ESSAY STUDY EXCURSIE
PERBEDAAN ADA UNTUK MENJADI “BUMBU” PEMERSATU DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT
OLEH: FELISITAS FLORA SAMBE MAMBELA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN 061211132092
UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2012 http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/makalah-study-excursie-2012/
[email protected] 1
A. Judul Perbedaan Ada untuk Menjadi “Bumbu” Pemersatu dalam Kehidupan Bermasyarakat.
B. Pengantar Why did God create us differently if God only wants to be worshipped in one way? That’s why God create Love. So all the differences could be united.
Negara Indonesia adalah Negara kepulauan yang terdiri dari 17.504 pulau dengan penduduk sekitar 230 juta jiwa. Dengan data ini, tidak perlu diragukan lagi bila Negara Indonesia adalah Negara yang memiliki beragam budaya. Hal ini karena Negara Indonesia terdiri dari 300 kelompok etnis yang memiliki 2100 jenis warisan budaya, seperti bahasa, seni, pakaian, sumber daya alam (SDA), dan lain-lain. Dengan adanya keberagaman dalam masyarakat, timbullah berbagai perbedaan yang bisa menimbulkan permasalahan. Bagi individu yang memiliki sikap toleransi yang tinggi, hal ini tidak masalah. Tetapi bagi mereka yang tidak memiliki semangat Pancasila ataupun mereka yang sementara mencari jati dirinya, hal ini bisa saja dijadikan sebagai alasan untuk “mengkotak-kotakkan” kelompok tertentu. Untuk mencegah hal tersebut, diperlukan suatu hal yang bisa meningkatkan semangat persatuan dan kesatuan (semangat Pancasila) dalam diri setiap individu. Hal inilah yang berusaha disampaikan oleh panitia Study Excursie yang dilaksanakan di Lamongan. Kegiatan yang dimaksudkan untuk membangun semangat Pancasila dalam diri setiap mahasiswa ini diikuti oleh Mahasiswa Universitas Airlangga yang sedang menempuh Matakuliah PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) Semester Gasal 2012/2013. Setiap mahasiswa dari berbagai daerah dipilih di setiap fakultas dan dipersatukan selama 2 (dua) hari, Sabtu dan Minggu (1314 Oktober 2012), dalam satu “atap” Study Excursie. Hal ini mengakibatkan setiap mahasiswa, mau/tidak mau, harus bisa berinteraksi dengan baik terhadap mahasiswa yang lain. Setiap mahasiswa juga diharapkan dapat mengambil contoh yang baik dari 2 (dua) tempat yang dikunjungi dalam Study Excursie ini, yaitu Desa “Pancasila” Balun dan Pondok Pesantren “Enterpreneur” Sunan Drajat. Setiap mahasiswa yang merupakan http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/makalah-study-excursie-2012/
[email protected] 2
generasi penerus bangsa diharapkan untuk membangun sikap persatuan dan kesatuan dalam dirinya. Setelah membangun sikap tersebut, maka mahasiswa juga diharapkan untuk bisa membangun sikap entrepreneurship dalam dirinya.
C. Konsep Pokok Berdasarkan tema Study Excursie tahun 2012, “Dialog Peradaban Lintas Agama dan Budaya: Kebhinekaan, Etnisitas, Gaya Hidup, dan Solidaritas Sosial Terbuka”, maka konsep pokok yang diangkat dalam artikel ini adalah memberi pandangan pada mahasiswa dan masyarakat luas bahwa Multikulturalisme bukanlah
suatu
hambatan
dalam
mencapai
kemajuan/kesejahteraan
masyarakat.
D. Pembahasan 1. Pendopo Lokatantra Kabupaten Lamongan Penerimaan mahasiswa di Kantor Bupati Lamongan Ruang “Sabha Dhaksa Adiyaksa” adalah kegiatan pertama yang dilakukan setelah tiba di Kabupaten Lamongan. Dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, Lagu Kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dengan menyanyikan lagu ini sebagai awal dari kegiatan Study Excursie, setiap mahasiswa diharapkan untuk selalu membawa semangat persatuan dan kesatuan dalam dirinya masing-masing untuk dapat menjadi anggota masyarakat yang berbudi luhur. Begitupun dengan Hymne Airlangga yang dinyanyikan setelah lagu Indonesia Raya. Lagu ini juga diharapkan bisa menjadikan setiap mahasiswa sebagai salah satu civitas akademika Universitas Airlangga yang selalu membawa semangat Prabu Airlangga dalam setiap langkah kehidupannya. Yang paling berkesan adalah Deklarasi Kerukunan Hidup Mahasiswa Indonesia Berbasis Bhinneka Tunggal Ika dan Kesadaran Kemajemukan, yang dikumandangkan secara bersama-sama oleh seluruh peserta Study Excursie. Inti dari deklarasi ini adalah bahwa semua peserta (mewakili seluruh mahasiswa Indonesia) meyakini eksistensi Tuhan YME, mengembangkan keseimbangan antara
kecerdasan
intelektual,
emosional,
dan
spiritual
untuk
dapat
mengembangkan masyarakat dan bangsa Indonesia. Secara umum, deklarasi ini merupakan penjabaran dari semboyan Universitas Airlangga, “Excellence with Morality”. http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/makalah-study-excursie-2012/
[email protected] 3
Kegiatan dilanjutkan dengan sambutan dari panitia Study Excursie. Inti dari sambutan beliau yang wajib diketahui dan diingat oleh setiap mahasiswa adalah bahwa setiap individu yang mau menjadi pemimpin bangsa Indonesia adalah mereka yang memiliki sikap “JurDasTangLi”. Apa itu? JurDasTangLi adalah singkatan dari “Jujur, Cerdas, Tangguh, dan Peduli”. Disusul dengan sambutan dari Direktur Kemahasiswaan Universitas Airlangga (UA). Beliau juga menegaskan kepada seluruh peserta kegiatan Study Excursie bahwa sikap manusia yang sangat tidak berguna adalah sombong, mengambil yang bukan haknya, dan iri hati. Sikap ini juga yang dapat menghambat perkembangan individu tersebut dalam masyarakat. Kegiatan dilanjutkan dengan sambutan dari Bupati Lamongan yang menerima peserta Study Excurise dengan senang hati. Beliau menyampaikan harapan agar mahasiswa yang ikut dalam kegiatan ini dapat menjadi penerus bangsa di masa mendatang yang memegang teguh semangat Pancasila dalam dirinya. 2. Balai Desa “Pancasila” Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan Desa Balun merupakan salah satu desa tua yang sarat dengan berbagai nilai sejarah, termasuk tentang penyebaran agama Islam oleh para santri murid Walisongo. Desa ini sekarang disebut sebagai Desa Pancasila yang memang selalu memegang teguh sila-sila Pancasila dalam kehidupan masyarakatnya yang majemuk (terdiri dari masyarakat yang beragama Islam, Kristen, dan Hindu). Sikap toleransi yang tinggi bisa dengan mudah ditemui bila berada di desa ini. Tidak usah susah-susah. Cukup berjalan sedikit dari Balai Desa Balun, kebersamaan, persatuan, dan kesatuan sudah bisa kita rasakan. Setiap warga hidup berdampingan dengan damai. Yang paling mengesankan adalah tempat ibadah yang dibangun saling berdekatan. Sikap ini berasal dari Mbah Alun, pendiri Desa Balun. Mbah Alun adalah yang dikenal tegas, ksatria, cerdas, alim, arif, persuasif, tetapi juga memiliki sifat toleransi terhadap orang lain, terhadap budaya lokal, dan juga terhadap agama lain. Berdasarkan perbincangan para mahasiswa dengan tokoh-tokoh masyarakat di Desa Balun (kepala desa, tokoh agama Islam, Hindu, dan Kristen), sifat toleransi dalam masyarakat desa merupakan sifat yang spontan, bukan paksaan. Tentu saja peran
pemerintah
desa
juga
penting
dengan
membuat
aturan
yang
mempertahankan dan mengembangkan semangat Pancasila dalam kehidupan http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/makalah-study-excursie-2012/
[email protected] 4
bermasyarakat. Peran tokoh-tokoh agama juga diperlukan untuk menahan gejolak perpecahan yang bisa muncul dalam diri setiap individu. Dari pertemuan dengan tokoh-tokoh masyarakat Desa Balun, didapatkan suatu kalimat yang sangat indah. “Perbedaan yang sangat mendasar dalam masyarakat multicultural sudah pasti ada. Tapi perbedaan itu diciptakan oleh Tuhan bukan untuk dipertentangkan, tetapi diterima sebagai pemersatu masyarakat yang berbeda itu.” 3. Pondok Pesantren “Enterpreneur” Sunan Drajat Setelah mengalami langsung multikulturalisme di Desa Balun, peserta Study Excursie dibawa ke Pondok Pesantren “Enterpreneur” Sunan Drajat. Di tempat ini, setiap mahasiswa diharapkan untuk dapat bekerja sama dengan orang di sekitarnya untuk dapat menciptakan kemandirian ekonomi. Mengapa pondok pesantren ini yang dipilih? Pertanyaan ini mungkin menjadi tanda tanya besar dalam pikiran setiap mahasiswa sebelum tiba di tempat ini. Tetapi setelah mengalami langsung kehidupan di pondok pesantren ini, pertanyaan tersebut menguap dengan cepat. Terdapat 21 (dua puluh satu) bidang usaha yang dikembangkan oleh Pondok Pesantren Sunan Drajat. Usaha yang paling menjanjikan adalah Kemiri Sunan yang memanfaatkan biji kemiri sebagai bahan baku petron, pengganti biogas. Bila usaha ini dikembangkan di seluruh Indonesia, maka Negara Indonesia tidak perlu lagi mengimpor bahan bakar dari luar negeri. Seperti yang dikatakan oleh pendiri Pondok Pesantren Sunan Drajat ini, KH Abdul Ghofur, “Ekonomi ditoto ndisik nek kepingin klakuane apik” (kalau mau jadi orang baik, ekonomi harus ditata dulu). Pondok pesantren ini juga menyelenggarakan banyak pemberdayaan bagi para santrinya. Usaha-usaha yang dikembangkan di pondok pesantren ini menggunakan tenaga para santrinya. Jadi pesantren ini bukan hanya mengajarkan tentang agama/ilmu, tetapi juga tentang kemandirian. Setelah melakukan tanya-jawab dengan pengurus Pondok Pesantren Sunan Drajat, para mahasiswa diharapkan dapat meneladani tujuan hidup para santri di pondok pesantren ini (ilmu, kemandirian, dan interaksi sosial). Setiap santri digembleng di sekolah untuk memperoleh ilmu agar dapat mandiri, terutama dalam bidang ekonomi, untuk dapat membangun interaksi sosial yang baik.
http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/makalah-study-excursie-2012/
[email protected] 5
E. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan Keanekaragaman/multikulturalisme dalam masyarakat Indonesia adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari ataupun dihilangkan. Tetapi dengan adanya Pancasila sebagai ideologi Negara, perbedaan tersebut bisa dijadikan sebagai pemersatu dalam masyarakat yang majemuk ini. Setelah semua orang berpikir bahwa Pancasila adalah bagian dari diri mereka, maka sifat toleransi akan mengalir seperti air (tanpa paksaan). Dengan demikian, kehidupan bermasyarakat akan berjalan dengan baik dan dapat menciptakan kerja sama yang bisa bermanfaat bagi diri pribadi maupun bagi masyarakat luas. Ingat satu hal, ”We are one family, kita keluarga untuk membangun negeri”.
2. Saran Perbedaan
dalam
masyarakat
merupakan
dasar
dari
pembentukan/pembangunan Negara Indonesia. Sebagai penerus bangsa, generasi muda bangsa Indonesia seharusnya bisa menerima perbedaan tersebut dengan lapang dada untuk memajukan Negara ini. Bukan malah menjadikan perbedaan tersebut sebagai alasan untuk menciptakan perpecahan (misalnya tawuran). Para pejuang bangsa pasti sangat sedih melihat anak mudanya berbalik arah melawan cita-cita murni bangsa Indonesia.
F. Daftar Pustaka Adib, Mohammad. 2012. Dialog Peradaban
Lintas
Agama dan Budaya:
Kebhinnekaan, Etnisitas, Gaya Hidup, dan Solidaritas Sosial Terbuka. Surabaya. Sujana, I Nyoman Naya, dkk. 2010. Excellence with Morality. Mutiara Jatidiri Universitas Airlangga & Identitas Kebangsaan. Bayu Media: Malang.
http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/makalah-study-excursie-2012/
[email protected] 6