perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN AKNE VULGARIS ANTARA SISWA PROGRAM AKSELERASI DAN NON AKSELERASI DI SMA NEGERI 1 SURAKARTA
SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Andriaz Kurniawan G0005051
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta
commit to user 2011
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul : Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris antara Siswa Program Akselerasi dan Non Akselerasi di SMA Negeri 1 Surakarta
Andriaz Kurniawan, G0005051, 2011 Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Pada Hari Sabtu, Tanggal 19 Februari 2011
Pembimbing Utama Nama : Muh. Eko Irawanto, dr., Sp.KK NIP : 19751225 2008 1 21003
………………………………
Pembimbing Pendamping Nama : Eti Poncorini, dr., M.Pd NIP : 19750311 2002 2 002
................................................
Penguji Utama Nama : Dr. Indah Julianto, dr., Sp.KK NIP : 19480801 197610 2 001
................................................
Anggota Penguji Nama : Nugrohoaji Dharmawan, dr., Sp.KK NIP : 19751030 200812 1 001
................................................ Surakarta, ……………………. 2011
Ketua Tim Skripsi
Muthmainah, dr., MKes. NIP : 196607021998022001
Dekan FK UNS
Prof. Dr. A. A. Subijanto, dr., MS. commit to user NIP : 194811071973101003
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 11 Februari 2011
Andriaz Kurniawan NIM. G0005051
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Andriaz Kurniawan, G0005051, 2011. Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris antara Siswa Program Akselerasi dan Non Akselerasi di SMA Negeri 1 Surakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan angka kejadian akne vulgaris antara siswa program akselerasi dan non akselerasi di SMA Negeri 1 Surakarta. Metode: Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Subyek penelitian adalah siswa kelas XII program akselerasi dan non akselerasi di SMA Negeri 1 Surakarta, masing-masing sejumlah 2 kelas dengan besar sampel 32 orang. Subyek penelitian diambil dengan teknik pengumpulan data purposive sampling. Data penelitian diperoleh dari hasil wawancara dan observasi melihat ujud kelainan kulit berupa komedo, papul, pustul, dan nodul pada daerah predileksi. Data yang diperoleh diuji dengan uji Fisher Exact. Hasil: Hasil perhitungan statistik dengan Fisher Exact Test menunjukkan nilai p = 0,06221. Simpulan: Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik angka kejadian akne vulgaris antara siswa program akselerasi dan non akselerasi di SMA Negeri 1 Surakarta.
Kata Kunci: akne vulgaris, akselerasi, non akselerasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Andriaz Kurniawan, G0005051, 2011. The Differences of Acne Vulgaris Insidence between Student of Acceleration and Non Acceleration Class Program in SMAN 1 Surakarta. Medicine Faculty of Sebelas Maret University, Surakarta. Objective: The research goal is to determine the differences of acne vulgaris insidence between student of acceleration and non acceleration class program in SMAN 1 Surakarta. Methods: The research uses an analitical observasional research method with a cross sectional approach. The subjects of the research were students of XII acceleration and non acceleration class in SMAN 1 Surakarta, each of 2 classes that consist of 32 students. Determination of samples was done by purposive sampling. The research data obtained from interviews and observation to see the intention of skin disorders in the form comedones, papules, pustules, and nodules in predilection area. The data obtained were tested by Fisher Exact test. Results: The result of Fisher Exact test founds significance value in p = 0.06221. Conclusion: The results of this study concluded that there was no statistic significant difference of acne vulgaris insidence between student of acceleration and non acceleration class program in SMAN 1 Surakarta.
Keywords: acne vulgaris, acceleration, non acceleration
commit to user PRAKATA
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Puji syukur kepada Tuhan karena kasih dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris antara Siswa Program Akselerasi dan Non Akselerasi di SMA Negeri 1 Surakarta”. Skripsi ini disusun dengan maksud untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana dalam bidang kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penyelesaian skripsi ini tak lepas dari bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. A. A. Subijanto, dr., MS., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku Ketua Tim Skripsi beserta Seluruh Staf Bagian Skripsi atas segala bimbingan dan bantuan yang telah diberikan. 3. Muh. Eko Irawanto, dr., Sp.KK, selaku Pembimbing Utama, atas segala kesabaran, bimbingan, bantuan, dan pengarahan materi yang telah diberikan kepada penulis dalam pelaksanaan dan penulisan skripsi ini. 4. Eti Poncorini, dr., M.Pd, selaku Pembimbing Pendamping, atas segala kesabaran, bimbingan, arahan, dan masukan dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini. 5. Dr. Indah Julianto, dr., Sp.KK, selaku Penguji Utama, yang telah berkenan menguji, memberi nasihat, koreksi, kritik, dan saran sehingga penyusunan skripsi ini semakin sempurna. 6. Nugrohoaji Dharmawan, dr., Sp.KK, selaku Anggota Penguji, yang telah berkenan menguji, memberi nasihat, koreksi, kritik, dan saran dalam penyusunan skripsi ini. 7. Papa, Mama, Mb’Nina, M’Agung, Nanda, dan Vito yang senantiasa memberikan doa, cinta, dan motivasi pada penulis. 8. Kakak sekaligus ibu rohaniku Mb’Yussy, yang sudah menanamkan kehidupan yang mulia, saudara dan rekan seperjuangan Mb’Hana, Dedy, Ajeng, Luci, sahabatku Getih, Nike serta semua teman-teman SISWA atas doa, kasih, dan semangatnya. 9. Semua pihak lain yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan sehingga penulis mengharapkan kritik, saran, dan masukan yang membangun, yang berguna bagi kesempurnaan skripsi ini di masa mendatang. Akhir kata, penulis berharap semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi semua. Surakarta, 11 Februari 2011
commit to user DAFTAR ISI
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
halaman PRAKATA
vi
DAFTAR ISI
vii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Perumusan Masalah
3
C. Tujuan Penelitian
3
D. Manfaat Penelitian
3
BAB II LANDASAN TEORI
4
A. Tinjauan Pustaka
4
1. Akne Vulgaris
4
a. Definisi Akne Vulgaris
4
b. Etiologi Akne Vulgaris
5
c. Patogenesis Akne Vulgaris
9
d. Gejala Klinis Akne Vulgaris
11
e. Klasifikasi Akne Vulgaris
12
f. Epidemiologi Akne Vulgaris
14
2. Program Akselerasi
14
a. Definisi Program Akselerasi
14
b. Tujuan Program Akselerasi
15
B. Kerangka Pemikiran
16
C. Hipotesis
16
BAB III METODE PENELITIAN
17
A. Jenis Penelitian
17
B. Lokasi Penelitian
17
C. Subyek Penelitian
17
D. Teknik Sampling commit to user
18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
E. Klasifikasi Variabel Penelitian
18
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian
18
G. Sumber Data
21
H. Rancangan Penelitian
21
I. Instrumen Penelitian
21
J. Teknik Analisis Data
22
BAB IV HASIL PENELITIAN
23
BAB V PEMBAHASAN
28
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
32
A. Simpulan
32
B. Saran
32
DAFTAR PUSTAKA
33
LAMPIRAN
commit toTABEL user DAFTAR
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
halaman Tabel 1 Distribusi Subyek Penelitian Menurut Program Kelas
23
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Subyek Penelitian Menurut Waktu Rata-Rata Belajar
24
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Subyek Penelitian Menurut Kegiatan di Waktu Luang
24
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Subyek Penelitian Menurut Jam Tambahan Pelajaran
25
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Subyek Penelitian Menurut Respon terhadap Hasil Studi
25
Tabel 6 Kebiasaan Mencuci Muka Secara Rutin
26
Tabel 7 Distribusi Frekuensi Kejadian Akne Vulgaris pada Siswa Program Kelas Akselerasi dan Non Akselerasi
26
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
halaman Gambar 2.1 Skema HPA Axis
8
Gambar 2.2 Kerangka Penelitian
16
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian
21
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Penjelasan Penelitian Lampiran 2 Surat Persetujuan Penelitian Lampiran 3 Daftar Pertanyaan Wawancara Lampiran 4 Data Hasil Penelitian Lampiran 5 Hasil Uji Statistik Lampiran 6 Hasil Foto Wajah Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian Lampiran 8 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Akne vulgaris adalah penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan menahun folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustul, nodul, dan kista pada tempat-tempat predileksinya (Wasitaatmadja, 2007). Daerah-daerah yang sering menjadi tempat predileksi munculnya akne adalah wajah, leher, punggung, dada, bahu dan telinga (Browns, 2002). Akne vulgaris merupakan kelainan kulit yang umum terjadi di masyarakat, karena hampir setiap orang pernah menderita penyakit ini maka sering dianggap sebagai kelainan kulit yang timbul secara fisiologis (Wasitaatmadja, 2007). Akne vulgaris merupakan penyakit kulit yang paling sering terjadi dan mengenai 80 % dari semua populasi antara umur 11-30 tahun. Penyakit ini bisa bertahan bertahun-tahun, menyebabkan kerusakan pada muka dan pembentukan jaringan parut permanen di muka (Leyden, 1997). Akne vulgaris menjadi masalah pada hampir semua remaja, 85 % remaja mengalami akne ringan yang masih dianggap sebagai suatu proses fisiologis dan 15 % mengalami akne yang cukup berat sehingga mendorongnya untuk mencari pengobatan (Widjaja, 2000). Akne vulgaris paling sering terjadi pada masa remaja dan dimulai pada awal pubertas antara usia 14-19 tahun. Salah satu penyebab munculnya akne vulgaris adalah stres psikis (Pindha, 2007).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Program akselerasi atau program percepatan belajar adalah bentuk alternatif pelayanan pendidikan bagi siswa berbakat. Program akselerasi melayani siswa dengan kecerdasan IQ (intelligence quotient) minimal 125. Program akselerasi memperpendek masa studi siswa, dari tiga tahun menjadi dua tahun dengan bahan pelajaran dari kelas satu hingga kelas tiga, perbedaannya dengan program reguler terletak pada pengajarannya yang lebih ringkas (Depdiknas, 2007). Pembelajaran untuk program akselerasi harus diwarnai kecepatan yang lebih sesuai dengan tingkat kemampuan yang lebih tinggi dari pada siswa program reguler, serta menekankan perkembangan kreatif dan proses berpikir tinggi (SMAN 1 Sidoarjo, 2009). Dengan sistem akselerasi, siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa diberi peluang untuk dapat menyelesaikan studi di SD kurang dari 6 tahun, di SLTP dan SMU masing-masing kurang dari 3 tahun dengan menyelesaikan semua target kurikulum (Widyastono, 2001). Potensi negatif yang mungkin muncul pada siswa program akselerasi misalnya, siswa akan mudah frustasi karena adanya tekanan dan tuntutan untuk berprestasi (SMAN 1 Sidoarjo, 2009). Menurut Darmaningtyas (2004), program akselerasi hanya mempercepat perkembangan kognitif peserta didik, tetapi tidak mempercepat sisi afektif dan psikomotorik sehingga siswa banyak yang stres, tegang, dan jarang berkomunikasi. Pada siswa program akselerasi beban kegiatan dan tugas yang diberikan lebih berat dibandingkan dengan program non akselerasi, sehingga commit to user siswa program akselerasi memiliki kecenderungan mengalami stres psikis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang lebih tinggi. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti perbedaan angka kejadian akne vulgaris antara siswa program akselerasi dan non akselerasi di SMA Negeri 1 Surakarta. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah ada perbedaan angka kejadian akne vulgaris antara siswa program akselerasi dan non akselerasi di SMA Negeri 1 Surakarta? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan angka kejadian akne vulgaris antara siswa program akselerasi dan non akselerasi di SMA Negeri 1 Surakarta. D. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi pengembangan ilmu kedokteran dan penelitian selanjutnya tentang akne vulgaris.
2.
Manfaat Aplikatif Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan akne vulgaris bagi dokter dan pasien.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Akne Vulgaris a. Definisi Akne Vulgaris Akne vulgaris atau jerawat adalah peradangan kronis dari kelenjar pilosebasea yang disebabkan oleh beberapa faktor dengan gambaran klinis yang khas (Siregar, 2004). Tidak ada seorang pun yang tidak pernah menderita penyakit ini. Akne vulgaris umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. Setelah masa remaja kelainan ini berangsur berkurang, namun kadang-kadang akne vulgaris menetap sampai umur 30 tahun atau lebih (Wasitaatmadja, 2007). Gambaran klinis akne vulgaris sering polimorfi, terdiri atas berbagai kelainan kulit berupa komedo, papula, pustula, nodul, kista dan jaringan parut (Browns, 2002). Lesi utama akne vulgaris adalah terdapatnya komedo (Barakbah dkk, 2008). Komedo adalah gejala patognomonik bagi akne berupa papul miliar yang di tengahnya mengandung sumbatan sebum, dapat berwarna hitam disebut komedo hitam atau komedo terbuka (black comedo) dan berwarna putih disebut komedo putih atau komedo terbuka (white comedo) (Wasitaatmadja, 2007). Akne vulgaris biasanya mulai timbul pada masa remaja atau pubertas. Pada wanita insiden terbanyak ditemukan antara usia 14-17 tahun, commit to user sedangkan pada pria antara 16-19 tahun (Widjaja, 2000).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Namun demikian, akne kadang-kadang juga dapat timbul pada masa bayi dan anak-anak, biasanya pada usia 3-12 bulan (Browns, 2002). Tempat-tempat predileksi akne vulgaris adalah di muka, bahu, dada, dan punggung. Kadang- kadang dapat juga mengenai daerah kulit lain, seperti leher, lengan atas dan glutea (Wasitaatmadja, 2007). b. Etiologi Akne Vulgaris Penyebab akne vulgaris yang pasti belum diketahui, tetapi banyak faktor yang berpengaruh, antara lain (Widjaja, 2000) : 1). Sebum Sebum merupakan faktor utama penyebab timbulnya akne. Akne yang keras selalu disertai pengeluaran sebum yang banyak. 2). Bakteri Mikroba yang terlibat pada terbentuknya akne adalah Corynebacterium acnes (Propionibacterium acnes), Staphylococcus epidermidis, dan Pityrosporum ovale. 3). Herediter Faktor herediter berpengaruh pada besar dan aktivitas kelenjar minyak (glandula sebacea). Riwayat akne di keluarga berhubungan dengan munculnya akne yang lebih awal, peningkatan jumlah dan beratnya lesi, dan kesulitan terapi akne (Ballanger et al., 2006). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4). Hormon Hormon
androgen
memegang
peranan
penting
dalam
berkembangnya akne vulgaris. Kadar hormon androgen pada penderita akne lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak menderita akne (Dekkers et al., 2006). Hormon ini menyebabkan kelenjar minyak bertambah besar dan produksi sebum meningkat. Hormon estrogen mempunyai efek yang berlawanan dengan hormon androgen sehingga menyebabkan sekresi kelenjar sebasea menjadi lebih cair
dan menghambat pembentukan komedo dan
akne (Ganong, 2008). Hormon progesteron dalam jumlah fisiologis tidak mempunyai efek terhadap aktivitas kelenjar lemak. Produksi sebum tetap selama siklus menstruasi, akan tetapi kadang-kadang progesteron dapat menyebabkan akne premenstrual. 5). Diet Penyelidikan terakhir membuktikan bahwa diet sedikit atau tidak berpengaruh terhadap akne. 6). Iklim Di daerah yang mempunyai empat musim, biasanya akne bertambah parah pada saat musim dingin dan akan membaik pada commit to user musim panas. Pada musim panas didapatkan 60 % perbaikan akne,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 % tidak ada perubahan, dan 20 % bertambah hebat. Bertambah hebatnya akne pada musim panas bukan disebabkan oleh sinar ultraviolet melainkan oleh banyaknya keringat pada keadaan yang sangat lembab dan panas tersebut (Cunliffe cit Widjaja, 2000). 7). Psikis Pada beberapa penderita, stres dan gangguan emosi dapat menyebabkan eksaserbasi akne. Kecemasan menyebabkan penderita memanipulasi aknenya secara mekanis, sehingga terjadi kerusakan pada dinding folikel dan timbul lesi meradang yang baru. Stres psikis
akan
merangsang
hipotalamus
untuk
memproduksi
Corticotropin Releasing Factor (CRF), CRF inilah yang akan menstimulasi hipofisis anterior, sehingga terjadi peningkatan kadar Adenocorticotropin Hormon (ACTH). Terjadinya peningkatan kadar ACTH dalam darah akan menyebabkan aktivitas korteks adrenal meningkat. Salah satu hormon yang dihasilkan oleh korteks adrenal adalah hormon androgen, sehingga aktivitas korteks yang meningkat
akan
mengakibatkan
peningkatan
kadar hormon
androgen (Guyton & Hall, 1997). Seperti telah disebutkan di atas, hormon androgen inilah yang berperan penting dalam timbulnya akne.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Androgen Kelenjar sebasea
Keratinosit
Produksi sebum á
Hiperkeratinosit
Akne vulgaris Gambar 2.1 Skema HPA Axis 8). Kosmetika Pemakaian bahan-bahan kosmetika tertentu seperti lanolin, petrolatum, minyak tumbuh-tumbuhan dan bahan-bahan kimia murni (butil stearat, lauril alkohol, bahan pewarna merah D dan C, dan asam oleik), secara terus menerus dalam waktu lama dapat menyebabkan suatucommit bentuktoakne userringan yang terutama terdiri dari
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
komedo tertutup dengan lesi papulopustular pada pipi dan dagu. Bahan-bahan
kosmetika
lain
dalam
pelembab
yang
dapat
menimbulkan akne antara lain: isopropyl stearate, isopropyl palmitate, dan isopropyl myristate (Widjaja, 2000). 9). Bahan-bahan kimia Beberapa macam bahan kimia yang dapat menyebabkan erupsi yang mirip dengan akne (erupsi akneiformis), antara lain yodida, kortikosteroid, isoniazid, difenilhidantoin, fenobarbital, trimetadion, tetrasiklin, dan vitamin B12 (Widjaja, 2000). c. Patogenesis Akne Vulgaris Terdapat empat hal penting yang berperan dalam patogenesis akne vulgaris : 1). Peningkatan produksi sebum Akne biasanya mulai timbul pada masa pubertas pada waktu kelenjar minyak membesar dan mengeluarkan sebum lebih banyak. Pertumbuhan kelenjar minyak dan produksi sebum dipengaruhi oleh hormon androgen. Pada penderita akne terdapat peningkatan hormon androgen dalam darah yang akan diubah ke dalam bentuk metabolit yang lebih aktif (5-alfa dihidrotestosteron). Hormon ini akan mengikat reseptor androgen di sitoplasma yang akan menyebabkan proliferasi seltopenghasil sebum (Widjaja, 2000). commit user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2). Keratinisasi abnormal folikel pilosebasea Keratinisasi pada saluran pilosebasea disebabkan oleh adanya penumpukan korneosit dalam saluran pilosebasea. Penumpukan ini dapat disebabkan oleh peningkatan produksi korneosit, pelepasan korneosit yang tidak adekuat, atau pun kombinasi dari kedua faktor tersebut (Widjaja, 2000). 3). Proliferasi bakteri Tiga macam mikroorganisme yang terlibat pada patogenesis akne adalah Propionibacterium acnes, Staphylococcus epidermidis, Pityrosporum ovale (Widjaja, 2000). Di antara mikroflora tersebut yang paling penting adalah Propionibacterium acnes. P. acnes merupakan bakteri anaerob gram positif yang terdapat di folikel pilosebasea (Handa, 2009). Propionibacterium acnes biasanya ditemukan dalam jumlah kecil pada kulit normal. Produksi sebum yang berlebih dan keratinisasi abnormal folikel pilosebasea menghasilkan
lingkungan
yang
baik
bagi
pertumbuhan
Propionibacterium acnes ( Leyden, 1997). Propionibacterium acnes berperan pada proses kemotaksis inflamasi dan pembentukan enzim lipolitik pengubah fraksi lipid sebum (Wasitaatmadja, 2007). Propionibacterium acnes menghasilkan enzim lipase yang dapat mengubah trigelserid dalam sebum menjadi asam lemak bebas. Fraksi asam lemak bebas ini dapat menginduksi inflamasi dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mempengaruhi kekentalan sebum yang berperan dalam patogenesis akne vulgaris (Pindha, 2007). Propionibacterium acnes memegang peranan penting dalam memicu terjadinya reaksi inflamasi dengan menghasilkan
mediator-mediator
inflamasi
seperti
lipase,
neuraminidase, fosfatase, dan protease (Handa, 2009). 4). Proses inflamasi Proses inflamasi yang terjadi disebabkan oleh mediatormediator inflamasi dalam folikel sebasea yang dihasilkan oleh P. acnes seperti lipase, neuraminidase, fosfatase, dan protease (Widjaja, 2000). P. acnes juga dapat mengaktivasi komplemen (Webster, 2002). Pada awal peradangan interleukin 1-alfa teridentifikasi di dalam mikrokomedo (Fulton, 2009). d. Gejala Klinis Akne Vulgaris Lesi akne vulgaris terdiri dari lesi inflamasi dan non inflamasi. Lesi inflamasi berupa papul, pustul, nodul atau kista. Sedangkan lesi non inflamasi berupa komedo tertutup (white comedo) dan komedo terbuka (black comedo) (Dreno et al., 2004). Menurut Wasitaatmadja (2007), komedo berwarna hitam (black comedo) karena mengandung unsur melanin dan berwarna putih (white comedo) karena letaknya lebih dalam sehingga tidak mengandung melanin. Lokasi lesi terutama timbul di daerah yang banyak mempunyai kelenjar minyak seperti muka, commit2000). to user punggung, dan dada (Widjaja,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e. Klasifikasi Akne Vulgaris 1). Menurut Pillsbury akne dapat diklasifikasikan menjadi : a). Grade I : lesi berupa komedo di muka b). Grade II : lesi berupa komedo, papul, dan pustul c). Grade III : lesi berupa komedo, papul, pustul, dan adanya tanda peradangan yang lebih dalam d). Grade IV : akne konglobata 2). Klasifikasi akne vulgaris menurut American Academy Dermatology (Feldman, 2004). Komedo
Papul/pustul
Nodul
Ringan
Ada
Beberapa
Tidak ada
Sedang
Ada
Beberapa-banyak
Beberapa
Berat
Ada
Banyak dan luas
Banyak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3). Menurut derajat inflamasinya akne dapat diklasifikasikan menjadi (Leyden, 1997) : a). Akne komedonal Gambaran klinik pertama akne selalu diawali dengan adanya komedo non inflamasi yang biasa ditemukan pada dahi, dagu, hidung, dan pipi. Akne bentuk ini berkembang pada remaja atau awal dewasa oleh karena peningkatan produksi sebum dan deskuamasi abnormal dari sel epitel. Kolonisasi oleh P.acnes belum terjadi sehingga belum ditemukan inflamasi. b). Akne dengan inflamasi ringan Banyak pada pasien remaja fase komedonal berkembang menjadi bentuk papula atau pustula dengan komedo semakin sedikit. Lesi berasal dari mikrokomedo dengan deskuamasi abnormal epitel folikel dan proliferasi dari P. acnes. c). Akne dengan inflamasi Banyak pasien akne dengan gambaran komedo, papula, dan pustula pada wajah dan badan. Stadium awal dari akne komedonal tanpa inflamasi kemudian berkembang menjadi lesi inflamasi pada wajah, perkembangan dari tipe ini pada umumnya terbentuk erupsi di wajah dan badan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
f. Epidemiologi Akne vulgaris dialami oleh lebih dari 85 % remaja dan dewasa muda (Hanna, 2003). Pada wanita insiden terbanyak ditemukan antara usia 14-17 tahun, sedangkan pada laki-laki antara 16-19 tahun (Wasitaatmadja, 2007). 2. Program Akselerasi a. Definisi Program Akselerasi Program akselerasi atau percepatan belajar, merupakan bagian kebijakan pendidikan jalur formal pada program layanan khusus peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat akademik istimewa. Program akselerasi memberikan kesempatan bagi peserta didik dalam percepatan waktu belajar dari enam tahun menjadi lima tahun pada jenjang SD dan tiga tahun menjadi dua tahun pada jenjang SMP dan SMA. Program akselerasi dilaksanakan sebagai wujud layanan pendidikan kepada para siswa yang memiliki keunggulan-keunggulan komparatif agar dapat berkembang secara maksimal. Colangelo yang dikutip Hawadi (2004) menyebutkan bahwa istilah akselerasi merujuk pada layanan yang disajikan (service delivery) dan kurikulum yang disampaikan (curriculum delivery). Sebagai layanan, akselerasi pada setiap tahap pendidikan berarti loncatan kelas yang lebih tinggi dari masa studi normal. Dan sebagai kurikulum, akselerasi berarti mempercepat bahan ajar dari yang biasa commit to user disampaikan kepada program regular sehingga peserta didik (akseleran)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
akan menguasai banyak pengalaman belajar dalam waktu yang sedikit (Nulhakim, 2006). b. Tujuan Program Akselerasi Tujuan
diselenggarakannya
program
akselerasi
adalah
memberikan layanan pendidikan kepada siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa secara optimal. Adapun tujuan khususnya adalah: (a) Memberikan penghargaan kepada peserta didik untuk dapat menyelesaikan program pendidikan secara lebih cepat sesuai potensinya, (b) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses pembelajaran peserta didik, (c) Mencegah rasa bosan terhadap iklim kelas yang kurang mendukung berkembangnya potensi keunggulan peserta didik secara optimal, dan (d) Memacu mutu siswa untuk peningkatan kecerdasan spiritual, intelektual dan emosional secara seimbang (Depdiknas, 2003). Namun demikian ada beberapa potensi negatif yang dapat muncul pada siswa program akselerasi misalnya, siswa akan mudah frustasi karena adanya tekanan dan tuntutan untuk berprestasi dari lingkungannya (SMAN 1 Sidoarjo, 2009). Menurut Darmaningtyas (2004), program akselerasi hanya mempercepat perkembangan kognitif peserta didik, tetapi tidak mempercepat sisi afektif dan psikomotorik sehingga siswa banyak yang stres, tegang, dan jarang berkomunikasi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Kerangka Pemikiran Siswa Program Akselerasi
Faktor Sekolah :
Faktor Keluarga & Lingkungan :
1. Jam belajar padat
1. Tuntutan berprestasi
2. Tugas sekolah >>
2. Kurangnya waktu santai
Stres
a. Herediter b. Hormon c. Kosmetika
Hormon Androgen á
d. Obat-obatan e. Iklim
Akne Vulgaris Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran C. Hipotesis Berdasarkan tinjauan pustaka di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: “Terdapat Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris antara Siswa Program Akselerasi dan Non Akselerasi di SMA Negeri 1 Surakarta.”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. B. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Surakarta. Dipilih lokasi penelitian di tempat tersebut karena merupakan salah satu sekolah yang sudah memiliki program kelas akselerasi. C. Subyek Penelitian Subyek penelitian diambil dari populasi siswa program kelas akselerasi dan non akselerasi SMA Negeri 1 Surakarta dengan kriteria sebagai berikut : 1. Kriteria inklusi a. Tidak memiliki riwayat akne dalam keluarga b. Untuk siswa wanita tidak sedang menstruasi atau 1 minggu menjelang dan sesudah menstruasi 2. Kriteria eksklusi a. Mengkonsumsi antibiotika atau steroid dalam 2 minggu terakhir
b. Memakai kosmetik yang bersifat komedogenik dalam 2 minggu terakhir
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Teknik Sampling Cara pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Teknik ini termasuk dalam non probability sampling di mana pemilihan subyek sampel ditetapkan berdasarkan atas ciri-ciri atau sifat tertentu yang berkaitan dengan karakteristik populasi yaitu kelas akselerasi dan non akselerasi (Taufiqurrahman, 2004). Jumlah sampel yang diambil adalah siswa kelas XII SMA Negeri 1 Surakarta program akselerasi sejumlah 2 kelas dan siswa program non akselerasi sejumlah 2 kelas. E. Klasifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel bebas : Program akselerasi 2. Variabel terikat : Akne vulgaris 3. Variabel luar
: a. Herediter b. Hormon c. Obat-obatan d. Kosmetika e. Iklim
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1.
Variabel bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah program akselerasi. Program akselerasi adalah kebijakan pendidikan jalur formal yang memberikan kesempatan bagi peserta didik dalam percepatan waktu belajar dari enam tahun
commit to user
menjadi lima tahun pada jenjang SD dan tiga tahun menjadi dua tahun pada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
jenjang SMP dan SMA. Dikelompokkan menjadi 2 kategori, kategori 1 siswa program akselerasi dan kategori 2 siswa program non akselerasi. Alat ukur variabel ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Bagian Akademik SMA Negeri 1 Surakarta. Variabel ini menggunakan skala nominal. 2.
Variabel terikat Akne vulgaris atau jerawat merupakan peradangan kronis dari kelenjar pilosebasea yang disebabkan oleh beberapa faktor dengan gambaran klinis yang khas. Yang dimaksud kejadian akne vulgaris adalah terjadinya akne vulgaris setelah masuk program kelas akselerasi atau bertambahnya akne vulgaris setelah masuk program kelas akselerasi. Diagnosis akne vulgaris ditegakkan dengan melihat ujud kelainan kulit berupa komedo, papul, pustul, dan nodul di daerah predileksi. Siswa dengan ujud kelainan kulit tersebut dinyatakan menderita akne vulgaris, sedangkan bila tidak ditemukan ujud kelainan kulit tersebut dinyatakan tanpa akne vulgaris. Observasi ini dilakukan sebagai konfirmasi lanjut dari hasil wawancara yang menyatakan bahwa responden menderita akne vulgaris. Variabel ini menggunakan skala nominal.
3.
Variabel luar a. Herediter Riwayat akne di keluarga berhubungan dengan munculnya akne yang lebih awal, peningkatan jumlah dan beratnya lesi, dan kesulitan terapi akne (Ballanger et al., 2006). Variabel ini dikendalikan dengan memilih sampel yang tidak memiliki riwayat akne vulgaris dalam keluarga.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Hormon Hormon yang berperan dalam munculnya akne antara lain hormon androgen, estrogen, dan progesteron (Dekkers et al., 2006; Ganong, 2008; Widjaja, 2000). Variabel ini dikendalikan dengan memilih sampel yang tidak sedang dalam pengobatan steroid dalam 2 minggu terakhir dan tidak sedang atau 1 minggu menjelang dan sesudah menstruasi bagi siswa putri. c. Obat-obatan Obat-obatan antibiotik, steroid, isoniazid, vitamin B12 berpengaruh terhadap akne (Widjaja, 2000). Variabel ini dikendalikan dengan memilih sampel yang tidak mengkonsumsi obat-obatan di atas dalam 2 minggu terakhir. d. Kosmetika Pemakaian pelembab dan kosmetik lain yang bersifat komedogenik menyebabkan terjadinya akne (Widjaja, 2000). Variabel ini dikendalikan dengan memilih sampel yang tidak menggunakan pelembab dan kosmetik lain yang bersifat komedogenik dalam 2 minggu terakhir.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
G. Sumber Data Sumber data primer diperoleh dari hasil wawancara dan hasil foto wajah. Sumber data sekunder diperoleh dari Bagian Akademik SMA Negeri 1 Surakarta. H. Rancangan Penelitian
Populasi
Sampel
Siswa program akselerasi
Akne vulgaris
Siswa program non akselerasi
Tanpa akne
Akne vulgaris
vulgaris
Analisis Bivariat
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian I. Instrumen Penelitian 1. Daftar pertanyaan wawancara dengan responden 2. Kamera digital SONY DSC-W90 ; 8,1 megapixels
commit to user
Tanpa akne vulgaris
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
J. Teknik Analisis Data Data dalam penelitian ini akan diolah dengan teknik analisis statistik yaitu analisis bivariat. Tabel dari data yang telah diperoleh dinyatakan sebagai berikut: Program Kelas
Akne Vulgaris Ya
Tidak
Akselerasi
a
b
Non akselerasi
c
d
Dengan taraf signifikansi α = 0,05 dan derajat kebebasan (db) = 1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 5-6 Agustus 2010 di SMA Negeri 1 Surakarta setelah mendapatkan ijin untuk mengadakan penelitian dari kepala SMA Negeri 1 Surakarta. Subyek penelitian adalah siswa SMA Negeri 1 Surakarta sejumlah 99 orang, 51 orang yang berasal dari program akselerasi dan 48 orang yang berasal dari program non akselerasi. Dari 99 orang jumlah anggota populasi tersebut, 62 orang tidak memenuhi kriteria inklusi sehingga total anggota populasi yang memenuhi syarat untuk dijadikan subyek penelitian adalah 32 orang. Tabel 1. Distribusi Subyek Penelitian Menurut Program Kelas No
Program Kelas
Frekuensi
%
1
Kelas Akselerasi
19
59.375
2
Kelas Non Akselerasi
13
40.625
Jumlah
32
100
(Sumber Data Primer : Agustus 2010)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Subyek Penelitian menurut Waktu Rata-Rata Belajar
< 1 jam
Di Rumah 1-2 jam
> 2 jam
Akselerasi
3 (15,79%)
12 (63,16%)
4 (21,05%)
19 (100%)
Non Akselerasi
1 (7,7%)
10 (76,92%)
2 (15,38%)
13 (100%)
Program Kelas
Jumlah
(Sumber Data Primer : Agustus 2010)
Dari tabel 2 diketahui melalui hasil wawancara bahwa sebagian besar kelompok sampel memiliki waktu belajar di rumah antara 1-2 jam setiap hari. Sedangkan untuk waktu belajar di sekolah, kedua kelompok sampel sama-sama memiliki waktu belajar di sekolah lebih dari 7 jam setiap hari.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Subyek Penelitian Menurut Kegiatan di Waktu Luang Program Kelas
Kegiatan Waktu Luang Belajar Selain Belajar
Jumlah
Akselerasi
2 (10,53%)
17 (89,47%)
19 (100%)
Non Akselerasi
0 (0%)
13 (100%)
13 (100%)
(Sumber Data Primer : Agustus 2010)
Dari tabel 3 melalui hasil wawancara diketahui bahwa sebagian besar anggota kelompok sampel menggunakan waktu luangnya baik pada saat jam istirahat di sekolah maupun saat liburan sekolah dengan kegiatan-kegiatan selain belajar, seperti pergi ke kantin, ibadah, mengobrol dengan teman, bermain, dan rekreasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Subyek Penelitian Menurut Jam Tambahan Pelajaran Program Kelas
Setiap Minggu
Setiap Pertemuan Jumlah
0-1
2-3 kali
>3 kali
0-1
1-2 jam
>2 jam
2
6
11
2
17
0
19
(10,52%)
(31,58%)
(57,90%)
(10,53%)
(89,47%)
(0%)
(100%)
2
4
7
2
10
1
13
(15,38%)
(30,77%)
(53,85%)
(15,38%)
(76,92%)
(7,7%)
(100%)
Akselerasi
Non Akselerasi
(Sumber Data Primer : Agustus 2010)
Dari tabel 4 diketahui sebagian besar kelompok sampel memiliki waktu jam tambahan pelajaran sebanyak 3 kali atau lebih setiap minggu dengan waktu pertemuan selama 1-2 jam.
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Subyek Penelitian Menurut Respon Terhadap Hasil Studi Program Kelas
Motivasi Internal Ya Tidak
Motivasi Eksternal Ya Tidak
Jumlah
Akselerasi
19 (100%)
0 (100%)
1 (5,26%)
18 (94,74%)
19 (100%)
Non Akselerasi
11 (84,62%)
2 (15,38%)
2 (15,38%)
11 (84,62%)
13 (100%)
(Sumber Data Primer : Agustus 2010)
Dari tabel 5 diperoleh hasil bahwa sebagian besar kelompok sampel memiliki motivasi dari diri sendiri untuk belajar lebih baik dan tidak mengalami motivasi eksternal ketika memperoleh hasil studi yang kurang baik. Salah satu contoh dari motivasi eksternal adalah adanya tuntutan dan dimarahi oleh orang tua commit to user karena hasil studi yang kurang baik.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 6. Kebiasaan Mencuci Muka Secara Rutin Program Kelas
Rutin
Tidak Rutin
Jumlah
Akselerasi
17 (89,47%)
2 (10,53,%)
19 (100%)
Non Akselerasi
12 (92,31%)
1 (7,69%)
13 (100%)
(Sumber Data Primer : Agustus 2010)
Dari tabel 6 melalui hasil wawancara diketahui bahwa hampir seluruh sampel memiliki kebiasaan mencuci muka secara rutin biasanya setiap pulang sekolah. Tabel 7. Distribusi Frekuensi Kejadian Akne Vulgaris pada Siswa Program Akselerasi dan Non Akselerasi Program Kelas Akselerasi Non Akselerasi
Jumlah
Ya 15
Akne Vulgaris Tidak 4
Jumlah 19
(78,94 %)
(21,06 %)
(100%)
6
7
13
(46,16 %)
(53,84 %)
(100%)
21
11
32
(Sumber Data Primer : Agustus 2010)
Dari tabel 7 didapatkan data bahwa sejumlah 19 orang subyek penelitian yang berasal dari program akselerasi, 15 orang (78,94 %) menderita akne vulgaris dan 4 orang (21,06 %) tidak menderita akne vulgaris. Sedangkan dari 13 orang subyek penelitian yang berasal dari program non akselerasi, 6 orang (46,16 %) menderita akne vulgaris dan 7 orang (53,84 %) tidak menderita akne vulgaris. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Data penelitian kemudian diuji dengan rumus Chi Square. Berdasarkan data pada tabel 3 di atas, dengan menggunakan program statistika OpenEPI version 2 diperoleh nilai X2 hitung sebesar 3,68. Dengan menetapkan taraf signifikansi α = 0,05 dan derajat kebebasan (db) = 1. Akan tetapi data tersebut tidak memenuhi syarat untuk dihitung dengan rumus uji hipotesis Chi Square karena terdapat nilai frekuensi harapan yang <5, sehingga nilai p dikoreksi dengan Fisher Exact Test (Budiarto, 2001). Dari hasil uji tersebut diperoleh nilai p = 0,06221. Nilai rasio prevalensi dihitung dengan rumus : RP = A/(A+B) : C/(C+D) (Sastroasmoro, 1995). Sehingga diperoleh nilai rasio prevalensi sebesar 1,18 yang berarti bahwa program akselerasi tidak berpengaruh terhadap munculnya akne vulgaris. Oleh karena p > 0,05 maka dapat disimpulkan H0, yang berbunyi “Tidak terdapat perbedaan angka kejadian akne vulgaris antara siswa program akselerasi dan non akselerasi di SMA Negeri 1 Surakarta”, tidak dapat ditolak. Ini berarti tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok sampel.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan angka kejadian akne vulgaris antara siswa program akselerasi dan non akselerasi di SMA Negeri 1 Surakarta. Diagnosis akne vulgaris ditegakkan dengan observasi gambaran klinis melihat ujud kelainan kulit berupa komedo, papul, pustul, dan nodul di daerah predileksi. Observasi dilakukan oleh peneliti yang kemudian divalidasi oleh dokter spesialis kulit dan kelamin dengan melihat hasil foto wajah. Pada penelitian ini dari tabel 2 diperoleh data pada siswa program akselerasi terdapat 15 orang (78,94 %) yang menderita akne vulgaris, sedangkan pada siswa program non akselerasi terdapat 6 orang (46,16 %) yang menderita akne vulgaris. Meskipun pada kedua kelompok terdapat perbedaan angka kejadian akne vulgaris yang cukup jauh namun setelah dilakukan uji statistik dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan angka kejadian akne vulgaris pada kedua kelompok sampel ini. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna secara statistik angka kejadian akne vulgaris antara siswa program akselerasi dan non akselerasi. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal. Beberapa teori mengatakan bahwa eksaserbasi akne vulgaris dipengaruhi oleh halhal antara lain: stres psikis, kebersihan diri, kondisi yang panas dan lembab commit to user (Yosipovitch et al., 2007; Siregar, 2004; Cunliffe cit Widjaja, 2000).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Siswa kelas akselerasi memiliki kegiatan atau aktivitas yang lebih padat dari siswa kelas non akselerasi dan lebih banyak mengalami persaingan dan tuntutan prestasi dari lingkungannya sehingga dapat memicu stres (SMAN 1 Sidoarjo, 2009; Mujiran, 2004). Wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada kedua kelompok sampel diketahui bahwa tidak ada perbedaan berarti terhadap aktivitas harian dan tuntutan prestasi yang dialami baik oleh siswa program akselerasi maupun non akselerasi. Kedua kelompok sampel sama-sama memiliki waktu belajar di sekolah lebih dari 7 jam setiap hari dan menggunakan jam istirahat sekolah dengan kegiatan selain aktivitas belajar dan mengerjakan tugas sekolah. Sebagian besar kedua kelompok sampel memiliki rata-rata waktu belajar di rumah antara 1-2 jam setiap hari, waktu belajar tambahan di luar sekolah sebanyak 3 kali atau lebih setiap minggu dengan waktu pertemuan selama 1-2 jam dan memilih menggunakan waktu liburan atau waktu luang untuk rekreasi, bermain atau olahraga. Selain itu kedua kelompok sampel cenderung memiliki sikap yang sama, termotivasi untuk belajar lebih baik dan tidak merasakan tuntutan dari keluarga ketika memperoleh hasil studi yang kurang baik. Keadaan ini memungkinkan perbedaan angka kejadian akne vulgaris tidak terlihat jelas. Stres yang dialami setiap orang berhubungan dengan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Apabila seseorang mengalami stres dan dapat menyesuaikan diri dengan baik, maka individu tersebut berhasil mengatasi stres yang dialaminya. Stres dapat terjadi akibat dari kegagalan seorang individu untuk melakukan penyesuaian diri dengan kondisi lingkungan yang ada commit to user (Mutadin, 2002). Program akselerasi yang menjadi sampel penelitian ini sudah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memasuki masa studi untuk tahun kedua sehingga kemungkinan siswa program akselerasi sudah lebih mampu menyesuaikan diri dengan kurikulum, waktu dan cara belajar. Penyesuaian diri yang baik pada siswa akselerasi dapat menurunkan tingkat stres yang dapat mengurangi munculnya akne vulgaris sehingga memungkinkan angka kejadian akne vugaris antara siswa program akselerasi dan non akselerasi tidak berbeda jauh. Namun yang menjadi keterbatasan penelitian ini adalah tidak secara spesifik mengukur tingkat stres kedua kelompok sampel sehingga belum dapat diketahui tingkat stres yang sesungguhnya di antara kedua kelompok sampel ini. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada kedua kelompok sampel juga diketahui bahwa hampir seluruh sampel memiliki kebiasaan mencuci muka secara rutin, karena dengan mencuci muka maka akan dapat menghilangkan kotoran-kotoran, debu, dan minyak yang menempel pada kulit muka sehingga keadaan kulit muka akan menjadi lebih bersih sehingga kemungkinan timbulnya akne vulgaris dapat diperkecil, mengingat kebersihan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi eksaserbasi akne vulgaris (Siregar, 2004). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Utami tahun 2009, yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kebersihan diri dengan akne vulgaris di mana kejadian akne vulgaris pada seseorang dengan kebersihan diri kurang, lebih tinggi daripada seseorang dengan kebersihan diri cukup dan baik. Kebersihan diri pada kedua kelompok sampel yang terjaga baik memungkinkan tidak ada perbedaan berarti pada angka kejadian akne vulgaris commit to user antara siswa program akselerasi dan non akselerasi.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selain itu eksaserbasi akne vulgaris dapat terjadi karena banyaknya keringat pada keadaan yang sangat lembab dan panas (Cunliffe cit Widjaja, 2000). Karena kenaikan suhu 10 C berpengaruh pada aktivitas kelenjar sebasea dan dapat meningkatkan produksi sebum sebesar 10 % (Cunliffe et al., 2006). Kedua kelompok sampel selama jam belajar mengajar selalu menempati ruang kelas yang menggunakan pendingin udara sehingga cenderung tidak berkeringat karena kondisi ruangan yang sejuk dan tidak panas. Keadaan ini memungkinkan angka kejadian akne vulgaris antara kedua kelompok sampel tidak berbeda jauh. Alasan berikutnya yang menyebabkan tidak ada perbedaan angka kejadian akne vulgaris antara kedua kelompok sampel karena kemungkinan tidak ada perbedaan stres antara kedua kelompok sampel. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Wisantyo pada tahun 2010, di mana didapatkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan stres yang signifikan pada siswa kelas reguler, olimpiade, dan akselerasi di SMA Negeri 3 Semarang. Sehingga berdasarkan hasil penelitian tersebut, tidak adanya perbedaan angka kejadian akne vulgaris antara kedua kelompok sampel dimungkinkan karena tidak terdapat perbedaan stres antara program akselerasi dan non akselerasi. Walaupun dalam penelitian ini sudah dimasukkan beberapa variabel lain yaitu faktor herediter, hormon, obat-obatan, kosmetika, dan iklim namun upaya untuk mengendalikan semua faktor yang mempengaruhi munculnya akne vulgaris masih sangat sulit untuk dilakukan mengingat penyebab akne vulgaris yang multifaktorial. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Tidak ada perbedaan yang bermakna secara statistik angka kejadian akne vulgaris antara siswa program akselerasi dan non akselerasi. B. Saran 1. Perlu diadakannya penelitian yang lebih lanjut dengan memperhatikan pengendalian faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian akne vulgaris. 2. Perlu diadakan penelitian yang lebih lanjut dengan secara spesifik mengukur tingkat stres kedua kelompok sampel.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Ballanger, F., Baudry, P., N’Guyen, J.M., Khammari, A., Dreno, B. 2006. Heredity: a prognostic factor for acne. Dermatology. Vol 212. No.2. Barakbah, J. 2008. Acne Vulgaris. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. Cet.4. Surabaya: Airlangga University Press, p: 169. Budiarto, E. 2001. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. pp: 261-263. Brown, G.R. and Burns, T. 2005. Akne, Erupsi, Akneiformis, dan Rosasea. Lecture Notes: Dermatology. Ed 8. Jakarta: Erlangga, pp: 55-65. I.
Cunliffe, W.J., Burton, J.L., Shuster, S. 2006. The effect of local temperature variations on the sebum excretion rate. British Jounal of Dermatology. 83(6):650-4.
Darmaningtyas. 2004. Kelas Akselerasi, Budaya Instan Pendidikan Kita. http://www.kompas.co.id/kompas cetak.htm. (30 0ktober 2009). Dekkers, O.M., Thio, B.M., Romijn, J.A., Smit, J.W. 2006. Acne vulgaris: endocrine aspects. Ned Tijdschr Geneeskd. 150(23):1281-5. Depdiknas. 2003. Pedoman Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar SD, SMP, dan SMA: Suatu model pelayanan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Jakarta: Dikdasmen. Depdiknas.
2007.
Kelas
Percepatan.
http://www.depdiknas.go.id/content.php. (30 Oktober 2009).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dreno, B., Bettoli, V., Ochsendorf, F., Layton, A., Mobacken, H., Degreef, H. 2004. European recommendations on the use of oral antibiotics for acne. European Journal of Dermatology. Vol 14. No.6, 391-9. Feldman, S., Carerria, R.E., Barham, K.L., Hancox, J. 2004. Diagnosis and treatment of acne. American Family Physician. 69 (9): 2123–30. Fulton, J. 2009. Acne Vulgaris. http://emedicine.medscape.com. (30 September 2009). Ganong, W.F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC, p: 458. Guyton, A.C. and Hall, J.E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed.9. Jakarta : EGC, pp: 1214-1215. Handa,
S.
2009.
Propionibacterium
Infection.
http://emedicine.medscape.com. (30 September 2009). Hanna, S., Sharma, J., Klotz, J. 2003. Acne vulgaris : more than skin deep. Dermatology Online Journal. 9(3):8. Leyden, J.J. 1997. Therapy for acne vulgaris. The New England Journal of Medicine. Vol : 365, no 16.1156-1162. Mujiran,
P.
2004.
Persoalan
Kelas
Akselerasi.
http://www.suaramerdeka.com/harian.htm. (31 Januari 2011). Mutadin,
Z.
2002.
Penyesuaian
Diri
Remaja.
psikologi.com/epsi/individual_detail.asp?id=390. 2011).
commit to user
http://www.e(16
Januari
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Nulhakim, T.R. 2006. Program Akselerasi Bagi Siswa Berbakat Akademik. http://www.depdiknas.go.id/publikasi/balitbang/074/j74_07.pdf. (2 November 2009). Pindha, I.G.A.S. 2007. Akne Vulgaris. Dalam: Soetjiningsih. (ed). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Cet 2. Jakarta: Sagung Seto, p: 109. Sastroasmoro, S dan Ismael, S. 1995. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara, pp: 66-72. Siregar, R.S. 2004. Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. Jakarta: EGC, pp:178-9. SMAN 1 Sidoarjo. 2009. Program Akselerasi. http://smanisda.webnode.com. (30 Oktober 2009). Taufiqurrahman, M.A. 2004. Pengantar Metodologi Penelitian Untuk Ilmu Kesehatan. Klaten: CSGF, p: 50, 62. Utami, N. 2009. Hubungan Tingkat Stres dan Kebersihan Diri dengan Kejadian Akne Vulgaris pada Remaja Di SMA Negeri 12 Surabaya. Universitas Airlangga. http://adln.fkm.unair.ac.id (16 Januari 2011). Wasitaatmadja, S.M. 2007. Akne, Erupsi Akneformis, Rosasea, Rinofima. Dalam: Adhi Djuanda. (ed). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FK UI, pp: 253-263. Webster, G.F. 2002. Acne vulgaris. British Medical Journal. 325(7362): 475-479. Widjaja, E.S. 2000. Rosasea dan Akne Vulgaris. Dalam: Marwali Harahap. (ed). Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates, pp: 31-45. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Widyastono, H. 2001. Sistem Percepatan Kelas (Akselerasi) Bagi Siswa yang Memiliki Kemampuan dan Kecerdasan Luar Biasa. http://www.pdk.go.id/balitbang/Publikasi/Jurnal/No_026/sistem_ percepatan_herry.htm. (28 Oktober 2009). Wisantyo, N.I. 2010. Stres pada Siswa SMAN 3 Semarang Ditinjau dari Efikasi Diri Akademik dan Jenis Kelas. Universitas Diponegoro. http://eprints.undip.ac.id/10959/ (16 Januari 2011). Yosipovitch, G.. Tang, M., Dawn, A.G., Chen, M., Goh, C.L., Huak, Y., Seng, L.F. 2007. Study of psychological stress, sebum production and acne vulgaris in adolescents. Acta Derm Venereol. 87(2):135-9.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 1. Lembar Penjelasan
Kami mengharapkan Saudara untuk berperan serta dalam penelitian yang berjudul “Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris antara Siswa Program Akselerasi dan Non Akselerasi di SMA Negeri 1 Surakarta.” Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan angka kejadian akne vulgaris antara siswa program akselerasi dan program non akselerasi. Keikutsertaan Saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela. Apabila Saudara telah memahami dan memutuskan untuk mengikuti penelitian ini, dimohon
kesediaannya
untuk
mengisi
formulir
persetujuan
dan
menandatanganinya. Demikianlah penjelasan kami, atas perhatian dan kesediaan Saudara mengikuti penelitian ini kami ucapkan terimakasih. Peneliti Andriaz Kurniawan
Dosen Pembimbing Muh. Eko Irawanto, dr., Sp.KK Eti Poncorini P.,dr.,M.Pd
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 2. Surat Persetujuan (Informed Consent)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
:…………………………………………………………………..
Kelas
:………………………...
Umur
:………………….. tahun
Menyatakan menyetujui untuk ikut serta dalam penelitian “Perbedaan Angka Kejadian Akne Vulgaris antara Siswa Program Akselerasi dan Non Akselerasi di SMA Negeri 1 Surakarta.”
Surakarta,…………………………….2010 Yang menyetujui,
(……………………………..)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 3. Daftar Pertanyaan Wawancara
1. Identitas Responden a. Nama :.................................................... b. Kelas :..................................................... c. Umur :............................................tahun d. Jenis Kelamin : L / P 2. Riwayat Akne Vulgaris a. Apakah selama ini responden pernah menderita jerawat? YA / TIDAK b. Apakah saat ini responden menderita jerawat? YA / TIDAK Jika YA, berilah tanda lokasi munculnya jerawat: (boleh lebih dari satu) - wajah (
)
- punggung ( ) - dada (
)
- lainnya, sebutkan.............................................................. c. Sejak kapan responden menderita jerawat?................................( usia / kelas) d. Jika responden telah menderita jerawat sejak sebelum SMA Apakah merasa jumlahnya meningkat setelah SMA? YA / TIDAK 3. Riwayat Keluarga a. Apakah ayah responden pernah menderita jerawat? YA / TIDAK b. Apakah ibu responden pernah menderita jerawat? YA / TIDAK c. Apakah saudara kandung pernah responden menderita jerawat? YA / TIDAK 4. Riwayat Menstruasi a. Apakah saat ini responden sedang menstruasi? YA / TIDAK b. Hari pertama menstruasi terakhir? Tanggal .............Bulan................. c. Menstruasi teratur / tidak tiap bulannya (tanggalnya tetap / tidak)? Siklus : .................................... hari d. Apakah setiap kali / menjelang / sesudah menstruasi responden mengalami jerawat? YA / TIDAK
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(Lanjutan) 5. Riwayat Penggunaan Obat a. Apakah responden sedang mengkonsumsi obat-obatan dalam 2 minggu terakhir? YA / TIDAK b. Jika YA, sebutkan nama obatnya : ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ (Jika responden tidak mengetahui nama obatnya, ditanyakan riwayat penyakitnya, bentuk obat atau aturan pakai obat tersebut) 6. Riwayat Penggunaan Kosmetik a. Apakah responden sedang atau pernah menggunakan kosmetika dalam 2 minggu terakhir ? ( boleh memilih lebih dari satu) 1. Pelembab 2. Alas bedak 3. Bedak padat 4. Krim malam b. YA / TIDAK Jika YA, sebutkan merek kosmetik ............................................................... 7. Observasi No Gambaran Klinis 1.
Komedo
2.
Papula
3.
Pustula
4.
Nodula
Ada
Tidak
8. Aktivitas Harian Siswa a. Berapa jam waktu belajar di sekolah? ........................................................ b. Berapa jam rata-rata waktu belajar di rumah setiap harinya ? .................................................................................................................... c. Kegiatan apa yang dilakukan saat jam istirahat di sekolah? commit to user ......................................................................................................................
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(Lanjutan) d. Apakah ada kursus pelajaran tambahan di luar jam sekolah? YA / TIDAK Jika YA : Berapa kali dalam 1 minggu? .............................................. Berapa jam setiap kali pertemuan? ....................................... e. Kegiatan apa yang dilakukan untuk mengisi waktu luang / libur? .................................................................................................................... f. Bagaimana reaksi responden jika nilai teman sebangku lebih tinggi? ..................................................................................................................... g. Bagaimana reaksi orang tua saat melihat nilai hasil belajar di bawah ratarata kelas? ..................................................................................................... h. Khusus untuk siswa program akselerasi Apa alasan responden memilih program akselerasi di SMAN 1 Surakarta? .......................................................................................................................
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 4. Data Hasil Penelitian Program Akselerasi No .
Nama
Akne
+
Belajar di sekolah > 7 jam
Belajar di rumah 1-2 jam
1
EDH
2
WDY
+
> 7 jam
1-2 jam
3
DWK
+
> 7 jam
< 1 jam
4
PJI
+
> 7 jam
1-2 jam
5
WND
+
> 7 jam
1-2 jam
6
+
> 7 jam
1-2 jam
7
AVN R RDH
+
> 7 jam
1-2 jam
8
ALMS +
> 7 jam
1-2 jam
9
DNS
+
> 7 jam
1-2 jam
10
FDLH
+
> 7 jam
< 1 jam
11
+
> 7 jam
1-2 jam
12
HRD N MKH
+
> 7 jam
1-2 jam
13
DVI
+
> 7 jam
1-2 jam
14
IRF
+
> 7 jam
1-2 jam
15
ADTY +
> 7 jam
< 1jam
16
LND
-
> 7 jam
> 2 jam
17
KRTK
-
> 7 jam
> 2 jam
18
STY
-
> 7 jam
> 2 jam
19
IRM
-
> 7 jam
> 2 jam
Jam tambahan > 3 x ; 12 jam > 3 x ; 12 jam > 3 x ; 12 jam > 3 x ; 12 jam 2x;1 jam > 3 x ; 12 jam 2 x ; 1-2 jam > 3 x ; 12 jam 3 x ; 1-2 jam > 3 x ; 12 jam > 3 x ; 12 jam > 3 x ; 12 jam 3 x ; 1-2 jam > 3 x ; 12 jam > 3 x ; 12 jam 3 x ; 1-2 jam 3 x ; 1-2 jam 1 x ; 1-2 jam
Kegiatan waktu luang Selain belajar Selain belajar Selain belajar Selain belajar Selain belajar Belajar Selain belajar Selain belajar Selain belajar Selain belajar Selain belajar Selain belajar Selain belajar Selain belajar Selain belajar Selain belajar Belajar Selain belajar Selain belajar
commit to user
Reaksi diri sendiri dan orang tua Termotivasi ; menasehati Termotivasi ; menasehati Termotivasi ; menasehati Termotivasi ; menasehati Termotivasi ; menasehati Termotivasi ; menasehati Termotivasi ; menasehati Termotivasi ; menasehati Termotivasi ; marah Biasa saja ; menasehati Termotivasi ; menasehati Termotivasi ; menasehati Termotivasi ; menasehati Termotivasi ; menasehati Biasa saja ; menasehati Termotivasi ; menasehati Termotivasi ; menasehati Termotivasi ; menasehati Biasa saja ; menasehati
Alasan memilih akselerasi Sendiri Sendiri Tuntutan orang tua Sendiri Sendiri Sendiri Sendiri Sendiri Sendiri Sendiri Sendiri Sendiri Sendiri Sendiri Sendiri Sendiri Tuntutan orang tua Sendiri Sendiri
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(Lanjutan) Program Non Akselerasi No. Nama
Akne Belajar di sekolah
Belajar di rumah
Jam tambahan
Kegiatan waktu luang
> 3x ; 1-2 jam > 3x ; 1-2 jam > 3x ; 1-2 jam > 3x ; 1-2 jam > 3x ; 1-2 jam 3x ; 1-2 jam -
Selain belajar
> 3x ; > 2 jam > 3x ; 1-2 jam 3x ; 1-2 jam 3x ; 1-2 jam -
Selain belajar
3x ; 1-2 jam
Selain belajar
1
AMLC +
> 7 jam
> 2 jam
2
EPR
+
> 7 jam
1-2 jam
3
RVLD
+
> 7 jam
1-2 jam
4
AMLB +
> 7 jam
1-2 jam
5
YNT
+
> 7 jam
1-2 jam
6
AHM
+
> 7 jam
1-2 jam
7
GNG
-
> 7 jam
> 2 jam
8
SHL
-
> 7 jam
< 1 jam
9
DKY
-
> 7 jam
1-2 jam
10
STH
-
> 7 jam
1-2 jam
11
DSY
-
> 7 jam
1-2 jam
12
PTR
-
> 7 jam
1-2 jam
13
RCH
-
> 7 jam
1-2 jam
commit to user
Selain belajar Selain belajar Selain belajar Selain belajar Selain belajar Selain belajar
Selain belajar Selain belajar Selain belajar Selain belajar
Reaksi diri sendiri dan orang tua Biasa saja ; biasa saja Termotivasi ; biasa saja Termotivasi ; menasehati Kecewa ; marah Termotivasi ; menasehati Termotivasi ; menasehati Kecewa ;biasa saja Biasa saja ; menasehati Biasa saja ; marah Termotivasi ; menasehati Termotivasi ; menasehati Termotivasi ; menasehati Termotivasi ; menasehati
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 5. Hasil Uji Statistik
2 x 2 Table Statistics
Akselerasi Program kelas
Single Table Analysis Akne vulgaris (+) (-) 15 4
Non akselerasi
19
6
7
13
21
11
32
Chi Square and Exact Measures of Association Test
Value
p-value(1-tail)
p-value(2tail)
Uncorrected chi square Yates corrected chi square Mantel-Haenszel chi square Fisher exact Mid-P exact
3.68
0.02754
0.05508
2.37
0.06189
0.1238
3.565
0.02951
0.05903
0.06221 0.03643
0.1244 0.07286
At least one expected value (row total*column total/grand total) is < 5 Fisher or Mid-P exact tests are recommended rather than chi square. Risk-Based* Estimates and 95% Confidence Intervals (Not valid for Case-Control studies) Point Estimates
Confidence Limits
Type
Value
Lower, Upper
Risk in Exposed Risk in Unexposed Overall Risk Risk Ratio Risk Difference Etiologic fraction in pop.(EFp) Etiologic fraction in exposed(EFe)
78.95% 46.15% 65.63% 1.711 32.79%
56.11, 92.05 23.19, 70.87 48.23, 79.67 0.9098, 3.216¹ 0.07839, 65.51°
29.67%
-2.605, 61.95
41.54%
-9.917, 68.91
commit to user
Type Taylor series Taylor series Taylor series Taylor series Taylor series
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(lanjutan) Odds-Based Estimates and Confidence Limits Point Estimates
Confidence Limits
Type
Value
Lower, Upper
CMLE Odds Ratio*
4.156
0.8801, 22.1¹ 0.7355, 27.68¹
Odds Ratio 4.375 Etiologic fraction in 55.1% pop.(EFp|OR) Etiologic fraction in 77.14% exposed(EFe|OR)
0.9278, 20.63¹
Type Mid-P Exact Fisher Exact Taylor series
18.72, 91.49 -7.784, 95.15
*Conditional maximum likelihood estimate of Odds Ratio (P)indicates a one-tail P-value for Protective or negative association; otherwise one-tailed exact P-values are for a positive association. Martin,D; Austin,H (1991) An efficient program for computing conditional maximum likelihood estimates and exact confidence limits for a common odds ratio. Epidemiology 2, 359-362. ° ¹ 95% confidence limits testing exclusion of 0 or 1, as indicated P-values < 0.05 and confidence limits excluding null values (0,1, or [n]) are highlighted. LookFirst items: Editor's choice of items to examine first.
Results from OpenEpi, Version 2, open source calculator-TwobyTwo file:///C:/Program%20Files/OpenEpi/TwobyTwo/TwobyTwo.htm Source file last modified on 11/09/2007 21:53:00 Print from the browser, or select all or part of the text and then copy and paste to other programs. Many browsers have an optional setting to print background colors.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 6. Hasil Foto Wajah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(Lanjutan)
Lampiran 6. Hasil Uji Statistik
SUDAH ADA DI FILE SENDIRI
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 8 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
commit to user