 dan nilai max sebesar 114,00. Cycle time kelompok arkus normal, memiliki nilai mean sebesar 1,03, nilai SD sebesar 0,93, nilai min sebesar 0,90 dan nilai max sebesar 1,25; Kelompok flexible flat foot , memiliki nilai mean sebesar 1,28, nilai SD sebesar 0,10, nilai min sebesar 1,05 dan nilai max sebesar 1,53. Stride length kelompok arkus normal, memiliki nilai mean sebesar 1,07, nilai SD sebesar 0,15, nilai min sebesar 0,74 dan nilai max sebesar 1,28; Kelompok flexible flat foot , memiliki nilai mean sebesar 0,95, nilai SD sebesar 0,94, nilai min sebesar 0,78 dan nilai max sebesar 1,15. Step length kelompok arkus normal, memiliki nilai mean sebesar 0,53, nilai SD sebesar 0,07, nilai min sebesar 0,36 dan nilai max sebesar 0,62; Kelompok flexible flat foot, memiliki nilai mean sebesar 0,84, nilai SD sebesar 0,21, nilai min sebesar 0,39 dan nilai max sebesar 1,12.
Speed kelompok arkus normal, memiliki nilai mean sebesar 1,04, nilai SD sebesar 0,20, nilai min sebesar 0,66 dan nilai max sebesar 1,38; Kelompok flexible flat foot, memiliki nilai mean sebesar 0,73, nilai SD sebesar 0,09, nilai min sebesar 0,54 dan nilai max sebesar 0,92.Dari hasil analisa data terkait perbedaan gait parameters pada anak arkus normal dan anak flat foot didapatkan hasil yang sangat signifikan. Rata-rata/mean cadence pada anak arkus normal terhitung sebesar 116,16 langkah per satu menit (steps/minute), sedangkan pada anak flat foot tercatat sebesar 93,60 steps/minute. Rata-rata/mean cycle time yang tercatat pada anak arkus normal adalah 1,03 detik sedangkan 1,28 detik menjadi mean dari cycle time pada anak flat foot. Dapat kita temukan hubungan antara cadence dan cycle time dari persamaan matematika sederhana. Hasil cadence dan cycle time saling berbanding terbalik, artinya semakin tinggi cycle time secara langsung akan membuat hasil cadence semakin rendah. Dapat ditarik kesimpulan bahwa cadence anak arkus normal lebih besar dari pada anak flat foot, sebaliknya cycle time anak arkus normal lebih lebih rendah dari anak flat foot. Berikutnya adalah stride lenght, 1,07 meter menjadi nilai mean dari anak arkus normal, sedangkan 0,95 meter merupakan hasil nilai mean dari anak flat foot. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa stride lenght anak arkus normal lebih besar dari pada anak flat foot. Stride length merupakan satu-satu parameter yang tidak dipengaruhi oleh parameter lain. Sinkronisasi dari aktivasi otot dan lingkup gerak sendi pada anggota gerak bawah menjadi hal yang mempengaruhi besarnya stride lenght. Hasil parameter terakhir yang terekam adalah speed. Speed pada anak arkus normal tercatat 1,04 meter/second, berbanding dengan hasil speed dari anak normal sebesar 0,73 meter/second. Data tersebut menyatakan bahwa speed anak normal lebih besar dari pada anak flat foot. Speed merupakan parameter yang sangat dipengaruhi oleh parameter lain seperti: stride lenght, cycle time, dan cadence.
Cycle time akan menjadi fokus perhatian dalam pembahasan ini. Ada beberapa alasan peneliti untuk fokus pada cycle time pada pembahasan ini antara lain: (1) Cadance berhubungan secara langsung terhadap hasil dari cycle time. Artinya, besar cadance pada anak arkus normal dan anak flat foot sangat dipengaruhi dari besar cycle time, dimana cadence dan cycle time besarnya berbanding terbalik. (2) Stride lenght tidak menjadi fokus kami dikarenakan hasil dari stride lenght yang kami dapat dari anak arkus normal maupun flat foot masih dalam range normal (Whittle, 2007) walaupun ada perbedaan yang signifikan. Table 7. Tabel rata-rata normal stride lenght anak umur 11-13 tahun Umur
11 tahun
12 tahun
13 tahun
0,92-1,49
0,96-1,54
0,99-1,64
Stride lenght stride lenght (m)
Sumber: Ebook gait analysis, 2007 (3) Speed merupakan hasil akhir dari persamaan matematika sederhana antara besarnya jarak yang ditempuh (stride lenght) dibagi dengan waktu yang dibutuhkan (cycle time). Pembahasan mengenai cycle time dimulai dengan mengkaji gait cycle pada jalan manusia normal. Menurut Marasovic, et al (2009), untuk menganalisa gerakan-gerakan yang terkoneksi dalam aktivitas berjalan dibutuhkan pembahasan yang mendalam tekait dengan gait cycle. Pemahaman tentang gait cycle membuat kita mampu membagi siklus berjalan dalam periode waktu yang pasti (Hallemans, et al, 2005). 60% gait cycle merupakan stance phase dan 40% sisanya merupakan swing phase. Stance phase pada gait cycle dimulai dari initial contact yang merupakan awal dari proses loading respone dan diakhiri toe off yang merupkan akhir dari proses pre swing. Sedangkan untuk swing phase diawali oleh toe off yang merupakan awal dari proses initial swing dan initial contact sebagai akhir dari terminal swing (Whittle, 2007). Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa cycle time merupakan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan 100% gait cycle. Setelah memahami cycle time dan
gait cycle, Myoung (2013) menyatakan bahwa kajian berikutnya untuk mendalami perbedaan gait parameters pada anak arkus normal dan flat foot adalah pemahaman tentang muscle activation dan ground reaction forces. Dalam penilitian yang dilakukan oleh Myoung (2013), menggunakan alat surface eletromyogram (TeleMyo 2400T, Noraxon Co., USA) melalui pendekatan kinetic didapati perbedaan muscle activation pada kondisi arkus normal dan flat foot saat berjalan. Elektroda ditempelkan di abductor hallucis, tibialis anterior, peroneus longus, medial gastrocnemius, lateral gastrocnemius, vastus medialis, vastus lateralis, dan biceps femoris muscles. Hasilnya didapatkan adanya perbedaan signifikan aktifitas otot antara kedua kelompok. Terdapat hyperactivation pada hampir seluruh otot-otot tersebut, tetapi yang paling besar terdapat pada vastus medial muscle dan abductor hallucis muscle. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa muscle activity pada anak flat foot lebih tinggi dari pada anak arkus normal. Hal ini mengakibatkan cycle time pada anak flat foot lebih tinggi dari pada anak arkus normal. Selain kajian dari muscle activity, ground reaction force juga menjadi kompenen penting dalam pembahasan penilitian ini. Menurut Whittle (2007), vertical ground reaction force mencapai nilai tertinggi pada saat 15% gait cycle (pada proses awal mid-stance) dan 48% gait cycle (pada proses akhir terminal stance). Proses awal dari mid-stance merupakan saat dimana medial longitudinal arch menjadi tumpuan saat berjalan. Pada anak pada kondisi flat foot medial longitudinal arch mengalami kelemahan yang mengakibatkan cycle time menjadi lebih lama. Selain pada proses awal mid-stance, puncak dari vertical ground reaction force terjadi pada akhir terminal stance), yaitu sesaat sebelum toe off. Menurut Myoung (2013), terdapat perbedaan signifikan tumpuan antar anak normal dan anak flat foot. Pada anak arkus normal, tumpuan pada proses ini adalah toe atau 1st metatarsal area, sedangkan pada anak flat foot terjadi perubahan tumpuan ke 2nd-3rd metatarsal area. Hal ini mengakibatkan gait cyle pada anak flat foot menjadi lebih lama dari anak arkus normal.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan gait parameter pada kondisi flexible flat foot dan arkus kaki normal anak usia 11-13 tahun di Sekolah Dasar (SD) Negeri 3 Cepu. Saran dalam penelitian ini adalah meningkatkan pengetahuan tentang flexible flat foot, penyebab serta efek jangka panjang bagi anak. Melakukan deteksi dini pada anak dengan foot print sehingga bisa dilakukan penanganan lebih awal untuk mencegah terjadinya keluhan. Melakukan tindakan promotif kepada masyarakat dengan memberikan penyuluhan di posyandu atau sekolah tentang flexible flat foot serta mengajarkan bagaimana mendeteksi adanya flexible flat foot.Melakukan tindakan lebih lanjut jika ditemukan adanya keluhan pada anak flexible flat foot seperti mengajarkan penguatan kaki untuk mencegah adanya kelelahan.
DAFTAR PUSTAKA Abbass, SJ dan Abdulrahman G. 2014. Kinematik Analysis of Human Gait Cycle. Nahrain University, College of Engineering Journal (NUCEJ). Vol 16 (2): 208-222 Benedetti, MG, et al. 2011. Diagnosis of Flexible Flatfoot in Children: A Systematic Clinical Approach. Orthpedics. Vol 34 (2): 94-99 Chang, Chia-Hsieh, et al. 2014. Flat Foot Diagnosis by a unique Bimodal Distribution of Foot Print Index in Children. Plos One. Chen CH, et al. 2006. The Correlation between Selected Measurement from Foot Print and Radiograph of Flat Foot. Arch Physio Medical Rehabilitation. Vol 87:235-240. Eluwa M, Omini R, Kpela T, Ekanem T and Akpantah A. 2009. The Incidence of Pes Planus amongst Akwa Ibom State Student In the Mrivercity of Calabar. International Journal For.Science Vol 3:2-2. Fiolkowski P, Brunt D, and Bishop M. 2003. Intrinsic Pedal Musculature Support of the Medial Longitudinal Arch. An Electromyography Study. Journal Foot Ankle Surgery. Vol 42: 327-333 Halabchi F, Mazaheri R, Mirshahi M, and Abbasian L. 2013. Pediatric Flexible Flatfoot: Clinical Aspects and Algorithmic Approach. Iranian Journal of Pediatrics. Vol 23 (3): 240-247.
Hallemans A, et al. 2005. 3D joint dynamics of walking in toddlers. A cross-sectional study spanning the first rapid development phase of walking. Gait and Posture. Vol 22: 107118 Hasmy, Mustafa, 2008. Teknik Sampling: Universitas Parahyangan. Bandung. Idris FH. 2005. The Growth of Foot Arches and Influencing Factors. Paediatrica Indonesiana. Vol 45 (6): 111-115. Kim MK and Lee YS. 2013. Kinematic Analysis of the Lower Ekstremities of Subjects with Flat Feet at Different Gait Speeds. Journal of Physical Therapy Science. Vol. 25: 531533. Lee JH, Sung IY, and Yoo JY. 2009. Clinical or Radiologic Measurements and 3-D Gait Analysis in Children With Pes Planus. Pediatric International Vol. 51 (2): 201-5. Lee MS, et al. 2005. Diagnosis and Treatment of Adult Flat Foot. Journal Foot Ankle Surgery. Vol 44: 78-113. Marasovic, Tea, et al. 2009. Analysis and Interpretation of Ground Reaction Forces in Normal Gait. WSEAS Transactions Vol 8 (9): 1105-1114. Melbourne, Lyndsey. 2011. Physical Activity and Health for Primary and Secondary children. BHF National Centre. UK Mickle K, Steele J and Munro B. 2006. The Feet of Overweight and Obese Young Children: Are They Are Flat or Fat Obesity. Vol 14: 1949-1953. Myoung-Kwon Kim. 2013. Kinematic Analysis Of The Lower Extrmities of Subjects with Flat Feet at Different Gait Speed. Journal of Physical Therapy Science Vol 25 (5): 531533. Nakajima K, et al. 2009. Addition of an Arch Support Improves the Biomechanical Effect of a Laterally Wedge Insolse. Gait Posture Vol 29: 208-213. Onodera AN, Sacco IC, Morioka EH, Souza PS, de sa MR. et al. 2008. What is The Best Method for Child Longitudinal Plantar Arch Assessment and when does arch maturation occur Foot Vol. 18:142-149. Reihaneh A, Faranak A dan Mostfa G. 2013. Prevalence of Flat Foot: Comparison between the Male and Female Primary Student of Tehran. Iranian Rehabilitation Vol 11:22-24. Shih YF, Chen CY, Chen WY, and Lin HC. 2012. Lower Extremity Kinematics In Children With And Without Flexible Flatfoot: A Comparative Study. BMC Musculoskeletal Disorder. Wardani, Satrio. 2013. Prevalensi Kelainan Bentuk Kaki (Flat Foot) Pada Anak Usia 6-12 Tahun Di Kota Surakarta. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Watt, Gordon. 2009. The Society Of Chiropodist And Podiatrist, Children's Feet A Practical Foot Care Guide For Parents, Teachers And Children. Department for Transport. UK Whittle, Michael W. 2007. Gait Analysis an Introduction. Philadelphia: Elsevier William D, Mc Clay IS, and Hamil J. 2001. Arch Structure and Injury Patterns in Runner. Clinical Biomechanics (Bristol, Avon). Vol 16: 282-291. Williams D, Mc Clay IS, Hamill J, Buchanan TS. 2001. Lower extremity kinematic and kinetic differences in runners with high and low arches. Journal Applied Biomechanics. Vol 17:153-163.